.1
Sahat Simhololl dun EnduIlg S. ~
ISSN 0216-3128 --~
251 -
-
PRAKIRAAN REAKSI DISPROPORSIONASI UNSUR KA TION TRANS URANIUM MENGGUNAKAN POTENSIAL RED OKS DAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER MATLAB 5.1 Sabat Simbolon daDEndang S. PuslitbangTeknologiMaju Batan,Yogyakarta.
ABSTRAK PRAKlRAAN REAKSI DISPROPORSIONASI UNSUR TRANSURANIUM MENGGUNAKANPOTENSIAL REDOKSDAN PERANGKATLUNAK KOMPUTERMATLAB5. I. Telahdilakukanprakiraan molfraksi dan logaritma konsentrasi unsur-unsur transuranium,misalnya Pu.Np dan Am dengan menggunakandata potensial redoks dari diagram Latimer dan perangkat lunak komputerMatlab 5.1. Sifat potensial redoks unsur uranium digunakan sebagai pembanding reaksi disproporsionasi untuk mempelajari reaksi disproposionasiPu. Np dan Am. Bentukkurva yang didapatkanPu dan Am mirip dengankurva uranium pada pH=O. Pada kandisi tersebut uranium dapat mengalami reaksi disproporsionasi. Reaksi disproporsionasiPu ~idakidentik denganuranium. tetapi sifat reaksi disproporsionasinyaidentik dengan Am. Di lain pihak Np tidak mengalamireaksi disproporsionasi.Hal ini ditunjukkanoleh kurva molfraksi dan kansentrasilogaritmik masing-masing spesiesNp tidak adDyang terletakdi bawah kurva molfraksi dan konsentrasilogaritmik spesiesyang lain.
'.
ABSTRACT PREDICTION OF DISPROPORSIONATION REAcTION OF TRANSURANIUM ELEMENTS USING POTE,~!T!AL -J~j)OX AND SOFTWARE MATLAB 5./. Calculation of molfraction and logarithmic concentration of transuranium elements Pu, Np and Am using ofpotential redox in Latimer diagram and sofware Matlab 5./ was carried out. Potential redox properties of uranium was used as a reference disproporsionation reaction to study disproporsianation reaction of Pu, Np and Am. It was found that Pu and curves was similar to uranium curve at pH = 0, at this condition uranium could undergo disproporsionation reaction. /t was found that disproporsionation reaction of Pu was not identic with disproporsionation reaction of uranium, meanwhile disproporsionation reaction-f)f Pu was identic with disproporsionation reaction of americium. On the other hand, Np was not undergone disproporsionation reaction, it was shown by molfraction and logarithmic concentration curves that there was notaliY species ofNp under those curves of other species.
PENDAHULUAN U
nsur-unsur transuranium adalah unsur yang tidak terdapat di alam, kecuali Pu. Plutonium terdapat di dalam tambang uranium sebagai hasil reaksi antara sinar alpha dengan inti uranium dalam jumlah yang sangat kecil. Sedangkan unsur-unsur transuranium yang lain adalah akibat reaksi nuklir antara uranium dengan partikel alpha, neutron proton dll. Reaksi ini pad a umumnya terdapat pada akselerator. Unsur -unsur transuranium yang sangat menarik adalah plutonium, neptonium dan americium. Meskpiun unsur -unsur transuranium tersebut tidak terdapat di alam akan tetapi unsurunsur tersebut secara kimia sangat menarik untuk didiskusikan karena mempunyai sifat yang sangat khas atau specific. Karena pada umumnya unsurunsur transuranium mempunyai beberapa valensi atau tingkat oksidasi, sebagai contoh plutonium dapat mempunyai tingkat oksidasi sampai 6 jenis,
mulai dari tingkat oksidasi 0; 2; 3; 4; 5; 6 clan7. Jumlah clan nilai tingkat oksidasi sesuatu kation adalah salah satu sifat kimia yang penting, karena sifat kimia ini berkaitan erat dengan kemampuannya untuk bereaksi dengan unsur lain. Jumlah clan nilai tingkat oksidasi juga tergantung pada kondisi larutan. Kondisi larutan dapat berupa larutan asaro, netral dan basa. Disamping itu nilai potensial sesuatu kation dapat menentukan kemampuan melakukan reaksi dengan senyawa lainnya. Oleh karena unsur-unsur transuranium mempunyai beberapa valensi atau tingkat oksidasi, maka sebagian atau salah satu dari kat ion atau spesies tersebut dapat melakukan reaksi disproporsionasi. Reaksi disproporsionasi adalah reaksi yang dapat menghasilkan reaksi reduksi dan oksidasi sekaligus au/oreduc/ion and Qu/ooxida/ion. Reaksi disproporsionasi unsur transuranium sangat renting untuk diketahui
Prosiding Pertemuan dan Presentasl IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir P3TM-BATAN Yogyakarta, 7 -8 Agustus 2001
ISSN 0216 -3128 terlebih dahulu sebelum digunakan untuk bereaksi dengan senyawa yang lain. Reaksi redoks dari unsur-unsur transuranium dapat berlangsung dari suatu tingkat oksidasi ke tingkat oksidasi yang lain tanpa melalui tingkat oksidasi perantara, misalnya Pu(VI) dapat menghasilkan Pu(IV) tanpa melalui Pu(V), tetapi Pu(VI) dapat juga menga lami reaksi reduksi menjadi Pu(V), atau Pu(IV) dapat mengalami reaksi reduksi menjadi Pu(O). Secara kimia analitis semua reaksi redoks Pu atau kation lainnya kalau reaksi redoksnya digabungkan satu sarna lain, disebut sebagai diagram Latimer. Dengan digabungkannya semua potensial redoks sesuatu element, maka dapat dilihat suatu diagram dari potensial redoks yang memuat reaksi redoks yang kompleks. Kekompleksan diagram Latimer tersebut dapat dimanfaatkan untuk memprediksi kemampuan reaksi disproporsionasi sesuatuspesies atau lebih dari element tersebut. Reaksi disproposionasi dari kation uranium U(V) dapat langsung menjadi U(IV) daD U(VI) berlangsung dengan sangat cepat untuk unsurunsur tertentu, oleh karena itu sering disebutkan bahwa U(V) adalah kation yang sangat labil. Keberadaan kation U(V} di dalam larutan sering ditentukan secara tidak langsung, karena identifikasi U(V) secara kualitatif tidak mudah dilakukan. Perubahan U(V) menjadi U(IV) dan U(VI) sebenarnya tidak hanya ditentukan oleh nilai potensial redoksnya saja, akan tetapi juga oleh nilai pH dari larutan U(V) berada. Reaksi disproporsionasi U(V) menjadi U(IV) dan U(VI) dapat dilihat dengan menggunakan data dari diagram Latimemya. Dengan menggunakan nilai molfraksi dari masing-masing spesies dari unsur yang mengalami reaksi redoks atau dibentuk diagram logaritma konsentrasi lawan nilai pe-nya (1.2),akan dapat dilihat reaksi disproporsionasinya. Untuk kation Np, Pu dan Am reaksi disproporsionasinya tidak atau belum banyak dibicarakan, karena ketiga unsur transuranium di atas harus ditangani secara khusus akibat radiasinya yang sangat tinggi. Reaksi disproporsionasi dapat juga berlangsung pada kation non nuklir, misalnya untuk unsur kromium, yodium dan mangan. Makalah ini akan mendiskusikan reaksi disproporsionasi dari ketiga unsur tamsuranium berdasarkan data dari nilai redoks masing-masing kation dan dibandingkan dengan reaksi disproposionasi U(V). Semua basil perhitungan menggunakan perangkat lunak Matlab 5.0~
Sohal Simh%n
don Endang S.
HASIL DAN DISKUSI Rangkaian nilai potensial dari uranium, neptonium, plutonium daD americium yang terdapat di dalam (1,2)digunakan sebagai dasar
untuk
melakukan
perhitungan
dengan
menggunakan persamaan Nerst pe = peo + (l/n rug [Ox] I [Red] dan jumlah nilai seluruh molfraksi fl + f2 + ...+ fo = I dengan ketentuan fo = Np(n) I CNp, untuk kation Np. Dengan melakukan penyederhanaan dari persamaan Nerst E = EO+ (1/n ) log ([OX] I [Red]), yaitu dengan membagi nilai potensial atau E daD Eo di alas dengan 0,0592, sehingga didapatkan nilai pe = peo + (1 In) log([OX]/[Red]). Dengan ketentuan pe adalah logaritma negatif dari aktivitas elektron yang dapat dianalogikan dengan nil~i pH atau logaritma negatif dari aktivitas ion hidrogen. Nilai fraksi dari masing spesies dari uranium dinyatakan sebagai fo (fraksi Np(O)), f3 (fraksi Np(IIl)), f. (fraksi Np(IV)), fs (fraksi Np(V)) daD f6 (fraksi NP(VI)), sesuai den~an muatan positif dari spesies uranium. Sehingga jumlah dari seluruh fraksi spesies uranium yang dinyatakan sebagaifo + f3+ f. + fs + f6 = 1. Hubungan antara nilai f,. dengan nilai pe didapatkan dengan menggunakan persamaan pe = peo + (1/n) log([OX]/[Red]) di alas daD diolah
menjadi pe -peg = (1/n) log([OX]/[Red]) n(pe -peg ) = log([OX]/[Red]) "
[OX]/[Red] = 10 n(pc-peo) dengan ketentuan 1t = 10 pcdan K =paJ,maka [OX]/[Red] = (7t/K)n [Ox]= [Red] (7t/K)n
Fraksi dari NP(Ill) atau fJ adalah = (~~"x K~4X K4] X KJo): CU (I) dengan ketentuan Cu = (7t4+ ~s 7tJ+ ~s x KS4X 7t2+~s x KS4X K4] X 7t+ ~~ x KS4X K4] X K]o), maka fraksi fo= (~s X K~4X K4] X K]o) I Cu fJ = (~~ X K~4X K4JX 7t)I Cu f4= (~s x KS4X 7t2)I Cu f~= (~s
X KS47tJ)I Cu
f6 = (7t4)I Cu Dengan ketentuan
~s = bedapotensialNp(VI) 7 Np(V) KS4= bedapotensial Np(V) 7 Np(IV)
Prosldlng Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelltlan Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi NIJkllr P3TM-BATAN Yogyakarta, 7 -8 Agustus 2001
-
SahatSimholon dun EndangS.
ISSN 0216 -3128
K43=bedapotensialNp(IV) -7 Np(lII) K30=bedapotensialNp(lII) -7 Np(O) Denganmenggunakanmodel asarnpoliprotik dan perangkatlunak Matlab5.1 dapatdibuat hubungan antara fraksi konsentrasimasing-masingspesies uranium,seandainyakons~ntrasidari suatuspesies uranium sangatkecil sehinggatidak dapatterlihat di dalarn suatu garnbaryang digunakan sebagai perbandingan.Maka perangkatlunak Matlab 5.1 juga dapat digunakan untuk membuat suatu perbandingankonsentrasilawan pe dan logaritma konsentrasi lawan pe, sehingga dapat dilihat kelemahanmasing-masinggambamya(1.2) . Untuk kation yang lain, persarnaandi atas juga berlaku. Perbedaanperhitunganantara yang satu denganyang lainnya hanya terdapatpadajumlah tingkat oksidasi atau jumlah oxidation state. Jumlah tingkat oksidasiantarasatu kation dengan kation yang tidak sarna,akan tetapi untuk unsurunsur transuraniumjumlah tingkat oksidasinya lebih banyak daripada unsur-unsur non transuranium. Semakin banyak jumlah tingkat oksidasisesuatukation maka semakinbanyakpula hubunganantaratingkat oksidasiyang satudengan lainnya,demikianpula sebaliknya. Denganmenggunakanrumus di atas dapat digarnbarkan hubungan antara logaritma konsentrasilawan nilai potensial atau pe setiap unsurtransuranium.Dari hasil perhitungandengan menggunakanpersarnaanNerst akan didapatkan suatu perbandingan antara konsentrasi suatu spesies dengan nilai potensial pe-nya. Dengan menggunakan rumus (1,2) didapatkan seperti Gambar1 di bawahini
Dari Garnbar I di atas jelas terl.ihat bahwa Pu(O) hanya terbatas pada nilai pe yang negatif, sedangkan spesiesyang lain yaitu Pu(III), Pu(IV), Pu(V) dan Pu(VI) terdapat di dalarn daerah yang pe-nya positif. Akan tetapi kalau nilai logaritrna konsentrasinya diperhitungkan sarnpai -10, maka semua spesies mempunyai nilai pe yang negatif juga demikian juga halnya dengan Pu(O) akan mencapai nilai pe yang positif juga kalau nilai logaritma konsentrasinya mencapai -10, untuk jelasnya dapat dilihat perbandingannya pada Garnbar I di atas. Dalarn keadaan khusus spesies Pu(lI) dapat muncul, di dalarn makalah ini spesies Pu(lI) tidak didiskusikan. Karena konsentrasinya sangat kecil meskipun di dalam keadaan yang sangatkhusus. Sebaliknya kalau diperhatikan spesies Pu(lII) dapat stabil pada daerah pe yang relatif luas, sedangkan Pu(VI) adalah salah satu spesies Pu yang relatif stabil. Dua spesies plutonium yang menarik untuk dibicarak_an adalah Pu(IV) clan Pu(V). Kedua spesies ini mempunyai nilai perbandingan konsentrasinya yang selal.u di bawah konsentrasi Pu(lII) dan Pu (VI) pada semua nilai pe. Dengan membandingkan basil perhitungan uranium di dalam pH = 0 didapatkan sutau kurva U(V) yang selalu lebih rendah daripada U(IV) clan U(VI). Hal ini disebabkan oleh karena terjadi reaksi reduksi clan oksidasi sendiri (autoreduction and autooxidation) menjadi U(IV) dan U(VI).Reaksi disproporsionasi selalu menghasilkan dua spesies yang satu lebih rendah tingkat oksidaisinya dan yang lain lebih tinggi tingkat oksidasinya. Demikian pula halnya dengan Pu(IV) akan mengalarni reaksi yang sarna dengan U(V), spesies Pu(IV) akan mengahasilkan Pu(lII) dan Pu(VI), demikian pula halnya dengan Pu(V) akan menghasilkan reaksi disproporsionasi dan menghasilkan Pu(lII) dan PuVI). Reaksi disproporsionasi Pu 4+ dalam bentuk ionik dapat dituliskan sebagai 3 Pu 4+ + 2 H2O::ยง;:
2 Pu J++ PuO;+ + 4 H+
Spesies Pu(llI) dan Pu(VI) dihasilkan oleh gabungan Pu(llI) dengan air, sehingga konsentrasi Pu(llI) selalu~febih rendah daripada "konsentrasi Pu(III) dan Pu(VI). Oemikian juga halnya dengan Pu(V), reaksi ioniknya dapat dituliskan sebagai 3 PuO2+ + 4 H+ ~ 2 Pu 4++ PuO;+ + 4 H2O
nA
Gambar 1. Perbandinganmo/fraksidon logaritma konsentrasispesiesplutoniumdi dalam asamdengannilai pe-nya.
Oari hasil reaksi disproporsionasi di atas jelas terlihat bahwa konsentrasi Pu(IV) dihasilkan akan tetapi di dalam kondisi tertentu akan didapatkan pula reaksi disproporsionasi dari spesies Pu(IV) menjadi Pu(llI) dan Pu(VI) seperti reaksi di atas. Sebaliknya kalau Pu di dalam suasana basa
Prosldlng Pertemuan dan Presentasilimiah Penelltlan Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nukllr P3TM-BATAN Yogyakarta, 7 -8 Agustus 2001
254
ISSN 0216-3128
digambarkan dengan metoda di atas, maka didapatkan suatu diagram yang semua akan mengalami reaski yang pada pe tertentu. Tetapi reaksi disproporsionasitidak dapatterjadi di dalam suasanabasa.(J) SebagaiperbandinganantaraU(V) yang dapat mengalami reaksi disproporsionasi menjadi U(IV) daD U(VI) dapat dilihat pada gambar2 di bawah ini pada kondisi pH = O.Akan tetapikalaunilai pH larutanuraniumsudahdirubah menjadi pH =1 atau pH = 3, maka reaksi disproporsinasi U(V) sudah tidak terjadi lagi. Kalau digambarkan logaritma konsentrasinya lawan nilai pe-nya, maka akan didapatkankurva yang konvensional(1,2)
Sabat S;mbolon dan Endang S.
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus seperti di atas dapat dibuat hubungan antara logaritma konsentrasidan nilai pe-nya atau fraksi konsentrasilawan nilai pe-nya sepertiterlihat pada Gambar3 di bawahini
-4
-3
-2
0
2
3
GambaF3. Perbandinganmo/fraksidon logaritma konsentrasi dari unsur neptonium dengan basis potensial redoks pada kondisiasam.
.15
-10
-5
0
5
10
15
pe
Gambar 2. Perbandinganan/ara masing-masing spesiesuraniumdi da/ampH =0(2) Sehingga dengan menggunakan diagram Latimer dapat dibuat prakiraan kinerja suatu spesies yang mempunyai beberapa tingkat oksidasi. Tanpa menggunakan basil perhitungan di atas tidak dapat dibuat suatu prakiraan tentang sifat -sifat dari suatu spesies. Disamping itu pada nilai pe tertentu dapat diperkirakan spesies apa saja yang mungkin terdapat, sebaliknya dengan menggunakan metoda ini sek~'igus dapat juga dilakukan spesies apa saja yang tidak mungkin terdapat. Kalau dilakukan Untuk unsur transuranium yang lain, misalnya neptonium mempunyai lima tingkatan oksidasi atau oxidation state mulai dari tingkat oksidasi 0,3,4,5 clan 6 masing-masing spes~s dari neptonium mempunyai potensial redoks yang dapat dibuat di dalam diagram Latimer sebagai berikut ini
NpO22+ 1,137 Np02+0.739Np4+0.155Np3+-1,83
I
~..
..0.667"
0.447
r- -+-t ..1'"
Np.
Berdasarkan Garnbar 3 di atasjelas terlihat bah',va perpotongan antara garis spesies neptonium yang satu dengan yalin menunjukkan bahwa nilai potensialnya dapat diramalkan. Hal yang lebih penting lagi adalah bahwa tak satu spesies pun dari neptonium yang mempunyai perbandingan molfraksi atau logaritma konsentrasi yang berada di bawah yang lain secara mutlak seperti terlihat pacta Garnbar 1 dan 2 di atas. Kurva Np(IV) dan Np(V) pacta Gambar 3 A jelas terlihat bahwa molfraksinya berada di bawah Np(III) dan Np(VI), akan tetapi pactaGambar 3 B dalam skala logaritma konsentrasnya bahwa kurva Np(III), Np(IV), NP(V) dan Np(VI) mempunyai nilai yang harnpir bersamaan. Sifat kesamaan kurva Np di atas menunjukkan bahwa tidak acta spesies dari Np yang mengalarni reaksi disproporsionasi karena jumlah masing-masing spesies mendekati satu sarna lain. Sifat reaksi disproporsionasi dapat ditunjukkan dari kurva di atas kalau nilai dari salah satu atau lebih spesies Np lebih rendah daripada yang lain. Selisih antara spesies yang satu dengan yang lain adalah akibat dari reaksi disproporsionasi yang dialarni oleh unsur Np tersebut. Sifat potensial redoks Np yang tidak menghasilkan seperti Gambar I dan 2 di atas menggambarkan bahwa reaksi disproporsionasi tidak terjadi pacta neptonium. Hasil perhitungan dengan data di atas menggambarkan bahwa keadaannya adalah sesuai
Proslding Pertemuan dan Presentasilimiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nukllr P3TM-BATAN Yogyakarta, 7 -8 Agustus 2001
-2
Sallat Simb%n dull EndangS.
ISSN 0216-3128
dengan yang konvesional, seperti terdapat di dalam asampoliprotik.
demikian juga halnya dengan Am(V) mempunyai reaksi disproporsionasi sebagai berikut ini
Salah satu unsur transuranium yang cukup banyak dipakai di dalam bidang radioisotop adalah amerisium. Unsur ini mempunyai 6 tingkat oksidasi, mulai dari 0, 2, 3, 4, 5 daD 6. Sehingga kalau pG~~nsial redoks yang terdapat di dalam diagram Latimer digambarkan seperti perhitungan di alas, maka didapatkan suatu garnbar yang lebih kompleks dibandingkan dengan Gambar 1,2 daD 3 di alas. Untuk melihat hasil perhitungannya dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.
3 Am(V)
... IU
... E G) -L
I
pe
~m~~~--~,,~~~;;"'~d~:>~:"'~(iii) I
~ ~
Am(III)
+ 2 Am(VI)
Kalau dalarn bentuk ionik dapat dituliskan sebagai 3 Am 5++ 4 H2O ~
Am 3+ + 2 AmO2 2++ 8 H+
Dari hasil reaksi di atas jelaslah bahwa reaksi disproporsionasi dapat terjadi pada keadaan asam. Kalau di dalam suasana basa, maka reaksi di atas tidak akan dapat berlangsung. Karena ion H+ yang dihasilkan akan segera bereaksi dengan ion OH", maka terbentuk H2O atau suasana netral. Jadi jelaslah bahwa suatu spesies yang tidak stabil di dalam kondisi tertentu adalah akibat reaksi disproporsionasi antar sesama kation. Secara termodinamika mungkin dapat diterangkan bahwa 2 atau 3 kation yang mengalami reaksi disproporsionasi mempunyai tenaga dalam yang lebih tinggi daripada hasil kat ion yang lebih rendah tingkat oksidasin}'a atau lebih rendah tingkat oksidasinya.
m
c: 0
~ g'
m,,~ 1)/
KESIMPULA-N
,\';'11
..J. .~~ :'6
0
-4
Gambar
2
A
4. Diagram pe lawan logaritma konsentrasi dan pe lawan mo/fraksidari ameresium
Dari Gaiiibar 4 di atas jelas terlihat bahwa molfraksi dari spesies Am(O) dan Am(II) sangat rendah sekali, tetapi dari kedua spesies ini Am(II) jauh rendah dibandingkan dengan Am(O), seperti terlihat pada Gambar 4 bagian B. Sebaliknya spesies Am(III) dan Am(VI) adalah bagian yang paling dominan dari spesies amerium, sedangkan spesies Am(IV), Am(V) bagian yang relatif banyak. Menurut basil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dan terlihat pada Gambar 4 A dan terutama pada Gambar 4 B jelas terlihat bahwa spesies Am(IV) dan Am(V) adalah yang dapat mengalami reaksi disproporsionasi. Hasil reaksi disproporsionasi adalah salah satu spesies yang dihasilkan sebagai basil reduksi sedangkan yang lain basil oksidasi. Sehingga hasil reaksi disproposionasi dari Am(IV) adalah sebagai berikut ini 3 Am(IV)
~
2 Am(lll)
+
I. Kurva logaritma konsentrasi lawan pe dapat digunakan untuk menentukan reaksi disproporsiansi Pu(IV) dan Pu(V) akan menjadi kat ion Pu(III) dan Pu(VI) pacta kondisi asam, hal ini ditunjukkan dari kurva logaritma konsentrasinya lebih rendah daripada kurva logaritma Pu(lII) dan Pu(VI). 2. Kation Np tidak mengalami reaksi disproporsionasi karena kurva konsentrasi logaritma dari semua spesiesnya hampir sarna nilainya untuk semua kisaran pe-nya. 3. Kation Am(IV) akiln mengalami reaksi disproporsionasi menjadi Am(III) dan Am(VI) karena kedua spesies americium inilebih stabil daripada Am(IV), sedangkan Am(V) akan mengalami reaksi disproporsionasi menjadi (III) dan Am(VI) karena kedua spesies ini juga lebih stabil daripada Am(V). 4. Metoda prakiraan reaksi disproporsionasi ini sangat mudah dikerjakan baik untuk unsur transuranium maupun reaksi disproporsionasi untuk senya~a nontransuranium.
Am(VI)
Kalau dalam bentuk ionik dapat dituliskan sebagai 3 Am
4++ 2 H2O
~ ~
2 Am J+ + AmO2
2+ + 4 H'
Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir P3TM-BATAN Yogyakarta, 7 -8 Agustus 2001
ISSN 0216 -3128
256
Sahat Simbolon dan Endang S.
DAFTARPUSTAKA TANYAJAWAB I.
2.
3. 4.
FEISER,H ; Enhanced Latimer Potensial Diagrams Via Spreadsheets. J.Chem. Educ Vol 17 No 9 September (1994). 2.SIMBOLON,S;Hubungan Potensial Redoks dan Konsentrasi Spesies Uranium dengan Menggunakan Perangkat Lunak Komputer Matlab 5.1. Akan diterbitkan oleh Jumal URANIA -JAKARTA NoName;http:/www. webelements.com/webele ments/e Iements/textIPuIredn. htm I HEYES,S,J;Uranium Chemistry httD://www .chern.ox.ac.uk/ic l/heves/LanthA ct/ A.IO.html
5.
BIALKOWSKI,S;
Relative Concentration of
Wisyachudin Faisal -Sejauh mana reaksi-reaksi yang terjadi diperhitungkanjuga dengan variasi P, V, T reaktandaDsebagainya. tersebut
-Mungkinkan prediksi-prediksi dibuktikandi laboratorium. Sabat Simbolon
'.
-Ka/au ni/ai P, v; T dapat mempengaruhini/ai pe sesuatuunsur do/am kondisi tertentu,maka perhitungannyaakan berbeda. -Ini merupakan tantangan bagi kilo semua, karenakondisinyaidea/,makaharus di/akukan secarahati-hati don serius.
Complex Species httD://www .chem.usu.edu/facuItv/sbialkow /Cla sses/360/alpha/alphahtml 6.
SNOEYINK, V.L and JENKINS D; Water Chemistry. JOHN WILEY & SONS, New York (1980).
7.
HARRIS,D.C;Quantitative Chemical Analysis 2nd Edition, W.H Freeman and Company New York (1987).
8.
MIL YUKOV A,M.S et al; Analytical Chemistry of PLUTONIUM; Translated by J.Schmorak; Ann Arbor -Humphrey Scince Publisher (1969)
Muzakky -Mohon dijelaskanaplikasi programMatlab5.1 terhadappersamaan-persamaan yang ada pada makalahanda. -Terhadap reaksidisproporsionalinputnyaapa. SabatSimbolon -Program matlab 5.1 mampu menghitung dan menggambarkan d'!ngan cepat 2 atau 3 variabel sekaligus,sehinggapersamaanNerst termodifikasidiatas mampumenghitungsecara lebih detail.
.
-Inputnya nilai pe yang disamakandenganpH, mulaidaripe =1 sampai14.
Prosiding Pertemuan dan Presentasl IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nukllr P3TM-BATAN Yogyakarta, 7 -8 Agustus 2001