TESIS – RE142551
POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI GENANGAN DAN BANJIR DI PERKOTAAN SIDOARJO RAYON SELATAN (SUB DAS SIDOKARE DAN SUB DAS SEKARDANGAN)
NAWANG WULAN NRP. 3314202807 DOSEN PEMBIMBING Harmin Sulistiyaning Titah, ST., MT., PhD
PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN TEKNIK SANITASI LINGKUNGAN JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017
Tesis disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Teknik (M.T.) di Institut ~eknologi Sepuluh Nopember Oleh: Nawang Wulan NRP. 3314 202 807 Tanggal Ujian Periode Wisuda
: 09 Januari 2017 :Maret 2017
Disetujui Oleh :
Sulisti~T.,
1. Harmin NIP. 19750523 200212 2 001
M.T., Ph.D.
2. Prof. Ir. Wahyono Hadi 2 M.Sc. 2 Ph.D. NIP. 19500114 197903 1 001
(Penguji)
~
3. Ib:...lw4t-lrwa1:11)agyo Santoso2 M.T. NIP. /19650508 199303 1 001
~
(Pembimbing)
(Penguji)
.../
4. Bieby Voijant Tangahu2 S.T. 2 M.T. 2 Ph.D. NIP. 19710818 199703 2 001
(Penguji)
Direktur Program Pascasarjana,
Prof. Ir. Diauhar Manfaat, M.Sc. 2 Ph.D. NIP. 19601202 1987011 001
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala karunia dan ridho-NYA, sehingga tesis dengan judul “Potensi Penggunaan Saluran Porus dalam Mengurangi Genangan dan Banjir di Perkotaan Sidoarjo Rayon Selatan (Sub DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan)” ini dapat diselesaikan. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Teknik (M.T.) dalam bidang keahlian Teknik Sanitasi Lingkungan pada Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Dalam penyelesaian proposal tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih setulusnya kepada: 1. Ibu Harmin Sulistiyaning Titah, ST., MT., Ph.D. selaku dosen pembimbing, yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan ide, saran dan kritiknya. 2. Keluarga penulis terutama putra pertama Antares Arsa Sena dan Suami yang selalu mendukung penulis dalam penyelesaian penulisan tesis ini. 3. Orangtua dan Kakak penulis yang membantu penulis dalam memberikan ide dan bertukar pikiran. 4. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Teknik Lingkungan yang banyak membantu dalam terselesaikannya tesis ini. Dengan keterbatasan pengalaman, ilmu maupun pustaka yang ditinjau, penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan pengembangan lanjut agar benar benar bermanfaat. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar tesis ini lebih sempurna serta sebagai masukan bagi penulis untuk penelitian dan penulisan karya ilmiah di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap tesis ini memberikan manfaat bagi kita semua terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang ramah lingkungan.
Surabaya,
Januari 2017
Nawang Wulan
POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI GENANGAN DAN BANJIR DI PERKOTAAN SIDOARJO RAYON SELATAN (SUB DAS SIDOKARE DAN SUB DAS SEKARDANGAN)
Nama Mahasiswa NRP Pembimbing
: Nawang Wulan : 3314202807 : Harmin Sulistiyaning Titah, ST., MT., PhD.
ABSTRAK
Genangan dan banjir masih saja terjadi di Sidoarjo terutama di perkotaannya walaupun Master Plan dan DED Sistem Drainase Kabupaten Sidoarjo telah disusun pada tahun 2014. Rekomendasi dari Masterplan dan DED Sistem Drainase ini masih belum mendukung drainase berwawasan lingkungan, hal ini yang menyebabkan genangan dan banjir masih terjadi. Pada perkotaan yang padat penduduk wacana saluran porus sebagai aplikasi drainase berwawasan lingkungan untuk mengurangi genangan dan banjir sangat dimungkinkan karena tidak memerlukan lahan khusus. Pada penelitian ini dilakukan untuk menentukan tingkat peresapan penggunaan saluran porus jika diterapkan di perkotaan Sidoarjo khususnya di Rayon Selatan yaitu Sub DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan. Metode yang dilakukan dengan pengujian tanah pada sekitar saluran tersier di daerah pemukiman padat dengan tes perkolasi. Penerapan drainase swale yaitu drainase yang dapat mengurangi polutan juga diuji untuk menjaga agar air yang meresap ke saluran tidak mencemari air tanah. Kadar BOD, TSS, detergen dan Escherichia Coli pada air di saluran diukur (rona awal) kemudian difilter dengan media-media permeable yang nantinya menjadi kesatuan desain dengan saluran porus. Media yang digunakan dalam penelitian ini yang berfungsi sebagai drainase swale adalah pasir, kerikil dan tanaman. Ketiga media tersebut diuji tingkat menurunkan kadar BOD, TSS, detergen dan E.coli juga yang paling tidak mengurangi daya serap drainase porus itu sendiri. Koefisien permeabilitas tanah di Sub DAS Sidokare 2,1605 x 10-5 cm/detik sedangkan pada Sub DAS Sekardangan 1,1510 x 10-5 cm/detik. Penerapan saluran porus berdasarkan koefisien permeabilitas tanah hasil tes perkolasi dapat menurunkan debit air hujan yang tidak tertampung disaluran eksisting. Saluran porus dapat menurunkan debit yang tidak tertampung sebesar 42,5% di Sub DAS Sidokare dan 72% di Sub DAS Sekardangan. Media filtrasi yang paling baik mengurangi polutan adalah media tanah asli berumput gajah tetapi laju resapannya lambat. Tanah asli berumput gajah digunakan pada desain saluran swale yang penerapannya pada pulau jalan. Pasir menempati urutan ketiga setelah tanah asli berumput dan tanah asli dalam tingkat pengurangan polutan dan pasir memiliki laju resapan yang lebih cepat dari tanah asli berumput maupun tanah asli saja. Media pasir diterapkan pada desain saluran porus sebagai material ii
permeabel didasar saluran dan kerikil melapisi bagian atas pasir sebagai material penyangga agar tidak tergerus air. Kata kunci : Drainase Berwawasan Lingkungan, Drainase Porus, Drainase Swale, Saluran Porus, Tes Perkolasi.
iii
THE POTENTIAL USEGE OF POROUS CHANNEL FOR REDUCING PUDDLES AND FLOOD IN SOUTHERN RAYON OF SIDOARJO (SUB DAS SIDOKARE DAN SUB DAS SEKARDANGAN)
By : Nawang Wulan Student Identity Number : 3314202807 Supervisor : Harmin Sulistiyaning Titah, ST., MT., PhD.
ABSTRACT
Puddles and floods are still occurs in Sidoarjo, especially in urban area , though the Master Plan and DED Drainage Systems Sidoarjo regency has been compiled in 2014. Recommendations of the Masterplan and DED drainage system is still not supporting eco-drainage, which is why the puddle and flooding still occurs. In densely populated urban, the discourse of porous channels as the application of eco-drainage to reduce flooding and flooding is possible because it does not require special land. This study conducted to determine the level of channel usage impregnating porous if applied in Sidoarjo, especially in the urban South Rayon in Sub DAS Sidokare and the Sub DAS Sekardangan. The method is done by testing the soil around the tertiary channels in dense residential area with a percolation test. Application of drainage swale which is a drainage that can reduce the pollutants are also tested to ensure that the water that seeped into the channel does not contaminate groundwater. BOD, TSS, detergents and Escherichia coli in the water in the channel is measured (baseline) and then filtered through permeable media which will be unity of design with porous channels. Media used in this study serves as a drainage swale are sand, gravel and plants. Those three medias was tested their reducing levels of BOD, TSS, detergents and E.coli and also tested for the least reduce the absorption of porous drainage itself The coefficient of permeability of the soil in the Sub DAS Sidokare 2.1605 x 10-5 cm / sec, while the Sub DAS Sekardangan 1.1510 x 10-5 cm / sec. Application of porous channels based on the coefficient of permeability of the soil percolation test results can reduce the discharge of rain water that do not fit the existing duct. Porous channel can reduce the discharge water that cannot be accommodated by 40.4 % in Sub DAS Sidokare and 62 % in Sub DAS Sekardangan. The most well filtration media to reduce pollutant is the natural land of bulrush media but the seepagepace is slow.The natural land of bulrush is used in swale channel the design used on the application on the park road divider. Sand ranks third after the natural grassy land and natural land in the level of pollutant reduction and the sand has a faster absorption rate than the natural land of grass and natural land only. Sand media applied to the design of porous channel as the iv
permeable material at the bottom channel and the pebbles coating on the sand as a buffer material that is not eroded by water. Keywords: drainage swale, percolation test, permeable, pollutants, porous channels.
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR
i
ABSTRAK
ii
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
x
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1
1.2 Perumusan Masalah
4
1.3 Tujuan Penelitian
5
1.4 Manfaat Penelitian
5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
6
KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Gambaran Umum Wilayah Studi
7
2.2 Pengertian pengertian
13
2.3 Jenis Tanah
15
2.4 Saluran Porus
20
2.5 Drainase Swale
22
2.6 Pengukuran Laju Perkolasi
25
2.7 Fitoremediasi dan Fitopengolahan
27
2.8 Parameter Uji Air
29
2.9 Analitycal Hierarchy Process
31
2.10 Evaluasi Formatif
33
2.11 Penelitian Terdahulu
34
METODE PENELITIAN 3.1 Umum
37
3.2 Alur Pelaksanaan Penelitian
37
3.3 Metode Pengumpulan Data
39
3.4 Analisa Teknis
46 vi
BAB IV
BAB V
3.5 Analisa Lingkungan
47
3.6 Analisa Kelembagaan
50
PEMBAHASAN 4.1 Aspek Teknis
51
4.2 Aspek Lingkungan
68
4.3 Desain Saluran Porus dan Swale
80
4.4 Aspek Kelembagaan
91
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
95
5.2 Saran
95
DAFTAR PUSTAKA
97
LAMPIRAN
99
BIODATA PENULIS
107
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Saluran yang kapasitasnya tidak memenuhi di Sub DAS Sidokare
Tabel 2.2
9
Saluran yang kapasitasnya tidak memenuhi di Sub DAS Sekardangan
10
Tabel 2.3
Jenis Batuan (geologi) perkecamatan di Kabupaten Sidoarjo 11
Tabel 2.4
Hasil Uji Laju Resapan
12
Tabel 2.5
Koefisien Permeabilitas Tanah
21
Tabel 2.6
Faktor Geometrik Saluran Porus (persatuan panjang)
23
Tabel 2.7
Pengurangan Jumlah Polutan Rumput Drainase Swale
24
Tabel 2.8
Penetapan Prioritas Elemen
32
Tabel 2.9
Kategori Evaluasi
33
Tabel 4.1
Penurunan air tes perkolasi lokasi A (Percobaan 1)
52
Tabel 4.2
Penurunan air tes perkolasi lokasi A (Percobaan 2)
52
Tabel 4.3
Penurunan air tes perkolasi lokasi A (Percobaan 3)
53
Tabel 4.4
Penurunan air tes perkolasi lokasi B (Percobaan 1)
53
Tabel 4.5
Penurunan air tes perkolasi lokasi B (Percobaan 2)
54
Tabel 4.6
Penurunan air tes perkolasi lokasi B (Percobaan 3)
54
Tabel 4.7
Perhitungan Koefisien Permeabilitas (K)
55
Tabel 4.8
Perhitungan Debit Air Masuk pada saluran tersier di Sub DAS Sidokare
Tabel 4.9
61
Pengurangan QTT setelah penerapan saluran porus pada saluran tersier di Sub DAS Sidokare
63
Tabel 4.10 Perhitungan Reduksi Genangan pada salurantersier di Sub DAS Sidokare
65
Tabel 4.11 Perhitungan Debit Air Masuk pada saluran tersier di Sub DAS Sekardangan
66
Tabel 4.12 Pengurangan QTT setelah penerapan saluran porus pada saluran tersier di Sub DAS Sekardangan Tabel 4.13 Hasil Laboratorium Saluran Suko
67 70 viii
Tabel 4.14 Hasil Laboratorium Saluran Sekardangan
71
Tabel 4.15 Perbandingan TSS dengan baku mutu ( Saluran Suko)
73
Tabel 4.16 Perbandingan TSS dengan baku mutu ( Saluran Sekardangan) Tabel 4.17 Perbandingan BOD dengan baku mutu ( Saluran Suko)
74 75
Tabel 4.18 Perbandingan BOD dengan baku mutu ( Saluran Sekardangan)
76
Tabel 4.19 Perbandingan kandungan detergen dengan baku mutu ( Saluran Suko)
77
Tabel 4.20 Perbandingan kandungan detergen dengan baku mutu ( Saluran Sekardangan) Tabel 4.21 Prioritas Alternatif
78 94
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Pembagian Rayon Pada Sistem Drainase Kota Sidoarjo
8
Gambar 2.2
Segitiga Tekstur
20
Gambar 2.3
Tipikal Drainase Swale Sistem Kering
24
Gambar 2.4
Tipikal Drainase Swale Sistem Tergenang
24
Gambar 2.5
Ring Infiltrometer
26
Gambar 2.6
Penurunan Muka Air
26
Gambar 2.7
Fito Pengolahan
28
Gambar 2.8
Peta Jenis Tanah
34
Gambar 2.9
Penampang Aliran Air Sederhana
35
Gambar 3.1
Skema Alur Pelaksanaan Penelitian
38
Gambar 3.2
Lokasi Sub DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan
40
Gambar 3.3
Lokasi Titik Tes Perkolasi
40
Gambar 3.4
Penanaman pipa dengan balok
41
Gambar 3.5
Pipa 20 cm diatas permukaan tanah
41
Gambar 3.6
Penampang lubang tes perkolasi A
42
Gambar 3.7
Pipa diisi air sampai penuh
42
Gambar 3.8
Lubang kedalaman 40 cm
43
Gambar 3.9
Penanaman Pipa
43
Gambar 3.10 Penampang lubang tes perkolasi B
44
Gambar 3.11 Pengisian air
44
Gambar 3.12 Titik sampel pada Sub DAS Sidokare
45
Gambar 3.13 Titik sampel pada Sub DAS Sekardangan
45
Gambar 3.14 Material Filtrasi
47
Gambar 3.15 Tabung Filtrasi
48
Gambar 3.16 Tanah asli dan tanaman rumput gajah
49
Gambar 3.17 Pasir dan Kerikil
49
Gambar 4.1
Saluran Suko
57
Gambar 4.2
Saluran Sekardangan Indah
57
Gambar 4.3
Hasil filtrasi Saluran Suko (Sub DAS Sidokare)
69 x
Gambar 4.4
Hasil filtrasi Saluran Sekardangan Indah (Sub DAS Sekardangan)
70
Gambar 4.5
Perbandingan hasil uji air rona awal 2 Saluran
71
Gambar 4.6
Perbandingan TSS Sub DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan
Gambar 4.7
Perbandingan BOD Sub DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan
Gambar 4.8
Gambar 4.9
72
75
Perbandingan kandungan detergen Sub DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan
77
Perbandingan kandungan E.coli di Sub DAS Sidokare
79
Gambar 4.10 Perbandingan kandungan E.coli di Sub DAS Sekardangan
79
Gambar 4.11 Potongan saluran tersier eksisting
80
Gambar 4.12 Potongan desain saluran porus
81
Gambar 4.13 Lokasi Saluran Porus Sub DAS Sidokare
83
Gambar 4.19 Lokasi Saluran Porus Sub DAS Sekardangan
89
Gambar 4.22 Potongan desain saluran swale A
82
Gambar 4.23 Potongan desain saluran swale B
82
Gambar 4.24 Hirarki AHP
92
Gambar 4.25 Bobot Kriteria
92
Gambar 4.26 Prioritas Alternatif dari Responden 1
93
Gambar 4.27 Prioritas Alternatif dari Responden 2
93
Gambar 4.28 Prioritas Alternatif dari Responden 3
93
Gambar 4.29 Prioritas Alternatif dari Responden 4
93
Gambar 4.30 Prioritas Alternatif dari Responden 5
94
Gambar 4.31 Prioritas Alternatif dari Responden 6
94
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Kabupaten Sidoarjo diapit dua kali besar pecahan dari Kali Brantas, yaitu Kali Surabaya dan Kali Porong yang merupakan hilir dari DAS Brantas dan bermuara ke Selat Madura. Hilir yang terpecah menjadi dua kali ini membentuk suatu delta dimana sebagian besar wilayah Sidoarjo berada disini. Kabupaten Sidoarjo juga sangat terpengaruh dari pasang surut air laut karena berhimpitan langsung dengan selat Madura. Topografi Kabupaten Sidoarjo relatif rendah dan datar. Kondisi geografis ini mengakibatkan Sidoarjo berpotensi untuk banjir karena air sulit mengalir secara gravitasi. Kabupaten Sidoarjo beberapa tahun terakhir mengalami banjir yang cukup parah dan terdapat banyak genangan dibanyak titik. Belum lama ini terjadi kelumpuhan jalur Kereta Api di Sidoarjo karena jalur rel KA kebanjiran. Kelumpuhan ini berlangsung lebih dari 7 (tujuh) hari. Jika tetap berpegang pada paradigma lama dimana kelebihan air yang berasal dari hujan secepat – cepatnya dialirkan ke saluran lalu ke sungai dan dari sungai secepatnya dialirkan ke laut agar tidak ada yang menggenang atau terjadi banjir, maka permasalahan genangan dan banjir di Kabupaten Sidoarjo tidak akan terselesaikan. Mengingat daerah tangkapan air di hulu semakin berkurang dan tinggi permukaan air laut yang semakin naik. Pemikiran ini masih memandang permasalahan secara lokal saja. Tidak melihat secara luas kondisi lingkungan di hulu, tengah dan hilir menjadi satu kesatuan dari permasalahan dan penyelesaian. Terlepas dari kondisi lingkungan di hulu yang tidak begitu memperhatikan konservasi air, kondisi lingkungan di hilir pun sangat perlu diperhatikan. Lokasi Kabupaten Sidoarjo yang cukup strategis karena berhimpitan langsung dengan Kota Surabaya sebagai pusat perkembangan Ekonomi di Jawa Timur membuat 1
Sidoarjo tidak bisa mengelak dari pertumbuhan penduduk yang begitu pesat. Sidoarjo sebagai limpahan dari perkembangan Surabaya, membuat kondisi perubahan lahan (land use) di Sidoarjo menjadi sangat cepat. Utamanya dari lahan pertanian/ tegalan menjadi perumahan dan industri yang berakibat meningkatnya koefisien aliran, tanpa ada kebijakan yang terpadu dalam sistem drainasenya. Berubahnya pola ruang yang semula terbuka menjadi terbangun akan meningkatkan run off karena jumlah resapan atau tempat parkir air berkurang. Saluran eksisting banyak yang tidak teratur dimensi dan alirannya sehingga lajunya air menjadi terhambat. Dimensi saluran pada jalan tidak cukup menampung debit hujan yang ada. Permasalahan ini harus dikelola agar tidak timbul dampak negatif yang lebih parah dari sebelumnya. Kabupaten Sidoarjo telah menyusun Master Plan dan DED Sistem Drainase pada tahun 2014. Rekomendasi dari Master Plan ini belum sepenuhnya mendukung sistem drainase perkotaan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Metode drainase berwawasan lingkungan antara lain kolam konservasi/ embung, river side polder, pengembangan areal perlindungan air tanah, saluran porus dan sumur resapan. Pada lingkungan perkotaan yang identik dengan padatnya penduduk, metode saluran porus yang paling memungkinkan untuk diaplikasikan. Saluran porus tidak membutuhkan lahan khusus, melainkan hanya merubah kontruksi saluran konvensional yang kedap air menjadi tidak kedap air. Standar saluran pracetak berlubangpun sudah ada yaitu SNI 03-69662003 tentang Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman. Saluran pracetak berlubang sebagaimana disebutkan pada SNI 036966-2003 belum pernah digunakan oleh Kabupaten Sidoarjo karena persyaratan utamanya adalah tidak boleh menerima dan mengalirkan air limbah. Saluran drainase terutama pada saluran tersiernya yang merupakan penerima pertama dari sistem drainase lokal di Sidoarjo masih menggunakan sistem tercampur dengan limbah domestik. Hal ini yang menyebabkan tidak bisa diterapkannya SNI 036966-2003. Terlepas dari sistem yang tercampur, penerapan saluran porus juga sangat dipengaruhi dengan tinggi muka air tanah. Perkotaan Sidoarjo secara umum berdekatan dengan pantai membuat penerapan saluran porus masih 2
diragukan. Daya resap saluran porus dan kelayakan air limbah yang akan diresapkan ke dalam tanah juga perlu dikaji apakah akan mempengaruhi kualitas dari air tanah. Master Plan dan DED Sistem Drainase Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2014 memprioritaskan wilayah perkotaan Sidoarjo untuk direncanakan. Sistem Drainase Kota Sidoarjo dibagi menjadi 2 (dua) rayon, yaitu rayon utara dan rayon selatan. Rayon utara meliputi sistem drainase Kemambang dan Pucang. Rayon selatan meliputi sistem drainase Sidokare dan Sekardangan. Luas rayon utara lebih luas dari rayon selatan namun permasalahan lebih banyak di rayon selatan. Rayon Selatan adalah daerah pusat kota yang sangat padat penduduknya dan terjadi banyak genangan. Genangan yang terjadi pada sistem drainase sidokare bervariasi kedalaman dan tingginya. Desa dengan genangan terluas, lama genangan lebih dari 8 jam dan tinggi genangan lebih dari 50 cm adalah Desa Sidokare dengan luas genangan 29,498 Ha. Genangan yang terjadi pada sistem drainase sekardangan juga bervariasi. Terluas terjadi di Desa Sumokali yaitu 8,031 Ha. Tinggi genangan mencapai 50 cm dengan lama genangan sampai 8 jam (Bappeda, 2014). Ditinjau dari sisi kelembagaannya, Dinas PU Pengairan, PU Bina Marga dan PU Cipta Karya masih sering saling lempar tanggung jawab dalam menangani genangan dan banjir. Dinas PU Pengairan menangani permasalahan irigasi, PU Bina Marga menangani pematusan di tepi jalan sedangkan PU Cipta Karya menangani drainase permukiman saja. Perbedaan instansi pengelola air irigasi dan limpasan air hujan inilah yang menjadi permasalahan utama dalam kelembagaan dari sistem drainase di Kabupaten Sidoarjo. Selain itu, peran investor pada permasalahan drainase ini sangatlah besar. Dengan adanya pertumbuhan perumahan dan industri yang diprakarsai oleh investor secara langsung berpengaruh dengan berkurangnya daerah resapan air hujan. Kehadiran investasi – investasi ini bagi kabupaten Sidoarjo bisa jadi tidak memberikan nilai tambah baik secara perekonomian ataupun sosialnya. Perlu dikaji apakah cara berinvestasi yang diterapkan Sidoarjo kepada investor sudah 3
tepat atau belum. Karena tanggungjawab perbaikan lingkungan juga bisa diemban bersama dengan investor. Salah satunya adalah kewajiban untuk melakukan kajian drainase dan menerapkan rekomendasinya dalam pembangunan fisik. Tetapi masih tidak optimal karena tidak ada integrasi antar investor satu dengan yang lain. Juga tidak adanya pengawasan/pemantauan yang seharusnya menjadi tupoksi dari Seksi Pengendalian Pemanfaatan Ruang pada Bidang Tata Ruang di Dinas PU. Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Sidoarjo. Permasalahan – permasalahan yang telah disebutkan di atas menjadikan Sidoarjo perlu melihat seberapa besar potensi saluran porus jika digunakan pada sistem drainase perkotaan terutama pada Rayon Selatan untuk mengurangi genangan dan banjir. Penerapan saluran porus harus dalam konsep yang terpadu. Keterpaduan yang dimaksud bukan hanya pada sistem drainase fisiknya, tetapi juga pada daya dukung lingkungan dan keterpaduan pelaksanaan lintas SKPD. Karenanya aspek terpenting yang perlu dikaji pada studi ini adalah aspek teknis, lingkungan dan kelembagaan.
1.2 PERUMUSAN MASALAH Di Kabupaten Sidoarjo terdapat permasalahan genangan dan banjir yang terjadi di banyak titik yang membuat lumpuh kegiatan perekonomian. Karenanya perlu dilakukan penelitian alternatif solusi pada sistem drainasenya. Dititik beratkan pada penelitian kondisi saluran drainase di Sistem Drainase Kota Rayon Selatan (Sub DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan) yang merupakan daerah perkotaan padat penduduk. Dilakukan penelitian secara teknis untuk mengetahui potensi penggunaan saluran porus. Penggunaan saluran porus sebagai media resapan air hujan yang bercampur dengan air limbah domestik. Penelitian terhadap media permeabel yang dapat mengurangi kontaminan terhap tanah juga diperlukan. Penelitian
terhadap
kondisi
kelembagaan
juga
dilakukan
untuk
keberlangsungan dari perencanaan fisik. Melihat kesiapan lembaga yang 4
bertanggungjawab dari pelaksanaan sistem drainase. Penyelesaian masalah dapat berupa tanggung jawab dari masing – masing ruas saluran dan tupoksi baru.
1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menentukan tingkat peresapan saluran porus dalam penerapannya di Sub DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan. 2. Menentukan ketepatgunaan saluran porus pada lokasi yang sesuai di Sub DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan. 3. Menentukan media filtrasi air dari saluran agar kualitasnya sesuai bakumutu air. 4. Menentukan bentuk kelembaga yang bertanggungjawab pada drainase Perkotaan Sidoarjo agar dapat menjalankan program drainase berwawasan lingkungan khususnya penerapan saluran porus.
1.4 MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui apakah saluran porus bisa mengurangi genangan dan banjir di Perkotaan Sidoarjo. Juga diketahui desain saluran porus yang tepat untuk diterapkan pada saluran tercampur (air hujan dan air limbah) agar tidak membahayakan lingkungan dengan penggabungan desain porus dan swale. Manfaat lainnya adalah dapat mengerucutkan tupoksi dari lembaga yang bertanggungjawab pada drainase Kota Sidoarjo menjadi tupoksi yang memang dibutuhkan untuk aplikasi drainase berwawasan lingkungan.
5
1.5 RUANG LINGKUP Penelitian ini dibatasi pada : a. Wilayah studi perkotaan Sidoarjo Rayon Selatan (Sub DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan) b. Analisis teknis dilakukan dengan mencari kuantitas resapan saluran porus sebagai desain saluran drainase tersier dengan nilai permeabilitas yang didapat dari hasil uji perkolasi tanah di Sub DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan c.
Analisis lingkungan dilakukan dengan membandingkan kualitas air pada saluran eksisting dengan air setelah dilakukan filtrasi oleh media tanah itu sendiri dan dengan penggunaan media tertetu yang menjadi satu kesatuan desain saluran porus. Parameter yang diuji adalah TSS, BOD, Detergen dan E. coli.
d. Analisis kelembagaan difokuskan pada lembaga yang bertanggung jawab dalam menangani genangan dan banjir yaitu Dinas PU Cipta Karya, Dinas PU Pengairan, Dinas PU Bina Marga dan Bappeda juga narasumber dari tenaga ahli dan Ketua REI Kabupaten Sidoarjo sebagai wakil dari pengembang perumahan.
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
2. 1.
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Sidoarjo memiliki daratan seluas 714,245 Km2 dan wilayah lautan sampai
dengan 4 mil ke arah laut seluas 201,6868 Km2 Batas – batas administratif Kabupaten Sidoarjo adalah : Sebelah Utara
: Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik
Sebelah Timur
: Selat Madura
Sebelah Selatan
: Kabupaten Pasuruan
Sebelah Barat
: Kabupaten Mojokerto
Wilayah studi pada penelitian ini bukan menggunakan batas administrasi karena sistem drainase menggunakan batas hidrologi yaitu pada Sistem Drainase Kota Sidoarjo Rayon Selatan. Sistem Drainase Kota Sidoarjo Rayon Selatan meliputi sub DAS Sidokare dan sub DAS Sekardangan, dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah ini. Pada sub DAS Sidokare terdapat 52 saluran tersier dan 12 saluran sekunder dengan Afvoer Sidokare sebagai saluran primer (Lampiran A). Batas hidrologi dari sub DAS Sidokare adalah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Sistem Drainase Pucang
Sebelah Timur
: Sistem Drainase Kapetingan Hilir
Sebelah Selatan
: Sistem Drainase Sekardangan
Sebelah Barat
: Sistem Drainase Pucang dan Kedunguling
Pada sub DAS Sekardangan terdapat 23 saluran tersier dan 3 saluran sekunder dengan Saluran Sekardangan sebagai saluran primer (Lampiran B). Batas hidrologi sub DAS Sekardangan adalah sebagai berikut :
7
Afv. Pucang Afv. Sidokare
Afv. Kemambang Afv. Sekardangan
Gambar 2.1 Pembagian Rayon pada Sistem Drainase Kota Sidoarjo
8
Sebelah Utara
: Sistem Drainase Sidokare
Sebelah Timur
: Sistem Drainase Kapetingan Hilir
Sebelah Selatan
: Sistem Drainase Kedunguling
Sebelah Barat
: Sistem Drainase Sidokare dan Kedunguling
Sub DAS Sidokare merupakan prioritas pertama penanganan genangan karena terdapat 28 saluran dari 52 saluran tersier yang kapasitas salurannya nya tidak dapat menampung debit air hujan. 28 saluran tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1. Sub DAS Sidokare didominasi oleh perumahan dan permukiman, 28 saluran yang kapasitasnya tidak memenuhi adalah saluran tersier di perumahan dan permukiman. Tabel 2.1 Saluran yang kapasitasnya tidak dapat menampung air hujan di Sub DAS Sidokare Nama Saluran No. Nama Saluran No. 1 Sal. Suko 15 Sal. GOR 2 2 Sal. Puri 2 16 Sal. Magersari 3 3 Sal. Puri 3 17 Sal. Dinas Sosial 4 Sal. Puri 4 18 Sal. Sidokare Indah 2 5 Sal. Pondok Mutiara 4 19 Sal. Sidokare Indah 4 6 Sal. Pondok Mutiara 3 20 Sal. Ci Walk 2 7 Sal. Sumokali 2 21 Sal. Gang Daleman 8 Sal. Sepande 22 Sal. Magersari 2 9 Sal. Sidokare 2 23 Sal. Teuku Umar 1 10 Sal. Tamanpinang 3 24 Sal. Teuku Umar 2 11 Sal. Sidokare Asri 1 25 Sal. Ramayana 12 Sal. Sidokare Asri 4 26 Sal. BCF 2 13 Sal. Perum Palm Fiesta 27 Sal. Perum Bulu Kidul 2 14 Sal. GOR 1 28 Sal. Perum Bulu Kidul 3 Sumber : Masterplan Drainase Kab. Sidoarjo, 2014 Sub DAS Sekardangan terdapat 14 saluran dari 23 saluran tersier yang kapasitas salurannya tidak memenuhi. 14 saluran yang tidak dapat menampung debit air hujan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2. Lokasi saluran yang kapasitasnya tidak memenihi ini berada pada perumahan dan permukiman.
9
Tabel 2.2 Saluran yang kapasitasnya tidak dapat menampung air hujan di Sub DAS Sekardangan No. Nama Saluran No. Nama Saluran 1 Sal. Sumokali 3 8 Sal. Celep 2 Sal. Larangan Permai 1 9 Sal. Sumbawa 1 3 Sal. Tenggulunan 1 10 Sal. Sekardangan Indah 4 Sal. Larangan Permai 2 11 Sal. Sumbawa 2 5 Sal. Larangan 1 12 Sal. Green Park Regency 1 6 Sal. Kepodang 13 Sal. Bumi Intan 7 Sal. Kahuripan 14 Sal. Citraloka Residence Sumber : Masterplan Drainase Kab. Sidoarjo, 2014 Ditinjau dari kondisi geologi, Kabupaten Sidoarjo terdiri dari beberapa lapisan batuan antara lain: batuan allivium dan batuan plistosen fasien sedimen, serta lapisan tanah alluvial. Batuan alluvium meliputi area seluas 24602,07 Ha dan tersebar di semua kecamatan, lapisan batuan plistosen fasien sedimen hanya terdapat di 6 kecamatan yaitu Kecamatan Sidoarjo, Buduran, Taman, Waru, Gedangan, dan Sedati, sedangkan lapisan tanah untuk tanah alluvial kelabu merata di 18 kecamatan seluas 47017,64 Ha. Jenis batuan di Kabupaten Sidoarjo dapat dilihat pada Tabel 2.3. Sifat fisik dan keteknikan tanah dan batuan terdapat dua bagian yaitu endapan alluvial dan batuan sedimen tersier. Hasil analisis pada endapan alluvial dan lapukan batuan tersier menunjukan jenis bahan permukaan didominasi oleh lempung lanau hingga lanau lempungan. Hasil uji laju resapan pada beberapa titik menunjukan nilai laju resapan endapan permukaan umumnya berkelas sedang (6,00 x 10-3cm/detik hingga 1,00 x10-3cm/detik), seperti terlihat pada Tabel 2.4. Menurut data DLHPE Kabupaten Sidoarjo (2002) sumur gali yang terdalam terletak Di Barat Kabupaten Sidoarjo terdapat di Desa Miliprowo (S 7 °28' dan E 112 °30 ), yaitu sekitar 14 meter (bmt). Terdangkal di sekitar pantai antara lain Desa Wadungasuh dan Siwalanpanji yaitu sekitar 2 meter (bmt). Pasokan air pada akuifer bebas di daerah dataran berasal dari hujan dan aliran permukaan (air sungai, air laut).
10
Tabel 2.3 Jenis Batuan (Geologi) Per Kecamatan di Kabupaten Sidoarjo
No
Kecamatan
Plistosen Fasien Sedimen (Ha)
Alluvium (Ha)
Jumlah (Ha)
1
Sidoarjo
42
6214
6256
2
Buduran
1469
2633,5
4102,5
3
Candi
0
40,67
4066,75
4
Porong
0
29,32
2982,25
5
Krembung
0
29,55
2955
6
Tulangan
0
31,21
3120,5
7
Tanggulangin
0
32,29
3229
8
Jabon
0
801
8099,75
9
Krian
0
32,5
3250
10
Balongbendo
0
31,4
3140
11
Wonoayu
0
33,92
3392
12
Tarik
0
36,06
3606
13
Prambon
0
34,23
3422,5
14
Taman
448
2705,5
3153,5
15
Waru
384
2648
3032
16
Gedangan
38
2367,75
2405,75
17
Sedati
355
7588
7943
18
Sukodono
0
32,68
3267,75
2736
24602,07
71424,25
Jumlah
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo, 2013
11
Tabel 2.4. Hasil Uji Laju Resapan Daerah Penyelidikan Lokasi
Laju Resapan
Wedoro
4,00 x 10-3 cm/detik
Sruni
6,33 x 10-3 cm/detik
Buncitan
4,00 x 10-3 cm/detik
Sawahan
1,33 x 10-3 cm/detik
Balongtani
3,00 x 10-3 cm/detik
Gading
2,67 x 10-3 cm/detik
Karet
2,67 x 10-3 cm/detik
Randegan
2,00 x 10-3 cm/detik
Grabakan
2,00 x 10-3 cm/detik
Jati
2,33 x 10-3 cm/detik
Bangah
4,00 x 10-3 cm/detik
Taman
1,33 x 10-3 cm/detik
Badugading
2,33 x 10-3 cm/detik
Jabaran
4,00 x 10-3 cm/detik
Sawocangkring
3,67 x 10-3 cm/detik
Pusat Lingkungan Geologi Badan Geologi Departemen ESDM, 2007 Secara administratif Sistem Drainase Kota Sidoarjo rayon selatan meliputi Kecamatan Sidoarjo, Candi dan Tulangan. Kecamatan Sidoarjo terdiri dari 10 desa, Kecamatan Candi 24 desa dan Kecamatan Tulangan 22 Desa. Gambaran umum kondisi kelembagaan dalam kaitannya dengan sistem drainase di kawasan Kota Sidoarjo adalah Dinas atau Instansi di lingkungan Pemerintah Kabuipaten Sidoarjo yang melaksanakan pembangunan, pemeliharaan dan pengelolaan drainase meliputi beberapa dinas yaitu Dinas PU Bina Marga, Dinas PU Pengairan, Dinas PU Cipta Karya dan Bappeda.
12
Dinas PU Bina Marga Kabupaten Sidoarjo bertanggungjawab pada pembangunan saluran tepi jalan yang berfungsi sebagai saluran drainase untuk jalan dan daerah sekitranya serta daerah hulunya, namun sangat disayangkan dalam perencanaannya biasanya hanya didasarkan pada luasan jalan yang akan dipatuskan tanpa mempertimbangkan luasan pematusan dari daerah sekitarnya dan juga daerah hulu yang kemungkinan masuk pada system drainase jalan tersebut. Dinas PU Pengairan Kabupaten Sidoarjo selama ini bertanggung jawab pada pembangunan, pengelolaan dan pemeliharaan saluran pembuang irigasi (afvour), saat ini kondisi afvour-afvour tersebut berfungsi sebagai saluran drainase primer yang mematuskan daerah pengalirannya yang penggunaan lahannya bukan hanya daerah irigasi saja namun juga permukiman, industri, tegal dan lain-lain. Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Sidoarjo bertanggungjawab pada pembangunan dan pengelolaan serta pemeliharaan saluran drainase sekunder serta rumah pompa dari kawasan permukiman yang akan menuju ke afvour. Bappeda adalah koordinator dari ketiga Dinas PU tersebut.
2. 2.
PENGERTIAN - PENGERTIAN
A. Genangan dan Banjir Genangan/banjir adalah suatu kondisi dimana tidak tertampungnya air dalam saluran pembuang (kali) atau terhambatnya aliran air di dalam saluran pembuang (Suripin, 2004). Dikatakan banjir apabila terjadi luapan air yang disebabkan kurangnya kapasitas penampang saluran. Banjir di bagian hulu biasanya arus banjirnya deras, daya gerusnya besar, tetapi durasinya pendek. Sedangkan di bagian hilir arusnya tidak deras (karena landai), tetapi durasi banjirnya panjang. Beberapa karakteristik yang berkaitan dengan banjir, diantaranya adalah:
13
1.
Banjir datang secara perlahan namun dapat menjadi genangan yang lama didaerah depresi atau daerah yang kedap air.
2.
Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya genangan, erosi, dan sedimentasi.
B. Permeabilitas Tanah Permeabilitas tanah merupakan sifat bahan berpori yang memungkinkan aliran rembesan dari cairan yang berupa air mengalir melewati ronggo pori yang menyebabkan tanah bersifat permeabel. Jamulya dan Suprodjo (1983), mengemukakan bahwa permeabilitas adalah cepat lambatnya air merembes ke dalam tanah baik melalui pori makro maupun pori mikro baik ke arah horizontal maupun vertikal. Tanah adalah kumpulan partikel
padat
dengan
rongga
yang
saling
berhubungan.
Rongga
ini
memungkinkan air dapat mengalir di dalam partikel melalui rongga dari satu titik yang lebih tinggi ke titik yang lebih rendah. Sifat tanah yang memungkinkan air melewatinya pada berbagai laju alir tertentu disebut permeabilitas tanah. Sifat ini berasal dari sifat alami granular tanah, meskipun dapat dipengaruhi oleh faktor lain (seperti air terikat di tanah liat). Jadi, tanah yang berbeda akan memiliki permeabilitas yang berbeda. Koefisien permeabilitas tanah tergantung dari berbagai faktor. Faktor utama yang mempengaruhi permeabilitas tanah setiknya ada 6 (Suharta dan Prasetyo, 2008), yaitu : 1.
Viskositas cairan, yaitu semakin tinggi viskositasnya koefisien permeabilitasnya semakin kecil.
2.
Distribusi ukuran pori, yaitu semakin merata distribusi ukuran porinya koefisien permeabilitasnya semakin kecil.
3.
Distribusi ukuran butiran, yaitu semakin merata distribusi ukuran butirannya koefisien permeabilitasnya cenderung semakin kecil.
14
4.
Rasio kekosongan (Void Rasio), yaitu semakin besar rasio kekosongannya koefisien permeabilitasnya semakin tinggi.
5.
Kekasaran partikel mineral, yaitu semakin kasar partikel mineralnya koefisien permeabilitasnya akan semakin tinggi.
6.
Derajat kejenuhan tanah, yaitu semakin jenuh tanahnya koefisien permeabilitasnya semakin tinggi.
C. Tanah Permeabel Tanah permeabel adalah tanah yang mudah dilalui air, sedangkan tanah impermeabel adalah tanah yang sulit dilalui air. Contoh tanah yang permeabel adalah tanah pasir dan kerikil (Verruijt, 1970 dalam Novianto, 2013). D. Infiltrasi Infiltrasi adalah aliran air ke dalam tanah melalui permukaan tanah itu sendiri dengan gaya gravitasi dan gaya kapiler. Infiltrasi dikenal dengan dua istilah yaitu kapasitas infiltrasi dan laju infiltrasi yang dinyatakan dalam mm/jam. Kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum untuk suatu jenis tanah tertentu, sedangkan laju infiltrasi adalah kecepatan infiltrasi yang nilainya tergantung pada kondisi tanah dan intensitas hujan. E. Perkolasi Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).
2. 3.
JENIS TANAH Jenis tanah berdasarkan bahan dan proses pelapukannya, tanah bisa dibagi ke
dalam beberapa jenis (Fathoni, 2016), diantaranya adalah: 15
1. Tanah Oganosol Tanah oganosol merupakan tanah yang terbentuk dari bahan induk organik (tanah gambut) dan hutan rawa dengan iklim basah pada curah hujan 2.500 mm/tahun. Tanah organosol banyak mengandung unsur hara dan biasanya terdapat di daerah pasang surut seperti Jawa, pantai barat Sumatra, pantai timur Kalimantan, dan pantai barat Papua. 2. Tanah Podsol Jenis tanah ini telah mengalami perkembangan profil, tekstur lempung sampai pasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, kandu ngan pasir kuarsanya tinggi, sangat asam, kesuburan rendah, kapasitas pertukaran kation sangat rendah, dan peka terhadap erosi. Penyebarannya di daerah beriklim basah dengan curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun. Terdapat di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan Papua. 3. Tanah Andosol Jenis tanah ini merupakan jenis tanah dengan kandungan mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak cokelat kekelabuan sampai hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembapan tinggi, permeabilitas sedang, serta peka terhadap erosi. 4. Tanah Aluvial Tanah aluvial merupakan tanah yang terbentuk dari endapan lumpur yang terbawa oleh air sungai. Tanah ini banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan sehingga sangat subur. Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur, konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH bermacammacam, dan kesuburannya berkisar antara sedang hingga tinggi. Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai, dan daerah cekungan (depresi). Tanah aluvial banyak terdapat di Sumatra bagian timur, Kalimantan bagian tengah dan timur, Jawa bagian utara, dan Papua bagian selatan. 16
5. Tanah Vulkanis Tanah vulkanis merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan vulkanis, lava yang telah membeku (effusif) atau dari abu letusan gunung berapi yang telah membeku (efflata). Tanah ini sangat subur untuk pertanian karena merupakan tanah tuff yang berasal dari abu letusan gunung berapi, misalnya, di Lampung, Palembang, dan Sumatra Barat. Tanah vulkanis terdapat di Jawa, Sumatra, Bali, dan wilayah-wilayah yang ada gunung apinya. 6. Tanah Humus Tanah humus biasa disebut dengan bunga tanah, tanah ini berasal dari pembusukan tumbuh-tumbuhan yang jatuh di atasnya. Tanah ini banyak mengandung humus yang sangat subur untuk tanaman. 7. Tanah Pasir Tanah pasir merupakan tanah yang berasal dari pelapukan batuan pasir. Tanah ini hanya mengandung sedikit bahan organik sehingga kurang baik untuk pertanian, dan banyak terdapat di daerah pantai barat Sumatra Barat, Sulawesi, dan Jawa Barat. 8. Tanah Laterit Tanah laterit merupakan tanah yang kaya zat besi dan aluminium. Tanah ini bukan merupakan tanah yang subur karena usianya sudah tua 9. Tanah Litosol Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini merupakan tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil, batuan induknya batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (<30 cm), dan kadang-kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop). Tekstur tanah beraneka ragam dan pada umumnya berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil, dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat dijumpai pada segala iklim. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh Indonesia. 17
10. Tanah Latosol Tanah latosol tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan ketinggian tempat berkisar 300–1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan. Jenis tanah ini telah mengalami perkembangan atau terjadi diferensiasi horizon, kedalaman tanah dalam, tekstur lempung, struktur remah sampai gumpal, konsistensi gembur sampai agak teguh, warna cokelat, merah, sampai kuning. Penyebarannya di daerah beriklim basah dengan curah hujan berkisar lebih dari 300–1000 meter. 11. Tanah Regosol Tanah ini merupakan endapan abu vulkanik baru yang memiliki butir kasar. Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, dan berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebaran terutama pada daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di daerah Sumatra bagian timur dan barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. 12. Tanah Grumusol Jenis ini berasal dari batu kapur, batuan lempung, tersebar di daerah iklim subhumid atau subarid, dan curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun. Tanah ini merupakan tanah mineral yang memiliki perkembangan profil, agak tebal, tekstur lempung berat, struktur granular di lapisan atas dan gumpal sampai pejal di lapisan bawah, konsistensi jika basah sangat lekat dan plastis. Namun, jika kering sangat keras dan tanah retak-retak, kejenuhan basa, permeabilitas lambat, dan peka erosi.
Kasar dan halusnya tanah dalam klasifikasi tanah ( taksnomi tanah ) ditunjukkan dalam sebaran butir yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir ( lebih besar 2 mm ), sebagian besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi berpasir lempung, berpasir, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus,
18
berliat halus, dan berliat sangat halus (Hardjowigeno, 1995). Jenis tanah berdasarkan teksturnya dibagi menjadi 12 (dua belas), yaitu : 1. Pasir (Sandy), rasa kasar sangat jelas, tidak melekat dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan. 2. Pasir berlempung (Loam Sandy), rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur. 3. Lempung berpasir (Sandy Loam), rasa kasar agak jelas, agak melekat dan dapat dibuat bola tapi mudah hancur. 4. Lempung (Loam), tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk agak teguh dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat. 5. Lempung berdebu (Silty Loam), terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh dan gulungan dengan permukaan mengkilat. 6. Debu (Silt), licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat. 7. Lempung berliat (Clay Loam), agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur 8. Lempung liat berpasir (Sandy-clay-loam), terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur. 9. Lempung liat berdebu (Sandy-silt loam), terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat. 10. Liat berpasir (Sandy-Clay), terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh dan mudah dibuat gulungan. 11. Liat berdebu (Silty-Clay), terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh dan mudah dibuat gulungan. 12. Liat (Clay), terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan. Perbedaan tekstur tanah ini dikarenakan persentase dari pasir, debu dan liat yang berbeda-beda. Lebih jelasnya tentang persentase kandungan pasir, debu dan liat dapat dilihat pada Gambar 2.2. 19
Gambar 2.2. Segitiga Tekstur (Madjid, 2010)
2. 4.
SALURAN PORUS Saluran drainase porus merupakan saluran terbuka (open channel) yang
strukturnya dibuat permeable terhadap air. Dasarnya dapat berupa tanah asli atau tanah asli yang dilapisi pasir/ kerikil. Dinding saluranpun dapat berupa tanah asli atau susunan batu kali yang tidak dispesi agar memungkinkan untuk meresapkan air. Karenanya saluran drainase porus ini memiliki dua fungsi yaitu sebagai saluran pembunag dan sebagai filtrasi. Hal utama dari saluran drainase porus adalah bagaimana desain yang tepat agar dapat meresapkan sebanyak-banyaknya air kedalam tanah. Dengan demikian parameter yang menjadi penting adalah parameter yang dapat mempengaruhi
20
besarnya debit air yang dapat meresap kedalam tanah. Salah satunya adalah nilai permebilitas tanah yang dapat dilihat pada Tabel 2.5 dibawah ini. Tabel 2.5 Koefisien Permeabilitas Tanah Jenis Tanah
K (cm/dt)
Lempung
3 x 10-6
Lanau
4.5 x 10-4
Pasir sangat halus
3.5 x 10-3
Pasir halus
1.5 x 10-2
Pasir sedang
8.5 x 10-2
Pasir kasar
3.5 x 10-1
Kerikil kecil
3
Sumber: Sosrodarsono –Kazuto, 1994 Konsep perhitungan resapan pada saluran porus adalah selain air yang masuk tertampung di dalam saluran juga sekaligus terjadi resapan ke dalam tanah. Perhitungan desain saluran porus adalah sebagai berikut : B=
Q f .K . H
f .K .T ) 1 − exp( − b
(2.1)
dengan: B
= panjang saluran (m)
b
= lebar saluran (m)
Q
= debit air masuk (m3/s)
f
= faktor geometrik saluran per satuan panjang (m/m)
K
= koefisien permeabilitas tanah (m/s)
H
= kedalaman efektif saluran (m)
T
= waktu aliran (s)
21
Kemampuan suatu bidang dalam meresapkan air dipengaruhi oleh faktor geometrik. Hal ini dipengaruhi oleh bentuk bidang yang meresap. Faktor geometrik untuk saluran porus dapat dilihat pada Tabel 2.6. 2. 5.
DRAINASE SWALE Drainase swale adalah drainase dengan media penyaring polutan. Struktur
swale dilengkapi dengan media penyaring untuk mengurangi kadar polutan dari limpasan air hujan. Air yang mengalir dari structure swale diharapkan memiliki kualitas air yang lebih baik. Drainase Swale dibedakan menjadi 2 berdasarkan karakteristik genangan airnya yaitu Sistem Kering dan Sistem Tergenang. 1. Drainase Swale Sistem Kering Berupa drainase yang diberi vegetasi (rumput) serta lapisan penyaring didasar saluran untuk mencegah lapisan tanah terbawa oleh aliran air. Karena kondisinya yang hampir selalu kering, struktur ini baik digunakan didaerah permukiman. Gambar tipikal drainase swale sistem kering dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Tipikal Drainase Swale Sistem Kering 2. Drainase Swale Sistem Tergenang Berupa drainase dengan vegetasi (rumput) pada daerah rawa atau daerah yang memiliki elevasi muka air tanah tinggi. Gambar tipikal drainase swale sistem tergenang dapat dilihat pada Gambar 2.4 dibawah ini
22
Tabel 2.6. Faktor geometrik saluran porus (per satuan panjang)
Sumber : Sunjoto, 2011 23
Gambar 2.4 Tipikal Drainase Swale Sistem Tergenang Pengurangan jumlah polutan yang didapat dari filtrasi dari rumput di drainase swale telah dijabarkan dalam West Virginia Stromwater Management and Design Guidance Manual seperti Tabel 2.7 dibawah ini. Tabel 2.7 Pengurangan Jumlah Polutan Rumput Drainase Swale Jenis Tanah Hidrologi
Total Suspended Solids (TSS)
Nutrien : Total Phospor (TP) dan Total Nitrogen (TN)
A/B
60%
TP : 32% ; TN : 36%
C/D
35%
TP : 23% ; TN : 28%
West Virginia Departement of Environmental Protection, 2012 Keterangan : A/B : Tanah Liat/Lempung C/D : Liat berpasir/pasir
2. 6.
PEENGUKURAN LAJU PERKOLASI Pengukuran laju perkolasi bisa dilakukan dengan beberapa cara. Menurut
Knapp dalam Asdak (1995), ada 3 cara untuk menentukan besarnya laju perkolasi, yaitu : 1.
Menentukan beda volume air hujan buatan dengan volume air limpasan pada percobaan laboratorium menggunakan simulasi hujan buatan.
2.
Menggunakan ring infiltrometer.
3.
Teknik pemisahan hidrograf dari aliran air hujan. 24
Pengukuran laju perkolasi yang dilakukan dengan pengujian langsung di lapangan adalah menggunakan ring infiltrometer tunggal (single ring) atau ganda (double ring). Ring infiltrometer yang biasa digunakan adalah infiltrometer ganda, yaitu satu infiltrometer silinder ditempatkan di dalam infiltrometer silinder lain yang lebih besar. Pengukuran hanya dilakukan pada silinder yang kecil. Silinder yang lebih besar hanya berfungsi sebagai penyangga yang bersifat menurunkan efek batas yang timbul oleh adanya silinder (Asdak, 1995). Percobaan pengukuran ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Lokasi yang akan diukur dibersihkan. 2. Silinder ditempatkan tegak lurus dan ditekan kedalam tanah sehingga tersisa 10 cm diatas permukaan tanah. 3. Siapkan air secukupnya. 4. Siapkan stop watch, tabel pengukuran dan alat tulis. 5. Setelah siap, tuangkan air sampai silinder pernuh dan tunggu sampai air tersebut sepenuhnya terinfiltrasi. Hal ini perlu dilakukan untuk menghilangkan retak – retak yang merugikan pengukuran. 6. Air dituangkan kembali hingga penuh. 7. Setelah air penuh stop watch dihidupkan dan diamkan selama 5 menit. 8. Setelah 5 menit ukur penurunan air yang terjadi dan catat pada tabel yang telah disiapkan. 9. Air dituangkan kembali secepatnya kedalam silinder sampai penuh dan didiamkan kembali selama 5 menit dan diukur penurunan muka airnya. 10. Hal tersebut dilakukan secara terus menerus sampai laju penurunan muka air tersebut konstan yang menandakan laju perkolasi sudah tetap. Simulasi percobaan laju perkolasi dengan ring tunggal dan ring ganda dapat dilihat pada Gambar 2.5. Pencatatan dilakukan pada angka penurunan muka air yang terjadi tiap 5 menit seperti ditunjukkan pada Gambar 2.6 dibawah ini.
25
Gambar 2.5 Ring Infiltrometer
Gambar 2.6 Penurunan Muka Air
Kerugian menggunakan cara ini adalah : 1. Struktur tanah akan berubah pada saat memasukkan pipa kedalam tanah, demikian pula struktur tanah permukaan. 2. Terjadinya aliran air mendatar sesudah air melewati ujung pipa bawah. Pengaruh ini dapat dikurangi dengan penggunaan double ring yaitu memasang pipa lain yang berdiameter lebih besar serta mengisi ruang diantaranya dengan air. 26
Keuntungan menggunakan cara ini adalah aliran horizontal tidak meluas karena dibatasi oleh ring infiltrometer tersebut. Menurut Dunne dan Leopold dalam Asdak (1995), cara pengukuran perkolasi dengan cara ini relatif mudah pelaksanaannya, akan tetapi perlu diingat bahwa dengan cara ini hasil laju perkolasi yang diperoleh biasanya lebih besar dari keaadaan yang berlangsung dilapangan (infiltrasi dari curah hujan), yaitu 2-10 kali lebih besar.
2. 7.
FITOREMEDIASI DAN FITOPENGOLAHAN Proses tumbuhan untuk menyerap, mengambil, mengubah dan melepaskan
kontaminan dari satu medium ke medium digunakan istilah fitoremediasi. Sedangkan kontaminan adalah zat yang berada dalam lingkungan dan berjumlah melebihi konsentrasi alam serta terbentuk dari buatan atau aktivitas manusia. Tumbuhan dapat mentransformasi zat asal menghasilkan zat baru yang kurang berbahaya dibanding zat asalnya (Mangkoedihardjo dan Samudro, 2010). Keluarbiasaan tumbuhan itu dapat dimanfaatkan untuk penerapan drainase swale dan sebagai pengurang kontaminan dari air limbah yang tercampur di saluran drainase. Fitoremediasi dapat dibagi menjadi fitoekstraksi, rizofiltrasi, fitodegradasi, fitostabilisasi, fitovolatilisasi. Fitoekstraksi mencakup penyerapan kontaminan oleh akar tumbuhan dan translokasi atau akumulasi senyawa itu ke bagian tumbuhan seperti akar, daun atau batang. Rizofiltrasi adalah pemanfaatan kemampuan
akar
tumbuhan
untuk
menyerap,
mengendapkan,
dan
mengakumulasi logam dari aliran limbah. Fitodegradasi adalah metabolisme kontaminan di dalam jaringan tumbuhan, misalnya oleh enzim dehalogenase dan oksigenase. Fitostabilisasi adalah suatu fenomena diproduksinya senyawa kimia tertentu untuk mengimobilisasi kontaminan di daerah rizosfer. Fitovolatilisasi terjadi ketika tumbuhan menyerap kontaminan dan melepasnya ke udara lewat daun; dapat pula senyawa kontaminan mengalami degradasi sebelum dilepas lewat daun. 27
Fito pengolahan diterapkan pada sesuatu yang belum tercemar. Sebelum terkontaminasi air dapat diolah menjadi lebih baik atau menjadi sesuatu yang diinginkan dengan fitotreatment. Skema representasi dari lahan basah dibangun dengan aliran sub-permukaan horizontal, ilustrasinya dapat dilihat pada Gambar 2.7 dibawah ini.
Gambar 2.7 Fito pengolahan (Vymazal, 2001) Keterangan : 1. Zona distribusi dengan batu-batu besar 2. Kapal kedap air 3. Media 4. Vegetasi 5. Ketinggian air 6. Zona koleksi dengan batu 7. Pipa pengumpul 8. Preoutlet
2. 8.
PARAMETER UJI AIR Parameter baku mutu meliputi parameter fisika, kimia, biologi dan
parameter khusus. Parameter fisika merupakan parameter yang dapat diamati akibat perubahan fisika air seperti cahaya, suhu, kecerahan, kekeruhan, warna, padatan tersuspensi dan padatan terlarut hingga salinitas air. Parameter kimia merupakan parameter perairan yang terukur akibat adanya reaksi kimia di perairan, seperti pertukaran ion-ion terlarut dalam air. Parameter biologi yang teramati diperairan merupakan organisme akuatik yang hidup bersama diperairan 28
budidaya dapat berupa tumbuhan maupun hewan dengan bentuk yang mikro maupun makro. Sedangkan parameter khusus adalah polutan yang memiliki karakter khusus. Parameter yang diuji meliputi parameter fisika yaitu TSS, parameter kimia yaitu BOD, parameter khusus yaitu Detergen terlarut dan parameter mikrobiologi yaitu bakteri E.coli. Masing – masing parameter sangat menetukan kadar pencemaran air sabagai air baku maupun air minum. a. TSS (Total Suspended Solid) TSS adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS. Kekeruhan adalah kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan cahaya. Sementara hamburan diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi dalam sampel. Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik. Pola dan intensitas sebaran akan berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan bentuk partikel serta materi. Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg / L dari fine talcum powder akan memberikan pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel yang mengandung 1.000 mg/L coarsely ground talc. Kedua sampel juga akan memiliki pembacaan yang berbeda kekeruhan
dari
sampel
mengandung
1.000
mg/L
ground
pepper. Meskipun tiga sampel tersebut mengandung nilai TSS yang sama. b. BOD (Biochemical Oxygen Demand) Mikroorganisme merupakan katalis hidup yang mempengaruhi sejumlah proses-proses kimia yang terjadi dalam tanah. Cendawan dan beberapa jenis bakteri menghancurkan senyawa organik yang kompleks menjadi 29
senyawa-senyawa yang sederhana (Achmad, 2004). Nilai BOD5 yang tinggi menandakan tingginya bahan organik biodegradable yang menjadi beban perairan telah dioksidasi secara biologi. Pengukuran nilai BOD5 dilakukan dengan prinsip metode titrimetri ( dengan melakukan titrasi menggunakan buret). c. Detergen Detergen merupakan salah satu polutan air yang harus dihilangkan atau diminimalisir penggunaannya. Risiko deterjen yang paling ringan pada manusia berupa iritasi (panas, gatal bahkan mengelupas) pada kulit terutama di daerah yang bersentuhan langsung dengan produk. Hal ini disebabkan karena kebanyakan produk deterjen yang beredar saat ini memiliki derajat keasaman (pH) tinggi. Dalam kondisi iritasi/terluka, penggunaan produk penghalus apalagi yang mengandung pewangi, justru akan membuat iritasi kulit semakin parah. Dalam jangka panjang, air minum yang telah terkontaminasi limbah deterjen berpotensi sebagai salah satu penyebab penyakit kanker (karsinogenik). Baku mutu air baku Golongan A berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/90 Tahun 1990 kadar maksimum detergent terlarut 0.5 mg/L. d. Bakteri E.coli Eschericia coli adalah salah satu bakteri patogen yang tergolong Coliform dan hidup secara normal di dalam kotoran manusia maupun hewan sehingga E. coli digunakan sebagai bakteri indikator pencemaran air yang berasal dari kotoran hewan berdarah panas. Analisa terhadap kadar jumlah bakteri E. coli dilaksanakan secara deskriptif. Baku mutu air bersih sesuai Golongan I Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 jumlah E.coli maksimal sebesar 100 sel/ml. Baku mutu air baku Golongan A berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1416/Menkes/Per/IX/90 Tahun 1990 kadar 30
maksimum E. coli adalah nol atau tidak ada. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik sampel dengan jumlah bakteri E. coli yaitu jarak septictank, aktifitas penduduk sekitar yang tidak banyak melibatkan penduduk seperti pertanian, pembuangan limbah rumah tangga melalui saluran pembuangan yang sesuai dengan kriteria. 2. 9.
ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Analitycal Hierarchy Proses (AHP) adalah metode untuk memecahkan
suatu situasi komplek tidak terstruktur kedalam beberapa komponen dalam susunan yang hirarki, dengan memberi nilai subjektif tentang pentingnya setiap variable secara relatif dan menetapkan variable mana yang memiliki prioritas paling tinggi guna mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Peralatan utama AHP adalah memiliki sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya presepsi manusia. Suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok-kelompoknya dan diatur menjadi suatu bentuk hirarki Kelebihan AHP adalah : 1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekwensi dari kriteria yang dipilih sampai pada subkriteria yang paling dalam. 2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan. Selain itu AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi objektif dan multi-kriteria yang berdasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. Model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif.
31
Menetapkan prioritas elemen dengan membuat perbandingan berpasangan, dengan skala banding telah ditetapkan oleh Saaty (1980) dapat dilihat pada Tabel 2.8 di bawah ini. Tabel 2.8 Penentapan Prioritas Elemen dengan Perbandingan Berpasangan
(Sumber : Saaty, 1980) 2. 10. EVALUASI FORMATIF Aspek – aspek kinerja implementasi yang dievaluasi dalam evaluasi formatif, antara lain sebagai berikut : A. Effort evaluation, yaitu mengevaluasi kecukupan input program . B. Performance evaluation, yaitu mengkaji output dibandingkan dengan input program. C. Effectiveness evaluation, yaitu mengkaji pelaksanaannya sesuai dengan sasaran dan tujuan. D. Effeciency evaluation, yaitu membandingkan biaya dengan output yang dicapai. 32
E. Process evaluation, yaitu mengkaji metode pelaksanaan, aturan dan prosedur dalam pelaksanaan. Menurut Dunn (1999) aspek – aspek kinerja kebijakan yang harus dikaji sebagaimana tampak dalam Tabel 2.9 berikut ini. Tabel 2.9 Kategori Evaluasi Kategori
Pertanyaan
Ilustrasi
Efektifitas
Apakah hasil yang diinginkan telah tercapai?
Unit Pelayanan
Efisiensi
Seberapa banyak upaya yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan?
Cost benefit ratio, manfaat bersih, unit biaya
Kecukupan
Seberapa jauh hasil yang diinginkan untuk memecahkan masalah?
Biaya tetap, efektivitas tetap
Pemerataan
apakah biaya manfaaat didistribusikan secara merata pada kelompok-kelompok yang berbeda?
Kriteria pareto, kriteria kaldorhicks, kriteria rawls
Responsivitas
Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan/ preferensi atau nilai-nilai kelempok tertentu?
Konsistensi dengan survei warga negara
Apakah hasil (tujuan) yang diinginkan berguna atau bernilai (Sumber : Dunn, 1999)
Ketepatan
Program publik harus merata dan efisien
2. 11. PENELITIAN TERDAHULU Penelitian ini juga mengacu pada penelitian – penelitian terdahulu sebagai dukungan data awal, diantaranya : A. Peta Jenis Tanah Peta jenis tanah didapat dari hasil penelitian Laboratorium Universitas Brawijaya Malang. Terdiri dari 4 jenis tanah yang dibedakan berdasarkan pembentukannya yaitu Aluvial hidromof, Aluvial kelabu tua, Asosiasi Aluvial kelabu dan Aluvial coklat kelabuan dan Grumosol kelabu tua. Jenis – jenis tanah tersebut persebarannya di Sidoarjo dapat dilihat pada Gambar 2.8 dibawah ini.
33
Gambar 2.8 Peta Jenis Tanah (Laboratorium Universitas Brawijaya,2007) B. Saringan air sederhana Cara menjernihkan air disini dibuat dengan alat dan bahan yang mudah didapat sehingga siapa saja dapat membuatnya. Bahan yang dipakai antara lain ijuk, pasir halus, arang tempurung kelapa, kerikil dan batu yang tersusun seperti Gambar 2.9 dibawah ini
Gambar 2.9 Penampang Saringan Air Sederhana (Kemendikbud dalam aimyaya, 2015) 34
BAB III METODE PENELITIAN
3. 1.
UMUM Penelitian ini dimulai dari menginventaris data primer dan sekunder yang
kemudian dianalisa dan dievaluasi dari aspek teknis, aspek lingkungan dan aspek kelembagaan. Pada aspek teknis diketahui kuantitas air yang dapat diresapkan oleh saluran porus. Aspek lingkungan mengetahui kualitas rona awal air disaluran dan kualitas air saluran setelah difiltrasi dengan berbagai media filtrasi. Media filtrasi yang paling efektif dalam memperbaiki kualitas air saluran dapat ditentukan dari hasil uji laboratorium. Aspek kelembagaan didapat kriteria penting lembaga yang menangani permasalahan banjir dan genangan agar dapat menjalankan drainase berwawasan lingkungan terutama saluran porus. 3. 2.
ALUR PELAKSANAAN PENELITIAN Data primer terlebih dahulu dicari dengan cara melakukan penelitian
setempat dan uji laboratorium. Data sekunder dikumpulkan dari Dinas dan Instansi yang terkait. Setelah mendapatkan data-data primer maupun sekunder maka dilakukan analisa terhadap kondisi eksisting. Data permeabilitas tanah diolah untuk mendapatkan kuantitas resapan saluran porus dengan percobaan perhitungan memperhatikan faktor geometri saluran. Perhitungan yang menghasilkan nilai kuantitas resapan tertinggi yang akan menjadi rekomendasi. Hasil uji air saluran yang telah difiltarasi dengan menggunakan bermacam – macam maedia dan metode akan menghasilkan nilai penurunan polutan. Nilai penurunan yang tertinggi yang akan direkomendasikan. Analisa kelembagaan dilakukan dengan mengumpulakan data tupoksi yang dikomparasi dengan teori kelembagaan. Dianalisa hirarkinya agar tupoksi 35
terpenting dalam pembangunan, pemeliharaan dan pengelolaan sistem drainase khususnya saluran porus dapat dilaksanakan oleh Dinas dan Instansi yang sesuai. Untuk selanjutnya skema alur pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 dibawah ini. Latar Belakang Permasalahan Tinjauan Literatur Pengumpulan Data
Data Primer - Tes Perkolasi - Contoh Tanah
Data Sekunder - Masterplan Sistem Drainase - Peta Saluran eksisting - Peta Genangan - Data Tupoksi Analisa Data Evaluasi Kondisi Eksisting
Aspek Teknis Perhitungan kuantitas resapan saluran porus
Aspek Lingkungan Filtrasi air disaluran dengan tabung filtrasi Uji Lab
Aspek Kelembagaan
Pembahasan
Kesimpulan
Gambar 3.1 Skema Alur Pelaksanaan Penelitian
36
Kuisioner AHP
3. 3.
METODE PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data terdiri dari dua bagian yaitu pengumpulan data primer
dan data sekunder. Data primer meliputi: a.
Melakukan tes perkolasi pada 2 (dua) lokasi yang memiliki jenis tanah yang berbeda yaitu alufial kelabu tua dan alluvial hidromof. Tes perkolasi dilakukan ditempat dengan membuat lubang – lubang yang ditutupi agar tidak terkena air hujan. Tes perkolasi ini menghasilkan data permeabilitas tanah.
b.
Melakukan pengambilan contoh dan melakukan pengujian contoh tanah utuh (undisturbed soil sample) di laboratorium dengan jenis tanah alufial kelabu tua dan alluvial hidromof dari sub DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan. Jenis tanah di Perkotaan Sidoarjo Rayon Selatan (Sub DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan) adalah tanah alluvial hidromof dan tanah alluvial kelabu tua. Titik lokasi tes perkolasi didasarkan pada kedua jenis tanah tersebut, sehingga dapat dibandingkan laju perkolasi dari kedua jenis tanah. Sub DAS Sidokare jenis tanahnya didominasi alluvial kelabu tua. Sub DAS Sekardangan terdiri dari 2 (dua) jenis tanah alluvial kelabu tua dan alluvial hidromof yang luasannya hampir sama. Terpilihlah titik lokasi tes perkolasi untuk jenis tanah alluvial kelabu tua berada pada Sub DAS Sidokare dan Alluvial hidromof pada Sub DAS Sekardangan. Posisi Sub DAS SIdokare dan Sub DAS Sekardangan terhadap Kabupaten Sidoarjo dapat dilihat pada Gambar 3.2. Titik sampel ditunjukan pada Gambar 3.3. Metode yang digunakan adalah grab sampling dengan menggunakan tabung dari pipa pvc 4”.
37
Sub DAS Sidokare Sub DAS Sekardangan
Gambar 3.2 Lokasi Sub DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan
Gambar 3.3 Lokasi titik tes perkolasi 38
Langkah – langkah Tes Perkolasi adalah sebagai berikut : - Sub DAS Sidokare Lokasi
: Desa Suko
Situasi
: Lahan Pekarangan di Permukiman
Jenis Tanah : Aluvial Kelabu Tua Alat
: Pipa pvc 4” panjang 60cm, linggis, cetok, meteran
Pipa ditanan pada lubang sampai pipa yang tersisa diatas permukaan sepanjang 20 cm (Gambar 3.4 – 3.5). Elevasi tanah dari permukaan adalah -0,50 m karenanya tidak diperlukan penggalian. Detai penampang lubang beserta elevasinya dapat dilihat pada Gambar 3.6 berikut ini.
Gambar 3.4 Penanaman Pipa dengan balok
Gambar 3.5 Pipa 20cm diatas permukaan tanah 39
Gambar 3.6 Penampang Lubang Tes Perkolasi A Tanah yang akan dites dalam keadaan basah. Setelah persiapan siap, lubang diberi air sampai pipa penuh terlihat pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7 Pipa diisi air sampai penuh
- Sub DAS Sekardangan Lokasi
: Perum. Griya Permata Hijau, Desa Sekardangan
Situasi
: Lahan Perluasan Perumahan, bekas sawah 40
Jenis Tanah
: Aluvial Hidromof
Alat
: Pipa pvc 4” panjang 75cm, linggis, cetok, meteran
Tanah dilubangi terlebih dahulu dengan diameter lebih besar dari pipa kurang lebih 15 cm dengan kedalaman 40 cm (Gambar 3.8). Pipa ditanan pada lubang sampai pipa rata dengan permukaan tanah (Gambar 3.9). Detai penampang lubang beserta elevasinya dapat dilihat pada Gambar 3.10 berikut ini.
Gambar 3.8 Lubang kedalaman 40cm
Gambar 3.9 Penanaman Pipa 41
Elevasi tanah - 0,10 m dari permukaan, karenanya diperlukan penggalian tanah sedalam 0,40 m agar dasar tanah tes perkolasi pada lokasi ini sama dengan elevasi dasar saluran.
Gambar 3.10 Penampang Lubang Tes Perkolasi B Tanah yang akan dites dalam keadaan basah. Setelah persiapan siap, lubang diberi air sampai pipa penuh terlihat pada Gambar 3.11.
Gambar 3.11 Pengisian Air
c.
Pengambilan contoh air pada saluran tersier dipermukiman padat dari Sub DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan. Unsur yang dites adalah TSS, BOD, Detergen dan E-coli. Meteode yang digunakan mengikuti SNI 062412-1991. Titik pengambilan sampel dituangkan pada Gambar 3.12 dan Gambar 3.13 dibawah ini. 42
Gambar 3.12 Titik Sampel pada Sub DAS Sidokare
Gambar 3.13 Titik Sampel pada Sub DAS Sekardangan
Data sekunder adalah data yang sudah dikumpulkan, diolah dan disusun oleh instansi-instansi yang berwenang. Data-data sekunder yang dibutuhkan adalah: a.
Pengumpulan peta-peta yang terkait dengan daerah studi. Peta-peta yang dimaksudkan adalah peta yang memuat jalan-jalan dalam kota (Dinas PU. Bina Marga), peta saluran di permukiman (Dinas PU. Cipta Karya), peta sungai (Dinas PU. Pengairan) yang ada pada daerah studi. 43
b.
Pengumpulan Peta Garis yang menunjukkan jalan, sungai-sungai, batas-batas administrasi, sistem jaringan yang ada, dan bangunan yang ada (Bappeda).
c.
Pengumpulan data-data penunjang yaitu Jaringan Drainase dan irigasi Existing (Dinas PU. Pengairan).
d.
Pengumpulan data daya dukung tanah dan koefisien permeabilitasnya (Bappeda)
e.
Pengumpulan data tupoksi lembaga pengelola drainase (Bappeda, Dinas PU. Cipta Karya, PU. Pengairan dan PU Bina Marga)
3. 4.
ANALISA TEKNIS
1. Pengukuran laju perkolasi setempat Pencatatan penurunan air pada titik-titik tes perkolasi. Dilakukan 3 kali percobaan dengan lama tiap percobaan 3 hari. Dihitung rata – rata laju peresapanya. 2. Perhitungan kuantitas resapan Saluran Porus Tes perkolasi yang telah dilakukan akan menghasilkan data permeabilitas tanah setempat. Nilai permeabilitas tersebut digunakan dalam perhitungan kuantitas resapan yang didapat dengan menggunakan rumus 2.1 B=
Q f .K .T ) 1 − exp( − f . K .H b
dengan: B
=
panjang saluran (m)
b
=
lebar saluran (m)
Q
=
debit air masuk (m3/s)
f
=
faktor geometrik saluran per satuan panjang (m/m)
K
=
koefisien permeabilitas tanah (m/s)
H
=
kedalaman efektif saluran (m)
T
=
waktu aliran (s) 44
3. Penentuan kriteria lokasi yang tepat untuk pengaplikasian saluran porus. Dari nilai permeabilitas yang didapatkan dari pengujian langsung dapat ditentukan desain yang tepat dari saluran porus dengan memperhatikan faktor geometrinya.
3. 5.
ANALISA LINGKUNGAN Menganalisa penggunaan drainase swale pada saluran porus. Menganalisa
struktur yang tepat dan cara pemeliharaan yang praktis. Diambil sample air dari saluran pada titik – titik tertentu dan dicari nilai TSS, BOD, Detergent dan E-coli. Dengan penggunaan material permeabel didapat penurunan nilai TSS, BOD, Detergent dan E-Coli. Sehingga memenuhi baku mutu yang ada. Material permeabel yang yaitu tanah asli yang diambil dari lokasi studi, pasir halus, pasir kasar, kerikil dan tanaman diuji dalam analisa laboratorium. Dari berbagai macam jenis material dicari yang paling efektif dalam filtrasi air di saluran. Analisa laboratorium berupa tabung berisi material filtrasi. Air limbah diuji sebelum dimasukan kemodel dan setelah keluar dari model dibandingkan dengan baku mutu air. Tinggi material ditentukan yaitu 40 cm dengan seperti dalam Gambar 3.14 dibawah ini dengan menggunakan pipa pvc diameter 4”.
Gambar 3.14 Material Filtrasi 45
Tabung yang digunakan adalah pipa pvc diameter 4” tinggi 55cm. Material diisi setinggi 40cm dan wadah air saluran setinggi 15 cm. Pelaksanaan uji filtrasi adalah sebagai berikut : 1.
Tabung filtrasi Tabung dari pipa pvc putih diameter 4” diberi penutup dibagian bawah dan ditambahkan selang kecil dengan cara dibor dan dilem (Gambar 3.15).
Gambar 3.15 Tabung Filtrasi 2.
Pengisian material Material tanah asli didapat dengan menanam tabung ke tanah kemudian pipa dicabut. Tanah yang ikut di dalam pipa disesuaikan tingginya. Begitu pula dengan tanah asli bertanaman, setelah disesuaikan tingginya lalu ditambah rumput gajah dibagian atasnya. Pasir halus dan kerikil langsung dimasukan ke tabung dengan disusuaikan tinggi materialnya. Berikut ini tampak atas material didalam tabung uji (Gambar 3.16 – 3.17).
46
Gambar 3.16 Tanah Asli & Tanaman Rumput Gajah
Gambar 3.17 Pasir & Kerikil
3.
Pengisian air Air yang diambil adalah air dari Saluran Suko (Sub DAS Sidokare) dan Saluran Sekardangan (Sub DAS Sekardangan). Penuangan dilakukan sesuai kebutuhan. Laju perkolasi dari pasir sangat tinggi, hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 menit air akan keluar dari selang bawah. Kerikil memiliki laju perkolasi yang lebih tinggi dari pasir sehingga hanya membutuhkan waktu kurang dari 1 menit untuk air dapat mencapai selang 47
bawah. Berbeda dengan tanah asli yang laju perkolasinya rendah sehingga membutuhkan waktu berhari – hari untuk air mencapai selang bawah.
3. 6.
ANALISA KELEMBAGAAN Analisa
kelembagaan
dilakukan
pada
penanggungjawab
Drainase
Perkotaan Sidoarjo. Dirancang susunan kelembagaan sebagai penanggung jawab pada implementasi dan keberlanjutan dari perencanaan desain. Sehingga rencana desain menjadi mudah untuk diterapkan. Alat analisa yang digunakan adalah AHP. Dimana faktor-faktor diambil dari komparasi antara kategori evaluasi formatif (Dunn, 1999) dengan tupoksi eksisting dari Pemangku Kepentingan permasalahan drainase. Dinas atau instansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo yang melaksanakan pembangunan, pemeliharaan dan pengelolaan drainase meliputi beberapa dinas yaitu Dinas PU Bina Marga, Dinas PU Pengairan, Dinas PU Cipta Karya dan Bappeda sebagai koordinator. Empat instansi ini yang akan bertindak sebagai responden dilengkapi dengan tokoh masyarakat dan akademisi. Penanganan kelembagaaan bisa berupa penambahan unsur lembaga atau penekanan pada tupoksi dari lembaga yang ada yang didapat dari hasil perhitungan AHP. Prioritas paling tinggi dari variable – variable yang ada akan menjadi titik fokus untuk menentukan langkah selanjutnya. Alat bantu dalam mengolah data hasil kuisioner dengan menggunakan program computer Expert Choice 11. Program ini membutuhkan input data secara manual tetapi perhitungan bobot kriteria dan alternatif dapat otomatis hasilnya. Bentuk kuisioner dan daftar pertanyaan dapat dilihat pada Lampiran C.
48
BAB IV PEMBAHASAN
4. 1.
ASPEK TEKNIS Penelitian ini dimulai dari aspek teknis yaitu untuk mengetahui kuantitas
air yang dapat diresapkan oleh saluran porus. Langkah awal adalah mencari laju perkolasi dengan tes perkolasi setempat. Tes perkolasi dilakukan pada 2 (dua) lokasi yaitu berdasarkan jenis tanah di Perkotaan Sidoarjo. Kuantitas air yang dapat diresapkan dapat dihitung setelah koefisien permeabilitas dua jenis tanah diketahui. Pengaruh lain terhadap kuantitas air yang dapat diserap adalah kedalaman muka air tanah, dimensi saluran, faktor geometrik saluran, waktu aliran. 4. 2. 1.
Tes Perkolasi Laju perkolasi didapat dengan melakukan tes perkolasi setempat.
Percobaan dilakukan dengan mencatat penurunan air pada pipa percobaan. Lokasi percobaan berada di 2 titik yaitu pada Sub DAS Sidokare di Desa Suko (Lokasi A) dan pada Sub DAS Sekardangan di Desa Sekardangan (Lokasi B). Jenis tanah pada Desa Sukon adalah Aluvial kelabu tua dan pada Desa Sekardangan adalah Aluvial hidromof. Percobaan dilakukan selama 3 kali pada 3 hari berturut-turut. Dicatat setiap 12 jam sekali. Hasil pencatatan percobaan pertama sampai ketiga di Sub DAS Sidokare tercatat pada Tabel 4.1 – 4.3 sedangkan di Sub DAS Sekardangan pada Tabel 4.4 - 4.6.
49
Tabel 4.1 Penurunan Air Tes Perkolasi Lokasi A (Percobaan 1)
Pukul 06.30 18.30 06.30 18.30 06.30 18.30 06.30 18.30
Penurunan (mm) Hari 1 0.00 9.50 Hari 2 9.00 10.00 Hari 3 10.50 9.00 Hari 4 9.00 8.50
Akumulasi (mm)
Akumulasi per24jam(mm)
0,00 9,50
0,00 9,50
18,50 28,50
18,50 10,00
39,00 48,00
20,50 9,00
57,00 65,50
18,00 8,50
Sumber : Hasil Pencatatan
Tabel 4.2 Penurunan Air Tes Perkolasi Lokasi A (Percobaan 2)
Pukul 17.00 05.00 17.00 05.00 17.00 05.00 17.00
Penurunan (mm) Hari 1 0,00 Hari 2 9,00 9,50 Hari 3 9,50 9,00 Hari 4 9,00 8,50
Akumulasi (mm)
Sumber : Hasil Pencatatan
50
Akumulasi per24jam(mm)
0,00
0,00
9,00 18,50
9,00 18,50
28,00 37,00
9,50 18,50
46,00 54,50
9,00 17,50
Tabel 4.3 Penurunan Air Tes Perkolasi Lokasi A (Percobaan 3)
Pukul 16.30 04.30 16.30 04.30 16.30 04.30 16.30
Penurunan (mm) Hari 1 0,00 Hari 2 10,00 9,50 Hari 3 9,50 9,00 Hari 4 9,00 9,50
Akumulasi (mm)
Akumulasi per24jam(mm)
0,00
0,00
10,00 19,50
10,00 19,50
29,00 38,00
9,50 18,50
47,00 56,50
9,00 18,50
Sumber : Hasil Pencatatan
Tabel 4.4 Penurunan Air Tes Perkolasi Lokasi B (Percobaan 1)
Pukul 07.00 19.00 07.00 19.00 07.00 19.00 07.00 19.00
Penurunan (mm) Hari 1 0,00 5,50 Hari 2 5,00 4,50 Hari 3 4,50 5,00 Hari 4 5,00 4,50
Akumulasi (mm)
Sumber : Hasil Pencatatan
51
Akumulasi per24jam(mm)
0,00 5,50
0,00 5,50
10,50 15,00
10,50 4,50
19,50 24,50
9,00 5,00
29,50 34,00
10,00 4,50
Tabel 4.5 Penurunan Air Tes Perkolasi Lokasi B (Percobaan 2)
Pukul 17.30 05.30 17.30 05.30 17.30 05.30 17.30
Penurunan (mm) Hari 1 0,00 Hari 2 6,00 5,00 Hari 3 4,50 5,00 Hari 4 4,50 4,00
Akumulasi (mm)
Akumulasi per24jam(mm)
0,00
0,00
6,00 11,00
6,00 11,00
15,50 20,50
4,50 9,50
25,00 29,00
4,50 8,50
Sumber : Hasil Pencatatan
Tabel 4.6 Penurunan Air Tes Perkolasi Lokasi B (Percobaan 3)
Pukul 17.00 05.00 17.00 05.00 17.00 05.00 17.00
Penurunan (mm) Hari 1 0,00 Hari 2 5,00 5,00 Hari 3 5,50 6,00 Hari 4 4,50 5,00
Akumulasi (mm)
Akumulasi per24jam(mm)
0,00
0,00
5,00 10,00
5,00 10,00
15,50 21,50
5,50 11,50
26,00 31,00
4,50 9,50
Sumber : Hasil Pencatatan Dari hasil pencatatan dapat dihitung berapa permeabilitas dari ke dua jenis tanah tersebut. Perhitungan permeabilitas didapat dari penurunan air akumulasi per24 jam dari mm dijadikan satuan cm tiap detik. Hasil perhitungan didapat pada Tabel 4.7 dibawah ini.
52
Tabel 4.7 Perhitungan Koefisien Permeabilitas (K) Sub DAS Sidokare
Percobaan I (cm/detik)
Percobaan II (cm/detik)
Percobaan III (cm/detik) Rata-rata
1
Desa Suko (Aluvial Kelabu Tua) x 10-5 2,1412
Sub DAS Sekardangan Desa Sekardangan (Aluvial Hidromof) x 10-5 1,2153
2
2,3727
x 10-5
1,0417
x 10-5
3
2,0833
x 10-5
1,1574
x 10-5
1
2,1412
x 10-5
1,2731
x 10-5
2
2,1412
x 10-5
1,0995
x 10-5
3
2,0255
x 10-5
0,9838
x 10-5
1
2,2569
x 10-5
1,1574
x 10-5
2
2,1412
x 10-5
1,3310
x 10-5
3
2,1412 2,1605
x 10-5
1,0995
x 10-5
x 10-5
1,1510
x 10-5
Sumber : Hasil Perhitungan Koefisien permeabilitas (K) diambil dari nilai rata – rata dari 3 kali percobaan yang masing – masing percobaan dilakukan selama 3 hari berturut – turut. Koefisien Permeabilitas untuk jenis tanah alluvial kelabu tua yaitu 2,1605 x 10-5 cm/detik sedangkan alluvial hidromof 1,1510 x 10-5 cm/detik. Merujuk dari Tabel 2.3 koefisien permeabilitas tanah oleh Sosrodarsono dan Kazuto (1994) tanah aluvial kelabu tua dan alluvial hidromof pada lokasi studi masuk pada kategori jenis tanah berdasarkan teksturnya yaitu lanau dan lempung. Tekstur tanah lanau memiliki koefisien permeabilitas 4,5 x 10-4 cm/detik dan tanah lempung 3 x10-6 cm/detik. Koefisien permeabel alluvial kelabu tua dan alluvial hidomof yang bertekstur lanau lempung laju perkolasinya sedang hingga lambat seperti pernyataan Serief dalam Januardin (2008) yaitu pada tekstur tanah pasir, laju perkolasi akan sangat cepat, pada tekstur tanah lempung laju perkolasi adalah sedang hingga cepat dan pada tekstur liat laju perkolasi akan lambat. Sub DAS Sekardangan berada lebih dekat dengan pantai dibandingkan yang mengakibatkan koefisien permeabilitasnya lebih kecil dari Koefisien Permeabilitas Sub DAS Sidokare yang posisinya lebih kehulu. Dipengaruhi oleh 53
muka air tanahnya, semakin kehilir (mendekati pantai) muka air tanah semakin rendah dan mendekati nol. Rendahnya permeabilitas tanah di Perkotaan Sidoarjo tidak lepas dari sejarah Kabupaten Sidoarjo sebagai lumbung padi Jawa Timur. Pemanfaatan lahan di Sidoarjo didominasi oleh persawahan. Tanah persawahan adalah tanah 27 % lempung dan 25% lempung berliat (Agustina dkk, 2012). Hampir semua perumahan dan permukiman di Perkotaan Sidoarjo dibangun diatas tanah bekas sawah. Tanah sawah memang diharapkan tidak mudah meresapkan air agar dapat menahan unsur hara dan menampung air dipermukaan. Tanah lempung dan lempung berliat tidak begitu disarankan untuk penerapan drainase berwawasan lingkungan yang sifatnya menyerap air. Ini berlaku untuk sumur resapan dan biopori. Sampai saat ini ketentuan teknis tentang saluran porus masih belum ada. Semakin tinggi koefisien permeabilitas tanahnya maka semakin efektif saluran porus untuk diterapkan. Maka akan lebih efektif saluran porus diterapkan pada Sub DAS Sidokare yang memiliki koefisien permeabilitas yang lebih besar dibandingkan Sub DAS Sekardangan. 4. 2. 2.
Perhitungan Kuantitas Resapan Saluran Porus Kuantitas Resapan saluran porus didapat dari perhitungan yang
dipengaruhi faktor geometrik saluran. Penampang saluran yang diteliti berbentuk persegi, maka faktor geometriknya dihitung berdasarkan rumus untuk bentuk saluran persegi (Tabel 2.6). Perhitungan debit resapan atau debit air masuk dipengaruhi lebar saluran (b), tinggi saluran (H), waktu aliran (T) dan panjang saluran (B), faktor geometrik (f) dan Koefisien permeabilitas tanah (K). Dimensi saluran dan waktu aliran didapat dari Master Plan Drainse Kabupaten Sidoarjo. Faktor geometrik saluran didapat dari hasil perhitungan. Koefisien permeabilitas tanah diambil dari hasil tes perkolasi. Contoh perhitungan debit air masuk mengambil 1 (satu) saluran tersier di Sub DAS Sidokare yaitu Saluran Suko dan di Sub DAS Sekardangan yaitu Saluran Sekardangan Indah (Gambar 4.1).
54
Keterangan : Saluran Tersier yang Dihitung (a) Saluran Suko (b)Saluran Sekardangan Indah
Gambar 4.1 Lokasi saluran yang dihitung
Maka diketahui : ba = b’a = 0,80 m
bb = b’b
= 0,60 m
Ba
= 140,72 m
Bb
= 251,12 m
Ta
= 288 detik
Tb
= 643,2 detik
Ha
= 0,80 m
Hb
= 0,60 m
-5
-7
Ka
= 2,1605 x 10 cm/detik = 2,1605 x 10 m/detik (Aluvial Kelabu Tua)
Kb
= 1,1510 x 10-5 cm/detik = 1,1510 x 10-7 m/detik (Aluvial Hidromof) 55
Faktor geometrik (f) saluran porus dapat dihitung dengan menggunakan rumus pada Tabel 2.6 dengan jenis saluran 3b (porus pada dasar saluran saja), yaitu sebagai berikut : f =
8
b.b '
π
a. Faktor Geometrik Saluran Suko fa =
fa =
fa =
8
0,8 x 0,8
π 8
x 0,8
π 6, 4 3,14
f a = 2,04
b. Faktor Geometrik Saluran Sekardangan Indah fb =
fa =
fa =
8
0, 6 x 0, 6
π 8
x 0, 6
π 4,8 3,14
f a = 1,53
56
Perhitungan debit air masuk yang dipengaruhi dengan panjang saluran dan waktu aliran menggunakan rumus 2.1 adalah sebagai berikut : B=
Q f .K . H
f .K .T ) 1 − exp( − b
a. Debit air masuk Saluran Suko 140 ,72 m =
Q 2,04 x 2,1605 x10 −7 m / det x 288 det 1 − exp( − ) 0,80 m 2,04 x 2,1605 x10 -7 m / det x1m
140 ,72 m =
Q 1,269 x10 −4 m 1 − exp( − ) 0,80 m 3,526 x10 -7 m 2 / det
140 ,72 m =
Q 1 − exp( −1,59 x10 − 4 ) -7 2 3,526 x10 m / det
140 ,72 m =
Q (1 − 0,9998 ) 3,526 x10 -7 m 2 / det
Q=
(
)
140 ,72 mx 3,526 x10 −7 m 2 / det 0,0002
Q = 0,3127 m 3 / det
b. Debit air masuk Saluran Sekardangan Indah 251,12 m =
Q 1,53 x1,151 x10 −7 m / det x 643,2 det 1 − exp( − ) 0,60 m 1,53 x1,151 x10 -7 m / det x1m
251,12 m =
Q 1,133 x10 −4 m 1 − exp( − ) 0,60 m 1,057 x10 -7 m 2 / det
Q 1 − exp( −1,89 x10 − 4 ) 1,057 x10 -7 m 2 / det Q 251,12 m = (1 − 0,9998 ) 1,057 x10 -7 m 2 / det 251,12 m =
Q=
(
251,12 mx1,057 x10 −7 m 2 / det 0,0002
Q = 0,1406 m 3 / det 57
)
dengan: B
=
panjang saluran (m)
b
=
lebar saluran bawah (m)
b’
=
lebar saluran atas (m)
Q
=
debit air masuk (m3/s)
f
=
faktor geometrik saluran per satuan panjang (m/m)
K
=
koefisien permeabilitas tanah (m/s)
H
=
kedalaman efektif saluran (m)
T
=
waktu aliran (s)
Potensi debit air masuk pada saluran Suko jika diporuskan adalah 0,3127 m3/detik dan pada saluran Sekardangan adalah 0,1406 m3/detik. Perhitungan ini diterapkan pada semua saluran tersier di Sub DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan untuk mengetahui potensi debit air masuk jika saluran diporuskan. Hasil perhitungan debit air masuk pada saluran tersier di Sub DAS Sidokare yang pada kondisi eksisting kapasitasnya tidak mencukupi dapat dilihat pada Tabel 4.8. Hasil perhitungan debit air masuk pada saluran tersier di Sub DAS Sekardangan yang pada kondisi eksisting juga kapasitasnya tidak mencukupi dapat dilihat pada Tabel 4.11. Genangan dan banjir akibat luapan air disaluran yang kapasitasnya tidak mencukupi dapat dikurangi dengan debit air yang masuk atau meresap. Ada 28 (dua puluh delapan) saluran tersier yang kapasitasnya tidak mencukupi di Sub DAS Sidokare dan 14 (empat belas) saluran tersier di Sub DAS Sekardangan. Berkurangnya debit yang tidak tertampung karena debit air meresap dihitung pada Tabel 4.9 untuk Sub DAS Sidokare dan Tabel 4.12 untuk Sub DAS Sekardangan. Debit tidak tertampung (QTT) awal adalah debit rencana yang tidak dapat ditampung oleh saluran eksisting. QTT resap adalah debit tidak tertampung yang telah direduksi oleh debit air masuk atau meresap.
58
Hasil perhitungan debit tidak tertampung yang ditampilkan pada Tabel 4.9 untuk Sub DAS Sidokare dan Tabel 4.12 untuk Sub DAS Sekardangan dapat digunakan untuk menentukan potensi pengurangan genangan dan banjir. Kondisi eksisting dari Sub DAS Sidokare terdapat 28 (dua puluh delapan) saluran tersier yang kapasitasnya tidak dapat menampung air hujan. Setelah diterapkan saluran porus menurun jumlahnya menjadi 19 (sembilan belas) saluran. 9 (sembilan) saluran sudah tidak lagi meluber karena debit rencana yang tidak tertampung oleh debit normal dari saluran diresapkan kedalam tanah. Saluran tersier eksisting yang kapasitasnya tidak dapat menampung debit air hujan pada Sub DAS Sekardangan berjumlah 14 (empat belas). Setelah penerapan saluran porus menurun jumlahnya menjadi 7 (tujuh) saluran tersier. Peresapan air kedalam tanah mengakibatkan 7 (tujuh) saluran lainnya dapat menampung debit air hujan. Total debit tidak tertampung pada kondisi eksisting dari 28 (dua puluh delapan) saluran tersier di Sub DAS Sidokare adalah 14,19 m3/detik sedangkan setelah diresapkan menjadi 8,46 m3/detik. Penerapan saluran porus dapat mengurangi debit air yang tidak tertampung 5,73 m3/detik atau 40,4 %. Total debit yang tidak tertampung dari 14 (empat belas) saluran tersier di Sub DAS Sekardangan adalah 3,81 m3/detik. Debit tidak tertampung berkurang menjadi 1,44 m3/detik setelah penerapan saluran porus. Pengurangan debit tidak tertampung di Sub DAS Sekardangan adalah 2,37 m3/detik atau 62 %. Genangan adalah jika tinggi genangan minimal 10 cm dengan lama menggenang minimal 1 jam (Permen PU 12 Tahun 2014). Terdapat 19 saluran tersier yang kapasitasnya tetap tidak dapat menampung debit air hujan. Genangan hanya terjadi di 2 (dua) saluran tersier dari 19 (sembilan belas) saluran yang kapasitasnya tidak memenuhi. Pengaruh langsung penerapan saluran porus di saluran tersier pada Sub DAS Sidokare terhadap genangan dapat dihitung pada 2 (dua) saluran yang mengakibatkan genangan tersebut dan berkurangnya luas genangan dapat dilihat pada Gambar 4.2. Perhitungan pengurangan tinggi, luas, volume dan lama genangan terhadap 2 (dua) saluran tersier dapat dilihat pada Tabel 4.10. Saluran Sidokare Asri dan Saluran Sidokare Indah 2 genangan dapat tereduksi tinggi, luas, volume dan lamanya. Pada Saluran Sidokare Asri tinggi 59
genangan semula 50 cm menjadi 10 cm dengan lama genangan semula 480 menit menjadi 91 menit. Saluran Sidokare Indah 2 tinggi genangan semula 50 cm menjadi 13 cm dengan lama genangan semula 480 menit menjadi 125 menit. 7 (tujuh ) saluran tersier di Sub DAS Sekardangan yang kapasitasnya tidak dapat menampung debit air hujan tidak memenuhi kriteria sebagai genangan karena tingginya tidak lebih dari 10 cm dan lama genangan tidak lebih dari 1 (satu) jam. Tidak ada perhitungan penurunan genangan pada Sub DAS Sekardangan. Faktor yang mempengaruhi tingkat pengurangan debit tidak tertampung ternyata bukan hanya koefisien permeabilitasnya saja. Faktor lain yang juga sangat berperan adalah besarnya debit tidak tertampung awal, lebar saluran dan total panjang saluran yang ada. Total panjang saluran akan berbanding lurus dengan besarnya pengurangan debit tidak tertampung. Karenanya Sub DAS Sidokare dengan total panjang saluran 10.393 m dengan debit luapan total 14,19 m3/detik hanya mampu mengurangi 40,4 % luapan walaupun koefisien permeabilitasnya 2,1605 x 10-7 m/detik. Berbeda dengan Sub DAS Sekardangan yang total panjang salurannya 3.590 m tapi debit tidak tertampung awalnya hanya 3,81 m3/detik. Saluran tersier di Sub DAS Sekardangan mampu mengurangi 62 % debit luapan walaupun keofisien permebilitasnya hanya 1,151 x 10-7 m/detik.
Gambar 4.2 Reduksi Luas Genangan Sub DAS Sidokare (A) Awal (B) Reduksi
60
Sal. Sidokare Asri 1
Sal. Sidokare Asri 4
Sal. Perum Palm Fiesta
Sal. GOR 1
Sal. GOR 2
Sal. Magersari 3
Sal. Dinas Sosial
Sal. Sidokare Indah 2
12
13
14
15
16
17
18
Sal. Sepande
8
11
108,47
Sal. Sumokali 2
7
Sal. Sidokare 2
Sal. Pondok Mutiara 3
6
Sal. Tamanpinang 3
Sal. Pondok Mutiara 4
5
9
Sal. Puri 4
4
10
792,56
Sal. Puri 3
3
116,34
557,36
87,71
938,77
428,44
74,39
343,17
193,59
638,94
87,05
449,42
426,38
158,24
130,03
803,5
Sal. Puri 2
2
1,53
2,55
1,53
4,18
3,12
1,27
2,04
2,55
3,05
1,27
3,82
2,90
1,53
2,04
2,55
2,29
2,04
2,04
2
1 140,72
f (m/m)
B (m)
Sal. Suko
Nama Saluran
1
No.
2,1605
2,1605
2,1605
2,1605
2,1605
2,1605
2,1605
2,1605
2,1605
2,1605
2,1605
2,1605
2,1605
2,1605
2,1605
2,1605
2,1605
2,1605
3 -7
288
5
T (det)
985,8
284,4
322,2
0,8
0,8 1478,4
0,6
x 10-7 x 10-7
x 10-7 x 10
-7
x 10
61
0,6
1
0,4
x 10-7
-7
0,8
x 10-7
298,2
966,6
225
730,8
254,4
702,6
467,4
0,5
x 10-7
323,4
0,8 1127,4
0,5
x 10-7
x 10
-7
0,8 1303,2
x 10-7
200,4
0,5
0,5 1258,8
0,6
0,9
0,5
0,6 1857,6
0,8
4
H (m)
x 10-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
K (m/det)
0,6
1
0,6
1,5
1
0,5
0,8
1
1,2
0,5
1,5
1
0,6
0,8
1
0,9
0,8
0,8
6
b (m)
0,6
1
0,6
1,8
1,5
0,5
0,8
1
1,2
0,5
1,5
1,3
0,6
0,8
1
0,9
0,8
0,8
7
b' (m)
1,9798
5,4995
1,9798
7,2292
5,3883
1,0999
3,5197
2,7497
5,2795
1,3749
6,5993
3,1352
1,6498
2,6397
4,9495
2,4748
2,6397
3,5197
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10-7
x 10-7
x 10-7
x 10-7
x 10-7
x 10-7
x 10-7
x 10
-7
x 10-7
x 10-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
8 (2x3x4)
f.K.H
0,9840
5,3158
0,7424
13,3596
4,9223
0,6995
3,0911
2,5704
7,4401
0,8893
10,7503
1,2566
4,1536
4,3371
1,5640
1,5947
8,1726
-4
x 10-4
x 10
-4
x 10-4
x 10-4
x 10-4
x 10-4
x 10-4
x 10-4
x 10-4
x 10
-4
x 10-4
x 10-4
x 10
-4
x 10
-4
x 10-4
x 10
-4
x 10
-4
x 10
9 (2x3x5)
f.K.T
1,2671
Tabel 4.8 Perhitungan Debit Air Masuk pada saluran tersier di Sub DAS Sidokare
0,1405
0,5768
0,1403
0,7623
0,4691
0,0585
0,3127
0,2071
0,5442
0,0839
0,7301
0,2172
0,1071
0,2077
0,5008
0,1816
0,2077
0,3127
10
Q (m3/det)
Sal. Gang Daleman
Sal. Magersari 2
Sal. Teuku Umar 1
Sal. Teuku Umar 2
Sal. Ramayana
Sal. BCF 2
Sal. Perum Bulu Kidul 2
Sal. Perum Bulu Kidul 3
21
22
23
24
25
26
27
28
Sumber : Hasil Perhitungan
Sal. Ci Walk 2
Sal. Sidokare Indah 4
Nama Saluran
20
19
No.
564,07
250,5
1.658,65
67,78
95,76
53,46
264,58
127,97
206,45
1,27
1,27
2,55
3,60
1,02
1,02
3,05
1,53
2,04
6,36
2
1 247,15
f (m/m)
B (m)
2,1605
2,1605
2,1605
2,1605
2,1605
2,1605
2,1605
2,1605
2,1605
2,1605
3 -7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
K (m/det)
62
0,5
0,5
1
0,8
0,4
0,4
0,65
0,6
0,5
0,7
4
H (m)
1.683
747,6
2.877
114
319,8
178,8
482,4
327,6
353,4
388,2
5
T (det)
0,5
0,5
1
1
0,4
0,4
1,2
0,6
0,8
2,5
6
b (m)
0,5
0,5
1
2
0,4
0,4
1,2
0,6
0,8
2,5
7
b' (m)
1,3749
1,3749
5,4995
6,2219
0,8799
0,8799
4,2896
1,9798
2,1998
9,6240
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
8 (2x3x4)
f.K.H
4,6278
2,0557
15,8219
0,8866
0,7035
0,3933
3,1835
1,0810
1,5548
5,3372
-4
x 10
-4
x 10
-4
x 10
-4
x 10
-4
x 10
-4
x 10
-4
x 10
-4
x 10
-4
x 10
-4
x 10
9 (2x3x5)
f.K.T
Tabel 4.8 Perhitungan Debit Air Masuk pada saluran tersier di Sub DAS Sidokare (Lanjutan)
0,0838
0,0838
0,5770
0,4757
0,0479
0,0478
0,4279
0,1406
0,2337
1,1143
10
Q (m3/det)
1.1
Sal. Suko Sal. Puri 2 Sal. Puri 3 Sal. Puri 4 Sal. Pondok Mutiara 4 Sal. Pondok Mutiara 3 Sal. Sumokali 2 Sal. Sepande Sal. Sidokare 2 Sal. Tamanpinang 3 Sal. Sidokare Asri 1 Sal. Sidokare Asri 4 Sal. Perum Palm Fiesta Sal. GOR 1 Sal. GOR 2 Sal. Magersari 3 Sal. Dinas Sosial Sal. Sidokare Indah 2
Sal. Sidokare Indah 4
19
(m3/det)
Qrencana
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Nama Saluran 1 0.61 0.69 1.52 0.72 0.43 0.74 3.62 1.44 0.39 1.09 0.38 0.4 0.23 1.21 0.74 0.27 0.6 0.28
No. 2 0.23 0.14 0.11 0.39 0.14 0.06 0.14 0.55 0.05 0.41 0.12 0.23 0.03 0.42 0.61 0.09 0.46 0.09 0.8
(m3/det)
Qsaluran
63
0.3
3 (1-2) 0.38 0.55 1.41 0.33 0.29 0.68 3.48 0.89 0.34 0.68 0.26 0.17 0.2 0.79 0.13 0.18 0.14 0.19
(m3/det)
QTTawal
1.11
4 0.31 0.21 0.18 0.50 0.21 0.11 0.22 0.73 0.08 0.54 0.21 0.31 0.06 0.47 0.76 0.14 0.58 0.14
Qresap
(m3/det)
-0.81
(3-4) 0.07 0.34 1.23 -0.17 0.08 0.57 3.26 0.16 0.26 0.14 0.05 -0.14 0.14 0.32 -0.63 0.04 -0.44 0.05 -
0.07 0.34 1.23 0.08 0.57 3.26 0.16 0.26 0.14 0.05 0.14 0.32 0.04 0.05
QTTresap
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Keterangan
Tabel 4.9 Pengurangan QTT setelah penerapan saluran porus pada saluran tersier di Sub DAS Sidokare
Sal. Ci Walk 2 Sal. Gang Daleman Sal. Magersari 2 Sal. Teuku Umar 1 Sal. Teuku Umar 2 Sal. Ramayana Sal. BCF 2 Sal. Perum Bulu Kidul 2 Sal. Perum Bulu Kidul 3
20
(m3/det)
Qsaluran
0.23 0.14 0.15 0.09 1.11 0.34 0.15 0.03 0.16 0.03 0.53 0.44 0.58 0.46 1.02 0.05 0.5 0.05 Total QTT awal
(m3/det)
Qrencana
64
0.09 0.06 0.77 0.12 0.13 0.09 0.12 0.97 0.45 14.19
(m3/det)
QTTawal
Saluran yang dapat menampung debit rencana (Aman)
QTT (Q Tak Tertampung)
Keterangan :
Sumber : Hasil Perhitungan
21 22 23 24 25 26 27 28
Nama Saluran
No. 0.23 -0.14 0.14 -0.08 0.43 0.34 0.05 0.07 0.05 0.08 0.48 -0.39 0.58 -0.46 0.08 0.89 0.08 0.37 Total QTT akhir
Qresap
(m3/det)
0.34 0.07 0.08 0.89 0.37 8.46
QTTresap
Aman Aman
Aman Aman
Keterangan
Tabel 4.9 Pengurangan QTT setelah penerapan saluran porus pada saluran tersier di Sub DAS Sidokare (Lanjutan)
Nama Saluran
Sal. Sidokare Asri 1 Sal. Sidokare Indah 2
No.
1 2
0.50 0.50
(m)
Tinggi 480 480
(menit)
14,976 10,944
(m )
2
7,488 5,472
(m )
3
Genangan Awal Lama Luas Volume 0.38 0.28
(m /det)
3
65
Qrencana
0.12 0.09
(m /det)
3
Qsaluran
0.26 0.19
(m /det)
3
Qgenangan
0.21 0.14
(m /det)
3
Qresap
0.05 0.05
(m /det)
3
Q 0.10 0.13
(m)
91 125
(menit)
3,045.94 2,853.38
(m )
2
Genangan Reduksi Tinggi Lama Luas
Tabel 4.10 Perhitungan Reduksi Genangan pada saluran tersier di Sub DAS Sidokare
289.36 370.94
(m3)
Volume
Sal. Larangan Permai 1
Sal. Tenggulunan 1
Sal. Larangan Permai 2
Sal. Larangan 1
Sal. Kepodang
Sal. Kahuripan
Sal. Celep
Sal. Sumbawa 1
Sal. Sekardangan Indah
Sal. Sumbawa 2
Sal. Green Park Regency 1
Sal. Bumi Intan
Sal. Citraloka Residence
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Sumber : Hasil Perhitungan
Sal. Sumokali 3
Nama Saluran
1
No.
1.15 0.76
203.08
4.30
1.78
1.53
1.78
1.78
1.27
1.02
1.53
2.39
2.55
2.04
245.5
948.16
191.07
251.12
191.07
211.41
213.49
105.32
171.69
245.6
279.63
87.23
1.53
2
1 246.09
f (m/m)
B (m)
1.151
1.151
1.151
1.151
1.151
1.151
1.151
1.151
1.151
1.151
1.151
1.151
1.151
1.151
3 -7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
K (m/s)
66
0.3
0.45
1
0.7
0.6
0.7
0.7
0.5
0.4
0.6
0.8
0.8
0.8
0.6
4
H (m)
1047.6
804.6
1327.8
433.2
643.2
433.2
479.4
637.2
386.4
439.8
463.8
525.6
178.8
630.6
5
T (det)
0.3
0.45
1.5
0.7
0.6
0.7
0.7
0.5
0.4
0.6
0.8
1
0.8
0.6
6
b (m)
0.3
0.45
1.9
0.7
0.6
0.7
0.7
0.5
0.4
0.6
1.1
1
0.8
0.6
7
b' (m)
0.2637
0.5933
4.9461
1.4356
1.0547
1.4356
1.4356
0.7325
0.4688
1.0547
2.1987
2.3439
1.8751
1.0547
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
-7
x 10
8 (2x3x4)
f.K.H
0.9208
1.0608
6.5674
0.8884
1.1307
0.8884
0.9832
0.9334
0.4528
0.7731
1.2747
1.5399
0.4191
1.1085
-4
x 10
-4
x 10
-4
x 10
-4
x 10
-4
x 10
-4
x 10
-4
x 10
-4
x 10
-4
x 10
-4
x 10
-4
x 10
-4
x 10
-4
x 10
-4
x 10
9 (2x3x5)
f.K.T
Tabel 4.11 Perhitungan Debit Air Masuk pada saluran tersier di Sub DAS Sekardangan
0.0174
0.0618
1.0714
0.2161
0.1406
0.2161
0.2161
0.0838
0.0436
0.1405
0.3389
0.4256
0.3122
0.1405
10
Q (m3/det)
Sal. Larangan Permai 1
Sal. Tenggulunan 1
Sal. Larangan Permai 2
Sal. Larangan 1
Sal. Kepodang
Sal. Kahuripan
Sal. Celep
Sal. Sumbawa 1
Sal. Sekardangan Indah
Sal. Sumbawa 2
Sal. Green Park Regency 1
Sal. Bumi Intan
Sal. Citraloka Residence
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
0.2 3.81
0.2
0.54
0.16
0.43
0.07
0.17
0.21
0.46
0.36
0.2
0.18
0.13
0.5
(m3/det) 3 (1-2)
QTTawal
0.01
0.09
0.95
0.15
0.09
0.15
0.15
0.05
0.02
0.09
0.29
0.32
0.23
0.09
(m3/det) 2
Qsaluran
Total QTT awal
0.21
0.29
1.49
0.31
0.52
0.22
0.32
0.26
0.48
0.45
0.49
0.5
0.36
0.59
(m3/det) 1
Qrencana
67
0.18
0.14
-0.53
-0.06
0.29
-0.15
-0.05
0.13
0.42
0.22
-0.14
-0.25
-0.18
0.36
(3-4)
Total QTT akhir
0.02
0.06
1.07
0.22
0.14
0.22
0.22
0.08
0.04
0.14
0.34
0.43
0.31
0.14
Qresap
(m3/det) 4
Saluran yang dapat menampung debit rencana (Aman)
Keterangan : QTT (Q Tak Tertampung)
Sumber : Hasil Perhitungan
Sal. Sumokali 3
Nama Saluran
1
No.
1.44
0.18
0.14
-
-
-
-
-
0.13
0.42
0.22
-
-
-
0.36
QTTresap
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Aman
Keterangan
Tabel 4.12 Pengurangan Luberan setelah penerapan saluran porus pada saluran tersier di Sub DAS Sekardangan
Faktor – faktor yang memperngaruhi keberhasilan saluran porus dalam mengurangi genangan adalah besarnya selisih antara debit banjir rencana dengan kapasitas saluran, total luas dasar saluran yang didapat dari perkalian panjang saluran dengan lebar saluran, koefisien permeabilitas tanah, waktu aliran yang didapat dari kecepatan aliran dan kedalaman saluran. Faktor geometrik saluran tidak menjadi faktor penentu karena hanya merujuk pada saluran yang sudah ada yaitu berbentuk persegi atau trapesium dan hanya sisi bawah yang diporuskan. Penggunaan bentuk saluran tetap persegi dan trapesium dikarenakan untuk meminimalisir biaya dan waktu pembongkaran. Penerapan saluran porus ini bisa disaat normalisasi saluran dengan mengambil perkerasan didasar saluran. Saluran dengan kontruksi beton U-dit lebih susah diambil dasar salurannya. Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam penerapan saluran porus ini. Dari analisa yang telah dilakukan didapatkan kriteria lokasi yang tepat untuk diterapkan saluran porus, yaitu : 1.
Kontruksi saluran batukali atau beton bukan u-dit.
2.
Bentuk saluran trapesium atau persegi dengan kontruksi plengseng
3.
Koefisien permeabilitas tinggi
4.
Muka air tanah dalam (tidak dipengaruhi ROB)
4. 2.
ASPEK LINGKUNGAN Aspek lingkungan dilakukan dengan pengambilan contoh tanah utuh
(undisturbed soil sample) dengan jenis tanah alufial kelabu tua dari sub DAS Sidokare dan alluvial hidromof dari dan Sub DAS Sekardangan. Selain tanah asli diuji juga tanah yang ditanamui tumbuhan sebagai penerapan drainase swale. Tumbuhan yang digunakan adalah rumput gajah. Tanah asli dan tanah bertanaman ini akan diuji sebagai material filtrasi air di saluran. Pasir halus dan kerikil juga dijadikan material uji filtrasi untuk membandingkan keefektifan dalam memfiltrasi air saluran. Contoh air diambil dari saluran tersier dipermukiman padat dari Sub DAS Sidokare yaitu saluran
68
suko dan Sub DAS Sekardangan yaitu saluran sekardangan. Unsur yang diuji adalah TSS, BOD, Detergen dan E. coli.
4. 2. 1. Filtrasi Media yang digunakan untuk memfilter air dari saluran adalah tanah asli, tanah asli dengan ditanami rumput gajah, pasir dan kerikil. Hasil filtrasi ditampung dan masukan ke dalam botol tertutup seperti Gambar 4.3 dan 4.4 dibawah ini.
b
a
c
d
e
Keterangan : a. Kondisi awal b. Filtrasi media tanah asli c. Filtrasi media tanah asli berumput gajah d. Filtrasi media pasir e. Filtrasi media kerikil
Gambar 4.3 Air Hasil Filtrasi Saluran Suko (Sub DAS Sidokare)
69
f
g
h
i
j
Keterangan : f. Kondisi awal g. Filtrasi media tanah asli h. Filtrasi media tanah asli berumput gajah i. Filtrasi media pasir j. Filtrasi media kerikil Gambar 4.4 Air Hasil Filtrasi Saluran Suko (Sub DAS Sekardangan)
4. 2. 2.
Uji Laboratorium Hasil uji lab air filtrasi dari 2 (dua) saluran yaitu Saluran Suko (Sub
DAS Sidokare dan Saluran Sekardangan (Sub DAS Sekardangan) dengan filtrasi tanah asli, tanah asli dengan rumput gajah, pasir halus dan kerikil dapat dilihat pada Tabel 4.13 dan 4.14 berikut ini.
Tabel 4.13 Hasil Laboratorium Saluran Suko (Sub DAS Sidokare)
Kondisi Awal TSS (mg/L) BOD (mg/L) Detergen (mg/L) E. Coli (/100ml)
24 20 5.97 16 x 106
Saluran Suko Tanah Rumput Asli Gajah
14 16 0.03
16 10 0.04
15 x 104
14 x 104
Sumber : Hasil Lab 70
Pasir
Kerikil
20 36 1.01 12 x 106
90 22 5.15 28 x 105
Tabel 4.14 Hasil Laboratorium Saluran Sekardangan
Kondisi Awal TSS (mg/L) BOD (mg/L) Detergen (mg/L)
72 193 17.28 28 x 108
E. Coli (/100ml)
Saluran Sekardangan Tanah Rumput Pasir Asli Gajah
36 9 0.22
14 6 0
19 x 106
18 x 106
14 15 0.58 22 x 106
Kerikil 136 207 0.58 23 x 107
Sumber : Hasil Lab Hasil uji laboratorium diatas menunjukan perubahan nilai pada tiap parameter yang difiltrasi dengan material filtrasi berbeda. Perbedaan juga didapatkan dari kondisi awal/ kondisi awal air saluran. Masing – masing hasil uji menunjukan hal – hal tertentu, yaitu : 1. Kondisi Awal Sub DAS Sekardangan berada lebih kehilir dibandingkan Sub DAS Sidokare jika dilihat dari DAS Kapetingan. Dari hasil uji laboratorium keempat parameter menunjukan nilai yang lebih tinggi di Sub DAS Sekardangan. TSS Saluran Suko 24 mg/L sedangkan Saluran Sekardangan 72 mg/L. BOD Saluran Suko 20 mg/L sedangkan Saluran Sekardangan 193 mg/L. Detergen terlarut Saluran Suko 5,97 mg/L dan Saluran Sekardangan 17,28 mg/L. Bakteri E.Coli di Saluran Suko sebanyak 16 x 106 sel/100ml sedangkan di Saluran Sekardangan sebanyak 28 x 108 sel/100ml. Perbedaan hasil uji air saluran sebelum difiltrasi dapat dilihat pada grafik dibawah (Gambar 4.5). 300 250
(mg/L)
200 Suko
150
Sekardangan
100 50 0 TSS
BOD
Det
E.Coli
Gambar 4.5 Perbandingan hasil uji air kondisi awal 2 saluran 71
Tingginya konsentrasi pencemar dihilir didapat dari akumulasi pencemar dihulu yang nantinya akumulasi pencemaran terbesar berada di muara sungai. Seperti pernyataan Dwiyanti, 2009 melalui pergerakan air sungai, aliran air larian (direct runoff), dan aliran air tanah (ground water flow), nutrien, bahan pencemar dan sedimen dari daratan akan terakumulasi di muara sungai. Sumber limbah dari kegiatan di darat, terutama dari kegiatan rumah tangga dan pertanian yang sebagian besar mengandung bahan organik.
2. TSS Konsentrasi TSS setelah difilter mengalami penurunan kecuali saat difilter dengan material kerikil. Padatan yang menepel pada kerikil yang ikut terlarut oleh air yang melewatinya. Kerikil tidak efektif sebagai media filter sebagai pengurang konsentrasi TSS. Naik turunnya konsentrasi TSS diilustrasikan pada grafik dalam Gambar 4.6 dibawah ini. 140 120
(mg/L)
100 RA Sidokare
80
HF Sidokare 60
RA Sekardangan
40
HF Sekardangan
20 0 TA
Keterangan
TAB
P
K
: RA Kondisi Awal, HF Hasil Filtrasi, TA Tanah Asli, TAB Tanah Asli Berumput, P Pasir, K Kerikil
Gambar 4.6 Perbandingan TSS Sub DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan 72
Media tanah asli, tanah berumput dan pasir memiliki kemampuan yang hampir sama dalam mengurangi TSS. Tetapi jika dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan untuk memfilter air agar TSS nya turun, media pasir jauh lebih efektif. Waktu yang dibutuhkan air untuk melewati media filtrasi pasir setinggi 40 cm hanya berkisar 3 menit sedangkan dengan tanah asli ataupun tanah asli berumput membutuhkan waktu berhari-hari. Media pasir memiliki efisiensi penyisihan paling tinggi. Saringan pasir lambat ini dikenal di Inggris sebelum tahun 1830 dan pertamakalinya menjadi instalasi yang sukses dalam pengolahan untuk air minum (Tawell dan Ali, 1999). Penurunan TSS dengan tanah asli berumput pada Saluran Suko dari 24 mg/L menjadi 16 mg/L menurun 8 mg/L atau sebesar 33,3 %. Saluran Sekardangan TSS dari 72 mg/L menjadi 14 mg/L menurun 58 mg/L atau sebesar 80,5 %. Merujuk pada Tabel 2.5 tentang pengurangan jumlah polutan dengan rumput pada drainase swale tanah asli pada Sub DAS Sidokare termasuk jenis tanah C/D dengan tingkat pengurangan jumlah polutan TSSnya sebesar 35 %. Sub DAS Sekardangan termasuk jenis tanah A/B yang pengurangan TSSnya sebesar 60%. Perbandingan baku mutu dengan hasil filtrasi ini untuk parameter TSS dapat dilihat pada Tabel 4.15 dan Tabel 4.16.
Tabel 4.15 Perbandingan TSS dengan Baku Mutu (Saluran Suko)
Saluran Suko
PP 82/2001
Pergub jatim no.72/2013
24 14
50 Memenuhi Memenuhi
200 Memenuhi Memenuhi
16
Memenuhi
Memenuhi
20 90
Memenuhi Tidak memenuhi
Memenuhi Memenuhi
TSS (mg/L)
Kondisi Awal Filtrasi Tanah Asli Filtrasi Tanah Berumput Filtrasi Pasir Filtrasi Kerikil
Sumber :Hasil Pengamatan
73
Tabel 4.16 Perbandingan TSS dengan Baku Mutu (Saluran Sekardangan) Saluran Sekardangan Kondisi Awal Filtrasi Tanah Asli Filtrasi Tanah Berumput Filtrasi Pasir Filtrasi Kerikil
PP 82/2001
Pergub jatim no.72/2013
72 36
50 Tidak memenuhi Memenuhi
200 Memenuhi Memenuhi
14
Memenuhi
Memenuhi
14 136
Memenuhi Tidak memenuhi
Memenuhi Memenuhi
TSS (mg/L)
Sumber :Hasil Pengamatan
Pada dasarnya kondisi awal air di saluran masih memenuhi baku mutu kualitas air limbah yang akan dibuang ke badan air atau laut menurut Pergub Jatim No.72/2013. Tetapi jika diterapkan baku mutu untuk air bersih dari PP 82/2001 kondisi awal saluran sekardangan tidak memenuhi standard baku mutu. Penurunan kadar TSS terjadi karena absorbsi dari media filtrasi. Molekul media filtrasi yang lebih kecil dari padatan tersuspensi dapat menahan pergerakannya ke air tanah. Karenanya pada media filtrasi kerikil yang ukurannya jauh lebih besar dari padatan tersuspensi TSS tidak berkurang. Rongga yang diciptakan oleh kerikil lebih besar dari molekul padatan tersuspensi menyebabkan tidak tertahannya padatan tersuspensi tersebut. Filtrasi kerikil yang hasilnya tidak mengurangi konsentrasi TSS justru menambah konsentrasi tidak direkomendasikan menjadi media filtrasi akhir.
3. BOD Terjadi ketidak konsistenan penurunan dan kenaikan konsentrasi BOD pada masing – masing media filtrasi dapat dilihat pada Gambar 4.7. Media filtrasi pasir pada Saluran Suko meningkatkan konsentrasi BOD sebesar 16 mg/L sedangkan pada Saluran Sekardangan menurunkan sebesar 178 mg/L konsentrasi BOD. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang kadar yang dikandung pasir atau penstrerilan pasir terlebih dahulu agar hasil filtrasi tidak 74
menjadi bias. Media tanah asli dan tanah asli berumput konsisten menurunkan konsentrasi BOD yaitu pada Saluran Suko sebesar 4 mg/L dan pada Saluran Sekardangan sebesar 184 mg/L. Tanah berumput paling efisien menurunkan konsentrasi BOD. 250
(mg/L)
200 RA Sidokare
150
HF Sidokare RA Sekardangan HF Sekardangan
100 50 0 TA
Keterangan
TAB
P
K
: RA Kondisi Awal, HF Hasil Filtrasi, TA Tanah Asli TAB Tanah Asli Berumput, P Pasir, K Kerikil
Gambar 4.7 Perbandingan BOD Sub DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan
Perbandingan baku mutu dengan hasil filtrasi ini untuk parameter BOD dapat dilihat pada Tabel 4.17 dan Tabel 4.18. Tabel 4.17 Perbandingan BOD dengan Baku Mutu (Saluran Suko)
Saluran Suko Kondisi Awal Filtrasi Tanah Asli Filtrasi Tanah Berumput Filtrasi Pasir Filtrasi Kerikil
BOD (mg/L)
Permenkes 416/1990
Pergub jatim no.72/2013
5 Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi
50 Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi
20 16 10 36 22
Sumber : Hasil Pengamatan 75
Tabel 4.18 Perbandingan BOD dengan Baku Mutu (Saluran Sekardangan)
Saluran Sekardangan Kondisi Awal Filtrasi Tanah Asli Filtrasi Tanah Berumput Filtrasi Pasir Filtrasi Kerikil
BOD (mg/L) 193 9 6 15 207
Permenkes 416/1990
Pergub jatim no.72/2013
5 Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi
50 Tidak memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Tidak memenuhi
Sumber : Hasil Pengamatan
Permenkes 416/1990 tentang baku mutu air untuk pemandian menentukan nila maksimal BOD yang boleh terkandung adalah 5 mg/L. Kondisi awal maupun hasil filtrasi dari kedua saluran tidak ada yang memenuhi baku mutu ini. Untuk baku mutu kualitas air limbah yang akan dibuang ke badan air atau laut menurut Pergub Jatim No.72/2013 Saluran Suko masih memenuhi baik hasil filtrasi ataupun kondisi awalnya sedangkan Saluran Sekardangan tidak memenuhi pada kondisi awal dan hasil filtrasi kerikil. Penurunan BOD terjadi karena adanya mekanisme aktivitas mikroorganisme dan tanaman melalui proses oksidasi oleh bakteri aerob maupun kehadiran bakteri heterotrof. Mekanisme ini menjadikan filtrasi dengan tanah asli berumput adalah yang paling efisien dalam mengurangi konsentrasi BOD.
4. Detergen Penurunan kandungan detergen saat setelah difiltrasi cukup signifikan di hampir semua media filtrasi kecuali pada kerikil di Saluran Suko (Gambar 4.8). Dibutuhkan penelitian lebih lanjut atau pembersihan media kerikil terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai media filtrasi agar hasil uji tidak bias. Kandungan detergen paling banyak diturunkan oleh media filtrasi tanah asli dan tanah berrumput. Tetapi penurunan yang dihasilkan media pasir juga 76
sangat signifikan. Menjadi lebih efektif media pasir sebagai filtrasi penurun kandungan detergen dengan pertimbangan waktu yang dibutuhkan untuk meresapnya air sampai terfilter. Media pasir direkomendasikan untuk mengurangi detergen pada air di saluran. 18 16
(mg/L)
14 12
RA Sidokare
10
HF Sidokare
8
RA Sekardangan HF Sekardangan
6 4 2 0 TA
TAB
P
K
Gambar 4.8 Perbandingan Kandungan Detergen Sub DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan
Hasil filtrasi dari 4 (empat) media filtrasi ini diharapkan telah memenihi baku mutu air. Perbandingan baku mutu dengan hasil filtrasi ini untuk parameter Detergen dapat dilihat pada Tabel 4.19 dan Tabel 4.20.
Tabel 4.19 Perbandingan kandungan detergen dengan Baku Mutu (Saluran Suko) Saluran Suko
Det (mg/L)
Kondisi Awal Filtrasi Tanah Asli Filtrasi Tanah Berumput Filtrasi Pasir Filtrasi Kerikil
5.97 0.03 0.04 1.01 5.15
Sumber : Hasil Pengamatan 77
Permenkes 416/1990 0.5 Tidak memenuhi Memenuhi Memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi
Tabel 4.20 Perbandingan kandungan detergen dengan Baku Mutu (Saluran Sekardangan) Saluran Sekardangan
Det (mg/L)
Kondisi Awal Filtrasi Tanah Asli Filtrasi Tanah Berumput Filtrasi Pasir Filtrasi Kerikil
17.28 0.22 0 0.58 0.58
Permenkes 416/1990 0.5 Tidak memenuhi Memenuhi Memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi
Sumber : Hasil Pengamatan Detergen yang terkandung pada air di saluran sangatlah tinggi, ini disebabkan karena konsumsi detergen oleh masyarakat tinggi dan air limbah rumah tangganya langsung dibuang pada saluran drainase. Media filtrasi yang bisa mengurangi kandungan detergen sehingga air saluran memenuhi baku mutu air bersih adalah tanah asli dan tanah berumput. Tanah asli dan berumput direkomendasikan sebagai filtrasi akhir untuk mengurangi detergen.
5. E. coli Kandungan bakteri E. coli pada air saluran sangat tinggi mencapai 16 x 106 sel ecoli/100ml di Salurann Suko dan 28 x 108 sel e.coli/100ml di Saluran Sekardangan. Hal ini mungkin terjadi karena limbah cair manusia dari rumah warga langsung masuk ke saluran drainase. Penurunan kandungan E.coli dapat dilihat pada Gambar 4.9 – 4.10. Baku mutu kandungan E. coli pada air baku adalah 2.000 sel E.coli/100ml dari Permenkes 173/1977 tentang baku mutu air baku. Kondisi awal maupun hasil filtrasi tidak ada yang memenuhi baku mutu. Paling rendah kandungan E.coli adalah hasil filtrasi media tanah berumput yaitu 14 x 104 sel E.coli/100ml pada Saluran Sidokare dan 18 x 106 sel E.coli/100ml pada Saluran Sekardangan.
78
(x 104 sel E.coli/100ml)
1600 1400 1200 1000 800
RA Sidokare
600
HF Sidokare
400 200 0 TA
Keterangan
TAB
P
K
: RA Kondisi Awal, HF Hasil Filtrasi, TA Tanah Asli TAB Tanah Asli Berumput, P Pasir, K Kerikil
Gambar 4.9 Perbandingan Kandungan E. coli di Sub DAS Sidokare
(x 106 sel E.coli/100ml)
3000 2500 2000 RA Sekardangan
1500
HF Sekardangan
1000 500 0 TA
Keterangan
TAB
P
K
: RA Kondisi Awal, HF Hasil Filtrasi, TA Tanah Asli TAB Tanah Asli Berumput, P Pasir, K Kerikil
Gambar 4.10 Perbandingan Kandungan E. coli di Sub DAS Sekardangan
Penurunan kandungan E.Coli ini disebabkan oleh bakteri didalam lapisan Schmutzdecke yang dapat mengkonsumsi bakteri pathogen seperti E.Coli 79
yang merupakan food-chain. Disamping itu juga terjadi proses adsorpsi, yang mana bakteri yang bermuatan negatif akan diikat oleh butiran media pasir dan tanah yang bermuatan positif, sehingga bakteri E.Coli yang terdapat dalam air saluran dapat tereduksi. Drainase swale dengan tumbuhan rumput ataupun saluran porus dengan berbagai macam filtrasi tidak mampu menurunkan kandungan E.Coli agar sesuai bakumutu. Disarankan seharusnya limbah cair dari rumah tangga khususnya limbah cair manusia tidak langsung dibuang ke saluran drainase melainkan di tampung dulu pada sumur resapan.
4. 3.
DESAIN SALURAN PORUS DAN SWALE
Desain saluran porus dan swale yang direkomendasikan meliputi 4 desain. Penempatannya disesuaikan ketersediaan lahan dan lokasi saluran. Ketentuan – ketentuan tersebut dijelaskan dibawah ini : 1. Porus Saluran Porus dengan bagiandasar saluran yang diporuskan (tidak ada perkerasan)
dapat
diterapkan
pada
lingkungan
perumahan
dan
permukiman yang padat penduduk. Media filtrasi yang digunakan adalah pasir dengan ketinggian 40 cm. Kerikil digunakan sebagai media penyangga dari pasir agar terhindar dari resiko terbawa air dengan ketinggian 10 cm diletakan di atas pasir. Perubahan saluran eksisting menjadi desain saluran porus dapat dilihat pada Gambar 4.11 – 4.12.
80
Gambar 4.11 Saluran Tersier Eksisting
Gambar 4.12 Desain Saluran Porus
Saluran yang statusnya menjadi aman atau kapasitas salurannya memenuhi dengan penerapan saluran porus ditampilkan pada peta per Sub DAS. Peta lokasi saluran yang aman dan tetap tidak aman pada Sub DAS Sidokare dapat dilihat pada Gambar 4.13 – 4.18 . Peta lokasi saluran aman dan tidak aman pada Sub DAS Sekardangan terdapat pada Gambar 4.19 – 4.21. Sub DAS Sidokare dibagi menjadi 5 zona yaitu zona A1, A2, A3, A4 dan A5. Sub DAS Sekardangan dibagi menjadi 2 zona yaitu B1 dan B2. 81
2. Swale Saluran drainase swale dapat diterapkan pada dranase jalan yang sekaligus berfungsi sebagai RTH pada bahu jalan maupun pulau jalan. Dapat diterapkan pula pada komplek perindustrian yang air limbahnya telah disentralisasikan ke IPAL. Detail desain drainase swale dapat dilihat pada Gambar 4.22 dan 4.23.
Gambar 4.22 Desain drainase swale A
Gambar 4.23 Desain drainase swale B
Swale A dapat diterapkan pada lokasi yang koefisien permeabilitasnya tinggi sehingga diperkirakan air akan teresap seluruhnya. Swale B diterapkan pada lokasi yang tidak dimungkinkan air teresap seluruhnya karena koefisien permeabiltasnya rendah. Genangan atau air di saluran yang tidak langsung terserap berpotensi terjadinya pertumbuhan bakteri. Media pasir digunakan untuk membatu penyerapan dimana koefisien permeabilitas pasir sangat tinggi dan sebagai media filtrasi. Kerikil digunakan untuk mencegah erosi pasir oleh air hujan selain juga dapat menjadi media filtrasi seperti pasir. 82
S al. Ce
ba ng
ka lan
2
S al./Afv. K emambang (R1)
1
A5
A1
me ng
S al.
gan 3
gan 2
S al. Jamban
S al. Jamban
S al./Afv. P ucang (R1)
mp ut
9
R6
R5
R1
S al. Su
mp ut
R2
4
R3
bang (R6)
R4
R5
S al./ Afv . K em
am ban
g (R8)
l.
Sa
ra Cit
G
3
R7
ang (R9) en a rd
R6
S al./Afv. K emamb
S al./Afv. K emambang (R7)
6
Pu ri 2
R1
R2
R3
S al.
Pu ri 6
Pu ri 5
S al.
S al.
R1
Pu ri
R3 R4 R2
4
R4
S al.
ko 1
Pu ri 7
S al. Su
R5
an d
l. S ep
e
7
S al. Su mo kali 6
S al. Su mo kali 7
R7
S al. Su mo kali 5
S al. Su mo kali 1
R6
Sa
ep
R1
R2
l. S ep
R8 S al. Se p
R5
Sa l. S um ok ali
16
pa
S al.
Se
an de
9
R3
R2
R4
S al. Su mo kali 8
R11
fv. S
17
Sa l. S
pa nd e1
(R6)
um ok al i 10
S al . Se
nd e
ka re
nde 18
id o
Se pa
l./ A
R12
Sa
R9 S a l.
5
(R5)
de 1
R10
an
R6
nde 9
R7
ande 13
Sa
Se pa
R1
S al.
12
S ep
an de
S al.
4
R2
(R4 ) S id ok are
ar e
S al. /A fv.
fv. S R1 id ok
e1
l./ A
a nd
Se p
l. S
S al.
Sa
Sa
S al./Afv. P ucan S al./Afv.g (R3) P ucang S al./Afv. (R4) S al./ P ucang Afv. P (R2) S al./A ucang fv. Puc ang (R6) (R5) S al./ Afv S . P uc S al. Kah al./ Afv. P ang (R8 uc ang ng (R12) u ripa n ) (R7) S al./Af v. Puca 12 S al./Afv. Pucang (R10) S al./Afv. S al./Afv. Pucang (R13) P ucang (R11) S al. Ka (R9) S al./Afv. Pucang hu ripa n 13 R2 R1
S al. Sump ut 1
R4
n 11
ka lan a ng engb
S al. Su
ng (R2)
8
S al. Ka
Ce m
mp ut
S al.
S al.
S al. Su
S al./Afv. K emamba
ng 1 o kepu S al. Sid
l. S um p ut
S al./Afv. K emambang (R3)
S al./Af v. K emam
S al. Ka
l. /A ma
R8 mb an
S al. Po
Jati 4
S al.
Jati 2
ndo k
nd o k
S al. Po
1 1)
4)
R1
ok M utia ra4
Sa
Sa
2
an
l. S ep
pande
ok
R3
S id a re
de 4
R2 S al. Se pan
e3
l./ A f v.
S al. Se pand
Po nd
S al. Se
S al.
S al.
(R7)
de 5
R4
nder
(R 12 )
Kem asan
S al.
R1
kare 4
id okare (R8)
S al. Sido
S al./Af v. S
Ja ti 7
ti 8
R3
R10
S al./Afv.
kali 3
S al . Ta man
(R11 )
S al./ Afv . S id oka re As ri 3 (R3) S al./ Afv . S id oka re Asri 5
7
l. /A fv. Se ka ng an
nan 7
rd a
S al.
(R1)
As ri 2
. Ta
l. La
Teng
S al. GO R 2
Dika 4
R2
an
S al.
S al./Afv.
na n
S
S al. Din
hlawa
)
R7 p utr o1
R6
l1
R5
1
R4
S al./Afv. Sid okare Indah (R1)
Indah (R2)
(R13) al. /A fv . S S al./A fv. id S id ok ok ar ar e (R e 15) (R 14 )
R8
n
ari 2
a s So sia
S al. Pa
tro (R1
Sidoka re Ind ah 3 re Ind ahS al./Afv. S idok are 1
S al./Afv. Sid oka
mah
e rs
R2
S al. Din a s So sial
Sid okare
/Afv . Le
0)
l. M ag
(R2
Sa
ng
uc a
R1 S al./ Afv . L em ah pu
l./A fv. P
)
am R12 ba ng (R 15
S al. Te ng gulun an 3
rd ang an (R3) S al. S al./Af v. Seka S al./A /A fv . Se fv. Se ka rd kard ang an ang an (R (R4) 5)
Pe rma i1
Sa
pan SD Pa ger wojo
S al./Afv.
R3 l./A f v. Ke m
Sa
R11
S al./Afv. S id okare (R12)
ran g
gulu
R1
ma n
S al. De
ok ar e As ri 4
Sa
./Afv . S id
re
ka
id o
S al .Te nggu lu
Sa
Sa l./A fv. S
S al
3)
S al
Dika 1
S al./Afv. Pucang (R19)
Kem am b ang (R1
v. S id ok are (R9) S al./A fv. S idoka re (R1 0) S al. /A fv. S id ok are
S al./Afv. S id okare
S al. Su mo
R2
S al./Afv.
nang 3
S al./Af
Ta m an Pi
ti 6
) l. Ja
Sa
(R 15
S al. Ja
S al.
rb oyo S al. /A fv. Pu 3B ca ng
Se ku
R9
Ke m amba ng
r Pu
S al.
/A fv.
Se ku n de
ng (R1
g (R
S al./Afv . Puca
fv. Ke
A3
Sa
A2 ng 2
o kepu
S al. Sid
Sa
ut 2
Sump
S al. Sump ut 3
S al. Sum p ut 7
9
S al. Ka huripan
S al.
S al. Kahu ripa n 10
Sa l./A f v.
S al. Ka huripan 8
(R5)
ba ng
am
em
l./ A fv. K
Sa
ma mb an g
Ke
t5
Kahu ripa n 15
n1
huripa
S al. Ka
a n 16
(R10)
S al./Afv. Kemamb ang
n Dik a2 Ta ma S al.
3 kepu ng Sid o S al.
Ta ma
l. S um pu
7
huripan
R3
S al. Ka
talsew u
Sa
4
huripan
6
huripan
S al.
17
hu rip an
S al . Ka
hu ripa
S al. Ka
n1
Ja mb an ga
S al.
n4
an ga
Jamb
S al.
ng 7
(R4 )
S al.
Pu ri 3
S al.
Pu ri 1
mo kali 3
. Su
S al
2
Ja ti
S al.
o2 gerw oj
S al.
jo 1 Pa ge rwo S al.
Sa
Sa
l. T iara
(R16 )
ngan 2
alk 1
Lara
S al. Te ng
n4
S al.T e nggu lunan
gulu na
a4
l. T iara 5
S al . B al (R3 o ng ) (R4)
A fv. SE KARDANGAN S ek ard an g Sa an l.Te (R6) n gg ulu na n 5
l./A f v.
S al.
Ci W
. Tiar
amba
R13
Kem
Sa
/Afv.
uk u Um ar 1
okar e
ng
./Afv . S id
S al.
S al
a lo
S al. Te
l. B
Sa
R3
1
S al
S al.
6
ng (R 16 )
Ba lon
A fv. BALONG
A fv . BASLONG al.
a3 . Tiar S al
5
huripan
S al. Ka
(R 3)
are
ok
S id
Sa l./ A f v.
2
utiara
Po nd ok M
tiara 3
ndo k Mu
Kahu rip
Su mo kali 4
S al.
e8
p a nd
l. S e
Sa
tiara 5
o k Mu
S al. Po nd
e 11
S al. Sep and
S al. Po
ok M
Po nd
S al.
10
S
1 ok Ja ti Po nd S al. ti3
nd e
al. Ba nja rbe nd o
ok Ja Po nd
ep a l. S
S al. Ja ti 3 (R2)
S al. En 4 man Pin ang S al. Ta
S al. Ja ti 4
r Barat 1 S al. Ling ka
S al.
Sa
Pinang 5
S al. Ta man An ggrek S al./Afv . Pucan g (R16) S al./Afv . Pucan g (R17) Puc ang (R18) g6 Pinan man
S al. Ta
S al. Ling ka r Barat 2
re 3
idoka fv. S S al./A
utia ra 1
An ak /A fv .S
S al.
an de
S al . Sep
ido ka re 1
l./ A fv A s . S id ok ri 3 (R2 a re )
S al. Ta man
re 1 S al./ Afv . S id oka
S al./A Sa fv. l./A S a Sid ok fv are As l./A . ri 3 (R fv A s S ido 4) .S ri 6 ka re A s ido ri 7 ka re
3 rs ari Mag e
pa ng an
Tem bak gers ari 1 S al. Ma
5 S al. Po ndo k Jati
S al.
Ta ma
n Pi na 2 na ng n Pi Ta ma S al.
S al./ Afv .S
S
a l./ A fv A s . S id ok ri 3 (R1) are Sa
id okare Asri 1
S al. Ma
ge rsa ri 4
. Tiar S al
ra 6 l. Ti a Sa
fv. Pu ca ng
R6
(R21 )
mu kti
R7
Sido IA
ng
am ba
I
(R 1)
Sa
Sa n tu
olo 1
d ion
l. U
l.Je n gg
S al. Sta
ng
S al./Af
golo
ro p
ran
ati
S al . Ka
Su
S al. S al.PuPrboy urbo o 3B yo
2
gG
R1
)
ng
a ra
R2
Sa l. K
3
Ga ya m
cang
g olo
l./A fv. K
wa Pu
R1
su na
3B
Sa
S al. Je ng
ng (R2
S al. Ru
v. K em am ba
S al. Je ng g olo
Jeng
1
em am b a ng (R3 )
R2
S al. /Afv . K em am ba
A fv. PU CANG
ng (R 5)
rip an
anga
S al.Teratai
fv. Se kard
podang
Ka hu
S al. Ke
S al.
n (R1)
S al.Talun
S al.Celep
a Fajar 10
B um i Citr
1
l./A fv. S
G arden
Sa ek ar da
S al.
Bligo
umi Citra Fajar 11
S al.P erum
1
R1
R2
S al. Bli go 2
S
YUT
al. /A fv .K
R4
em am ba ng
A fv . WILAYUT
WI LA
R1
R7
R1
S al.F lo re
S al.G e bang
S al.Gebang Raya 5
R3
R5
/A fv.
Seka rd
Ra ya
2
ncia Reg ency
S al.P erum
AY UT
l. W IL
(R 7)
B umi Citra
ang
an (R 10)
S al.
Griy a Pe rm
ata Hijau 1
Raya 3
l./A fv. Sek a
S al.Ge bang
Sa
R1
R2
Rangka
h4
re (R2
7)
ga
n (R 1 1)
S al. R um ah P R an gkah ompa 2
rd an
Fa jar 6
S al.R uma h Pom pa
S al./ Afv . S id oka
R3
S al./Afv. K emambang (R8)
A fvA . KE MBANG MBANG fv.MAKEMA
Sa
S al.Rumah Pompa Rangkah 3
R1
R2
S al.Perum Green P ark Re gency 7
R2
Fa jar 5
S al.
B umi Citra
R6 S al.Perum Green P ark Re gency 4
R2
R4
A fv.
R3 S al. P C i eru t ra m S al.P erum F a Bu Bum i Citra ja r m Fa jar 8 9 i
Sa l./A an g fv. Se an ka rd (R8) a ng an (R9) S al.P erum Gre en Park S al.P R3 Rege erum ncy 8 Gre en Park Rege ncy 6
a rd
R1
l./A fv. S ek
(R7 )
S al.P erum B
an
Sa
ng
S al.KEDUNG OLING
ra Citra
an (R6)
S al.M utia
A fv. SE KARDANGAN
S al./Afv. Sekard ang
S al. Pe ru m.Bu mi Citra Fajar 2
S al.P erum
R1
1) ayam 22) 4 (R Sa 2 re (R am R8 l./A o ka R3 G ay (R2) fv. S id ng 4 fv. S id a ra l./A am l. K ok B u S a l.P Sa ay Sa mi are S al. Pe ru G Citr e rum ) m Blu (R ng 21 aF kid 6 3 23 (R a ja a ra yam re r K ) R9 a 12 a l. ) gG ok Sa 19 R10 ra n R2 S id Ka (R S al./ Afv . l. fv Sa re . S id ok S al. Sido mu kti I 8) l./ A are (R2 ka 1 a o S al./Afv. S id okare S 4) (R id (R20) B u S a l. P are . SA fv. SIDO KARE mi e k fv ru Citr o /A id a Fa m S al. . j a S fv r1 /A al. R2 n S ma a le gD an l. G Sa
S al.
S al./A
g (R 5)
S al./A
em
n II
al. /A fv .K
S al .K emas an II S al.Kem asa
S
I Sanal.K emas an
S al .K emas
Eksk lusif ara
n Dik a3
1 S al. Tam an Pin ang 2 Ind ah S al ./Afv . S id oka re
Umar 2
S al . La
(R2) ah pu tro
S al.
le m Fies ta rum Pa S al. Pe
S al
. Te
uk u yana Ra ma S al.
sjid
R2
S al./Afv . Sid
Ko mp
S al.
S al./ Afv . L em 4 okare Ind ah
) ah (R3
re Ind idoka fv. S
S al./A S al. Lara ngan 1
rR
bilu
Sa es l. P o np Sa
S al.
mokali 2
S al. Su
S al./Afv. Sekard ang an (R5)
(R4) g an kard an v. Se S al./Af
S al . Pa
S al.
La ran gan Pe rmai 2 S al. Teng gulu nan 2
an (R3) S al./Afv. Sekar d ang
S al. Pe ru m.Bu
mb aw a1 S al. Su
a2 S al. Lara 4
in sid
i2
S al.
aja r
i C itr aF
m Bu m
. Pe ru
S al
h anga n Inda Peru m Se kard
ok ar e (R 17 )
S al. Ah
mad Ya ni Duriya t II mp ol S al. Ko
i1 in sid Mu ng S al .
mi Citra Fajar 5
Mun g S al.
2
S al. Pe rum
S al. Alu n -alun
S al. Lar angan
2) n (R
ra C itra G ar de n
ga
an
S al .Mut ia
Pa rum Gre en S al. Pe
1 rk Reg ency
ency 3 Green Pa rk Reg
S al ./Afv . S id
3
m Gr iya Pe ru S al.
Rose rand mG
Ku nc e ncy 5 en Par k Reg S al.Perum Gre ya 1 ng Ra S al. Ge ba
ngan 3
ol D
uriya t III o sy ad
S
a Re ge nc y Prim ru m . Pe S al ukid 1 m. Bl al. Pe ru
em iri In d ah mK
n
Pe ru ency 2
5
Ma a la l.J
S al. en S al. Per um Gre
ard
(R2)
S
e6
Pa rk Reg
Sa
l. P
e ru 4 lu kid mB . Pe ru S al . Pe
ru m .B lu kid 2
S al.P erum Bumi Citra Faja r7
l.G
R1
Sa
eb
an
Ran gkah gR a ya
4
Sa l./ A
Sa
l./A
S fv.
R2
id o
r ka
28 e (R
R3
R4
R5
)
R1
em
S al. Bluru Kidul
R2
b an
S al. Bila gio
Vista
S al. Cluste r Bila
gio
S al. Citraloka Re sidence
R
ng (R 22)
g (R 9)
v. Pu ca
am
S al. /Af
fv. K
A4 kid 1
Sa
S al.R um ah Po mpa Rangk ah 1
S al
mB . Pe ru S al
Citra Faja r4
m.Bu mi S al. Pe ru
lukid 3 eru m.B S al .P
lu kid
t a ra As ri B n g an adu mD
d an
ep
l. P e ru
l. S Sa k Se fv.
al. Bligo 3
2
Sa
are ok id l./A
ga n
ta Hijau 2
S v. Af l./
Alam
Sa Sa
rd an
S al. Gri ya Pe rma
Walk 2 ka . Se /Afv
m S en tra
(R2) S al. Ci S al.
S al.P eru
e okar ompa
S id Rum ahP
v. ./Af
tro (R4)
S al.
S al S a l. Ci Walk
tan
1) e (R
L emah pu S al. Sumb awa 2
l. B um i In
ok ar
) 26 (R
Sa
S
S id fv. al./A
e fv. Se
n 18
S al./Afv. ar
l./A
ti1
ok Sa
a n 14 .B lu
n2 S al
1) (R
an
S al. Kahu ripa
3
id ka rd
S al. Ja ti Ja
tro (R3)
.S fv /A
(R13 )
u rip al.
5)
(R2
ard ang an
S
1 L emah pu
al.
S ek
S al. Citra Ga rden 1 OR
S al. Dinas S osia l 2 S
S al ./Af v.
S al. Sa rirogo 3
3
K ah l. G Sa S al./Afv. re ka id o
)
S al. Sa rirogo 4
2
S al. Ba lo ng (R2) S fv.
(R 12
a l. K
ripan Ka hu
S al.
) (R4 l./A
Sa
ga n
S al. Ba lo ng (R1) kid 3
Sa
pan hu ri )
14
b a ng .B lu
S al.
a Ga rde am 6) (R S al. B luk id 2
ng
ba S al
S al. Citr K em fv. l./ A /A am (R14 )
Sa l./A a mb ma Ke fv. ng (R
Sa al. em S al ./Afv . S ek arda ng
d ika S al./Afv. Taman
S K fv. an
S al. Peru m Po ndok Buana
ertiwi S al. Grah a Bu mi P
S al. Jamba ngan 2
Pu ri 2
Sal.
Sal.
R1
Puri 4
R3 R4 R2
Sal.
Pu ri 1
Pu ri 5
Pu ri 6
Sal.
uko 1
Pu ri 7
Sal. S
Sa l ./A fv.
Puri 3 Sal.
Sa
3)
l. S
(R Si do ka re
Sal.
ep an de
7
S al
./Af v. R1Sidok
R2
S al.
R6
e 13
S ep and e9
12
R7
S ep and
pan de
S al.
R3 R2
R4
R5
S al
. Se
R9 S al. Sep and e1 7 R8 S al . Se pan de 16
pan de 1
Sa are l./A (R 4 f v. ) Sal./ Sid A fv . ok a Sido epa re k are (R6 nde ( R ) 5 ) 14 Sa l. S ep an R12 de 15 Sa R11 l. Sepa nd e R10 18
. Se
Sa l. S
Sal
Sal. P on do k
Mutia ra 2 S al. S epand e 11
Sal.
J am
bang an 1 Sal.
d ok
Mutia ra 5
Sal. P ondo k
S al. P ondok Mutiara 3 Mut iara 1
. Po n S al 10 S a l . Se pan de
S S al . An
S
fv. are 1
v. ./ Af
./A Sal idok
S al ) (R1 are k o id
) (R2 are k o id ak /A fv. S
1
l. S Sa 6 de an p e
S al.
P on
do k
Mut iara 4
Sa
Sal.
ondo k Jati
2
Pond ok Ja ti 4
Sal. P
Sal.
S al .
mam ban g (R 12)
nder P
er Ke m
S al. J ati 6
Ja ti 7
g (R 15) Sa l. J ati
Sal.
asan urbo S al./ yo 3 Af v. B P uc an
Seku nd
R9
. Ke
Sal.
/ A fv
Seku
(R14)
(R1 1)
Sal./A fv. P u c ang
Ke ma mb ang
S al. E ntals e wu
R8
8
S al . Ta man
. Ta
1
ma n
R1
Dik a 4
Sa
R2
l ./ A
R11
Sal./Afv. Puc ang (R19) Sa l./A
S al. D epan S D Pag erwojo
Sal
Dik a
fv . Kem amban g (R13 ) R10
S al./A
Sal. Pondok Jati 5
Sal.
Ta m an D ik
a2
Sa l. T a ma n Dika 3
S a l. P a ge rwojo 1
S a l. Sido kepu ng 3
ok J ati 1
fv .
Sal. Jati 3 (R2)
erw ojo 2 S al . Pa g
Sal. S idoke pung 2
l. / A
S al. Jati 4
S al. Po n d
Sa l . P ond ok J ati 3
Sal. Taman Anggrek S al./A fv. Pu c ang (R 1 6 ) S al./A fv. Puc ang (R 17) S al./Afv . P ucan g (R18) Sal. Lingk ar Ba rat 2
Ke
R3 f v.
f v.
Sa
Pu c an
ag e
20)
l. M
g (R
rsa ri 2
ma R12 mb an g( R1 5)
Sa l. T iara 1
S al
l. T iara 5
mam bang (R16 ) R13
. Ke
Sa
/ A fv
. Ti ara 4
S al .
Tiar a2
2
S al
. La
pa
ng a n Tem bak ari 1
iara 6
Sal./A fv. Kemamban g (R10)
1
l Sa
.J
at
i3
(R
1)
S al. Ma gers
Sal. Citra Gard en
S a l.
fv .
Tiar a3
l ./ A
S al.
Sa 4) R1 g( n a mb ma e K
Sa l. T
ndika Sal./Afv. Tama
OR l. G Sa 1
Sal./
Afv. P
ucan g
Mut iara 4
Sa l. S
fv.
S id oka r
R3
e( R7 )
4
R2 S al. S epa nde 5
ep an de
S al. S epand e2
R1
Sa l./A
S al. S epan de 3
do k
l.
Sa
R4
n Pina ng 4
idok are (R8)
S a l.
R1
S al. Lingka r Barat 1
S al. Sid okare 4
S al./Afv. S
Sal. T ama
P on
n Pin
R3
ang 3
R2
Sal. T am
S al./A fv. Sid
(R11 )
f v.
Sa l./A
. Si dok
As ri 2
./ Af v
Si do ka re
S al
ok are As ri 3 (R3) okare Asri 5
S al./A fv. S id
fv. Sid okare (R9) Sal./ Af v. Sid o k are (R Sal./ 10) A fv . Sido k are
Sal./A
Ta m a
2
are A
S al .
sri 4
S al./Afv
ahlaw an
R2
Sal. M agers ari 4 fv . Lem ahputro (R2)
R8
. Le R7 mah putr o1
R6
sial 1 S al. Din as Sos ial R5
Sal. D inas S o
Sal. P
fv. Le mahp utro (R 1)
/ A fv
Sal./A
R1
ersa ri 3 M ag
. Lemah putro (R4 )
R4
. S idok a re (R13 ) Sa l ./ A fv Sal./Afv. Sidokare (R12) . S S al./A fv. S id idok ok are ar (R1 e 5) (R 14 ) S al./Afv. S idok are Indah 3 S al./Afv . S idok are Ind S al./Afv. S id ok are In ah 1 dah (R2) S al./Afv . S idok a re Indah (R1)
Sal./ Sa Afv. l ./A S Sid a f v. l ./A ok are As ri 3 ( fv. As Sid R4) ok ri S 6 a re Asri idok 7 ar e
S al.
S al.
l. B
euku Umar 1
alo ng S al. B al on (R g (R 3) 4)
ok a re
Ci W alk 1
/A f v . Sid
Sa
R3
Sal. T
ku U mar 2
S al. T eu
(R1 6)
ama yana
S al . R
S al .
S al. Pe rum Pa lem Fie s ta
S al.
an P inan g7 2
n Pin ang
Ba n j a rbe nd o
Sa
l. S ep an de
S al. GOR
dah 2
Sal. T a m an Pin ang 6
3
S idok are
Sal./ Afv.
S al. Taman Pinang 5
S al./Afv
. S idok are 1
S
S al . T am a
a l . / Afv A s . S ido ri 3 k (R1 are ) S
.
fv 1
l./A Sa re ka do Si S al./Afv . S idok are Asri
S al. T aman Pinang 1 Sal ./ Af v.
Sa l./A fv. S A s ri 3 idok (R2 are )
S al./A fv
idok are In
)
S al. A lun-alu n
. Ba
S al Afv. BALONG
Afv. BALONG
id o k a re ( R17 )
S al./A
Sal./A fv . S id okare Indah 4 Sal./ Af v.
Sal. Dinas Sos ial 2 fv. S
. Lemah putro (R 3) S al ./ A
S al./A fv
Indah (R3
S al. B along (R2)
Sido k are
Sal. Balong (R1) Sal. Ci Walk S al. Ci W a lk
2
2
lo ng (R5)
Sa
l .G
an lem Da g an
. Ka ran gG
ay a m
2
ar an g Ga R2 ya m
Sa l. K
Sal. Kom pol D
Sa b i lur Ro sya d
Pon pes
Sal.Celep
Sal .
rum Bu mi Citra Fajar 1 0
Sal. Perum.Bu mi Citra Fajar 5
Afv. SEKARDANGAN
Sal./A fv. Sekardangan (R6)
Sa
l. / A
fv .
Sal. S umba wa 1
1
Sal . /A f v.
id 4
R1
R4
id 5
S al.Perum
R2
5
an (
R1 0 )
R2
. Ru m Ran ah Pom gk a h 2 pa
S al
R1
6
R3
ok are (R27)
ah P om pa Rang kah 4
B umi Citr a Fajar
S al.Rum
S al./A fv. S id
Sal.Rumah Po mpa Rangkah 3
S al.Perum
S al. / Afv . Se kard ang
B umi Citr a Fajar
R1
R2
R3 Sal . Ci Peru tra m S al.P eru m B u mi Fa B u Citra Faja jar mi r8 9
Sa l . /A ard ang fv . an Se (R8 kar ) dan gan (R9 ) Sal.P erum G ree n Park Sal.P R3 Rege erum ncy 8 G ree n Park Rege ncy 6
Se k
(R7 )
Sal.P erum Bu mi Citra Faja r 11
Se k ar dan gan
Sal. Perum.B umi Citra Fajar 2
S al.P e
ek ardan gan Inda h S al. P e rum S
Bu
R8
Sal./A fv. Sekardangan (R5)
) 2) (R1 R2 Sa m4 ) re ( a a l./A y k 2 R3 Ga ido (R fv. g S n . 4 v ra f Si a m A do l. K al./ ya B u m S a l. P S a k a Sal. P Sa G e ) i r 1 u erum re C g m 2 i t n r Bluk id 3 aF R (R a ( r m 6 ajar a a e 2 r y K 3 R9 a ) a 1 ) . G k l 9 2 g ido Sa ran R10 (R1 a R2 S K Sal./A . e f v. fv. S id Sal Sal. Sidomukti I 18) ar /A okare al. ok (R24) (R Sa S d l./A i fv. Sidokare (R S e a r S B 20) l . a u . P m k v Afv. SIDOKARE e f i o r C it u A d ra m l ./ Si Fa v. Sa jar f A 1 l ./ R2 n Sa a m e al gD an G . l Sa R1
Sal
R1
Sa
gins idi 2
S al . Mun
Yani
Sidom ukti IA
gS uro pat i
insid i1
l. M ung
Sal. A hmad
Sal. K omp
Sal.
l. U nt u n
S
ol Duri yat II
R7
III
uriy a t
R6
Sa
mi C i tra F ajar 3
1 al . P e rum .B l u k id y3 S al. P e ru m Green P ark Reg enc
. Pe rum
P
S al.
S al.P e ru m Bumi Citra Faja r7
kid 1 l ./A Sa
re ka ido S f v.
S al .B lu
Bluk S al . Pe rum
2 erum . Blu k id
R1
) 28 (R
Sal. Bluru Kidul kid 2
S al. Citr
S al. B lu
Bluk S al . Pe rum
m.B umi Citra Faja r4
S al. P eru
S al
S
3 Bluk id al. P erum . S al.Ru m a h P Rangk ompa ah 1
al./ A f v. S ek a r d a nga n (R 14)
Afv. PUCANG
Sa l. B
ah
P om p a Ran gka h Rum S al. an um i In t
Sal. Sumbawa 2
S
v. Af ) 26 (R
al./ Af v . Se k
l./ Sa
ard a n g an (R1 3)
r ka ido
e ar ok d Si
S
S f v. l./ A a S 5) R2 e(
S al. Jamba ngan
3
R2 R3
S
li 3 mo ka al. Su
R4
umok ali 4 Sal. S
S a l . Jam bang an 4
R5
R7
Sal. Sumokali 5
Sal. Sumokali 6
R1
Sal. Sumokali 1 R2 Sal. Sumokali 7
R6
epa nde 8 a l. S S
R1
Sa l. S um ok ali 9
Sal. Sumokali 8
S al. Sum okali 2
Sa l. S um oka l i 10
Mutiara 3
Sa l. S
R12
R5
e 16
Sa l. S ep
um ok a li
9
Sa
R1
fv. S id
Sa
l.
ok a re
(R7 )
R4
Se
pa nd e4
R2 Sa l. Se pand e5
R3
Sal. Sep ande 3
Sa l./A
Sa l. Se pande 2
(R6 )
pand e1
li 10
l. S e
7
Sa
e1
l. S um oka
and
ok a re
ok M utiara 4
18
S id
nd e
Sa l./A fv .
S al R11 . Se pa
S ep a nd
15
e (R 5)
nd e
S al.
epa
fv. S id ok ar
Sa l. S
S al ./A
P o nd
Pinang 4
S a l.
R1
Sal. Ling kar Barat 1
Sal. Sid oka re 4
Sal./Afv. Sido kare (R8)
Sa l. Ta man
Sa l. Po nd ok
do k
P on
S a l.
n ja rbe ndo
l. B a
Sa
Mut iara 1
1
Sid okar e1
fv.
A na k /A
S al.
pan de
l. S e
Sa
Sal. Taman Pinang 5
1
R3
kali 3 Sal. Su mo
Sidoka re As ri 3
are (R 11)
Sal./A fv. Sido kare As ri
Sal./A fv.
fv. Si dok ar e (R 9) S al ./A fv. S id okar e (R S al ./A 10) fv. S id ok
S al./A
R2 Tam an P inan g3
7 Sal./Afv. Sidokare
Sal./A fv. Sid ok are
Pinang 6
Ta man
S al.
id okar e3
fv. S
S al./A
inang 7
an P
S al.
Sa
Se
Af v. S
id o ka re
k ard ang an
Sa l./
S al. /A fv
5
(R3)
As ri
ok ar
2
. S id
eA
Sa
S al ./
3 rsari
Sal. Din as So sia l
S al. Di na s So
. L em ahpu tro 1
sial 1
Sal. Pa hlawa n
rsa ri 2
sri 4
Sa l.
S al.
Sa l. Ma ge rsari 1 h (R3)
Ba
u Um ar 1
k1
ok a re (R1 6)
S a l. B a lo ng (R lo n 4) g( R3 )
S a l. Te n g
engg ulunan 6
g ulun an 4
S al .T
) ngan (R4 Se karda S a l. /A Sa l./Afv. S fv . al./ A S ek fv . S arda ek ar nga da S al. S al . S S a l. ngan (R (Rn (R6) La ra T en ngan 5) 8) (R9) al./Afv ggul /A fv unan 2 . Se . Se 1 k ard k ard anga ang an n (R (R1 7) 0) Afv. SEKARDANGAN S al .T Sa e n gg l. T ulun en gg an 2 ulu nan 5
Ci W al
S al. /Afv . S id
S al .
Te uk
S al. Afv. BALONG Afv. BALONG
Ba lo
Si dom ukti IA
S
e ar
(R
K ahur ipan
Sal.Talun
Sal.Celep
Sal. Teratai
fv. S ekarda ngan (R1)
ng
Ka ra ng
Sa l.
R1
Ka ra ng G ay am 1
Afv . PUCANG
l. /A fv .
Sa l. Mu tia ra Cit ra Garde n1
Afv. SEKARDANGAN
Sa Se
Sal.KEDUNGOLING
S al .
R1
Se
Bumi Citra Fajar 11
Sa l. /A fv . k ard Se ang k ard an (R ang 8) an
Sal.Pe rum
1
Sa l.P
(R2) gan ardan
R4
R2
S al. Bl ig o
R1
R7
2
S al.G eb an g Ra ya 2
Sal.G ebang Raya 5
R3
Sal.Pe rum
ek ar da ng an (R 10)
S al .
Se
Griy aP erm ata H ijau 1
Sal. Gebang Raya
Sa l./A fv.
3
R1
ang an (R1 1)
S a l. R um Ra n ah Po g k ah mpa 2
k ard
3
R2
ah Po mp a Rangka h4
Sidoka re (R 27 )
Bumi Citr a Fajar 6
Sa l.R um
Sal./A fv.
Sal.R umah Pom pa Rangkah
Sal.Flore ncia Regen R6 cy Sa l.P eru m Park Reg Green enc y 4 R5
R2 R1
Afv. S
R4
R1
R2
R2 Sa l.P eru m Park Reg Green enc y 7
S al ./
Bumi Citr a Fajar 5
R1
5
R3 S a l. Ci P e r tra um F a Bu jar mi 9
Sa l.P eru m Bu mi Citra Fajar 8
(R9 ) erum G re en Park Re Sa l.P R3 erum gency G re en 8 Park Re gency 6
fv.
Bligo
Sa l. /A
(R7 )
Sal. Peru m
k ard ang an
Sal. Perum.Bumi Citra Fajar 2
m Bu mi Citra Fa jar 10
Ga y am 1) 22) 2 4 (R Sa re (R y am 2) l./A 3 ok a Ga fv S id 4 (R am aran g .S fv. y a K am id o al./A GS a l. B u S a l. P ay S k a Sal. Pe g G m ) e n iC re ru m Bl 21 ng ra it ra rum a (R uk id 6 (R ra Faja 23 .K Ka are r 12 ) al k l. o S id Sa R2 .S Sa v l./Afv. Af Sidoka l./ re a (R24) S
S al.
gS uro pati
Sa l.P eru
l. U ntu n
Sal./Af v. Sekardangan (R6)
2
) 19
Sa
) 18 k (R ido re .S ka fv Afv. SIDOKARE ido /A al. S
Sal. Ke po da
S al .
.S
n ma ale gD
fv /A
an
al.
G al.
S al ./A
S
S al .
ng (R 5)
Sal. Sidomu kti I
d Ya ni Sal. Ah ma
Mu ng S al .
Ma ge S al .
v. Le mahpu tro (R1)
A fv
Sa l./ Af
ge
Sa l. M ag ersa ri 4
Sal./Afv. Sid ok are (R13) Sa l./ Af Sal./Afv. Sidokare (R12) v. S al. /A fv S . S id ido ok ar ka e (R re 15) (R 14 ) Sal./Afv. Sid okare Indah 3 Sal./Afv. Sid ok are Sa Indah 1l./Afv. Sid okare Indah (R2 ) Sal./Afv. Sid ok are Indah (R1 )
(R1 ) Sa l. L l. /A a ra Sa fv . ng l.T e Se an n gg k ard Pe ulun rma ang an 7 an i1 (R2 )
l. /A
fv .
Asri 1
n Pinan g1
Sa l. Ta ma
lem Fie sta Sal. Pe rum Pa
T am
inan g2
Ta m an P
S al .
Sa l./A fv A s . S ido ri 3 k (R1 are )
Sal./Afv. Sid ok are
S al ./A fv . S a S idok ar fv . e As l./A ri 3 (R A s S id fv 4) ri 6 oka A . S re sri idok 7 are
al. /A fv A s . S id ri 3 o (R2 kare ) Sa l./A
S a l.
S al./
A fv
. S id ok a re
Indah 2
Sal. GO R 2
Permai 2
Sa l. Lar ang an
Sal. Tenggu lunan 3
S
e In da h4
. Sid ok ar Sal./A fv
T eu kuU mar 2 S a l. ana Ra m ay
S al .
K om p ol Duriy at II S a l.
Sa l. Alu n-alun 17) e (R
iyat Ko m pol D ur S al.
Le mahpu tro (R2 )
S al ./A
fv. S
id okar
e Inda
Sa l./A fv . Sal. Larangan 1
/A fv S al.
Sa l. La rangan 4
III
os y ad Sa b ilu rR
1
l. M a
Sal./Afv. Sekardangan (R5)
4 luk id mB
idi 1 S a l. Mu ng in s
Sal.
R3
R1
Sa l. G e
l./ Sa
4
R2
ban gR ay a
Af
S v.
re ka id o
R3
R4
R5
) 28 (R
R2
Permata Sa l. Pe rum Pe so na
fv . Ke mamba
Sal. Perum Peson a Permata Gading 1
R3
e
Sal. Bila gio Vista
Sal. Clus ter Bilagio
Sal. Citralok a Residenc
R4
Sa l.G ra
R5
ha Be lva ra
S al ./A fv. Pu fv. P uc an cang g (R23 (R 22) )
Sal. Bluru Kidul
R1
S al./A
3
insidi 2
Sa l. Pe rum
Sa l. P o np es Se k ard angan (R4)
Sa l./ Af v.
mB um i Citr a Fa jar 3
P eru S a l.
Se ka rda ngan Ind ah
. S id ok ar
3 Sa l. Lar angan
Gree n Sal. Pe rum
Park Re gency 5 m Gree n Sa l.P eru
Pa rk Re gency 1 S al
(R3) Sal. /Afv . Sek ardangan
S al .
Pe ru m.B lukid Regen cy 3
Sal. Pe rum Gre en Pa rk
Perum.Bu mi Citra Fajar 5
Mu
Pa rk Re gency 2
1 g Ra ya .G eb an
S al.
Peru
2 m.B luk id P e ru
S al.
Sa l.P eru m Bumi Cit ra Faj ar 7
mB Peru S al.
mi Citra Fajar 4
Sa l. Pe rum.Bu
3 Pe ru m.B luk id S al.
Sa l.R umah Ra ngka Pompa h1
1 ki d S al. B lu
2 lu ki d S al .B
luk id
ri mD ad u n ga n As P eru S a l.
B ara t
ah Pom pa R ang kah
R um S a l.
S al
.B lu kid
S al./A fv. Pu c an g
Sal. Perum Bilagio
Perm ata G ad on a
mP es P e ru
S al .
S al./A
Sal. Perum Peson a Permata Gadin g2
Sa
m Sentra Alam
S al. S um bawa 1 S a l.
3) (R ti a ra Cit
ra G arde n2
fv Gree n
A Sal. Pe rum
/ al.
n ga an rd ka Sal. Blig o3
S
e .S Sa l. Gr iya
(R4) ek .S
Pe rmata Hijau 2
Sal. Ci W alk 2 /A fv S a l.
Sa l.P eru
2 Sa l. B
re ka do Si um i In tan
fv. Se k
A l./ Sa fv.
Lemahputro Sal. Sumbawa 2 ard an ga n
) 26
ard a ng
Sa l./A fv. (R
S ek
e ar ok
S al. /Afv .
id (R 12 )
f /A al. S v.
an (R 1 3)
Le mahpu tro (R3) 25)
a
Sal. Dinas Sosial 2 S (R
. S ek
Sa l./A fv. re ka ido
S al. /A fv
4 luki d S al .B
Sal. GO R 1
Sal. Balo ng (R2) rdan gan (R1 4)
Sal. Balong (R1) l./ Sa .S Afv
Sa l./A
m Pondok Buana
Sal. Graha Bumi Pertiwi
(R 24)
P P
Sa l. S
. Se
R8
S al
R12
Sa
l./A
R3
Sumokali 8
Sa l. S
um ok ali
R2
R4
R5
pan de 1 6
9
Sa
oka
0
Sa l. S
fv .
S id
ok
are
(R7 )
R4
ep a
nd e4
R2 S al. Se pa n de 5
R3
nde 3
l./ A
S al. Se pa
Sa
e pa nd e2
R1
S al. S
re ( R6 )
pan de 1
l. S um o ka li 1
. Se
17
S al
nde
Sid
nde 18
fv .
Sa R11 l. Sepa
5)
1
R9 Sal . Se pa
R10
de 15
are (R
an
id ok
ep
Afv. S
S
1
utia ra
ok M
10
nde
Sa l. B a
nja rbe
nd o
Sa l. S ep an de
nang 5 S al.
R1
S al . Sid okare 4
Sal./Afv. Si dokare (R8)
Sal. Tama n Pi
are 1
g6
R2 Tam an P inan g 3
S al./A
7
okali 3 S al . Sum
Sal./Afv. Sidokare
7
Sa
fv. S id
As
oka r
ri 2
v. S id
ka re
./ Af
Si do
S al
ri 5
Se k ar da n gan
l./A f v.
)
eA sri
Sa
4
v Af l./
Sal.
S al./Afv
(R1 ) Sa Sa l. L l ./ A a ra f v. ng Se .Te an kar n gg Pe d ulun a ng rm ai 1 an 7 an (R2 )
fv .
S al
l ./A
Sa
(R11
As ri 3 (R3)
are As
ok are
fv. S id ok
S al./A
kare
S al ./Afv
. S idok ar
tro 1
e (R13) Sa l ./ Af Sal./Afv. Sidok are (R12) S al v. ./Af Si v. S do idok ka are re (R1 5) (R 14 ) S al ./Afv. S id okare Indah 3 S al./Afv . S id ok are Ind S al ./Afv. S id ok ah 1 are In da h (R2) S al ./Afv . S idok ar e In da h (R1)
Sa l./A fv As . S id r o i 3 (R 2 kare ) Sal./A Sa fv. l . /A S a S idokare fv. l ./A As ri 3 (R4 f A S i v ) s ri 6 doka A . S i re sri dok 7 are
R3 Sal./A fv. S id ok are (R9) Sal./A fv. S id ok a re (R Sal./A 10) fv. S ido Sid ok Sal./A fv.
al . P ond
epa
S al. S
idok are 1
An a k /A fv . S
S al .
S
1 are Asri . Sid ok S al./Afv
. S id ok S al./Afv
Pina n S al. T a ma n
are 3
Sal.
Ta m an P ina n g inan g2
man P
g1 da ar ek S .
Te ng gu lu nan 1
2
idok are Inda h
v. S id oka re
Ci W alk 1
./ Af
Sal.
S al (R1 6)
a ng n 3) (R
S al. Ten
Sal.T en gg uluna ggu n6 luna n4
(R4) ang aSna . Sek ard l ./A fv. S Sal./A eka fv. S rda ekard nga anga n Sal. Sa Lara S al n (R (R (R6) 5 ./ Af ng an (R9) l./Afv v. S ) 8) 2 . Se ek a k ar rda dan nga g an n (R (R1 7) 0) Afv. SEKARDANGAN Sal. Sa Ten l.Te ggu luna n gg n2 u lu nan 5
S al. /A f v .S
ok are In S al./A fv. Sid
Sal. Ta
le m Fie sta ru m Pa S al. Pe
Pinan S al. T ama n
mah pu
mai 2 ng an P er S al . La ra
v Af 2
Sal. Tenggu lunan 3
al ./ Af v A s r . S id o k i3 (R 1 are )
. Le
dah 4
Sal. Larangan 1
(R3) In da h
ok are
Sal./A fv. S id
./ S al
rang an 4
Sal. /Afv
(R4)
a
Sal./A
Sal.Teratai
ng an (R1)
pod ang
arda
S al. Ke
ripan
Sal.Talun
Sal.C elep
K a hu
fv. S ek
Sal.
l.G Sa
A
an lem Da g n
l ./ Sa
) 18 ka (R do e r Si a . k v Afv. o Af id l./ .S Sa fv
Sal. Sidomukti I
./
S al. La
17) e (R oka r
ngan 3
o np es
Afv . S id
Walk 2
S al . La ra
l ./ Sa re ka ido S . S al./A fv.
Lemah pu tro Sa l. P
ad o sy S ab i lur R (R4)
S al ./Afv. Sek ard a ng an
tro (R 3)
ngan (R3)
L emah pu
Sal./Afv. Seka rda
al ./Afv. S al. Ci S al gan dan k ar . Se v f A ) (R2
Sa
l./
) 19
Sa
f v. l./A
S a l. Mu
Afv. SEKARDANGAN
Se k ar
tia ra C itr a Garde n1
Sa l ./A fv .
dan g
i Citra F a ja r 10
an (R
Sal.KEDUNGOLING
Sal.
Bligo
R1
Ci tra Fa jar 11
2
S al .P erum
1
(R24)
R4
R2
S al. B ligo 2
R4
R7
R2 S al .Perum G P ark Reg re en en cy 7
Sal.Gebang Raya 5
Sal.G eb an
R3
g Ray a2
an ( R10 )
Sal.
l ./A fv . Se k ar
Griy a Pe rma ta H ijau 1
Sal. Ge ba ng Raya 3
Sa
R2
gkah 4
da n g an (R1 1)
.Ru m Ran ah P om gk a h 2 pa
S al
R1
Fajar 6
pa R an
ok are (R27)
fv. S id
ah P om
B umi Citra
S al .R um
S al./A
Sal.Rumah Po mpa Rangkah 3
S al .P erum
ek a rda n g
Fajar 5
S al. /Afv .S
B umi Citra
R1
R2
S al .Flo re R6 nc ia Reg ency S al .Perum G P ark Reg re en en cy 4 R5
R2 R1
an (R9 ) erum G re en P S al.P ark R erum e genc R3 G re en y8 P ark Re ge ncy 6
R1
okare
R3 S al . C i P eru tra m S al .Perum B umi Citr Fa B u a Fajar 8 jar mi 9
S al./A fv. Sid
Sa . Se l ./A fv . k ar Se da n k ar gan da n (R8 g )
S al.P
S al. /A fv
7)
Sal.P erum Bu mi
) 21 (R re a k do Si
Sal. Perum.Bumi Citra Fajar 2
S al.P e rum B u m
Sal./Afv. Sek ardanga n (R6)
(R re ka o d Si v. SIDOKARE Af
Sal./Afv. Sekardangan (R5)
ru m
Citra Fajar 5
Sal. Perum.Bu mi
wa 1
S
ajar 3
Bu m i Cit ra F
. Pe
S al
Pe ru m S e ka rd an ga n Inda h
S al .
ency 3 ru m Gre e n Pa rk R eg
S al . Pe
S al .Perum B umi C itra Faja r7
Bluk id 3 rum . al . P e mah P R an gk ompa ah 1
S al.R u
Sal. S u mb a
S al .M
u
t ia r a Citr aG arde n2
rk R eg ency 1
m Gre e n Pa
S al. P e ru
ng a n
5
P ark R e gency
S al.P e rum Gre en
aya 1
ang R
Sal. Geb
2
g ency
S al. Pe rum Gre e n Pa rk Re
S al. Blig o3
S al . Per um.Bum i C itra Fa jar 4
S
al . P erum
Dad u S
tra Alam
R3
S R1
Sa
Sa l. B um i In
tan l. G e ba ng
f v.
A sr i Ba rat al. Griy a Pe rm ata Hija u2
) (R2 an
um S en
S al
ng rda ek a v. S ./ Af
S al .P er
aR ang kah
al . R uma hP o mp Sa l ./A
Sal. Sumbawa 2
R2
Ra ya 4
Se ka rd
ok id Sa
n( R1 2)
.S an ga
S fv ./A al f v. l ./ A
re ka do Si
(R1 3)
r
R3
R4
R5
S al. /A f v . S ek ard a ng an
ka ido
) 26 (R
) 28 (R
an (R1 4)
Residence
S al . Bi la gi
o Vista
Sal. Cluster Bilagio
Sal. Ci tralok a
S al. / Afv
.S
e ar . Se kar dan g
fv l./A Sa 5) R2 e(
Sal. Graha Bumi Per tiwi
Sal. Perum Bilagio
4. 4.
ASPEK KELEMBAGAAN Analisa kelembagaan pada studi ini menggunakan alat analisa AHP.
Dengan nara sumber sebagai pemangku kepentingan dari penerapan desain saluran porus adalah : 1.
Bappeda Bidang Kimpraswil (Ibu Santi)
2.
Dinas PU Pengairan Bidang Pembangunan (Bapak Anggoro)
3.
Dinas PU Bina Marga Bidang Pembangunan (Ibu Danar)
4.
Dinas PU Cipta Karya Bidang PLPP ( Bapak Soebandi)
5.
Pengembang Perumahan Ketua REI Kabupaten Sidoarjo (Bapak Susilo)
6.
Tenaga Ahli Drainase dan Tata Ruang Dosen UK. Petra ( Bapak Benny P.)
Pada tahun 2017 Dinas PU Pengairan, PU Bina Marga, PU Cipta Karya akan menjadi satu Dinas yaitu Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Penggabungan ini mengakibatkan berubahnya struktur organisasi dan peran masing – masing bidang. Perubahan yang terjadi di struktur Dinas PU pada studi ini dianalisa berdasarkan kategori evaluasi formatif (Dunn, 1999) untuk dicari bidang mana yang efektif untuk menjadi pemeran dalam pelaksanaan saluran porus. 3 (tiga) aspek yang dikaji adalah efektifitas, efisiesnsi dan ketepatan yang akan menjadi faktor utama penentuan prioritas penanganan genangan dengan menggunakan saluran porus. Alternatif penyelesaiannya terdiri dari 3 bentuk kelembagaan. Hirarki tujuan, faktor dan alternatif dapat dilihat pada Gambar 4.24 dibawah ini.
91
Penanggungjawab Drainase Perkotaan Sidoarjo
Efektifitas Efisiensi Ketepatan
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Dinas PU Binamarga : Drainase Jalan Dinas PU Pengairan : Irigasi dan Afvour Dinas PU Cipta Karya : Drainase Permukiman
Dinas PU terbagi dalam bidang bidang :
Satu Bidang Khusus
Drainase Jalan & afvour
Menangani Keseluruhan Drainase
Dinas Permukiman : Drainase Permukiman
Jalan, Afvour, Permukiman
Gambar 4.24 Hirarki AHP
Pembobotan pada kriteria yaitu efektifitas, efisiensi dan ketepatan dari pengolahan data kuisioner yang diisi oleh 6 (enam) responden didapat dari Expert Choice 11. Bobot kriteria kombinasi dari efektifitas adalah 0,199, Efisiensi 0,221 dan ketepatan 0,579 dapat dilihat pada Gambar 4. 25 dibawah ini.
Gambar 4.25 Bobot Kriteria 92
Prioritas dari tiga alternatif dari masing-masing responden terlihat dari Gambar 4.26-4.31. Jika dijumlah secara geometrik didapat tingkat prioritas dari 3 alternatif bentuk kelembagaan penanggungjawab drainse Perkotaan Sidoarjo (Tabel 4.22). Prioritas pertama ditempati oleh Alternatif 2 yaitu penanggungjawab drainase jalan dan irigasi serta pembuangannya (Afvour) berada pada satu Dinas tetapi dalam bidang yang berbeda. Drainase perumahan penanggungjawabnya adalah Dinas permukiman.
Gambar 4.26 Prioritas Alternatif dari Responden 1
Gambar 4.27 Prioritas Alternatif dari Responden 2
Gambar 4.28 Prioritas Alternatif dari Responden 3
Gambar 4.29 Prioritas Alternatif dari Responden 4 93
Gambar 4.30 Prioritas Alternatif dari Responden 5
Gambar 4.31 Prioritas Alternatif dari Responden 6
Tabel 4.22 Prioritas Alternatif No. 1 2
3 4 5
6
Nama Responden
Alternatif 1
Alternatif 2
0.68
0.699
0.262
0.083
0.705
0.212
0.075
0.702
0.223
0.095
0.668
0.238
0.085
0.634
0.281
0.064
0.697
0.24
1.082
4.105
1.456
Ibu Santi Bappeda Bapak Anggoro DPU Pengairan Ibu Danar DPU Bina Marga Bapak Soebandi DPU. Cipta Karya Bapak Susilo Ketua REI Kab. Sidoarjo Bapak Benny P. Dosen UK Petra
Sumber : Hasil Analisa
94
Alternatif 3
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
KESIMPULAN Dari analisa aspek teknis dan lingkungan dapat disimpulkan hal – hal
sebagai berikut : 1. Tingkat peresapan saluran porus pada Sub DAS Sidokare 2,1605 x 10-7 m/detik dan pada Sub DAS Sekardangan 1,151 x 10-7 m/detik. 2. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan saluran porus adalah luasan dasar saluran, panjang saluran, koefisien permeabilitas dan waktu aliran. Sehingga dari faktor tersebut saluran porus dapat menurunkan debit tidak tertampung sebesar 40,4 % pada Sub DAS Sidokare dan 62 % pada Sub DAS Sekardangan. 3. Media filtrasi yang paling baik mengurangi polutan adalah media tanah asli berumput gajah. Tetapi jika dilihat dari waktu resapannya menjadi lebih efektif media filtrasi pasir 4. Penanggungjawab sistem drainase Perkotaan Sidoarjo dalam satu Dinas dengan dibagi pada 3 bidang yang berbeda. 3 bidang tersebut masing – masing
bertanggungjawab
terhadap
drainase
jalan,
irigasi
dan
pembuangannya juga drainase perumahan dan pemukiman.
5.2.
SARAN Dari kesimpulan diatas dapat dimunculkan saran –saran sebagai berikut :
1. Dilakukan penelitian lebih lanjut untuk pengaruh ROB terhadap saluran porus 2. Pemisahan air limbah dan air hujan diterapkan 3. Kolam retensi dapat diterapkan pada perumahan atau permukiman yang salurannya tidak dimungkinkan untuk direhabilitasi menjadi saluran porus. 4. Kolam retensi bisa berupa kolam retensi komunal yang dikelola oleh pemda. Pendanaannya
bisa
dari
partisipasi
rekomendasi siteplan. 95
pengembang
disaat
pengajuan
5. Penerapan biopori perpersil rumah dan biopori di fasilitas umum oleh Dinas PU. Cipta Karya di utamakan pada perumahan. Biopori perpersil adalah partisipasi oleh masyarakat sedangkan biopori pada fasilitas umum merupakan partisipasi dari pengembang atau menjadi tanggungjawab Pemda.
96
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahmat, Fathoni. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Rineka Cipta. Asdak, S. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta : Gajah Mada University Press Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo. 2013. Jenis Batuan Geologi Per Kecamatan di Kabupaten Sidoarjo. Sidoarjo : Delta Grafika Bappeda Kabupaten Sidoarjo. 2014. Master Plan dan DED Sistem Drainase Kabupaten Sidoarjo. Departemen Pekerjaan Umum. 1991., “SNI 06-2412-1991 Tentang Metode Pengambilan Contoh Kualitas Air” Departemen Pekerjaan Umum. 2003., “SNI 03-6966-2003 Tentang Spesifikasi Saluran Pracetak Berlubang untuk Lingkungan Permukiman ” Dunn, William N. 1999. Analisis kebijakan Publik. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademik Pressindo. Jamulya dan Suratman Woro Suprodjo. 1983. Pengantar Geografi Tanah. Diktat Kuliah. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. Kementrian Pekerjaan Umum. 2014. Penyusunan Master Plan dan DED Sistem Drainase Kabupaten Sidoarjo. Madjid. 2010. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor : Fakultas Pertanian Institut Pertanian. Mangkoedihardjo, S., dan Samudro, Ganjar. 2010. Fitoteknologi Terapan. Yogyakarta : Graha Ilmu Menteri Pekerjaan Umum. 2014. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan. Pusat Lingkungan Geologi Badan Geologi Departemen ESDM. 2007. Hasil Uji Laju Resapan Daerah Penyelidikan Kabupaten Sidoarjo. Bandung. Saaty, Thomas L. 1980. The Analytic Hierarchy Process. Sosrodarsono, S dan Kazuto, N. 1994. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi. Jakarta : Pradnya Paramita. 96
Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung : Idea Dharma Suharta, N. dan B.H. Prasetyo. 2008. Susunan mineral dan sifat fisiko-kimia tanah Bervegetasi hutan dari batuan sedimen masam di Provinsi Riau. Riau : Jurnal Tanah dan Iklim Sunjoto. 2011. Teknik Drainase PRO-AIR. Suprapto. 2016. Banjir Lumpuhkan Sidoarjo. http ://TRIBUNnews.com. Suripin. 2014. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta : ANDI Offset Verruijt. 1970. Theory of Groundwater flow. MacMillan, Ney York. West Virginia Department of Environmetal Protection. 2012. West Virginia Stromwater Management and Design Guidance Manual.
97
IDENTITAS RESPONDEN Nama NIP Jabatan Lama menjabat Instansi
: : : : :
1 Efektifitas 2 Efisiensi 3 Ketepatan 1 Efektifitas
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Efisiensi
2 Efektifitas
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Ketepatan
3 Efisiensi
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Ketepatan
Efektifitas Dinas PU. Bina Marga, PU. Pengairan, PU Ciptakarya Efektif 1 menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo Dinas PU dan Permukiman Efektif 2 menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo Sub Bidang Khusus (tata kelola air) 3 Efektif menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo
Dinas PU. Bina Marga, PU. Pengairan, PU Ciptakarya Efektif 1 menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Dinas PU dan Permukiman Efektif menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo
Dinas PU. Bina Marga, PU. Pengairan, PU Ciptakarya Efektif 2 menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sub Bidang Khusus (tata kelola air) Efektif menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo
Dinas PU dan Permukiman Efektif 3 menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sub Bidang Khusus (tata kelola air) Efektif menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo
Efisiensi Dinas PU. Bina Marga, PU. Pengairan, PU Ciptakarya Efisien 1 menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo Dinas PU dan Permukiman Efisien 2 menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo Sub Bidang Khusus (tata kelola air) 3 Efisien menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo
Dinas PU. Bina Marga, PU. Pengairan, PU Ciptakarya Efisien 1 menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo Dinas PU. Bina Marga, PU. Pengairan, PU Ciptakarya Efisien 2 menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo Dinas PU dan Permukiman Efisien 3 menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo
9
9
9
8
8
8
7
7
7
6
6
6
5
5
5
4
4
4
3
3
3
2
2
2
1
1
1
2
2
2
3
3
3
4
4
4
5
5
5
6
6
6
7
7
7
8
8
8
9
Dinas PU dan Permukiman Efisien menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo
9
Sub Bidang Khusus (tata kelola air) Efisien menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo
9
Sub Bidang Khusus (tata kelola air) Efisien menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo
Ketepatan Dinas PU. Bina Marga, PU. Pengairan, PU Ciptakarya Tepat 1 menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo Dinas PU dan Permukiman Tepat 2 menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo Sub Bidang Khusus (tata kelola air) 3 Tepat menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo
Dinas PU. Bina Marga, PU. Pengairan, PU Ciptakarya Tepat 1 menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Dinas PU dan Permukiman Tepat menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo
Dinas PU. Bina Marga, PU. Pengairan, PU Ciptakarya Tepat 2 menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sub Bidang Khusus (tata kelola air) Tepat menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo
Dinas PU dan Permukiman Tepat 3 menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sub Bidang Khusus (tata kelola air) Tepat menjadi penanggungjawab drainase Perkotaan Sidoarjo
Lanjutan Tabel 4.21. ANAL IS A HIDRO L O G I Lua s No
L o ka si
Je n is P e r ru a s S a l. A Ha
28 29 30 31
S al. S al. S al. S al.
32 33
P ondok P ondok P ondok P uc ang
Jati 2 Jati 3 Jati 1 (R15)
Lua s T o ta l A
Ko e f P a n ja n g P e n g a lira S a l. P e r n ru a s Eksistin g Ce ks L
Ha
P a n ja n g S a l. T o ta l L
DIM ENS I S AL URAN EKS IS T ING
W a ktu P a n ja n g Ke ce p a ta n Ke ce p a ta n W a ktu W a ktu Ko e fisie n Alira n d i Alira n d i Alira n p a d a P e n g a lira P e n g a lira n Ko n se n tr T a m p u n g n di la h a n S a lu ra n La ha n d i S a lu ra n a si an La ha n Lo V Vo to td tc Cs
(m )
(m )
(m )
(m /d t)
(m /d t)
(m e n it)
(m e n it)
(m e n it)
Cu ra h Hu ja n Re n ca n a
In te n sita s Hu ja n
De b it Ba n jir Re n ca n a
Rn
In
Qn
(m m )
(m m /ja m )
(m 3/d t)
Le ba r Je n is S a lu ra n Eksistin g
ANAL IS A HIDRO L IKA
Ke m irin Ke m irin g Ko e f. an ga n S a lu ra n M a n n in g Ja g a a n S a lu ra n T a lu d (S lo p e ) W H' z / m S n T in g g i
Da sa r
Ata s
Air
b
B
H
(m )
(m )
(m )
(m )
(m )
Lua s pe na m pa ng
F a kto r h id ro lik
Ke c. Alira n
Ka p a sita s S a lu ra n
No rm a l
M a ks.
No rm a l
M a ks.
No rm a l
M a ks.
No rm a l
M a ks.
A
A'
R
R'
V
V'
Q
Q'
(m 2)
(m 2)
(m 2)
(m 2)
(m /d t)
(m /d t)
(m 3/d t)
(m 3/d t)
Ke te ra n g a n
T T S P
11.42 1.99 17.83 1.43
11.42 1.99 31.23 4478.19
0.44 0.44 0.44 0.44
134.40 83.69 387.86 282.02
134.40 83.69 522.25 9500.82
162.48 122.19 592.30 41.34
0.62 0.58 0.71 1.05
0.20 0.20 0.20 0.20
13.67 10.28 49.83 3.48
3.62 2.42 12.29 150.90
17.28 12.70 62.11 154.37
0.91 0.91 0.91 0.67
58.20 58.20 74.25 84.78
46.26 56.81 25.15 15.65
0.58 0.13 0.87 57.55
Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali T anah
1.20 1.00 1.50 10.60
1.20 1.00 1.50 20.00
0.80 0.80 0.95 2.50
0.20 0.20 0.30 0.50
1.00 1.00 1.25 3.00
0.00 0.00 0.00 1.57
0.00100 0.00100 0.00100 0.00061
0.025 0.025 0.025 0.035
0.96 0.80 1.43 36.29
1.20 1.00 1.88 45.90
0.34 0.31 0.42 1.82
0.43 0.38 0.55 2.31
0.62 0.58 0.71 1.05
0.72 0.67 0.85 1.23
0.59 0.46 1.01 38.08
0.86 0.67 1.59 56.33
Aman Aman Aman Luber, perlu dinormalisasi
S al. Tam an A nggrek S al. P uc ang (R16)
T P
4.75 0.23
4.75 4483.18
0.44 0.44
151.15 57.12
151.15 9557.94
168.07 31.73
0.48 1.57
0.20 0.20
14.14 2.67
5.30 101.38
19.44 104.05
0.88 0.67
58.20 84.78
42.77 20.36
0.22 75.03
Pas.batu Kali Pas.batu kali
0.80 10.55
0.80 15.50
0.40 2.90
0.20 0.50
0.60 3.40
0.38 0.38
0.00100 0.00061
0.025 0.025
0.38 33.83
0.62 40.32
0.23 2.02
0.37 2.40
0.48 1.57
0.66 1.77
0.18 53.16
0.41 71.21
Luber, perlu dinormalisasi Luber, perlu dinormalisasi
34 35 36 37 38 39
S al. S al. S al. S al. S al. S al.
T T S T S P
18.62 16.05 23.60 14.07 18.92 0.05
18.62 16.05 58.27 14.07 91.26 4574.48
0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44
423.97 149.21 1253.54 516.11 450.92 9.76
423.97 149.21 1677.51 516.11 2128.43 9567.70
653.78 586.35 257.00 982.62 311.97 35.82
0.39 0.39 0.39 0.58 0.56 1.50
0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20
55.00 49.33 21.62 82.66 26.24 3.01
18.10 6.37 71.63 14.92 63.77 106.04
73.10 55.70 93.25 97.58 90.01 109.05
0.89 0.95 0.72 0.93 0.74 0.67
58.20 58.20 74.25 58.20 74.25 84.78
17.69 21.20 19.19 14.59 19.64 19.74
0.36 0.39 0.99 0.23 1.62 74.25
Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu
Kali Kali Kali Kali Kali Kali
0.80 0.80 0.80 1.00 1.00 11.60
0.80 0.80 0.80 1.00 1.00 16.80
0.30 0.30 0.30 0.80 0.70 2.50
0.20 0.20 0.20 0.20 0.30 0.50
0.50 0.50 0.50 1.00 1.00 3.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.87
0.00100 0.00100 0.00100 0.00100 0.00100 0.00061
0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025
0.24 0.24 0.24 0.80 0.70 34.42
0.40 0.40 0.40 1.00 1.00 42.60
0.17 0.17 0.17 0.31 0.29 1.89
0.29 0.29 0.29 0.38 0.42 2.34
0.39 0.39 0.39 0.58 0.56 1.50
0.55 0.55 0.55 0.67 0.71 1.73
0.09 0.09 0.09 0.46 0.39 51.76
0.22 0.22 0.22 0.67 0.71 73.85
Luber, perlu dinormalisasi Luber, perlu dinormalisasi Luber, perlu dinormalisasi Aman Luber, perlu dinormalisasi Luber, perlu dinormalisasi
40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
S al. Lingk ar B arat 2 S al. P uc ang (R18) S al. P ondok Jati 5 S al. P uc ang (R19) S al. Depan S D P agerwojo S al. P uc ang (R20) S al. Lapangan Tem bak S al. P uc ang (R21) S al.B luru K idul S al. P uc ang (R22) S al.P erum P es ona P erm ata G ading 1 S al. P uc ang (R23) S al.P erum P es ona P erm ata G ading 2 S al. P uc ang (R24)
T P T P T P T P T P T P T P
3.96 0.65 2.86 2.42 1.06 1.43 10.63 4.96 52.69 0.71 9.08 0.13 2.14 14.90
3.96 4579.09 2.86 4584.37 1.06 4586.86 10.63 4602.44 52.69 4655.85 9.08 4665.06 2.14 4682.10
0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44
712.03 82.46 222.37 440.46 101.23 355.97 101.23 3098.85 294.71 137.81 408.23 47.22 286.21 540.65
712.03 9650.16 222.37 10090.62 101.23 10446.60 101.23 13545.45 294.71 13683.26 408.23 13730.49 286.21 14271.13
85.16 60.93 237.82 43.83 80.34 23.09 377.36 255.61 454.88 39.40 339.53 17.78 80.41 314.04
0.58 1.44 0.49 1.28 0.58 1.37 0.34 1.39 0.53 1.09 0.27 1.05 0.27 1.13
0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20
7.16 5.13 20.01 3.69 6.76 1.94 31.75 21.50 38.27 3.31 28.56 1.50 6.76 26.42
20.58 111.68 7.59 131.69 2.93 126.98 5.03 162.55 9.24 208.40 24.97 217.54 17.50 210.30
27.75 116.81 27.59 135.37 9.68 128.92 36.78 184.05 47.51 211.71 53.53 219.03 24.27 236.71
0.73 0.68 0.88 0.67 0.87 0.67 0.94 0.69 0.91 0.67 0.81 0.67 0.73 0.69
58.20 84.78 58.20 84.78 58.20 84.78 58.20 84.78 58.20 84.78 58.20 84.78 58.20 84.78
33.74 18.85 33.86 17.09 68.06 17.65 27.96 13.92 23.57 12.68 21.77 12.40 36.89 11.77
0.12 71.38 0.10 64.41 0.08 66.31 0.34 54.33 1.38 48.36 0.20 47.23 0.07 46.65
Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali T anah Pas.batu Kali T anah Pas.batu Kali T anah
1.00 11.70 0.80 13.20 1.00 11.70 0.50 13.00 0.60 25.20 0.40 25.40 0.40 19.60
1.00 16.40 0.80 17.30 1.00 16.30 0.50 16.80 1.00 32.30 0.40 32.00 0.40 28.50
0.80 2.30 0.60 1.80 0.80 2.10 0.30 2.10 0.80 2.25 0.20 2.10 0.20 2.50
0.20 0.50 0.20 0.50 0.20 0.50 0.20 0.50 0.20 0.50 0.20 0.50 0.20 0.50
1.00 2.80 0.80 2.30 1.00 2.60 0.50 2.60 1.00 2.75 0.40 2.60 0.40 3.00
0.00 0.84 0.00 0.89 0.00 0.88 0.00 0.73 0.20 1.29 0.00 1.27 0.00 1.48
0.00100 0.00061 0.00100 0.00061 0.00100 0.00061 0.00100 0.00061 0.00100 0.00061 0.00100 0.00061 0.00100 0.00061
0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.035 0.025 0.035 0.025 0.035
0.80 31.35 0.48 26.65 0.80 28.47 0.15 30.52 0.61 63.24 0.08 58.94 0.08 58.27
1.00 39.34 0.64 35.08 1.00 36.40 0.25 38.74 0.80 79.06 0.16 74.62 0.16 72.15
0.31 1.77 0.24 1.48 0.31 1.65 0.14 1.68 0.27 1.94 0.10 1.83 0.10 2.04
0.38 2.22 0.32 1.95 0.38 2.10 0.23 2.13 0.36 2.43 0.20 2.32 0.20 2.53
0.58 1.44 0.49 1.28 0.58 1.37 0.34 1.39 0.53 1.09 0.27 1.05 0.27 1.13
0.67 1.68 0.59 1.53 0.67 1.62 0.47 1.63 0.64 1.27 0.43 1.23 0.43 1.30
0.46 45.15 0.23 34.03 0.46 39.04 0.05 42.39 0.32 69.20 0.02 62.00 0.02 65.91
0.67 65.91 0.38 53.80 0.67 58.79 0.12 63.07 0.51 100.41 0.07 91.87 0.07 94.10
Aman Luber, perlu dinormalisasi Aman Luber, perlu dinormalisasi Aman Luber, perlu dinormalisasi Luber, perlu dinormalisasi Luber, perlu dinormalisasi Luber, perlu dinormalisasi Aman Luber, perlu dinormalisasi Aman Luber, perlu dinormalisasi Aman
III. 1 2 3
S iste m Dra in a se S id o ka re S al. S idok are (R1) S al. S uk o S al. S idok are (R2)
P T P
1564.90 11.86 0.54
1564.90 11.86 1577.30
0.47 0.47 0.47
8670.36 140.72 124.99
8670.36 140.72 8795.35
4667.73 331.93 58.94
1.90 0.49 0.49
0.15 0.15 0.15
510.47 36.30 6.45
75.90 4.80 300.81
586.37 41.10 307.26
0.94 0.94 0.67
84.78 58.20 84.78
6.43 25.96 9.89
12.36 0.38 13.70
Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali
12.50 0.80 12.50
13.70 0.80 13.70
2.50 0.60 2.50
0.50 0.20 0.50
3.00 0.80 3.00
0.20 0.00 0.20
0.00100 0.00100 0.00007
0.025 0.025 0.025
32.50 0.48 32.50
39.30 0.64 39.30
1.85 0.24 1.85
2.23 0.32 2.23
1.90 0.49 0.49
2.16 0.59 0.55
61.88 0.23 15.84
84.93 0.38 21.74
Aman Luber, perlu dinormalisasi Aman
4 5 6 7 8
S al. S al. S al. S al. S al.
P uri 2 P uri 3 P uri 4 P uri 1 S idok are (R3)
T T T S P
21.95 23.32 15.02 44.58 53.15
21.95 23.32 15.02 104.87 1735.32
0.47 0.47 0.47 0.47 0.47
803.50 130.03 158.24 214.85 1200.51
803.50 130.03 158.24 1018.35 9995.86
234.24 186.30 373.97 398.04 982.04
0.43 0.40 0.56 0.56 0.49
0.15 0.15 0.15 0.15 0.15
25.62 20.37 40.90 43.53 107.40
30.96 5.37 4.74 30.51 341.87
56.57 25.75 45.64 74.04 449.27
0.79 0.91 0.95 0.83 0.72
58.20 58.20 58.20 74.25 84.78
20.98 35.46 24.21 22.38 7.68
0.47 0.98 0.45 2.54 12.62
Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu
Kali Kali Kali Kali Kali
0.80 0.90 1.00 1.00 12.50
0.80 0.90 1.00 1.00 13.70
0.40 0.30 0.70 0.70 2.50
0.20 0.20 0.20 0.30 0.50
0.60 0.50 0.90 1.00 3.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.20
0.00100 0.00100 0.00100 0.00100 0.00007
0.025 0.025 0.025 0.025 0.025
0.32 0.27 0.70 0.70 32.50
0.48 0.45 0.90 1.00 39.30
0.20 0.18 0.29 0.29 1.85
0.30 0.30 0.38 0.42 2.23
0.43 0.40 0.56 0.56 0.49
0.57 0.57 0.66 0.71 0.55
0.14 0.11 0.39 0.39 15.84
0.27 0.26 0.59 0.71 21.74
Luber, Luber, Luber, Luber,
9 10 11 12
S al. S al. S al. S al.
P ondok M utiara 4 P ondok M utiara 3 P ondok M utiara 2 S idok are (R4)
T T S P
8.86 24.05 1.92 0.30
8.86 24.05 34.83 1770.45
0.47 0.47 0.47 0.47
426.38 449.42 500.33 56.13
426.38 449.42 949.75 10051.99
122.41 489.34 48.59 39.01
0.20 0.20 0.20 0.20
10.30 41.17 4.09 3.28
16.43 20.98 31.53 364.32
26.72 62.14 35.62 367.60
0.76 0.86 0.69 0.67
58.20 58.20 74.25 84.78
34.59 19.71 36.44 8.78
0.31 0.53 1.15 13.59
Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu
Kali Kali Kali Kali
0.80 0.60 1.00 16.00
0.80 0.60 1.00 16.80
0.40 0.30 0.50 2.10
0.20 0.20 0.30 0.50
0.60 0.50 0.80 2.60
0.00 0.00 0.00 0.15
0.00100 0.00100 0.00100 0.00007
0.025 0.025 0.025 0.025
0.32 0.18 0.50 34.28
0.48 0.30 0.80 42.64
0.20 0.15 0.25 1.69
0.30 0.25 0.40 2.11
0.43 0.36 0.50 0.46
0.57 0.50 0.69 0.53
0.14 0.06 0.25 15.76
0.27 0.15 0.55 22.68
Luber, perlu dinormalisasi Luber, perlu dinormalisasi Luber, perlu dinormalisasi Aman
13 14
S al. P ondok M utiara 1 S al. S idok are (R5)
T P
26.17 3.02
26.17 1799.64
0.47 0.47
1309.22 172.69
1309.22 10224.68
656.46 242.14
0.43 0.36 0.50 0.46 0.00 0.70 0.48
0.20 0.20
55.22 20.37
31.30 353.93
86.53 374.30
0.85 0.68
58.20 84.78
15.81 8.67
0.46 13.86
Pas.batu Kali Pas.batu kali
1.50 13.40
1.50 17.00
0.90 2.30
0.20 0.50
1.10 2.80
0.00 0.64
0.00100 0.00007
0.025 0.025
1.35 34.22
1.65 42.56
0.41 1.81
0.50 2.26
0.70 0.48
0.80 0.56
0.94 16.48
1.31 23.70
Aman Aman
15 16 17 18
S al. S al. S al. S al.
S um ok ali 1 S um ok ali 2 A nak S alour S idok are 1 S idok are (R6)
S T S P
271.93 44.51 52.70 8.07
271.93 44.51 369.14 2176.85
0.47 0.47 0.47 0.47
658.83 87.05 1254.87 549.28
658.83 87.05 1913.70 10773.97
1080.32 145.55 395.44 235.36
0.48 0.43 0.71 0.49
0.20 0.20 0.20 0.20
90.88 12.24 33.27 19.80
22.76 3.34 45.20 369.01
113.64 15.59 78.47 388.81
0.91 0.90 0.78 0.68
74.25 58.20 74.25 84.78
16.82 49.56 21.53 8.46
5.43 2.60 8.07 16.32
Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu
Kali Kali Kali Kali
1.00 1.00 5.00 14.60
1.20 1.30 5.00 18.20
0.40 0.30 0.50 2.30
0.20 0.20 0.30 0.50
0.60 0.50 0.80 2.80
0.17 0.30 0.00 0.64
0.00100 0.00100 0.00100 0.00007
0.025 0.025 0.025 0.025
0.43 0.33 2.50 36.98
0.66 0.58 4.00 45.92
0.24 0.20 0.42 1.84
0.36 0.35 0.67 2.29
0.48 0.43 0.71 0.49
0.65 0.63 0.97 0.56
0.21 0.14 1.76 18.00
0.43 0.36 3.86 25.81
Luber, perlu dinormalisasi Luber, perlu dinormalisasi Luber, perlu dinormalisasi Aman
19 20 21 22
S al. S al. S al. S al.
B anjarbendo S idok are (R7) S epande S idok are (R8)
T P T P
3.37 4.52 45.36 6.74
3.37 2184.75 45.36 2236.85
0.47 0.47 0.47 0.47
156.29 330.30 792.56 426.23
156.29 11104.27 792.56 11530.50
421.86 124.31 421.86 159.89
0.53 0.47 0.61 0.55
0.20 0.20 0.20 0.20
35.49 10.46 35.49 13.45
4.90 392.23 21.72 351.75
40.39 402.69 57.21 365.20
0.94 0.67 0.84 0.67
58.20 84.78 58.20 84.78
26.27 8.26 20.83 8.82
0.11 15.87 1.04 17.40
Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu
Kali Kali Kali Kali
1.00 14.00 1.50 15.80
1.00 17.00 1.50 19.80
0.60 2.20 0.60 2.80
0.20 0.50 0.20 0.50
0.80 2.70 0.80 3.30
0.00 0.56 0.00 0.61
0.00100 0.00007 0.00100 0.00007
0.025 0.025 0.025 0.025
0.60 33.49 0.90 48.99
0.80 41.85 1.20 58.74
0.27 1.76 0.33 2.19
0.36 2.20 0.44 2.63
0.53 0.47 0.61 0.55
0.64 0.55 0.74 0.62
0.32 15.80 0.55 26.77
0.52 22.91 0.88 36.22
Aman Luber, perlu dinormalisasi Luber, perlu dinormalisasi Aman
23 24 25 26
S al. S al. S al. S al.
S idok are S idok are S idok are S idok are
T T S P
9.65 4.71 12.28 0.12
9.65 4.71 26.64 2263.61
0.47 0.47 0.47 0.47
387.85 108.47 433.39 15.56
387.85 108.47 821.24 11546.06
146.40 95.33 226.08 63.84
0.63 0.34 0.63 0.54
0.20 0.20 0.20 0.20
12.32 8.02 19.02 5.37
10.23 5.39 21.67 353.16
22.55 13.41 40.69 358.53
0.82 0.83 0.79 0.67
58.20 58.20 74.25 84.78
38.74 54.77 33.35 8.93
0.40 0.28 0.92 17.70
Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu
Kali Kali Kali Kali
2.40 0.50 2.40 22.30
2.40 0.50 2.40 25.50
0.50 0.30 0.50 2.60
0.20 0.20 0.30 0.50
0.70 0.50 0.80 3.10
0.00 0.00 0.00 0.52
0.00100 0.00100 0.00100 0.00007
0.025 0.025 0.025 0.025
1.20 0.15 1.20 61.47
1.68 0.25 1.92 74.09
0.35 0.14 0.35 2.18
0.49 0.23 0.56 2.63
0.63 0.34 0.63 0.54
0.79 0.47 0.86 0.62
0.76 0.05 0.76 33.49
1.33 0.12 1.66 45.72
Aman Luber, perlu dinormalisasi Luber, perlu dinormalisasi Aman
27 28 29 30
S al Tam an P inang 3 S al. S idok are (R10) S al Tam an P inang 2 S al. S idok are (R11)
T P T P
40.04 0.05 2.55 2.14
40.04 2303.69 2.55 2308.38
0.47 0.47 0.47 0.47
638.94 11.51 70.79 297.60
638.94 11557.57 70.79 11855.17
715.41 33.29 246.70 50.83
0.57 0.54 0.53 0.53
0.20 0.20 0.20 0.20
60.18 2.80 20.75 4.28
18.79 353.51 2.22 373.70
78.97 356.31 22.97 377.98
0.89 0.67 0.95 0.67
58.20 83.90 58.20 84.78
16.80 8.87 38.27 8.62
0.79 17.86 0.12 17.40
Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu
Kali Kali Kali Kali
1.20 22.30 1.00 17.50
1.20 25.50 1.00 20.00
0.60 2.60 0.60 2.60
0.20 0.50 0.20 0.50
0.80 3.10 0.80 3.10
0.00 0.52 0.00 0.40
0.00100 0.00007 0.00100 0.00007
0.025 0.025 0.025 0.025
0.72 61.47 0.60 48.23
0.96 74.09 0.80 58.13
0.30 2.18 0.27 2.09
0.40 2.63 0.36 2.52
0.57 0.54 0.53 0.53
0.69 0.62 0.64 0.60
0.41 33.49 0.32 25.50
0.66 45.72 0.52 34.81
Luber, perlu dinormalisasi Aman Aman Aman
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
S al. S al. S al. S al. S al. S al. S al. S al. S al. S al. S al.
T T S T S T T S T S P
5.28 4.68 0.51 7.86 1.93 4.39 0.87 0.55 1.58 1.49 1.84
5.28 4.68 10.47 7.86 20.26 4.39 0.87 26.06 1.58 29.13 2339.35
0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47
193.59 34.56 172.18 343.17 168.38 195.63 159.63 48.76 159.63 139.36 242.54
193.59 34.56 365.78 343.17 534.16 195.63 159.63 582.92 159.63 722.28 12097.71
96.34 125.31 128.52 191.82 130.55 299.77 43.63 175.28 76.24 141.61 105.64
0.41 0.61 0.70 0.49 0.76 0.60 0.70 0.70 0.46 0.77 0.52
0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20
8.10 10.54 10.81 16.14 10.98 25.22 3.67 14.75 6.41 11.91 8.89
7.79 0.95 8.71 11.71 11.76 5.44 3.82 13.88 5.75 15.62 387.88
15.89 11.49 19.52 27.85 22.74 30.66 7.49 28.62 12.17 27.53 396.77
0.80 0.96 0.82 0.83 0.79 0.92 0.80 0.80 0.81 0.78 0.67
58.20 58.20 74.25 58.20 74.25 58.20 58.20 74.25 58.20 74.25 84.78
48.92 60.73 54.42 33.66 49.15 31.57 80.76 42.16 58.45 43.27 8.34
0.27 0.36 0.61 0.29 1.03 0.17 0.07 1.16 0.10 1.28 17.14
Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu
Kali Kali Kali Kali Kali Kali Kali Kali Kali Kali Kali
1.00 1.50 2.00 0.80 2.20 1.10 1.10 2.00 0.70 2.10 18.00
1.00 1.50 2.00 0.80 2.20 1.10 1.70 2.00 0.70 2.40 20.60
0.30 0.60 0.70 0.60 0.80 0.80 0.90 0.70 0.60 0.80 2.50
0.20 0.20 0.30 0.20 0.30 0.20 0.20 0.30 0.20 0.30 0.50
0.50 0.80 1.00 0.80 1.10 1.00 1.10 1.00 0.80 1.10 3.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.27 0.00 0.00 0.14 0.43
0.00100 0.00100 0.00100 0.00100 0.00100 0.00100 0.00100 0.00100 0.00100 0.00100 0.00007
0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025
0.30 0.90 1.40 0.48 1.76 0.88 1.21 1.40 0.42 1.77 47.71
0.50 1.20 2.00 0.64 2.42 1.10 1.54 2.00 0.56 2.48 57.90
0.19 0.33 0.41 0.24 0.46 0.33 0.41 0.41 0.22 0.48 2.03
0.31 0.44 0.59 0.32 0.64 0.41 0.52 0.59 0.29 0.67 2.47
0.41 0.61 0.70 0.49 0.76 0.60 0.70 0.70 0.46 0.77 0.52
0.58 0.74 0.89 0.59 0.94 0.70 0.82 0.89 0.56 0.96 0.59
0.12 0.55 0.98 0.23 1.33 0.53 0.84 0.98 0.19 1.36 24.80
0.29 0.88 1.78 0.38 2.27 0.76 1.26 1.78 0.31 2.39 34.24
Luber, perlu dinormalisasi Aman Aman Luber, perlu dinormalisasi Aman Aman Aman Luber, perlu dinormalisasi Aman Aman Aman
42 43 44 45
S al Tam an P inang 1 S al. S idok are (R13) S al. P erum P alem F ies ta S al. S idok are (R14)
T P T P
7.31 1.41 2.49 0.25
7.31 2348.07 2.49 2350.81
0.47 0.47 0.47 0.47
278.37 156.52 74.39 32.23
278.37 12254.23 74.39 12286.46
171.75 82.48 85.99 64.49
0.71 0.52 0.29 0.56
0.20 0.20 0.20 0.20
14.45 6.94 7.23 5.43
6.49 393.12 4.24 364.94
20.94 400.06 11.47 370.37
0.87 0.67 0.84 0.67
58.20 84.78 58.20 84.78
40.70 8.30 60.78 8.73
0.34 17.08 0.17 17.99
Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu
Kali Kali Kali Kali
0.90 18.70 0.50 20.00
1.50 20.50 0.50 23.30
1.30 2.50 0.20 2.80
0.20 0.50 0.20 0.50
1.50 3.00 0.40 3.30
0.20 0.30 0.00 0.50
0.00100 0.00007 0.00100 0.00007
0.025 0.025 0.025 0.025
1.51 48.63 0.10 59.92
1.80 58.80 0.20 71.45
0.42 2.03 0.11 2.28
0.51 2.46 0.22 2.72
0.71 0.52 0.29 0.56
0.80 0.59 0.46 0.63
1.08 25.26 0.03 33.62
1.45 34.67 0.09 45.08
Aman Aman Luber, perlu dinormalisasi Aman
46 47 48 49 50
S al. S al. S al. S al. S al.
T T S T S
25.29 22.68 1.98 3.78 12.28
25.29 22.68 49.95 3.78 66.01
0.47 0.47 0.47 0.47 0.47
428.44 938.77 133.70 87.71 736.55
428.44 938.77 1072.46 87.71 1809.01
220.79 323.69 117.83 183.82 452.05
0.59 0.63 1.12 0.39 1.09
0.20 0.20 0.20 0.20 0.20
18.57 27.23 9.91 15.46 38.03
12.18 24.64 15.94 3.75 27.73
30.75 51.87 25.85 19.21 65.75
0.83 0.81 0.76 0.91 0.83
58.20 58.20 74.25 58.20 74.25
31.50 22.23 45.12 43.11 24.22
0.87 0.53 2.25 0.19 1.73
Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu
Kali Kali Kali Kali Kali
1.00 1.50 5.60 0.60 6.00
1.50 1.80 7.80 0.60 6.80
0.60 0.60 1.30 0.40 1.25
0.20 0.20 0.30 0.20 0.30
0.80 0.80 1.60 0.60 1.55
0.31 0.19 0.69 0.00 0.26
0.00100 0.00100 0.00082 0.00100 0.00082
0.025 0.025 0.025 0.025 0.025
0.71 0.97 8.44 0.24 7.90
1.00 1.32 10.72 0.36 9.92
0.32 0.36 0.96 0.17 0.92
0.44 0.49 1.22 0.26 1.16
0.59 0.63 1.12 0.39 1.09
0.74 0.78 1.31 0.51 1.27
0.42 0.61 9.47 0.09 8.59
0.74 1.03 14.09 0.18 12.55
Luber, perlu dinormalisasi Aman Aman Luber, perlu dinormalisasi Aman
Jati 1 Jati 2 Jati 3 (R1) Lingk ar B arat 1 Jati 3 (R2) P uc ang (R17)
S idok are S idok are S idok are S idok are S idok are S idok are S idok are S idok are S idok are S idok are S idok are
1 2 3 (R9)
A s ri 1 A s ri 2 A s ri 3 A s ri 4 A s ri 3 A s ri 5 A s ri 6 A s ri 3 A s ri 7 A s ri 3 (R12)
(R1) (R2)
(R3) (R4)
GOR 1 GOR 2 Lem ahputro (R1) M agers ari 3 Lem ahputro (R2)
LAPORAN AKHIR FASILITASI PENYUSUNAN MASTER PLAN DAN DED SISTEM DRAINASE KABUPATEN SIDOARJO
IV - 31
perlu dinormalisasi perlu dinormalisasi perlu dinormalisasi perlu dinormalisasi Aman
Lanjutan Tabel 4.21. ANAL IS A HIDRO L O G I Lua s No
L o ka si
Je n is P e r ru a s S a l. A Ha
Lua s T o ta l A
Ko e f P a n ja n g P e n g a lira S a l. P e r n ru a s Eksistin g Ce ks L
(m m )
(m m /ja m )
(m 3/d t)
Air
b
B
H (m )
No rm a l
M a ks.
No rm a l
M a ks.
No rm a l
M a ks.
A
A'
R
R'
V
V'
Q
Q'
(m 2)
(m 2)
(m 2)
(m 2)
(m /d t)
(m /d t)
(m 3/d t)
(m 3/d t)
Ke te ra n g a n
(m )
(m )
16.11 31.04 7.56 36.67 408.74
65.25 38.16 18.11 41.49 415.89
0.89 0.71 0.83 0.69 0.67
58.20 74.25 58.20 74.25 84.78
19.08 34.81 44.83 32.92 8.09
0.60 3.08 0.31 3.09 17.47
Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu
Kali Kali Kali Kali Kali
1.00 6.00 1.80 6.00 17.10
1.00 7.00 2.00 7.00 18.30
0.80 1.25 1.00 1.20 2.50
0.20 0.30 0.20 0.30 0.50
1.00 1.55 1.20 1.50 3.00
0.00 0.32 0.08 0.33 0.20
0.00100 0.00082 0.00082 0.00082 0.00007
0.025 0.025 0.025 0.025 0.025
0.80 8.00 1.88 7.68 44.00
1.00 10.08 2.28 9.75 53.10
0.31 0.93 0.49 0.90 1.98
0.38 1.17 0.60 1.14 2.39
0.58 1.09 0.72 1.07 0.51
0.67 1.27 0.82 1.26 0.58
0.46 8.75 1.35 8.23 22.48
0.67 12.84 1.86 12.25 30.75
Luber, perlu dinormalisasi Aman Aman Aman Aman
S al S idok are Indah 1 S al S idok are Indah 2 S al S idok are Indah (R1) S al S idok are Indah 3 S al S idok are Indah (R2) S al S idok are Indah 4 S al S idok are Indah (R3) S al. S idok are (R16)
T T S T S T S P
4.40 4.45 17.53 1.98 0.16 13.10 0.78 2.88
4.40 4.45 26.38 1.98 28.52 13.10 42.40 2510.21
0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47
83.87 116.34 302.40 136.68 108.14 247.15 91.95 271.36
83.87 116.34 418.74 136.68 526.88 247.15 618.83 12799.41
283.63 84.47 587.49 96.84 11.09 82.29 113.95 484.27
0.55 0.39 0.45 0.52 0.69 0.64 1.24 0.52
0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20
23.86 7.11 49.42 8.15 0.93 6.92 9.59 40.74
2.52 4.97 15.41 4.41 12.79 6.47 8.33 411.02
26.38 12.07 64.83 12.56 13.72 13.39 17.92 451.76
0.95 0.83 0.89 0.85 0.68 0.81 0.81 0.69
58.20 58.20 74.25 58.20 74.25 84.78 74.25 84.78
34.89 58.76 24.45 57.23 68.84 79.88 57.62 7.65
0.19 0.28 0.75 0.13 1.75 1.10 2.59 17.26
Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu
Kali Kali Kali Kali Kali Kali Kali Kali
2.10 0.60 1.50 1.50 2.40 2.50 4.50 16.30
2.10 0.60 1.50 1.50 2.40 2.50 4.50 17.70
0.40 0.40 0.30 0.40 0.60 0.50 1.70 2.60
0.20 0.20 0.30 0.20 0.30 0.20 0.30 0.50
0.60 0.60 0.60 0.60 0.90 0.70 2.00 3.10
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.23
0.00100 0.00100 0.00100 0.00100 0.00100 0.00100 0.00100 0.00007
0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025
0.84 0.24 0.45 0.60 1.44 1.25 7.65 43.91
1.26 0.36 0.90 0.90 2.16 1.75 9.00 52.70
0.29 0.17 0.21 0.26 0.40 0.36 0.97 2.03
0.43 0.26 0.43 0.39 0.60 0.50 1.14 2.44
0.55 0.39 0.45 0.52 0.69 0.64 1.24 0.52
0.73 0.51 0.72 0.68 0.90 0.80 1.38 0.59
0.47 0.09 0.20 0.31 0.99 0.80 9.47 22.79
0.91 0.18 0.65 0.61 1.94 1.39 12.42 30.89
Aman Luber, perlu dinormalisasi Luber, perlu dinormalisasi Aman Luber, perlu dinormalisasi Luber, perlu dinormalisasi Aman Aman
64 65 66 67
S al. S al. S al. S al.
T T S P
4.02 5.97 6.65 28.01
4.02 5.97 16.64 2554.86
0.47 0.47 0.47 0.47
381.78 206.45 125.28 787.17
381.78 206.45 507.07 13586.57
81.79 286.66 147.71 244.64
0.62 0.58 1.49 0.42
0.20 0.20 0.20 0.20
6.88 24.12 12.43 20.58
10.27 5.89 5.66 534.50
17.15 30.01 18.09 555.08
0.77 0.91 0.86 0.68
58.20 58.20 74.25 84.78
46.50 32.02 57.26 6.67
0.19 0.23 1.08 15.04
Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu
Kali Kali Kali Kali
1.00 0.80 2.80 22.10
1.00 0.80 4.20 23.30
0.30 0.30 1.10 1.70
0.20 0.20 0.30 0.50
0.50 0.50 1.40 2.20
0.00 0.00 0.50 0.27
0.00224 0.00224 0.00224 0.00007
0.025 0.025 0.025 0.025
0.30 0.24 3.69 38.36
0.50 0.40 4.90 49.94
0.19 0.17 0.70 1.50
0.31 0.29 0.93 1.95
0.62 0.58 1.49 0.42
0.87 0.82 1.80 0.51
0.19 0.14 5.50 16.25
0.44 0.33 8.84 25.23
Luber, perlu dinormalisasi Luber, perlu dinormalisasi Aman Aman
68 69 70 71
S al. G ang Dalem an S al. S idok are (R18) S al.P onpes S abilur Ros y ad S al. S idok are (R19)
T P T P
2.45 0.65 9.09 1.14
2.45 2557.96 9.09 2568.18
0.47 0.47 0.47 0.47
127.97 82.55 335.07 146.91
127.97 13669.13 335.07 13816.04
93.26 88.80 188.91 86.39
0.39 0.52 1.04 0.46
0.20 0.20 0.20 0.20
7.85 7.47 15.89 7.27
5.46 434.84 5.37 502.59
13.31 442.31 21.26 509.85
0.83 0.67 0.89 0.67
58.20 84.78 58.20 84.78
55.06 7.76 40.29 7.06
0.15 17.40 0.43 15.88
Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu
Kali Kali Kali Kali
0.60 20.50 3.50 18.70
0.60 22.00 3.50 20.00
0.40 2.50 1.30 2.00
0.20 0.50 0.20 0.50
0.60 3.00 1.50 2.50
0.00 0.25 0.00 0.26
0.00100 0.00007 0.00100 0.00007
0.025 0.025 0.025 0.025
0.24 52.81 4.55 38.44
0.36 63.75 5.25 48.38
0.17 2.06 0.75 1.68
0.26 2.49 0.86 2.12
0.39 0.52 1.04 0.46
0.51 0.59 1.14 0.53
0.09 27.67 4.73 17.61
0.18 37.87 6.01 25.83
Luber, perlu dinormalisasi Aman Aman Aman
72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83
S al. S al. S al. S al. S al. S al. S al. S al. S al. S al. S al. S al.
T T S T S T S T S T S P
10.68 23.32 2.78 4.97 1.94 2.73 0.17 8.76 0.46 16.61 18.83 1.42
10.68 23.32 36.78 4.97 43.69 2.73 46.59 8.76 55.81 16.61 91.26 2660.86
0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47
167.51 264.58 178.30 53.46 302.31 95.76 43.67 67.78 82.70 429.02 829.60 387.47
167.51 264.58 442.88 53.46 745.19 95.76 788.86 67.78 871.56 429.02 1701.16 14203.51
277.50 122.54 138.36 508.80 80.31 112.96 40.83 164.83 55.59 188.38 292.00 24.97
0.70 0.55 0.75 0.30 0.84 0.30 0.88 0.60 1.07 0.70 0.93 0.49
0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20
23.34 10.31 11.64 42.80 6.76 9.50 3.43 13.87 4.68 15.85 24.56 2.10
4.02 8.04 9.86 2.98 14.84 5.33 14.93 1.90 13.60 10.20 30.63 483.49
27.36 18.35 21.50 45.78 21.60 14.83 18.36 15.76 18.28 26.04 55.20 485.59
0.93 0.82 0.81 0.97 0.74 0.85 0.71 0.94 0.73 0.84 0.78 0.67
58.20 58.20 74.25 58.20 74.25 58.20 74.25 58.20 74.25 58.20 74.25 84.78
34.06 44.45 51.03 24.16 50.88 51.22 56.68 49.19 56.86 35.19 27.21 7.29
0.44 1.11 2.00 0.15 2.16 0.16 2.45 0.53 3.02 0.64 2.54 16.94
Pas.Batu Pas.Batu Pas.Batu Pas. Batu Pas.Batu Pas. Batu Pas.batu Pas.Batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.Batu
Kali Kali Kali Bata Kali Bata Kali Kali Kali Kali Kali Kali
2.00 1.20 1.45 0.40 3.40 0.40 5.50 1.00 6.50 1.50 5.50 20.30
2.00 1.20 1.90 0.40 3.70 0.40 6.10 2.00 6.50 1.50 6.50 21.30
0.60 0.45 0.60 0.20 0.55 0.20 0.55 0.60 0.75 0.70 0.60 2.20
0.20 0.20 0.30 0.20 0.30 0.20 0.30 0.20 0.30 0.20 0.30 0.50
0.80 0.65 0.90 0.40 0.85 0.40 0.85 0.80 1.05 0.90 0.90 2.70
0.38 0.38 0.38 0.38 0.38 0.38 0.38 0.38 0.38 0.38 0.38 0.38
0.00100 0.00100 0.00133 0.00100 0.00133 0.00100 0.00133 0.00100 0.00133 0.00100 0.00133 0.00007
0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025
1.34 0.62 1.01 0.10 2.00 0.10 3.14 0.74 5.09 1.24 3.44 46.52
1.85 0.94 1.62 0.22 3.18 0.22 4.95 1.05 7.25 1.66 5.26 57.61
0.41 0.29 0.37 0.12 0.44 0.12 0.47 0.32 0.63 0.41 0.51 1.86
0.56 0.44 0.59 0.27 0.69 0.27 0.74 0.46 0.89 0.55 0.78 2.30
0.70 0.55 0.75 0.30 0.84 0.30 0.88 0.60 1.07 0.70 0.93 0.49
0.86 0.73 1.03 0.52 1.14 0.52 1.19 0.75 1.35 0.85 1.23 0.56
0.93 0.34 0.75 0.03 1.67 0.03 2.77 0.44 5.44 0.87 3.18 22.78
1.59 0.68 1.66 0.12 3.63 0.12 5.91 0.79 9.80 1.42 6.47 32.53
84 85
S al.P erum B um i Citra F ajar 5 S al. S idok are (R21)
T P
13.61 0.63
13.61 2675.10
0.47 0.47
369.34 67.20
369.34 14270.70
336.31 105.17
0.77 0.51
0.20 0.20
28.29 8.85
8.01 462.23
36.30 471.08
0.90 0.67
58.20 84.78
28.21 7.44
0.45 17.46
Pas.batu Kali Pas.batu kali
1.80 19.70
1.80 22.90
1.00 2.40
0.20 0.50
1.20 2.90
0.00 0.55
0.00100 0.00007
0.025 0.025
1.80 50.46
2.16 61.77
0.47 2.00
0.57 2.45
0.77 0.51
0.87 0.59
1.38 25.96
1.87 36.37
Aman Aman
86 87 88 89 90 91
S al.K arang G ay am 1 S al.K arang G ay am 2 S al.K arang G ay am 4 (R1) S al.K arang G ay am 3 S al.K arang G ay am 4 (R2) S al. S idok are (R22)
T T S T S P
56.42 10.73 0.14 8.17 0.08 4.38
56.42 10.73 67.29 8.17 75.54 2755.02
0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47
508.97 261.26 66.13 308.15 45.63 432.42
508.97 261.26 575.10 308.15 620.73 14703.12
481.34 220.23 21.98 320.63 31.27 119.17
0.99 0.72 0.96 0.72 0.96 0.49
0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20
40.49 18.53 1.85 26.97 2.63 10.03
8.61 6.03 10.03 7.11 10.82 503.94
49.10 24.55 11.88 34.08 13.46 513.96
0.92 0.89 0.70 0.91 0.71 0.67
58.20 58.20 74.25 58.20 74.25 84.78
23.06 36.61 75.79 29.42 69.74 7.02
1.56 0.46 4.69 0.28 4.91 16.97
Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu
Kali Kali Kali Kali Kali Kali
2.50 1.50 2.50 1.50 2.50 25.00
3.00 2.00 3.00 2.00 3.00 27.40
1.30 0.80 1.20 0.80 1.20 2.10
0.20 0.20 0.30 0.20 0.30 0.50
1.50 1.00 1.50 1.00 1.50 2.60
0.17 0.25 0.17 0.25 0.17 0.46
0.00100 0.00100 0.00100 0.00100 0.00100 0.00007
0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025
3.53 1.36 3.24 1.36 3.24 54.54
4.13 1.75 4.13 1.75 4.13 68.12
0.69 0.43 0.66 0.43 0.66 1.84
0.80 0.56 0.84 0.56 0.84 2.30
0.99 0.72 0.96 0.72 0.96 0.49
1.09 0.85 1.12 0.85 1.12 0.56
3.48 0.98 3.10 0.98 3.10 26.52
4.51 1.50 4.63 1.50 4.63 38.42
Aman Aman Luber, perlu dinormalisasi Aman Luber, perlu dinormalisasi Aman
92 93 94 95
S al.P erum B um i Citra F ajar 1 S al.P erum B um i Citra F ajar 2 S al.P erum B um i Citra F ajar 3 S al. S idok are (R23)
T T S P
2.99 32.46 16.70 0.51
2.99 32.46 52.15 2807.68
0.47 0.47 0.47 0.47
85.58 1658.65 475.29 103.72
85.58 1658.65 2133.94 14806.84
203.59 246.98 367.39 56.82
0.58 0.58 0.84 0.51
0.20 0.20 0.20 0.20
17.13 20.78 30.91 4.78
2.47 47.95 42.12 483.29
19.60 68.73 73.02 488.07
0.94 0.74 0.78 0.67
58.20 58.20 74.25 84.78
42.54 18.43 22.58 7.27
0.16 0.58 1.20 17.84
Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu
Kali Kali Kali Kali
1.00 1.00 2.00 26.60
1.00 1.00 2.00 35.00
0.80 0.80 1.20 2.30
0.20 0.20 0.30 0.50
1.00 1.00 1.50 2.80
0.00 0.00 0.00 1.50
0.00100 0.00100 0.00100 0.00007
0.025 0.025 0.025 0.025
0.80 0.80 2.40 69.12
1.00 1.00 3.00 86.24
0.31 0.31 0.55 1.98
0.38 0.38 0.68 2.47
0.58 0.58 0.84 0.51
0.67 0.67 0.98 0.59
0.46 0.46 2.03 35.29
0.67 0.67 2.94 51.04
Aman Luber, perlu dinormalisasi Aman Aman
96 97 98 99 100 101 102 103 104 105
S al.P erm B luru K idul 1 S al. S idok are (R24) S al.P erm B luru K idul 2 S al. S idok are (R25) S al.P erum B um i Citra F ajar 4 S al. S idok are (R26) S al.P erm B luru K idul 3 S al. S idok are (R27) S al. Rum ah P om pa Rangk ah S al. S idok are (R28)
T P T P T P T P T P
12.11 1.24 30.46 1.73 36.54 0.31 21.11 2.72 31.03 5.35
12.11 2821.04 30.46 2853.23 36.54 2890.09 21.11 2913.91 31.03 2950.29
0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47
662.54 226.64 250.50 177.46 465.72 82.75 564.07 410.01 728.02 412.87
662.54 15033.48 250.50 15210.94 465.72 15293.69 564.07 15703.71 728.02 16116.58
217.21 30.70 237.02 94.65 344.60 27.46 244.83 44.16 336.55 166.66
0.68 1.48 0.34 1.56 0.86 0.54 0.34 0.46 1.14 0.34
0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20
18.27 2.58 19.94 7.96 28.99 2.31 20.60 3.71 28.31 14.02
16.24 169.66 12.46 162.35 8.98 475.81 28.05 566.84 10.65 783.55
34.52 172.24 32.40 170.31 37.97 478.12 48.65 570.56 38.96 797.57
0.81 0.67 0.84 0.68 0.89 0.67 0.78 0.67 0.88 0.67
58.20 84.78 58.20 84.78 58.20 84.78 58.20 84.78 58.20 84.78
29.17 14.55 30.43 14.66 27.37 7.37 23.20 6.55 26.91 5.24
0.37 35.96 1.02 37.04 1.17 18.59 0.50 16.67 0.96 13.55
Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali T anah
1.30 30.10 0.50 29.60 2.00 31.40 0.50 27.60 5.00 32.90
1.30 35.30 0.50 37.40 2.00 36.40 0.50 30.00 5.00 38.70
1.00 22.50 0.30 26.10 1.30 2.40 0.30 1.90 1.30 2.00
0.20 0.50 0.20 0.50 0.20 0.50 0.20 0.50 0.20 0.50
1.20 23.00 0.50 26.60 1.50 2.90 0.50 2.40 1.50 2.50
0.00 0.11 0.00 0.15 0.00 0.86 0.00 0.50 0.00 1.16
0.00100 0.00007 0.00100 0.00007 0.00100 0.00007 0.00100 0.00007 0.00100 0.00007
0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.035
1.30 734.48 0.15 872.44 2.60 80.33 0.15 54.25 6.50 70.44
1.56 752.10 0.25 891.10 3.00 98.31 0.25 69.12 7.50 89.50
0.39 9.74 0.14 10.59 0.57 2.13 0.14 1.70 0.86 1.80
0.47 9.98 0.23 10.82 0.65 2.61 0.23 2.17 0.99 2.29
0.68 1.48 0.34 1.56 0.86 0.54 0.34 0.46 1.14 0.34
0.77 1.50 0.47 1.58 0.95 0.61 0.47 0.54 1.25 0.40
0.88 1084.70 0.05 1362.37 2.25 43.03 0.05 25.05 7.41 24.15
1.20 1128.42 0.12 1411.29 2.85 60.26 0.12 37.51 9.40 35.99
Aman Aman Luber, perlu dinormalisasi Aman Aman Aman Luber, perlu dinormalisasi Aman Aman Aman
IV .
S iste m Dra in a se S e ka rd a n g a n
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
S al. S idok are 7 S al S um ok ali 3 S al. S ek ardangan (R1) S al. Larangan P erm ai 1 S al. S ek ardangan (R2) S al. Tenggulunan 1 S al. S ek ardangan (R3) S al. Larangan P erm ai 2 S al. S ek ardangan (R4) S al. Tenggulunan 2 S al. S ek ardangan (R5) S al. Larangan 1 S al. S ek ardangan (R6)
T T S T S T S T S T S T S
13.77 16.92 3.31 6.50 1.17 10.60 1.05 11.19 0.19 5.67 5.84 8.91 9.42
13.77 16.92 34.01 6.50 41.68 10.60 53.32 11.19 64.70 5.67 76.21 8.91 94.54
0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49
246.32 246.09 322.43 87.23 160.66 279.63 172.66 245.60 43.82 121.56 192.18 171.69 359.84
246.32 246.09 568.75 87.23 729.41 279.63 902.07 245.60 945.89 121.56 1138.07 171.69 1497.91
130.01 275.91 106.45 186.95 70.73 134.25 49.78 185.87 27.05 370.61 262.36 133.03 278.12
0.66 0.39 0.70 0.49 0.69 0.53 0.93 0.53 0.80 0.71 0.93 0.39 1.04
0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20
10.94 23.21 8.96 15.73 5.95 11.29 4.19 15.64 2.28 31.18 22.07 11.19 23.40
6.24 10.51 13.54 2.98 17.55 8.76 16.24 7.73 19.75 2.86 20.30 7.33 24.09
17.18 33.72 22.49 18.70 23.50 20.05 20.42 23.36 22.02 34.03 42.37 18.52 47.49
0.85 0.87 0.77 0.93 0.73 0.82 0.72 0.86 0.69 0.96 0.81 0.83 0.80
58.20 58.20 74.25 58.20 74.25 58.20 74.25 58.20 74.25 58.20 74.25 58.20 74.25
46.45 29.63 49.51 43.89 48.09 41.89 52.80 37.84 50.21 29.44 32.46 44.17 30.09
0.74 0.59 1.76 0.36 1.99 0.50 2.74 0.49 3.05 0.22 2.72 0.45 3.09
Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu
Kali Kali Kali Kali Kali Kali Kali Kali Kali Kali Kali Kali Kali
1.20 0.60 2.00 0.80 2.50 1.00 4.00 0.80 2.20 2.10 5.00 0.60 7.00
1.20 0.60 2.00 0.80 2.50 1.00 4.10 1.10 2.80 2.10 6.00 0.60 8.00
1.00 0.40 0.70 0.60 0.60 0.60 0.90 0.60 0.80 0.70 0.80 0.40 0.90
0.20 0.20 0.30 0.20 0.30 0.20 0.30 0.20 0.30 0.20 0.30 0.20 0.30
1.20 0.60 1.00 0.80 0.90 0.80 1.20 0.80 1.10 0.90 1.10 0.60 1.20
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.04 0.19 0.27 0.00 0.45 0.00 0.42
0.00100 0.00100 0.00100 0.00100 0.00100 0.00100 0.00100 0.00100 0.00100 0.00100 0.00100 0.00100 0.00100
0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025
1.20 0.24 1.40 0.48 1.50 0.60 3.63 0.55 1.93 1.47 4.29 0.24 6.64
1.44 0.36 2.00 0.64 2.25 0.80 4.86 0.76 2.75 1.89 6.05 0.36 9.00
0.38 0.17 0.41 0.24 0.41 0.27 0.63 0.27 0.50 0.42 0.63 0.17 0.74
0.45 0.26 0.59 0.32 0.61 0.36 0.84 0.38 0.71 0.54 0.90 0.26 1.01
0.66 0.39 0.70 0.49 0.69 0.53 0.93 0.53 0.80 0.71 0.93 0.39 1.04
0.74 0.51 0.89 0.59 0.91 0.64 1.12 0.66 1.01 0.84 1.18 0.51 1.27
0.79 0.09 0.98 0.23 1.04 0.32 3.36 0.29 1.54 1.04 4.01 0.09 6.88
1.07 0.18 1.78 0.38 2.04 0.52 5.46 0.50 2.78 1.59 7.11 0.18 11.43
14 15 16
S al. Larangan 2 S al. Larangan 3 S al. Larangan 4
T T S
7.91 4.38 0.11
7.91 4.38 12.40
0.49 0.49 0.49
244.24 439.89 65.42
244.24 439.89 505.30
421.60 89.91 9.24
0.61 0.76 0.74
0.20 0.20 0.20
35.47 7.56 0.78
6.64 9.68 11.43
42.11 17.25 12.21
0.93 0.78 0.68
58.20 58.20 74.25
25.55 46.33 74.41
0.25 0.22 0.86
Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali
1.30 1.60 1.60
1.30 1.60 1.60
0.70 1.10 1.00
0.20 0.20 0.30
0.90 1.30 1.30
0.00 0.00 0.00
0.00100 0.00100 0.00100
0.025 0.025 0.025
0.91 1.76 1.60
1.17 2.08 2.08
0.34 0.46 0.44
0.43 0.55 0.58
0.61 0.76 0.74
0.72 0.85 0.88
0.56 1.33 1.18
0.85 1.76 1.83
Aman Aman Aman
17 18 19 20 21 22 23
S al. S ek ardangan S al.Teratai S al. S ek ardangan S al.K epodang S al. S ek ardangan S al.K ahuripan S al. S ek ardangan
P T P T P T P
15.20 7.91 13.55 12.93 9.26 6.15 2.20
122.14 7.91 143.61 12.93 165.79 6.15 174.14
0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49
1127.67 607.87 619.80 105.32 507.87 213.49 126.52
2625.58 607.87 3245.38 105.32 3753.25 213.49 3879.78
224.73 97.67 142.89 318.00 448.96 145.95 95.57
0.27 0.63 0.25 0.27 0.33 0.34 0.31
0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20
18.91 8.22 12.02 26.75 37.77 12.28 8.04
161.21 16.07 219.11 6.44 191.07 10.62 209.38
180.11 24.29 231.13 33.19 228.84 22.90 217.42
0.69 0.75 0.68 0.91 0.71 0.81 0.67
84.78 58.20 84.78 58.20 84.78 58.20 84.78
14.12 36.87 11.96 29.94 12.04 38.35 12.46
1.62 0.30 1.59 0.48 1.92 0.26 1.99
Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu Pas.batu
7.00 1.20 6.50 0.40 6.50 0.50 4.40
8.00 1.50 7.50 0.40 7.50 0.50 5.40
0.70 0.70 0.60 0.20 1.00 0.30 1.00
0.50 0.20 0.50 0.20 0.50 0.20 0.50
1.20 0.90 1.10 0.40 1.50 0.50 1.50
0.42 0.17 0.45 0.00 0.33 0.00 0.33
0.00009 0.00100 0.00009 0.00100 0.00009 0.00100 0.00009
0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025
5.10 0.92 4.06 0.08 6.83 0.15 4.73
9.00 1.22 7.70 0.16 10.50 0.25 7.35
0.60 0.35 0.52 0.10 0.79 0.14 0.73
1.06 0.46 0.98 0.20 1.22 0.23 1.13
0.27 0.63 0.25 0.27 0.33 0.34 0.31
0.40 0.76 0.38 0.43 0.44 0.47 0.41
1.39 0.58 1.00 0.02 2.24 0.05 1.46
3.57 0.92 2.91 0.07 4.58 0.12 3.04
Luber, perlu dinormalisasi Aman Luber, perlu dinormalisasi Luber, perlu dinormalisasi Aman Luber, perlu dinormalisasi Luber, perlu dinormalisasi
(R4)
LAPORAN AKHIR FASILITASI PENYUSUNAN MASTER PLAN DAN DED SISTEM DRAINASE KABUPATEN SIDOARJO
IV - 32
(m )
Ka p a sita s S a lu ra n
M a ks.
49.14 7.12 10.55 4.82 7.16
Kali Kali Kali Kali Kali Kali Kali
(m )
Ke c. Alira n
No rm a l
0.20 0.20 0.20 0.20 0.20
(R3)
(m e n it)
Ata s
F a kto r h id ro lik
0.58 1.09 0.72 1.07 0.51
(R2)
(m e n it)
Qn
Da sa r
Lua s pe na m pa ng
584.13 84.59 125.40 57.24 85.07
(R1)
(m e n it)
In
Je n is S a lu ra n Eksistin g
ANAL IS A HIDRO L IKA
Ke m irin Ke m irin g Ko e f. an ga n S a lu ra n M a n n in g Ja g a a n S a lu ra n T a lu d (S lo p e ) W H' z / m S n T in g g i
557.36 2035.50 326.14 2357.02 12528.05
M agers ari 1 M agers ari 2 B along (R1) Teuk u Um ar 1 B along (R2) Teuk u Um ar 2 B along (R3) Ram ay ana B along (R4) A lun-alun B along (R5) S idok are (R20)
(m /d t)
Rn
Le ba r
557.36 226.49 326.14 321.52 241.59
Ci W alk 1 Ci W alk 2 Ci W alk S idok are (R17)
(m /d t)
De b it Ba n jir Re n ca n a
0.47 0.47 0.47 0.47 0.47
56 57 58 59 60 61 62 63
(m )
In te n sita s Hu ja n
27.01 95.34 6.38 103.43 2464.94
Dinas S os ial Lem ahputro (R3) Lem ahputro 1 Lem ahputro (R4) S idok are (R15)
(m )
Cu ra h Hu ja n Re n ca n a
27.01 2.32 6.38 1.71 10.70
S al. S al. S al. S al. S al.
(m )
L
DIM ENS I S AL URAN EKS IS T ING
W a ktu P a n ja n g Ke ce p a ta n Ke ce p a ta n W a ktu W a ktu Ko e fisie n Alira n d i Alira n d i Alira n p a d a P e n g a lira P e n g a lira n Ko n se n tr T a m p u n g n di la h a n S a lu ra n La ha n d i S a lu ra n a si an La ha n Lo V Vo to td tc Cs
T S T S P
51 52 53 54 55
Ha
P a n ja n g S a l. T o ta l
Aman perlu dinormalisasi perlu dinormalisasi perlu dinormalisasi perlu dinormalisasi perlu dinormalisasi Aman Luber, perlu dinormalisasi Aman Aman Aman Aman Luber, Luber, Luber, Luber, Luber,
Aman perlu dinormalisasi perlu dinormalisasi perlu dinormalisasi perlu dinormalisasi perlu dinormalisasi Aman Luber, perlu dinormalisasi Luber, perlu dinormalisasi Aman Aman Luber, perlu dinormalisasi Aman Luber, Luber, Luber, Luber, Luber,
Lanjutan Tabel 4.21. ANALISA HIDROLOGI Luas No
Lokasi
Jenis Per ruas Sal. A Ha
Luas Total A
DIMENSI SALURAN EKSISTING
Koef Waktu Panjang Panjang Kecepatan Kecepatan Waktu Waktu Koefisien Curah Debit Intensitas Pengalira Sal. Per Panjang Aliran di Aliran di Aliran pada Pengalira Pengaliran Konsentr Tampung Hujan Banjir Sal. Total Hujan n n di ruas lahan Saluran Lahan di Saluran asi an Rencana Rencana Eksisting Lahan Ceks L L Lo V Vo to td tc Cs Rn In Qn
Ha
(m)
(m)
(m)
(m/dt)
(m/dt)
(menit)
(menit)
(menit)
(mm)
(mm/jam)
Lebar Jenis Saluran Eksisting
(m3/dt)
ANALISA HIDROLIKA
Luas penampang Kemirin Kemiring Koef. an gan Manning Saluran JagaanSaluran Talud Normal Maks. (Slope) W H' z/m S n A A' Tinggi
Dasar
Atas
Air
b
B
H
(m)
(m)
(m)
(m)
(m)
(m2)
(m2)
Faktor hidrolik
Kec. Aliran Normal Maks.
Kapasitas Saluran
Normal
Maks.
Normal
Maks.
R
R'
V
V'
Q
Q'
(m2)
(m2)
(m/dt)
(m/dt)
(m3/dt)
(m3/dt)
Keterangan
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Sal.Talun Sal. Sekardangan (R5) Sal.Celep Sal. Sekardangan (R6) Sal.Sumbawa 1 Sal. Sekardangan (R7) Sal.Perum Sekardangan Indah Sal. Sekardangan (R8) Sal.Sumbawa 2 Sal. Sekardangan (R9)
T P T P T P T P T P
16.43 16.17 8.07 11.79 5.10 2.16 13.42 1.12 11.80 7.04
16.43 206.74 8.07 226.60 5.10 233.86 13.42 248.40 11.80 267.23
0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49
529.60 407.10 211.41 357.10 191.07 266.42 251.12 104.69 191.07 306.88
529.60 4286.87 211.41 4643.97 191.07 4910.39 251.12 5015.09 191.07 5321.96
332.56 246.39 243.44 278.32 211.13 86.68 202.70 157.57 595.40 510.74
0.76 0.29 0.44 0.36 0.44 0.40 0.39 0.38 0.44 0.38
0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20
27.98 20.73 20.48 23.41 17.76 7.29 17.05 13.26 50.09 42.97
11.67 245.79 7.99 215.97 7.22 206.55 10.72 219.80 7.22 230.46
39.65 266.52 28.47 239.38 24.98 213.84 27.77 233.05 57.31 273.43
0.87 0.68 0.88 0.69 0.87 0.67 0.84 0.68 0.94 0.70
58.20 84.78 58.20 84.78 58.20 84.78 58.20 84.78 58.20 84.78
26.59 10.88 33.17 11.68 36.18 12.60 33.72 11.90 20.80 10.69
0.52 2.10 0.32 2.48 0.22 2.71 0.52 2.73 0.31 2.74
Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali
1.60 6.50 0.70 9.00 0.70 9.80 0.60 10.00 0.70 11.20
2.40 7.60 0.70 10.00 0.70 10.80 0.60 11.00 0.70 12.20
0.80 0.80 0.50 1.10 0.50 1.30 0.40 1.20 0.50 1.20
0.20 0.50 0.20 0.50 0.20 0.50 0.20 0.50 0.20 0.50
1.00 1.30 0.70 1.60 0.70 1.80 0.60 1.70 0.70 1.70
0.40 0.42 0.00 0.31 0.00 0.28 0.00 0.29 0.00 0.29
0.00100 0.00009 0.00100 0.00009 0.00100 0.00009 0.00100 0.00009 0.00100 0.00009
0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025
1.54 5.47 0.35 10.28 0.35 13.21 0.24 12.42 0.35 13.86
2.00 9.17 0.49 15.20 0.49 18.54 0.36 17.85 0.49 19.89
0.46 0.66 0.21 0.91 0.21 1.06 0.17 0.99 0.21 1.01
0.60 1.11 0.29 1.34 0.29 1.48 0.26 1.43 0.29 1.45
0.76 0.29 0.44 0.36 0.44 0.40 0.39 0.38 0.44 0.38
0.90 0.41 0.55 0.47 0.55 0.50 0.51 0.48 0.55 0.49
1.16 1.59 0.15 3.68 0.15 5.23 0.09 4.72 0.15 5.34
1.80 3.76 0.27 7.07 0.27 9.21 0.18 8.64 0.27 9.74
Aman Luber, perlu dinormalisasi Luber, perlu dinormalisasi Aman Luber, perlu dinormalisasi Aman Luber, perlu dinormalisasi Aman Luber, perlu dinormalisasi Aman
34 35 36 37
Sal.Perum Green Rark Regency 1 Sal.Perum Green Rark Regency 2 Sal.Perum Green Rark Regency 3 Sal. Sekardangan (R10)
T T S P
61.35 32.55 1.30 4.37
61.35 32.55 95.20 366.80
0.49 0.49 0.49 0.49
948.16 1147.77 122.27 351.44
948.16 1147.77 1270.04 5673.40
391.83 390.00 108.56 192.68
0.71 0.89 0.85 0.35
0.20 0.20 0.20 0.20
32.96 32.81 9.13 16.21
22.13 21.50 24.93 268.22
55.10 54.31 34.06 284.43
0.83 0.83 0.73 0.68
58.20 58.20 74.25 84.78
21.36 21.56 37.55 10.42
1.49 0.80 3.56 3.54
Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali
1.50 2.10 2.10 13.00
1.90 3.10 3.10 14.80
0.80 1.00 0.90 1.00
0.20 0.20 0.30 0.50
1.00 1.20 1.20 1.50
0.20 0.42 0.42 0.60
0.00100 0.00100 0.00100 0.00009
0.025 0.025 0.025 0.025
1.33 2.52 2.23 13.60
1.70 3.12 3.12 20.85
0.42 0.59 0.55 0.89
0.54 0.73 0.77 1.36
0.71 0.89 0.85 0.35
0.84 1.03 1.06 0.47
0.95 2.24 1.89 4.79
1.43 3.20 3.32 9.77
Luber, perlu dinormalisasi Aman Luber, perlu dinormalisasi Aman
38 39 40 41 42 43 44 45
Sal.Perum Dadungan Asri Barat Sal. Sekardangan (R11) Sal.Bumi Intan Sal. Sekardangan (R12) Sal.Graha Bumi Pertiwi Sal. Sekardangan (R13) Sal. Citraloka Residence Sal. Sekardangan (R14)
T P T P T P T P
7.02 5.20 10.18 9.01 103.79 19.85 6.40 20.19
7.02 379.02 10.18 398.21 103.79 521.84 6.40 548.42
0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49 0.49
176.77 278.68 245.50 392.21 1354.98 378.37 203.08 737.70
176.77 5952.08 245.50 6344.29 1354.98 6722.66 203.08 7460.36
132.40 238.67 388.17 222.79 200.00 472.43 175.22 326.96
0.66 0.40 0.31 0.35 1.06 0.33 0.19 0.43
0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20
11.14 20.08 32.65 18.74 16.82 39.74 14.74 27.51
4.48 246.10 13.41 299.17 21.34 337.15 17.46 288.56
15.62 266.18 46.07 317.91 38.16 376.90 32.20 316.07
0.87 0.68 0.87 0.68 0.78 0.69 0.79 0.69
58.20 84.78 58.20 84.78 58.20 84.78 58.20 84.78
49.49 10.89 24.06 9.67 27.28 8.63 30.55 9.71
0.41 3.84 0.29 3.57 3.01 4.24 0.21 4.98
Pas.batu Kali Pas.batu Kali Pas.batu Kali Tanah Pas.batu Kali Tanah Pas.batu Kali Tanah
1.20 6.25 0.45 9.20 4.00 10.00 0.30 15.00
1.50 15.70 0.45 11.00 5.00 14.00 0.30 19.60
0.80 1.55 0.25 2.00 1.10 1.70 0.10 2.50
0.20 0.50 0.20 0.50 0.20 0.50 0.20 0.50
1.00 2.05 0.45 2.50 1.30 2.20 0.30 3.00
0.15 2.30 0.00 0.36 0.38 0.91 0.00 0.77
0.00100 0.00009 0.00100 0.00009 0.00100 0.00009 0.00100 0.00009
0.025 0.025 0.025 0.035 0.025 0.035 0.025 0.035
1.06 15.22 0.11 19.84 4.87 19.63 0.03 42.29
1.35 22.50 0.20 25.25 5.85 26.40 0.09 51.90
0.37 1.08 0.12 1.47 0.77 1.34 0.06 1.99
0.48 1.60 0.21 1.88 0.92 1.81 0.18 2.44
0.66 0.40 0.31 0.35 1.06 0.33 0.19 0.43
0.77 0.52 0.45 0.42 1.20 0.40 0.40 0.49
0.69 6.14 0.03 7.01 5.15 6.52 0.01 18.22
1.05 11.77 0.09 10.48 7.00 10.69 0.04 25.63
Aman Aman Luber, perlu dinormalisasi Aman Aman Aman Luber, perlu dinormalisasi Aman
LAPORAN AKHIR FASILITASI PENYUSUNAN MASTER PLAN DAN DED SISTEM DRAINASE KABUPATEN SIDOARJO
IV - 33
BIODATA PENULIS
Penulis adalah Karya Siswa dari Kementrian Pekerjaan
Umum.
Penulis
bekerja di
Dinas
Pekerjaan Umum Ciptan Karya dan Tata Ruang Kabupaten Sidoarjo sejak tahun 2009. Tempat lahir penulis bukan di Kabupaten Sidoarjo melainkan di Kalianda – Lampung Selatan pada tanggal 16 September 1984. Pendidikan formal yang telah ditempuh adalah TK Pertiwi Kalianda, SDN 1 Trosobo Sidoarjo, SLTPN 1 Taman Sidoarjo, SMUN 1 Taman Sidoarjo dan terkahir program S1 di Jurusan teknik Arsitektur Fakultas teknik Sipil dan Perencanaan ITS Surabaya. Penulis sangat menyukai hal baru dan menyukai tantangan. Inovasi pada bidang infrastruktur ke-PUan menjadi motivasi penulis dalam menempuh program S2 ini. JIka tertarik dengan tema yang diangkat penulis dalam tesis ini silahkan menghubungi penulis via email ke
[email protected].
107