PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGEMBANGAN KUALITATIF PAGUYUBAN KEDAERAHAN UNTUK MENGATASI CULTURE SHOCK SEKALIGUS MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS BERKARYA MAHASISWA BARU
BIDANG KEGIATAN: PKM GT
Diusulkan Oleh : AHMAD MUSHOFI HASAN (18108035/ 2008) ARIF PRASETIYA (13508090/ 2008) ADHI EKO APRIYANTO (18009022/ 2009)
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BANDUNG 2011
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan : Pengembangan Kualitatif Paguyuban Kedaerahan untuk Mengatasi Culture Shock Produktivitas Berkarya Mahasiswa Baru 2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI ( X) PKM-GT 3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Ahmad Mushofi Hasan b. NIM : 18108035 c. Jurusan : Teknik Telekomunikasi d. Universitas/Institut : Institut Teknologi Bandung (ITB) e. Alamat Rumah : Jl.Kebonkembang Gg.Pancasila 9 Bandung f. No.Telp / HP : 085642010407 g. Alamat email :
[email protected] 4. Anggota Pelaksana Kegiatan/ Penulis : 2 orang 5. Dosen Pendamping a. Nama lengkap dan Gelar : Dr. Agung Harsoyo b. NIP : 196909141997021001 c. Alamat Rumah : Jl.Pagersari 13D 4/20 Bojongkoneng Bdg d. No.Telp/ HP : (022)7216340 / 081320452626 Bandung, 28 Februari 2011 Menyetujui Ketua Jurusan/Program Studi Teknik Elektro,
Ir. Yudhi Satria Gondokaryono, MSEE, Ph.D.
NIP. 196606041990011001 A.n.Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Kepala Lembaga Kemahasiswaan,
Brian Yuliarto, Ph.D. NIP. 19750727206041005
Ketua Pelaksana Kegiatan,
Ahmad Mushofi Hasan NIM. 18108035 Dosen Pendamping,
Dr. Agung Harsoyo NIP. 196909141997021001
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segenap rahmat hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengembangan Kualitatif Paguyuban Kedaerahan untuk Mengatasi Culture Shock Mahasiswa Baru Demi Keberhasilan Studi di Kampus”. Makalah ini disusun dalam rangka mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT). PKM memang program yang cukup menarik minat para mahasiswa untuk berkarya dan berkontribusi bagi masyarakat. Terima kasih kami haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini. Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat direalisasikan demi membantu menyelesaikan culture shock yang biasa dialami mahasiswa baru saat menjalani kehidupan awal di kampus, sehingga jika masalah adaptasi tersebut teratasi, mahasiswa lebih konsentrasi sedari awal demi menjunjung tri dharma perguruan tinggi: pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Terakhir, sesuai dengan pepatah, “tiada gading yang tak retak”, kami merasa makalah yang telah kami susun ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan kami kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun. Terima kasih.
Bandung,
Februari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan …………………………………………………….. ii Kata Pengantar …………………………………………………….……… iii Daftar Isi ………………………………………………………………….. iv Daftar Gambar ……………………………………………………………. v Ringkasan …………………………………………………………………. vi Pendahuluan ………………………………………………………………. 1 Gagasan …………………………………………………………………… 2 Kondisi Masalah Culture Shock pada Mahasiswa Baru ………….. 2 Solusi yang Pernah Ditawarkan Sebelumnya ……………………. 4 Seberapa Jauh Kondisi Kekinian Dapat Diperbaiki………………. 4 Pihak-Pihak yang Dapat Membantu Implementasi Gagasan …….. 6 Langkah-langkah Strategis untuk Implementasi Gagasan ………. 6 Kesimpulan ………………………………………………………………. 9 Daftar Pustaka……………………………………………………………
9
Daftar Riwayat Hidup …………………………………………………… 11
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Penyelenggaraan Try Out Akbar ……...………………
8
Gambar 2 Turnamen Olahraga ……….……………….……………
8
Gambar 3 Pengabdian Masyarakat ……………………………..….
9
RINGKASAN
Di era globalisasi ini, kesempatan untuk mengenyam pendidikan di bangku kuliah menjadi jauh lebih besar. Banyak siswa SMA yang memilih perguruan tinggi yang dekat dengan tempat tinggalnya, tetapi juga tidak sedikit yang mengadu nasib sampai ke luar kota, keluar daerah bahkan sampai ke luar negeri demi mengenyam pendidikan yang lebih baik. Bagi siswa-siswi SMA yang diterima di perguruan tinggi yang terletak di luar daerah mungkin mendapat masalah tersendiri dibandingkan jika kuliah di daerah asalnya. Salah satunya adalah culture shock. Culture shock merupakan respon mendalam dan negatif dari depresi, frustrasi atau disorientasi orang-orang yang hidup dalam lingkungan budaya baru. Gagasan utama yang diungkapkan pada karya tulis ini adalah bagaimana cara mengatasi culture shock sekaligus meningkatkan produktivitas berkarya mahasiswa melalui peran efektif dan kualitatif dari paguyuban daerah. Paguyuban daerah dapat direkayasa sedemikian rupa sehingga secara internal mampu mengatasi culture shock dan secara eksternal mahasiswa baru jadi mampu saling bekerja sama dengan baik. Beberapa program yang ditawarkan adalah mengadakan acara try out akbar nasional, turnamen olahraga dan pengabdian masyarakat. Dengan adanya upaya pengembangan kualitatif paguyuban daerah, culture shock dapat teratasi, potensi berkarya mahasiswa dapat digali sejak dini sehingga lebih produktif berkarya. Implikasinya, semakin banyak pula kontribusi mahasiswa terhadap masyarakat.
PENGEMBANGAN KUALITATIF PAGUYUBAN KEDAERAHAN UNTUK MENGATASI CULTURE SHOCK SEKALIGUS MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS BERKARYA MAHASISWA BARU
PENDAHULUAN Di era globalisasi ini, kesempatan untuk mengenyam pendidikan di bangku kuliah menjadi jauh lebih besar. Perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, jumlahnya meningkat pesat. Dari data yang kami dapatkan, untuk tahun 2010 terdapat 83 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan 2987 Perguruan Tinggi Swasta (PTS) (http://aptikom4.wordpress.com/2010/04/09/serba-serbi-perguruan-tinggiindonesia/). Kesempatan yang besar ini berimplikasi pada banyaknya jumlah mahasiswa di Indonesia. Banyak siswa SMA yang memilih perguruan tinggi yang jauh dengan tempat tinggalnya hingg ke luar kota, keluar daerah bahkan sampai ke luar negeri demi mengenyam pendidikan yang lebih baik. Tentunya daerah tujuan mempunyai perbedaan budaya dari tempat tinggalnya. Bagi mahasiswa baru di kampus dengan perbedaan culture tersebut, hampir pasti ia mendapat masalah culture shock. Yang dimaksud dengan culture shock adalah perubahan nilai budaya seiring dengan perkembangan jaman dan wawasan yang makin berkembang, ini biasanya terjadi pada orang-orang yang secara tiba-tiba berpindah atau dipindahkan ke lingkungan yang baru (http://www.tdwclub.com /life/apa-itu-cultural-shock-dan-5-ciri-tanda-tandacultural-shock/). Pada sumber yang lain, culture shock atau kejutan budaya digunakan untuk menggambarkan kegelisahan dan perasaan (terkejut, kekeliruan, dll.) yang dirasakan apabila seseorang tinggal dalam kebudayaan yang berlainan sama sekali, seperti ketika berada di negara asing. Perasaan ini timbul akibat kesukaran dalam asimilasi kebudayaan baru, menyebabkan seseorang sulit mengenali apa yang wajar dan tidak wajar. Sering kali perasaan ini digabung dengan kebencian moral atau estatik yang kuat mengenai beberapa aspek dari budaya yang berlainan atau budaya baru tersebut (http://id.wikipedia.org/wiki/Kejutan_budaya). Culture shock juga disebut dengan ‘gegar budaya’ yang dijadikan istilah psikologis untuk menggambarkan keadaan dan perasaan seseorang menghadapi kondisi lingkungan sosail dan budaya yang berbeda (http://www.tiptrik.info/tips-gaya-hidup/cara-mengatasi-cultureshock.html). Tidak semua mahasiswa baru yang melanjutkan ke tempat yang mempunyai perbedaan budaya mampu menyesuaikan diri atau mengatasi culture shock dengan cepat. Banyak mahasiswa baru yang agak skeptis inginnya hanya kenal dengan orang dari daerah yang sama atau mirip culture hidupnya, menutup diri dari lingkungan yang tidak cocok dengan dirinya bahkan ada yang terlalu membuka diri sampai dia terjerumus ke lingkungan yang tidak kondusif dan tidak baik. Beberapa masalah akan timbul jika culture shock dibiarkan berlarut-larut. Salah satunya adalah mahasiswa akan terpecah fokus belajarnya untuk mengatasi culture shock yang juga berarti akan mengurangi produktivitas mahasiswa dalam berkarya.
Dari latar belakang tersebut, penulis mengangkat tema tentang culture shock dan ketidakproduktifan mahasiswa, kemudian mencoba menawarkan strategi yang bisa diambil sebagai solusi atas permasalahan tersebut. Adapun tujuan yang ingin kami capai dari solusi yang kami tawarkan antara lain: 1. Membantu mahasiswa agar dapat cepat mengatasi masalah culture shock yang dialami mahasiswa baru di kampus dengan budaya yang berbeda. 2. Membentuk wadah alternatif untuk menyalurkan minat dan bakat mahasiswa agar lebih produktif. Manfaat yang ingin diperoleh dari gagasan ini sebagai berikut: 1. Produktivitas mahasiswa dalam berkarya meningkat dengan berkurangnya salah satu faktor penghambat yaitu culture shock 2. Tingkat pendidikan dan tingkat kualitas lulusan perguruan tinggi meningkat.
GAGASAN Kondisi Masalah Culture Shock pada Mahasiswa Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah lulus dari SMA yang saat ini semakin meningkat kuantitasnya dan semakin banyak diminati oleh orang-orang di seluruh Indonesia. Siswa SMA yang memilih perguruan tinggi dengan mengadu nasib ke luar kota, ke luar daerah bahkan sampai ke luar negeri demi mengenyam kualitas pendidikan yang lebih baik atau berkuliah di perguruan tinggi favorit. Bagi siswa-siswi SMA yang diterima di perguruan tinggi yang terletak di luar daerah yang perbedaan budayanya cukup besar dengan daerah asalnya, akan mendapat masalah tersendiri yakni yang biasa disebut masalah culture shock. Hal ini dibuktikan dengan mahasiswa baru dari daerah biasanya bertanya mengenai ada tidaknya saudara yang tinggal di daerah barunya tersebut, bagaimana nanti menyesuaikan diri dengan kondisi yang jauh dari orang tua sampai meyesuaikan metode belajar yang sesuai dengan culture di perguruan tinggi tersebut. Terdapat beberapa tipe mahasiswa baru saat mencoba adaptasi dengan culture baru. Pada masalah ini fokusnya pada mahasiswa dari daerah yang berbeda budayanya dengan daerah tempat perguruan tinggi berdiri. Mahasiswa lokal diasumsikan tidak mengalami culture shock, hanya mengalami shock mengenai budaya belajar dari SMA ke bangku kuliah. Ada mahasiswa baru yang bisa membuka diri dan menyesuaikan pada kebudayaan baru dalam waktu cukup singkat. Sebagian lagi juga cepat bergaul atau membuka diri, akan tetapi justru terjerumus di lingkungan yang tidak kondusif. Sedangkan kebanyakan mahasiswa baru yang lambat dalam menghadapi culture shock memiliki kecenderungan agak skeptis, cenderung hanya kenal dengan orang dari daerah yang sama atau mirip culture hidupnya, menutup diri dari lingkungan yang tidak cocok dengan dirinya. Saat memasuki dunia kampus yang bisa dikatakan cukup asing, biasanya mahasiswa baru cenderung bertanya atau meminta bantuan pada orang yang sudah dikenal sejak lama. Kecenderungan itu mengarah pada kakak kelas di SMA atau teman dari daerah yang sama. Kecenderungan itu pada dasarnya juga sangat
membantu proses adaptasi dan menghadapi masalah culture shock, mengingat memang dibutuhkan bimbingan konseling dari orang-orang dekat untuk mengatasi masalah tersebut. Pendekatan masalah ini dimulai dengan teori solidaritas sosial Emile Durkheim. Menurut Durkhiem, salah satu corak orang membangun komunalitas adalah secara solidaritas organik, yakni bentuk cara membangun komunitas dengan melihat pada latar belakang yang sama, dan terjadi secara spontan, tanpa melalui rekayasa. Dengan kata lain, komunitas mudah atau secara spontan terbangun pada orang-orang dengan latar belakang sama, dalam hal ini kesamaan asal daerah. Teori antropologis yang lain untuk mengkaji adalah teori pembentukan kelompok. Teori sangat mendasar tentang terbentuknya kelompok ini, disebut juga Propinqiuity atau teori kedekatan, mencoba menjelaskan tentang adanya afiliasi di antara orang-orang tertentu. Maksud teori kedekatan ini adalah bahwa seseorang berhubungan dengan orang lain, disebabkan karena adanya kedekatan ruang dan daerah (Spatial and Geographical Promixity).( http://sosbud.kompasiana.com/2010/12/22/teori-pembentukan-kelompok/) Pendekatan yang lain dari sisi psikologi perkembangan, yakni teori belajar sosial kognitif. Teori itu menerangkan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh interaksi dinamis antara personal, perilaku dan lingkungan. (http://images.irwannuryana.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SHae7go KCBwAABDjVRA1/Teori-teori%20Psikologi%20Perkembangan.ppt?key=irwan nuryana:journal:26&nmid=105073852). Dalam teori psikologi yang lain, yakni perspektif kognitif, dijelaskan bahwa manusia tidak menanggapi lingkungannya secara otomatis. Perilaku mereka tergantung pada bagaimana mereka berpikir dan mempersepsi lingkungannya. Jadi untuk memperoleh informasi yang bisa dipercaya maka proses mental seseorang merupakan hal utama yang bisa menjelaskan perilaku sosial seseorang (http://home.unpar.ac.id/~hasan /PERSPEKTIF%20DALAM%20PSIKOLOGI%20SOSIAL.doc). Dari pendekatan di atas, dapat dijelaskan secara sosial antropologis maupun psikologis kebutuhan akan paguyuban kedaerahan. Paguyuban kedaerahan terbentuk sebagai komunitas yang spontan, dapat memberikan perkembangan dan menyiapkan proses mental dalam menghadapi lingkungan baru. Paguyuban kedaerahan yang efektif dan terus berkembang kualitasnya dapat mempercepat penyelesaian masalah culture shock. Memang beberapa mahasiswa mahasiswa beranggapan bahwa bergabung dengan teman satu daerah bisa memunculkan sifat kedaerahan yang berlebihan dan kekhawatiran dalam menjalani kehidupan kampus nantinya hanya bisa bekerja sama dengan orangorang dari daerah yang sama. Akan tetapi, dengan pengelolaan yang bagus, proses adaptasi sesuai kultur budaya tadi tidak akan membuat mahasiswa baru kehilangan sense bergaul dan bekerja sama dengan mahasiswa dengan kultur berbeda mengingat kerjasama itu penting bagi pembangunan bangsa (http://www.anakui.com/2011/02/02/pengabdian-paguyuban-mahasiswa-terhadapdaerahnya/). Solusi yang Pernah Ditawarkan Sebelumnya
Untuk mengatasi berbagai masalah pada mahasiswa baru, setiap kampus mempunyai solusi sendiri-sendiri. Mulai dari pengadaan seminar, pembinaan strategi sukses di kampus, sampai dengan pembangunan asrama (http://www.gemari.or.id/artikel/316.shtml). Dari berbagai cara yang ditempuh tersebut, kami mencoba mengadakan survey ke mahasiswa baru dan sebagian besar mengatakan bahwa yang cukup efektif adalah pembangunan asrama. Di asrama mahasiswa, satu kamar tidak diisi dengan satu mahasiswa saja tetapi beberapa mahasiswa, antara 2-4 orang. Di beberapa asrama diterapkan kebijakan untuk satu kamar diisi dengan mahasiswa yang tidak berasal dari daerah yang sama. Faktor perbedaan tersebut dapat ‘memaksa’ mahasiswa yang tinggal untuk rutin berinteraksi sehingga perbedaan budaya bisa teratasi. Apalagi jika asrama juga ditunjang beberapa unit usaha yang digerakkan mahasiswa yang tinggal di situ sehingga proses interaksi dan kerjasama akan jauh lebih baik. Akan tetapi, di balik solusi bagus yang ditawarkan oleh pembangunan asrama, terdapat beberapa kendala yang membuat pengembangan asrama tidak bisa menjadi satusatunya solusi. Harus ada faktor penunjang lain untuk mengatasi permasalahan culture shock dan masalah mahasiswa baru lainnya. Selain asrama di tiap kampus juga ada wadah untuk pengembangan softskill mahasiswa yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ). Biasanya untuk masuk ke UKM atau HMJ tersebut terlebih dahulu harus menempuh kaderisasi. Kaderisasi ini terkadang menjadi salah satu penghambat yang menyebabkan mahasiswa tidak dapat tergabung di wadah tersebut sehingga belum menjamin mahasiswa dapat mengatasi culture shock dengan cepat dan lebih produktif melalui kedua wadah tersebut. Seberapa Jauh Kondisi Kekinian Dapat Diperbaiki Mengenai kondisi terkini yang dapat diperbaiki, kami mencoba mengamati langsung di lapangan dan melakukan wawancara dengan sampel dari sudut pandang mahasiswa baru. Hasil wawancara ditambah dengan pengkajian berita yang kami dapat dari internet untuk kami memulai merumuskan gagasan. Dari sudut pandang mahasiswa baru yang telah menikmati asrama mahasiswa (solusi yang ditawarkan), hal minus yang masih melekat pada keberadaan asrama mahasiswa adalah tingkat keamanan yang belum terjamin betul. Masih ada beberapa kasus kehilangan barang berharga di kamar asrama. Kemudian beberapa mahasiswa ada yang merasa benar-benar tidak nyaman dengan perbedaan budaya yang terlalu besar antarteman sekamar tetapi sungkan untuk mengatakan langsung. Hal ini bila dibiarkan lebih lanjut tentu dapat pula mempengaruhi kenyamanan dan kualitas belajar. Beberapa lagi ada yang mengeluhkan keberadaan asrama yang dibangun cukup jauh dari kampus. Memang karena program asrama baru dicanangkan beberapa tahun terakhir, di saat lahan di kota besar tempat institusi pendidikan berdiri sudah semakin sempit dan memaksa pembangunan asrama dilakukan di daerah yang cukup jauh dari kampus. Sementara dari mahasiswa baru yang tidak berada di asrama, tingkat adaptasi dan pergaulan dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain bisa dikatakan lebih rendah, hanya saja mereka memiliki alasan untuk tidak berada di
asrama. Tingkat keamanan dan kenyamanan merupakan faktornya, di mana dari sudut pandang ini, berada di satu kamar dengan beberapa penghuni dirasa justru kurang aman dan kurang ada privasi. Dari paparan di atas, cukup jelas bahwa solusi yang pernah ditawarkan sebelumnya tidak bisa berdiri sendiri. Atau kalaupun dipaksakan untuk berdiri sendiri, butuh biaya besar dan jangka waktu yang cukup panjang mengingat besarnya effort yang harus dikeluarkan untuk pembangunan asrama. Kembali kepada permasalahan culture shock, mahasiswa baru akan dihadapkan dengan sebuah kebudayaan yang berlaku di sebuah universitas tertentu yaitu budaya kerukunan dan budaya pendidikan. Budaya kerukunan adalah budaya dimana kita harus berinteraksi dengan semua orang yang ada di sekitar kita dengan cara sendiri-sendiri untuk hidup bersosial. Sudah tentu jika kita kuliah di luar kota, kita akan hidup berinteraksi dengan orang-orang yang sebelumnya belum kita kenal. Orang yang tentuya memiliki budaya tertentu, ciri khas tertentu, gaya bicara yang tertentu. Apalagi jika kita kuliah di kota kota besar misalnya Bandung atau Jakarta, sudah tentu di kota – kota terebut masyarakatnya bersifat heterogen yang berasal dari sebagian besar daerah yang ada di Indonesia. Akibatnya budaya kerukunan tersebut disalahartikan dengan kita hanya mau bergaul dengan temen dekat saja atau bahkan hanya dengan teman-teman dari satu daerah. Masalah seperti ini banyak dialami oleh mahasiswa baru dari daerahdaerah yang masih terasa kental budaya bersosialnya. Dengan adanya pengembangan kualitatif paguyuban daerah, terdapat beberapa perbaikan dari apa yang sudah ada sekarang. Secara internal, pengembangan ini dapat mengatasi masalah adaptasi kultur pendidikan. Upayanya yakni dengan kegiatan internal paguyuban daerah di mana kakak tingkat yang berasal dari satu daerah akan sharing pengalaman dan menurunkan ilmunya (dengan semacam tutorial). Karena komunikasi yang lebih mudah terjalin ini, diharapkan mahasiswa baru menjadi tidak kaget dengan sistem pembelajaran di kampus. Sebagai contoh, dalam pengerjaan suatu praktikum. Cerita pengalaman dari kakak tingkat akan memberi ketertarikan tersendiri bagi mahasiswa baru, tertantang untuk mencoba secara lebih baik dan praktikum pun menjadi lebih terasa manfaatnya dibandingkan jika dari awal masih berusaha mereka-reka bagaimana mengerjakan praktikum dengan baik. Kemudian secara eksternal, mengenai masalah culture shock. Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki adalah dengan optimalisasi kegiatan antarpaguyuban daerah yang bisa saling mengenalkan budaya masing-masing daerah sekaligus interaksi untuk bisa menjalin kerjasama produktif di waktu mendatang. Parameter kondisi ideal yang dapat dicapai yakni: a. b. c. d. e.
Mahasiswa dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan budaya baru Mahasiswa mudah bekerja sama dengan orang lain Mahasiswa punya sikap mental yang baik Mahasiswa mudah bergaul dengan lingkungan Mahasiswa dapat menguasai materi kuliah dengan baik walaupun model penyampaian dosen sangat berbeda dari SMA f. Interaksi budaya dan kesadaran akan realita plural meningkat g. Mahasiswa dapat aktif berkarya dan juga berkontribusi untuk masyarakat sedini mungkin
Pihak-Pihak yang Dapat Membantu Implementasi Gagasan Untuk pelaksanaan ide ini, perlu keterlibatan beberapa pihak. Pihak pertama yang akan sangat berpengaruh adalah pengelola kampus, dalam hal ini Rektorat melalui Lembaga Kemahasiswaan sebagai pembuat kewenangan mengenai pengadaan kegiatan di dalam kampus. Dalam ide yang kami tawarkan, Lembaga Kemahasiswaan berperan dalam pengoordinasian paguyuban daerah yang ada di kampus. Paguyuban daerah untuk setiap daerah asal mahasiswa daerah hampir selalu ada. Keberadaannya biasanya tidak terlingkupi secara resmi sebagaimana unit kegiatan kampus, himpunan mahasiswa jurusan atau badan eksekutif mahasiswa. Akan tetapi, data paguyuban daerah sebaiknya juga sudah dikantongi oleh kampus untuk kemudian dibentuk forum antar kota atau forum antar paguyuban. Kemudian tak kalah penting adalah peran mahasiswa itu sendiri untuk turut berperan aktif dalam penyelenggaraan acara-acara untuk mengatasi culture shock dan peningkatan produktivitas berkarya. Pengalaman-pengalaman dari kakak tingkat yang notabene pernah merasakan sebagai mahasiswa baru sangat penting untuk diceritakan ke mahasiswa baru tentang bagaimana cara – cara yang ditempuh saat mengalami masa-masa menjadi mahasiswa baru dulu. Selanjutnya, karena di dalam salah satu kegiatan terdapat program pengabdian masyarakat, maka interaksi dengan masyarakat sekitar akan sangat membantu. Selain itu peran orang tua juga penting dalam mendukung keberhasilan mahasiswa, khususnya dengan adanya Ikatan Orang Tua Mahasiswa (IOM) yang biasanya ada di tiap perguruan tinggi. IOM biasanya memiliki perwakilan di beberapa daerah. Ini dapat sebagai acuan dalam pembentukan paguyuban kedaerahan. Diharapkan paguyuban yang ada mendapat dukungan penuh dari IOM yang dalam hal ini menjalankan fungsi pengawasan. Dengan adanya paguyuban tersebut maka aka nada sinergisasi antara orang tua mahasiswa, mahasiswa dan dengan pihak kampus dalam mendukung proses pendidikan mahasiswa.
Langkah-Langkah Strategis untuk Implementasi Gagasan Selama ini langkah yang telah diambil kebanyakan kampus dalam mengatasi masalah-masalah mahasiswa barunya antara lain membuat seminar motivasi dan strategi sukses di kampus. Kampus mungkin mengundang alumni yang telah sukses untuk acara tersebut, atau mahasiswa tertentu diminta mempresentasikan pengalaman mereka di tahun pertama di kampus berikut tipstipsnya. Kegiatan ini sangat baik, hanya saja kurang intensitas dan kontinuitas, sehingga dikhawatirkan proses keberjalanannya tidak bisa memotivasi mahasiswa baru secara optimal. Di saat keingintahuan mahasiswa baru sedang besar-besarnya tetapi hanya ditunjang dengan kegiatan yang mungkin hanya terlaksana beberapa hari. Dalam kondisi seperti itu, biasanya yang menjadi tempat bertanya para
mahasiswa baru adalah kakak kelas SMA-nya atau dengan kata lain dari manfaat keberadaan paguyuban daerah. Interaksi seperti ini bisa berlangsung secara kontinyu dan mahasiswa baru relatif bisa mengutarakan apa masalahnya tanpa rasa sungkan. Dari paparan di atas, langkah strategis pertama yang diambil adalah optimalisasi internal paguyuban daerah. Di sini bisa dari peran Lembaga Kemahasiswaan atau inisiatif murni dari pengurus paguyuban daerah yang biasanya mahasiswa tingkat dua dan tingkat tiga. Acara seperti pendataan jumlah mahasiswa baru yang berasal dari suatu daerah tersebut. Kemudian langkah strategis yang kedua, yang juga merupakan inti pengembangan kualitatif paguyuban daerah adalah dengan adanya jalinan atau forum antarpaguyuban. Tidak hanya sebatas forum untuk sharing, melainkan juga untuk mengadakan kegiatan yang konkret, di antaranya dapat berupa: a.
Penyambutan Mahasiswa Baru Program ini merupakan langkah jitu dari paguyuban daerah untuk mendampingi mahasiswa baru memenuhi kebutuhan pada awal tahun ajaran. Penyambutan bisa dilakukan setelah mahasiswa baru tiba di daerah tempat perguruan tinggi berada. Yang bisa dilakukan oleh paguyuban daerah antara lain : menjemput mahasiswa baru di stasiun atau terminal, mendampingi dalam mencari pondokan, meminjamkan buku-buku dari angkatan atas yang sudah tidak dipakai, dan memperkenalkan mahasiswa baru kepada anggota paguyuban daerah tersebut. Hal ini dilakukan agar mahasiswa baru merasa aman setelah berada di lingkungan yang baru, rasa aman ini bisa menambah kepercayaan diri mahasiswa baru untuk lebih cepat beradaptasi dengan kondisi sekitar.
b.
Try Out Akbar Nasional Acara ini bisa menggabungkan paguyuban daerah dan menerapkan tri dharma pendidikan sekaligus. Panitia inti dari acara ini dibentuk melalui forum antarpaguyuban yang dikoordinasi Lembaga Kemahasiswaan, dengan komposisi mahasiswa baru sebagai panitia utama dan kakak tingkat (pengurus paguyuban) sebagai pembina. Dengan mensukseskan try out akbar secara nasional (bisa try out SNMPTN atau try out jalur Ujian Masuk universitas), mahasiswa baru akan dituntut mampu bekerja sama dalam tim. Agenda acara juga akan menguntungkan kampus karena dengan dibuatnya acara ini terkoordinir secara nasional, maka sosialisasi info dan persyaratan mengenai kampus akan lebih mudah menyebar. Kerancuan mengenai suatu isu yang berkembang (semisal biaya masuk kampus yang mahal) tidak perlu dikonfirmasi langsung oleh pihak kampus, tapi dapat dijelaskan dengan perantara panitia try out. Dengan cara ini pula diharapkan calon mahasiswa unggulan dari daerah akan memiliki interest yang lebih tinggi dan secara tidak langsung juga memotivasi masyarakat untuk menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tinggi.
Gambar 1. Penyelenggaraan Try Out Akbar c. Turnamen Olahraga Penyaluran hobi merupakan salah satu cara mengatasi culture shock. Dan hobi yang selalu menarik minat untuk disalurkan adalah olahraga. Dengan semangat sportivitas dan kebersamaan dalam olahraga, rasa kedaerahan bisa dikikis dan jiwa kompetitif bisa dikembangkan. Seperti mengadakan home tournament antar angkatan dalam cabang futsal,badminton, atau cabang olahraga lainnya yang memungkinkan.
Gambar 2. Turnamen Olahraga d. Pengabdian Masyarakat Pengabdian masyarakat masuk pada agenda utama dan juga cukup penting karena pada dasarnya apa yang didapat mahasiswa selama di kampus seharusnya diterapkan sebagai kontribusi terhadap masyarakat. Bentuk kegiatan bersama rsama untuk pengabdian masyarakat bisa bermacam, dan ini akan meningkatkan rasa peduli, kepekaaan sosial dan semangat kontribusi bagi bangsa sejak awal untuk mahasiswa baru. Dengan itu, motivasi menuntut ilmu di perguruan tinggi pun semakin meningkat.
Gambar 3. Pengabdian Masyarakat Dengan langkah konkret kegiatan seperti telah disebutkan di atas, mahasiswa yang menghadapi culture shock akan memiliki berbagai aktivitas yang dapat menghilangkan masalah culture shock secepat mungkin. Dengan adaptasi terhadap adap culture shock yang singkat, mahasiswa tersebut dapat lebih fokus dalam studi, menjalani aktivitas produktif sesuai visi Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat) dan produktivitas berkarya pun akan muncul dan terus te terpupuk sejak tahun pertama masa perkuliahan. KESIMPULAN Dengan adanya paguyuban daerah, mahasiswa baru mempunyai wadah yang nyaman untuk berkumpul dan mulai mengenal kebudayaan baru yang mungkin cukup asing. Perpaduan kelebihan internal adanya paguyuban daerah ini ditingkatkan dengan adanya upaya terkoordinasi untuk mengatasi masalah masalahmasalah mahasiswa baru dari daerah yang beda budaya (mengalami culture shock)) di mana selama ini usaha penyelesaiannya masih kurang ku efektif. Dengan solusi-solusi solusi yang kami tawarkan diatas diharapkan masalah culture shock bisa lebih cepat ddiselesaikan iselesaikan oleh mahasiswa baru. Dengan program yang tertata dengan baik, masalah culture shock bisa teratasi sepenuhnya sekitar 3 bulan waktu efektif (1 bulan untuk pengenalan lingkungan atau kegiatan internal, 2 bulan untuk menjalankan program kegiatan eksternal). Jangka waktu ini bisa dikatakan cukup efektif untuk aadaptasi dengan lingkungan baru, dan mahasiswa baru lebih punya kepercayaan diri untuk bergaul dengan masyarakat sekitar. Dengan adanya upaya pengembangan kualitatif paguyuban daerah, culture shock dapat teratasi, potensi berkarya mahasiswa dapat digali sejak dini sehingga lebih produktif if berkarya. Implikasinya, semakin banyak pula kontribusi mahasiswa terhadap masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA http://aptikom4.wordpress.com/2010/04/09/serba-serbi-perguruan-tinggi http://aptikom4.wordpress.com/2010/04/09/serba tinggiindonesia/. tanggal akses : 23 Februari 2011 2011.
http://www.anakui.com/2011/02/02/pengabdian-paguyuban-mahasiswa-terhadapdaerahnya/. tanggal akses : 23 Februari 2011. http://www.gemari.or.id/artikel/316.shtml. tanggal akses : 22 Februari 2011. http://www.tiptrik.info/tips-gaya-hidup/cara-mengatasi-culture-shock.html. tanggal akses : 22 Februari 2011. http://www.tdwclub.com/life/apa-itu-cultural-shock-dan-5-ciri-tanda-tandacultural-shock/. Tanggal akses : 23 Februari 2011 http://id.wikipedia.org/wiki/Kejutan_budaya. Tanggal akses : 23 Februari 2011 http://agussuwignyo.blogsome.com/2005/03/14/hegemoni-ekonomi-danpengembangan-perguruan-tinggi/. Tanggal akses : 23 Februari 2011 http://sosbud.kompasiana.com/2010/12/22/teori-pembentukan-kelompok/. Tanggal akses : 1 Maret 2011 http://images.irwannuryana.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SHae7go KCBwAABDjVRA1/Teori-teori%20Psikologi%20Perkembangan.ppt? key=irwan nuryana:journal:26&nmid=105073852. Tanggal akses : 1 Maret 2011 http://home.unpar.ac.id/~hasan/PERSPEKTIF%20DALAM%20PSIKOLOGI% 20SOSIAL.doc. Tanggl akses : 1 Maret 2011.
.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1.
Nama Lengkap
: Ahmad Mushofi Hasan
NIM
: 18108035
Jurusan
: Teknik Telekomunikasi
Tempat Tanggal Lahir
: Klaten, 15 Juni 1990
Alamat Email
:
[email protected]
Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat : “Analisis UU ITE sebagai Langkah Maju Perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia” Penghargaan Ilmiah yang Pernah Diraih : Juara 3 Karya Tulis Gemastik (Pagelaran Mahasiswa Nasional Bidang TIK)
Ahmad Mushofi Hasan
2.
Nama Lengkap
: Arif Prasetiya
NIM
: 13508090
Jurusan
: Teknik Informatika
Tempat Tanggal Lahir
: Wonogiri, 14 April 1990
Alamat Email
:
[email protected]
Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat : Penghargaan Ilmiah yang Pernah Diraih : Perunggu OSN Bidang Matematika 2007
Arif Prasetiya
3.
Nama Lengkap
: Adhi Eko Apriyanto
NIM
: 18009022
Jurusan
: Teknik Tenaga Listrik
Tempat Tanggal Lahir
: Bantul, 1 April 1991
Alamat Email
:
[email protected]
Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat : Penghargaan Ilmiah yang Pernah Diraih : -
Adhi Eko Apriyanto