POTENSI USAHA KERIPIK IKAN TERI WADER UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN UKM 1
2
2
Anajanti Tri Utami , Komar Sumantadinata dan Nurheni Sri Palupi Abstract
The business of teri Wader chips is a potential business due to its reliance on local raw material, its simple processing, its typical flavor, which is easily accepted by the community, and its nutritious value. This chip business has its own characteristics because only some areas produce it with a typical traditional flavor. Unfortunately, it is still managed in a simple way, and has no adequate strategy since the chips being produced are based on orders, use simple packaging, have no brand names, still use traditional equipment, and depend on their limited sources of raw materials. This study aims to inform people about the prospect of teri Wader chips, and to give feedback on the improvement of the product quality, so that it can compete with other businesses that are formerly more popular. The method of study used was descriptive. The primary and secondary data were gathered through literature review and interview. The data were analyzed qualitatively using the SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats) analysis, and quantitatively using financial analysis. The result of the analysis based on marketing, production and economy showed that Mrs. XYZ’s business needs to change its marketing strategy into aggressive marketing rather than waiting for orders. The quality of production needs to be improved by using new conducive technology, but still keeping the typical traditional characteristics of the product. Besides, the tendency of profit growth as shown in the trend of the past three years (2000-2002) can be increased further by determining a higher business target. Based on the SWOT analysis, it can be concluded that the typical characteristics of teri Wader chips are the strength of Mrs. XYZ’s business, even though there are weaknesses in their product packaging, and the limited supply of raw material. In terms of the business opportunity, this business has great potential because not many people occupy themselves in this business.
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Di Indonesia, pengusaha kecil jumlahnya banyak dan bergerak di berbagai sektor ekonomi serta tersebar di seluruh wilayah Indonesia (Suprijadi, 1998). Berdasarkan data BPS (2001), jumlah usaha kecil (UK) meningkatkan pada tahun 2000, kelompok industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga mengalami peningkatan sebesar 6,42% dan 2,97% dari tahun sebelumnya (1999). Sektor usaha kecil menengah (UKM) atau industri kecil (IK) yang berpotensi ekspor dan berdaya tahan tinggi, salah satunya adalah makanan dan minuman seperti makanan tradisional, kue, kerupuk, keripik, asinan, sirp asam, sirp markisa dan jamu (Wigneswara, 1998). Ikan teri Wader adalah ikan berukuran kecil dan banyak dijumpai di perairan darat seperti danau, sungai dan rawa, salah satunya adalah di daerah Rawa Pening. Ikan teri Wader umumnya diolah menjadi keripik. Berdasarkan hasil pemeriksaan ahli gizi ikan teri kering mengandung kalori, protein dan lemak yang lebih banyak daripada ikan kakap (Evy, dkk, 2001). Selain itu, ikan teri Wader memiliki kadar fluor yang tinggi. Selain itu, ikan sungai seperti ikan teri Wader merupakan sumber omega-3 yang bermanfaat untuk menurunkan kolesterol (Sriyanto, 2003). Sebagai ilustrasi, pada Tabel 1 dapat diketahui gizi ikan teri dibandingkan dengan jenis ikan lain, telur dan daging per 100 g. Pengolahan dan pemasaran ikan teri Wader memang masih terbatas di daerah Semarang dan sekitarnya, khususnya di kota Salatiga. 2. Permasalahan Perusahaan keripik ikan teri Wader Ibu XYZ di Semarang ini adalah sebuah perusahaan yang baru berjalan ± 2 tahun memproduksi dan memasarkan keripik ikan teri Wader. Keripik 1 2
Alumni PS MPI, SPs IPB Staf Pengajar PS MPI, SPs IPB
13 ikan teri Wader yang dihasilkan menggunakan bahan baku ikan teri Wader dari Rawa Pening, Salatiga. Usaha keripik tersebut memiliki ciri khusus tersendiri, karena hanya beberapa daerah yang memproduksi produk tersebut dengan rasa tradisional khas. Usaha keripik ini masih dikelola secara sederhana dan kurang didukung strategi memadai, karena produk ini dilakukan hanya atas dasar pesanan, kemasan produk sederhana dan tidak memiliki merek, masih menggunakan peralatan tradisional dan bahan baku masih tergantung pada sumber yang terbatas. Dari uraian tersebut dapat dirumuskan masalah yang dikaji, yaitu : (a) Bagaimana prospek usaha keripik ikan teri Wader dalam skala usaha kecil ?, (b) Upaya apakah yang diperlukan Ibu XYZ untuk meningkatkan produk keripik ikan teri Wader ? Tabel 1. Gizi ikan teri dibandingkan dengan jenis ikan lain, telur dan daging per 100 g Jenis ikan Teri kering Bandeng Ikan mas Telur ayam Daging ayam Daging sapi Sumber : Khomsan, 2003.
Protein (g) 33,4 20,0 16,0 12,8 18,2 18,8
Lemak (g) 3,0 4,8 2,0 11,5 25,0 14,0
Zat besi (g) 3,6 2,0 2,0 2,7 1,5 2,8
3. Tujuan Mengkaji prospek keripik ikan teri Wader dan memberikan masukan terhadap peningkatan mutu produk tersebut agar dapat bersaing dengan usaha lainnya.
METODOLOGI 1. Lokasi Kajian dilakukan pada usaha keripik ikan teri Wader milik Ibu XYZ yang berlokasi di Semarang. Usaha ini memperoleh pasokan bahan baku ikan teri Wader dari Rawa Pening di Salatiga. 2. Metode Kerja Pengumpulan data dilakukan dengan cara : a. Melakukan studi kepustakaan untuk mengetahui data relevan yang berkaitan dengan ikan teri Wader dan hal-hal lain yang menyangkut manajemen usaha dan pemasaran. b. Membuat kuesioner kepada pelaku usaha untuk mengenal lebih jelas usaha keripik ikan teri Wader yang telah berjalan saat ini. c. Membuat kuesioner terhadap konsumen untuk mengetahui minat konsumen terhadap keripik ikan teri Wader. Pemilihan responden dilakukan secara acak terhadap usaha pembuatan kerpik ikan teri Wader yang relatif baru dan konsumen masih terbatas, sehingga dipilih 50 orang responden. Untuk menganalisis data digunakan metode deskriptif, yaitu analisa kualitatif, dengan SWOT, dan analisa keuangan secara sederhana untuk melihat keuntungan, kelayakan usaha (B/C Ratio) dan Break Even Point (BP) a. Analisis SWOT Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor dalam merumuskan strategi perusahaan, yaitu : memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats) (Rangkuti, 2003). Analisis SWOT atau analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (Tabel 2) merupakan cara sistematik untuk mengidentifikasi berbagai faktor internal dan eksternal yang dimiliki dan dihadapi oleh usaha keripik ikan teri Wader, yaitu menggambarkan peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh usaha keripik ikan teri Wader yang dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya, sehingga dapat dirumuskan berbagai alternatif strategi yang sesuai.
Jurnal Industri Kecil Menengah (MPI) Vol. I No. 1 Februari 2006
14 b. Analisa keuangan Pengolahan ikan teri Wader skala rumah tangga lebih dimaksudkan sebagai usaha sampingan untuk meningkatkan pendapatan. Perhitungan dilakukan secara sederhana untuk mengetahui : 1) Keuntungan, yaitu menghitung hasil penjualan dikurangi biaya produksi. 2) Benefit cost ratio, yaitu menghitung rasio hasil penjualan dengan modal produksi. 3) Break event point, yaitu nilai batas rugi laba yang dihitung dengan asumsi harga per unit produk tidak berubah selama satu tahun. Tabel 2. Matriks SWOT Internal External Opportunities (O) Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal Threats (T) Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal
Strenghts (S) Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal Strategi (S-O) Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi (S-T) Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Weaknesses (W) Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal Strategi (W-O) Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi (W-T) Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keadaan Umum a. Kondisi perusahaan Usaha pengolahan keripik ikan teri Wader dirintis pada akhir tahun 2000 dengan maksud menambah pendapatan dan mengolah ikan teri Wader yang selama ini telah dikenal. Lokasi usaha di desa Banyumanik, Semarang. Bahan baku berupa ikan teri Wader diperoleh dari kota Salatiga yang berjarak + 40 km ke arah selatan kota Semarang. Ikan teri Wader merupakan salah satu komoditi Rawa Pening, Salatiga yang luasnya + 2.670 ha. Para nelayan mengambil ikan dan menjualnya kepada Bapak YYZ, yang segera mengolahnya untuk dipasarkan dalam bentuk teri Wader goreng setengah matang. Ada beberapa pelaku usaha yang menjalankan bisnis serupa, namun daerah pemasarannya berbeda. Pelaku usaha ini merupakan UK yang umumnya tidak terdaftar. Keripik ikan teri Wader yang diproduksi oleh Ibu XYZ memiliki mutu yang bagus, karena memiliki rasa enak, dengan bahan baku berukuran bersih, relatif seragam dan tidak banyak bercampur dengan produk perikanan lainnya. Bahan dan peralatan pembuatan keripik ikan teri Wader cukup sederhana dan mudah diperoleh. Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah : 1) Bahan utama, yaitu ikan teri Wader basah dan ikan teri Wader setengah matang 2) Bahan tambahan, yaitu bawang putih, garam halus, vetsin, tepung dan minyak goreng Ikan teri ini diproses, baik di Semarang maupun di Salatiga. Di Salatiga, ikan teri Wader setelah disortasi lalu dicuci bersih, selanjutnya dilapisi dengan tepung dan digoreng sampai setengah matang dan ditiriskan. Dari 1 kg ikan teri Wader setelah digoreng setengah matang menjadi ¾ kg, atau rendemennya 75%. Ikan teri Wader setengah matang siap dipasarkan. Di Semarang, di perusahaan Ibu XYZ, ikan teri setengah matang diberi tambahan bumbu berupa bawang putih dan garam sesuai selera. Didiamkan + 10 menit sampai bumbu meresap. Setelah itu, ikan teri Wader digoreng sampai berwarna kecoklatan dan segera ditiriskan. Dari setiap 10 kg ikan teri Wader setengah matang, setelah digoreng menjadi 8,5 kg, atau rendemennya 85%. Setelah digoreng, ikan teri Wader dikemas dengan tujuan untuk mempertahankan mutu, menghindari kerusakan selama penyimpanan, memudahkan transportasi dan memudahkan penanganan selanjutnya. Pengemasan makanan dapat mencegah penguapan air, masuknya gas oksigen, melindungi makanan dari debu dan kotoran lain dan melindungi produk dari kontaminasi serangga dan mikroba.
Jurnal Industri Kecil Menengah (MPI) Vol. I No. 1 Februari 2006
15 Bahan yang sering digunakan untuk mengemas keripik ikan teri Wader adalah kantong plastik. Mengingat ikan teri Wader merupakan produk yang mudah hancur, maka digunakan kemasan plastik berbentuk kotak. b. Aspek pemasaran Keripik ikan teri Wader pemasarannya hanya terbatas di daerah setempat. Dalam hal ini, tidak ada strategi khusus yang dilakukan dalam memasarkan keripik ikan teri Wader. Pengenalan produk hanya didasarkan informasi dari mulut ke mulut. Salah satu permasalahan usaha kecil pada umumnya adalah produksi tergantung pada pesanan. Keripik ikan teri Wader disukai, selain karena citarasa dan kandungan gizinya (analog dengan per 100 g ikan teri adalah protein 33,4 g, lemak 3,0 g dan zat besi 3,6 g), juga karena harganya lebih murah dibandingkan ikan teri lainnya. Ikan teri nasi (mentah) + Rp. 65.000/kg, sementara harga ikan teri Wader yang sudah matang/siap dikonsumsi hanya Rp. 40.000/kg. c. Aspek keuangan Analisis usaha sangat diperlukan dalam suatu usaha pengolahan yang bersifat komersial, karena dapat dijadikan acuan mengenai besarnya biaya produksi, pemasukan dan keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha. Untuk memulai usaha pembuatan keripik ikan teri Wader tidak diperlukan modal besar, mengingat pengolahan dapat dilakukan di rumah dengan proses sederhana. Biaya yang dibutuhkan untuk investasi dan proses produksi dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4. Tabel 3. Pengadaan fasilitas usaha keripik ikan teri pada periode Desember 2002 Jenis fasilitas A. Peralatan : 1) wajan 1 buah 2) saringan ram 1 buah 3) serok 1 buah 4) baskom plastik 1 buah 5) anyaman bambu (irig) 2 buah 6) sendok kayu 1 buah 7) timbangan 1 buah Jumlah investasi (A) B. Jangka usia ekonomis rataan Biaya penyusutan alat/tahun (B/2) Biaya penyusutan alat/bulan Biaya penyusutan alat/hari
Nilai (Rp.) 50.000,15.000,115.000,17.500,10.000,1.500,200.000,309.000,2 tahun 154.500,12.875,429,-
Tabel 4. Analisa usaha pembuatan keripik ikan teri Wader per hari Uraian A. Biaya produksi 1. ikan teri Wader 10 kg @ Rp. 17.500/kg 2. minyak goreng 3 kg @ Rp. 4.400/kg 3. bumbu 4. minyak tanah 1 L 5. plastik 1 kg B. Biaya tenaga kerja C. Biaya penyusutan alat D. Biaya transportasi E. Jumlah (A + B + C + D) F. Hasil penjualan 8,5 kg @ Rp. 40.000/kg G. Keuntungan (F – E) H. Output/input ratio (F/E) I. Jumlah (A + B + C)
Nilai (Rp.) 175.000,13.200,5.000,1.000,5.000,25.000,429,30.000,249.629,340.000,90.371,1,36 249.200,-
Berdasarkan Tabel 3 dan 4, modal yang diperlukan Rp. 558.629,- atau ± Rp. 600.000,-. Kapasitas produksi 10 kg/hari, dengan demikian keuntungan yang diperoleh pelaku usaha selama sebulan (25 hari kerja) Rp. 2.259.275,-/bulan (Rp. 90.371 x 25 hari). Dari Tabel 4 terlihat bahwa hasil analisa B/C ratio yang merupakan pembagian hasil penjualan dengan total biaya, diperoleh 1,36. Dalam suatu usaha, apabila B/C ratio > 1, dikatakan usaha tersebut Jurnal Industri Kecil Menengah (MPI) Vol. I No. 1 Februari 2006
16 layak untuk dijalankan. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui pelaku usaha mencapai BEP 6,23 kg (Rp. 249.200 : Rp. 40.000/kg. Pada saat mencapai BEP, keuntungan yang diperoleh Rp. 90.800 (2,27 kg x Rp. 40.000) atau sebesar 36% (Rp. 90.800 : Rp. 249.629). Untuk mengetahui kesan konsumen terhadap keripik ikan teri Wader, diberikan kuesioner meliputi mutu produk, harga, citarasa, pelayanan, kemasan dan promosi kepada konsumen. Konsumen yang memberikan responnya terhadap kuesioner ada 50 responden. Berdasarkan hasil kuesioner, konsumen memberikan respon positif terhadap mutu produk, yang berarti pelaku usaha sudah mampu menyediakan produk yang baik dan bersih dari bahan campuran, seperti udang dan ikan-ikan lain yang tidak diharapkan. Semua responden menyatakan produk tidak mudah berubah rasa, warna dan bau, yang berarti bahwa keripik ikan teri ini cukup tahan lama. Perbaikan mutu harus dimulai untuk mengurangi rasa berminyak pada keripik ikan teri, karena 90% responden menyatakan keripik ikan teri Wader terlalu berminyak. Persentase responden konsumen terhadap mutu dapat dilihat pada Gambar 1. Mengenai harga, sebagian besar (98%) responden menyatakan bahwa harga keripik ikan teri Wader saat ini (Rp. 40.00/kg) masih terjangkau oleh daya beli dan 96% menyatakan bahwa harga keripik ikan teri Wader ini masih lebih murah bila dibandingkan harga produk ikan teri lainnya. Persentase respon konsumen terhadap harga dapat dilihat pada Gambar 2. 100 100
90 Mudah berubah (rasa, warna dan bau)
78
80 60
tidak mudah rusak/hancur
40
Terlalu berminyak Bersih
20 0 0
Gambar 1. Respon konsumen yang menjawab “ya” terhadap mutu keripik ikan teri Wader
100
98
96 80
80 Boleh ditingkatkan 60 40
50
Lebih murah Sesuai dengan mutu Terjangkau daya beli
20 0
Gambar 2. Respon konsumen yang menjawab “ya” terhadap harga keripik ikan teri Wader Mengenai rasa, semua konsumen menyukai rasa keripik ikan teri Wader dan menurut para konsumen, rasa keripik ikan teri Wader dapat diterima oleh semua orang. Walaupun 50% konsumen menyatakan perlu adanya modifikasi rasa, maka pelaku usaha harus menguji lagi tentang selera konsumen. Persentase respon konsumen terhadap citarasa dapat dilihat pada Gambar 3. Dalam hal pelayanan, semua konsumen menilai pemesanan mudah. Pemesanan yang mudah tersebut, tidak diikuti dengan sistem pengantaran yang memadai, sehingga 60% responden yang menyatakan pemesanannya diantar tepat waktu. Selain itu semua, konsumen menganggap perlu adanya sistem pemasaran melalui warung atau supermarket. Persentase respon konsumen terhadap pelayanan dapat dilihat pada Gambar 4.
Jurnal Industri Kecil Menengah (MPI) Vol. I No. 1 Februari 2006
17
100 100
90
80
Produk disuka karena rasanya
60
50
Rasa dapat diterima oleh semua orang
40
Rasa perlu dimodifikasi
20 0
Gambar 3. Respon konsumen yang menjawab “ya” terhadap citarasa keripik ikan teri Wader
100
96
100
100
80
Pemesan mudah
Produk tepat waktu
60 60
Sistem penjualan memuaskan
40 20
Setuju apabila produk terdapat pada warung/supermarket
0
Gambar 4. Respon konsumen yang menjawab “ya” terhadap pelayanan penjualan keripik ikan teri Wader Dalam mengemas produknya, pelaku usaha hanya membungkusnya ke dalam kantong plastik, yang dinilai oleh semua konsumen terlalu sederhana, kurang menarik, maka perlu diperbaharui dan 70% menganggap perlu adanya merek. Persentase respon konsumen terhadap kemasan dapat dapat dilihat pada Gambar 5. 100
96
100
Kemasan terlalu sederhana
80 60 60
100
Kemasan kurang menarik
40
Kemasan perlu diperbaharui
20
Kemasan perlu diberi merek
0
Gambar 5. Respon konsumen yang menjawab “ya” terhadap kemasan keripik ikan teri Wader Mengenai promosi produk, 74% konsumen mengenal produk ini dari pelaku usaha usaha dan sisanya 26% dari luar pelaku usaha. Sebanyak 90% konsumen yakin dengan kemasan dan merek akan menunjang promosi produk, serta yakin akan mampu bersaing dengan produk sejenis yang lain. Persentase responden konsumen terhadap promosi dapat dilihat pada Gambar 6.
Jurnal Industri Kecil Menengah (MPI) Vol. I No. 1 Februari 2006
18
100 80
90
90 Mengenal produk dari pelaku usaha
74
Mengenal produk dari teman/di luar pelaku usaha
60 40
Kemasan dan merek sangat menunjang promosi
26
Promosi yang baik menunjang pemasaran
20 0
Gambar 6. Respon konsumen yang menjawab “ya” terhadap promosi keripik ikan teri Wader 2. Hasil Kajian Menurut klasifikasi Menteri Koperasi dan UKM dalam Wigneswara (1998), usaha keripik ikan teri Wader termasuk dalam UK dengan jumlah tenaga kerja 5 orang, aset < Rp. 200.000.000,- dan omzet < Rp. 1 milyar. Salah satu kelebihan perusahaan kecil dan menengah di sektor industri pengolahan adalah relatif tidak banyak menggunakan bahan baku impor, tetapi menggunakan bahan baku dari pasar dalam negeri atau yang tersedia di pasar lokal atau daerah. Demikian pula yang dilakukan oleh pelaku usaha yang memanfaatkan potensi daerah di Kabupaten Semarang berupa ikan teri Wader. Usaha yang dilakukan oleh Ibu XYZ ini dapat dilakukan oleh pelaku usaha lain, mengingat pengolahannya sederhana dan bahan bakunya tersedia di beberapa daerah, seperti di Wonosobo, Gunung Kidul dan Yogyakarta. Usaha keripik ikan teri Wader di samping untuk alternatif usaha guna meningkatkan pendapatan, juga berarti memberikan kontribusi peningkatan gizi masyarakat dengan bahan makanan lokal bernilai gizi baik. Tabel 5. Perkembangan produksi perikanan Indonesia pada tahun 1998-2000 Jenis 1. Ikan laut 2. Ikan darat Perairan umum Budidaya - Tambak - Kolam - Sawah - Karamba TOTAL Sumber: BPS, 2002.
1998 3.837 1 306 694 390 180 96 28 6.531
1999 4.391 1.33 408 922 527 248 100 45 7971
2000 3.922 1.335 410 924 531 252 98 43 7.515
2001 2.745 1.262 328 934 532 260 100 42 4.007
2002* 2.882 1.310 335 975 559 270 102 44 4.192
Dari Tabel 5 nampak bahwa sektor perikanan laut memang mengalami penurunan yang cukup besar dibandingkan perikanan darat. Dibandingkan dengan produksi perikanan pada tahun 2000, maka pada tahun 2001 perikanan laut mengalami penurunan sebesar 45%, sedangkan perikanan darat hanya menurun 6% (CIC, 2002). Dengan demikian, perikanan darat merupakan salah satu komoditas berpotensi, dalam upaya mengatasi lemahnya potensi perikanan laut di Indonesia, paling tidak untuk konsumsi dan peningkatan gizi dalam negeri. Berdasarkan Tabel 3 dan 4, bahwa pada tahun 2002 untuk penjualan 5 kg keripik ikan teri Wader, pelaku usaha memperoleh keuntungan Rp. 90.371. Keuntungan relatif kecil, namun apabila dalam sebulan memperoleh keuntungan Rp. 2.259.275/bulan. Rataan upah buruh di Jawa Tengah Rp. 416.600/bulan, dengan demikian upah pelaku usaha diasumsikan Rp. 416.600/bulan, sehingga keuntungan dari usaha keripik ikan teri Wader Rp. 2.259.275 – Rp. 416.600 = Rp 1.843.275. Berdasarkan produktivitas pelaku usaha, nampak adanya perkembangan yang cukup berarti, dimana pada awal usahanya, pelaku usaha hanya memproduksi + 10 kg setiap 2 minggu, yang berkembang terus hingga saat ini mencapai tiga kali seminggu, bahkan dapat
Jurnal Industri Kecil Menengah (MPI) Vol. I No. 1 Februari 2006
19 sampai seminggu 5 kali produksi (tergantung pemesanan). Saat ini, kapasitas setiap harinya adalah 10 kg ikan teri Wader, dengan hasil akhir sekitar 8,5 kg keripik ikan teri Wader (Tabel 6). Tabel 6. Trend produksi keripik ikan teri Wader pada tahun 2000-2002 Tahun
Kapasitas produksi per hari (kg)
Jangka waktu produksi
Harga per kg (Rp.)
Keuntungan per bulan (Rp.)
2000
5 – 10
2 minggu
35.000
85.000
2001
10
1 minggu
35.000
170.000
2002
10
3 kali dalam seminggu
40.000
670.194
Kelangsungan usaha harus mendapat perhatian pelaku usaha, akibat keterbatasan bahan baku, yaitu bila suatu saat pasokan bahan baku berkurang, maka produksi akan terganggu. Pelaku usaha diharapkan jangan hanya mengandalkan satu pemasok, mengingat permintaan konsumen semakin meningkat dan untuk mengatasi kekurangan bahan baku. Dalam aspek produksi, laporan keuangan menjadi sangat berarti, karena dari laporan keuangan pelaku usaha dapat memproyeksikan produksinya. Di Indonesia banyak sekali pengusaha kecil yang tidak memiliki catatan mengenai pengeluaran dan penerimaan, tidak membedakan antara pengeluaran pribadi dan pengeluaran usaha, serta tidak memiliki gambaran yang jelas mengenai biaya produksi. Permasalahan ini terjadi di perusahaan pembuat keripik ikan teri Wader, yang dikelola oleh ibu XYZ. Perlu disadari bahwa usaha dibuka dengan pengelolaan yang bertujuan agar keripik ikan teri Wader terjual dan untuk membangun suatu usaha perlu membeli peralatan, membeli bahan baku, membayar tenaga kerja, membayar proses produksi dan sebagainya. Hal ini memerlukan uang yang jumlahnya harus dapat ditutupi oleh hasil penjualan keripik ikan teri Wader. Dengan kata lain yang perlu disadari dalam usaha adalah biaya yang dikeluarkan dan penerimaan dari hasil penjualan produk. Keuntungan belum tentu milik pelaku usaha dan kerugian tidak selalu ada di benak pelaku usaha, sebagai akibat dari perubahan harga yang mengikuti mekanisme pasar. Profil SWOT usaha keripik ikan teri Wader dapat dilihat pada Tabel 7 dan analisis SWOT dari usaha keripik ikan teri Wader dapat dilhat pada Tabel 8. Tabel 7. Profil SWOT usaha keripik ikan teri Wader Kekuatan (S) 1. Ciri khas produk 2. Proses sederhana tanpa memerlukan keahlian khusus 3. Berpengalaman dalam memproduksi keripik ikan teri Wader 4. Koordinasi tugas lebih efisien, karena dikelola langsung oleh pengusaha 5. Citra produk sudah dikenal baik 6. Harga produk dapat terjangkau oleh berbagai tingkatan konsumen Peluang (O) 1. Belum banyak pelaku usaha sejenis 2. Keadaan perekonomian yang semakin membaik 3. Perubahan pola dan gaya hidup masyarakat 4. Kemajuan teknologi 5. Hubungan baik dengan pemasok bahan baku 6. Kebijakan pemerintah yang mendukung perkembangan IK
Kelemahan (W) 1. Produksi berdasarkan pesanan, sehingga tidak ada persediaan 2. Ketergantungan pada satu pemasok bahan baku 3. Bahan baku belum banyak dibudidayakan 4. Belum kuatnya jaringan pemasaran 5. Tidak adanya merek dagang dan promosi 6. Tidak adanya fasilitas penjualan di lingkungan IK Ancaman (T) 1. Fluktuasi harga bahan baku 2. Hambatan untuk masuk industri relatif rendah 3. Menurunnya pangsa pasar ekspor 4. Persaingan ke depan makin meningkat 5. Teknologi pesaing makin canggih
Jurnal Industri Kecil Menengah (MPI) Vol. I No. 1 Februari 2006
20 Tabel 8. Analisis SWOT dari usaha keripik ikan teri Wader Lingkungan internal
Lingkungan eksternal Peluang (O) O1 Belum banyak pelaku usaha sejenis O2 Keadaan perekonomian semakin membaik O3 Perubahan pola dan gaya hidup masyarakat O4 Kemajuan teknologi O5 Hubungan baik dengan pemasok bahan baku O6 Kebijakan pemerintah yang mendukung perkembangan IK
Kekuatan (S) S1 Ciri khas produk S2 Proses sederhana tanpa memerlukan keahlian khusus S3 Berpengalaman dalam memproduksi keripik ikan teri Wader S4 Koordinasi tugas lebih efisien karena dikelola langsung oleh pengusaha S5 Citra produk sudah dikenal baik S6 Harga produk dapat terjangkau oleh berbagai tingkatan konsumen Strategi S – O (agresif) 1. Mempertahankan dan meningkatkan volume penjualan dengan melakukan penetrasi pasar, serta pemberian produk (O1,O2,S1,S2,S3) 2. meningkatkan skala usaha dengan memperkuat permodalan (O1,O3,O4,S1,S2,S3) 3. memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan mutu dan nilai jual produk (O1,O2,O4,S1,S2,S3) 4. menciptakan variasi produk berdasarkan trend masyarakat (O1,O2,S1,S3,S5,S6)
Kelemahan (W) W1 Produksi berdasarkan pesanan, sehingga tidak ada persediaan W2 Ketergantungan pada satu pemasok bahan baku W3 Bahan baku belum banyak dibudidayakan W4 Belum kuatnya jaringan pemasaran W5 Tidak adanya merek dagang dan promosi W6 Tidak adanya fasilitas penjualan di lingkungan IK Strategi W – O (diversifikasi) 1. Memanfaatkan lembaga perbankan untuk meningkatkan model usaha dan mengembangkan usaha (O1,O6,W1,W2,W3,W5) 2. memanfaatkan kepedulian lembaga pendidikan, LSM atau pemerintah untuk membantu meningkatkan pengetahuan manajemen IK dan pengusaha, terutama pengelolaan keuangan dan pemasaran (O1,O6,W2,W4,W5) 3. mencari distributor baru untuk memperluas jaringan pemasaran ke pasar potensial (O1,O2,W2,W3,W4,W5)
Ancaman (T) Strategi S – T (diferensiasi) Strategi W – T (defensif) T1 Fluktuasi harga 1. Bersikap konsisten dalam 1. Memanfaatkan lembaga bahan baku mempertahankan mutu produk permodalan sebagai T2 Hambatan untuk dan produktivitas, sehingga penunjang kegiatan industri masuk industri relatif mampu diterima di pasar (T1,W1,W2,W7) rendah global 2. Meningkatkan pengenalan T3 Menurunnya pangsa 2. Meningkatkan efektifitas label produk untuk menjaga pasar ekspor pemasaran melalui kegiatan eksistensi IK T4 Persaingan ke pemasaran agresif (T2,T3,W3,W4,W5) depan makin (T1,T2,S3,S5,S6) meningkat T5 Teknologi pesaing makin canggih Keterangan : 1) (S 1 ,O 1 ) atau S 1 ,T 1 ) atau (W 1 ,O 1 ) atau (W 1 ,T 1 ) merupakan kombinasi faktor internal dengan faktor eksternal yang menghasilkan pilihan strategi 2) i = 1, 2, .... n Dari tiga aspek ekonomi, produksi dan pemasaran secara deskriptif, serta analisis SWOT, didapatkan informasi dan fakta bahwa pengembangan keripik ikan teri Wader oleh UKM dapat dilakukan dengan alasan sebagai berikut :
Jurnal Industri Kecil Menengah (MPI) Vol. I No. 1 Februari 2006
21 1. Secara komersial, keripik ikan teri Wader mendapat respon yang cukup bagus dari konsumen 2. Secara teknis teknologis, pengolahan ikan teri Wader menjadi keripik ikan teri Wader tidak memerlukan keahlian khusus. 3. Secara ketersediaan modal, usaha keripik ikan teri Wader tidak memerlukan peralatan yang mahal, karena dapat dimulai dengan peralatan dapur rumah tangga.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a.
b. c. d. e.
Usaha keripik ikan teri Wader merupakan salah satu alternatif UK yang cukup berpotensi untuk dikembangkan, karena mengandalkan bahan baku lokal, diproses secara sederhana, rasanya khas dan memberikan sumbangan gizi yang baik. Pasar keripik ikan teri Wader masih terbuka, terbukti dengan peningkatan permintaan yang ditunjukkan oleh peningkatan aktivitas produksi. Usaha pembuatan keripik ikan teri Wader dapat berperan menciptakan lapangan kerja, memenuhi konsumsi ikan sehari-hari dan meningkatkan pendapatan daerah. Permasalahan yang dihadapi oleh pelaku usaha adalah perlunya penyempurnaan aspek pemasaran, aspek produksi dan aspek ekonomi Untuk meningkatkan kemampuan usaha keripik ikan teri Wader sebaiknya dilakukan strategi WO (menciptakan variasi produk berdasarkan trend masyarakat) ST (bersikap konsisten dalam mempertahankan mutu produk dan produktivitas), sehingga mampu diterima pasar global dan WO (memanfaatkan kepedulian lembaga pendidikan, LSM, atau pemerintah untuk membantu meningkatkan pengetahuan manajemen IK dan pengusaha, terutama dalam pengelolaan keuangan dan pemasaran).
2. Saran a. b. c. d.
Meningkatkan aktivitas usahanya melalui sarana rantai distribusi Untuk menjaga kesinambungan proses produksi, sebaiknya tidak hanya mengandalkan salah satu sumber bahan baku, namun tetap menjaga mutu produk. Perubahan kondisi lingkungan usaha yang cepat perlu diantisipasi dengan suatu strategi pemasaran efektif berdasarkan kemampuan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian adalah kebijakan harga jangan sampai terlalu mahal, penerimaan produk tidak tepat waktu, perlu adanya sistem penjualan yang lebih baik lagi, serta menciptakan kemasan dan merek yang memadai
DAFTAR PUSTAKA BPS. 2001. Statistik Indonesia 2001. Badan Pusat Statistik, Jakarta. . 2002. Statistik Industri Besar dan Sedang Tahun 2002. Badan Pusat Statistik, Jakarta. CIC. 2002. Laporan Khusus. Profil Bisnis. Prospek Penangkapan Ikan Tuna di Indonesia. Indocommercial No. 306 – 26 September 2002. Evy, R.K., E. Mujiutami dan K. Sujono. 2001. Usaha Perikanan di Indonesia. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. Khomsan, A. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta Rangkuti, F. 2003. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sriyanto. 2003. Solusi Alternatif : Kolesterol : Kolesterol. http//www.riafm.co.id. Suprijadi, A. 1998. Peranan Pengusaha Kecil dan Menengah dalam Pembangunan Ekonomi. Pengembangan Perbankan Edisi No. 73. Sept-Okt. 1998. Hal 30-35. Wigneswara, E. 1998. Rekonstruksi Usaha Kecil Menengah dalam Memperkuat Perekonomian Nasional. Majalah Pengembangan Perbankan. Edisi No. 73 September – Oktober 1998.
Jurnal Industri Kecil Menengah (MPI) Vol. I No. 1 Februari 2006