Jurnal Manajemen Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 8
Efisiensi Pemasaran Benih Ikan Gurami (Oshpronemus Gouramy) Ukuran ‘Nguku’ ditinjau dari Keragaan Pasar di Kelurahan Duren Mekar dan Duren Seribu, Depok Jawa Barat The Marketing Efficiency of Carp Fish Seed (Oshpronemus gouramy) 'Nguku' Size on the market variability in Duren Mekar and Duren Seribu Villages, Depok, West Java 1
Adida1, Kukuh Nirmala2, Sri Harijati3
Pasca Sarjana MMP Universitas Terbuka, Jakarta, email:
[email protected] 2 Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor 3 Pasca Sarjana, Universitas Terbuka, Jakarta
Program Pascasarjana Universitas Terbuka Graduate Studies Program Indonesia Open University ABSTRAK Benih ikan gurami ukuran ‘Nguku’ merupakan salah satu benih ikan yang diproduksi oleh pembudidaya ikan di Kelurahan Duren Mekar dan Kelurahan Duren Seribu, Depok, Jawa Barat. Namun semakin menurunnya jumlah pembudidaya di kedua Kelurahan tersebut serta semakin banyaknya calo benih ikan di pasar ikan menyebabkan perlu diadakannya penelitian efisiensi pemasaran benih ikan gurami ukuran ‘Nguku’ yaitu dengan menganalisis panjang pendeknya saluran pemasaran, fungsi pemasaran apa saja yang dilakukan pelaku pemasaran, marjin, Farmer’s Share, rasio keuntungan biaya, rasio pendapatan biaya dan keuntungan pembudidaya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember sampai dengan Desember 2011 menggunakan pendekatan fungsi dan pendekatan keragaan pasar. Populasi pada penelitian ini adalah semua pembudidaya ikan gurami ukuran ‘Nguku’ dan pelaku pemasaran lainnya yaitu pengepul, pedagang pengecer, agen dan calo. Jenis instrumen yang digunakan adalah kuisioner yang bersifat terbuka. Hasil penelitian menunjukkan ada 4 saluran pemasaran benih ikan gurami ukuran ‘nguku’. Banyaknya fungsi pemasaran yaitu penjualan, pembelian, penyimpanan, pengangkutan, penanggulangan resiko, grading, pembiayaan dan informasi pasar menyebabkan meningkatnya biaya pemasaran dan marjin pemasaran. Pemasaran benih ikan gurami ukuran ‘Nguku’ belum efisien karena distribusi marjin dan rasio keuntungan biaya yang tidak merata diantara pelaku pemasaran, tingginya biaya pemasaran, tingginya Farmer’s Share namun pendapatan pembudidaya rendah. Dengan demikian efisiensi pemasaran benih ikan gurami akan tercipta seiring dengan semakin membaiknya keragaan pasar benih ikan gurami. Kata Kunci : efisiensi pasar, gurami, keragaan pasar, marjin ABSTRACT The Carp seed 'Nguku' size is one of the fish seed produced by fish farmers in Duren Mekar and Duren Seribu Villages, Depok, West Java. However, the decline in the number of farmers in both Villages as well as a growing number of fish seed actors in the fish market, entail to conduct a research on the marketing efficiency of carp fish 'Nguku' size. It was conducted by analyzing the short length of marketing channels, marketing functions performed by marketing actors, margins, Farmer's Share, cost benefit ratio, the ratio of fee income, and the profitability of farmers. The study was conducted from November to December 2011 using ISSN : 2356-3907
1
Jurnal Manajemen Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 8
the function approach and market variability approach. The population in this study were all carp farmers 'Nguku' size and other marketing actors such as wholesalers, retailers, agents and brokers. Type of instrument used was an open questionnaire. The results indicated that there were 4 carp seed marketing channels 'nguku' size, while the function of marketing was done by the marketing actors such as selling, purchasing, storaging, transportation, risk handling, grading, financing and market information. Based on the research, it can be said that the marketing of seed carp 'Nguku' size is not efficient. This condition was occured since the distribution of profit margins and expense ratios are not equally distributed among marketing actors, the high cost of marketing, and the high level of Farmer's Share. However, the income of farmers is still relatively low. In order to increase the marketing efficiency of carp fish seed, it was suggested that improve the variability of carp seed market. Keywords: carp seed, margin, market efficiency, market variability. Pendahuluan Benih ikan gurami ukuran ‘Nguku’ atau ikan berukuran 2,5 cm merupakan salah satu benih yang diproduksi oleh pembudidaya di Kelurahan Duren Mekar dan Kelurahan Duren Seribu, Depok, Jawa Barat. Hasil usaha benih ini berfluktuasi tergantung dari musim. Pada saat musim kemarau, jumlah benih yang dihasilkan sedikit dan saat musim hujan jumlah benih melimpah dan hal ini akan mempengaruhi harga jual benih ikan gurami. Harga benih ikan gurami yang cukup tinggi di pasar disebabkan karena masa pemeliharaan yang lama dan terdapat beberapa perantara pelaku pemasaran yang menyalurkan ikan dari pembudidaya ke konsumen akhir. Banyaknya calo dan ketidaknyamanan berbelanja benih ikan di pasar Parung menyebabkan jumlah pembudidaya dan pedagang pengecer ikan gurami di Kelurahan Duren Mekar dan Kelurahan Duren Seribu menurun setiap tahun.Mereka beralih komoditas dari pembudidaya ikan gurami menjadi pembudidaya ikan jenis lain. Ada 10 pembudidaya gurami yang sebelum tahun 2011 beralih menjadi pembudidaya ikan jenis lainnya seperti lele atau patin. Sedangkan pedagang pengecer ada yang beralih pekerjaan menjadi calo atau pekerjaan lainnya (komunikasi pribadi, Irwan, 2011). Permasalahan ini akan dikaji dari pemasaran benih ikan gurami tersebut. Mahyuddin (2009) menyatakan bahwa pemasaran dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan menyalurkan produk dari produsen ke konsumen sehingga pemasaran merupakan ujung tombak kegiatan ekonomi dalam agribisnis perikanan. Pemasaran dalam penelitian ini adalah kegiatan menyalurkan benih ikan gurami ukuran nguku dari pembudidaya ke konsumen akhir. Menurut Anindita, et al (2008), sistem pemasaran hasil pertanian merupakan rangkaian dari tiga sub sistem yang saling berinteraksi yaitu produksi, konsumsi dan saluran pemasaran. Sektor produksi merupakan sub sistem produsen dimana barang yang dihasilkan dibawa ke konsumen akhir (sektor konsumsi) melalui saluran pemasaran. Sub sistem ini terdiri dari pelaku pasar atau perantara yang bertanggung jawab agar produk yang disediakan petani dapat tersedia bagi konsumen yang memerlukan sesuai dengan waktu dan tempat yang diinginkan. Benih ikan gurami yang dihasilkan oleh pembudidaya benih di Kelurahan Duren Mekar dan Kelurahan Duren Seribu akan sampai ke konsumen akhir yaitu pembudidaya ikan gurame ukuran ‘silet’ setelah melewati perantara. Perantara ini adalah pelaku pemasaran seperti pengepul, agen, calo dan pedagang pengecer. Adanya rangkaian interaksi antara pembudidaya dengan perantara didalam saluran pemasaran sehingga ikan gurami sampai dikonsumen akhir akan menggambarkan suatu sistem pemasaran.
ISSN : 2356-3907
2
Jurnal Manajemen Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 8
Menurut Kohl et al (1990) dalam Hikmayani, et al (2007), efisiensi pemasaran terdiri dari : a. Efisiensi operasional, yaitu perubahan dalam biaya pemasaran sebagai akibat perubahan biaya penyelenggaraan fungsi-fungsi pemasaran tanpa mempengaruhi sisi output. Efisiensi pemasaran diukur dari marjin pemasaran dan biaya pemasaran. b. Efisiensi harga yang menekankan pada kemampuan pasar dalam melakukan efisiensi alokasi sumberdaya dan memaksimumkan output. Efisiensi harga diukur melalui korelasi harga yang terjadi untuk komoditas yang sama pada berbagai tingkat pasar. Sistem pemasaran yang efisien menurut Saefudin dalam Nurasa et al (2005) apabila setiap pelaku pemasaran yang terlibat memperoleh imbalan yang adil. Menurut Setiorini (2008) Marjin pemasaran yang diperoleh dari perbedaan harga jual pembudidaya dan harga yang dibayarkan konsumen akhir dapat menggambarkan efisiensi saluran pemasaran yang ditempuh oleh pembudidaya. Semakin besar selisih harga jual pembudidaya dengan harga yang dibayarkan konsumen akhir menjadi indikasi semakin tidak efisiennya saluran pemasaran dan semakin sedikit Farmer’s Share yang diterima oleh pembudidaya. Menurut Purnama (2004) saluran pemasaran tidak efisien karena bagian yang diterima pembudidaya rendah, keuntungan antar pelaku pemasaran tidak menyebar merata dan biaya pemasaran relatif tinggi. Pemasaran benih ikan gurami di Kelurahan Duren Mekar dan Kelurahan Duren Seribu akan dianalisa efisiensi pemasarannya dari segi efisiensi operasional dan tidak dilakukan analisis dari pendekatan efisiensi harga karena dari hasil analisa efisiensi operasional tersebut dapat diperoleh gambaran tentang efisiensi pasar benih ikan gurami di Kelurahan Duren Mekar dan Kelurahan Duren Seribu Depok Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis saluran pemasaran benih ikan gurami ukuran ‘Nguku’ saat kondisi produksi langka, standar dan melimpah, fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing pelaku pemasaran ikan gurami, keragaan pasar ikan gurami yaitu marjin pemasaran, share biaya pemasaran, share keuntungan, rasio keuntungan biaya setiap pelaku pemasaran yang terlibat, Farmer’s share dan rasio pendapatan biaya (TR/TC) pembudidaya saat kondisi produksi langka, standar dan melimpah sehingga diperoleh efisiensi pemasaran benih ikan gurami ukuran ‘Nguku’ di Kelurahan Duren Mekar dan Duren Seribu Depok Jawa Barat. Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Duren Mekar dan Duren Seribu, Depok, Jawa Barat pada bulan Nopember sampai Desember 2011. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan potensi daerah sebagai penghasil benih ikan gurami di Kota Depok. Penelitian ini merupakan penelitian survey menggunakan instrumen terbuka dan pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara terstruktur. Populasi pada penelitian ini adalah semua pembudidaya benih ikan gurami ukuran ‘Nguku’ di Kelurahan Duren Mekar dan Duren Seribu, pengepul, pedagang pengecer dan agen. Variabel instrumen terdiri dari saluran pemasaran (pembudidaya, pedagang pengecer, pengepul, agen dan calo), fungsi penjualan dan pembelian (ukuran/bobot ikan, harga jual, cara dan karakteristik pembayaran, kualitas ikan, persaingan), fungsi pengemasan, fungsi penyimpanan, fungsi penanggulangan resiko, fungsi grading, fungsi pembiayaan, fungsi informasi pasar, distribusi marjin pemasaran, biaya pemasaran dan share biaya pemasaran, keuntungan dan share keuntungan, rasio keuntungan biaya, Farmer’s Share, dan TR/TC pembudidaya. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif terhadap data primer dan data sekunder. Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif meliputi data tentang saluran pemasaran dan fungsi pemasaran dianalisis secara deskriptif. ISSN : 2356-3907
3
Jurnal Manajemen Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 8
Data kuantitatif berupa marjin pemasaran dan distribusinya, Farmer’s share, biaya pemasaran (Nurwidyanti et al, 2009), keuntungan dan rasio keuntungan biaya (Hidayati, 2009), TR/TC akan dihitung menggunakan rumus (Perangin-angin, 2011) dan hasilnya dianalisa secara deskriptif. a. Rumus perhitungan Marjin pemasaran menurut Nurwidyanti, M. et al (2009) MP = P r – P f MP Pr Pf
= Marjin Pemasaran = Harga eceran pada konsumen = Harga pada pembudidaya
Atau Marjin Pemasaran dapat dihitung dari rumus : n
n
Mp = ∑ Bpi + ∑ Kpi i=1
MP B pi K pi
i=1
= marjin pemasaran = biaya pelaku pemasaran ke i = keuntungan pelaku pemasaran ke i
Marjin pemasaran terdiri dari biaya saluran pemasaran dan keuntungan yang diperoleh perantara pemasaran. b. Rumus biaya pemasaran pelaku pemasaran menurut Nurwidyanti, M. et al (2009) n
B pi =
∑
b ij
i=1
B pi = biaya pelaku pemasaran ke i b ij = biaya pemasaran pelaku pemasaran ke i dari berbagai jenis biaya mulai j = 1 sampai j = n
c. Rumus Keuntungan pelaku pemasaran menurut Nurwidyanti, M. et al (2009) n
K pi = P ji - P bi - ∑ b ij i=1
Kpi P ji P bi b ij
= = = =
Keuntungan pelaku pemasaran ke i Harga jual pelaku pemasaran ke i Harga beli pelaku pemasaran ke i Biaya pemasaran pelaku pemasaran ke i dari berbagai jenis biaya mulai j = 1 sampai j = n
d. Rumus Farmer’s Share menurut Nurwidyanti, M. et al (2009) S pf = P f x 100 % Pr S pf = Share harga ditingkat pembudidaya P f = Share harga ditingkat pembudidaya P r = Harga ditingkat konsumen
e. Rasio Keuntungan Biaya, menurut Hidayati,W ( 2009) Rasio keuntungan biaya = πi x 100 % Ci πi = keuntungan di tingkat pelaku pemasaran ke i Ci = biaya pemasaran ditingkat pelaku pemasaran ke i
f. TR /Total Revenue TR = Harga Jual x Jumlah Produksi ISSN : 2356-3907
4
Jurnal Manajemen Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 8
g. TC = Total Biaya TC = Harga Jual x Biaya Pemasaran per butir atau per ekor h. TR/TC Pembudidaya/Rasio Pendapatan Biaya menurut Perangin-angin, K (2011) TR/TC = Total Pendapatan/Biaya Total i. Keuntungan Pembudidaya/ ∏ Keuntungan = TR - TC Hasil dan Pembahasan Saluran pemasaran benih ikan gurami ukuran ‘Nguku’ dapat dilihat pada Bagan 1 berikut ini. Pembudidaya
Pedagang Pengecer
Broker
Pengepul
Agen Konsumen
Bagan 1.
Saluran Pemasaran Benih Ikan Gurami Ukuran Nguku di Kelurahan Duren Mekar dan Kelurahan Duren Seribu, Depok, Jawa Barat Sumber : Data Primer (2012)
Saluran pemasaran tersebut adalah : Saluran 1 : Pembudidaya
Ped Pengecer
calo
Konsumen
Saluran 2 : Pembudidaya
Calo
Konsumen
Saluran 3 : Pembudidaya
Pengepul
Agen
Konsumen
Saluran 4 : Pembud.
Calo
Pengepul
Agen
Konsumen
Sebagian besar benih ikan dikirim keluar daerah seperti Batam, Medan, Balikpapan dll dengan perantara pengepul, broker, agen (saluran 3 dan 4). Saluran 2 merupakan saluran terpendek dan efisien, sedangkan saluran 4 merupakan saluran terpanjang karena benih ikan dari pembudidaya harus melewati beberapa pelaku pemasaran terlebih dahulu sebelum sampai ke tangan konsumen. Benih harus sampai ke konsumen dalam kondisi hidup dan jumlah benih yang dihasilkan pembudidaya tidak banyak sehingga pembudidaya akan kesulitan untuk memasarkan sendiri. Oleh karena itu keberadaan suatu lembaga seperti koperasi sangat diperlukan untuk menampung semua benih dari pembudidaya sehingga pembudidaya mendapatkan informasi ketersediaan benih langsung dari koperasi. Keberadaan calo di pasar tradisional Parung berpengaruh terhadap keberadaan pedagang pengecer. Hal ini disebabkan karena pembeli langsung dilayani oleh beberapa calo (kurang lebih 10 orang) yang menawarkan ikan dengan harga diatas harga pasar. Pedagang pengecer hanya memperoleh harga sesuai dengan harga yang berlaku saat itu. Adanya ISSN : 2356-3907
5
Jurnal Manajemen Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 8
ketidaknyamanan dalam berbelanja menyebabkan jumlah konsumen semakin berkurang setiap tahunnya sehingga jumlah pedagang pengecer juga berkurang. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pelaku pemasaran benih ikan gurami Parameter fungsi penjualan dan pembelian yang diamati adalah ukuran telur, harga telur,cara dan karakteristik pembayaran, kualitas telur ikan dan ada tidaknya persaingan. Harga benih ikan dari pembudidaya cukup bervariasi. Adanya perbedaan harga ini disebabkan karena adanya perbedaan informasi harga yang diterima oleh pembudidaya. Pada saat kondisi melimpah, harga benih turun karena banyaknya pasokan yang berasal dari daerah luar yang dijual oleh calo atau pedagang pengecer sehingga pembudidaya berperan sebagai price taker/penerima harga. Fungsi pengemasan benih dilakukan oleh pedagang pengecer. Pengemasan dilakukan dengan cara mengemas benih ikan ke dalam kantong plastik yang telah diisi air dan diberi oksigen. Pengangkutan oleh semua pelaku pemasaran kecuali pembudidaya. Fungsi resiko yang dilakukan oleh pembudidaya yaitu pembudidaya menanggung resiko jika benih ikan sampai ditempat tujuan mengalami kematian maka pembudidaya harus mengganti setengah dari jumlah bennih yang mati atau sesuai kesepakatan antara pembudidaya dengan pembeli. Jika kematian benih dialami saat benih sampai di luar daerah maka penggantian benih dilakukan pada pengiriman benih berikutnya dengan cara menambah jumlah benih yang dikirim sesuai dengan jumlah benih yang mati pada pengiriman sebelumnya. Agen menanggung fungsi resiko apabila harga pengiriman lewat pesawat mengalami kenaikan atau tertundanya keberangkatan pesawat ke tempat tujuan pengiriman. Calo tidak menanggung resiko karena hanya sebagai perantara saja. Calo akan mendatangi calon pembeli dengan membawa sampel berupa kantong plastik berisi benih, apabila terjadi kesepakatan harga, maka pembeli yang akan mengambil benih tersebut ke rumah pembudidaya. Pembudidaya benih juga melakukan grading untuk memisahkan antara benih yang hidup dan yang mati serta untuk mendapatkan ukuran benih yang seragam. Fungsi pembiayaan ikan ukuran nguku dilakukan oleh pembudidaya yaitu berupa modal sendiri untuk melakukan aktifitas budidaya dimulai dari pembuatan kolam terpal, pembelian benih ukuran kuaci, pembelian pakan berupa pakan alami dan upah tenaga kerja. Selain itu, fungsi pembiayaan juga dilakukan oleh pedagang pengecer berupa sewa tempat, biaya retribusi, oksigen dan kantong plastik. Fungsi pembiayaan yang dilakukan calo hanya berupa transportasi. Pengepul melakukan fungsi pembiayaan berupa kantong plastik, oksigen,ember dan upah tenaga kerja. Sedangkan agen melakukan fungsi pembiayaan berupa transportasi baik melalui jalur darat maupun udara. Fungsi informasi pasar yang dilakukan oleh pelaku pemasaran adalah mencari informasi tentang harga benih pada saat akan melakukan transaksi penjualan atau pembelian. Menurut Anindita, et al (2008), hasil analilsa pendekatan fungsional dapat membantu para ahli pemasaran untuk mengetahui biaya pemasaran yang lebih baik dan membantu upaya untuk memperbaiki penampilan proses pemasaran Setiap pelaku pemasaran melakukan fungsi pemasaran sesuai dengan kondisi daerah setempat. Kolam yang tidak luas dan hasil panen setiap pembudidaya yang relatif sedikit di Kelurahan Duren Mekar dan Kelurahan Duren Seribu menyebabkan pembudidaya harus menjual hasil panennya ke pengepul dengan calo sebagai perantara. Keberadaan calo akan meningkatkan biaya pemasaran. Biaya untuk melakukan fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar dapat dikurangi apabila terdapat koperasi sebagai sumber informasi harga dan sumber informasi keberadaan benih. Dengan demikian pembudidaya tidak terikat dengan calo atau pengepul dalam penentuan harga ikan.
ISSN : 2356-3907
6
Jurnal Manajemen Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 8
Efisiensi pemasaran ikan gurami dapat dianalisa dari keragaan pasarnya. Keragaan pasar ikan gurami meliputi marjin pemasaran, share biaya pemasaran, share keuntungan, Farmer’s Share, rasio keuntungan biaya dan rasio pendapatan biaya. Marjin pemasaran diperoleh dari penjumlahan semua biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh setiap pelaku pemasaran dengan keuntungan yang diperoleh oleh pelaku pemasaran tersebut. Besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh setiap pelaku pemasaran dapat diketahui dari fungsi yang dilakukan oleh pelaku pemasaran tersebut. Hal ini disebabkan karena setiap fungsi pemasaran yang dilakukan pelaku pemasaran akan mengeluarkan biaya pemasaran. Misalnya, pengepul benih ikan gurami yang melakukan fungsi pengemasan akan mengeluarkan biaya untuk pembelian kantong plastik dan oksigen. Besar kecilnya biaya pemasaran akan mempengaruhi besar kecilnya marjin dan keuntungan. Dengan demikian, untuk mendapatkan keragaan pasar ikan gurami maka harus diketahui pelaku pemasaran yang terlibat dalam penyaluran ikan mulai dari pembudidaya sampai ke konsumen akhir. Pelaku pemasaran yang terlibat dapat diketahui dengan menganalisis panjang pendeknya saluran pemasaran. Dengan menganalisis keragaan pasar ikan gurami maka dapat diketahui efisien tidaknya pemasaran ikan gurami tersebut. Hasil penelitian keragaan pasar ditinjau dari biaya pemasaran dan share biaya pemasaran dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1.
Perbandingan antar Saluran Pemasaran Benih Ikan Gurami Ukuran Nguku ditinjau dari biaya pemasaran dan share biaya pemasaran di Kelurahan Duren Mekar dan Kelurahan Duren Seribu, Depok, Jawa Barat Sumber Data : Data Primer Diolah (2012) Saluran
Marjin
Biaya Pemasaran (Rp)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
550 150 150 200 500 300 100 150 350 250 100 150
17 2 31 33 13 2 29 31 11 2 28 30
Melimpah
Standar
Langka
Kondisi
Share Biaya Pemasaran (%) 3 1 21 16 3 1 29 20 3 1 28 19
Sedangkan keuntungan, share keuntungan dan rasio keuntungan biaya tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Perbandingan antar saluran Pemasaran Benih Ikan Gurami Ukuran Nguku ditinjau dari keuntungan, share keuntungan dan rasio keuntungan biaya di Kelurahan Duren Mekar dan Kelurahan Duren Seribu, Depok, Jawa Barat Sumber Data : Data Primer Diolah (2012)
Melimpah
Standar
Langka
Kon disi
533 148 119 167 487 298 71 119 339 248 72
Share Keuntungan (%) 97 99 79 84 98 99 71 79 97 99 72
Rasio Keuntungan Biaya 122 74 7 31 125 149 6 30 77 124 6
137
80
30
Salu ran
Keuntungan (Rp/butir)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
ISSN : 2356-3907
7
Jurnal Manajemen Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 8
Pada Tabel 3 dapat dilihat rasio pendapatan biaya, Farmer’s Share dan keuntungan pembudidaya. Tabel 3. Perbandingan antar Saluran Pemasaran Benih Ikan Gurami Ukuran Nguku ditinjau dari rasio pendapatan biaya, Farmer’s Share dan keuntungan pembudidaya di Kelurahan Duren Mekar dan Kelurahan Duren Seribu, Depok, Jawa Barat Sumber Data : Data Primer Diolah (2012)
Melimpah
Standar
Langka
Kon disi
Salu ran 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Rasio Pendapatan Biaya 1,35 1,35 1,35 1,16 1,36 1,36 1,36 1,13 1,46 1,46 1,46 1,17
Farmer's Share (%) 39 70 70 60 38 50 75 63 42 50 71 57
Keuntungan pembudidaya (Rp/bln) 414.050 414.050 414.050 186.550 549.050 549.050 549.050 201.550 718.900 718.900 718.900 263.900
Pemasaran ikan gurami yang efisien dapat dianalisis dari keragaan pasarnya yaitu marjin yang rendah atau tidak merata dan biaya pemasaran yang rendah, tingginya Farmer’s Share, meratanya share keuntungan dan rasio keuntungan biaya, serta tingginya rasio pendapatan biaya. Pada segmentasi usaha benih ikan gurami ukuran ‘Nguku’ di Kelurahan Duren Mekar dan Kelurahan Duren Seribu diperoleh distribusi marjin dan rasio keuntungan biaya tidak merata, tingginya biaya pemasaran, Farmer’s Share yang tinggi namun pendapatan yang rendah sehingga pemasaran ikan gurami ini belum efisien. Jika ditinjau dari kelayakan usaha, maka usaha budidaya benih ikan gurami ukuran ‘Nguku’ layak dilakukan karena rasio pendapatan biaya diatas satu. Dengan demikian dari keragaan pasarnya dapat diketahui bahwa pemasaran benih ikan gurami di Kelurahan Duren Mekar dan Duren Seribu Depok Jawa Barat belum efisien. Efisien tidaknya pemasaran ikan gurami dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan strategi pemasaran. Strategi pemasaran perlu dilakukan agar tujuan akhir dari pemasaran dapat tercapai. Menurut Doriza (2007) efisiensi merupakan salah satu konsep untuk mengukur prestasi kerja manajemen. Oleh karena itu, pemasaran ikan gurami perlu dimanajemen agar setiap pelaku pemasaran yang terlibat dalam penyaluran ikan gurami mendapatkan imbalan yang merata dan pembudidaya mendapatkan keuntungan yang tinggi sehingga kesejahteraan pembudidaya dapat ditingkatkan. Pada pemasaran ikan gurami maka pembudidaya harus memilih saluran pemasaran yang efisien yaitu saluran pendek, dimana saluran pemasaran atau pendistribusian merupakan bagian dari bauran pemasaran yaitu kegiatan inti dari sistem pemasaran. Dengan demikian efisiensi pemasaran ikan gurami akan tercipta seiring dengan semakin membaiknya keragaan pasar ikan gurami. Adanya ketidakefisienan pemasaran ini menyebabkan banyak pembudidaya yang beralih komoditas sehingga jumlah pembudidaya semakin menurun dari tahun ke tahun. Demikian juga dengan keberadaan pedagang pengecer benih ikan gurami yang semakin berkurang jumlahnya karena dalam kegiatan memasarkan didominasi oleh calo sebagai penentu harga. Pemberdayaan kelompok tani yang sudah ada harus dilakukan khusus untuk komoditas ikan gurami dan perlu ada penyuluhan kepada pembudidaya bagaimana cara memilih saluran pemasaran yang efisien agar diperoleh keuntungan yang adil. Koperasi perikanan perlu didirikan agar pembudidaya dan pelaku pemasaran lainnya dapat memperoleh informasi harga dengan mudah dan terdapatnya kontinuitas benih.setiap saat.
ISSN : 2356-3907
8
Jurnal Manajemen Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 8
Simpulan dan Saran Pada segmentasi pendederan ikan gurami ukuran nguku, saluran 2 dan 3 saat langka merupakan saluran efisien dimana saluran 2 merupakan saluran pendek. Pada saat produksi melimpah, saluran 3 merupakan saluran paling efisien. Fungsi pemasaran yang dilakukan setiap pelaku pemasaran akan meningkatkan biaya pemasaran sehingga akan mempengaruhi besarnya marjin pemasaran. Fungsi penjualan dan pembelian dilakukan oleh pembudidaya. Fungsi fisik yang terdiri dari fungsi pengemasan, fungsi penyimpanan dan fungsi pengangkutan dilakukan oleh pedagang pengecer, pengepul dan agen. Fungsi resiko tidak dilakukan oleh calo dan fungsi grading hanya dilakukan oleh pembudidaya benih ukuran nguku.. Ditinjau dari keragaan pasar yaitu marjin, Farmer’s Share dan rasio keuntungan biaya maka pemasaran benih ukuran ‘Nguku’ belum efisien. Sedangkan berdasarkan rasio pendapatan biaya maka usaha pendederan ukuran ‘Nguku’ layak untuk dilakukan. Benih yang akan dikirim keluar daerah memerlukan saluran yang lebih panjang dan sebaiknya didirikan suatu organisasi seperti koperasi sebagai pusat informasi produk dan harga yang dapat menampung hasil produksi pembudidaya dan menyalurkannya ke berbagai daerah. Dengan demikian terdapat kontinuitas benih setiap saat dan pembudidaya tidak terikat dengan calo atau pengepul. Selain itu, fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh semua pelaku pemasaran dapat diminimalisir dengan adanya bantuan biaya modal dari koperasi. Pustaka Anindita, R., Heriyanto., Pudjiastuti, A.Q. & Rozi, F. (2008). Ekonomi pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka. Doriza, S. & Maulida, E. (2007). Dasar manajemen usaha. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta. Hidayati,W. (2009). Analisis struktur, perilaku dan keragaan pasar rumput laut Eucheuma Cottoni : Kasus di Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Tesis Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hikmayani, Y., Aprilliani, T., & Zamroni, A. (2007). Analisis pemasaran rumput laut di wilayah potensial di Indonesia. Jurnal Bijak dan Riset Sosek KP, 2(2), 159-175 Mahyuddin, K. (2009). Panduan lengkap agribisnis ikan gurami. Jakarta: Penebar Swadaya. Nurasa,T. & Hidayat, D. (2005). Analisis usaha tani dan keragaan marjin pemasaran jeruk di Kabupaten Karo. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Kebijakan Pertanian. Badan Litbang Pertanian Bogor. Nurwidyanti, M. & Kasijadi, F. (2009). Analisis penampilan pasar pada pemasaran Ikan Bandeng (Studi Kasus di Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu). Jurnal Agritek, 17(5). 846-864. Perangin-angin, K. (2011). Diklat Peningkatan Kompetensi Pendidik Produktif Bidang Perikanan Budidaya. Cianjur: PPPPTK Pertanian. Purnama, M.N. (2004). Analisis efisiensi pemasaran Ikan Hias di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Skripsi Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rifianto, I. (2009). Materi pokok tataniaga perikanan. Edisi Ke-2. Jakarta: Universitas Terbuka. Setiorini, F. (2008). Analisis efisiensi pemasaran ikan mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Skripsi Institut Pertanian Bogor.
ISSN : 2356-3907
9