PROFIL KESALAHAN DALAM PRODUKSI TULISAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA DI TOKYO UNIVERSITY OF FOREIGN STUDIES Septania W. Zakiyah dan Totok Suhardijanto Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Depok, 16424, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini membahas profil kesalahan dalam pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Objek yang diteliti adalah produksi tulisan yang dihasilkan oleh mahasiswa program studi Bahasa Indonesia di Tokyo University of Foreign Studies. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi profil kesalahan dalam produksi tulisan dilihat dari segi tataran fonologis, morfologis, dan sintaksis. Tujuan lainnya adalah mendeskripsikan keterkaitan antara profil kesalahan dengan latar belakang bahasa ibu pembelajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa ibu pembelajar pengaruh yang kuat sistem bahasa kedua. Pembelajar cenderung menjadikan bahasa ibu mereka sebagai satu-satunya acuan yang dapat diandalkan dalam proses pembelajaran bahasa kedua. Kata kunci: analisis kesalahan; transfer interlingual; pembelajaran bahasa kedua.
Errors in Writing Production of Indonesian Study Program Students in Tokyo University of Foreign Studies Abstract This study examines errors in second language learning. The object of this study are writings of students in Tokyo University of Foreign Studies. The purpose of this study is to identify errors in writings by assigning the items into different linguistic levels: phonological, morphological, and syntactical. Another purpose is to describe the connection between errors and learners' native language. It is found that the native language of learners exerts a strong influence on the acquisition of the second language system. The learners tend to use their native language as the only reference to relied on second language learning. Keywords: error analysis; interlanguage transfer; second language learning.
Pendahuluan Dalam kegiatan pembelajaran bahasa, pembelajar hampir tidak pernah luput dari pemunculan penyimpangan. Tidak terkecuali dalam kegiatan pembelajaran bahasa kedua. Penyimpangan tersebut pada akhirnya menjadi pemicu dilakukannya usaha perbaikan dan peningkatan kemampuan
pembelajar
dan
juga
pengajar.
Dalam
proses
pembelajaran
bahasa,
penyimpangan-penyimpangan yang ditemukan sebagian besar terdapat dalam produksi 1 Profil kesalahan..., Septania Wardah Zakiyah, FIB UI, 2014
pembelajar. Brown (2007: 282) mengatakan bahwa proses pembelajaran bahasa kedua memiliki kesamaan dengan proses pembelajaran bahasa pertama, yakni terdapat pemunculan sifat mencoba-coba (trial and error) dari pembelajar. Ia juga berpendapat bahwa sebuah proses pembelajaran bahasa kedua justru akan terhambat apabila pembelajar tidak memunculkan penyimpangan yang nantinya akan menjadi umpan balik yang bermanfaat. Hingga saat ini, masih banyak perdebatan di kalangan para peneliti bahasa bahwa analisis kesalahan tidak sepenuhnya dapat mencerminkan performa pembelajar. Meskipun demikian, analisis kesalahan tetap memegang peranan penting dalam penelitian terhadap proses pembelajaran bahasa kedua. Ellis (1997: 15) mengatakan bahwa pada awalnya terlihat janggal ketika kita hanya fokus pada kesalahan pembelajar daripada kebenaran yang telah dilakukannya. Namun, ada beberapa pertimbangan mengapa kita perlu memusatkan perhatian pada kesalahan. Pertama, kesalahan merupakan hal yang paling mencolok dari pembelajar dan dapat memicu pertanyaan “Mengapa pembelajar melakukan kesalahan tersebut?”. Kedua, kesalahan tersebut sangat berguna bagi pengajar untuk mengetahui kesalahan tipikal apa yang sering dilakukan pembelajar. Ketiga, secara bertentangan, sangat mungkin ketika melakukan kesalahan pembelajar tersebut dapat terbantu untuk melakukan introspeksi diri. Pada saat ini, kebutuhan akan bahasa Indonesia bagi orang asing semakin meningkat. Hal ini memiliki kaitan dengan pembentukan pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara, atau dikenal dengan sebutan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Pemberlakuan MEA ini membuat tenaga kerja asing lebih mudah masuk dan bekerja di Indonesia. Untuk mengantisipasi arus tenaga kerja asing supaya tidak menggeser tenaga kerja lokal, Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah memperketat syarat perekrutan tenaga kerja asing. Berdasarkan informasi yang dikutip dari laman BBC Indonesia, sejumlah syarat yang ditentukan antara lain kewajiban untuk berbahasa Indonesia dan sertifikasi lembaga profesi terkait. Dari kutipan berita yang dilansir kompas.com pada 16 Januari 2015, Menteri Tenaga Kerja Hanif Dakiri menyatakan bahwa semua orang asing yang ingin bekerja di Indonesia harus dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan lancar. Kebijakan ini juga didukung oleh Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Bab 5 Pasal 26 Ayat 1. Dalam peraturan tersebut terdapat butir yang menyatakan bahwa tenaga kerja asing harus dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Pemberlakuan aturan tersebut tentu akan memengaruhi jumlah orang asing yang belajar bahasa Indonesia.
2 Profil kesalahan..., Septania Wardah Zakiyah, FIB UI, 2014
Hal tersebut memicu kegiatan pengajaran bahasa Indonesia secara massal dan menimbulkan usaha untuk memperbaiki metode-metode pengajaran bahasa sebagai upaya memperbaiki kualitas pengajaran. Usaha perbaikan metode-metode pengajaran bahasa tersebut dapat diawali dengan sebuah analisis kesalahan, yakni dengan menarik pelajaran dari kesalahan yang terjadi. Oleh karena itu, sebuah analisis kesalahan dalam pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing masih perlu dilakukan. Masalah yang dianalisis dalam penelitian ini adalah bagaimana profil kesalahan yang terjadi pada data dilihat dari tataran fonologis, morfologis, dan sintaksis. Selain itu, bagaimana kaitan antara profil kesalahan dalam produksi tulisan pembelajar dengan latar belakang bahasa ibu mereka. Sementara itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi profil kesalahan yang terjadi pada produksi tulisan mahasiswa program studi Bahasa Indonesia di TUFS dilihat dari tataran fonologis, morfologis, dan sintaksis. Tujuan lainnya adalah mendeskripsikan keterkaitan antara profil kesalahan dalam produksi tulisan pembelajar dengan latar belakang bahasa ibu mereka. Penelitian ini diharapkan mampu menjelaskan kesalahan-kesalahan yang umum dilakukan oleh pembelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua yang berbahasa ibu bahasa Jepang. Tinjauan Teoritis Dalam penelitian ini, terdapat klasifikasi kesalahan yang dimunculkan oleh pembelajar bahasa kedua. Klasifikasi tersebut disusun berdasarkan tataran. Bahan acuan yang digunakan adalah teori klasifikasi berdasarkan tataran yang disampaikan oleh Corder (1973 dan 1974). Corder (1973) menilai sebuah klasifikasi kesalahan sebagai suatu langkah awal dalam melakukan analisis kesalahan secara sistematis. Dalam bukunya Introducing Applied Linguistics (1973: 277—278), Corder memaparkan klasifikasi kesalahan yang dikelompokkan menjadi empat klasifikasi. Klasifikasi tersebut dinamakan matrix for classification of errors. Klasifikasi yang pertama adalah penghilangan beberapa elemen penting atau omission. Kedua, penambahan beberapa elemen yang tidak diperlukan atau addition. Ketiga, pemilihan elemen yang kurang tepat (selection) atau penggantian elemen. Terakhir, kesalahan tata letak atau misordering. Corder menjelaskan klasifikasi ini selangkah lebih jauh dengan mengelompokkan empat klasifikasi tersebut ke dalam
tataran
linguistik,
yakni
pengelompokan
secara
ortografis
atau
fonologis
3 Profil kesalahan..., Septania Wardah Zakiyah, FIB UI, 2014
(orthographical/phonological),
gramatikal
(grammatical),
dan
leksikal
(lexical).
Pengelompokan tersebut oleh Corder disajikan dalam tabel seperti berikut ini. Tabel 1 Matrix for classification of errors Phonological/orthographical
Grammatical
Lexical
Omission Addition Selection Ordering Selain itu, dalam analisis data dipaparkan perbandingan tata gramatikal bahasa Indonesia dengan bahasa Jepang. Perbandingan tersebut dilakukan untuk menjelaskan keterkaitan antara tipe kesalahan dengan bahasa ibu pembelajar. Penjelasan mengenai pengaruh bahasa ibu pembelajar terhadap produksi tulisan menggunakan dua bagian teori antara lain, teori tata bahasa Jepang dan tata bahasa Indonesia. Penjelasan mengenai tata bahasa Jepang menggunakan teori dari Natsuko Tsujimura (2007), Sheddy N. Tjandra (2010 dan 2004), dan Anthony Alfonso (1992). Sementara itu, teori mengenai tata bahasa Indonesia yang digunakan adalah teori dari Hasan Alwi et al. (2003), Abdul Chaer (2008), dan Harimurti Kridalaksana (1999). Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Tavakoli (2012: 502) mengatakan, penelitian kualitatif memiliki tujuan utama untuk mengeksplorasi fenomena seperti pola perilaku yang belum pernah dikaji dan diteliti secara mendalam. Selain itu, penelitian dengan metode ini bertujuan untuk memahami fenomena tersebut dari perspektif partisipan yang terlibat dalam fenomena yang dimaksud. Korpus data yang digunakan dari penelitian ini adalah 30 tulisan yang berbentuk perincian identitas diri dan karya tulis non-ilmiah. Ke-30 produksi tulisan tersebut dihasilkan oleh 30 mahasiswa program studi Bahasa Indonesia di TUFS. Apabila dibagi berdasarkan tingkat kemahiran, 30 tulisan tersebut terdiri atas 8 tulisan dari mahasiswa tingkat dasar, 3 tulisan dari mahasiswa tingkat madya, dan 19 tulisan dari mahasiswa tingkat mahir. Perbedaan jumlah tersebut dipengaruhi oleh perbedaan jumlah mahasiswa dari setiap tingkatan. Dari 30 produksi tulisan tersebut ditemukan 166 kalimat yang mengandung penyimpangan yang kemudian akan diklasifikasikan sebagai kesalahan berdasarkan frekuensi 4 Profil kesalahan..., Septania Wardah Zakiyah, FIB UI, 2014
kemunculan. Pemilihan TUFS sebagai sumber data penelitian ini adalah karena TUFS merupakan salah satu dari sedikit institusi pendidikan di Jepang yang memberikan kursus atau pengajaran Bahasa Melayu/Indonesia jauh sebelum Perang Dunia II, sehingga mempunyai sejarah yang panjang terkait pengajaran Bahasa Indonesia. Dari hasil pemeriksaan korpus, ditemukan berbagai penyimpangan yang kemudian menjadi data dalam penelitian ini. Data tersebut selanjutnya akan dikelompokkan berdasarkan penyimpangan dalam tataran fonologis, morfologis, dan sintaksis. Pengelompokan tersebut dilanjutkan dengan mengelompokkan lagi penyimpangan berdasarkan klasifikasi Corder: penambahan, penghilangan, penggantian, dan tata letak. Langkah selanjutnya adalah menentukan apakah penyimpangan tersebut merupakan kekeliruan atau kesalahan. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini adalah ditemukannya profil kesalahan dalam produksi tulisan mahasiswa program studi Bahasa Indonesia di Tokyo University of Foreign Studies. Kesalahan yang ditemukan meliputi kesalahan fonologis, morfologis, dan sintaksis. Kesalahan tersebut setelah diteliti lebih jauh ternyata menunjukkan adanya interferensi yang kuat dari bahasa ibu pembelajar, yaitu bahasa Jepang. Pembelajar cenderung menjadikan bahasa ibu mereka sebagai satu-satunya acuan yang dapat diandalkan. Oleh karena itu, pembelajar bahasa Indonesia yang berbahasa ibu bahasa Jepang sering menerapkan aturan-aturan gramatikal bahasa Jepang dan menjadikannya sebagai acuan ketika menghasilkan produksi tulisan bahasa Indonesia. Pembahasan Dalam penelitian ini dilakukan klasifikasi terhadap berbagai tipe penyimpangan dalam data. Selanjutnya
penyimpangan
tersebut
diklasifikasikan
menjadi
penyimpangan
yang
digolongkan sebagai kesalahan dan penyimpangan yang digolongkan sebagai kekeliruan. Pada penjelasan analisis data, penyimpangan yang dianalisis secara mendalam hanya penyimpangan yang memiliki frekuensi kemunculan lebih dari tiga kali dan dimunculkan oleh lebih dari tiga pembelajar. Frekuensi kemunculan terbanyak merepresentasikan bahwa penyimpangan tersebut dapat digolongkan sebagai suatu kesalahan.
5 Profil kesalahan..., Septania Wardah Zakiyah, FIB UI, 2014
Penyimpangan dalam data dilihat dari segi tataran fonologis, morfologis, dan sintaksis. Berbagai
tipe
penyimpangan
tersebut
diklasifikasikan
berdasarkan
penyimpangan
penambahan, penghilangan, penggantian, dan tata letak. Selanjutnya, analisis secara mendalam akan dilakukan pada penyimpangan yang memiliki frekuensi kemunculan lebih dari tiga kali. Atau dengan kata lain, penyimpangan yang dapat diklasifikasikan sebagai kesalahan. Berikut ini adalah penyimpangan yang ditemukan dalam data. 1. Penyimpangan Fonologis - penambahan huruf g, i, dan u yang mewakili fonem /g/, /i/, dan /u/ - penggantian huruf g, k, l, m, n, r yang mewakili fonem /g/, /k/, /l/, /m/, /n/, /r, dan penggantian huruf a, e, i, u yang mewakili fonem /a/, /e/, /əә/, /i/, /u/ - penghilangan huruf g, h, n, y yang mewakili fonem /g/, /h/, /n/, /y/, dan penghilangan huruf a, e yang mewakili fonem /a/, /əә/ - perubahan tata letak huruf. 2. Penyimpangan Morfologis - penambahan konfiks me-dan se- penggantian prefiks ber-, di-, me-, dan ter- penghilangan konfiks ke-an, prefiks ber-, ke-, me-, se-; dan sufiks -i, -kan. 3. Penyimpangan Sintaksis - penambahan partikel yang, -nya; dan preposisi dengan, kepada - penggantian preposisi dalam, dengan, dan tentang - penghilangan preposisi dengan, dan ke - perubahan tata letak kategori sintaksis. Dari pemaparan di atas, terlihat beragam penyimpangan yang ditemukan dalam data. Namun, penyimpangan yang dapat digolongkan sebagai kesalahan hanya sebagian. Berikut ini adalah penyimpangan yang dapat digolongkan sebagai kesalahan yang akan dianalisis secara mendalam berdasarkan tataran. 1. Kesalahan Fonologis - Penambahan huruf g yang mewakili fonem /g/ - Penambahan huruf u yang mewakili fonem /u/ - Penggantian huruf l yang mewakili fonem /l/ - Penggantian huruf r yang mewakili fonem /r/ 6 Profil kesalahan..., Septania Wardah Zakiyah, FIB UI, 2014
- Penggantian huruf e yang mewakili fonem /əә/ - Penggantian huruf u yang mewakili fonem /u/ - Penghilangan huruf g yang mewakili fonem /g/ - Penghilangan huruf e yang mewakili fonem /əә/ - Kesalahan tata letak huruf 2. Kesalahan dalam tataran morfologis - Penggantian prefiks me- Penggantian prefiks ter- Penghilangan prefiks ber3. Kesalahan dalam tataran sintaksis - Kesalahan penambahan partikel yang - Kesalahan penghilangan preposisi dengan - Kesalahan tata letak kategori Sistem fonemik bahasa Indonesia dan bahasa Jepang memiliki perbedaan yang sangat kontras dalam beberapa hal. Misalnya, dalam bahasa Indonesia semua vokal diucapkan secara jelas dan nyata serta dapat menjadi bunyi utama dalam suku kata. Sementara itu, dalam bahasa Jepang dikenal vokal tak bersuara yang tidak diucapkan dan secara akustis tidak terdengar meskipun dimunculkan pada penulisannya (Tjandra, 2010: 86). Selain itu, ada pula bunyi-bunyi konsonan bahasa Indonesia yang tidak ada, atau tidak bersifat fonemis dalam bahasa Jepang, misalnya fonem /l/. Dalam bahasa Indonesia, fonem /l/ dan /r/ merupakan dua fonem yang berbeda dan bersifat membedakan makna, sedangkan dalam bahasa Jepang [l] merupakan variasi atau alofon dari fonem /r/ (Tjandra, 2004: 145). Perbedaan seperti itulah yang kemudian memengaruhi pembelajar ketika menghasilkan produksi dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Kesalahan yang paling umum muncul pada tataran fonologis adalah kesalahan penggantian huruf e yang mewakili fonem /əә/. Penggantian ini disebabkan oleh perilaku fonem u dalam bahasa Jepang yang dilafalkan dengan bentuk mulut tak bundar, sehingga memunculkan kemiripan dengan fonem /əә/. Berdasarkan data di atas, ditemukan sebanyak dua puluh kesalahan penggantian huruf e. Kesalahan tersebut muncul pada kosakata berikut. (1) musin
/musin/
mesin 7
Profil kesalahan..., Septania Wardah Zakiyah, FIB UI, 2014
(2) munit (3) segara (4) manganalisis (5) pungungsi (6) pertumuan (7) selasai (8) perumpuan (9) sucara (10) kuluar (11) tuntu (12) milihat (13) ditubang (14) sebanarnya (15) penuntuan (16) menyubut (17) munjual (18) mengililingi (19) negari
/munit/ /səәgara/ /maŋanalisis/ /puŋuŋsi/ /pəәrtumuwan/ /səәlasay/ /pəәrumpuwan/ /sucara/ /kuluwar/ /tuntu/ /milihat/ /ditubaŋ/ /səәbanarɲa/ /pəәnuntuwan/ /məәɲubut/ /munjuwal/ /meŋililiŋi/ /nəәgari/
menit segera menganalisis pengungsi pertemuan selesai perempuan secara keluar tentu melihat ditebang sebenarnya penentuan menyebut menjual mengelilingi negeri
Dalam bahasa Indonesia, huruf e dapat mewakili dua fonem, yakni fonem /e/ dan fonem /əә/. Sementara itu, dalam bahasa Jepang huruf e hanya mewakili fonem /e/ itu sendiri dan tidak memiliki fonem /əә/ (Tjandra, 2010: 44). Fonem /əә/ dalam bahasa Indonesia adalah vokal yang parameter tinggi-rendah nadanya sedang, posisi lidah di tengah pada waktu pembentukannya, dan dilafalkan dengan bentuk bibir tak bundar. Fonem dalam bahasa Jepang yang memiliki kemiripan paling dekat dengan fonem /əә/ adalah fonem /u/. Fonem /u/ dalam bahasa Jepang memiliki empat alofon, yakni sebagai berikut. [u] vokal tinggi–belakang–bundar [ʉ] vokal tinggi–belakang–tak bundar [ṻ] vokal tinggi–tengah–tak bundar, dan [u͍̥] vokal tinggi–tengah–tak bundar–tak bersuara (Tjandra, 2010: 46). Alofon [ʉ] bahasa Jepang adalah yang paling mirip dengan pelafalan [əә] bahasa Indonesia. Alofon [ʉ] adalah vokal tak bundar, berarti pengucapannya seperti vokal [u] tetapi mulutnya tidak dimonyongkan, sebaliknya dipipihkan, sehingga warna suara vokal [ʉ] menjadi mendekati vokal [əә] bahasa Indonesia. Ini merupakan vokal standar fonem /u/ bahasa Jepang. … Dari data yang terkumpul dapat diketahui bahwa pengucapan vokal
8 Profil kesalahan..., Septania Wardah Zakiyah, FIB UI, 2014
bundar [u] adalah minoritas. Dengan perkataan lain, pengucapan standar adalah vokal tak bundar [ʉ] (Tjandra, 2010: 46). Dengan kata lain, bahasa Jepang memiliki berbagai variasi fonem /u/, salah satunya adalah alofon [ʉ] yang memiliki kemiripan pengucapan dengan alofon [əә] bahasa Indonesia. Kemiripan ini terjadi karena kedua alofon tersebut sama-sama dilafalkan dengan bentuk bibir tak bundar. Alofon [ʉ] merupakan vokal yang paling sering dilafalkan di dalam bahasa Jepang. Tjandra menambahkan, bunyi [ʉ] dalam bahasa Jepang dapat terlihat pada kata berikut. sinu
/sinu/ [sinʉ] ‘mati’
kaku
/kaku/ [kakʉ] ‘menulis’
hakobu
/hakobu/ [hakobʉ] ‘mengangkut’
Berdasarkan data yang ditemukan, terlihat bahwa sebagian besar huruf e yang mewakili fonem /əә/ digantikan oleh huruf u. Hal ini tentu dapat dikaitkan dengan ciri khas perilaku fonem /u/ bahasa Jepang yang telah dipaparkan di atas. Fonem /u/ bahasa Jepang memiliki pengucapan standar dengan bentuk bibir tak bundar sehingga menyerupai pelafalan fonem /əә/ bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kesalahan penggantian huruf e dengan huruf u kerap dilakukan oleh pembelajar yang berbahasa ibu bahasa Jepang dalam menghasilkan produksi tulisan bahasa Indonesia. Kesalahan yang paling umum terjadi pada tataran morfologis adalah penggantian prefiks ter-. Penggantian prefiks ter- dalam data salah satunya muncul pada kalimat Karena saya menarik istri Sukarno. Penggantian yang terdapat pada kata menarik selain menjadikan kalimat tidak padu, juga menyebabkan peran subjek sebagai pelaku bukan sebagai penderita. (1a) Karena saya menarik istri Sukarno S
P
O
(1b) Karena saya tertarik istri Sukarno S
P
O
Apabila dilihat secara kasat mata, kalimat (1a) terlihat seperti sebuah kalimat yang padu. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa konteks dari kalimat tersebut adalah menjawab pertanyaan “Mengapa Anda ingin belajar bahasa Indonesia?”. Tentu jika dikaitkan dengan pertanyaan itu, kalimat (1a) merupakan jawaban yang kurang tepat. Penyebabnya yakni, pertama, apabila dilihat secara logis tidak mungkin pembelajar tersebut “menarik istri 9 Profil kesalahan..., Septania Wardah Zakiyah, FIB UI, 2014
Sukarno”. Kedua, terdapat kemungkinan bahwa pembelajar merancukan perilaku prefiks medan prefiks ter-. Kalimat (1b) adalah kalimat modifikasi dari kalimat (1a). Sebelumnya telah dijelaskan bahwa terdapat kemungkinan pembelajar merancukan perilaku prefiks me- dan prefiks ter-. Kalimat (1b) membuktikan asumsi tersebut dengan menunjukkan bahwa kalimat menjadi lebih padu ketika bentuk dasar tarik dilekati dengan prefiks ter- yang akan memberikan makna ‘sudah terjadi’. Pada tataran sintaksis, kesalahan yang paling umum muncul adalah kesalahan penambahan partikel yang. Berdasarkan data, dapat terlihat sebuah pola yang khas pada penggunaan partikel yang. Dalam kalimat-kalimat tersebut kata yang digunakan sebagai sebuah partikel, bukan sebagai konjungsi atau kata sambung. Pada sebagian besar kasus yang ditemukan dalam data, pola penambahan partikel yang menunjukkan kemiripan dengan pola penambahan partikel no dalam kalimat bahasa Jepang. Partikel no dalam bahasa Jepang setara dengan partikel yang dalam bahasa Indonesia, juga setara dengan partikel that dan who dalam bahasa Inggris. Hal ini dapat dibuktikan dengan contoh yang dipaparkan oleh Tsujimura (2007, 302—303) dalam kalimat berikut. Taroo-ga [Hanako-no kaita] Taro
Hanako
painted
e-o
hometa.
painting
praised
‘Taro praised the painting that Hanako drew.’ ‘Taro memuji lukisan yang dilukis oleh Hanako.’ Kesetaraan perilaku partikel no dengan partikel yang salah satunya adalah sebagai pembentuk nomina atau nominalizer. Dalam bahasa Indonesia, proses pembentukan nomina atau nominalisasi selain dengan penambahan afiks juga dapat terjadi dengan menambahkan partikel yang di depan sebuah kategori (Kridalaksana, 1999: 85). Sementara itu, dalam bahasa Jepang, nominalisasi juga dapat terjadi dengan menambahkan partikel no di depan sebuah kategori (Tsujimura, 2007: 156). Pada kalimat (5) di bawah ini, terlihat bagaimana penambahan partikel yang dalam data yang dipengaruhi oleh pola penambahan partikel no. (5a) menuliskan pengalaman yang saya mendaki gunung Hakuba (KM) P
O
(5b) [watashi-no Hakuba-zan ni nobotta] saya
mendaki gunung Hakuba
keiken-o pengalaman
kaiteiru. menuliskan 10
Profil kesalahan..., Septania Wardah Zakiyah, FIB UI, 2014
O
P
‘Menuliskan pengalaman saya yang mendaki gunung Hakuba’ Kalimat (5a) merupakan salah satu kalimat yang memiliki kesalahan penambahan partikel yang dalam data. Kalimat (5b) merupakan terjemahan dari kalimat (5a) untuk memudahkan perbandingan antara pola kalimat bahasa Indonesia dengan bahasa Jepang. Dari kedua kalimat tersebut, terlihat dengan jelas penyebab terjadinya penambahan partikel yang dalam kalimat. Apabila dilihat dari sudut pandang yang lain, penambahan partikel yang dapat dibenarkan karena merupakan sebuah partikel yang menerangkan kata saya. Hanya saja, dalam data, peletakan partikel yang yang kurang tepat menyebabkan kalimat tidak padu. Kesalahan peletakan tersebut tentu dipengaruhi oleh perbedaan tata letak partikel dalam kalimat bahasa Indonesia dan bahasa Jepang. Oleh karena itu, kalimat akan lebih padu apabila partikel yang dihilangkan dan kalimat tersebut menjadi “menuliskan pengalaman saya mendaki gunung Hakuba”. Kesalahan-kesalahan yang dipaparkan pada analisis di atas seluruhnya merupakan akibat dari interferensi bahasa ibu pembelajar, bahasa Jepang. Perbedaan aturan dan tata bahasa yang ada dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jepang memengaruhi produksi tulisan yang dihasilkan oleh pembelajar. Bahasa Jepang menjadi satu-satunya acuan dan sistem linguistik yang dapat diandalkan oleh pembelajar. Oleh karena itu, pembelajar bahasa Indonesia yang berbahasa ibu bahasa Jepang sering merancukan aturan-aturan gramatikal dalam bahasa Jepang dengan aturan gramatikal dalam bahasa Indonesia. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tipe-tipe kesalahan yang muncul dalam produksi tulisan pembelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua dilihat dari segi tataran linguistik. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menjelaskan bagaimana kaitan antara profil kesalahan dengan bahasa ibu pembelajar. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kesalahan yang paling umum muncul pada tataran fonologis adalah kesalahan penggantian huruf e yang mewakili fonem /əә/. Penggantian ini disebabkan oleh perilaku fonem u dalam bahasa Jepang yang dilafalkan dengan bentuk mulut tak bundar, sehingga memunculkan kemiripan dengan fonem /əә/. Perbedaan perilaku tersebut menyebabkan pembelajar merancukan penggunaan huruf e dan u dalam bahasa Indonesia. 11 Profil kesalahan..., Septania Wardah Zakiyah, FIB UI, 2014
Sementara itu, kesalahan yang paling umum terjadi pada tataran morfologis adalah penggantian prefiks ter-. Kesalahan penggantian prefiks ter- memiliki kaitan dengan perbedaan pola pembentukan verba pasif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jepang. Dalam bahasa Indonesia, sebuah verba pasif dapat ditandai dengan pelekatan prefiks ter-. Sementara itu, dalam bahasa Jepang, sebuah verba pasif ditandai dengan sufiks reru, rareru, serta penambahan partikel ni setelah objek. Perbedaan kontras inilah yang menjadi penyebab munculnya kesalahan penggantian prefiks ter-. Perbedaan tersebut menyebabkan pembelajar mengalami kebingungan dalam menentukan prefiks pembentuk verba pasif yang tepat. Pada tataran sintaksis, kesalahan yang paling umum muncul adalah kesalahan penambahan partikel yang. Munculnya kesalahan penambahan partikel yang merupakan akibat dari interferensi atau pengaruh partikel no bahasa Jepang. Kemiripan perilaku partikel no dengan partikel yang menyebabkan pembelajar menerapkan secara langsung pola penggunaan partikel no ke dalam kalimat bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil analisis juga dapat disimpulkan bahwa kesalahan yang ditemukan dalam data hampir semuanya terjadi pada setiap tingkat kemahiran. Kesalahan yang muncul pada produksi tulisan yang dihasilkan oleh pembelajar tingkat dasar sebagian besar masih muncul dalam produksi tulisan yang dihasilkan oleh pembelajar tingkat madya maupun mahir. Kesalahan-kesalahan yang paling sering muncul tidak menghilang dalam produksi pembelajar di tingkat yang lebih tinggi. Hal ini dapat dikaitkan dengan interferensi bahasa ibu yang kuat pada pembelajar. Dari sekian banyak tipe kesalahan yang telah dianalisis dan dideskripsikan, terdapat sebuah kaitan antara kesalahan tersebut dengan latar belakang bahasa ibu pembelajar. Dalam analisis data, ditemukan berbagai tipe kesalahan yang setelah diteliti lebih jauh ternyata menunjukkan adanya interferensi yang kuat dari bahasa ibu pembelajar, yaitu bahasa Jepang. Pembelajar cenderung menjadikan bahasa ibu mereka sebagai satu-satunya acuan yang dapat diandalkan. Oleh karena itu, pembelajar bahasa Indonesia yang berbahasa ibu bahasa Jepang sering menerapkan aturan-aturan gramatikal bahasa Jepang dan menjadikannya sebagai acuan ketika menghasilkan produksi tulisan bahasa Indonesia.
12 Profil kesalahan..., Septania Wardah Zakiyah, FIB UI, 2014
Saran Kesalahan yang dihasilkan oleh pembelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua sangat variatif. Hal tersebut menjadikan penelitian mengenai profil kesalahan berbahasa Indonesia yang dihasilkan oleh penutur asing sebagai sesuatu yang masih perlu untuk diteliti dan dikaji lebih dalam. Dalam penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan, baik dari segi pemerolehan data maupun sumber acuan. Oleh karena itu, pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada analisis kesalahan berdasarkan tataran dalam produksi yang berbentuk tulisan. Berkaitan dengan hal tersebut, masih banyak aspek yang dapat dikaji berkenaan dengan produksi yang dihasilkan oleh pembelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Aspek tersebut antara lain. Pertama, perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai kecenderungan kesalahan produksi lisan yang berkaitan dengan penyimpangan susunan gramatikal kalimat yang diujarkan. Kedua, perlu dilakukan penelitian untuk menjawab kecenderungan pemunculan kesalahan penggunaan konjungsi dan afiksasi yang dihasilkan oleh pembelajar bahasa Indonesia yang berbahasa ibu bahasa Jepang. Penelitian ini dapat dikaitkan dengan kaidah gramatikal serta karakteristik konjungsi dan afiksasi dalam bahasa Jepang. Ketiga, perlu dilakukan pengkajian yang lebih mendalam mengenai penggunaan pungtuasi dalam produksi tulisan yang dihasilkan oleh pembelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Pengkajian ini diharapkan mampu mendorong peningkatan pengajaran pungtuasi dalam bahasa Indonesia. Kesalahan penggunaan pungtuasi atau tanda baca dapat menyebabkan pembaca sulit membedakan klausa yang berfungsi sebagai anak kalimat dengan klausa yang berfungsi sebagai induk kalimat. Selain itu, juga membuat pembaca sulit untuk mengetahui batas antarkalimat. Keempat, perlu dilakukan penelitian mengenai profil kesalahan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia yang dihasilkan oleh pembelajar dengan latar belakang negara dan budaya yang lain.
13 Profil kesalahan..., Septania Wardah Zakiyah, FIB UI, 2014
Kepustakaan Alfonso, Anthony. 1992. Japanese Language Patterns, Volume 2. Tokyo: Jesuit Center of Applied Linguistics, Sophia University. Alwi, Hasan et al. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka. Brown, H. Douglas. 2000. Teaching by Principles: An Interactive Approach to Language Pedagogy. California: Longman. ________. 2007. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Pearson Education, Inc. Bussmann, Hadumod. 1996. Routledge Dictionary of Language and Linguistics. Ed. Trauth, Gregory and Kazzazi, Kerstin. London: Routledge. Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Corder, S. Pit. 1973. Introducing Applied Linguistics. Penguin Books. ________. 1974. “Error Analysisis”. Techniques in Aplied Linguistics. Ed. Allen, J.L.P and Corder, S.P. Oxford: Oxford University. Ellis, Rod. 1997. Second Language Acquisition. Oxford: Oxford University Press. Kridalaksana, Harimurti. 1999. Tata Wacana Deskriptif Bahasa Indonesia. Jakarta: Fakultas Sastra, Universitas Indonesia. ________. 2010. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kushartanti et al. (ed.). 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hasyim, Nur dan Supriatnoko. 1993. "Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Laporan Tugas Akhir Mahasiswa Politeknik Universitas Indonesia" Laporan Hasil Penelitian. Lembaga Penelitian UI: Depok. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Mori, Toshisada. 1960. Pedoman Bahasa Djepang. Jakarta: Indonesia Raya Publishing Dept.
14 Profil kesalahan..., Septania Wardah Zakiyah, FIB UI, 2014
Parera, Jos Daniel. 1987. Linguistik Edukasional. Jakarta: Penerbit Erlangga. Tavakoli, Hossein. 2012. A Dictionary of Research Methodology and Statistics in Applied Liguistics. Tehran: Rahnama Press. Tjandra, Sheddy N. 2010. Studi Kontrastif: Ucapan dan Penulisan Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia. Depok: Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia. ________. 2004. Fonology Jepang. Depok: Bidang Penelitian Program Studi Jepang Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Tsujimura, Natsuko. 2007. An Introduction to Japanese Linguistics: Second Edition. Blackwell Publishers. Violine, Melody. 2008. "Bahasa Hukum Indonesia dalam Berita Acara Pemeriksaan" Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. FIB UI: Depok. Wahyuni, Nuning. 1997. “Bahasa Surat Mahasiswa BIPA” Skripsi Sarjana Fakultas Sastra. FS UI: Depok.
“Apa yang Harus Anda Ketahui tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN”. 27 Agustus 2014. BBC Indonesia
. “Menaker: Tenaga Kerja Asing Harus Bisa Bahasa Indonesia”. 16 Januari 2015. KOMPAS.com . “Daftar Suku Kata Bahasa Jepang”. 2000. NHK (Japan Broadcasting Corporation) . Halpern, Jack. 2005. “A Brief Introduction to Japanese Morphology”. The CJK Dictionary Institute, Inc. . Yang, Wenfen. 2010. “A Tentative Analysis of Errors in Language Learning and Use”. Journal of Language Teaching and Research, Vol. 1, 266—268. Wang, Ping. 2008. "Exploring Errors in Target Language Learning and Use: Practice Meets Theory". Journal of CCSE English Language Teaching,Vol. 1.
15 Profil kesalahan..., Septania Wardah Zakiyah, FIB UI, 2014