Seminar Nasional PENINGKATAN DAYA SAING AGRIBISNIS BERORIENTASI KESEJAHTERAAN PETANI Bogor, 14 Oktober 2009
Profil dan Analisis Usaha Sapi Perah di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali oleh
S. Rusdiana dan Lisa Praharani
PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2009
PROFIL DAN ANALISIS USAHA SAPI PERAH DI KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI S. Rusdiana dan Lisa Praharani Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Jl. Raya Pajajaran Kav.E59 Bogor
ABSTRAK Agribisnis ternak sapi perah merupakan komponen penting dalam usahatani bagi kesejahteraan penduduk pedesaan, karena pemeliharaan pada skala kecil dapat membantu pendapatan dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia di sekitarnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil agribisnis ternak sapi perah yang dijalankan oleh peternak di Desa Jelok Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali dan menganalisa kelayakannya, sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan petani. Penelitian dilaksanakan dengan metoda survei dengan menggunakan kuesioner dan wawancara terhadap 40 responden. Data sekunder dan data primer yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif serta analisis ekonomi B/C dan analisis pendapatan. Data jumlah ternak dianalisa dengan analisa ragam berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan pengalaman beternak dengan PROC GLM (General Linier Model) dari program SAS Ver 9,0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Jelok Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali memiliki potensi sebagai daerah untuk agribisnis ternak sapi perah. Jumlah kepemilikan sapi perah oleh peternak berdasarkan fakor umur, pendidikan dan pengalaman beternak tidak berpengaruh terhadap kepemilikan ternak. Dari pemeliharaan sapi perah, peternak mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp. 21.007.000,-/tahun atau keuntungan bersih sebesar Rp.1.750.583,/bulan dengan nilai B/C 1,5. Nilai B/C rasio tersebut menunjukkan bahwa agribisnis perah layak untuk dijalankan dan dipertahankan keberadaan ternak sapi perahnya. Kata kunci : Profil, agribisnis sapi perah, analisis ekonomi
PENDAHULUAN Populasi ternak sapi perah di Indonesia tercatat sekitar 407.767 rubu ekor, (Ditjen Peternakan 2008). Jawa Tengah sekitar 134.060 ribu ekor atau sekitar (0,82%) dan Kabupetn Boyolali sebesar 59.687 ribu ekor sekitar (1,67%), Kecamatan Cepogo sekitar 10.784 sekor (1.3%). (Dinas Peternakan Jawa Tengah 2008). Produksi susu dalam negeri sebagian besar masíh tergantung dari peternakan sapi perah rakyat yang berjumlah sekitar 110 ribu peternak denan rata-rata produksi harian 1.185 ton susu segar yang dipasarkan ke industri pengolahan susu (IPS) melalui koperasi Sulistitono, (2008) namun hal ini belum mampu memenuhi kebutuhan permintaan konsumen dalam negeri karena perubahan peningkatan konsumsi susu relatif lebih cepat dibandingkan dengan produksinya. Karakteristik peternak sapi perah di Kecamatan Cepogo diusahakan oleh petani kecil (peternakan rakyat) yang berada di wilayah pedesaan yang relatif padat penduduknya dan dipelihara petani, dengan keterbatasan penguasaan sumberdaya (lahan, pendapatan, inovasi dan teknologi). Keadaan demikian menunjukkan bahwa pola usaha ternak sapi perah belum merupakan usaha komersial, yakni merupakan usaha sampingan yang 1
ditandai dengan penguasaan ternak relatif kecil antara 2-4 ekor/kk dan tatalaksana pemeliharaan kurang optimal. Agribsnis sapi perah sangat berperan dalam kehidupan penduduk pedesaan pada skala kecil terbukti mampu membantu pendapatan dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia di sekitarnya. Ternak sapi perah dapat berfungsi sebagai sumber protein hewani bagi masyarakat, juga sebagai tabungan, tambahan penghasilan, dan kotorannya dapat dijadikan sebagai sumber pupuk yang sekaligus memberikan keuntungan bagi petani. (Devendra, 1993). Tantangan terbesar dalam semua sistem produksi ternak di berbagai negara berkembang adalah pakan dan lahan, padahal faktor utama dalam menentukan produktivitas ternak sapi perah adalah terjaminnya ketersediaan hijuan pakan. Untuk memenuhi kebutuhan hijauan pakan berbagai usaha telah banyak dilakukan seperti integrasi padi ternak atau pemanfaatan lahan perkebunan kelapa, perkebunan karet dan tanaman pangan (Sunarso et al., 2005). Pada sistem tersebut dilakukan dengan memanfaatkan vegetasi alami yang tumbuh atau limbah tanaman sebagai sumber hijauan lainnya (Mansyur et al., 2005). Pada komoditas tanaman pangan biasanya yang dapat digunakan sebagai sumber pakan ternak adalah limbah produk utama (dedak, bekatul) maupun sisa-sisa panen yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup baik, disamping jerami padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar dan sebangsa kacangkacangan. Kabupaten Boyolali merupakan pusat ternak sapi perah yang menjadi pensuplai komoditas ternak sapi perah (susu) untuk ibukota Jakarta. Daya dukung lahan yang dimiliki masih memungkinkan bagi pengembangan usahaternak baik ruminansia maupun non ruminansia. Ketersediaan hijauan pakan ternak baik rumput atau berbagai limbah pertanian dan industri sebagai pakan ternak masih cukup tersedia bagi ternak ruminansia, serta daya dukung lahan yang dimiliki Desa Jelok Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali merupakan kelebihan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usahaternak ruminansia, khususnya sapi perah. Studi yang dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran analisis agribisnis ternak yang dijalankan peternak dan memberi informasi bagi pengambil kebijakan dalam memperbaiki dan meningkatkan produktivitas agribisnis ternak sapi perah terhadap pendapatan dalam kesejahteraan petani. MATERI DAN METODA Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2009 dengan metoda survei menggunakan kuesioner dan mewawancarai sebanyak 40 responden peternak sapi perah di Desa Jelok Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Penentuan Desa lokasi penelitian berdasarkan data dan informasi dari Dinas Peternakan setempat. Agroekosistem lokasi penelitian adalah mewakili daerah lahan kering. Data sekunder dan data primer yang terkumpul 2
kemudian dianalisis secara deskriptif serta analisis ekonomi laba-rugi (Boediono, 1983; Gittinger, 1986). Data jumlah ternak dianalisa dengan analisa ragam berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan pengalaman beternak dengan PROC GLM (General Linier Model) dari program SAS Ver 9,0 (SAS, 1988). Perlu diketahui petani ternak sapi perah dalam pemeliharaan agribisnis tidak pernah menghitung biaya tenaga kerja. Besaran biaya tenaga kerja dapat dihitung dengan rumus : (S.Rusdiana et al., 2000). BTK =
HOK x PBR
Dimana : BTK = Biaya Tenaga Kerja/tahun HOK = Curahan tenaga kerja/tahun Dan HOK dirumuskan : HOK =
∑ jam × 360 / tahun 5
dimana : ∑ jam = Jumlah jam kerja yang di butuhkan/hari 5 360
= 5 jam kerja /hari (konversi tani) = konversi ke 1 tahun (360 hari) HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Kabupaten Boyolali merupakan salah satu Kabupaten dari 35 Kabupaten/ Kota di Propinsi Jawa Tengah terdiri dari 19 Kecamatan dan 267 Desa/ Kelurahan. Kabupaten Boyolali memiliki luas wilayah lebih kurang 101.510.096,5 ha atau kurang 4,5% dari luas Propinsi Jawa Tengah. Wilayah Boyolali terletak antara 110o 22’ BT – 110o50’ BT dan 7o36’ LS – 7o71’LS dengan ketinggian antara 100-1.500m dpl. Kecamatan Cepogo beriklim sedang dengan curah hujan 3.058 Mm dengan jumlah hari hujan 110 Hh. Pada Sebelah Timur dan selatan merupakan daerah rendah, sedangkan pada sebelah utara dan barat merupakan daerah pegunungan. Sebelah utara : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Semarang dan Kabupaten Grobogan. Sebelah Timur: Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar, Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Klaten dan DIY. Sebelah Barat : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang dan Jawa tengah merupakan pusat perekonomian Kabupaten Boyolali. Wilayah Kecamatan Cepogo dibatasi oleh : Seblah Utara Kecamatan Ampel, Sebelah Timur Kecamatan Boyolali, Sebelah Selatan Kecamatan Musuk dan Sebelah Barat Kecamatan Selo. (Dinas Peternakan Jawa Tengah. 2008). Secara geografis letak Kabupaten Boyolali sangat strategis karena diapit oleh Kota besar 3
Kecamatan Cepogo memiliki luas lahan 5.299.800,0 ha yang terdiri dari lahan pertanian/sawah seluas 55.8, ha, tanah tegal/ladang seluas 3.118,6 ha dan padang rumput 55,5 ha dan lainnya 357,0 ha dan sisanya lahan kosong dan lahan perkebunan. Kecamatan Cepogo merupakan tanah lisotol cokelat dan keadaan ini menggambarkan bahwa daerah ini memiliki prospek pengembangan agribisnis ternak. Desa Jelok memiliki lahan seluas 611.000,0 ha digunakan sebagai lahan pertanian atau kebun seluas 444.547,3 ha, tanah sawah 1.800,0 ha dan lahan kering 609.200.0 ha sisanya adalah lahan perkebunan. Keadaan ini menggambarkan bahwa daerah ini memiliki prospek pengembangan agribisnis ternak, tanaman pangan, sayuran dan palawija. Jenis mata pencaharian penduduk adalah petani, buruh tani, pedagang, bangunan, pegawai negeri dan swasta. Agribisnis ternak sapi perah merupakan usaha yang banyak digeluti penduduk, dengan jenis ternak yang diusahakan adalah ternak, sapi perah, sapi potong, kambing, domba, ayam buras, ayam ras dan itik (Disnak Kabupaten Boyolali, 2008). Terlihat pada Tabel 1 Tabel.1. Jumlah ternak menurut jenisnya di Desa Jelok (ekor) Lokas1 Kecamatan Cepogo Ruminansia besar/kecil Unggas/itik Sapi Sapi Kam. Dom. Ayam Ayam Ayam perah Pot. buras ped. pet. Wonodoyo 661 758 977 33 2.577 Jombang 630 646 853 28 3.357 Gedangan 575 643 725 26 3,522 Sumbung 1.168 682 960 30 3.461 4.880 Paras 304 295 646 28 2.158 956 1.308 42 4.305 14.640 30.500 Jelok 1.354 Bakulan 516 597 699 30 2.817 Miwis 904 718 790 28 2.936 4.880 Sukabumi 685 749 772 27 3.482 Gening 584 628 635 22 2.721 Cepogo 815 831 780 34 3.475 6.100 Kembangkuning 560 576 650 22 2.865 Cabeankunti 585 634 774 30 2.705 Candigatak 634 664 690 33 3.218 Gubug 608 652 823 28 2.939 Jumlah 10.784 10.131 16.081 443 47,587 30.500 30.500 Disnak Kabupaten Boyolali 2008 Desa/Kelurahan
Itik 205 271 147 319 417 520 1.366 1.040
Tabel 1 menunjukkan bahwa di Kecamatan Cepogo merupakan salah satu dari 19 Kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali. Kecamatan Cepogo terdiri dari 15 Desa yang mana populasi sapi perah tertinggi di Desa Jelok yaitu 1.354 ekor atau sekitar 9,1% dari total populasi di Kecamatan Cepogo.
4
Karakteristik Peternak Sapi Perah Tabel 2 memperlihatkan karakteristik responden peternak berdasarkan umur, pendidikan, pengalaman beternak dan pekerjaan. Pada Tabel 2 tersebut nampak bahwa umur peternak sebagian besar masih produktif (50,0 persen). Dilihat dari tingkat pendidikannya juga cukup tinggi yaitu sebesar (12,5 persen) berpendidikan SMA, peternak yang tidak tamat sekolah dasar hanya (7,0 persen). Mata pencaharian sebagai petani ternak (77,0 persen), buruh tani (15,0 persen) dan pedagang/lainnya (2,5 persen).
Tabel. 2. Karakteristik peternak dan kepemilikan ternak sapi perah Karakteristik Umur (tahun) 20-35 36-45 > 46 Pendidikan Formal Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tidak sekolah Pekerjaan utama Petani Buruh tani Pegawai negeri/pensiun Dagang, bangunan/lainnya Pengalaman beternak 1-5 tahun 6-10 tahun > 10 tahun
Jumlah responden (n-40)
Persen
Kepemilikan ternak (ekor)
7 20 13
17,5 50,0 32,5
1,1 2,2 4,2
19 13 5 3
47,5 32,5 12,5 7,5
5,5 2,5 1,5 0,5
31 6 2 1
77,5 15,0 5,0 2,5
2,6 2,6 2,3 1.2
7 14 19
17,5 35,0 47,5
1,7 3,2 5,0
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa faktor umur, pendidikan, pekerjaan dan pengalaman beternak tidak berbeda nyata (p > 0,05), terhadap kepemilikan ternak akan tetapi terdapat beberapa kecenderungan yang menarik. yaitu ada kecenderungan bahwa semakin tua, pendidikan semakin rendah dan semakin berpengalaman dalam beternak, ternyata seirama dengan peningkatan jumlah kepemilikan sapi perah. Diduga peternak yang berusia muda dan berpendidikan lebih tinggi kemungkinan mempunyai kegiatan/aktivitas lain sebagai sumber nafkah keluarga sehingga, pemeliharaan/ agribisnis ternak sapi perah hanya ditempatkan sebagai usaha sampingan. Namun dengan semakin meningkatnya usia peternak, alokasi waktu untuk beternak menjadi lebih banyak dan kepemilikan menjadi cenderung bertambah. Kecenderungan peternak pendidikan lebih rendah mempunyai sapi perah lebih banyak, sehingga menunjukkan ketergantungan sumber nafkah pada sapi perah menjadi semakin tinggi. 5
Peternak dengan pengalaman beternak lebih lama juga cenderung memiliki sapi perah labih banyak, suatu hal yang wajar mengingat pengalaman memberikan kepercayaan diri yang tinggi kepada peternak untuk berusaha ternak. Jenis pekerjaan juga memberikan kecenderungan peningkatan atau penurunan kepemilikan ternak sapi perah. Responden dengan pekerjaan berdagang dan bangunan cenderung mempunyai jumlah kepemilikan sapi perah lebih sedikit sementara itu responden yang mempunyau pekerjaan petani dan buruh tani cenderung mempunyai sapi perah paling banyak. Pekerjaan petani dan buruh tani lebih “dekat” atau sejenis dengan beternak sehingga tidak mengherankan, petani dan buruh tani mempunyai sapi perah labih banyak. Peternak di Desa Jelok memiliki sapi perah rata-rata adalah 7,08 ekor yang terdiri dari, betina dewasa/laktasi 49,75 ekor, umur rata-rata 3,85 tahun, jantan dewasa 0,30 ekor umur rata-rata 3,22 tahun, betina dewasa afkir 0,25 ekor, umur rata-rata 6,5 tahun betina muda 0,75 ekor, umur rata-rata 0,75 tahun dan anak 0,80 ekor umur rata-rata 0,23 bulan (Tabel 3). Dari struktur populasi ternak sapi perah yang dipelihara peternak menunjukkan bahwa proposi induk sapi perah menempati tertinggi (>49,75%). Keadaan ini menggambarkan bahwa agribisnis pemeliharaan ternak sapi perah perah menguntungkani untuk produksi susu dan anak. Tabel. 3. Rataan jumlah ternak sapi perah di lokasi penelitian Uraian
Betina dewasa/laktasi Jantan dewasa Afkir (Tidak laktasi) Betina muda Anak Jumlah
Rata-rata Umur/ekor 3,85 3,22 6,5 0,73 0,23
Lokasi Desa Jelok (n=40) Jumlah/ekor Rataan/ekor 199 12 10 30 32 283
49,75 0,30 0,25 0,75 0,80 7,08
Persen 70,32 4,24 3,53 10,60 12,31 100
Sistem Pemeliharaan Sapi Perah Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa jarak kandang dari rumah peternak, kira-kira 1-5 m. Sistem pemeliharaan dengan cara dikandangkan 99% dan pemberian pakan hijauan, antara lain leguminose, rumput gajah, rumput raja, rumpat raket, rumput kawat, alang-alang, ubi kayu, ampas tahu dan sisa limbah hasil pertanian. Masa pemeliharaan yang umum di lakukan di Desa Jelok hingga umur laktasi ke 57 kali. Namun sapi perah jantan banyak dijual pada umur yang masih relatif muda atau anak. Rataan kepemilikan ternak sapi perah di Desa Jelok adalah 2-5 ekor induk laktasi/KK. Pada umumnya sapi perah tersebut adalah milik sendiri.
6
Curahan Tenaga Kerja Hasil survai menunjukkan bahwa tenaga kerja keluarga yang dicurahkan untuk agribisnis pemeliharaan ternak sapi perah di lokasi penelitian dengan jumlah ternak yang dipelihara 7,35 ekor dan terlihat pada Tabel 4. Curahan tenaga kerja agribisnis ternak sapi perah di lokasi cukup sebesar 252 HOK, adalah pada kegiatan pengambilan rumput (144 HOK), memeras susu 72 HOK dan perawatan ternak 36 HOK Hal demikian menggambarkan sistem agribisnis pemeliharaan ternak sapi perah cenderung yang alokasi tenaga kerja mengambil rumput lebih banyak waktu yang digunakan.
Tabel.4. Rata-rata curahan tenaga kerja di lokasi penelitian Desa Jelok n =40 Jenis pekerjaan Jam/ % rata-rata thn/hari 1 HOK hari n-30 (360) 5 jam Mengambil hijauan 100 41,67 2,5 900/5 180 Memeras susu 80 33,33 2,0 720/5 144 Perawatan ternak 60 25,00 1,5 540/5 108 Jumlah 240 100 6,0 2.160/5 432 Keterangan 5 jam kerja dihitung 1 (HOK) Rp. 5.000,-
Rp./thn (5.000,-) 900.000 720.000 540.000 2.160.000,-
Hasil perhitungan tenaga kerja (Rp/HOK/thn) menunjukkan total biaya tenaga kerja tertinggi di Desa Jelok Rp.2.160.000,-/thn (432/HOK/thn). Sedangkan jenis pekerjaan yang banyak digunakan untuk memelihara agribisnis ternak sapi perah Desa Jelok Rp.900.000,-/tahun (180/HOK/thn) waktu untuk mencari rumput, memeras susu Rp.720.000,-/tahun (144/HOK/thn) dan perawatan ternak Rp.540.000,-/tahun (108/HOK/thn) lebih banyak waktu yang digunakan untuk mengambil rumput. Petani ternak tersebut merasa untung, karena mempunyai alasan yaitu, mudah mencari rumput, mudah memelihara ternaknya, mudah menjual produksi susu, mudah menjual ternak, karena daya dukung pakan tersedia dan kotoran bermanfaat untuk kesuburan tanaman. Analisis usahaternak sapi perah Tabel 5 memperlihatkan bahwa agribisnis ternak sapi perah dengan jumlah pemeliharaan 4 ekor sapi perah laktasi dapat memperoleh keuntungan kotor sebesar Rp. 63.187.000,-/tahun dari hasil produksi susu dan penjualan anak. Diasumsikan mendapat keuntungan bersih selama satu tahun sebesar Rp.21.00 7.000/tahun atau Rp.1.750.583,/bulan hasil analisa agribisnis sapi perah menunjukkan B/C 1,5 pada skala 4 ekor laktasi yang artinya usaha agribisnis pemeliharaan ternak sapi perah bisa dipertahankan sebagai sumber pendapatan dalam kesejahteraan peternak di pedesaan.
7
Tabel 5. Analisis agribisnis ternak sapi perah pada skala 4 ekor laktasi/tahun Kriteria A. Biaya tetap Penyusutan ternak selama 5 tahun Pembelian awal Penjualan afkir Penyusutan Penyusutan ternak Penyusutan kandang Tenaga kerja (432/HOK/thn). Total biaya tetap B. Biaya variabel Kebutuhan pakan Konsentrat Ampas tahu Ketela Pakan hijauan Biaya Obat-obatan Biaya habis pakai Total biaya variabel C. Produksi Produksi susu/7 bulan Penjualan anak umur 1-3 bulan Pendapatan kotor Total biaya (A + B) Pendapatan bersih/tahun C – ( A + B) Pendapatan bersih/bulan B/C
Volume
Harga satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
4 ekor 4 ekor
12.000.000 9.700.000
48.000.000 38.800.000
tahun tahun tahun
2.300.000 500.000 2.160.000
2.300.000 500.000 1.260.000 4.960.000
5 kg/ekor 20 kg/ekor 4 kg/ekor 40 kg/ekor tahun tahun
1.500 500 1.000 100 250.000 250.000
10.800.000 14.400.000 5.760.000 5.760.000 250.000 250.000 37.220.000
15 liter 4 ekor
3.250 3.000.000
51.187.000 12.000.000 63.187.000 42.180.000 21.007.000 1.750.583 1,5
Keterangan : Sumber data 2009: Induk sapi perah melahirkan 1 kali/tahun, umur beranak 2,5 tahun. Umur induk afkir 7,5 tahun, dipelihara selama 5 tahun dengan melahirkan 4 ekor anak/tahun 3 jantan dan 2 betina
KESIMPULAN
Desa Jelok Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali memiliki potensi sebagai daerah untuk agribisnis ternak sapi perah. Jumlah kepemilikan sapi perah di peternak berdasarkan fakor umur, pendidikan dan pengalaman beternak tidak berpengaruh terhadap kepemilikan ternak. Dari pemeliharaan agribisnis sapi perah, peternak mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp. 21.007.000,-/tahun atau keuntungan bersih sebesar Rp. 1.750.543,-/bulan dengan nilai B/C 1,5. Nilai B/C rasio tersebut menunjukkan bahwa agribisnis ternak sapi perah layak untuk dijalankan dan dipertahankan keberadaan ternak sapi perahnya terhadap pendapatn dalam kesejahteraan petani. 8
DAFTAR PUSTAKA
Boediono. 1983. Ekonomi Mikro. BPFE. Jakarta. Devendra, C. 1993. Ternak ruminansia di Asia. Dalam Woszika-Tomaszewska, I.M. Mastika, A. Djajanegara, S. Garniner dan T. R.Wiradarya (Eds.). Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press. Surakarta. Dinas Peternakan Kabupaten Boyolali. 2008. Disnak Peternakan Kabupaten Boyolali dalam angka sementara 2008. Jawa Tengah. Direktorat Jenderal Peternakan. 2008. Statistik Peternakan 2008. Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Direktorat Jenderal
Gittinger, J.P. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua. Universitas Indonesia. Jakarta. Mansyur, Nyimas, P. Indrani dan I. Susilowati. 2005. Peran leguminosa tanaman penutup pada sistem pertanian jagung untuk penyediaan hijauan pakan ternak. Bogor, 12-13 September 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. SAS. 1988. SAS/STAT User’s Guide Release 9.0 Edition. North Carolina : SAS Institute Inc., Cary. Sunarso, Widiyono, Sumarso, E. Pangestu, F. Wahyono dan J. Achmadi. 1989. Pemanfaatan Rumput Setaria spacelata sebagai Konservasi Tanah dan Manfaatnya Bagi Peningkatan Usaha Produksi Ternak Ruminansia. Laporan Penelitian DP3M Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta. Sulistiyono.2008. Prospek dan Pengembangan Usaha Agrobisnis (Usaha Persusuan bagi Koperasi). Makalah disajikan dalam Wokshop Pengembangan Peternakan Dalam Bidang Usaha agribisnis Persusuan, Jakarta 11 Maret 2008. Rusdiana, S., dan Dwi Priyanto.2008. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Domba Tradisional di Kabupaten Sukabumi. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Inovasi Teknologi Mendukung Pengembangan Agribisnis Peternakan Nasional Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
9