PROPOKSUR PROPOXUR
1. IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA 1.1. Golongan Karbamat (5,8) 1.2. Sinonim/Nama Dagang (4,5,8) 2-Isopropoxyphenyl
methylcarbamate;
Phenol,
2-(1-methylethoxy)-,
methylcarbamate; 2-(1-Methylethoxy)phenyl methylcarbamate; Arprocarb; Bay 9010; Baygon; Bayer 39007; Bifex; Blattanex; Brifur; Bolfo; Invisi-Gard; Pillargon; Prentox Carbamate; Propogon; Proprotox; Rhoden; Sendran; Suncide; Tendex; Tugen; Unden; Undene. 1.3. Nomor Identifikasi 1.3.1. Nomor CAS
: 114-26-1 (4,6)
1.3.2. Nomor EC
: 006-016-00-4 (4,6)
1.3.3. Nomor RTECS
: FC3150000 (4,6)
1.3.4. Nomor UN
: 2757 (4,6)
2. PENGGUNAAN Insektisida untuk mengontrol nyamuk penyebab malaria (12).
3. BAHAYA TERHADAP KESEHATAN 3.1. Organ Sasaran Sistem saraf pusat, hati (8,10), ginjal, saluran cerna, kolinesterase darah (10). 3.2. Rute Paparan 3.2.1. Paparan Jangka Pendek 3.2.1.1. Terhirup
1
Adanya
inhibisi
kolinesterase
dapat
menyebabkan
(13)
keracunan sistemik
. Pusing, sakit kepala, berkeringat,
napas tersengal-sengal, mual, muntah, konstriksi pupil, kram otot, hipersalivasi, tidak sadarkan diri
(4)
. Iritasi saluran
napas bagian atas (termasuk laring), batuk, takipnea, bronkokonstriksi, peningkatan sekresi lendir saluran napas (5)
.
3.2.1.2. Kontak dengan Kulit Adanya
inhibisi
keracunan sistemik
kolinesterase
dapat
menyebabkan
(13)
. Diaforesis (berkeringat) pada tempat
paparan, dermatitis kontak
(5)
.
3.2.1.3. Kontak dengan Mata Konstriksi pupil, pandangan buram (4), iritasi mata (5). 3.2.1.4. Tertelan Adanya
inhibisi
keracunan sistemik kedutan otot
kolinesterase
dapat
menyebabkan
(13)
. Kram perut, konvulsi, diare, lemah,
(4)
, salivasi, mual, muntah, nyeri perut,
pankreatitis (5). 3.2.2. Paparan Jangka panjang 3.2.2.1. Terhirup Depresi level kolinesterase, sakit kepala, mual, muntah
(9)
.
Paparan jangka panjang dan berulang dapat menimbulkan gejala serupa dengan paparan jangka pendek
(8)
.
3.2.2.2. Kontak dengan Kulit Paparan jangka panjang dan berulang dapat menimbulkan gejala serupa dengan paparan jangka pendek
(8)
.
3.2.2.3. Kontak dengan Mata Paparan jangka panjang dan berulang dapat menimbulkan gejala serupa dengan paparan jangka pendek
(8)
.
3.2.2.4. Tertelan Paparan jangka panjang dan berulang dapat menimbulkan gejala serupa dengan paparan jangka pendek
(7)
.
2
4. TOKSIKOLOGI 4.1. Toksisitas 4.1.1. Data pada Hewan LD50 oral-tikus 41 mg/kg; LC50 inhalasi-tikus (1 jam) 1,440 mg/m3; LD50 kulit-tikus 800 mg/kg
(7)
; LD50 oral-marmut 40 mg/kg; LD50 oral-tikus
100 mg/kg; LD50 oral-mencit 100 mg/kg; LD50 kulit-kelinci >500 mg/kg (8)
; LD50 oral-tikus 1795 mg/kg; LC50 inhalasi-tikus >0,85 mg/L selama
4 jam; LD50 kulit-kelinci >2000 mg/kg (11) 4.1.2. Data pada Manusia Propoksur dosis tunggal 0,36 mg/kg dapat menyebabkan rasa tidak nyaman di perut, pandangan buram, dan berkeringat dalam waktu singkat;
menelan
propoksur
1,5
mg/kg
dapat
menyebabkan
pandangan buram dan mual dalam jangka waktu 20 menit, yang diikuti berkeringat, takikardia, hipertensi sistolik, dan muntah berulang hingga sekitar 45 menit, gejala dan asetilkolinesterase eritrosit dapat pulih dalam 2 jam (5). 4.2. Data Karsinogenik IARC: Tidak ada satupun komponen produk yang berada pada tingkat lebih dari atau sama dengan 0,1% yang teridentifikasi diduga (probable), mungkin (possible), atau terkonfirmasi (confirmed) karsinogen pada manusia oleh IARC (7). EPA: Tidak mengklasifikasikan propoksur sebagai karsinogen (9). 4.3. Data Teratogenik Terdapat bukti dalam jumlah terbatas yang menunjukkan bahwa propoksur bersifat teratogenik pada hewan uji (12). 4.4. Data Mutagenik Tidak menyebabkan mutasi pada 6 jenis bakteri uji yang berbeda
(8)
.
5. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN KERACUNAN 5.1. Terhirup Pindahkan korban ke tempat berudara segar. Berikan pernapasan buatan jika dibutuhkan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat (7). 3
5.2. Kontak dengan Kulit Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci kulit, kuku, dan rambut menggunakan sabun dan air yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal, sekurangnya selama 15-20 menit. Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat (7). 5.3. Kontak dengan Mata Segera cuci mata dengan air yang banyak, sekurangnya selama 15-20 menit dengan sesekali membuka kelopak mata bagian atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat
(7)
.
5.4. Tertelan Jangan lakukan induksi muntah
(11)
. Jangan berikan apapun melalui mulut
pada korban yang tidak sadarkan diri. Cuci mulut menggunakan air. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat
(7)
.
6. PENATALAKSANAAN PADA KORBAN KERACUNAN 6.1. Resusitasi dan Stabilisasi (3) a.
Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara.
b.
Penatalaksanaan
fungsi
pernapasan
untuk
memperbaiki
fungsi
ventilasi dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. c.
Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah.
6.2. Dekontaminasi 6.2.1.
Dekontaminasi Mata (3) -
Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
-
Secara perlahan, bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama 15-20 menit atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata. 4
-
Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
-
Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
-
Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
-
Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke dokter mata.
6.2.2.
Dekontaminasi Kulit (termasuk rambut dan kuku)
(3)
-
Bawa segera pasien ke pancuran terdekat.
-
Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit.
-
Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
-
Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
-
Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hatihati untuk tidak menghirupnya.
6.2.3.
Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
Dekontaminasi Gastrointestinal (5) -
Aspirasi nasogastrik Direkomendasikan jika jumlah cairan bahan yang tertelan bersifat toksik secara sistemik dan volumenya memadai untuk diaspirasi. Namun karena prosedur ini dapat meningkatkan risiko muntah dan terjadinya aspirasi paru, maka jalan napas pasien harus dipastikan tetap terjaga. Perlu dipastikan juga penempatan NGT yang akurat.
-
Pemberian arang aktif dosis tunggal (secara oral) Dosis untuk dewasa 50-100 gram; untuk anak-anak 1-2 gram/kg
-
Whole bowel irrigation Prosedur ini tidak boleh dilakukan jika pasien mengalami kejang otot
dan
statis
yang
dapat
terjadi
pada
kasus
yang
mengharuskan penggunaan atropin dosis tinggi.
5
Cairan irigasi yang direkomendasikan adalah larutan elektrolit iso-osmotik polietilen glikol dengan laju seperti yang tertera di bawah hingga efluen rektal bersih: Remaja/ dewasa: 1500 – 2000 mL/jam oral atau NGT; Anak usia 9 bulan – 6 tahun: 20 mL/kg/jam oral atau NGT; Anak usia 6 – 12 tahun: 20 mL/kg/jam oral atau NGT 6.3. Antidotum Catatan
untuk
dokter:
Produk
propoksur
mengandung
inhibitor
kolinesterase. Jika timbul gejala inhibisi kolinesterase, maka gunakan atropin sulfat sebagai antidotum
(13)
. Pralidoksim juga dapat digunakan
sebagai antidotum (13). a. Atropin Pemberian atropin tepat waktu dalam dosis yang memadai merupakan hal yang esensial (5). Dosis untuk dewasa : 1 – 5 mg IV lebih dari 1 menit; Dosis untuk anak
: 0,01 – 0,05 mg/kg IV lebih dari 1 menit.
Dosis harus digandakan dan diulang setiap 5 menit (misal 1 mg, 2 mg, 4 mg, 8 mg, dst.) hingga pasien menunjukkan tanda-tanda atropinisasi antara lain kulit menjadi merah dan kering, pupil berdilatasi, takikardi, dan mulut kering. Terapi atropin harus dihentikan secara perlahan untuk mencegah tanda atau gejala muncul kembali, seperti edema pulmoner (5). b. Oximes Penggunaan oximes hanya direkomendasikan pada pasien keracunan karbamat yang tidak memberikan respons terhadap atropin, serta jika timbul gejala yang mengancam jiwa, termasuk lemah otot berat. Penggunaan oximes juga direkomendasikan untuk kasus keracunan campuran
karbamat-organofosfat
yang
serius,
atau
jika
bahan
antikolinesterase tidak diketahui (5) c. Pralidoksim Pralidoksim tersedia dalam berbagai macam bentuk, seperti garam klorida, iodida, metilsulfat, dan mesilat (metansulfonat) (5).
6
Dosis awal untuk dewasa 1 – 2 gram IV normal, infus lebih dari 15-30 menit dalam 250 larutan garam; Dosis awal untuk anak 20 – 50 mg/kg IV, infus lebih dari 15-30 menit sebagai larutan garam normal 5%, maksimum 1 gram Pengulangan: 1-2 jam kemudian, dan setiap 6-12 jam setelahnya jika terindikasi secara klinis, terutama jika kelemahan otot atau diafragmatik dan koma tidak teratasi (5).
7. SIFAT FISIKA KIMIA 7.1. Nama Bahan Propoksur 7.2. Deskripsi (4,5,7,8,9) Berbentuk serbuk kristal tidak berwarna hingga putih, memiliki aroma yang lemah; Rumus molekul C11H15NO3; Berat molekul 209,2; Titik lebur 90oC; Berat jenis (air = 1) 1,18; Sedikit larut dalam air, dengan kelarutan dalam air 2000 mg/L @ 20oC; Larut dalam kebanyakan pelarut polar, seperti aseton, metanol, sikloheksanon, kloroform, dan toluen; 7.3. Tingkat Bahaya, Frasa Risiko dan Frasa Keamanan 7.3.1. Peringkat NFPA (Skala 0-4) (13) Kesehatan 2
= Tingkat keparahan sedang
Kebakaran 1
= Tingkat kebakaran rendah
Reaktivitas 1
= Tingkat reaktivitas rendah
7.3.2. Klasifikasi EC (Frasa Risiko dan Frasa Kemanan)
(4,7)
T
= Beracun
N
= Berbahaya terhadap lingkungan
R25
= Beracun jika tertelan
R50/53
= Sangat beracun bagi organisme perairan, dapat menyebabkan efek yang merugikan jangka panjang di lingkungan perairan
S1/2
= Jaga agar tetap terkunci dan jauhkan dari jangkauan anak-anak 7
S37
= Kenakan sarung tangan yang cocok
S45
= Jika terjadi kecelakaan atau jika anda merasa tidak
sehat,
jika
memungkinkan
segera
menghubungi dokter (perlihatkan label kemasan) S60
= Bahan ini dan wadahnya harus dibuang sebagai limbah berbahaya
S61
= Hindari pembuangan ke lingkungan. Rujuk pada lembar data keamanan/instruksi khusus
7.3.3. Klasifikasi GHS (7) Tanda
= Berbahaya
H301
= Beracun bila tertelan
H410
= Sangat
beracun
pada
kehidupan
perairan
dengan efek jangka panjang P273
= Hindarkan pelepasan ke lingkungan
P301 + P310
= Bila tertelan: Segera hubungi Sentra Informasi Keracunan atau dokter
P501
= Buang isi/ wadah ke tempat pembuangan limbah yang telah disetujui
8. STABILISASI DAN REAKTIVITAS 8.1.
Reaktivitas Senyawa ini secara kimiawi bersifat stabil (11,13).
8.2.
Kondisi yang Harus Dihindari Semua sumber api: panas, percikan, nyala terbuka o
atas 100 C secara terus-menerus 8.3.
(11)
. Terpapar suhu di
(13)
.
Bahan Tak Tercampurkan Bahan pengoksidasi kuat (7,10,11,13), alkali (10,11,13)
8.4.
Dekomposisi Menghasilkan uap metil isosianat yang sangat toksik jika dipanaskan hingga terdekomposisi
(10,13)
. Kemungkinan produk hasil dekomposisi
termal lain adalah karbon monoksida, karbon dioksida, nitrogen dioksida, nitrogen oksida, dan metilamin (11,13). 8
8.5.
Polimerisasi Tidak akan terpolimerisasi (13).
9. BATAS PAPARAN DAN ALAT PELINDUNG DIRI 9.1.
Ventilasi Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat. Sediakan ventilasi yang memadai di tempat penyimpanan atau ruangan tertutup (12).
9.2.
Perlindungan Mata Kacamata pengaman dengan pelindung bagian sisi wajah atau kenakan penutup seluruh wajah jika ada kemungkinan terpercik bahan kimia
(11)
.
Sediakan kran pencuci mata darurat serta semprotan air deras dekat dengan tempat kerja (11). 9.3.
Pakaian Kenakan pakaian pelindung yang tahan bahan kimia
(12)
. Perlindungan
tubuh disesuaikan dengan aktivitas serta kemungkinan terjadinya paparan, misalnya pelindung kepala, apron, sepatu boot, pakaian yang tahan bahan kimia (11). 9.4.
Sarung Tangan Sarung tangan yang tahan bahan kimia (11).
9.5.
Respirator Kenakan pelindung pernapasan jika ventilasi tidak memadai. Kenakan respirator partikel/ uap organik yang direkomendasikan NIOSH (atau yang setara)
10. DAFTAR PUSTAKA 1.
Tanen, D.A. Organophosphorus and Carbamate Insectisides in Poisoning & Drug Overdose Fifth Ed. Olson, K.R., et al. (Eds.). McGrawHill Companies, Inc./Lange Medical Books. New York. 2007.
2.
Henry, J. and H. Wiseman. Management of Poisoning: A handbook for health care workers. International Programme on Chemical Safety. World Health Organization in collaboration with United Nations Environment Programme and International Labour Organization. Geneva. 1997.
9
3.
Sentra Informasi Keracunan (SIKer) dan tim. Pedoman Penatalaksanaan Keracunan untuk Rumah Sakit. 2001
4.
http://www.inchem.org/documents/icsc/icsc/eics0191.htm
(diunduh
Juli
2013) 5.
http://www.toxinz.com/Spec/2369878# (diunduh Juli 2013)
6.
http://www.cdc.gov/niosh/ipcsneng/neng0191.html (diunduh Juli 2013)
7.
http://www.guidechem.com/msds/114-26-1.html (diunduh Juli 2013)
8.
http://extoxnet.orst.edu/pips/propoxur.htm (diunduh Juli 2013)
9.
http://www.epa.gov/ttnatw01/hlthef/propoxur.html (diunduh Juli 2013)
10. http://www.cdc.gov/niosh/npg/npgd0531.html (diunduh Juli 2013) 11. http://www.plunketts.net/docs/msds/propoxur-m-2.pdf (diunduh Juli 2013) 12. http://nj.gov/health/eoh/rtkweb/documents/fs/1604.pdf (diunduh Juli 2013) 13. www.generalpest-ohio.com (diunduh Juli 2013)
10