Prodi S2 Media dan Komunikasi Perluas Jaringan Internasional UNAIR NEWS – Program Studi (prodi) S2 Media dan Komunikasi FISIP UNAIR berencana memperluas jaringan internasional. Hal itu dilakukan untuk mencapai mimpi kampus untuk menjadi World Class University. “Kami sudah rutin menjalankan konferensi tiap tahun. Ke depan, kami akan meningkatan kualitas konferensi tersebut dengan mengundang lebih banyak pemakalah dan pembicara kunci dari luar negeri,” kata Ketua Prodi S2 Media dan Komunikasi Dr. Santi Isnaini S.Sos., MM., saat diwawancara di ruang kerjanya Jumat lalu (12/2). Di sisi lain, terdapat rencana menggeser momentum pelaksanaan konferensi tersebut. Biasanya, kegiatan diadakan saban akhir tahun. Nah, tercetus rencana untuk menggesernya di seputar bulan Mei. “Kami ingin menggandengnya dengan rangkaian peringatan HUT departemen komunikasi,” ujar dia. Selain itu, Prodi tersebut juga kerap menyelenggarakan seminar internasional. Para dosen pun secara bergiliran berangkat ke luar negeri untuk mengikuti konferensi maupun seminar internasional. peserta.
Baik
sebagai
pembicara,
pemakalah,
atau
Santi menambahkan, pihaknya juga akan meningkatkan kualitas jurnal. Baik dari sisi akreditasi, maupun dari sisi variasi penulis. Termasuk, latar belakang institusi dan tempat asal mereka. Dengan demikian, khazanah keilmuan yang terlahir melalui jurnal tersebut bakal lebih berwarna. (*) Penulis: Rio F. Rachman
FKp UNAIR Bina 11 Institusi Pendidikan Perawat UNAIR NEWS – Fakultas Keperawatan (FKp) UNAIR menandatangani nota kesepahaman pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi bersama 11 institusi pendidikan dari Jawa Timur, Jawa Tengah dan Kalimantan Selatan, Senin (15/2) di Gedung FKp UNAIR. Kesebelas institusi tersebut adalah STIKes Ngudia Husada Madura, STIKes Pemkab Jombang, STIKes Muhammadiyah Banjarmasin, STIKes Maharani Malang, Poltekkes Kemenkes Malang, Poltekkes Kemenkes Surabaya, FIK Universitas Muhammadiyah Surabaya, FIK Universitas Islam Sulan Agung Semarang, FIK Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, FIK Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang dan Lakesla Drs. Med. R. Rijadi S., Phys Surabaya. Sebagai fakultas pencetak para perawat yang sudah diakui kualitasnya, FKp UNAIR ingin mendorong institusi pendidikan yang memiliki program keperawatan untuk bersama-sama meningkatkan kualitasnya. “Kita ingin MoU hari bukan hanya sekadar tanda tangan. Harus ada bentuk riilnya. Selama ini ketika FKp UNAIR menjalin kerjasama memang selalu ada tindak lanjutnya,” ujar Dekan FKp UNAIR, Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs., (Hons). Menurutnya, FKp UNAIR ingin turut berbagi pengalaman kepada institusi yang sedang dalam proses mengajukan akreditasi atau reakreditasi sehingga ke depan hasil yang mereka akan peroleh juga baik. Wakil Dekan III FKp UNAIR, Dr. Ahmad Yusuf, S.Kp., M.Kes menambahkan bahwa kerjasama ini juga merupakan bagian dari upaya FKp UNAIR untuk turut serta membangun standar profesi perawat yang selama ini masih belum terstandarisasi dengan
baik. “Dalam hal pendidikan kita akan mulai menelaah kurikulum bersama, FKp UNAIR diharapkan akan mampu menjadi sentra pengembang kurikulum keperawatan di Jawa Timur,” ujarnya. FKp UNAIR juga akan mulai mengembangkan riset-riset kolaboratif bersama institusi yang terlibat dalam kerjasama ini, selain itu hasil dari penelitian juga akan diarahkan untuk dijadikan bahan pelaksanaan pengabdian masyarakat, sehingga nota kesepahaman yang bertujuan untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut akan benar-benar terlaksana. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa ke depan, FKp UNAIR juga ingin memperluas cakupan pembinaan di kawasan Indonesia Timur. “Jawa Timur memang dirancang untuk mengembangkan Indonesia Timur, apalagi selama ini kita juga sudah pernah membina beberapa institusi pendidikan di Indonesia Timur seperti di NTT misalnya,” Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Surabaya, Nur Mukarromah menyambut baik adanya kerjasama ini. “FKp UNAIR kan memang sudah terakreditasi A. Semoga kerjasama ini akan bermanfaat ujarnya.(*)
bagi
institusi
kami
ke
depannya,”
Penulis: Yeano Andhika
UMI Makassar Belajar Penjaminan Mutu ke UNAIR UNAIR NEWS – Jajaran pimpinan Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar yang diwakili Wakil Rektor I UMI Prof. Dr.
Syahnur Said dan Wakil Rektor V UMI Prof. Dr. Ma’ruf Hafidz beserta jajaran staf Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) UMI bertandang ke UNAIR, Kamis (4/2), dalam rangka studi banding penjaminan mutu. “Kami sedang berupaya meningkatkan akreditasi baik program studi maupun institusi. Berkaitan dengan UNAIR yang sudah terakreditasi A, oleh sebab itu kami datang ke sini,” ujar pria yang juga alumni UNAIR ini. Dalam sambutannya, Wakil Rektor I UNAIR Prof. Djoko Santoso, dr., Sp.PD-KGH., Ph.D., FINASIM mengatakan bahwa UNAIR dengan senang hati menerima kunjungan UMI. Ia menyebutkan bahwa hal tersebut merupakan bagian dari peran UNAIR dalam rangka ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. “Saat ini UNAIR sudah diaudit oleh British Standard Institution (BSI) dengan skor Malcolm Baldridge 703 atau sudah masuk kategori excellent level. Naik dari kategori sebelumnya yaitu industry leader. Kami terus berbenah sehingga dalam lima tahun ke depan bisa masuk jajaran 500 besar dunia,” ujar mantan Wakil Dekan II FK UNAIR ini mengenai sistem penjaminan mutu UNAIR. Prof. Djoko kemudian juga mengingatkan bahwa bagaimanapun UNAIR juga memiliki keterbatasan, namun demikian melalui studi banding ini ia berharap UMI dapat mengambil pelajaran demi kemajuan UMI ke depan. Ketua Badan Penjaminan Mutu (BPM) UNAIR, Prof. Dr. Bambang Sektyari., drh., DEA kemudian menjelaskan bahwa UNAIR saat ini memiliki AIMS (Airlangga Integrated Management System) sebagai sistem penjaminan mutu terintegrasi. “AIMS mengakselerasi pencapaian target-target mutu dari waktu ke waktu. Kita tetap mengacu pada standar-standar Dikti, namun demikian lebih penting lagi kita harus menetapkan sendiri target mutu yang ingin dicapai. AIMS ini tentu lebih tinggi dari standar Dikti,” ujar mantan Ketua PPMB UNAIR ini. Prof. Bambang lebih lanjut mengatakan bahwa upaya peningkatan
mutu perguruan tinggi harus mendapat dukungan penuh dari pimpinan perguruan tinggi yang bersangkutan. “Leadership adalah aspek penting dalam upaya peningkatan mutu universitas. UNAIR memiliki pimpinan yang peduli dengan ini. Kunjungan UMI ini juga membuktikan bahwa UMI juga memiliki pimpinan yang serupa,” Guru Besar FKH UNAIR ini kemudian mengingatkan bahwa penjaminan mutu harus diupayakan oleh setiap universitas karena penjaminan mutu merupakan bagian dari upaya memperoleh kepercayaan dari masyarakat.(*) Penulis : Yeano Andhika
UNAIR Selenggarakan Sosialisasi Penerimaan Mahasiswa Baru kepada Kepala Sekolah se-Surabaya UNAIR NEWS – Proses Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2016 tengah berlangsung. Sejak 18 Januari 2016 sampai dengan 20 Februari 2016 nanti, kepala sekolah dan guru masih melakukan pengisian pangkalan data sekolah dan siswa (PDSS). Tahapan seleksi, khususnya pada SNMPTN, masih menyisakan tanya di benak kepala sekolah dan guru. Untuk membantu kelancaran proses SNMPTN dan SBMPTN (seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri), Universitas Airlangga mengundang kepala sekolah SMA, SMK, MA dan SPK se Surabaya
mengikuti sosialisasi. kepala sekolah dan guru se-Surabaya, Rabu (3/2). Pada sosialisasi yang bertempat di Aula Garuda Mukti, Universitas Airlangga tersebut, Rektor UNAIR dan jajarannya, serta Kepala Bidang Pendidikan Menengah dan Kejuruan Dispendik Surabaya dan jajarannya, memberikan informasi secara terbuka pada sekitar 300 perwakilan sekolah. Dalam pengantar acara, Drs. Sudarminto, MPd – Kabid Pendidikan Menengah dan Kejuruan Dispendik Surabaya menyatakan apresiasinya kepada pihak UNAIR . “Kami memang ingin mengundang panitia Penerimaan Mahasiswa Baru, karena banyak hal yang perlu kami pahami. Tetapi sudah keduluan diundang pak Rektor UNAIR,” paparnya. Prof Dr. M. Nasih, Rektor UNAIR, menjelaskan bahwa dalam proses SNMPTN 2016, pendaftar SNMPTN 2016 ditentukan berdasarkan akreditasi sekolah. Pada sekolah terakreditasi A, sekolah diberi jatah 75%. Pada sekolah terakreditasi B, sekolah diberi jatah 50%, sedangkan pada sekolah terakreditasi C, sekolah diberi jatah 20%. Sisanya, sekolah dengan status lainnya diberi jatah 10%. Lebih lanjut, Prof. Dr. M. Nasih menjelaskan bahwa pihak sekolah diperbolehkan untuk mendaftarkan siswa-siswanya yang layak didaftarkan untuk mengikuti proses seleksi SNMPTN tahun 2016. Kriteria hasil penelitian ditentukan oleh nilai rapor, portofolio akademik siswa, dan indeks integritas ujian nasional masing-masing sekolah. Dengan penjelasan yang komunikatif, dan diselingi humor Rektor Unair, membuat peserta antusias dan merespon langsung dengan mengajukan berbagai pertanyaan. Disampaikan juga oleh Prof. Nasih, bahwa tidak menutup kemungkinan nilai ujian nasional juga menjadi bahan pertimbangan bagi UNAIR untuk menerima mahasiswa baru jalur SNMPTN. “Semua suara dalam forum MRPTNI (Majelis Rektor Perguruan
Tinggi Negeri Indonesia) sepakat akan mempertimbangkan nilai ujian nasional. Namun, bobotnya sesuai dengan perguruan tinggi masing-masing,” tutur Prof. Nasih. “Nilai UN itu paling tidak akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan indeks integritas sekolah. Itu bagian dari cara kita mempertimbangkan. Bukan mengkombinasikan nilai masingmasing orang,” imbuh Prof. Nasih. Untuk nilai hasil jadwal
itu, Prof. Nasih mendesak pemerintah agar pengumuman ujian nasional tidak terlalu mepet dengan pengumuman SNMPTN. Selain itu, ia juga meminta pemerintah agar ujian pelaksanaan ujian nasional dimajukan.
Rencananya, pada tahun 2016, daya tampung UNAIR akan berkisar pada angka 5.225. Sedangkan, kuota SNMPTN sekitar 2.080 kursi. Di kesempatan sama, Suko Widodo selaku Ketua Pusat Informasi dan Humas UNAIR juga menyampaikan secara terbuka bahwa jika ada informasi yang masih belum dipahami, pihak guru dipersilakan menghubungi atau datang langsung ke UNAIR. Bahkan, menurut Ketua PIH UNAIR, jika diperlukan, pihak UNAIR siap untuk memberikan sosialisasi langsung kepada guru BK dan siswa di sekolah. (*) Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Suko Widodo
Program Fast Track Semester Pertama di FST Menunjukkan
Tren Positif UNAIR NEWS – Departemen kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (FST UNAIR) membuka program fast track. Program ini memungkinkan mahasiswa program studi (prodi) Kimia untuk menyelesaikan program strata 1 (S-1) dan magister (S-2) sekaligus dalam waktu total 5 tahun. Fast track pada program studi Kimia merupakan yang pertama di FST. Langkah ini merupakan upaya akselerasi mendapat gelar master.
untuk
mempercepat
mahasiswa
Dr. Purkan, M. Si, selaku ketua departemen kimia menjelaskan, program ini dibuka untuk memfasilitasi mahasiswa dengan kemampuan akademik sangat baik. Sehingga, mampu belajar cepat dan mempersingkat masa studinya. “Teknisnya, pada semester tujuh, mahasiswa S-1 sudah bisa mengambil mata kuliah semester satu pada program S-2. Sehingga S-1 dan S-2 bisa diselesaikan dalam waktu lima tahun saja,” tutur Purkan pada Selasa (25/01). “Program ini sudah berjalan satu semester. Enam mahasiswa yang sudah mengikutinya (mengambil mata kuliah semester satu program S-2) menunjukkan hasil yang memuaskan,” imbuh dia. Purkan menambahkan, ada beragam persyaratan akademik untuk bisa mengikuti program ini. Yakni, mahasiswa harus sudah menyelesaikan enam semester dengan total satuan kredit semester (SKS) minimal 105 dan memiliki Indeks Prestasi Komulatif (IPK) lebih atau sama dengan 3,51. Juga, nilai Test of English as Foreign Language (TOEFL) lebih atau sama dengan 475. Program ini juga dibuka untuk mahasiswa Kimia, dari perguruan tinggi(PT) lain. Dengan catatan, PT tersebut harus telah terakreditasi A dan mahasiswanya bersedia mengikuti perkuliahan di FST UNAIR. Dan tentu saja telah memenuhi berbagai persyaratan akademik yang telah ditentukan. Namun,
hingga saat ini mahasiswa fast track baru berasal dari UNAIR saja. Fast track ini memberikan fasilitas tambahan bagi mahasiswa. Yakni, digratiskan biaya SOP di tahun pertama S2. Mahasiswa hanya perlu membayar SOP semester 7 dan 8 sesuai dengan SOP program S1-nya. Satu tahun pertama jalannya fast track menentukan kelanjutan mahasiswa dalam program ini. Jika IPK untuk 15 sks program S2 di tahun pertama mereka <3,50, akan dibatalkan dari program fast track, untuk dialihkan ke S-2 reguler. Hal ini, menurut Purkan, untuk menjaga kualitas lulusan fast track. Yang diharapkan memiliki nilai akademik yang sangat baik atau excellent. (*) Penulis: Okky Putri Rahayu Editor: Rio F. Rachman
Siswa-Siswi SMA Terinspirasi Sakralnya Aula Garuda Mukti UNAIR NEWS – Universitas Airlangga kembali menerima kunjungan dari siswa-siswi SMA. Pengunjung berasal dari siswa dan guru SMAN 1 Taman Sidoarjo pada Rabu (20/1), dan SMAN 1 Sidayu Gresik pada Kamis (21/1). Kedua SMA itu disambut oleh staf Pusat Informasi dan Humas (PIH) UNAIR di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen UNAIR. Sekretaris PIH UNAIR, Dr. Eduardus Bimo Aksono H, drh., M.Kes menyatakan, bahwa kedatangan rombongan di Aula Garuda Mukti ini merupakan hal yang istimewa. Bimo menyampaikan bahwa ruangan ini merupakan ‘ruang sakral’ bagi sivitas akademika
UNAIR karena setiap guru besar hampir selalu dikukuhkan di Aula Garuda Mukti. Maisaroh, M.Pd, guru pendamping siswa SMAN 1 Taman Sidoarjo, menuturkan, bahwa kedatangannya bersama 358 siswa bertujuan menjalin silaturahim dengan UNAIR dan memenuhi program sekolah tiap tahun. “Kegiatan ini merupakan program tahunan di sekolah kami. Alhamdulilah! Terimakasih atas sambutannya yang dilakukan di aula yang istimewa ini. Semoga kesakralan Aula Garuda Mukti ini bisa menjadi awal bagi siswa-siswi kami untuk menjadi orang yang sukses,” jelasnya. Senada dengan Maisaroh, Drs. H.M Basori selaku guru pendamping siswa SMAN 1 Sidayu Gresik berharap kedatangan 269 siswa dan 12 guru pendamping bisa menjadi langkah awal bagi pihaknya untuk menentukan pilihan program studi yang tepat. Selain itu informasi seputar kehidupan kampus yang didapatkan bisa menjadi modal untuk merencanakan hal-hal yang harus dilakukan ketika kuliah nantinya. “Kami berharap, hal-hal yang penting mengenai informasi yang cukup tentang SNMPTN, SBMPTN dan kehidupan kampus di perguruan tinggi nantinya dapat menjadi bekal bagi anak didik kami, dan semoga anak didik kami kelak bisa menjadi guru besar, sebagaimana ruang ini yang kerap digunakan untuk pengukuhan guru besar UNAIR,” ujarnya. Informasi yang disampaikan oleh pihak Pusat Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB) UNAIR kali ini juga sangat detail. Selain laman resmi SNMPTN yang sudah dibuka pekan ini, aturan yang sudah ditetapkan pemerintah tersebut bisa secara pasti dan jelas disampaikan kepada siswa yang hadir. “Ada hal yang berubah dalam SNMPTN tahun ini, yakni presentase siswa yang bisa mengikuti seleksi SNMPTN akan kembali ditentukan oleh panitia melalui kriteria akreditasi masingmasing sekolah, sebagaimana pada tahun 2011 dan 2012,” jelas
Drs. Adri Supardi, MS, selaku pemateri dari PPMB UNAIR. Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S.
Senin Besok, Proses SNMPTN Dimulai UNAIR NEWS – Mulai Senin (18/1) besok, proses seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) tahun 2016 mulai dilaksanakan. Pada tanggal tersebut para kepala sekolah sudah bisa mengisi pangkalan data sekolah dan siswa (PDSS). Seperti diketahui dalam pelaksanaan SNMPTN ini tiap sekolah diberi jatah berbeda dalam mendaftarkan siswanya. Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., MT., Ak, dengan keterangannya kepada wartawan, di ruang kerjanya, Sabtu (16/1) siang menjelaskan bahwa sekolah dengan status akreditasi A diberikan jatah 75 persen untuk mendaftarkan pelajar kelas XII di sekolahnya dalam SNMPTN 2016. “Artinya, apabila ada 100 pelajar kelas XII, maka sekolah dengan status akreditasi A itu bisa mendaftarkan 75 muridnya,” tutur Rektor UNAIR. Sekolah dengan status akreditasi B diberikan jatah 50% untuk mendaftarkan pelajar kelas XII dalam SNMPTN 2016. Begitu pula sekolah dengan status akreditasi C memiliki jatah 20%, dan sekolah dengan status akreditasi lainnya memiliki jatah 10%. Lain halnya dengan pelaksanaan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Pelaksanaan SBMPTN dilakukan dengan
dua cara, yaitu computer based testing (CBT) dan paper based testing (PBT). Dijelaskan oleh Rektor UNAIR Surabaya itu, kuota pelaksanaan SBMPTN dengan cara CBT untuk pendaftar SBMPTN masih dibatasi pada angka sepuluh ribu pendaftar. “Kenapa sepuluh ribu? Kita belum bisa memfasilitasi kebutuhan komputer. Masing-masing perguruan tinggi memiliki jumlah komputer yang terbatas,” ujar Prof. Nasih. Wilayah tes SBMPTN dengan CBT masih belum ditentukan. Untuk itu dikatakan masih ada hal-hal yang perlu dievaluasi. Namun dalam hal ini UNAIR siap membantu sebanyak 500 komputer dalam proses pelaksanaan SBMPTN dengan CBT. Daya Tampung UNAIR Pada seleksi penerimaan mahasiswa baru jenjang sarjana (S1) tahun 2016 ini UNAIR memiliki daya tampung sekitar 5.200 kursi. Walaupun belum bisa dikatakan sebagai jumlah yang pasti. Tetapi secara persentase alokasi kursi untuk SNMPTN tersebut diatur sesuatu ketentuan nasional bagi semua PTN peserta seleksi nasional, yakni jalur SNM-PTN kuotanya minimal 40%, SBMPTN minimal 30%, dan jalur mandiri maksimal 30% dihitung dari kapasitas daya tampung masing-masing PTN. Salah satu pembeda dalam proses seleksi penerimaan mahasiswa baru tahun 2016 dengan tahun-tahun sebelumnya adalah siswa yang kurang mampu secara ekonomi diperbolehkan masuk melalui jalur mandiri, namun tetap dikenai uang kuliah tunggal golongan satu (I). “Hal ini juga berlaku bagi mereka yang berada di wilayah 3T (Terluar, Terdepan, Tertinggal). Mereka yang kurang mampu mungkin saja saat bersekolah kurang fokus karena harus membantu orang tua dan sebagainya. Kalau mereka mendaftar melalui jalur SNMPTN, mereka akan tereliminasi karena rankingnya kurang. Pada jalur SBMPTN pun mereka bisa tersingkir karena seleksinya lebih ketat,” kata Prof. Nasih, Guru Besar Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR
itu. Untuk itu, Rektor UNAIR mengimbau kepada para kepala sekolah untuk mendaftarkan siswa/siswinya yang kurang mampu, tetapi memiliki potensi akademik dan non-akademik yang baik pada beasiswa Bidikmisi, termasuk pada jalur mandiri. Seperti diketahui sejak dua tahun silam atas penunjukkan Kemendikbud, UNAIR diminta membuka Program Studi Diluar Domisili (PDD) di Kab. Banyuwangi, yang sementara untuk empat program studi: yaitu Akuntansi, Kesehatan Masyarakat, Kedokteran Hewan, dan Perikanan dan Kelautan. Tetapi pada penerimaan mahasiswa baru tahun 2016 ini, lanjut Prof. Nasih, UNAIR PDD Banyuwangi itu hanya akan menerima mahasiswa baru lewat jalur SBMPTN dan Jalur Mandiri. “Hal ini karena fasilitas yang tersedia saat ini belum siap untuk menambah daya tampung lebih banyak dari tahun sebelumnya,” katanya. (*) Penulis : Defrina Sukma S.
Kejar Predikat Kampus Top Dunia, UNAIR Harus Berkontribusi Bagi Masyarakat Pada 2019, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) menargetkan UNAIR untuk masuk 500 top dunia berdasarkan lembaga perankingan QS World University Rankings (QS – WUR). Agar dapat memenuhi target tersebut, Kemenristek Dikti menggelontorkan uang senilai Rp 5 M. Dana tersebut nantinya digunakan sesuai dengan kebutuhan perguruan
tinggi yang bersangkutan, agar kemudian dapat digunakan untuk program-program yang memang perlu ditingkatkan dan diperbaiki. “Mengejar 500 dunia adalah indikator untuk mendapatkan pengakuan internasional. Semakin baik rankingnya, mengindikasikan bahwa perguruan tinggi tersebut berperan serta terhadap banyak hal itu tadi (kriteria menurut QS – WUR, –red). Lulusan bereputasi, publikasi berkualitas, itu yang perlu kita tingkatkan,” tutur Rektor UNAIR Prof. Dr. M. Nasih, SE, MT, Ak Mengenai perankingan dan target Kemenristek Dikti tersebut, Prof Nasih menekankan bahwa yang jauh lebih penting bukan perankingannya, namun indikator yang harus dicapai dari perankingan tersebut. “QS – WUR hanya alat untuk melihat bagaimana dunia internasional melihat kita. Kalau saya tetap saja, ujungujungnya adalah kita ingin lembaga kita berkualitas, berkontribusi nyata dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban, berkontribusi nyata dalam mencerdaskan kehidupan bangsa serta lulusan ini. Itu output yang kita harapkan. Bahwa itu akan tercapai, pasti akan berakibat pada baiknya peringkat kita,” tutur Prof Nasih. “Bukan soal peringkatnya. Tapi bagaimana soal kita menjadi lebih baik,” tegasnya. Kiat UNAIR menuju 500 top dunia Bidang-bidang yang targetnya akan diperbaiki diantaranya adalah jurnal ilmu pengetahuan dan pengembangan ilmu yang bagus dan berkembang dimana-mana, menggenjot publikasi ilmiah, memperbaiki rasio jumlah dosen dan mahasiswa, serta akreditasi program studi. Program studi yang belum terakreditasi A, didorong supaya dapat naik menjadi A. Begitupun prodi yang telah terakreditasi A, didorong untuk dapat mengajukan menjadi akreditasi internasional. Lulusan yang bereputasi juga salah satu target UNAIR ke depan menuju 500 top dunia.
“Kita ingin kualitas kita lebih baik. Salah satu bentuk atau indikator yang baik adalah akreditasi. Kalau kita sudah bisa internasional, berarti dunia internasional sudah mengakui proses pendidikan kita. Kita semua harus menuju akreditasi yang lebih baik,” tuturnya. Publikasi ilmiah adalah salah satu kriteria yang digunakan QS – WUR dalam melakukan perankingan. Menurut Prof Nasih, semua program yang memicu UNAIR dapat masuk 500 dunia akan didorong. “Pertama, program mengajar dikurangi, sehingga dosen sempat meneliti. Harus menambah tenaga pengajar. Bikin artikelnya kita dampingi. Kita juga punya Pusat Pengembangan Jurnal Ilmiah dan Publikasi. Itu bagian dari upaya kita mendorong dosen untuk banyak lagi meneliti, mengajukan artikel berkualitas untuk layak masuk jurnal yang berakreditasi dan terindeks,” tutur Prof Nasih. Menurutnya, tenaga pengajar perlu ditambah agar dosen-dosen yang ada sempat membaca, melakukan penelitian, dan membuat artikel ilmiah. “Agar penelitian sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi tidak terlupakan,” tegas Prof Nasih. Rasio
jumlah
antara
dosen
dan
mahasiswa
juga
harus
diperhatikan. Menurut Prof Nasih, idealnya, rasio jumlah antara dosen dan mahasiswa adalah 1:20 untuk bidang sosial, dan 1: 15 atau 1:10 untuk bidang eksakta. Adanya publikasi jurnal ilmiah yang banyak berarti telah ikut berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Rasio jumlah antara dosen dan mahasiswa berarti proses pendidikan telah bagus. Reputasi lulusan yang banyak bekerja di lembaga internasioal, juga menandakan bahwa perguruan tinggi telah mampu menghasilkan lulusan yang memberi sumbangsih terhadap masyarakat. “Kita ingin lulusan yang bereputasi, proses akademik bagus, pengembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa,” tegas Prof Nasih.
Perjuangan pencapaian tentunya tak berhenti pada 500 dunia. Seperti kata Prof Nasih, meskipun nantinya pencapaian telah dilakukan tak lantas kita bersantai-santai dan berhenti mengejar pencapaian. Peningkatkan keunggulan harus terus dilakukan agar tidak tertinggal dengan perguruan tinggi lain yang ikut bersaing. Prestasi yang telah dicapaipun agar tetap dipelihara. “Sesuai dengan target pemerintah tahun 2019. Kita harus optimis. Ya paling lambat tahun 2020 kita sudah masuk ke 500 dunia, insha Allah,” tutur Prof Nasih yakin. (bin)
Pejabat Dekanat Baru Harus Dongkrak Jumlah Doktor Rektor Universitas Airlangga, Prof. Dr. M. Nasih, SE.,MT.,Ak., didampingi dengan Ketua Senat Akademik UNAIR Prof. Dr. Muhammad Amin, dr., Sp.P(K), Wakil Rektor III, dan Wakil Rektor IV UNAIR, melantik pejabat fakultas periode 2015-2020, Jumat (6/11). Bertempat di Aula Garuda Mukti Kantor Manajemen UNAIR, pelantikan pejabat fakultas dihadiri oleh jajaran dekanat periode 2010-2015, perwakilan IKA UA, para direktur, dan pimpinan unit kerja. Pada pelantikan pejabat fakultas periode 2015-2020 ini, Rektor UNAIR melantik 14 dekan, 1 direktur sekolah pascasarjana, 39 wakil dekan, 2 wakil direktur, dan 3 pelaksana tugas wakil dekan. Pengangkatan pemimpin fakultas mengacu pada Keputusan Rektor UNAIR No. 1732/UN3/2015 tanggal 4 November 2015. Sedangkan, pengangkatan wakil dekan dan wakil direktur mengacu pada Keputusan Rektor UNAIR No. 1733/UN3/2015, tanggal 5 November 2015.
Secara simbolis, serah terima jabatan pejabat dekanat diwakili oleh penyerahan kalung gordon berwarna perak Dekan Fakultas Kedokteran UNAIR periode 2010-2015 Prof. Dr. Agung Pranoto, dr., M.Sc., Sp.PD-K-EMD kepada Dekan FK UNAIR periode 2015-2020 Prof. Dr. dr. Soetojo, Sp.U. Selain pejabat FK UNAIR, serah terima jabatan juga turut diwakili oleh Dekan FIB UNAIR periode 2010-2015 kepada Dekan FIB UNAIR periode 2015-2020. Dalam sambutannya, Prof. Nasih mengingatkan para pejabat fakultas baru terhadap tugas akademik yang diemban UNAIR ke depan. Setidaknya, ada lima tantangan yang disampaikan oleh Rektor UNAIR kepada para pejabat fakultas baru. Pertama, 80% program studi di UNAIR harus terakreditasi A pada tahun 2017. Kedua, 15-20% program studi yang telah terakreditasi A, harus sudah memiliki akreditasi dari lembaga internasional. Ketiga, sekurang-kurangnya pada tahun 2017, jumlah publikasi jurnal internasional yang terindeks Scopus harus sudah berjumlah 300 artikel. Keempat, meningkatkan jumlah doktor atau sekitar 40% dari jumlah dosen. Kelima, meningkatkan jumlah profesor atau sekitar 20% dari jumlah dosen. “Kita harus menyelesaikan tugas-tugas berat. Tugas itu tidak mungkin dicapai bila sendirian. Kita kerjakan tugas-tugas itu secara terorganisir,” tutur Rektor UNAIR. Guru Besar bidang Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR itu juga menyampaikan agar para pejabat fakultas baru tetap melanjutkan estafet pembangunan dari pejabat fakultas lama. “Masing-masing fakultas masih ada yang harus dilanjutkan terkait reposisi. Misalnya, sekarang lagi digodok kurikulum baru di FK UNAIR. Demikian juga di fakultas lain. UNAIR juga sedang memiliki PR (pekerjaan rumah) fisik berupa pembangunan gedung oleh FEB, Fakultas Farmasi, Fakultas Kedokteran Hewan, dan Fakultas Perikanan dan Kelautan. Ke depan, harap dijaga
keberlangsungannya,” tutur Prof. Nasih. Atas titah dari Rektor UNAIR, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNAIR 2015-2020, Dr. Falih Suaedi, Drs., M.Si, menyampaikan bahwa FISIP UNAIR telah memiliki basis yang kuat untuk melaksanakan tantangan dari Rektor UNAIR. “Konsekuensi logis dari perguruan tinggi sekarang adalah memperoleh pengakuan nasional dan internasional. Salah satu indikator adalah jurnal yang terakreditasi. Dulu, FISIP hanya menerbitkan 7 jurnal per tahun. Sekarang, sudah mencapai 43 jurnal. Selain itu, 6 dari 7 program studi di FISIP sudah terakreditas A. FISIP sudah memiliki basis yang kuat dan tinggal mengeskalasi saja,” tutur Falih. Dekan FK UNAIR periode 2015-2020, Prof. Soetojo, mengatakan akan memperbanyak mahasiswa dan pengajar untuk mengenyam pendidikan di luar negeri. “UNAIR dicanangkan oleh Menristek untuk masuk 500 dunia pada tahun 2019. Kita siap karena FK UNAIR memiliki potensi terbesar untuk itu. Kita harus meningkatkan penelitian dan publikasi agar sitasi juga meningkat. Selain itu, kita juga harus banyak mengirimkan mahasiswa maupun dosen untuk belajar di luar negeri,” tutur Prof. Soetojo. Dari 15 pemimpin fakultas, ada 3 dekan lama yang tetap menempati posisi sebagai dekan baru, yaitu Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Prof. Drs. Win Darmanto, M.Si., Ph.D, Dekan Fakultas Farmasi Dr. Umi Athiyah, Dra., MS., Apt, dan Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Prof. Dr. Tri Martiana, dr., MS. (dss)
Menuju Top 500 World Class University Pada 2019 Universitas Airlangga menjadi salah satu universitas yang ditunjuk oleh pemerintah melalui Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristek Dikti) untuk menjadi universitas kelas dunia. Untuk itu, pemerintah menggelontorkan dana sebesar Rp 5 milyar untuk UNAIR mengejar rangking 500 dunia pada 2019. Ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) UNAIR, Badri Munir Sukoco, S.E., MBA, Ph.D, menyatakan optimis UNAIR bisa menjadi Top 500 World Class University pada 2019. Pada 2015 ini UNAIR menduduki peringkat 701+ QS World University Rankings (QS – WUR). “Dengan kerja bareng, kolaborasi dan penerapan chance management, saya optimis pada 2019 UNAIR bisa masuk ranking 500 dunia,” ungkap Badri. Chance management (manajemen peluang) diterapkan dengan memetakan SWOT dan membuat target-target tertentu yang disebarkan dengan model rencana strategis (renstra) pada masing-masing unit kerja, fakultas dan program studi (prodi). Semua prodi di UNAIR ditargetkan mendapatkan akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional – Perguruan Tinggi (BAN – PT). Sementara itu, bagi prodi yang sudah terakreditasi A harus mengajukan akreditasi internasional. Saat ini, dari total 39 prodi S1 di UNAIR, 24 prodi terakreditasi A, 10 prodi terakreditasi B, dan lima lainnya adalah prodi baru yang belum wajib akreditasi, yaitu 4 prodi PDD Banyuwangi (Budidaya Perairan, Kedokteran Hewan, Akuntansi dan Kesehatan Masyarakat) dan prodi Teknologi Industri Hasil Perikanan. Sementara itu, enam prodi S1 telah mengantongi akreditasi internasional ASEAN University Network – Quality
Assessment (AUN-QA). Perolehan skor untuk keenam prodi tersebut di atas standar rata-rata AUN (4), yaitu Pendidikan Dokter dengan skor 4,4, Pendidikan Apoteker 4,53, Ilmu Hukum 4,6, Pendidikan Dokter Hewan 4,1, Biologi 4,6 dan Kimia 4,5. Tantangan untuk para dekan dan ketua prodi adalah menyusun renstra berdasarkan Key Performance Indicators (KPI). Anggaran yang dibuat juga berbasis KPI. Harapannya semua unit bisa berkolaborasi dalam mengembangkan potensinya untuk mempercepat peningkatan poin penialain QS – WUR yang meliputi academic reputation (reputasi akademik), employer reputation (reputasi pimpinan), faculty student ratio (rasio mahasiswa fakultas), citation per faculty (sitasi per fakultas), international student ratio (rasio mahasiswa internasional), dan international staff ratio (rasio staf internasional). Dukungan Finansial Untuk mengejar peringkat dunia, dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut diantaranya digunakan untuk menggerakkan penelitian, menambah jumlah dosen, serta menambah infrastruktur. Selain dukungan dana dari pemerintah sebesar Rp 5 milyar, UNAIR menargetkan tahun depan memiliki anggaran antara Rp 1,4 – 1,5 triliun (head count per mahasiswa Rp 40 juta). Besarnya anggaran per mahasiswa yang ditargetkan tersebut mengacu pada UI, ITB dan UGM yang berkisar pada Rp 50 juta, dan UB yang mencapai Rp 35 juta. “Kalau dosen sedikit, akhirnya hanya bisa ngajar. Apalagi kalau tidak ada dana penelitian dan minim fasilitas, penelitian akan sulit berkembang,” jelasnya. Selain menambah kuantitas dosen, kualitas dosen juga ditingkatkan dengan memberikan pelatihan melalui Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan (LP3) dan workshop penelitian melalui Lembaga Penelitian dan Inovasi (LPI).
Dana 5 milyar dari pemerintah dinilai Badri sebagai pemicu UNAIR untuk bergerak. Menurutnya, UNAIR tidak bisa hanya mengandalkan dana dari pemerintah dan SPP mahasiswa. Pihaknya telah membuat simulasi, untuk memiliki dana sebesar Rp 1,5 T dengan sumbangan SPP mahasiswa maksimal 50% dan pemerintah 25 %, maka harus ada sumber pemasukan yang lain untuk menutupi kekurangan sebesar Rp 300-500 miliar. Usaha-usaha yang telah dimiliki UNAIR seperti Rumah Sakit dan PT. Dharma Putra Airlangga harus ditingkatkan. Selain itu, UNAIR butuh unit usaha baru, seperti hotel, dan pusat-pusat training. “Banyak potensi yang belum digarap. UNAIR bisa membuka pusatpusat training dengan berbagai keahlian yang ada di UNAIR. Selain itu, hasil penelitian bisa dihilirisasi dan peneliti mendapatkan royalti,” pungkasnya. (ind)