Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Kelautan VI Univ. Hang Tuah Surabaya 22 April 2010
PREDIKSI DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP TRANSPORTASI LAUT ANTAR PULAU DI INDONESIA DAN EFEK LANJUTANNYA Wahyu Budi Setyawan 1,2 Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI, Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur, Jakarta 2 Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti 1
Abstrak Kelancaran transportasi laut antar pulau di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi gelombang di perairan Kepulauan Indonesia. Sementara itu, kondisi gelombang di Kepulauan Indonesia itu sangat dipengaruhi oleh angin monsoon Asia-Australia dan swell yang datang dari Samudera Hindia dan Pasifik. Pemanasan global akan meningkatkan kekuatan angin monsoon, dan intensitas dan frekuensi kejadian siklon tropis. Bagi Indonesia hal tersebut berarti akan meningkatnya tingkat bahaya bagi pelayaran antar pulau, yang akan mengganggu mobilitas penduduk, distribusi barang kebutuhan hidup dan pasokan batubara bagi pembangkit listrik di Pulau Jawa. Lebih jauh, semua itu dapat memperburuk kesejahteraan masyarakat. Kata kunci: pemanasan global, transportasi laut, monsoon, siklon tropis, perairan Indonesia Abstract Inter-island transportation in Indonesia highly influenced by wave condition of Indonesian waters. Meanwhile, the wave condition highly related to monsoonal wind of Asian-Australian Monsoon and swells that come from Indian and Pacific Ocean. Global warming will increase the power of the wind that flow over Indonesia, and increase intensity and frequency of tropical cyclone. It is mean the increase of hazard level of Indonesian waters for inter-island transportation that could affect inter-island peoples mobility, daily life goods supply and coal supply for electric power plant at Java Island. Inappropriate in handling the problems could lead to disturbance of daily life of the peoples. Keyword: global change, inter-island transportation, monsoon, tropical cyclone, Indonesian waters
PENDAHULUAN Meningkatnya gas-gas rumah kaca di atmosfer akan menyebabkan kenaikan suhu udara di atmosfir. Selanjutnya, kenaikan suhu udara tersebut akan menyebabkan kenaikan suhu permukaan air laut, pemanasan daratan dan pemanasan udara di atasnya. Mengutip Pearman tahun 1988, Semeniuk (1994) menyebutkan bahwa efek dari pemanasan global itu beraneka ragam, meliputi: bertambah panasnya suhu udara dan suhu air permukaan laut, perubahan pola hujan, perubahan pola angin, peningkatan frekuensi kejadian dan intensitas badai, perubahan evapo-transpirasi dan kenaikan muka laut. Transportasi laut adalah salah satu aktifitas manusia yang peka terhadap perubahan kondisi oseanografi perairan, terutama kondisi gelombang. Dari berbagai efek pemanasan global itu, efek pemanasan global yang mempengaruhi kondisi gelombang di laut adalah yang berkaitan dengan angin. Dengan demikian, pemanasan global akan mempengaruhi kegiatan transportasi laut. Tujuan penulisan makalah ini adalah memberikan gambaran tentang bagaimana pemanasan global dapat mempengaruhi kegiatan transportasi di Indonesia. Harapannya adalah agar kita lebih siap dalam menghadapi berbagai persoalan yang mungkin timbul di masa depan yang berkaitan dengan pemanasan global. METODE PENELITIAN Pendekatan yang dipergunakan dalam memperkirakan potensi dampak pemanasan global terhadap transportasi laut adalah sebagai berikut: (1) mempelajari kondisi transportasi laut di Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang berkaitan dengan kondisi oseanografi perairan Indonesia, dan (2) mempelajari bagaimana kemungkinan pengaruh pemanasan global terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi oseanografi perairan Indonesia tersebut melalui studi literatur. Data tentang kondisi transportasi laut di Indonesia dikumpulkan dengan mempelajari berbagai peristiwa yang berkaitan dengan aktifitas transportasi laut di Indononesia yang diberitakan oleh berbagai media massa.
1
Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Kelautan VI Univ. Hang Tuah Surabaya 22 April 2010
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Oseanografi Perairan Kepulauan Indonesia Karakteristik utama kondisi iklim di Kepulauan Indonesia yang terletak di antara dua Benua Australia dan Asia adalah aliran angin yang bolak-balik secara musiman di atasnya yang dikenal sebagai Monsoon AsiaAustralia (Tapper, 2002). Selanjutnya dijelaskan bahwa pola angin yang bolak-balik itu tampak jelas di Laut Cina Selatan dan Laut Arafura (Gambar 1). Pada bulan Desember-Februari berlangsung monsoon baratlaut yang bertiup dari Benua Asia ke Australia, dan pada bulan Mei-September berlangsung monsoon tenggaran yang bertiup dari Benua Australia ke Asia. Masa transisi terjadi pada bulan Maret-April dan Oktober-Nopember ketika Intertropical Convergence Zone (ITCZ) bergerak ke utara dan ke selatan melintasi Kepulauan Indonesia (Gambar 2). Pola angin monsoon itu mempengaruhi kondisi gelombang di perairan laut Kepulauan Indonsia. Ketika angin monsoon bertiup, angin yang bertiup relatif kencang menimbulkan gelombang yang cukup tinggi di perairan Kepulauan Indonesia; sedang ketika musim peralihan angin relatif pelan dan perairan di Kepulauan Indonesia berada dalam kondisi relatif tenang. Selain itu, keberadaan Kepulauan Indonesia yang diapit oleh Samudera Hindia dan Pasifik membuat perairan di sisi luar Kepulauan Indonesia yang berhadapan ke arah masing-masing samudera itu terpengaruh oleh gelombang laut (swell) yang timbul di kedua samudera tersebut karena angin skilon. Gelombang di Samudera Hindia yang merambat ke arah Kepulauan Indonesia dapat mempengaruhi kondisi gelombang di perairan sisi luar Kepulauan Indonesia yang menghadap ke Samudera Hindia yang membentang dari perairan Pulau Sumatera, Jawa, Bali dan Pulau-pulau di Nusa Tenggara. Sementara itu, gelombang yang datang dari arah Samudera Pasifik akan mempengaruhi kondisi gelombang di perairan sisi luar Kepulauan Indonesia yang menghadap ke Samudera Pasifik mulai dari Papua, Halmahera sampai Sulawesi Utara dan Kepulauan Sangir Talaud (Gambar 3). Fenomena Southern Swell yang muncul karena badai di Afrika Selatan pada bulan Mei 2007, yang menyebabkan kawasan pesisir pulau-pulau di Kepulauan Indonesia terkena gelombang tinggi, merupakan salah satu contoh kasus swell yang merambat lintas samudera yang mempengaruhi kondisi perairan di Kepulauan Indonesia (Setyawan, 2007). Gambaran tentang frekuensi siklon tropis di Samudera Hindia dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 1. Pola angin regional dari empat musim di kawasan Kepulauan Indonseia dan sekitarnya yang memperlihatkan pola angin monsoon yang bolak-balik. Kecepatan angin ditunjukkan oleh panjangnya panah. (Menurut McBride, 1992; dikutip dari Tapper, 2002)
2
Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Kelautan VI Univ. Hang Tuah Surabaya 22 April 2010
Gambar 2. Posisi rata-rata ITCZ selama bulan Januari dan Juli dan pola angin dekat permukaan di daerah tropis. (Menurut Sturman dan Tapper, 1996; dikutip dari Tapper, 2002).
Gambar 3. Gelombang utama di kawasan pantai dunia (Menurut Davies, 1980; dikutip dengan modifikasi dari Woodroffe, 2002). Terlihat kawasan Kepulauan Indonesia dipengaruhi oleh monsoon, siklon tropis dan swell.
3
Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Kelautan VI Univ. Hang Tuah Surabaya 22 April 2010
Gambar 4. Siklon tropis di Samudera Hindia periode 2005-2006. Dari Biro Meteorologi Australia [http://www.bom.gov.au/cgibin/silo/cyclones_sh.cgi?region=indiano&syear=2005&eyear=2006&loc=0]. Akses 10 April 2010.
Transportasi Laut di Indonesia Gambaran tentang transportasi laut di Indonesia dapat kita lihat dari publikasi di berbagai media massa tentang hal itu (Tabel 1). Rekaman data dari media massa tersebut memberikan gambaran tentang pentingnya pelayaran antar pulau di Indonesia antara lain bagi mobilitas manusia, barang kebutuhan sehari-hari dan energi (batubara). Selain itu, tabel itu juga menunjukkan kondisi cuaca sangat mempengaruhi keselamatan atau kelancaran pelayaran antar pulau tersebut. Kondisi cuaca buruk yang termanifestasikan dalam bentuk munculnya gelombang tinggi dan angin kencang atau badai adalah penyebab utama gangguan pelayaran antar pulau. Apabila kita perhatikan waktu kejadian dari berbagai kecelakaan transportasi antar pulau tesebut, atau larangan berlayar atau tidak beraninya pelayaran dilakukan, terlihat bahwa terlihat bahwa hal-hal tersebut terjadi pada Musim Barat dan Musim Timur atau Peralihan yang dekat dengan kedua musim tersebut. Semua gambaran tentang kondisi transportasi laut antar pulau tersebut memberikan gambaran bahwa transportasi laut di Indonesia dipengaruhi oleh monsoon. Tabel 1. Ringkasan berita media massa tentang transportasi laut di Indonesia No. Peristiwa / Kejadian / Berita Penyebab / Kondisi 1 Gelombang tinggi • Kapal Penumpang KM Dumai Ekspres • Hilang (diduga tenggelam) di perairan Tukong Iyu, Kepulauan Riau • Anonim-Surya-Karimun (2009) 2 Gelombang tinggi • Kapal Barang KM Maju Bersama bermuatan pupuk urea • Tenggelam di perairan Selat Makasar • Anonim-Surya-Palu (2009) 3 Gelombang tinggi (4-5 • Kapal Nelayan PLM Pulau Cukir meter) • Tenggelam di perairan Pulau Guwa-guwa, Madura • Anonim-Surya-Sumenep (2009) 4 Gelombang tinggi • Kapal Penumpang KM Ekspres Bahari (2,5-3,5 meter) • Tenggelam di perairan Bawean, Laut Jawa • Anonim-Surya-Surabaya (2010); AnonimSurya-Gresik (2010)
Waktu / Musim 22 Nopember 2009 (Musim Peralihan/Barat) 27 Maret 2009 (Musim Peralihan)
12 Oktober 2009 (Musim Peralihan)
9 Januari 2010 (Musim Barat)
4
Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Kelautan VI Univ. Hang Tuah Surabaya 22 April 2010
Tabel 1. Lanjutan No. 5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Peristiwa / Kejadian / Berita • Larangan berlayar dari Dirjen Perhubungan bagi pelayaran antar pulau • Anonim-Surya-Dumai (2009) • Kapal Penumpang KM Teratai Prima • Tenggelam di perairan Majene, Sulawesi Barat • Anonim-BBC (2009) • Kapal Nelayan KM Tiga Saudara • Tenggelam di perairan Pulau Pagai, Mentawai • Peringatan dai BMKG tentang potensi badai dan gelombang tinggi yang berbahaya bagi pelayaran • Anonim-lian (2009) • Tongkang bermuatan batubara • Terdampar di pantai Labuan, Banten • Pasokan batubara ke PLTU Dua Labuan terlambat • Penyeberangan Selat Sunda terhambat • Penyeberangan barang terhambat • Anonim-ASW (2009) • Peringatan bahaya BMKG untuk perairan Enggano dan Bengkulu • Keadaan berbahaya bagi pelayaran antar pulau: perahu layar, tongkang, kapal tunda, kapal jenis roro • Anonim-ADO (2010a) • Pelayaran antar pulau terhenti, kapal-kapal tidak berani berangkat dari Pelabuhan Slamet Riyadi, Ambon • Perjalanan barang dan penumpang terhambat, pasokan ikan berkurang • Anonim-ADO (2010b); Anonim-ASW/AYB (2010) • Tongkang bermuatan batubara Windbuild 358 • Kandas di perairan Cilacap • Pasokan batubara PLTU Cilacap terlambat • Anonim-MDN (2008); Anonim-A-99 (2008) • Tongkang batubara Prego 38 • Terdampar di perairan Wohokerto, Pekalongan • Pasokan batubara ke PLTU Suryalaya terlambat hingga sepekan lebih • Anonim-haw (2007) • Tongkang batubara KLN 310-1 • Terdampar di Teluk Popoh Tulungagung • Pasokan batubara ke PLTU Cilacap terlambat • Anonim-MLA (2010) • Kapal nelayan Bintang Sonar • Tenggelam di perairan Selat Madura • Anonim-rb (tanpa tahun) • Kapal kargo Sembako KLM Utama • Tenggelam di perairan Bukit Geringgi, Pulau Kundur, Kepulauan Riau • Anonim-ims (2010)
Penyebab / Kondisi Gelombang tinggi (Cuaca Buruk) Gelombang tinggi
Waktu / Musim Nopember 2009 (Musim Peralihan/Barat) 11 Januari 2010 (Musim Barat)
Gelombang tinggi
29 Nopember 2009 (Musim Peralihan/Barat)
Gelombang tinggi (Cuaca buruk)
19 Nopember 2009 (Musim Peralihan/Barat)
Cuaca buruk (angin kencang 5-17 knot , gelombang tinggi 1,53 meter, Badai Tropis Robin di Samudera Hindia) Gelombang tinggi (2-5 meter), angin kencang
4 Januari 2010 (Musim Barat)
Gelombang tinggi (3-4 meter)
20 Agustus 2008 (Musim Timur)
Cuaca buruk (badai)
15 Maret 2007 (Musim Peralihan)
Gelombang tinggi (6 meter), angin kencang (40 knot)
14 Januari 2010 (Musim Barat)
Gelombang tinggi
18 Agustus (tanpa tahun) (Musim Timur)
Gelombang tinggi, badai
9 Maret 2010 (Musim Peralihan/Barat)
April 2010 (Musim Peralihan)
5
Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Kelautan VI Univ. Hang Tuah Surabaya 22 April 2010
Efek Pemanasan Global terhadap Kondisi Angin Perubahan pola angin musiman di Kepulauan Indonesia yang dikenal dengan monsoon Asia-Australia terjadi karena perubahan pemanasan Bumi yang ditimbulkan oleh penyinaran matahari. Gerak semu matahari tahunan adalah penyebab dari pergeseran pemanasan musiman permukaan Bumi tersebut. Demikian pula dengan pemunculan badai tropis di Samudera Hindia atau Pasifik. Pemanasan global mempengaruhi berbagai hal yang mendasari munculnya monsoon seperti suhu permukaan laut, pemanasan daratan dan kelembaban udara, dan bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa pemanasan global diperkirakan memperkuat monsoon di seluruh dunia (Lenart, 2005). Mengutip Love tahun 1988, Hopley (1992) menyatakan bahwa pemanasan global meningkatkan frekuensi dan intensitas siklon tropis, dan gelombang badai dan gelombang ekstrim yang timbul akan menyebar sampai jauh ke pedalaman meskipun sebentar-sebentar. Sementara itu, Sreelata (2006) menyatakan bahwa hasil penelitian yang dipublikasikan dalam majalah Science pada 1 Desember 2006 memperkuat pernyataan bahwa pemanasan global meningkatkan kekuatan dan jumlah badai dan berbagai kejadian cuaca ekstrim di seluruh dunia. Selanjutnya, mengutip pendapat dari banyak peneliti yang dipublikasikan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), Gilman et al. (2008) menyebutkan bahwa pemanasan global dapat menyebabkan meningkatnya intensitas dan frekuensi kejadian badai. Sedang Case et al. (tanpa tahun) menyatakan bahwa perubahan iklim yang terjadi karena pemanasan global akan akan mempengaruhi variabilitas iklim alamiah, seperti El Nino, dan dapat mengarah kepada peningkatan frekuensi dan intensitas kejadian-kejadian cuaca ekstrim. Pemanasan Global dan Transportasi Laut di Indonesia Uraian di atas menegaskan bahwa salah satu faktor penting yang menentukan kelancaran transportasi laut di Indonesia adalah kondisi gelombang di perairan Kepulauan Indonesia. Sementara itu, kondisi gelombang di perairan Kepulauan Indonesia sangat dipengaruhi oleh angin monsoon yang bertiup bolak-balik secara musiman, dan swell yang datang dari Samudera Hindia dan Pasifik. Dengan demikian, apabila pemanasan global akan meningkatkan kecepatan angin monsoon, dan meningkatkan intensitas dan frekuensi siklon tropis di Samudera Hindia maupun Pasifik, maka ketinggian gelombang laut yang terjadi di perairan Kepulauan Indonesia karena angin monsoon juga akan meningkat. Sebagaimana kedatangan musim hujan yang menjadi sulit diprediksi, maka kejadian gelombang tinggi karena monsoon pun juga menjadi sulit diprediksi. Sementara itu, bila intensitas dan frekuensi siklos tropis meningkat, maka swell yang datang ke kawasan perairan Kepulauan Indonesia juga makin sering dan ketinggian gelombangnya pun makin tinggi. Perubahan kondisi gelombang di perairan Kepulauan Indonesia yang berkaitan dengan pemanasan global itu, dengan sendirinya akan meningkatkan kondisi bahaya perairan Kepulauan Indonesia bagi pelayaran antar pulau. Potensi Efek Lanjutan Di depan telah diungkapkan hasil analisis berita media massa bahwa transportasi antar pulau di Indonesia penting bagi mobolitas menduduk, barang kebutuhan pokok dan energi (batubara). Meskipun demikian, kegiatan transportasi antar pulau tersebut masih sering terganggu oleh cuaca buruk yang kehadirannya berkaitan dengan monsoon. Analisis dampak pemanasan global yang telah diberikan di atas memberikan gambaran bahwa pemanasan global akan meningkatkan tingkat bahaya kondisi perairan di Kepulauan Indonesia bagi transportasi laut antar pulau. Gambaran itu memberikan bayangan ke masa depan bahwa dengan kondisi pelayaran antar pulau seperti sekarang, maka gangguan terhadap mobilitas penduduk, barang kebutuhan pokok dan energi akan meningkat dalam bentuk peningkatan kejadian kecelakaan di laut, tidak berani berlayar, atau pelarangan berlayar oleh pihak yang berwenang. Peningkatan gangguan terhadap pelayaran antar pulau itu pada gilirannya juga akan mengurangi kesejahteraan masyarakat melalui kesulitas mobilitas penduduk, naiknya harga barang kebutuhan pokok karena gangguan transportasi, maupun gangguan penyediaan energi listrik karena gangguan pasokan bahan bakar batubara bagi berbagai pebangkit listrik di Pulau Jawa. KESIMPULAN Berkaitan dengan pemanasan global, transportassi laut antar pulau di Indonesia menghadapi tantangan yang makin berat di masa depan. Tantangan tersebut akan hadir dalam bentuk peningkatan bahaya perairan di Kepulauan Indonesia bagi pelayaran antar pulau karena: (1) makin tinggi gelombang laut di perairan yang terjadi sebagai dampak dari meningkatnya kekuatan angin monsoon, atau karena (2) pengaruh swell dari Samudera Hindia dan Pasifik yang meningkat karena peningkatan intensitas dan frekuensi kejadian badai tropis di kedua samudera tersebut. Di Indonesia, pelayaran antar pulau banyak dimanfaatkan antara lain untuk mobilitas penduduk, barang kebutuhan pokok sehari-hari, dan transportasi batubara sebagai bahan bakar bagi pembangkit listrik di Pulau
6
Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Kelautan VI Univ. Hang Tuah Surabaya 22 April 2010
Jawa. Pada kondisi sekarang, kelancaran transportasi laut itu sering terganggu karena angin monsoon. Di masa depan, bila kondisi transportasi laut antar pulau tidak diperbaiki, maka gangguan terhadap kelancarannya akan terus meningkat dan dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat karena mobilitas yang terganggu, peningkatan harga barang-barang kebutuhan pokok, dan terganggunya penyediaan energi listrik karena gangguan pasokan bahan bakar batubara. DAFTAR PUSTAKA Anonim-A-99, 2008. Tongkang batubara kandas. Harian Pikiran Rakyat. [http://www.tekmira.esdm.go.id/currentissues/?p=921]. Akses 07 April 2010. Anonim-ADO, 2010a. Gelombang di perairan Bengkulu tiga meter. Liputan6.com. [http://berita.liputan6.com/daerah/201004/270820/Gelombang.di.Perairan.Bengkulu.Tiga.Meter]. Akses 07 April 2010. Anonim-ADO, 2010b. Cuaca buruk, pelayaran di Ambon batal. Liputan6.com. [http://berita.lipitan6.com/daerah/201004/270984/Cuaca.Buruk.Pelayaran.di.Ambon.Batal]. Akses 07 April 2010. Anonim-ASW, 2009, Cuaca buruk, tongkang batubara masih terdampar. Liputan6.com. [http://berita.liputan6.com/daerah/200911/251589/Cuaca.Buruk.Tongkang.Batubara.Basih.Terdampar]. Akses 07 April 2010. Anonim-ASW/AYB, 2010. Cuaca buruk, puluhan ton sembako menumpuk. Liputan6.com. [http://berita.liputan6.com/daerah/201004/271177/Cuaca.Buruk.Puluhan.Ton.Sembako.Menumpuk]. Akses 07 April 2010. Anonim-BBCIndonesia, 2009. 250 penumpang masioh dicari. BBCIndonesia.com. [http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2009/01/090111_majeneship.shtml]. Akses 07 April 2010. Anonim-haw, 2007. Tongkang batubara ditarik besok. Wawasan Digital. [http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=view&id=401&Itemid=34]. Akses 07 April 2010. Anonim-ims, 2010. Kapal sembako tenggelam 9 ABK selamat. Batam Pos. [http://cetak.batampos.co.id/prokepri/karimun/3352-kapal-sembako-tenggelam-9-abk-selamat.html]. Akses 07 April 2010. Anonim-lian, 2009. Warga lanjutkan pencarian 3 ABK kapal tenggelam. PadangKini.com. [http://www.padangkini.com/berita/single.php?id=5861]. 07 April 2010. Anonim-MDN, 2008. Gelombang tinggi, tongkang kandas, stok batubara di PLTU sempat habis. Harian Kompas. [http://www.tekmira.esdm.go.id/currentissues/?p=924]. Akses 07 April 2010. Anonim-MLA, 2010. Tongkang batubara terdampar di Teluk Popoh. Liputan6.com. [http://berita.liputan6.com/daerah/201001/259085/Tongkang.Batubara.Terdampar.di.Teluk.Popoh]. Akses 07 April 2010. Anonim-rb, tanpa tahun. Kapal tenggelam diterjang ombak: lima belas nelayan berhasil diselamatkan. Website Kabupaten Probolinggo. [http://www.probolinggokab.go.id/site/index2.php?option=com_content&task=view&id=2298&Itemid =244]. Akses 07 April 2010. Anonim-Surya-Dumai, 2009. Seluruh agen pelayaran di Dumai dilarang beroperasi. Surya Online. [http://www.surya.co.id/2009/11/25/seluruh-agen-pelayaran-di-dumai-dilarang-beroperasi.html]. Akses 07 April 2010. Anonim-Surya-Gresik-san, 2010. Kapal rute Bawean tenggelam, 203 penumpang histeris. Surya Online. [http://www.surya.co.id/2010/01/10/kapal-rute-bawean-tenggelam-203-penumpang-histeris.html]. 07 April 2010. Anonim-Surya-Karimun, 2009. KM Dumai Expres hilang di perairan Karimun. Surya Online. [http://www.surya.co.id/2009/11/22/km-dumai-express-hilang-di-perairan-karimun.html]. Akses 07 April 2010. Anonim-Surya-Palu, 2009, Kapal bermuatan ratusan ton pupuk, tenggelam di Selat Makassar. Surya Online. [http://www.surya.co.id/2009/03/30/kapal-bermuatan-ratusan-ton-pupuk-tenggelam-di-selatmakassar.html]. Akses 07 April 2010. Anonim-Surya-Sumenep, 2009. Lagi, kapal tenggelam di perairan Semenep. Surya Online. [http://www.surya.co.id/2009/10/14/lagi-kapal-tenggelam-di-perairan-sumenep.html]. Akses 07 April 2010. Anonim-Surya-Surabaya, 2010. Waspada, gelombang di Laut Jawa mencapai 3,5 meter. Surya Online. [http://www.surya.co.id/2010/01/10/waspada-gelombang-di-laut-jawa-mencapai-35-meter.html]. Akses 07 April 2010.
7
Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Kelautan VI Univ. Hang Tuah Surabaya 22 April 2010
Case, M., Ardiansyah, F. and Spector, E., tanpa tahun, Climate change in Indonesia: implications for humans and nature. [http://www.worldwildlife.org/climate/Publications/WWFBinaryitem7664.pdf]. Access 08 April 2010. Gilman, E.L., Ellison, J., Duke, N.C. and Field, C., 2008. Threats to mangrove from climate change and adaptation options. Aquatic Botany, doi: 10.1016/j.aquabot.2007.12.009. Hopley, D., 1992. Global change and the coastline: assessment and mitigation planning. Journal of Southeast Asian Earth Science, v. 7, n. 1, 5-15. Lenart, M. 2005. Inquiry into monsoon and global warming continues: troublesome twist-atmospheric variables make prediction tough for summer rain. Southwest Climate Outlook, July 2005, 1-4. [http://www.climas.arizona.edu/forecasts/articles/monsoon2_July2005.pdf]. Access 10 April 2010. Semeniuk, V., 1994. Predicting the effect of sea-level rise on mangrove in Northwestern Australia. Journal of Coastal Research, v. 10, n. 4, 1050-1076. Setyawan, W.B., 2007. Bencana geologi di daerah pesisir Indonesia. Alami, v. 12, n. 2, 1-11. Sreelata, M., 2006. Indian monsoon ‘intensified by climate change’. Science and Development Network. [http://scidev.net/en/news/indian-monsoon-intensified-by-climate-change.hmtl]. 08 April 2010. Tapper, N., 2002. Climate, climatic variability and atmospheric circulation pattern in the Maritime Continent region. In: P. Kershaw, B. David, N. Tapper, D. Penny and J. Brown (eds.), Bridging Wallace’s Line: the environmental and cultural history and dynamics of the SE-Asian-Australian region, Advances in Geoecology 34, CATENA VERLAG GMBH, Reiskirchen, Germany, 5-28. Woodroffe, C.D., 2002. Coast: form, process, and evolution. Cambridge University Press, Cambridge, UK. [http://books.google.co.id/books?id=jRqW0FVwWh8C&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false]. Access 10 April 2010.
8