Produksi Diasilgliserol untuk Margarin dari Minyak Kelapa Kelompok B.67.3.39 Anna Marcellina W [13004052] dan Jaclyn [13004079] Pembimbing Dr. Tirto Prakoso Dr. Tatang H. Soerawidjaja Program Studi Teknik Kimia - Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung Abstrak Margarin adalah pengganti mentega yang digemari oleh masyarakat di dunia. Selama ini, margarin dibuat dari minyak-minyak nabati yang sebagian besar terdiri dari trigliserida yang memiliki efek kurang menyehatkan jika berlebihan bagi tubuh manusia. Oleh sebab itu, penelitian ini ditujukan untuk membuat minyak padat sebagai bahan baku margarin yang lebih sehat yaitu minyak padat diasilgliserol/digliserida dari minyak kelapa. Dalam penelitian ini, produksi digliserida dilakukan dengan mereaksikan minyak kelapa dengan gliserol pada temperatur 190oC dengan katalis CH3COOK sebanyak 1% dari berat minyak kelapa yang digunakan. Ada dua variabel yang dikaji pengaruhnya terhadap perolehan digliserida melalui reaksi gliserolisis, yaitu rasio mol reaktan (gliserol:trigliserida) dan waktu reaksi. Variasi rasio mol reaktan yang dipilih adalah 1:1, 1,5:1, 2:1, 2,5:1 dan 1:2, sedangkan variasi waktu reaksi dipilih 1 dan 3 jam. Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi rasio mol gliserol:trigliserida dan semakin lama waktu reaksi, perolehan digliserida menurun, sedangkan perolehan monogliserida meningkat. Minyak digliserida untuk bahan baku margarin sehat diperoleh jika reaksi gliserolisis dilakukan dengan perbandingan umpan gliserol terhadap trigliserida sebesar 1:2, 1:1, 1,5:1 dengan waktu reaksi 1 jam dan 1:1 dengan waktu reaksi selama 3 jam. Perolehan digliserida maksimum terjadi saat rasio mol gliserol terhadap trigliserida umpan bernilai 1:2 untuk waktu reaksi 1 jam. Kata kunci: digliserida, margarin, gliserolisis 1.
PENGANTAR
Margarin adalah pengganti mentega yang digemari oleh masyarakat di dunia. Selama ini, margarin terbuat dari minyak nabati yang sebagian besar terdiri dari trigliserida yang memiliki efek kurang menyehatkan bagi tubuh manusia jika dikonsumsi dalam jumlah berlebih. Salah satu efek dari kelebihan konsumsi trigliserida adalah obesitas. Saat ini, telah ditemukan inovasi berupa minyak digliserida (DAG) yang cita rasanya tidak kalah dari minyak trigliserida namun lebih menyehatkan bagi manusia. Digliserida atau diacylglycerol (DAG) adalah senyawa kimia yang merupakan diester dari gliserol dengan 2 asam lemak bebas. DAG dapat berada dalam dua bentuk, yaitu 1,2 (atau 2,3)-DAG dan 1,3-DAG.
Gambar 1.1 Struktur Diasilgliserol
Komponen 1,3-DAG adalah komponen lemak yang lebih menyehatkan daripada komponen lemak lainnya karena setelah dihidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase tubuh, asam lemak tersebut akan langsung dibakar menjadi energi di dalam hati. Dengan demikian, 1,3-DAG tidak akan ditimbun dalm tubuh dan tidak akan menyebabkan obesitas. Dengan kandungan asam-asam lemak yang sama, titik leleh dari 1,3-DAG dan 1-MAG lebih tinggi 10-20°C dari TAG (Nakajima et al., 2004). Dengan demikian, minyak kelapa yang memiliki titik leleh di sekitar temperatur ruang (22-26oC) diharapkan dapat berwujud padat jika diubah menjadi minyak digliseridanya sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku margarin sehat. Perkiraan kenaikan titik leleh ini didukung juga oleh data-data titik leleh untuk beberapa asam lemak dan gliseridanya yang disajikan pada Tabel 1.1. Syarat minyak DAG yang menyehatkan adalah harus memiliki komposisi >80% DAG (komponen DAG sebagian besar terdiri dari struktur 1,3-DAG), <20% trigliserida, dan <3% monogliserida (Yasukawa dan Katsuragi, 2004).
B.67.3.39/1
(Watanabe, 2004). Reaksi esterifikasi asam lemak dan gliserol secara enzimatik disajikan pada Gambar1.2.
Tabel 1.1 Titik Leleh Asam Lemak dan Gliseridanya Melting point (oC) Fatty Acid 1-MAG 1,3-DAG TAG C12:0 44 63 56 46 C14:0 54 70 65 57 C16:0 63 77 72 65 C18:0 70 81 78 73 C18:1 n-9(cis) 16 35 21 5 C18:1 n-9 (trans) 44 58 55 42 C18:2 n-6 -6 12 -3 -13 Sumber: Caballero (2003) Minyak DAG dapat diproduksi dari berbagai minyak nabati melalui pengubahan trigliserida yang terkandung di dalam minyak tersebut melalui proses gliserolisis (Jacobs, 2002) dan proses enzimatik dengan bantuan enzim lipase seperti lipase 1,3-regioselektif (Watanabe, 2004). Menurut Jacobs (2002), 1,3-DAG (selanjutnya disebut sebagai DAG) dapat diproduksi melalui reaksi gliserolisis minyak trigliserida pada atmosfer inert dengan menggunakan CH3COOK sebagai katalis. Kondisi-kondisi optimum untuk penyelenggaraan reaksi gliserolisis menurut Jacobs (2002) adalah: 1. pada temperatur 190-240oC, 2. selama 20 menit sampai 4 jam, 3. dengan rasio mol gliserol : trigliserida = 1,5:1 sampai 2,5:1, dan 4. jumlah katalis yang ditambahkan sebesar 0,001-1%-berat minyak yang digunakan dalam reaksi. Reaksi gliserolisis ini dilakukan dalam atmosfer inert, dengan memasukkan aliran gas N2 ke dalam reaktor selama reaksi berlangsung untuk meminimumkan perusakan warna. Setelah reaksi selesai, katalis dideaktivasi dengan penambahan asam fosfat. Garam fosfat yang terbentuk dipisahkan dengan filtrasi. Oleh karena produk yang diinginkan adalah DAG, produk samping yang berupa MAG dipisahkan dengan bantuan urea. Pencampuran urea akan menyebabkan MAG terikat dengan urea dan mengendap. Kondisi optimum untuk pengendapan MAG adalah temperatur 0-75°C dengan waktu 15 menit sampai dengan 8 jam (Boekenoogen, 1964). Endapan dapat dipisahkan dengan filtrasi dan urea yang masih tertinggal dalam campuran minyak dapat diambil dengan air sebagai pelarut. Selain dengan urea, MAG juga dapat dipisahkan dengan distilasi molekuler. Distilasi molekuler berlangsung pada keadaan vakum sehingga fasa cair akan menguap tanpa mengalami pendidihan (boiling). MAG akan menguap, sedangkan DAG dan TAG akan tertinggal sebagai produk bawah. Selain gliserolisis, DAG juga dapat disintesis melalui proses esterifikasi asam lemak dan gliserol dengan bantuan enzim lipase yang memiliki 1,3regioselektivitas, seperti enzim lipase pankreas
Gambar 1.2 Mekanisme Reaksi Esterifikasi Asam Lemak dan Gliserol Di antara kedua metode di atas, metode Jacobs adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini karena metode Jacobs cenderung lebih sederhana dan ekonomis dibandingkan metode esterifikasi secara enzimatik. Selain itu, produk reaksi gliserolisis lebih bervariasi, sedangkan produk reaksi enzimatik terbatas karena adanya batas kestabilan termal enzim dan resiko terjadinya migrasi gugus asil. Migrasi gugus asil dapat menyebabkan pembentukan kembali TAG. Pada reaksi enzimatik juga perlu diperlukan pengaturan kadar air agar struktur dan aktivitas enzim tetap terjaga dan kesetimbangan reaksi dapat mengarah ke produk yang diinginkan. Produksi minyak DAG dari minyak nabati yang tak jenuh berdasarkan metode Jacobs (2002) pernah diteliti oleh Wicaksana dkk (2006) dengan menggunakan minyak jagung sebagai bahan baku. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perolehan DAG maksimum dicapai saat rasio mol gliserol terhadapa trigliserida bernilai 2:1. Minyak DAG yang didapat berwujud cair sehingga cocok untuk menjadi minyak goreng sehat, namun tidak untuk margarin. Untuk memproduksi margarin sehat, diperlukan penelitian untuk memproduksi bahan baku dari margarin sehat, berupa minyak padat DAG yang dibuat dari minyak trigliserida yang lebih jenuh sehingga dapat berwujud padat pada temperatur kamar. Bahan baku yang cocok untuk diteliti adalah minyak kelapa karena minyak kelapa memiliki kadar asam lemak jenuh yang tinggi. Oleh sebab itu, penelitian ini ditujukan untuk membuat minyak padat sebagai bahan baku margarin sehat yaitu minyak padat DAG dari minyak kelapa. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mendapat bukti eksperimental dari metode Jacobs (2002) untuk mendapatkan minyak padat DAG dari minyak kelapa dan mendapatkan informasi tentang pengaruh rasio mol reaktan dan waktu reaksi terhadap perolehan DAG.
B.67.3.39/2
2.
PERCOBAAN 2.3.2 Produksi DAG Secara Gliserolisis
2.1 Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak kelapa curah, gliserol (mutu reagen), CH3COOK (mutu reagen), gas N2 teknis (mutu industri), dan asam fosfat teknis. 2.2 Alat Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah reaktor untuk sintesis DAG dan alat-alat pendukung berupa neraca analitik, termometer, buret, pipet 10, 20, 50 dan 100 ml, magnetic stirrer, filler, labu titrasi, dan labu pengenceran. Skema reaktor untuk sintesis DAG dan rangkaian alat yang digunakan pada penelitian ini ditampilkan pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2. Keterangan: 1 = pemanas (hot plate) 2 = batang pengaduk 3 = termometer 4 = penutup tabung reaksi
Percobaan ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. Dua ratus gram minyak kelapa dicampurkan dengan sejumlah gliserol sesuai dengan variasi rasio mol reaktan yang diteliti di dalam reaktor. Reaktor kemudian dipanaskan hingga mencapai 120oC, lalu katalis sebanyak 2 gram dimasukkan dan gas N2 dialirkan ke dalam reaktor untuk menciptakan atmosfer inert. Setelah itu, sistem reaksi dipanaskan hingga 190oC dan reaksi gliserolisis ini dilangsungkan pada temperatur 190oC selama 1 jam atau 3 jam sesuai dengan variasi waktu reaksi yang diteliti. Setelah waktu reaksi dicapai, campuran reaksi dibiarkan mendingin hingga mencapai 120oC, lalu katalis dideaktivasi dengan penambahan asam fosfat ke dalam campuran reaksi. Produk hasil reaksi didinginkan hingga mencapai 70oC lalu dipisahkan dari garam fosfat dengan cara filtrasi. 2.3.3 Analisis Hasil Reaksi
Gambar 2.1 Skema Reaktor untuk Sintesis DAG
Gambar 2.2 Rangkaian Peralatan Penelitian Produksi DAG Kelapa 2.3 Prosedur Percobaan Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari penyiapan umpan, produksi DAG secara gliserolisis, dan analisis hasil reaksi. Katalis yang digunakan adalah CH3COOK sebanyak 1% dari massa minyak kelapa yang digunakan. 2.3.1 Penyiapan Umpan Pada tahap ini, dilakukan analisis terhadap minyak kelapa curah yang digunakan untuk memastikan bahwa minyak yang digunakan adalah minyak kelapa murni. Analisis yang dilakukan terdiri dari analisis angka iodium, angka penyabunan, angka asam, kadar gliserol total, dan kadar gliserol bebas.
Untuk mengetahui perolehan DAG dari setiap run yang dilakukan, dilakukan beberapa analisis, antara lain : 1. Analisis angka penyabunan (saponification value). Angka penyabunan menunjukkan banyaknya KOH (dalam miligram) yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram minyak/lemak. Angka ini menunjukkan ukuran berat molekul rata-rata seluruh asam-asam lemak yang ada didalam minyak/lemak. Metode analisis yang digunakan berdasarkan standar FBI-A03-03. 2. Analisis kadar gliserol. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui jumlah gliserol total, terikat maupun yang tidak terikat dengan gugus asam lemak. Metode analisis gliserol bebas dan gliserol total dilakukan dengan menggunakan standar AOCS Official Method Ca 14-56. 3. Analisis kadar α-monogliserida. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kadar α-monogliserida pada sampel dan dilakukan dengan metode AOCS Official Method Cd 11-57. 4. TLC (thin layer chromatography). Analisis ini dilakukan berdasarkan metode AOCS CD 11c-93 untuk memverifikasi hasil analisis yang dilakukan secara kualitatif. 2.4 Variasi Percobaan Ada dua variasi yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Variasi rasio mol gliserol terhadap trigliserida. Rasio mol reaktan dalam penelitian ini divariasikan sebagai berikut: a. variasi I = Gliserol : trigliserida 1 : 1, b. variasi II = Gliserol : trigliserida 1,5 : 1, c. variasi III = Gliserol : trigliserida 2 : 1, d. variasi IV = Gliserol : trigliserida 2,5 : 1, e. variasi V = Gliserol : trigliserida 1 : 2. 2. Variasi waktu reaksi; 1jam dan 3 jam.
B.67.3.39/3
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengaruh Mol Reaktan terhadap Hasil Reaksi Pengaruh rasio mol reaktan (mol gliserol: mol TAG) terhadap perolehan DAG produk disajikan dalam Gambar 3.1. Gambar 3.2 Hasil Analisis TLC Produk Reaksi dengan Waktu Reaksi 3 Jam Keterangan gambar: run 6 = rasio mol reaktan (gliserol:TAG) 1:2 run 7 = rasio mol reaktan (gliserol:TAG) 1:1 run 8 = rasio mol reaktan (gliserol:TAG) 1,5:1 run 9 = rasio mol reaktan (gliserol:TAG) 2:1 run 10 = rasio mol reaktan (gliserol:TAG) 2,5:1 TAG = minyak kelapa murni (sebagai standar TAG)
90 80
t = 1 jam t = 3jam
yield DAG (%)
70 60 50 40 30 20 0
0.5
1 1.5 2 2.5 mol gliserol umpan : mol TAG umpan
3
Gambar 3.1 Pengaruh Rasio Mol Reaktan Terhadap Perolehan DAG Gambar 3.1 menunjukkan kecenderungan penurunan perolehan DAG seiring dengan penambahan mol gliserol umpan. Penyimpangan terjadi pada saat rasio mol reaktan (gliserol umpan: TAG umpan) sebesar 1:1 untuk waktu reaksi 3 jam. Penyimpangan ini diperkirakan terjadi karena pada hasil perhitungan untuk kondisi ini, memberikan nilai mol TAG sisa yang negatif sehingga nilai mol DAG terhitung menjadi besar dan menyebabkan yield DAG produk juga tinggi. Akan tetapi, karena nilai negatif tersebut relatif kecil, nilai mol TAG sisa yang digunakan dalam perhitungan dianggap nol. Seharusnya, perolehan DAG untuk rasio mol reaktan 1:1 lebih rendah daripada perolehan DAG untuk rasio mol reaktan 1:2 dan TAG sisa untuk hasil reaksi dengan rasio mol reaktan 1:1 tidak bernilai nol. Hal tersebut didukung dengan hasil analisis TLC secara kualitatif yang disajikan pada Gambar 3.2 yang menunjukkan bahwa pada hasil analisis run 6 (rasio mol 1:1), terdapat spot yang berada pada posisi yang sama dengan spot yang terdapat pada standar TAG. Selain itu, spot DAG untuk run 6 sedikit lebih besar/luas daripada spot DAG untuk run 7. Dengan demikian, secara kualitatif dapat dikatakan bahwa perolehan DAG untuk run 6 adalah lebih besar daripada perolehan DAG untuk run 7.
Berdasarkan Gambar 3.2, dapat disimpulkan bahwa perolehan DAG untuk waktu reaksi 1 jam selalu lebih tinggi daripada perolehan DAG untuk waktu reaksi 3 jam untuk rasio mol reaktan yang sama. Hal tersebut dapat disebabkan oleh semakin banyaknya TAG yang terkonversi menjadi DAG dan selanjutnya menjadi MAG seiring dengan bertambahnya waktu reaksi. Berdasarkan kecenderungan data pada Gambar 3.1, disimpulkan bahwa semakin tinggi rasio mol reaktan (mol gliserol : mol TAG), perolehan DAG sebagai hasil gliserolisis minyak TAG kelapa semakin rendah. Nilai maksimum perolehan DAG didapat saat rasio mol reaktan 1:2 yang sesuai dengan stoikiometri reaksi gliserolisis TAG untuk menghasilkan DAG (Soerawidjaja, 2007), yaitu: 2 TAG + Gliserol 3 DAG …….(a) Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Semakin banyak mol gliserol yang ditambahkan ke dalam sistem reaksi gliserolisis minyak kelapa, semakin banyak tempat untuk terikatnya asam-asam lemak yang terbebas dari trigliserida. Asam-asam lemak bebas ini akan lepas dari trigliserida dan kemudian terikat kepada gliserol tambahan untuk membentuk monogliserida dan digliserida. Akan tetapi, semakin banyak gliserol yang ditambahkan ke dalam sistem reaksi, semakin besar pula kemungkinan terjadinya pemindahan asam-asam lemak dari TAG dan DAG ke gliserol-gliserol bebas untuk membentuk MAG. Hal inilah yang menyebabkan semakin menurunnya perolehan DAG seiring dengan semakin besarnya rasio mol reaktan (gliserol:TAG), yang berarti pula turunnya konversi trigliserida (TAG) ke digliserida (DAG).
B.67.3.39/4
Sebaliknya, semakin tinggi rasio mol reaktan, yang berarti semakin banyak gliserol umpan yang ditambahkan, semakin banyak pula MAG yang terbentuk. Hal ini didukung dengan hasil analisis αMAG yang disajikan pada Gambar 3.3.
t = 1 jam t = 3jam
50
%berat MAG
40 30 20 10 0 0
0.5 1 1.5 2 2.5 mol gliserol umpan : mol TAG umpan
3
Gambar 3.3 Pengaruh Rasio Mol Reaktan terhadap %berat α-MAG Produk Pada Gambar 3.3, terlihat bahwa secara keseluruhan kadar MAG dalam produk semakin meningkat seiring dengan bertambahnya mol gliserol umpan yang ditambahkan ke dalam sistem reaksi. Akan tetapi, untuk reaksi dengan waktu reaksi 1 jam, kecenderungan ini berlaku hanya saat rasio mol gliserol umpan: TAG umpan 0,5:1 sampai dengan 1,5:1. Setelah itu, jika rasio mol reaktan ditingkatkan, perolehan MAG justru menurun karena waktu reaksi yang terlalu pendek sehingga saat reaksi dihentikan, MAG belum sempat terbentuk dalam jumlah banyak. 3.2 Pengaruh Waktu Reaksi terhadap Hasil Reaksi Gambar 3.1 dan 3.2 juga menunjukkan bahwa semakin lama waktu reaksi gliserolisis, perolehan DAG semakin rendah, sedangkan MAG semakin meningkat. Hal ini berlaku untuk sebagian besar hasil reaksi kecuali untuk perolehan DAG hasil reaksi gliserolisis dengan rasio mol gliserol : TAG umpan 0,5:1.
4.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut : a. Perolehan digliserida (DAG) yang maksimum didapat saat perbandingan umpan gliserol : TAG sebesar 1:2. b. Semakin tinggi rasio mol reaktan (mol gliserol : mol TAG), perolehan DAG semakin rendah sedangkan perolehan MAG meningkat. c. Semakin lama waktu reaksi gliserolisis, perolehan DAG semakin rendah sedangkan perolehan MAG semakin besar. d. Hasil reaksi tidak ada yang memenuhi syarat sebagai minyak DAG, namun jika dilakukan pemisahan MAG maka hasil reaksi yang memenuhi syarat sebagai minyak DAG adalah reaktan dengan perbandingan gliserol : TAG sebesar 1:2, 1:1, 1,5:1 dengan waktu reaksi selama 1 jam dan reaktan dengan perbandingan gliserol : TAG sebesar 1:1 dengan waktu reaksi selama 3 jam. 4.2 Saran Saran yang dapat diberikan untuk penyelenggaraan penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut : a. Pengukuran kadar digliserida (DAG) sebaiknya dilakukan secara langsung, misalnya dengan menggunakan liquid column chromatography. b. Sebaiknya dilakukan pemisahan MAG bagi hasil reaksi yang memenuhi syarat sebagai minyak DAG dan dilakukan pengukuran solid fat index (SFI) untuk mengetahui apakah minyak yang diperoleh dapat digunakan sebagai margarin. c. Untuk penelitian selanjutnya, perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap paten Lewis Jacobs, dkk (2002) mengenai pengaruh rasio mol reaktan dan waktu reaksi terhadap perolehan DAG dari gliserolisis dengan menggunakan variasi rasio mol reaktan dan waktu reaksi yang berbeda.
UCAPAN TERIMA KASIH Reaksi gliserolisis TAG sebenarnya merupakan reaksi seri dengan persamaan reaksi sebagai berikut (Soerawidjaja, 2007) : 2 TAG + Gliserol 3 DAG ..........(b) DAG + Gliserol MAG …….…(c) Semakin lama waktu reaksi gliserolisis, TAG yang terkonversi menjadi DAG akan semakin banyak. Akan tetapi, jika waktu reaksi ditambah, pemberian umpan gliserol berlebih memungkinkan DAG yang telah terbentuk mengalami reaksi lanjutan dengan gliserol yang masih tersisa untuk membentuk MAG. Akibatnya, semakin lama waktu reaksi, perolehan DAG produk semakin menurun, sedangkan MAG produk semakin meningkat
Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dwi Sukarsih, ST dan Yanti yang telah memberikan bantuan dan arahan selama penelitian berlangsung. 2. Program Studi Teknik Kimia ITB yang telah memberikan bantuan bahan-bahan dan pinjaman peralatan penelitian.
B.67.3.39/5
LITERATUR [1] Andersen, A.J.C., 1954, Margarine, New York: Academic Press Inc., Publishers [2] Anonym, 1998, Handbook of Oilseeds, Oils, Fats, And Derivatives, Delhi: SBP Consultants and Engineers Pvt. Ltd. [3] Boekenoogen, H.A.,1964, ”Analysis and Characterization of Oils, Fats, and Fat Products”, Volume 1, New York: Interscience [4] Brown, Leo C., 1956, “Margarine Production”, JAOCS vol. 33 [5] Caballero, Benjamin, 2003, Encyclopedia of Food Science and Nutrition, 2nd Ed, London: Academic Press [6] Fessenden, Ralph, 1986, Kimia Organik, Jakarta : Erlangga [7] Gotoh, Naohiro dan Hiroyuki Shimasaki, 2004, ” Suppressive Effects of Diacylglycerol Oil on Postprandial Serum Triglyceride Elevation in Animals”, Diacylglycerol Oil, Editor: Yoshihisa Katsuragi..[et al.], Illinois: AOCS Press [8] Ikeda, Ikuo dan Teruyoshi Yanagita, 2004, “Fate of Hydrolysis Products Originating from Diacylglycerol and Triacylglycerol in The Intestine”, Diacylglycerol Oil, Editor: Yoshihisa Katsuragi..[et al.], Illinois: AOCS Press [9] Jacobs, Lewis, et al., 2002, “Chemical Process for The Production of 1,3-Diglyceride Oils”, US Patent 20030104109 [10] Latondress, E.G., 1981, “Formulation of Products from Soybean Oil”, JAOCS [11] Maki, Kevin C., et al., 2004, “Clinical Studies Evaluating The Benefits of Diacylglycerol for Managing Excess Adiposity”, Diacylglycerol Oil, Editor: Yoshihisa Katsuragi..[et al.], Illinois: AOCS Press
[12] Nakajima, Yoshinobu, dkk., 2004, ”Physicochemical Properties of Diacylglycerol”, Diacylglycerol Oil, Editor: Yoshihisa Katsuragi..[et al.], Illinois: AOCS Press [13] O’Brien, Richard, 1998, Fats and Oils, Formulating and Processing for Application, 2nd edition, Lancaster: Technomic Publishing Co. Inc. [14] Salunkhe, D.K., et al., 1992, World Oilseeds, Chemistry, Technology, and Utilization, New York: Van Nostrand Reinhold [15] Soerawidjaja, Tatang H., 2004, “Modul 7, Bahanbahan Mentah Alami untuk Industri Kimia : Lemak dan Minyak Lemak”, Departemen Teknik Kimia ITB [16] Strayer, Dennis, et al., 2006, Food Fats and Oils, 9th edition, New York: Institute of Shortening and Edible Oils [17] Timms, R.E. 1985, “Physical Properties of Oils and Mixtures of Oils”, JAOCS vol. 62 [18] Watanabe, Hiroyuki dan Ichiro Tokimitsu, 2004, “Digestion and Absorption of Diacylglycerol”, Diacylglycerol Oil, Editor: Yoshihisa Katsuragi..[et al.], Illinois: AOCS Press [19] Watanabe, Takaaki, et al., 2004, “Diacylglycerol Production in A Packed Bed Bioreactor”, Process Biochemistry (40), www.elsevier.com/locate/procbio [20] Wicaksana, Danu dan Roy Winarso, 2006, TK 40Z2-Penelitian: “Sintesa Minyak Goreng Sehat (Digliserida)”, Departemen Teknik Kimia ITB [21] Yasukawa, Takuji dan Yoshihisa Katsuragi, 2004, “Diacylglycerols”, Diacylglycerol Oil, Editor: Yoshihisa Katsuragi..[et al.], Illinois: AOCS Press
B.67.3.39/6