PRODUKTIVITAS AGROFORESTRY MANGLID DAN KACANG MERAH DI SUB DAS CITANDUY HULU (Studi Kasus di Desa Sindang Barang, Kecamatan Panumbangan, Kabupate Ciamis) Sri Purwaningsih dan Dila Swestiani Balai Penelitian Teknologi Agroforestry, Jl. Raya Ciamis-Banjar KM.4 PO BOX 5 Ciamis E-mail:
[email protected]
ABSTRACT The objective of the research was to find out the suitability and productivity of Manglid (Manglieta glauca. Blume) and kidney beans (Phaseolus vulgaris L). The research was conducted in Citanduy watershed, at Sindang Barang Village, Sub-district Panumbangan, Ciamis District from February to May 2012. This research used primary and secondary data, primary data were obtained by collecting the soil samples then analyzed it in the laboratory, and by establishing the manglidkidney beans Agroforestry plots and measured the crop productivity. Secondary data were obtained by studying the literatures and by measuring the ecology data of manglid and kidney beans. Based on the land compatibility analysis results, manglid and kidney beans included in the quite appropriate category therefore both species can be grown in agroforestry pattern by adding the simple technologies. The average yield of red bean in agroforestry systems gained 1,09 tons/ha Key words: Agroforestry, manglid, Kidney beans, productivity
1. Pendahuluan Ekosistem hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS baik dari segi fungsi tata air, tata guna lahan maupun konservasi (Asdak, 2007). Oleh karena itu, penggunaan lahan di daerah hulu DAS hendaknya memperhatikan aspek perlindungan bagi lingkungan. Pengembangan agroforestry merupakan salah satu pilihan yang menjanjikan sebagai upaya konservasi dan peningkatan produktivitas lahan di Daerah hulu khususnya Sub DAS Citanduy Hulu. Agroforestry adalah gabungan ilmu kehutanan dengan pertanian, yang memadukan usaha kehutanan dengan pembangunan pedesaan untuk menciptakan keselarasan antara intensifikasi pertanian dan pelestarian hutan (Hairiah et al., 2003). Agroforestry berbasis kayu pertukangan dapat dijadikan alternatif dalam pengolahan lahan di daerah hulu DAS. Di samping bernilai ekonomis tinggi, tanaman kayu paling baik untuk stabilitas tanah, dimana akar pohon – pohonan yang dalam dapat memperkuat lereng, terutama untuk mencegah longsoran dangkal (Hardiyatmo, 2006). Manglid (Manglietia glauca BI) merupakan jenis kayu
pertukangan unggulan yang banyak dikembangkan di hutan rakyat Jawa Barat terutama pada dataran tinggi. Kayunya banyak disukai oleh masyarakat selain kayunya mengkilat, strukturnya padat, halus, ringan dan kuat. Pengembangan agroforestry dengan menjadikan manglid sebagai tanaman pokok mempunyai peluang potensial baik dari nilai ekonomi maupun konservasi. Masyarakat Desa Sindang Barang mengenal agroforestry dengan istilah wanatani. Sebagian besar masyarakat telah mengembangkan usaha wanatani lahan kering dengan memadukan beberapa jenis yang dirasa telah sesuai dengan kondisi daerahnya. Kacang merah (Phaseolus vulgaris L) merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang dibudidayakan, namun belum sepenuhnya dikembangkan secara luas. Padahal kacang merah mempunyai nilai protein tinggi dengan nilai jual yang kompetitif dan penanganan budidaya yang relatif mudah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian tempat tumbuh jenis manglid dan kacang merah di Desa Sindang Barang serta mengetahui pertumbuhan manglid dan produksi kacang merah dalam penerapan pola agroforestry.
Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012
279
2. Metode penelitian Penelitian dilakukan di Desa Sindang Barang, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis. Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari – Mei 2012. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer berupa pengambilan sampel tanah dan data fisik lahan serta pembuatan plot penelitian untuk mendapatkan data produktivitas manglid dan kacang merah. Pengambilan sampel tanah dilakukan secara komposit pada kedalaman 0 – 20 cm dan 20-40 cm. Sampel tanah kemudian dianalisis di laboratorium tanah Fakultas Pertanian Universitas Jendral Soedirman. Adapun pengambilan data fisik berupa kelerengan dan ketinggian tempat. Plot penelitian berbentuk square sebanyak 3 blok yang masing – masing blok terdiri atas 36 tanaman manglid dengan jarak tanam 2 m x 3 m. Pembuatan plot dimulai dengan pembukaan lahan, pengolahan tanah secara minimum tillage, dan pembuatan bangku teras tanam yang ditanami rumput gajah. Penanaman manglid dimulai dengan pemasangan ajir, pembuatan lubang tanam dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm, pemberian pupuk kandang sebanyak 2 kg pada masing – masing lubang tanam kemudian dilakukan penanaman bibit manglid yang telah berumur 4 bulan. Penanaman kacang merah dimulai dengan pembuatan bedengan diantara tanaman manglid dengan diselingi saluran drainasi sedalam 25-30 cm dengan lebar 20 cm. Benih kacang merah merupakan benih varietas lokal musim tanam sebelumnya. Benih ditanam dengan cara menugal tanah sedalam 2-3 cm dengan jarak 20 cm sebanyak 2 buah/lubang. Sebelum ditutup dengan tanah, lubang diberi pupuk kandang sebanyak 30 gram. Pemeliharaan tanaman dilakukan bersamaan antara manglid dan kacang merah. Seminggu setelah penanaman dilakukan penyulaman terutama pada kacang merah. Penyemprotan hama penyakit dilakukan 2 kali yaitu 1 dan 2 bulan setelah masa tanam. Adapun penyiangan, pembubunan, dan pemupukan dilakukan bersamaan sesaat sebelum kacang merah berbunga (1,5 bulan setelah tanam). Pemanenan kacang merah dilakukan setelah 55 hari dimana polong buah berwarna kemerahan dan biji berwarna merah pula. Pengukuran manglid dilakukan pada awal tanam dan setelah panen kacang merah untuk mendapatkan data diameter dan tinggi tanaman. Sedangkan pengukuran kacang 280
merah dilakukan pada waktu pemanenan dengan menimbang seluruh hasil panen berupa polong pada masing – masing blok penelitian. Pengambilan data sekunder dilakukan melalui studi pustaka untuk mendapatkan data ekologi manglid dan kacang merah serta melengkapi kondisi biofisik lokasi lainnya. Analisis data dilakukan secara matematik dan deskriptif. Data hasil penelitian disajikan berupa tabel kemudian dilakukan analisis dan interpretasi terhadap sajian data tersebut. 3. Hasil dan pembahasan 3.1. Kesesuaian tempat tumbuh Prinsip pemilihan jenis dalam agroforestry adalah ketepatan antara lokasi penanaman dengan karakteristik jenis terpilih (Suryanto, 2005). Kesesuaian karakterisik lahan dengan jenis tanaman akan mempengaruhi tingkat adaptasi tanaman sehingga berpengaruh pula terhadap produktivitas tanaman yang dihasilkan. Berdasarkan beberapa parameter yang diperoleh, jenis manglid dan kacang merah memiliki tingkat kesesuaian yang cukup untuk ditanam di lokasi penelitian (Tabel 1). Jenis manglid dan kacang merah berada pada kisaran sesuai dan cukup sesuai. 3.2. Produktivitas agroforestry manglid dan kacang merah Pada tanaman manglid, produktivitas ditunjukan dalam bentuk pertumbuhan diameter dan tinggi tanaman selama penerapan pola agroforestry. Sedangkan produktivitas kacang merah merupakan hasil panen yang diperoleh pada satu musim dalam agroforestry dengan manglid. Tabel 2 menunjukan bahwa produksi kacang merah yang dihasilkan sebanyak 1,09 ton/ha dan berada pada kisaran produksi yang biasa dihasilkan oleh petani di daerah Sindang Barang yaitu 0,7 – 1,4 ton/ha (pers com). Akan tetapi produksi ini masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan data produksi kacang merah di Kecamatan Panumbangan yang mencapai 3 ton/ha (BP4K Ciamis, 2011). Rendahnya produksi ini disebabkan oleh serangan hama dan penanganan pemanenan. Serangan hama terjadi ketika tanaman dewasa menjelang pemanenan. Serangan ini tidak begitu terlihat secara kasat mata karena bagian yang diserang adalah bagian dalam tanaman, sehingga secara penampakan hanya terlihat lubang pada polong tanaman. Kemungkinan
Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012
Tabel 1. Tingkat kesesuaian jenis manglid dan kacang merah dengan lokasi penelitian Manglid Kacang merah No Parameter Lokasi Syarat Syarat tumbuh kesesuaian kesesuaian tumbuh latosol, andosol, 1. Jenis tanah Andosol andosol,podsolik sesuai sesuai regosol 1 merah kuning Ketinggian tempat 400 – 1200 1 50-3000 2 2. 835 sesuai sesuai (mdpl) 0 - 15 % 1 Cukup 3. Kelerengan (%) 15 - 40 sesuai 5,5 - 6,8 2 Cukup 4. pH 5,4 sesuai 1 2 2000 - 3500 400-1600 Cukup 5. Curah Hujan (mm/th) 2320 sesuai sesuai Cukup Basah – 6. Tipe iklim C (agak basah) lembab sesuai sesuai kering3 Ket : 1 Rohandi et al., 2010 2 Purdue University, 2010 3 Mitra Dwi, P. 2008
Tabel 2 Produktivitas manglid dan kacang merah pada pola agroforestry di Desa Sindang Barang, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis Produksi kacang Pertumbuhan Prediksi pertumbuhan/th Persentase merah manglid per 2 bulan Blok hidup (%) kg/plot kg/ha Ø (mm) t (cm) Ø (mm) t (cm) 100,00 I 19,4 1,29 1,88 7,72 11,28 46,33 94,44 II 14,5 0,97 2,15 6,60 12,91 39,60 100,00 III 15,0 1,00 1,73 6,14 10,39 36,86 98,15 rata-rata 16,3 1,09 1,92 6,82 11,53 40,93 besar induk hama telah menyimpan telur ketika polong muda sehingga larva berkembang di dalam polong hingga dewasa. Sedang pemanenan dilakukan secara serempak pada semua tanaman kacang merah. Ketidakseragaman tingkat kematangan kacang merah menyebabkan beberapa polong mengalami kebusukan akibat dari keterlambatan pemanenan. Polong yang mengalami kebusukan pada masing-masing blok diperkirakan mencapai 5 kg/plot. Apabila dibandingkan dengan daerah Indonesia lainnya seperti propinsi Jawa Timur, produksi kacang merah di Desa Sindang Barang masih lebih baik, dimana propinsi Jawa Timur menghasilkan 0,33-0,65 ton/ha (Distan, 2008). Tetapi lebih rendah apabila dibandingkan dengan Kabupaten Donggala yang mencapai 3,6 ton/ha (Distanak, 2007). Perbedaan produksi yang dihasilkan tentunya dipengaruhi oleh tempat tumbuh, jenis kacang
merah, dan aplikasi teknologi silvikultur yang diterapkan dalam pembudidayaan. Pada tanaman manglid dilakukan pengamatan terhadap persentase hidup untuk menunjukan gambaran tingkat keberhasilan dari penanaman. Persentase hidup merupakan perbandingan antara tanaman yang mampu bertahan dengan jumlah tanaman pada waktu penanaman dikalikan dengan 100%. Hasil pengamatan menunjukan bahwa manglid pada umur 2,5 bulan, daya hidup tanaman mencapai 98,15% (Tabel 2). Berdasarkan hasil perhitungan persentase hidup yang mencapai > 80%, maka penanaman manglid termasuk dalam kategori berhasil (Lampiran PP Menhut No.20, 2009). Produktivitas manglid ditunjukan oleh nilai pertumbuhan diameter dan tinggi selama masa pola agroforestry dengan kacang merah. Nilai pertumbuhan merupakan selisih dari nilai parameter akhir musim dengan awal
Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012
281
Tabel 3 Produktivitas lahan pada agroforestry manglid dan kacang merah No Jenis Produksi agroforestry Produksi monokultur LER 1. Manglid 1,92 mm 2,92 mm LER = ∑ Ypl/Yml 2. Kacang merah 1,09 ton/ha 1,4 ton/ha LER = (Ka/Km + Ma/Mm) LER = 1,44 Ket : Ypl= Produksi (pertumbuhan) yang diperoleh dari pola agroforestry. Yml = Produksi (pertumbuhan) yang diperoleh dari pola monokultur. Ka = Produksi kacang merah secara agroforestry (kg/ha) Km= produksi kacang merah secara monokultur (kg/ha, diperoleh dari nilai produksi masyarakat tertinggi di Desa Sindang Barang) Ma = riap manglid permusim secara agroforestry Mm = riap manglid permusim secara monokultur
penanaman. Pada periode 2 bulan tersebut tanaman manglid mengalami pertumbuhan rata – rata diameter dan tinggi sebesar 1,92 mm dan 6,82 cm. Pada awal pertumbuhan, tanaman manglid masih melakukan proses adaptasi dengan lingkungan sehingga nilai pertumbuhan apabila dikonversi dalam tahun masih lebih rendah dibandingkan dengan riap manglid pada umumnya. Riap manglid yang diprediksi mencapai 11,53 mm/th (1,15 cm/th) lebih rendah dibandingkan riap manglid yang mencapai rata – rata 1,75 cm/th (Sudomo, 2008). Secara umum nilai masing – masing produktivitas manglid dan kacang merah memang lebih rendah dibandingkan dengan pola monokultur yang telah ada dan atau diterapkan oleh masyarakat. Tetapi, apabila dihitung nilai produktivitas total keduanya pada pola agroforestry akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan pola monokultur. Hal ini ditunjukan dengan nilai LER > 1 (Tabel 3). 4. Kesimpulan Jenis manglid dan kacang merah cukup sesuai diterapkan pada pola agroforestry di Desa Sindang Barang, Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis yang merupakan salah satu daerah sub DAS Citanduy Hulu. Produktivitas kacang merah secara agroforestry dengan manglid mencapai 1,09 ton/ha. Persentase hidup jenis manglid dengan pola agroforestry termasuk dalam kategori berhasil 98,15 % dengan pertumbuhan sebesar 0,77 mm/bln. Pola agroforestry manglid dan kacang merah mampu meningkatkan produktivitas lahan dengan nilai LER > 1.
282
5. Daftar pustaka Asdak. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta BP4K. 2011. Programa Panumbangan 2012. BP4K Kabupaten Ciamis Distan. 2008. Luas Areal, Tanam, Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Sayuran dan Buah Buahan Semusim di Jawa Timur Tahun 2007. Diakses dari http://www.jatimprov.go.id pada tanggal 14 Mei 2012 Distanak. 2007. Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas Kacang Merah di Kab. Donggala 2007. Diakses dari http://distanak.donggala.go.id pada tanggal 14 Mei 2012 Hairiah, K. Widianto, Sardjono MA, dan Sabarnurdin, S. 2003. Pengantar Agroforestry. Word Agroforestry Center (ICRAF). Bogor. Indonesia Hardiyatmo, HC. 2006. Penangangan Tanah Longsor dan Erosi Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Meliala, J. 2008. Pengaruh ruang, media, wadah, dan periode penyimpanan terhadap viabilitas benih manglid (Manglietia glauca Blume). Skripsi pada Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Mitra Dwi, P. 2008. Pertumbuhan Kacang Merah pada Medium yang Berbeda. Diakses dari http://kacangmerahmitra.blogspot.com/ pada tanggal 14 Mei 2012
Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012
Purdue University. 2010. Beans (Phaseolus spp). Diakses dari (http://www.hort. purdue.edu/newcrop/1492/beans.html) pada tanggal 14 Mei 2012 P.20/Menhut-II/2009. Panduan Penanaman Satu Orang Satu Pohon (One Man One Tree). Lampiran Rohandi, A; D. Swestiani; Gunawan; Y. Nadiharto; B. Rahmawan dan I. Setiawan. 2010. Identifikasi Sebaran Populasi dan Potensi Lahan Jenis Manglid untuk Mendukung Pengembangan Sumber Benih dan Hutan Rakyat di Wilayah Priangan Timur. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Kehutanan Ciamis. Ciamis. Sudomo, A. 2008. Karakteristik Pertumbuhan dan Tempat Tumbuh Manglid di Hutan Rakyat Dusun Babakan Lame, Desa Cibongkang, Kecamatan Taraju, Kabupaten Tasikmalaya. Data Laporan Hasil Penelitian. Balai Penleitian Kehutanan Ciamis. Suryanto. 2005. Dinamika Sistem Berbagi Sumberdaya (Resources Sharing) dalam Agroforestry : Dasar Pertimbangan Penyusunan Strategi Silvikultur. Ilmu Pertanian 12 : 165
Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012
283