SE EMINAR NA ASIONAL TEKNIK T KIMIA SOEBA ARDJO BR ROTOHARD DJONO IX P Program Studdi Teknik Kiimia UPN “V Veteran” Jaw wa Timur Surabayya, 21 Juni 2012
Kin netika Reaksi Transesterifikassi Minyak k Sawit Dengan Kata alis Singlee Pr Promotor San nti Dyah Sav vitri, Nyom man Puspa A Asri, Achmaad Roesyadii, Kusno Budikarjono, S Suprapto Labo oratorium Teeknik Reaksii Kimia, Fakkultas Teknoologi Industrii Insttitut Teknoloogi Sepuluh Nopember Kampus S Sukolilo Suraabaya e-mail e : arooesyadi@yah hoo.com Abstrak Krisis energgi secara global menjadi ppendorong diikembangkan energi alternaatif dari bahan terbaruukan. Para penneliti telah meengembangkann energi alternnatif dari angiin, tenaga sury rya, panas bum mi, minyakk tumbuhan, leemak hewan attaupun biomasss. Namun haanya beberapaa diantaranya yang memenuuhi bati menggunaakan katalis heeterogen (padaat) kriteriaa ekonomi kelaayakan. Sintesaa biodiesel daari minyak nab menjad di satu-satunyaa cara untuk mengatasi kellemahan katallis homogen dan d berdampak pada efisiennsi energi dan d biaya. Pen nelitian ini mem mpelajari prosses transesteriffikasi dari minyyak sawit mengggunakan kataalis heterog gen oksida loga am alkali denggan penyanggaa γ-alumina. Katalis Ka dibuat ddengan prosess presipitasi ddan impregnnasi. Karakterrisasi katalis dilakukan d denggan metode BE ET dan XRD. Aktivitas kata alis diuji denggan reaksi transesterifika t si minyak saw wit dalam sebuuah reaktor baatch yang terddiri dari labu leher tiga yang dilengkkapi kondensorr reflux dan peengaduk bermaagnet. Produkk metil ester diianalisa dengaan menggunakkan analisa GC. Dari hassil uji katalis single promottor (CaO/γ-Al2O3) diperoleh yield biodieseel 64,95 % pada ature 75oC dan n waktu reaksii 7 jam. Persaamaan model kinetika reakssi tranesterifika asi minyak saw wit tempera dengan katalis CaO/γγ-Al2O3 yaitu 448,7653 4 e-350144,76/RT Kata Kunci: Ku metil ester, katalis hetterogen, transeesterifikasi, CaO, γ- Alumina 1. PEN NDAHULUAN N Dunia sedang menghadapi krisis energi yang y terburuk epanjang sejarrah. Minyak bumi b yang akhhirakhir inni harganya terrus meningkatt masih meruppakan sumber utama u pembanngkit listrik daan transportasi di seluruh h dunia. Satu-ssatunya cara un ntuk menyelessaikan krisis inni adalah menccari energi alterrnatif dari bahhan terbarukkan dan bernilai ekonomis, seperti s angin, ttenaga surya, panas p bumi, miinyak tumbuhaan, lemak hew wan ataupun n biomass. Nam mun hanya bebberapa diantaraanya yang mem menuhi kriteriaa ekonomi kelaayakan. (Gui dan d Lie, 2008). Penggunaaan jenis bahann bakar terbeesar di Indonessia adalah diessel yang menccapai 43,4% daari total keeseluruhan pem makaian jenis bahan b bakar laain. Pemanfaattan minyak saawit sebagai baahan baku untuuk pembuaatan biodiesel merupakan saalah satu langkkah yang tepaat. Produksi minyak sawit mentah m Indonessia terus mengalami m peninngkatan dari taahun ke tahun ddan lebih dari sepertiganya diekspor d dalam keadaan menttah (World Oil, 1994 dan 1998). Biodiesel memiliki m beberrapa keunggullan diantarany ya: bersumber dari bahan yang y terbarukkan (renewa able resourcess), dapat terbbakar habis, tidak beracun, dapat terurai secara alami (biodegradablee), kandun ngan SOx dan bahan-bahan partikulatnya rrendah (Schucchardt dkk, 19998; Michael and a McCormicck, 1998; Ma M and Hanna,, 1999; Jumarii dkk, 2009; Zaabeti dkk, 2009), ramah terhadap lingkungan karena em misi kanbon n monoksidanyya rendah (Zabbeti dkk, 20099). Disamping itu, biodisel ddapat digunakaan untuk mesiinmesin konvensional tanpa memerllukan modifikkasi pada messin tersebut (D Dube dkk, 2007), serta dappat mengurrangi emisi partikulat pada mesin, m baik dippakai tanpa caampuran mauppun dengan campuran (Szybist dkk, 20007). Proses pemb buatan biodisell selama ini diilakukan melallui proses transsesterifikasi minyak m tumbuhhan dengan alkohol, men nggunakan katalis homogen asam/basa (H H2SO4 atau HC Cl/ NaOH atau u KOH), sepeerti nd Gerpen, 1999). Namun prroses pembuattan ditunjukkkan dalam gaambar 1 (Freeddman dkk., 19884; Canakci an biodisell secara konveesional ini meemiliki beberappa kelemahan diantaranya: terbentuknya produk sampinng berupa sabun (Ilgen dan d Akin, 20088; Zabeti dkk, 2009), 2 rumitny ya pemisahan pproduk biodisell yang dihasilkkan d (Freeedman dkk, 19984; Kanakci dan d Gerpen dkkk, 1999 ), sertta adanya limbbah dengan katalis yang digunakan alkalinee dalam jumlahh yang besar, yang y mengakibbatkan ancamann terhadap linggkungan, sehingga memerlukkan
A.7-1
SE EMINAR NA ASIONAL TEKNIK T KIMIA SOEBA ARDJO BR ROTOHARD DJONO IX P Program Studdi Teknik Kiimia UPN “V Veteran” Jaw wa Timur Surabayya, 21 Juni 2012 proses lanjutan l yang cukup c komplek ks serta membbutuhkan energgi dan biaya yaang cukup tingggi untuk ongkkos produkssi (Di Serio dkkk, 2008; Zabeeti dkk, 2009; Furuta dkk, 20006). Salah sattu solusinya addalah melakukkan transestterifikasi dengaan metanol supper kritis tanpaa katalis. Namuun metode ini mempunyai keelemahan kareena reaksinyya membutuhkkan suhu yangg sangat tingggi (350-4000 C) C dan tekanann antara 100-250 bar sehinggga ongkos produksi maaupun biaya investasi mennjadi sangat mahal m (Di serio dkk, 2008). Berdasarkkan ut pengembanggan katalis heeterogen/padat nampaknya m merupakan sollusi yang sanggat permasaalahan tersebu tepat. Hasil H penelitiann menunjukkaan dengan mennggunakan kataalis padat mennghasilkan yieeld produk lebbih tinggi, kualitas prooduk biodisel dan hasil saamping gliserol lebih baikk (Furuta dkkk, 2006), prosses ngan hasil reakksi jauh lebih m mudah (Di Serrio dkk, 2007), proses menjadi lebih ram mah pemisahhan katalis den lingkun ngan, dan biaaya produksi biodisel menjjadi lebih eko onomis (Di serrio dkk, 2007; Ilgen dan Akiin, 2008; Zabeti Z dkk, 20009). Banyak katalis k heteroggen baik asam maupun basa yyang telah dikkembangkan olleh beberap pa peneliti untuuk memprodukksi biodisel, antara lain: logam m-logam hidrooksida (Dalai dkk, d 2006: zabeeti, 2009), logam-logam kompleks (Abbreu dkk, 20088), logam-logaam oksida sepeerti kalsium oksida (Granaddos 003), magnesiu um oksida (W Wang dan Yangg, 2007), zirko onia oksida (Jiitputti dkk, 20 006) dan katalisdkk, 20 katalis yang y menggun nakan penyangg ga (Xie dan Huuang, 2006). Penggunaan kattalis asam mem mbutuhkan wakktu reaksi yang y lebih lam ma dan suhu reeaksi yang relatif lebih tingggi (Furuta dkkk, 2006; Marchhetti dkk, 20055). Oleh kaarena itu perlu dilakukan pennelitian-peneltiaan yang lebih intensif i untuk m mendapatkan katalis k heteroggen yang seesuai khususny ya katalis basaa karena membbutuhkan wak ktu yang lebih singkat dan suhu s yang relaatif lebih reendah (Zabetti dkk, 2009).
Gambarr 1. Reaksi overall transesteriifikasi trigliseriida 2. MET TODOLOGI 1. Bahaan baku dan preparasi p kataalis Pada pembuatan p biodiesel ini mennggunakan miinyak sawit yang y telah meengalami prosees RBD (refinne, bleachiing and dedoorized) sebagaai bahan bakuu. Metanol sebbagai reaktan pada proses transesterefika t asi. Sedangkan katalis yaang digunakan adalah kataliss logam-logam m alkali dengaan penyangga γ-Al γ 2O3 (CaO// Al2O3) menggunakan bahan-bahan γγ Al2O3, CaO dan asam asettat. 2. Prosedur penelitiaan Pelaksaanaan penelitiaan meliputi beeberapa tahapaan yaitu preparrasi katalis paadat, karakterissasi katalis haasil sintesa,, uji aktivitas katalis dengaan reaksi transsesterifikasi miinyak sawit m menjadi biodiesel dalam reakttor batch dan d analisa dataa untuk menenttukan kondisi ooptimum dan permodelan p kinnetika reaksinyya. 3.Prepaarasi katalis CaO/γ-Al C 2 O3 Preparasi kattalis CaO/γ-All2O3 dilakukan dengan metodde berikut: mem mbuat larutan yang terdiri daari kalsium m asetat dari CaO, asam asetat a dan 50 ml aquadest. Kemudian menambahkan m γ-Al2O3 denggan perbanddingan massa dengan kalsiu um asetat 1:1, diaduk pada temperatur ruuangan selamaa 3 jam. Kataalis dioven pada suhu 11 10 °C selama 12 jam. Kataalis yang dipeeroleh kemudiian digerus daan diseragamkkan ukurann nya ± 28 messh. Katalis dik kalsinasi di dalam d furnace pada suhu 718°C selama 5 jam . Kataalis didinginnkan dalam deesikator, sehinngga didapatkaan katalis yangg berbentuk seerbuk. Kemuddian katalis haasil sintesa tersebut dikaraakterisasi denggan metode XR RD untuk men nentukan kristalinitas katalis dan d metode BE ET untuk menentukan m luaas permukaan, volume pori ddan diameter poori. 4. Uji aktivitas a katalis Aktivitas kattalis hasil sinteesa diuji melaluui reaksi transeesterifikasi minnyak sawit dalaam reaktor battch dengan prosedur sebaagai berikut: meemasukkan meetanol dan minnyak kelapa saw wit dengan perbbandingan mollar l leher tigaa yang berkapaasitas 500 ml,, ditambahkan katalis CaO/ γ-Al2O3 denggan rasio 1:12 kedalam labu 6 dan 8%). K Kemudian labuu dipanaskan diiatas penangas air (waterbathh ) jumlah variabel berat katalis (4%, 6% gunakan magneetic hotplate stiirrer sampai suuhu sesuai varriabel yang diiinginkan (35, 45, 4 sambil diaduk mengg d 75o C). Seetelah reaksi beerjalan sesuai vaiabel waktuu yang diinginkkan (1, 2, 3, 4,, 5, 6 dan 7) jaam 55; 65 dan maka reaksi dihentik kan. Campurann dalam labu leher l tiga didinnginkan dan ddikeluarkan keemudian disarinng
A.7-2
SE EMINAR NA ASIONAL TEKNIK T KIMIA SOEBA ARDJO BR ROTOHARD DJONO IX P Program Studdi Teknik Kiimia UPN “V Veteran” Jaw wa Timur Surabayya, 21 Juni 2012 untuk dipisahkan d kataalisnya. Filtrat yang telah dippisahkan dari katalis CaO/ -A Al2O3, selanjuttnya dimasukkkan ke dalaam corong pem misah kapasitass 250 ml, dikoocok beberapa saat, kemudiaan didiamkan selama s 1 malam m; cairan dalam corong pisah yang membentuk m duua lapisan selaanjutnya dipisahkan. Lapisaan bawah adallah m ester, kemudian dilakkukan analisa GC untuk mengetahui m kaddar gliseroll dan lapisan atas lapisan metil biodieseel dalam camppuran biodiesel dan minyak yang tidak bereaaksi.
(1) Hasil perhituungan % yield biodiesel sebaagai data untukk menentukan kkondisi optim mum proses yanng meliputti waktu reakssi, suhu reakssi, dan jumlahh katalis (dalaam % berat teerhadap minyak). Kemudiian membuuat permodelan n kinetika reakssinya. 3. HAS SIL DAN PEM MBAHASAN 1. Karaakteristik Min nyak Sawit Minyak saw wit yang telah mengalami proses p RBD (R Refining, Bleaching, Deodorrized) dilakukkan analisa terhadap kom mposisinya deengan mengguunakan GC-MS. Hasil analisa menunjukk kan kompossisi o dengan kaadar 45,96%, aasam palmitat 38,20%, asam m linoleic 10,933%, asam stearric minyakk, yaitu asam oleat 3,64%, asam miristat 1,01% dan asaam meristic 0,226%. Viskositaas minyak saw wit yang diukurr pada suhu 40oC menunjukkan nilai 388,86 cp. 2. Karaakteristik Kattalis Katalis CaO// -Al2O3 berdaasarkan hasil analisa BET menunjukkan m l luas permukaann katalis sebessar 83.77m m2/g. Hasil ini hampir h sama seeperti yang dillakukan oleh Zabeti, Z dkk., 22009 yaitu 82.74 m2/g. Ketiika luas γ--Al2O3 diimprregnasi dengan n CaO, luas tottal permukaan menjadi berkuurang. Hal ini disebabkan CaaO menutuupi permukaan pori γ-Al2O3 . Hal ini sesuaii dengan penelitian yang dilaakukan sebelum mnya bahwa luuas permuk kaan area γ-Al2O3 adalah 120--190 m2/g (Ilgeel, at al, 2009)..
Gambbar 2. Analisaa XRD katalis CaO/ γ-Al2O3 Hasil analisaa XRD (X-rayy diffraction ppattern) dari katalis k CaO / γ-Al2O3 sepeerti terlihat paada 1 karakteristikk puncak alu umina (2θ° = 37.0°, 46.0° and 66.7°) ini i gambarr 2. Berdasarkkan gambar 1, menunjukkan amorf -Al2O3. Selain itu pada kataalis CaO/ -Al2O3, ada baris ddifraksi baru yaang muncul paada 11°, 18°°, 23°, 28°, 311°, 34°, 51° yaang menunjukkkan pembentukkan kristal baruu pada fase ini yang y disebabkkan oleh in nteraksi antara CaO dan -Al - 2O3. Hasil iini sesuai denngan literratur untuk katalis heterogen yanng berbedaa. Sebagai conntoh, Ilgel, dkk k (2008) memppelajari KOH / γ-Al2O3 dalaam pengembanngan katalis baasa berpenyyangga aluminna untuk produuksi biodiesell, Xie dan Li (2006) memppelajari alumin na berpenyanggga kalium iodida sebagaii katalis heteoggen untuk prodduksi biodiesel dari minyak keedelai. 3. Proses Transesterifikasi Produksi bio odiesel melalu ui reaksi trannsesterifikasi menggunakan katalis padatt berbasis CaaO dipengaaruhi oleh bebberapa faktor, yaitu suhu reeaksi, waktu reaksi, r jumlah katalis, rasio o molar minyaakmetanol, jenis katalis, kecepatan pengadukan, ddan banyak faktor fa lainnya. Percobaan inni menggunakkan uhu reaksi, waaktu reaksi dann jumlah katallis. perbanddingan molar minyak – mettanol 1:12 denggan variabel su Pada peenelitian ini menggunakan m k katalis basa kaarena beberapaa keuntungan ddibanding denngan penggunaaan katalis asam. Katalis basa b memerluk kan suhu reakssi yang lebih reendah sehinggaa energi yang dibutuhkan d lebbih sedikit dan waktu reakksi lebih pendeek.
A.7-3
SE EMINAR NA ASIONAL TEKNIK T KIMIA SOEBA ARDJO BR ROTOHARD DJONO IX P Program Studdi Teknik Kiimia UPN “V Veteran” Jaw wa Timur Surabayya, 21 Juni 2012 4. Optimasi jumlah katalis k Untuk menenntukan pengarruh jumlah kattalis, dilakukann transesterifikkasi pada reakttor batch denggan ma 7 jam. Varriabel berat kattalis 4%, 6% dan d 8%, yang ddinyatakan sebaagai berat kataalis suhu reaksi 75oC selam mbar 3, kenaikkan jumlah kattalis diikuti deengan kenaikann yield biodiessel terhadaap minyak. Berrdasarkan gam dari 4% % sampai 6%. Tetapi pada berat katalis 8%, yield bioodiesel menuruun. Hal ini disebabkan prosses pengaduukan yang tiddak merata anttara reaktan daan katalis kareena campuran terlalu kentall. Hal ini sesuuai dengan hasil riset Ilgeen, dkk (2008)) dan Xie dan L Li (2006). Pad da penelitian inni menghasilkann yield biodiessel % pada suhu reaksi 75oC dann waktu reaksi 7 jam untuk 6% % berat katalis. 64.95% 64,95
% Yield biodiesel
70,00 60,00
58,51
52,35 5
50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 6
4
8
% Berat Ka atalis
mbar 3. Pengaruuh suhu reaksi dan berat kataalis terhadap yyield biodiesel Gam
Yield biodiesel (%)
an waktu reak ksi 5. Penggaruh suhu da Untuk menggetahui pengaaruh suhu dann waktu reakssi terhadap yyield biodiesell, percobaan ini i dilakukkan pada lima kondisi k suhu reaksi r (35, 45, 55, 65 dan 75oC) dan tujuhh variable wakttu reaksi (1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 jam). Gaambar 4 menuunjukkan pengaaruh suhu dan waktu reaksi pada p yield bioddiesel. Gambarr 3 ktu reaksi berppengaruh signiffikan terhadap reaksi transesterifikasi. Tetaapi menunjukkan bahwaa suhu dan wak w reaksi. Yield biodiessel suhu reeaksi memberiikan pengaruhh lebih signifiikan dibandinggkan dengan waktu meninggkat dengan meningkatnya m suhu reaksi dari d 35oC sam mpai dengan 75 7 oC. Pada su uhu 65oC terjaadi kenaikaan yield biodiesel yang palingg tinggi dibandding dengan su uhu reaksi yangg lain. Kondissi ini dipengaruuhi oleh peencampuran yang y sempurnaa antara reaktaan dan kataliss pada suhu ttersebut. Yieldd biodiesel juuga meninggkat dengan meningkatnya m w waktu reaksi ddari 1 jam sam mpai mencapaai 7 jam. Hal ini menujukkkan pengaruuh interaksi anntara suhu dan n waktu reaksi terhadap prosses transesterifi fikasi. Yield biiodiesel tertingggi dicapai pada 6% beraat katalis pada suhu reaksi 755oC dan waktu reaksi 7 jam, yaitu 64, 95% %. Hasil ini lebbih n dengan peenelitian Ilgenn (2008) meenggunakan kkatalis KOH / -Al2O3 paada rendah dibandingkan transestterifikasi minyyak canola denngan rasio minnyak canola / metanol 1: 6,, jumlah beratt katalis 3% dan d waktu reaksi r 9 jam. Yield Y biodiesel pada suhu reaaksi 69oC dan 65 6 oC yaitu 82,999 dan 79,99% %, sementara ittu, hasil 844.52% pada suhhu 600oC dipeeroleh Maa, dkkk (1999) yangg menggunakann katalis basa heterogen KOH H/ Al2O3 pada p transesteriifikasi rapeseed oil . 75,0 00 55,0 00
t == 35 C t == 45 C
35,0 00
t == 55 C
15,0 00
t ==65 C
0
5
10
t == 75 C
Waktu reaksi (jam) Gaambar 4. Pengaaruh suhu dan w waktu reaksi teerhadap yield bbiodiesel (%)
A.7-4
SE EMINAR NA ASIONAL TEKNIK T KIMIA SOEBA ARDJO BR ROTOHARD DJONO IX P Program Studdi Teknik Kiimia UPN “V Veteran” Jaw wa Timur Surabayya, 21 Juni 2012 m metil ester e 6. Kineetika reaksi minyak sawit menjadi Kusdiana dan n Saka (2001) dan Fukuda, dkk. d (2001) mellaporkan bahw wa reaksi transeesterifikasi dibagi menjadi m tiga laangkah. Dengann peningkatan waktu reaksi, ditemukan d bahhwa di setiap taahap reaksi satuu molekuul metil ester teerbentuk dengaan mengkonsum msi satu mol metanol m (Vujicicc et al., 2010).
ln k
‐2 5 0,00285 ‐4 ‐6 ‐8
0,00295
0,00305
00315 0,0
0,003 325
y = ‐4208 8,x + 6,106 R² = 0,953
1/T
mbar 5. Persam maan arhenius untuk u plot ln k versus 1/T unttuk transesteriffikasi minyak sawit s dengan Gam menggunakann katalis CaO/ -Al2O3 Konverrsi metil ester dihitung d berdassarkan data hassil analisa GC seperti s pada gaambar 4. Denggan melakukann fitting data d antara t daan –ln (1-XA) dan d menarik fuungsi linear, maaka didapatkann nilai k untuk berbagai kondisi suhu reaksi. Berdasarkan B haasil fitting data didapatkan nillai R2 mendekaati satu, sehinggga asumsi bahwa reaksi r ini orde satu adalah beenar. Hal ini didukung oleh hipotesa bahwa reaksi transestterifikasi adalaah pseudo first f order (Zhhang, dkk., 20110). Kemudian nilai k dari berbagai suhu reaksi diplotkkann pada grafik, dengan absis sebagai fungsi 1/T dann ordinat sebagai fungsi ln k seperti s pada gaambar 5. Slope dan intercept mbar 5 menunjjukkan nilai ennergi aktivasi dan d faktor frekuuensi. Nilai eneergi aktivasi (E EA) yang dari gam ditentuk kan dari grafik k yaitu 34, 989447 KJ/mol dan faktor frekuennsi (A) yaitu 4448,7653 menit-1 . SIMPULAN 4. KES Katalis CaO dengan loadin ng γ-Al2O3 dapaat dipakai sebaagai katalis bassa padat yang potensial p didalam m proses tranesterifikasi minyyak sawit menjadi biodiesel. Yield Y biodiesell meningkat seepanjang kenaikaan suhu dan waaktu reaksi, tetaapi tidak berlakku untuk peninngkatan % beraat katalis yang ditambahkan. Kondisii optimal reak ksi dicapai padaa temperatur 755oC, 7 jam denngan yield bioddiesel 64,95%. Persamaan model kinetika k reaksi tranesterifikassi minyak sawiit dengan kataliis CaO/γ-Al2O3 yaitu 448,76653 e-35014,76/RT. Hasil inni mengindikassikan bahwa kaatalis CaO/ γ-A Al2O3 masih perlu untuk ditinngkatkan karenaa % yield biodieseel masih rendaah bila dibandin ngkan dengan standart eropa untuk biodieseel yaitu 96,5% . AR PUSTAKA A DAFTA (1) Du ube M.A., A.Y Y. Tremblay, J. Liu, Biodiisel productionn using a meembrane reacto or, Bioresourcced Teechnology 98 (2007), ( 639-647. (2) Gu ui MM, Lee KT, K Bhatia S. Feasibility F of eddible oil vs. waaste edible oil as biodiesel feeedstock. Energy 20008;33:1646–53 (3) Ilggen Okhuzan, Ayse Nilgun,, 2008, devellopment of alu umina supportted alkaline Catalyst C used for f biodisel productiion, Jourrnal of Turkey. (4) Juumari A., Ag gus P., Sperissa D., 2009, Sintesis kataalis heterogenn nanokompossit untuk reakksi traansesterifikasi : kajian ekspeerimental, Prosiding Seminaar Nasional Teeknik Kimia In ndonesia-SNTK KI 20009. (5) Ku usdiana, D., Saaka, S., 2001, Kinetics K of trannsesterificationnin rapeseed oiil to biodiesel fuel as treated in suupercritical mettanol, Fuel,80, 693-698 (6) Liiu X, Huayang g He, Yujun Wang dan Shhenlin Zhu., 2008, 2 Transestterification of Soybean Oil to Biiodisel Using CaO C as a Solid Base Catalyst., J Fuel., 87, 216-221. 2 (7) Maa, M F, Hannab,, M.A., 1999, Biodisel B produuction – A Reviiew, Bioresourr. Techno., 70, 1-15 (8) Michael, M S.G., McCormic, M R. L.,1998, L Combbustion of fat and a vegetable ooil derived fueel in disel enginne, Prrog. Energy Coombustion , Scll .24, 125-164 (9) Muniyappa M PR, Brammer SC, Noureddini H.. Improved connversion of plannt oilsand anim mal fats into biodiesel and co-product. Bioreesour Technol 1996;56: (10) Scchuchrdt, U., Secheli, S R.M., 1998, TRansesterification off vegetable oil: a revew. J. Bras. B Chem. Sooc. 9, 199-210
A.7-5
SE EMINAR NA ASIONAL TEKNIK T KIMIA SOEBA ARDJO BR ROTOHARD DJONO IX P Program Studdi Teknik Kiimia UPN “V Veteran” Jaw wa Timur Surabayya, 21 Juni 2012 (11) Szzybist, J., Song g, M. Alam, A. I. Boehman, Biodisel combbustion, emissiion and emissiion control, Fuuel Prrocessing Techhnology 88 (200 07) 679-691. (12) Vy yas AP, Vermaa JL, Subrahmaanyam N. A reeview on FAME production pprocesses.Fuel 2010;89:1–9. (13) World W Oil, 19944 dan 1998 (14) Zaabeti Masoud, Wan Mohd Assri Wan Daud, Mohamed Kheeireddine Arouua, 2009, Activvity of solid caatalysts for bioddisel productioon: A revew, Fuuel Processing Technology, 990, 770-777. (15) Zhheng S, Kates M., Dube, M. A., Mclean, D D.D., 2006, Aciid catalyst production of biodisel from wasste fryying oil, Biomaass Bioner, 30,, 267-272
A.7-6