Progam Studi TIHP, Siap Menjawab Tantangan Industri Hasil Perikanan UNAIR NEWS – Universitas Airlangga patut berbangga memiliki program studi S-1 Teknik Industri Hasil Perikanan (TIHP). Prodi baru di lingkup Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) ini memiliki keunggulan yang tak dimiliki perguruan tinggi lainnya. Ditemui di ruang kerjanya, Dr. Rr. Juni Triastuti, S.Pi., M.Si., selaku koordinator prodi TIHP, menuturkan prodi TIHP fokus pada bidang industri. Bagi Juni, kekhasan dan keunggulan TIHP adalah salah satu langkah untuk mengoptimalkan kekayaan laut dan mengembangkan perekonomian masyarakat. “Di universitas lain, hanya sedikit yang fokus pada industri. Kita menginginkan pendidikan di TIHP dapat menjawab tantangan industri hasil perikanan. Selain pengolahan, kami juga pikirkan memikirkan aspek ekonomis,” terang Juni. Selain di bidang industri, prodi TIHP juga berusaha menyelaraskan dengan misi UNAIR sebagai pusat unggulan ilmu kesehatan. Ke depan, Juni ingin agar riset mahasiswa bisa menggali lebih dalam kekayaan biota laut untuk bahan obatobatan. “Karena perikanan di UNAIR ini dulu merupakan keilmuan yang lahir dari para ilmuwan dari kedokteran hewan, jadi kami juga fokus pada kesehatan. Kami juga ingin mengeksplorasi manfaat biota-biota di dalam laut,” jelasnya. Guna memantapkan langkah pada industri dan kesehatan, TIHP ditunjang dengan para sumber daya manusia yang berkualitas. Prodi yang berdiri pada tahun 2015 memiliki banyak dosen muda jebolan kampus ternama baik dalam negeri maupun luar negeri.
“Dosen-dosen di sini banyak yang muda dan memiliki ragam keilmuan, mulai nano partikel, food processing, bioteknologi, dan fungsional pangan serta nutrisi,” papar Juni. Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S
Birokrasi yang Efektif adalah Kunci Kemajuan Ilmu Keperawatan UNAIR NEWS – Salah satu pakar ilmu keperawatan yang dimiliki UNAIR adalah Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs. (Hons). Dekan Fakultas Keperawatan ini memulai pendidikan strata satu di Lambton College, Sarnia Ontario dan kemudian ia lanjutkan studi master di Magister, University of Wolllongong, Australia dan Program Doktor, Universitas Airlangga (UNAIR). Tahun ini, Nursalam menerbitkan sebuah buku bersama Airlangga University Press. Judulnya, Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabet. Menurut pria kelahiran Kediri 25 Desember 1966 ini, prospek lulusan S1 keperawatan sangat terang. Kebutuhan akan perawat selalu meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Maka itu, diperlukan sarjana keperawatan yang berkualitas. UNAIR, kata Nursalam, memastikan bahwa akan mencetak para perawat handal dan potensial. Ilmu keperawatan, kata Nursalam, adalah future sciences dalam mendukung program pemerintah menurunkan angka kematian dan sakit, melalui peran promotif dan preventif. Juga, sebagai kajian holistik, humanistik dan caring yang selalu diterapkan dalam melaksanakan asuhan kepada pasien bagi semua profesi
kesehatan. Nursalam berharap, baik pemerintah maupun institusi pendidikan/kampus bisa selalu mendukung dan memfasilitasi pengembangan ilmu keperawatan. Dengan memperbanyak program penelitian serta pembangunan SDM melalui penggelontoran beasiswa, penambahan alokasi formasi, dan lain sebagainya. Termasuk, menggenjot jumlah sarana praktik lewat pengadaan laboratorium yang representatif. Diperlukan pula penguatan jejaring penyaluran lulusan melalui program Government to Government, Person to Person, maupun Government to Person. “Yang jelas, di samping dukungan finansial, pemerintah juga harus serius membenahi birokrasi. Birokrasi harus dipangkas dan perlu action real untuk mendukung semua kebijakan,” ungkap lulusan Lambton College, Sarnia Ontario ini. Nursalam tergolong aktif di banyak organisasi. Termasuk, di Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Baik di level regional atau provinsi, maupun di tingkat nasional. Selain aktif mengajar dan memberi bimbingan tugas akhir, Nursalam pun rutin mempublikasikan hasil penelitian. Juga, sering mengikuti konfrensi baik tingkat nasional maupun internasional. Misalnya, pada 2009, dia mengikuti 4th National Nursing Research Conference, Malaysia, the immune response modulation on CD4 & cytokine (IFNy) nursing care approach model on patient with HIV/AIDS, Malaysia, 5th International Conference on Information & Communication Technology System, Nursing Informatics Development to Create Indonesia Nurses with Global Standard, ITS Surabaya dan Shanghai International Conference (Nursing Education in Indonesia: Todays and Future Role), Shanghai.Tahun lalu, Nursalam turut serta di gelaran The 5th International Nursing Conference (The Power of Caring in Improving Nursing Quality of Care and Patient Safety). (*) Penulis: Rio F. Rachman Editor: Defrina Sukma Satiti
Kimia UNAIR, Dari Akreditasi Internasional hingga Penguatan Karakter UNAIR NEWS – Program studi (prodi) Kimia merupakan salah satu program studi di Universitas Airlangga yang tidak diragukan lagi kiprahnya. Prodi yang berdiri sejak tahun 1982 ini, sudah mengantongi sertifikasi ASEAN University Network Quality Assesment (AUN – QA). Hal itu menjadikan prodi yang berada dalam lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR ini sudah teruji secara internasional. Ditemui di ruang kerjanya, Dr. Purkan. M.Si., selaku Ketua Prodi Kimia mengatakan bahwa prodi yang dipimpinnya tersebut mengusung jargon “Based on academic with excellence morality”. Melalui jargon tersebut mahasiswa tidak hanya diberikan pengajaran mengenai akademik yang berkompeten, namun juga dilengkapi dengan pembangunan karakter supaya menjadi lulusan yang unggul. Ia juga menjelaskan bahwa selain itu prodi Kimia juga unggul dalam bidang akademik dan riset. “Kimia itu ilmu yang bersifat dasar dalam ilmu sains. Nah sains ini mendasari berbagai macam aplikasi, baik itu di industri, kesehahatan, dan pertanian,” tutur Purkan. “Kurikulum di prodi Kimia UNAIR, bersifat lentur mengikuti perkembangan zaman dan tidak lapuk. Karena selalu update dalam waktu yang reguler, menyesuaikan yang ada dan bisa diserap oleh pangsa kerja. Oleh karena itu, ketika kita menyusun kurikulum selalu melibatkan para stake holder, diantaranya pengguna dari lulusan kimia (perusahaan maupun instansi), alumni, dan para ilmuwan dari perguruan tinggi yg lain serta
para SDM yang ada di prodi Kimia,” tambah Purkan. Purkan juga menjelaskan bahwa prodi Kimia memiliki mahasiswa yang unggul dalam bidang akademik. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya prestasi yang diraih mahasiswa prodi Kimia dalam gelaran PIMNAS ke-9 lalu dan juga beberapa olimpiade sains baik nasional maupun internasional. Dalam prodi tersebut juga didukung oleh tenaga pengajar yang professional dan sudah banyak berkiprah di bidangnya. Purkan menambahkan prodi Kimia juga dilengkapi dengan fasilitas laboratorium dan instrumen yang canggih untuk menunjang kemampuan mahasiswa dalam meneliti maupun menganalisis sistem kimia. Di prodi Kimia, tak jarang mahaisiswa dilibatkan dalam penelitian dosen untuk mengasah pengetahuan dan juga daya inovasi agar tercipta penelitian – penelitian yang baru. Sesuai tracer yang sering dilakukan oleh pihak prodi Kimia, 75% lulusan Prodi Kimia bekerja di wilayah industri dan peneliti, sisanya banyak bekerja sebagai akademisi seperti dosen maupun guru. Banyak dari alumni prodi Kimia yang sudah berkarir menjadi dosen maupun peneliti di beberapa negara. “Kita menyiapkan lulusan dengan kemampuan mengerti konsep kimia dan mengembangkan konsep kimia. Sehingga nanti ketika ia terjun ke industri, ia bisa mengembangkan kemampuan akademik sehingga ia akan bersifat adaptable,” tutur purkan Prodi Kimia UNAIR juga terus mengembangkan kapasistas dan mutu pendidikan guna meningkatkan tidak hanya hardskill, namun juga softskill mahasiswa sehingga bisa menghasilkan lulusan yang berkompeten di bidangnya. “Bagi calon mahasiswa dan orang tua, tidak perlu khawatir untuk menyekolahkan anaknya di prodi Kimia karena kita memberikan bekal kepada mahasiswa itu excellence based academic with morality, jadi anak disini selain akademiknya kita junjung setinggi tingganya tapi juga diajari pembentukan karakter yang bagus. Kuliah di UNAIR selain meskipun berlatar
belakang umum tapi disini juga tempat membekali karakter,” tandas Purkan (*) Penulis : Faridah Hari Editor: Nuri Hermawan
Sastra Indonesia UNAIR, Kuatkan Keilmuan Lokal dan Kerja Sama Internasional UNAIR NEWS – Perjalanan Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia Universitas Airlangga terus menunjukan nilai yang positif. Peminat prodi yang berada dalam lingkungan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNAIR tersebut terus meningkat tiap tahunnya. Oleh karena itu, pihak prodi juga meningkatkan kuota untuk calon mahasiswa. Tercatat, dari kuota 100 mahasiswa di awal tahun 2000, terus meningkat hingga saat seleksi tahun 2016 lalu menjadi 160 mahasiswa. Dra. Dwi Handayani, M.Hum., selaku Ketua Prodi Sastra Indonesia UNAIR mengatakan bahwa salah satu keunggulan dari prodi memang bisa dilihat dari peminat dan kuota yang tersedia. “Kuota ini kami naikkan karena melihat peminat Sastra Indonesia dari tahunnya terus meningkat, bahkan 50% calon mahasiswa menempatkan prodi kita ini dipilihan pertama,” jelasnya. Ketua prodi terbaik UNAIR tahun 2016 tersebut juga menuturkan keunggulan lain yang dimiliki prodi yang dipimpinnya untuk kali kedua ini. Salah satunya adalah adanya peminatan studi filologi. Menurutnya, beberapa prodi Sastra Indonesia di lain universitas sudah mulai menggeser studi filologi.
“Kebanyakan peminatan di kampus lain hanya sastra, linguistik, dan budaya. Kami tetap mempertahankan filologi meski peminantnya sedikit. Untuk itu, kami terus mendorong agar mahasiswa mulai tertarik, dan hasilnya alhamdulillah dari tahun ke tahun peminatnya terus meningkat,” papar perempuan yang akrab disapa Handa. Mengenai peminatan studi filologi, Handa juga menjelaskan bahwa tahun depan salah satu mata kuliah yang terkait studi filologi yakni folklor atau tradisi lisan akan menjadi mata kuliah wajib. Hal itu diharpakan bisa semakin meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai studi yang mengkaji tentang naskah-naskah lama dan tradisi lisan di masyarakat. “Solusi yang kami angkat yakni dengan menjadikan mata kuliah folklor yang dulunya pilihan menjadi wajib. Karena kami sekarang sudah punya laboratorium di FIB ini dan di Blitar,” jelasnya. Kerja sama Internasional Belajar dari pengalaman mendapatkan akreditasi A yang baru saja diraih tahun lalu. Handa menyatakan bahwa kelayakan sebuah prodi juga diukur dari kerja sama internasional. Hal tersebut mendorongnya untuk menggandeng Institut Alam dan Tamadun Melayu (ATMA) Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) dalam pengamalan tri dharma yang meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian. Di bidang pendidikan, Handa menjelaskan bahwa ke depan ia ingin ada staf pengajar, baik dari Sastra Indonesia UNAIR maupun ATMA UKM, bisa memberikan kuliah umum atapun pengajaran kepada mahasiswa kedua pihak. Selain itu, Handa juga berharap selain dosen nantinya juga ada pertukaran mahasiswa. “Ke depan kami harap dosen UKM bisa mengajar di sini, begitu juga sebaliknya. Selain itu, perihal riset, kami sudah komitmen bahwa salah satu anggota dari tim kami adalah dosen UKM, jadi ada semacam kolaborasi riset,” jelasnya.
Perihal pengabdian masyarakat, Handa menjelaskan mengenai desa binaan yang ada di Desa Kemloko, Blitar. Menurut Handa, pihak ATMA UKM sangat tertarik dengan program pengabdian yang sudah berjalan empat tahun tersebut. Nantinya, pihak ATMA UKM juga ingin mengirimkan mahasiswanya untuk mengikuti kuliah lapangan yang diselenggarakan tiap tahunnya di desa binaan tersebut. “Kami juga sampaikan, bahwa mahasiswa atau dosen ATMA UKM yang nantinya belajar di UNAIR bisa kami ajak ke desa binaan dan mereka sangat tertarik untuk hal itu,” pungkas Handa. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Faridah Hari
Optimisme Pengembangan BioOptika dan Laser Harus Digelorakan UNAIR NEWS – Pada 2014 lalu, Guru Besar Fakultas Sains dan Teknologi Prof. Retna Apsari, Dr. M.Si., diberi tanggung jawab untuk ikut menggerakkan Fakultas Vokasi. Waktu itu, dia dipercaya mengemban jabatan sebagai Wakil Dekan III di fakultas yang baru terbentuk pada tanggal 4 Juni 2014. Tak sampai di sana, pada pengukuhan jajaran pimpinan Dekanat 2015-2020, akademisi dari departemen Fisika tersebut kembali disuguhi amanat. Kali ini, sebagai Wakil Dekan I. Selama ini, Retna Apsari banyak melakukan penelitian di bidang biooptika dan aplikasi laser, yang diyakini memiliki banyak manfaat. Tidak hanya untuk aplikasi industri dan diagnosis, namun juga, sebagai media terapi yang aplikatif dan bermanfaat kongkret bagi tubuh.
Optika merupakan salah satu kajian analisis penjalaran cahaya atau foton ketika melewati sebuah medium. Kajian optika memiliki keunggulan yaitu sangat teliti karena mampu membedakan jejak lintasan optik sebesar satu kali panjang gelombang yang digunakan, non invasive, non destructive, dan non ionisasi. Keunggulan optika bermain di wilayah ketelitian pada dimensi nano dan dewasa ini telah merambah pada dimensi femto, membuat optika niscaya di kembangkan untuk mengeksplorasi sifat dan struktur sebuah material, termasuk biomaterial. Optika dan khususnya bio-optika yang dikenal dengan istilah fotonika merupakan salah satu bidang kajian yang sangat unik sebab diperlukan kerjasama terintegrasi antara bidang teoretik yang fundamental (fisika dan matematika), komputasi dan aplikasi (optik, teknologi informasi, elektro-optik), sistem cerdas dan optical imaging. Mengingat luas dan kompleksnya masalah di bidang ini, kerja sama antara berbagai bidang adalah suatu keniscayaan. Integrasi antara bidang kajian Retna dengan Fakultas Vokasi akan mengakselerasi implementasi penelitian kepada stakeholder. Untuk mengakselerasi implelentasi diperlukan laser sebagai sumber cahaya. Laser bisa difungsikan untuk melakukan pengobatan kanker yang bersifat non ionisasi, dan non “destruktif” serta minim efek samping. Sebab, sinar ini dapat memindai sel kanker secara selektif dan lebih tepat dengan beberapa mekanisme interaksi yang ada yaitu fototermal, fotokimia, fotoablasi, produksi plasma dan photodistruption. Laser juga bisa digunakan untuk menggerus caries pada gigi. Dapat pula dipakai untuk terapi termal yang diaplikasikan pada bidang fisioterapi sebagai salah satu media biostimulasi. Bahkan, sinar ini berpotensi diaplikasikan di bidang peternakan, misalnya, memanfaatkan teknik stimulasi dengan penyinaran laser, yang dapat mengakselesari penggemukan sapi dan hewan ternak lainnya. Prinsipnya, ilmu pengetahuan di bidang laser sangat luas dan masih terus berkembang.
Tentu saja, untuk menjadi unggul, dibutuhkan banyak tahapan. Termasuk, mengambil langkah untuk bermitra dengan industri dan perguruan tinggi dalam dan luar negeri. Dengan demikian, asa untuk menjadi kampus yang berlevel dunia pun dapat diraih dengan lebih mudah. Beberapa mitra luar negeri yang telah ada beberapa diantaranya adalah Prof. Dr. Ahmad Harith, Prof. Dr. Sulaiman W. Harun, dan Dr. Hamzah Arof dari Photonics Research Center Universiti Malaya; Prof. Hiroyuki Ichikawa dari Lab. Optical Engineering, Faculty of Electrical dan Electronic Engineering, Ehime University Matsuyama Jepang; Prof. Dr. Khosrow Mottaghi dari Aachen University Jerman, Prof. Dr. Eko dari Faculty of Biomedical Engineering Universiti Teknologi Malaysia, Prof. Dr. Marsin Sanagi dari Institut Ibnu Sina Universiti Teknologi Malaysia; Prof. Dr. Noriah Bidin dari Laer Center Universiti Teknologi Malaysia. Sementara itu, Fakultas Vokasi memiliki tiga departemen, yakni, bisnis, teknik, dan kesehatan. Retna mengutarakan, semua disiplin ilmu di fakultas ini dapat bersinergi karena Fakultas Vokasi merupakan paket keilmuan lengkap. Sinergitas disiplin keilmuan Fakultas Vokasi dengan basis penelitian Retna Apsari akan mempercepat implenentasi hasil penelitian untuk sampai pada stakeholder. Di sisi lain, masing-masing lulusan tiap departemen mempunyai peluang sama besar di dunia kerja. Para jebolan fakultas ini dipastikan dapat berkarir dengan baik. Dengan branding UNAIR yang sudah bagus, kualitas mereka pun lebih terjaga. “Para lulusan Fakultas Vokasi di masing-masing departemen (Bisnis, Teknik, dan Kesehatan) memiliki peluang besar masuk ke dunia kerja. Mereka dicetak sebagai tenaga terampil, kreatif, dan Visioner untuk Indonesia tercinta,” kata Prof Retna. Dalam melakukan sejumlah penelitian, Retna mengaku banyak dibantu oleh para mahasiswanya. Khususnya, mereka yang berasal dari Departemen Teknik (D3 Otomasi Sistem Instrumentasi). Sebab, sejumlah penelitian Retna terkorelasi dengan disiplin
ilmu tersebut. Aplikasinya juga dpat bekerjasama dengan D4 Radiologi, D3 dan D4 Fisioterapi, D3 dan D4 Battra, D3 Hiperkes, D3 Kesehatan Ternak. Sebagai seorang Guru Besar, kiprah Retna di bidang penelitian tidak perlu diragukan. Tercatat dalam rentang 1993 hingga 2015, terdapat 33 penelitian unggulan yang dilakukannya. Semua dapat dirasakan manfaatnya di masyarakat. Pada 2015, misalnya, Retna menghasilkan penelitian Terapi Fotodinamik Laser Merah Untuk Percepatan Apoptosis Sel Kanker Dengan Variasi Eksogen Fotosensitizer. Sedangkan di tahun sebelumnya, dia menorehkan penelitian tentang Rancang Bangun Sistem Diagnosis dan Terapi Terpadu Kanker Kulit Ekonomis Non-Invasive Berbasis Nanolaser Speckle Imaging serta Foto dinamik Laser Infra Merah Untuk Inaktivasi Sel Kanker Invitro Dengan Eksogen Fotosensitiser. Eksplorasi kajian modulasi optik berbasis fase yang dikembangkan Apsari dan tim telah menghasilkan beberapa hal, diantaranya adalah sistem deteksi dan karakterisasi material berbasis metode interferometri dan Optical Imaging. Retna juga berkali-kali mengikuti konferensi internasional. Antara lain, dalam gelaran The Fifth International Conference and Workshops on Basic and Applied Sciences – ICOWOBAS 2015 on October 16th – 17th, 2015 dan 10th International Symposium on Modern Optics and Its Applications, Indonesian Optical Society (INOS) – Physics of Magnetism and Photonics Group ITB, 2015. Penulis: Rio F. Rachman Editor: Defrina Sukma Satiti
Mengapa Harus Kuliah di Kedokteran Hewan UNAIR? Berikut Penjelasannya! UNAIR
NEWS
–
Ada
39
program
studi
S-1
yang
dimiliki
Universitas Airlangga, salah satunya S-1 Pendidikan Dokter Hewan. Dekan Fakultas Kedokteran Hewan sekaligus koordinator prodi S-1 Pendidikan Dokter Hewan Prof. Dr. Pudji Srianto, drh., M.Kes bercerita kepada UNAIR NEWS tentang beragam hal menarik yang bisa mahasiswa dapatkan jika kuliah di prodi ini. 1. Salah Satu Program Studi Kedokteran Hewan Tertua di Indonesia FKH UNAIR berdiri sejak tahun 1972. Di Indonesia, hanya ada 11 perguruan tinggi yang memiliki jurusan kedokteran hewan. Secara usia, FKH UNAIR tertua keempat setelah Institut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Syiah Kuala. Dari 116 dosen yang dimiliki, ada 26 profesor aktif yang dimiliki FKH. 2. Rumah Sakit Hewan Terbesar di Indonesia yang Dimiliki PTN Saat ini sedang dibangun Rumah Sakit Hewan yang terdiri dari enam lantai. Pembangunan RS diperkirakan selesai tahun 2017 ini. Sehingga, studi kedokteran hewan dapat dipraktikkan secara langsung di RS ini. Lantai satu RS ini, digunakan untuk penerimaan pasien, diskusi mahasiswa dan asistensi. RS ini sudah beroperasi sejak sejak tahun 2004. “Peneriman pasien hingga 100 ekor perhari. RS ini berhasil memasukkan hampir 1,5 miliar pertahun. Dokternya dosen sini juga. Mereka masuk dalam katagori pengmas,” ujar Pudji. Selain fasilitas Rumah Sakit Hewan, beragam fasilitas lain yaitu Taman Ternak Pendidikan, Unit Pengembangan & Penelitian
Hewan Lab, Pelayanan Diagnostik Unit Penyakit Unggas, Laboratorium Biologi Molekuler, Laboratorium Pakan Ternak, Laboratorium Invitro, Unit Produksi Semen Beku, dan BSL 3 (Biosafety Level 3). 3. Program Kelas Internasional Di UNAIR, ada lima kelas internasional yang dibuka. Program ini bisa diikuti mahasiswa mancanegara maupun mahasiswa Indonesia. Jika anda kuliah di FKH UNAIR, dengan mengambil program kelas internasional, tentunya kamu banyak memiliki teman dari mancanegara. Kamu bisa saling berjejaring dan bertukar pikiran. Tahun 2016 lalu, ada 12 mahasiswa macanegara yang berasal dari Malaysia. Jumlah ini adalah jumlah penerimaan mahasiswa asing di fakultas yang terbesar di Indonesia, 4. Berpeluang Menjadi Peneliti Zoonosis Saat ini, banyak infeksi yang ditularkan dari hewan ke manusia begitupun sebaliknya. Seperti rabies dan antraks yang barubaru ini menjadi kasus di Indonesia. Pudji mengatakan, topik inilah yang banyak memiliki peluang besar untuk diteliti. Payung penelitian besar yang ada di FKH adalah bidang kesehatan masyarakat veteriner. Saat ini sedang menjadi tren konsep One Health yang memiliki misi untuk melawan penyakit zoonosis. “Jika ada sebuah penyakit yang disebabkan oleh hewan, kita bekerjasama dengan orang-orang dari kesehatan atau kedokteran. Mereka yang mengurusi manusianya, dan kita mencari tahu hewan yang menyebabkan penyakit tersebut,” katanya. Di FKH UNAIR, implementasi penelitian lebih banyak pada pembuatan kit diagnostik. Peneliti bisa membuat vaksin dan memproduksinya melalui pihak ketiga. Beberapa alat diagnostik telah diciptakan akademisi FKH, seperti Pudji dan tim yang
memiliki peralatan yang dapat digunakan untuk mendeteksi berahi hewan. 5. Memiliki Kelompok Minat Penyuka Binatang Ada fasilitas kelompok minat yang berada di bawah naungan Badan Eksekutif Mahasiswa FKH bernama Kelompok Minat Profesi Veteriner (KMPV). Peminatan ini cocok sekali bagi mahasiswa yang memiliki kecintaan terhadap bidatang. Seperti peminatan terhadap ubur, luwak, ternak besar, hewan liar, dan lain sebagainya. “Mereka kerjasama dengan komunitas. Yang paling bagus itu minat luwak. Di luar, luwak bisa buat kopi. Kalau mahasiswa, mereka bisa memelihara dan mengembangbiakkan luwak. Ada tiga luwak di sini, hampir mirip kebun binatang mini,” ujar Pudji. 6. Program Studi S-1 hingga S-3 Ada di FKH Sejak FKH berdiri, dari tahun ke tahun mahasiswa yang terdaftar semakin banyak. Tahun 2016 lalu, ada 288 mahasiswa baik nasional maupun internasional. Program studi yang disediakan baik jenjang S1 hingga S3 ada di sini. Jenjang S1 Pendidikan Kedokteran Hewan, Profesi Dokter Hewan, S2 Ilmu Biologi Reproduksi, Ilmu Penyakit dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Agribisnis Veteriner, Ilmu Vaksinologi dan Imunoterapetika, dan S3 Sains Veteriner. diantaranya telah terakreditasi A.
Enam
prodi
7. Sebaran Alumni Seluruh Indonesia Pudji mengatakan, perbedaan alumni dulu dan sekarang adalah minat karir mereka usai lulus kuliah. Jika dulu mahasiswa banyak yang berkeinginan untuk menjadi pegawai negeri, maka saat ini lulusan FKH banyak yang ingin mengembangkan bisnis dan berwirausaha. “Alumni kita tersebar sudah ke berbagai negara. Yang cukup menggembirakan, 33 provinsi di Indonesia hampir tiap provinsi
ada. Di perbatasan juga ada,” ujarnya. Tiap tahun, ada reuni alumni yang memungkinkan mereka untuk berjejaring satu sama lain. “Aspek bisnis dan sirkulasi besar sekali. Tiap tahun ada gathering alumni. Bisa saling koordinasi satu sama lain,” tambahnya. Yang patut dicatat, lapangan kerja dari studi kedokteran hewan tidak selalu menjadi dokter hewan. Banyak pilihan lapangan kerja yang bisa digeluti, berwirausaha salah satunya. (*)
Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S
ASAD-C, Laboratorium Anatomi Berkelas Dunia UNAIR NEWS – Memiliki laboratorium penunjang kegiatan akademik yang berkualitas menjadi nilai plus bagi perguruan tinggi begitu pula dengan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR). Fakultas tertua di UNAIR itu memiliki laboratorium unggulan bernama Airlangga Surgical Anatomy Development Center atau ASAD-C. Pengelolanya adalah Departemen Anatomi Histologi. Laboratorium ini dilengkapi berbagai fasilitas yang canggih. Ada sistem video operasi tiga dimensi (3D), pendant, dan refrigerator fresh cadaver. Penggagas berdirinya ASAD-C Asra Al Fauzi, dr. Sp. BS, mengungkapkan, fasilitas di ASAD-C tergolong canggih. Dirinya mengaku telah menyaksikan venue
laboratorium sejenis yang terdapat di sejumlah negara asing, dan kemudian membandingkannya dengan fasilitas laboratorium ASAD-C. ”Kita patut berbangga. Apalagi di Indonesia laboratorium ini baru ada di UNAIR. Saya berani katakan, venue ini yang terbaik di Asia atau setidaknya di Asia Tenggara. Di Universitas Chulalongkorn, Thailand, juga ada tetapi tidak sebagus punya kita. Mereka tidak punya video 3D. Di Jepang juga tidak ada fasilitas 3D. Di Amerika saya juga sudah lihat,” ungkapnya yang ditemui dalam kesempatan khusus. Bahkan, apresiasi atas keberadaan ASAD-C ini juga bermunculan dari para peserta asing yang pada kesempatan lalu menjadi tamu pada acara “The 11th Asian Congress of Neurological Surgeons (ACNS) 2016 di FK. “This is better (Fasilitas di sini lebih baik). Saya akan pindah dan akan memanfaatkan tempat ini bila nanti mengadakan workshop kadaver,” kata Asra menirukan ucapan peserta lokakarya. Laboratorium kadaver ini sangat cocok untuk kegiatan lokakarya dan pelatihan anatomi manusia. Perlahan namun pasti, tempat ini mulai dikenal. Terbukti beberapa perguruan tinggi ternama di Indonesia sudah menjalin kerja sama dengan FK UNAIR berkait dengan pemanfaatan laboratorium kadaver ini. Bahkan dari luar negeri juga ada yang mengajukan permintaan yang kepentingan yang sama. Rencananya, keberadaan ASAD-C tak hanya diperuntukkan sebagai sarana pelatihan tetapi juga dimanfaatkan untuk pengajaran anatomi mahasiswa FK. Dengan menggunakan video 3D maka mahasiswa akan lebih mudah memahami anatomi tubuh. “Karena gambarnya terlihat lebih nyata. Misalnya di belakang paru-paru terdapat jantung. Di belakang mata, ada syaraf ini syaraf itu akan terlihat begitu nyata. Akan beda jika cuma dijelaskan melalui power point saja,” katanya.
Meskipun ASAD-C belum dilansir secara resmi, fasilitas ini telah berfungsi dengan efektif. Beberapa tahun terakhir telah diadakan sejumlah lokakarya tingkat internasional di tempat ini. Seperti acara “11th Asian Congress Neurosurgical Surgeons” dan “21 t h Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia Conferences” itu diikuti oleh ratusan peserta dari 44 negara. Narasumbernya terdiri dari pakar-pakar dari Jepang, Jerman, Korea, Hongkong, Turki, Indonesia, hingga Afrika. Dalam waktu dekat, ASAD-C akan kembali dimanfaatkan untuk pelaksanaan lokakarya di bidang bedah plastik, dan orthopaedi. Panitianya penyelenggaranya pun tidak selalu dari FK UNAIR. Ada juga yang berasal dari Jakarta. Asra mengatakan, pihaknya optimis bila ASAD-C makin dikenali dan diminati dunia untuk kegiatan akademis. “Ini sebuah kebanggaan. Juga merupakan international branding bagi institusi Universitas Airlangga di mata dunia. Branding kan bisa bermacam-macam caranya. Bisa dengan meningkatkan jumlah publikasi internasional, meningkatkan kapasitas dosen, bisa juga dengan memunculkan venue seperti ASAD-C ini. Bahkan hal ini juga bisa menjadi branding bagi Surabaya yang punya venue khusus seperti ini,” katanya. (*) Penulis: Sefya H. Istighfarica Editor: Defrina Sukma S
Tak Hanya Fosil dan Candi, Antropologi UNAIR Miliki
Cakupan Lebih Luas UNAIR NEWS – Menggambarkan manusia dari kehidupan masa lalu dan sekarang dengan landasan teori ilmu sosial dan ilmu hayati adalah tugas para antropolog. Melalui pijakan antropologi, seorang antropolog bisa menjejaki karir di bidang apapun yang berhubungan dengan manusia dan kebudayaan. Seperti misalnya, musibah kecelakaan yang merenggut korban pesawat Air Asia akhir 2014, atau tenggelamnya para imigran gelap tahun 2011 di perairan Trenggalek, membutuhkan tangan para antropolog ragawi dalam melakukan identifikasi para korban. Selain dalam hal ragawi, antropolog juga terhadap kondisi sosial budaya masyarakat. pengkajian mengenai sekolah khusus perempuan Para antropolog mengkaji latar belakang pendirian sekolah perempuan.
melakukan kajian Seperti misalnya, di suatu wilayah. budaya mengenai
Itulah sebagian kecil kiprah para antropolog Universitas Airlangga yang dituturkan oleh Koordinator Program Studi S-1 Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Drs. Yusuf Ernawan, M.Hum. “UNAIR benar-benar mencetak seorang antropolog yang handal dan berintegritas,” tutur Yusuf. Seiring berkembangnya zaman, prodi Antropologi UNAIR kian berkembang. Yusuf mengungkapkan, saat ini, Antropologi UNAIR memiliki dua cabang peminatan, yaitu Antropologi Sosial Budaya dan Antropologi Ragawi. Di dalam Antropologi Ragawi, salah satu hal yang dipelajari adalah Antropologi Forensik. “Di tempat lain, Antropologi dikembangkan,” jelasnya.
Forensik
nyaris
belum
Namun, untuk saat ini, Antropologi Forensik dianggap lebih menonjol karena banyaknya kasus kecelakaan dan kriminalitas. “Jadi kecelakaan pesawat atau kapal tenggelam itu kita bekerja
sama dengan kepolisian. Jadi nama kita nyaris sering terdengar di masyarakat,” ungkap Yusuf. Selain itu, Antropologi juga berkembang dari sisi ruang lingkupnya. Yusuf mengungkapkan bahwa kajian antropologi tidak hanya terkait kecelakaan, fosil, dan candi. “Kita mau ngomong apapun itu bisa, mulai kesenian, agama, seksualitas, pendidikan, perubahan sosial, bahkan pariwisata itu ruang lingkup kita semua, ada mata kuliahnya. Jadi, luas sekali,” tandasnya. Dalam kurikulumnya, antropologi dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk menunjang kegiatan mahasiswa. Salah satunya adalah museum antropologi atas kerja sama dengan Dirjen Kebudayaan. Selain itu, para mahasiswa juga akan menyelenggarakan PKL (Praktik Kuliah Lapangan), sehingga terjun langsung pada masyarakat. “Karena idealnya itu harus sering ke lapangan, jadi ilmu antropologi itu untuk memahami masyarakat,” terang Yusuf. “Sebenarnya bukan sekedar mengetahui atau mendeskripsikan, tapi juga bisa memahami, masyarakat yang diteliti itu seperti apa, setelah paham dia menjadi mediator untuk menjelaskan pemahaman itu kepada pihak lain atau masyarakat luas,” imbuhnya. Ke
depan,
Yusuf
berharap
agar
Antropologi
UNAIR
terus
berkembang dan mencetak antropolog yang mumpuni. Bahkan, Yusuf mengaku mendapatkan dorongan dari para mahasiswa agar segera membentuk Program Magister untuk Ilmu Antropologi. “Banyak juga mahasiswa yang mendorong kita untuk mendirikan SII. Lah, nanti akan kita planning dan diskusikan,” ujarnya positif. (*) Penulis : Dilan Salsabila. Editor : Defrina Sukma S
Kampanye ‘Fisika Menyenangkan’ di Ujung Jawa Timur UNAIR NEWS – Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga memiliki keunggulan penelitian dalam bidang fisika medis dan biooptika. Baik mahasiswa dan dosen sedang gencar melakukan penelitian dalam dua bidang tersebut. Hal itu diungkapkan oleh pengajar S-1 Fisika sekaligus Koordinator Prodi S-1 Fisika Prof. Dr. M. Yasin, Drs., M.Si, sembari menunjukkan penelitian yang kini sedang dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswanya. “Karena orientasinya UNAIR di bidang medis, maka lebih banyak yang bernuansa medis. Misal, serat optik. Dari kajian serat optik ini bisa dikembangkan untuk deteksi detak jantung. Ini contohnya, paper yang sudah accepted, tapi ini masih model,” tutur Yasin. Ada pula mahasiswa yang melakukan penelitian mengenai fisika material. Pokok bahasan yang dikaji adalah penambahan logam untuk kandidat tulang keras. Ada pula rancang bangun instrumentasi medis. Dyah Hikmawati, M.Si, salah satu pengajar Fisika Material, turut menambahkan pernyataan Yasin. Menurut Dyah, mahasiswa juga kerap dilibatkan dalam payung penelitian dosen. “Dosen memiliki payung penelitian dan melibatkan mahasiswa dalam pengerjaannya,” tutur Dyah. Pengabdian Sebagai langkah untuk mengenalkan prodi Fisika ke publik,
pengajar Departemen Fisika juga punya agenda pengabdian masyarakat ke sekolah menengah atas di berbagai daerah di Jawa Timur. Agenda pengabdian ini menjadi acara rutin tahunan yang digelar para dosen. Dalam pengabdian masyarakat, guru dan pelajar SMA dibekali mengenai pengetahuan umum, metode, serta aplikasi Fisika dalam kehidupan sehari-hari. “Dikelola Departemen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Fisika untuk guru dan murid agar lebih tertarik di Fisika. Kita mengenalkan robot ke siswa, dan bagaimana cara membuat robot sederhana,” tutur Yasin. Agar motivasi mereka belajar S-1 Fisika di UNAIR kian meningkat, biasanya para pengajar memperkenalkan dosen Fisika yang berasal dari daerah tujuan pengabdian masyarakat. Di Pacitan, misalnya, para siswa juga diperkenalkan oleh Prof. Dr. Retna Apsari, M.Si., Guru Besar Fisika bidang Biooptika. Begitu pula dengan promosi prodi di Sumenep. “Di samping kita juga promosi. Ini lho putra Pacitan sudah ada yang jadi profesor. Sekaligus memotivasi supaya lebih banyak anak yang dari Pacitan. Sumenep juga begitu. Ada doktor seperti bu Aminatun (Dr. Ir. Aminatun, M.Si). Beliau diminta untuk berbicara di alumninya sendiri. Kita undang SMA-SMA di sekitarnya. Kita beri tema yang lagi in seperti robotika, supaya mereka mau belajar Fisika,” ujar Dyah menambahkan. Sampai saat ini, setidaknya ada delapan daerah yang pernah dikunjungi oleh para pengajar Departemen Fisika untuk melakukan sosialisasi mengenai prodi-prodi, di antaranya Madiun, Trenggalek, Mojokerto, Jombang, Tuban, Gresik, Pamekasan, dan Sumenep. “Kita ganti-ganti tempat. Kita ingin membangkitkan mereka untuk suka terhadap Fisika. Kita setiap tahun ada SE (selfevaluation), mahasiswa-mahasiswa yang masuk dari Fisika UNAIR itu dari mana saja. Daerah-daerah yang kebetulan nggak pernah ada di mana. Itu bisa jadi menjadi sasaran. Kita pengabdian di
sana sekaligus promosi jurusan Fisika,” pungkas Dyah. Penulis: Defrina Sukma S Editor : Faridah Hari
Memutar Video untuk Pahami Rumus Fisika UNAIR NEWS – Fisika memang identik dengan berbagai rumus untuk menyelesaikan soal-soal. Dari rumus-rumus itu, tak sedikit yang merasa pusing dengan berbagai formula yang harus dihafal di luar kepala. Koordinator program studi S-1 Fisika, Prof. Dr. M. Yasin, Drs., M.Si, tak memungkiri hal tersebut banyak terjadi di kalangan pelajar. Ia bahkan pernah merasa bingung untuk memberikan jawaban ketika ditanya defnisi tentang atom oleh anaknya yang masih berseragam putih biru. “Saya punya pengalaman anak saya yang SMP. Apa itu atom? Saya kepikiran, bagaimana mengajarkan atom kepada anak SMP yang belum waktunya,” tutur Yasin. Metode pembelajaran menjadi hal penentu. Oleh karena itu, harus ada inovasi terhadap cara mengajar agar konsep-konsep dasar yang susah dipahami bisa diimbangi dengan model belajar yang menarik. Tujuannya, agar pelajar menjadi suka dengan ilmu yang mempelajari fenomena alam itu. Hal yang diterapkan oleh Yasin dalam mengajar mahasiswanya antara lain memutar video yang relevan dengan materi yang ia ajarkan. “Kalau saya biasanya sebelum masuk ke materi, dikenalkan dulu aplikasinya di industri. Misalnya, saya mengajar optika laser.
Saya gambarkan, oh laser itu lho banyak aplikasi di industri, di kereta api untuk motong baja. Untuk kecantikan. Baru setelah itu mereka tertarik masuk ke rumus-rumus,” terang Yasin. Senada dengan Yasin, Dyah Hikmawati, M.Si, salah satu pengajar Fisika Material mengatakan, rumus-rumus dalam Fisika hanya sebagai salah satu cara untuk memecahkan persoalan yang tengah dihadapi. Padahal, dengan belajar Fisika, masyarakat bisa mengeksplorasi potensi di dalamnya. “Masyarakat belum melihat Fisika sebagai sesuatu yang indah. Padahal kalau kita bangkitkan itu dari indahnya Fisika, akan menimbulkan motivasi yang luar biasa. Mereka hanya mengolah rumus-rumus dengan cara yang matematis. Padahal rumus-rumus itu membantu bagaimana ceritanya itu singkat,” tutur Dyah. Di Fisika UNAIR, proporsi antara belajar di kelas dan praktikum di laboratorium juga berimbang. Selain praktikum dasar pada semester satu dan dua, mahasiswa juga diajak untuk melakukan eksperimen Fisika pada tingkat lanjut. “Kita ada eksperimen I, II, elektronika, pemrograman komputer. Itu yang menambah skill. Di samping pemahaman melalui teori di kelas, kita juga ada praktik,” tutur Yasin. Penulis: Defrina Sukma S Editor: Nuri Hermawan