PROFIL ANAK JALANAN PENJUAL KORAN DI KOTA PEKANBARU
ALFATONI & SYAFRIZAL Email :
[email protected] cp : 081378265525 Program studi Ilmu Sosiologi FISIP Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293, Telp/fax (0761) 63277 ABSTRACT All children are a national asset, that's the phrase that originated from the idea of children as objects and subjects him the nation's inherent attributes such as buds, the next generation, the receiver sticks estapet, future leaders and as human resource in the future of the nation's capital for development sustainability (sustainable development). To that end, the set of ideas, of paramount importance to grow and develop in a child's life have gained a very high priority. Unfortunately, not all children have equal opportunities to realize the hopes and aspirations. Problems in the study are (1) How employee characteristics as the school newspaper vendor on the streets of Pekanbaru? (2) Motivation is what drives workers as a school-age selling newspapers on the streets of Pekanbaru? (3) What about the ups and downs and expectations of school-age workers as a newspaper vendor on the streets of Pekanbaru? The purpose of this study is to Know the characteristics of school-age workers as selling newspapers on the streets of Pekanbaru. To find the motivation that encourages school-age workers as a newspaper vendor on the streets of Pekanbaru. To know the ups and downs and expectations of school-age workers as a newspaper vendor on the streets of Pekanbaru Respondents in this study sampling was restricted to school-age children are aged around 7 to 15 years. Determination of the age limit is based solely on the age of compulsory education. The process of data collection using interviews, observation and documentation. While the sampling technique used in this study is the snowball technique (such as snowball sampling) where sample amount is not known clearly. From the research that I did, mainly children selling newspapers on the streets of Pekanbaru aged between 6-14 years and they are still in school. Among the researchers made the newspaper seller respondents were 22 people, 19 of whom were men and 3 women. In addition they also sell paper trading and working as a laborer. Their motivations varied work as a newspaper seller, such that the money can be used for school purposes (buying school supplies such as stationery and books), the purposes of his / her own snacks, saving and helping parents income. The factors they plunge kejalanan such as newspaper vendors told the parents, call a friend, wants to fund his own life, told to someone else, went along with a friend, a fad.
The suggestion that the authors say is To the Pekanbaru city government in particular to be more concerned about street children in Pekanbaru, by providing assistance and free school opened on them so that they are more secure future. To the publisher of the newspaper, it's good to give bonuses to the kids selling newspapers because they were already helping the publishers to circulate papers they publish. Need for rules relating to children who worked as a newspaper vendor in the city of Pekanbaru, in this case the government could be expected to take the weight of the fate of street children, so they do not stray away without any supervision related. Looking at the phenomenon that there are a lot of kids who worked as a newspaper seller does not receive the attention of the government, in this case the government should contribute as scholarships so that they do not drop out of school and keep the spirit to continue their dream become better. Her role there needs to be pro active on social services, NGOs function as a child in an institution that focuses on the problems faced by children, so that what is experienced by the child newspaper sellers can be resolved as quickly as possible. Keywords: Profiles, street children, the newspaper Sellers A. LATAR BELAKANG MASALAH Semua anak adalah aset bangsa, itulah ungkapan yang bermula dari pemikiran anak sebagai objek dan subjek yang padanya melekat atribut seperti tunas bangsa, generasi penerus, penerima tongkat estapet, pemimpin masa depan dan sebagai sumber daya manusia di masa depan yang merupakan modal bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan ( sustainable development ). Untuk itu, berangkat dari pemikiran tersebut, kepentingan yang utama untuk tumbuh dan berkembang dalam kehidupan anak harus memperoleh prioritas yang sangat tinggi. Sayangnya, tidak semua anak mempunyai kesempatan yang sama dalam merealisasikan harapan dan aspirasinya. Mengenai anak yang turun ke jalanan melakukan aktivitas pekerjaan menurut (Baihhaqi, 1999:7) setidaknya ada dua kategori : 1. Anak yang turun kejalanan bekerja, mereka memiliki komunitas. Anak-anak ini biasanya masih memiliki orang tua atau keluarganya, mengontrak bersama-sama dan memiliki tempat tinggal yang jelas meski di pinggir-pinggir gang sebagai kaum urban. 2. Anak yang bergelandangan, mereka sudah putus hubungan dengan orang tua dan anggota keluarga lain. Selama dua puluh empat jam hidup dan bekerja di jalanan atau di emperemper toko. Table 1.1 Jumlah Anak Yang Bekerja Turun Kejalanan Menurut Jenis Pekerjaannya di Kota Pekanbaru Tahun 2011 No Jenis Pekerjaan Jumlah 1. Menjual Koran 51 2. Pemulung 15 3. 30 Buruh 4. 5.
Menyemir sepatu Pengemis
4 3
6. 7.
Ngamen Lap Kaca Mobil Jumlah
3 2 108
Sumber : Dinas Kesejahteraan Sosial, 2011 Tabel diatas menunjukan bahwa pada tahun 2011 terdapat 108 orang anak yang turun ke jalanan melakukan pekerjaan di Kota Pekanbaru. Bekerja sebagai penjual koran adalah jumlah terbanyak dari anak yang bekerja di jalanan di Kota Pekanbaru sebanyak 51 orang anak. Adapun anak-anak sebagai penjual koran tersebut rata-rata berumur 9 tahun hingga 15 tahun. (Dinsos, 2011). Profesi sebagai penjual koran yang dilakukan anak merupakan sub bagian dari komunitas anak yang melakukan pekerjaan di jalanan Kota Pekanbaru. Dari pengamatan lapangan anakanak yang menjual koran ini masih dalam usia sekolah (wajib belajar) terlepas dari masal sekolah atau tidak sekolah anak yang turun kejalanan berprofesi sebagai penjual koran secara tidak langsung telah bekerja melakukan aktifitas ekonomi di jalanan, hal ini masuk dalam kategori anak di bawah umur yang bekerja. Bila dilihat dari usia anak sebagai penjual koran mereka masuk dalam kategori usia sekolah (wajib belajar), yaitu 7 sampai 15 tahun. Semestinya mereka menganyam pendidikan di sekolah-sekolah tanpa melakukan pekerjaan sebagai penjual koran di jalanan. Ketika anak-anak di bawah umur dan usia sekolah (wajib belajar) ini melakukan aktifitas pekerjaan menjual koran setidaknya ada tanggung jawab moral dari semua pihak akan dunia anak-anak mereka yang membutuhkan hak dasar salah satunya pendidikan. Tidak dengan mengotori misi pendidikan yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa malah membuat generasi mudanya bekerja karena ternyata yang menjajakan produk informasi ini adalah anak-anak di bawah umur yang saat ini usia mereka adalah usia sekolah atau masih dalam usia wajib belajar. Idealnya anak-anak tidak perlu bekerja, apakah terpaksa maupun keinginan sendiri (Putranto dalam Usman dan Nachrowi, 2004:16). Bila dilihat dari sisi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pada pasal 13 menyebutkan bahwa setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mandapatkan perlindungan dari perlakuan, diskriminasi ekspoitasi, baik ekonomi maupun seks, penelantaran, kekejaman, kekerasan, dan penganiyaan, ketidak adilan, perlakuan salah lainnya. Berangkat dari fenomena yang ada dilapangan, maka penulis merasa tertarik terhadap anak usia sekolah (wajib belajar) yang melakukan pekerjaan sebagai penjual koran dijalanan Kota Pekanbaru. Karena secara tidak langsung anak-anak sebagai penjual koran telah bekerja, pada dasarnya anak-anak ini semestinya mengikuti proses pendidikan dasar tanpa beban. Sehubungan dengan itu maka timbul pertanyaan besar mengenai fenomena anak yang bekerja sebagai penjual koran yang penulis tuangkan dalam tulisan yang berjudul “Profil Anak Jalanan di Kota Pekanbaru (Study Kasus Anak Jalanan Penjual Koran)”
B. Rumusan Masalah Penjual koran merupakan salah satu sektor informal yang merupakan sumber kehidupan yang bergerak dalam bidang ekonomi lemah dan hidup subur di daerah perkotaan pada negara yang sedang berkembang, karena tidak terorganisir dan terjangkau oleh kebijakan pemerintah. Penjual koran secara tidak langsung berperan sebagai perantara menyebar luaskan informasi kepada masyarakat melalui media cetak yaitu koran. Kenyataan yang ada selama ini profesi penjual koran dilakukan oleh anak-anak di jalanan Kota Pekanbaru yaitu berusia sekitar 9 sampai dengan 15 tahun. Dimana menurut UndangUndang Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)menyebutkan pada pasal 6 bahwa setiap warga negara yang berusia 7 (tujuh) sampai dengan 15 (lima belas) tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Maka melihat usia anak yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang Sisdiknas tersebut, bahwa anak-anak sebagai penjual koran tersebut merupakan masih dalam usia sekolah (wajib belajar). Karena secara tidak langsung anak-anak sebagai penjual koran telah bekerja, pada dasarnya anak-anak ini semestinya mengikuti proses pendidikan dasar tanpa beban. Berdasarkan dengan fenomena tersebut, maka peneliti ini selanjutnya akan menguraikan masalah yaitu : 1. Bagaimana karakteristik pekerja sekolah sebagai penjual koran di jalanan Kota Pekanbaru ? 2. Motivasi apa yang mendorong pekerja usia sekolah sebagai penjual koran di jalanan Kota Pekanbaru ? 3. Bagaimana suka duka dan harapan pekerja usia sekolah sebagai penjual koran di jalanan Kota Pekanbaru ? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Mengetahui karakteristik pekerja usia sekolah sebagai penjual koran di jalanan Kota Pekanbaru b. Mengetahui motivasi yang mendorong pekerja usia sekolah sebagai penjual koran di jalanan Kota Pekanbaru c. Mengetahui suka duka dan harapan pekerja usia sekolah sebagai penjual koran di jalanan Kota Pekanbaru 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Praktis Bahan masukan kepada Pemerintah Kota berupa informasi keberadaan pekerja usia sekolah yang berkerja di jalanan yang memerlukan perhatian Pemerintah Kota. Masukan yang dapat di jadikan pertimbangan bagi DPRD kota dalam membuat peraturan yang lebih menyentuh bagi anak usia sekolah yang berkerja di jalanan. Memberi masukan kepada Dinas Sosial, LSM, Anak dan KPAID Kota dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga yang fokus terhadap masalah anak. b. Manfaat Akademis Untuk mengaplikasikan teori dan metodologi yang diperoleh penulis dari bangku kuliah dalam melihat fenomene sosial sebagai kajian sosiologi. Untuk mencapai gelar sarjana SI pada jurusan sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau
D. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Pekerja Anak. Konsep “Anak” didefinisikan dan dipahami secara bervariasi dan berbeda, sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan yang beragam. Konvensi hak anak mendefinisikan anak sebagai manusia yang berusia 18 tahun, kecuali berdasarkan Undang-Undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal (UNICEF). Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, anak adalah seseorang yang berusia di bawah 21 tahun dan belum menikah, sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Manusia pada umumnya, anak juga mempunyai berbagai kebutuhan : jasmani, rohani, dan sosial. Menurut (Maslow dalam Nelita 2004:25) kebutuhan manusia itu mencangkup : kebutuhan fisik, (udara, air, makan), kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk menyayangi dan disayangi, kebutuhan untuk penghargaan, kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri dan bertumbuh. Anak yang tengah tumbuh kembang memiliki keterbatasan untuk mendapatkan sejumlah kebutuhan tersebut yang merupakan hak anak. Anak pada prinsifnya memiliki hak untuk kesejahteraan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak menjelaskan bahwa kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Adapun hak anak sebagai berikut : 1. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarga maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh kembang dengan wajar. 2. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa untuk menjadikan warga negara yang baik dan berguna. 3. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan maupun sesudah di lahirkan. 4. Anak berhak atas perlindungan terhadap hidup yang dapat membahayakan atau menghambatpertumbuhan dan perkembangan. Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah penting, diantaranya merativikasi konvensi PBB tentang hak-hak anak, melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tanggal 25 Agustus 1990.Secara hukum negara berkewajiban melindungi dan memenuhi hakhak anak, baik sipil, politik, sosial, budaya dan ekonomi.(Usman dan Nachrowi, 2004:1). Keseriusan Indonesia melihat persoalan hak anak juga telah dibuktikan dengan lahirnya UndangUndang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.Tanpa terkecuali siapa pun yang termasuk dalam kategori anak Indonesia berhak mendapatkan hak-haknya sebagai anak. Terkait anak melakukan pekerjaan beberapa pendapat juga mengemukakan sebab-sebab anak usia sekolah melakukan pekerjaan menurut Whitmore, dkk dalm (Afna, 2006:25) dapat diklasifikasikan : 1. Terkait dengan permasalahan ekonomi sehingga anak terpaksa ikut membantu orang tua dengan bekerja.
2. Kurang harmonisnya hubungan dalam keluarga yang sering berakhir dengan penganiayaan dan kekerasan fisik oleh orang tua terhadap anaknya sehingga anak melahirkan diri dari rumah. 3. Orang tua (asal/angkat) “mengkaryakan” anak sebagai sumber ekonomi keluarga pengganti peran yang seharusnya dilakukan orang dewasa. George C. Homans teori pertukaran sosial dilandaskan pada prinsip transaksi ekonomis yang elementer : orang menyediakan barang atau jasa dan sebagai imbalannya berharap memperoleh barang dan jasa yang diinginkan. Ahli teori pertukaran memiliki asumsi sederhana bahwa interaksi sosial itu mirip dengan transaksi ekonomi.Akan tetapi mereka mengakui bahwa pertukaran sosial tidak selalu dapat diukur dengan nilai uang, sebab dalam berbagai transaksi sosial dipertukarkan juga hal-hal yang nyata dan tidak nyata (Poloma, 2004:52). Pendidikan merupakan usaha memberikan dan meningkatkankemampuan anak dalam sikap dan nilai pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, kesadaran, serta kemampuan komunikasi dalam lingkungan kehidupan sehingga iya akan lebuh mampu untuk menghadapi tantangantantangan hidupnya dalam lingkungan sepanjang hayatnya, agar iya dapat mempertahankan dan mengembangkannya (Mashuri;1984;16 dalam Nulela,2007) nilai kemasyarakatan (Zanti Arbi:1998;17 dalam Nurlela.2007) Anak mengalami proses belajar, supaya berhasil sesuai dengan tujuan yang dicapainya perlu petrlu memperhatikan beberapa factor mempengaruhi hasil belajar (Roestiyah NK:1989;20). Menurutnya faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi anak adalah: 1. Faktor internal, ialah faktor yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan sebagainya. 2. Faktor eksternal. Adalah faktor yang datang dari luar diri anak, seperti kebersihan rumah, udara yang panas, lingkungan dan lain sebagainya. E. MetodePenelitian 1. LokasPenelitian Penelitianinidilakukan di Kota Pekanbaru. Pemilihanlokasi dipersimpangan lampu merah jalanan KotaPekanbaru,sebagaitempatanakberaktivitassebagaipenjualkoran.Padapengamatandapatditemu kananakbekerjasebagaipenjualkorandipersimpanganlampumerahdiKotaPekanbarudiantaranyadap at di jumpaipada : a. PersimpanganlampumerahDepan Kantor Gubernu b. Persimpanganlampumerah Mall SKA c. PersimpanganlampumerahPasarPagiArengkaLokasimangkaliniditemukananakberaktiv itassebagaipenjualkoran. Penelitihanyamengambil 3 (tiga)lokasilampumerahsebagailokasipenelitianini. Ada beberapahal yang membuatpenelititertarikdalammelakukanpenelitianpada3 (tiga)lokasiinidiantaranya :pemilihanlokasiinidipilihsecaraacakdenganmelihatkarakteristik yang membedakandarisetiaplokasi. Untukjelasnyapenelitiinimenjadi 3 (tiga) karakteristiklokasi, yaitu : 1. PersimpanganlampumerahDepan Kantor Gubernur
Lokasiinimemilikikarakteristikbanyakditemukananaksebagaipenjualkoran, ditemukanbanyakagensebagaitempatanakberlangganankorandananakbebasuntukmobilisasipadate mpatmerekamangkalbekerjasebagaipenjualkoran. 2. Persimpanganlampumerah Mall SKA Lokasiinimemilikikarakteristiksatuagenkoran(penguasalokasi)sebagaitempatanakberlang ganankorandantidakdiperbolehkanberlanggananpadaagen lain atauanakberlanggananagen lainmasukpadalokasiinimenjual Koran tanpaseizinagenpenguasalokasi 3. PersimpanganlampumerahPasarPagiArengka Lokasiinimemilikikarakteristikanakpenjuallebihterorganisirdimanaolehagenkorananakdip erkejakansebagaipenjual Koran. Pertimbangan lain dari ke-3 (tiga) lokasi yang diambilinisebagaitempatpenelitianadalahlokasiiniberdekatandenganpusatkotadanpusatkeramaian padajalanankota. Selainitujuga,lokasiinidilihatdarikuantitaslebihterkonsetrasiditemukananaksebagaipenjualkorand arilokasipersimpanganlampumerah lain. 2. Populasi dan Sampel. 1. Sampelberusia 7 – 15 tahun 2. Tidakmembedakanjeniskelamin 3. Beraktivitassebagaipenjualkoran di persimpanganlampumerah Kota Pekanbaru Merekayangmemenuhikriteriainiakandijadikansampelpadapenelitianini,upayamencarisam peldihentikanpadakeadaan data telahjenuh, sampel yang ditetapkanpadapenelitianinisebanyak 22 sampel. F. GAMBARAN UMUM WILAYAH DI KOTA PEKANBARU 1. Letak dan Batas Wilayah Berdasarkan peraturan pemerintah No. 19 tahun 1987 tanggal 07 September 1987 daerah kota Pekanbaru diperluas dari ± 62,96 Km² menjadi 446,50 Km² terdiri dari 8 kecamatan dan 45 kelurahan/ desa dari hasil pengukuran atau pematokan oleh BPN Tk. I Riau maka ditetapkan luas wilayah kota Pekanbaru adalah 632,26 Km² . dengan meningkatnya kegiatan pembangunan menyebabkan meningkatnya kegiatan penduduk disegala bidang yang pada akhirnya meningkatkan pula tuntunan dan kebutuhan masyarakat terhadap penyediaan fasilitas dan lainnya. Untuk lebih terciptanya tertib pemerintah dan pembinaan wilayah yang cukup kuat maka dibentuklah kecamatan baru dengan perda kota Pekanbaru No. 3 tahun 2003 menjadi 12 Kecamatan dan Kelurahan baru dengan perda kota Pekanbaru No. 4 tahun 2003 menjadi 58 kelurahan. Adapun batas kota Pekanbaru adalah Kota Pekanbaru berbatasan dengan :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar dengan Kabupaten Pelalawan. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Siak dengan Kabupaten Pelalawan. Sebelah Barat berbatasan dengan Kampar.
Adapun luas kota Pekanbaru dibandingkan dengan jumlah penduduknya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Luas Wilayah di Kota Pekanbaru Tahun 2010 No.
Kecamatan
Luas Areal Km² % 1. Tampan 59,81 9,46 2. Payung Sekaki 43,24 6,84 3. Bukit Raya 22,05 3,49 4. Marpoyan Damai 29,74 4,70 5. Tenayan Raya 171,27 27,09 6. Lima Puluh 4,04 0,64 7. Sail 3,26 0,52 8. Pekanbaru Kota 2,26 0,36 9. Sukajadi 3,76 0,59 10. Senapelan 6,65 1,05 11. Rumbai 128,85 20,38 12. Rumbai Pesisir 632,26 24,88 Jumlah 632,26 100,00 Sumber : BPS kota Pekanbaru 2011
Penduduk Jumlah % 169,655 18,90 86,585 9,64 91,914 10,24 125,697 14,00 123,155 13,72 41,333 4,60 21,438 2,39 25,062 2,79 47,174 5,25 36,434 4,06 64,624 7,20 64,698 7,21 897,768 100,00
Tabel diatas menjelaskan penduduk di kota Pekanbaru tergolong padat, hal ini dikarenakan banyaknya penduduk yang datang ke kota Pekanbaru, mereka melakukan urbanisasi dengan demikian maka pertumbuhan penduduk kota Pekanbaru bertambah dalam waktu yang relatif cepat.
Keadaan Penduduk a. Penduduk Berdasarkan Rumah Tangga dan Jenis Kelamin Berdasarkan rumah tangga dan jenis kelamin maka penduduk kota Pekanbaru dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Jenis kelamin No. 1.
Kecamatan Tampan
Banyak Rumah Tangga 41,936
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
86,434
83,221
169,655
2.
Payung Sekaki
20,305
43,873
42,711
86,585
3.
Bukit Raya
21,978
47,233
44,681
91,914
4.
Marpoyan Damai
30,110
64,614
61,083
125,697
5.
Tenayan Raya
28,618
62,977
60,178
123,155
6.
Lima Puluh
9,610
20,370
20,963
41,333
7.
Sail
5,465
10,602
10,836
21,438
8.
Pekanbaru Kota
5,707
12,581
12,481
25,062
9.
Sukajadi
11,587
23,202
23,972
47,174
10.
Senapelan
8,163
17,902
18,532
36,434
11.
Rumbai
15,027
33,551
31,073
64,624
12.
Rumbai Pesisir
15,289
33,047
31,651
64,698
213,795
456,386
441,382
897,768
Jumlah
Sumber : BPS kota Pekanbaru 2011 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki-laki banyak dari pada jumlah penduduk perempuan. Adapun persentase jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan di kota Pekanbaru adalah, jumlah penduduk laki-laki 50,84 % dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 49,16 %. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk di kota Pekanbaru berjenis kelamin laki-laki. b. Penduduk Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Kota Pekanbaru layaknya kota-kota lain dimana menekankan angka kelahiran guna mengurangi jumlah penduduk yang semakin bertambah jumlahnya dalam waktu yang cepat. Tingginya jumlah penduduk di kota Pekanbaru yang terjadi secara cepat mengharuskan masyarakat untuk melakukan program Keluarga Berencana ( KB ). Hal ini dikarenakan guna mengurangi jumlah penduduk yang tinggi. Sehingga masing-masing keluarga di kota Pekanbaru hanya mempunyai anak dalam jumlah yang sedikit. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.3 Distribusi Jumlah Anggota Jiwa Berdasarkan Kepala Keluarga No. 1. 2. 3. 4.
Kecamatan Tampan Payung Sekaki Bukit Raya Marpoyan Damai
Jumlah Penduduk 169,655 86,585 91,914 125,697
Jumlah KK 41,936 20,305 21,978 30,110
Rata-rata Jumlah Per KK 4 4 4 4
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Tenayan Raya 123,155 Lima Puluh 41,333 Sail 21,438 Pekanbaru Kota 25,062 Sukajadi 47,174 Senapelan 36,434 Rumbai 64,624 Rumbai Pesisir 64,698 Jumlah 897,768 Sumber : BPS kota Pekanbaru 2011
28,618 9,610 5,465 5,707 11,587 8,163 15,027 15,289 213,795
4 4 4 4 4 4 4 4 4
Data diatas menjelaskan bahwa masing-masing anggota keluarga sudah mulai mengenal program Keluarga Berencana, walaupun belum bisa dikatakan berhasil tetapi sudah mulai mendekati berhasil karena masing-masing keluarga hanya mempunyai anak dalam jumlah kecil. Program Keluarga Berencana ini akan terus tingkatkan guna mengurangi pertumbuhan penduduk yang relatif cepat. Masing-masing keluarga yang ada di Kota Pekanbaru mempunyai 4 orang anak. Dimana penduduk sudah menganggap bahwa banyak anak maka tuntutan hidup semakin besar, mereka sudah memikirkan bahwa kehidupan yang akan datang membutuhkan biaya yang cukup besar dikarenakan pengaruh globalisasi. Oleh karena itu maka mereka hanya ingin keluarga dalam jumlah yang kecil. G. KARAKTERISTIK ANAK-ANAK PENJUAL KORAN Karakteristik responden merupakan identitas dari pada responden yang diambil datanya dan menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan keadaan responden yang bersangkutan. Karakteristik tersebut meliputi : struktur umur, pendidikan, jenis kelamin, daerah tempat tinggal, asal daerah anak penjual koran, lama berjualan koran, jumlah koran yang terjual dalam seharidan penghasilan dari penjualan koran, pekerjaan lain dari anak penjual koran dan jam kerja penjual koran. H. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dari penelitian yang penulis lakukan, umumnya anak-anak penjual koran di jalanan kota pekanbaru berusia antara 6-14 tahun dan mereka masih bersekolah. Diantara penjual koran yang peneliti jadikan responden sebanyak 22 orang, 19 orang diantaranya adalah laki-laki dan 3 orang perempuan. Selain menjual koran mereka juga berdagang dan bekerja sebagai buruh. 2. Motivasi mereka bekerja sebagai penjual koran bervariasi, diantaranya agar uangnya dapat digunakan untuk keperluan sekolah (membeli peralatan sekolah seperti alat-alat tulis dan buku), keperluan sendiri /jajan, tabungan dan membantu pendapatan orang tua. Adapun faktor mereka terjun kejalanan sebagai penjual koran diantaranya disuruh
orang tua, ajakan teman, ingin membiayai hidup sendiri, disuruh orang lain, ikutikutan teman, iseng-iseng. Saran 1. Kepada pemerintah kota Pekanbaru khususnya agar lebih memperhatikan nasib anak jalanan yang ada di Pekanbaru, dengan cara memberikan bantuan dan membuka sekolah gratis pada mereka agar masa depan mereka lebih terjamin. 2. Kepada pihak penerbit koran, ada baiknya memberikan bonus kepada anak-anak penjual koran karena mereka sudah membantu pihak penerbit dalam mengedarkan koran yang mereka terbitkan. 3. perlu adanya aturan terkait anak yang bekerja sebagai penjual Koran di kota Pekanbaru, dalam hal ini diharapkan pemerintah bisa lebih mengambil berat tentang nasip anak jalanan, supaya mereka tidak terlantar begitu saja tanpa ada pengawasan yang terkait. 4. melihat penomena yang ada banyak sekali anak yang bekerja sebagai penjual Koran tidak mendapat perhatian dari pemerintah, dalam hal ini pemerintah harus memberikan sumbangan seperti beasiswa agar mereka tidak putus sekolah dan tetap semangat untuk meneruskan cita-cita mereka menjadi yang lebih baik. 5. perlu ada nya peran secara pro aktif dari dinas Sosial, LSM anak dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga yang focus terhadap permasalahan yang dihadapi anak, agar apa yang di alami oleh anak penjual Koran bisa dapat teratasi dengan sebaik mungkin.
Daftar Pustaka Abdul Syani, Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial, Penerbit Fajar Agung, Jakarta, 1987 Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern 2, penerbit PT Gramedia, Jakarta 1988. Dinas Sosial Pekanbaru, 2011 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1998. Kartini Kartono, Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan), Penerbit CV. Mandar Maju, Bandung, 1995.. Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1984. Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survei, Penerbit LP3S, Jakarta, 1989. M. Cholil Mansyur, Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya. Mulyanto Sumardi dan Hans-Dieter evers, Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, Penerbit CV. Rajawali, Jakarta, 1985. Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Penerbit Rajawali, Jakarta 1982 Soleman B. Taneko, SH, Konsepsi Sistem Sosial Indonesia, Penerbit PT. Fajar Agung, Jakarta, 1986. Stephen K. Sanderson, terjemahan Farid Hajidi dan S. Menno dan dihantar oleh Hotman M. Siahaan, Sosiologi Makro, Edisi kedua. Penerbit Rajawali Pers, Jakarta, 1993. Yad Mulyadi, Sosiologi, Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat, Kelas dua SMA, Penerbit Yudhistira, 2004 A .I.S. Soesilo, 1985, Pengaruh Sikap Orang Tua Terhadap Anak. Cv. Rajawali Press : Jakarta Ahmadi , Rulam, 2005. Memahami Metodologi Penelitian Kualitatif. Universitas Negeri Malang ( UM Press) : Malang Suprlan, Parsudi 1984. Kemiskinan Di Perkotaan. Sinar Harapan : Jakarta
Undang-Undang Undang-Undang No 2 Tahun 2003 Tentang Sistem Pensisikan Nasional Undang –Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Undang-Undang No 4 Tahung 1979 Tentang Kesejahtraan Anak Undang-Undang No 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak Undang –Undang No 25 Tahun 1997 Tentang Ketenaga Kerjaan