JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
1
Practical Assessment Konsep Evaluasi Kelayakan yang Mempertimbangkan Ketidakpastian Ahmad Fathu Zuhri dan Yudha Andrian Saputra Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected]
Abstrak— Suatu investasi membutuhkan evaluasi kelayakan untuk melihat investasi tersebut layak atau tidak untuk dijalankan. Beberapa metode yang seringkali digunakan untuk evaluasi kelayakan antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period dan benefitcost ratio (B/C Ratio). Metode-metode tersebut bersifat deterministik, padahal pada kenyataannya berbagai parameter seperti suku bunga, aliran kas dan sebagainya mengandung ketidakpastian atau risiko. Oleh karena itu, dikembangkan sebuah model evaluasi yang mempertimbangkan ketidakpastian, model ini dikenal dengan nama NPV@Risk. Beberapa penelitian telah mencoba untuk menerapkan metode NPV@Risk. Namun berdasarkan pemikiran penulis, konsep evaluasi kelayakan yang mempertimbangkan ketidakpastian (NPV@Risk) kemungkinan sulit untuk diimplementasikan oleh seorang praktisi. Dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk melakukan evaluasi terhadap kepraktisan dari metode NPV@Risk. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa praktisi menilai metode ini lebih baik dari pada metode yang selama ini digunakan (metode eksisting). Namun, praktisi masih menemui kesulitan dalam hal penilaian ketidakpastian dan juga interpretasi hasil simulasi. Untuk mengurangi beberapa kesulitan tersebut, maka dibuatlah improvement model.
Kata Kunci : Studi Kelayakan, Ketidakpastian, Parameter Evaluasi Kelayakan, Practical Assessment.
I. PENDAHULUAN
S
Setiap investasi memerlukan biaya modal yang cukup besar dalam pelaksanaannya, maka diperlukan perhitungan yang seksama sehingga tidak menimbulkan kerugian dalam pengambilan keputusan. Untuk itu, perusahaan memerlukan alat untuk menganalisis, yaitu dengan menggunakan studi kelayakan. Studi kelayakan merupakan proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pelaksanaan proyek dan merupakan dasar pertimbangan untuk memutuskan apakah investasi dalam proyek tertentu dapat dilaksanakan atau tidak [1]. Beberapa metode yang digunakan sebagai parameter untuk menentukan suatu investasi layak atau tidak layak untuk dilakukan antara lain: Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period dan benefitcost ratio (B/C Ratio) [2-5]. Setiap metode tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, namun metode-metode tersebut berisfat deterministik dan tidak dapat mengakomodasi faktor ketidakpastian. Padahal pada kenyataannya banyak faktor-faktor yang menjadi cash flow dalam sebuah analisa investasi bersifat tidak pasti (stokastik atau probabilistik). Adanya faktor ketidakpastian dalam investasi menyebabkan diperlukannya pertimbangan risiko dalam
keputusan evaluasi investasi. Sementara itu, estimasi cash flow yang dilakukan tidak mempertimbangkan analisis terhadap risiko dan ketidakpastian yang ada sehingga hanya menghasilkan satu nilai tunggal (single point estimate) melalui analisis deterministik [6]. Ye dan Tiong (2000) [7] memperkenalkan sebuah metode evaluasi kelayakan yang mempertimbangkan ketidakpastian, metode ini disebut model NPV@Risk. Prinsip dasar metode ini adalah memperkenalkan adanya risiko dan ketidakpastian pada cash flow melalui analisis stokastik dimana parameter yang dihasilkan adalah berupa tingkat pengembalian (mean) dan koefisien variasi sebagai representasi dari risiko sehingga akan menghasilkan output berupa distribusi NPV. yang digunakan dalam penelitian Ye dan Tiong adalah kasus investasi pembangunan pembangkit listrik dengan data berupa numerical example. Pada tahun 2003, Ye dan Tiong [8] menerapkan metode NPV@Risk tersebut dalam melihat pengaruh desain tarif terhadap manajemen risiko suatu proyek infrastruktur. Dalam penelitian ini, kasus yang digunakan adalah pembangunan pembangkit listrik di Cina. NPV@Risk dalam penelitian ini digunakan untuk membandingkan investasi yang memiliki perencanaan desain tarif dan yang tidak. Pada perencanaan yang menggunakan desain tarif, tarif akan menyesuaikan terhadap perubahan beberapa variabel, diantaranya exchange rate, demand, dan fuel price. Sementara itu, Wibowo dan Kochendorfer [9] melakukan penelitian tentang analisa risiko finansial pada proyek jalan tol di Indonesia. Pada penelitian tersebut, dijelaskan tentang beberapa risiko yang berhubungan dengan proyek jalan tol di Indonesia. Dari risiko-risiko tersebut, menjadi dasar dalam menentukan nilai distribusi NPV proyek jalan tol. Beberapa penelitian telah mencoba untuk menerapkan metode NPV@Risk. Namun berdasarkan pemikiran penulis, konsep evaluasi kelayakan yang mempertimbangkan ketidakpastian (NPV@Risk) kemungkinan sulit untuk diimplementasikan oleh seorang praktisi. Kesulitan tersebut dapat terjadi karena keterbatasan praktisi dalam hal :
1. Pengetahuan tentang assessment ketidakpastian 2. Pengetahuan untuk melakukan simulasi 3. Pengetahuan untuk interpretasi hasil simulasi Berdasarkan uraian tersebut, penulis melihat bahwa penerapan metode ini oleh praktisi akan sangat menarik untuk dievaluasi. II. METODOLOGI PENELITIAN A. Pemilihan Proyek Tahap pertama adalah pemilihan proyek, pada tahap ini dilakukan diskusi dengan pihak PT Alstom untuk memilih beberapa proyek investasi yang sesuai dan available untuk
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
2
dilakukan penelitian. Proyek-proyek yang dipilih tersebut memiliki kriteria yang berbeda dan juga memiliki project manager yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk memperkaya hasil diskusi dari practical assessment yang dilakukan sehingga nantinya improvement model yang dilakukan akan optimal. Hasil dari tahap ini adalah proyek 1, proyek 2 dan proyek 3. Masing-masing proyek tersebut memiliki ruang lingkup atau scope yang berbeda. Pada proyek 1 ruang lingkup adalah terkait proyek investasi tunggal atau proyek investasi tanpa membandingkan dengan investasi yang lain. Pada proyek 2, ruang lingkup adalah tentang investasi yang memiliki perbandingan alternatif lain misalnya tentang perbandingan pembelian mesin baru yang dibandingkan dengan menyewa mesin tersebut. Sementara proyek yang ke 3 adalah merupakan proyek penggantian dari alat-alat produksi. .
akan digunakan sebagai dasar untuk membuat improvement model. Diskusi dilakukan dengan mengisi kuesioner dan wawancara langsung terhadap praktisi yang menjadi pelaku dalam practical assessment tersebut. Berbagai masukan dan saran juga akan dimasukkan untuk mengembangkan model yang lebih baik dan lebih mudah digunakan oleh praktisi.
B. Persiapan Kuesioner Assessment Tahap selanjutnya adalah menyiapkan kuesioner assessment. Kuesioner ini digunakan untuk menggali informasi dari praktisi yang akan mempraktikan konsep evaluasi kelayakan yang mempertimbangkan ketidakpastian. Dimana metode evaluasi yang dilakukan adalah metode yang dipilih dari tahap ke-2. Kusioner ini yang akan digunakan sebagai bahan diskusi yang merupakan dasar dari improvement model. Adapun poin-poin yang ingin diketahui melalui kuesioner ini antara lain :
A. Analisa Hasil Diskusi dan Kuesioner Assessment Untuk mengetahui respon dan penilaian praktisi terhadap metode evaluasi kelayakan yang mempertimbangkan ketidakpastian, maka dibuat kuesioner assessment. kuesioner assessment digunakan untuk menggali informasi tentang practical ability dari konsep evaluasi studi kelayakan yang mempertimbangkan ketidakpastian serta untuk menggali kendala dan saran dari praktisi ketika mempraktekkan konsep tersebut. Untuk kuesioner assessment dibagi menjadi tiga yaitu : tahap menentukan ketidakpastian, hasil simulasi dan evaluasi keseluruhan. Hasil kuesioner practical assessment dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Kesimpulan Hasil Kuesioner Assessment
1. Pemahaman praktisi terkait metode evaluasi yang digunakan. 2. Seberapa jauh metode tersebut dapat dipraktikan dilapangan (practical ability). 3. Hambatan atau kesulitan ketika melakukan tahap-tahap dari metode tersebut. 4. Saran atau rekomendasi perbaikan dari metode tersebut. C. Proses Assessment Pada proses ini, praktisi akan mempraktekkan metode evaluasi kelayakan dengan mempertimbangkan ketidakpastian sehingga praktisi tersebut akan mendapatkan pengalaman melakukan evaluasi kelayakan yang mempertimbangkan ketidakpastian sehingga mereka mampu memberikan feedback terhadap metode tersebut. Proses assessment dimulai dengan memberikan gambaran ke praktisi terkait metode evaluasi yang akan dilakukan. Selanjutnya mendefinisikan variabel yang termasuk variabel ketidakpastian. Setelah diketahui variabel-variabel ketidakpastian, maka dilakukan fitting distribusi terhadap variabel ketidakpastian untuk mengetahui jenis distribusi dari variabel tersebut. Selanjutnya adalah membuat template analisa finansial (model) dengan memasukkan variabel ketidakpastian. D. Diskusi Hasil dan Temuan Setelah semua tahap tersebut selesai, selanjutnya adalah melakukan diskusi dengan praktisi tersebut untuk mendapatkan feedback terhadap penggunaan metode tersebut dalam melakukan evaluasi kelayakan investasi. Catatan kesulitan selama melakukan practical assessment
E. Pembuatan Rekomendasi Improvement Model Tahap terakhir adalah membuat rekomendasi perbaikan model berdasarkan feedback dari praktisi yang telah mempraktikan metode tersebut. Tidak sampai disini, selanjutnya praktisi tersebut akan menerapkan metode yang telah dikembangkan tersebut untuk menguji apakah metode tersebut memang lebih baik dan lebih muda diterapkan oleh praktisi dibandingkan dengan metode yang sebelumnya.
III. PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA
Tahap
Faktor
Skor
Pemahaman dalam menentukan faktor ketidakpastian
2,67
Kemudahan dalam mengetahui faktor ketidakpastian Kemudahan dalam melakukan penilaian Pemahaman dalam interpretasi hasil simulasi Interpretasi Hasil Hasil simulasi lebih baik daripada metode yang selama Simulasi ini digunakan oleh perusahaan Pemahaman terkait metode evaluasi kelayakan yang mempertimbangkan ketidakpastian Kemudahan dalam menggunakan metode evaluasi kelayakan yang memeprtimbangkan ketidakpastian Evaluasi Metode evaluasi kelayakan yang memepertimbangkan Keseluruhan ketidakpastian lebih baik daripada metode evaluasi yang biasa Persetujuan untuk menerapkan metode evaluasi kelayakan yang mempertimbangkan ketidakpastian di PT Alstom
3 2,33 2,67
Menentukan Ketidakpastian
3,67 2,67 2 3,33
4
Berdasarkan hasil diskusi, secara umum kendala pada tahap ini menentukan ketidakpastian adalah:
-
-
Ketersedian data, karena data yang ada biasanya tidak lengkap dan bahkan tidak ada. Harus berhubungan dengan departemendepartemen yang lain untuk melakukan penilaian terhadap ketidakpastian. Terlalu rumit, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk membuat sebuah analisa kelayakan finansial
Sedangkan saran yang diperoleh dari hasil diskusi adalah sebagai berikut:
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
-
-
Apabila data yang dibutuhkan tidak ada, maka lebih baik dianggap pasti atau berdasarkan expert adjustmen. Untuk menilai (assessment) faktor ketidakpastian, langsung dianggap sebagai distribusi normal dimana langsung dicari ratarata dan standar deviasi-nya.
Sedangkan pada hasil simulasi , secara umum kendala yang ditemui adalah:
-
-
Sulit untuk interpretasi grafik. Sulit untuk membuat kesimpulan, misalnya apa yang harus dilakukan jika outputnya demikian?, investasinya diterima atau ditolak. Terlalu rumit dan tidak praktis.
Sedangkan saran yang diperoleh dari hasil diskusi untuk hasil simulasi adalah sebagai berikut:
-
-
Adanya kesimpulan dari grafik atau hasil simulasi Hasil yang ditunjukkan tidak hanya grafik, tetapi juga nilai misalnya rata-rata atau langsung peluang terjadi NPV, IRR dll sebesar sekian. Dibuat batas atau kesimpulan berdsarkan kebijakan perusahaan misalnya perusahaan memiliki kebijakan PP tidak boleh melebihi 3 tahun, maka nilai yang di tunjukkan adalah peluang terjadinya PP dibawah 3 tahun.
Berdasarkan hasil diskusi, secara umum tahap yang paling sulit adalah menentukan dan melakukan penilaian terhadap faktor ketidakpastian. Sedangkan untuk saran agar metode evaluasi kelayakan yang mempertimbangkan faktor ketidakpastian lebih mudah untuk diterapkan praktisi adalah sebagai berikut :
-
-
-
Dibuat lebih sederhana, dimana untuk faktor ketidakpastian yang sulit dicari nilainya dibuat menjadi pasti atau didekati dengan expert adjustmen (pengalaman ahli) Metode ini digunakan sebagai alternatif dan pembanding dengan metode yang biasa. Faktor ketidakpastian tidak perlu didefiniskan secara rumit, langsung diambil dari rata-rata yang terjadi selama ini atau dari expert adjustment. Untuk hasil simulasi ditambahi output berupa keputusan untuk menerima atau menolak invetasi tersebut.
Tabel 5.1, menujukkan bahwa praktisi sangat tertarik untuk menerapkan metode tersebut pada perusahaannya, hal ini karena menurut mereka hasil yang diperoleh dari metode ini lebih baik dari hasil yang diperoleh dengan menggunakan metode yang selama ini mereka gunakan. Namun, karena keterbatasan pemahaman, teknis dan pengetahuan dari praktisi. Metode ini masih sulit untuk diaplikasikan oleh praktisi. Kesulitan ini ditemui ketika melakukan penilaian terhadap ketidakpastian. Sementara itu, perbedaan nilai yang besar (3 dan 2,33) antara kemudahan dalam menentukan faktor ketidakpastian dan kemudahan dalam melakukan penilaian (assessment) ketidakpastian menunjukkan bahwa metode tersebut sebenarnya mudah untuk diterapkan, namun karena
3 kurangnya data dan pemahaman terkait karakteristik dari masing-masing distribusi probabilitas membuat tahap ini menjadi lebih sulit. Sehingga ketika data-data yang dibutuhkan tidak ada, penilaian ketidakpastian dilakukan berdasarkan expert adjustment dimana praktisi memberikan penilaian ketidakpastian berdasarkan pengalaman mereka dimana dilakukan dengan pendekatan PERT (optimis, pesimis dan moderate). Pendekatan PERT (project evaluation and review technique) merupakan suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang ada didalam suatu proyek. Pendekatan PERT dipilih untuk proses penilaian ketidakpastian dikarenakan metode ini sudah dikenal oleh sebagian besar praktisi, selain itu parameter ketidakpastian dalam PERT juga mudah untuk dimengerti. Parameter PERT terdiri dari moderat yaitu kondisi yang paling sering atau umum terjadi, optimis adalah kondisi terbaik dan pesimis nilai yang terjadi apabila kondisi terburuk. Pada tabel 1, juga menunjukkan bahwa dalam memahami hasil simulasi, praktisi tidak mengalami banyak kesulitan. Namun berdasarkan hasil diskusi, beberapa praktisi memang mampu memahami grafik tersebut. Tapi masih bingung untuk mengambil keputusan dan melakukan analisa berdasarkan grafik atau hasil dari simulasi tersebut. Selain itu, hasil dari simulasi tersebut menurut praktisi jauh lebih baik daripada hasil dari metode sebelumnya, hal ini terlihat dari nilai yang diperoleh sebesar 3,67. Hasil simulasi yang berupa grafik distribusi probabilitas NPV, IRR dan PP dinilai jauh lebih baik daripada sebuah nilai tunggal yang selama ini digunakan. Dengan grafik distribusi probabilitas tersebut, dapat dilihat sejauh mana peluang keberhasilan dari suatu investasi. Selain grafik distribusi probabilitas, hasil dari simulasi ini juga berupa tornado diagram. Tornado diagram merupakan diagram yang menunjukkan seberapa kuat pengaruh suatu varibel independend seperti nilai tukar rupiah, biaya investasi dan lain-lain terhadap variable dependend seperti NPV, IRR dan PP. Oleh karena itu, apabila salah satu parameter penilaian (NPV, IRR atau PP) memiliki peluang yang relatif kecil untuk berhasil misalnya peluang NPV bernilai lebih dari 0 kurang dari 90%. Maka dapat dilihat tornado diagram dari parameter tersebut untuk melihat faktor-faktor apa yang paling berpengaruh terhadap parameter tersebut. Contoh tornado digram ditunjukkan oleh gambar 1.
Gambar 1 Contoh Tornado Diagram Payback Period (PP) Setelah diketahui faktor yang paling berpengaruh, maka dilakukan analisa goal seek untuk melihat berapa nilai faktor tersebut agar nilai dari parameter penilaian investasi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 dapat diterima, misalnya nilai NPV lebih dari 0. Sebagai contoh, berdasarakan gambar 5.1, faktor yang paling berpengaruh terhadap nilai PP adalah nilai tukar rupiah, dimana apabila nilai tukar rupiah naik, maka nilai PP juga akan naik. Selanjutnya, dilakukan goal seek untuk melihat berapa nilai tukar rupiah agar nilai PP kurang dari 3 tahun . Contoh hasil goal seek ditunjukkan pada gambar 2. Pada gambar 2, nilai tukar rupiah yang menjadikan PP terjadi lebih dari 3 tahun adalah apabila bernilai lebih dari Rp 11.655,64 per dollar.
Gambar 2 Contoh Hasil Goal Seek Faktor Nilai Tukar Rupiah terhadap PP Dengan adanya tornado diagram dan analisa goal seek, maka dapat dilihat faktor yang paling berpengaruh dalam kesuksesan suatu investasi. Sehingga nantinya dapat dilakukan pencegahan atau penanganan terhadap faktor tersebut sehingga risiko kegagalan investasi menjadi berkurang. Uraian di atas merupakan kelebihan dari metode evaluasi kelayakan yang mempertimbangkan ketidakpastian dibandingkan metode evaluasi kelayakan yang tidak mempertimbangkan ketidakpastian. Karena itulah, praktisi menilai hasil dari metode ini lebih baik dari metode yang selama ini diterapkan oleh mereka. Sementara itu, tabel 1 juga menunjukkan bahwa pemahaman praktisi tentang metode evaluasi kelayakan yang mempertimbangkan ketidakpastian cukup tinggi (2,67). Hal ini menunjukkan bahwa metode ini cukup mudah untuk dipelajari dan dipahami, namun cukup sulit untuk diterapkan bahkan praktisi memberi nilai 2 dalam hal kemudahan penerapan metode ini. Ini membuktikan dalam penerapan metode tersebut ditemui banyak kendala dan hambatan, dimana kendala dan hambatan tersebut berupa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman praktisi serta kendala teknis seperti data kurang lengkap. Padahal menurut praktisi, metode evaluasi kelayakan yang mempertimbangkan ketidakpastian dinilai lebih baik daripada metode evaluasi yang selama ini mereka gunakan. Dan mereka sangat setuju untuk menerapkan metode ini pada PT Alstom Surabya. Dari hasil diskusi, diketahui bahwa tahap yang paling sulit adalah dalam menentukan faktor ketidakpastian, hal ini dikarenakan tidak semua data yang dibutuhkan itu tersedia. Sehingga ujung-ujungnya didekati dengan expert adjustment, namun expert adjustmen ini tidak boleh dilakukan dengan seenaknya dan tetap memiliki dasar tertentu yang dipadukan dengan pengalaman praktisi tersebut. Selain itu, ketika sudah memiliki data yang dibutuhkan, proses fitting distribusi data tersebut juga dinilai sulit untuk dilakukan. Hal ini terjadi karena sebagian besar
4 praktisi tidak mengetahui mengenai distribusi-distribusi probabilitas yang ada, padahal ini merupkan dasar dalam melakukan fitting distribusi, karena output dari fitting distribusi ini adalah adalah berupa distribusi probabilitas dari data tersebut. Kesulitan lain juga ditemui dalam interpretasi hasil simulasi, salah satu output dari hasil simulasi adalah berupa grafik distribusi normal. Walaupun praktisi mampu memahami grafik ini, namun masih kesulitan dalam mengambil kesimpulan, hal ini terjadi karena pada grafik tersebut tidak ada parameter yang jelas dan atau aturan yang sudah ditentukan sebelumnya mengenai kondisi dimana suatu investasi diterima atau ditolak. Berbeda dengan metode evaluasi kelayakan biasa dimana NPV lebih besar daripad 0 dan IRR lebih besar daripada WACC maka investasi tersebut layak untuk dijalankan,. sementara itu, pada metode evaluasi yang mempertimbangkan ketidakpastian, hasilnya berupa persebaran dalam distribusi normal, dimana nilai terendah bisa saja bernilai dibawah 0 untuk NPV atau dibawah WACC untuk IRR-nya. Hal ini tentunya akan membuat pengambil keputusan kesulitan dalam memutuskan menerima atau menolak investasi tersebut. Mengingat metode evaluasi kelayakan yang mempertimbangkan ketidakpastian cukup sulit dan rumit untuk dijalankan, maka secara umum sebaiknya metode ini dilakukan dalam kondisi-kondisi tertetentu. Kondisi-kondisi tersebut antara lain : 1. Banyak faktor ketidakpastian didalam cash flownya, sehingga apabila menggunakan metode evaluasi kelayakan biasa maka hasilnya tidak optimal karena dalam metode evaluasi kelayakan yang biasa ketidakpastian dianggap sebagai sesuatu yang pasti. 2. Memiliki risiko yang besar untuk gagal, dalam hal ini apabila nilai NPV mendekati 0 atau IRR mendekati WACC. Dengan menggunakan metode evaluasi kelayakan yang mempertimbangkan ketidakpastian, maka dapat diketahui faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap nilai IRR, NPV atau PP. Selain itu juga dapat dilakukan goal analisis untuk melihat nilai suatu faktor yang membuat investasi menjadi layak atau tidak layak untuk diterima. Dengan demikia, risiko-risiko yang mungkin terjadi dan membuat investasi gagal dapat di identifikasi sehingga nantinya dapat ditanggulangi risiko tersebut. Ini artinya, meskipun memiliki NPV kecil dan IRR mendekati WACC, selama risiko bisa ditanggulangi dengan baik, investasi tersebut layak untuk dijalankan. B. Improvement Model Improvement model dibuat berdasarkan hasil diskusi dan masukan dari praktisi, sehingga improvement model ini hasilnya belum tentu lebih baik dari pada model evaluasi kelayakan yang mempertimbangkan ketidakpastian sebelumnya akan tetapi improvement model ini lebih mudah diterapkan bagi seorang praktisi. Berdasarkan hasil diskusi dengan praktisi, menunjukkan bahwa tahap menentukan faktor ketidakpastian adalah tahap yang paling sulit, tahap ini meliputi menentukan faktor-faktor ketidakpastian dalam investasi tersebut, pencarian data-data yang berhubungan dengan faktor-faktor ketidakpastian tersebut serta proses
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 penilaian (assessment) dari ketidakpastian tersebut. Kesulitan yang dialami oleh praktisi sebagian besar karena kurangnya data-data yang ada, sehingga akan sulit dalam melakukan penilaian (assessment) ketidakpastian. Framework improvement model dapat dilihat pada gambar 3
5 Tahun Permintaan Optimis Moderat Pesimis PERT
2012
2013
2014
2015
2016
2500 2700 2920 3162 3428.2 2000 2200 2420 2662 2928.2 1700 1900 2120 2362 2628.2 2033.3333 2233.333 2453.333 2695.333 2961.533
2017
2018
3721.02 3221.02 2921.02 3254.353
4043.122 3543.122 3243.122 3576.455
Metode PERT dipilih, karena selain mudah diterapkan bagi praktisi karena nilai ketidakpastian ditetapkan berdasarkan pengalaman praktisi tersebut dan data-data pendukung, PERT juga mampu menggambarkan ketidakpastian dengan menitik beratkan pada nilai moderatnya, sehingga nilai yang muncul dalam simulasi lebih banyak yang mendekati nilai moderat. Selanjutnya apabila terdapat data-data history yang dapat digunakan untuk menilai ketidakpastian, maka nilai ketidakpastian dianggap berdistribusi normal. Dimana dari data tersebut akan dihitung rata-rata dan juga standar deviasinya. Hal ini dilakukan karena sebagian besar praktisi tidak terlalu paham tentang distribusi-distribusi probabilitas, padahal hal ini merupakan dasar dalam melakukan fitting distribusi. Oleh karena itulah, dalam improvement model yang dibuat maka proses fitting distribusi langsung dilakukan dengan mencari nilai rata-rata dan standar deviasinya (dianggap sebagai distribusi normal) contoh pada tabel 3. Tabel 3 Contoh Perhitungan Rata-Rata dan Standar Deviasi Nilai Tukar Rupiah Gambar 3 Framework improvement model Pada gambar 5.1 tahap pertama dimulai dengan mengidentifikasi faktor-faktor ketidakpastian. Selanjutnya akan dicari data-data yang akan digunakan untuk melakukan penilaian terhadap ketidakpastian, apabila terdapat kekurangan data untuk menilai ketidakakpastian, maka nilai ketidakpastian akan ditentukan dengan pendekatan PERT. PERT merupakan suatu metode yang sering digunakan dalam manajemen proyek, metode ini memiliki tiga parameter yaitu moderat, pesimis dan optimis. Dengan pendekatan PERT, praktisi akan melakukan penilaian ketidakpastian berdsarakan pengalaman dan juga beberapa data pendukung. Ketidakpastian dinilai menjadi tiga parameter dalam PERT, dimana nilai yang paling sering terjadi akan dimasukkan menjadi moderat, nilai yang paling mengguntungkan akan dijadikan optimis dan nilai yang paling merugikan akan dijadikan pesimis. Contohnya adalah sebagai berikut, suatu investasi memiliki ketidakpastian pada permintaan produknya. Bila menggunakan metode yang biasa maka menggunakan peramalan. Namun, peramalan tersebut belum tentu benar sehingga terjadi ketidakpastian. Sementara itu, untuk mendapatkan data masa lalu juga sangat sulit, sehingga diputuskan bahwa ketidakpastian dinilai dengan pendekatan PERT. Dimana hasil peramalan dijadikan sebagai nilai moderat, sedangkan pesimis adalah nilai minimal produk yang terjual pada tahun tersebut dan optimis adalah nilai maksimal produk yang terjual pada tahun tersebut. Nilai optimis dan pesimis tersebut ditentukan berdasarkan expert adjustment dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Tabel 2 menunjukkan contoh penilaian ketidakpastian dengan menggunakan pendekatan PERT tersebut. Tabel 2 Contoh PERT
Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Mean S.Dev
Nilai Tukar 10247.1532 9271.67092 8530.62705 8889.9959 9759.21633 9120.65432 9090.68595 9631.11157 10346.3719 9039.08065 8735.55691 9332.92043 566.013116
Distribusi normal dipilih karena distribusi ini yang paling umum digunakan sehingga praktisi mudah untuk mencari rata-rata dan juga standard deviasinya. Selain itu, banyak sekali kejadian didunia yang mengikuti distribusi normal, dengan demikian nilai ketidakpastian tidak melenceng jauh dari keadaan sebenarnya meskipun distribusinya dipaksakan mengikuti distribusi normal. Sementara itu, untuk memudahkan dalam mengambil keputusan maka apabila peluang NPV lebih besar dari 0 dan peluang IRR lebih besar daripada WACC lebih dari 95% maka keputusannya adalah menerima investasi tersebut untuk dijalankan. Seperti terlihat pada tabel 4. Tabel 4 Hasil Simulasi Setelah dimodifikasi
Selanjutnya, dilakukan analisa terhadap hasil simulasi. Analisa ini meliputi analisa tornado diagram dan juga analisa goal seek. Analisa tornado diagram digunakan untuk melihat faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap nilai NPV, IRR dan PP. sementara goal seek digunakan untuk
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 melihat berapa nilai dari faktor-faktor ketidakpastian yang menjadikan investasi mengalami kerugian. Melalui analisa tornado diagram dan goal seek,investor atau pihak-pihak terkait dapat melakukan pencegahan atau mitigasi terhadap faktor-faktor tersebut agar jangan sampai mencapai suatu nilai yang dapat menimbulkan kerugian. IV. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode evaluasi kelayakan yang mempertimbangkan ketidakpastian masih sulit diterapakan oleh praktisi. Kesulitan ini terjadi karena keterbatasan pengetahuan dan pemahaman praktisi tentang fitting distribusi dan simulasi dan juga keterbatasana teknis seperti keterbatasan data. Dari hasil practicall assessment
juga diketahui bahwa proses penilaian (assessment) ketidakpastian adalah proses paling sulit dalam menjalankan metode ini. Oleh karena itulah, improvement model dibuat agar metode ini lebih mudah diterapkan oleh seorang praktisi.
DAFTAR PUSTAKA [1] Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta. [2] Thuesen, G. J. & Fabrycky, W. J. 1989. Engineering Economy, Prentice-Hall. New York. [3] Omotayo Brown, D. & Kwansa, F. A. 1999. Using IRR and NPV Models to Evaluate Societal Costs of Tourism Projects in Developing Countries. International Journal of Hospitality Management 18, 31-43. [4] Sullivan, W. G., Wicks, E. M., Luxhoj, J. T. & Woods, B. M. 2000. Engineering Economy, Prentice-Hall. New York. [5] Pujawan, I. N. 2009. Ekonomi Teknik. Guna Widya, Surabaya [6] Fitriani, Heni, Putri Farida dan Andreas Wibowo. 2006. Kajian Penerapan Model NPV-at-Risk Sebagai Alat Untuk Melakukan Evaluasi Investasi Pada Proyek Infrastruktur Jalan Tol. Jurnal Infra Struktur dan Linkungan Binaan II, 1:1-12. [7] Ye, S. dan Robert L K Tiong. 2000. NPV-at-Risk Method in Infrastructure Project Investment Evaluation. Journal of Construction Engineering and Management 126, 3:227-233 [8] Ye, S. dan Robert L K Tiong. 2003. Effects of Tariff Design in Risk Management of Privately Financed Infrastucture Project. Journal of Construction Engineering and Management 129, 6. [9] Wibowo, A. & Kochendorefer, B. 2005. Financial Risk Analysis of Project Finance in Indonesian Toll Roads. Journal Of Construction Engineering And Management 131, 9 :963-972.
6