PREBIOTIK INULIN TEPUNG UMBI BUNGA DAHLIA (Dahlia variabillis) SEBAGAI FEED ADDITIVE TERHADAP KONSUMSI PROTEIN, DAYA CERNA DAN RETENSI NITROGEN BROILER
SKRIPSI
OLEH:
NESMAWATI I111 12 287
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016 i
PREBIOTIK INULIN TEPUNG UMBI BUNGA DAHLIA (Dahlia variabillis) SEBAGAI FEED ADDITIVE TERHADAP KONSUMSI PROTEIN, DAYA CERNA DAN RETENSI NITROGEN BROILER
SKRIPSI
OLEH :
NESMAWATI I 111 12 287
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016 ii
iii
iv
ABSTRAK
NESMAWATI (I 111 12 287). Prebiotik Inulin Tepung Umbi Bunga Dahlia (Dahlia variabillis) sebagai Feed Additive terhadap Konsumsi Protein, Daya Cerna dan Retensi Nitrogen Broiler. (Dibawah Bimbingan SRI PURWANTI sebagai Pembimbing Utama dan JAMILAH sebagai Pembimbing Anggota). Penggunaan prebiotik inulin merupakan pendekatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peran Bakteri Asam Laktat (BAL) yang dapat bernilai positif dalam perbaikan kondisi saluran pencernaan sehingga penyerapan nutrien lebih optimal yang berimplikasi terhadap konsumsi protein, daya cerna dan retensi nitrogen broiler. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan prebiotik inulin umbi bunga dahlia (Dahlia Variabillis) terhadap konsumsi protein, daya cerna dan retensi nitrogen broiler. Materi yang digunakan adalah ayam broiler Strain New Lohmann sebanyak 160 ekor umur sehari (DOC) bobot badan seragam rata-rata 35–40 gram (Unsexed) pemeliharaan 5 minggu. Penelitian dirancang berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 kali ulangan. Perlakuan P0 : Pakan basal, P1 : Pakan basal + 10,0 g/kg pakan (0,8% Inulin), P2 : Pakan basal + 12,5 g/kg pakan (1,0% Inulin), P3 : Pakan basal + 15,0 g/kg pakan (1,2% Inulin). Parameter yang diamati adalah konsumsi protein, daya cerna dan retensi nitrogen broiler. Hasil penelitian menunjukkan penambahan inulin dalam pakan tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi protein, daya cerna dan retensi nitrogen broiler. Nilai konsumsi protein (gram/ekor) P 0–P3 (69,20±5,49; 69,34±6,65; 64,81±5,61; 67,78±5,70), daya cerna (%) P 0–P3 (63,75±6,74; 63,95±5,54; 58,83±6,26; 62,78±6,57) dan retensi nitrogen (gram/ekor) P 0–P3 (0,92±0,03; 0,92±0,01; 0,90±0,04; 0,93±0,26). Disimpulkan bahwa Penggunaan inulin tepung umbi dahlia level 0,8% merupakan level optimum sebagai feed additive dengan melihat nilai konsumsi protein, daya cerna protein dan retensi nitrogen. Kata Kunci : Daya Cerna, Inulin, Konsumsi Protein, Prebiotik, Retensi Nitrogen
v
ABSTRACT
NESMAWATI (I 111 12 287). Prebiotic Inulin of Dahlia Tuber Powder (Dahlia variabillis) as Feed Additive based on Determine Protein Consumption, Digestibility and Nitrogen Retention of Broiler. (Under the supervision of SRI PURWANTI as Main Supervisor and JAMILAH as Co-Supervisor). The use of prebiotic inulin is an approach that can be done to increase the role of Lactic Acid Bacteria (LAB), which may be positive in improving the condition of the digestive tract so that more optimal absorption of nutrients with implications for the protein consumption, digestibility and nitrogen retention of broiler. The research aims to determine the effect of the prebiotic inulin dahlia powder (Dahlia variabillis) to protein consumption, protein digestibility and nitrogen retention of broiler. The material used is broiler strains New Lohmann 160 day old tail (DOC) uniform body weight on average 35-40 grams (Unsexed) maintenance 5 weeks. The study was designed based on completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 5 replications. P0: Feed basalt, P1: Feed basalt + 10.0 g / kg of feed (0.8% Inulin), P2: Feed basalt + 12.5 g / kg of feed (1.0% Inulin), P3: Feed basalt + 15.0 g / kg of feed (1.2% Inulin). The parameters measured were the consumption of protein, digestibility and nitrogen retention of broiler. The results showed the addition of inulin in feed did not significantly affect the protein consumption, protein digestibility and nitrogen retention of broiler. The value of protein consumption (grams/bird) P0-P3 (69.20 ± 5.49; 69.34 ± 6.65; 64.81 ± 5.61; 67.78 ± 5.70), the digestibility (%) P0-P3 (63.75 ± 6.74; 63.95 ± 5.54; 58.83 ± 6.26; 62.78 ± 6.57) and nitrogen retention (grams/bird) P0-P3 (0, 92 ± 0.03; 0.92 ± 0.01, 0.90 ± 0.04; 0.93 ± 0.26). Conclusion this research was that the 0,8% inulin of dahlia powder optimum level as feed additive by seeing value protein consumption, protein digestibility and nitrogen retention of broiler. Kata Kunci : Digestibility, Inulin, Protein Consumption, Prebiotic, Nitrogen Retention
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum wr.wb Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena dengan segala berkah, kehendak, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian hingga penyusunan tugas akhir yang berjudul “Prebiotik Inulin Tepung Umbi Bunga Dahlia (Dahlia variabillis) Sebagai Feed Additive terhadap Konsumsi Protein, Daya Cerna dan Retensi Nitrogen Broiler”, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan pada Nabiullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan ummat manusia. Ucapan terima kasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada keluarga Ayahanda tercinta Massa dan Ibunda tersayang Hasmiah, Kakak terbaik Risal, Rasma, Rusli, dan adik tersayang Abu Matshir dan Syahril yang telah banyak memberikan dukungan bagi penulis baik dalam bentuk moril maupun materi. Penulisan tugas akhir ini juga tidak terlepas dari bantuan, petunjuk, arahan, dan masukan yang berharga dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada : 1.
Ibu Dr. Sri Purwanti, S.Pt., M.Si selaku pembimbing utama dan Ibu Jamilah, S.Pt., M.Si sebagai pembimbing anggota yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan mulai dari awal penelitian hingga selesainya penulisan tugas akhir ini, serta Ibu Prof. Dr. Ir. Laily Agustina, MS yang senantiasa memberi semangat, motivasi dan bantuan yang berarti kepada penulis.
vii
2.
Bapak Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Rusdy, M.Agr, Bapak Dr. Ir. Budiman Nohong, MP, Ibu Dr. Ir. Hj. Rohmiyatul Islamiyati, MP dan Ibu Dr. Jamila, S.Pt.,M.Si. sebagai pembahas yang telah memberikan masukan dalam perbaikan tugas akhir ini.
3.
Ibu Endah Murpi Ningrum, S.Pt., M.P selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan arahan dan motivasi kepada penulis selama berada di bangku perkuliahan.
4.
Kakanda Andi Waliyana, S. Pt., Rita Massolo, Dewi Yuliana, Nur Kamal Akbar dan Wahyu Aryanto selaku teman penelitian.
5.
Teman-teman HIMAPROTEK dan SEMA FAPET UH sebagai tempat belajar banyak hal dan teman-teman KKN Gel. 90 Desa Garuntungan, Kec. Kindang Bulukumba.
6.
Saudara-Saudariku SOLKARS “kurni, eni, sukma, laras, irene, anti, ayu, iin, wendy, rahma, kamal, rahmat, baim, wawan, ichwan, wahyu, hady, kawang, rozi, agus, asfar dan teman-teman lainnya serta rekan seperjuangan Flock Mentality 012 terutama Tika, Fatma, Yessi, Tuti, Jihad, Kandi, Rahim, herdy, Zul dan semuanya yang telah banyak membantu dan memberikan dukungannya.
7.
Semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian tugas akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran ataupun kritikan yang bersifat konstruktif dari pembaca demi penyempurnaan karya tulis ini.
viii
Akhir kata, semoga Tuhan yang Maha Esa melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita, dan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Makassar, 08 Agustus 2016
Nesmawati
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL ..................................................................................
i
HALAMAN JUDUL......................................................................................
ii
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iv
ABSTRAK .....................................................................................................
v
ABSTRACT ...................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................
vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
x
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xiv
PENDAHULUAN..........................................................................................
1
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................
3
Gambaran Umum Ayam Broiler dan Kebutuhan Nutrisi .....................
3
Gambaran Umum Bunga Dahlia (Dahlia variabillis) ..........................
4
Inulin Sebagai Prebiotik .......................................................................
6
Konsumsi Protein Kasar .......................................................................
7
Daya Cerna Protein Kasar ....................................................................
9
Retensi Nitrogan ...................................................................................
11
Hipotesis Penelitian ..............................................................................
13
METODE PENELITIAN ...............................................................................
14
Waktu dan Tempat................................................................................
14
Materi Penelitian...................................................................................
14
x
Rancangan Penelitian............................................................................
15
Prosedur Penelitian ...............................................................................
15
Analisis Data .........................................................................................
23
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................
24
Konsumsi Protein Kasar .......................................................................
24
Daya Cerna Protein Kasar ....................................................................
25
Retensi Nitrogen ...................................................................................
27
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................
29
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
30
LAMPIRAN ...................................................................................................
35
RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL No.
Halaman Teks
1. Kebutuhan Zat Nutrien Broiler .............................................................
4
2. Komposisi Kimia Umbi Bunga Dahlia .................................................
5
3. Komposisi Bahan Pakan Fase Starter...................................................
19
4. Komposisi Bahan Pakan Fase Finisher ................................................
20
5. Rataan Konsumsi Protein, Daya Cerna Protein Kasar dan Retensi Nitrogen Broiler yang Diberi Prebiotik Inulin Tepung Umbi Bunga Dahlia dengan Level yang Berbeda pada Umur 35 Hari............................................... 24
xii
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman Teks
1. Proses Pembuatan Tepung Umbi Dahlia...............................................
16
2. Cara Pengambilan Sampel Untuk Uji Daya Cerna dan Retensi Nitrogen
21
xiii
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman Teks
1. Perhitungan Persentase Inulin ...............................................................
35
2. Hasil Analisis Ragam Nilai Konsumsi Protein .....................................
36
2. Hasil Analisis Ragam Nilai Daya Cerna Protein Kasar ........................
37
3. Hasil Analisis Ragam Nilai Retensi Nitrogen .......................................
38
4. Dokumentasi Selama Penelitian ............................................................
39
xiv
PENDAHULUAN
Latar Belakang Ayam pedaging merupakan salah satu sumber protein hewani yang murah dan paling banyak diminati oleh masyarakat. Keunggulan ayam pedaging adalah dapat dijual sebelum usia 8 minggu dengan berat tubuhnya hampir sama dengan tubuh ayam kampung berusia sekitar satu tahun. Semakin meningkatnya permintaan akan daging broiler membuat para peternak harus berusaha meningkatkan produktivitas ternaknya untuk memenuhi permintaan masyarakat. Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas ternak yaitu dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi melalui pemberian pakan tambahan (feed additive) berupa prebiotik. Feed additive dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu nutritive feed additive dan non nutritive feed additive. Nutritive feed additive ditambahkan ke dalam ransum untuk melengkapi atau meningkatkan kandungan nutrien ransum. Non nutritive feed additive tidak mempengaruhi kandungan nutrien ransum, kegunaannya tergantung pada jenisnya, antara lain penghambat mikroorganisme patogen dan meningkatkan kecernaan nutrien (antibiotik, probiotik, prebiotik), anti jamur, membantu pencernaan sehingga meningkatkan kecernaan nutrien (acidifier, enzim) (Ravindran, 2012). Prebiotik ialah bahan makanan yang tidak dapat dicerna yang menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas bakteri di dalam sistem pencernaan yang bermanfaat pada kesehatan (Roberfroid, 2007). Beberapa prebiotik dapat memberikan keuntungan yang kompetitif pada spesifik mikroflora. Salah satu jenis prebiotik
1
yaitu inulin yang berasal dari umbi bunga dahlia. Inulin dapat dijadikan sebagai prebiotik karena kemampuannya menstimulasi perkembangan bakteri baik yang ada dalam usus. Umbi dahlia menjadi sumber karbohidrat berupa inulin yang menjadi potensi besar untuk dieksplorasi, khususnya bagi ternak unggas. Kandungan inulin umbi dahlia kering sebesar 65–75% (Haryani dkk., 2013). Inulin sebagai prebiotik adalah polimer alami kelompok karbohidrat. Inulin bersifat larut dalam air, tetapi tidak dapat dicerna oleh enzim dalam sistem pencernaan sehingga mencapai caecum tanpa mengalami perubahan struktur. Dengan demikian, inulin mampu mencapai caecum dan substrat dapat difermentasi bakteri caecum (Krismiyanto dkk., 2015). Penggunaan prebiotik inulin merupakan suatu pendekatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peran Bakteri Asam Laktat (BAL) yang dapat bernilai positif dalam perbaikan kondisi saluran pencernaan. Saluran pencernaan dalam kondisi sehat diharapkan penyerapan nutrien akan lebih optimal, sehingga mampu meningkatkan retensi nitrogen dan daya cerna serta konsumsi protein pada ayam broiler. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pemberian prebiotik inulin asal umbi bunga dahlia terhadap daya cerna, konsumsi protein dan retensi nitrogen pada broiler. Penelitian diharapkan dapat berguna sebagai sumber informasi mengenai pemanfaatan umbi bunga dahlia sebagai prebiotik pada broiler yang dapat meningkatkan konsumsi protein, daya cerna dan retensi nitrogen.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Ayam Broiler dan Kebutuhan Nutrisi Ayam broiler merupakan tipe ayam pedaging dan umumnya digunakan untuk konsumsi sehari-hari sebagai pemenuhi kebutuhan protein hewani. Berdasarkan aspek pemuliaannya terdapat tiga jenis ayam penghasil daging, yaitu ayam kampung, ayam petelur afkir dan ayam broiler. Ayam broiler umumnya dipanen pada umur sekitar 4−5 minggu dengan bobot badan antara 1,2−1,9 kg/ekor yang bertujuan sebagai sumber pedaging (Kartasudjana, 2005) dan ayam tersebut masih muda dan dagingnya lunak (North dan Bell, 1990). Hardjosworo dan Rukmiasih (2000) menyatakan bahwa ayam broiler dapat digolongkan kedalam kelompok unggas penghasil daging artinya dipelihara khusus untuk menghasilkan daging. Umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kerangka tubuh besar, pertumbuhan badan cepat, pertumbuhan bulu yang cepat, lebih efisien dalam mengubah ransum menjadi daging. Pakan ayam broiler harus mengandung energi yang cukup untuk membantu reaksi-reaksi metabolik, menyokong pertumbuhan dan mempertahankan suhu tubuh. Selain itu ayam membutuhkan protein yang seimbang, fosfor, kalsium dan mineral serta vitamin yang sangat memiliki peran penting selama tahap permulaan hidupnya (Wahju, 2004). Kartadisastra (1994) menyatakan bahwa jumlah ransum yang diberikan sangat bergantung dari jenis ayam yang dipelihara, sistem pemeliharaan dan tujuan produksi. Di samping itu juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan genetik dan lingkungan tempat ternak itu dipelihara.
3
Kebutuhan zat nutrisi broiler pada fase starter dan finisher dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kebutuhan Zat Nutrien Broiler Parameter Kadar air (%) Protein kasar (%) Lemak kasar (%) Serat kasar (%) Abu (%) Kalsium (Ca) (%) Fosfor (P) total (%) Energi Metabolisme (EM) (Kkal/Kg)
SNI (2006) NRC (1994) Starter Finisher Starter Finisher Maks. 14,00 Maks. 14,00 Min. 19,00 Min. 18,00 23,00 20,00 Maks. 7,40 Maks. 8,00 Maks. 6,00 Maks. 6,00 Maks. 8,00 Maks. 8,00 0,90 – 1,20 0,90 – 1,20 1,00 0,90 0,60 – 1,00 0,60 – 1,00 0,45 0,35 Min. 2900
Min. 2900
3200
3200
Pemberian ransum dengan kandungan energi dan protein yang rendah dapat memberikan efek negatif pada unggas yaitu adanya kanibalisme dan dapat menghambat pertumbuhan (absorbsi) (Pratama, 2008). Pilliang dan Djojosoebagio (2006) menyatakan bahwa kebutuhan tubuh akan asam-asam amino esensial dan nitrogen memerlukan protein dalam makanan dengan jumlah cukup dan kualitas protein optimal. Keseimbangan kandungan nutrisi dalam ransum dapat memberikan pertumbuhan yang optimal bagi ternak. Gambaran Umum Bunga Dahlia (Dahlia variabilis) Dahlia (Dahlia variabilis) merupakan salah satu tanaman hias berbunga indah. Namun secara taksonomi tanaman dahlia merupakan tanaman perdu berumbi yang sifatnya tahunan (perenial) (Abdillah, 2012). Popularitas bunga dahlia, mungkin disebabkan oleh kenyataan bahwa dahlia mudah untuk dibudidayakan dan memberikan hasil yang maksimum dengan input yang minimum (Hankins, 2005).
4
Umbi bunga dahlia merupakan satu sumber inulin yang dapat digunakan sebagai prebiotik. Bunga dahlia banyak dibudidayakan di Indonesia, selain bunganya yang indah, umbinya juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber inulin. Kadar inulin pada umbi tanaman dahlia yaitu 65,7% berat kering (Rukmana, 2004). Prebiotik inulin merupakan substrat karbohidrat yang tidak dicerna bagi inang, tetapi dapat dimanfaatkan oleh mikroba usus (Scholz-Ahrens et al., 2001). Menurut Mangunwidjaja dkk. (2014) umbi bunga dahlia merupakan tempat cadangan makanan tanaman bunga dahlia yang tersimpan pada bagian akarnya dan banyak mengandung inulin. Karena kandungan inulin dari umbi bunga dahlia yang cukup tinggi (Tabel 2), maka umbi bunga dahlia dapat digunakan sebagai bahan pakan pada ternak dalam bentuk tepung maupun ekstrak sebagai pakan tambahan (feed additive). Tabel 2. Komposisi kimia umbi bunga dahlia Komposisi Proksimat Air (%) Karbohidrat (%) Protein (%) Lemak (%) Abu (%) Serat Kasar (%) Inulin (%) Sumber : Mangunwidjaja dkk., 2014
Nilai 79,90 80,80 5,92 1,39 3, 83 8, 06 80,09
Kandungan inulin pada umbi dahlia yang tinggi dapat dimanfaatkan sebagai prebiotik pada ternak non ruminansia. Penggunaan prebiotik pada unggas mampu meningkatkan populasi mikrobial yang berguna dalam saluran pencernaan. Sebagai bahan yang tak dapat dicerna (indigestible), prebiotik mampu menstimulasi pertumbuhan atau aktifitas bakteri percernaan secara selektif dan sekaligus meningkatkan kesehatan inangnya (Haryati dan Supriyati, 2010). Chen
5
et al. (2005) melaporkan bahwa penambahan oligofruktosa dan inulin dari chikori sebesar 1% pada ransum ayam petelur dapat meningkatkan produksi telur dan efisiensi pakan serat menurunkan kolesterol kuning telur. Inulin Sebagai Prebiotik Inulin adalah senyawa karbohidrat alamiah yang merupakan polimer dari unit-unit fruktosa. Inulin memiliki derajat polimerisasi diatas 30 dan mengendap dalam campuran etanol dan air. Inulin mempunyai beberapa manfaat baik dalam tubuh maupun industri. Manfaat inulin tubuh adalah sebagai berikut; bifidogenic (mampu menjaga pertumbuhan bifidobacterium di usus besar); merangsang sistem kekebalan tubuh, mengurangi resiko osteoporosis. Sumber inulin yang terdapat di Indonesia adalah umbi tanaman dahlia yang dikenal sebagai tanaman hias yang dimanfaatkan bunganya. Umbi dahlia mengandung hampir 70% pati dalam bentuk inulin. Kandungan inulin dalam umbi dahlia sekitar 60%. Dahlia merupakan tanaman yang dapat menghasilkan karbohidrat (inulin) yang tersimpan dalam umbi dan termasuk dalam familia Compositae (Sandiya dkk., 2014). Inulin bersifat larut dalam air, tetapi tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim dalam sistem pencernaan mamalia sehingga mencapai usus besar tanpa mengalami perubahan struktur. Meskipun demikian, inulin dapat mengalami fermentasi akibat aktivitas mikroflora yang terdapat di dalam usus besar sehingga berimplikasi positif terhadap kesehatan tubuh. Di dalam usus besar, hampir seluruh inulin difermentasi menjadi asam-asam lemak rantai pendek dan beberapa mikroflora spesifik menghasilkan asam laktat. Hal ini menyebabkan penurunan
6
pH kolon sehingga pertumbuhan bakteri patogen terhambat. Mekanisme seperti ini berimplikasi pada peningkatan kekebalan tubuh (Widowati, 2006). Inulin adalah salah satu komponen bahan pangan yang kandungan serat pangannya sangat tinggi (lebih dari 90%), dimanfaatkan dalam pangan fungsional. Inulin bersifat larut di dalam air, tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan sehingga mencapai usus besar tanpa mengalami perubahan struktur. Meskipun demikian, inulin dapat mengalami fermentasi akibat aktivitas mikroflora yang terdapat di dalam usus besar sehingga berimplikasi positif terhadap
kesehatan tubuh. Oleh karena itu, inulin dapat digunakan sebagai
prebiotik (Widowati dkk., 2005) Konsumsi Protein Kasar Protein merupakan zat organik yang tersusun dari unsur karbon, nitrogen, oksigen dan hidrogen Fungsi protein untuk hidup pokok, pertumbuhan jaringan baru, memperbaiki jaringan rusak, metabolisme untuk energi dan produksi (Anggorodi, 1995). Kecernaan protein kasar tergantung pada kandungan protein di dalam ransum. Ransum yang kandungan proteinnya rendah, umumnya mempunyai kecernaan yang rendah pula dan sebaliknya. Tinggi rendahnya kecernaan protein tergantung pada kandungan protein bahan pakan dan banyaknya protein yang masuk dalam saluran pencernaan (Tillman dkk., 1998 dalam Sukaryana dkk., 2011). Konsumsi protein adalah konsumsi zat-zat organik yang mengandung karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur dan phosphor (Anggorodi, 1995). Gultom dkk. (2014) menyatakan bahwa konsumsi protein yang tinggi akan mempengaruhi
7
asupan protein pula ke dalam daging dan asam-asam amino tercukupi di dalam tubuhnya sehingga metabolisme sel-sel dalam tubuh berlangsung secara normal. Besarnya konsumsi ransum tergantung pada kandungan protein ransum. Protein ditemukan di semua makhluk hidup, yang secara dekat berhubungan dengan semua tahap aktivitas yang membantu kehidupan makhluk hidup. Tiap spesies mempunyai jenis protein sendiri dan organisme tunggal mempunyai banyak protein berbeda pada sel dan jaringan. Hal ini menunjukkan bahwa sejumlah besar protein terdapat di alam (McDonald et al., 2010). Menurut Fadilah (1990) kebutuhan konsumsi protein dipengaruhi juga oleh umur ayam. Semakin tua umur ayam, kebutuhan protein akan semakin bertambah. Ayam jantan memerlukan protein lebih banyak dibandingkan dengan ayam betina. Penyediaan protein dalam ransum sangat penting untuk memenuhi protein hidup pokok dan produksi (bulu, pertumbuhan dan reproduksi) yang memerlukan kualitas protein yang baik dengan jumlah yang cukup. Anggorodi (1995) menambahkan bahwa protein juga berperan dalam perbaikan jaringan tubuh, pertumbuhan jaringan baru, metabolisme energi, metabolisme ke dalam zat-zat vital dalam fungsi tubuh dan sebagai enzim-enzim yang esensial bagi tubuh. Menurut hasil penelitian Fanani dkk. (2015) konsumsi protein tidak dipengaruhi oleh konsumsi ransum. Nilai rata-rata konsumsi ransum yang diperoleh sebesar 2.955,64 g/ekor dan tidak menunjukkan perbedaan nyata akibat pemberian tepung umbi bunga dahlia, sehingga dikatakan penggunaan tepung umbi bunga dahlia sebagai prebotik tidak mengubah komposisi nutrien ransum dan tidak mempengaruhi konsumsi protein pada ayam lokal persilangan. Iskandar
8
(2005) dalam penelitiannya mendapat konsumsi ayam persilangan Kedu dengan Arab yang dipelihara pada umur 32 sampai 84 hari sebesar 2.082 g dengan jumlah protein-energi ransum yang berbeda. Daya Cerna Protein Kasar Daya cerna dapat diartikan sebagai jumlah zat makanan dari suatu bahan pakan yang diserap dalam traktus gastrointestinalis. Hal tersebut menyangkut proses pencernaan yaitu hidrolisa untuk membebaskan zat-zat makanan dalam suatu bentuk tertentu sehingga dapat diserap usus. Daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur secara teliti bahan pakan yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan. Dari pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan, maka dapat dihitung daya cernanya (Anggorodi, 1995). Menurut Linton dan Abrams (1990) kecernaan protein adalah bagian protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam tubuh. Daya cerna protein ayam pedaging dipengaruhi beberapa faktor antara lain: a) Jenis protein, protein hewani lebih mudah dicerna daripada protein nabati , karena protein nabati dilindungi dinding sel yang terdiri dari selulosa. b) Perlakuan dari protein, protein yang mengalami pemanasan akan lebih mudah dicerna, karena ikatan–ikatan kompleks yang menyusun bahan pakan tersebut akan pecah. Contohnya biji-bijian yang diberikan langsung atau tanpa mengalami pemanasan, memiliki daya cerna protein sebesar 77%, sedangkan protein yang dipanaskan 130°C selama 30 menit daya cerna proteinnya meningkat menjadi 88%.
9
c) Bentuk pakan, penggilingan menyebabkan luas permukaan bertambah sehingga daya cerna protein akan meningkat. d) Faktor biologis, spesies, dan umur. Perbedaan kecernaan bahan makanan pada hewan terjadi karena perbedaan anatomi dan fisiologi dari saluran pencernaan (Maynard et al., 1979). Peningkatan bobot badan dipengaruhi penyerapan nutrien yang semakin membaik ditandai dengan peningkatan retensi nitrogen dan kecernaan protein. Hal ini akibat dari pemberian umbi bunga dahlia sebagai sumber prebiotik inulin, sehingga terjadi peningkatan perkembangan bakteri menguntungkan seperti BAL yang didukung data jumlah BAL duodenum yang meningkat berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukannya. Peningkatan BAL mengakibatkan kesehatan saluran pencernaan semakin baik, efeknya enzim-enzim yang dihasilkan saluran pencernaan menjadi optimal untuk merombak protein menjadi produk yang dapat diserap tubuh dan pada akhirnya dimanfaatkan untuk pertumbuhan ataupun perkembangan jaringan baru yang dapat dilihat dari pertambahan bobot (Fanani dkk., 2015). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Fanani dkk. (2015) menunjukkan bahwa penambahan umbi bunga dahlia dapat meningkatkan penyerapan nutrien pada ayam lokal persilangan yaitu dari 66,22% meningkat menjadi 79,51% dan terjadi peningkatan perkembangan bakteri menguntungkan seperti bakteri asam laktat (BAL) yang didukung data jumlah BAL duodenum meningkat dari 1,18x103 cfu/g menjadi 1,23x104 cfu/g.
10
Retensi Nitrogen Retensi nitrogen adalah selisih antara nilai konsumsi nitrogen dengan nilai nitrogen yang diekskresikan setelah dikoreksi dengan nilai ekskresi nitrogen endogenous. Sedangkan nitrogen endogenous adalah nitrogen dalam ekskreta yang berasal dari selain bahan pakan, yaitu peluruhan sel mukosa usus, empedu, dan saluran pencernaan (Sibbald dan Wolynetz, 1984). Menurut NRC (1994), retensi nitrogen untuk setiap jenis ternak, umur, dan faktor genetik adalah berbeda. Banyaknya nitrogen yang diretensi dalam tubuh ternak akan mengakibatkan ekskreta mengandung sedikit nitrogen dan energi dibandingkan dengan ternak yang tidak meretensi nitrogen. Tingkat retensi nitrogen tergantung pada konsumsi nitrogen dan energi metabolis ransum, akan tetapi peningkatan energi metabolis ransum tidak selalu diikuti peningkatan retensi nitrogen (Wahju, 2004). Meningkatnya konsumsi nitrogen diikuti dengan meningkatnya retensi nitrogen tetapi tidak selalu disertai dengan peningkatan bobot badan bila energi ransum rendah (Sofiati, 2008). Semakin tinggi jumlah protein yang dikonsumsi maka semakin tinggi kandungan protein yang dikeluarkan melalui urin dan feses. Retensi nitrogen adalah jumlah konsumsi nitrogen dikurangi dengan ekskresi nitrogen dan nitrogen endogenous. Sejumlah nitrogen dalam protein pakan yang mampu ditahan dan dipergunakan oleh ternak dinamakan retensi nitrogen (Sibbald dan Wolynetz, 1984). Nilai retensi nitrogen dapat bernilai positif atau negatif yang dipengaruhi oleh konsumsi nitrogen, tetapi meningkatnya konsumsi nitrogen tidak selalu
11
disertai peningkatan bobot badan (Wahju, 2004). Tingkat retensi nitrogen bergantung pada konsumsi nitrogen dan energi metabolis ransum, akan tetapi peningkatan protein ransum tidak selalu disertai dengan peningkatan bobot badan bila energi ransum rendah. Pada tingkat protein yang sama, pertambahan bobot badan meningkat dengan semakin tingginya energi dalam ransum (Maulana, 2008). Apabila nitrogen yang dikonsumsi lebih besar daripada nitrogen yang diekskresikan, berarti hewan tersebut dalam keadaan retensi nitrogen yang positif, sedangkan retensi nitrogen negatif terjadi bila nitrogen yang dikonsumsi lebih kecil daripada yang diekskresikan. Retensi nitrogen positif berarti hewan tersebut mendapatkan pertambahan bobot badan karena tenunan ototnya bertambah. Retensi nitrogen negatif menunjukan bahwa hewan telah kehilangan nitrogen dan kejadian ini tidak selalu ditunjukkan oleh turunnya bobot badan, terutama jika energi dalam ransum tinggi (Lloyd et al., 1978). Selain itu menurunnya retensi nitrogen pada tingkat penggunaan protein tertentu yang disertai penggunaan energi yang rendah disebabkan karena sebagian protein digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi sehingga pertambahan bobot badan akan menurun. Menurut Kleessen et al., (2003) peran inulin menstimulasi BAL menyebabkan kondisi saluran pencernaan yang sehat yang ditandai perubahan morfologi usus, bersama dengan ini permukaan penyerapan meluas, usus sehat akan menghasilkan kapasitas penyerapan yang lebih tinggi, sehingga pada penelitian berpengaruh terhadap jumlah nitrogen yang retensikan. Wahju (2004) menyatakan bahwa nilai retensi nitrogen yang lebih tinggi berarti nitrogen yang
12
tertinggal di dalam tubuh lebih banyak sehingga nitrogen yang terbuang bersama dengan ekskreta semakin sedikit. Berdasarkan hasil penelitian dari Fanani dkk. (2015) diperoleh nilai nitrogen terendah pada ayam yang tidak diberi penambahan inulin umbi dahlia pada pakan yang diberikan. Hal ini dikarenakan tidak adanya kontribusi peranan inulin. Apabila retensi nitrogen meningkat, memberi indikasi bahwa protein yang tercerna semakin banyak akibat penambahan tepung umbi bunga dahlia, sehingga kebutuhan nutrien untuk tumbuh menjadi lebih tersedia. Pemberian prebiotik inulin bentuk tepung meningkatkan retensi nitrogen dibandingkan kontrol. Hal ini membuktikan bahwa dampak positif bagi ternak unggas karena pengaruhnya terhadap peningkatan retensi nitrogen akibat pemberian prebiotik jenis inulin. Hasil ini didukung penelitian dengan menggunakan FOS sebanyak 2% dengan dicampurkan air minum pada burung dara dapat meningkatkan retensi nitrogen (Janssens et al., 2004). Hipotesis Penelitian Pemberian prebiotik inulin asal umbi bunga dahlia dengan level optimal diduga dapat meningkatkan konsumsi protein, daya cerna dan retensi nitrogen pada broiler.
13
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret−Mei 2016. Penelitian terdiri dari dua tahap yaitu; tahap pertama, pemeliharaan yang bertempat di Kandang Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Tahap kedua, analisis kimia yang dilaksanakan di Laboratorium Kimia Pakan Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Materi Penelitian Penelitian menggunakan ayam broiler Strain New Lohmann sebanyak 160 ekor berumur sehari (DOC) dengan jenis kelamin campuran (Unsexed). Bahan pakan yang digunakan adalah tepung umbi dahlia yang telah dianalisis kandungan inulinnya untuk dijadikan pakan imbuhan (feed additive), pakan starter dan pakan finisher yang digunakan terdiri dari; jagung, pollard, bungkil kedelai, kedelai, tepung ikan, Meat and Bone Meal (MBM), Dicalcium Phosphate (DCP), mineral mix, lysin dan methionin. Jenis vaksin yang digunakan yaitu; vaksin gumboro, vaksin ND B1 dan vaksin ND lasota. Larutan HCl 0,2 N untuk menangkap N agar tidak menguap pada pengukuran retensi nitrogen. Bahan lainnya yaitu plastik, kertas dan koran sebagai alas. Alat yang digunakan pada penelitian yaitu pisau atau cutter, alat tulis, termometer, blender atau mesin penggiling, timbangan ukuran 12 kg, timbangan digital (0,1 g), dan nampan penampung ekskreta. Kandang yang digunakan pada umur 1−35 hari adalah kandang litter yang beralaskan sekam yang dilengkapi
14
dengan tempat pakan dan minum. Kandang dibagi menjadi 20 petak yang diberi sekat dari bambu dengan ukuran 1x1 meter. Kandang cages digunakan pada umur 36−38 hari untuk pengamatan daya cerna, konsumsi protein dan retensi nitrogen. Lampu yang digunakan yaitu lampu pijar 60 watt sebagai pemanas. Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan sehingga terdapat 20 unit percobaan yang terdiri dari 8 ekor per unitnya. Ayam dibagi secara acak ke dalam 20 unit kandang, tanpa pemisahan jenis kelamin (straigt run), dan setiap kandang diberi label untuk memudahkan pencatatan. Broiler yang digunakan diseragamkan bobot badannya yaitu 35−40 gram yang selanjutnya dibagi secara acak sesuai perlakuan dan diberi pakan dengan susunan ransum sebagai berikut : P0
: Pakan basal
P2
: Pakan basal + 10,0 g / kg pakan (0,8% Inulin umbi bunga dahlia)
P3
: Pakan basal + 12,5 g / kg pakan (1,0% Inulin umbi bunga dahlia)
P4
: Pakan basal + 15,0 g / kg pakan (1,2% Inulin umbi bunga dahlia)
Prosedur Penelitian Penelitian ini terbagi atas tiga tahap yaitu persiapan, pemeliharaan dan pengambilan sampel. 1.
Persiapan Persiapan yang dilakukan adalah pengambilan umbi bunga dahlia dari Malino Kabupaten Gowa yang selanjutnya dilakukan pembuatan tepung umbi dahlia yang dapat dilihat pada Gambar 1.
15
Tanaman Bunga Dahlia Dicabut
Umbi dipisahkan dari batang, akar dan tanah
Pencucian Umbi
Umbi Dikupas
Pencucian Umbi
Pengirisan Umbi
Pengeringan
Penggilingan Tepung Gambar 1. Proses Pembuatan Tepung Umbi Dahlia
16
Tepung umbi dahlia, dianalisis kandungan inulinnya dan diperoleh hasil sebesar 79,85% (Agustina, 2016), yang selanjutnya dijadikan sebagai dasar penyusunan level pemberian tepung umbi dahlia dalam pakan penelitian. Penyusunan pakan dilakukan dengan menggunakan standar komposisi nutrien berdasarkan SNI (2006) dan NRC (1994) yang komposisi bahan pakan dan nutrien dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4. Tahap persiapan terakhir adalah menyiapkan dan membersihkan tempat pakan dan minum, serta kandang dengan melakukan desinfeksi dan pengapuran kandang seminggu sebelum chick in. 2.
Pemeliharaan Penelitian menggunakan day old chick (DOC) broiler sebanyak 160 ekor
strain Lohmann MB 202 yang berjenis kelamin campuran dengan bobot awal ratarata 35−40 gram dan dipelihara selama 35 hari. Setiap unit percobaan terdiri dari 8 ekor. Fase pemeliharaan dibagi menjadi dua, yaitu : Fase starter yaitu umur 1–14 hari, ayam sebanyak 160 ekor di tempatkan petakan kandang yang telah dibuat dari bambu. Petakan kandang ditempatkan secara berjejer dan pengacakan dilakukan pada setiap unit percobaan. Setiap petak diisi 8 ekor ayam, dan menggunakan lampu pijar (60 watt) sebagai pemanas pengganti indukan. Setiap petakan telah disediakan tempat pakan dan tempat minum. Koran ditambahkan diatas litter sekam kayu, dan disekeliling kandang ditutup dengan tirai sebagai pelindung udara dingin. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Pakan yang diberikan yaitu pakan basal yang telah dicampurkan dengan tepung umbi bunga dahlia yang berbentuk tepung (mash). Pemberian air minum pada hari
17
pertama, DOC diberikan air dengan campuran gula pasir, hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi yang hilang selama perjalanan, setelah 4 jam air larutan gula diganti dengan air biasa yang diberikan secara ad-libitum. Vaksinasi dilakukan pada umur 4 hari dengan vaksin strain NDB1 melalui tetes mata. Fase finisher umur 15-35 hari sumber penerangan berasal dari lampu pijar yang ditempatkan pada bagian atas kandang. Pencahayaan selama penelitian 24 jam. Pakan yang diberikan yaitu pakan basal yang telah dicampurkan dengan tepung umbi bunga dahlia berbentuk tepung (mash). Vaksinasi gumboro dilakukan pada hari ke 14 melalui air minum, ND lasota dan AI pada umur 21 hari melalui injeksi dibagian dada (suntik).
18
Komposisi dan kandungan nutrien pakan basal Fase Starter (umur 1–14 hari) dapat dilihat pada Tabel. 3 sebagai berikut : Tabel 3. Komposisi Bahan Pakan Fase Starter (1−14 Hari) Perlakuan Pakan Jenis Pakan P0 P1 P2 Jagung (%) Pollard (%) Bungkil Kedelai (%) Kedelai (%) Tepung Ikan (%) MBM (%) DCP (%) Mineral mix (%)* L-Lysin (%) DL-Methionin (%) Total (%) Tepung Umbi Dahlia (kg)
P3
58,0 5,50 13,0 9,10 5,00 9,00 0,10 0,10 0,10 0,10 100 0
58,0 5,50 13,0 9,10 5,00 9,00 0,10 0,10 0,10 0,10 100 1,00
58,0 5,50 13,0 9,10 5,00 9,00 0,10 0,10 0,10 0,10 100 1,25
58,0 5,50 13,0 9,10 5,00 9,00 0,10 0,10 0,10 0,10 100 1.50
3004,11
3004,11
3004,11
3004,11
22,28 2,88 5,94 1,31 0,50 1,23
22,28 2,88 5,94 1,31 0,50 1,23
22,28 2,88 5,94 1,31 0,50 1,23
22,28 2,88 5,94 1,31 0,50 1,23
0,67
0,67
0,67
0,67
Kandungan Nutrisi Pakan** Energi Metabolis (ME) (kkal/kg) Protein kasar (%) Serat kasar (%) Lemak kasar (%) L-Lysine (%) DL-Methionine (%) Ca (%) P (%)
Keterangan: *Komposisi Mineralmix Per Kilogram; Vitamin A; 1.250.000 UI, Vitamin D; 250.000 UI, Vitamin E; 750 IU, Vitamin K; 200 mg, Vitamin C. 5000 mg,Vitamin B; 250 mg, Vitamin B2; 400 mg, Vitamin B6; 100 mg, Vitamin B12; 1,2 mg,Biotin; 20 mg, Folic Acaid; 50 mg, Nicotinic Acaid; 3.000 mg, Calcium-D-Pantothenate; 400 Mg, Choline Chloride; 1.500 mg, Copper; 500 Mg,Iron; 2.500 mg, Iodine; 20 mg, Manganese; 6.000 mg, Selenium; 20 mg, Methionine; 5.000 mg, Threonine; 4.000 mg, dan Antioksidan; 800 mg. **Dihitung berdasarkan tabel komposisi bahan pakan (Hartadi dkk., 2005).
19
Komposisi dan kandungan nutrien pakan Fase Finisher (umur 15–35 hari) dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Komposisi Bahan Pakan Fase Finisher (15–35 Hari). Perlakuan Pakan Jenis Pakan P0 P1 P2 Jagung (%) Pollard (%) Bungkil Kedelai (%) Kedelai (%) Tepung Ikan (%) MBM (%) DCP (%) Mineral mix (%)* Lysin (%) Methionin (%) Total (%) Tepung Umbi Dahlia (kg)
P3
57,0 12,5 14,0 5,00 3,00 8,00 0,10 0,10 0,10 0,20 100 0
57,0 12,5 14,0 5,00 3,00 8,00 0,10 0,10 0,10 0,20 100 1,00
57,0 12,5 14,0 5,00 3,00 8,00 0,10 0,10 0,10 0,20 100 1,25
57,0 12,5 14,0 5,00 3,00 8,00 0,10 0,10 0,10 0,20 100 1.50
2994,90
2994,90
2994,90
2994,90
20,48 3,17 5,25 1,15 0,56 1,05
20,48 3,17 5,25 1,15 0,56 1,05
20,48 3,17 5,25 1,15 0,56 1,05
20,48 3,17 5,25 1,15 0,56 1,05
0,59
0,59
0,59
0,59
Kandungan Nutrisi Pakan** Energi Metabolis (ME) (kkal/kg) Protein kasar (%) Serat kasar (%) Lemak kasar (%) Lysine (L) (%) Methionine (DL) (%) Ca (%) P (%)
Keterangan: *Komposisi Mineralmix Per Kilogram; Vitamin A; 1.250.000 UI, Vitamin D; 250.000 UI, Vitamin E; 750 IU, Vitamin K; 200 mg, Vitamin C. 5000 mg,Vitamin B; 250 mg, Vitamin B2; 400 mg, Vitamin B6; 100 mg, Vitamin B12; 1,2 mg,Biotin; 20 mg, Folic Acaid; 50 mg, Nicotinic Acaid; 3.000 mg, Calcium-D-Pantothenate; 400 Mg, Choline Chloride; 1.500 mg, Copper; 500 Mg,Iron; 2.500 mg, Iodine; 20 mg, Manganese; 6.000 mg, Selenium; 20 mg, Methionine; 5.000 mg, Threonine; 4.000 mg, dan Antioksidan; 800 mg. **Dihitung berdasarkan tabel komposisi bahan pakan (Hartadi dkk., 2005).
3.
Pengambilan sampel Parameter yang diamati dalam penelitian adalah daya cerna protein kasar,
konsumsi protein dan retensi nitrogen. Pengambilan data dilakukan pada minggu kelima (hari ke-35), diambil 1 ekor ayam per unit dan ditempatkan pada kandang
20
cages yang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Ayam dipisahkan dan dibiasakan dalam kandang cages selama 2 hari. Metode yang dilakukan dalam pengambilan sampel yaitu metode Sibbald dimana koleksi ekskreta dilakukan dengan cara memuasakan ayam selama 24 jam (tetap diberikan air minum) kemudian ekstreta ditampung selama 2 hari dan disemprot dengan menggunakan HCl 0,2 N untuk mengikat N agar tidak menguap pada setiap 2 jam kemudian dilakukan penimbangan ekstreta untuk mengetahui berat basah dan berat kering setelah dilakukan pengeringan dengan matahari setiap hari atau dengan menggunakan oven. Total koleksi ekskreta yang kering ditimbang kemudian dihomogenkan. Sampel yang telah homogen dimasukkan ke dalam plastik yang telah diberi kode untuk masing-masing perlakuan dan ulangan. Analisis protein kasar dengan mengambil pakan perlakuan dan ekskreta, yang kemudian menghitung nilai konsumsi protein dengan mengurangi jumlah pakan yang diberikan dengan sisa dan dikalikan dengan persentase protein pakan yang telah dianalisis. Nilai retensi nitrogen dihitung tanpa melihat jumlah nitrogen endogenus atau tanpa adanya pembedahan. Cara pengambilan sampel untuk uji daya cerna dan retensi nitrogen dapat dilihat pada Gambar 2. (Sibbald, 1979).
24 Jam
Ayam dipuasakan (tetap diberi air minum)
Pemberian Pakan Pemberian Pakan 48 Jam
koleksi ekskreta I
koleksi ekskreta II
Total Koleksi : Koleksi ekskreta I + Koleksi ekskreta II Gambar 2. Cara pengambilan sampel uji daya cerna dan retensi nitrogen
21
1.
Konsumsi protein (Wahju, 2004) Konsumsi protein ransum dapat dihitung dengan rumus yaitu: Konsumsi protein (g) = konsumsi pakan (g) x % protein pakan.
2.
Daya cerna Protein (Anggorodi, 1995) Kecernaan protein kasar pakan diukur dengan mencatat total konsumsi pakan dan total eksreta yang dikeringkan kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat eksreta. Pengukuran daya cerna protein pakan ditentukan dengan rumus: A x B – C x D x 100 % AxB Ket:
A = Berat kering pakan yang dimakan B = % protein dalam pakan C = Berat kering feses yang dikeluarkan D = % protein dalam feses
3.
Retensi Nitrogen Perhitungan retensi nitrogen adalah untuk mengetahui kecernaan protein dalam bahan pakan. Nilai retensi nitrogen dihitung dengan menggunakan metode Maynard dan Ioosli (1962), dengan rumus sebagai berikut : RN = [
NI − (NF + NU) ] × 100% NI
Keterangan : RN : Retensi Nitrogen (%) NI : Konsumsi nitrogen (g) : (konsumsi ransum × kandungan N dalam ransum) NF : Nitrogen Feses (g) NU : Nitrogen Urin (g) (NF + NU) : Nitrogen dalam ekskreta (g)
22
Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varian (ANOVA) pola searah untuk mengetahui pengaruh perlakuan dan perbedaan yang nyata diuji Duncan. Model matematik Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang digunakan menurut Steel dan Torrie (1995) adalah sebagai berikut : Model linear untuk menjelaskan tiap nilai pengamatan yaitu: Yij = µ + τi + εij Keterangan Yij
= Hasil pengamatan dari perlakuan ke– i dengan ulangan ke– j
µ
= Rata-rata pengamatan
τi
= Pengaruh perlakuan ke–i (i = 1, 2, 3, dan 4)
Ԑij
= Error yang terjadi akibat ij penambahan tepung dan ekstrak umbi bunga dahlia level ke i dan pada ulangan ke–j (1,2,3,4, dan 5).
i
= Banyaknya perlakuan penambahan tepung umbi dahlia
j
= Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
23
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis ragam penggunaan prebiotik inulin tepung umbi bunga dahlia terhadap konsumsi protein, daya cerna protein kasar dan retensi nitrogen broiler dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil yang diperoleh tidak menunjukkan adanya respon terhadap perlakuan yang diberikan. Tabel 5. Rataan Konsumsi Protein, Daya Cerna Protein Kasar dan Retensi Nitrogen Broiler yang Diberi Prebiotik Inulin Tepung Umbi Bunga Dahlia dengan Level yang Berbeda pada Umur 35 Hari. Perlakuan
Parameter Konsumsi Protein Kasar (gram/ekor) Daya Cerna Protein Kasar (%) Retensi Nitrogen (gram/ekor)
P0
P1
P2
P3
69,20 ± 5,49
69,34 ± 6,65
64,81 ± 5,61
67,78 ± 5,70
63,75 ± 6,74
63,95 ± 5,54
58,83 ± 6,26
62,78 ± 6,57
0,92 ± 0,03
0,92 ± 0,01
0,90 ± 0,04
0,93 ± 0,26
Ket : P0: Pakan basal; P1: Pakan basal + 10,0 g / kg pakan umbi bunga dahlia (0,8% inulin); P 2: Pakan basal + 12,5 g / kg pakan umbi bunga dahlia (1,0% inulin); P3: Pakan basal + 15,0 g / kg pakan umbi bunga dahlia (1,2% inulin).
Konsumsi Protein Kasar Hasil analisis ragam perlakuan inulin asal tepung umbi bunga dahlia dalam pakan pada Tabel 5 menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi protein. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi potein pada penggunaan pakan kontrol dan P1 memiliki konsumsi protein yang cenderung sama dan lebih tinggi dibandingkan konsumsi protein pada perlakuan P2 dan P3, yang secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada setiap perlakuannya. Hal ini dikarenakan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak juga tidak berbeda nyata pada setiap perlakuaannya yaitu pada P0 sebesar 1445,8 ± 98,02 gram/ekor, P1 1286,7 ± 97,99 gram/ekor, P2 1371,9 ± 108,44 gram/ekor dan P3 sebesar
24
1370,9 ± 52,88 gram/ekor (Syaggaf, 2016). Menurut Khodijah dkk., (2012) konsumsi protein tergantung pada tingkat protein ransum dan jumlah ransum yang dikonsumsi. Semakin tinggi konsumsi ransum dan makin besar tingkat protein ransum, semakin besar pula konsumsi protein yang di hasilkan. Penggunaan inulin pada level 1% memiliki konsumsi protein yang paling rendah dibandingkan penggunaan pakan dengan penambahan inulin 0,8%, 1,2% dan kontrol, meskipun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Fanani dkk (2015) yaitu konsumsi protein ayam lokal persilangan yang menggunakan pakan tambahan inulin juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata akibat pemberian tepung umbi dahlia dengan nilai konsumsi protein yang cenderung sama yaitu berkisar ± 529,00−546,44 gram/ekor yang diikuti dengan jumlah konsumsi pakan yang juga cenderung sama yaitu ± 2091,73−2998,18 gram/ekor. Menurut Mahfudz et al., (2011) konsumsi ransum secara langsung akan mempengaruhi konsumsi protein yang ditentukan oleh faktor bobot hidup dan umur ternak disamping faktor temperatur lingkungan, fase hidup, status fisiologis, kandungan energi dan protein ransum. Daya Cerna Protein Kasar Daya cerna adalah kemampuan seekor ternak dalam mencerna kandungan nutrisi pada pakan. Pengukuran kecernaan protein kasar dilakukan untuk mengetahui banyaknya protein yang diserap oleh ternak. Menurut Anggorodi (1995) daya cerna dapat ditentukan dengan mengukur secara teliti bahan pakan
25
yang dikonsumsi dan feses yang dikeluarkan. Dari pengukuran yang didukung dengan analisis kimiawi zat makanan, maka dapat dihitung daya cernanya. Hasil analisis sidik ragam penggunaan tepung umbi bunga dahlia dengan level yang berbeda pada pakan (Tabel 5) menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap daya cerna protein kasar. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa perlakuan kontrol dengan perlakuan yang ditambahkan tepung umbi bunga dahlia dengan berbagai level memiliki daya cerna protein kasar yang sama. Hal ini dikarenakan jumlah konsumsi protein pada setiap perlakuannya juga sama. Menurut Anggorodi (1995) besarnya nilai daya cerna protein pakan ditentukan oleh besarnya nilai protein yang dikonsumsi dan banyaknya protein yang dibuang bersama feses. Semakin sedikit protein yang dibuang bersama feses, maka akan meningkatkan nilai daya cernanya. Penggunaan pakan dengan penambahan inulin level 0,8% menunjukkan tingkat daya cerna yang paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena proses penyerapan nutrien pada broiler yang diberi inulin 0,8% lebih optimal. Ditunjukkan dengan laju digesta yang lambat yaitu 224,40 ± 43,44 menit dibandingkan laju digesta kontrol, inulin 1% dan inulin 1,2% secara berurutan 191,60 ± 27,70 menit, 197,00 ± 28,50 menit dan 218,00 ± 31,99 menit (Akbar, 2016). Hal ini didukung oleh pendapat Muharlien dkk. (2010) yang menyatakan bahwa pencernaan pakan menjadi lebih intensif yang ditandai dengan laju digesta yang melambat. Melambatnya laju digesta memungkinkan enzim menghidrolisis zat makanan lebih lama, hasilnya kecernaan ransum akan
26
meningkat sejalan dengan berkurangnya jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak. Retensi Nitrogen Retensi nitrogen adalah selisih antara banyaknya nitrogen yang dikonsumsi dengan jumlah nitrogen yang diekskresikan (nitrogen ekskreta). Peningkatan nilai retensi nitrogen berarti jumlah nitrogen yang dimanfaatkan oleh tubuh ternak semakin meningkat. Menurut Scott et al. (1982), perhitungan retensi nitrogen adalah untuk mengetahui nilai kecernaan protein suatu bahan organik bahan makanan. Hasil analisis sidik ragam penggunaan inulin tepung umbi bunga dahlia dengan level yang berbeda pada pakan (Tabel 5) menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai retensi nitrogen. Penggunaan pakan kontrol menunjukkan nilai retensi nitrogen yang sama dengan penggunaan inulin 0,8% pada pakan. Hal ini diduga karena jumlah konsumsi protein dan daya cerna pada perlakuan ini juga memiliki nilai yang cenderung sama. Menurut Wahju (2004) daya cerna protein dalam ransum dapat mempengaruhi tingkat nitrogen yang diretensi. Abun (2007) menambahkan bahwa retensi nitrogen merupakan perluasan pengukuran daya cerna dengan mengukur kehilangan-kehilangan lain karena penggunaan nitrogen ransum. Penggunaan
pakan
dengan
penambahan
inulin
pada
level
1,2%
menunjukkan bahwa nilai retensi nitrogen yang paling tinggi dibandingan dengan penggunaan pakan pada penambahan inulin level 0,8%, 1% dan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa ternak meretensi nitrogen lebih banyak pada penggunaan
27
inulin 1,2% yang dibuktikan dengan pertambahan bobot badan yang tinggi yaitu 1083,7 ± 76,13 gram/ekor dibandingkan perlakuan kontrol 856,63 ± 1,78 gram/ekor, inulin 0,8% (876,01 ± 83,85 gram/ekor) dan inulin 1% (973,76 ± 53,13 gram/ekor) (Syaggaf, 2016). Hal ini didukung oleh pendapat Trevino et al., (2000) dan Corzo et al., (2005) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara jumlah nitrogen yang teretensi dalam tubuh dengan pertambahan bobot badan sehingga retensi nitrogen dapat digunakan untuk menduga pertumbuhan. Menurut Wahju (2004) nilai retensi nitrogen yang lebih tinggi berarti nitrogen yang tertinggal di dalam tubuh lebih banyak sehingga nitrogen yang terbuang bersama dengan ekskreta semakin sedikit.
28
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Penggunaan inulin asal umbi bunga dahlia (Dahlia variabillis) pada level 0,8% merupakan level optimum sebagai feed additive dengan melihat nilai konsumsi protein, daya cerna protein dan retensi nitrogen. Saran Diharapkan pada penelitian selanjutnya penggunaan pakan dengan penambahan inulin diberikan dalam bentuk pellet (butiran) karena jumlah penggunaan inulin tepung umbi bunga dahlia yang sedikit sehingga perlu pencampuran pakan yang benar.
29
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, M. R. 2012. Studi Komparasi Kandungan Metabolit Sekunder Inulin pada Tanaman Dahlia (Dahlia pinnata) secara In vivo Dan In vitro Melalui Pembentukan Kalus pada Efektifitas Kombinasi BAP dan NAA. Tesis. Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Abun. 2007. Pengukuran Nilai Kecernaan Ransum yang Mengandung Limbah Udang Windu Produk Fermentasi pada Ayam Broiler. Makalah Ilmiah. Hal 1‒34. Agustina, L. 2016. Kajian Manfaat Umbi Bunga Dahlia (Dahlia pinnata) Sumber Inulin sebagai Prebiotik pada Unggas. Laporan Penelitian Mandiri. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Akbar, N. K. 2016. Efek Pemberian Umbi Bunga Dahlia Sebagai Sumber Inulin terhadap pH dan Laju Digesta Broiler. Belum dipublikasikan. Anggorodi, H. R. 1995. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia. Jakarta. Chen, Y. C., C. Nakhtong and T. C. Chen. 2005. Improvement of laying hen performance by dietary prebiotic chicory oligofructose and inulin. Int. J. Poult. Sci. 4:103−108. Corzo, A., C. A. Fritts., M. T. Kidd and B. J. Kerr. 2005. Response of broiler chicks to essensial and non essensia amino acid supplementation of low crude protein diets. Animal Feed Science and Technology 118:310−327. Fadilah, R. 1990. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Gramedia. Jakarta. Fanani, A. F., N. Suthama, dan B. Sukamto. 2015. Retensi nitrogen dan efisiensi protein ayam lokal persilangan dengan pemberian inulin dari umbi bunga dahlia (Dahlia variabillis). Agromedia. 33(1):33−39. Gultom, S. M., R. D. H. Supratman, dan Abun. 2014. Pengaruh imbangan energi dan protein ransum terhadap bobot karkas dan bobot lemak abdominal ayam broiler umur 3−5 minggu. Jurnal Fakultas Peternakan, Universitas Padjajaran. 1(1):1−5. Hankins, A. 2005. Production Of Dahlias As Cut Flowers. Originally printed in Virginia Vegetable, Small Fruit and Specialty Crops. Extension SpecialistAlternative Agriculture Virginia State University. https://pubs.ext.vt.edu/2906/2906-1384/2906-1384.html. Diakses pada tanggal 15 Januari 2016.
30
Hardjosworo, P. S. dan M. S. Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Penebar Swadaya. Yogyakarta. Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan A. D. Tillman. 2005. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Haryani, Y., S. Muthmainah, dan S. Sikumbang. 2013. Uji parameter non spesifik dan aktivitas antibakteri ekstrak methanol dari umbi tanaman dahlia (Dahlia variabilis). J. Penelitian Farmasi Indo. 1(2):43−46. Haryati, T dan Supriyati. 2010. Pemanfaatan senyawa oligosakarida dari bungkil kedelai dan ubi jalar pada ransum ayam pedaging. JITV. 15(4):253−260. Hoehler, D., A. Lemme., V. Ravindran., W. L. Bryden, and H. S. Rostagno. 2006. Feed formulation in broiler chickens based on standardized ileal amino acid digestibility. Avances en Nutriciόn Acuicola VIII. VIII Simposium Internacional de Nutriciόn Acuicola, 15-17 November 2006. Universidad Autόnoma de Nuevo Leόn, Monterrey, Nuevo Leόn. Mexico. Iskandar, S. 2005. Pertumbuhan dan perkembangan karkas ayam silangan kedu x arab pada dua sistem pemberian ransum. JITV. 10(4):253−259. Janssens, G. P. J., S. Millet, F. Van Immerseel, J. De Buck, and M. Hesta. 2004. The impact of prebiotics and salmonellosis on apparent nutrient digestibility and salmonella typhimurium var. copenhagen excretion in adult pigeons (Columbalivia domestica). Poult. Sci. 83:1884–1890. Kartadisastra, H. R. 1994. Pengelolaan Pakan Ayam. Kanisius. Yogyakarta. Kartasudjana, R. 2005. Manajemen Ternak Unggas. Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran Press. Bandung. Khodijah, E. S., Abun, dan R. Wiradimadja. 2012. Imbangan efisiensi protein broiler yang diberi ransum mengandung ekstrak kulit jengkol (Pithecellobium jiringa (jack) prain). E-journal Fakultas Peternakan Unpad. 1(1):1−6. Kleessen, B., L. Hartmann, and M. Blaut. 2003. Fructans in the diet cause alterations of intestinal mucosal architecture, released mucins and mucosaassociated bifidobacteria in gnotobiotic rats. Br. J. Nutr. 89(5): 597–606. Krismiyanto, L., N. Suthama, dan H. I. Wahyuni. 2015. Keberadaan bakteri dan perkembangan caecum akibat penambahan inulin dari umbi dahlia (Dahlia variabilis) pada ayam kampung persilangan periode starter. Jurnal IlmuIlmu Peternakan. 24(3):54–60.
31
Linton, R. G and J. T. Abrams.1990. Animal Nutrition and Veterinary Dietetic. 3 rd Ed.W. Green and Son, Limited. London Lloyd, L. E., B. E. McDonald, and E. W. Crampton. 1978. Fundamental of Nutrition. 2nd Ed. W. H. Freeman and Co. USA. Mahfudz, L. D., T. A. Sarjana dan W. Sarengat. 2011. Efisiensi Penggunaan Protein Ransum yang Mengandung Limbah Destilasi Minuman Beralkohol (LDMB) Oleh Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Jantan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner tahun 2010. Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro. Semarang. Hal. 887−894. Mangunwidjaja, D., M. Rahayuningsih, dan R. Suparwati. 2014. Pengaruh konsentrasi enzim dan waktu hidrolisis enzimatis terhadap mutu fruktooligosakarida dari inulin umbi dahlia (Dahlia pinnata). E-Jurnal Agroindustri Indonesia. 3(1):190−201. Maulana, I. 2008. Nilai Retensi Nitrogen pada Ayam Kampung Umur 12 Minggu yang Diberi Pakan Mengandung Tepung Silase Ikan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Maynard, L. A. and J. K. Loosli. 1962. Animal Nutrition. Fifth Edition. McGrawHill Book Co. New York. Maynard, L. A., J. K. Loosli, H. F. Hintz, and R. G. Warner. 1979. Animal Nutrition. Seventh Edition McGraw-Hill Book Company. Philippine. McDonald, P., R. A. Edwards., J. F. D. Greenhalgh., C. A. Morgan., L. A. Sinclair, and R. G. Wilkinson. 2010. Animal Nutrition. 7 th Ed. Longman Scientific and Technical. New York. Muharlien., Achmanu, dan A. Kurniawan. 2010. Efek lama waktu pembatasan pemberian pakan terhadap performans ayam pedaging finisher. Jurnal Ternak Tropika. 11(2):88−95. National Research Council. 1994. Nutrient Requirements Of Poultry. 9th Ed. National Academic Press. Washintong D. C. North, M. O, and D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Ed. the Avi Publishing Company Inc. Wesport, Connecticut. Pilliang, G. W. dan S. Djojosoebagio. 2006. Fisiologi Nutrisi Volume I. Percetakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
32
Pratama, J. A. 2008. Nilai Energi Metabolis Ransum Ayam Broiler Periode Finisher yang Disuplementasi dengan DL–Metionin. Skripsi. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Ravindran, V. 2012. 173(1−2):1−158.
Nutrition
and
Pathology
of
Non-Ruminants.
Roberfroid, M. B. 2007. Prebiotics the concept revisited. J. Nutr. 137:830−837 Rukmana, R. 2004. Dahlia Prospek Agribisnis dan Teknik Budi Daya. Kanisius. Yogyakarta. Sandiya, A. A., Y. Retnaningtyas, dan L. Wulandari. 2014. Determinasi inulin dalam sampel ekstrak umbi dahlia (Dahlia spp L.) yang ditamam pada media tanah dan polybag dengan metode klt- densitometri. e-Jurnal Pustaka Kesehatan. 2(2):199−204. Saryono, P. 1999. Identifikasi jamur pendegradasi inulin pada rizosfir umbi dahlia (Dahlia variabilis). Jurnal natur Indonesia 11(1):22−27. Scholz-Ahrens, K. E., G. Schaafsma., E. G. H. M. Heuvel, and J. Schrezenmeir. 2001. Effect of prebiotics on mineral metabolism. Am. J. Clin. Nutr. 73(2):4592−4605. Scott, M. L., M. L. Nesheim, and R. J. Young. 1982. Nutrition of the Chicken. 3rd Ed. M. L. Scoot and Associates Publisher. Ithaca-New York. Sibbald, I. R. 1979. A bioassay for available amino acids and true metabolizable energy in feedingstuffs. J Poult. Sci. 58:668–675. Sibbald, I. R. and M. S. Wolynetz. 1984. Relationship between apparent and true metabolizable energy and the effect of nitrogen correction. J Poult Sci. 63:1386‒1399. SNI. 2006. Standar Pakan SNI (Standar Nasional Indonesia). http://agritekno.tripod.com. Diakses pada tanggal 10 Januari 2016. Sofiati, E. A. M. R. 2008. Metabolisme Energi dan Retensi Nitrogen Broiler Pasca Perlakuan Ransum Mengandung Tepung Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Skripsi. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Cetakan IV. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. (Diterjemahkan oleh B. Sumantri).
33
Suciani., K. W. Parimartha, N. L. G. Sumardani, I. G. N. G. Bidura, I. G. N. Kayana, dan S. A. Lindawati. 2011. Penambahan multi enzim dan ragi tape dalam ransum berserat tinggi (pod-kakao) untuk menurunkan kolesterol daging ayam broiler. Jurnal Veteriner. 12(1):69‒76. Sukaryana, Y., U. Atmomarsono, V. D. Yunianto, dan E. Supriyatna. 2011. Peningkatan nilai kecernaan protein kasar dan lemak kasar produk fermentasi campuran bungkil inti sawit dan dedak padi pada broiler. JITP. 1(3):167‒172. Syaggaf, A. W. 2016. Prebiotik Inulin Tepung Umbi Bunga Dahlia terhadap Performa, Dimensi, Histologi dan Mikroflora Usus Broiler. Belum dipublikasikan. Trevino, J., M. L. Rodriguez., L. T. Ortiz., A. Rebole and C. Alzueta. 2000. Protein Quality of linseed for growing broiler chicks. Animal Feed Science and Technology. 84:155−166. Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-5. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Widowati, S. 2006. Dahlia Bunganya Indah, Umbinya Mengandung Inulin. Diakses pada tanggal 10 Januari 2016. Widowati, S., T. C. Sunarti, dan A. Zaharani. 2005. Ekstraksi, Karakterisasi, dan Kajian Potensi Prebiotik Inulin Umbi Dahlia. Seminar Rutin Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor, 16 Juni 2005. Hal. 1−12. Winarno, F. G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
34
Lampiran 1. Perhitungan persentase inulin. 100 gram Tepung Umbi Bunga Dahlia (TUBD) mengandung 79,58% (79,58 g) inulin. Tepung Umbi Bunga Dahlia (TUBD) 100 𝑔𝑟
1. TUBD = 79,58 𝑔𝑟 × 0,8 g = 1 g 1 g/100 g pakan (10 g/kg pakan) 100 𝑔𝑟
2. TUBD = 79,58 𝑔𝑟 × 1 g = 1,25 g 1,25 g/100 g pakan (12,5 g/kg pakan) 100 𝑔𝑟
3. TUBD = 79,58 𝑔𝑟 × 1,2 g = 1,5 g 1,5 g/100 g pakan (15 g/kg pakan) Inulin TUBD 1. Inulin TUBD =
79,58 𝑔𝑟 100 𝑔𝑟
× 1 g = 0,8 g⁄1 g TUBD
Artinya, setiap 0,8 g inulin terkandung dalam 1 g TUBD atau 0,8 % (0,8/100×100 = 0,8%) inulin setara dengan 1% (1/100×100 = 1%) TUBD 2. Inulin TUBD = =
79,58 𝑔𝑟 100 𝑔𝑟
× 1,25 g = 1 g⁄1 g TUBD
Artinya, setiap 1 g inulin terkandung dalam 1,25 g TUBD atau 1% (1/100×100 = 1%) inulin setara dengan 1,25% (1,25/100×100 = 1,25%) TUBD 3. Inulin TUBD =
79,58 𝑔𝑟 100 𝑔𝑟
× 1,5 g = 1,2 g⁄1 g TUBD
Artinya, setiap 1,2 g inulin terkandung dalam 1,5 g TUBD atau 1,2% (1,2/100×100 = 1,2%) inulin setara dengan 1,5% (1/100×100 = 1,5%) TUBD
35
Lampiran 2. Hasil analisis ragam nilai konsumsi protein broiler yang diberi tepung umbi bunga dahlia (dahlia variabillis).
Oneway Descriptives konsumsi_ protein 95% Confidence Interval for Std.
Mean
Deviation
Mean
Std. Error
N
Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
p0
4 69.1975
5.49042
2.74521
60.4610
77.9340
63.66
75.46
p1 0,8%
4 69.3375
6.65192
3.32596
58.7528
79.9222
61.05
77.31
p2 1%
4 64.8150
5.60809
2.80405
55.8913
73.7387
59.71
70.98
p3 1,2%
5 67.7760
5.69773
2.54810
60.7013
74.8507
60.56
76.51
17 67.7812
5.59180
1.35621
64.9061
70.6562
59.71
77.31
Total
Test of Homogeneity of Variances konsumsi_protein Levene Statistic .130
df1
df2 3
Sig. 13
.941
ANOVA konsumsi_protein Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
52.905
3
17.635
Within Groups
447.387
13
34.414
Total
500.292
16
F
Sig. .512
.681
36
Lampiran 3. Hasil analisis ragam nilai daya cerna protein broiler yang diberi tepung umbi bunga dahlia (dahlia variabillis).
Oneway Descriptives Daya_Cerna 95% Confidence Interval for Mean
Std. N
Mean
Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
p0
4
63.7525
6.74086
3.37043
53.0263
74.4787
56.01
72.31
p1 0,8%
4
63.9475
5.54041
2.77020
55.1315
72.7635
57.44
70.95
p2 1%
4
58.8300
6.25807
3.12903
48.8720
68.7880
50.50
64.99
p3 1,2
5
62.7760
6.57028
2.93832
54.6179
70.9341
53.74
71.45
Total
17
62.3529
6.05761
1.46919
59.2384
65.4675
50.50
72.31
Test of Homogeneity of Variances Daya_Cerna Levene Statistic .081
df1
df2
Sig.
3
13
.969
ANOVA Daya_Cerna Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
68.545
3
22.848
Within Groups
518.570
13
39.890
Total
587.115
16
F .573
Sig. .643
37
Lampiran 4. Hasil analisis ragam nilai retensi nitrogen broiler yang diberi tepung umbi bunga dahlia (dahlia variabillis).
Oneway Descriptives Retensi_Nitrog en 95% Confidence Interval for
N
Mean
Std.
Std.
Deviation
Error
Mean Lower Bound
Upper Bound Minimum Maximum
p0
4
.9200
.02944 .01472
.8732
.9668
.89
.95
p1 0,8%
4
.9200
.00816 .00408
.9070
.9330
.91
.93
p2 1%
4
.9100
.04243 .02121
.8425
.9775
.86
.95
p3 1,2%
5
.9240
.02302 .01030
.8954
.9526
.90
.96
17
.9188
.02595 .00629
.9055
.9322
.86
.96
Total
Test of Homogeneity of Variances Retensi_Nitrogen Levene Statistic 5.999
df1
df2 3
Sig. 13
.009
ANOVA Retensi_Nitrogen Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
df
Mean Square
.000
3
.000
.010
13
.001
.011
16
F
Sig. .192
.900
38
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian Persiapan Tepung Umbi Bunga Dahlia
Pembersihan Umbi Dari Tanah
Pengupasan Umbi Dahlia
Proses Pengeringan dengan Sinar Matahari
Pencucian Umbi Dahlia
Umbi yang Telah Dibersihkan
Tepung Umbi Dahlia setelah Digiling 39
Persiapan Kandang
Penyemprotan Desinfektan
Pemasangan Sekat Kandang, Lampu, Litter dan Tirai
Pemeliharaan
Chick In
Penimbangan Ayam
Penimbangan dan Vaksinasi
Pencucian Tempat Minum 40
Pengambilan Sampel
Pemindahan Ke Kandang Cages
Koleksi Ekskreta)
Penyemprotan HCl 0,2 N
Penyemprotan HCl 0,2 N dan Penimbangan Sampel Ekskreta
Penyusunan Pakan
Pencampuran Pakan
Penambahan Inulin dalam Pakan 41
Analisis Protein Kasar
Pengovenan Sampel Ekskreta
Sampel Ditimbang Setelah Digiling
Penambahan Selenium dan H2SO4
Proses Destilasi
42