PRESENTASI ARCHEVENT 2014 TEMA: SEJARAH DAN ARSITEKTUR KOTA DALAM MEMBANGUN KARAKTER KOTA BERBASIS LOKALITAS JUDUL MAKALAH: PENGEMBANGAN MODEL DESAIN RUMAH RAMAH GEMPA DI DESA JAYAPURA KEC. CIGALONTANG, TASIKMALAYA BERBASIS LOKALITAS ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA PEMAKALAH: NURYANTO RISKHA MARDIANA ERNA KRISNANTO Disampaikan pada Acara Architecture Event (Archevent) Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, 15-16 Februari 2014
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LOCAL GENIUS URANG SUNDA “PUN SAMPUN, KA LUHUR KA SANG RUMUHUN KA HANDAP KA SANG BATARA KA PARA DEWA DEWI KA SILUMAN KA SILEMAN KA DEWA KALAKAY SALAMBAR ANU NYICINGAN IEU BUMI” (ADIMIHARDJA, 1992:38)
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
A. PERISTIWA BENCANA ALAM (GEMPA BUMI, DLL) DI JAWA BARAT YANG BANYAK MENIMBULKAN KERUGIAN BERUPA KERUSAKAN RUMAH TINGGAL; B. PROGRAM PEMERINTAH TENTANG PEMBUATAN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA DI DAERAH-DAERAH RAWAN BENCANA (KHUSUSNYA DI JAWA BARAT); C. POTENSI KEKAYAAN LOKAL JAWA BARAT BERUPA ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA (RUMAH PANGGUNG) YANG DAPAT DIKEMBANGKAN SEBAGAI MODEL RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA; D. DAERAH-DAERAH DI JAWA BARAT YANG SEBAGIAN BESAR RAWAN TERJADINYA BENCANA, KARENA BERADA PADA LEMPENGAN TANAH YANG LABIL DAN POTENSI TERJADINYA BENCANA, SEPERTI: GEMPA BUMI, DAN LAIN-LAIN.
B. DEFINISI RUMAH RAMAH GEMPA
RUMAH RAMAH GEMPA YAITU: Sistem bangunan yang didisain secara khusus baik arsitektural maupun struktural yang mampu mengimbangi gaya horisontal dan vertikal terhadap gerakan bumi (elastisitas) dengan sistem struktur-konstruksi yang kompak serta pemakaian material lokal yang ramah lingkungan.
C. PEMBATASAN MASALAH A. MODEL DESAIN RUMAH YANG DIMAKSUD ADALAH PANGGUNG (RUMAH BERKOLONG), SEDANGKAN SISTEM STRUKTUR-KONSTRUKSI YANG DITELITI MELIPUTI: PONDASI UMPAK, DINDING, ATAP SERTA PEMAKAIAN MATERIAL LOKAL, SEPERTI: BATU KALI, BAMBU, KAYU, DAUN RUMBIA, IJUK, DAN MATERIAL LOKAL LAINNYA; B. LOKASI YANG DITELITI ADALAH DESA JAYAPURA, KEC. CIGALONTANG, KAB. TASIKMALAYA, PROVINSI JAWA BARAT. DESA JAYAPURA MERUPAKAN SALAH SATU DESA YANG PALING RAWAN BAHAYA GEMPA DI KAB. TASIKMALAYA; C. ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA YANG DITELITI YAITU KAMPUNG NAGA DI KAB. TASIKMALAYA, MELIPUTI: BENTUK RUMAH PANGGUNG, PONDASI UMPAK, JENISJENIS BENTUK ATAP RUMAH, SISTEM KUDA-KUDA, DINDING, SERTA KEARIFAN LOKAL LAINNYA.; D. MODEL YANG DIMAKSUD ADALAH MODEL RUMAH PANGGUNG SEBAGAI BANGUNAN KHAS MASYARAKAT SUNDA.
D. PERUMUSAN MASALAH
A. BAGAIMANAKAH POTENSI ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA YANG DAPAT DIKEMBANGKAN MENJADI MODEL RUMAH TINGGAL YANG RAMAH TERHADAP GEMPA ?; B. BAGAIMANAKAH MODEL DESAIN RUMAH YANG RAMAH TERHADAP GEMPA BERBASIS LOKALITAS ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA?; C. BAGAIMANAKAH MODEL DESAIN SISTEM STRUKTUR DAN KONSTRUKSI RUMAH YANG RAMAH TERHADAP GEMPA SERTA PEMAKAIAN MATERIAL LOKALNYA?.
E. ASUMSI
PENELITIAN INI DIASUMSIKAN AKAN MEMBERIKAN MANFAAT BESAR DAN PENGARUH POSITIF BAGI PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KESADARAN MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA TINDAKAN PREVENTIF (PENCEGAHAN DAN PERLINDUNGAN) BAGI MASYARAKAT DALAM HAL KESELAMATAN, KEAMANAN, DAN KENYAMANAN PENGHUNI RUMAH YANG TINGGAL DI DAERAH-DAERAH RAWAN BENCANA, SEPERTI GEMPA BUMI, KHUSUSNYA DI KAB. TASIKMALAYA. SEDANGKAN UNTUK LINGKUP INDONESIA, MAKA PERLU DILAKUKAN PENELITIAN SEJENIS LANJUTAN BERDASARKAN KEARIFAN LOKAL (LOCAL GENIUS) DAERAHNYA MASING-MASING.
F. TUJUAN PENELITIAN
A. MENGUNGKAP DAN MENDESKRIPSIKAN POTENSI ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA YANG DAPAT DIKEMBANGKAN MENJADI MODEL RUMAH TINGGAL YANG RAMAH TERHADAP GEMPA BUMI; B. MENEMUKAN DAN MENGEMBANGKAN MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL YANG RAMAH TERHADAP GEMPA BUMI YANG BERBASISKAN ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA; C. MENEMUKAN DAN MENGEMBANGKAN MODEL DESAIN SISTEM STRUKTUR DAN KONSTRUKSI RUMAH TINGGAL YANG RAMAH TERHADAP GEMPA BUMI SERTA PEMAKAIAN MATERIAL LOKALNYA.
G. URGENSI PENELITIAN
PENELITIAN INI SANGAT PENTING DILAKUKAN, KARENA UNTUK MENGUNGKAP POTENSI LOKAL ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA YANG DAPAT DIKEMBANGKAN SEBAGAI MODEL RUMAH TINGGAL YANG RAMAH TERHADAP GEMPA BUMI, KHUSUSNYA DI DAERAH RAWAN BENCANA (GEMPA BUMI). DI SAMPING ITU, PENELITIAN INI JUGA MENJADI JEMBATAN PENGHUBUNG ANTARA PROGRAM PEMERINTAH PUSAT MELALUI BNPB DENGAN BNPBD DI DAERAH DENGAN RINTISAN MODEL-MODEL RUMAH YANG RAMAH TERHADAP BENCANA (GEMPA BUMI), SERTA PENYEDIAAN BANTUAN TENAGA AHLI DESAIN BANGUNAN BAGI MASYARAKAT AWAM.
H. METODE PENELITIAN
PENELITIAN INI MENGGUNAKAN METODE DESKRIPTIF DENGAN PENDEKATAN KUALITATIF, MELALUI DESKRIPSI ATAU MENGGAMBARKAN KEMBALI HASIL SURVEY LAPANGAN TENTANG KONDISI SUATU DAERAH YANG MEMILIKI POTENSI BENCANA ALAM BERUPA GEMPA BUMI DAN KEARIFAN LOKALNYA BERUPA ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA. DATA DIKUMPULKAN MELALUI WAWANCARA, DOKUMENTASI, DAN REKONSTRUKSI DESAIN (FOTO DAN SKETSA LAPANGAN).
I. HASIL PENELITIAN DATA UMUM KAB. TASIKMALAYA a. Kabupaten Tasikmalaya terdiri atas 28 Kecamatan b. Penduduk 1.838.631 jiwa. c. Akibat gempa bumi: korban jiwa dan kerusakan bangunan di hampir seluruh kecamatan. d. Menurut catatan Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya hingga tanggal 5 September 2009: - 28 kecamatan yang mengalami korban, salah satunya Cigalontang (terparah) - hanya 7 kecamatan yang sama sekali tidak mengalami korban akibat bencana gempa bumi itu (Ciawi, Indihiang, Salawu, Salopa, Sukaraja, Cipedes, Panca Tengah).
I. HASIL PENELITIAN
TASIKMALAYA
I. HASIL PENELITIAN
I. HASIL PENELITIAN
Nama Kecamatan 1. Pagerageung 2. Ciawi 3. Rajapolah 4. Cisayong 5. Cigalontang 6. Leuwisari 7. Indihiang 8. Cipedes 9. Salawu 10. Singaparna 11. Cihideung 12. Tawang 13. Kawalu 14. Cibeureum
Nama Kecamatan 15. Manonjaya 16. Cineam 17. Taraju 18. Sodonghilir 19. Sukaraja 20. Salopa 21. Bojonggambir 22. Bantarkalong 23. Cibalong 24. Cipatujah 25. Karangnunggal 26. Cikatomas 27. Pancatengah 28. Cikalong
I. HASIL PENELITIAN
DATA KORBAN GEMPA DI KEC. CIGALONTANG
Meninggal Luka berat Luka ringan Pasien dirawat di Rumah Sakit Pasien dirawat di puskesmas Jumlah balita Jumlah bumil
: 4 jiwa : 31 orang : 89 orang : 12 orang : 10 orang : 2.062 : 188
Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Tasikmalaya, 2009
I. HASIL PENELITIAN
DATA KERUSAKAN BANGUNAN Jenis Bangunan
Rumah Penduduk
Rusak Berat
Rusak Ringan
Jumlah
4.400
7.893
12.293
4
2
6
Sekolah
66
251
317
Masjid
111
171
282
14
38
52
Rumah Dinas Kesehatan
Kantor Pemerintah
I. HASIL PENELITIAN FOTO KERUSAKAN BANGUNAN: RUMAH TINGGAL
I. HASIL PENELITIAN FOTO KERUSAKAN BANGUNAN: RUMAH TINGGAL
I. HASIL PENELITIAN FOTO KERUSAKAN BANGUNAN: RUMAH TINGGAL
I. HASIL PENELITIAN FOTO KERUSAKAN BANGUNAN: RUMAH TINGGAL
I. HASIL PENELITIAN
MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA: DENAH
DAPUR
KM/WC
KAMAR TIDUR
RUANG KELUARGA
KAMAR TIDUR
RUANG TAMU
KAMAR TIDUR
I. HASIL PENELITIAN MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA: PONDASI
I. HASIL PENELITIAN MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA: PONDASI
I. HASIL PENELITIAN MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA: PONDASI-LANTAI
I. HASIL PENELITIAN MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA: RANGKA KUDA-KUDA
J. HASIL PENELITIAN MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA: RANGKA DINDING
J. HASIL PENELITIAN MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA: RANGKA KUDA-KUDA
J. HASIL PENELITIAN MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA: RANGKA KUDA-KUDA
J. HASIL PENELITIAN MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA: RANGKA RUMAH
I. HASIL PENELITIAN MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA: TAMPAK
I. HASIL PENELITIAN MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA: TAMPAK
I. HASIL PENELITIAN MODEL DESAIN RUMAH TINGGAL RAMAH GEMPA: TAMPAK
I. HASIL PENELITIAN MODEL JENIS-JENIS ATAP RUMAH
I. HASIL PENELITIAN MODEL JENIS-JENIS ATAP RUMAH
I. HASIL PENELITIAN MODEL JENIS-JENIS ATAP RUMAH
I. HASIL PENELITIAN MODEL JENIS-JENIS ATAP RUMAH
I. HASIL PENELITIAN
ALTERNATIF MODEL DESAIN
I. HASIL PENELITIAN
ALTERNATIF MODEL DESAIN
I. HASIL PENELITIAN MODEL JENIS-JENIS PONDASI UMPAK
I. HASIL PENELITIAN MODEL SISTEM STRUKTUR DINDING
I. HASIL PENELITIAN MODEL SISTEM STRUKTUR DINDING
I. HASIL PENELITIAN MODEL SISTEM STRUKTUR KUDA-KUDA
I. HASIL PENELITIAN MATERIAL LOKAL (PENUTUP ATAP)
J. PEMBAHASAN HASIL
1. Potensi arsitektur tradisional Masyarakat Sunda sangat besar peluangnya untuk dikembangkan menjadi model desain rumah tinggal yang ramah terhadap bahaya gempa bumi, khususnya di daerah-daerah yang rawan terhadap gempa seperti di Kecamatan Cigalontang, Kab. Tasikmalaya-Jawa Barat. Potensi tersebut didasarkan pada beberapa criteria, yaitu: (1) Bentuk panggung pada bangunan arsitektur tradisional Sunda yang simpel dengan pondasi tatapakan yang mampu mengimbangi gerakan horisontal vertikal gempa bumi, karena letaknya di atas permukaan tanah; (2) Bentuk panggung juga menjadi inspirasi bagi model rumah yang ramah terhadap gempa bumi, karena strukturnya yang cenderung ringan dengan dominasi bahan yang ringan, seperti papan, bilik bambu, kuda-kuda dari bambu, dan lantai talupuh; (3) Bentuk kolong pada struktur rumah panggung berfungsi sebagai penjaga keseimbangan antara bangunan dengan gerakan lempeng tanah, sehingga tetap ramah (mampu mengimbangi) terhadap gaya yang ditimbulkan oleh gempa;
J. PEMBAHASAN HASIL
2. Model desain arsitektur rumah tinggal yang ramah terhadap gempa bumi, didasarkan pada beberapa konsep, yaitu: (1)Melakukan penggalian potensi kekayaan alam dan kearifan lokal masyarakat Kecamatan Cigalontang, seperti: bentuk asli rumah tinggal masyarakatnya, kondisi geografis tempat tinggalnya (kondisi tanah), budaya dan tradisinya, serta teknik membangun rumah tinggalnya; (2) Mengetahui ketersediaan bahan-bahan bangunan yang ada di sekitar lingkungan yang dapat digunakan dalam proses membangun, seperti: kayu, bambu, batu untuk pondasi tatapakan, serta bahan alam lainnya; (3) Menggali kekayaan arsitektur tradisional Sunda yang ada di Kampung Naga-Tasikmalaya sebagai prototipe kampung Masyarakat Sunda yang memiliki bangunan-bangunan khas seperti panggung sebagai inspirasi model desain rumah tinggal yang ramah terhadap bahaya gempa bumi;
J. PEMBAHASAN HASIL
3. Model desain bentuk struktur dan konstruksi rumah tinggal yang ramah terhadap getaran gempa bumi di Kecamatan Cigalontang, Kab. Tasikmalaya-Jawa Barat didasarkan pada pertimbangan berikut: (1) Konstruksi menggunakan sistem lantai rumah yang melayang dengan bentuk panggung dengan menggunakan pondasi tatapakan (umpak) dari batu atau balok kayu. Sistem ini didasarkan pada pemahaman kosmologi Masyarakat Sunda tentang pembagian tiga dunia; bawah, tengah, atas, sehingga lantai rumahnya tidak menempel pada tanah dan pondasinya tidak ditanam di dalam tanah, karena dianggap mengubur diri hidup-hidup; (2) Struktur pada desain rumah tinggal ramah gempa menggunakan struktur rangka yang ringan dari bahan-bahan lokal, seperti bambu dan kayu yang digunakan untuk rangka kuda-kuda, dinding, dan lantai rumah.
K. KESIMPULAN
A. Rumah panggung pada arsitektur Tradisional Sunda memiliki keunggulan, antara lain mampu mengimbangi gerakan horisontal-vertikal terhadap gerakan gempa bumi (elastisitas). Hal ini dapat dilihat pada penggunaan pondasi umpak dan kolong pada rumah panggung yang cenderung lebih lentur. Secara arsitektural, rumah panggung dapat dijadikan alternatif dalam desain rumah yang ramah terhadap bahaya gempa bumi. Sistem struktur-konstruksi yang sederhana tetapi tetap kompak, serta pemakaian material lokal yang ramah lingkungan justru menjadi pilihan terbaik dalam antisipasi gempa bumi untuk melindungi penghuninya. Disamping itu, bentuk atap yang unik seperti julang ngapak, badak heuay, jolopong, capit gunting, dan tagog anjing menambah bentuk rumah ramah gempa tersebut semakin indah
K. KESIMPULAN
B. Pengembangan model arsitektur pada rumah tinggal yang ramah terhadap bahaya gempa bumi dapat dilakukan dengan cara menggali arsitektur lokal Masyarakat Sunda yang ada di Kampung Naga, seperti: bentuk rumah panggung, bentuk atapnya (julang ngapak dan jolopong), pola perletakkan bangunan dengan sistem sengkedan (terasering), tradisi ngadegkeun imah berupa upacara selamatan sebagai upaya untuk mengharmoniskan antara manusia dengan kekuatan yang tidak teraga. Sedangkan pengembangan bentuk struktur dan konstruksi rumah tinggal yang ramah terhadap gempa bumi di Desa Jayapura, Kecamatan Cigalontang, Kab. Tasikmalaya-Jawa Barat dapat dilakukan dengan cara mengkombinasikan antara struktur dan konstruksi lokal yang biasa dipakai oleh masyarakat sekitar dengan struktur dan konstruksi lokal yang ada di Kampung Naga.
L. REKOMENDASI
1. Perlu dukungan dari pemerintah daerah setempat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bahaya (BNPB) khususnya bahaya gempa bumi untuk merumuskan formula khusus tentang model-model desain rumah tinggal yang ramah teradap bahaya gempa bumi, khususnya di daerah-daerah yang rawan terhadap gempa bumi; 2. Pemerintah pusat dan daerah harus bekerjasama dalam melakukan penelusuran daerah-daerah potensi gempa bumi khususnya di Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu daerah yang rawan terhadap gempa bumi untuk mencari masukan sebagai bahan pertimbangan bagi pengembangan model desain raumah yang ramah terhadap bahaya gempa bumi yang disesuaikan dengan kearifan lokal masyarakatnya, karena setiap daerah memiliki karakter yang berbeda-beda;
L. REKOMENDASI
3. Penelitian lebih luas perlu dilakukan untuk mengetahui potensi arsitektur tradisional Sunda yang dapat dikembangkan menjadi bangunan-bangunan yang ramah terhadap bahaya gempa bumi untuk bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas publik lainnya, seperti perkantoran, Pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Penelitian lanjutan juga perlu dilakukan dengan fokus pada struktur rumah Panggung berdasarkan pendekatan ilmu sipil; 4. Membuat buku panduan untuk memetakan daerah-daerah mana saja yang rawan (berpotensi) terhadap bahaya gempa bumi di Provinsi Jawa Barat sebagai pegangan untuk mengantisipasinya melalui desain rumah tinggal yang ramah gempa bumi;
L. DAFTAR PUSTAKA 1.
Angus J. Mc. Donald (1998): Structure and Construction in Architecture, John Willey Publishing, America. 2. Kementrian Pekerjaan Umum RI (2008); Pedoman Bangunan Tahan Gempa di Daerah Rawan Bencana, Jakarta. 3. Frick, Heinz & Hesti M, Tri, 2006 : Pedoman Bangunan Tahan Gempa. Kanisius. Yogyakarta 4. Frick, Heinz & Purwanto, LMF, 2002 : Sistem Bentuk Struktur Bangunan. Kanisius. Yogyakarta 5. Frick, Heinz, 2002 : Sistem Struktur dan Utilitas Bangunan. Kanisius. Yogyakarta 6. Suryamanto, 2002 : Struktur dan Konstruksi Bangunan Bertingkat Rendah. ITB. 7. Soegihardjo R., B.A.E. (1987): Gambar-Gambar Dasar Ilmu Bangunan; untuk Teknik, Sekolah Tehnik Menengah, Fakultas Tehnik dan Praktek. Yogyakarta. 8. Soemadi R (1987): Ilmu Konstruksi Bangunan Gedung; Untuk Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur dan Sipil. Djambatan, Jakarta. 9. Adimihardja, Kusnaka dan Purnama Salura (2004): Arsitektur dalam Bingkai Kebudayaan. Cetakan Pertama. Forish Publishing, Bandung. 10. Fajria Rif’ati, Heni (2002): Kampung Adat dan Rumah Adat di Jawa Barat. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata-Jawa Barat. Disbudpar, Jawa Barat. 11. Garna, Yudistira (1984): Pola Kampung dan Desa, Bentuk serta Organisasi Rumah Masyarakat Sunda. Pusat Ilmiah dan Pengembangan Regional (PIPR) Jawa Barat, Bandung.; 12. Nuryanto (2012): Desain Desa Wisata di Kab. Bandung Berbasisiakn Arsitektur Tradisional Sunda. Laporan Penelitian Teknik Arsitektur, Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK, LPPM Universitas Pendidikan Indonesia.
TERIMAKASIH (HATUR NUHUN)