Mata Kuliah MKKK-5111225213
PRESERVASI DAN KONSERVASI (Pelestarian Bangunan dan Lingkungan) Oleh: Jonny Wongso, ST, MT
M-2a: Pemahaman Pelestarian Pusaka
Pemahaman Pelestarian Pusaka
Pusaka (heritage) Pusaka peninggalan masa lalu yang bernilai sejarah, mengandung kualitas pemikiran, rencana dan pembuatannya, serta memiliki peran yang sangat penting bagi keberlanjutan hidup manusia. Ada pula yang mewakili gaya arsitektur yang khas pada suatu masa. • Pusaka, dalam kamus Indonesia-Inggris oleh Poerwadarminto, berarti heritage (bhs.Ingris). • Perkembangan pemahaman pusaka yang awalnya bertumpu pada artefak tunggal, dalam dua dekade terakhir ini pusaka dapat berarti pula suatu saujana[1] (cultural landscape) yang luas bahkan bisa lintas batas wilayah serta menyangkut persoalan pusaka alam dan budaya.
[1]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia saujana adalah sejauh mata memandang.
Perkembangan yang lain, pusaka budaya tidak pula hanya ragawi (tangible) tetapi juga pusaka-pusaka budaya tak ragawi (intangible). Hal ini menjadikan isu pusaka tidak bisa dipisahkan dari berbagai persoalan kehidupan sehari-hari, pengelolaan seni budaya hingga pengelolaan kota, desa maupun wilayah.
Untuk menguatkan pemahaman pusaka, para pekerja dan pemerhati pelestarian di Indonesia menyepakati tentang Pusaka Indonesia. Pada Tahun Pusaka Indonesia 2003 (tema: Merayakan Keanekaragaman): Jaringan Pelestarian Pusaka Indonesia (JPPI) bekerjasama dengan International Council on Monuments and Sites (ICOMOS) Indonesia dan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia
mendeklarasikan
Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia 2003. Piagam ini merupakan yang pertama dimiliki Indonesia dalam menyepakati etika dan moral pelestarian pusaka
INDONESIAN CHARTA FOR HERITAGE CONSERVATION 2003
1. (Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia 2003)
kota, kawasan perkotaan,
Andaleh, Tanah Datar,
Gunung
Air
Sawah
Sungai
Lembah
Danau
Bukit
Jeram
Ngarai
Curug
Tanah Batu Hutan
Flora Fauna
Pusaka Alam
Gunung
Air
Sawah
Sungai
Lembah
Danau
Bukit
Jeram
Ngarai
Curug
Tanah
Batu Hutan Flora Fauna
Pusaka Alam
Seni Kriya
Seni Sastra Seni Lukis Seni Ukir
Seni Pahat Seni Patung
Pusaka Budaya Seni Tari Seni Musik
Seni Pertunjukan Seni Rakyat
Seni Suara
Seni Kriya
Seni Sastra Seni Lukis Seni Ukir
Seni Pahat Seni Patung
Pusaka Budaya Seni Tari Seni Musik
Seni Pertunjukan Seni Rakyat
Seni Suara
Lingkungan Mata Pencaharian Kehidupan
Rumah Adat
Istana Keraton
Situs
Agama
Desa
Candi
Ritual
Kampung
Adat Istiadat
Dusun
Tradisi
Suku
Pusaka Saujana
Lingkungan Mata Pencaharian Kehidupan
Rumah Adat
Istana Keraton
Situs
Agama
Desa
Candi
Ritual
Kampung
Adat Istiadat
Dusun
Tradisi
Suku
Pusaka Saujana
Arsitektur Tradisional Minangkabau Arsitektur Serumpun – Arsitektur Melayu
Nagari Andaleh Baruah Bukik
Gedung Eks Standart Chartered
Gedung Pajak
Old City Entertainment
Hotel Batavia
Gedung Dasaad Musin
Gedung Kantor Pos Jakarta Kota
Gedung Jasa Raharja
Lorong Jasindo
Museum Sejarah Jakarta
Museum Wayang
Museum Seni Rupa dan Keramik
Menara Syah Bandar
weekend@kotatua
Festival Kotatua
weekend@kotatua
Festival Tempo Doeloe
Tingkat Pusaka dan Pengelolaannya Ditinjau dari segi nilai penting dan luas pengaruhnya, pusaka ada yang mempunyai nilai sempit terbatas bagi perorangan dan ada pula yang bernilai sangat penting dan luas bagi kehidupan masyarakat banyak, bangsa dan kemanusiaan.
• Warisan dunia (world heritage) • Pusaka nasional • Pusaka propinsi • Pusaka kota/kabupaten
Pelestarian Pengertian pelestarian terhadap peninggalan lama pada awalnya dititikberatkan pada bangunan tunggal atau benda-benda seni, kini telah berkembang ke ruang yang lebih luas seperti kawasan hingga kota bersejarah serta komponen yang semakin beragam seperti skala ruang yang intim, pemandangan yang indah, suasana, dsbnya.
upaya untuk menjaga kesinambungan yang menerima perubahan dan/atau pembangunan bertujuan untuk tetap memelihara identitas dan sumber daya lingkungan dan mengembangkan beberapa aspeknya untuk memenuhi kebutuhan modern dan kualitas hidup yang lebih baik Perubahan yang dimaksud bukanlah terjadi secara drastis, namun perubahan secara alami dan terseleksi Kegiatan pelestarian ini bisa berbentuk pembangunan atau pengembangan dan melakukan upaya preservasi, restorasi, replikasi, rekonstruksi, revitalisasi, dan/atau penggunaan untuk fungsi baru suatu aset masa lalu pelestarian merupakan pula upaya mengelola perubahan, dan kemudian menciptakan pusaka masa mendatang
Pengertian Pelestarian Upaya pengelolaan pusaka melalui kegiatan penelitian, perencanaan, perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan, pengawasan, dan/atau pengembangan secara selektif untuk menjaga kesinambungan, keserasian, dan daya dukungnya dalam menjawab dinamika jaman untuk membangun kehidupan bangsa yang lebih berkualitas (Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia 2003) Kesinambungan yang menerima perubahan merupakan konsep utama pelestarian, sebuah pengertian yang berbeda dengan preservasi. Konsekuensinya, perubahan yang dimaksud bukanlah terjadi secara drastis, namun perubahan secara alami dan terseleksi (Adishakti, 1997). Pelestarian merupakan manajemen perubahan (Asworth, 1991) Pelestarian dalam konteks perkotaan berarti pula mengawetkan bagian tertentu pusaka dengan memberikan tidak hanya keberlanjutan keberadaannya tetapi juga memiliki manfaat untuk masa depan (Burke, 1976 dalam Asworth, 1991)
Keanekaragaman pusaka serta tujuan pelestarian ini menuntut keterlibatan banyak pihak, baik dalam menjaga, mencegah kerusakan dan pengrusakan, memelihara, melakukan tindakan pelestarian maupun menyebarluaskan pentingnya pelestarian pusaka baik bagi umat manusia, keluarga, masyarakat, lingkungan daerah, nasional maupun dunia.
Perkembangan pemahaman terhadap pusaka dan pelestarian Piagam Athena, 1931, tentang restorasi monumen bersejarah (upaya pelestarian ditujukan hanya pada benda tunggal dalam bentuk bangunan atau benda-benda seni) Piagam Venice, 1964, tentang konservasi dan restorasi monumen dan tapak
Kata heritage mulai banyak digunakan pada tahun 1970-an, terutama ketika Eropa menyelenggarakan European Architectural Heritage Year tahun 1975
The European Architectural Heritage
terdiri tidak hanya monumen yang penting-penting, tetapi juga termasuk kelompok bangunan di dalam kota dan desa-desa yang berkarakteristik setting alamiah maupun buatan dan terkait dengan kehidupan sosial
Pada tahun 80-an, perkembangan isu-isu pelestarian mengarah kepada perlindungan, konservasi dan restorasi kota-kota bersejarah dan area perkotaan yang sejalan dengan pembangunan dan mampu beradaptasi dengan kehidupan kontemporer
Dua standar penting untuk pelestarian Piagam Burra (Australia) pada tahun 1979 dan diratifikasi tahun 1981 Piagam Burra ditujukan untuk melestarikan tempat-tempat yang memiliki signifikansi budaya. Tempat di sini berarti tapak, area, bangunan atau karya disain, kelompok bangunan atau hasil yang lain yang memiliki keterikatan dengan lingkungannya
Piagam Washington, 1987 Piagam Washington peduli pada area-area perkotaan bersejarah, besar dan kecil, termasuk kota, kota kecil, dan pusat-pusat atau kawasan bersejarah serta lingkungan alam dan buatannya, termasuk nilai budaya perkotaan tradisional.
Significance & Authenticity of Place
Pelestarian karakter suatu tempat/area
Karakter apa yang membuat keunikan suatu tempat / area
Elemen-elemen apa yang mengandung siknifikansi
Beberapa standards, charter dan guidelines The Venice Charter (1965) The Burra Charter (1979) The Nara Document on Authenticity (1994) The Hoi An Protocols for Best Conservation Practice in Asia (2001)
Principles for the Conservation of Heritage Sites in China (2002) .........
Heritage value typologies derived by various scholars and organizations Various scholars and organizations
Heritage Values
(Reigl., 1982) Age – Historical – Commemorative – Use - Newness (Lipe., 1984) Economic – Aesthetic – Associative - symbolic – Informational (A. ICOMOS., 1999) Aesthetic – Historic – Scientific - Social (including spiritual, political, national, other cultural) (Frey., 1997) Monetary – Option – Existence – Bequest – Prestige – Educational (English Heritage, 1997) Cultural - Educational and academic – Economic – Resource – Recreational – Aesthetic (Mason., 2002) Socio-Cultural Values: Historical - Cultural/symbolic - Social Spiritual/religious - Aesthetic Economic Values: Use (market) value - Nonuse (nonmarket) values – Existence – Option – Bequest (Drury. & McPherson., Evidential - Historical - Aesthetic - Communal 2007) (Jokilehto., 2007b) Cultural values - Contemporary socio-economic (Orbasli., 2008) Age and rarity - Architectural – Artistic – Associative - Cultural value – Economic – Educational – Emotional – Historic – Landscape - Local – distinctiveness – Political – Public – Religious - Scientific, research and knowledge – Social – Symbolic – Technical – Townscape.
The Venice Charter (1965) The Burra Charter (1979)
Menekankan pada keaslian secara fisik. Adanya penambahan material baru dengan cara penanganan yang berbeda.
Menekankan pada pemeliharaan kondisi suatu tempat. The Nara Pemanfaatan keahlian membangun. Documents on the Authenticity (1994) Memperbaharui elemen-elemen awal dengan penggunaan material baru dan metode-metode tradisional.
The Hoi An Protocols for Best Conservation in Asia
Menekankan pada penjagaan dari suatu keaslian yang merupakan tujuan utama dan persyaratan dari upaya pelestarian.
Pusaka (Heritage) Warisan Cagar
Cagar Budaya..…..
Kawasan Pusaka….. Kota Pusaka…..
Kawasan Pusaka Suatu daerah yang memiliki beberapa objek pusaka, baik itu berupa bentangan alam, benda-benda, aktivitas lainnya yang merupakan satu kesatuan yang saling mendukung dan melengkapi.
Kawasan Pusaka
Pemahamanan tentang kawasan hanya sebagai objek wisata Masih banyak bentuk lain objek potensial yang perlu dikembangkan dan dilindungi budaya-budaya unik berupa aktivitas dan kegiatan masyarakat yang selama ini tidak disadari memiliki potensi yang menarik untuk dikembangkan, seperti begitu juga kondisi alam yang ada disekitarnya.
Bagaimana melestarikan lingkungan bersejarah?
Bagaimana agar kesejarahan lingkungan terjaga, namun tetap memenuhi kebutuhan hidup sesuai jaman?
Kecenderungan global
heritage
Dari benda-benda tunggal yang indah, megah kemudian kelompok bangunan, kawasan, desa, kota, pemandangan yang indah
hingga kegiatan sosial dan budaya yang memiliki kekentalan lokal dan kesejarahan, termasuk komponen yang tidak terlihat
Pelestarian Upaya pengelolaan pusaka melalui kegiatan: penelitian perencanaan perlindungan pemeliharaan pemanfaatan pengawasan
dan / atau pengembangan secara selektif untuk menjaga: kesinambungan, keserasian, dan daya dukungnya dalam menjawab dinamika jaman untuk membangun kehidupan bangsa yang lebih berkualitas.
Pengertian Konservasi / Pelestarian
Piagam Burra - “The Charter for the Conservation of Place of Cultural Significance”, 1981
Konservasi / Pelestarian Segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik.
Konservasi dapat meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan dan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Konservasi dapat pula mencakup preservasi, restorasi, rekonstruksi, adaptasi dan revitalisasi.
Piagam Burra - “The Charter for the Conservation of Place of Cultural Significance”, 1981 Preservasi Pelestarian suatu tempat persis seperti keadaan aslinya tanpa ada perubahan, termasuk upaya mencegah penghancuran. Restorasi / Rehabilitasi Mengembalikan suatu tempat ke keadaan semula dengan menghilangkan tambahan-tambahan dan memasang komponen semula tanpa menggunakan bahan baru. Rekonstruksi Mengembalikan suatu tempat semirip mungkin dengan keadaan semula, dengan menggunakan bahan lama maupun bahan baru. Adaptasi/Revitalisasi Merubah suatu tempat agar dapat digunakan untuk fungsi yang lebih sesuai – kegunaan yang tidak menuntut perubahan drastis, atau yang hanya memerlukan sedikit dampak minimal. Adanya upaya untuk memvitalkan kembali suatu tempat / kawasan. Demolisi Penghancuran atau perombakan suatu bangunan yang sudah rusak atau membahayakan.
Jenis Kegiatan dan Tingkat Perubahan
KONSERVASI Tingkat Perubahan
Demolisi Adaptasi / Revitalisasi
3
Total
2
Banyak
1
Sedikit
0
Tidak Ada
Rekonstruksi Restorasi / Rehabilitasi Preservasi