Jurnal Khasanah Ilmu - Volume 7 No.2 – 2016 – khasanah.bsi.ac.id
Potensi Sendang Jatiningsih Sebagai Objek Wisata Religi Heni Widyaningsih AKPAR BSI Yogyakarta Email :
[email protected] Abstract - Pilgrimage tourism is a kind of specific interest tourism. Gua Maria Jatiningsih or called by Sendang Jatiningsih is one of worship place once for Chatolic society pilgrimage in the sub-district Jitar, Sumber Arum, Moyudan, Sleman. The purpose of this study is to determine how potential of Sendang Jatiningsih as a religious tourism object, the influence of Sendang Jatiningsih toward socialeconomy life of community surrounded, the role of Sendang Jatiningsih on life-development Christian society as well as recognizing the SWOT analysis of Sendang Jatiningsih. Practical benefits gained from this research are as guidance in the potential development as religious tourism object in Sendang Jatiningsih. Type of the research is qualitative descriptive research by SWOT analysis. Result of this research that the presence of sendang, cave and statue of Mother Mary which are the place for prayers to the Lord Jesus, retreats, outbound, Bible parks, Griya Recollection, the availability of Homestay, souvenir and food stalls, as well as leather puppet show in the Anniversary of Sendang Jatiningsih which is tourism potential inherent from its place. The presence of Sendang Jatiningsih is able to absorb the labor of local society. The meaning of Mary pilgrimage is to express reverence specifically to Mary due to She is a saint or even very saint. Based upon SWOT analysis, the power of Sendang Jatiningsih is the strategic location, natural area of Sendang Jatiningsih, unique shape of building. While the weaknesses are unclearly signposts to that place, inadequate for facilities and infrastructure, as well as the difficulty of reaching its place to elderly. Viewing from external factor, the chance of Sendang Jatiningsih is a number of tourists visiting the pilgrimage tourism site and also wealth tourism supporting each other. While the threat of Sendang Jatiningsih is power of competition with other tourism area and the similarity of tourism object offered by them. Keywords : Potential, Sendang Jatiningsih, Religious Tourism Object Abstrak - Wisata ziarah merupakan jenis pariwisata minat khusus. Gua Maria Jatiningsih atau yang disebut dengan Sendang Jatiningsih merupakan salah satu tempat peribadatan sekaligus peziarahan umat Katolik yang ada di dusun Jitar, Sumber Arum, Moyudan, Sleman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana potensi sendang Jatiningsih sebagai objek wisata religi, pengaruh sendang Jatiningsih terhadap kehidupan sosial ekonomi warga sekitar, peran Sendang Jatiningsih dalam pengembangan kehidupan umat Kristiani serta untuk mengetahui Analisis SWOT Sendang Jatiningsih. Manfaat praktis yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai pedoman dalam pengembangan potensi sebagai objek wisata religi di Sendang Jatiningsih, Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan analisis SWOT. Hasil Dari Penelitian ini bahwa Keberadaan sendang, gua dan patung Bunda Maria yang merupakan tempat untuk ritual doa kepada Tuhan Yesus, retret outbond, taman Alkitab, Griya Rekoleksi, tersedianya Homestay, Souvenir dan warung makan, serta pagelaran wayang kulit di hari Ulang Tahun Sendang Jatiningsih merupakan potensi wisata yang terkandung di Sendang Jatiningsih. Keberadaan Sendang Jatiningsih ini mampu menyerap tenaga kerja warga sekitar. Makna ziarah Maria adalah untuk mengungkapkan penghormatan secara khusus kepada Maria karena Ia adalah orang kudus atau bahkan sangat kudus. Berdasarkan Analisis SWOT, kekuatan Sendang Jatiningsih adalah lokasi yang strategis, komplek Sendang Jatiningsih yang tampak alami, bentuk bangunan yang unik, Sedangkan yang menjadi kelemahan adalah petunjuk arah yang belum begitu jelas, sarana dan prasarana kurang memadai, serta lokasi sendang sulit dijangkau oleh lanjut usia. Dilihat dari Faktor eksternal, peluang Sendang Jatiningsih adalah banyaknya minat wisatawan mengunjungi tempat wisata ziarah, serta Kekayaan objek wisata yang saling mendukung. Sedangkan yang menjadi ancaman bagi Sendang Jatiningsih adalah kekuatan persaingan dengan tujuan wisata yang dimiliki daerah lain dan Kesamaan jenis objek wisata yang ditawarkan oleh daerah lain. Kata Kunci : Potensi, Sendang Jatiningsih, Objek Wisata Religi. 1.1. Pendahuluan Salah satu jenis pariwisata minat khusus adalah wisata ziarah yang berkaitan dengan kepercayaan atau adat istiadat masyarakat ISSN : 2087 – 0086
dan aktivitas keagamaan. Wisata ziarah dapat dilakukan oleh perseorangan maupun rombongan. Perjalanan ini mereka lakukan ke tempat-tempat yang dianggap suci dan penting 68
Jurnal Khasanah Ilmu - Volume 7 No.2 – 2016 – khasanah.bsi.ac.id bagi perkembangan iman orang atau komunitas yang bersangkutan, ke makam pemimpin yang diagungkan. Ziarah dalam agama Kristen pertama kali dibuat untuk situs yang berhubungan dengan kelahiran, kehidupan, penyaliban dan kebangkitan Yesus. Umat Kristen berziarah ke tanah suci telah dilakukan sejak abad ke-4. Ziarah mulai dilakukan ke Roma dan situs lain yang terkait dengan Rasul, martir Kristen, tempat yang pernah ada penampakan Perawan Maria. Umat Katolik dimana-mana ternyata gemar berziarah, umat tidak hanya berziarah ke Gua Maria saja tetapi juga ketempat-tempat lain seperti gereja yang bersejarah, makam orang kudus dan biara. Gua Maria Jatiningsih atau juga biasa disebut dengan nama Sendang Jatiningsih merupakan salah satu tempat peribadatan sekaligus peziarahan umat Katholik yang ada di Padukuhan Jitar, Sumberarum, Moyudan, Sleman. Sebelum dibangun menjadi Gua Maria, dulunya tempat ini bernama Sendang Pusung. Pusung sendiri merupakan singkatan dari kalimat bahasa Jawa ”sing ngapusi busung” yang artinya siapa yang berbohong akan terkena tulah. Kemudian namanya diubah menjadi Sendang Jatiningsih yang berarti sumber air dari rahmat Tuhan yang mendatangkan kedamaian. Dibangunnya kawasan ini sebagai tempat peziarahan juga melalui sejarah yang panjang. Diawali pada tahun 1952, ada warga Dusun Jitar yang memutuskan untuk dibabtis dan memeluk agama Katolik. Setahun kemudian jumlah warga yang memeluk Katolik semakin bertambah banyak, hingga akhirnya setiap jumat malam mereka mengadakan ibadah. Selain itu mereka juga kerap berlatih kesenian seperti karawitan, kethoprak, serta selawatan. Hal itu lantas menggerakkan hati seorang umat bernama Ignatius Purwidono untuk menghibahkan tanah miliknya yang berada di tepi Kali Progo sebagai tempat ibadah yang sekarang menjadi Gua Maria Sendang Jatiningsih. Setelah dana swadaya dari umat terkumpul, maka dimulailah pembangunan Gua Maria sendang Jatiningsih. Batu putih untuk dinding gua diambil dari Gunung Kidul, sedangkan patung Bunda maria dibuat oleh seorang pematung asal Muntilan. Gua Maria ini diresmikan pada tahun 1986. Pada tahun 1999 dilakukan renovasi atas Gua Maria Jatiningsih dan dilakukan pemberkatan oleh Uskup Agung Semarang pada 17 Desember 2000. Kini Gua Maria Sendang Jatiningsih tidak hanya dijadikan tempat beribadah warga Jitar, namun sudah dijadikan sebagai tempat peziarahan oleh umat Katolik dari berbagai tempat. Keberadaan sendang, gua dan patung Bunda Maria yang merupakan tempat untuk ISSN : 2087 – 0086
ritual doa kepada Tuhan Yesus tersebut merupakan potensi wisata yang terkandung di Sendang Jatiningsih. Dalam pengembangannya, peran aktif dari masyarakat dan pengelola Sendang jatiningsih sangatlah diperlukan, agar dapat dikembangkan menjadi tempat ziarah yang mempunyai daya tarik tersendiri yang tetap bertumpu pada nilai-nilai religi. Selain hal itu, potensi-potensi yang lain juga perlu digali untuk menjadikan Sendang Jatiningsih sebagai Objek Wisata religi. 1.2. Rumusan Masalah berdasarkan Latar Belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat ditarik rumusan masalh sebagai berikut : 1. Bagaimanakah potensi Sendang Jatiningsih sebagai Objek Wisata Religi di Padukuhan Jitar, sumberarum, Moyudan, Sleman ? 2. Bagaimana pengaruh Sendang Jatiningsih terhadap kehidupan Sosial Ekonomi warga sekitar ? 3. Bagaimana peranan Sendang jatiningsih dalam pengembangan kehidupan umat Kristiani ? 4. Bagaimana Analisis SWOT Sendang Jatiningsih sebagai objek wisata religi di Padukuhan Jitar, Sumberarum, Moyudan, Sleman ? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana potensi sendang Jatiningsih sebagai objek wisata religi di Padukuhan Jitar, Sumberarum, Moyudan, Sleman. 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh sendang Jatiningsih terhadap kehidupan sosial ekonomi warga sekitar. 3. Untuk mengetahui peran Sendang Jatiningsih dalam pengembangan kehidupan umat Kristiani. 4. Untuk mengetahui Analisis SWOT Sendang Jatiningsih sebagai objek wisata religi di Padukuhan Jitar, Sumberarum, Moyudan, Sleman. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Praktis Manfaat praktis yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai pedoman dalam pengembangan potensi objek wisata religi di Sendang Jatiningsih. 1.4.2. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai pengembangan bidang keilmuan dalam bidang wisata religi. 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengertian Pariwisata 69
Jurnal Khasanah Ilmu - Volume 7 No.2 – 2016 – khasanah.bsi.ac.id Pariwisata adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. Sedangkan semua kegiatan yang dilakukan untuk mendatangkan para wisatawan, seperti pembangunan hotel, pemugaran objek budaya, pembuatan pusat rekreasi, penyelenggaraan pekan pariwisata, penyediaan angkutan dan lain sebagainya, semua ini disebut kegiatan kepariwisataan. Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam (Yoeti, 2001 : 109). Soekadijo (1997) mengungkapkan pariwisata merupakan perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik serta usaha-usaha yang terkait dibidang wisata. 2.1.2. Jenis Pariwisata Pariwisata dapat dibedakan menurut motif wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Menurut Ariyanto (2005), jenis-jenis pariwisata adalah sebagai berikut : 1. Wisata Budaya Yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ketempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka. 2. Wisata Maritim atau Bahari Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga di air, lebih-lebih di danau, pantai, teluk, atau laut seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung. 3. Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi) Untuk jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usahausaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang. 4. Wisata Konvensi Yang dekat dengan wisata jenis politik adalah apa yang dinamakan wisata konvensi. Berbagai negara pada dewasa ISSN : 2087 – 0086
ini membangun wisata konvensi ini dengan menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan-ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konferensi, musyawarah, konvensi atau pertemuan lainya baik yang bersifat nasional maupun internasional. 5. Wisata Pertanian (Agrowisata) Sebagai halnya wisata industri, wisata pertanian ini adalah pengorganisasian perjalan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling di sekitar perkebunan yang dikunjungi. 6. Wisata Buru Jenis ini banyak dilakukan di negeri-negeri yang memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakkan oleh berbagai agen atau biro perjalanan. 7. Wisata Ziarah Jenis ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ziarah banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda. 2.1.3. Aspek-Aspek Pariwisata Aspek Penawaran Pariwisata menurut Ariyanto (2005), ada empat aspek (4A) yang harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah : 1. Attraction (daya tarik) Daerah Tujuan Wisata (selanjutnya disebut DTW) untuk menarik wisatawan pasti memiliki daya tarik, baik daya tarik berupa alam maupun masyarakat dan budayanya. 2. Accessbilities (kemudahan) Akses yang dimaksudkan agar wisatawan domestic dan mancanegara dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke tempat wisata. 3. Amenities (fasilitas) Amenities memang menjadi salah satu syarat daerah tujuan wisata agar wisatawan dapat dengan kerasan tinggal lebih lama di DTW. 4. Actifities (aktifitas) Adanya lembaga pariwisata, wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan mencari DTW apabila di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan, (protection of tourism) dan terlindungi. 70
Jurnal Khasanah Ilmu - Volume 7 No.2 – 2016 – khasanah.bsi.ac.id 2.1.4. Faktor Pendorong dan Penarik Wisatawan Faktor-faktor pendorong dan penarik untuk berwisata sangatlah penting untuk diketahui oleh siapapun yang berkecimpung dalam industry pariwisata (Pitana, 2005). Dengan adanya faktor pendorong, maka seseorang ingin melakukan perjalanan wisata, tetapi belum jelas mana daerah yang akan dituju. Berbagai faktor pendorong seseorang melakukan perjalanan wisata menurut Pitana (2005), adalah sebagai berikut : 1. Escape Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan, atau kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari. 2. Relaxtion Keinginan untuk penyegaran, yang juga berhubungan dengan motivasi untuk escape di atas. 3. Play Ingin menikmati kegembiraan, melalui berbagai permainan, yang merupakan kemunculan kembali sifat kekanakkanakan, dan melepaskan diri sejenak dari berbagai urusan yang serius. 4. Strengthtning family bond Ingin mempererat hubungan kekerabatan, khususnya dalam konteks (visiting, friends and relatives). Biasanya wisata ini delakukan bersama-sama (Group tour). 5. Prestige Ingin menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk meningkatkan status atau Social Standing. 6. Social interaction Untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat, atau dengan masyarakat lokal yang dikunjungi. 7. Romance Keinginan untuk bertemu dengan orangorang yang bisa memberikan suasana romantic atau memenuhi kebutuhan seksual. 8. Educational opportunity. Keinginan untuk melihat suatu yang baru, mempelajari orang lain dan/atau daerah lain atau mengetahui kebudayaan etnis lain. Ini merupakan pendorong dominan dalam pariwisata. 9. Self-fulfilment. Keinginan untuk menemukan diri sendiri, karena diri sendiri biasanya bisa ditemukan pada saat kita menemukan daerah atau orang yang baru. 10. Wish-fulfilment Keinginan untuk merealisasikan mimpimimpi, yang lama dicita-citakan, sampai mengorbankan diri dalam bentuk penghematan, agar bisa melakukan perjalanan. Hal ini juga sangat jelas dalam ISSN : 2087 – 0086
perjalanan wisata religius sebagai bagian dari keinginan atau dorongan yang kuat dari dalam diri. 2.1.5. Ciri Khas Tempat Wisata Majunya pariwisata tidak akan meninggalkan sumber daya manusia sebagai pelaku utama karena tidak bisa digantikan oleh mesin. Pariwisata tetap akan merupakan industri padat karya. Menurut Spillane (2002) ciri khas yang menarik wisatawan untuk berkunjung adalah : 1. Keindahan alam, ada beberapa ciri khusus mengenai keindahan alam. a. Wisatawan tidak perlu mengeluarkan biaya, b. Keanekaragaman suatu daerah bisa menjadi suatu daya tarik. 2. Iklim dan cuaca. 3. Kebudayaan, faktor paling menarik bagi wisatawan adalah perbedaan kebudayaan antara tempat asal dan kebudayaan yang dikunjungi. 4. Sejarah, sumber daya historis dapat dibagi antara lain : perang, agama, perumahan dan pemerintahan. Misalnya wisatawan kadang senang mengunjungi tempat yang digambarkan dalam karya satra khususnya novel-novel yang pernah mereka baca. 5. Etnicity, beberapa negara yang pernah menerima banyak imigran sering mengirim anaknya ke negara asal. 6. Accessibility adalah kemampuan untuk mencapai suatu tempat tujuan. Aksebilitas dilakukan menurut waktu, biaya, frekuensi dan keuangan. Sektor pariwisata dapat memberikan lapangan kerja cukup besar bagi masyarakat, terutama yang berupa proyek padat karya. Sektor pariwisata selain bisa memberi keuntungan pada skala nasional juga memberi keuntungan pada daerah. Terutama penduduk sekitar objek wisata, maka tak heran pengembangan pariwisata selain dilakukan oleh pemerintah pusat, juga dilakukan pemerintah daerah. Daerah yang mempunyai potensi wisata untuk menjadi tujuan wisata paling tidak ada 3 kebutuhan yang harus dipenuhi : 1. Memiliki atraksi wisata atau objek yang menarik. 2. Mudah dicapai dengan alat-alat kendaraan. 3. Menyediakan tempat untuk tinggal sementara. 3.1. Metode Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati. Deskriptif kualitatif adalah usaha untuk mengungkapkan suatu masalah, keadaan, 71
Jurnal Khasanah Ilmu - Volume 7 No.2 – 2016 – khasanah.bsi.ac.id peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar mengungkap fakta. Peneliti bertindak sebagai pengamat, membuat kategori perilaku, mengamati gejala dan mencatat informasi yang didapat dari sumber data sekunder yang berbentuk dokumentasi (Sutopo,2002) 3.1.2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Observasi Observasi adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan jalan mengamati, meneliti, atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung. Dengan cara itu data yang diperoleh adalah data factual dan actual, dalam artian data yang dikumpulkan diperoleh pada saat peristiwa berlangsung. Pengamatan secara langsung dilakukan di lapangan untuk meneliti potensi-potensi apa saja yang dimiliki oleh Sendang Jatiningsih dan sarana prasarana penunjang yang dimiliki oleh objek wisata Sendang Jatiningsih. Dalam hal ini mengamati potensi-potensi dari Sendang Jatiningsih bangunanbangunan yang ada di sekitar lokasi objek wisata Sendang Jatiningsih dan juga mengamati kegiatan-kegiatan atau ritual yang ada di objek wisata Sendang Jatiningsih. 2. Wawancara Wawancara (Interview) merupakan alat pengumpulan data yang sangat penting dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia sebagai subjek (pelaku) sehubungan dengan realitas atau gejala untuk diteliti (Pawito, 2007: 132) Informan kunci adalah Pengelola Objek Wisata Sendang Jatiningsih dengan alasan bahwa pengelola Sendang Jatiningsih tersebut mengetahui informasiinformasi tentang Sendang Jatiningsih beserta kelebihan-kelebihannya sehingga mampu memberikan informasi yang dapat mendukurng keberhasilan penelitian ini. a) Informan pendukung dalam penelitian ini adalah Koster Sendang Jatiningsih. b) Pengunjung Sendang Jatiningsih, pengunjung tersebut mampu memberikan informasi tentang kegiatan dan ritual yang dilaksanakan di lokasi objek wisata Sendang Jatiningsih. 3. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan bahan pendukung dari beberapa hasil pengumpulan data sebagai acuan suatu pokok bahasan dengan menunjukkan bahan-bahan yang akan dikaji dalam penelitian dari segi instansi terkait melalui buku-buku untuk mendapatkan informasi. ISSN : 2087 – 0086
4.1. Pembahasan 4.1.1. Potensi Sendang Jatiningsih 1. Atraksi Atraksi di Sendang Jatiningsih berupa kegiatan ritual keagamaan dan novena, pagelaran wayang Kulit di hari ulang tahun Sendang Jatiningsih. Komplek Sendang Jatiningsih tampak alami, berada di atas tebing Sungai Progo. Bentuk bangunan di Sendang Jatiningsih ini semua berbentuk seperti pendopo dan dinding sendang dibuat dari batu alam dan batu karang. Sebagai tempat ziarah umat Kristiani, komplek Sendang Jatiningsih banyak dihiasi berbagai patung-patung keagamaan seperti Bunda Maria dan Yesus Kristus. Patung Bunda Maria yang ditempatkan disebuah goa kecil disebut Goa Bunda Maria. 2. Lokasi dan Akses Gua Maria Sendang Jatiningsih Gua Maria Sendang Jatiningsih terletak 17 km di barat Kota Yogyakarta, tepatnya di Dusun Jitar, desa Sumber Arum, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman. Tempat peziarahan ini bisa ditempuh menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Untuk kendaraan pribadi tinggal menyusuri rute Tugu Joga – Perempatan Demak Ijo – Pasar Godean. Dari Pasar Godean masih harus berkendara terus kearah barat sekitar 6 km sampai menjumpai papan penunjuk Gua Maria Sendang Jatiningsih di kiri jalan. Jika sudah bertemu petunjuk arah tersebut belok kiri dan ikuti jalan. Sendang Jatiningsih berada sekitar 900 meter dari jalan utama. Sedangkan bagi yang tidak membawa kendaraan pribadi, bisa naik angkutan umum dari Terminal Giwangan, naik bus Prayogo dengan tujuan Jogja – Ngapak atau bus Pemuda dengan rute Jogja – Girimulyo. Sesampainya di terminal satelit Ngapak turun dan melanjutkan dengan berjalan kaki melewati Dusun Pingitan. Sekitar 10 menit menuju Gua Maria Sendang Jatiningsih. 3. Fasilitas Gua Maria Sendang Jatiningsih dalam mempermudah aktivitas para peziarah dilengkapi dengan fasilitas penunjang. Fasilitas tersebut antara lain : toilet, kios souvenir dan makanan, tempat parkir yang luas, aula St. Aloysius yang bisa digunakan untuk berbagai acara, taman alkitab, kapel terbuka, serta pendopo. Selain itu di tempat ini juga dibangun penginapan yang bisa dijadikan tempat retreat atau rekoleksi dan outbond. 4. Kegiatan Kegiatan yang ada di Sendang Jatiningsih adalah Misa Novena Goa Maria ratu 72
Jurnal Khasanah Ilmu - Volume 7 No.2 – 2016 – khasanah.bsi.ac.id Perdamaian Jatiningsih setiap hari minggu ke 2 jam 10.00 Wib. 4.1.2. Pengaruh Sendang Jatiningsih terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Warga sekitar. Bentuk usaha yang dilakukan warga sekitar Sendang Jatiningsih adalah berjualan souvenir rohani katolik seperti patung Bunda Maria, kalung, kitab suci, poster, kaos dan benda-benda rohani Katolik lainnya. Warga sekitar juga ada yang berjualan makanan dan minuman yang tersedia untuk peziarah di Sendang Jatiningsih ini. Keberadaan Sendang Jatiningsih ini mampu menyerap tenaga kerja yang akhir-akhir ini bermunculan, yaitu para pedagang di seputar objek wisata ziarah Sendang Jatiningsih. Keberadaan para pedagang ini membawa implikasi positif yaitu turut membantu program pemerintah mengembangkan sumber daya manusia dan menanamkan jiwa usaha mandiri serta mampu membuka lapangan kerja baru sehingga menurunkan angka pengangguran. Keberadaan lokasi objek wisata peziarahan Sendang Jatiningsih secara tidak langsung merupakan asset bagi pemerintah daerah dan warga sekitar. Dengan semakin tingginya warga masyarakat yang mendatangi lokasi ziarah tersebut, apalagi setiap bulan Maria, yaitu bulan Mei dan Oktober, peziarah yang datang ke Gua Maria umumnya melakukan doa di sepanjang Jalan Salib. Mereka berhenti pada stasi, berdoa secara khusyuk sembari berdiri. Begitu mereka menyelesaikan doa di semua stasi Jalan Salib, mereka akan menuju ke altar utama, yaitu Gua Maria. Jumlah peziarah yang relatif banyak menjadi salah satu peluang usaha warga sekitar untuk mencari rejeki dari para peziarah yang datang ke lokasi Sendang Jatiningsih. Banyak dari peziarah setelah melakukan ritual berhenti untuk melepas lelah atau para peziarah tersebut lebih memilih duduk-duduk di bawah pohon jati yang terletak di sekitar Gua Maria dan Sendang Jatiningsih. Aktivitas seperti itu yang nampak terlihat di Sendang Jatiningsih dari pagi hingga sore. Ditempat ini tidak hanya orang berziarah memanjatkan doa, tapi bisa juga sebuah wahana berinteraksi semua orang tanpa harus dibatasi perbedaan dan bisa dikatakan bahwa pada bulan Mei dan Oktober merupakan bulan “berkah” bagi warga sekitar yang ikut mencari rizki dengan berbagai bentuk pekerjaan, karena pada bulan tersebut, banyak peziarah yang datang untuk melakukan ziarah dan doa kepada Bunda Maria. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa dengan keberadaan lokasi objek wisata ziarah Sendang Jatiningsih mampu memberikan penghasilan tambahan bagi warga sekitar lokasi. ISSN : 2087 – 0086
4.1.3. Peranan Sendang Jatiningsih Dalam Pengembangan Kehidupan Umat Kristiani Pada mulanya ziarah ke gua-gua Maria ini diselenggarakan semata untuk ziarah. Ziarah untuk bertemu secara rohaniah dengan Tuhan Yesus di tempat-tempat yang ada kaitannya secara historis dengan hidup Yesus dan perkembangan Gereja kemudian. Ensiklopedia Katolik, menyebutkan ziarah itu melambangkan perjalanan hidup manusia di atas bumi ini menuju Allah. Ziarah yang mengantarkannya semakin hari semakin dekat kepada-Nya biarpun melalui kesusahan dan kecapaian. Ditempat-tempat ziarah itu semestinya orang dengan tenang merayakan ekarisi atau devosi lain. Khusus mengenai ziarah Maria, sejarah awalnya adalah pada abad-abad pertama. Orang-orang kristiani perdana yakin bahwa Maria sebagaimana orang-orang beriman lainnya juga sudah masuk surga seperti layaknya orang kudus. Barulah sekitar tahun 400 Epifanius, Uskup Kota Salmis menulis demikian, “Barangkali Perawan Maria telah wafat dan dimakamkan. Atau barangkali dia telah dibunuh sebagai martir, atau barangkali dia masih tetap hidup karena Tuhan mampu membuat apa saja yang dikehendakiNya. Namun akhir hidup Maria tidak diketahui seorangpun sengan pasti”. Inilah yang kemudian menjadi latar belakang ziarah. Lalu sekitar tahun 450 awal berziarah ke Maria. Mulailah orang-orang Kristiani menghormati suatu makam Maria di Yerusalem. Malah ada juga yang berpendapat adanya dua makam Maria, satu di bukit Zaitun dan satunya lagi di lembah Yosafat. Namun akhirnya sesudah Konsili Efesus tahun 431 diawali suatu penghormatan pada satu makam Maria di Efesus. Makna ziarah Maria adalah untuk mengungkapkan penghormatan secara khusus kepada Maria karena ia adalah orang kudus atau bahkan sangat kudus. Belakangan ini memang bukan hanya dalam rangka bulan Maria saja, tetapi bahkan sudah sepanjang tahun orang-orang biasa melakukan ziarah. Perkembangan sarana-sarana transportasi yang semakin canggih membuat peluang semakin besar untuk melakukannya. Orang berziarah adalah untuk mengungkapkan imannya sekaligus berharap mendapatkan kekuatan. Ada dua kemungkinan mengapa orang melakukan ziarah dewasa ini. Pertama, ekstrem tour atau profan, yaitu orang berziarah karena mumpung ada uang, untuk refreshing. namun agar tidak kelihatan sangat profane maka disatukan dengan ziarah biar kelihatan kegiatan ini Kristiani. Kegiatan seperti ini masih cukup baik karena mencari kesempatan menghormati Bunda Maria. Hanya kelemahannya adalah suasana rohaninya 73
Jurnal Khasanah Ilmu - Volume 7 No.2 – 2016 – khasanah.bsi.ac.id kurang menonjol. Apalagi bila waktu bulan Mei dan Oktober, suasana sakralnya sudah hilang karena begitu banyak orang yang berkunjung. Orang-orang malah kesulitan untuk berdoa. Kemungkinan kedua adalah ekstrem religius, yaitu orang-orang beziarah tidak hanya sekedar menghormati Bunda Maria, namun lebih dari itu yaitu mereka mengharapkan sesuatu yang magis. Magis dalam arti ingin mendapatkan sesuatu yang dialami dalam hidupnya sendiri. Misalnya, minta untuk mendapakan penglihatan Bunda Maria, memperoleh rahmat yang sungguh nyata dan dapat dirasakan, seakan-akan menuntut bahwa Bunda Maria itu harus nampak dan dialami nyata. Sedangkan dalam tradisi awal tidak demikian. Hanya mengungkapkan imannya dan kalau mereka mendapatkan kekuatan, itu diyakini sebagai rahmat. Pada keadaan seperti ini Bunda Maria diyakini sebagai perantara saja. Dari dua ekstrem diatas bagi masyarakat perkotaan ziarah sebagai tour nampak lebih dominan. Sedangkan orang-orang sederhana, orang-orang desa, lebih kuat pada religiusnya tetapi mereka tidak semata-mata mencari penampakan Bunda Maria. Melainkan ada sesuatu yang sungguh-sungguh diharapkan, yaitu rahmat yang sekaligus menyelesaikan masalah. Pergeseran makna ziarah dewasa ini bisa ditengok dari dua segi. Pertama pengaruh gejolak teknologi yang kian maju dan konsumerisme. Kesibukan orang-orang sekarang ini menyebabkan mereka tidak punya kesempatan untuk memberikan penghormatan secara khusus dalam hidupnya sehari-hari. Dengan adanya ziarah itu berarti bagi orang-orang sibuk itu ada kesempatan untuk memberikan penghormatan sehingga berbondong-bondong melakukan ziarah. Inilah kesempatan untuk melakukan penghormatan kepada Tuhan, juga kepada Bunda Maria. Kedua, orang hendak mengungkapkan religiositasnya. Apalagi kalau dilihat dari corak Konsili Vatikan II, yaitu pembaharuan. Maka dari itu orang-orang sebetulnya ingin mencari bentuk penghayatan iman yang asli atau kembali ke aslinya. 4.1.4. Analisis SWOT Sendang Jatiningsih Kepariwisataan merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah yang mampu memberikan pendapatan bagi pemerintah daerah dan juga pendapatan bagi masyarakat sekitar yang menggantungkan hidupnya di lokasi objek wisata tersebut. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat potensi wisata Sendang Jatiningsih, penulis melakukan kajian tentang factor pendukung dan penghambat dari Sendang Jatiningsih dengan menggunakan analisis Swot (Strength, Weakness, Opportunities, and Threats). ISSN : 2087 – 0086
Metode ini menghasilkan analisis dan pilihan strategis (strategic analysis and choice) yang dapat digunakan untuk menentukan faktor penentu keberhasilan dan kegagalan. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan sendang Jatiningsih yaitu : 1. Strength (Kekuatan) a. Lokasi Sendang jatiningsih yang trategis terletak tidak jauh dari jalan besar. Terletak 17 km di barat kota Yogyakarta. b. Komplek Sendang Jatiningsih tampak alami berada di atas tebing Sungai Progo. c. Bentuk bangunan sangat unik yang dibuat dari batu alam dan batu karang. 2. Weaknes (Kelemahan) a. Petunjuk arah belum jelas, sedangkan lokasi jalan masuk melewati banyak tikungan, sehingga banyak pengunjung salah arah. b. Sarana dan prasarana kurang memadai. c. Letak sendang berada di bawah, dan harus melalui banyak tangga untuk menuju tempat tersebut, sehingga membuat tidak semua orang bisa menuju ke sana, terutama untuk orang yang sudah lanjut usia. Faktor eksternal meliputi peluang dan ancaman yang akan terjadi, yaitu : 1. Opportunity (Kesempatan) a. Banyaknya minat wisatawan mengunjungi tempat wisata ziarah. b. Kekayaan objek wisata di Yogyakarta yang saling mendukung. 2. Threats (Ancaman) a. Kuatnya persaingan dengan tujuan wisata yang dimiliki daerah lain. b. Kesamaan jenis objek wisata yang ditawarkan oleh daerah lain. 4.1.5. Faktor pendukung Faktor pendukung bagi Sendang Jatiningsih adalah letak objek wisata yang mudah dijangkau dengan kendaraan kecil maupun bis, serta lokasi yang dekat dengan Sungai Progo membuat suasana hening dan khusyuk untuk berdoa melepas penat sambil menikmati keindahan alam. 4.1.6. Faktor Penghambat 1. Kurangnya Promosi Untuk meningkatkan jumlah pengunjung di sebuah lokasi objek wisata, peranan promosi memegang peran penting dalam memberikan informasi kepada masyarakat akan keberadaan sebuah lokasi objek wisata religi ini. Peranan yang begitu besar ini belum ditunjang dengan penggunaan media promosi yang tepat sasaran. 74
Jurnal Khasanah Ilmu - Volume 7 No.2 – 2016 – khasanah.bsi.ac.id Penggunaan media-media promosi atau periklanan seperti media cetak dan media elektronik sangat penting dalam memberikan gambaran tentang sebuah lokasi objek wisata beserta kelebihankelebihannya, sehingga masyarakat luas akan menjadi tertarik dan kemudian diharapkan akan mengunjungi lokasi objek wisata Sendang Jatiningsih. 2. Kurangnya Publisitas Selain kurangnya promosi yang dilakukan Sendang jatiningsih, maka kurangnya publisitas juga menjadi penghambat, kurang mengeksplorasi melalui media massa baik elektronik maupun media cetak melalui televisi, radio maupun surat kabar tentang keberadaan Sendang Jatiningsih. Kurangnya publisitas yang dilkukan tersebut membuat masyarakat masih jarang mengetahui tentang potensi yang ada di Sendang Jatiningsih. 5.1. Kesimpulan 1. Potensi Sendang Jatiningsih sebagai objek wisata adalah a. Atraksi berupa ritual keagamaan dan novena serta pagelaran wayang kulit di hari ulang tahun Sendang Jatiningsih. b. Lokasi dan akses terletak 17 km di barat kota Yogyakarta yang dapat ditempuh dengan kendaraan umum maupun pribadi. c. Fasilitas yang ada di Sendang Jatiningsih adalah tempat parkir yang luas, kios souvenir dan makanan, aula, kapel dan pendopo. d. Kegiatan yang ada di Sendang Jatiningsih adalah misa novena minggu ke dua jam10.00 WIB. 2. Pengaruh Sendang Jatiningsih terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi warga sekitar adalah keberadaan Sendang Jatiningsih mampu memberikan penghasilan tambahan bagi warga sekitar lokasi melalui penjualan souvenir rohani Katolik, makanan dan minuman. 3. Peran Sendang Jatiningsih dalam Pengembangan Kehidupan umat Kristiani adalah sebagai tempat ziarah menghormati Bunda Maria. 4. Analisis SWOT Sendang Jatiningsih adalah sebagai berikut a. Strength 1) Lokasi yang strategis.
ISSN : 2087 – 0086
2) Komplek Sendang Jatiningsih yang tampak alami. 3) Bentuk bangunan yang unik. b. Weakness 1) Petunjuk arah yang belum begitu jelas. 2) Sarana dan prasarana kurang memadai. 3) Lokasi sendang sulit dijangkau oleh lanjut usia karena terletak di bawah dan harus melalui beberapa tangga. c. Opportunitis 1) Banyaknya minat wisatawan mengunjungi tempat wisata ziarah. 2) Kekayaan objek wisata yang saling mendukung. d. Treats 1) Kekuatan persaingan dengan tujuan wisata yang dimiliki daerah lain. 2) Kesamaan jenis objek wisata yang ditawarkan oleh daerah lain. 5.2. Saran Saran yang dapat penulis sampaikan dalam penelitian ini adalah : 1. Meningkatkan promosi dan publisitas supaya masyarakat luas mengenal keberadaan Sendang Jatiningsih. 2. Perlunya kerjasama dengan pihak travel agent maupun hotel untuk membuat paket wisata rohani. DAFTAR PUSTAKA [1] Ariyanto. 2005. Ekonomi Pariwisata. Jakarta: Rineka cipta. [2] Merpaung, H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Alfabeta. [3] Pitana, I, G. dan Gayatri, P. G. 2005. Sosiologi dan Anthropologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi. [4] Soekadijo, R. G. 1997. Anatomi Pariwisata. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. [5] Spillane, James. 2002. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya.Yogyakarta : Kanisius [6] Sutopo, HB. 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif. Solo: UNS. [7] Yoeti, Oka. 2001. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa [8] http://www.ensiklopedia-katholik
75