LAPORAN AKHIR RESPON NASABAH TERHADAP BANK SYARI’AH MANDIRI KANTOR CABANG PEMBANTU SELATPANJANG KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Menyelesaikan studi Pada Program DIII Perbankan Syariah Guna Untuk Memperoleh Gelar A.Md
Disusun Oleh: SONIA DARNELIS NIM 00926008504
PROGRAM D3 JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU 2012
ABSTRAK Penelitian ini berjudul : Respon Nasabah Terhadap Bank Syari’ah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Selatpanjang Kabupaten Kepulauan Meranti. Adapun permasalahan yang di bahas adalah: Bagaimana respon nasabah terhadap bank syari’ah mandiri kantor cabang pembantu selatpanjang dan factor apa saja yang mendorong dan menghambat nasabah untuk bertransaksi pada bank syari’ah mandiri. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon nasabah terhadap bank syari’ah mandiri, dan mengetahui factor yang mendorong dan menghambat nasabah untuk bertransaksi di Bank Syari’ah Mandiri. Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang berlokasi di Selatpanjang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah pimpinan,karyawan dan nasabah di Bank Syari’ah Mandiri, dan untuk objek penelitian ini adalah respon nasabah terhadap Bank Syari’ah Mandiri. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pimpinan cabang, karyawan, dan nasabah yang berjumlah 500 orang, karena jumlah populasinya banyak maka mengambil sampel 10% dari populasi yang ada, dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, dimana data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari tempat penelitian yaitu PT Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Selatpanjang Kabupaten Kepulauan Meranti, dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari literature-literatur dengan apa yang diteliti. Adapun metode pengumpulan data adalah observasi, wawancara, angket,dan dokumentasi, sedangkan metode analisa data menggunakan metode deskriptif , kualitatif. Dan metode penulisannya adalah dengan menggunakan metode deduktif, induktif, dan deskriftif. Dengan demikian respon nasabah terhadap Bank Syari’ah Mandiri di Selatpanjang Kabupaten Kepulauan Meranti Kacamatan Tebing Tinggi itu sebagaian besar nasabahnya mempunyai respon dan sikap positif terhadap BSM karena nasabah merasakan kenyamanan menyimpan dana di BSM, dan juga
merasa aman dan puas terhadap fasilitas pelayanan yang diberikan oleh bank syari’ah mandiri. Adapun faktor pendorong dan penghambat nasabah untuk bertransaksi di BSM Kcp Selatpanjang antara lain : Factor pendorong: 1. Ingin mencari potongan yang lebih kecil dan system yang tidak mengandung riba/bunga dibandingkan dengan bank konvensional yang menganut system bunga dan tidak secara islam. 2. Menyimpan dana lebih aman di BSM karena potongannya tidak begitu besar dan nasabahnya juga mendapatkan bagi hasil tiap bulannya. 3. BSM memiliki daya tarik yakni pada cirri keislamannya sehingga tidak menganut system bunga/riba. Yang menjadi Factor penghambat: 1. Pembagian dalam keuntungan yang sangat terbatas ataupun sedikit dibandingkan dengan bank konvensional. 2. Kesulitan yang paling menonjol minimnya pada jaringan operasional bank syariah bila dibandingkan dengan bank konvensional yang lebih dulu hadir menjadi mediator masyarakat. 3. Kurangnya komunikasi antara nasabah dan pihak bank yang dirasakan oleh nasabah.
KATA PENGANTAR
Syukur Al-hamdulillah, penulis persembahkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan nikmat sehingga Laporan Akhir ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah buat Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa umat islam kealam yang telah diridhoi Allah SWT. Dengan penuh cahaya ilmu pengetahuan. Dengan penulisan laporan akhir ini, penulis meneemukan kesulitan dan permasalahan yang beragam, tentu saja tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak tidak mungkin penulis dapat menyelesaikannya dengan tuntas. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Terutama untuk ayahanda Wardoyo dan ibunda Linda wati tercinta, yang senantiasa melimpahkan kasih dan sayangnya serta mendoakan siang dan malam untuk keberhasilan ananda sehingga bisa menyelesaikan jenjang pendidikan sampai saat ini. 2. Buat saudara kandung, dan family terdekat yang telah banyak memberikan semangat untuk penulis dan doanya sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini dengan sebaik-baiknya, dan disamping bantuan materil kepada penulis. 3. Bapak Prof. Dr. M. Nazir, MA sebagai Rektor UIN SUSQA, dan staf, seluruh karyawan yang ada di Rektorat UIN SUSQA RIAU. 4. Bapak H. Dr. Akbarizan, MA, M,Pd, selaku Dekan Fakultas Syari’ah serta Pembantu Dekan I, Ibu Dr. Hertina, M.Pd, Pembantu Dekan II, dan Pembantu Dekan III, penulis mengucapkan terima kasih karena sudah membantu penulis dalam mengurus segala urusan-urusan selama penulis masih menjalankan perkuliahan. 5. Bapak Muhammad Nurwahid, M.Ag selaku Ketua Jurusan D3 Perbankan Syari’ah dan Bapak Hairul Amri, MA, selaku Sekretaris Jurusan D3 Perbankan Syariah yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis.
i
6. Bapak Drs. Zainal Arifin, MA yang telah memberikan bimbingan yang setulusnya dan semangatnya beliau sangat berharga untuk penulis sehinga Tugas Akhir ini bisa diselesaikan dengan sebaik-baiknya. 7. Penasehat Akademis Ibu Dra. Yusliati, MA dan Bapak H.Dr. Akbarizan, MA, M,Pd yang telah memberi nasehat serta bimbingan yang tidak pernah penulis lupakan. 8. Beserta Bapak,Ibu selaku Dosen yang telah mengajari, membimbing, dan nasehat yang telah banyak memberikan jasanya dalam menyumbang ilmu pengetahuan selama penulis masih menjalakan perkuliahan. Dan seluruh karyawan yang ada di Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum, penulis mengucapkan terima kasih. 9. Buat teman-temanku yang satu jurusan dengan penulis, masa-masa dengan kalian tidak akan ada akhirnya walaupun kita bakalan berpisah tetapi silahturahmi masih tetap ada dan semangat buat kalian semua semoga dapat pekerjaan yang baik, mudah-mudahan wisuda kita sama-sama, amin. 10. Buat teman-temanku juga yang ada dipondokan rosline angkatan 2009, yuni,renti,yosi,yana,juju,tien dan kris buat kalian semuanya cepat nyusul yaa, buat Nia Heldina Ramon makasi ya dek atas bantuannya (minjemin Notebooknya) selama kakak nyelesai’in Laporan Akhir kakak ni, buat Ajumma S.pd Selvina makasi juga ya kak atas nasehatnya, dan d’special one Akhmad Basyar makasi juga ya atas bantuannya yang mau nemenin,nunguin, selama saya masih menjalankan perkuliahan dan menyelesaika Laporan Akhir ini. ALL Ghamsamida. Billahitaufiq Walhidayah Wassalamualaikum Wr.Wb Pekanbaru, 27 September 2012 Penulis
SONIA DARNELIS 00926008504
ii
DAFTAR ISI
Halaman NOTA DINAS PEMBIMBING................................................................ ABSTRAK ................................................................................................. KATA PENGANTAR...............................................................................
i
DAFTAR ISI..............................................................................................
iii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
v
BAB I :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................
1
B. Batasan Masalah.......................................................................
6
C. Rumusan Masalah ....................................................................
7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................
7
E. Metode Penelitian.....................................................................
8
F. Sistematika Penulisan..............................................................
10
BAB II :
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Berdirinya Bank Syariah Mandiri ...............................
11
B. Latar Belakang Bank Syariah Mandiri.....................................
12
C. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri .......................................
13
D. Produk dan Perkembangan Bank Syariah Mandiri ..................
16
BAB III : TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Respon Nasabah......................................................
21
B. Pengertian Bank Syariah ..........................................................
23
C. Akad dan Produk Bank Syariah ................................................
26
D. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ....................
34
BAB IV : PEMBAHASAN A. Respon Nasabah Terhadap Bank Syariah Mandiri ................... B. Faktor
Pendorong
dan
Penghambat
Nasabah
38
Untuk
Bertransaksi Pada Bank Syariah Mandiri. ................................
40
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ..............................................................................
47
B. Saran..........................................................................................
47
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL A. Respon nasabah Tabel 4.1 Apakah responden Sudah Menjadi Nasabah Bank Syariah Mandiri ...............................................................................
38
Tabel 4.2 Tanggapan nasabah terhadap pelayanan yang ada di BSM ............................................................................................
39
Taebel 4.3 Tanggapan nasabah terhadap fasilitas pelayanan yang disediakan oleh BSM ........................................................
39
Tabel 4.4 Respon nasabah tentang jaringan operasional yang ada di BSM ...................................................................................
40
B. Faktor pendorong Tabel 4.5 Alasan responden menjadi nasabah di BSM ......................
41
Tabel 4.6 Motivasi nasabah melakukan transaksi di BSM ................
42
Tabel 4.7 Daya tarik dari BSM untuk mencari nasabah.....................
43
C. Faktor penghambat Tabel 4.8 Hambatan untuk melakukan transaksi di BSM .................
44
Tabel 4.9 Kesulitan yang ditemui dalam pemanfaatan system yang ada di BSM.........................................................................
45
Tabel 4.10 Nasabah merasa ada kekurangan dalam pengelolaan yang ada di BSM.........................................................................
46
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Belakangan ini dunia perbankan Indonesia sedang diwarnai oleh semakin maraknya Bank Syari’ah, pasca diterbitkan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 yang memungkinkan perbankan menjalankan dual banking system sehingga banyak bank konvensional yang membuka kantor cabang yang menggunakan system syari’ah, bahkan menggantikan system usahanya dari system perbankan konvensional menjadi system syari’ah. Sudah cukup lama umat Islam Indonesia, demikian juga dalam belahan dunia Islam (muslim word) lainnya, menginginkan system perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan prinsip syari’ah (Islamic economic system) untuk dapat diterapkan dalam segenap aspek kehidupan bisnis dan transaksi umat. Secara
konseptual
perbankan
syari’ah
memang
sesuai
dengan
perkembangan zaman. Ia lahir sebagai sub dari system Ekonomi Islam yang berdasarakan pada konsep ilahiyah yang selanjutnya berkembang untuk menjadi system perbankan alternative yang sesuai dengan fitrah manusia dan disesuaikan dengan tuntutan zaman sehingga dapat diterapkan dalam dunia bisnis yang nyata. Dengan demikian, masalah ekonomi dalam Islam adalah menjamin berputarnya harta di antara manusia agar dapat memaksimalkan fungsi hidupnya sebagai hamba Allah untuk mencapai falah di dunia dan akhirat. Hal ini berarti bahwa aktivitas ekonomi dalam Islam adalah kolektif, bukan individual. Selanjutnya, prinsip-prinsip ekonomi Islam yang sering disebut dalam berbagai literatur ekonomi Islam dapat dirangkumkan menjadi lima hal :
1
1. Hidup hemat dan tidak bermewah-mewahan. 2. Menjalankan usaha-usaha yang halal. 3. Implementasi zakat. 4. Penghapusan/pelarangan riba. 5. Pelarangan masyir. Berdasarkan penjelasan diatas sistem ekonomi Islam berbeda dengan sistem ekonomi konvensional. Sesuai dengan paradigma ini, ekonomi dalam Islam tak lebih dari sebuah aktivitas ibadah dari rangkaian ibadah pada setiap jenis aktivitas hidup manusia. Dalam aktivitas ekonomi manusia, maka ia merupakan ibadah manusia dalam berekonomian. Dalam Islam tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak ada nilai ibadahnya, sehingga tidak ada sisi hidup dan kehidupan manusia yang tidak diatur dalam Islam1. Kegiatan operasional perbankan syari’ah di Indonesia dimulai pada tahun 1992 dengan di dirikannya PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan kegiatan investasi yang dapat berkembang untuk menumbuhkan kegiatan produksi masal kepada industry kecil melalui skema pembiayaan lunak dengan system kemitraan ( mudharabah dan musyarakah). Bank Syari’ah adalah suatu system perbankan yang dikembangkan berdasarkan Prinsip Syari’ah. Sedangkan Prinsip Syari’ah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasrkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syari’ah (dalam hal ini MUI)2. 1
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008,
hlm. 7. 2
Abu Muhammad Dwiono Koesen Al-Jambi, Selamat Tinggal Bank Konvensional. (Jakarta: 2009), hlm. 37-38.
Menurut jenisnya, Bank Syari’ah dibagi dua, yakni Bank Umum Syari’ah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah. Bank Umum Syari’ah member jasa lalulintas pembayaran,sementara Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah adalah Bank Syari’ah yang tidak memberi jasa lalu-lintas pembayaran. Secara formal, kehadiran institusi dan pelayanan Bank Syariah di Indonesia telah didukung oleh perangkat hukum yang kuat, yaitu : 1.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan.
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan. 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. 4. Udang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah. Keberadaan Bank Syari’ah diharapkan dapat mendukung strategi pengembangan ekonomi regional, memfasilitasi segmen pasar-pasar yang belum terjangkau serta menfasilitasi distribusi utuitas barang modal untuk kegiatan produksi melalui skala sewa menyewa. Sedangkan dalam kegiatan komersial perbankan syaria’ah dapat menganmbil posisi dalam kegiatan, seperti mengukung pengadaan faktor-faktor produksi, mendukung perdagangan antar daerah dan ekspor serta mendukung penjualan hasil-hasil produk pada masyarakat3. Dalam pertumbuhannya, bank syari’ah mengalami peningkatan yang cukup signifikan, namun apabila dilakukan analisis komperatif maka akan terlihat bahwa peran bank syari’ah masih kecil dibandingkan dengan perbankan 3
hlm 4.
Bambang Rustam, Perbankan Syari’ah, (Pekanbaru: Mumtaz Cendikia Press, 2005),
konvensional yang telah ada. Kondisi ini diduga sangat dipengaruhi oleh kesiapan masyarakat dalam proses penerimaan system bank syari’ah. Pendalaman ajaran Islam yang parsial dan terkontak-kontak serta pola piker yang masih materialistik dan sekularistik menjadi salah satu hambatan besar dalam proses pemanfaatan sistem produk syari’ah. Di samping hambatan lain yang terdapat dalam tubuh industry bank syari’ah itu sendiri antara lain kesediaan sumber daya manusia, keterbatasan teknologi penunjang, jaringan bank syari’ah dan juga efisiensi operasional perbankan syari’ah. Beberapa hal di atas menjadi sangat penting untuk tujuan pengembangan bank syari’ah karena kebijakan pengembangan bank syari’ah pada dasarnya mengacu pada empat stategi utama, yakni : pertama, menerapkan program untuk meningkatkan
pemahaman
masyarakat
mengenai
bank
syari’ah.
Upaya
peningkatan pemahaman ini sangat penting, karena disadari bahwa perbankan syari’ah di Indonesia masih dalam tahap awal pengembangan. Kedua, adalah dengan membentuk mekanisme pengembangan jaringan kantor bank syari’ah ini diperlukan dalam rangka perluasan jangkauan layanan kepada masyarakat. Berkembangnya jaringan kantor juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan mendorong inovasi produk dan jasa perbankan syari’ah. Ketiga, adalah dengan menyusun dan menyempurnakan perangkat ketentuan operasional baik kelembagaan, kegiatan usaha, instrumen meneter, maupun pasar keuangan. Dan keempat, adalah pengembangan sumber daya insani4. 4
Ibid., hlm. 111.
Sebagaimana diketahui bahwa Bank Syariah dibentuk adalah sebagai koreksi atas bank konvensional yang beroperasi dengan sistem bunga yang dianggap oleh sebagian ulama sebagai riba. Oleh karena itu dengan Bank Syariah dioperasikan tidak menggunakan sistem bunga melainkan dengan sistem bagi hasil walaupun tidak sepenuhnya benar, sebab ada sistem lain dalam bank syariah yaitu sistem jual-beli dan sewa-menyewa. Bank sebagai salah satu lembaga penghimpun dana saling Bantu membantu untuk mengatasi kekurangan dana demi terlaksananya pembangunan secara
berkesinambungan
melalui
pengelolaan
dana,
seiring
dengan
perkembangan dan kemajuan masyarakat yang penuh dengan persaingan ketat disetiap sektor kehidupan saling berlomba untuk meraih kesempatan yang ada, demikian juga dengan Bank. Persaingan antar bank juga semakin tajam dalam penyerahan dana maupun dalam pemberian kredit, masing-masing akan memberikan pelayanan dan kemudahan-kemudahan tertentu dalam rangka menarik perhatian masyarakat5. Adapun faktor yang menyebabkan nasabah bertransaksi di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Selatpanjang adalah, di lihat dari system bagi hasil yang berbeda dari Bank Konvensional sehingga nasabah memiliki keinginan untuk bertransaksi atau mencoba menabung di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Selatpanjang tersebut. Di mana Bank Syariah merupakan Bank yang tidak berbau bunga ataupun ribawi, karena system Bank Syariah telah di anutkan oleh Al-Qur’an dan Hadist. Oleh karena itu nasabah mengingikan suatu lembaga keuangan yang berbasis syari’ah. Mereka merasa lebih aman jika dana 5
Drs. H. Abdullah Jayadi, S.H., M. H. Beberapa Aspek Tentang Perbankan Syariah, Yogyakarta: Penerbit Mitra Pustaka, 2011. hlm. 1-3.
yang disimpan di Bank Mandiri Syari’ah Kantor Cabang Pembantu Selatpanjang disalurkan untuk pembiayaan yang benar-benar dengan syari’at Islam. Nasabah tidak khawatir lagi dengan keuntungan yang akan diperolehnya dari tabungan maupun deposito karena bebas riba6. Jadi, untuk meningkatkan perbankan syari’ah di kalangan nasabah atau pun kalangan masyarakat supaya Bank Syari’ah itu lebih unggul atau maju di mata mereka, perlu adanya struktur-struktur organisasi yang harus dijalankan, misalnya seperti Bank Syari’ah dapat memiliki struktur yang sama dengan Bank Konvensional, seperti dalam hal komisaris dan direksi, tetapi memiliki unsure yang amanat dan produk-produknya, sesuai dengan garis-garis syari’ah, dan juga perlu adanya respon dari nasabah bagaimana pandangan mereka terhadap Bank Syari’ah selama ini. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut dan disusun dalam bentuk Laporan Akhir dengan judul: “Respon Nasabah Terhadap Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Selatpanjang Kabupaten Kepulauan Meranti”. B.Batasan Masalah Supaya penelitian ini tearah dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan maka penulis membatasi penulisan ini pada respon nasabah terhadap Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Selatpanjang Kabupaten Kepulauan Meranti.
6
Ibu Selvina Suci Ashari, (Tokoh Nasabah), Wawancara, 19 Mei 2012.
C. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana respon nasabah terhadap Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Selatpanjang Kabupaten Kepulauan Meranti. b. Faktor apa saja yang mendorong dan menghambati nasabah untuk bertransaksi pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Selatpanjang Kabupaten Kepulauan Meranti.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : a. Mengetahui respon nasabah terhadap Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Selatpanjang Kabupaten Kepulauan Meranti. b. Mengetahui faktor yang mendorong dan menghambat nasabah untuk bertransaksi di Bank Mandiri Syariah Kantor Cabang Pembantu Selatpanjang Kabupaten Kepulauan Meranti. 2. Manfaat Penelitian. a. Bagi penulis untuk mengetahui bagaimana respon nasabah terhadap Bank Mandiri Syariah Kantor Cabang Pembantu Selatpanjang. b. Sebagai referensi untuk peneliti dalam judul yang sama dimasa yang akan datang. c. Sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar diploma pada program D3 Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum.
E. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian. Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang berlokasi di Selatpanjang Kabupaten Kepulauan Meranti. 2. Subjek dan Objek a. Sebagai subjek penelitan ini adalah pimpinan,karyawan dan nasabah di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Selatpanjang Kabupaten Kepulauan Meranti. b. Objek penelitian ini adalah respon nasabah terhadap Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Selatpanjang Kabupaten Kepulauan Meranti. 3. Populasi dan Sampel Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pimpinan cabang 1 orang, dan 6 karyawan serta nasabah di Bank Syariah Mandiri Selatpanjang yang berjumlah 500 orang, karena jumlah populasinya banyak maka penulis menggunakan teknik random sampling yaitu dengan mengambil 10% dari populasi yang ada, maka sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 50 orang nasabah. 4. Sumber Data Penelitian ini merupakan lapangan, sumber data yang digunakan adalah: a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari tempat penelitian yaitu PT Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Selatpanjang Kabupaten Kepulauan Meranti.
5. Metode Pengumpulan Data. Untuk mendapatkan kualitas data yang diperlukan, maka metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut : a. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung di tempat penelitian untuk mendapatkan gambaran secara nyata tentang kegiatan yang diteliti. b. Wawancara, yaitu melakukan sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. c. Angket, yaitu dengan mengajukan sejumlah daftar pertanyaan kepada responden. d. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data, dokumen-dokumen yang ada kaitannya dengan BSM Kcp selatpanjang di kabupaten kepulauan meranti. 6. Metode Analisa Data Metode yang digunakan dalam mengamati data adalah deskriptif kualitatif, yaitu menganalisa data dengan jalan mengklasifikasi data-data berdasarkan kategori-kategori atas dasar persamaan jenis dengan data tersebut, kemudian diuraikan sehingga diperoleh gambaran yang utuh tentang masalah yang diteliti. 7. Metode Penulisan Setelah data yang terkumpul dianalisis, maka penulis mendeskripsikan data tersebut dengan menggunakan metode penulisan sebagai berikut : a. Deduktif, yaitu uraian yang diawali dengan mengemukakan kaedahkaedah umum, dianalis dan diambil kesimpulan secara khusus.
b. Deskriptif, yaitu mengungkapkan uaraian atau fakta yang diambil dengan apa adanya.
F. Sistematika Penulisan Laporan ini disusun secara sistematis dan sistematika penulisan sebagai berikut : Bab I
Pendahuluan yang meliputi : Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penelitian.
Bab II
Gambaran Umum PT Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Selatpanjang, meliputi : Sejarah Berdirinya Bank Syariah Mandiri, Latar Belakang Bank Syariah Mandiri, Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri, Produk Syariah, dan Struktur Organisasi.
Bab III
Telaah Pustaka Meliputi : Pengertian Bank Syariah, Akad dan Produk Bank Syariah, Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional.
Bab IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan, Meliputi : Respon nasabah terhadap Bank Syariah Mandiri dan faktor yang mendorong/menghambat nasabah bertransaksi pada Bank Syariah Mandiri .
Bab V
Merupakan Bab Penutup, meliputi : Kesimpulan, dan Saran-Saran.
Daftar Pustaka
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN
A. Berdirinya Bank Syariah Mandiri Kcp Selatpanjang Berdirinya Bank Syariah Mandiri atau BSM sejak tahun 1999, sesungguhya merupakan hikmah dari krisis yang menerpa negara ini, sebagaimana kita ketahui krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional, telah menimbulkan dampak negative bagi dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industry perbankan di Indonesia yang didominasi oleh bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Dalam proses merger bank mandiri sambil melakukan konsilidasi juga membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah, yang bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di group Bank Mandiri. Sebagai respon atas diberlakukannya undang-undang No. 10 th 1998, yang memberikan peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah. BSM Kcp terdapat di Kabupaten Kepulauan Meranti Selatpanjang, ini dirikan pada tanggal 14-09-2011 dengan aspirasi atau usulan karyawan dan direksi setempat, dengan alasan bahwa lokasi tempat BSM Kcp ini tempatnya strategis yang dikelilingi oleh pasar dan sumber-sumber daya manusia yang memadai, serta tak kalah penting dengan keislamannya. Melihat kepada uraian-uraian diatas dengan hasil Musyawarah sebahagian karyawan BSM Kcp di Selatpanjang telah mendirikan suatu lembaga keuangan yang berpihak kepada rakyat bawah yang berada dipedesaan. Maka pada tanggal 11
14-09-2011 didepan bapak bupati, dihadirkan oleh direktur Hana Wijaya selaku BSM kantor pusat dan kepala cabang pusat Ibu Dewi Hayati, dan beserta tamu undangan, maka disahkanlah pendirian atau peresmian perusahaan yang diberi nama “PT BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG PEMBANTU SELATPANJANG”. Selanjutnya dalam anggaran dasarnya, sesuai dengan yang tertera pada pasal 1 yaitu : PERSEROAN berkedudukan di Jalan Imam Bonjol ibukota Selatpanjang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, dengan mempunyai cabang atau perwakilan di Harapan Raya pekanbaru yang jauh perbatasan dengan kecamatan tempat kedudukanya Kcp Selatpanjang. Selain itu juga mempunyai kantor pusat di Jl Riau Pekanbaru.
B. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri Kcp Selatpanjang Adapun visi dari BSM Kcp adalah menjadi Bank Syariah terpecaya pilihan Mitra Usaha. Sehingga mampu berperan sebagai motor penggerak dalam memberdayakan perekonomian rakyat kecil dan menengah. Sedangkan Misi dari BSM Kcp Selatpanjang antara lain : 1. Mewujudkan partumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan. 2. Mengutamakan
penghimpunan
dana
consumer
dan
penyaluran
pembiayaan pada segmen UMKM. 3. Merekrut dan mengembangkan pegawai professional dalam lingkungan kerja yang sehat. 4. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.
5. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat1.
C. Struktur Organisasi Dan Jabatan 1. Struktur Organisasi Dalam suatu perusahaan, perlu adanya penempatan dan pembagian pekerjaan, tugas-tugas dan tanggung jawab serta wewenang. Struktur organisasi harus memungkinkan adanya penetapan hubungan-hubungan antara unsur-unsur organisasi, sehingga koordinasi dan kerja sama diantara semua level dan manajemen dapat berjalan dengan efektif dan efisien untuk
mengambil
tindakan/keputusan
dalam
pencapaian
tujuan
perusahaan. Kejelasan Struktur Organisasi tersebut bertujuan untuk : 1. Mempermudah pelaksanaan tugas 2. Mempermudah pimpinan mengawasi bawahan 3. Menghindari duplikasi tugas/rangkap jabatan 4. Semua unit dala organisasi mengerti tanggung jawabnya, hubungan antara unit serta pendelegasian wewenang yang diberikan kepada masing-masing unit tersebut
1
Dokumentasi. PT. Bank Syari’ah Mandiri.
STRUKTUR ORGANISASI PT. BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG PEMBANTU Kepala KCP Afrizal Maswir
Operasional Officer M. Syahroni. S.kom
Pelaksanaan Back Office Fitrahmayanti
Security Auzar Abdul Ayub
Pelaksanaan Marketing T. Muslim Hidayat
Driver Isriyanto
Customer Service Ade Firmansyah
Office Boy Adi Sofyan Fendy
Teller Sondy Rahman N
2. Jabatan a. Manajer Operasional Officer Mengkoordinasi, mengarahkan, mengawasi dan bertanggung jawab atas terlaksananya kelancaran kerja dibagian operasional ( pembukuan kas, tabungan dan deposito ) b. Back Office Back office pada suatu bank adalah pendukung dari teman-teman di Front Office (marketing dept termasuk teller & CS). Tugas dari back office adalah melanjutkan (follow up) atas suatu transaksi bank yang dilakukan nasabah pada front office. Job des pada Back Office secara umum adalah : 1. Membuat Voucer Input transaksi ( debit / kredit ) 2. Membuat laporan data transaksi. 3. Analisa kredit 4. Accounting 5. Controlling 6. I.T.System 7. Dll yang berhubungan dengan administrasi catat mencatat. c. Marketing Mengkoordinir, mengarahkan, mengawasi dan bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan pemasaran yang progresif, berkembang secara sehat berdasrkan kebijakan perusahaan dan prinsip kehati-hatian, mengupayakan keamanan bank bersama-sama bawahannya dalam
menginvestasikan dana baik dari segi legal dan administrasi maupun kapasitas pihak ketiga2. d. Customer Service ( pelayanan nasabah ) Memberikan pelayanan kepada setiap tamu dan atau nasabah debgan baik dan Islam, serta memberikan informasi yang dibutuhkannya secara jelas dan ramah, baik pada saat berhadapan langsung ataupun melalui telepon serta membantu tugas marketing dalam mengkoordinasikan keperluan nasabah. e. Teller / Kasir Melakukan kegiatan penerimaan dan pengeluaran uang tunai dari atau kepada nasabah maupun pihak lain, mengatur menyusun dan menyimpan uang, melaporkan kepersediaaan dan kondisi fisik kas kepada manajer operasional serta melakukan input transaksi kas atau pencatatan lainnya.
D. Produk-Produk Dan Perkembangan BSM Kcp Selatpanjang Dalam suatu badan usaha seperti lembaga perbankan untuk menawarkan jasa dan penarikan dana dari masyarakat berbagai macam jalan yang dilakukan supaya minat nasabah ataupun masyarakat disekitarnya untuk menyimpan dananya bisa terpacu. Sebagaimana bank-bank lain meluncurkan produk-produknya untuk manggait nasabah tanpa ada pakasaan, begitu juga Bank Syariah Mandiri di Meranti dalam menjalakan usahanya produk-produknya sesuai dengan prinsip dan etika bisnis Islam. 2
Dokumentasi. PT. Bank Syari’ah Mandiri.
Pada dasarnya produk-produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah dapat dibagi tiga bagian besar yaitu : 1. Produk Pendanaan 2. Produk pembiyaan 3. Produk jasa Adapun produk-produk yang diterbitkan oleh BSM Kcp dapat dibagi dua macam yaitu : a. Produk-produk yang berbentuk tabungan (suatu bentuk usaha untuk menghimpun dana dari masyarakat) b. Produk-produk yang berbentuk pembiayaan (suatu bentuk usaha menyalurkan dana kepada masyarakat) 1.1 Produk-produk yang berbentuk tabungan : a. Tabungan BSM adalah tabungan dalam mata uang rupiah yang penarikan dan penyetorannya dapat dilakukan setiap saat selama jam buka kas di konter BSM atau melalui ATM. Aman dan terjamin, online di seluruh outlet BSM, dan operasionalnya berdasarkan prinsip syariah dengan akad mudharabah muthlaqah. b. Tabungan Mabrur adalah simpan pihak ketiga di BSM yang penarikannya dilakukan disaat nasabah akan menunaikan ibadah haji sesuai dengan perjanjian dengan pihak bank. Pengurusan administrasi keberangkatan calon jemaah haji akan dibantu oleh BSM Kcp c. Tabungan Berencana adalah tabungan yang memberikan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian target dana yang telah ditetapkan. Dengan bagi
hasil yang kompetitif dan berdasarkan prinsip syariah mudharabah muthalaqah. Dan periode tabungan 1 s.d 10 tahun. d. Tabungan Simpatik adalah tabungan yang berdasarkan prinsip wadiah yang penarikannay dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat yang telah disepakati, dan akan mendapatkan bonus bulanan yang diberikan sesuai kebijakan BSM, dan bisa juga untuk penyaluran zakat,infaq dan sedekah. e. TabunganKu adalah merupakan tabungan untuk perorangan dengan persyaratan mudah dan ringan ditertibkan secara bersama oleh pihak bankbank Indonesia guna menumbuhkan budaya menabung dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dan tabunganKu berfungsi sebagai kartu ATM dan Debit, operasionalnya berdasarkan prinsip syariah dengan akad wadiah yad dhamanah, dimana manfaatnya aman dan terjamin, dengan bonus wadiah diberikan sesuai kebijakan bank. Setoran awal minimum Rp 20.000 dan setoran selanjutnya minimum Rp 10.000. f. Tabungan Deposito adalah investasi berjangka waktu tertentu di BSM, dalam mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah, yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu 1,3,6, atau 12 bulan dan mendapat imbalan bagi hasil. Hanya dapat dicairkan pada saat jatuh tempo, dan dapat diperpanjangkan kembali. Setoran awal minimum Rp 2.000.000. g. Tabungan Investa Cendekia adalah tabungan yang berjangka untuk keperluan uang pendidikan dengan jumlah setoran bulanan tetap
(installment) dan dilengkapi dengan perlindungan asuransi. Dan manfaat tabungan tersebut memberikan kemudahan perencanaan keuangan masa depan, khususnya pendidikan putra/i. berdasarkan prinsip syariah mudharabah muthalaqah. Dan bagi hasil yang kompetitif. 2.1 Produk-produk yang berbentuk pembiayaan : a. Pembiayaan Murabahah Pembiayaan Murabahab adalah pembiayaan dengan system jual beli, dimana BSM Kcp Selatpanjang dapat membantu nasabah yang memohon pembiayaan, dengan membiayai yang dibutuhkan untuk modal usaha. Dengan catatan harga jual bagi hasil keuntungan, pada pembiayaan ini jangka waktu maksimum 30 bulan dan berlaku untuk jenis barang yang jelas harga, jumlah dan spesifikasinya misalnya barang dagang, sepeda motor, mobil, tanah, dll b. Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan Musyarakah adalah pembiayaan dengan system kerja sama, di mana BSM Kcp Selatpanjang, dapat membantu nasabah dengan memohon pembiayaan yang dibutuhkan oleh nasabah untuk modal kerjanya, dengan catatan bagi hasil yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Pada pembiayaan ini jangka waktu maksimum 30 bulan dan berlaku untuk modal kerja yang ia jalani, misalnya buka toko, ingin merekomendasi rumah, dll c. Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan bagi hasil, dimana pihak BSM sebagai penyandang dana (shahib Al-Maal) dan masyarakat yang menerima dan sebagai ( mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha. Dari
keuntungan itu akan dibagi hasil, jangka waktu 10 bulan dan berlaku untuk usaha dengan masa keja singkat dan bersifat periodic. d. Pembiayaan Al-Qard Syarat-syarat mengajukan pembiayaan :
Mengisi formulir pembiayaan
Foto kopy suami/istri
Foto kopy kartu keluarga
Foto kopy akta nikah
Foto kopy slip gaji bagi pegawai
Foto kopy SK awl dan akhir
Foto kopy buku tabungan
Foto kopy KTP (suami/ istri)
Foto kopy NPWP
Dan surat rekomendasi lainnya.
Perkembangan BSM Kcp Selatpanjang Sejak mulai beroperasinya BSM Kcp Selatpanjang di Kabupaten Kepulauan Meranti September 2011, bank ini belum terlalu lama diresmikan, dimana BSM Kcp ini merupakan bank satu-satunya yang berdasarkan syariah di Kabupaten Kepulauan Meranti, dan berjumlah nasabah kurang lebih dari bankbank sebelumnya, dengan jumlah pembiayaan berdiri baru 500 nasabah, dan dalam bentuk tabungan juga sebanyak nasabah yang ada di pembiayaan, akan tetapi baru 7 bulan berjalannya BSM Kcp ini sudah mencapai asset sebesar Rp 68 M. dan untuk kedepannya BSM Kcp Selatpanjang ini bisa mencapai target yang di sesuaikan atau yang di inginkannya.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Respon Nasabah Nasabah merupakan suatu komponen yang terbentuk dari individuindividu secara manusiawi memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaanperbedaan dalam kebutuhan dan keingina. Dari segi kesamaan manusia adalah makhluk yang menginginkan kedamaian, kesejahteraan dan lain sebagainya. Kondisi ini membuktikan dan memberikan gambaran bahwa harus ada aturan yang mengikat agar ketika berinteraksi antara satu dengan yang lain dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tuntutan atau naluri kemanusiaannya. Arti Nasabah pada lembaga perbankan sangat penting. Nasabah itu ibarat nafas yang sangat berpengaruh terhadap kelanjutan suatu bank. Oleh karena itu bank harus dapat menarik nasabah sebanyak-banyaknya agar dana yang terkumpul dari nasabah tersebut dapat diputar oleh bank yang nantinya disalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan bank. Menurut Djaslim Saladin dalam bukunya ˝Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Bank˝ yang dikutip dari ˝Kamus Perbankan˝ menyatakan bahwa ˝Nasabah adalah orang atau badan yang mempunyai rekening simpanan atau pinjaman pada bank˝1.
1
Saladin djalim, Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Bank, (Jakarta : CV Rajawali, 1994), hlm. 50-52
21
Komaruddin dalam ˝Kamus Perbankan˝ menyatakan bahwa ˝Nasabah adalah seseorang atau suatu perusahaan yang mempunyai rekening koran atau deposito atau tabungan serupa lainnya pada sebuah bank”2. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank syariah dan atau Unit Usaha Syariah. Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di Bank Syariah dan atau Unit Usaha Syariah dalam bentuk simpanan berdasarkan akad antara bank syariah atau Unit Usaha Syariah dan nasabah yang bersangkutan. Nasabah investor adalah nasabah yang menempatkan dananya di Bank Syariah dan atau Unit Usaha Syariah dalam bentuk investasi berdasarkan akad antara Bank Syariah dan atau Unit Usaha Syariah dan nasabah yang bersangkutan. Nasabah penerima fasilitas adalah nasabah yang memperoleh fasilitas dana atau yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan prinsip syariah. Sedangkan pengertian dari respon itu sendiri adalah tanggapan atau penjawab atas pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan oleh seseorang peneliti3. Pengertian respon menurut Kamus Inggris Indonesia yaitu menjawab, membalas, menanggapi, menyahuti, dan memberi reaksi4. Dapat di simpulkan bahwa “pengertian dari respon nasabah ialah suatu tanggapan ataupun reaksi pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan oleh satu pihak untuk menjawab sebuah pertanyaan yang sudah diberikan dan sedangkan dari nasabah sendiri
2
Komarudin, Kamus Perbankan, (Jakarta : CV Rajawali, 1994), hlm. 75 J.S Badudu – Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1994), hlm. 356 4 John M. Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : PT. Gramedia, 1989), hlm. 299 3
ialah seseorang ataupun badan usaha (korporasi) yang mempunyai rekening simpanan dan pinjaman dan melakukan transaksi simpanan dan pinjaman tersebut pada sebuah bank“.
B. Pengertian Bank Syari’ah Perbankan adalah suatu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan jasa pengiriman uang. Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang dalam kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kemasyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya5. Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, fungsi-fungsi bank telah dikenal sejak zaman Rasulullah SAW. Di Indonesia, regulasi mengenai Bank Syariah tertuang dalam UU No.21 Tahun 2008
tentang perbankan syariah. Bank Syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)6. 1. Bank Umum Syariah adalah Bank yang dalam kegiatan usahanya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS dapat berusaha sebagai bank devisa dan bank non-devisa. Bank Devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan
5
Kasmir, SE., MM, Pemasaran Bank, ( Jakarta: Kencana , 2004, Edisi Revisi, Cetakan ke-3 ), hlm. 8. 6 DPR, Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syari’ah ( Bandung: Citra Umbara, 2010, Cetakan ke-1 )
dengan mata uang asing secara keseluruhan seperti transfer uang keluar negeri, inkaso keluar negeri, pembukaan letter of credit, dan sebagainya. 2. Unit Usaha Syari’ah yang selanjutnya disebut UUS adalah unit kerja di kantor cabang bank umum yang menjalankan kegiatannya secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan diluar negeri yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan atau unit syariah. UUS berada satu tingkat di bawah direksi bank umum konvensional bersangkutan. UUS dapat berusaha sebagai bank devisa dan bank non-devisa. 3. Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bentuk hokum BPRS perseroan terbatas. BPRS hanya boleh dimiliki oleh WNI dan atau badan hokum Indonesia, pemerintah daerah, atau kemitraan antara WNI dan atau badan hokum Indonesia dengan pemerintah daerah7. Bank Islam atau selajutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembanga keuangan/perbankan yang beroperasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadist Nabi SAW. Atau dengan kata lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan
7
Ibid.
yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengopersiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Antonio dan Perwataatmadja membedakan menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam8.
Bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam.
Bank yang tata cara beropersinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadist. Sementara bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah Islam adalah bank
yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dikatakanlah lebih lanjut, dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsure-unsur riba untuk diisi dengan kegiatankegiatan investai atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. Untuk menghindari pengopersian bank dengan system bunga, Islam memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Dengan kata lain, Bank Syariah lahir sebagai salah satu solusi alternative terhadap persoalan pertentangan antara bunga bank dengan riba. Dengan demikian, kerinduan umat Islam Indonesia yang ingin melepaskan diri dari persoalan riba telah mendapat jawaban dengan lahirnya bank Islam. Bank Islam lahir di Indonesia, yang gencarnya, pada sekitar tahun 90-an atau tepatnya setelah undang-undang No. 7 tahun 1992, yang 8
Drs Muhammad, M. Ag. Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta : UUP AMP YKPN, 2002), hlm. 13-14
direvisi dengan Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998, dalam bentuk sebuah bank yang beroperasinya dengan system bagi hasil atau bank syariah. Kaitan antara bank dengan uang dalam suatu unit bisnis adalah penting, namun di dalam pelaksanaanya harus menghilangkan adanya ketidak adilan, ketidak jujuran dan “penghisapan” dari satu pihak kepihak yang lain (bank dengan nasabahnya). Kedudukan bank Islam dalam hubungan dengan para kliennya adalah sebagai mitra investor dan perdagangan, sedang dalam hal bank pada umumnya, hubungnnya adalah sebagai kreditur atau debitur. Sehubungan dengan jalinan investor dan pedagang tersebut, maka dalam menjalankan pekerjaanya, bank Islam menggunakan berbagai teknik dan metode investasi seperti kontrak mudharabah. Di samping itu, bank Islam juga terlibat dalam kontrak murabahah. Mekanisme perbankan Islam yang berdasarkan prinsip mitra usaha, adalah bebas bunga. Oleh karena itu, soal membayarkan bunga kepada para depositor atau pembebanan suatu bunga dari para klien tidak timbul9.
C. Akad Dan Produk Bank Syari’ah 1. Akad Bank Syari’ah Akad ikatan, keputusan, atau penguatan atau perjanjian kesepakatan atau transaksi dapat di artikan sebagai komitmen yang terbingkai dengan nilai-nilai Syariah. Dalam istilah fiqih, secara umum akad berarti sesuatu yang menjadi tekad seseorang untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak, seperti wakaf,
9
Ibid.
talak, dan sumpah, maupun yang muncul dari dua pihak, seperti jual beli, sewa, wakalah, dan gadai. Secara khusus akad berarti keterkaitan antara ijab pernyataan penawaran/ pemindahan dan qabul pernyataan penerimaan kepemilikan dalam lingkup yang disyariatkan dan berpengaruh pada sesuatu10. Di lain pihak, akad mengikat kedua belah pihak yang saling bersepakat, yakni masing-masing pihak terkait untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang telah disepakati terlebih dahulu. Dalam akad, terms and condition-nya sudah di tetapkan secara rinci dan spesifik (sudah well-defined). Bila salah satu atau kedua belah pihak yang terkait dalam kontrak itu dapat memenuhi kewajibannya, maka ia/mereka menerima sanksi seperti yang sudah di sepakati dalam akad11.
2. Produk Bank Syari’ah Pada system operasi Bank Syari’ah, pemilik dana menamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tetapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha) dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Pembiayaan dalam perbankan syari’ah tidak bersifat menjual uang yang mengandalkan pendapatan bunga atas pokok pinjaman yang diinvestasikan, tetapi dari pembagian laba yang diperoleh pengusaha. Pendekatan bank syari’ah mirip 10
Ascarya, Op.cit, hlm. 45 Ir. Adiwarman A. Karim, S.E., MBA., M.A.E.P. Bank Islam Analisis Fiqih Dan Keuangan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004, Edisi Keempat, Cetakan ke-7), hlm. 65 11
dengan investment banking, di mana secara garis besar produk adalah mudharabah (trust financing) dan musyarakah (partnership financing), sedangkan yang bersifat investasi diimplementasikan dalam bentuk murabahah (jual beli)12. Pola konsumsi dan pola simpanan yang di ajarkan oleh Islam memungkinkan umat Islam mempunyai kelebihan pendapatan yang harus diproduktifkan dalam bentuk investasi. Maka, Bank Islam menawarkan tabungan investassi yang disebut simpanan mudharabah (simpanan bagi hasil atas usaha bank). Untuk dapat menghasilkan usaha bank kepada penyimpan mudharabah. Pada dasarnya, produk yang ditawarkan oleh Bank Syari’ah dapat dibagikan menjadi tiga bagian besar, yaitu : a. Produk Penghimpun Dana (financing) 1) Al-Wadi’ah ( titipan atau simpanan ) Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Wadi’ah dhamanah berbeda dengan wadi’ah amanah. Dalam wadi’ah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi. Sementara itu, dalam hal wadi’ah dhamanah, pihak yang dititipi (Bank) bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut. Karena wadi’ah yang diterapkan dalam produk giro perbankan ini juga disifati dengan yad dhamanah, implikasi hukumnya sama dengan qardh, 12
Dr. Amir Machmud. H. Rukmana, S.E., M.Si, Bank Syari’ah Teori, Kebijakan, Dan Studi di Indonesia, (Jakarta : Gelora Aksara Pratama, 2010), hlm. 28
dimana nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang, dan bank bertindak sebagai yang dipinjami13. Yang di terapkan dalam prinsip Yad dhamanah pihak bank akan menerima seluruh keuntungan dari penggunaan uang, namun sebaliknya bila mengalami kerugian juga harus di tanggung oleh bank. Sebagai imbalan kepada pemilik dana di samping jaminan keamanan uangnya juga akan memperoleh fasilitas lainnya seperti insentif atau bonus untuk giro wadi’ah. Bahwa setiap saat nasabah berhak mengambilnya dan berhak mendapatkan bonus dari keuntungan pemanfaatan dana giro oleh bank, besar bonusnya tidak di tentukan di muka tetapi benar merupakan kebijaksanaan bank14. 2) Tabungan Mudharabah Dana yang disimpan nasabah akan dikelola bank, untuk memperoleh keuntungan, keuntungan akan di berikan kepada nasabah berdasarkan kesepakatan bersama. 3) Deposito Investasi Mudharabah Dana yang di simpan nasabah hanya bisa ditarik berdasarkan jangka waktu yang telah ditentukan, dengan bagi hasil keuntungan berdasarkan kesepakatan bersama.
13 14
Ir. Adiwarman A. Karim, S.E., MBA., M.A.E.P, Op.cit. hlm. 107-108 Ibid
4) Tabungan Haji Mudharabah Simpanan pihak ketiga yang penarikanyadi lakukan pada saat nasabah akan menunaikan ibadah haji atau pada kondisi tertentu sesuai dengan perjanjian nasabah. Juga merupakan simpanan yang akan memperoleh imbalan bagi hasil (mudharabah). 5) Tabungan Kurban Simpanan pihak ketiga yang dihimpunkan untuk ibadah Qurban dengan penarikan di lakukan pada saat nasabah akan melaksanakan ibadah qurban, atau atas kesepakatan antara pihak bank dengan nasabah, juga merupakan simpanan yang akan memperoleh imbalan bagi hasil (mudharabah). b. Produk Penyaluran Dana 1) Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana atau amal dengan kesepakatan di tanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Sebagai mana firman Allah surat Shaad ayat 24 :
Artinya : “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh.
Dan dimana transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di mana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud. 2) Al-Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modalnya, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha di bagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi di tanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu di akibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Sebagaimana Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah: Artinya:”Dari sholeh bin shuhaib r.a dari bapaknya bahwa rasulullah saw. Bersabda, tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tabgguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual (HR. Ibnu Majah No. 2280, Kitab At-Tijarah) Dalam bukunya Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan karangan Ir. Adiwarman Karim, bahwa perbedaan yang esensial dari mudharabah dan musyarakah terletak pada besarnya kontribusi atas manajemen dan keuangan atau salah satu di antara itu. Dalam mudharabah modal hanya
berasal dari satu pihak. Sedangkan dalam musyarakah modal berasal dari dua pihak atau lebih. Musyarakah dan mudharabah dalam literatur fiqih berbenuk perjanjian kepercayaan yang menuntut tingkat kejujuran yang tinggi dan menjunjung keadilan15. 3) Salam berarti pembelian barang yang diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayarannya di lakukan di muka. Rukun salam:
Muslam atau pembeli
Muslam Ilahi atau penjual
Modal atau uang
Muslam fiihi atau barang
Sighat ucapan16.
Salam menurut Muhammad. Pembiayaan kepada nasabah untuk membuat barang tertentu atas pesanan pihak-pihak lain atau pembeli. Bank memberikan dana pembiayaan di awal untuk membuat barang tersebut setelah adanya kesepakatan tentang harga jual kepada pembeli, barang yang akan di beli berada dalam tanggungan nasabah dengan cirri-ciri yang telah ditentukan. 4) Istishna’ merupakan pembiayaan kepada nasabah yang terlebih dahulu memesan barang kepada bank atau produsen lain dengan criteria tertentu,
15
Adi Warman A Karim, Op.cit. hlm. 93-94 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek, (Jakarta : Gema Insani, 2001), hlm. 109 16
kemudian nasabah dan bank membuat perjanjian yang mengikat tentang harga jual dan cara pembayarannya17. Produk istishna’ menyerupai produk salam, tapi dalam istishna’ pembayarannya dapat di lakukan oleh bank beberapa kali (termin) pembayaran. Sedangkan istishna’ tidak, ketentuan umum pembiayaan istishna’ adalah spesifikasi barang pesanan harus jelas contoh jenis, macam ukuran, mutu dan jumlahnya. Harga jual yang telah di sepakati di cantumkan dalam akad istishna’ dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan dari criteria pesanan dan terjadi perubahan harga setelah akad di tandatangani, seluruh biaya tambahan tetap di tanggung nasabah. 5) Ijarah merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa. 6) Al-Qardhul Hasan merupakan pinjaman lunak bagi pengusaha yang benarbenar kekurangan modal, nasabah tidak perlu membagi keuntungan kepada bank tetapi hanya membayar biaya administrasi saja. 2. Produk Jasa
Jasa Penerbit L/C
Jasa Transfer
Jasa Inkaso
Bank Garansi
Menerima zakat, infaq dan sodaqah
17
Ibid, hlm. 113
D. Perbedaan Bank Syari’ah dan Bank Konvensional Islam mengharamkan bunga dan menghalalkan bagi hasil. Keduannya memberikan keuntungan, tetapi memiliki perbedaan mendasar sebagai akibat adanya perbedaan antara investasi dan pembungaan uang. Dalam investasi, usaha yang dilakukan mengandung risiko, dan karenanya mengandung unsur ketidakpastian. Sebaliknya, pembungaan uang adalah aktivitas yang tidak memiliki resiko, karena adanya persentase suku bunga tertenru yang ditetapkan berdasarkan besarnya modal. Menyimpan uang di Bank Syari’ah termasuk kategori investasi. Besar kecilnya perolehan kembalian itu tergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi dan dilakukan bank sebagai pengelola dana, oleh karena itu Bank Syari’ah tidak hanya sekedar menyalurkan uang. Bank Syari’ah harus terus menerus berusaha meningkatkan return on investment sehingga lebih menarik dan lebih memberikan kepercayaan bagi pemilik dana18. Persoalan bunga bank yang disebut sebagai riba telah menjadi bahan perdebatan di kalangan pemikir dan fiqih Islam. Tampaknya kondisi ini tidak akan pernah berhenti sampai disini, namun akan terus diperbincangkan dari masa ke masa. Untuk mengatasi persoalan tersebut, sekarang umat Islam telah mencoba mengembangkan paradigma perekonomian lama yang akan terus dikembangkan dalam rangka perbaikan ekonomi ummat dan penigkatan kesejahteraan ummat. Realisasinya adalah berupa operasinya Bank-Bank Islam di pelosok bumi tercinta
18
Wirdyaningsih, SH., MH. Bank Dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2005, Edisi Pertama, Cetakan Ke-1), hlm. 49
ini, dengan beroperasi tidak mendasarkan pada bunga, namun dengan sistem bagi hasil19. Tidak sedikit masyarakat yang menganggap bahwa bagi hasil tidak ada bedanya dengan pemberian/pengambilan bunga sehingga mereka beranggapan bahwa bank syariah dengan bank konvensional sama saja yang membedakan hanya istilah saja. Tentunya pendapat itu tidak benar karena mereka yang berpendapat seperti itu, tingkat pemahaman terhadap bank syariah termasuk dalam operasionalnya masih relative kurang20. Adapun Perbedaan Bagi Hasil dengan Sistem Bunga, sebagai barikut:
Bagi Hasil
Bunga
Penetuan bagi hasil dibuat sewaktu Penetuan perjanjian
dengan
nisbah
berdasarkan
dibuat
sewaktu
berdasarkan perjanjian tanpa berdasarkan kepada
kepada untung/rugi. Jumlah
bunga
untung/rugi. bagi
jumlah
hasil Jumlah persen bunga berdasrkan jumlah
keuntungan modal yang ada.
yang telah tercapai Bagi hasil tergantung pada hsil Pembayaran
bunga
tetap
seperti
proyek. Jika proyek tidak mendapat perjanjian tanpa diambil pertimbangan keuntungan kerugian,
atau risikonya
mengalami apakah proyek yang dilaksanakan pihak ditanggung kedua untung atau rugi.
kedua belah pihak. Jumlah pemberian hasil keuntungan Jumlah meningkat
sesuai
keuntungan yang didapat.
pembayaran
bunga
tidak
dengan meningkat walaupun jumlah keuntungan berlipat ganda.
Penerimaan/pembagian keuntungan Pengambilan/pembayaran bunga adalah adalah halal. 19 20
haram.
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari’ah, (Yogyakarta : Ekonosia, 2004), hlm. 3 Dr. Amir Machmud. H. Rukmana, SE., M.Si, op.cit., hlm. 9
Selain itu, adapun perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional dapat dilihat dari empat aspek lain, yaitu sebagia berikut. 1. Akad dan Aspek Legalitas Akad yang dilakukan dalam bank syariah memliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasrkan hukum Islam. Nasabah sering kali berani melanggar pelanggaran kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasrkan hukum positif belaka, tetapi tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki pertanggung jawaban hingga yaumil qiyamah nanti. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan akad. 2. Lembaga Penyelesai Sengketa Penyelesai perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabah pada perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional. Kedua belah pihak pada perbankan syariah tidak menyelesaikannya di peradilan negeri., tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum materi syariah. Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indinesia dan Majelis Ulama Indonesia. 3. Struktur Organisasi Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsure
yang amat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya DPS yang berfungsi mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. DPS biasanya diletakkan pada posisi setingkat dewan komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektivitas setiap opini yang diberikan oleh DPS. Oleh karena itu, biasanya penetapan anggota DPS itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional DSN. 4. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai Bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank syariah tidak terlepas dari kriteria syariah. Hal tersebut menyebabkan bank syariah tidak akan mungkin membiayai usaha yang mengandung unsure-unsur yang diharamkan. Terdapat sejumlah batasan dalam hal pembiayaan. Tidak semua proyek atau objek pembiayaan dapat didanai melalui dan bank syariah, namun harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariah. 5. Lingkungan dan Budaya Kerja Bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sesuai dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan Shiddiq, harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik. Selain itu, karyawan bank syariah haru profesional fathanah dan mampu melakukan tugas secara team-work di mana informasi merata di seluruh fungsional organisasi tabligh. Dalam hal reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan syariah21
21
Ibid, hlm. 10-11
BAB IV PEMBAHASAN
A. Respon Nasabah terhadap Bank Mandiri Syari’ah KCP Selatpanjang Penyajian Data Dalam melakukan penelitian ini penulis telah mengumpulkan kembali angket penelitian yang telah disebarkan dari 50 orang responden nasabah Bank Syariah Mandiri dalam laporan ini penulis menyajikan seluruh angket tersebut dalam bentuk tabel untuk lebih memudahkan pembaca dalam memahami tulisan ini. TABEL 4.1 APAKAH SUDAH MENJADI NASABAH BSM (BANK SYARIAH MANDIRI) No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase %
1
a. Sudah
50
50%
2
b. Belum
-
-
3
c. Tidak
-
-
50
100%
Jumlah Sumber data : olahan angket No. 1
Tabel diatas menjelaskan bahwa 50 responden (50%) menyatakan telah menjadi nasabah BSM (Bank Syariah Mandiri). Dari data tersebut dapat dipahami bahwa seluruh responden telah menjadi nasabah BSM, disini dapat dikatakan bahwa BSM menginformasikan atau mensosialisasikan diri kepada masyarakat yang ada dalam wilayah kabupaten kepulauan meranti.
38
TABEL 4.2 TANGGAPAN NASABAH TERHADAP PELAYANAN BANK SYARIAH MANDIRI No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase%
1
a. Sangat memuaskan
3
6%
2
b. Memuaskan
19
38%
3
c. Tidak memuaskan
28
56%
Jumlah
50
100%
Sumber data : olahan angket No. 2 Tabel diatas menjelaskan bahwa 3 responden atau sebanyak 6% yang menyatakan pelayanan pihak bank syariah mandiri sangat memuaskan, dan 19 responden atau sebanyak 38% menyatakan bahwa pelayanan yang ada di bank syariah mandiri memuaskan, dan sedangkan pada responden yang lainnya 28 responden atau sebanyak 56% yang menyatakan bahwa pelayanan yang ada di bank syariah mandiri tidak memuaskan. Jadi sebagian besar nasabah menyatakan bahwa pelayanan di BSM Kcp selatpanjang tidak memuaskan. TABEL 4.3 TANGGAPAN NASABAH TENTANG FASILITAS PELAYANAN YANG DISEDIAKAN OLEH BSM No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase %
1
a. Sangat memuaskan
2
4%
2
b. Memuaskan
48
96%
3
c. Tidak memuaskan
-
-
Jumlah
50
100%
Sumber data : olahan angket No. 3 Tabel diatas menunjukkan 2 responden atau sebanyak 4% yang menyatakan fasilitas pelayanan yang ada di bank syariah mandiri sangat memuaskan, dan untuk 48 responden atau sebanyak 96% menyatakan bahwa
fasilitas pelayanan memuaskan, dan dapat dikatakan bahwa sebagian besar nasabah mengatakan fasilitas pelayanan bank syariah mandiri itu memuaskan. TABEL 4.4 RESPON NASABAH TENTANG JARINGAN OPERASIONAL YANG ADA DI BSM No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase%
1
a. Sangat memuaskan
2
4%
2
b. Memuaskan
38
76%
3
c. Tidak memuaskan
10
20%
Jumlah
50
100%
Sumber data : olahan angket No. 4 Tabel diatas menjelaskan bahwa 2 responden atau sebanyak 4% menyatakan bahwa jaringan operasional pada BSM sangat memuaskan, 38 responden atau sebanyak 76% menyatakan bahwa jaringan operasional pada BSM memuaskan, sedangkan 10 responden atau sebanyak 20% mengatakan bahwa jaringan operasional pada BSM tidak memuaskan. Jadi dapat dikatakan bahwa sebagian besar nasabah mneyatakan bahwa jaringan operasional di BSM itu memuaskan.
B. Faktor Pendorong dan Penghambat Nasabah Untuk Melakukan Bertransaksi Pada Bank Syariah Mandiri 1. Ada pun faktor pendorong nasabah untuk melakukan transaksi di BSM antara lain : a. Karena kan ingin mencari potongan yang lebih kecil dan sistem yang tidak mengandung riba/bunga dibandingkan dengan bank konvensional
yang menganut sistem bunga dan tidak secara Islam1. Hal ini sesuai dengan tabel angket berikut ini : TABEL 4.5 ALASAN RESPONDEN MENJADI NASABAH DI BSM No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase %
1
a. Sekedar ingin tahu
15
30%
2
b. Potongan yang lebih kecil
35
70%
3
c. Ragu – Ragu
-
-
50
100%
Jumlah Sumber data : olahan angket wawancara
Dari tabel diatas dapat dipahami bahwa 15 responden atau sebanyak 30% nasabah menyatakan hanya sekedar ingin tahu, 35 responden atau sebanyak 70% yang ingin menjadi nasabah BSM itu hanya dikarenakan potongan yang lebih kecil dibandingkan dengan bank konvensional. Dan yang menyatakan ragu-ragu tidak ada (nol). Jadi sebagian besar responden menyatakan bahwa alasan menjadi nasabah di BSM dikarenakan potongan lebih kecil. b. Karena potongannya tidak begitu besar dan nasabah juga mendapatkan bagi hasil tiap bulannya, untuk motivasi BSM ini nasabah menginginkan kemajuan suatu lembaga keuangan yang berbentuk Islam dan adanya bantuan moril untuk masyarakat yang kecil2. Hal ini dapat dilihat berdasarkan angket berikut ini :
1 2
Bpk. Sahran (Nasabah) , Wawancara, 19 juni 2012 Ibu Rohana (Nasabah ), Wawancara, 19 juni 2012
TABEL 4.6 MOTIVASI NASABAH MELAKUKAN TRANSAKSI DI BSM No Alternatif Jawaban
Frekuensi
1
a. Dapat menyimpan dana
lebih aman
2
b. Dapat memperoleh bantuan kredit dengan mudah
3
Persentase%
28
56%
19
38%
3
6%
50
100%
c. Semata –mata ingin memajukan Bank Syariah
Mandiri
sebagai
lembaga
keuangan yang berciri Islam Jumlah Sumber data : olahan angket wawancara Dapat dilihat pada tabel dan hasil wawancara tersebut bahwasannya nasabah mengingikan suatu kenyamanan yang ada diBSM ini, misalnya seperti menyimpan dana, sekian nasabah sudah mempercayai bahwa menyimpan dana dibank itu lebih aman dibandingkan menyimpan ditempat yang lain, disini nasabah juga mengingikan adanya bantuan moril terhadap rakyat kecil yang sangat membutuhkan. c. Ingin mencari keuntungan ataupun bagi hasil, di banding dengan bank konvensional
yang
tidak
bisa
memberi
keuntungan
kepada
nasabahnya, dan mengambil potongan paling besar tiap bulannya. Dan nasabah pun memiliki daya tarik dari BSM yakni pada ciri keislamannya sehingga BSM ini tidak menganut system bunga/riba. Hal ini dapat dilihat pada angket berikut ini :
TABEL 4.7 DAYA TARIK DARI BSM UNTUK MENCARI NASABAH No
Alternatif Jawaban
1
a. Ciri keislamannya
10
20%
2
b. System bagi hasil tanpa riba
38
76%
3
c. Bantuan moral dan materil
2
4%
50
100%
Jumlah
Frekuensi
Persentase %
Sumber data : olahan angket wawancara Tabel diatas menjelaskan bahwa 10 responden atau sebanyak 20% menyatakan bahwa daya tarik BSM
pada ciri keislamannya, dan 38
responden atau sebanyak 76% menyatakan bahwa daya tarik BSM ada pada system bagi hasil, sedangkan 2 responden atau sebanyak 4% menyatakan daya tarik BSM adalah bantuan moral dan materil yang diberikan kepada nasabah oleh pihak bank dalam bentuk pinjaman. Jadi dapat dikatakan sebagian besar nasabah menyatakan bahwa nasabah lebih memilih system bagi hasil tanpa riba yang ada di BSM. 2. Adapun faktor penghambat nasabah untuk bertransaksi di BSM antara lain : a. Pembagian dalam keuntungan yang sangat terbatas ataupun sedikit dibandingkan dengan bank konvensional. Pembagian keuntungan berdasarkan kesepakatan pada awal akad yang mana keuntungan dapat berdasarkan untung atau ruginya usaha si nasabah, sedangkan pada bank konvensional keuntungannya memang sudah ditetapkan walau usaha nasabah itu untung atau rugi jumlah keuntungannya dan bunga
yang harus di bayar itu tetap berdasarkan ketetapan yang telah di buat pada waktu akad. Hal ini dapat dilihat pada angket berikut ini : TABEL 4.8 HAMBATAN UNTUK MELAKUKAN TRANSAKSI DI BSM No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase %
1
a. Keuntungan sedikit
26
52%
2
b. Kurang memuaskan
1
2%
3
c. Tidak tahu
23
46%
Jumlah
50
100%
Sumber data : olahan angket wawancara Dapat dilihat pada tabel diatas, 26 responden atau sebanyak 52% menyatakan bahwa pembagian keuntungannya sangat sedikit dibandingkan dengan bank konvensional. Dan 1 responden atau sebanyak 2% menyatakan kurang memuaskan, dan 23 responden atau sebanyak 46% menyatakan tidak tahu. Jadi dapat dikatakan sebagian besar nasabah menyatakan bahwa hambatan yang ada di BSM ini keuntungan yang sedikit. b. Minimnya jaringan operasional bank syariah bila di bandingkan dengan bank konvensional yang lebih dulu hadir. Bank syariah hadir dalam masyarakat ataupun nasabah sebagai mediator untuk memenuhi setiap kebutuhan dan keperluan, disamping itu kurangnya kepercayaan nasabah terhadap penerapan system bagi hasil serta pelayanan bank syariah yang dirasa kurang memuaskan3. Hal ini dapat dilihat pada angket berikut ini :
3
Bpk. Muhtadi ( Nasabah ), Wawancara, 25 juni 2012
TABEL 4.9 KESULITAN YANG DITEMUI DALAM PEMANFAATAN SYSTEM YANG ADA DI BSM No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase %
1
a. Jaringan operasional terbatas
41
82%
2
b. Pembagian keuntungan yang
6
12%
3
6%
50
100%
terbatas 3
c. Lokasi yang sulit dijangkau Jumlah
Sumber data : olahan angket wawancara Tabel diatas menjelaskan tentang kesulitan/ hambatan yang dialami pihak nasabah Bank Syariah Mandiri, dapat dilihat bahwa 41 responden atau sebanyak 82% nasabah
menyatakan kendala yang di hadapi adalah
terbatasnya jaringan operasional bank syariah di bandingkan dengan bank konvensional, dan sebanyak 6 responden atau sebanyak 12% menyatakan bahwa pembagian keuntungan sangat terbatas bila di bandingkan dengan bank konvensional, dan sedangkan 3 responden 6% yang menyatakan kesulitan yang di hadapi adalah lokasi yang sulit dijangkau. Jadi sebagian besar nasabah menyatakan bahwa hambatan yang ada di BSM yakni jaringan operasional yang masih terbatas. c. Masih kurangnya komunikasi antara nasabah dan pihak bank yang di rasakan oleh nasabah. Agar bank syariah mandiri ini dapat merasakan dan diterima oleh nasabah hendaknya pihak bank dan nasabah harus mempunyai hubungan dan komunikasi yang baik sehingga nasabah bisa
merasa puas dan nyaman bila bertransaksi di BSM ini. Hal ini dapat dilihat pada angket berikut ini : TABEL 4.10 NASABAH MERASA ADA KEKURANGAN DALAM PENGELOLAAN YANG ADA DI BSM No
Alternatif Jawaban
1
a. Kurangnya
komunikasi
Frekuensi
Persentase%
antara
40
80%
b. System bagi hasil yang kurang
7
14%
3
6%
50
100%
pihak bank dan nasabah 2
pasti 3
c. Kurang
informative
dan
trasnparan Jumlah Sumber data : olahan angket wawancara Dari tabel diatas tersebut dapat dijelaskan bahwa sebanyak 40 responden atau sebanyak 80%
nasabah masih kurang dengan adanya komunikasi
antara pihak bank dengan nasabah, dan sebanyak 7 responden atau sebanyak 14 % menyatakan bahwa siatem bagi hasil yang kurang pasti, dan sebanyak 3 responden atau sebanyak 6% menyatakan bahwa kurang informative dan transparan. Jadi dapat dikatakan bahwa nasabah belum menemukan kepuasan yang ada dipihak bank yang komunikasinya masih kurang terhadap nasabah BSM.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari pembahasan pada bab-bab terdahulu dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebagian besar nasabah Bank Syariah Mandiri Selatpanjang telah mempunyai respon dan sikap positif terhadap BSM karena nasabah merasakan kenyamanan menyimpan dana di BSM. Merasa aman dan puas terhadap fasilitas pelayanan yang diberikan oleh BSM. 2. Adapun faktor pendorong dan penghambat nasabah untuk bertransaksi di Bank Syariah Mandiri antara lain : a. Factor pendorong Ingin mencari potongan yang lebih kecil dan system yang tidak mengandung riba/bunga dibandingkan dengan bank konvensional yang menganut system bunga dan tidak secara islam. Menyimpan dana lebih aman di BSM karena potongannya tidak begitu besar dan nasabahnya juga mendapatkan bagi hasil tiap bulannya. BSM memiliki daya tarik yakni pada cirri keislamannya sehingga tidak menganut system bunga/riba.
47 48
b. Factor penghambat Pembagian dalam keuntungan yang sangat terbatas ataupun sedikit dibandingkan dengan bank konvensional. Kesulitan yang paling menonjol minimnya pada jaringan operasional bank syariah bila dibandingkan dengan bank konvensional yang lebih dulu hadir menjadi mediator masyarakat. Kurangnya komunikasi antara nasabah dan pihak bank yang dirasakan oleh nasabah.
B. Saran- Saran Untuk dapat mewujudkan tujuan visi dan misi BSM KCP sebagai lembaga keuangan yang bercirikan Islam dari hasil analisa yang penulis simpulkan maka penulis akan mengajukan saran-saran kepada pihak bank dan nasabah ataupun masyarakat sebagai berikut : 1. Pihak BSM KCP mestilah meningkatkan kerja sama yang baik dan kokoh dengan pihak-pihak yang terkait. 2. Pihak BSM KCP agar tetap konsisten dengan prinsip dasar pembetukan BSM serta terus melakukan pengembagan orientasi masa depan untuk mendapatkan dan mempertahankan nilai kepuasan bagi nasabah. 3. Pihak nasabah khususnya nasabah muslim agar tetap mengedepankan
nilai-nilai keIslaman dalam pandangan dan integritasnya serta bersifat positif terhadap BSM KCP dengan tujuan menegakkan prinsip-prinsip keIslaman dalam pengembangan perekonomian masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Muhammad Dwiono Koesen Al-Jambi, Selamat Tinggal Bank Konvensional. Jakarta: 2009 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008 Abdullah Jayadi, S.H., M. H. Beberapa Aspek Tentang Perbankan Syariah, Yogyakarta: Penerbit Mitra Pustaka, 2011 Adiwarman A. Karim, S.E., MBA., M.A.E.P. Bank Islam Analisis Fiqih Dan Keuangan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004, Edisi Keempat, Cetakan ke-7 Amir Machmud. H. Rukmana, S.E., M.Si, Bank Syari’ah Teori, Kebijakan, Dan Studi di Indonesia, Jakarta : Gelora Aksara Pratama, 2010 Bambang Rustam, Perbankan Syari’ah, Pekanbaru: Mumtaz Cendikia Press, 2005 Departemen Agama RI, Al-Qur’an danTerjemahannya, Jakarta: Yayasan Penyelanggara Penterjemahan Al-Qur’an, 1971 DPR, Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syari’ah, Bandung: Citra Umbara, 2010, Cetakan ke-1 J.S Badudu – Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1994 John M. Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia, 1989 Komarudin, Kamus Perbankan, Jakarta : CV Rajawali, 1994 Kasmir, SE., MM, Pemasaran Bank, Jakarta: Kencana , 2004, Edisi Revisi, Cetakan ke-3 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah : dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2001 Muhammad, M. Ag. Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta : UUP AMP YKPN, 2002 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari’ah, Yogyakarta : Ekonosia, 2004 Saladin Djalim, Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Bank, Jakarta : CV Rajawali, 1994
Wirdyaningsih, SH., MH. Bank Dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta : Kencana, 2005, Edisi Pertama, Cetakan Ke-1