PROFESIONALISME GURU DAN HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN AGAMA ISLAM DI SD SIDOREJO LOR 01 SALATIGA
SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh:
NUR HATAK NIM. 114 06 171
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eks Hal
: Naskah Skripsi A.n Nur Hatak
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi saudara:
Nama
: Nur Hatak
NIM
: 11406171
Judul
: PROFESIONALISME
GURU
DAN
HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN AGAMA ISLAM DI SD SIDOREJOLOR 01 KOTA SALATIGA TAHUN 2009 Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat segera dimunaqosyahkan. Demikian harap menjadikan maklum. Wassalamu'alaikum Wr. Wb Salatiga, 27 Februari 2010 Pembimbing,
Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag NIP. 19570812 198802 2 001
MOTTO
1) Allah berfirman ;
...وابتغ فيما اتاك اهلل الدار األخرة والتنسى نصيبك من الدنيا "Dan carilah apa-apa yang diberikan Allah kepadamu untuk kehidupan akhiran dan jangan kamu melupakan keperluan duniamu".1 2) “Jangan pernah bergantung pada impian(do‟a) yang tidak diiringi dengan tindakan(ikhtiar), karena tindakan adalah pengubah nasib” 2 3) “Sederhanakan tindakanmu dan tenagai tindakan(ikhtiar)mu dengan impian (do‟a) yang besar, lalu perhatikanlah apa yang terjadi” 3
1
Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, Jakarta, 2002, hlm. 556. Mario Teguh, Trainer Motivasion 3 Ibid, Mario Teguh 2
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan kekuatan luar biasa dengan Ridho dan do‟a. 2. Istri tercinta Jamiyati yang selalu mendampingi penuh cinta dan do‟a. 3. Ananda Lulu Salwa Hasibah yang baru 1 bulan membuka mata didunia fana ini dan selalu memberikan semangat dengan wajah mungilnya. 4. Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag yang membimbing penulis dari awal hingga selesainya skripsi ini dengan sabar. 5. Para Dosen yang telah memberikan bimbingan kepada penulis 6. Saudara dan teman-teman seperjuangan yang memberi semangat dalam penyusunan skripsi ini. 7. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu secara moril maupun spirituil kepada penulis
KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan atas limpahan taufiq dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaian tugas skripsi dengan lancar. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan pendidikan program sarjana pada Faklutas Tarbiyah di STAIN Salatiga. Terususunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan oleh banyak pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesarbesarnya, terutama kepada : 1. Allah Subhanahu Wata‟ala 2. Ketua STAIN Salatiga. 3. Ketua Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga. 4. Ibu Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag selaku dosen pembimbing. 5. Kepala SD Sidorejo Lor 01 Salatiga Semoga amal kebaikan beliau semua diterima Allah SWT. Menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam segi isi maupun penyajian bahasa, untuk itu penulis mohon saran dan kritik yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Semoga bermanfaat bagi penulis dan bagi kita semua.
Salatiga,
2010 Penulis
Nur Hatak
DAFTAR ISI
HALAMAN HALAMAN JUDUL ……………………………………………… ……..
i
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………. ………
ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING …………………………….. ………
iii
MOTTO ……………………………………………………………….…..
iv
PERSEMBAHAN …………………………………………………………
v
KATA PENGANTAR ……………………………………………. ………
vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………… ………
vii
DAFTAR TABEL …………………………………………………. ………
viii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ………………………………………………
1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………….
1
B. Penjelasan Istilah …………………………………………….
8
C. Rumusan Masalah ……………………………………………
11
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………..…………………….
11
E. Hipotesis Penelitian. …………………………………………
12
F. TInjauan Pustaka …………………………………………….
13
F. Metode Penulisan Skripsi..……………………………………
14
G. Sistematika Penulisan Skripsi .……………………………….
19
………………………………………
21
A. Profesionalisme Guru ………………………………………
21
1. Pengertian Profesionalisme Guru ………………………
21
2. Perlunya Guru Profesional ……………………………
24
3. Aspek-Aspek Kompetensi Guru Profesional……………
27
4. Aspek Guru Islam Profesional ………………………….
37
LANDASAN TEORI
5. Kriteria Guru Profesional ………………………………
41
6. Indikator Guru Profesional ……………………………
42
B. Prestasi Belajar ………………………………………….……
45
1. Pengertian Prestasi Belajar ………..……………………...
45
2. Dalil Keutamaan Belajar … …..………………………….
47
3. Jenis-jenis Prestasi Belajar ……………………………….
48
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar ……...
53
C. Hubungan Profesionalisme Guru Dengan Prestasi Belajar Siswa ………………………………….
57
BAB III LAPORAN PENELITIAN ……………………………………….
58
A. Gambaran Umum SD Sidorejo Lor 01 Salatiga …...…………..
58
B. Penyajian Data …………………………………………...…….
73
BAB IV ANALISIS DATA ……….………………………………………
77
A. Analisis Pendahuluan (Prosentase)……………………………
77
B. Analisis Lanjutan Hubungan Profesionalisme Guru Dalam Bidang Studi Agama Islam Dengan Prestasi Belajar Siswa ………………………………………………….
82
BAB V PENUTUP ……….………………………………………………
87
A. Kesimpulan ………………………………………………….
87
B. Saran …………………………………………………………
88
LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL `
Halaman
TABEL
I
: TABEL KOMPETENSI PROFESIONAL GURU ……….
TABEL
II
: JAWABAN ANGKET GURU AGAMA ISLAM PROFESIONAL .................................................. …….….
TABEL III
16
17
: SKOR JAWABAN ANGKET GURU AGAMA ISLAM PROFESIONAL ................................................................
17
TABEL IV
: INDIKATOR GURU PROFESIONAL …………………..
42
TABEL
: GURU DAN KARYAWAN SD SIDOREJO LOR 01
V
SALATIGA ...............……………………………………..
61
TABEL VI
: KEADAAN SISWA TAHUN 2008-2009 …………..……
63
TABEL VII
: SARANA DAN PRASARANA ....………………………..
63
TABEL VIII
: RUANG KELAS ……………….…………………………
64
TABEL IX
: KOLEKSI BUKU PERPUSTAKAAAN …………………
64
TABEL
X
: PERUNTUKAN SARANA DAN PRASARANA .......…..
65
TABEL
XI
: SARANA PENUNJANG …………….……………….…..
66
TABEL XII
: PRESTASI SISWA DALAM BIDANG AKADEMIK .....
67
TABEL XIII
: PRESTASI SISWA DALAM BIDANG OLAH RAGA…..
68
TABEL XIV
: PRESTASI SISWA DLAM BIDANG KESENIAN …......
70
TABEL XV
: PRESTASI SEKOLAH DALAM BIDANG KEINDAHAN ....................................................................
TABEL XVI
: SKOR ANGKET PROFESIONALISME GURU DALAM BIDANG STUDI AGAMA ISLAM ..................................
TABEL XVII
73
: DAFTAR NILAI SISWA DALAM MATA PELAJARAN AGAMA ISLAM SEMESTER 1 ......................................
TABEL XVIII
71
75
: ANALISIS ITEM UNTUK SKOR ANGKET PROFESIONALISME GURU DALAM BIDANG STUDI AGAMA ISLAM ...............................................................
TABEL XIX
77
: KLASIFIKASI JUMLAH SKOR JAWABAN SISWA DARI ANGKET PROFESIONALISME GURU AGAMA ISLAM ................................................................................. 80
TABEL XX
: DAFTAR NILAI SISWA DALAM MATA PELAJARAN AGAMA ISLAM SEMESTER 1 ........................................ 80
TABEL XXI
: KLASIFIKASI DAN KUALIFIKASI JUMLAH NILAI SISWA DALAM BIDANG STUDI AGAMA ISLAM KLASIFIKASI DAN KUALIFIKASI JUMLAH NILAI SISWA DALAM BIDANG STUDI AGAMA ISLAM 1 ...............................
TABEL XXII
82
: ANALISIS KORELASI VARIABEL X (PROFESIONALISME GURU DALAM BIDANG STUDI AGAMA ISLAM) DAN VARIABEL Y (PRESTASI BELAJAR SISWA) ............... 83
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dapat ditunjukkan melalui nilai yang diberikan oleh seorang guru dari jumlah bidang studi yang telah dipelajari oleh peserta didik. Setiap kegiatan pembelajaran tentunya selalu mengharapkan akan
mengahasilkan
pembelajaran
yang
maksimal.
Dalam proses
pencapaiannya, prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran adalah keberadaan guru. Mengingat keberadaan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar sangat berpengaruh, maka sudah semestinya kualitas guru harus diperhatikan. Sebagaimana
telah
dikemukakan
di
atas,
bahwa
dalam
upaya
meningkatkan mutu pendidikan, aspek utama yang ditentukan adalah kualitas guru.Untuk
itu,
upaya
awal
yang dilakukan dalam peningkatan mutu
pendidikan adalah kualitas guru. Kualifikasi pendidikan guru
sesuai dengan
prasyarat minimal yang ditentukan oleh syarat-syarat seorang guru yang profesional. Guru profesional
yang dimaksud
adalah
guru
yang
berkualitas,
berkompetensi, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar mengajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prastasi belajar siswa yang baik. Drs. H. Soekarto Indrafachrudi mengemukakan: “bahwa guru atau tenaga pendidik adalah orang yang bertugas dan berwenang dalam dunia pendidikan dan pengajaran pada lembaga pendidikan formal”. 4 Adapun pengertian guru menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan 4
Soekarto Indrafachrudi, Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik, (Jakarta: PT.Ghalia Indonesia, 1995), Cet.Ke-4,h.47.
Nasional, yakni sebagaimana tercantum dalam Bab XI Pendidikan dan tenaga Kependidikan pasal 39 ayat (2) sebagai berikut: “Pendidik merupakan tenaga professional
yang
bertugas
merencanakan
dan
melaksanakan
proses
pembelajaran,menilai hasil pembelajaran,melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik
pada
perguruan
tinggi”.5
Selanjutnya
Prof.Dr.Oemar
Hamalik
mengemukakan dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi bahwa Guru professional merupakan orang yang telah menempuh program pendidikan guru dan memiliki tingkat master serta telah mendapat ijasah negara dan telah berpengalaman dalam mengajar pada kelas-kelas besar”.6 Pendapat lain dikemukakan oleh Asrorun Ni‟am Sholeh dalam buku yang berjudul Membangun Profesionalitas Guru, mengungkapkan bahwa: dalam proses
pendidikan,
guru
tidak
hanya
menjalankan
fungsi
alih
ilmu
pengetahuan (transfer of knowledge), tapi juga berfungsi untuk menanamkan nilai (values) serta membangun karakter (character building) peserta didik secara berkelanjutan. Dalam terminologi Islam, guru diistilahkan dengan murabby, satu akar kata dengan rabb yang berarti Tuhan. Jadi, fungsi dan peran guru dalam sistem pendidikan merupakan salah satu manifestasi dari sifat ketuhanan. Demikian mulianya posisi guru, sampai-sampai Tuhan, dalam pengertian sebagai rabb mengidentifikasi diri-Nya sebagai rabbul’alamin “Sang Maha Guru”, “Guru seluruh jagad raya”. Untuk itu, kewajiban pertama yang dibebankan setiap hamba sebagai murid “Sang Maha Guru” adalah belajar, mencari ilmu pengetahuan.
Setelah
itu,
setiap
orang
yang
telah mempunyai
ilmu
pengetahuan memiliki kewajiban untuk mengajarkannya kepada orang lain. Dengan demikian, profesi mengajar adalah sebuah kewajiban yang merupakan manifestasi dari ibadah. Sebagai konsekuensinya, barang
5
siapa
yang
Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung:Citra Umbara,2006),h.30. 6 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta:PT.Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke-3, h. 15.
menyembunyikan
sebuah
menuju jurang api neraka.
pengetahuan
maka
ia
telah melangkahkan kaki
7
Menanggapi apa yang telah dikemukakan oleh Asrorun Ni‟am Shaleh, penulis memahami bahwa profesi mengajar adalah suatu pekerjaan yang memiliki nilai kemuliaan dan ibadah. Mengajar adalah suatu kewajiban bagi setiap orang yang memiliki pengetahuan. Selanjutnya, mengingat mengajar adalah suatu kawajiban bagi setiap orang yang memiliki pengetahuan, maka sudah sepantasnya bagi orang yang tidak menyampaikan ilmu pengetahuannya maka akan berakibat dosa bagi dirinya. Selanjutnya Asrorun Ni‟am Sholeh mengatakan bahwa di sisi lain, profesi mengajar merupakan kewajiban tersebut, hanya dibebankan kepada setiap orang yang berpengetahuan. Dengan kata lain, profesi mengajar harus didasarkan pada adanya kompetensi dengan kualifikasi akademik tertentu. Mengajar,
bagi
seseorang
yang
tidak
mempunyai
kompetensi
profesional untuk itu justru akan berbuah dosa. Kemudian, “apabila sesuatu dilakukan oleh
sesuatu
yang
bukan
ahlinya,
maka
tunggulah
suatu
kehancurannya”. Penggalan hadits Rasulullah saw. ini seolah memberikan warning bagi guru yang tidak memenuhi kompetensi profesionalnya. 8 Dari penjelasan yang dikemukakan Asrorunni‟am Sholeh, penulis dapat menyimpulkan bahwa profesi mengajar merupakan kewajiban yang hanya dibebankan kepada orang yang berpengetahuan. Dengan demikian, profesi mengajar harus didasarkan pada adanya kompetensi dan kualifikasi tertentu bagi setiap orang yang hendak mengajar. Menurut Asrorunni‟am Sholeh, secara konseptual, deskripsi dua kondisi di atas memberikan dua hal prinsip dalam konteks membicarakan mengenai profesi guru dan dosen. Pertama, adanya semangat keterpanggilan jiwa, pengabdian dan ibadah. Profesi pendidik merupakan profesi yang mempunyai kekhusususan dalam membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat 7
Asrorun Ni‟am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru Analisis Kronologis atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: eLSAS, 2006), Cet. Ke-1, h. 3 8 Ibid. h. 4.
dan memerlukan keahlian, idealisme, kearifan dan keteladanan melalui waktu yang
panjang.
Kedua,
adanya
prinsip profesionalitas, keharusan adanya
kompetensi dan kualifikasi akademik yang dibutuhkan, serta adanya penghargaan terhadap profesi yang diemban. Maka prinsip
idealisme dan keterpanggilan
jiwa serta prinsip
profesionalitas harus mendasari setiap perjuangan untuk mengangkat harkat dan martabat guru dan dosen. Dengan demikian profesi guru dan dosen merupakan profesi tertutup yang harus sejalan dengan prinsip-prinsip idealisme dan profesionalitas secara berimbang. Jangan sampai akibat pada perjuangan dan penonjolan materialisme
aspek profesionalisme
berakibat
penciptaan
gaya
hidup
dan pragmatisme yang menafikan idealisme dan keterpanggilan
jiwa. 9 Secara konseptual, unjuk kerja guru menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Johson, sebagaimana yang dikutip oleh Martinis Yamin mencakup tiga aspek, yaitu; (a) kemampuan profesional, (b) kemampuan sosial, dan (c) kemampuan personal (pribadi). 10 Menyadari akan pentingnya profesionalisme dalam pendidikan, maka Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa profesionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional. 11 Akan tetapi melihat realita yang ada, keberadaan guru profesional sangat jauh dari apa yang dicita-citakan. Menjamurnya sekolah-sekolah yang rendah mutunya memberikan suatu isyarat bahwa guru profesional hanyalah sebuah
wacana
yang
belum
terrealisasi
secara
merata
dalam
seluruh
pendidikan yang ada di Indonesia. Hal itu menimbulkan suatu keprihatinan yang tidak hanya datang dari kalangan akademisi, akan tetapi orang awam sekalipun ikut mengomentari ketidakberesan pendidikan dan tenaga pengajar yang 9
ada.
Asrorun Ni‟am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru Analisis Kronologis atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: eLSAS, 2006), h. 4-5. 10 Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), Cet. Ke-2, h. 4. 11 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 6, h. 107
Kenyataan tersebut menggugah kalangan akademisi, sehingga mereka membuat perumusan untuk meningkatkan kualifikasi guru melalui pemberdayaan dan peningkatan profesionalisme guru dari pelatihan sampai dengan intruksi agar guru memiliki kualifikasi pendidikan minimal Strata 1 (S1). Yang menjadi permasalahan baru adalah, guru hanya memahami intruksi tersebut hanya sebagai formalitas untuk memenuhi tuntutan kebutuhan yang sifatnya administratif. Sehingga kompetensi guru profesional dalam hal inti tidak menjadi prioritas utama. Dengan pemahaman tersebut, kontribusi untuk siswa menjadi kurang terperhatikan bahkan terabaikan. Masalah
lain
yang
ditemukan penulis
adalah,
minimnya tenaga
pengajar dalam suatu lembaga pendidikan juga memberikan celah seorang guru untuk mengajar yang menjadi
tidak
sesuai dengan keahliannya. Sehingga yang
imbasnya adalah siswa sebagai anak didik tidak mendapatkan hasil
pembelajaran yang maksimal. Padahal siswa ini adalah sasaran pendidikan yang dibentuk melalui bimbingan, keteladanan, bantuan, latihan, pengetahuan yang maksimal, kecakapan, keterampilan, nilai, sikap yang baik dari seorang guru. Maka hanya dengan seorang guru profesional hal tersebut dapat terwujud secara utuh, sehingga akan menciptakan kondisi yang menimbulkan kesadaran dan keseriusan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, apa yang disampaikan seorang guru akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Sebaliknya, jika hal di atas tidak terealisasi dengan baik, maka akan berakibat ketidak puasan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Tidak kompetennya seorang guru dalam penyampaian bahan ajar secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil dari pembelajaran. Karena proses pembelajaran tidak hanya dapat tercapai dengan
keberanian,
melainkan faktor utamanya adalah kompetensi yang ada dalam pribadi seorang guru. Keterbatasan pengetahuan guru dalam penyampaian materi baik dalam hal metode ataupun penunjang pokok pembelajaran lainnya akan berpengaruh terhadap pembelajaran.
Melihat wacana di atas, sangat terlihat bahwa profesionalisme guru dapat berpengaruh
terhadap prestasi belajar. Atas dasar wacana yang ada di
lapangan, maka penulis ingin membuktikan apakah persepsi yang ada di kalangan masyarakat mengenai masalah profesionalisme guru
itu benar atau
sebaliknya, dengan melakukan suatu penelitian. Berdasarkan dugaan penulis, pada umumnya kondisi sekolah yang ada masih terdapat guru yang belum profesional. Kompetensi guru
yang ada di
sekolah tersebut belum sepenuhnya memenuhi kriteria sebagaimana yang diinginkan oleh persyaratan guru profesional. Oleh karena itu, pemerintah mengadakan program sertifikasi keguruan dengan mensyaratkan pengajar memiliki kualifikasi pendidikan minimal S1 sesuai dengan bidangnya masingmasing. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan membahasnya dalam bentuk skripsi yang berjudul “PROFESIONALISME GURU DAN HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI
BELAJAR
SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN
AGAMA ISLAM DI SD SIDOREJO LOR 01 SALATIGA” Alasan penulis mengambil judul skripsi ini adalah: Pertama, penulis sangat
tertarik
dengan
pembahasan
yang
berkaitan
dengan
masalah
profesionalisme guru. Karena penulis berpendapat bahwa profesionalisme guru dalam pendidikan sangat berpengaruh terhadap proses kegiatan belajar mengajar. Kedua, penulis berpendapat bahwa kegagalan pendidikan di Indonesia salah satu penyebabnya adalah tingkat profesionalisme guru yang kurang baik. Untuk itu, penulis ingin mengetahui pembenaran asumsi tersebut melalui
penelitian
langsung ke SD Sidorejo lor 01 Salatiga. Ketiga, berawal dari suatu kasus yang ada di wilayah Salatiga yang berkaitan dengan adanya intruksi pemerintah dalam penyetaraan standar kualififikasi tenaga pendidik minimal S1. Penulis melihat, intruksi
tersebut ditanggapi tenaga pendidik hanya sebagai pemenuhan
administratif yang tanpa memperhatikan peningkatan mutu atau tingkat profesionalisme dalam proses belajar mengajar.
Dengan demikian, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian apakah tenaga pengajar SD Sidorejo lor 01 Salatiga termasuk guru yang mementingkan tingkat profesionalitas ataukah tidak. Keempat, adanya tenaga pengajar
yang
mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya akan berdampak terhadap
kualitas
pendidikan.
Penulis
ingin
mengetahui apakah
tenaga
pengajar di SD Sidorejo lor 01 Salatiga mengalami masalah yang sama ataukah tidak. Untuk itu penulis memilih SD Sidorejo lor 01 Salatiga, sebagai tempat untuk menguji apakah ada hubungan yang signifikan antara profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa di SD Sidorejo lor 01 Salatiga. B. Penjelasan Istilah Untuk menghindari salah tafsir dalam memahami judul diatas, maka perlu adanya penjelasan dan pembatasan istilah terlebih dahulu pada judul tersebut. Adapun penegasan dan penjelasan istilahnya sebagai berikut: 1. Pengertian Profesionalisme Istilah profesionalisme berasal dari profession. Dalam Kamus Inggris Indonesia,
“profession”
berarti pekerjaan.12 Mukhtar Luthfi mengartikan
profesi dalam beberapa pengertian yang diantaranya profesi diartikan sebagai pekerjaan yang dilakukan menurut teori, prosedur dan anggapan dasar yang sudah baku secara umum (universal ) sehingga dapat dijadikan pegangan atau pedoman dalam pemberian pelayanan terhadap mereka yang membutuhkan. 13 Adapun mengenai pengertian profesionalisme itu sendiri adalah, kualitas, mutu dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi. 14
2. Pengertian Guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi, peserta didik
12
John M. Echols dan Hassan Shadili, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT.Gramedia, 1996), Cet. Ke-23, h. 449. 13 Nurdin, Syafruddin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum.(Jakarta:Ciputat Press,2003), Cet. Ke-2. h.16. 14 EM Zul Fajri Dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Aneka Ilmu,)h.671.
pada pendidikan anak usia dini pada pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 15
3. Pengertian prestasi Prestasi adalah; hasil baik yang dicapai. 16 Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan presatasi adalah: “Hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya)”. 17 Dan pada penelitian ini yang penulis maksud prestasi belajar adalah nilai yang baik pada Ulangan Harian, Tengah Semester dan nilai Ulangan Akhir Semester (UAS).
4. Pengertian Belajar Adapun
belajar
menurut
pengertian
secara
psikologis,
adalah
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Slameto pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “Belajar
ialah
suatu
proses
usaha
yang
dilakukan individu
untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. 18 Moh. User Usman dan Lilis Setiawati dalam bukunya yang berjudul Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, mengemukakan adalah
bahwa
belajar
“perubahan tingkah laku pada diri individu berkat interaksi antara
individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. 19
15
Undang-Undang Guru Dan Dosen (Jakarta:Sinar Grafika,2006), Cet.Ke-1, h.3 EM Zul Fajri Dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Aneka Ilmu,)h.670. 17 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke- 2, h. 895. 18 Slameto, Proses Belajar-Mengaja Dalam Sisem Kredit Semesterr, (Jakarta: Bumi Aksara,1991), Cet. Ke-1, h.78. 19 Usman, M.User dan Lilis Setiawan Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 1993),Cet. Ke-1, h.4. 16
Berdasarkan uraian tersebut, maka yang penulis maksud profesionalisme guru adalah kemampuan profesional guru dalam proses belajar mengajar pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa. Untuk kemudian dapat ditentukan variabel dan indikator-indikator sebagai berikut:
a. Profesionalisme guru. Profesionalisme guru sebagai variabel independen atau variabel yang dilambangkan dengan (x). dari variabel ini dapat dijabarkan dalam beberapa indikator, diantaranya: 1) Mampu membuat Rencana Program Pembelajaran (RPP). 2) Mampu merumuskan tujuan instruksional pembelajaran. 3) Mampu menjelaskan materi pelajaran dengan baik. 4) Mampu menjawab pertanyaan atau soal dari siswa. 5) Mampu membangkitkan motivasi kepada siswa. 6) Mampu menggunakan metode mengajar yang bervariasi. 7) Mampu menggunakan alat bantu pengajaran. 8) Mampu mengatur dan mengubah suasana kelas. 9) Mampu memberikan teguran bagi siswa. 10) Mampu mengatur murid. 11) Mampu memberi reward dan sanksi pada siswa. 12) Mampu membuat dan mengoreksi soal. 13) Mampu memberikan hasil penilaian (Raport) 14) Mampu mengadakan Remedial. 20 b. Prestasi Belajar Siwa Prestasi Belajar Siwa sebagai variabel independen atau variabel bebas yang dilambangkan dengan (y). dari variabel ini dapat dijabarkan dalam beberapa indikator, diantaranya: 1) Nilai rata-rata dalam ulangan harian adalah 8. 20
Nurdin, Syafruddin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum.(Jakarta:Ciputat Press,2003), Cet. Ke-2. h.156.
2) Nilai rata-rata dalam tes tengah semester adalah 8. 3) Nilai rata-rata dalam Ulangan Akhir Semester melebihi nilai rata-rata kelas.21
C. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah:
1. Bagaimana profesionalisme Guru Agama Islam di SD Sidorejo lor 01 Salatiga? 2. Bagaimana prestasi belajar siswa dalam bidang studi Agama Islam di SD Sidorejo lor 01 Salatiga? 3. Apakah ada korelasi antara profesionalisme guru Agama Islam dengan prestasi belajar siswa di SD Sidorejo lor 01 Salatiga?
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan yang hendak dicapai adalah: a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat profesionalisme guru dalam bidang studi Agama Islam yang ada di SD Sidorejo lor 01 Salatiga. b. Untuk
memperoleh gambaran tentang prestasi belajar
siswa
SD
Sidorejo lor 01 Salatiga dalam bidang studi Agama Islam. c. Untuk mengetahui hubungan antara profesionalisme guru dalam proses pembelajaran dengan prestasi belajar siswa dalam bidang studi Agama Islam.
2. Adapun manfaat yang hendak dicapai dari hasil penelitian ini : a. Penelitian ini berguna untuk kepala sekolah untuk meningkatkan profesionalisme dan kinerjan guru.
21
Cece Wijaya dan Rusyan Tabrani, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1991), Cet.Ke 1, h.152.
b. Penelitian ini juga bermanfaat dalam rangka memperbaiki kegiatan pembelajaran sekolah yang bersangkutan. c. Melalui penelitian ini diharapkan guru mampu meningkatkan kualitas personal dan profesional sebagai pendidik. d. Bagi lembaga (instansi) yang terkait, diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam meningkatkan kaderisasi pendidik baik untuk saat ini maupun untuk yang akan datang. e. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan mendapat informasi baru mengenai pengetahuan tentang profesionalisme yang harus dimiliki seorang guru. Sehingga dengan demikian, dapat memberikan masukan dan pembekalan untuk proses kedepan.
E. Hipotesis Penelitian Untuk
menguji
ada
atau
tidaknya
hubungan
variabel
X
(profesionalisme guru) dengan variabel Y (prestasi belajar siswa), maka penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut: Ha : Terdapat hubungan positif yang signifikan antara profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa di SD Negeri Sidorejo Lor 01. Ho : Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa di SD Negeri Sidorejo Lor 01. Dari hipotesis di atas, penulis memiliki dugaan sementara bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa di SD Negeri Sidorejo Lor 01. Untuk itu, penulis sepakat dengan pernyataan Ha di atas. Adapun untuk kebenarannya, maka akan dibuktikan melalu hasil penelitian yang dilakukan di sekolah yang bersangkutan.
F. Tinjauan Pustaka Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengacu pada teori-teori yang di sampaikan oleh para penulis dalam beberapa buku yang sudah tidak diragukan lagi kompetensi mereka, terutama dalam buku-buku mereka yang bertema pendidikan,
pembelajaran,psikologi, guru, dan masih banyak lagi buku-buku yang penulis jadikan rujukan dalam penulisan skripsi ini. Guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual. 22 Mengenai profesionalisme Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbig peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan . 23 Kemudian dalam buku yang ditulis oleh Yunus Namsa, Syafruddin dan Irwan Nasution berpendapat bahwa ada beberapa alasan rasional dan empirik sehingga tugas mengajar disebut sebagai profesi adalah; (1) bidang tugas guru memerlukan
perencanaan
yang
matang, pelaksanaan
yang
mantap,
pengendalian yang baik. Tugas mengajar dilaksanakan atas dasar sistem; (2) bidang pekerjaan mengajar memerlukan dukungan ilmu teoritis pendidikan dan mengajar; (3) bidang pendidikan ini memerlukan waktu lama dalam masa pendidikan
dan latihan, sejak pendidikan dasar sampai pendidikan tenaga
keguruan. 24 Sedangkan pengertian prestasi belajar sebagaimana yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia
adalah:
“penguasaan
pengetahuan atau
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”. 25
G. Metode Penulisan Skripsi
22
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, h. 47. 23 E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,2008), Cet.Ke-3,h.135 24 M. Yunus Namsa, Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia Wawasan Metodologi Pengajaran Agama Islam, h. 31-32. 25 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 895.
Untuk membantu dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil beberapa metode untuk dijadikan landasan dalam pengumpulan data yang dibutuhkan. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD N Sidorejo Lor 01 Salatiga, Propinsi Jawa Tengah. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April 2009 sampai dengan bulan Desember 2009.
2. Variabel Penelitian Dalam
penelitian
ini
penulis
menguji
profesionalisme
guru
dan
hubungannya dengan prestasi belajar siswa di SD N Sidorejo Lor 01 Salatiga. a. Variabel bebas (independent variable) profesionalisme guru. b. Variabel terikat (dependent variable) adalah prestasi belajar siswa atau hasil belajar (nilai raport) mata pelajaran Agama Islam.
3. Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa/siswi SD N SIdorejo Lor 01 Salatiga kelas V, tahun pelajaran 2009-2010 yang berjumlah 110 orang. Adapun sampelnya diambil secara acak (Random Sampling). Melalui penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 40% dari populasi yaitu 40 orang, dengan 20 orang laki-laki dan 20 orang perempuan.
4. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa instrumen penelitian antara lain: a. Angket (kuesioner) Angket
ini diberikan kepada
kepala sekolah untuk memperoleh
informasi mengenai kemampuan profesional yang dimiliki oleh guru dalam proses belajar mengajar.
Angket dibuat dengan model likert yang mempunyai tiga kemungkinan jawaban yang
berjumlah genap
ini dimaksud untuk menghindari
kecenderungan responden bersikap ragu-ragu dan tidak mempunyai jawaban yang jelas. Penyusunan angket kompetensi guru mengacu kepada aspek-aspek kemampuan guru (kompetensi profesionalisme guru) yang terdiri dari 40 item dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 1 Tabel Kompetensi Profesional Guru Nomor Angket
Indikator Sub
Variabel
Variabel
Kompetensi
Positif (+)
Negatif (-)
a. Kemampuan
Profesional
Merencanakan
Guru Agama Islam
Program
Belajar
1,2,3
Mengajar b. Menguasai
bahan
Pelajaran c. Melaksanakan atau mengelola Proses
Belajar
Mengajar d. Menilai
4,5,6,7,8,9,10
11
13,14,15,16,17, 18,19,20,21,22,
12
23,24,25,26,27
Proses 28,29,30,31,32,3
Belajar Mengajar
3,34,35,36,37,38 ,39,40.
1) Observasi Sebagai pengamatan
metode dan
ilmiah,
observasi
pencatatan
sistematik
biasa
diartikan
fenomena-fenomena
dengan yang
diselidiki. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang kondisi
sekolah atau deskripsi lokasi penelitian yang dilaksanakan di SD N SIdorejo Lor 01 Salatiga.
2) Wawancara Wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk memperoleh data yang
lebih
mendalam
dan
untuk
mengkomparasikan
data
yang
diperoleh melalui angket. Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah. 3) Studi Dokumentasi Peneliti mencari data tentang prestasi belajar siswa, yaitu nilai raport pada mata pelajaran Agama Islam semester ganjil tahun 2009-2010. 4) Teknik Analisis Data Teknik analisis
data
merupakan cara
yang digunakan untuk
menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami bukan oleh orang yang mengumpulkan data saja, tapi juga oleh orang lain. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut: a) Editing Dalam pengolahan data yang pertama kali harus dilakukan adalah editing. Ini berarti bahwa semua angket harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan dan kebenaran pengisian angket
sehingga
terhindar dari kekeliruan dan kesalahan.
b) Scoring Setelah melalui tahapan editing,
maka selanjutnya penulis
memberikan skor terhadap pertanyaan yang ada pada angket. Adapun pemberian skor untuk tiap-tiap jawaban adalah: Tabel 2 Skor Jawaban Angket Guru Agama Islam Profesional
Positif (+) Jawaban
Negatif (-) Skor
Jawaban
Skor
Mampu
80-100
Mampu
40-60
Kurang Mampu
60-80
Kurang Mampu
60-80
Tidak Mampu
40-60
Tidak Mampu
80-100
Kemudian hasil seluruh jawaban siswa dengan melihat rata-rata jumlah skor, dengan klasifikasi sebagai berikut: Tabel 3 Klasifikasi Skor Angket Guru Profesional Klasifikasi
Keterangan Jumlah Skor Jawaban
40-60
Rendah
60-80
Sedang
80-100
Tinggi
c) Pengujian Hipotesis Selanjutnya adalah penghitungan terhadap hasil skor yang telah ada. Karena penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada korelasi antara profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa, maka yang dipakai adalah rumus .r. product moment. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
dengan mencocokkan perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” product moment.
Selanjutnya untuk menentukan data penelitian ini signifikan atau tidak, interpretasi juga menggunakan tabel nilai “r” (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of freedom (df) yang rumusnya adalah:
df = N - nr df
: degrees of freedom
N
: Number of Cases
Nr
: Banyaknya variabel (Profesionalisme guru Fiqih dan Prestasi belajar Siswa).
Rumus selanjutnya adalah untuk mencari kontribusi variabel X terhadap variabel Y dengan menggunakan rumus sebagai berikut: KD = r2 x 100 %
KD : Koefision Determination (kontribusi variabel X terhadap variabel Y). r
: Koefisien korelasi antara variabel X dan Y.
H. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab. Setiap bab dirinci ke dalam beberapa sub bab sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, penjelasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis penelitian, tijauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II
Berisi pembahasan tentang landasan teori profesionalisme guru dan prestasi belajar,
yang
profesionalisme guru,
di perlunya
dalamnya guru
memuat
pengertian
profesional,
aspek-aspek
kompetensi guru profesional, kriteria guru sebagai profesi, kriteria guru profesional dan indikator guru yang profesional. Kemudian pengertian
prestasi belajar, jenis-jenis prestasi bealajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, indikator prestasi belajar, hubungan profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa.
BAB III
Dalam bab ini diuraikan beberapa hal yang diantaranya adalah gambaran umum obyek penelitian berisi; keadaan geografis SD Sidorejo Lor 01 Salatiga, identitas sekolah, visi misi sekolah, daftar guru dan tenaga kependidikan keadaan siswa, sarana dan prasarana dan beberapa catatan tentang prestasi yang pernah dicapai oleh siswa siswi SD Sidorejo lor 01 Salatiga.
BAB IV
Dalam menganalisis data yang ada penulis menggunakan rumus product moment.
BAB V
Mengakhiri penulisan skripsi pada bab lima akan diuraikan mengenai kesimpulan akhir dari hasil penelitian,saran-saran dan kata penutup. Bagian akhir dari skripsi ini terdiri dari daftar pustaka dan daftar riwayat hidup penulis.
BAB II LANDASAN TEORI
B. Profesionalisme Guru 1. Pengertian Profesionalisme Guru Istilah profesionalisme berasal dari profession. Dalam Kamus Inggris
Indonesia,
“profession”
berarti
pekerjaan. 26
Mukhtar Luthfi
mengartikan profesi dalam beberapa pengertian yang diantaranya profesi diartikan sebagai pekerjaan yang dilakukan menurut teori, prosedur dan anggapan dasar yang sudah baku secara umum (universal ) sehingga dapat dijadikan pegangan atau pedoman dalam pemberian pelayanan terhadap mereka yang membutuhkan.27 Didi Atmadilaga secara bebas menafsirkan makna profesi yang dikemukakan dalam Encyclopedia of Social Sciences bahwa profesi merupakan wewenang praktek suatu kejuruan yang bersifat pelayanan secara intelektual spesifik yang sangat tinggi, yang didukung oleh penguasaan pengetahuan keahlian serta seperangkat sikap dan keterampilan teknik, yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus, yang penyelenggaraannya dilimpahkan kepada lembaga pendidikan tinggi yang bersama memberikan izin praktek atau penolakan praktek dan kelayakan praktek dilindungi oleh peraturan perundang undangan yang berlaku, baik yang diawasi langsung oleh pemerintah maupun asosiasi profesi yang bersangkutan. 28 Selanjutnya pengertian profesional yang tercantum dalam buku Undang-Undang Guru Dan Dosen pada bab I ketentuan umum pasal 4 berbunyi bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
26
John M. Echols dan Hassan Shadili, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT.Gramedia, 1996), Cet. Ke-23, h. 449. 27 Nurdin, Syafruddin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum.(Jakarta:Ciputat Press,2003), Cet. Ke-2. h.16. 28 Djam‟an dkk Profesi Keguruan. h.1.5
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. 29
Jasin
Muhammad
yang
dikutip oleh Yunus Namsa, beliu menjelaskan bahwa profesi adalah “suatu lapangan pekerjaan yang dalam melakukan tugasnya memerlukan teknik dan prosedur ilmiah, memiliki dedikasi serta cara menyikapi lapangan pekerjaan yng berorientasi pada pelayanan yang ahli”. Pengertian profesi ini tersirat makna bahwa di dalam suatu pekerjaan profesional diperlukan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual yang mengacu pada pelayanan yang ahli. 30 Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi
adalah
suatu
pekerjaan
atau
keahlian
yang
mensyaratkan
kompetensi intelektualitas, sikap dan keterampilan tertentu yang diperolah melalui proses pendidikan secara akademis. Selanjutnya Robert B. Howsam et al (1996), menulis bahwa guru harus dilihat sebagai profesi yang baru muncul, dan karena itu mempunyai status yang lebih tinggi dari jabatan semiprofessional, malahan mendekati status jabatan profesi penuh. 31 Adapun mengenai kata “Profesional”, Uzer Usman memberikan suatu kesimpulan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. Kata “profesional” itu sendiri berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Dengan bertitik tolak pada pengertian ini, maka pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan
29
Undang-Undang Guru Dan Dosen (Jakarta:Sinar Grafika,2006), Cet.Ke-1, h.3. M.Yunus Namsa, Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia Wawasan Metodologi Pengajaran Agama Islam, h. 29. 31 Soetjipto dan Rafis Kosasi, Profesi Keguruan (Jakarta:PT.Rineka Cipta,1999), Cet.Ke-1 h.25. 30
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal. 32 E. Mulyasa mengungkapkan bahwa guru yang memiliki kompetensi profesional harus mampu memilah dan memilih serta mengelompokkan materi pembelajaran yang akan disampaikannya kepada peserta didik sesuai dengan jenisnya. 33 Adapun mengenai pengertian profesionalisme itu sendiri adalah, kualitas, mutu dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi. 34 Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang Sementara
itu,
guru
yang menjadi
yang profesional
adalah
mata pencaharian.
guru
yang memiliki
kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Dengan kata lain, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. 35 Sedangkan Oemar Hamalik mengemukakan bahwa
guru profesional merupakan orang yang telah menempuh program
pendidikan guru dan memiliki tingkat master serta telah mendapat ijazah negara dan telah berpengalaman dalam mengajar pada kelas-kelas besar.36 Guru adalah setiap orang yang bertugas dan berwenang dalam dunia pendidikan dan pengajaran pada lembaga pendidikan formal. 37 32
M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, h. 14-15. E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,2008), Cet.Ke-3,h.141. 34 EM Zul Fajri Dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Aneka Ilmu,)h.671. 35 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, h. 46-47. 36 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke-3, h. 27. 37 Indra Fachrudi Soekarto dan Tahalele, Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik,(Jakarta:Yudhistira,1995), Cet.Ke-4, h.47. 33
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, profesi adalah suatu jabatan, profesional adalah kemampuan atau keahlian dalam memegang suatu jabatan tertentu, sedangkan profesionalisme adalah jiwa dari suatu profesi dan profesional. Dengan demikian, profesionalisme guru dalam penelitian ini adalah profesionalisme guru
dalam bidang studi Agama Islam, yaitu
seorang guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang studi Agama Islam serta telah berpengalaman dalam mengajar Agama Islam sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru Agama Islam dengan kemampuan yang maksimal serta memiliki kompetensi sesuai dengan kriteria guru profesional, dan profesinya itu telah menjadi sumber mata pencaharian.
2. Perlunya Guru Profesional Dalam pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pemimpin yang dapat menciptakan iklim belajar yang menarik, memberi rasa aman, nyaman dan kondusif dalam kelas. Keberadaannya di tengah-tengah siswa dapat mencairkan suasana kebekuan, kekakuan, dan kejenuhan belajar yang terasa berat diterima oleh para siswa. Kondisi seperti itu tentunya memerlukan keterampilan dari seorang guru, dan tidak semua mampu melakukannya. Menyadari hal itu, maka penulis menganggap bahwa keberadaan guru profesional sangat diperlukan. Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menjadi profesional, mereka harus mampu menemukan jati diri dan mengaktualkan diri. Pemberian prioritas yang sangat rendah pada pembangunan pendidikan selama beberapa puluh tahun berdampak buruk
yang
sangat
terakhir
telah
luas bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara. 38 Mengomentari mengenai adanya keterpurukan dalam pendidikan saat ini, penulis sangat menganggap penting akan perlunya keberadaan guru 38
h. 9.
Asrorun Ni‟am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru, (Jakarta: Elsas,2006), Cet. Ke- 1,
profesioanal. Untuk itu, guru diharapkan tidak hanya sebatas menjalankan profesinya, tetapi guru harus memiliki keterpanggilan untuk melaksanakan tugasnya dengan melakukan perbaikan kualitas pelayanan terhadap anak didik baik dari segi intelektual maupun kompetensi lainnya yang akan menunjang perbaikan
dalam
pelaksanaan
kegiatan
belajar mengajar serta mampu
mendatangkan prestasi belajar yang baik. Menyadari akan peran guru dalam pendidikan, Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru mengemukakan bahwa guru dalam pendidikan modern seperti sekarang bukan hanya sekedar pengajar melainkan harus menjadi direktur belajar. Artinya,
setiap
guru
diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai
keberhasilan
belajar
(kinerja akademik)
sebagaimana
telah
ditetapkan dalam sasaran kegiatan pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai konsekuensinya tugas dan tanggung jawabnya menjadi lebih kompleks. Perluasan
tugas
dan tanggung jawab tersebut membawa konsekuensi
timbulnya fungsi-fungsi khusus
yang menjadi
kompetensi
profesionalisme keguruan
Menanggapi
kondisi
yang
bagian
integral
disandang
para
dalam guru.
tersebut, Muhibbin Syah mengutip pendapat Gagne
bahwa setiap guru berfungsi sebagai: a.
Designer of intruction (perancang pengajaran)
b.
Manager of intruction (pengelola pengajaran)
c.
Evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa).39 Dalam sebuah situs yang membahas mengenai profesionalisme
dunia
pendidikan,
melaksanakan melakukannya,
Suciptoardi
tugas artinya
memaparkan
kependidikan hanya
yang
mereka
bahwa
tidak yang
guru
diharapkan
semua
orang
dapat
memang
khusus
telah
bersekolah untuk menjadi guru, yang dapat menjadi guru profesional. Tidak dapat dinaifkan bahwa memang tidak mudah merumuskan dan menggambarkan profil seorang guru profesional. Suciptoardi menegaskan 39
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 1995), Cet. Ke-1, h.252.
bahwa
guru
itu
adalah
sebuah
profesi.
Sebagai
profesi,
memang
diperlukan berbagai syarat, dan syarat itu tidak sebegitu sukar dipahami, dan dipenuhi, kalau saja setiap orang guru memahami dengan benar apa yang harus dilakukan, mengapa ia harus melakukannya dan menyadari bagaimama ia dapat melakukannya dengan sebaik-baiknya, kemudian
ia melakukannya
sesuai dengan pertimbangan yang terbaik. Dengan berbuat demikian, ia telah berada di dalam arus proses untuk menjadi seorang profesional, yang menjadi semakin profesional. 40 Menanggapi
kembali
mengenai
perlunya
seorang
guru
yang
profesional, penulis berpendapat bahwa guru profesional dalam suatu lembaga pendidikan diharapkan akan memberikan perbaikan kualitas pendidikan yang akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dengan perbaikan kualitas pendidikan dan peningkatan prestasi belajar, maka diharapkan tujuan pendidikan nasional akan terwujud dengan baik. Dengan demikian, keberadaan guru profesional selain untuk mempengaruhi proses belajar mengajar, guru profesional juga diharapkan mampu memberikan mutu pendidikan
yang
baik
sehingga
mampu menghasilkan
siswa
yang
berprestasi. Untuk mewujudkan itu, perlu dipersiapkan sedini mungkin melalui lembaga atau sistem pendidikan guru yang memang juga bersifat profesional dan memeliki kualitas pendidikan dan cara pandang yang maju.
3. Aspek-Aspek Kompetensi Guru Profesional Dalam pembahasan profesionalisme guru ini, selain membahas mengenai pengertian profesionalisme guru,
terlebih dahulu penulis akan
menjelaskan mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional. Karena seorang guru yang profesional tentunya harus memiliki kompetensi profesional. Dalam buku yang ditulis oleh Djam‟an Satori yang berjudul profesi keguruan, dijelaskan bahwa kompetensi yang harus dimiliki seorang guru itu mencakup lima aspek sebagai berikut: 40
http://Suciptoardi.wordpress.com/2009/12/29/profesionalisme-dunia-pendidikan-oleh Winarno-Surakhmad/2009/12/12/
a. Kompetensi Kepribadian Guru. Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan prilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam prilaku sehari-hari. 41 Menurut Sanusi (1991) yang diungkapkan oleh Djam‟an Satori dalam bukunya yang berjudul profesi keguruan,
Kemampuan pribadi guru
mencakup hal-hal sebagai berikut: 1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsurunsurnya. 2) Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang guru. 3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya. 42 b. Kompetensi Sosial Guru. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.43 Jenis jenis kompetensi sosial yang harus dimiliki guru menurut Cece Wijaya ( 1994 ) adalah: 1) Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik. 2) Bersikap simpatik. 3) Dapat bekerjasama dengan dewan pendidikan/komite sekolah. 4) Pandai bergaul dengan kawan sekerja atau mitra pendidikan.
41 42
43
Djam‟an dkk Profesi Keguruan. h.2.5 Djam‟an dkk Profesi Keguruan. h.2.7
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,2008), Cet.Ke-3,h.173
5) Memahami dunia sekitarnya ( Masyarakat )44 c. Kompetensi Profesioanal Guru. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbig peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan .45 d. Penguasaan Materi Dan Kemampuan Mengajar. Salah satu komponen kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagai seorang professional adalah menuasai bahan pelajaran serta konsep-konsep dasar keilmuannya ( Depdikbud 1980 ) Menurut Johnson (1980 ) penguasaan materi terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang akan diajarkannya itu. Dengan demikian untuk menguasai materi pelajaran diperlukan penguasaan materinya itu sendiri.. 46 e. Keputusan Situasional dan Transaksional Perbuatan profesional kependidikan dikatakan bersifat transaksional dalam arti tergantung pada pihak-pihak dan kondisi yang terlibat secara aktual di dalam suatu peristiwa kependidikan. Keputusan yang diambil guru untuk menyesuaikan
dengan
kondisi
kelas
tersebut
disebut
keputusan
transaksional. Keputusan situasional berkaitan dengan pembuatan keputusan yang dibuat oleh guru sebelum pelajaran dimulai sedangkan keputusan transaksional lebih menekankan pada tindakan selama pelajaran berlangsung yang merupakan penyesuaian situasi selama PBM berlangsung. 47
44
Djam‟an dkk Profesi Keguruan, h.2.17-2.19 E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,2008), Cet.Ke-3,h.135 46 Djam‟an dkk Profesi Keguruan, h.2.40. 47 Djam‟an dkk Profesi Keguruan, h.2.57. 45
Alisuf Sabri dalam jurnal Mimbar Agama dan Budaya mengutip pernyataan Mitzel yang mengemukakan bahwa seorang guru dikatakan efektif dalam mengajar apabila ia memiliki potensi atau kemampuan untuk mendatangkan hasil belajar pada murid-muridnya. Untuk mengatur efektif tidaknya seorang guru, Mitzel menganjurkan cara penilaian dengan 3 kriteria, yaitu: presage, process dan product. Dengan demikian seorang guru dapat dikatakan sebagai guru yang effektif apabila ia dari segi: presage, ia memiliki “personality attributes” dan “teacher knowledge” yang diperlukan bagi pelaksanaan kegiatan mengajar yang mampu mendatangkan hasil belajar kepada murid. Dari segi process, ia mampu menjalankan (mengelola dan melaksanakan) kegiatan belajar-mengajar yang dapat mendatangkan hasil belajar kepada murid. Dari segi product ia dapat mendatangkan hasil belajar yang dikehendaki oleh masing-masing muridnya. Dengan penjelasan di atas berarti latar belakang pendidikan atau ijazah sekolah guru yang dijadikan standar unsur presage, sedangkan ijazah selain pendidikan guru berarti nilainya di bawah standar. Berdasarkan pemahaman dari uraian-uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa mutu guru dapat diramalkan dengan tiga kriteria yaitu: presage, process dan product yang unsur-unsurnya sebagai berikut: 1. Kriteria presage (tanda-tanda kemampuan profesi keguruan) yang terdiri dari unsur sebagai berikut: a. Latar belakang pre-service dan in-service guru. b. Pengalaman mengajar guru. c. Penguasaan pengetahuan keguruan. d. Pengabdian guru dalam mengajar. 2. Kriteria process (kemampuan guru dalam mengelola dan melaksanakan proses belajar mengajar) terdiri dari: a. Kemampuan
guru
dalam
merumuskan
Rancangan
Proses
Pembelajaran (RPP). b. Kemampuan guru dalam melaksanakan (praktik) mengajar di dalam kelas.
c. Kemampuan guru dalam mengelola kelas. 3. Kriteria product (hasil belajar yang dicapai murid-murid) yang terdiri dari hasil-hasil belajar murid dari bidang studi yang diajarkan oleh guru tersebut. Dalam prakteknya meramalkan mutu seorang guru di sekolah tentunya harus didasarkan kepada effektifitas mengajar guru tersebut sesuai dengan tuntutan
kurikulum
sekarang
yang
berlaku, dimana
guru
dituntut
kemampuannya untuk merumuskan dan mengintegrasikan tujuan, bahan, metode, media dan evaluasi pengajaran secara tepat dalam mendisain dan mengelola proses belajar mengajar, disamping itu guru juga harus mampu melaksanakan atau membimbing terjadinya kualitas proses belajar yang akan dialami oleh murid-muridnya. 48 Ahmad Sabri dalam buku
yang ditulis oleh Yunus Namsa
mengemukakan pula bahwa untuk mampu melaksanakan tugas mengajar dengan
baik,
guru
harus
memiliki
kemampuan
profesional,
yaitu
terpenuhinya 10 kompetensi guru, yang meliputi: 1. Menguasai bahan meliputi: a. Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah; b. Menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi; 2. Mengelola program belajar mengajar, meliputi : a. Merumuskan tujuan intsruksional; b. Mengenal dan dapat menggunakan prosedur instruksional yang tepat; c. Melaksanakan program belajar mengajar; d. Mengenal kemampuan anak didik; 3. Mengelola kelas, meliputi: a. Mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran; b. Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi; 4. Menggunakan media atau sumber, meliputi: 48
Alisuf Sabri, Mimbar Agama dan Budaya, (Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN, 1992, Cet. Ke-1, h. 16-18.
a. Mengenal, memilih dan menggunakan media; b. Membuat alat bantu pelajaran yang sederhana; c. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar; d. Menggunakan micro teaching untuk unit program pengenalan lapangan; 5. Menguasai landasan-landasan pendidikan. 6. Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar. 7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran. 8. Mengenal fungsi layanan dan program bimbingan dan penyuluhan: a. Mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan penyuluhan; b. Menyelenggarakan layanan bimbingan dan penyuluhan; 9. Mengenal dan menyelengarakan administrasi sekolah; 10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.49 Dalam lokakarya kurikulum pendidikan guru yang diselenggarakan oleh Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G), telah dirumuskan sejumlah kemampuan dasar seorang calon guru lulusan sistem multistrata sebagai berikut: 1. Menguasai
bahan
yakni
menguasai
bahan
bidang
studi
dalam
kurikulum-kurikulum sekolah, menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi. 2. Mengelola
program
belajar
mengajar
yakni
merumuskan
tujuan
instruksional, mengenal dan bisa memakai metode mengajar, memilih materi dan prosedur instruksional yang tepat, melaksanakan program belajar dan mengajar, mengenal kemampuan anak didik,, menyesuaikan rencana
dengan
situasi
kelas,
melaksanakan
dan merencanakan
pengajaran remedial, serta mengevaluasi hasil belajar. 3. Mengelola kelas yakni mengatur tata ruang kelas dalam rangka CBSA, dan menciptakan iklim belajar yang efektif. 49
M. Yunus Namsa, Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia Wawasan Metodologi Pengajaran Agama Islam, h. 37-38.
4. Menggunakan media yakni memilih dan menggunakan media, mebuat alatalat
bantu
laboratorium,
pelajaran
sederhana,
mengembangkan
menggunakan
laboratorium,
serta
dan
mengelola
menggunakan
perpustakaan dalam proses belajar mengajar. 5. Menguasai landasan-landasan kependidikan. 6. Merencanakan program pengajaran. 7. Mengelola interaksi belajar mengajar. 8. Menguasai macam-macam metode mengajar. 9. Menilai kemampuan prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. 10. Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah. 11. Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah. 12. Mampu memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan yang sederhana guna kemajuan pengajaran. 50 Kemudian dalam PP No. 19 Tahun. 2005 (Pasal 28) menegaskan mengenai Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagai berikut: 1. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memilki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 2. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 3. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: a. Kompetensi pedagogik; b. Kompetensi kepribadian; c. Kompetensi profesional; dan d. Kompetensi sosial.
50
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi, h. 44-45.
4. Seseorang
yang
tidak
memiliki
ijazah
dan/sertifikat
keahlian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat dianggap menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan. 5. Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4) dikembangkan oleh BNSP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. 51 Dalam PERMENDIKNAS RI No. 16 Tahun. 2007 (Pasal 1 dan 2) mengenai Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru
dijelaskan
pula
akademik
dan
bahwa: Pasal 1 a. Setiap
guru
wajib
memenuhi
standar
kualifikasi
kompetensi guru yang berlaku secara nasional. b. Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini. Pasal 2 Ketentuan mengenai guru dalam jabatan yang belum memenuhi kualifikasi akademik diploma (D-IV) atau Sarjana (S1) akan diatur dengan Peraturan Menteri tersendiri. 52 Dari penjelasan yang telah dikemukakan di atas mengenai aspek-aspek kompetensi guru profesional, untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian, maka indikator yang akan diteliti dalam skripsi ini akan merujuk kepada pendapat yang ditulis oleh Nana Sudjana dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Menurut Nana Sudjana, untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar, maka kemampuan guru atau kompetensi guru yang banyak hubungannya dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dapat diguguskan ke dalam empat kemampuan yakni: 51
http://www.unissula.ac.id/v1/download/Peraturan/PP_19_2005_STANDAR_N AS_PENDDKN.PDF/2009/01/09/ 52 http://www.setjen.depdiknas.go.id/prodhukum/dokumen/5212007134511Perm en_16_2007.pdf./2009/12/04/.
a. Merencanakan program belajar mengajar. Sebelum membuat perencanaan belajar mengajar, guru terlebih dahulu harus mengetahui arti dan tujuan perencanaan tersebut, dan menguasai secara
teoritis
perencanaan
dan
praktis
unsur-unsur
yang
terdapat
belajar mengajar. Kemampuan merencanakan
dalam program
belajar mengajar merupakan muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar, dan pemahaman yang mendalam tentang objek belajar
dan
situasi
perencanaan/program
pengajaran.
belajar
Makna
mengajar
atau
tidak
lain
arti
dari
adalah
suatu
proyeksi/perkiraan guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pengajaran itu berlangsung. Dalam kegiatan tersebut secara terinci harus jelas ke mana siswa akan dibawa (tujuan), apa yang harus siswa pelajari (isi bahan pelajaran), bagaimana cara siswa mempelajarinya (metode dan teknik) dan bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapainya (penilaian).53 b. Menguasai bahan pelajaran. Kemampuan menguasai bahan pelajaran sebagai bahan integral dari proses belajar mengajar, jangan dianggap pelengkap bagi profesi guru. Guru yang bertaraf profesional penuh mutlak harus menguasai bahan yang diajarkannya. pengaruh
Penguasaan
terhadap
hasil
bahan belajar
pelajaran siswa.
akan
ternyata memberikan
Nana
Sudjana mengutip
pendapat yang dikemukakan oleh Hilda Taba yang menyatakan bahwa keefektifan pengajaran dipengaruhi oleh (a) karakteristik guru dan siswa, (b) bahan pelajaran, dan (c) aspek lain yang
berkenaan dengan sistuasi
pelajaran. Jadi terdapat hubungan yang positif antara penguasaan bahan pelajaran oleh guru dengan hasil belajar
yang
dicapai
oleh
siswa.
Artinya, makin tinggi penguasaan bahan pelajaran oleh guru makin tinggi pula hasil belajar yang dicapai siswa. c. Melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar. 53
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1998), Cet. Ke-4, h. 19-20.
Melaksanakan atau mengelola program belajar mengajar merupakan tahap pelaksanaan program yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang
telah disusun dalam perencanaan. Guru harus
dapat
mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan mengajar dihentikan, ataukah diubah metodenya, apakah mengulang kembali pelajaran yang lalu, manakala para siswa belum dapat mencapai tujuan pengajaran. Pada tahap ini di samping pengetahuan teori tentang belajar mengajar, tentang pelajar, diperlukan pula kemahiran keterampilan
teknik
dan
mengajar. Misalnya prinsip-prinsip mengajar,
penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan
metode
mengajar,
keterampilan menilai hasil belajar siswa, keterampilan memilih dan menggunakan strategi atau pendekatan mengajar. d. Menilai kemajuan proses belajar mengajar. Setiap guru harus dapat melakukan penilaian tentang kemajuan yang dicapai para siswa, baik secara iluminatif-observatif maupun secara struktural-objektif.
Penilaian
secara
dengan pengamatan yang terus
iluminatif-observatif
dilakukan
menerus tentang perubahan dan
kemajuan yang dicapai siswa. Sedangkan penilaian secara strukturalobjektif berhubungan dengan pemberian skor, angka atau nilai yang biasa dilakukan dalam rangka penilaian hasil belajar siswa.54
4. Aspek Guru Islam Profesional Kamal
Muhammad
„Isa
mengemukakan
bahwa
seorang
guru
dituntut harus memilki berbagai sifat dan sikap yang antara lain sebagai berikut: a. Seorang guru haruslah manusia pilihan. Siap memikul amanah dan menunaikan tanggung jawab dalam pendidikan generasi muda.
54
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, h. 20-22.
b. Seorang guru hendaklah mampu mempersiapkan dirinya sesempurna mungkin. Agar bisa berperan sebagai pendidik sekaligus sebagai da‟i yang selalu menyeru ke jalan Allah. Oleh sebab itu, kebutuhan hidup guru, haruslah dapat dipenuhi oleh pihak penguasa. Agar dalam ketenangan hidupnya, mereka bisa melaksanakan tugasnya dengan penuh rasa cinta dan ikhlas. c. Seorang guru
juga hendaknya tidak pernah
tamak dan bathil dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari. Sehingga seorang guru semata-mata hanya mengharapkan ganjaran dan pahala dari Allah swt. Sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Hud as dalam Q.S. Huud ayat 51: “Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah kamu memikirkan-Nya?”. (Q.S. Huud (11): 51)
d. Seorang guru haruslah dapat meyakini Islam sebagai konsep Ilahi dimana dia hidup dengan konsep itu, dan mampu mengamalkannya. e. Seorang guru harus memilki sikap yang terpuji, berhati lembut, berjiwa mulia, ruhya suci, niatnya ikhlas, taqwanya hanya pada Allah, ilmunya banyak dan pandai menyampaikan berbagai buah pikirannya sehingga penjelasannya mudah ditangkap dengan atau tanpa alat peraga. f. Penampilan seorang guru hendaknya selalu sopan dan rapi. g. Seorang guru seyogyanya juga mampu menjadi pemimpin yang shalih. h. Seruan dan anjuran seorang guru hendaknya tercermin pula dalam sikap keluarga atau para sahabatnya. i.
Seorang guru harus menyukai dan mencintai muridnya. Tidak boleh angkuh dan tidak boleh menjauh, sebaliknya ia harus mendekati anak didiknya. 55
55
Kamal Muhammad „isa, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Fikahati Anesta, 1994), Cet. Ke-1, h. 64-67.
5. Kriteria Guru Sebagai Profesi Menurut Glen Langford dalam buku ditulis oleh Martinis Yamin menjelaskan, kriteria profesi mencakup: (1) upah, (2) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (3) memiliki rasa tanggung jawab dan tujuan, (4) mengutamakan layanan, (5) memiliki kesatuan, (6) mendapat pengakuan dari orang lain atas pekerjaan yang digelutinya. 56 Kemudian E. Mulyasa dalam bukunya yang berjudul Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru memberikan prasarat bagi guru profesional sebagai berikut: a. Standar mental: guru harus memiliki mental yang sehat, mencintai, mengabdi, dan memiliki dedikasi yang tinggi pada tugas dan jabatannya. b. Standar moral: guru harus memiliki budi pekerti luhur dan sikap moral yang tinggi. c. Standar sosial: guru harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan bergaul dengan masyarakat lingkungannya. d. Standar spiritual: guru harus beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, yang diwujudkan dalam ibadah dalam kehidupan sehari-hari. e. Standar intelektual: guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai agar dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan profesional. f. Standar fisik: guru harus sehat jasmani, berbadan sehat, dan tidak memiliki penyakit
menular
yang
membahayakan
diri,
peserta
didik,
dan
lingkungannya. g. Standar psikis: guru harus sehat rohani, artinya tidak mengalami gangguan jiwa ataupun kelainan yang dapat mengganggu pelaksanaan tugas profesionalnya. 57 Soetjipto
dan
Raflis
Kosasi
dalam
bukunya
Profesi
Keguruan
mengemukakan, Khusus untuk jabatan guru, sebenarnya sudah ada yang mencoba
56
menyusun kriteria profesi keguruan.
Misalnya National
Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, h. 14. E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,2008), Cet.Ke-3,h.28. 57
Education Association (NEA) 1998 dengan mensyaratkan kriteria sebagai berikut: 1) Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual. 2) Jabatan yang menggeluti satu batang tubuh ilmu yang khusus. 3) Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama. 4) Jabatan
yang
memerlukan
latihan
dalam
jabatan
yang
berkesinambungan. 5) Jabatan yang menjanjikan karier hidup
dan keanggotaan yang
permanen. 6) Jabatan yang menentukan buku (standarnya) sendiri. 7) Jabatan yang mempunya organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.58 Dalam buku yang dikutip Yunus Namsa, Sanusi mengutarakan ciriciri utama suatu profesi sebagai berikut : a. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan (crusial). b. Jabatan yang menuntut keterampilan/keahlian tertentu. c. Keterampilan/keahlian
yang
dituntut
jabatan
itu
didapat
melalui
pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah. d. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik, eksplisit, yang bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum. e. Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama. f. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional itu sendiri. g. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi itu berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.
58
h. 18
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004 ), Cet. Ke-2,
h. Tiap
anggota
profesi
mempunyai
kebebasan
dalam
memberikan
judgement terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya. i.
Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom dan bebas dari campur tangan orang luar.
j.
Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat dan oleh karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula. Kemudian
dalam
buku
yang
ditulis
oleh
Yunus
Namsa,
Syafaruddin dan Irwan Nasution berpendapat bahwa ada beberapa alasan rasional dan empirik sehingga tugas mengajar disebut sebagai profesi adalah; (1) bidang tugas guru memerlukan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang mantap, pengendalian yang baik. Tugas mengajar dilaksanakan atas dasar sistem; (2) bidang pekerjaan mengajar memerlukan dukungan ilmu teoritis pendidikan dan mengajar; (3) bidang pendidikan ini memerlukan
waktu
lama
dalam
masa
pendidikan
dan latihan, sejak
pendidikan dasar sampai pendidikan tenaga keguruan. 59
6. Kriteria Guru Profesional Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang dibayangkan
sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan
menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat dikategori sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru yang profesional, mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya. Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, guru profesional harus memiliki persyaratan, yang meliputi; a. Memiliki bakat sebagai guru. b. Memiliki keahlian sebagai guru. c. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi. d. Memiliki mental yang sehat. 59
M. Yunus Namsa, Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia Wawasan Metodologi Pengajaran Agama Islam, h. 31-32.
e. Berbadan sehat. f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. g. Guru adalah manusia berjiwa pancasila. h. Guru adalah seorang warga negara yang baik. 60 Kunandar
mengemukakan
bahwa
suatu
pekerjaan
profesional
memerlukan persyaratan khusus, yakni (1) menuntut adanya keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam; (2) menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya; (3) menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai; (4) adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya; (5) memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan. Menurut Surya dalam buku yang ditulis oleh Kunandar, guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun dalam metode. Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual. 61
7. Indikator Guru Profesional Dalam penelitian ini, setelah penulis mengemukakan teori mengenai profesionalisme guru, maka selanjutnya untuk lebih memudahkan proses penelitian, dibawah ini penulis mencantumkan indikator guru profesional yang akan diteliti dalam skripsi ini, adalah sebagai berikut:
Tabel 4 Indikator Guru Profesional 60
Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, h. 5-7. Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, h. 47. 61
No
Kompetensi
Konsep
Sub Kompetensi
1.
Kompetensi
Merupakan
Profesional
Kondisi,arah,
merencanakan
Rencana Program
nilai,tujuan
Program
Pembelajaran
dan kualitas
Belajar
suatu keahlian
Mengajar
1.1 Kemampuan
dan
Indikator a. Mampu Membuat
b. Kemampuan Guru Dalam Merumuskan tujuan Pembelajaran
kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran
1.2 Menguasai
a) Mampu menjelaskan
yang
Bahan
materi pelajaran
berkaitan
Pelajaran
dengan baik
dengan
b) Mampu menjawab
pekerjaan
pertanyaan atau soal
seseorang
dari siswa
yang menjadi mata
1.3 Melaksanakan/
a. Mampu
pencaharian.
Mengelola
membangkitkan
Guru
Proses Belajar
motivasi kepada
Profesional
Mengajar.
siswa
adalah Guru
b. Mampu memberikan
yang memiliki
appersepsi kepada
kompetensi
siswa
yang
c. Mampu menggunakan
dipersyaratkan
metode mengar yang
untuk
bervariasi
melakukan tugas
d. Mampu menggunakan alat bantu pengajaran
pendidikan
e. Mampu mengatur dan
dan
mengubah suasana
pengajaran
kelas f. Mampu memberikan teguran bagi siswa g. Mampu mengatur murid h. Mampu memberi Reward dan sangsi pada siswa. i. Mampu memberikan pujian pada siswa.
1.4 Menilai Kemajuan Proses Belajar Mengajar
a) Mampu membuat dan mengoreksi soal b) Mampu memberikan hasil penilaian (Raport) c) Mampu mengadakan remedial.
Dalam penelitian ini, yang termasuk kategori guru Agama Islam yang profesional adalah guru yang memilki ijazah Strata 1 (S1) dengan latar belakang pendidikan keguruan dan telah berpengalaman dalam mengajar.
C. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu “prestasi” dan belajar”. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan
presatasi adalah: “Hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya)”.62 Belajar merupakan usaha menggunakan setiap sarana atau sumber, baik di dalam maupun di luar pranata pendidikan, guna perkembangan dan pertumbuhan pribadi.63 Adapun
belajar
menurut
pengertian
secara
psikologis,
adalah
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Slameto pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “Belajar
ialah
suatu
proses
usaha
yang
dilakukan individu
untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. 64 Arif S. Sadiman berpendapat bahwa belajar adalah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. 65 Moh. User Usman dan Lilis Setiawati dalam bukunya yang berjudul Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, mengemukakan
bahwa
belajar adalah “perubahan tingkah laku pada diri individu berkat interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. 66 Dalam rumusan H. Spears yang dikutip oleh Dewa Ketut Sukardi mengemukakan bahwa belajar itu mencakup berbagai macam perbuatan mulai
62
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke- 2, h. 895. 63 Sudarmanto Y.B.,Tuntunan Metodologi Belajar,(Jakarta:PT.Grasindo,1993) Cet.Ke-2,h.2. 64 Slameto, Proses Belajar-Mengaja Dalam Sisem Kredit Semester, (Jakarta: Bumi Aksara,1991), Cet. Ke-1, h.78. 65 S.Sadiman Arif, Media Pendidikan Pengertian Pengembangan Dan Pemanfaatannya,(Jakarta:CV.Rajawali, 1986), Cet.Ke-1, h.1 66 Usman, M.User dan Lilis Setiawan Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 1993),Cet. Ke-1, h.4.
dari mengamati, membaca, menurun, mencoba sampai mendengarkan untuk mencapai suatu tujuan.67 Selanjutnya,
defini belajar yang diungkapkan oleh The Liang Gie
dalam bukunya yang berjudul Cara Belajar Yang Efisien, bahwa belajar dapat diartikan sebagai segenap rangkaian kegiatan atau aktifitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya sedikit banyak permanen. 68 Berdasarkan definisi yang dikemukakan beberapa tokoh di atas, maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibat dari pengalaman atau latihan. Sedangkan pengertian prestasi belajar sebagaimana yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”. 69 Prestasi belajar dapat bersifat tetap dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar dapat memberikan kepuasan kepada orang yang bersangkutan, khususnya orang yang sedang menuntut ilmu di sekolah. Prestasi belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai
akibat
dari
pengalaman
dan
proses
belajar
siswa
yang
bersangkutan. Prestasi belajar dapat dinilai dengan cara: a. Penilaian formatif Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilaian
67
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, (Surabaya:Usaha Nasional, 1983), Cet. Ke-1, h.17 68 The Liang Gie, Cara Belajar Yang Efisien, (Jakarta:Gajahmada University Press, 1977), Cet.Ke-1, h. 6. 69 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 895.
tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan. b. Penilaian Sumatif Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.70
2. Dalil Keutamaan Belajar Dari Abu Daud Ad-Darda‟ radhiyallahu „anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu „alaihi wasalallam bersabda yang artinya: “Barang siapa menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju syurga. Sesungguhnya para malaikat benar-benar akan membentangkan sayap-sayapnya bagi penuntut ilmu sebagai bentuk keridhaan terhadap yang mereka lakukan. Sesungguhnya orang alim akan dimohonkan ampunan oleh seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi, hingga ikan-ikan pun turut beristighfar untuknya. Keutamaan orang alim atas orang ahli ibadah seperti keutamaan bulan malam purnama atas
seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya para ulama
adalah pewaris para Nabi dan sesungguhnya para Nabi tidak mewarisklan dinar atau dirham hanya mewariskan ilmu. Jadi
barang
siapa
yang
mengambilnya berart ia telah mengambil bagiannya yang banyak”. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban). 71
Dari hadits di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Allah swt. memberikan
suatu
penghargaan
dan
kemudahan
bagi
orang
yang
senantiasa belajar dan menuntut ilmu sehingga Allah menjanjikan bagi 70
M Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-10, h. 26. 71 Abu Muhammad bin Khallad Ad-Dimyati, Hadits Shahih Keutamaan Amal Shalih, (Jakarta: Najla Press, 2003), Cet. Ke-1, h. 11.
mereka kenikmatan untuk dimudahkan menuju pintu syurga. Selain itu, orang „alim tidak hanya diberikan keistimewaan oleh Allah swt. melainkan seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi akan memohonkan ampun baginya.
3. Jenis-jenis Prestasi Belajar Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi belajar) dikaitkan dengan jenis-jenis prestasi yang hendak diukur.72 Dalam
sebuah
situs
yang
membahas
Taksonomi
Bloom,
dikemukakan mengenai teori Bloom yang menyatakan bahwa, tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka melalui ketiga ranah ini pula akan terlihat tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil pembelajaran atau ketercapaian siswa dalam penerimaan pembelajaran. Dengan kata lain, prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa dalam penguasaan ketiga
ranah
tersebut. Maka Untuk
lebih spesifiknya, penulis akan
menguraikan ketiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagaimana yang terdapat dalam teori Bloom berikut: a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
72
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 150.
Bloom membagi domain kognisi kedalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama adalah berupa Pengetahuan (kategori dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6). 1) Pengetahuan (Knowledge) Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar dan sebagainya.73 Pengetahuan juga diartikan sebagai kemampuan mengingat akan halhal yang pernah dipelajaridan disimpan dalam ingatan. 74 2) Pemahaman (Comprehension) Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap makna dan arti yang dari bahan yang dipelajari. 75 Pemahaman juga dikenali
dari
gambaran,
kemampuan
laporan,
tabel,
untuk
membaca
diagram,
dan
arahan,
memahami
peraturan,
dan
sebagainya. 76 3) Aplikasi (Application) Aplikasi
atau
penerapan
diartikan sebagai
kemampuan
untuk
menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru.77 Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja. 78 4) Analisis (Analysis) Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. 79 Di tingkat analisis,
73
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2009/12/02/. W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996), Cet. Ke-4, h. 247. 75 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 247. 76 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2009/12/02/. 77 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 247. 78 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2009/12/02/. 79 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 247. 74
seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit.80 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. 81 Sintesis satu tingkat di atas analisa. Seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan.82 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban
pendapat
itu,
yang
berdasarkan
kriteria
tertentu.83 Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian
terhadap
solusi,
gagasan,
metodologi,
dengan
menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. 84 b. Affective
Domain
(Ranah
Afektif)
berisi
perilaku-perilaku
yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. 85 Tujuan pendidikan
ranah afektif adalah hasil
belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau afektif. Taksonomi tujuan pendidikan ranah afektif terdiri dari aspek: 1) Penerimaan (Receiving/Attending)
80
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2009/12/02/. W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 247. 82 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2009/12/02/. 83 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 247 84 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2009/12/02/. 85 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2009/12/02/ 81
Penerimaan mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleg guru.86 2) Tanggapan (Responding) Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan. 87 3) Penghargaan (Valuing) Penghargaan
atau
penilaian
mencakup
kemampuan
untuk
memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.mulai dibentuk suatu sikap menerima, menolak atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dengan konsisten dengan sikap batin. 88 4) Pengorganisasian (Organization) Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten. 89 Pengorganisasian juga mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilainilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting.90 5) Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex) Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya. 91 Karakterisasinya mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikin rupa,
86
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 248 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2009/12/02/ 88 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 248 89 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2009/12/02/ 90 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 248 91 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2009/12/02/ 87
sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri. 92 c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. 93 Alisuf
Sabri
dalam
buku
Psikologi
Pendidikan
menjelaskan,
keterampilan ini disebut „motorik‟ karena keterampilan ini melibatkan secara langsung otot, urat dan persendian, sehingga keterampilan benar-benar
berakar
pada
kejasmanian.
Orang
yang
memiliki
keterampiulan motorik, mampu melakukan serangkaian gerakan tubuh dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi gerakan-gerakan anggota tubuh secara terpadu. Ciri khas dari keterampilan motorik ini ialah adanya kemampuan “Automatisme” yaitu gerakan-gerik yang terjadi berlangsung secara teratur dan berjalan dengan enak, lancar dan luwes tanpa harus disertai pikiran tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan. Keterampilan motorik lainnya yang kaitannya dengan pendidikan agama ialah keterampilan membaca dan menulis huruf Arab, keterampilan membaca dan melagukan ayat-ayat Al-Qur‟an, keterampilan melaksanakan
gerakan-gerakan
shalat. Semua
jenis
keterampilan
tersebut diperoleh melalui proses belajar dengan prosedur latihan. 94
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Kegiatan belajar dilakukan oleh setiap siswa, karena melalui belajar mereka memperoleh pengalaman dari situasi yang dihadapinya. Dengan demikian belajar berhubungan dengan perubahan dalam diri individu sebagai hasil pengalamannya di lingkungan. Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi dua macam: a. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi 92
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, h. 248 http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2009/12/02/ 94 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet.Ke-2, h. 99-100 93
jasmani dan rohani siswa, meliputi dua aspek yakni: 1) Aspek Fisiologis Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak membekas. 2) Aspek Psikologis Banyak
faktor
yang
termasuk
aspek
psikologis
yang
dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: a). Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi,
intelegensi
sebenarnya
bukan
persoalan
otak
saja,
melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang
harus diakui
bahwa peran otak dalam hubungan
dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktifitas manusia. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang
siswa
mak
semakin
besar
peluangnya
untuk
memperoleh sukses. b) Sikap siswa Sikap adalah gejala kecenderungan
internal yang berdimensi afektif
untuk
mereaksi
atau
merespon
berupa (response
tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, barang,dan sebgainya, baik secara positif maupun negatif. 95 Sikap merupakan faktor psikologis
yang kan mempengaruhi
belajar. Dalam hal ini sikap yang akan menunjang belajar seseorang ialah sikap positif (menerima) terhadap bahan atau pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru yang mengajar dan terhadap lingkungan tempat dimana ia belajar seperti: kondisi kelas, teman-temannya, sarana pengajaran dan sebagainya. 96 c) Bakat Siswa Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan denikian,
sebetulnya
setiap orang mempunyai
bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar bisa (very superior) disebut juga sebagai gifted, yakni anak berbakat intelektual. d) Minat siswa Secara
sederhana minat
(interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualits pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.97 b. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa), terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental sebagai berikut: 1) Faktor-faktor Lingkungan Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: faktor lingkungan alam/non sosial dan faktor lingkungan sosial.
95
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 135. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. Ke-2, h. 97 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 136. 96
Yang termasuk faktor lingkungan non sosial/alami ini ialah seperti: keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam), tempat letak gedung sekolah, dan sebagainya. Faktor
lingkungan
sosial
baik
berwujud
manusia
dan
representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. 2) Faktor-faktor Instrumental Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi pelajaran
serta
strategi
belajar mengajar
yang digunakan akan
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. 98 Dari semua faktor di atas, dalam penelitian kali ini akan diarahkan pada faktor instrumental yang di dalamnya guru profesional itu akan ditunjukan. Faktor-faktor Misalnya:
di
atas
Seorang
saling siswa
pengetahuan biasanya
mempengaruhi yang
cenderung
satu
conserving mengambil
sama
lain.
terhadap
ilmu
pendekatan
yang
sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya seorang siswa yang memiliki
kemampun intelegensi yang tinggi (faktor Iternal) dan
mendapat dorongan positif dari orang tua atau gurunya (faktor eksternal) akan lebih memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Akibat pengaruh faktor-faktor tersebut di atas muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi, rendah atau gagal sama sekali. Dalam hal ini seorang guru yang memiliki kompetensi yang baik dan profesional
diharapkan
mampu
mengantisipasi
kemungkinan-
kemungkinan munculnya siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan
berusaha mengetahui
dan mengatasi
menjadi penghambat proses belajar siswa.
98
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, h. 59-60.
faktor-faktor
yang
5. Indikator Prestasi Belajar Indikator prestasi belajar siswa dalam penelitian ini akan diperoleh dari penilaian yang ditinjau dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, yang dirangkum dalam nilai raport siswa dalam bidang studi Agama Islam.
D. Hubungan Profesionalisme Guru Dengan Prestasi Belajar Siswa Dari penjelasan diatas, penulis memberikan kesimpulan bahwa yang menjadi alasan adanya hubungan profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa dalam penelitian ini, dapat dilihat dalam dua hal sebagai berikut: 1. Karena keberadaan guru dalam kelas adalah sebagai manajer bidang studi.Yaitu, orang yang merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil belajar di sekolah. 2. Karena guru di sekolah bertugas menentukan keberhasilan siswa. Oleh karena itu, apabila siswa belum berhasil, maka guru perlu mengadakan remedial. Untuk
itu,
guru
yang
mampu
merencanakan,
mengevaluasi hasil belajar adalah guru yang profesional.
melaksanakan,
dan
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SD Sidorejo Lor 01 Salatiga. 1. Letak Geografis
SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga terletak di kota Salatiga,tepatnya di Kelurahan Sidorejo lor, Kecamatan Sidorejo. Jaraknya dari pusat kota Salatiga sangat dekat dan SD N Sidorejo lor 01 Salatiga merupakan SD Inti, maka SDN Sidorejo Lor 01 merupakan pusat dari berbagai kegiatan beberapa SD di Kecamatan Sidorejo Salatiga, dan di tambah posisi geografis SD Sidorejo lor 01 Salatiga berada di tepi jalan utama Solo-Semarang hal ini memungkinkan segala bentuk monitoring dari Dinas Pendidikan Pusat sangat mudah untuk menjangkau SDN Sidorejo Lor 01. Sedangkan kecamatan Sidorejo berada di sebelah Timur Kelurahan Sidorejo lor. SDN Sidorejo Lor 01 selain Sekolah Dasar yang berstatus Negeri juga menyandang predikat Sekolah Berstandar Nasional (SDSN) yang di berikan oleh Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olah Raga pada tahun 2008.Dan dengan jumlah peserta didik 280 siswa, yang dibagi dalam 8 rombel (rombongan belajar), ini membuktikan bahwa Sekolah Dasar Sidorejo Lor 01 Salatiga merupakan sekolah Negeri yang Berstandar Nasional sekaligus sebagai sekolah faforit yang banyak diminati para wali murid untuk menyekolahkan anaknya di SD Sidorejo lor 01. Sekolah Dasar Sidorejo Lor 01 Salatiga memiliki bangunan sendiri yang terdiri dari 20 ( dua puluh ) lokal dengan rincian: a. Delapan lokal dipakai untuk kelas (Ia, Ib, IIa, IIb, III, IV, V dan VI); b. Satu lokal untuk ruang guru (kantor); c. Satu lokal untuk perpustakaan; d. Satu lokal untuk ruang Unit Kesehatan Siswa (UKS) ; e. Satu lokal untuk laboratorium komputer f. Tiga lokal untuk rumah dinas
g. Satu lokal untuk gedung Pusat Sumber Belajar (PSB) h. Dan satu lokal untuk Mushola sebagai tempat peribadatan dan tempat praktik ibadah siswa Muslim. i.
Satu lokal untuk parker
j.
Satu lokal untuk pos keamanan
k. Tiga lokal untuk Pusat Kegiatan Guru ( PKG ) SDN Sidorejo lor 01 Salatiga dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar mempunyai visi dan misi sebagai berikut:
2. Data Tenaga Kependidikan a. Nama Sekolah
: SD NEGERI SIDOREJO LOR 01
b. Status Sekolah
: Negeri
c. No. Statistik Sekolah (NSS)
: 101036203013
d. No. Statistik Bangunan (NSB)
: 0091610530020001
e. No. Statistik Bangunan ( NSB ) : 101036204013 f. No. SK Pendirian/Tahun
: 4212.2/008385/97/ TGL 29-12-1997
g. Instansi
: Cabang Dinas Penidikan Kecamatan
Sidorejo Kota Salatiga h. Alamat Sekolah
: Jln. Diponegoro134 Telp.(0298.312828) Salatiga
i.
Luas Lahan
: 6. 668 meter persegi
j.
Luas bangunan
: 1.097 meter persegi
k. Luas pekarangan
: 5.571 meter persegi
l.
: 16 unit,terdiri dari 8 ruang kelas, 1
Banyak bangunan
ruang Kantor Kepala Sekolah dan 1 Kantor guru, 1 ruang perpustakaan/kesenian dan 3 rumah dinas (rusak berat), 1 laboratorium IPA, Mat dan 1 Mushola, 3 PKG, 1 Parkir, 1 Satpam, 2 WC,UKS,PSB(Pusat Sumber Belajar ) m. Keadaan Personal 1) Kepala Sekolah
: 1 orang (PNS)
2) Guru Kelas
: 7 orang (PNS) dan 1 orang Guru WB
3) Guru Agama Islam
: 2 orang (PNS)
4) Guru Agama Katolik
: -
5) Guru Agama Kristen
: 1 orang ( PNS )
6) Guru Penjaskes
: 1 orang (PNS)
7) Guru Bahasa Inggris
: 1 orang ( PTT )
8) Guru Komputer
: 2 orang ( PTT )
9) Guru Seni Tari
: 1 orang ( PTT)
10) Penjaga sekolah
: 1 orang ( PTT )
11) Satpam
: 1 orang ( PTT )
Jumlah seluruhnya
: 19 orang
n. Jumlah Siswa 1) Laki-laki
: 142 siswa
2) Perempuan
: 137 siswa
Jumlah Seluruhnya o. Iuran Komite Sekolah
: 279 siswa : Tidak ada
3. Visi dan Misi Sekolah
a. Visi Sekolah
Unggul dalam Prestasi, Teguh dalam Imtaq, dan Luhur dalam Budi Pekerti.
b. Misi Sekolah
1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan yang efektif dan menyenangkan. 2) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang dianut siswa. 3) Menyediakan wahana pendidikan kecakapan hidup di bidang seni, olah raga dan iptek
4) Menerapkan pendidikan budi pekerti dalam seluruh aspek kehidupan siswa dan seluruh warga sekolah. 4. Daftar Guru Dan Karyawan SD Sidorejo Lor 01 Salatiga
Tabel 5
Guru Dan Karyawan SD Sidorejo Lor 01 Salatiga Tempat / No.
Nama
Tanggal Lahir
1
2
3
Drs. Purwanto, M.Pd Sri Mulyani Tarwiyatiningsih, S.Pd
4
Rubiatun,S.Pd
5
Mei Inayati, S.Pd
6
Sayono
7
Siti Mubarokah, S.Pd
8
Lasmiwah.Dwi.R
9
Siswanto,S.Pd
10
Rohjiyati,S.Pd
11 12
Muflikhatun, S.Pd Suparni,S.Pd
Slg, 1305-63 Slg, 0810-52 Smg, 2412-58 Slg, 0611-61 Sltg, 0105-62 Slg, 1009-57 Dmk,1801-62 Smg, 0306-61 Psnt, 2104-64 Byll, 2212-66 Smg, 1110-69 Kltn, 05-
Pnddkn Terakhir
S1-90
D2-97
Jurusan
MPd Guru Kelas
Mengajar
Jumlah
Mata
Jam
Pelajaran
Mengajar
IPA
6
Guru Kelas
24
S1-04
PKN
Guru Kelas
24
S1-02
PKN
Guru Kelas
24
S1-04
PAI
Guru Kelas
24
PAI
24
Guru Kelas
24
D2-96
S1-04
Tarbiyah PAI Tarbiyah PAI
D2-97
PAK
PAK
24
S1-07
Penjas
Penjas
24
Guru Kelas
24
Guru Kelas
24
Guru Kelas
24
S1-07
S1-06 S1-93
Guru Kelas Guru Kelas Bahasa
10-69
13
Niken Tri.W.Y
Indonesia FKIP
Slg, 20-
S1-06
07-84
B. Inggris
Guru
24
B. Inggris Pengajar
14
Nur Hatak
Smg,15-
D2-04
12-82
Tarbiyah PAI
Matematik a
24
Perpustaka an
15
A.Sumarsono
16
Andy Setiyono
Slg,27-
SMP
08-78 Slg,08-
SMK
03-79
Tarbiyah STAIN SMA
-
-
-
-
Keterangan : GTY = Guru Tetap Yayasan PNS = Pegawai Negeri Sipil GTT = Guru Tidak Tetap / Honorer 5. Keadaan Siswa Tahaun 2008-2009
Tabel 6
Keadaan Siswa Tahun 2008-2009
No
Kelas
1
Jenis Kelamin
Jumlah
Keterangan
30
48
2 Rombel
29
24
53
2 Rombel
III
26
24
50
1 Rombel
4
IV
21
24
45
1 Rombel
5
V
23
24
47
1 Rombel
6
VI
25
11
36
1 Rombel
142
137
279
8 Rombel
L
P
I
18
2
II
3
Jumlah
6. Sarana Dan Prasarana a. Jenis sarana yang dimiliki Sekolah Tabel 7
Sarana Dan Prasarana
Luas
Keberadaan No
m-2
Jenis Ada
Tdk
Fungsi
Ya 35
√
42
√
√
35
√
Ruang UKS
√
18
√
7
Ruang Media & Alat Bantu PBM
√
56
√
8
Rumah Penjaga Sekolah
√
42
√
9
Pusat Sumber Belajar
√
81
√
10
Ruang/ Pos Keamanan
9
√
11
Aula/Gedung Serba Guna
√
190
√
12
Gudang
√
15
√
13
Kantin Sekolah
√
15
√
14
Halaman Sekolah
√
400
√
1
Ruang Kepala Sekolah
2
Ruang Wakil Kepala Sekolah
3
Ruang Guru
4
Ruang Layanan BP
5
Ruang Tamu
6
√ √ √ √
b. Ruang Kelas Tabel 8
Ruang Kelas
Kondisi Ruang Kelas Baik
Jumlah Ruang Kelas 9
Td k
Rusak Ringan
-
Rusak Berat
-
Total
9
c. Perpustakaan
1) Koleksi Buku Tabel 9
Koleksi Buku Perpustakaaan
Jenis Buku
Jumlah Buku
Buku Pelajaran
6578eks
Buku Penunjang
917 eks
Buku Bacaan
2140 eks
Total
8412 eks
2) Luas
: 63 m2
3) Rata-rata Jumlah Pengunjung Perpustakaan
: 250 siswa/bula
4) Rata-rata Jumlah Buku yang dipinjam
: 1400 buku/bulan
d. Ruang Komputer
1) Luas
: 49 m2
2) Jumlah Komputer
: 27 unit
3) Pemanfaatan
: 15 jam/minggu
4) Kepemilikan
: Sendiri 3 buah / 24 Mitra Wajaya
e. WC dan Kamar mandi Tabel 10
Peruntukan Sarana Dan Prasarana
Peruntukan
Keberadaan
Luas
Ada
(m2)
Tdk
Jml
Kondisi Baik
Tidak
Baik Kepala Sekolah / Madrasah / guru
√
/ karyawan laki-laki Kepala Sekolah / Madrasah / guru
√
/ karyawan perempuan
2 m-2
1
3 m-2
1
√ √
Siswa laki-laki
√
6 m-2
2
√
Siswa perempuan
√
9 m-2
3
√
f.
Prasarana Tabel 11
Sarana Penunjang
Jenis
Keberadaan Ya
Tidak
Berfungsi Ya
Instalasi Air
√
√
Jaringan Listrik
√
√
Jaringan Telepon
√
√ √
Internet Akses Jalan
√
g. Sarana lain yang dimiliki sekolah
1) Halaman bermain. 2) Tempat Peribadatan/Musholla 3) Perpustakaan 4) Kolam Ikan 5) Taman Gizi dan kebun sayuran 6) Lapangan Bola Volly dan Bulutangkis 7) Lapangan tenis meja 8) AULA dengan kapasitas 150-200 Orang 9) Komputer siswa 10) Ruang UKS
Tidak
√ √
11) Alat-alat Olah Raga dll. 12) Ruang Laboratorium
7. Prestasi Siswa Dalam Bidang Akademik
a. Prestasi siswa bidang akademik. Tabel 12
Prestasi Siswa Dalam Bidang Akademik
No
NAMA LOMBA
NAMA SISWA
THN
PERINGKAT
YANG DIIKUTI
Tk
1
Dokter Kecil
Reyko Ardian
2005
Juara III/Kec
2
Dokter Kecil
Febrian Permana
2005
Juara III/Kec
3
Dokter Keci
Sane Vigour Adi
2005
Juara III/Kec
4
Lomba Mapel
Reyko Ardian
2005
Juara II/Kec
5
Lomba
Niar Tita Wistara
2006
Juara III/Kota
Karaoke/Anak Sholeh 6
Lomba Sholat Putri
Nia Amalia
2006
Juara I/ Kec
7
Lomba Adzan
Suryo Rizal P
2006
Juara III/Kec
8
Lomba Sholat Putri
Nia Amalia
2006
Juara II/Kota
9
Lomba Sholat Putra
Lutfi Hidayat
2006
Juara I/Kec
10
Lomba
Niar Tita Wistara
2006
Juara III/Kota
2007
I/KOTA
Karaoke/Anak Sholeh 11
Olimpiade Sains Jalur Yosephin Gessa B
12
LCC Dokter Kecil
Jesicca Radiant
2007
Juara III/Kec
13
LCC Dokter Kecil
Yuhaersen Ergi P
2007
Juara III/Kec
14
LCC Dokter Kecil
Clarissa WP
2007
Juara III/Kec
15
Uas perorangan
Febriant Permana
2007
Juara I/G.Dip.
16
Lomba MIPA
Yuharsen Ergy
2008
II/Kota
17
Lomba MIPA
Jesicca Radiant
2008
II/Kota
18
Lomba Kitobah
Lutfi Andriawan
2008
I/Kec
Maulud Nabi 19
Lomba Pesta Siaga
Beregu Pi
2008
Juara III/Kec
20
Lomba Perpustakaan
-
2008
Juara I/Kota
21
Lomba Sekolah Sehat
-
2008
Juara II/Kec.
22
Olimpiade MIPA
Yosephin Gessa
2008
Juara I/Kota
23
Olimpiade MIPA
Yosephin Gessa
2008
33/Propinsi
24
Olimpiade MIPA
Sasongko Adi A
2009
Juara 2 Kec
25
Olimpiade MIPA
Sasongko Adi A
2009
Juara 2 Kota
26
Olimpiade MIPA
Sasongko Adi A
2009
Mewakili Kota Salatiga
b. Prestasi siswa bidang olah raga. Tabel 13
Prestasi Siswa Dalam Bidang Olah Raga
NAMA LOMBA
No
YANG DIIKUTI
PERINGKA NAMA SISWA
THN
T Tk
1
Popda , cabang Tenis Meja
Ira Desia
2005
I/Kec
2
Popda , cabang Tenis Meja
Enggal Hikmah
2005
I/Kec
3
Popda , cabang Tenis Meja
Ira Desia
2005
I/Kota
4
Popda , cabang Tenis Meja
Enggal Hikmah
2005
I/Kota
5
Popda , cabang Senam
Latifudin
2005
I/Kota
6
Popda , cabang Senam
Yessephin Gessa
2005
I/Kota
7
Popda , cabang Senam
Aprilina
2005
I/Kota
Fitria
2005
I/Kota
8
Popda , cab. Lompat Tinggi Putri
9
Popda , cabang Tolak Peluru
Andrian
2005
II/Kota
10
Popda , cabang Volly
Winda
2006
I/Kota
Rahmawati 11
Popda , cabang Volly
Laela Dwi Jayanti 2006
I/Kota
12
Popda , cabang Volly
Krisna Dwi Saga
2006
I/Kota
13
Popda , cabang Volly
Ari Nugroho
2006
I/Kota
14
Popda , cabang Volly
Lutfi
2006
I/Kota
15
Popda , cabang Tenis Meja
Rio Adi Nugroho
2006
II/Kota
16
Popda , cabang Tenis Meja
Fendy Kurniawan
2006
III/Kota
17
Popda , cabang Senam
Rahmad Dwi H
2006
I/Kota
18
Popda , cabang Senam
Latifudin
2006
I/Kota
19
Popda, cabang Tenes Meja
Keba Dinta M
2007
I/Kec
20
Popda, cabang Tenes Meja
Aprilina
2007
II/Kec
21
Popda , cabang Volly
Merina Dian S
2007
I/Kota
22
Popda , cabang Volly
Wigusta
2007
I/Kota
23
Popda , cabang Volly
Ergy P
2007
I/Kota
24
Popda , cabang Volly
Aditya
2007
I/Kota
25
Popda, cabang Tenes Meja
Arif Zaky
2007
I/Kec
26
Popda, cabang Tenes Meja
Eky Arbayu
2007
II/Kec
27
Popda, cabang Catur
Sasongko
2007
I/Kec
28
Popda, cabang Catur
Sasongko
2008
II/Kec
29
Popda cabang Tolak Peluru
Yossi Rangsang
2008
I/Kec
30
Popda cabang Tolak Peluru
Mella Dwi T
2008
I/Kec
31
Popda, cabang Tenes Meja
Arif Zaky
2008
II/kota
32
Popda, cabang Tenes Meja
Keba Dinta M
2008
I/Kota
33
Popda, cabang Tenes Meja
Yosephin Gessa
2008
III/Kota
34
Popda cabang Tolak Peluru
Yossi Rangsang
2008
II/Kota
35
Popda cabang Tolak Peluru
Mella Dwi T
2008
II/Kota
36
Popda cabangVolly Mini
Merina
2008
I/kota
37
Popda, cabang Volly Mini
Dhea Laveonita
2008
I/kota
38
Popda cabang Tolak Peluru
Lutfi Andriawan
2008
I/Kec
39
Popda cabang Tolak Peluru
Puri N
2008
I/Kec
40
Popda cabang Bulutangkis
Rahmad
2008
III/Kec
c. Prestasi siswa bidang kesenian Tabel 14
Prestasi Siswa Dlam Bidang Kesenian
No
1
NAMA LOMBA
NAMA
YANG DIIKUTI
SISWA
Lomba Mewarnai
TAHUN
PERINGKAT Tk
Esa
2005
Juara I/Kota
Lomba
Niar Tita
2006
Juara III/Kota
Karaoke/Anak
Wistara
2006
Juara I Kota Salatiga
2006
Juara I Kab smg /Kota
Kategori B 2
Sholeh 3
Lomba Mewarnai
Tasya Danu
dan melukis
Rarali
Kategori B 4
5
6
7
8
9
Lomba Mewarnai
Tasya Danu
Kategori B
Rarali
Lomba Mewarnai
Tasya Danu
Gambar
Rarali
Lomba Mewarnai
Tasya Danu
Kategori B
Rarali
Lomba Nyanyi
Tasya Danu
Suka-suka
Rarali
Lomba Mewarnai
Tasya Danu
Kategori B
Rarali
Lomba Mewarnai
Tasya Danu
Salatiga 2006
Salatiga 2006
Lomba menari
Yeheskia dan
Jawa Kategori A
Fatika
Juara I Kab smg /Kota Salatiga
2006
Juara Harapan III Kab smg /Kota Salatiga
2007
Juara II Kota Salatiga
2007
Juara Harapan I Kab
Rarali 10
Juara Harapan II/Kota
smg /Kota Salatiga 2007
Juara Harapan III Sidorejo Fair
11
Lomba menari
Ine Nur
Jawa Kategori A
Handayani
2007
Juara Harapan I Sidorejo Fair
dan Wahyu Dewi 12
13
Lomba Kolase
Tasya Danu
Daun Kering
Rarali
Paduan Suara
Beregu
2008
Juara II Kota Salatiga
2008
Juara III/Kec
d. Prestasi siswa bidang lain-lain (ekstra kurikuler) Juara 2 tergiat barung putri pada pesta siaga tk.Kec. Sidorejo tahun 2007
e. Prestasi sekolah dalam bidang keindahan.
Tabel 15
Prestasi Sekolah Dalam Bidang Keindahan
No
1.
BIDANG
Sekolah Sehat
PENGHAR GAAN
JUARA II
INSTANSI TAHUN
PEMBERI PENGHARGAAN
2008
Dinas
Pendidikan
Kota
Salatiga
Mewakili Kota Salatiga Lomba 2.
Adiwiyata
2007
Pemerintah Kota Salatiga
Tingkat Jawa Tengah f.
Peran Serta Masyarakat.
1) Sekolah melibatkan orang tua siswa dalam menyusun program sekolah 2) Sekolah melibatkan orang tua siswa dalam pelaksanaan program sekolah 3) Sekolah memiliki komite sekolah/ madrasah atau organisasi sejenis
4) Sekolah melibatkan komite sekolah/madrasah atau organisasi sejenis dalam menyusun perencanaan program sekolah/ madrasah untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran 5) Sekolah melibatkan komite sekolah / madrasah atau organisasi sejenis dalam menyusun RAPBS 6) Sekolah melibatkan komite sekolah / madrasah atau organisasi sejenis dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran 7) Sekolah melaporkan pelaksanaan program kepada orang tua siswa, komite sekolah/ madrasah atau organisasi sejenis 8) Sekolah
melaporkan
pertanggungjawaban
APBS
kepada
komite
sekolah/madrasah atau organisasi sejenis 9) Komite sekolah atau organisasi sejenis memfasilitasi hubungan kerjasama dalam pengembangan sekolah antara lain : 10) Iuran bersama membangun pagar dan gapura sekolah 11) Iuran untuk membayar honor pengajar komputer 12) Iuran membeli Alat Elektronik Audi Visual pesawat televisi dll 13) Pembuatan Musholla 14) Iuran pembayaran Satpam 15) Pembuatan tempat parkir 16) Iuran Pembuatan pavingisasi halaman sekolah 17) Pelayanan asuransi
B. Penyajian Data Pengumpulan data menggunakan instrumen angket dan soal test. Untuk mengetahui tingkat profesionalisme guru penulis menyebarkan 40 item soal tes responden. Sedangkan untuk mengumpulkan data tentang prestasi belajar siswa, penulis menyebarkan angket sebanyak 40 eksemplar. Angket berisi 25 item pertanyaan dengan memuat tiga opsi.
Distribusi soal tes dan daftar pertanyaan angket berjalan lancar dan kembali sesuai dengan jumlah yang diinginkan sehingga siap untuk dianalisis. Berikut adalah nilai hasil tes dan angket dari kedua variabel. 1. Nilai Variabel X (profesionalisme guru) Tabel 16 Skor Angket Profesionalisme Guru Dalam Bidang Studi Agama Islam Pada Kelas V SD Sidorejo Lor 01 Salatiga 2009 Nomor Pernyataan/Pertanyaan
Skor/Nilai
1
56
2
62
3
74
4
62
5
65
08 Kel.Salatiga Kec.
6
55
Sidorejo
7
65
8
62
9
60
10
56
11
63
12
62
13
61
14
57
15
62
16
56
17
61
18
55
19
66
20
62
Responden Nama Purwnto, M.Pd Jabatan
: Kepala Sekolah
Jenis Kelamin Alamat RT. 02/ RW
: Drs.
: Laki-laki : Somopuro
Total Nilai/Skor
21
63
22
56
23
60
24
58
25
62
26
64
27
56
28
68
29
62
30
55
31
54
32
56
33
57
34
56
35
67
36
50
37
67
38
50
39
66
40
66
=40
= 2415
2. Nilai Variabel Y (prestasi belajar) Tabel 17 Daftar Nilai Siswa Dalam Mata Pelajaran Agama Islam Semester 1 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama Responden Miryam Nova Indriani Daniel Eko Nugroho Adhela Amanda S Aditya Pratama Putra Andre Bayu Laksono Ahmad Toha Arianto
Nilai 75 75 80 75 75 70
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
Daniel Rizky Waluyo Deni Kurnia Sari Dewi Sulistyowati Dharminto Bima Sakti Dwi Larasati Erlangga Eka Saputra Elfanda Rizky Saputra Gerry Rozaq Surya W Himawati Budi Utami I Putu Rizky Meinata Ira Andiningrum Karina Ayu Susanti Chabibatus Shoimah Larasati Aulia Chairunisa Mahesa Deni Dwi Permana M Alifian Nur Aldiansyah Nine Ajeng Wulandari Norma Yustisia widya dewi Nova Sang Wana Putra Panji Sabdo Wibowo Rathel Ayu Anindhita Robin Al Fariz Surya Barindi Tessa Ardila Unik Kurniawati Dandy Julian Alfaridzi Yohana Enggar Pininta R Jeremia Amando Wuri Andhika Dwi Putra Bagas Putu Sherlin Ayu Septiani Malvin Aldo Luisky Doni Reka Bagaskara Muhammad Al Farizi Rahma Rizqika Anggraini
75 70 80 65 80 65 75 75 80 65 75 70 75 80 80 75 80 70 80 75 70 80 75 70 65 70 75 75 80 65 8 65 80 80
BAB IV ANALISIS DATA Pada bab ini terdapat beberapa langkah penyajian dan analisis data yaitu (1) Analisis Item Untuk Skor Angket Profesionalisme Guru Dalam Bidang Studi Agama Islam. (2) Klasifikasi Jumlah Skor dari Angket Profesionalisme Guru Agama Islam (3) Daftar Nilai Siswa Dalam Mata Pelajaran Agama Islam Semester I (4) Analisis Korelasi Variabel X (Profesionalisme Guru Dalam Bidang Studi Agama Islam) dan Variabel Y (Prestasi Belajar Siswa) (5) Klasifikasi dan Kualifikasi Jumlah Nilai Siswa Dalam Bidang Studi Agama Islam (6) Analisis Interpretasi Data. A. Analisis Pendahuluan (prosentase) 1. Analisis Item Skor Angket Profesionalisme Guru Dalam Bidang Studi Agama Islam. Angket yang di sampaikan kepada kepala sekolah kemudian dianalisis dan diberikan skor jawaban per item pernyataan dengan perincian sebagai berikut: Tabel 18 Analisis Item Untuk Skor Angket Profesionalisme Guru Dalam Bidang Studi Agama Islam Pada Kelas V SD Sidorejo Lor 01 Salatiga 2009
Nomor Pernyataan/Pertanyaan
Skor/Nilai
1
56
2
62
3
74
4
62
5
65
08 Kel.Salatiga Kec.
6
55
Sidorejo
7
65
8
62
Responden Nama Purwnto, M.Pd Jabatan
: Kepala Sekolah
Jenis Kelamin Alamat RT. 02/ RW
: Drs.
: Laki-laki : Somopuro
9
60
10
56
11
63
12
62
13
61
14
57
15
62
16
56
17
61
18
55
19
66
20
62
21
63
22
56
23
60
24
58
25
62
26
64
27
56
28
68
29
62
30
55
31
54
32
56
33
57
34
56
35
67
36
50
37
67
38
50
39
66
Total Nilai/Skor
40
66
=40
= 2415
Setelah jumlah skor dibagi oleh jumlah item pernyataan (2415 : 40), maka hasil yang diperoleh adalah 60.375. Dengan demikian, jumlah skor rata-rata tingkat profesionalisme guru Agama Islam di SD Sidorejo Lor 01 Salatiga adalah cukup baik. 2. Klasifikasi Jumlah Skor/nilai dari Angket Profesionalisme Guru Agama Islam Dari tabel 18 diketahui bahwa jumlah skor dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 19 Klasifikasi Jumlah Skor Angket Profesionalisme Guru Agama Islam Pada Kelas V SD Sidorejo Lor 01 Salatiga 2009 Keterangan Jumlah Skor Jumlah Item Klasifikasi Jawaban Pernyataan 40-60 60-80 80-100
2 item 38 item -
Rendah Sedang Tinggi
Jadi, tingkat profesionalisme guru Agama Islam menurut pendapat Kepala Sekolah dianggap sedang, yakni antara 51-75, sebanyak 38 item pernyataan. Prestasi Belajar Prestasi belajar siswa diambil dari daftar nilai siswa pada buku daftar nilai (legger), prestasi belajar yang diambil oleh penulis adalah nilai raport siswa pada semester ganjil tahun ajaran 2009/2010 sebagai berikut: 3. Daftar Nilai Siswa Dalam Mata Pelajaran Agama Islam Semester 1
No. 1. 2. 3. 4.
Tabel 20 Daftar Nilai Siswa Dalam Mata Pelajaran Agama Islam Pada Kelas V SD Sidorejo Lor 01 Salatiga 2009 Semester 1 Nama Responden Nilai Miryam Nova Indriani 75 Daniel Eko Nugroho 75 Adhela Amanda S 80 Aditya Pratama Putra 75
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
Andre Bayu Laksono Ahmad Toha Arianto Daniel Rizky Waluyo Deni Kurnia Sari Dewi Sulistyowati Dharminto Bima Sakti Dwi Larasati Erlangga Eka Saputra Elfanda Rizky Saputra Gerry Rozaq Surya W Himawati Budi Utami I Putu Rizky Meinata Ira Andiningrum Karina Ayu Susanti Chabibatus Shoimah Larasati Aulia Chairunisa Mahesa Deni Dwi Permana M Alifian Nur Aldiansyah Nine Ajeng Wulandari Norma Yustisia widya dewi Nova Sang Wana Putra Panji Sabdo Wibowo Rathel Ayu Anindhita Robin Al Fariz Surya Barindi Tessa Ardila Unik Kurniawati Dandy Julian Alfaridzi Yohana Enggar Pininta R Jeremia Amando Wuri Andhika Dwi Putra Bagas Putu Sherlin Ayu Septiani Malvin Aldo Luisky Doni Reka Bagaskara Muhammad Al Farizi Rahma Rizqika Anggraini
75 70 75 70 80 65 80 65 75 75 80 65 75 70 75 80 80 75 80 70 80 75 70 80 75 70 65 70 75 75 80 65 8 65 80 80
Jumlah nilai keseluruhan bidang studi Agama Islam siswa/siswi SD Sidorejo lor 01 Salatiga yang diteliti adalah 2970. Setelah jumlah nilai 2970 dibagi dengan jumlah responden yang berjumlah 40 orang, maka nilai rata-rata siswa/siswi SD Sidorejo lor 01 Salatiga dalam bidang studi Agama Islam
adalah 74.25. Dengan demikian, nilai rata-rata prestasi belajar siswa dalam bidang studi Agama Islam di SD Sidorejo lor 01 Salatiga adalah cukup baik. 4. Klasifikasi dan Kualifikasi Jumlah Nilai Siswa Dalam Bidang Studi Agama Islam Dari tabel diatas diketahui bahwa prestasi belajar siswa pada bidang studi Agama Islam dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 21 Klasifikasi dan Kualifikasi Jumlah Nilai Siswa Dalam Bidang Studi Agama Islam Klasifikasi Jumlah Siswa Kualifikasi 80-89 70-79 60-69
13 Siswa 21 Siswa 6 Siswa
Tinggi Sedang Rendah
Jadi, tingkat prestasi belajar siswa dalam pelajaran Agama Islam dianggap sedang, yakni antara klasifikasi 70-79 sebanyak 21 siswa. Dan menurut KKM (Kriteria Ketuntasan Minimun) yang ditentukan 70.5 untuk mata pelajaran Agama Islam, maka dari 40 siswa yang menjadi sampel penelitian 34 diantaranya telah tuntas dan 6 siswa yang lain belum tuntas. B. Analisis Lanjutan Hubungan Profesionalisme Guru Dalam Bidang Studi Agama Islam Dengan Prestasi Belajar Siswa. 1. Analisis Korelasi Variabel X (Profesionalisme Guru Dalam Bidang Studi Agama Islam) dan Variabel Y (Prestasi Belajar Siswa) Untuk menguji data antara skor angket profesionalisme guru dalam bidang studi
Agama Islam
dengan
prestasi
belajar
siswa,
terlebih
dahulu
dikorelasikan kedua variabel tersebut, seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 22 Analisis Korelasi Variabel X (Profesionalisme Guru Dalam Bidang Studi Agama Islam) dan Variabel Y (Prestasi Belajar Siswa) No.Responden X Y X2 Y2 XY 1. 56 75 3136 5625 2 4200 X 2. 62 75 3844 5625 4650 3. 74 80 5476 6400 5920
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
62 65 55 59 62 60 56 63 62 61 57 62 56 61 55 66 62 63 56 60 58 62 64 56 68 62 55 54 56 57 56 67 50 67 50 66 66
75 75 70 75 70 81 65 80 65 75 75 80 65 75 70 75 80 80 75 80 70 80 75 70 80 75 70 65 70 75 75 80 65 80 65 80 80
3844 4225 3025 3481 3844 360 31336 3969 3844 3721 3249 3844 3136 3721 3025 4356 3844 3969 3136 3600 3364 3844 4096 3136 4624 3844 3025 2916 3136 3249 3136 4489 2500 4489 2500 4356 4356
5625 5625 4900 5625 4900 6400 4225 6400 4225 5625 5625 6400 4225 5625 490 5625 6400 6400 5625 6400 4900 6400 5625 4900 6400 5625 4900 4225 4900 5625 5625 6400 4225 6400 4225 6400 6400
4650 4875 3850 4425 4340 4800 3640 5040 4030 4575 4275 4960 3640 4575 3850 4950 4960 5040 4200 4800 4060 4960 4800 3920 5440 4650 3850 3510 3920 4275 4200 5360 3250 5360 3250 5280 5080
2. Analisis Interpretasi Data Dari perhitungan di atas ternyata angka korelasi antara Variabel X dan Variabel Y sebesar 0,710 itu berarti klorelasi tersebut bertanda positif. Untuk melihat interpretasi terhadap angka indeks korelasi product moment secara kasar atau sederhana terletak pada angka 0,70 - 0,90 yang berarti korelasi antara Variabel X dan Variabel Y itu adalah terdapat korelasi yang kuat atau tinggi Selanjutnya untuk mengetahui apakah hubungan Variabel X dan Variabel Y itu signifikan atau tidak, maka “r” hasil perhitungan dibandingkan dengan “r” tabel. Sebelum membandingkannya, maka terlebih dahulu dicari “df” atau “db” nya dengan rumus df = N-nr. Berdasarkan tabel di atas, siswa yang di teliti atau yang menjadi sampel penelitian di sini adalah 40 orang. Dengan demikian N = 40. Variabel yang dicari korelasinya adalah Variabel X dan Variabel Y; jadi nr = 2. Maka dengan mengacu kepada rumus di atas,dengan mudah dapat kita peroleh df-nya yaitu: df = 40-2 = 38. Dengan “df” sebesar 38, dikonsultasikan dengan tabel nilai “r”, baik pada taraf signifikansi 5% maupun pada taraf signifikansi 1%. Dengan melihat “rt” diperoleh hasil sebagai berikut: Pada taraf signifikansi 5% = 0,304 Pada taraf signifikansi 1% = 0,393 Ternyata, “rxy” atau “ro” lebih besar dari “r” tabel atau “rt” baik pada taraf signifikansi 5%
maupun 1% yaitu (0,710>0,304/0,393). Dengan demikian
hipotesa nol (Ho) ditolak, sedangkan hipotesa alternatif (Ha) diterima. Ini berarti bahwa terdapat hubungan/korelasi yang positif dan signifikan antara profesionalisme guru dalam bidanng studi Agama Islam dengan prestasi belajar siswa.
Kemudian, untuk mengetahui seberapa besar hubungan kedua variabel tersebut maka dapat dihitung dengan menggunakan rumus Koefisien Determinasi, yaitu KD = r²x100%. KD = r²x100% = (0,710)²x100% = 0,50x100 = 50%. C. Analisis Akhir 1. Berdasarkan data yang telah terkumpul kemudian penulis olah dengan menggunakan rumus korelasi antara variable x dan y terdapat
hubungan/korelasi
yang
positif
menyatakan bahwa
dan signifikan
antara
profesionalisme guru dalam bidang studi Agama Islam dengan prestasi belajar siswa, terbukti pada taraf signifikasi 5 % =0,304 dan pada taraf 1 %=0,393 , berarti “rxy” atau “ro” lebih besar dari “r” tabel atau “rt” baik pada taraf signifikansi 5%
maupun 1%. Dengan demikian hipotesa nol (Ho)
ditolak, sedangkan hipotesa alternatif (Ha) diterima. 2. Berdasarkan perhitungan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa, prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh profesionalisme guru sebesar 50%. Maka 50% lagi ditentukan oleh faktor lain yang meliputi aspek internal/faktor dari dalam diri siswa (Fisiologis, Psikologis), atau juga dipengaruhi oleh aspek eksternal/faktor dari luar diri siswa (Faktor lingkungan dan faktor instrumental).
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan
jawaban
skor
yang diberikan oleh kepala sekolah
profesionalisme guru dalam bidang studi Agama Islam, dalam hal ini guru bidang
studi Agama Islam SD Sidorejo Lor 01 Salatiga berada
pada
kualifikasi sedang atau hanya menunjukkan 50% dari kualifikasi standart guru profesional. 2. Nilai rata-rata prestasi hasil belajar Agama Islam siswa kelas V SD Sidorejo Lor 01 Salatiga tergolong sedang, yakni : a. Antara klasifikasi 70-79 sebanyak 21 siswa. b. Dan menurut KKM (Kriteria Ketuntasan Minimun) yang ditentukan 70.5 untuk mata pelajaran Agama Islam, maka dari 40 siswa yang menjadi sampel penelitian 34 diantaranya telah tuntas. c. sedangkan 6 siswa yang lain belum tuntas ini berarti masih mencapai hasil belajar 50% dari standart prestasi belajar yang ideal. 3. Terdapat korelasi positif yang signifikan antara tingkat profesionalisme guru dalam bidang studi Agama Islam dengan prestasi hasil belajar Agama Islam siswa SD Sidorejo Lor 01 Salatiga B. Saran Dalam penelitian pendidikan ini, penulis ingin memberikan beberapa saran kepada sekolah. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sekolah khususnya
peningkatan
dalam
proses
kegiatan
belajar
mengajar
yang
dilaksanakan oleh guru dan siswa. Adapun saran yang diajukan penulis adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan data yang yang di dapatkan penulis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa profesionalisme guru berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa dengan persentase 50% (sedang) atau mendekati baik, maka penulis mengharapkan, baik guru maupun murid lebih meningkatkan profesionalisme dan prestasi belajar yang ada. Sehingga hasil pembelajaran akan lebih maksimal. 2. Berdasarkan data yang yang di dapatkan penulis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa masih belum maksimal dengan persentase 50% (sedang) atau mendekati baik, maka siswa diharapkan lebih meningkatkan prestasi belajar baik secara konseptual maupun praktis. Karena khusus dalam bidang studi Agama Islam, penguasaan siswa tidak hanya terbatas kepada penguasaan konsep, melainkan siswa harus mampu mempraktekkan dan menghayatinya. Dengan demikian, apabila hal tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka tujuan perestasi belajar akan lebih optimal. 3. Bagi kepala sekolah atau bidang kurikulum, dilakukan,
diharapkan pengawasan terhadap
setelah penelitian ini
guru lebih ditingkatkan.
Pembinaan terhadap siswa lebih dimaksimalkan. Karena, tanpa adanya pengawasan yang intens tidak menutup kemungkinan kinerja guru akan menurun. Khusus untuk tenaga pengajar, penulis berharap bisa lebih meningkatkan kualitasnya baik secara personal, profesional, maupun secara sosial. Dengan demikian diharapkan akan memberikan yang
harmonis
dan
berkualitas
baik
secara
iklim pembelajaran
akademik maupun non
akademik. 4. Meskipun dalam penelitian yang dilakukan penulis tidak memberikan kesimpulan
yang
negatif,
untuk
peningkatan
kualitas
sekolah
yang
bersangkutan, penulis berpendapat perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar.
Lampiran 1
DAFTAR PUSTAKA
Abu Muhammad bin Khallad Ad-Dimyati, Hadits Shahih Keutamaan Amal Shalih, (Jakarta: Najla Press, 2003) Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005) Alisuf Sabri, Mimbar Agama dan Budaya, (Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN, 1992). Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996) Asrorun Ni‟am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru Analisis Kronologis atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: eLSAS, 2006) Cece Wijaya dan Rusyan Tabrani, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1991) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2002) Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, (Surabaya:Usaha Nasional, 1983) Djam‟an dkk Profesi Keguruan. E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,2008) EM Zul Fajri Dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Aneka Ilmu,) http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2009/12/02/. http://Suciptoardi.wordpress.com/2009/12/29/profesionalisme-dunia-pendidikan-oleh Winarno-Surakhmad/2009/12/12/ http://www.unissula.ac.id/v1/download/Peraturan/PP_19_2005_STANDAR_N AS_PENDDKN.PDF/2009/01/09/ http://www.setjen.depdiknas.go.id/prodhukum/dokumen/5212007134511Perm en_16_2007.pdf./2009/12/04/. Indra Fachrudi Soekarto dan Tahalele, Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik,(Jakarta:Yudhistira,1995)
John M. Echols dan Hassan Shadili, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT.Gramedia, 1996) Kamal Muhammad „isa, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Fikahati Anesta, 1994) Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007) Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 1995) M. Yunus Namsa, Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia Wawasan Metodologi Pengajaran Agama Islam, Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1998) M Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2001) Nurdin, Syafruddin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. (Jakarta:Ciputat Press ,2003) Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta:PT.Bumi Aksara, 2004) Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004 ) Soekarto Indrafachrudi, Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik, (Jakarta: PT.Ghalia Indonesia, 1995) Sudarmanto Y.B.,Tuntunan MetodologiBelajar, (Jakarta:PT.Grasindo, 1993) S.Sadiman Arif, Media Pendidikan Pengertian Pengembangan Dan Pemanfaatannya ,(Jakarta:CV.Rajawali, 1986) Slameto, Proses Belajar-Mengaja Dalam Sisem Kredit Semester, (Jakarta: Bumi Aksara,1991) The Liang Gie, Cara Belajar Yang Efisien, (Jakarta:Gajahmada University Press, 1977) Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung:Citra Umbara,2006) Undang-Undang Guru Dan Dosen (Jakarta:Sinar Grafika,2006)
Usman, M.User dan Lilis Setiawan Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 1993) W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996) Usman, M.User dan Lilis Setiawan Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 1993)
Lampiran 2
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN
Nama
: NUR HATAK
Tempat/Tanggal lahir
: Semarang, 15 Desember 1982
Jenis kelamin
: Laki-laki
Status
: Kawin
Kebangsaan.Suku
: Indonesia/Jawa
Agama
: Islam
Alamat
: Kauman Kidul RT.03 RW.02 Kel. Kauman Kidul Kec.Sidorejo Kota Salatiga
Pendidikan
: a. Madrasah Ibtidaiyah lulus tahun 1998 b. MTsN lulus tahun 2001 c. MAN Salatiga lulus tahun 2004
Demikian riwayat pendidikan penulis dibuat dengan sebenar-benarnya, dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Salatiga, 27 Februari 2010 Penulis
Nur Hatak NIM. 11406171
Lampiran 3
Tabel 6 Skor Angket Penelitian Hubungan Profesionalisme Guru Bidang Studi Agama Islam dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Sidorejo Lor 01 Salatiga Tahun 2009
Nama Responden
: Drs. Purwnto, M.Pd
Jabatan
: Kepala Sekolah
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Somopuro RT. 02/ RW 08 Kel.Salatiga Kec. Sidorejo
Petunjunk Pengisian: Bacalah pertanyaan/pernyataan di bawah ini dan berilah nilai pada kolom skor/nilai sesuai dengan tingkat profesionalisme Guru. Alternativ jawaban dan skor yang disediakan adalah sebagai berikut: Mampu
: 80-100
Kurang Mampu
: 60-80
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tidak Mampu
: 40-60
Pernyataan/Pertanyaan
Skor/Nilai
Guru Agama Islam mampu membuat Rencana Program Pembelajaran (RPP) Guru Agama Islam mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Program Pembelajaran (RPP) Guru Agama Islam mampu membuat dan mengevaluasi Rencana Program Pembelajaran (RPP), setelah menemukan kekurangan dan kelebihan dalam proses pembelajaran Guru Agama Islam mampu merumuskan tujuan instruksional pembelajaran. Guru Agama Islam mampu merumuskan tujuan instruksional pembelajaran secara rutin Guru Agama Islam mampu merumuskan tujuan instruksional pembelajaran dengan baik dan benar Guru Agama Islam mampu menjelaskan materi pelajaran dengan baik
56 62 74 62 65 55 65
8. 9. 10. 11 12 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
Guru Agama Islam mampu menjelaskan materi pelajaran dengan maksimal Guru Agama Islam mampu menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan tingkat kecerdasan siswa Guru Agama Islam mampu menjawab pertanyaan atau soal dari siswa Guru Agama Islam mampu menjawab pertanyaan atau soal dari siswa dengan baik Guru Agama Islam mampu menjawab pertanyaan atau soal dari siswa dengan sangat jelas Guru Agama Islam mampu membangkitkan motivasi kepada siswa Guru Agama Islam mampu membangkitkan semangat belajar siswa Guru Agama Islam mampu mendorong motivasi belajar siswa
62
Guru Agama Islam mampu menggunakan metode mengajar yang bervariasi Guru Agama Islam mampu mengubah suasana belajar dengan menggunakan metode mengajar yang sesuai materi pelajaran Guru Agama Islam mampu menggunakan metode mengajar dengan tepat dan sesuai perkembangan jaman Guru Agama Islam mampu menggunakan alat bantu pengajaran ?
56
Guru Agama Islam mampu memanfaatkan seluruh alat bantu mengajar yang ada Guru Agama Islam mampu menggunakan alat bantu pengajaran dengan tepat Guru Agama Islam mampu mengatur dan mengubah suasana kelas Guru Agama Islam mampu mengatur dan mengubah suasana kelas secara berkala Guru Agama Islam mampu mengatur dan mengubah suasana kelas sesuai dengan kebutuhan Guru Agama Islam mampu memberikan teguran bagi siswa
62
Guru Agama Islam mampu menegur siswa yang mengganggu proses pembelajaran Guru Agama Islam mampu memberikan teguran bagi siswa yang terlambat masuk kelas Guru Agama Islam mampu mengatur murid
64
Guru Agama Islam mampu mengatur murid yang tidak tertib dalam proses pembelajaran Guru Agama Islam mampu mengatur murid yang sering keluar ruangan tanpa alasan yang tepat Guru Agama Islam mampu memberi reward dan sanksi pada
62
60 56 63 62 61 57 62
61 55 66
63 56 60 58 62
56 68
55 54
32. 33. 34.
siswa Guru Agama Islam mampu memberi reward kepada siswa yang aktif dalam pembelajaran Guru Agama Islam mampu memberi sangsi bagi siswa yang tidak mengerjakan tugas rumah Guru Agama Islam mampu membuat dan mengoreksi soal
56 57 56 67
36.
Guru Agama Islam mampu membuat soal sesuai dengan materi yang diajarkan Guru Agama Islam mampu mengoreksi soal dengan baik
37.
Guru Agama Islam mampu memberikan hasil penilaian (Raport)
67
38.
Guru Agama Islam mampu mengolah nilai hasil tes siswa
50
39.
Guru Agama Islam mampu mengadakan Remedial
66
35.
Guru Agama Islam mampu mengklasifikasi siswa yang perlu diremedi Total Nilai/Skor 40.
50
66 = 2415