3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014 POTENSIINTERLINKAGE INDUSTRI MANUFAKTUR JAWA TIMUR MENGHADAPIPERSAINGAN BEBAS DI KAWASAN ASEAN
Nurul Istifadah Faculty of Economics and Business, Airlangga University
[email protected]
ABSTRACT The economic potential of the manufacturing industry in East J ava is relatively large compared to other economic sectors. The rapid growth in the manufacturing industry in East Java will have an impact on the economic development of East Java, especially the economic sectors which have high inter-sector linkages. However, since 2004 the manufacturing industries in East Java have symptoms of de-industrialization, namely the phenomenon of decline in the ratio of manufacturing to GDP continuously. In addition, East Java manufacturing industries will also face the ASEAN single market that would apply in 2015. This will provide greater competitive challenges. Thus, it is necessary to exploit the potential of the development strategy of manufacturing industries in East Java in facing the challenges of global change. The purpose of this study was to analyze (1) manufacturing industry linkages with other economic sectors, (2) analyze the impact of the development of the manufacturing industry to the economy of East Java, and (3) formulate strategies for the development of the manufacturing industry in East Java to be able to contribute the growth rate of East Java greater. Analytical tool in this study is the Input Output Model. The analysis showed that the degree of relatedness of the manufacturing industry and other economic sectors are relatively high, especially for backward linkages (upstream linkages). The development of manufacturing industry also gives a fairly high economic impact on the economy of East Java. To face the increasing global competition, the development of manufacturing industries in East Java are not only intended to increase the comparative advantage, but also to increase competitive advantage. Keywords: manufacturing industry, sector linkages, de-industrialization, input-output models.
PENDAHULUAN Latar Belakang Potensi ekonomi industri manufaktur di Jawa Timur relatif besar dibandingkan dengan sektorsektor ekonomi lainnya. Pada tahun 2013, industri manufaktur menyumbang sebesar 24,68 persen terhadap PDRB Jawa Timur. Industri manufaktur merupakan kontributor terbesar kedua setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap pembentukan PDRB Jawa Timur. Indushi manufaktur Jawa Timur juga berperan besar dalam pembentukan output industri manufaktur secara nasional. Pada tahun 2011, kontribusi industri manufaktur Jawa Timur terhadap industri manufaktur nasional sebesar 16,28 persen. Industri manufaktur Jawa Timur merupakan kontributor terbesar kedua, setelah industri manufaktur Jawa Barat, terhadap pembentukan total output indushi manufaktur nasional. Pada tahun 2011, industri manufaktur Jawa Barat menyumbang 25 persen terhadap output indushi manufaktur nasional. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1029
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014 Potensi yang besar dari industri manufaktur Jawa Timur tersebut, secara relatif ternyata mengalami penurunan. Rasio industri manufaktur Jawa Timur terhadap PDRB Jawa Timur, disebut juga rasio industrialisasi, menunjukkan trend yang semakin menurun. Industri manufaktur Jawa Timur sedang mengalami gejala deindustrialisasi, yaitu fenomena turunnya rasio industrialisasi secara terus menerus. Turunnya rasio industrialisasi ini merupakan kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan terhadap perkembangan perekonomian Jawa Timur jangka panjang, mengingat sumber-sumber input, yaitu potensi sumber daya alam yang dimiliki provinsi Jawa Timur sangat besar-. Industri manufaktur memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja serta produktivitas yang lebih tinggi dari sektor-sektor ekonomi lainnya. Sehingga perlu untuk merencanakan dan menyusun strategi sehingga peran industri manufaktur tidak semakin turun. Hal ini penting untuk dilakukan kar ena selain potensi besar- dari nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja tersebut, industri manufaktur Jawa Timur juga memiliki kemampuan dalam mendorong perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya. Industri manufaktur memiliki keterkaitan ke depan (forward linkage) maupun ke belakang (backward linkage). Produk industri manufaktur juga merupakan produk yang diharapkan dapat menghadapi persaingan global. Pada tahun 2015, perekonomian Jawa Timur akan menghadapi pasar- tunggal ASEAN. Hal ini akan memberi tantangan persaingan yang semakin besar-. Sehingga, perlu strategi pengembangan untuk memanfaatkan potensi industri manufaktur Jawa Timur untuk menghadapi tantangan global tersebut.
RUMUSAN MASALAH Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis: a.
keterkaitan industri manufaktur dengan sektor-sektor ekonomi lainnnya di Jawa Timur
b. menganalisis
dampak
peningkatan
output
industri
manufaktur
terhadap
output
perekonomian Jawa Timur e.
memformulasikan strategi pengembangan industri manufaktur Jawa Timur sehingga mampu menyumbang tingkat pertumbuhan Jawa Timur yang lebih besar.
MANFAAT Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu: a.
Sebagai masukan terhadap penegembangan industri manufaktur di Jawa Timur atau di daerah lain di luar Jawa Timur.
b.
Sebagai bahan masukan untuk penyusunan pereneanaan pereepatan pengembangan industri manufaktur di Jawa Timur melalui prioritas subsektor industri unggulan, sehingga basil eapaiannya lebih efisien
e.
Sebagai salah satu referensi untuk penelitian yang terkait dengan industri manufaktur atau perekonomian di Jawa Timur
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1030
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014 KAJIAN PUSTAKA Pembangunan Ekonomi Daerah Pengertian pembangunan dapat dijelaskan berdasarkan pandangan tradisional dan modem (Widodo, 2006: 3-4). Pengertian pembangunan dalam pandangan tradisional diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan PDB/PDRB, indikator produksi, dan penyerapan tenaga kerja. Sedangkan pandangan modem melihat pembangunan sebagai suatu proses multidimensional yang meliputi perubahan struktur sosial, sikap masyarakat serta institusi dalam mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan pendapatan dan perluasan kesempatan kerja. Pelaksanaan pembangunan pada umumnya diprioritaskan pada pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang yang disertai dengan perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 1999: 6). Proses pembangunan ekonomi yang terjadi di daerah disebut dengan pembangunan ekonomi daerah. Pembangunan ekonomi daerah adalah kemampuan daerah untuk mencari terus-menerus (menciptakan) peran spesifik daerah melalui efisiensi dan penggunaan sumber daya k re at if yang dimiliki oleh sistem ekonomi daerah (Capello, 2007:85). Pembangunan ekonomi daerah juga mengandung pengertian sebagai suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja barn dan merangsang pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut (Arsyad, 1999 : 108). Konsep dasar dari pembangunan ekonomi daerah adalah bahwa pembangunan barns bertumpu pada kekuatan endogen dengan memanfaatkan sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik daerah. Konsep ini mengarah pada kekhasan daerah, potensi daerah, dan inisiatif daerah dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Pada dasarnya daerah memiliki kondisi dan potensi yang berbeda-beda. Indentifikasi kegiatan yang menggambarkan potensi daerah dan keunggulan komparatif daerah tersebut merupakan tugas utama dari pemerintah daerah (Azis, 1994:65). Kebijakan dan strategi pembangunannya juga barns menyesuaikan dengan kondisi (permasalahan, kebutuhan, dan potensi) daerah tersebut. Dalam kondisi nyata dapat terjadi bahwa suatu daerah memiliki keunggulan komparatif yang mencakup beberapa komoditas dibanding daerah sekitarnya. Dalam kasus tersebut, maka menurut Ricardo (dalam Setiono, 2002:230) daerah tersebut barns menetapkan spesialisasi pada komoditas yang memiliki keunggulan komparatif tcrbcsar atau yang memiliki ketidak-unggulan komparatif terkecil. Prinsip keunggulan kompar atif perlu memperhitungkan biaya pengangkutan karena mengandung unsur keterkaitan an tar daerah. Keterkaitan antar daerah merupakan faktor positif, dari segi kepentingan integrasi ekonomi nasional (Azis, 1994: 66-67).
Pengertian Industri Manufaktur Pengertian industri adalah: (1) merupakan himpunan perusahaan-perusahaan sejenis; dan (2) sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah barang mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi (Dumairy, 1996). Dalam pengertian kedua ini, kata industri sering disebut sebagai industri pengolahan atau industri manufaktur (manufacturing industry). Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1031
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014 Pengertian industri pengolahan atau industri manufaktur adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar sccara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau baiang jadi (Hadikusumo: 1990). Sektor industri manufaktur dalam PDB/PDRB dibagi menjadi sembilan jenis subsektor industri, yaitu: 1) industri makanan, minuman, dan tembakau; 2) industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki; 3) industri kayu dan produk lainnya; 4) industri produk kertas dan percetakan; 5) industri produk pupuk, kimia, dan karet; 6) industri produk semen dan penggalian bukan logam; 7) industri logam dasar- besi dan baja; 8) industri peralatan, mesin, dan perlengkapan transportasi; serta 9) produk industri pengolahan lainnya. Secara umum, industri manufaktur dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu industri dasar-, aneka industri hilir, dan industri kecil dan rumah tangga. Industri dasar- meliputi industri mesin logam dasar- dan industri kimia dasar-. Industri dasar- adalah industri yang memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang pertumbuhan lebih lanjut sektor industri lainnya untuk meningkatkan nilai tambah dalam perekonomian. Industri dasar- ini meliputi industri pupuk, besi dan baja, peleburan aluminium dan sebagainya. Kedua, kelompok aneka industri hilir yang memiliki misi untuk pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Indonesia. Kelompok ketiga adalah industri kecil dan rumah tangga yang memiliki misi sebagai pemerataan ekonomi Indonesia. Industri kecil (IK) merupakan industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit dan teknologi yang sederhana. Biasanya dinamakan industri rumah tangga. Adapun industri yang termasuk dalam kelompok IK ini misalnya: industri kerajinan, industri alat-alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah). Pada umumnya, semakin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah, maka semakin banyak jumlah dan macam industrinya. Cara penggolongan atau pengklasifikasian industri pun berbeda-beda. Pengklasifikasian industri didasarkan antar a lain berdasarkan pada kriteria: bahan baku, tenaga kerja, modal atau jenis teknologi yang digunakan, proses produksi, pemilihan lokasi, produktivitas perorangan, dan lain-lain. Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman industri negara tersebut. Semakin besardan kompleks kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, maka semakin beraneka-ragam jenis industrinya yang berkembang. Tingkat industrialisasi suatu negara diukur dari besarnya kontribusi sektor industri manufaktur dalam menciptakan produksi nasional. Perbandingan antara besarnya nilai produksi sektor industri dengan produksi nasional disebut rasio industrialisasi. Perkembangan industrialisasi suatu negara pada khususnya negara sedang berkembang dapat dilihat dari kontribusi sektor industrinya. Tahapan industrialisasi dikemukakan oleh United Nations Industrial Development Organization (UNINDO) dan Bank Dunia yang mengelompokkan negara-negara berdasarkan rasio antara nilai tambah industri terhadap PDB. Pengelompokan tersebut meliputi: 1. negara non industri, yaitu negara dengan rasio industrialisasi kurang dari 10 persen 2. negara yang sedang dalam proses industri, yaitu negara dengan rasio industrialisasi antara 10-20 persen 3. negara semi industri, yaitu negara dengan rasio industrialisasi antara 20 - 30 persen 4. negara industri, yaitu negara dengan rasio industrialisasi di atas 30 persen
Industrialisasi merupakan usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan kemampuannya dalam mengelola secara optimal sumber daya alam dan sumber-sumber daya lainya. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1032
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014 Kegiatan industrialisasi tidak hanya akan meningkatkan nilai tambah kegiatan ekonomi tetapi juga dapat meningkatkan produktivitas penduduknya. Industri pada umumnya mampu berperan penting sebagai sektor pemimpin (leading sector). Industri sebagai leading sector dapat memacu dan mendorong pembangunan di sektor-sektor lainnya, baik sektor hulu maupun sektor hilir. Pertumbuhan industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan di sektor-sektor lainnya untuk menyediakan bahanbahan baku bagi industri tersebut (keterkaitan hulu atau keterkaitan ke belakang). Dan, sebaliknya, sektor-sektor ekonomi lainnya menggunakan output sektor industri sebagai bahan bakunya (keterkaitan hilir atau keterkaitan ke depan).
Metode Penelitian Penelitian difokuskan di sektor industri manufaktur Jawa Timur, dengan tehnik analisis menggunakan Input Output model. Model input-output digunakan untuk menganalisis keterkaitan industri manufaktur Jawa Timur terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya serta dampaknya terhadap output perekonomian di Jawa Timur. Keterkaitan tersebut meliputi keterkaitan ke depan atau keterkaitan hilir (forward linkage) dan keterkaitan ke belakang atau keterkaitan hulu (backward linkage). Data yang digunakan adalah sekunder. Data utama adalah tabel input output provinsi Jawa Timur tahun 2010 dengan matriks transaksi 110x110 dengan kode IO 37 - kode IO 78 (42 jenis industri manufaktur). Data pendukung lainnya berasal dari BPS dan sumber-sember terkait lainnya. Secara sederhana model input-output digambarkan dalam tabel berikut. Permintaan Antaia
""\Output
Permintaan Akhir Jumlah Output
Input
n
C+I+G+X
—
Zln
Yi
X!
Z22
—
Z28
Y2
X2
Zn2
Zn3
Yn
xn
1
2
3
1
Zn
Z12
2
Z21
n
Znl
Input Antaia
Znn
Nilai Tambah
Vl
V2
...
v„
Impor
Mi
M2
...
Mn
Jumlah Input
X!
X2
...
xn
tabel di atas, persamaan output menurut bails adalah sebagai berikut: Zn + Z12 + Z13 ....+ Zis + Yi = Xi Z21 + Z21 + Z23
+ Z28 + Y2 = X2
Z31 + Z32 + Z33
+ Z38 + Y3 = X3
3 XZij+Yi j=i
=
Xi
; dimana(i = 1,2.3... 42 )
pers(3.1)
jrsamaan total input menurut kolom adalah sebagai berikut: Zn + Z21 + Z31 .... Z38 + Vi = Xi m life
feb <.£»«■
Fakultas Ekonomika danWacana Bisnis Universitas Kristen Satya
1033
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014 Zl2 + Z22 + Z23 ■■■■ Z28 + V2 — X2 Z13 + Z23 + Z33
Z38 + V3 — X3
3 EZiJ+Vi=Xi i=i
; dimana(j = 1,2.3, 42 ) H
pers (3.2)
keterangan : zy =
sejumlah output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j untuk menghasilkan output sebesar X;.
Yi =
permintaan akhir sektor i
Vj =
input primer sektor j
Dalam mendorong sektor-sektor ekonomi lainnya untuk berproduksi atau memanfaatkan basil produksinya, analisis keterkaitan industri manufaktur Jawa Timur dibedakan menjadi keterkaitan langsung (direct linkage) dan tidak langsung (indirect linkage). Penjumlahan kedua keterkaitan tersebut adalah keterkaitan total (total linkage). Keterkaitan langsung dihitung dengan menggunakan matriks koefisien tehnologi (matriks A), sedangkan keterkaitan total dihitung dengan menggunakan matriks invers Leontief ((I-A)"1). Koefisien tehnologi dinotasikan dengan a,,. dihitung dengan rumus :
Nilai koefisien input untuk masing-masing sel dapat
Zij
dimana ay = koefisien input sektor ke-i dari kolom ke-j (berada pada baris i kolom j) Zy = penggunaan input oleh sektor ke-j dari sektor ke-i Xj
= output sektor ke-j
Setelah mendapatkan koefisien tehnologi ay manipulasi aljabar dari persamaan (3.1) di atas adalah X = A.X + Y, dimana zy = ay. X,. Selanjutnya, notasi matriks tersebut dapat disederhanakan menjadi: X = A. X + Y X - (A.X) = Y X (1 - A) = Y X = Y / (1-A) X = Y (1 - A)1 X = (1 - A)1 Y Matriks (1-A)"1 disebut sebagai matriks kebalikan Leontief (Leontief Inverse Matrix). Elemen matriks ini merupakan matriks pengganda yang mencerminkan dampak langsung dan dampak tidak langsung (disebut juga dampak total) dari perubahan permintaan akhir output industria manufaktur Jawa Timur terhadap total output perekonomian Jawa Timur. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1034
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Keterkaitan Ke Belakang (Backward Linkage) Karena perubahan permintaan akhir pada sektor j (industri manufaktur Jawa Timur) mengakibatkan sektor yang memberi input kepada sektor j berubah, dampak tersebut mengakibatkan daya menarik (backward linkage), yaitu daya menarik (pull) sektor-sektor yang di belakangnya (hulu) untuk berubah. Artinya, perubahan pada sektor industri manufaktur Jawa Timur akan menarik sektor hulu untuk berkembang. Rumus keterkaitan ke belakang dinotasikan sebagai B(d)j = Yli=iaij ■ Selanjutnya keterkaitan ke belakang juga memiliki efek tidak langsung. Oleh karena itu, keterkaitan ke belakang total yang memasukkan efek langsung dan tidak langsung tersebut dirumuskan sebagai berikut: B(d + i)j= Xr=i aij- Notasi a merupakan matriks koefisien tehnologi, sedangkan notasi a mempakan matriks invers leontief (a).
Keterkaitan ke Depan (F orward Linkage) Keterkaitan ke depan adalah menghitung total output yang terbentuk akibat meningkatnya output sektor industri manufaktur Jawa Timur melalui mekanisme distribusi output dalam perekonomian Jawa Timur. Jika terjadi peningkatan output produksi sektor industri manufaktur i, maka tambahan output tersebut akan didistribusikan ke sektor-sektor produksi lainnya dalam perekonomian Jawa Timur, termasuk sektor industri manufaktur i itu sendiri. Keterkaitan langsung yang dinotasikan a dengan F(d)j rumusnya adalah: F(d)i = ij* sedangkan keterkaitan total ke depan industri manufaktur Jawa Timur tersebut dirumuskan sebagai: F(d + j)^ = £"=1 aij- Notasi a merupakan matriks koefisien tehnologi, sedangkan notasi a merupakan matriks invers leontief (a). Daya menarik (backward linakage) menggambarkan pengaruh kenaikan permintaan akhir suatu sektor terhadap sektor lainnya. Adapun daya mendorong (forward linkage) mendorong tumbuhnya sektor-sektor hilir karena meningkatnya input yang disediakan sektor hulu.
Angka Pengganda Output (output multiplier) Dampak output digunakan untuk melihat besarnya kenaikan total output perekonomian Jawa Timur untuk setiap kenaikan 1 (satu) satuan output yang dihasilkan oleh sektor industri manufaktur Jawa Timur. Industri manufaktur Jawa Timur dikatakan mempunyai peran yang besar dalam meningkatkan output perekonomian Jawa Timur apabila indeks multiplier outputnya lebih besar- dari satu. Rumus n indeks multiplier output industri manufaktur Jawa Timur tersebut adalah: Q . = y^yy .dimana i=l 1 merupakan elemen matriks invers Leontief atau matriks (I-A)" .
Hasil Analisis dan Pembahasan Perkembangan Perekonomian Jawa Timur Salah satu indikator hasil capaian pembangunan ekonomi di Jawa Timur adalah dilihat dari nilai PDRBnya. Selama periode tahun 2006-2013, nilai PDRB Jawa Timur atas dasar- harga konstan
feb
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014 tahun 2000 telah meningkat lebih dari dua kalinya, yaitu dari Rp 271.797,92 Milyar pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp 419.428,45 Milyar pada tahun 2013. Perkembangan nilai PDRB Jawa Timur atas dasar harga konstan tersebut menggambarkan capaian pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur adalah yang tertinggi dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia, bahkan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional dan DKI Jakarta. Lihat Gambar 1. Tingginya pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tersebut tidak lepas dart posisi strategis provinsi Jawa Timur sebagai salah satu pusat pertumbuhan di pulau Jawa dan merupakan pintu gerbang aliran barang dan jasa dari dan menuju Kawasan Timur Indonesia. Dalam PDRB Jawa Timur, perekonomian terdiri dari sembilan sektor ekonomi. Sektor yang menyumbang output paling besar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri manufaktur, serta sektor pertanian. Sejak tahun 2004, telah terjadi perubahan struktur ekonomi di Jawa Timur, dimana kontributor ekonomi terbesar Jawa Timur bergeser dari industri manufaktur Jawa Timur menjadi sektor perdagangan, hotel dan restoran. Lihat Tabel 1. Perekonomian Jawa Timur memiliki peran yang strategis dalam membentuk kinerja perekonomian nasional. Kontribusi perekonomian Jawa Timur terhadap pembentukan perekonomian nasional terus menunjukkan trend yang meningkat. Pada tahun 2013 sebesar 15,14 persen. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Jawa Timur merupakan salah satu barometer keberhasilan pembangunan ekonomi nasional. Kinerja perekonomian Jawa Timur yang baik akan memberi dampak yang besar- terhadap keberhasilan kinerja perekonomian nasional. Lihat Gambar- 2.
Industri Manufaktur di Jawa Timur Sektor industri manufaktur dalam PDRB Jawa Timur dibagi ke dalam 9 subsektor industri. Dari kesembilan subsektor industri tersebut, industri makanan, minuman, dan tembakau memberikan kontribusi nilai output produksi yang paling besar-, yaitu lebih dari 50 persen dari total output produksi industri manufaktur di Jawa Timur. Disamping membagi jenis industri manufaktur menurut subsektor dalam PDRB Jawa Timur, industri manufaktur juga dapat digolongkan berdasarkan kode IO dengan matriks transaksi 110 x 110, yaitu jenis-jenis industri manufaktur yang terdiri dari 42 jenis industri dengan kode IO 37 - kode IO 78. Secara absolut, selama periode tahun 2003-2011 perkembangan output industri manufaktur Jawa Timur terus meningkat. Namun, selama periode tahun 2006-2009, pertumbuhan output industri manufaktur- Jawa Timur mengalami periambatan (Gambar 4). Hal ini dimungkinkan kar ena pengaruh bencana lumpur Lapindo (menyembur sejak 26 Mei 2006) sehingga mengganggu distribusi sistem logistik dari wilayah Jawa Timur bagian Selatan dan Timur menuju pusat pertumbuhan di Surabaya (terdapat pelabuhan Tanjung Perak dan bandara udara Juanda) serta diperparah oleh dampak periambatan pertumbuhan ekonomi di tingkat dunia akibat resesi global. Nilai output industri manufaktur Jawa Timur menyumbang lebih dari 16 persen total output industri manufaktur nasional dengan trend yang semakin meningkat (Gambar- 5). Besarnya kontribusi industri manufaktur Jawa Timur terhadap total output industri manufaktur nasional menunjukkan bahwa industri manufaktur Jawa Timur memiliki peran yang strategis, tidak hanya dalam pengembangan industri manufaktur di Jawa Timur tetapi juga pengembangan industri manufaktur secara nasional.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1036
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014 Intersectoral Linkage Industri Manufaktur Jawa Timur Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tingkat keterkaitan industri manufaktur Jawa Timur terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya relatif tinggi, terutama untuk keterkaitan ke belakang (keterkaitan hulu). Sebagian industri manufaktur yang memiliki tingkat keterkaitan ke depan dan ke belakang, secara relatif bahan bakunya banyak disediakan oleh sektor-sektor ekonomi yang berada di wilayah Jawa Timur, sementara pasar outputnya juga berada di wilayah Jawa Timur. Beberapa jenis industri manufaktur Jawa Timur secar a umum menunjukkan tingkat keterkaitan ke depan lebih rendah dari pada ke belakang. Rendahnya keterkitan ke depan ini disebabkan karena output antara (intermediate output) jenis industri manufaktur tersebut relatif lebih kecil dibanding output akhir (final output). Rendahnya tingkat keterkaitan ke depan ini juga disebabkan karena pasar output industri manufaktur lebih banyak berada di luar wilayah provinsi Jawa Timur. Hampir semua jenis industri manufaktur memiliki tingkat keterkaitan ke belakang yang tinggi, kecuali komoditas gula (kode IO 46), komoditas rokok (kode IO 50), dan peralatan listrik (kode IO 73). Hal ini menggambarkan bahwa provinsi Jawa Timur merupakan penyedia input potensial bagi sebagian besar jenis industri manufaktur (kecuali 3 jenis industri tersebut). Artinya, bahwa input industri manufaktur Jawa Timur sebagian besar berasal dari output berbagai sektor yang berlokasi di wilayah provinsi Jawa Timur. Sebaliknya, jenis industri manufaktur yang memiliki tingkat keterkaitan ke depan (forward linkage) yang tinggi, tetapi tingkat keterkaitan ke belakangnya rendah (kurang dari 1) adalah industri gula (Kode IO 46). Industri gula ini secara relatif bahan bakunya disediakan oleh sektor-sektor lain yang berada di wilayah Jawa Timur dan di luar- wilayah Jawa Timur Industri manufaktur yang memiliki tingkat keterkaitan, baik ke depan (forward linkage) dan ke belakang (backward linkage) yang rendah, adalah industri rokok (Kode IO 50) dan industri peraltan listrik (Kode IO 73). Hasil produksi industri rokok merupakan output akhir yang langsung dikonsumsi. Industri ini memiliki keterkaitan dengan sektor jasa perhotelan dan angkutan (laut dan udara), karena sebagian besar- (61,15%) konsumennya adalah konsumen di luar wilayah Jawa Timur, yaitu 22,25% di ekspor ke luar- negeri dan sebesar 77,75%-nya dikonsumsi oleh konsumen domestik di luar wilayah Jawa Timur (antar pulau).
Dampak Peningkatan Output Industri Manufaktur terhadap Peningkatan Output Perekonomian Jawa Timur Dari total output industri manufaktur di Jawa Timur, sebesar Rp 312.842.101,49 Juta (33,27 persen) merupakan output antara dan Rp 627.468.392,07 Juta (66,73%) merupakan output akhir yang langsung digunakan (final consumption). Dari final output tersebut, sebesar Rp 360.212.377,96 Juta (57,41 persen) untuk penggunaan konsumsi di Jawa Timur dan sisanya sebesar Rp 267.256.014,11 Juta (42,59 persen) diekspor ke luar wilayah Jawa Timur. Dari jumlah output industri manufaktur Jawa Timur yang diekspor, yaitu sebesar Rp 92.725.041,96 Juta (34,7 persen) diekspor ke luar negeri dan sisanya sebesar Rp 174.530.972,15 Juta (65,3 persen) diekspor ke luar wilayah provinsi Jawa Timur (antar provinsi dan antar pulau). Dengan demikian, menunjukkan bahwa hampir separuh konsumen produk jadi industri manufaktur Jawa Timur adalah konsumen di luar wilayah Jawa Timur, yaitu produk ekspor ke luar negeri dan sebagian besar adalah ekspor antar provinsi dan antar pulau.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1037
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014 Beberapa jenis industri manufaktur Jawa Timur memberi dampak output yang relatif lebih bcsar dibanding jenis industri manufaktur lainnya terhadap peningkatan output perekonomian Jawa Timur. Jenis industri yang memberi dampak output paling besar terhadap perekonomian Jawa Timur adalah industri olahan susu dan es krim, pakan ternak, pemotongan hewan, pengawetan ikan, dan penggilingan padi (kecuali beras) dan tepung.
Strategi Pengembangan Industri Manufaktur Jawa Timur sehingga Mampu Menyumbang Tingkat Pertumbuban Ekonomi Jawa Timur yang Lebih Besar. Penyusunan strategi peningkatan kinerja perekonomian Jawa Timur penting untuk dilakukan mengingat bahwa pada tahun 2015, secara de yure, perekonomian Jawa Timur akan menghadapi pasar tunggal ASEAN dimana tingkat persaingan semakin ketat. Untuk menghadapi persaingan global yang semakin meningkat, pengembangan industri manufaktur Jawa Timur tidak hanya ditujukan untuk peningkatan keunggulan komparatif, tetapi juga untuk peningkatan keunggulan kompetitif agar daya saing ekspor produk industri manufaktur Jawa Timur meningkat. Hal ini karena beberapa jenis industri manufaktur merupakan komoditas ekspor unggulan, yaitu ekspor antar daerah (perdagangan domestik) sehingga daya saing dapat meningkat, terutama unntuk daya saing di tingkat lokal. Perkembangan industri manufaktur Jawa Timur memberikan dampak ekonomi yang cukup tinggi terhadap perekonomian Jawa Timur. Semua jenis industri manufaktur memiliki nilai output multiplier di atas satu. Strategi untuk menghadapi persaingan global yang semakin meningkat, maka pengembangan industri manufaktur Jawa Timur tidak hanya ditujukan untuk peningkatan keunnggulan komparatif, tetapi juga untuk peningkatan keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif adalah keunggulan dari sisi efisiensi proses produksi, termasuk kemudahakan mendapatkan akses ke bahan baku (input) maupun kelancaran distribusi outputnya.
Simpulan, Keterbatasan, dan Implikasi Kebijakan Simpulan 1. Tingkat keterkaitan ke belakang dan ke depan industri manufaktur Jawa Timur: a.
Beberapa jenis industri manufaktur Jawa Timur secara umum menunjukkan tingkat keterkaitan ke depan lebih rendah dari pada ke belakang.
b. Hampir semua jenis industri manufaktur di Jawa Timur memiliki tingkat keterkaitan ke belakang yang tinggi, kecuali komoditas gula (kode 10 46), komoditas rokok (kode 10 50), dan peralatan listrik (kode 10 73). c.
Sebaliknya, jenis industri manufaktur yang memiliki tingkat keterkaitan ke depan yang tinggi, tetapi tingkat keterkaitan ke belakangnya rendah (kurang dari 1) adalah industri gula (Kode 10 46).
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1038
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014 d. Industri manufaktur yang memiliki tingkat keterkaitan, baik ke depan dan ke belakang yang rendah adalah industri rokok (Kode 10 50) dan industri peraltan listrik (Kode 10 73). 2. Perkembangan industri manufaktur Jawa Timur memberikan dampak ekonomi yang cukup tinggi terhadap perekonomian Jawa Timur.
Semua jenis industri menufaktur memiliki
tingkat multiplier di atas satu. 3.
Strategi pengembangan industri manufaktur Jawa Timur Menghadapi Persaingan global adalah melalui pengembangan industri manufaktur yang tidak hanya ditujukan untuk peningkatan keunnggulan komparatif,
tetapi juga
untuk peningkatan keunggulan
kompetitif, melalui peningkiatan efisiensi proses produksi.
Keterbatasan Penelitian Mengingat alat analisis dalam penelitian ini menggunakan single region bukan multiregional input output, maka dalam penelitian ini tidak dapat melacak jalur pemasaran dari output dan sumber bahan baku (input) industri manufaktur Jawa Timur.
Implikasi Kebijakan 1. Untuk meningkatkan daya saing industri manufaktur, maka memprioritaskan pada beberapa jenis industri yang mempunyai keunggulan komparatif, yaitu yang mempunyai tingkat keterkaitan antar sektor yang tinggi. 2. Meningkatkan industri makanan dan minuman, tidak hanya dari sisi keunggulan kontribusi outputnya, tetapi agar lebih memiliki daya saing ekspor, baik ekspor ke luar negeri maupun ekspor antar daerah, mengingat bahan bakunya juga berasal dari produk lokal Jawa Timur dan mampu menyerap tenaga kerja dan dampak output yang besar.
feb
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1039
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014 DAFTAR PUSTAKA Adler, Hans A. 1982. Evaluasi Ekonomi Proyek-Proyek Pengangkutan. Ul-Press. Jakarta. Arthur O Sullivan, Arthur O. 2007. Urban Economic, 6th edition. Mc Graw Hill. USA. Badan Pusat Statik Indonesia Badan Pusat Statik Provinsi Jawa Timur http://iurnalmaritim.eom/2014/7/1164/terminal-peti-kemas-taniung-perak-overload. diakses tgl 30 September 2014. Nazara, Suahasil. 2005. Analisis Input Output, edisi kedua. LPEE-UI. Jakarta. Nijkamp, Peter. 1986. Handbook of Regional and Urban Economic, Volume II. Nort Holland. Amsterdam. Polak, Jacob B and Arnold Heertje. 2001. Analytical Transport Economics, An International Perspective. Edward Elgar. United Kingdom. Salim, Abbas. 2002. Manajemen Transportasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Setiono NS, Dedi. 2011. Ekonomi Pengembangan Wilayah, Teori dan Analisis. LPEEUI. Jakarta. Sinulingga, Budi D. 1999. Pembangunan Kota, Tinjauan Regional dan Lokal. Pustaka Sinai- Harapan. Jakarta. Tamin, Ofyar, 2000, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, edisi kedua, Penerbit ITB, Bandung. Widodo, Tri. 2006. Perencanaan Pembangunan. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1040
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014 LAMPIRAN
Tabel 1 Kontribusi PDRB Jawa Timur Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Sektor, Tahun 2006-2013 (%) Sektor
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Pertanian
16.71
16.25
15.81
15.65
15.00
14.34
13.84
13.19
Pertambangan & Galian
2.03
2.11
2.17
2.21
2.27
2.24
2.14
2.07
Industri Pengolahan
27.27
26.92
26.52
25.96
25.39
25.12
24.90
24.68
Listrik & Gas & Air Bersih
1.33
1.43
1.39
1.36
1.36
1.34
1.33
1.31
Bangunan
3.50
3.34
3.24
3.21
3.21
3.27
3.26
3.34
Perdagangan, Restoran & Hotel
28.55
29.17
29.75
29.91
31.04
31.78
32.61
33.24
Pengangkutan & Komunikasi
6.31
6.42
6.60
7.10
7.33
7.61
7.78
8.07
Keuangan,Persew Bgn&Jasa Persh
5.19
5.30
5.41
5.42
5.45
5.50
5.53
5.59
Jasa-Jasa
9.10
9.07
9.10
9.17
8.97
8.79
8.61
8.51
Total PDRB
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
Sumber: BPS Jawa Timur, diolah.
Tabel 2 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Menurut Sektor, Tahun 2006-2013 (%) Sektor
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
3.84
3.13
3.12
3.92
2.23
2.53
3.49
1.59
Pertambangan & Galian
7.90
10.45
9.26
6.92
9.18
6.08
2.32
3.30
Industri Pengolahan
2.96
4.64
4.39
2.80
4.32
6.06
6.34
5.59
Listrik & Gas & Air Bersih
3.91
11.82
3.10
2.72
6.43
6.25
6.21
4.74
Bangunan
1.40
1.22
2.70
4.25
6.64
9.12
7.05
9.08
Perdagangan, Restoran & Hotel
8.77
8.39
8.27
5.58
10.67
9.81
10.0 6
8.61
Transportasi & Komunikasi
6.34
7.77
7.20
12.98
10.07
11.44
9.65
10.43
6.94
8.47
8.05
5.30
7.27
8.18
7.91
7.68
5.00
5.88
6.27
5.76
4.34
5.08
5.06
5.32
Pertanian, Perikanan
Peternk,
Kehutn
Keuangn, Real Estate Perusahaan Jasa-Jasa
feb
&
&
Jasa
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014 Produk Domestik Regional Bruto
5.80
6.11
5.90
5.01
6.68
7.22
7.27
6.55
Sumber: BPS Jawa Timur, diolah.
feb
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1042
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014 Tabel 3 Keterkaitan Total Ke Belekang dan Ke depan Industri Manufaktur Jawa Timur Menurut Kode IO 37 - Kode IO 78 Keterkaitan Kode IO
Sektor
37
Ke Belakang
Ke Depan
Pemotongan hewan
1.5012
1.2453
38
Pengolahan dan pengawetan daging
1.3594
0.7748
39
Pengolahan dan pengawetan ikan dan biota
1.4115
0.8194
40
Pengolahan dan pengawetan buah-buahan dan sayuran
1.0894
0.8118
41
Minyak makan dan lemak nabati dan bewani
1.3625
1.2597
42
Pengolahan susu, produk dari susu dan es krim
1.5858
1.1814
43
Beras
1.4997
0.9543
44
Penggilingan padi-padian (kecuali beras), tepung dan pati
1.4018
1.3531
45
Roti dan kue
1.3883
0.7788
47
Industri makanan lainnya
1.3580
0.9781
48
Pakan ternak
1.5758
1.7843
49
Minuman
1.1341
0.7849
51
Tembakau olahan
1.3774
0.7885
52
Tekstil dan bahan tekstil
1.0320
0.9357
53
Permadani, tali, dan tekstil lainnya
1.0862
0.7660
54
Pakaian jadi
0.9924
0.7829
55
Kulit dan barang dari kulit
1.3972
0.9823
56
Alas kaki
1.1927
0.7695
57
Kayu, barang dari kayu dan gabus, anyaman bambu, rotan
1.1874
1.6575
58
Kertas dan barang dari kertas
1.0187
1.0469
59
Percetakan dan reproduksi media rekaman
1.0223
1.0621
60
Kimia dasar
1.2668
0.9161
61
Pupuk dan pestisida
1.0843
1.8396
62
Sabun, barang pembersih, dan kosmetik
0.9601
0.8343
63
Barang basil kilang minyak dan kimia lainnya
1.1273
1.0243
feb
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1043
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014 64
Farmasi dan obat tradisional
1.1571
0.9955
65
Karet dan barang dari karet
1.0895
0.9779
66
Barang dari plastic
1.0546
1.0972
67
Kaca dan barang dari kaca
1.1946
0.8818
68
Bahan bangunan, keramik, dan barang dari tanah liat
1.0453
0.7662
69
Semen kapur dan barang lainnya bukan logam
0.9781
1.0279
70
Logam dasar
1.3399
1.4851
71
Barang dari logam lainnya
1.2787
1.2555
72
Computer, barang elektronik, komunikasi, dan optik
0.9720
0.8482
74
Mesin dan perlengkapannya
1.0448
0.8693
75
Alat angkutan
1.0510
0.7752
76
Furnitur
1.0828
0.8086
77
Barang lainnya
1.1724
0.7949
78
Jasa reparasi
0.9508
0.7719
feb
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1044
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014 Tabel 4 Multiplier Output Industri Manufaktur Jawa Timur Menurut Kode Tabel Input Output ~Ko
Jenis Industri
Multiplier Output
~yi
Pemotongan hewan
1.9660
38
Pengolahan dan pengawetan daging
1.7803
39
Pengolahan dan pengawetan ikan dan biota
1.8486
40
Pengolahan dan pengawetan buah-buahan dan sayuran
1.4267
41
Minyak makan dan lemak nabati dan hewani
1.7844
42
Pengolahan susu, produk dari susu dan es krim
2.0768
43
Beras
1.9641
44
Penggilingan padi-padian (kecuali beras), tepung dan pati
1.8359
45
Roti dan kue
1.8182
46
Gula
1.2247
47
Industri makanan lainnya
1.7785
48
Pakan ternak
2.0637
49
Minuman
1.4853
Rokok
1.2305
Tembakau olahan
1.8038
Tekstil dan bahan tekstil
1.3515
Permadani, tali, dan tekstil lainnya
1.4226
"54
Pakaian jadi
1.2996
^5
Kulit dan barang dari kulit
1.8298
56
Alas kaki
1.5620
57
Kayu, barang dari kayu dan gabus, anyaman bamboo, rotan
1.5550
~58
Kertas dan barang dari kertas
1.3341
^9
Percetakan dan reproduksi media rekaman
1.3388
"60
Kimia dasar
1.6591
61
Pupuk dan pestisida
1.4200
62
Sabun, barang pembersih, dan kosmetik
1.2574
Barang basil kilang minyak dan kimia lainnya
1.4763
^0 51 ^2 53
~63
feb
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1045
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014 64
Farmasi dan obat tradisional
1.5153
65
Karet dan barang dari karet
1.4268
66
Barang dari plastic
1.3811
67
Kaca dan barang dari kaca
1.5649
68
Bahan bangunan, keramik, dan barang dari tanah liat
1.3690
69
Semen kapur dan barang lainnya bukan logam
1.2810
70
Logam dasar
1.7548
71
Barang dari logam lainnya
1.6746
72
Computer, barang elektronik, komunikasi, dan optic
1.2730
73
Peralatan listrik
1.2358
74
Mesin dan perlengkapannya
1.3683
75
Alat angkutan
1.3764
76
Furnitur
1.4180
77
Barang lainnya
1.5355
78
Jasa reparasi
1.2452
feb
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1046
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
8.00
5.80
6.11
6.16
6.00 4.00
6.68
7.22
7.27
g.SS
6.22
49
6.23
5.78
2010 2011 Nasional
2012
2013
01 35
5.50
6.01 4.63
2.00 0.00 2006
2007
2008 2009 JawaTimur
Sumber: BPS Jawa Timur, diolah. Gambar 1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur dan Nasional, Tahun 2006-2013 (%)
15.20 15.00
15.14
14.80 14.60
♦
♦
14.71
14.68
14.67
2006
2007
2008
♦ 14.73
15.03 14.89
14.79
14.40 2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: BPS Jawa Timur, diolah. Gambar 2 Kontribusi PDRB Provinsi Jawa Timur terbadap PDB Nasional Tahun 2006-2013 (%)
30.0 25.0
□ Sumatera
20.0
■ Jawa Barat
15.0
Jawa Timur
10.0
Kalimantan
5.0
■ Sulawesi
0.0 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: BPS JawaTimur, diolah.
Gambar 3 Industri Manufaktur Nasional Menurut Provnsi dan Pulau Tahun 2003-2011 (%)
feb " wW
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1047
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000
5.28
61
93
77
36
32 80
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur tahun 2005-2012, diolah. Gambar 4 Pertumbuhan Output Industri Manufaktur jawa Timur Tahun 2003-2011 (%)
16.50 16.40 16.30 16.20 16.10 16 00 15.90
16.38
16.37
16.35
16.35 16.28
16 18
2003
16 14
2004
2005
2006
2007
2008
16 09
16 12
2009
2010
2011
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur tahun 2005-2012, diolah. Gambar 5 Kontribusi Output Industri Manufaktur Jawa Timur Terhadap Industri Manufaktur Nasional, Tahun 2003-2011 (%)
feb " wW
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1048