Produktifitas Kerja dan Kaitan dengan Desain Ditinjau dari Segi Ergonomi Hanny Najoan Aloysius Baskoro Junianto Jurusan Desain Produk Universitas Pelita Harapan UPH Tower, Lippo Karawaci, Tangerang 15811, Indonesia
Abstract
Productivity is one of the main discussion in ergonomic from time to time. The importance of productivity deals with number of ratio between input and output. It also discuss about effectiveness of task performance that concerns of output quantity, quality and time performance. Productivity is inferred not only by human as a subject or operator, but also deal with tools, equipment design, and working environment. Though, most of the existing tools and equipment design had already established, new equipment design needs to be explored in order to exceed productivity value. By consider ergonomic aspects, understand user problems and to comply with certain occupational safety and health as well as ergonomic standard, new design could be achieved more appropriate that will solve many ergonomiv problems and finally will increase productivity.
Keywords: Productivity, design, ergonomic
PENDAHULUAN Manusia dalam hidupnya menginginkan kebahagiaan, kesejahteraan, ketenteraman hidup dalam lingkungan yang aman, nyaman, serasi. Untuk mencapai tujuan demikian manusia harus menggunakan kemampuan, tenaga, dan pikiran sebaik-baiknya. Sumber daya alam di Indonesia berlimpah ruah dan bila digabung dengan sumber daya manusia akan menjadi manfaat bagi kehidupan manusia, menjadi asset kehidupan yang produktif. Dalam era teknologi dewasa ini didukung oleh industri, segala kehidupan masyarakat. Produk-produk yang dihasilkan oleh industri diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai hasil industri yang optimal, nilai/mutu produk yang maksimal dengan biaya produksi yang minimal, tidak lepas dari usaha-usaha peningkatan produktifitas. Semua unsur baik dari unsur material, produksi, manajemen, maupun manusia yang terlibat dalam proses produksi perlu ditinjau keterkaitannya satu sama lain.
2d3d
187
Salah satu upaya peningkatan produktifitas yang paling dekat dalam bahasan ergonomi adalah aspek manufacturing dalam bidang industri merupakan kegiatan dari satu unit kerja atau kelompok kerja yang terkait dalam suatu proses kerja yang memproses bahan baku menjadi produk akhir. Outputnya ditentukan oleh masukan yang bagaimana dan menjadi sistem proses yang bagaimana yang menunjang kegiatan manufacturing. Kegiatan manufacturing melibatkan komponen-komponen sebagai berikut: • bahan baku • mesin-mesin, peralatan kerja » sarana pembantu • fasilitas penunjang • manusia sebagai pelaksana kerja (operator) • produk akhir Seringkali komponen manusia dalam proses industri kurang mendapat perhatian, dimana mesin-mesin, peralatan dan sarana lainnya, dasarnya tergantung pada manusia yang mengerjakannya. Pada waktu yang lampau perhatian lebih banyak dilimpahkan pada sistem produksi yang menitikberatkan pada komponen perangkat keras dan sedikit sekali pemikiran pada komponen manusia. Segi ergonomi justru mebantu pada masalah-masalah yang menyangkut manusia dalam bidang proses produksi pada industri. Suksesnya salah satu sistem produksi biasanya dinilai dari besarnya produktifitas yang merupakan rasio antara: « Efektivitas masukan yang menghasilkan keluaran yang diharapkan « Efisiensi penggunaan sumber seefektif mungkin untuk mencapai hasil yang optimal Hal yang penting adalah faktor performis manusia yang menentukan usaha peningkatan produktifitas dalam proses industri.
RUANG LINGKUP PENINGKATAN PRODUKTIFITAS Apakah sebenarnya produktifitas dan kaitannya dengan kerja manusia? Produktifitas dalam terminology ergonomi memang tidak dapat dipisahkan. Karena salah satu tujuan utama dari ilmu ergonomi adalah peningkatan produktifitas. Dalam kaitannya dengan ergonomi, produktifitas sering kali dinyatakan dalam ukuran-ukuran obyektif dari tingkat keberhasilan kerja. Dengan kata lain, nilai keluaran yang dihasilkanlah yang dijadikan parameter pengukuran tersebut.
188
2d3d
Selanjutnya Sanders dan McCormick (1992) menyatakan bahwa pengukuran 'task performance' yang dapat pula dinyatakan sebagai pengukuran performansi tingkat produktifitas kerja diklasifikasikan sebagai berikut: • Output Quantity * Output Quality • Time performance Kuantitas output dinyatakan sebagai jumlah keluaran yang dihasilkan seorang pekerja datam menyelesaikan pekerjaannya, misalnya saja jumlah beban yang mampu diangkat oleh pekerja ke dalam truk. Sedangkan kualitas output adalah kualitas hasil kerja yang dikaitkan dengan nilai keberhasilan, jumlah kesalahan dan tingkat ketepatan misalnya saja jumlah error yang terjadi, ketepatan menembak, dsb. Performansi waktu sangat terkait dengan dua klasifikasi pengukuran kinerja sebelumnya. Kuantitas keluaran dapat dinyatakan pula dalam jumlah keluaran per satu satuan waktu dan demikian pula dengan tingkat kualitas yang terjadi per satu satuan waktu tertentu. Walau sering kali dijelaskan bahwa kaitan ergonomi dan produktifitas lebih difokuskan terhadapa masalah sistem kerja dan manajerial, namun pada hakekatnya peranan desain tidak dapat dilepaskan begitu saja. Hal yang paling terasa adalah jika desain peralatan tidak sesuai dengan ketentuan kerja suatu tugas maka efektifias kerja akan terganggu, waktu dan biaya akan semakin meningkat dan akhirnya produktifitas tidak akan terpenuhi. Untuk itu telah diadakan berbagai usaha penelitian kerja {work study) dalam rangka peningkatan produktifitas dalam industri yang mencakup faktor-faktor sebagai berikut: a. Telaah Metode (Methods Study), yang meneliti metode yang dipakai untuk mendapatkan metode yang paling efektif. b. Pengukuran Kerja (Work Measurement), untuk mengukur kecepatan kerja untuk meningkatkan cara kerja yang lebih cepat dan efisien. c. Percontohan Kegiatan (Work Sampling), guna mencari rasio keefektifan, efisiensi dari tenaga kerja atau peralatan yang digunakan secara produktif. d. Keselamatan Kerja (Occupational Safety), yang meneliti situasi pekerjaan, supaya pekerja dengan aman mengerjakan mesin atau peralatan. e. Kesehatan Kerja (Occupational Health), yang memperhatikan kondisi kerja, agar dapat dijaga kesehatan pekerja dari hal-hal yang membahayakan seperti gas bercun, radiasi, dan sebagainya. f. Keamanan Lingkungan Kerja (Security of the Work Environment), supaya dijaga kemanan tempat kerja dari bahaya umpama kebakaran, agar disediakan alat pemadam kebakaran sederhana, jalan keluaryang memadai, dan Iain-lain.
2d3d
189
g.
Pendekatan Ergonomis (The Scientific Study of the Relationship between Man and His Working Environment), bidang ilmu yang menerapkan studi keserasian hubungan manusia dengan sistem kerja yang dikendalikannya. Sistem kerja yang melibatkan komponen-komponen seperti mesin seperti mesin dan peralatan dengan lingkungan kerja, yang ditinjau dari segi ergonomis. Penelitian diadakan untuk mengetahui masalah-masalah sebagai berikut: • Kemampuan dan keterbatasan manusia secara fisik dan psikologis dalam melaksanakan pekerjaan tertentu, dalam waktu tertentu. • Sistem kerja manusia dan mesin/peralatan (man-machine system). • Lingkungan hidup/kerja yang bagaimana untuk manusia untuk dapat hidup dan bekerja dengan aman, nyaman, tenteram, selamat, dan sejahtera. Semua masalah terkait dengan manusia sebagai pelaku kerja. Namun demikian dalam konsep 'fitting the task to the man', ada faktor-faktor yang mendukung sebuah keberhasilan dalam pencapaian target kerja di samping batasan-batasan tersebut di atas. Sikap dan perilaku kerja pun akan sangat mempengaruhi tingkat pencapaian produktifitas kerja. Selain sikap kerja dapat berpengaruh pada postur kerja yang benar, jika didukung sarana yang sesuai kaidah ergonomi, sikap kerja secara psikologis dapat mendukung suasana kerja yang baik. Hal ini berkaitan dengan aspek perilaku (behaviour), di mana perilaku kerja yang baik tentunya akan mendukung hasil kerja maksimal. Dalam kaitannya dengan beban kerja, masalah perilaku sangat terkait erat dengan mental workload. Sanders dan McCormick (1992) menjelaskan konsep beban kerja mental berbasis pada perbedaan antara sejumlah sumber (resources) yang dikehendaki oleh situasi kerja, sehingga beban kerja mental dapat ditentukan dengan menentukan jumlah sumber yang ada (dalam hal ini pekerja) atau merubah situasi kerja (task) yang terkait. Sebagai contoh adalah dengan menambah jam kerja atau dengan menambah jumlah peralatan. Keputusan yang diambil oleh manajer dapat berpengaruh pada sikap kerja secara perilaku. Jika untuk meningkatkan produktifitas manajer memutuskan untuk menambah jam kerja sementara situasi kerja tidak berubah, maka beban kerja mental (maupun fisik) akan mengalami peningkatan, dan jika tidak diantisipasi maka akan mengakibatkan beban kerja berlebih, di mana kondisi ini sama sekali tidak diinginkan.
190
2d3d
Gambar 1 Apakah perilaku seperti ini dapat meningkatkan produktifitas kerja? Dari: http://www.berlinfactor.com/images/tfdj/ergonomic.jpg
FAKTOR ERGONOMI DALAM PRODUKTIFITAS DAN ASPEK PERANCANGAN
Istilah ergonomi berasal dari kata Yunani yaitu ergos yang berarti bekerja dan kata nomos yang berarti hukum alam. Dengan demikian ergonomi dalam pengertian dasarnya merupakan bidang ilmu yang mempertimbangkan segala aspek yang terkait dalam sistem kerja sesuai dengan hukum alam. Istilah yang dipakai di Jerman adalah Arbeitwissenschaft, di negara Skandinavia adalah Bioteknologi, di Amerika Serikat disebutnya dengan Human Engineering atau Human Factor Engineering, atau pula disebutnya Personnel Research. Di Indonesia masih merupakan ilmu yang belum banyak dikenal dan dimanfaatkan. Kata dalam bahasa Indonesia telah disebut istilah Tata Karya. Sejarah ergonomi di Indonesia masih belum panjang: beberapa lokakarya telah diselenggarakan oleh pihak departemen pemerintah dan perguruan tinggi, antara lain InstitutTeknologi Bandung, Trisakti, dan InstitutTeknologi 10 November Surabaya. Bidang ilmu ergonomi mulai dikenal pada zaman Perang Dunia II, dimana diadakan penelitian untuk peningkatan efisiensi dalam pelaksanaan tugas-tugas kemiliteran. Beberapa kecelakaan penerbangan pesawat militer terjadi dari rancangan workstation
2d3d
191
dalam pesawat, yang tidak sesuai dengan reaksi pilot untuk display informasi, ini hasil dari penelitian yang dilakukan oleh pihak Angkatan Udara Amehka Sehkat. Umpama pada instrumen yang memberi informasi ketinggian pesawat dibuat dalam bentuk cakra bundar dengan jarum jam yang berputar. Setelah terjadi kecelakaan pesawat maka diadakan riset yang menghasilkan bukti bahwa display informasi untuk pilot terdapat kesalahan desain. Setelah didirikan Ergonomics Society Research pada tahun 1948, maka terjadi saling tukar-menukar pengalaman antara berbagai disiplin ilmu dalam peningkatan performansi manusia. Pengalaman yang didapat dari Perang Dunia II diterapkan pada industh. Pelatihan para pekerja diadakan untuk menyesuaikan pekerjaan kepada manusia yang mengerjakannya. Dalam "Fitting the Task to the Man" dari Prof. Etienne Grandjean, produktifitas dapat diwujudkan bila hal ini diperhatikan. Ergonomi merupakan ilmu yang inter-disipliner, yang terdiri dari teoh-teori antara lain: • fisiologi • psikologi • anthropometri • teknik dan teknologi Di Amerika Sehkat yang disebut Human Engineering atau Human Factor, lebih merupakan gabungan antara psikologi dan engineering, yang pada dasarnya menyangkut "Human Experimental Psychology". Ergonomi membantu kita mengenal kemampuan dan keterbatasan manusia dengan sifat-sifat fisik dan psikologis, untuk penyesuaian kondisi pekerjaan dari semua komponen yang terkait secara optimal. Pemanfaatan ergonomi untuk peningkatan efisiensi yang akan menghasilkan produktifitas dijelaskan dalam butir-butir sebagai berikut: a. Persyaratan kerja pada efisiensi kerja dengan konsep: • Apa yang pekerja hams lakukan • Bagaimana seharusnya ia melaksanakan pekerjaan tersebut • Dimana ia harus lakukan pekerjaan Dalam menemui masalah maka harus dapat dicari alternatif metode kerja yang lain yang lebih baik. Tata letak mesin atau peralatan yang harus menjadi perhatian, atau pengoperasian peralatan yang diluar kemampuan pekerja harus diperbaiki. b. Merancang mesin-mesin, peralatan untuk pekerja dapat bekerja diluar kemampuan pekerja, sehingga beban kerja yang berlebihan akan mempunyai dampak fisiologis pada pekerja, umpama beban kerja statis yang merupakan beban kerja yang tidak efisien.
192
2d3d
c.
Merancang mesin, peralatan sesuai ukuran tubuh, sifat kerja, sikap kerja, sehingga dapat bekerja secara efisien sesuai dengan keterbatasan fisik pekerja. Karena dengan demikian hasil kerja dapat ditingkatkan. Penggunaan energi bagi pekerjaaan bersikap duduk harus lain dengan sikap kerja berdiri, ukuran tubuh orang dari negara Barat beda dengan ukuran tubuh orang Timur.
Gambar2. Sikap kerja yang baik adalah akibat dari desain yang sesuai secara ergonomi dari :http://www.glencoe.com/ps/keyboarding/general/ergonomics.html d.
§
2d3d
Perencanaan tempat kerja harus mempertimbangkan berbagai aspek dari macammacam bidang ilmu seperti antropologi, fisiologi, psikologi, teknik, teknologi, metode kerja, dan sebagainya. Bila lingkungan kerja menunjang gairah kerja, maka para pekerja dapat bekerja secara produktif. Faktor antropometri menbantu sikap kerja dan posisi kerja yang wajar, yang alami. Ukuran tubuh yang menjadi paramenter untuk ruang kerja dengan batasan-batasan jangkauan tangan ke atas maupun dalam bidang kerja horizontal, ruang gerak kaki juga diperhatikan dalam mengerjakan tugas yang memerlukan kaki. Belum termasuk ruang "fiktif" yang merupakan ruang dalam arti kebutuhan "privacy" seseorang. • Faktor penerangan ruang kerja mata yang diperlukan dalam melaksanakan tugas yang dilakukan, apakah itu pekerjaan yang harus cermat, terperinci,
193
atau tidak. Akomodasi mata tergantung juga pada kekuatan cahaya dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut: o Kontras cahaya yang jatuh pada objek dengan lingkungannya o Jarak antara mata dan objek o Adaptasi mata dari gelap ke terang.atau dari terang ke gelap o Faktorumur operator • Faktor suara juga merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan. Dalam hal menggunakan faktor cuara secara positif, umpama mendengarkan musik klasik pada pasien pada waktu operasi, atau musik yang menenangkan pada waktu jam tidur anak-anak. Tapi suara yang bising bisa mengakibatkan rusaknya pendengaran, salah menangkap kata-kata, efek fisiologis, efek psikologis. • Faktor suhu udara, tergantung pekerjaan, waktu bekerja, suhu ruang sekelilingnya, letak geografis tempat pekerjaan. Pada umumnya manusia memiliki patokan rasa kenyamanan yang berbeda, yang disebut "comfort zone". Bagi orang Eropa rentang suhu yang dirasakan nyaman adalah pada suhu 20° 23° Celcius. Sedangkan bagi orang di negara Tropis adalah 26° - 27° Celcius. Penerapan faktor-faktor ergonomi sedikitnya membawa kita pada pemikiran bahwa dalam pelaksanaan semua pekerjaan, yang memegang peran penting adalah manusia.
Precision Work
Light Work
Heavy Work
Gambar 3 Setiap jenis pekerjaan membutuhkan sarana kerja yang berbeda Dari: http://www.ergonext.com/aa-clipart/3-men-work-height.gif
Pada prinsipnya, ergonomi harus dapat mengakornodasi limitasi dan batasan manusia/pekerja baik secara fisik maupun mental. Hal ini juga akan sangat berpengaruh
2d3d
pada desain peraltan kerja yang tetap harus mengindahkan keselamatan, efektifitas dan efisiensi demi mencapai keberhasilan tugasnya. Desain peralatan kerja juga sangat terkait dengan permasalahan beban kerja fisik dan mental. Telah dibahas di bab sebelumnya mengenai beban kerja. Optimasi beban kerja adalah salah satu pertimbangan untuk pencapaian desain ini. Optimasi yang dimaksud adalah dengan mengurangi kemungkinan terjadinya beban kerja (baik fisik dan mental) yang berlebih namun tetap menyediakan tempat di mana situational awareness akan tetap ada, sehingga beban kerja tersebut tidak boleh sampai pada titik terendah. Sebagai contoh, bebarapa kasus pekerjaan dengan work bench atau workstation yang mengharuskan pekerjanya berdiri dimaksudkan bahwa si pekerja memang harus tetap awas (aware) pada situasi. Namun di sisi lain ada pekerjaan teliti yang mengharuskan si pekerja melakukan pekerjaan detail dan membutuhkan presisi tinggi dan membutuhkan waktu yang lama, tentunya harus disediakan sarana yang lebih nyaman. Error tolerance desisn, menjadi salah satu pertimbangan perancangan berbasis ergonomi untuk pencapaian produktifitas. Apa yang disebut dengan error tolerance desisn adalah desain dengan mengacu pada minimalisasi kemungkinan terjadinya error saat melakukan pekerjaan. Hal ini juga terkait dengan permasalhan beban kerja operator. Penerapan prinsip-prinsip human-centered design. Human-centered design adalah sebuah prinsip perancangan yang menekankan pada sisi manusia baik secara fisik maupun mental. Hal ini bertujuan bahwa manusia merupakan pusat semua pengambilan keputusan. Hal ini terkait juga dengan otomasi sistem yang selama ini banyak dilakukan di industri manufaktur besar dan desain berteknologi tinggi dengan pemanfaatan komputer. Semakin banyak informasi yang akan ditampilkan maka semakin berat pengambilan keputusan di mana kapasitas memori manusia yang terbatas. Dengan pendekatan human-centered design sejumlah informasi tertentu ditampilkan sesuai kebutuhan dan prioritas sehingga beban kerja operator dapat optimal. Selain dari desain peralatan yang sudah baku dan sering digunakan seperti bor tangan, palu, dsb, ada beberapa jenis peralatan bantu kerja yang harus terus dipikirkan pengembangan desainnya. Hal ini disebabkan karena perkembangan jaman dan industrialisasi yang terus berkembang menuntut perubahan tata cara kerja. Salah satunya adalah alat bantu angkat. Sebagai contoh misalnya dalam kegiatan sehari-hari karena kebutuhan konsumen yang makin tinggi maka peningkatan pelayanan harus ditingkatkan pula, dan hal tersebut akan berpengaruh pada distribusi barang dan pada akhirnya akan mempengaruhi pula metode 'handling' suapaya lebih cepat. Tentunya hal ini akan berpengaruh pada target produktifitas secara keseluruhan, dan metode 'handling'
2d3d
195
konvensional seperti metode manual akan sangat berpengaruh pada ketepatan dan kecepatan kerja dan pada akhirnya juga dapat menpengaruhi kondisi fisik pekerja, misalnya saja kecelakaan atau cidera yang mungkin terjadi.
Gambar 4 Desain peralatan baru dapat mempermudah pekerjaan Dari:http://sigma-tec.com/images/gallery/ergolift/rotatedrum1.jpg
PENDEKATAN STANDAR ERGONOMI DALAM PERANCANGAN
Desain pada prisnipnya adalah sebuah proses pemecahan masalah, dan dalam kaitan dengan aspek ergonomi, salah satu masalah yang harus dipecahkan adalah bagaimana meningkatkan produktifitas kerja melalui desain yang ergonomis. Pendekatan yang harus dilakukan pun sedikit banyak akan memerlukan pendekatan pragmatis dan empiris. Survei dan kelengkapan data seperti antropometri atau bahkan eksperimen perlu dilakukan untuk menemukan solusi yang tepat. Di samping itu dengan memperhatikan dan menggunakan standard yang ada seperti ISO, OSHA, Mil Std, dsb dapat memudahkan perancang untuk menetapkan solusi yang tepat. Untuk itu, kerja sama multi disiplin perlu dilakukan untuk memperoleh hasil optimum. Gambar 4 di bawah ini sedikit menjelaskan bagaimana desain yang inovatif dapat mempermudah pekerjaan manusia. Salah satu prinsip ergonomi yang digunakan oleh ISO dengan kode ISO/FDIS 6385, Ergonomic principles in the design of work systems menyatakan: "...is expected to increase user satisfaction and productivity, decrease support and training costs and improve user health and well being". Selanjutnya, Eveleens (2003) menjelaskan bahwa
2d3d
aplikasi IS06385 harus diterapkan dalam proses desain sebuah sistem kerja dan untuk mengantisipasi efek-efek negatif seperti keterlambatan, biaya berlebihan, kualitas desain yang rendah serta kemudahan (usability) yang buruk35. Standar IS06385 merupakan acuan dari banyak standar ergonomi yang ada. Occupational Safety and Health Administrate (OSHA) dari departemen tenaga kerja Amerika Serikat (U.S. Department of Labor) pun menjabarkan berbagai aturan tentang keselamatan kerja dan panduan dalam perancangan sistem kerja yang lebih berorientasi pada pencegahan kecelakaan kerja dan meminimalisasi terjadinya musculusceletal disorder atau sering disebut sebagai cedera otot akibat kerja. OSHA dalam hal ini juga telah menetapkan berbagai aturan-aturan seperti cara mengangkat beban, postur kerja yang dianjurkan, dsb. Hal ini dibuat untuk menghindari kemungkinan terjadinya cedera dan kecelakaan yang sering terjadi dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja dan produktifitas. Beberapa aturan yang berkenaan dengan ergonomi dalam kaitannya denga desain yang lebih spesifik pada khususnya juga dituangkan dalam berbagai standar baku misalnya SAE (Standard of Automotive Engineering) untuk desain otomotif dan kendaraan darat, FAR (Federal Aviation Regulation) untuk desain alat transportasi udara, pun MIL STD (Military Standard) misalnya MIL STD 1472F yang sering diterapkan baik untuk kepentingan militer maupun sipil. Standar-standar tersebut menjelaskan secara rinci tentang prinsip-prinsip ergonomi dalam perancangan.
KESIMPULAN Suatu sistem industri yang mengacu pada satu pola operasional tertentu perlu adanya pemikiran mengintegrasikan komponen-komponen dari material, lingkungan fisik kerja, mesin/peralatan dengan manusia sebagai pelaksana kerja. Walaupun manusia mempunyai kelebihan maupun keterbatasannya, ia harus dapat bekerjasama dengan komponen kerja lainnya. Ergonomi berusaha untuk memberikan masukan bagi perancang dasar pertimbangan yang harus diambil dalam merancang produk, fasilitas, lingkungan kerja yang "manusiawi". Namun demikian perancangan dengan berdasarkan ergonomi harus mengacu pada aturan (regulasi) dan standar baku yang sudah ada demi keselamatan juga produktifitas
35
Eveleen, W (2003), A basic ergonomic standard, How to provide optimal working conditions for personnel, ISO Buletin, Juni 2003, hal 3-5
2d3d
197
kerja. Pendekatan desain melalui penelaahan standar dan aturan ergonomi sedikit banyak akan lebih memudahkan perancang dan peneliti ergonomi untuk menjabarkan sebuah permasalah pada satu acuan yang jelas dan berdasarkan hasil riset yang komprehensif. Untuk itu, mengacu pada standar tertentu sangatlah dianjurkan dalam menetapkan desain selanjutnya. Dengan tidak menggunakan standar secara benar, kemungkinan kecelakaan kerja yang buruk sangat mungkin terjadi.
KEPUSTAKAAN Bridger, R.S. Introduction To Ergonomics, International Editions: McGraw-Hill, 1995. Eveleen, W, A basic ergonomic standard, How to provide optimal working conditions for personnel, ISO Buletin, Juni 2003, hal 3-5 Grandjean, E. Fitting the Task to the Man, London: Taylor and Francis, 1980. Huchingson, R. D. New Horizons for Human Favtors in Design, New York: McGraw-Hill Book Company, 1981. McCormick, E.J. & Sanders, M.S. Human Factors in Engineering and Design, Singapore: McGraw-Hill Publishing Company, 1992. Papanek, V. The Green Imperative: Ecology and Ethics in Design. London: Thames and Hudson, 1995.Quarantine, D. Elements De Design Industriel, Maloine 27, Rue De L', Ecole De Medecine, 75006, Paris, 1984. Singleton, W.T. The Body at Work, Cambridge: Cambridge University Press, 1982. Woodson, W.E. Human Factor Design Handbook: Information and Guidelines for the Design Systems, Facilities, Equipment and Products for Human Use, New York: McGraw-Hill Book Company, 1981.
Pustaka Elektronik http://sigma-tec.com/images/gallery/ergolift/rotatedrum1.jpg, Eveleen, W, A basic ergonomic standard, How to provide optimal working conditions for personnel, ISO Buletin, Juni 2003, hal 3-5 http://sigma-tec.com/images/gallery/ergolift/rotatedrum1.jpg http://www.berlinfactor.com/images/tfdj/ergonomic.jpg http://www.glencoe.com/ps/keyboarding/general/ergonomics.html http://www.iso.ch/iso/en/commcentre/isobulletin/articles/2003/pdf/ergonomic0306.pdf http://www.osha.gov/SLTC/ergonomics/