INTRODUKSI
Latar Belakang
Tulisan ini dibuat berdasarkan atas dua hal: pertama, pengalaman yg penulis peroleh selama menjadi anggota Tim Cagar Budaya Pemkot sejak tahun 1996 sampai 2008. kedua, apa yang pernah penulis kerjakan sebagai anggota Tim Peneliti Jurusan Arsitektur FTSP-ITS dalam melaksanakan PRA PENELITIAN KONSERVASI LINGKUNGAN DAN GEDUNG-GEDUNG YG BERNILAI SEJARAH DI KOTAMADYA SURABAYA.
yang kedua itu atas kerjasama antara Badan Pengembangan Pariwisata Daerah Tingkat II Kotamadya Surabaya (BAPPARDA) dan Jurusan Arsitektur, FTSP-ITS pada tahun 1990.
Tujuannya ialah untuk mencari atau menemukan titik keterkaitan antara pengalaman empirik dan idealisme teoritik tentang kegiatan KONSERVASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA di kota Surabaya.
Bertolak dari gagasan di atas, penulis mengawalinya dengan melihat kembali dan menampilkan butir-butir penting yang ada di dalam bab Pendahuluan Pra Penelitian Konservasi Lingkungan Dan Gedung-gedung Yang Bernilai Sejarah Di Kotamadya Surabaya, th 1990 tersebut, yaitu: 1. Kota bukanlah semata-mata sekumpulan benda mati berupa BENDA FISIK belaka.
1. Kota
2. Kota itu bagaikan sebuah organisme yang lahir, bersemi, tumbuh dan berkembang. Demikianlah Surabaya telah menyatakan dirinya lahir sejak 31 Mei 1293. 3. Sejak hari lahir itu Surabaya telah mengalami beraneka ragam gejolak pasang surut, yang telah terekam dan meninggalkan bekas-nya, baik berupa rekaman sejarah perkembangan kota maupun berupa obyekobyek bangunan dan tatanan lingkungan
3.
4. Surabaya juga menghargai dan menghormati serta mau belajar dari keaneka-ragaman gejolaknya itu; dan salah satu usahanya adalah melakukan pelestarian serta reaktualisasi obyek-obyek kesejarahan-nya. Itu merupakan salah satu langkah penting dalam pembangunan dirinya. 5. Pembangunan memang tidak hanya berarti menghadirkan yang baru, sebab hal itu hanyalah salah satu matra (dimensi) dari pembangunan itu sendiri. Matra lain dari pembangunan adalah matra spiritual-
5. historikal; dan inilah yang ingin digarap oleh Surabaya dengan pelestarian-nya.
6. Pelestarian itu tidak semata-mata ditujukan demi pelestarian itu sendiri, tetapi disertai pula dengan pendaya-gunaan obyek yang dilestarikan; salah satu di antaranya ialah pendaya-gunaan bagi kepentingan pariwisata. Diharapkan agar kesadaran akan “sejarah sebagai sebuah pelajaran” dapat direngkuh Surabaya.
Sejalan dengan Makna yang terkandung dalam butir-butir tersebut, Deputi Bidang Sejarah dan Purbakala, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dalam pertemuan dengan Pansus DPRD kota Surabaya dan Tim Cagar Budaya Pemkot Surabaya, pada hari Selasa, tanggal 22 Pebruari 2005, di gedung Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Jl. Merdeka Barat no. 17 Jakarta (Tim CB), menyatakan bahwa:
1. Saat ini masalah Benda Cagar Budaya (BCB) telah menjadi isu global, bahkan PBB telah menetapkan beberapa obyek kebudayaan dunia sebagai WARISAN GLOBAL, termasuk di antaranya adalah kompleks candi BOROBUDUR di Jawa Tengah. Dalam rangka meningkatkan kecintaan dan kepekaan terhadap hasil kreasi budaya bangsa, setiap negara dapat mengusulkan BENDA, SITUS, dan atau KAWASAN yang dianggap memiliki kualitas sebagai Obyek Budaya yang bertaraf internasional, sebagai
“WARISAN BUDAYA GLOBAL”. Walaupun di dalam perkembangan akhir-akhir ini terdapat upaya pelemahan yang kontra produktip dari pihak tertentu terhadap keberadaan/ status Borobudur sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia. 2. Di dalam proses penetapan bangunan/benda cagar budaya hendaknya mempertimbangkan bukan saja wujud fisikal BCB, tetapi juga peran BCB tersebut dalam aspek budaya dan kehidupan sosial masyarakat.
• Dalam proses pengembangan dan pembangunan kota, bangunan / BCB hendaknya dipandang sebagai bagian yang menyatupadu (integral) dengan situs dan atau kawasan tempat bangunan/ BCB berada (Sumber: Tim Cagar Budaya Pemkot Surabaya - 2008).
TINJAUAN TEMA o Istilah PENGARUH dan PERKEMBANGAN KOTA yang ada di dalam Tema tersebut dapat diartikan bahwa kalimat itu mempertanyakan Apa pengaruh keberadaan Bangunan Cagar Budaya terhadap Perkembangan Kota Surabaya? Jawabnya ada pada butir-butir di atas, khususnya butir 3, 4, 5 dan 6, yang 22 tahun lalu telah disajikan dan disampaikan oleh TIM PENELITI JURUSAN ARSITEKTUR, FTSP-ITS kepada BAPPARDA-KMS
o Istilah PENGARUH dalam konteks ini dapat berarti DAMPAK atau sebaliknya PENYEBAB atau PERAN. Jadi bila dikaitkan dengan kata: PERKEMBANGAN KOTA, dapat menjadi: pertama, Dampak Perkembangan Kota, dan kedua, Penyebab (atau Peran dalam) Perkembangan Kota.
1. Mengenai DAMPAK perkembangan kota, apabila Lingkungan dan Gedung bersejarah di Surabaya dipelihara dengan baik ada beberapa dampak penting: pertama, Lingkungan dan Gedung bersejarah di Surabaya tersebut, untuk sebagian besar menentukan sebagian dari jatidiri kota Surabaya; kedua, dampak ekonomi di bidang pariwisata; ketiga, memperkuat kawasan (lingkungan) di sekitarnya. 2. Sebagai PENYEBAB perkembangan kota,
Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya dapat digunakan sebagai PEMICU KONSEP (generating idea) dan sebagai dasar pengembangan pola kota baru. Beberapa contoh: a. Paris dengan La Defence dan Parc de la Ville-nya, b. Philadelphia dengan IM. Pei Tower-nya, yang semuanya mengacu pada bangunan dan lingkungan kuno bersejarah yang dikonservasi. Dan beberapa contoh lain berskala setempat.
o Sebagai catatan: Konservasi bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya bukan semata-mata mempertahankan kecagar budayaan dalam segala aspeknya, namun dalam konteks tertentu alih fungsi dapat dimungkinkan sepanjang tidak mengubah arsitektur bangunan dan/atau lingkungannya. Pengalih fungsian sebuah bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya bergantung pada esensi yang terkandung di dalamnya. Kalau interior sebuah bangunan menjadi esensi-nya, maka
keseluruhan bangunan harus dikonservasi, misalnya sebuah teater atau peron sebuah setasiun besar. Namun apabila interior tidak terlalu penting, maka bagian dalam dapat dialih fungsikan, bahkan direvitalisasi menurut kebutuhan perkembangan jaman dengan tetap mempertahankan wajah bagian depan atau keseluruhan tampaknya.
Bila kita tinjau butir-butir penting dari bab Pendahuluan Prapenelitain tersebut, kita dapat melihat PENGARUH tersebut dalam konteksnya masing-masing sebagai berikut: o Penggal kalimat: Rekaman sejarah perkembangan kota maupun berupa obyek-obyek bangunan dan tatanan lingkungan pada butir 3, jelas memperlihatkan peranan Bangunan, dan juga tata lingkungan Cagar Budaya dalam menggoreskan sejarah perkembangan kota Surabaya. Sebuah boulevard
yang indah dapat dipakai sebagai salah satu contoh tata lingkungan arsitektural yang membentuk citra lingkungan kota.
o Pada butir ke-4, penggal kalimat: “. . . , dan salah satu usaha darinya adalah melakukan pelestarian serta reaktualisasi obyek-obyek ke-sejarah-annya”. Obyek-obyek kesejarahan itu tidak lain adalah Bangunan dan /atau Lingkungan Cagar Budaya. Pelestarian dan reaktualisasi BCB disadari sepenuhnya
sebagai salah satu langkah penting yang perlu dilakukan dalam pembangunan jatidiri (kota) nya. Reaktualisasai dapat dilakukan dengan Revitalisasi bangunan cagar budaya sebagai obyek sejarah (khususnya perkembangan kota) yang berarti juga membangun kembali citra kota Surabaya.
o Penggal kalimat: “. . . Matra lain dari pembangunan adalah matra spiritual-historikal” pada butir ke-5, membuktikan bahwa pelestarian BCB juga merupakan “pembangunan” dalam bentuk lain, yaitu membangun semangat (spirit) dan membangun kecintaan terhadap sejarah perkembangan arsitektur kota yang terkandung di dalam kegiatan pelestarian BCB tersebut. Membangun yang baru adalah wajar demi kemajuan, tetapi mempertahankan (1) yang lama, menghormati (2)-nya serta mendayagunakan (3)-nya
adalah sesuatu yang jauh lebih berharga, bahkan tak ternilai harganya. o Dampak penting kegiatan pelestarian BCB adalah pada bidang pariwisata, yang terkandung dalam penggal kalimat pada butir ke-6: “. . . . dan salah satu di antaranya adalah pendaya-gunaan bagi kepentingan pariwisata.” Dapat diambil contoh negara-negara maju yang sebagian besar devisanya berasal dari pariwisata berbasis arsitektur dan lingkungan kotanya antara lain: Italia, Peran-
cis, Inggris, Belanda, Belgia, Jerman dan masih banyak negara Eropa lainnya, serta Jepang, Cina, Thailan serta negara Asia lainnya, dan sebagainya. o Dalam keempat butir (butir 3, 4, 5 dan 6) di atas, pesan pernyataan Deputy tersebut terlihat dengan jelas relevansinya. BCB dipandang sebagai bagian tatanan kota secara terpadu dalam berbagai aspeknya. o Walaupun mengalami banyak hambatan, apa
yang Surabaya lakukan dengan “GERAKAN PELESTARIAN BCB” pada dua dekade terakhir ini, sudah kelihatan buahnya. Beberapa contoh: 1. SK.Walikota no.188.45/004/402.1.04/1998 , tgl. 1 Januari 1998, tentang penetapan Bangunan Cagar Budaya, salah satunya didasarkan pada hasil penelitian Prapenelitian Konservasi Lingkungan dan Gedunggedung Yang Bernilai Sejarah Di Kotamadya Surabaya, th 1990 tersebut; 2. Perda no. 5 th. 2005 tentang Pelestarian
Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya, yang telah disahkan DPRD Kota Surabaya sebagai hadiah Ulang Tahun kota Surabaya pada tanggal 31 Mei 2005 setelah melalui perjuangan panjang, merupakan Perda tentang Bangunan Cagar Budaya yang masih sedikit di Indonesia; 3. Banyaknya pengajuan permohonan rekomendasi revitalisasi bangunan oleh para pemilik, bahkan yang bukan bangunan cagar budaya sekalipun.
º Hambatan yang paling besar datangnya dari para pengembang, investor, yang kebanyakan hanya melihat sisi bisnis-nya saja, tanpa peduli terhadap arti dan makna Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya sebagai sebuah nilai yang sangat penting dari aspek matra spiritual/historikal tersebut. Lokasi-lokasi penting dan strategis dari aspek bisnis selalu menjadi incaran mereka. Secara umum dapat dirangkum bahwa Pengaruh Bangunan Cagar Budaya terhadap
Perkembangan Kota Surabaya ada dua hal pokok: 1. Memberi Dampak (positip) dan 2. Sebagai Penyebab atau Memiliki Peran dalam Perkembangan Kota Surabaya. BEBERAPA CONTOH KASUS: Untuk memberi bandingan contoh-contoh kasus tidak hanya yang ada di kota Surabaya, tetapi juga di kota lain (Jakarta) bahkan di luar negeri antara lain:
1. Yang di luar negeri: 2. Yang di dalam negeri: 1. Yang di luar negeri: A. Italia B. Perancis C. Jerman D. Belanda E. Norwegia
ITALIA : R O M A
Italia : R O M A (Lanjutan)
PALAZZO DEI SENATORI – DI KOMPLEKS CAPITOL BANGUNAN KUNO ZAMAN BAROQ YANG DIPERTAHANKAN SEBAGAI MUSEUM HIDUP.
Italia : R O M A (Lanjt) BENTUK PIAZZA YANG TRAPEZOID MERUPAKAN KONSEP BAROQUE – MEMBENTUK PERSPEKTIP PAKSAAN DAN MENIMBULKAN EFEK GERAK YANG MENJADI BEGITU TERKENAL. POLA LANTAI YANG BERBENTUK OVAL MENUNJANG KONSEP DI ATAS – MENDORONG ORANG BERGERAK MENGIKUTI POLA TERSEBUT DENGAN MATA YANG SELALU TERTUJU PADA PATUNG EQUESTRIAN YG ADA DI TENGAH PIAZZA.
Italia : R O M A (Lanjt)
CAGAR BUDAYA DAN PARIWISATA
SISA-SISA KERAJAAN ROMA YANG DIPRESERVASI – MENJADI SUMBER DEVISA NEGARA TERBESAR DARI SEKTOR PARIWISATA LOKASINYA TEPAT DI BELAKANG PIAZZA DI CAMPIDOGLIO.
Italia : R O M A (Lanjt)
CAGAR BUDAYA DAN PARIWISATA
FORUM ROMANUM YANG TINGGAL PUING-PUING INI DIPRESERVASI – MENJADI PUSAT PENELITIAN SEJARAH ROMA
Italia : R O M A (Lanjt)
ASPEK KESEJARAHAN SANGAT MENONJOL DI SINI – SELAIN KEBESARAN ASPEK BENTUK ARSITEKTURAL DAN KONSTRUKSINYA
COLOSSEUM – SALAH SATU OBYEK WISATA DI KOTA ROMA YANG JARANG TERLEWATKAN DARI KUNJUNGAN WISATA
Italia : VENEZIA
MENDAMPINGK AN YANG LAMA DAN YANG BARU
CARA YANG SIMPATIK
TIDAK TIMBUL DAMPAK VISUAL APAPUN, JUSTRU TERJADI KONTRAS YANG SALING MENUNJANG KEBERADAAN MASING-MASING – YANG LAMA DIPERKUAT EKSISTENSINYA OLEH YANG BARU RUH BANGUNAN LAMA DIADOPSI KE DALAM BANGUNAN YANG BARU
JERMAN : BERLIN REVITALISASI
PENDAYA-GUNAAN BANGUNAN KUNO
GEDUNG “DPR” JERMAN BANGUNAN KUNO YANG DIUBAH INTERIORNYA MENJADI RUANG SIDANG MODERN YANG REPRESENTATIP
Jerman : BERLIN (Lanjt)
REVITALISASI
DOME LAMA DI ATAS BANGUNAN KUNO DIBONGKAR – DIGANTI DENGAN DOME BARU YANG MODERN
Jerman : BERLIN (Lanjt)
BANGUNAN KUNO BUKANNYA TIDAK BOLEH DIAPA-APAKAN
PERLAKUAN YANG TEPAT DAPAT MENGHIDUPKAN KEMBALI YANG SUDAH PUDAR, BAHKAN DAPAT MEMPERKUAT KAWASAN PEMILIHAN TEKNOLOGI YANG TEPAT SANGAT MENUNJANG
DOME BARU DI ATAS RUANG SIDANG “DPR” JERMAN PENGUNJUNG DAPAT MENYAKSIKAN RUANG SIDANG DI BAWAH DARI RAMP YANG MELINGKAR SPIRAL DI SEKELILING DOME DI ATASNYA
BELANDA:
MEMPERTAHANKAN RUH KAWASAN – PARADE TAMPANG BORNEO HOUSE – AMSTERDAM (kiri-atas) DAN STREETSCAPE HARLEM, HOLLAND (bawah)
TRADISI MEMBANGUN RUMAH DERET SEBAGAI BAGIAN DARI STREETSCAPE NAMUN DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI YANG BERBEDA (atas: MODERN, kanan: KLASIK)
CARA YANG TEPAT PEMANFAATAN KETERBATASAN LAHAN
USA : BUFFALO GOLDOME SAVINGS BANK
REVITALISASI DAN EKSTENSI
USA : BUFFALO (Lanjt)
PENAMBAHAN BANGUNAN BARU UNTUK PERLUASAN PADA BANGUNAN KUNO DENGAN CARA YANG SIMPATIK CONTOH KONTRAS YANG KOMPLEMENTER
USA : BUFFALO (Lanjt)
REVITALISASI DAN EKSTENSI
ORNAMEN TAMPANG BANGUNAN BARU MENGAMBIL ORNAMEN YANG ADA PADA BANGUNAN LAMANYA – RUH BANGUNAN LAMA MASUK KE DALAM BANGUNAN BARU (GOLDOME SAVING BANK, BUFFALO – USA)
USA : BUFFALO (Lanjt)
KONTRAS YANG KOMPLEMENTER
NORWEGIA: HAMAR
Hamar Cathedral, Hamar, Norwegia. Katedral Hamar dibangun di zaman Romanesque, abad 12, direformasi abad 16, sekarang tinggal reruntuhan. Reruntuhan diselubungi pelindung struktur baja dan kaca di tahun 1998.
MENYELAMATKAN YANG MASIH TERSISA
NORWEGIA: HAMAR
STRUKTUR BAJA DAN KACA MEMUNGKINKAN OBYEK CAGAR BUDAYA MASIH TERLIHAT DARI LUAR, WALAU DIWAKTU MALAM SEKALIPUN STRUKTUR SELUBUNG MELINDUNGI CB DARI CUACA
NORWEGIA: HAMAR
UPAYA MENGHIDUPKAN RUH KATEDRAL YANG LAMA DENGAN MEMBERI STRUKTUR SELUBUNG DARI BAJA DAN KACA STRUKTUR SELUBUNG JUGA BERFUNGSI MELINDUNGI SISA CAGAR BUDAYA
SUMBER: THE PHAIDON ATLAS, hal. 214
INDONESIA : JAKARTA STASIUN KOTA YANG TERANCAM DIGUSUR – DEMI PERKEMBANGAN KOTA? AKANKAH KITA BERDIAM DIRI MEMBIARKAN PUSAKA INDONESIA ROBOH SATU DEMI SATU UNTUK KEPENTINGAN SEPIHAK?
KOMPAS 19 PEBR. 2005
Indonesia : (Lanjt)
JAKARTA REVITALISASI TIDAK HARUS MEMBONGKAR BANGUNAN
SEBUAH ALIH FUNGSI GDI
ATAS: GALANGAN KAPAL VOC YANG DIUBAH MENJADI CAFÉ TANPA MENGUBAH BANGUNAN ASLINYA
KIRI: SERAMBI GALANGAN KAPAL MENJADI SERAMBI CAFÉ JAYAKARTA GDI
Indonesia : (Lanjt)
JAKARTA
CAFÉ JAYAKARTA REVITALISASI – BOLEH MENGUBAH SEDIKIT TANPA MENGUBAH ROH RUANGAN / INTERIOR ATAU BANGUNAN CONTOH:
TOILET DIUBAH DENGAN SENTUHAN MODERN
GDI
Indonesia : (Lanjt)
JAKARTA
BANGUNAN KUNO DI DALAM BANGUNAN BARU (MODERN) Building within building.
GDI
GEDUNG “CANDRANAYA” BANGUNAN CAGAR BUDAYA YANG DISELUBUNGI GEDUNG BARU
CANDRANAYA DITEMPATKAN DI DALAM LOBBY GEDUNG BARU
INDONESIA : (Lanjt)
JAKARTA SEBUAH ALIH FUNGSI
GARIS SEMPADAN BANGUNAN DINAS TATA KOTA “MELANGGAR” CAGAR BUDAYA
GDI
GDI
Indonesia : (Lanjt)
JAKARTA
GDI
TERLIHAT POSISI BCB BEGITU DEKAT DENGAN JALAN RAYA SENEN BCB SUDAH ADA SEJAK ZAMAN PEMERINTAH KOLONIAL BELANDA – GSB YANG BARU MENGECUALIKAN BCB. GDI
Indonesia : (Lanjt)
JAKARTA BCB SEBAGAI IDENTITAS KOTA DENGAN JELAS DIPERLIHATKAN DI SINI
GDI
TERLIHAT DENGAN JELAS PULA BCB MENONJOL KE LUAR DARI GSB BANGUNAN BARU.
GDI
Indonesia : (Lanjt)
JAKARTA
GDI
BAGIAN INTERIOR BOLEH MENGALAMI PERUBAHAN DISESUAIKAN DENGAN TUNTUTAN KEBUTUHAN FUNGSIONAL TAMPILAN LUAR TIDAK DIUSIK
GDI
INDONESIA :
JAKARTA (Lanjutan)
DULU BALAIKOTA SEKARANG MUSEUM
MUSEUM FATAHILLAH SALAH SATU BANGUNAN CAGAR BUDAYA YANG MEMILIKI NILAI SEJARAH PENTING DENGAN ARSITEKTUR KOLONIALNYA.
INDONESIA :
JAKARTA (Lanjutan)
REVITALISASI SEBUAH MESJID LAMA KELAPA DUA, JAKARTA UTARA
INDONESIA :
JAKARTA (Lanjutan)
SATUAN PANDANG LINGKUNGAN JL. CENDANA JAKARTA DENGAN CIRI KHAS SUASANA JALAN BERPOHON PALEM – TENANG, DAMAI
TATA LINGKUNGAN ARSITEKTURAL TOWNSCAPE
INDONESIA :
JAKARTA (Lanjutan)
SITU LEMBANG
DI LINGKUNGAN MENTENG, JAKARTA SEBUAH TATA LINGKUNGAN YANG SUDAH JARANG TERDAPAT DI KOTA BESAR
LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA
INDONESIA :
JAKARTA (Lanjutan)
SITU LEMBANG DI LINGKUNGAN MENTENG, JAKARTA
LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA PARIWISATA LOKAL
INDONESIA :
JAKARTA (Lanjutan)
SITU LEMBANG DI LINGKUNGAN MENTENG, JAKARTA
LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA PARIWISATA LOKAL
INDONESIA :
SURABAYA
SURABAYA: UJUNG – JL. PERAK GEDUNG SYAHBANDAR SURABAYA UTARA
KONSERVASI:
PRESERVASI
TAMPILAN LUAR MASIH ASLI TIDAK ADA PERUBAHAN
GEDUNG INI PERNAH MENDAPAT PENGHARGAAN DARI PEMKOT SURABAYA (BEKERJASAMA DENGAN IAI DAERAH JATIM DAN LePAS), KARENA DIPELIHARA DENGAN BAIK – SALAH SATU BANGUNAN CAGAR BUDAYA DENGAN ARSITEKTUR YANG UNIEK
SURABAYA: UJUNG – JL. PERAK GEDUNG SYAHBANDAR SURABAYA UTARA
BERANDA SYAHBANDAR MELIHAT PEMANDANGAN KE LAUT LEPAS (kiri, atas) TANGGA UNTUK NAIK KE MENARA MERCU-SUAR GEDUNG SYAHBANDAR TERBUAT DARI BAJA – HASIL TEKNOLOGI MAJU PADA WAKTU ITU (kiri, bawah)
SURABAYA
JL. RAJAWALI
DULU YANG LAMA
YANG LAMA DIROBOHKAN untuk MEMBANGUN YANG BARU
LOKASI YANG SAMA
SEKARANG YANG BARU
SURABAYA
JL. RAJAWALI
BERBAGAI GAYA TAMPILAN MENGHASILKAN KEANEKA RAGAMAN DI DALAM SATU SATUAN PANDANG KOTA MENJADI MENARIK KARENANYA
STREETSCAPE JL. RAJAWALI MASIH TERPELIHARA DENGAN BAIK – SKALA RUANG MASIH TETAP, WALAU ADA BANGUNAN TINGGI DI BELAKANGNYA
SURABAYA
JL. RAJAWALI
PARADE “TRILOGI” – TIGA BANGUNAN DENGAN TIGA CORAK TAMPILAN ARSITEKTUR YANG BERBEDA MEMBENTUK TIGA SERANGKAI YANG SELARAS – KOTA MENJADI TIDAK MEMBOSANKAN (atas) WAJIB DIPERTAHANKAN
Gedung Bank BNI
SURABAYA
JL. RAJAWALI REVITALISASI YANG MEMPERKUAT KAWASAN
GEDUNG “CERUTU” KARYA BERLAGE SATU-SATUNYA DI SURABAYA, BAHKAN DI INDONESIA (Setiadi) MASIH TETAP MENONJOL CARA YANG SIMPATIK DALAM MENYESUAIKAN DIRI DENGAN LINGKUNGAN LAMA YANG ADA – SOSOK BARU HOTEL IBIS YANG MENONJOL TINGGI DI BELAKANG DAPAT DILIHAT DARI JARAK JAUH, SEDANG DARI JARAK DEKAT SKALA KOTA LAMA TETAP TERJAGA
SURABAYA
JL. RAJAWALI
SKALA KOTA TETAP TERJAGA - STREETSCAPE DITENTUKAN OLEH SKYLINE YANG BELUM BERUBAH WALAU DI LATAR BELAKANG ADA GEDUNG TINGGI
MAKSUD PELAPISAN PILAR-2 DENGAN BAHAN KERAMIK WARNA MERAH GEDUNG PTP-23 ADALAH BAIK, AGAR BANGUNAN TAHAN TERHADAP IKLIM (kiri)
NAMUN DAMPAK VISUALNYA ADALAH TRAGIS . . . . . . BANGUNAN TERKESAN BERNUANSA “KERAS” -
SURABAYA
JL. NIAGA / VETERAN
REVITALISASI – ADAPTASI BALKON YANG SEMULA TERBUKA “DI-ADAPTASI” MENJADI TERTUTUP DENGAN TABIR KACA (WALAU TRANSPARAN) MENGAKIBATKAN KESAN “RUANG YANG KONTINYU” MENJADI HILANG – SEBUAH TUNTUTAN KEBUTUHAN ?
SURABAYA
JL. NIAGA / VETERAN NAH, . . . . . . . . . KECELAKAAN VISUAL TAK TERHINDARKAN, SKYLINE BERUBAH, SKALA RUANG BERUBAH, SATUAN PANDANG TERUSIK, BASISNYA:
LEBAR JALAN TIDAK MENAMPUNG TINGGI BANGUNAN LEBIH DARI TIGA LANTAI
STREETSCAPE JL. NIAGA/VETERAN MULAI KACAU DENGAN HADIRNYA BANGUNAN BARU YANG TIDAK MENYESUAIKAN GARIS LANGITNYA DENGAN BANGUNAN-BANGUNAN LAMA YANG ADA CARA MENGATASINYA: SETBACK SEDIKITNYA SEDALAM SATU TRAFFE MULAI LANTAI KETIGA
SURABAYA
JL. KARET
CELAH DI DEPAN GEDUNG BANK BERMENARA ITU KINI TELAH TERISI DENGAN BANGUNAN “BARU” (foto kanan), SEHINGGA MENGHILANGKAN TAMPAK SAMPING BANGUNAN TERSEBUT. CELAH ITU SEBENARNYA ADALAH JALAN SERVIS KE BAGIAN BELAKANG GEDUNG.
KINI (2006) BANGUNAN TSB AKAN DIJADIKAN RUKO. FUNGSI MASIH BOLEH BERUBAH, TAMPILAN LUAR HAURS DIPERTAHANKAN
SURABAYA
JL. TUNJUNGAN KONSERVASI – MEMPERKUAT KAWASAN
BANK BENTA BARU SAJA DIPUGAR LOKASINYA DI SEBERANG JALAN DARI BANK HAGAKITA INTERIOR BERUBAH, TAMPILAN LUAR TETAP.
CONTOH KONSERVASI: PEMELIHARAAN
EKSTERIOR BANGUNAN YANG BAIK – MENGHASILKAN ARSITEKTUR YANG PATUT DIHARGAI – BANGUNAN INI PERNAH MENDAPAT PENGHARGAAN DARI PEMKOT SURABAYA ATAS KERJASAMA DENGAN IAI JATIM DAN LePAS (dulu PPAS)
SURABAYA
JL. TUNJUNGAN
MONUMEN PERS DILIHAT DARI ARAH LAIN
REVITALISASI - ADAPTASI
CARA SEDERHANA UNTUK MENYESUAIKAN DIRI DENGAN KARAKTER BANGUNAN LAMA YANG MASIH TERSISA – MENARA MONUMEN PERS DIULANG PADA BANGUNAN BARU YANG LEBIH TINGGI DI BELAKANG MENCIPTAKAN KESATUAN ANTARA YANG LAMA DAN YANG BARU
SURABAYA:
JL. DIPONEGORO
SEKOLAH GIKI di Jl. Diponegoro no. 152
Di-alih fungsi menjadi Rumah/ Toko Makanan jenis BAKERY & PATISSERIE “FRESHONE” GDI
TAMPILAN LUAR DIPERTAHANKAN SEBAGAIMANA ASALNYA – TATA RUANG DALAM BOLEH DISESUAIKAN DENGAN TUNTUTAN KEBUTUHAN
Indonesia : (Lanjt)
SURABAYA SEKOLAH GIKI di Jl. Diponegoro no. 152
G DI
G DI
Indonesia : (Lanjt)
SURABAYA Rumah Tinggal di Gg. Bubutan, Jl. Pahlawan, Surabaya – Masih memiliki ornamen tradisional yang sudah jarang terdapat di rumah-rumah masa kini
Indonesia : (Lanjt)
SURABAYA
KANTIN ANGKATAN LAUT DI ZAMAN PEMERINTAHAN KOLONIAL BELANDA
Indonesia : (Lanjt)
SURABAYA YANG BARU DENGAN LANGGAM KLASIK MENGGANTIKAN YANG LAMA
YANG LAMA DIROBOHKAN
YANG BARU DIBANGUN DENGAN GAYA LAMA NAMUN DENGAN LANGGAM KLASIK YANG BERBEDA TANPA MELALUI TIM CAGAR BUDAYA
Indonesia : (Lanjt)
SURABAYA
GDI
MAUKU BEGINI, . . . . . . . .
KAMU MAU APA, HAAA ?
UPAYA MENYESUAIKAN DIRI YANG SIA-SIA GDI
JAMANNYA SUDAH LAIN . . . .
SEBETULNYA MASIH BANYAK LAGI, TETAPI DICUKUPKAN SEKIAN SAJA
TERIMA KASIH