Antologi, Vol 3 Nomor 2 Agustus 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA KONSEP CAHAYA Sigit Prasetyo1) Sri Yuliariatiningsih Margaretha2) Edi Rohendi3)
Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menerapkan pembelajaran kooperatif model student team achievment division (STAD) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada konsep cahaya di kelas V SD Negeri Cibiru 06. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Aktivitas yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah aktivitas kerja sama, melihat dari hasil observasi dan wawancara mengenai pembelajaran yang dilakukan tidak menuntut peserta didik untuk bekerja sama dan kurang memberi kesempatan yang sama untuk berhasil, sehingga hasil belajar yang diperoleh masih rendah. Aktivitas sangat mempengaruhi perolehan hasil belajar. Seperti pada pembelajaran IPA yang dalam pembelajarannya, aktivitas merupakan hal yang penting diperhatikan selain dari pada hasil. Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model Elliot. Penelitian dilaksanakan sebanyak tiga siklus, setiap siklusnya terdiri dari tiga tindakan. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan lembar observasi guru dan peserta didik, catatan lapangan, wawancara, lembar aktivitas, lembar kuis atau evaluasi dan dokumentasi. Hasil dari penelitian dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model STAD pada konsep cahaya ini menunjukkan bahwa aktivitas kerja sama peserta didik dan juga hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Adapun perolehan nilai rata-rata aktivitas di setiap siklusnya adalah 45,25 di siklus I; 57,91 di siklus II; dan 79,08 di siklus III. Selain itu juga perolehan hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Adapun perolehan rata-rata hasil belajar peserta adalah 69,12 di siklus I; 71,49 di siklus II; dan 77,92 di siklus III. Dari hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada konsep cahaya. Oleh karena itu penerapan pembelajaran kooperatif model STAD pada saat pembelajaran konsep cahaya maupun pembelajaran lainnya direkomendasikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran.
Kata kunci
1) 2) 3)
: model STAD, aktivitas, hasil belajar, dan konsep cahaya.
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1101289 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
Antologi, Vol 3 Nomor 2 Agustus 2015
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL STAD TO INCREASE STUDENTS’ ACTIVITY AND LEARNING OUTCOMES IN STUDYING THE CONCEPT OF LIGHT Sigit Prasetyo1) Sri Yuliariatiningsih Margaretha2) Edi Rohendi3)
Elementary School Teaching Program of Indonesia University of Education Regional Cibiru
[email protected] ABSTRACT This research focuses on class that applies cooperative learning model Student Team Achievement Division (STAD) in order to improve learning activity on light concept subject and the learning outcome of fifth graders of SD NegeriCibiru 06. The purpose of this research is improving students’ learning activity and the outcome. The main concern of this research is students’ ability on team-working since according to the result of interview and observation regarding the applied learning method at school, students were not encourage to work together as a team and were not given the same chance to succeed on a subject that the outcome of learning is still low. Students’ activity at school can influence learning outcome. For instance, on science subject, activity is the important element in learning besides the score. In this classroom action research, the author used model Elliott. The research was conducted on three cycles which each cycle consists of three actions. The data that was used to write this research are teacher and student observation form, field record, interview, activity form, quiz sheets, and documentation. The result of cooperative learning model STAD research on light concept shows students’ activity and learning outcome reveals the improvement on each level. The average score of students’ activity in each cycle: 45,25 on cycle I; 57,91 on cycle II; and 79,08 on cycle III. Moreover, the result of students’ learning activity was significantly improved in each cycle. The average score of students: 69,12 on cycle I, 71,49 on cycle II, and 77,92 on cycle III. According to the result of this research, it can be concluded that the implementation of cooperative learning model STAD can improve students’ learning activity and outcome on light concept subject. Therefore, cooperative learning model STAD is recommended to be applied on teaching light concept subject and other subjects as an alternative of learning model.
Keywords: model STAD, activity, learning outcome, the concept of light
1) 2) 3)
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1101289 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
Antologi, Vol 3 Nomor 2 Agustus 2015
Dalam kehidupan sehari-hari, kerja sama merupakan hal yang penting untuk kelangsungan bersosialisasi. Kerjasama menjadi hal yang harus dimiliki oleh setiap individu ketika individu tersebut ingin berkembang. Belajar bekerja sama bisa dimulai dari pendidikan tepatnya pada saat pembelajaran. Melalui pendidikan peserta didik akan diajarkan mengenai keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai untuk kelangsungan hidupnya. Hal tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang termuat pada UU No. 20 Tahun 2003TujuanPendidikanNasionaladalahunt ukmeningkatkankualitasmanusia Indonesia yang berimanbertaqwakepadaTuhan Yang MahaEsa, berbudipekertiluhur,berkepribadianmandi ri, maju,tangguh,cerdas, kreatif,terampil, berdisiplin, beretoskerja, sehatjasmanidanrohani. Dalam menempuh pendidikan peserta didik akan dituntut untuk dapat mengembangkan diri baik dari segi pengetahuan, proses dan sikap. Salah satu contoh pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk berkembang secara pengetahuan, proses dan sikap adalah pada saatpembelajaran IPA. Dalam pelajaran IPA bukan hanya produk yang dilihat tetapi juga ada sebuah proses yang harus diamati, karena dalam pembelajaranya atau kegiatanya ada sebuah eksplorasi, pengamatan, mencari, menemukan yang dilakukan dengan berbagai percobaan. Dalam peleksanaan pembelajaran IPA di SD masih sangat kurang diminati oleh peerta didik,peserta didik kurang begitu antusias dalam mengikuti pembelajaran yang dilakukan oleh guru,
1) 2) 3)
bahkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik masih sangat kurang. Contohnya seperti proses atau aktivitas kerja sama peserta didik. Apabila proses atau aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik pada saat pembelajaran itu kurang baik, maka hal tersebut akan mempengaruhi produk atau hasil yang kuang baik pula. Permasalahan yang telah disebutkan tersebut, dialami oleh peserta didik kelas Vc SD Negeri Cibiru 06 pada saat pembelajaran IPA tepatnya dalam konsep cahaya. Pada saat proses pembelajaran konsep cahaya dilakukan peserta didik hanya sekedar menerimamenerima pengetahuan secara mentah saja tanpa melalui usaha sendiri, beragamnya setiap peserta didik baik secara sosial maupun kemampuan pengetahuan, membuat semakin rendahnya keinginan peserta didik untuk saling bersaing dalam kelas. Hal tersebut membuat rendah pula perolehan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran konsep cahaya.. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi tersebut, peneliti ingin meningkatkan aktivitas dan juga hasil belajar peserta didik dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model student team achievment division (STAD) pada konsep cahaya. Penerapan pembelajaran kooperatif sendiri merupakan pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk bisa saling bekerja sama dalam belajar. Peserta didik akan diberikan pemahaman bahwa dengan bekerja sama, peluang untuk meraih hal yang ingin dituju lebih terbuka dari pada bekerja sendiri. Sebagaimana hasil studi Deutsch (dalam Huda, 2014, hlm. 11). membuktikan bahwa ketika suatu kelompok lebih memilih untuk
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1101289 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
Antologi, Vol 3 Nomor 2 Agustus 2015
berkooperatif atau bekerja sama, mereka akan mencapai tujuannya dengan lebih produktif, saling berkomunikasi dengan efektif, dan memiliki rasa kebersamaan yang lebih intens daripada mereka yang memilih untuk berkompetisi atau bersaing satu sama lain. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik akan saling berinteraksi satu sama lain,sehingga dalam pembelajaran kooperatif peserta didik akan memiliki sikap sosial yang baik pula. Berdasarkan hal tersebut maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas V pada konsep cahaya dengan menggunakan model STAD? 2. Bagaimana peningkatan aktivitas peserta didik pada pembelajaran IPA konsep cahaya di kelas V SD menggunakan model STAD? 3. Bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model STAD dalam pembelajaran IPA konsep cahaya di kelas V SD? Dari rumusan masalah tersebut, maka adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas V pada konsep cahaya dengan menggunakan model STAD. 2. Mengetahui peningkatan aktivitas peserta didik pada pembelajaran IPA konsep cahaya di kelas V SD menggunakan model STAD. 3. Mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model STAD dalam pembelajaran IPA konsep cahaya di kelas V SD. Dalam tinjauan pustaka peneltian ini adalah membahas tentang hakikat dari pengertian belajar yaitu merupakan suatu proses terjadinya perubahan perilaku yang terjadi pada individu tersebut, baik
bersifat pengetahuan maupun tingkah laku. Membahas pengertian pembelajaran yang diartikan diartikan sebagai hubungan atau komunikasi dua arah yang dilakukan oleh guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik. Kemudian pengertian aktivitas yang bisa juga dikatakan sebagai kegiatan atau berbuat. Pengertian hasil belajar yang merupakan kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah melakukan suatu kegiatan pembelajaran. Serta pembelajaran model STAD yang merupakan pembelajaran yang masih satu bagian dari pembelajaran kooperatif. Model STAD ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang di kembangkan oleh Slavin, yang dalam pembelajarannya peserta didik akan di kelompokkan ke dalam kelompokkelompok kecil yang dibuat secara heterogen, kemudian peserta didik dalam kelompok akan saling bekerja sama dengan cara, apabila ada peserta didik yang tidak atau kurang mengerti mengenai materi yang sedang didiskusikan maka teman sekelompok yang lainnya harus membantu temannya tersebut sampai temannya tersebut mengerti. Setelah peserta didik mempelajari bersama-sama dengan kelompoknya masing-masing mengenai materi yang diajarkan. Peserta didik akan dites secara individu dengan kuis yang diberikan oleh guru. Adapun langkah-langkah pembelajaran STAD menurut Rusman (2012) 1. Penyampaian tujuan dan motivasi Pada tahap awal ini, guru diharuskan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan oleh peserta didik, agar peserta didik mengetahui arah tujuan dan ketercapaian yang akan didapatkan dari pembelajaran yang akan dilakukan. Pada tahap ini juga guru diharuskan memotivasi peserta didik. 2. Pembagian kelompok
Antologi, Vol 3 Nomor 2 Agustus 2015
Pada tahap ini guru membagi peserta didik kedalam kelompok kecil, terdiri dari 4-5 anak yang sifatnya heterogen (campur) baik itu dari jeniskelamin, ras, kulit, agama maupun prestasi akademiknya. 3. Presentasi dari guru Pada tahap ini guru menyampaikan materi secara garis besar. Jika pembelajarannya adalah percobaan maka pada tahap ini guru menjelaskan alat dan bahan yang harus disiapkan untuk percobaan yang ingin dilakukan. 4. Kegiatan belajar dalam tim (kelompok) Pada tahap ini peserta didik mulai melakukan diskusi atau percobaan dengan kelompoknya masing-masing. Tugas guru pada tahap ini adalah membimbing, mengamati pekerjaan peserta didik dan memberikan bantuan apabila itu diperlukan. 5. Kuis (evaluasi) Pada tahap ini peserta didik diberikan kuis berbentuk soal evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik memahami materi yang diskusikan bersama teman sekelompoknya. Kuis diberikan secara individu. Peserta didik dipersilahkan untuk duduk kembali ketempat semula dan saat pengerjaanya tidak diperbolehkan saling membantu satu sama lain walaupun dengan teman sekelompoknya. 6. Penghargaan prestasi tim Pada tahap ini adalah pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan nilai rata-rata tertinggi dari penjumlahan keseluruhan anggota kelompok tersebut. Untuk mendapatkan skor kelompok guru harus menghitung skor perolehan setiap anggota dalam kelompok dengan cara yang dijelaskan oleh Slavin (dalam Rusman, 2012,hlm. 216)
Setelah guru mendapatkan nilai individu setiap anggota lalu dijumlahkan secara keseluruhan dan dicari rata-ratanya maka guru akan memperoleh skor tertinggi setiap kelompok dan memberikannya reward dengan ketentuan yang dijelaskan oleh Rusman (2012, hlm. 216).
Pembelaran kooperatif model STAD ini walaupun bisa dibilang model lama tetapi masih bagus untuk digunakan dalam pembelajaran di waktu sekarang. Karena pembelajaran STAD bukan hanya mengasah satu keterampilan peserta didik saja tetapi juga mengasah keterampilanketerampilan lainya untuk muncul. Dalam pembelajaran ini peserta didik dituntut untuk saling bekerja sama, saling membantu dan saling aktif sebagaimana pembelajaran kooperatif pada umumnya. Selayaknya model pembelajaran pada umumnya. Pembelajaran kooperatif model STAD juga mempunyai keunggulan serta kekurangannya. Sebagaimana yang di utarakan oleh Davidson (dalamAsma,2006, hlm. 26) : a. Meningkatkankecakapanindividu b. Meningkatkankecakapankelompok c. Meningkatkankomitmen
Antologi, Vol 3 Nomor 2 Agustus 2015
d. Menghilangkanprasangkaburukterhada ptemansebaya e. Tidakbersifatkompetitif f. Tidakmemiliki rasa dendam METODE Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Cibiru 06 Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bnadung. Subjek penelitian ini adalah kelas V c tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 36 peserta didik yang terdiri 16 laki-laki dan 20 perempuan. Alasan dilakukannya penelitian di kelas tersebut adalah karena masih rendahnya tingkat aktivitas peserta didik dalam bekerja sama saat belajar kelompok dan masih rendahnya perolehan hasil belajar peserta didik pada konsep cahaya. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Yuliawati dkk. (2012, hlm. 17) “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyimpulkan data untuk menentukan tingkat keberhasilan jenis tindakan yang dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran”. Dengan kata lain penelitian kelas merupakan penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran dalam kelas. Dalam penelitian tindakan kelas ini desain yang digunakan adalah model Elliot. Penelitian ini dilakukan tiga siklus dan setiap siklus terdapat tiga tindakan. Peneltian ini menggunakan beberpa instrumen untuk memperoleh data yaitu dengan lembar observasi peserta didik, lembar observasi guru, lembar kerja siswa, lembar catatan lapangan, lembar wawancara, lembar aktivitas, lembar kuis atau evaluasi dan dokumentasi. Adapun teknik pengumpulan datanya adalah dengan cara observasi peserta didik dan guru, wawancara, penilaian aktivitas, penilaian hasil belajar dan teknik dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan adalah dengan cara kuantitatif, kualitatif dan triangulasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Perolehan nilai aktivitas (kerja sama) peserta didik di ukur menggunakan lembar aktivitas yang telah disediakan oleh guru. Dalam penilaiannya ada empat indikator yang harus muncul pada diri peserta didik terlihat aktif dalam bekerja kelompok, kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan, bersedia membantu orang lain dalam satu kelompok yang mengalami kesulitan dan aktif di luar kegiatan kelompok. Dalam pelaksanaanya, Pada siklus satu terdapat tiga tindakan. Setiap tindakan memiliki materi yang berbeda. Tindakan satu membahas tentang sumber cahaya dan sifat-sifat cahaya secara keseluruhan. Pada tindakan satu ini tidak ada percobaan dalam pembelajaranya. Tindakan dua membahas tentang sifat cahaya merambat lurus dan dapat dibiaskan. Tindakan tiga membahas tentang cahaya dapat menembus benda bening serta membedakan benda bening, benda keruh dan benda gelap. Pada tindakan dua dan tiga dalam proses pembelajaranya ada sebuah percobaan. Pada siklus dua terdapat tiga tindakan dan dalam setiap tindakan memiliki materi yang berbeda. Tindakan satu membahas tentang sifat cahaya dapat dipantulkan dan pemantulan pada cermin datar. Tindakan dua membahas tentang pemantulan cahaya pada cermin cekung dan cembung. Pada tindakan satu dan tindakan dua, peserta didik akan melakukan percobaan. Pada tindakan tiga peserta didik akan membuat hasil karya sebagai bentuk pengaplikasian sifat pemantulan cahaya. Peserta didik akan membuat periskop. Pada siklus tiga terdapat tiga tindakan juga. Setiap tindakan memiliki materi yang berbeda. Tindakan satu membahas tentang alat optik dan kelainan pada mata, dalam pembelajarannya tidak
Antologi, Vol 3 Nomor 2 Agustus 2015
ada kegiatan percobaan hanya diskusi. Tindakan dua membahas tentang sifat cahaya dapat diuraikan, dalam tindakan dua ada kegiatan percobaan. Pada tindakan tiga peserta didik akan membuat hasil karya lup. Secara umum kegiatan kelompok yang dilakukan oleh peserta didik terbagi menjadi tiga, diskusi; percobaan; membuat karya. Pada setiap pelaksanaan guru selalu mengawali pembelajaran dengan saling bertegur sapa, menanyakan kabar tentang peserta didik. Hal tersebut dilakukan untuk mendekatkan emosional antara peserta didikdengan guru. Kemudian guru memulai pelajaran dengan melakukan tanya jawab mengenai kehidupan sehari-hari maupun sesuatu yang dekat dengan peserta didik dan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Selanjutnya guru membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok kecil yang dibuat secara heterogen, setelah itu guru melakukan presentasi singkat mengenai materi ataupun langkah-langkah kerja kegiatan kelompok, kemudian guru membagikan LKS yang disesuaikan dengan materi. LKS yang diberikan adakalanya menuntut peserta didik untuk berdiskusi, melakukan percobaan dan membuat karya. Setelah itu peserta didik akan mempresentasikannya ke depan mengenai kegiatan yang telah dilakukan dengan kelompok. Selanjutnya peserta didik akan diminta untuk kembali ketempatnya masing masing dan diberikan kuis atau evaluasi yang sifatnya perorangan, dengan aturan tidak boleh saling membantu walaupun dengan teman satu kelompoknya. Setelah selesai guru akan memasukkan nilai setiap peserta didik ke kelompoknya masing-masing, dan setelah mendapatkan nilai kelompok yang paling tinggi maka guru memerikan sebuah reward sebagai bentuk apersepsi kepada tim juara. Terakhir guru meminta peserta
didik untuk menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan. Pada saat pelaksanaan siklus I banyak peserta didik yang masih pasif dalam mengikuti pembelajaran STAD khususnya pada saat kegiatan kelompok. Peserta didik masih terlihat kebingungan dengan pembelajaran yang dilakukan. Peserta didik masih belum dapat berinteraksi dengan baik dengan teman kelompoknya, karena peserta didik masih belum terbiasa dan nyaman belajar bersama, sehingga pembagian tugas di antara teman sekelompok masih belum rapih. Hal tersebut mengakibatkan kepasifan peserta didik dalam kegiatan kelompok. Selain itu juga pada siklus I tepatnya di tindakan satu ditemukannya gangguan dari luar sehingga mengakibatkan ketidak ikut sertaan beberapa peserta didik dalam kegiatan kelompok. Hal tersebut mempengaruhi hasil perolehan hasil belajar peserta didik itu sendiri dan kelompoknya. Adapun perolehan nilai rata-rata aktivitas peserta didik pada siklus Iadalah 46 pada tindakan 1; 42 pada tindakan 2; dan 47,75 pada tindakan 3. Kemudian perolehan nilai rata-rata hasil belajar peserta didik pada siklus I adalah 69,69 pada tindakan 1; 66,20 pada tindakan 2; 71,47 pada tindakan 3. Pada siklus IIterlihat peserta didik sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran kooperatif model STAD yang dilakukan oleh guru, walaupun masih ada beberapa peserta didik dalam kelompok yang pasif dan hiperaktif. Hal tersebut dapat teratasi dengan memberikan arahan kepada kelompok peserta didik tersebut maupun langsung kepada peserta didiknya. Pada siklus II tepatnya pada tindakan satu juga terjadi gangguan yang datangnya dari luar kendali guru, sehingga mengakibatkan terganggunya konsentrasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, yang
Antologi, Vol 3 Nomor 2 Agustus 2015
mengakibatkan menurunnya perolehan nilai aktivitas maupun hasil belajar peserta didik. Adapun perolehan nilai rata-rata aktivitas peserta didik pada siklus II adalah 47 pada tindakan 1; 52,75 pada tindakan 2; dan 74 pada tindakan 3. Kemudian perolehan nilai rata-rata hasil belajar peserta didik pada siklus II adalah 70 pada tindakan 1; 72,05 pada tindakan 2; 72,49 pada tindakan 3. Pada siklus III peserta didik terlihat sudah dapat mengikuti pembelajaran kooperatif model STAD yang diberikan oleh guru dengan baik. Antusias peserta didik dalam pembelajaran yang dilakukanpun meningkat, hal tersebut dapat dilihat dari tinggainya rasa ingin berpartisipasi peserta didik pada saat apersepsi dengan melakukan tanya jawab di awal pembelajaran. Pembagian kerja yang baik di antara teman satu kelompok, adanya interaksi yang positif dalam kegiatan kelompok, serta saling menyemangati ataupun memberitahu teman sekelompoknya yang masih belum dapat mengerti mengenai materi yang diajarkan. Dari aktivitas belajar peserta didik yang meningkat, maka meningkat pula nilai perolehan hasil belajar setiap peserta didik. Sebagaimana dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata aktivitas peserta didik pada siklus III adalah 77,75 pada tindakan 1; 79,5 pada tindakan 2; dan 80 pada tindakan 3. Kemudian perolehan nilai rata-rata hasil belajar peserta didik pada siklus III adalah 75,88 pada tindakan 1; 78,78 pada tindakan 2; 79,11 pada tindakan 3. Berikut ini adalah rerata nilai ratarata aktivitas peserta didik dari siklus I-III
79,08 80 60
57,91 45,25
40 20 0 Siklus I
Siklus II
Siklus III
Diagram 1. Rerata Nilai Aktivitas Peserta Didik Nilai presentase yang terdapat pada diagram tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata aktivitas yang diperoleh peserta didik setiap siklusnya meningkat yaitu pada siklus I 45,25; siklus II 57,91; dan siklus III 79,08.Walaupun nilai yang didapat mengalami peningkatan di setiap siklusnya tetapi masih ada beberapa peserta didik yang masih di bawah ratarata. Hal tersebut terjadi karena peserta didik sendiri jarang masuk ke sekolah dan ada beberapa peserta didik hiperaktif yang sulit untuk dikendalikan. Selanjutnya adalah rata-rata nilai hasil belajar peserta didik dari siklus I-III. 80
69,12
71,49
77,92
60 40 20 0 siklus I
siklus II
Siklus III
Diagram 2. Rerata Nilai Hasil Belajar Peserta didik Melihat diagram di atas maka dapat dikatakan bahwa perolehan nilai rata-rata hasil belajar peserta didik di setiap siklusnya meningkat yaitu pada siklus I 69,12; siklus II 71,49; dan siklus III 77,92. Meningkatnya perolehan nilai rata-
Antologi, Vol 3 Nomor 2 Agustus 2015
rata peserta didik tidak lain disebabkan karena meningkatnya aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas yang dilakukan peserta didik saat belajar sangat mempengaruhi perolehan hasil belajar peserta didik tersebut. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagaimana berikut. 1. Pelaksanaan pembelajaran koopartif model STAD memberikan dampak yang positif bagi kegiatan pembelajaran peserta didik pada konsep cahaya. Peneliti melakukan apersepsi dengan mengaitkan pengetahuan awal peserta didik, serta menggunakan media konkrit untuk membantu peserta didik membangun pengetahuan baru di awal kegiatan. Melalui cara heterogen peneliti membentuk kelompok kecil yang terdiri 5-6 peserta didik. Peneliti melakukan presentasi mengenai materi yang akan didiskusikan atau juga memberikan arahan mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat melakukan percobaan nanti. Selanjutnya peneliti memberikan LKS yang merupakan tugas kelompok. Adakalanya tugas dalam LKS tersebut berbentuk diskusi, percobaan dan membuat karya. Peserta didik kembali ke tempatnya masing-masing untuk melakukan kuis atau evaluasi, pada saat kuis atau evaluasi peserta didik tidak boleh lagi saling membantu walaupun dengan teman satu kelompoknya. Peneliti menghitung perolehan skor setiap peserta didik dan memasukkanya ke dalam nilai kelompok. Setelah mendapatkan kelompok dengan nilai tertinggi, peneliti memberikan reward dengan memberi gelar super team kepada juara pertama, great team kepada juara kedua dan good team kepada juara
ketiga, dan peneliti meminta peserta didik untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran, yang merupakan akhir dari kegiatan pembelajaran. 2. Aktivitas peserta didik pada pembelajaran IPA konsep cahaya menggunnakan pembelajaran kooperatif model STAD mengalami peningkatan. Model STAD ini memberikan dampak yang positif bagi segi sosial peserta didik baik itu dari segi kerja sama dan juga kepercayaan diri dalam mengemukakan pendapat peserta didik. Walaupun pada tindakan 2 siklus I dan tindakan 1 siklus II mengalami penurunan dikarenakan belum terbiasa dan adanya gangguan dari luar. Tetapi secara keseluruhan peserta didik mengalami peningkatan. Peningkatan yang terjadi pada peserta didik dapat terlihat dari meningkatnya perolehan nilai rata-rata aktivitas peserta pada setiap siklusnya. Adapun perincian perolehan nilai rata-rata aktivitas belajar peserta didik pada siklus I sebesar 45,25; siklus II sebesar 57,91; siklus III sebesar 79,08 3. Hasil belajar ranah kognitif peserta didik pada pembelajaran IPA konsep cahaya menggunnakan pembelajaran kooperatif model STAD mengalami peningkatan. Hal tersebut terbukti dari perolehan nilai yang didapatkan oleh peserta didik. Walaupun pada tindakan 2 siklus I dan tindakan 1 siklus II mengalami penurunan dikarenakan aktivitas peserta didik yang menurun sehingga berdampak pada perolehan hasil belajar yang ikut menurun. Tetapi secara keseluruhan nilai ratarata hasil belajar peserta didik pada setiap siklusnya mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada perincian perolehan nilai rata-rata hasil belajar peserta didik pada siklus I sebesar 69,69; siklus II sebesar 71,49; siklus III sebesar 77,92.
Antologi, Vol 3 Nomor 2 Agustus 2015
DAFTAR PUSTAKA Asma, N. (2006). Model pembelajaran kooperatif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Depdiknas. (2013). Undang-undang SISDIKNAS sistem pendidikan nasional. Bandung: Fokusmedia Huda, M. (2014). Cooperative learning metode, teknik, struktur dan penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rusman. (2012). Model-model pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Yuliawati, F .dkk. (2012). Penelitian tindakan kelas untuk tenaga pendidik profesional. Yogyakarta: Pedagogia.