Pembuatan Bubuk Sari Buah Tomat (Elmi Kamsiati)
PEMBUATAN BUBUK SARI BUAH TOMAT (Licopersicon esculentum Mill.) DENGAN METODE “FOAM“FOAM-MAT DRYING”
Processing Tomato Powder (Licopersicon (Licopersicon esculentum Mill.) By “Foam“Foam-Mat Drying” Elmi Kamsiati1) 1)
Staf Peneliti Balai Pengakjian Teknologi PertanianKalimantan Tengah Jl. G. Obos Km. 5 Palangka Raya E-mail:
[email protected] ABSTRACT
The aim of the research on processing of tomato powder (Licopersicon esculentum Mill.) by means of ”foam-mat drying” were to investigate the effect of foaming agents on physical-chemical characteristics of tomato powder. Egg white (0; 2; 5 % b/b) combined with Tween 80 ( 0; 0,2; 0,5 % b/b) was used as the foaming agents. The results showed that the increase of egg white concentration very significantly increased the levels of vitamin C, pH, yield and water vapor reabsorbs ion, but reduced the titratable acidity. Whereas the increase of Tween 80 concentration very significantly increased the vitamin C content, water vapor re-absorbsion and the dispersion stability. The tomato powder with best characteristics was produced by the use of egg white only (2%) as the foaming agent. The yield obtained was 17.8% and contained 2.22% moisture, 68.05% total sugar, 5.50% titratable acidity, pH 3.75 and vitamin C of 77,77 mg. 10-2 g-1. The respective water vapour reabsorbsion and dispersion stability of the product were 2.72% and 83.22%. Key words: tomato powder, foam-mat drying, foaming agent PENDAHULUAN Buah tomat (Licopersicon esculentum Mill.) merupakan produk hortikultura yang mudah diperoleh di Indonesia . Menurut Badan Pusat Statistik dan Dirjen Bina Produk Hortikultura, pada tahun 2002 terjadi peningkatan produksi nasional tomat sebesar 18,50 % yaitu dari 483.991 ton pada tahun 2001 menjadi 573.517 pada tahun 2002. Tomat memiliki komponen gizi yang cukup lengkap dan kandungan vitamin A dan C-nya cukup tinggi. Tomat sering digunakan untuk mengatasi penyakit sariawan, gusi berdarah dan menigkatkan pertahanan tubuh. Tsang (2004) menyatakan bahwa tomat banyak mengandung likopen yang dapat mencegah kanker prostat. Walaupun memiliki berbagai kelebihan, menurut Setijorini dkk (2004), tomat mudah rusak karena pengaruh mekanis.
Selain itu kandungan air yang tinggi pada tomat dapat memacu aktivitas enzim dan mikroba. Oleh karena itu diperlukan pengolahan lebih lanjut untuk meningkatkan daya simpannya. Salah satu alternatifnya adalah mengolahnya dalam bentuk bubuk. Bentuk bubuk memiliki kelebihan yaitu lebih awet, ringan dan volumenya lebih kecil sehingga dapat mempermudah dalam pengemasan dan pengangkutan. Pembuatan bubuk sari buah dilakukan dengan pengeringan dengan metode “freeze drying”(pengeringan beku), “spray drying”(pengeringan semprot) dan “foammat drying”(pengeringan busa). Menurut Karim dan Wai (1999); Misra (2001), metode pengeringan busa memiliki kelebihan daripada metode pengeringan lain karena relatif sederhana dan prosesnya tidak mahal. Selain itu suhu yang digunakan relatif rendah sehingga 113
Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 7 No. 2 (Agustus 2006) 113-119 warna, aroma dan komponen gizi produk dapat dipertahankan. Salah satu kesulitan yang telah dilaporkan dalam proses ini adalah kurangnya kestabilan “foam” (busa) selama proses pemanasan. Jika busa tidak cukup stabil terjadi kerusakan seluler yang menyebabkan kerusakan selama proses pengeringan. Karim dan Wai (1999) melaporkan penggunaan methocel 0,4 % menghasilkan “overrun” dan kestabilan busa pada pengeringan “puree” (bubur buah) buah blimbing. Sedangkan Septinawati (2001) menggunakan busa putih telur dengan konsentrasi 5% pada pembuatan sari wortel instan dan Suryanto (2000) menggunakan busa putih telur sebanyak 2% pada pembuatan bubuk sari buah sirsak dengan metode pengeringan busa. Tween 80 merupakan surfaktan yang sering digunakan sebagai bahan pengemulsi pada “icing cake”. Fitrotin (2003) melaporkan penggunaan Tween 80 sebagai emulsifier pada pembuatan bubuk sari buah tomat. Belum ada penelitian yang mengkaji penggunaan busa putih telur dan Tween 80 sebagai “foaming agent” (bahan pembentuk busa) pada pembuatan bubuk sari buah tomat dengan metode pengeringan busa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi “foaming agent” terhadap sifat fisik dan kimia bubuk sari buah tomat yang dibuat dengan metode “foam-mat drying”. BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan pada pembuatan bubuk sari buah tomat adalah buah tomat varietas apel yang telah matang, berwarna merah segar, diameter 22-24 cm dan tidak rusak secara fisiologis dan mekanis yang diperoleh dari pasar bebas. Maltodekstrin, asam sitrat dan gula yang digunakan adalah food grade. Tween 80 dan bahan kimia untuk analisa berkualitas p.a. Peralatan utama yang digunakan pada pembuatan bubuk sari buah tomat adalah
blender, mixer dan pengering kabinet. Alat utama untuk analisa adalah oven vakum, pH meter, refraktometer, spektrofotometer dan colorimeter (“color reader”). Pembuatan Bubuk Sari Buah Tomat Tomat diiris dan diblender selama satu menit kemudian disaring untuk memisahkan sari buah tomat dengan ampasnya. Sari buah tomat dicampur dengan dekstrin 15 % (b/b) dan “foaming agent” sesuai perlakuan. Kemudian dikocok dengan “mixer” pada kecepatan 3 selama 7 menit. Selanjutnya campuran dituangkan dengan ketebalan 3 mm pada loyang “stainless steel” yang telah dialasi dengan plastik. Pengeringan dilakukan pada pengering 0 kabinet suhu 55 C selama 7 jam hingga diperoleh ekstrak kering sari buah tomat. Kemudian ekstrak kering sari buah tomat ditambah dengan asam sitrat 1 % dan CMC 1% (b/b dari berat ekstrak kering). Dihomogenisasi dengan blender kering selama 30 detik. Dikeringkan pada 0 pengering kabinet suhu 55 C selama 30 menit. Kemudian ditambah gula pasir 60% (b/b dari ekstrak kering sari buah tomat) dan dihomogenisasi dengan blender kering selama 15 detik. Bubuk yang diperoleh diayak dengan ayakan 60 mesh sehingga diperoleh bubuk sari buah tomat yang selanjutnya dikemas dengan aluminium foil. Untuk proses pembuatan minuman sari buah tomat adalah sebagai berikut: 10 g bubuk sari buah tomat dilarutkan dalam 200 ml air dingin, diaduk selama 30 detik ( 15 x ) sehingga diperoleh minuman sari buah tomat. Analisis dan Analisis Data Analisis sari tomat meliputi kadar air, pH (Sudarmadji dkk, 1997),Vitamin C (Sudarmadji dkk, 1997), total gula (Apriyantono dkk., 1984) dan total asam (Ranggana, 1987). Analisis fisik kimia produk meliputi analisa), kadar air (Sudarmadji dkk, 1997), total gula (Apriyantono, 1984), pH, total asam (Ranggana, 1987), vitamin C (Sudarmadji dkk, 1997), rendemen, reabsorbsi uap air
114
Pembuatan Bubuk Sari Buah Tomat (Elmi Kamsiati) (Yuwono dan Susanto, 1998), kestabilan dispersi (Yuwono dan Susanto, 1997), Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan ANOVA (Analisis Ragam). Apabila hasil analisa menunjukkan pengaruh nyata, maka dilanjutkan uji BNT pada α = 0,01. Dan jika ada interaksi antar faktor dilanjutkan dengan uji DMRT.
perbedaan varietas, tempat tumbuh maupun cara budidaya. Muchtadi (1992) menyatakan bahwa komponen setiap sayuran tidak sama dan dipengaruhi beberapa faktor antara lain: perbedaan varietas, keadaan iklim, tempat tumbuh, cara pemeliharaan tanaman, cara pemanenan, kematangan pada waktu panen dan kondisi penyimpanan setelah panen.
HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan Baku Sifat fisik kimia sari buah tomat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Sifat Fisik Kimia Sari Buah Tomat Parameter
Nilai Pustaka pengujian Kadar air (%) 95,70 94,00* pH 4,20 4,00** Total asam (%) 0,89 Total gula (%) 3,41 4,20* Vitamin C (mg/100g) 35,17 40,00* Sumber: * Cahyono (1998) ** Masteton dan Hurley (1989) - Tidak ada pada pustaka Kadar air, pH, total gula dan vitamin C sari buah tomat pada penelitian ini berbeda dengan pustaka. Hal ini disebabkan
Sifat Fisik Kimia Bubuk Sari Buah Tomat Rendemen Rerata rendemen bubuk sari buah tomat berkisar antara 16,24% - 18,65%. Secara statistik, konsentrasi busa putih telur memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata pada rendemen bubuk sari buah tomat. Rendemen bubuk sari buah tomat cenderung naik dengan naiknya konsentrasi busa putih telur (Tabel 2). Hal ini disebabkan penambahan busa putih telur dapat meningkatkan total padatan pada bahan sesuai dengan pernyataan Nakai dan Modler (1996) bahwa putih telur mengandung 86,7 % air sehingga sisanya adalah total padatan. Peningkatan total padatan dapat meningkatkan berat produk akhir yang berakibat pada naiknya rendemen.
Tabel 2. Rerata Rendemen, total asam, pH, vitamin C dan reabsorbsi uap air Bubuk Sari Buah Tomat pada Berbagai Konsentrasi Busa Putih Telur Konsentrasi busa putih telur (%) 0 2 5 BNT 0,01
Rendemen Total asam (%) (%) 16,80 a 5,49 b 17,74 b 5,23 ab 18,10 b 4,84 a 0,73 0,46
pH 3,68 a 3,81 b 3,92 b 0,12
Vitamin C mg/100g mg/100g) /100g) 92,00 a 98,72 ab 106,23 b 10,30
Reabsorbsi Uap Air Air (%) 2,78 a 2,87 ab 3,05 b 0,22
Tabel 3. Rerata Vitamin C, reabsorbsi uap air dan kestabilan dispersi Bubuk Sari Buah Tomat pada Berbagai Konsentrasi Tween 80 Konsentrasi Tween 80 (%) 0 0, 2 0, 5 BNT 0,01
Vitamin C (mg/ (mg/100g) 74,69 a 94,57 b 127,69 c 10,30
Reabsorbsi Uap Air (%) 2,75 a 2,91 ab 3,03 b 0,16
Kestabilan Dispersi (%) 82,41 a 85,21 b 86,17 b 1,86 115
Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 7 No. 2 (Agustus 2006) 113-119 Kadar Air Rerata kadar air bubuk sari buah tomat berkisar antara 1,75 – 2,61%. Secara statistik, perlakuan konsentrasi busa putih telur, Tween 80 serta interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata (α = 0,05) pada kadar air bubuk sari buah tomat. Rerata kadar air cenderung menurun dengan meningkatnya konsentrasi busa putih telur dan Tween 80. Hal ini terjadi karena busa yang dihasilkan semakin banyak dan lebih stabil sehingga pengeringan lebih cepat. Pengeringan yang lebih cepat akan menghasilkan kadar air yang lebih rendah pada lama pengeringan yang sama. Wai dan Karim (1999) menyatakan bahwa dengan jumlah yang sama sebuah lapisan busa lebih cepat kering daripada cairan yang tidak dalam bentuk busa pada kondisi lingkungan yang sama. Hal ini disebabkan cairan lebih mudah melewati struktur busa kering daripada lapisan yang rapat dari bahan yang sama. Total gula Rerata total gula bubuk sari buah tomat berkisar antara 61,43 – 74,51 %. Secara statistik, konsentrasi busa putih telur, konsentrasi Tween 80 dan interaksi kedua faktor tidak memberikan pengaruh yang nyata pada total gula bubuk sari buah tomat. Total gula cenderung turun dengan meningkatnya konsentrasi busa putih telur. Hal ini terjadi karena penurunan jumlah filtrat sari buah tomat per total bahan pada konsentrasi busa putih telur yang lebih tinggi. Hal tersebut dapat menurunkan total gula karena tomat mengandung gula reduksi antara 2,19 – 3,55 % (Gould, 1983). Sedangkan putih telur hanya mengandung karbohidrat terutama glukosa sebesar 0,2 – 1 % (Nakai dan Modler, 1996). Oleh karena itu total gula cenderung turun dengan meningkatnya konsentrasi busa putih telur yang digunakan. Total Asam Rerata total asam bubuk sari buah tomat berkisar antara 4,80 – 5,66 % .Total asam cenderung turun dengan naiknya
konsentrasi busa putih telur dan Tween 80. Secara statistik, konsentrasi busa putih telur memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata (α = 0,01) pada total asam bubuk sari buah tomat. Total asam semakin turun dengan naiknya konsentrasi busa putih telur yang digunakan (Tabel 2). Hal ini terjadi karena adanya gugus COO yang + mengikat H yang dilepaskan asam sitrat + sehingga H yang ada pada lingkungan + turun. Penurunan H akan menurunkan total asam. Fennema (1996) menyatakan bahwa protein bersifat amfoter, pada suasana asam protein bersifat basa yang + akan mengikat H dari lingkyungan. Selanjutnya Winarno (1991) menyatakan bahwa unsur yang menyebabkan rasa asam + adalah adanya ion H . Oleh karena itu total asam semakin turun dengan meningkatnya konsentrasi busa putih telur. pH Rerata pH bubuk sari buah tomat berkisar antara 3,57 – 3,94. Secara statistik, konsentrasi busa putih telur memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata pada pH bubuk sari buah tomat. pH semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi busa putih telur (Tabel 2). Hal ini terjadi karena total asam bubuk sari buah tomat lebih rendah pada konsentrasi busa putih telur yang lebih tinggi, sedangkan total asam berkorelasi negatif dengan pH suatu bahan. Lehninger (1982) menyatakan bahwa semakin banyak jumlah asam yang ditambahkan pada + larutan maka semakin besar pula ion H yang dilepaskan sehinggga menurunkan pH. Oleh karena itu pH semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi busa putih telur. Vitamin C Rerata kadar vitamin C bubuk sari buah tomat berkisar antara 66,79 – 135,89 -2 -1 mg 10 g . Secara statistik, konsentrasi putih telur maupun Tween 80 memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata pada kadar vitamin C bubuk sari buah tomat. Kadar vitamin C bubuk sari buah tomat cenderung naik dengan naiknya 116
Pembuatan Bubuk Sari Buah Tomat (Elmi Kamsiati) konsentrasi busa putih telur dan Tween 80 (Tabel 2 dan 3). Kadar vitamin C meningkat dengan meningkatnya konsentrasi busa putih telur (Tabel 2). Hal ini terjadi karena peningkatan konsentrasi busa putih telur dapat mempertebal lapisan film yang melindungi komponen yang ada dalam sistem buih termasuk vitamin C. Menurut Fennema (1996) putih telur mampu membentuk film yang mengelilingi gelembung udara. Film yang semakintebal akan lebih melindugi bahan terlarut yang terletak diantara gelembung udara. vitamin C adalah vitamin yang mudah teroksidasi (Winarno, 1991). Oleh karena itu kadar vitamin C meningkat dengan meningkatnya konsentrasi busa putih. Kadar vitamin C meningkat dengan meningkatnya konsentrasi Tween 80 (Tabel 3). Hal ini terjadi karena Tween 80 mampu membentuk lapisan pelindung diantara fase terdispersi dan fase kontinyu (Belitz dan Grosh, 1987). Lapisan inilah yang melindungi vitamin C dari kerusakan oksidatif. Oleh karena itu peningkatan konsentrasi Tween 80 dapat meningkatkan kadar vitamin C bubuk sari buah tomat. Reabsorbsi Uap Air Rerata reabsorbsi uap air bubuk sari buah tomat berkisar antara 2,69 – 3,26%. Secara statistik, konsentrasi busa putih telur maupun Tween 80 memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata pada reabsorbsi uap air bubuk sari buah tomat. Reabsorbsi uap air bubuk sari buah tomat cenderung meningkat dengan meningkatnya konsentrasi busa putih telur dan Tween 80 (Tabel 2 dan 3). Hal ini karena dengan meningkatnya konsentrasi busa putih telur maupun Tween 80 busa yang dihasilkan lebih banyak dan stabil. Struktur busa yang stabil masih tersisa pada produk akhir sehingga bubuk sari buah tomat lebih porous. Struktur yang porous lebih mudah menyerap air dari lingkungan. Selain itu Nakai dan Modler (1996) menyatakan bahwa protein putih telur mempunyai kemampuan mengikat air melalui ikatan hidrogen dan hidrasi ion.
Sedangkan Tween 80 merupakan emulsifier yang mempunyai banyak guguk hidroksil. Semakin banyak gugus hidroksil dari emulsifier maka kemampuan mengikat gugus OH dari air juga semakin besar (Friberg dan Larson, 1995). Oleh karena itu reabsorbsi uap air bubuk sari buah tomat semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi busa putih telur dan Tweeen 80. Kestabilan Dispersi Rerata kestabilan dispersi bubuk sari buah berkisar antara 81,94 – 86,17%. Secara statistik, konsentrasi Tween 80 memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata pada pada kestabilan dispersi bubuk sari buah tomat. Kestabilan dispersi semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi Tween 80 (Tabel 3). Peningkatan konsentrasi Tween 80 dapat meningkatkan kestabilan dispesi karena selain berfungsi sebagai bahan pembentuk buih, tween 80 juga berfungsi b sebagai emulsifier. Menurut Anonymous (2004), buah tomat banyak mengandung karotenoid sebagian besar dalam bentuk likopen. Selanjutnya Belitz dan Grosch (1987) menyatakan bahwa karotenoid merupakan bahan yang bersifat nonpolar (lipofilik). Sehingga sistem dispersi sari buah tomat bersifat minyak dalam air. Tween 80 merupakan emulsifier yang memiliki sifat hidrofil lebih kuat sehingga dapat menstabilkan sistem yang bersifat minyak dalam air. KESIMPULAN Peningkatan konsentrasi busa putih telur dapat meningkatkan kadar vitamin C, pH, rendemen dan reabsorbsi uap air dan menurunkan total asam secara sangat nyata (α=0,01), sedangkan peningkatan konsentrasi Tween 80 sangat nyata (α=0,01) meningkatkan vitamin C, reabsorbsi uap air dan kestabilan dispersi bubuk sari buah tomat. Namun demikian, bubuk sari buah tomat yang diperoleh mempunyai sistem disperse yang masih kurang stabil oleh 117
Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 7 No. 2 (Agustus 2006) 113-119 karena itu diperlukan penelitian tentang bahan penstabil yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Selain itu sebaiknya gula yang digunakan dikurangi karena sifat sari buah tomat tidak manis. Selain itu, pada saat rehidrasi untuk konsumsi (untuk mencapai konsistensi yang lebih mendekati sifat sari buah tomat) maka proporsi bubuk sari buah totmat perlu ditingkatkan (lebih tinggi daripada yang digunakan pada uji rehidrasi pada penelitian ini). Penelitian lanjutan juga dapat disarankan untuk mengevaluasi stabilitas likopen, antioksidan dominan pada buah tomat. DAFTAR PUSTAKA Anonymousb. 2004. Tomato Health and Nutrition. http: //www.formanfoods.com/healthlinks .php. Tanggal akses 29 April 2004. Foams. Anonymouse.. http://oregonstate.edu/instruct/nfm 236/system/index.cfm. Tanggal akses 12 April 2004. Belitz,H.D. dan Grosch,w. 1987. Food Chemistry. Sprringer-Verlag Berlin. Jerman. Apriyantono, A., D. Fardiaz, N.L Puspitasari, Sedarnawati dan S. Budiyanto. 1989. Petunjuk Laboratorium Analisi Pangan. PAU. IPB. Bogor. Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. 2002. Produksi Sayuran di Indonesia, 1998 – 2002. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian. 2002. Luas Panen dan Produksi Tomat menurut Propinsi, Tahun 2000 – 2002. De Garmo, E. P. Sullivan dan C. R. Canada. 1984. Engineering Economy. 7th Ed. Mc Millan. New York. Friberg, S.E dan Larson, K. 1997. Food Emulsions 3th edition. Marcell Dekker, Inc. New York. Fitrotin, U. 2003. Pembuatan Bubuk Sari Buah Tomat dengan Metode Spray Drying. Kajian dari pH awal, Konsentrasi Dekstrin, Tween 80 dan
Lama Penyimpanan. Tesis FTP Universitas Brawijaya. Malang. Glicksman, M. 1982. Origins and Clasification of Hidrocolloids. Volume I. CRC Press, Inc. Florida. Gomez, K.A. dan Gomez, A.A. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. terjemahan oleh: Endang Sjamsudin dan Justika S. Baharsjah. UI Press. Jakarta Gould, W.A. 1983. Tomato Processing and Quality Evaluation. The AVI Publishing Company, Inc. Westport. Connecticut. Karim, A.A. dan Wai, C.C. 1999. Foammat drying starfruit ( Averrhoa carambola L.) puree. Stability and air drying characteristics. J food Chemistry. 64 (1999) hal: 337-343. Lehninger. 1982. Dasar – dasar Biokimia Jilid I (Terjemahan Maggy Thenawijaya. 1982. Erlangga. Jakarta. Muchtadi, D. 1992. Petunjuk Laboratorium Fisiologi Pasca Panen Sayuran dan Buah – buahan. PAU Pangan dan Gizi. IPB. Bogor. Misra, N. 2001. Process Technology for Tomato Powder. http://www.iitkgp.ernet.in/sric/gette ch.php?slno=1. Tanggal akses 6 April 2004. Nakai, S and H.W. Modler. 1996. Food Proteins Properties and Characterization. Willey- VC. USA. Ranggana, S. 1987. Manual Analysis of Fruit and Vegetable Product. Mc Graw Publishing Company Limited. New Delhi. Rossenberg, M.J., J. Kopelman dan Y. Talman. 1990. Factor Affecting retention in Spray Drying Microencapsulation. J. Food Sci. 50. hal. 139 – 144. Salunkhe dan Kadam. 1995. Handbook af Fruit Science and Technology: Production, Composition, Storage and Processing. Marcell Dekker Inc. New York. Septinawati, N. 2001. Pembuatan Sari wortel Instant Menggunakan Metode Foam Mat Drying Kajian Blanching dan Konsentrasi Dekstrin serta Analisis Break event Point (BEP) dan Payback Periode (PP). Skripsi TIP FTP Universitas Brawijaya. Malang. 118
Pembuatan Bubuk Sari Buah Tomat (Elmi Kamsiati) Setijorini, L.E., B.S. Purwoko., S. Suprihatini dan S. Susanto. Pengaruh Aplikasi Poliamin= Spermidin Terhadap Kualitas dan Daya Simpan Buah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.). http:// www.ut.ac.id/ludvica/pengaruh%20 aplikasi%20poliamin.htm. Tanggal akses 28 April 2004. Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta. Suryanto, R. 2000. Pembuatan Bubuk Sari Buah Sirsak ( Annona muricara l) dari Bahan Baku Pasta dengan
Metode Foam Mat Drying, Kajian Suhu Pengeringan, Konsentrasi Dekstrin dan Lama Penyimpanan Bahan Baku Pasta. Tesis FTP Universitas Brawijaya. Malang. Tsang, G. 2004. Can Lycopene in Tomatoes Prevent Prostate Cancer?. http://www.healthcastle.com/lycope ne-prostatecancer.shtml. Tanggal akses 29 April 2004. Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Yuwono, S dan Susanto, T. 1998. Pengujian Fisik Pangan. FTP Universitas Brawijaya. Malang.
119