PROGRAM STUDI AKUNTANSI UNIPA MAUMERE 1. PENGARUH BIAYA PROMOSI TERHADAP PENINGKATAN PENJUALAN POLIS ASURANSI PADA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA BERSAMA (AJB) BUMIPUTERA 1912 CABANG MAUMERE (Henrikus Herdi, Maria Nona Dince) 2. ANALISIS PENILAIAN PERSEDIAAN DENGAN METODE LABA KOTOR UNTUK MENENTUKAN NILAI KERUGIAN PADA SPBU PRIMA KARYA – MAUMERE (Yan Yanitza Salvanos, Agus Salim) 3. ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI LEMARI GANDENG 3 DAN DAUN PINTU PADA CV.VIVA WAILITI (Paulus LamaWitak, Konstantinus Pati Sangga) 4. ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING LOAN TERHADAP PENYALURAN KREDIT MODAL KERJA PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH (Yosefina Andia Dekrita, Emilianus Kutu Goo) 5. ANALISIS POTENSI PAJAK PENERANGAN JALAN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN SIKKA (Petrus Da Silva, Theresia Ludgardis)
ACCOUNTING Vol : 2 Hal : 1 - 60 Mei 2015 ISSN : 2407-1110 FAKULTAS EKONOMI – UNIVERSITAS NUSA NIPA MAUMERE
ACCOUNTING UNIPA MEI 2015
Analisis Pengaruh Non Performing Loan Terhadap Penyaluran Kredit Modal Kerja pada Bank Pembangunan Daerah Yosefina Andia Dekrita Emilianus Eo Kutu Goo Universitas Nusa Nipa Maumere Perbankan memiliki peran yang penting dalam perekonomian dan salah satunya sebagai lembaga intermediasi yang tugasnya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit. Kredit modal kerja ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja perusahan, baik sektor usaha besar maupun sektor usaha kecil. Semakin banyak bank menyalurkan kredit modal kerja berarti lebih banyak sektor riil yang dapat menyerap kredit. Untuk itu perlu diketahui faktor – faktor interen dari sisi perbankan yang diperkirakan mempengaruhi bank dalam menyalurkan kredit modal kerjanya, tingkat kolektibilitas yang diproksikan dengan Non Performing Loan (NPL). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Non Performing Loan terhadap penyaluran kredit modal kerja, dengan menggunakan 3 alat analisis kuantitatif yaitu analisis regresi sederhana, analisis koefisien korelasi, dan analisis determinasi dengan tingkat signifikansi 5%. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari laporan keuangan yang dipublikasikan dan diunduh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Umum dan untuk kepentingan penelitian maka sampel yang digunakan adalah Bank Pembangunan Daerah (BPD), dalam penelitian ini peneliti mengamati data selama 3 tahun. Dari hasil penelitian ini, dapat diketahui hasil perhitungan analisis regresi sederhana terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara NPL terhadap kredit Modal Kerja, sedangkan hasil perhitungan analisis koefisien korelasi antara NPL terhadap kredit modal kerja yakni sebesar 0,930. Berdasarkan kriteria, maka hubungan antara variabel dependen terhadap variabel independen dikatakan sangat erat. Untuk pengaruh NPL terhadap kredit modal kerja dengan koefisien determinasi yang diperoleh adalah sebesar 0,8649. Hal ini terbukti bahwa NPL memiliki pengaruh yang sangat kuat yakni sebesar 86,49% dalam penyaluran kredit modal kerja, sisanya sebesar 13,51% dipengaruhi oleh model lain. Kata Kunci
: NPL, Penyaluran Kredit Modal Kerja.
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Menurut undang-undang perbankan no 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sektor perbankan menjadi salah satu faktor yang memegang peranan karena berfungsi sebagai penghimpun dan
penyalur dana melalui penciptaan produk yang beraneka ragam untuk ditawarkan kepada masyarakat yang ingin menggunakan jasa perbankan. Bank adalah lembaga keuangan (financial institution) yang berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dan pihak yang kekurangan dana (deficit unit). Melalui bank kelebihan dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang
memerlukan dan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Kredit dapat diperoleh baik dari bank umum atau bank konvensional maupun bank perkreditan rakyat. Kredit merupakan salah satu cara bagi bank untuk media penyaluran dana kepada masyarakat. Namun, bank harus memberikan perhatian khusus dalam pemberian kredit terhadap calon debitur. Karena bank memiliki tanggung jawab atas dana nasabah yang diberikan kepadanya. Seperti diketahui bahwa, sumber dana bank yang digunakan untuk disalurkan sebagai kredit sebagian besar diperoleh dari masyarakat, yang di antaranya berasal dari tabungan, deposito, dan giro. Keputusan pemberian kredit memiliki risiko tinggi atas ketidak mampuan debitur dalam membayar kewajiban kreditnya pada saat jatuh tempo. Jadi untuk menjaga dan meminimalisir risiko tersebut dan demi keamanan, bank harus mampu melakukan penilaian dan pertimbangan yang sangat teliti. Ada beberapa hal yang akan dinilai dan diperhatikan oleh bank terhadap suatu perusahaan yang akan menjadi debiturnya sebelum memberikan persetujuan suatu permintaan kredit. Salah satunya adalah analisis laporan keuangan perusahaan. Pendapatan terbesar dalam bank yang dapat mempengaruhi modal adalah pendapatan bunga dalam penyaluran kredit. Karena dari peningkatan penyaluran kredit maka perolehan pendapatan bunga meningkat, meningkatnya perolehan pendapatan ini dapat menutupi seluruh beban termasuk Non Performing Loan (NPL). Setelah pendapatan dikurangi beban dan Non Performing Loan (NPL) baru didapat laba, dimana laba ini akan mempengaruhi pertumbuhan modal. Karena penyaluran kredit memberikan pemasukan yang sangat besar, maka masing – masing bank
dalam membuat penyaluran yang berbedabeda dengan tujuan menambah jumlah modal. Pengelolahan kredit bermasalah (non performing loan) menjadi sangat penting karena hal ini berdampak pada kinerja perusahaan. Tingginya Non Performing Loan (NPL) dapat mempengaruhi kebijakan bank dalam menyalurkan kreditnya yaitu bank lebih hati-hati. Karena bank yang tetap memberikan kredit ketika NPL-nya tinggi berarti bank tersebut termasuk risk taken. Kesalahan dalam penyaluran dana lebih merugikan lagi jika tidak diproses dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan banyaknya jumlah kredit yang macet. Batas maksimum persentase kredit bermasalah pada setiap perbankan di Indonesia harus mengacu pada peraturan yang di buat oleh Bank Indonesia tentang batas kewajaran tingkat Non Performing Loan yaitu sebesar 5%. Peraturan ini penting agar setiap perbankan yang ada di Indonesia tetap menjaga tingkat Non performing loan. Menurut Sutrisno (2001;42) modal kerja adalah “Dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, membayar utang dan pembayaran lainnya”. Modal kerja adalah aktiva lancar dikurang utang lancar. Modal kerja juga bisa dianggap sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan terhadap aktiva tidak lancar atau untuk membayar utang tidak lancar, (Harahap,2001:288). Terdapat tiga konsep definisi modal kerja yaitu konsep kuantitatif, konsep kualitatif, dan konsep fungsional. Posisi penyaluran Kredit Modal Kerja dan Non Performing Loan pada Bank Pembangunan Daerah sesuai data statistik Bank Indonesia adalah sebaga berikut :
Tabel 1.1 Non Performing Loan dan Modal Kerja Tahun 2010 – 2012 (Dalam Miliar Rp ) 2010 Keterangan Modal Kerja
Januari
Frebuari
Maret
April
23.325
24.874
26.062
1.484
1.687
Keterangan Modal Kerja
Januari
NPL
NPL
Mei
Juni
Juli
25.418
26.762
27.975
29.151
1.880
1.846
1.973
1.905
2.088
Frebuari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
27.714
27.866
29.297
30.049
30.964
32.734
33.753
2.112
2.072
2.244
2.394
2.581
2.529
2.574
Agustus
Sept.
Okt.
Nov.
Des.
33.374
30.430
30.912
31.172
29.719
2.184
2.170
2.363
2.253
1.934
Agustus
Sep.
Okt.
Nov.
Des.
34.716
35.812
37.473
37.808
35.304
2.626
2.650
2.836
2.700
1.948
2011
2012 Keterangan Modal Kerja
Januari
Frebuari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Sep.
Okt.
Nov.
Des.
33.179
33.999
35.436
36.670
38.894
41.586
47.659
44.360
46.255
46.914
48.044
45.861
NPL
2.274
2.252
2.302
2.504
2.551
2.620
3.234
3.445
3.269
3.432
3.440
3.207
Sumber data : Data dari Bank Indonesia Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa modal kerja pada Bank Pembangunan Daerah selama tiga tahun semakin naik, dan NPL juga semakin naik. Kondisi NPL semakin meningkat berarti besarnya kredit macet pada Bank Pembangunan Daerah juga semakin besar. Hal ini berarti kredit macet pada Bank Pembangunan Daerah setiap tahun meningkat. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah yang akan dibahas adalah : Apakah Non Performing Loan berpengaruh pada penyaluran kredit modal kerja pada Bank Pembangunan Daerah? Tujuan penelitian Untuk mengetahui pengaruh Non Performing Loan terhadap penyaluran kredit modal kerja pada Bank Pembangunan Daerah.
TINJAUAN PUSTAKA Bank Berdasarkan undang–undang no. 3 tahun 2014 tentang perbankkan menyebutkan : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak”. Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 november 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dangan bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalaurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Aktivitas perbankkan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah didunia perbankan adalah kegiatan (funding). Jenis
simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah simpanan giro, tabungan sertifikat deposito, dan deposito berjangka. Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat, maka oleh perbankan dana tersebut diputarkan kembalai atau dijualkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan istilah kredit (lending). Dalam pemberian kredit juga dikenakan jasa pinjaman kepada penerima kredit (debitur) dalam bentuk bunga dan biaya administrasi. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dapat berdasarkan bagi hasil atau penyertan modal. Tujuan dan Fungsi Bank. Menurut Kasmir (2008; 100) tujuan bank yaitu : untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Sedangkan fungsi bank yaitu : 1) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan monoter 2) Mengatur dan melaksanakan kelancaran devisa 3) Mengatur dan mengawasi bank Jenis – Jenis Bank Menurut Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya (2008 : 34) jenis – jenis bank yaitu : 1) Bank Umum adalah bank yang melakasanakan kegiatan secara konvensional, prinsip syariah yang dalam kegiatan memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran. 2) Bank Prekreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka,tabungan dan atau bentuk lainnya yang dalam kegiatan tidak memberikan jasa lalulintas pembayaran. Kegiatan BPR jauh lebih sempit dari bank umum. Kredit. Pengertian kredit berasal dari bahasa Latin yaitu “credere” yang berarti kepercayaan. Kredit mengandung unsur kepercayaan
antara pihak pemberi dan pihak penerima kredit, unsur waktu, prestasi dan kontra prestasi serta resiko. Kredit tidak dapat di pisahkan dengan piutang (kredit merupakan sebab terjadinya pintang). Orang atau badan yang memberikan kredit disebut kreditur, sedangkan orang atau badan yang menerima kredit disebut debitur. Menurut Undang – Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sementara itu pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Kredit perdagangan adalah penjualan barang di mana pembayarannya dilakukan secara angsuran (cicilan) sesuai kesepakatan yang dibuat antara penjualan dan pembelian untuk jangka waktu tertentudengan masing – masing hak dan kewajibannya. Sedangkan O.P Simorangkir (Budi Untung, 2000 : 1) mengemukakan bahwa : “kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan balas prestasi (kontra prestasi) yang akan terjadi pada waktu yang akan datang. Unsur-Unsur Kredit Dalam pemberian kredit, unsur kepercayaan adalah hal yang sangat mendasar yang menciptakan kesepakatan antara pihak yang memberikan kredit dan pihak yang menerima kredit untuk dapat melaksanakan hak dan kewajiban yang telah disepakati, baik dari jangka waktu
peminjaman sampai waktu pengembalian kredit serta balas jasa yang diperoleh, maka unsur – unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas kredit adalah sebagai berikut (Kasmir, 2004 : 74) : 1) Kepercayaan 2) Kesepakatan 3) Jangka Waktu 4) Resiko 5) Balas Jasa Tujuan Kredit Menurut kasmir pemberian suatu kredit mempunyai tujuan tertentu yaitu : 1) Mencari Keuntungan 2) Membantu Usaha Nasabah 3) Membantu Pemerintah Jenis – Jenis Kredit Menurut Kasmir ( 2008 ; 103 ), kredit yang diberikan oleh bank umum dan bank perkreditan rekyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis – jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi anatar lain sebagai berikut : 1) Dilihat dari segi kegunaan : Kredit Investasi dan Kredit modal kerja 2) Dilihat dari segi tujuan : Kredit produktif, Kredit konsumtif dan Kredit perdagangan 3) Dilihat dari segi jangka waktu : Kredit jangka pendek, Kredit jangka menengah dan Kredit jangka panjang 4) Dilihat dari segi jaminan : Kredit dengan jaminan dan Kredit tanpa jaminan 5) Dilihat dari segi sektor usaha : Kredit pertanian, Kredit peternakan, Kredit industri, Kredit pertambangan, Kredit pendidikan, Kredit profesi dan Kredit perumahan. Non Performing Loan Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio keuangan yang bekaitan dengan risiko kredit. Risiko kredit adalah risiko dari kemungkinan terjadinya kerugian bank sebagai akibat dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan bank kepada debitur. Non Performing
Loan adalah perbandingan antara total kredit bermasalah dengan total kredit yang di berikan kepada debitur. Bank dikatakan mempunyai NPL yang tinggi jika banyaknya kredit yang bermasalah lebih besar daripada jumlah kredit yang diberikan kepada debitur. Apabila suatu bank mempunyai NPL yang tinggi, maka akan memperbesar biaya, baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, dengan kata lain semakin tinggi NPL suatu bank, maka hal tersebut akan mengganggu kinerja bank tersebut. Dalam dunia perbankan, suatu kredit dapat dikategorikan dalam kredit bermasalah apabila : 1) Terjadi keterlambatan pembayaran bunga dan/atau kredit induk, lebih dari 90 hari semenjak tanggal jatuh temponya; 2) Tidak dilunasi sama sekali; atau 3) Diperlakukan negosiasi kembali atas syarat pembayaran kembali kredit dan bunga yang tercantum dalam pemberian kredit. Bank sendiri sudah memiliki kriteria dalam memberi penilaian dan menggolongkan kemampuan debitur, dalam mengembalikan pembayaran pokok atau angsuran dan bunga sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati, yang diatur dalam Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor 31/147/KEP/DIR tahun 1998. Dalam surat keputusan tersebut kredit digolongkan menjadi lima, yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. Tingkat kolektibilitas kredit yang dianggap bermasalah dan dapat mengganggu kegiatan operasional adalah kredit macet atau dikenal dengan Non Performing Loan (NPL) yang mana merupakan persentase kredit bermasalah (dengan criteria kurang lancar, diragukan dan macet terhadap total kredit yang disalurkan). Setiap penanaman dana bank dalam aktiva produktif dinilai kualitasnya dengan menentukan tingkat
kolektibilitasnya. Kolektibilitas dapat diartikan sebagai keadaan pembayaran kembali pokok, angsuran pokok atau bunga kredit oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterima kembali dana yang ditanamkan dalam surat berharga atau penanaman lainnya. “Risiko kredit yang diterima oleh bank merupakan salah satu risiko usaha bank, yang diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada debitur. Oleh karena itu kemampuan pengelolaan kredit sangat diperlukan oleh bank yang bersangkutan (Sinungan, 2000)”. NPL yang tinggi akan memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, besarnya NPL yang baik adalah di bawah 5%. “NPL ini dapat juga diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan baik akibat faktor kesengajaan yang dilakukan oleh debitur maupun factor ketidaksengajaan yang berasal dari faktor luar (Meydianawathi, 2006)”. Rasio Non Performing Loan (NPL) ini dapat diformulasikan sebagai berikut : Kredit bermasalah NPL : X 100% Kredit yang disalurkan Bank yang mengalami peningkatan penyaluran kredit akan memiliki kemungkinan adanya Non Performing Loan yang meningkat sejalan dengan beban. Hal tersebut tentu saja akan mempengaruhi pertumbuhan modal bank. Selain besarnya beban operasional dan
meningkatnya NPL yang dapat mempengaruhi pertumbuhan modal, terdapat faktor lain yang mempengaruhi jumlah modal yaitu pembagian deviden yang tidak seimbang dengan laba ditahan karena modal bersih bank mencerminkan jumlah dana yang akan disalurkan kembali kepada masyarakat (Budiawan, 2008). Penggolongan Kualitas Kredit Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor:7/2/PBI/2005 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum ditetapkan secara tegas penggolongan ditinjau dari segi kualitas kredit, maka kredit dibagi atas 5 tingkatan, yaitu : 1) Lancar (pass), apabila memenuhi kriteria: Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; dan memiliki mutasi rekening yang aktif; atau bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral). 2) Dalam Perhatian Khusus (special mention), apabila memenuhi criteria : Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui 90 hari; atau kadang-kadang terjadi cerukan; atau mutasi rekening relatif aktif; atau jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; didukung oleh pinjaman baru. 3) Kurang Lancar (Substandard), apabila memenuhi criteria : Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari; atau sering terjadi cerukan; atau frekuensi rekening relatif rendah; atau terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari ; terdapat indikasi masalah keuangan debitor; atau dokumentasi pinjaman lemah. 4) Diragukan (doubtful), apabila memenuhi kriteria: terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari; atau terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau terjadi kapitalisasi bunga; atau dokumentasi hukum yang lemah baik
untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan. 5) Macet (loss), apabila memenuhi kriteria: terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar. Penyebab Kredit Macet Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya kredit bermasalah, yaitu : 1) Faktor interen bank : a) Rendahnya kemampuan atau ketajaman bank melakukan analisis kelayakan permintaan kredit yang diajukan debitor. b) Lemahnya sistem informasi kredit serta sistem pengawasan dan administrasi kredit. c) Campur tangan yang berlebihan dari para pemegang saham bank dalam keputusan pemberian kredit. d) Pengikatan jaminan kredit yang kurang sempurna. 2) Faktor debitur : Debitor bank terdiri dari 2 (dua) kelompok, yaitu perorangan dan perusahaan atau korporasi. Penyebab kredit bermasalah perorangan yang lain erat hubungannya dengan gangguan terhadap diri pribadi debitor, misalnya kecelakaan, sakit, kematian, dan perceraian. Sedangkan penyebab kredit korporasi bermasalah pada umumnya disebabkan karena salah arus (mis.management), dan atau kurangnya pengetahuan dan pengalaman pemilik perusahaan dalam bidang usaha yang mereka jalankan, dan karena adanya penipuan (fraud). 3) Faktor eksteren dari bank : Penyebab kredit bermasalah yang dapat dikategorikan sebagai factor ekstern antara lain adalah: a) Kegagalan usaha debitor,
b) Menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit, c) Pemanfaatan iklim persaingan dunia perbankan yang tidak sehat oleh debitor yang tidak bertanggung jawab, dan d) Musibah yang menimpa perusahaan debitor. Penyelamatan dan Penyelesaian Kredit Macet Yang dimaksud dengan upayaupaya bank atau sering disebut dengan penyelamatan kredit merupakan upayaupaya bank untuk melancarkan kembali kredit yang telah tergolong „tidak lancar‟, „diragukan‟, atau bahkan telah tergolong „macet‟ untuk dikembalikan menjadi „kredit lancar‟, sehingga debitor kembali mempunyai kemampuan untuk membayar kepada bank, baik bunga maupun pokoknya. Rencana tindak lanjut yang dapat dilakukan dalam upaya penyelamatan kredit bermasalah jika diperkirakan prospek usaha masih baik adalah dengan cara 3 R,yaitu: a. Penjadwalan kembali (Rescheduling), yaitu upaya penyelamatan kredit dengan melakukan perubahan syaratsyarat perjanjian kredit yang berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali kredit atau jangka waktu, termasuk grace period baik termasuk besarnya jumlah angsuran maupun tidak. b. Persyaratan kembali (Reconditioning), yaitu upaya penyelamatan kredit dengan cara melakukan perubahan atas sebagian atau seluruh syarat perjanjian kredit yang tidak terbatas hanya pada perubahan jadwal angsuran atau jangka waktu kredit saja, namun perubahan tersebut tanpa memberikan tambahan kredit atau tanpa melakukan konversi atas seluruh atau sebagian dari kredit menjadi equity perusahaan. c. Penataan kembali (Restructuring), yaitu upaya penyelamtan dengan melakukan perubahan syarat-syarat perjanjian kredit berupa pemberian
tambahan kredit atau melakukan konversi atas seluruh atau sebagian dari kredit menjadi equity perusahaan dan equity bank yang dilakukan dengan atau tanpa rescheduling dan/atau reconditioning. d. Kombinasi, Merupakan kombinasi dari ketiga jenis yang diatas. e. Penyitaan jaminan. Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak punya itikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua hutanghutangnya. Modal Kerja Menurut Sutrisno (2001;42), modal kerja adalah “Dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, membayar utang dan pembayaran lainnya”. Menurut Harahap (2001:288) ”Modal kerja adalah aktiva lancar dikurang utang lancar. Modal kerja juga bisa dianggap sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan terhadap aktiva tidak lancar atau untuk membayar utang tidak lancar.” Menurut Sawir (2005:129) Modal kerja merupakan keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Menurut Weston dan Brigham (dalam Sawir, 2005:139) modal kerja adalah investasi perusahaan di dalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas, (surat-surat berharga), piutang dagang, dan persediaan. Modal kerja dapat dibagi menurut konsep sebagai berikut: 1) Konsep Kuantitatif, modal kerja adalah jumlah keseluruhan dari aktiva lancar disebut modal kerja bruto (gross working capital). 2) Konsep kualitatif, modal kerja adalah sebagian aktiva lancar yang benar-
benar digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa menggangu likuiditasnya. Dengan kata lain, modal kerja ini merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar, oleh karena itu disebut modal kerja netto ( net working capital ) 3) Konsep Fungsional, modal kerja ditinjau berdasarkan fungsinya dalam menghasilkan pendapatan ( Riyanto,2001) Jenis-Jenis Modal Kerja Menurut Taylor dalam Sawir (2005: 132), modal kerja dapat golongkan menjadi: 1) Modal kerja permanen Modal kerja permanen (permanen working capital) yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. 2) Modal kerja variabel Modal kerja variabel (variabel working capital) yaitu jumlah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Fungsi Modal Kerja Tunggal (1995:91) mengemukakan beberapa fungsi modal kerja antara lain sebagai berikut: 1) Modal kerja itu menampung kemungkinan akibat buruk yang ditimbulkan karena penurunan nilai aktiva lancar seperti penurunan nilai piutang yang diragukan dan yang tidak dapat ditagih atau penurunan nilai persediaan. 2) Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar semua utang lancarnya tepat pada waktunya dan untuk memanfaatkan potongan tunai; dengan menggunakan potongan tunai maka jumlah yang akan dibayarkan untuk pembelian barang menjadi berkurang. 3) Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk memelihara “credit standing”
perusahaan yaitu penilaian pihak ketiga, misalnya bank dan para kreditor akan kelayakan perusahaan untuk memelihara kredit. Selain itu, memungkinkan perusahaan untuk
menghadapi situasi darurat seperti: pemogokan, banjir.
B. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual analisis pengaruh Non Performing Loan terhadap
penyaluran kredit modal kerja, sebagai barikut :
Dalam kerangka konseptual yang ada, dapat dilihat bahwa variabel terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat. Untuk variabel bebas yaitu Non Performing Loan, dan untuk variabel terikat yaitu penyaluran kredit modal kerja.
Performing Loan dengan Kredit Modal Kerja.
Hipotesis Ha : terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Non Performing Loan dengan Kredit Modal Kerja. Ho : tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Non
METODE PENELITIAN Desain Peneliti dan Jenis Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian korelasi dengan tujuan untuk mempelajari sejauh mana variabel – variabel dalam suatu obeyek berkaitan dengan satu atau lebih variabel dalam obeyek tersebut atau dalam obeyek lain, menggunakan perhitungan koefisien korelasi. Pada penelitian ini adalah kondisi antara Non Performing Loan terhadap
Modal Kerja. Peneliti menggunakan data sekunder data karena data diperoleh dari statistik Bank Indonesia yang telah ada. Peneliti menggunakan penelitian kuantitatif. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum. Sampel Dalam penelitian ini, yang menjadi sampel penelitian adalah Bank Pembangunan Daerah, mengenai laporan Non Performing Loan dan Kredit Modal Kerja periode 2010 – 2012. Variabel Penelitian Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Non Performing Loan terhadap kredit modal kerja, digunakan dua variable. Variable tersebut adalah: 1. Variable bebas (independent variable). Dalam penelitian ini
No 1.
Variabel NPL
2.
Modal Kerja
variable bebasnya adalah Non Performing Loan. Variable ini diberi simbol X. 2. Variabel terikat (dependent variabel). Dalam variabel ini variabel terikatnya adalah modal kerja. variable ini diberi simbol Y. Definisi Operasional 1. Non Performing Loan (X) atau kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikannya. 2. Modal kerja adalah investasi perusahaan di dalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas, (suratsurat berharga), piutang dagang, dan persediaan. Instrumen Penelitian Instrument penelitian yang digunakan dalam peneliti ini adalah :
Tabel 3.1 Instrument Penelitian Indikator 1. Kredit Macet 2. Kredit yang Disalurkan 1. Kas 2. Sekuritas 3. Piutang Dagang 4. Persediaan
Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian yaitu Bank Umum ( Data stastistik Bank Indonesia ). 2. Waktu Penelitian bulan April - Juli Analisis Data Adapun analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Analisis Regresi Sederhana Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh hubungan antara variable bebas / independen (Non Performing Loan) terhadap variable terikat /
dependen (Kredit modal kerja) dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana dengan rumus : Y = a + bx Dimana : X = variabel independen (NPL) Y = variabel dependen (kredit modal kerja) a = konstanta b = koefisien regresi Untuk mendapatkan nilai a dan b digunakan rumus sebagai berikut:
n∑XY – (∑X)(∑Y)
a = penduga bagi intercepat b = penduga bagi koefisien regresi n = jumlah produk sampel (laporan keuangan)
b= nΣX² - (ΣX)² (∑Y) (ΣX²) - (∑X) (∑XY) a= nΣX² - (ΣX)² b. Analisis Kofisisen Korelasi Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh hubungan antara variable independen (Non Performing Loan) terhadap variable dependen (Kredit Modal Kerja), dengan menggunakan analisis kofisien korelasi. Rumus untuk menghitung analisis kofisien korelasi sebagai berikut :
r
n X .Y X Y
n X
2
HASIL PENELITIAN
X n Y 2 Y 2
c. Analisis Determinasi. Koefisien determinasi (r2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara 0 dan 1. Jika nilai koefisien determinasi semakin mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen, dan begitu juga sebaliknya.
2
Keterangan : X = Non Performing Loan Y = Kredit Modal Kerja
Analisis Data 1. Uji Data Hasil uji normalitas dengan menggunakan model KolmogorovSmirnov adalah seperti yang ditampilkan berikut ini :
Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Variabel X dan Variabel Y NPL N Normal a,,b Parameters
Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
36 2.43231 .510298 0.113 .113 -.102 .676 .751
Modal Kerja 36 34.20892 6.951821 .113 .113 -.095 .680 .744
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Dari hasil pengolahan data pada Tabel 5.1 untuk variabel X dan Y diperoleh besarnya nilai signifikan (NPL = 0,751 dan Modal Kerja = 0,744) lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima yang berarti data residual berdistribusi normal.
2. Analisis Regresi Linear Sederhana Dalam penelitian ini, menggunakan analisis linear sederhana diperoleh hasil :
Tabel 5.2 Regresi Linear Sederhana Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
3.380,370
2.127,377
12.675
.856
NPL
Beta
T
.930
Sig.
1.589
.121
14.798
.000
a. Dependent Variable: Modal Kerja
Dari hasil analisis data seperti terlihat pada tabel 5.2, persamaan regresi linear sederhana yang terbentuk adalah: Y = 3.380,370 + 12,675X Nilai konstanta adalah 3.380,370; artinya jika variabel NPL nilainya 0, maka Modal Kerja nilainya sudah sebesar konstanta (3.380,370). Nilai koefisien regresi NPL adalah 1.381 ; ini dapat diartikan bahwa setiap peningkatan NPL sebesar 1 satuan, akan menaikkan nilai Modal Kerja sebesar 12,675 satuan. Dari tabel di atas diketahui juga tingkat signifikansi NPL 0,000 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian H0 ditolak yang berarti ada pengaruh signifikan variabel NPL terhadap variabel Modal Kerja. Selain itu, untuk mengetahui pengaruh secara kuantitatif dari perubahan variabel yang satu terhadap variabel yang lainnya dilakukan uji t dengan langkahlangkah sebagai berikut : 1)
(Non Performing Loan) denagn variabel Y (Modal Kerja) Ha : b1 ≠0, artinya terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel X (Non Performing Loan) dengan variabel Y (Modal Kerja) 2) Menentukan level of significant.
Pada penelitian ini digunakan level of significant α = 0,05. Dengan level of significant α = 0,05 diperoleh ttabel sebagai berikut: ttabel = α/2; n-k = 0,05/2; 36 - 1 = 0,025; 35 = 2,030 3) Hasil Perhitungan
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diperoleh thitung sebesar 14,798. 4) Kesimpulan.
Hipotesis Ho : b1 = 0, artinya tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel X
Daerah kritis : Daerah tolak H0
Daerah kritis : Daerah tolak H0
/2
/2
-1,983
-2,030
1,983
2,030
Ho diterima apabila: -2,030≤ thitung ≤ 2,030 Ho ditolak apabila: thitung > 2,030 atau thitung < -2,030 Berdasarkan hasil perhitungan untuk variabel X (Non Performing Loan) diperoleh : 14,798 > 2,030 ; sehingga Ho ditolak, artinya variabel X (Non
Performing Loan) tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan terhadap variabel Y (Modal Kerja)
3. Uji Koefisien Korelasi Person Analisis Koefisien Korelasi Person dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5.3 Koefisien Korelasi NPL
Pearson Correlation
NPL
Modal Kerja
1
.930
Sig. (2-tailed)
.000
N Modal Kerja
**
36
36 **
Pearson Correlation
.930
Sig. (2-tailed)
.000
N
36
1
36
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Untuk mengetahui kuat tidaknya pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dilihat dengan
membandingkan tabel koefisien korelasi berikut :
interprestasi
Tabel 5.4 Interprestasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00-0,199 Sangat Rendah 0,20-0,399 Rendah 0,40-0,599 Cukup 0,60-0,799 Kuat 0,80-0,1,00 Sangat Kuat Sumber : Sugiyono (2011 : 231)
Berdasarkan hasil analisis data pada tabel diatas terlihat bahwa korelasi product moment antara NPL terhadap Modal Kerja adalah 0,930. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh NPL terhadap Modal Kerja korelasi atau hubungannya : sangat kuat. 4. Analisis Determinasi Untuk menghitung kontribusi variabel x dalam mempengaruhi variabel
y, peneliti menggunakan rumus koefisien determinasi yaitu: CD = r2 x 100% Di mana : CD = Koefisien determinasi r = Koefisien Korelasi Hasil dari analisa determinasi adalah sebagai berikut: CD = r2 x 100% = 0,9302 x 100% = 86,49%
Artinya bahwa besarnya pengaruh NPL terhadap Modal Kerja adalah 86,49% sedangkan 13,51% dipengaruhi oleh variabel lain diluar dari variabel yang diteliti.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan uaraian – uaraian yang telah peneliti paparkan dari data penelitian yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis mengenai Analisis Pengaruh Non Performing Loan Terhadap Penyaluran Kredit Modal Kerja pada Bank Pembangunan Daerah, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini telah lolos dari uji normalitas, karena nilai signifikan > 0,05 maka distribusi data normal. 2. Dari hasil analisis regersi sederhana dapat diketahui bahwa secara bersamasama variabel independen memiliki pengaruh signifikan kuat terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari pengujian secara normalitas ( uji T ), dimana nilai Ttabel lebih besar dari nilai Thitung dan nilai probabilitas 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa Non Performing Loan berpengaruh signifikan kuat terhadap Modal Kerja dapat diterima. 3. Dari hasil analisis koefisisen korelasi antara Non Performing Loan terhadap kredit modal kerja adalah 0,930, sehingga pengaruh Non Performing Loan terhadap kredit modal kerja sangat kuat, hal ini dapat dibuktikan
dengan tabel interprestasi koefisien korelasi. 4. Hasil etimasi dari model regresi dalam penelitian ini menunjukan bahwa variabel independen mampu menjelaskan jumlah kredit modal kerja sebesar 86,49%. Sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain di luar model yang tidak dimasukan ke dalam model ini. Model lain yang dimaksudkan dalam peneliti ini seperti Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Return On Asset (ROA). Saran Terkait dengan penelitian yang dilakukan, maka penulis ingin memberikan saran untuk dijadikan masukan dan bahan pertimbangan yang berguna bagi pihak – pihak yang berkepentingan antara lain, sebagi berikut : 1. Bagi Manajemen Bank. Penulis menyarankan agar Bank Pembangunan Daerah lebih memperhatikan penyaluran kredit modal kerja agar terhindar dari kredit bermasalah dan diperoleh tingkat Non Performing Loan yang rendah dimasa yang akan datang. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya. Variabel independen yang mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 86,49%. Hal ini berarti variabel NPL berpengaruh terhadap modal kerja sebesar 86,49%, sedangkan masih terdapat 13,51% faktor di luar model, sehingga demi keakuratan hasil penelitian maka sebaiknya dilakukan penambahan variabel independen.
DAFTAR PUSTAKA Bank Indonesia, 1992. UU Pokok Perbankan No 7 Tahun 1992. Jakarta. --------------------, 1998. UU RI No. 10 Tahun 1998. Jakarta. -------------------, 1998. Surat Keputusan Direktur No. 31/ 147/ KEP/ DRI Tahun 1998. -------------------, 2005. Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/ 2/ PBI/ 2005. Tentang Penilaian Kualitas Bank Umum. ------------------, 2013. Perbankan Indonesia. Budiawan, 2008. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit. Tesis Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro Semarang. Jumingan, 2005. Analisis Laporan Keuangan, Bumi Aksara. Surakarta.
Kasmir, 2008. Analisis Laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo. Jakarta. ---------, 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi Ters 10, penerbit PT. Raja Wali. Jakarta. Meydanawati, 2006. Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sector UMKM Di Indonesia (2002 – 2006). Bulletin Studi Ekonomi, Volume 12 Nomor 2. Sinungan, Muchdarsyah, 2000. Manajemen dana Bank. Edisi kedua. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif Dan R&D, Penerbit Alfabeta. Bandung. -------------, 2011. Statistika Untuk Penelitian, Penerbit Alfabeta. Bandung. Http://Ilmumanajemen.Wordpress.Com/2007/08/08/Modal-Kerja/ Http://Www.Scribd.Com/Doc/9677500/Manajemen-Modal-Kerja http://agustyalisdayanti.blogspot.com/2013/03/bank-pembangunan-daerah.html