1
POTENSI MIKROB KAYA SELENIUM TERHADAP AKTIVITAS GLUTATION PEROKSIDASE DAN HIPERPLASIA AMBING TIKUS
ANIZA YUARNI
PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
2
ABSTRAK ANIZA YUARNI. Potensi Mikrob Kaya Selenium terhadap Aktivitas Glutation Peroksidase dan Hiperplasia Ambing Tikus. Dibimbing oleh I MADE ARTIKA dan NOVIK NURHIDAYAT. Kanker payudara merupakan masalah kesehatan utama dan penyebab kematian kedua pada wanita. Di Indonesia, angka kematian akibat kanker payudara cenderung meningkat setiap tahun. Selenium (Se) merupakan senyawa mikro esensial yang memiliki fungsi penting dalam berbagai reaksi biokimia, diantaranya sebagai kofaktor glutation peroksidase (GPx). Enzim ini berfungsi sebagai pemburu radikal bebas sehingga dapat menghambat pertumbuhan kanker. Khamir dan bakteri termofil yang hidup di daerah vulkanis memiliki kandungan Se tinggi karena merupakan “mikrob akumulator Se”. Sebanyak 30 ekor tikus putih betina berumur 40 hari dibagi 3 kelompok. Selama 12 hari diaklimatisasi, kelompok 2 dicekok ekstrak Se-bakteri, kelompok 3 ekstrak Se-khamir, sedangkan kelompok 1 hanya air karena merupakan kontrol. Umur 50 hari, tikus disuntik karsinogen N-metil-N-nitrosourea (MNU) 50 mg/kg BB secara intraperitonial, lalu perlakuan dilanjutkan. Pengukuran bobot badan serta analisis GPx plasma tikus dilakukan secara periodik. Setelah 9 minggu, tikus dibunuh untuk analisis histopatologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas GPx tikus yang diberi ekstrak bakteri maupun khamir lebih rendah dibandingkan kontrol. Analisis histopatologi menunjukkan tidak ada asosiasi antar perlakuan terhadap jumlah kelenjar dan indeks mitosis. Simpulan penelitian ini ialah suplementasi ekstrak mikrob kaya-Se berpengaruh nyata terhadap aktivitas GPx, namun tidak berpengaruh terhadap hiperplasia ambing tikus.
3
ABSTRACT ANIZA YUARNI. Potency of Rich-Selenium Microbe in Glutathione Peroxidase Activity and Mammary Rat Hyperplasia. Under the direction of I MADE ARTIKA and NOVIK NURHIDAYAT. Breast cancer is a major public health problem and the second death causing in women. In Indonesia, the death rate due to the incidence of breast cancer increases every year. Selenium (Se) is an essential trace element which has many important roles in biochemical reaction; one is as co-factor of glutathione peroxidase (GPx). The function of this enzyme is as a free-radical scavenger which may inhibit cancer development. Yeast and thermopiles bacteria living in volcanic area have high level of selenium; it is because they are “accumulator Se microbes”. As much as 30 female rats at 40 days of age were divided into three groups. During 12 days acclimatized, the 2nd group was fed orally with Se-rich bacteria extract, the 3rd group was fed orally with Se-rich yeast extract, but the 1st group was only fed orally with water because it is a control group. At 50 days of age, all of rats were injected intraperitoneally with N-methyl-N-nitrosourea (MNU) carcinogen at single dose of 50 mg/kg BW; then the experiment continued. Body weight and plasma GPx analysis were monitored periodically. After 9 weeks, all rats were sacrificed for histopathological examination. The result showed that the GPx activity of rats which fed orally with both Se-rich bacteria and yeast extract was lower than control rats. Histopathological analysis showed that there were no association within groups in quantity of gland and mitotic index. The conclusion of this research is supplementation of Se-rich microbe extract had significant influences in GPx activity, but had no significant influences in hyperplasia of mammary rats.
4
POTENSI MIKROB KAYA SELENIUM TERHADAP AKTIVITAS GLUTATION PEROKSIDASE DAN HIPERPLASIA AMBING TIKUS
ANIZA YUARNI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Biokimia
PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
5
Judul Skripsi : Potensi Mikrob Kaya Selenium terhadap Aktivitas Glutation Peroksidase dan Hiperplasia Ambing Tikus Nama : Aniza Yuarni NIM : G44102049
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. I Made Artika, M.App.Sc. Ketua
Dr. Novik Nurhidayat Anggota
Diketahui Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S. NIP. 131 473 999
Tanggal Lulus:
6
PRAKATA Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains pada Program Studi Biokimia FMIPA IPB. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2006 hingga Januari 2007 bertempat di Laboratorium Biosistematika dan Genetika Mikrob Bidang Mikrobiologi Pusat Penelitian Biologi LIPI-Bogor serta di Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB dengan judul Potensi Mikrob Kaya Selenium terhadap Aktivitas Glutation Peroksidase dan Hiperplasia Ambing Tikus. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. I Made Artika, M.App.Sc selaku pembimbing utama, Dr. Novik Nurhidayat selaku pembimbing kedua, serta drh. Bambang Pontjo P, MS., PhD selaku ahli patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB; rekan seperjuangan Andri Permata Sari; Ir. Sri Hartin Rahaju, Ratih Mellina Dewi, S.Si, Esti Dwi Rahayu,S.Si, Pak Indarto, Mas Yogy, Pak Kasnadi, Pak Endang, Pak Soleh, serta seluruh staf maupun peneliti Bidang Mikrobiologi LIPI dan Departemen Patologi FKH-IPB atas bimbingan dan kerjasama yang sangat baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada sahabat: Meta, Rita, Andri, Fitri, Bugi, Nita, Iren, Ika, Adel; atas semua bantuan dan semangat yang diberikan untuk penulis. Tidak lupa pula penulis sampaikan terima kasih yang tulus dan tak hingga kepada keluarga tercinta: mama, papa, kak Sari, Dery, Erma, serta Heru atas kasih sayang, doa, dan dukungannya yang tiada henti. Hidup menjadi lebih berarti dengan kehadiran kalian semua. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik dari berbagai pihak. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bogor, Januari 2007
Aniza Yuarni
7
RIWAYAT HIDUP Penulis yang bernama lengkap Aniza Yuarni dilahirkan pada tanggal 31 Agustus 1984 di Jakarta dari bapak Drs. H. Gunarwan, MM dan ibu Hj. Siti Latifah, S.Sos. Penulis merupakan putri kedua dari empat bersaudara. Tahun 2002, penulis yang merupakan lulusan SMUN 47 Jakarta diterima di Program Studi Biokimia IPB melalui ujian Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada tahun 2005, penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi, Kebun Raya Bogor. Selama kuliah, penulis pernah menjabat sebagai Staf Departemen Pengembangan Bahasa Inggris di Ikatan Mahasiswa Kimia (IMASIKA) IPB periode 2003/2004, menjadi asisten praktikum Biologi Dasar untuk mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) pada tahun ajaran 2005/2006 dan asisten Biokimia Fisik untuk mahasiswa S1 Biokimia pada tahun ajaran 2005/2006, menjadi panitia di berbagai kegiatan kampus, serta mengikuti berbagai seminar yang diadakan di kampus.
8
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
ix
PENDAHULUAN ...........................................................................................
1
TINJAUAN PUSTAKA Kanker Payudara ...................................................................................... Bakteri Termofil ....................................................................................... Khamir ..................................................................................................... Selenium ................................................................................................... Glutation Peroksidase ............................................................................... N-metil-N-nitrosourea ..............................................................................
1 2 3 3 4 4
BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat ......................................................................................... Metode ...................................................................................................... Analisis Statistik ......................................................................................
5 5 7
HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteri Termofil dan Khamir ................................................................... Produksi Biomassa dan Ekstraksi Pelet ................................................... Pencekokan Ekstrak Mikrob Kaya-Se ..................................................... Pengambilan Sampel Darah Tikus dan Analisis GPx .............................. Histopatologi ............................................................................................
7 7 8 8 9
SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 10 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 11 LAMPIRAN ...................................................................................................... 13
9
DAFTAR TABEL Halaman 1 Data statistik rerata aktivitas GPx ................................................................
9
2 Persentase skor jumlah kelenjar pada tiap perlakuan ................................... 10 3 Persentase skor indeks mitosis pada tiap perlakuan ..................................... 10
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Bagian payudara wanita dan penampang duktus normal .............................
2
2 Sel kanker pada kelenjar payudara wanita ...................................................
2
3 Bakteri termofil 14Ka ..................................................................................
7
4 Khamir 15b ..................................................................................................
7
5 Kebotakan pada tikus yang diberi Se-khamir ..............................................
8
6 Grafik hubungan antara hari pengambilan darah dengan nilai rerata aktivitas GPx (IU/mL) ...............................................................
9
7 Grafik hubungan antara hari pengambilan darah dengan nilai rerata bobot badan tikus (g) ..................................................................
9
10
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Proses umum penelitian .............................................................................. 14 2 Urutan basa Ha-ras dan c-Ki-ras ................................................................. 15 3 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H0 ...................... 16 4 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H1 ...................... 17 5 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H2 ...................... 18 6 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H3 ...................... 19 7 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H4 ...................... 20 8 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H5 ...................... 21 9 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H6 ...................... 22 10 Data bobot badan tikus saat pengambilan darah ......................................... 23 11 Data uji lanjut Beda Nyata Terkecil pada aktivitas GPx ............................ 24 12 Data uji lanjut Beda Nyata Terkecil pada bobot badan tikus H-0, 24, dan 48 ............................................................................................ 26 13 Analisis statistik bobot badan tikus H-12, 37, 62, dan 73 ........................... 26 14 Data nilai kuantitatif pada analisis histopatologi ........................................ 27 15 Hasil pengamatan histopatologi ambing tikus dengan pewarnaan Haematoxylin-Eosin (HE) ........................................................................... 29
1
PENDAHULUAN Saat ini, kanker masih merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Bagi wanita, kanker payudara merupakan masalah kesehatan yang utama dan merupakan penyebab kematian kedua. Setiap tahun, sekitar 910 000 orang di dunia menderita kanker payudara dan yang meninggal sekitar 376 000 orang. Di Indonesia, angka kematian akibat kanker payudara setiap tahunnya cenderung meningkat (Wijayakusuma 2004). Selama ini, cara yang umum digunakan untuk mengobati kanker ialah operasi dan kemoterapi, namun tidak semua orang mampu untuk itu. Oleh karena itu, pola pikir masyarakat yang semakin berkembang saat ini menuntut untuk kembali pada prinsip “mencegah lebih baik daripada mengobati”. Kanker merupakan sel yang pertumbuhannya tidak terkontrol dan dapat menyebar pada hampir semua jaringan tubuh. Kanker disebabkan oleh kerusakan genetik pada sel sehingga mencegah sel tersebut melakukan kontrol seperti layaknya sel normal. Kanker menyebar ketika sel yang terinduksi memperbanyak diri dengan cepat dan menyebabkan tumor pada derajat yang bervariasi. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa lebih dari 10 juta orang setiap tahunnya diperkirakan mengidap kanker (Abdullah, in press). Hal ini yang mendorong para ilmuwan untuk terus mencari senyawa alami, baik yang terdapat dalam tanaman maupun mikrob, yang memiliki efek chemopreventive (menghambat kanker) seperti senyawa yang mengandung Selenium (Se). Selenium merupakan senyawa mikro esensial yang dibutuhkan dalam tubuh karena memiliki fungsi penting dalam berbagai reaksi biokimia, salah satunya ialah sebagai sisi aktif dari enzim glutation peroksidase (GPx). Selenium yang terkandung dalam GPx berada dalam bentuk selenosistein. Enzim ini berfungsi sebagai pemburu radikal bebas dengan cara mereduksi senyawa peroksida sehingga dapat menurunkan radikal bebas dalam tubuh serta menghambat timbul dan berkembangnya kanker (Zaltzber 1999). Selenium memiliki sifat kimia yang mirip dengan sulfur (belerang). Kedua senyawa ini banyak terkandung di daerah gunung berapi, baik di dalam tanah vulkanis maupun di dalam kawahnya. Defisiensi Se dapat menyebabkan
terganggunya penglihatan, rendahnya kemampuan reproduksi, bahkan kematian dini. Kelebihan Se juga dapat menyebabkan keracunan. Oleh karena itu, Se harus dikonsumsi dengan kadar yang sesuai (Lobinski et al. 2000). Khamir dan bakteri termofilik yang hidup di daerah vulkanis memiliki kandungan Se yang tinggi karena keduanya merupakan “mikrob akumulator Se” sehingga dapat menyerap kandungan Se dari lingkungan dan mengakumulasinya. Pada penelitian ini, sejumlah tikus putih betina galur SpragueDawley yang diinduksi dengan N-metil-Nnitrosourea (MNU) akan dicekok ekstrak mikrob kaya-Se sebelum dan setelah induksi karsinogen hingga 9 minggu, lalu dilakukan pengukuran GPx plasma tikus setiap 12 hari dan analisis histopatologi sebagai parameter kanker. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak bakteri maupun khamir kaya-Se terhadap aktivitas glutation peroksidase serta gambaran hiperplasia ambing tikus putih betina galur Sprague-Dawley yang diinduksi dengan karsinogen MNU. Hipotesis penelitian ini ialah selenium yang terdapat dalam ekstrak mikrob kaya-Se berpengaruh terhadap aktivitas enzim GPx dan gambaran hiperplasia ambing tikus betina. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi ekstrak mikrob kaya-Se terhadap aktivitas GPx dan gambaran hiperplasia ambing tikus.
TINJAUAN PUSTAKA Kanker Payudara Tumor adalah pembengkakan di dalam tubuh yang disebabkan oleh perkembangbiakan sel-sel secara abnormal. Tumor yang bersifat jinak (benigna) tumbuh membesar, tetapi tidak menyebar atau menggerogoti jaringan tubuh lainnya. Tumor yang bersifat ganas (maligna) disebut kanker yang menyerang seluruh tubuh dan tidak terkendali. Sel-sel kanker berkembang dengan cepat. Sel-sel tersebut merusak dan menyerang jaringan tubuh melalui aliran darah dan pembuluh getah bening sehingga dapat tumbuh dan berkembang di tempat baru (Wijayakusuma 2004). Kanker payudara ialah suatu penyakit yang sel kankernya (malignan) ditemukan pada jaringan-jaringan payudara. Tiap
2
payudara memiliki 15-20 bagian yang disebut lobus, yang memiliki banyak bagian-bagian kecil yang disebut lobulus (kelenjar payudara, tempat diproduksinya susu). Tiap segmen dihubungkan dengan saluran tipis yang disebut duktus (Gambar 1). Kanker duktal, yang menyerang sel duktus, merupakan tipe kanker payudara yang paling umum. Kanker lobular dimulai dari lobus atau lobulus payudara (Hoffmann 2003). Kanker payudara (karsinoma payudara) sering terjadi pada wanita, meskipun pria juga dapat menderita kanker ini tetapi kasusnya jarang terjadi. Frekuensi kanker payudara relatif tinggi. Di negara maju merupakan yang terbanyak, sedangkan di Indonesia berada urutan kedua setelah kanker serviks uteri. Kanker ini lebih sering terjadi pada wanita berusia 40 tahun ke atas dan lebih banyak menyerang payudara sebelah kiri di bagian atas dekat lengan (Gambar 2) (Wijayakusuma 2004). Wanita yang termasuk golongan resiko tinggi terkena kanker payudara ialah yang memiliki keluarga yang menderita kanker payudara, wanita yang belum pernah hamil dan melahirkan serta tidak menyusui, kehamilan pertama terjadi setelah berumur 35 tahun, siklus menstruasi yang panjang (mendapat haid pertama kurang dari 12 tahun dan menopause lebih dari 50 tahun), pernah mendapat terapi hormon dalam jangka panjang, pernah mendapat radiasi pada payudara, mengalami trauma pada payudara, serta wanita yang sebelumnya pernah menderita karsinoma pada salah satu payudara, tumor jinak payudara, kanker endometrial, maupun kanker ovarium (Hoffmann 2003).
Gambar 1 Bagian-bagian payudara wanita dan penampang sel duktus normal.
Gambar 2 Kanker payudara pada wanita. Struktur payudara pada wanita memiliki kemiripan dengan struktur payudara mamalia lainnya. Pada penelitian pra-klinis kanker payudara, biasanya digunakan tikus putih sebagai hewan model, karena ambing tikus telah terbukti memiliki kemiripan morfologis dan genetik yang tinggi dengan manusia. Selain itu, tikus betina juga memiliki hormonhormon wanita, seperti estrogen dan progesteron, sehingga kondisi fisiologisnya juga memiliki kemiripan (Lu dan Archer 1992; Mehta dalam Mostböck 2003). Bakteri Termofil Secara umum, bakteri merupakan sel prokariotik yang khas, uniseluler dan di dalam sitoplasma tidak terdapat struktur yang terbatasi membran. Bakteri tergolong dalam kelas Schizomycetes (pemecahan dari fungi) dengan diameter sekitar 0.5-1.0 µm dan panjangnya 1.5-2.5 µm (Cliffon 1958). Bakteri memiliki tiga bentuk umum, yaitu kokus, basil, dan spiral. Dalam penataannya, bakteri dapat terlihat sebagai individu yang terpisah, dua individu yang saling melekat, atau beberapa individu saling melekat berbentuk rantai maupun anggur. Reproduksi utamanya dengan pembelahan biner sederhana, yaitu suatu proses aseksual (Pelczar dan Chan 1986). Pertumbuhan bakteri dapat dipengaruhi oleh enam faktor. Pertama, faktor nutrisi dalam bentuk zat-zat kimiawi meliputi karbon, nitrogen, belerang, unsur logam, vitamin, dan air. Kedua, suhu optimum yang diperlukan untuk pertumbuhan (T: ± 37 °C). Ketiga, pH optimum yang berkisar antara 6.87.0. Keempat, faktor oksigen meliputi aerob dan anaerob. Kelima, faktor zat kimia yang meliputi antiseptik, disinfektan, fenol, dan alkohol. Keenam, cahaya yang baik untuk pertumbuhan bakteri yaitu dalam keadaan gelap (Pelczar dan Chan 1986).
3
Berdasarkan suhu pertumbuhannya, bakteri dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu bakteri psikrofil yang dapat tumbuh pada suhu -3 °C hingga suhu 20 °C, bakteri mesofil yang dapat tumbuh pada suhu 13-45 °C, dan bakteri termofil yang tumbuh pada suhu 42-80 °C atau lebih. Bakteri yang memiliki suhu optimum pertumbuhan di atas 80 °C disebut bakteri hipertermofil (Edward 1990). Bakteri termofil tersebar luas di bumi dan dapat diisolasi dari berbagai lingkungan yang mendapat panas berkala seperti tanah, kompos, dan sejenisnya. Sementara itu, bakteri hipertermofil hanya tumbuh pada lingkungan yang sangat panas, termasuk sumber air panas serta gunung laut aktif yang lava dari gunung berapinya mengalir langsung ke dasar laut (Brock 1994). Menurut Ocampo (2005), bakteri termofil dapat hidup pada suhu yang ekstrim karena memiliki banyak protein disulfida oksidoreduktase (PDO), yaitu protein dengan banyak ikatan disulfida. Protein ini tidak ditemukan pada prokariot lain. Protein ini berperan dalam meningkatkan stabilitas dan ketahanan bakteri termofil terhadap panas. Selain itu, bakteri termofil juga memiliki extremozyme, yaitu enzim yang mampu bekerja pada suhu yang sangat tinggi. Asam amino pada ekstremozim ini memiliki trik khusus untuk mengencangkan pilinan dan mempertahankan struktur tiga dimensi pada suhu yang sangat panas, sementara asam amino pada enzim lain akan terurai dan tidak dapat bekerja lagi. Khamir Khamir merupakan mikroorganisme eukariotik uniseluler yang diklasifikasikan dalam kingdom Fungi. Suhu optimum pertumbuhannya ialah 20-30 °C dengan pH optimum 4,5-6,5. Khamir bersifat fakultatif, artinya dapat hidup pada keadaan aerobik maupun anaerobik, meskipun kebanyakan khamir bersifat aerobik. Khamir dapat bereproduksi secara seksual maupun aseksual, namun umumnya berkembang biak secara seksual (Kobayashi 1990). Pada umumnya, sel khamir lebih besar daripada bakteri, lebarnya sekitar 1-5 µm dan panjangnya 5-30 µm. Bentuknya dapat menyerupai telur (ovoid), bola (spheroid), silinder (cylindrical), lengkung (ogival), segitiga (triangular), botol (flask shapped), dan elips. Khamir tidak dilengkapi dengan flagela maupun alat gerak lain (Pelczar dan Chan 1986).
Khamir memiliki banyak kegunaan, diantaranya untuk menghasilkan produk berupa asam organik, alkohol, antibiotik, pigmen, vitamin, enzim, serta zat aditif pada pembuatan bahan pangan seperti roti, kue, dan keju. Khamir juga dapat berperan sebagai penghasil protein sel tunggal (PST) untuk dikonsumsi manusia dan sebagai pakan ternak (Landecker 1996). Khamir yang hidup pada daerah vulkanis yang kaya selenium mempunyai kemampuan untuk menyerap dan mengakumulasi Se (Beatriz 1997). Sebagian besar Se pada Sekhamir berada dalam bentuk selenometionin (85%) (Ip et al. 2000). Senyawa Se lainnya yang ditemukan ialah selenodiglutation, selenosistein, dan senyawa minor lainnya yang tidak teridentifikasi (Korhola, Vainio, Edelmann dalam Reed dan Tilak 1991). Khamir yang hidup di bawah defisiensi belerang dapat menggunakan selenium sebagai pengganti belerang karena adanya kemiripan antara metabolisme belerang dengan selenium pada khamir (Reed dan Tilak 1991). Suplementasi khamir kaya-Se dengan kadar Se organik yang tinggi mampu memperbaiki defisiensi Se pada masyarakat yang tinggal di wilayah dengan kadar Se rendah. Selain itu, suplementasi khamir kayaSe pada masyarakat juga mampu menurunkan hampir 50% kematian dan penyakit semua kanker (Clark et al. dalam Reed dan Tilak 1991). Selenium Selenium (Se) merupakan unsur mikro esensial bagi nutrisi hewan dan manusia. Selenium pertama kali ditemukan oleh Berzelius pada tahun 1917 sebagai senyawa yang toksik. Nama selenium berasal dari bahasa Yunani, yaitu selene, yang artinya bulan (http://www.vanderkroft.net/elements/ dalam El-Bayoumy 2004). Selenium merupakan senyawa yang berpotensi dalam melindungi manusia dari kanker. Makanan yang mengandung Se pada kadar yang mendekati toksisitas efektif dalam mereduksi beberapa tipe kanker pada hewan (Schrauzer et al. dalam Abdullah, in press). Selenium terdapat dalam bentuk organik (seperti selenometionin dan selenosistein) maupun anorganik (seperti selenit dan selenat). Penyerapan Se ke jaringan-jaringan organ sangat rendah, namun Se yang terikat dengan senyawa organik bergabung ke dalam jaringan tubuh tujuh kali lebih cepat dibandingkan dengan Se anorganik. Absorpsi
4
selenometionin dan selenit ialah 75% dan 45%. Penyerapan selenometionin oleh usus halus, cecum, dan kolon manusia lebih cepat secara nyata dibandingkan dengan penyerapan selenit anorganik (Robinson et al. dalam Reed dan Tilak 1991). Selenometionin adalah bentuk Se organik yang paling dominan pada khamir, bakteri, dan tanaman. Strukturnya mirip metionin, hanya saja gugus S pada metionin diganti dengan gugus Se. Sementara itu, selenosistein dibentuk dari hasil konversi selenometionin pada jaringan mamalia (Lobinski et al. 2000). Selenosistein (Sec) memiliki struktur yang serupa dengan sistein, dengan sebuah atom Se menggantikan sulfur (belerang). Protein yang mengandung selenosistein disebut selenoprotein. Selenoprotein dapat disubgolongkan menjadi lima kelompok berdasarkan lokasi selenosistein dalam polipeptida selenoprotein, yaitu glutation peroksidase (GPx), selenoprotein P, selenoprotein W dan R, tioredoksin reduktase (TrxR), serta iodotironin deiodinase (Abdullah, in press). Masyarakat yang tinggal di wilayah yang miskin-Se memiliki asupan Se yang rendah pula. Berdasarkan studi literatur dari http://www.exrx.net/Nutrition/Antioxidants/S elenium.html, defisiensi selenium dapat menyebabkan otot pegal, lemah, kehilangan pigmen rambut dan kuku, bahkan penyakit Keshan dan kanker. Sementara itu, toksisitas Se dapat menyebabkan nafas berbau bawang, kerontokan pada rambut dan kuku, serta kematian. Berdasarkan literatur yang didapat dari http://lpi.oregonstate.edu/infocenter/minerals/ selenium/, konsumsi Se yang dianjurkan bagi orang dewasa sebesar 55 µg/hari, sedangkan untuk wanita hamil sebesar 60 µg/hari dan wanita menyusui sebesar 70 µg/hari. Sementara itu, asupan Se yang dianjurkan bagi anak-anak berkisar 20-40 µg/hari, tergantung usianya. Rata-rata asupan Se di Amerika Serikat ialah sekitar 100 µg/hari, sedangkan dosis suplementasi untuk terapi ialah 200 µg/hari (Ip et al. 2000). Glutation Peroksidase Glutation peroksidase (GPx) merupakan suatu selenoenzim yang mampu mereduksi H2O2 dan peroksida lain dengan menggunakan glutation sebagai sumber elektronnya. Glutation (GSH) merupakan sebuah tripeptida yang disintesis dari asam amino glutamat, sistein, dan glisin. Glutation dapat menangkap
ROS (Reactive Oxygen Species) dan mereduksi tiol sistein pada protein, tetapi hal itu dapat menyebabkan glutation teroksidasi membentuk glutation radikal (GS*) yang merupakan prooksidan. Glutation radikal ini dapat bereaksi dengan GS* lainnya membentuk GSSG yang kemudian dapat direduksi kembali menjadi 2 molekul GSH oleh enzim glutation reduktase. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut: (Damdimopoulos 2003) 2GSH+H2O2
glutathion peroksidase
GS-SG+NADPH+H
+ glutation reduktase
GS-SG+2H2O 2 GSH+NADP+
Ada empat jenis GPx berbeda yang telah berhasil dijabarkan. Enzim GPx1 dan 4 merupakan yang paling banyak ditemukan pada hampir semua jaringan, keduanya terdapat pada protein mitokondria dan sitosol. Enzim GPx2 terutama diekspresikan pada jalur gastrointestinal, sedangkan GPx3 pada plasma darah (Damdimopoulos 2003). Selenium merupakan komponen integral dari glutation peroksidase (Rotruck et al. dalam Reed dan Tilak 1991). Tiap satu molekul GPx mengandung empat atom Se organik, sehingga membuat Se manjadi komponen penting dalam ketahanan tubuh untuk melawan efek degeneratif (Rayman dalam Junaedi 2003). Peran utama fisiologis dari GPx ialah mempertahankan kadar hidrogen peroksida yang rendah di dalam sel, sehingga menurunkan peluang kerusakan akibat radikal bebas. Enzim ini mengkatalisis reduksi lipid peroksida sebelum senyawa ini dapat menyerang membran seluler. Enzim ini mampu mereduksi peroksida berbeda yang dihasilkan sistem biologis (Reed dan Tilak 1991). N-metil-N-nitrosourea N-metil-N-nitrosourea (MNU) merupakan karsinogen yang terkarakteristik dengan baik yang menginduksi adenokarsinoma pada kelenjar payudara tikus dengan spesifisitas tinggi. Model ini telah terbukti memiliki persamaan dengan kanker payudara pada manusia (Mehta dalam Mostböck 2003). Sebuah dosis tunggal MNU yang diberikan pada tikus yang belum dewasa (umur 50 hari) sudah cukup efektif untuk menginduksi tumor ini. Karsinogen MNU memiliki waktu paruh kurang dari 1 jam di bawah kondisi fisiologis, sehingga efek mutageniknya terjadi dalam waktu singkat setelah administrasinya (Lu dan Archer 1992). Mekanisme induksi dan progresi tumor tetap belum dipahami sepenuhnya. Onkogen
5
Ha-ras, yang diaktivasi oleh mutasi G → A pada nukleotida kedua dari kodon 12 sehingga menyebabkan transisi Gly → Glu, ditemukan lebih dari 85% pada tumor. Gen Ha-ras diaktivasi selama inisiasi karsinogenesis. Gen Ha-ras yang teraktifasi ini telah terlihat pada DNA kelenjar payudara hanya dalam waktu 2 minggu setelah injeksi MNU (Lu dan Archer 1992). Selain itu, administrasi MNU dapat pula menyebabkan aktivasi onkogen c-Ki-ras dengan adanya mutasi titik G-35 → A-35 yang spesifik pada kodon ke-12 sehingga menyebabkan substitusi normal glisin dengan asam aspartat (Mostböck 2003).
akuades. Media disterilisasi dengan otoklaf bersuhu 121 °C pada tekanan 2 atm selama 15 menit, lalu dimiringkan hingga beku (Genhardt 1994). Isolat khamir 15 b dalam stok biakan diremajakan dalam tabung reaksi metode agar miring pada media ekstrak malt dan ragi (media YM) padat dengan komposisi sebanyak 3 g ekstrak malt, 20 g bacto agar, 5 g bacto peptone, 3 g ekstrak ragi, dan 10 g glukosa dalam 1000 mL akuades. Biakan dalam agar miring diinkubasi pada suhu ruang selama 2 hari (Genhardt 1994). Pembuatan Starter serta Biomassa Bakteri dan Khamir
BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah 30 ekor tikus putih betina galur Sprague-Dawley (SD) yang bebas patogen, pakan tikus standar, isolat bakteri termofil 14Ka, isolat khamir 15b, MNU (metilnitrosourea), eter, BNF 10% (buffer normal formalin), alkohol (70%, 80%, 90%, 96%, dan absolut), xylol, parafin, pewarna hematoksilin-eosin (HE), Vermount, bacto peptone, bacto agar, tripton, NaCl, K2HPO4, KH2PO4, ekstrak malt, ekstrak ragi, glukosa, streptomisin, Na2SeO3, enzim protease XIV, K3EDTA, buffer K-fosfat pH 7, EDTA 5.0 mM, GSH 10.0 mM, NADPH 1.6 mM, GSSG reduktase 2.5 U/mL, NaN3 10.0 mM, H2O2 4.0 mM, EDTA 0.1 mM, akuabides, dan akuades. Sementara itu, alat-alat yang dipakai ialah alat suntik, gunting steril, silet, pinset, pisau bedah, kaset tissue, alat tissue processor automatis, vortex, rotary microtom, kuvet, spektrofotometer UV-VIS, tabung reaksi, erlenmeyer, ose, tabung sentrifus, sentrifus, otoklaf, inkubator, oven, bunsen, shaker, neraca analitik, mikropipet, pipet tetes, kaca objek, kaca preparat, serta mikroskop cahaya. Metode Peremajaan Bakteri dan Khamir Peremajaan bakteri 14Ka dilakukan dengan metode agar miring dalam media heterotrof padat dan diinkubasi selama 1 hari dalam oven bersuhu 50 °C. Media heterotrof padat dibuat dengan komposisi sebanyak 15 g bacto peptone, 3 g tripton, 5 g NaCl, 2.5 g K2HPO4, serta 10 g bacto agar dalam 1 L
Produksi
Pembuatan starter bakteri dilakukan dengan memindahkan sebanyak 1 ose biakan dari agar miring ke dalam 25 mL media heterotrof tanpa penambahan agar (media cair), lalu diinkubasi selama 2 hari dalam oven bersuhu 50 °C. Pembuatan starter khamir dilakukan dengan prosedur yang sama, namun media yang digunakan ialah YM cair dan inkubasi dilakukan pada suhu ruang sambil digoyang dengan shaker (Genhardt 1994). Produksi biomassa bakteri dilakukan dengan memasukkan starter bakteri ke dalam 225 mL media heterotrof cair + Na2SeO3 1 ppm dan diinkubasi selama 5 hari dalam oven 50 °C. Biakan lalu disentrifus dengan kecepatan 12000 rpm selama 6 menit. Supernatannya dibuang dan pelletnya dibuat ekstrak. Produksi biomassa khamir dilakukan dengan cara yang sama dengan bakteri, namun media yang digunakan ialah YM cair + Na2SeO3 1 ppm dan inkubasi dilakukan selama 2 hari sambil digoyang dengan shaker pada suhu ruang (Genhardt 1994). Pembuatan Ekstrak Se-Bakteri dan SeKhamir Ekstrak bakteri dan khamir kaya-Se dibuat menggunakan gabungan metode ekstraksi air panas dan enzimatik. Pertama, pelet bakteri maupun khamir ditambahkan akuabides dengan perbandingan 1:5, lalu direbus dalam air mendidih selama 1 jam. Setelah dingin, ditambahkan enzim protease XIV dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang, lalu disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Supernatannya diambil sehingga diperoleh ekstrak kaya-Se yang bebas sel (Uden et al. dalam Ip et al. 2000).
6
Pemeliharaan dan Perlakuan Terhadap Tikus Sebanyak 30 ekor tikus putih betina galur Sprague-Dawley berumur 40 hari dibeli dari Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) dan dibagi menjadi 3 kelompok (masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor tikus), lalu diaklimatisasi selama 12 hari pada suhu kamar (± 22 °C), kelembaban 50%, 12 jam siklus terang-gelap, serta bebas mendapatkan minum dan pakan standar. Selama aklimatisasi, kelompok 2 dicekok dengan ekstrak Sebakteri termofil dan kelompok 3 dicekok dengan ekstrak Se-khamir, masing-masing dengan dosis 0.004 µg Se/g BB tikus setiap hari. Sementara itu, kelompok 1 hanya dicekok dengan air karena merupakan kontrol. Pada umur 52 hari, semua tikus disuntik dengan MNU (metil nitrosourea) secara intraperitonial dengan dosis 50 mg/kg bobot badan, lalu perlakuan dilanjutkan seperti saat aklimatisasi hingga 9 minggu. Selama perlakuan, setiap minggu semua tikus diukur bobot badannya serta diambil sampel darahnya untuk analisis glutation peroksidase (GPx). Setelah 9 minggu, semua tikus dibius dengan eter dan dibedah untuk pengambilan ambing, kemudian dilakukan analisis histopatologi (Ip et al. 2000; Roomi et al. 2005). Pengambilan Sampel Darah Sampel darah tikus diambil melalui vena ekor menggunakan alat suntik, lalu darah dikumpulkan dalam eppendorf yang sebelumnya telah dimasukkan dengan K3EDTA 1 mg/mL darah untuk mencegah darah menggumpal. Setelah itu, disentrifus dengan kecepatan 2600 rpm selama 15 menit. Plasmanya kemudian diambil dengan mikropipet dan disimpan pada suhu 4 °C untuk digunakan dalam pengukuran aktivitas GPx (Bogdanska et al. 2003). Pengukuran Aktivitas Peroksidase (GPx)
Glutation
Sebanyak 5 µL supernatan (plasma tikus) dimasukkan ke dalam kuvet dan diencerkan 100x dengan buffer fosfat tanpa EDTA. Setelah itu, ditambahkan buffer fosfat 1x pH 7.0 (mengandung EDTA 5.0 mM) sebanyak 0.5 mL, GSH 10.0 mM sebanyak 0.1 mL, NADPH 1.6 mM sebanyak 0.1 mL, GSSGreduktase 2.5 U/mL sebanyak 0.1 mL, dan NaN3 10.0 mM sebanyak 0.1 mL. Sesaat sebelum pengukuran, ditambahkan H2O2 4.0
mM sebanyak 0.1 mL. Serapan NADPH diukur setiap 1 menit selama 5 menit pada panjang gelombang 340 nm. Untuk blanko, plasma darah tikus diganti dengan buffer fosfat tanpa EDTA (Calzyme Laboratory 1997). Nekropsi, Pengambilan Fiksasi Ambing Tikus
Sampel,
dan
Semua tikus yang telah mati dikuliti dari torak sampai pubis, lalu kulit disekitar perut diambil dan dimasukkan ke dalam plastik berlabel yang berisi BNF 10% untuk proses fiksasi. Setelah matang, kulit yang ada ambingnya dipotong dan dimasukkan ke dalam kaset tissue berlabel. Dehidrasi, Penjernihan, dan Pencucian Sampel Kaset tissue yang berisi sampel dimasukkan ke dalam keranjang dan ditempatkan pada alat tissue-processor otomatis. Proses dehidrasi pada alat ini dilakukan secara bertingkat dengan alkohol 70%, alkohol 80%, alkohol 90%, alkohol 96%, alkohol absolut 1, dan alkohol absolut 2 masing-masing selama 2 jam. Setelah itu, dilakukan penjernihan dengan xilol 1, xilol 2, dan xilol 3 masing-masing selama 40 menit. Pencucian sampel dilakukan dengan merendam sampel dalam xilol, alkohol absolut, dan akuades. Kaset tissue yang berisi sampel kemudian dikeluarkan dari alat untuk proses embedding (ditanam dalam parafin). Embedding dan Pemotongan Proses embedding dilakukan dengan memasukkan parafin cair ke dalam cetakan sebanyak ¼ volume, lalu potongan kulit dimasukkan secara vertikal (ambing menghadap ke samping) hingga menyentuh dasar cetakan. Setelah itu, cetakan dipenuhi dengan parafin cair dan dilabel. Parafin dibiarkan membeku di atas freezer selama beberapa menit, kemudian dilepas dari cetakan. Parafin beku yang berisi sampel dipotong tipis setebal 4-5 µm dengan rotary microtom hingga permukaan parafin rata dan potongan ambing mulai terlihat, lalu dipotong kembali setebal 1µm. Hasilnya diletakkan di atas permukaan air yang dipanaskan hingga suhu 40 °C. Potongan jaringan kemudian diletakkan pada preparat dan dikeringkan dalam inkubator bersuhu 56 °C selama minimal 2 jam.
7
Pewarnaan Jaringan dan Mounting Potongan jaringan yang telah kering kemudian dideparafinisasi (penghilangan parafin) dengan cara direndam dalam xilol 1, xilol 2, dan alkohol absolut masing-masing selama 2 menit, lalu direhidrasi dengan alkohol 95%, alkohol 80%, dan air kran masing-masing selama 1 menit. Setelah itu diwarnai dengan Mayer’s Haematoxylin selama 5 menit dan dilakukan pencucian dengan air kran mengalir selama 30 detik, kemudian direndam dalam litium karbonat selama 15-30 detik dan dicuci lagi dengan air kran selama 2 menit. Potongan jaringan kemudian diwarnai dengan eosin selama 3 menit dan dicuci dengan air kran selama 60 detik, lalu dicelupkan ke dalam alkohol 95% dan absolut 1 masing-masing sebanyak 10 kali, alkohol absolut 2 selama 2 menit, xilol 1 selama 1 menit, serta xilol 2 selama 2 menit. Setelah proses pewarnaan selesai, kaca preparat dikeringkan dan diteteskan dengan zat perekat (vermount), kemudian ditutup dengan kaca objek dan diamati dengan mikroskop cahaya. Analisis Statistik
dalam penelitian ini berasal dari daerah vulkanis. Pada penelitian terdahulu, telah dilakukan isolasi dan seleksi mikrob dari sumber air panas serta tanah vulkanis di pegunungan Kerinci, Rinjani, dan Tana Toraja. Hasilnya menunjukkan bahwa bakteri termofilik 14Ka yang berasal dari sumber air panas Gao Lulu, Sumurup, di Pegunungan Rinjani serta khamir 15b yang berasal dari tanah vulkanis Ulu Jernih, Gunung Tujuh, di Pegunungan Kerinci merupakan mikrob yang paling baik dalam mengakumulasi Se dari lingkungannya (Prasetyo 2006, Yogatama 2006).
Gambar 3 Bakteri termofil 14Ka (perbesaran 100x).
Data pengukuran aktivitas enzim dan bobot badan tikus diuji normalitasnya dengan metode Saphiro-Wilk dan dianalisis secara statistik menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL). Metode rancangan tersebut adalah: Yij = µ + τi + εij Keterangan: µ = pengaruh rataan umum τ = pengaruh perlakuan ke-i, i = 1,2,3 εij = pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j, j = 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 i = 1 adalah perlakuan yang hanya dicekok air (kontrol) i = 2 adalah perlakuan yang dicekok Sebakteri i = 3 adalah perlakuan yang dicekok Sekhamir Perbedaan pengaruh perlakuan diuji dengan ANOVA serta uji lanjut dengan Beda Nyata Terkecil (BNT).
HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteri Termofil dan Khamir Bakteri termofil 14Ka (Gambar 3) dan khamir 15b (Gambar 4) yang digunakan
Gambar 4 Khamir 15b (perbesaran 100x). Produksi Biomassa dan Ekstraksi Pelet Penambahan Na2SeO3 1 ppm pada media heterotrof dan YM cair saat produksi biomassa bertujuan untuk meningkatkan kadar Se dalam mikrob tersebut. Natrium selenit bersifat toksik, namun mikrob ini memiliki enzim metil selenotransferase sehingga mampu mengubah Se inorganik yang toksik menjadi Se organik non toksik, sehingga tidak berbahaya untuk suplementasi hewan maupun manusia. Bakteri termofilik dan khamir yang telah dipanen kemudian diekstrak dengan metode modifikasi air panas dan enzim. Berdasarkan penelitian Ip et al. (2000), selenium yang diperoleh dari ekstraksi menggunakan air panas hanya sekitar 10%, sedangkan dengan ekstraksi menggunakan enzim protease XIV
8
mencapai lebih dari 80%. Oleh karena itu dilakukan modifikasi metode dengan harapan agar hasilnya lebih optimal. Pencekokan Ekstrak Mikrob Kaya-Se Tikus dewasa memiliki kecenderungan terkena kanker ambing secara alami. Oleh karena itu, pada penelitian digunakan tikus betina galur Sprague-Dawley yang masih remaja dan umurnya seragam (Parikh et al. 2005). Saat aklimatisasi, tikus mulai dicekok dengan ekstrak mikrob kaya-Se sesuai kelompoknya. Tujuannya ialah agar Se yang terdapat dalam ekstrak mampu menghambat pembentukan tumor ambing yang akan diinduksi oleh metil nitrosourea (MNU). Pemberian MNU hanya dilakukan satu kali, yaitu saat tikus berumur 52 hari. Menurut Kumar et al. dalam Lu dan Archer (1992), sebuah dosis tunggal MNU sebanyak 50 mg/Kg bobot badan sudah cukup untuk menginduksi tumor ambing dalam waktu 2 minggu. Pada penelitian, MNU diinjeksikan secara intraperitonial, yaitu melalui selaput diantara kulit dan rongga perut. Setelah itu, MNU akan masuk ke pembuluh darah dan langsung menyerang ambing tikus. Salah satu efek toksisitas MNU ialah dapat menyebabkan kerontokan rambut (Parikh et al. 2005). Dosis ekstrak mikrob kaya-Se yang dicekokkan ke tikus sebesar 0.004 µg Se/g BB. Hal ini berdasarkan suplementasi Se pada manusia dewasa di Amerika Serikat, yaitu sebesar 100 µg Se. Dengan asumsi rata-rata bobot badan manusia dewasa 50 kg, maka didapat dosis suplementasi Se sebesar 0.002 µg Se/g BB. Dosis ini dinaikan dua kali agar efek penghambatan pembentukan tumor lebih optimal. Beberapa tikus yang dicekok dengan ekstrak khamir mengalami kebotakan sekitar minggu ke-3 pencekokan (Gambar 5), sedangkan tikus yang dicekok dengan ekstrak bakteri mengalami kerontokan rambut. Hal ini diduga akibat toksisitas selenium, sehingga dosis cekokan ekstrak dikurangi setengah, yaitu menjadi sebesar 0.002 µg/g BB. Rambut tikus-tikus ini sudah tumbuh kembali pada minggu ke-6 pencekokan. Sementara itu, salah satu tikus kontrol juga sedikit mengalami kebotakan sekitar hari ke48 setelah injeksi MNU, sedangkan beberapa tikus kontrol lainnya sedikit mengalami kerontokan. Hal ini diduga akibat toksisitas MNU.
Gambar 5
Kebotakan pada tikus yang dicekok Se-khamir.
Pengambilan Sampel Darah Tikus dan Analisis GPx Pengambilan sampel darah tikus untuk analisis GPx dilakukan secara berkala setiap 12 hari, dimulai dari sebelum injeksi MNU (H0) hingga 73 hari setelah injeksi MNU (H6). Selang waktu 12 hari ini bertujuan agar kondisi fisiologis tikus tetap stabil. Saat pengambilan darah, bobot badan tikus juga ditimbang untuk melihat perkembangannya selama penelitian. Pengukuran aktivitas GPx plasma tikus dilakukan dengan mereaksikan plasma dengan buffer, GSH, NADPH, GSSG-reduktase, NaN3 dan H2O2. Substrat GSH akan mereduksi H2O2 dengan bantuan enzim GPx yang ada di plasma, sehingga terbentuk glutation radikal (GS*) yang akan bereaksi dengan sesamanya membentuk GSSG. Senyawa ini akan direduksi kembali menjadi GSH dengan bantuan NADPH dan GSSGreduktase (Damdimopoulos 2003). Serapan NADPH pada panjang gelombang 340 nm diukur setiap 1 menit selama 5 menit. Radikal bebas H2O2 diberikan tepat sebelum pengukuran agar serapan NADPH pada awal reaksi (menit ke-0) dapat diukur sebelum H2O2 tereduksi dan NADPH terpakai. Aktivitas GPx diukur berdasarkan laju penurunan serapan NADPH tiap menit, yang berbanding terbalik dengan aktivitas GPx. Semakin besar penurunan serapan NADPH, maka semakin besar aktivitas GPx. Rumusnya sebagai berikut: (IBL dalam Sudihartini 2003) =
− ∆A340 / men voltotal . . Fp x volGPx
= nmol men-1 mL-1 = IU mL-1 Keterangan : x = koefisien ekstingsi molar NADPH pada panjang gelombang 340 nm = 6220 M-1 cm-1 = 6,22 10-3 mL nmol-1 cm-1
9
2200 2100 2000 1900 1800 1700 1600 1500 1400 1300 1200 1100 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
Uji ANOVA pada aktivitas GPx menunjukkan ada perbedaan nyata pada selang kepercayaan 95%, baik antar kelompok perlakuan maupun antar pengambilan darah (Tabel 1). Artinya suplementasi ekstrak mikrob kaya-Se pada tikus berpengaruh nyata terhadap aktivitas GPx. Sementara itu, rerata bobot badan tikus setiap periode pengambilan darah cenderung meningkat (Gambar 7), namun uji ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata, baik antar kelompok maupun antar pengambilan darah. Hal ini menunjukkan bahwa suplementasi Se tidak berpengaruh terhadap bobot badan tikus, dan bobot badan tidak berpengaruh terhadap aktivitas GPx. Tabel 1 Data statistik rerata aktivitas GPx Penga mbilan darah ke-
Rerata aktivitas GPx (IU/mL) pada tiap perlakuan Kontrol 54,96±46,33 78,51±30,82
0 1 2
Bakteri 21,67±40,98 177,13±64,7 4 96,25±46,44
1300,25±17 4,32 842,36±95,6 1 2188,87±78, 71 2084,47±30 2,58 854,15±113, 92
3 4 5 6
102,51±56,4 5 1820,93±84 2,36 1985,59±16 8,49 648,76±92,0 8
¶
Pvalu e
Khamir 15,70±11,81 96,48±36,21
0.056 <0.01
126,79±67,0 8 78,71±36,04
<0.01
1636,35±29 2,55 1930,13±10 8,30 565,08±51,0 5
<0.01
0.047* 0.312 <0.01
Normalitas data telah diuji dengan Saphiro-Wilk. ¶ Beda nyata diuji menggunakan ANOVA. * Ada beda nyata pada selang kepercayaan 95%. **Sangat berbeda nyata pada Pvalue<0.01. 250
Bobot badan tikus (g)
R e ra ta a kt iv ita s G P x ( IU /m L )
Aktivitas GPx akan meningkat apabila ada stressor, seperti karsinogen. Hasil analisis GPx menunjukkan aktivitas GPx yang fluktuatif dan mencapai puncak tertinggi pada pengambilan darah H4 (48 hari setelah injeksi MNU) untuk kontrol dan pengambilan darah H5 (62 hari setelah injeksi MNU) untuk kelompok tikus yang diberi ekstrak mikrob (Gambar 6). Hal ini berarti MNU masih memberikan respon terhadap tikus dalam periode 48 dan 62 hari. Sementara itu, respon tertinggi GPx dalam mereduksi radikal bebas yang disebabkan oleh MNU terjadi pada hari ke-48 untuk kontrol dan hari ke-62 untuk kelompok perlakuan. Nilai aktivitas GPx yang fluktuatif dapat dipengaruhi oleh kondisi hormonal dan fisiologis tikus yang tidak selalu sama saat pengambilan darah. Aktivitas GPx tikus yang dicekok ekstrak mikrob lebih rendah dibandingkan aktivitas GPx tikus kontrol. Hal ini diduga karena senyawa Se yang terdapat dalam ekstrak mikrob tidak dialokasikan untuk GPx, melainkan untuk pembentukan protein tubuh. Sebagian besar senyawa Se yang terdapat dalam ekstrak bakteri maupun khamir ialah dalam bentuk selenometionin (85%), sedangkan Se pada GPx ialah selenosistein. Menurut Schrauzer (2002), selenometionin diserap dan dimetabolisme seperti metionin, serta dapat disimpan sebagai cadangan protein di hati dan otot. Selenometionin dapat bergabung dengan protein tubuh secara nonspesifik sebagai pengganti metionin karena adanya asilasi met-tRNA (Dong et al. 2001).
.
200 150 100 50 0 0
1
2
3
4
5
6
Pengambilan darah ke-
Gambar 7
Kontrol
Bakteri
Khamir
Grafik hubungan antara hari pengambilan darah dengan nilai rerata bobot badan tikus (g) kelompok ( ) kontrol, ( ) bakteri, dan ( ) khamir. Histopatologi
0
1
2
3
4
5
6
Pengambilan darah ke-
Gambar 6
Kontrol hubungan Bakteri Khamir hari Grafik antara pengambilan darah dengan nilai rerata aktivitas GPx (IU/mL) kelompok ( ) kontrol, ( ) bakteri, dan ( ) khamir.
Analisis histopatologi dilakukan dengan mematikan sel terlebih dahulu menggunakan formalin, yang disebut dengan fiksasi, lalu didehidrasi dengan alkohol bertingkat untuk menarik air dari jaringan dan mencegah pengerutan sampel. Setelah itu, sampel ditanam dalam parafin cair yang panas dan
10
setelah beku dipotong menggunakan mikrotom setebal 1 µm, hasilnya disebut ribbon. Terakhir, ribbon diberi pewarna Hematoksilin-Eosin (HE) untuk memudahkan pengamatan dengan mikroskop. Hematoksilin akan mewarnai inti sel menjadi biru, sedangkan eosin akan mewarnai sitoplasma menjadi merah (Humason 1972). Metode ini memiliki sedikit kelemahan, yaitu dapat terjadi artifact (adanya lingkaran bening seperti gelembung udara) jika proses dehidrasinya kurang baik (Hartono 1995). Hasil histopatologi ambing tikus menunjukkan belum terbentuknya tumor pada semua perlakuan. Hal ini diduga karena pemaparan karsinogen MNU yang kurang atau waktu perlakuan yang kurang lama (Dong et al. 2001). Akan tetapi, adanya hiperplasia (penebalan sel fungsional) dapat dilihat dari ketebalan epidermis puting, susunan epitel kelenjar, susunan epitel duktus puting, jumlah kelenjar, dan indeks mitosis. Hiperplasia dapat mengarah pada pembentukan tumor (Liska et al. 2000). Berdasarkan lima kriteria terjadinya hiperplasia di atas, hanya dua kriteria yang dideskriptifkan, yaitu jumlah kelenjar dan indeks mitosis. Hal ini dikarenakan data pengamatan pada ketiga kriteria lainnya bersifat subjektif, sehingga sulit dibandingkan. Seharusnya, tikus pada kelompok kontrol memiliki skor jumlah kelenjar dan indeks mitosis yang paling tinggi, sedangkan tikus pada kelompok perlakuan memiliki skor yang rendah. Semakin tinggi skor berarti semakin tinggi kecenderungan terbentuknya tumor (Roomi et al. 2005). Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa persentase paling tinggi pada jumlah kelenjar ambing tikus kontrol seimbang untuk skor 1 (sedikit) dan 4 (banyak) dengan nilai 33.3%, sedangkan jumlah kelenjar pada ambing tikus yang diberi ekstrak bakteri maupun khamir cenderung banyak (skor 3), masing-masing dengan nilai 62.5% dan 80.0%. Skor jumlah kelenjar didapat dari banyaknya jumlah kelenjar ambing per bidang pandang, kemudian dikelompokkan dalam 4 skor. Jumlah kelenjar sedikit diberi skor 1, sedang diberi skor 2, banyak diberi skor 3, dan sangat banyak diberi skor 4. Indeks mitosis pada kelenjar ambing kontrol cenderung normal (skor 2) dengan nilai 66.7%. Sementara itu, indeks mitosis pada kelenjar ambing tikus yang diberi ekstrak khamir seimbang antara normal dan sedang dengan persentase masing-masing 50%. Keseimbangan skor indeks mitosis juga
terjadi pada kelompok tikus yang dicekok dengan ekstrak bakteri, yaitu pada skor 1 dan 2 dengan persentase 37.5%. Indeks mitosis dihitung dari rasio banyaknya sel kelenjar ambing yang bermitosis dibagi jumlah kelenjar. Hasilnya lalu diberi skor agar lebih mudah dalam analisis. Semakin banyak jumlah sel kelenjar yang bermitosis maka indeks mitosis semakin tinggi, ini berarti skor juga semakin tinggi. Indeks mitosis <1-2 diberi skor 1, antara 2-3 diberi skor 2, antara 3-4 diberi skor 3, dan >4 diberi skor 4. Pemberian skor tidaklah mutlak, dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan indeks mitosis yang ada. Analisis statistik pada jumlah kelenjar dan indeks mitosis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata antar kelompok perlakuan pada selang kepercayaan 95%. Artinya, suplementasi ekstrak bakteri maupun khamir kaya-Se tidak berpengaruh secara nyata terhadap gambaran histopatologi ambing tikus. Tabel 2 Persentase skor jumlah kelenjar pada tiap perlakuan Persentase Skor (%) Pvalu e 1 2 3 4 >0.05 Kontrol 33.3 16.7 16.7 33.3 Bakteri 0.0 37.5 62.5 0.0 Total 14.3 28.6 42.9 14.3 Kontrol 33.3 16.7 16.7 33.3 >0.05 Khamir 0.0 10.0 80.0 0.0 Total 12.5 12.5 56.3 18.8 Keterangan arti skor: 1= sedikit, 2= sedang, 3= banyak, 4= sangat banyak Beda nyata diuji dengan Fisher’s Exact Test Perlakuan
Tabel 3 Persentase skor indeks mitosis pada tiap perlakuan Perlakua n
Persentase Skor (%) 1 2 3 4 Kontrol 0.0 66.7 33.3 0.0 Bakteri 37.5 37.5 12.5 12.5 Total 21.4 50.0 21.4 7.1 Kontrol 0.0 66.7 33.3 0.0 Khamir 0.0 50.0 50.0 0.0 Total 0.0 56.3 43.8 0.0 Keterangan arti skor: 1= sedikit, 2= normal, 3= sedang, 4= banyak Beda nyata diuji dengan Fisher’s Exact Test
Pvalu e >0.05
>0.05
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan data dan hasil analisis statistik, dapat disimpulkan bahwa suplementasi ekstrak mikrob kaya-Se berpengaruh secara nyata terhadap aktivitas GPx. Sebaliknya, suplementasi ekstrak
11
mikrob kaya-Se tidak memberikan pengaruh nyata terhadap gambaran histopatologi ambing tikus betina Sprague-Dawley yang diinduksi dengan karsinogen MNU.
El-Bayoumy K, Sinha R. 2004. Mechanisms of mammary cancer chemoprevention by organoselenium compounds. Sci Direct 551:181-197.
Saran
Fardiaz S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Bogor: IPB Pr.
Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang dosis terapi selenium yang tepat untuk pencegahan kanker. Selain itu, waktu perlakuan sebaiknya ditambah atau pemberian karsinogen MNU yang ditambah agar tumor lebih terbentuk. Pada penelitian selanjutnya, sebaiknya ada kelompok kontrol negatif sebagai pembanding.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah R et al. 2005. Chemical forms of selenium for cancer prevention. J Trace Elements Med Biol, in press. Beatriz M et al. 1997. Determination of selenomethionine in wheat samples. J of AAS 12:1041-1046. Bogdanska J, Korneti P, Todorova B. 2003. Erythrocyte superoxide dismutase, glutathione peroxidase and catalase activities in healthy male subjects in Republic of Macedonia. J Bratisl Lek Listy 104(3):108-114. Brock TD. 1994. Life at high temperature. http://www.bact.wisc.edu/bact303/bl [10 Maret 2006]. Calzyme Laboratories. 1997. Glutathione peroxidase. http://www.calzymelaboratories.com.html [20 April 2006]. Cliffon CE. 1958. Introduction Bacteria. Tokyo: McGraw-Hill.
to
the
Damdimopoulos AE. 2003. Identification and functional characterization of novel thioredoxin systems [thesis]. Stockholm: Karolinska Univ Pr. Dong Y et al. 2001. Characterization of the biological activity of γ-glutamil-Semetilselenosistein: a novel, naturally occuring anticancer agent from garlic. J Cancer Res 61:2923-2928. Edwards C. 1990. Microbiology of Extreme Environment. Buckingham: Open Univ Pr.
Genhardt P. 1994. Methods for General and Molecular Bacteriology. Murray RGE, Willis A, Krieg NR, editor. Washington DC: American Society for Microbiology. Hartono. 1995. Histologi Veterinar: Sitologi dan Jaringan Dasar. Bogor: IPB Pr. Hoffmann F. 2003. Background information: breast cancer. http://www.rochediagnostics.com [10 Maret 2006]. Humason GL. 1972. Animal Tissue Techniques. San Fransisco: WH Freeman. Ip C et al. 2000. Chemical speciation influences comparative activity of selenium-enriched garlic and yeast in mammary cancer prevention. J Agric Food Chem 48:2062-2070. Junaedi I. 2003. Kandungan selenium produk fermentasi daun benalu teh Scurrula atropurpurea (BI) danser oleh simbiosis Saccharomyces acetobacter [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Kobayashi GS. 1990. Fungi Microbiology. Ed ke-4. Davis BD et al., editor. East Washington: Lippincott. Lee SS et al. 2003. Molecular characterization of a Chinese cabbage cDNA encoding thioredoxin-h that is predominantly Expressed in Flowers. J Biochem Mol Biol 34(4):334-341. Liska J et al. 2000. Histopathology of mammary tumors in female rats treated with 1-methyl-1-nitrosourea. J Endocrine Regulation 34:91-96. Lobinski R, Edmonds JS, Suzuki KT, Uden PC. 2000. Species-selective determination of selenium compounds in biological material. Pure Appl Chem 72(3):447-461.
12
Saccharomyces [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Lu SJ, Archer MC. 1992. Ha-ras oncogene activation in mammary glands of Nmethyl-N-nitrosourea-treated rats genetically resistant to mammary adenocarcinogenesis. Proc Natl Acad Sci USA 89:1001-1005.
Wijayakusuma H. 2004. Atasi Kanker dengan Tanaman Obat. Jakarta: Puspa Swara.
Möstbock S et al. 2003. Reduction of 1methyl-1-nitrosourea-induced tumor burden with DNA vaccines encoding mutated ras epitopes and the costimulatory molecule B7.1. Genet Physiol Biophys 22:561-565.
Yogatama K. 2006. Pengaruh penambahan natrium selenit terhadap kadar selenium dalam khamir terseleksi dari tanah vulkanis [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Ocampo P. 2005 Genomic reveals mechanism of heat resistence in bacteria. http://www.eurekalert.org/pub_releases/20 05-08/plus-grm081605.php [10 Maret 2006]
Zaltzber H et al. 1999. Increased plasma oxidistability and decreased erythrocyte and plasma antioxidative capacity in pation with NIDDM. J Isr Med Assoc: 228-231. .
Parikh RR et al. 2005. Prevention of Nmethyl-N-nitrosourea–induced breast cancer by α-fetoprotein (AFP)–derived peptide, a peptide derived from the active site of AFP. J Clin Cancer Res 11:85128520 . Pelczar MJ, Chan ECS. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Volume ke-1. Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL, penerjemah; Jakarta: UI Pr. Terjemahan dari: Elements of Microbiology. Prasetyo H. 2006. Kandungan selenium total dalam bakteri termofilik terseleksi dari sumber air panas [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Roomi MW et al. 2005. Modulation of Nmethyl-N-nitrosourea induced mammary tumors in Sprague-Dawley rats by combination of lysine, proline, arginine, ascorbic acid and green tea extract. Breast Cancer Res 7(3). Reed G, Tilak WN. 1991. Yeast Technology. Ed ke-2. New York: Van Nostrand Reinhold. Schrauzer G. 2002. Can selenium reduce cancer risk in human? Feeding Times 7(2):5. Sudihartini F. 2003. Analisis aktivitas Glutation Peroksidase dalam daun benalu teh Scurrula atropurpurea yang difermentasi oleh Acetobacter-
LAMPIRAN
15
Lampiran 1 Proses umum penelitian 30 ekor tikus putih betina galur Sprague-Dawley umur 40 hari
Aklimatisasi selama 12 hari dengan dicekok sesuai kelompok
Kelompok 1 Dicekok air (kontrol)
Kelompok 2 Dicekok Se-bakteri termofil
Kelompok 3 Dicekok Se-khamir
Penyuntikan MNU intraperitonial 50 mg/kg BB pada umur 52 hari
Pencekokan sesuai kelompok dilanjutkan hingga 9 minggu
Pengukuran bobot badan dan aktivitas GPx tiap 12 hari
Nekropsi
Analisis histopatologi 14
15 16
Lampiran 2 Urutan basa Ha-ras dan c-Ki-ras
Urutan basa Ha-ras augacagaauacaagcucgugguggugggcgcuggaggcgugggaaagagugcccugacc M T E Y K L V V V G A G G V G K S A L T auccagcugauccagaaccauuuuguggacgaguaugaccccaccauagaggauuccuac I Q L I Q N H F V D E Y D P T I E D S Y cggaaacagguggucauugauggggagacaugucugcuggacaucuuagacacagcaggc R K Q V V I D G E T C L L D I L D T A G caagaggaguacagugccaugagggaccaguacaugcgcacaggggagggcuuccucugu Q E E Y S A M R D Q Y M R T G E G F L C guguucgccaucaacaacaccaaguccuuugaagacauccaucaguacagggagcagauc V F A I N N T K S F E D I H Q Y R E Q I aagcgggugaaggacucagacgaugugccaauggugcugguggggaacaagugugaccug K R V K D S D D V P M V L V G N K C D L gccgcucgaaccguugagucgcggcaggcccaggaccuugcccgcagcuauggcaucccc A A R T V E S R Q A Q D L A R S Y G I P uacauugaaacaucagccaagacccggcaggguguggaggaugccuucuacacacuagua Y I E T S A K T R Q G V E D A F Y T L V cgugagauucggcagcauaaacugcggaagcugaacccacccgaugagaguggcccuggc R E I R Q H K L R K L N P P D E S G P G ugcaugagcugcaagugugugcuauccuga C M S C K C V L S -
Urutan basa c-Ki-ras ORIGIN 1
augacugagu auaaacuugu gguaguugga gcugguggcg uaggcaagag ugccuugacg
61
auacagcuaa uucagaauca cuuuguggau gaauaugauc cuacgauaga ggacuccuac
121 aggaaacaag uaguaauuga uggagaaacc ugucucuugg auauucucga cacagcaggu 181 caagaggagu acagugcaau gagggaccag uacaugagaa cuggggaggg cuuucuuugu 241 guauuugcca uaaauaauac uaaaucauuu gaagauauuc accauuauag agaacaaauu 301 aaaagaguaa aggacucuga agaugugccu augguccuag uagggaauaa gugugacuug 361 ccuucuagaa caguagacac gaaacaggcu caggaguuag caaggaguua ugggauucca 421 uucauugaga ccucagcgaa gacaagacag gguguugacg augccuucua uacauuaguc 481 cgagaaauuc gaaaacauaa agaaaagaug agcaaagaug ggaaaaagaa gaagaagaag 541 ucaaggacaa gguguauagu caugugaaua guuuguacuc uuucuuaagg cacacuuaag 601 uaaaguguga uuuuuguaca uuacacuaaa uuauuagcau uuguuuuagc auuaccuaau 661 c
17
Lampiran 3 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H0 Kelompok
Ulangan
Blanko Kontrol
Bakteri
Khamir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0.272 0.336 0.258 0.309 0.241 0.293 0.245 0.380 0.232 0.236 0.072 0.301 0.400 0.237 0.230 0.240 0.257 0.246 0.236 0.235 0.247 0.262 0.244 0.243 0.243 0.242 0.261 0.246 0.236 0.242
1 0.270 0.335 0.256 0.307 0.240 0.292 0.244 0.379 0.231 0.236 0.074 0.296 0.399 0.237 0.230 0.238 0.257 0.247 0.236 0.234 0.247 0.261 0.242 0.242 0.242 0.241 0.259 0.246 0.235 0.241
Absorbansi (menit ke- ) 2 3 0.268 0.267 0.335 0.335 0.255 0.253 0.304 0.302 0.240 0.239 0.288 0.285 0.242 0.240 0.378 0.376 0.230 0.230 0.236 0.235 0.074 0.075 0.294 0.291 0.398 0.398 0.237 0.237 0.229 0.230 0.238 0.238 0.257 0.256 0.246 0.246 0.235 0.235 0.234 0.234 0.247 0.247 0.261 0.261 0.240 0.240 0.242 0.240 0.241 0.242 0.240 0.241 0.260 0.261 0.246 0.247 0.236 0.236 0.240 0.240
4 0.265 0.333 0.253 0.300 0.239 0.282 0.237 0.375 0.231 0.236 0.075 0.289 0.396 0.236 0.229 0.238 0.256 0.245 0.235 0.235 0.246 0.261 0.239 0.241 0.241 0.240 0.260 0.247 0.236 0.241
5 0.263 0.333 0.252 0.298 0.239 0.279 0.235 0.376 0.230 0.236 0.075 0.287 0.397 0.236 0.229 0.237 0.257 0.245 0.236 0.235 0.246 0.262 0.240 0.241 0.241 0.240 0.260 0.247 0.234 0.239
Σ ∆A340 t(menit) -0.0018 -0.0006 -0.0012 -0.0022 -0.0004 -0.0028 -0.0020 -0.0008 -0.0004 0.0000 0.0006 -0.0028 -0.0006 -0.0002 -0.0002 -0.0006 0.0000 -0.0002 0.0000 0.0000 -0.0002 0.0000 -0.0008 -0.0004 -0.0004 -0.0004 -0.0002 0.0002 -0.0004 -0.0006
Aktivitas GPx (IU/mL) 0.8682 28.9389 57.8778 106.1093 19.2926 135.0482 96.4630 38.5852 19.2926 0.0000 0.0000 135.0482 28.9389 9.6463 9.6463 28.9389 0.0000 9.6463 0.0000 0.0000 9.6463 0.0000 38.5852 19.2926 19.2926 19.2926 9.6463 0.0000 19.2926 28.9389
Aktivitas GPx terkoreksi (IU/mL) 0.0000 28.0707 57.0096 105.2412 18.4244 134.1801 95.5949 37.7170 18.4244 0.0000 0.0000 134.1801 28.0707 8.7781 8.7781 28.0707 0.0000 8.7781 0.0000 0.0000 8.7781 0.0000 37.7170 18.4244 18.4244 18.4244 8.7781 0.0000 18.4244 28.0707 16
18
Lampiran 4 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H1 Kelompok
Ulangan
Blanko Kontrol
Bakteri
Khamir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0.213 0.405 0.366 0.339 0.399 0.345 0.261 0.301 0.254 0.317 0.370 0.265 0.309 0.211 0.337 0.238 0.486 0.203 0.369 0.165 0.266 0.199 0.240 0.201 0.214 0.140 0.204
1 0.211 0.404 0.366 0.337 0.398 0.343 0.258 0.298 0.240 0.298 0.348 0.258 0.302 0.203 0.327 0.236 0.473 0.203 0.361 0.159 0.255 0.196 0.229 0.195 0.208 0.134 0.198
Absorbansi (menit ke- ) 2 3 0.211 0.209 0.402 0.402 0.363 0.357 0.336 0.335 0.397 0.397 0.344 0.344 0.256 0.254 0.295 0.293 0.236 0.234 0.295 0.294 0.346 0.344 0.255 0.253 0.299 0.302 0.203 0.201 0.323 0.321 0.216 0.216 0.469 0.468 0.200 0.201 0.359 0.358 0.156 0.155 0.254 0.253 0.194 0.192 0.227 0.225 0.193 0.192 0.208 0.207 0.132 0.130 0.198 0.198
4 0.211 0.399 0.355 0.333 0.395 0.341 0.251 0.292 0.233 0.293 0.344 0.252 0.301 0.201 0.322 0.216 0.466 0.200 0.358 0.154 0.252 0.192 0.224 0.191 0.206 0.130 0.196
5 0.210 0.398 0.355 0.332 0.394 0.341 0.249 0.290 0.232 0.292 0.344 0.251 0.302 0.201 0.319 0.215 0.466 0.199 0.357 0.153 0.252 0.192 0.224 0.191 0.208 0.129 0.196
Σ ∆A340 t(menit) -0.0006 -0.0014 -0.0022 -0.0014 -0.0010 -0.0008 -0.0024 -0.0022 -0.0044 -0.0050 -0.0052 -0.0028 -0.0014 -0.0020 -0.0036 -0.0046 -0.0040 -0.0008 -0.0024 -0.0024 -0.0028 -0.0014 -0.0032 -0.0020 -0.0012 -0.0022 -0.0016
Aktivitas GPx (IU/mL) 0.2894 67.7419 106.4516 67.7419 48.3871 38.7097 116.1290 106.4516 212.9032 241.9355 251.6129 135.4839 67.7419 96.7742 174.1935 222.5806 193.5484 38.7097 116.1290 116.1290 135.4839 67.7419 154.8387 96.7742 58.0645 106.4516 77.4194
Aktivitas GPx terkoreksi (IU/mL) 0.0000 67.4525 106.1622 67.4525 48.0977 38.4203 115.8396 106.1622 212.6138 241.6461 251.3235 135.1945 67.4525 96.4848 173.9042 222.2913 193.2590 38.4203 115.8396 115.8396 135.1945 67.4525 154.5493 96.4848 57.7751 106.1622 77.1300 17
19
Lampiran 5 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H2 Kelompok
Ulangan
Blanko Kontrol
Bakteri
Khamir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0.326 0.538 0.411 0.414 0.580 0.377 0.450 0.385 0.250 0.358 0.300 0.175 0.279 0.244 0.217 0.231 0.260 0.269 0.361 0.392 0.259 0.252 0.452 0.434 0.225 0.210 0.252
1 0.320 0.506 0.395 0.395 0.541 0.363 0.421 0.367 0.244 0.348 0.293 0.172 0.270 0.240 0.213 0.225 0.256 0.247 0.347 0.381 0.252 0.244 0.442 0.423 0.221 0.206 0.244
Absorbansi (menit ke- ) 2 3 0.312 0.302 0.458 0.417 0.365 0.333 0.361 0.327 0.493 0.464 0.342 0.319 0.386 0.352 0.342 0.314 0.247 0.242 0.345 0.344 0.288 0.288 0.172 0.171 0.265 0.263 0.237 0.236 0.214 0.212 0.224 0.222 0.254 0.254 0.241 0.240 0.344 0.343 0.377 0.377 0.250 0.250 0.242 0.240 0.442 0.441 0.420 0.420 0.220 0.221 0.205 0.204 0.243 0.243
4 0.289 0.392 0.303 0.293 0.456 0.295 0.322 0.287 0.240 0.344 0.286 0.170 0.261 0.236 0.211 0.222 0.254 0.240 0.341 0.378 0.250 0.240 0.442 0.420 0.220 0.204 0.241
5 0.276 0.381 0.277 0.267 0.452 0.272 0.300 0.262 0.240 0.343 0.285 0.170 0.260 0.236 0.211 0.222 0.253 0.239 0.342 0.377 0.250 0.239 0.440 0.420 0.218 0.204 0.241
Σ ∆A340 t(menit) -0.0100 -0.0314 -0.0268 -0.0294 -0.0256 -0.0210 -0.0300 -0.0246 -0.0020 -0.0030 -0.0030 -0.0010 -0.0038 -0.0016 -0.0012 -0.0018 -0.0014 -0.0060 -0.0038 -0.0030 -0.0018 -0.0026 -0.0024 -0.0028 -0.0014 -0.0012 -0.0022
Aktivitas GPx (IU/mL) 4.8232 1519.3548 1296.7742 1422.5806 1238.7097 1016.1290 1451.6129 1190.3226 96.7742 145.1613 145.1613 48.3871 183.8710 77.4194 58.0645 87.0968 67.7419 290.3226 183.8710 145.1613 87.0968 125.8065 116.1290 135.4839 67.7419 58.0645 106.4516
Aktivitas GPx terkoreksi (IU/mL) 0.0000 1514.5317 1291.9510 1417.7575 1233.8865 1011.3059 1446.7898 1185.4994 91.9510 140.3381 140.3381 43.5639 179.0478 72.5962 53.2414 82.2736 62.9188 285.4994 179.0478 140.3381 82.2736 120.9833 111.3059 130.6670 62.9188 53.2414 101.6285 18
20
Lampiran 6 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H3 Kelompok
Ulangan
Blanko Kontrol
Blanko Bakteri
Khamir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0.362 0.409 0.493 0.420 0.501 0.403 0.404 0.374 0.218 0.399 0.288 0.255 0.245 0.239 0.241 0.277 0.274 0.229 0.239 0.413 0.475 0.250 0.348 0.267 0.381 0.289 0.279 0.415
1 0.354 0.394 0.482 0.403 0.481 0.390 0.391 0.359 0.216 0.381 0.280 0.251 0.236 0.235 0.238 0.268 0.269 0.228 0.237 0.407 0.465 0.246 0.342 0.260 0.375 0.288 0.277 0.411
Absorbansi (menit ke- ) 2 3 0.349 0.341 0.376 0.354 0.461 0.443 0.383 0.363 0.456 0.434 0.364 0.343 0.372 0.352 0.342 0.325 0.214 0.214 0.377 0.376 0.278 0.276 0.250 0.250 0.235 0.235 0.234 0.233 0.236 0.236 0.266 0.265 0.267 0.266 0.225 0.225 0.237 0.237 0.405 0.405 0.461 0.461 0.246 0.245 0.341 0.340 0.257 0.257 0.373 0.374 0.287 0.285 0.273 0.274 0.409 0.408
4 0.332 0.334 0.428 0.344 0.418 0.322 0.337 0.309 0.214 0.375 0.276 0.249 0.234 0.232 0.235 0.265 0.265 0.225 0.236 0.404 0.459 0.245 0.339 0.256 0.373 0.285 0.272 0.407
5 0.323 0.313 0.419 0.325 0.407 0.306 0.324 0.296 0.214 0.375 0.275 0.248 0.232 0.232 0.235 0.265 0.265 0.224 0.235 0.403 0.458 0.244 0.340 0.256 0.374 0.284 0.272 0.408
Σ ∆A340 t(menit) -0.0078 -0.0192 -0.0148 -0.0190 -0.0188 -0.0194 -0.0160 -0.0156 -0.0008 -0.0048 -0.0026 -0.0014 -0.0026 -0.0014 -0.0012 -0.0024 -0.0018 -0.0010 -0.0008 -0.0020 -0.0034 -0.0012 -0.0016 -0.0022 -0.0014 -0.0010 -0.0014 -0.0014
Aktivitas GPx (IU/mL) 3.7621 926.0450 713.8264 916.3987 906.7524 935.6913 771.7042 752.4116 0.3859 231.5113 125.4019 67.5241 125.4019 67.5241 57.8778 115.7556 86.8167 48.2315 38.5852 96.4630 163.9871 57.8778 77.1704 106.1093 67.5421 48.2315 67.5241 67.5241
Aktivitas GPx terkoreksi (IU/mL) 0.0000 922.2830 710.0643 912.6367 902.9904 931.9293 767.9421 748.6495 0.0000 231.1254 125.0161 67.1383 125.0161 67.1383 57.4920 115.3698 86.4309 47.8457 38.1994 96.0772 163.6013 57.4920 76.7846 105.7235 67.1383 47.8457 67.1383 67.1383 19
21
Lampiran 7 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H4 Kelompok
Ulangan
Blanko Kontrol
Bakteri
Khamir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0.684 0.775 0.630 0.798 0.857 0.786 0.829 0.785 0.671 0.682 0.755 0.823 0.733 0.688 0.803 0.710 0.711 0.645 0.651 0.774 0.659 0.654 0.650 0.610 0.596 0.773 0.543
1 0.692 0.747 0.621 0.759 0.818 0.763 0.792 0.762 0.652 0.665 0.732 0.805 0.705 0.674 0.771 0.693 0.693 0.624 0.635 0.731 0.640 0.626 0.633 0.589 0.578 0.737 0.532
Absorbansi (menit ke- ) 2 3 0.682 0.676 0.702 0.654 0.599 0.571 0.707 0.656 0.759 0.700 0.719 0.669 0.742 0.685 0.714 0.666 0.619 0.583 0.635 0.599 0.690 0.649 0.759 0.708 0.663 0.620 0.648 0.616 0.720 0.664 0.659 0.620 0.654 0.629 0.589 0.550 0.605 0.570 0.687 0.632 0.614 0.585 0.597 0.562 0.610 0.577 0.563 0.531 0.554 0.531 0.690 0.642 0.512 0.488
4 0.669 0.601 0.543 0.601 0.637 0.614 0.624 0.615 0.540 0.560 0.604 0.656 0.572 0.584 0.603 0.579 0.591 0.508 0.534 0.578 0.552 0.522 0.541 0.495 0.504 0.596 0.462
5 0.661 0.547 0.511 0.548 0.578 0.560 0.567 0.559 0.497 0.521 0.558 0.601 0.520 0.545 0.547 0.535 0.551 0.465 0.494 0.523 0.516 0.482 0.506 0.455 0.474 0.552 0.436
Σ ∆A340 t(menit) -0.0046 -0.0456 -0.0238 -0.0500 -0.0558 -0.0452 -0.0524 -0.0452 -0.0348 -0.0322 -0.0394 -0.0444 -0.0426 -0.0286 -0.0512 -0.0350 -0.0320 -0.0360 -0.0314 -0.0502 -0.0286 -0.0344 -0.0288 -0.0310 -0.0244 -0.0442 -0.0214
Aktivitas GPx (IU/mL) 2.2186 2199.3569 1147.9100 2411.5756 2691.3183 2180.0643 2527.3312 2180.0643 1678.4566 1553.0547 1900.3215 2141.4791 2054.6624 1379.4212 2469.4534 1688.1029 1543.4084 1736.3344 1514.4695 2421.2219 1379.4212 1659.1640 1389.0675 1495.1768 1176.8489 2131.8328 1032.1543
Aktivitas GPx terkoreksi (IU/mL) 0.0000 2197.1383 1145.6913 2409.3569 2689.0997 2177.8457 2525.1125 2177.8457 1676.2379 1550.8360 1898.1029 2139.2605 2052.4437 1377.2026 2467.2347 1685.8842 1541.1897 1734.1158 1512.2508 2419.0032 1377.2026 1656.9453 1386.8489 1492.9582 1174.6302 2129.6141 1029.9357 20
22
Lampiran 8 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H5 Kelompok
Ulangan
Blanko Kontrol
Bakteri
Khamir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0.520 0.690 0.632 0.601 0.672 0.574 0.628 0.610 0.684 0.642 0.616 0.643 0.597 0.636 0.618 0.537 0.550 0.572 0.558 0.529 0.556 0.538 0.551 0.568 0.523
1 0.513 0.664 0.612 0.577 0.647 0.558 0.594 0.588 0.658 0.620 0.599 0.618 0.566 0.602 0.595 0.510 0.515 0.540 0.532 0.506 0.531 0.511 0.525 0.539 0.498
Absorbansi (menit ke- ) 2 3 0.506 0.500 0.621 0.569 0.568 0.518 0.540 0.499 0.596 0.540 0.528 0.491 0.553 0.508 0.554 0.513 0.616 0.568 0.590 0.553 0.564 0.521 0.575 0.528 0.526 0.483 0.553 0.505 0.552 0.506 0.468 0.424 0.468 0.421 0.494 0.442 0.492 0.440 0.470 0.428 0.493 0.447 0.473 0.428 0.477 0.430 0.500 0.457 0.460 0.418
4 0.490 0.510 0.457 0.454 0.481 0.450 0.460 0.468 0.517 0.507 0.475 0.479 0.432 0.453 0.453 0.378 0.380 0.396 0.397 0.382 0.399 0.382 0.381 0.411 0.371
5 0.479 0.454 0.401 0.409 0.422 0.408 0.404 0.418 0.463 0.465 0.424 0.430 0.383 0.407 0.406 0.333 0.355 0.352 0.351 0.341 0.354 0.338 0.344 0.365 0.344
Σ ∆A340 t(menit) -0.0082 -0.0472 -0.0462 -0.0384 -0.0500 -0.0332 -0.0448 -0.0384 -0.0442 -0.0354 -0.0384 -0.0426 -0.0428 -0.0458 -0.0424 -0.0408 -0.0390 -0.0440 -0.0414 -0.0376 -0.0404 -0.0400 -0.0414 -0.0406 -0.0358
Aktivitas GPx (IU/mL) 3.9550 2276.5273 2228.2958 1852.0900 2411.5756 1601.2862 2160.7717 1852.0900 2131.8328 1707.3955 1852.0900 2054.6624 2064.3087 2209.0032 2045.0161 1967.8457 1881.0289 2122.1865 1996.7846 1813.5048 1948.5531 1929.2605 1996.7846 1958.1994 1726.6881
Aktivitas GPx terkoreksi (IU/mL) 0.0000 2272.5723 2224.3408 1848.1350 2407.6206 1597.3312 2156.8167 1848.1350 2127.8778 1703.4405 1848.1350 2050.7074 2060.3537 2205.0482 2041.0611 1963.8907 1877.0740 2118.2315 1992.8296 1809.5498 1944.5981 1925.3055 1992.8296 1954.2444 1722.7331 21
23
Lampiran 9 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H6 Kelompok
Ulangan
Blanko Kontrol
Bakteri
Khamir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0.513 0.546 0.526 0.509 0.517 0.491 0.488 0.495 0.490 0.509 0.518 0.455 0.492 0.477 0.502 0.406 0.406 0.435 0.406 0.359 0.402 0.404 0.428 0.381 0.426
1 0.513 0.532 0.524 0.501 0.506 0.483 0.477 0.492 0.480 0.499 0.511 0.449 0.487 0.471 0.495 0.400 0.400 0.429 0.398 0.352 0.395 0.398 0.421 0.367 0.421
Absorbansi (menit ke- ) 2 3 0.510 0.507 0.513 0.493 0.507 0.486 0.488 0.470 0.489 0.467 0.469 0.453 0.466 0.449 0.483 0.470 0.469 0.454 0.486 0.469 0.499 0.484 0.439 0.427 0.477 0.461 0.460 0.446 0.483 0.472 0.386 0.372 0.393 0.381 0.421 0.402 0.389 0.374 0.343 0.332 0.385 0.375 0.390 0.380 0.413 0.400 0.357 0.344 0.411 0.394
4 0.504 0.470 0.462 0.450 0.439 0.435 0.429 0.454 0.434 0.449 0.466 0.416 0.443 0.432 0.458 0.355 0.366 0.387 0.358 0.319 0.362 0.366 0.385 0.330 0.380
5 0.501 0.443 0.435 0.431 0.415 0.414 0.407 0.438 0.413 0.427 0.447 0.401 0.422 0.412 0.439 0.341 0.351 0.371 0.344 0.305 0.348 0.351 0.373 0.314 0.368
Σ ∆A340 t(menit) -0.0024 -0.0206 -0.0182 -0.0156 -0.0204 -0.0154 -0.0162 -0.0114 -0.0154 -0.0164 -0.0142 -0.0108 -0.0140 -0.0130 -0.0126 -0.0130 -0.0110 -0.0128 -0.0124 -0.0108 -0.0108 -0.0106 -0.0110 -0.0134 -0.0116
Aktivitas GPx (IU/mL) 1.1576 993.5691 887.8135 752.4116 983.9228 742.7653 781.3505 549.8392 742.7653 790.9968 684.8875 520.9003 675.2412 627.0096 607.7170 627.0096 530.5466 617.3633 598.0707 520.9003 520.9003 511.2540 530.5466 646.3023 559.4855
Aktivitas GPx terkoreksi (IU/mL) 0.0000 992.4116 876.6559 751.2540 982.7653 741.6077 780.1929 548.6817 741.6077 789.8392 683.7299 519.7428 674.0836 625.8521 606.5595 625.8521 529.3891 616.2058 596.9132 519.7428 519.7428 510.0965 529.3891 645.1447 558.3280 22
24
Lampiran 10 Data bobot badan tikus saat pengambilan darah Kelompok
Ulangan
Kontrol
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bakteri
Khamir
0 140 140 180 160 140 160 120 140 140 130 140 100 120 140 120 120 120 130 140 140 80 150 100 100 130 140 160 150 140
1 140 150 160 140 140 140 140 140 120 160 160 140 140 160 160 160 140 120 160 140 140 150 160 160 170 160
Bobot badan (g) saat pengambilan darah ke2 3 4 160 180 220 160 160 200 180 200 200 190 180 180 160 180 220 140 180 200 180 160 180 160 160 180 160 140 160 140 180 180 160 140 180 160 180 200 160 160 160 180 180 200 160 180 200 160 180 200 180 180 200 140 160 180 150 180 220 100 120 160 120 140 180 130 160 180 120 160 180 180 180 200 160 160 180 120 180 200
5 200 200 180 220 220 200 200 180 200 200 220 200 200 220 220 180 220 200 160 220 200 220 220 220
6 220 250 220 260 240 220 200 200 220 220 220 200 210 220 240 200 240 200 200 210 200 230 200 210
23
25
Lampiran 11 Data uji lanjut Beda Nyata Terkecil pada aktivitas GPx Dependent Variable aktivitas GPx plasma tikus saat H-0 (sebelum injeksi MNU)
aktivitas GPx plasma tikus hari ke-1 setelah injeksi MNU
(I) kelompok tikus (J) kelompok tikus dengan perlakuan dengan perlakuan tertentu tertentu Bakteri Kontrol Khamir Kontrol Bakteri Khamir Khamir Bakteri Kontrol Bakteri Kontrol Khamir
aktivitas GPx plasma tikus hari ke-2 setelah injeksi MNU
Bakteri Kontrol Khamir
aktivitas GPx plasma tikus hari ke-3 setelah injeksi MNU
Bakteri Kontrol Khamir
95% Confidence Interval Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
-33,296898 5,961430 33,296898 39,258328 -5,961430 -39,258328
16,5034532 16,0632818 16,5034532 16,5034532 16,0632818 16,5034532
,054 ,714 ,054 ,025 ,714 ,025
Lower Bound -67,220232 -27,057119 -,626436 5,334994 -38,979979 -73,181662
Upper Bound ,626436 38,979979 67,220232 73,181662 27,057119 -5,334994
Kontrol Khamir Bakteri Khamir Bakteri Kontrol
98,617538 80,645177 -98,617538 -17,972361 -80,645177 17,972361
23,7370472 21,6417573 23,7370472 23,2119923 21,6417573 23,2119923
,000 ,001 ,000 ,447 ,001 ,447
49,513715 35,875791 -147,721361 -65,990026 -125,414563 -30,045303
147,721361 125,414563 -49,513715 30,045303 -35,875791 65,990026
Kontrol Khamir Bakteri Khamir Bakteri Kontrol
-1203,993871 -30,538280 1203,993871 1173,455591 30,538280 -1173,455591
51,4873228 46,9424919 51,4873228 50,3484418 46,9424919 50,3484418
,000 ,522 ,000 ,000 ,522 ,000
-1310,503514 -127,646223 1097,484229 1069,301904 -66,569663 -1277,609279
-1097,484229 66,569663 1310,503514 1277,609279 127,646223 -1069,301904
Kontrol Khamir Bakteri Khamir Bakteri Kontrol
-739,848405 23,794207 739,848405 763,642611 -23,794207 -763,642611
31,8780042 29,0641049 31,8780042 31,1728743 29,0641049 31,1728743
,000 ,421 ,000 ,000 ,421 ,000
-805,793081 -36,329475 673,903729 699,156608 -83,917889 -828,128615
-673,903729 83,917889 805,793081 828,128615 36,329475 -699,156608
24
26
Lampiran 11 (Lanjutan) aktivitas GPx plasma tikus hari ke-4 setelah injeksi MNU
Bakteri Kontrol Khamir
aktivitas GPx plasma tikus hari ke-5 setelah injeksi MNU
aktivitas GPx plasma tikus hari ke-6 setelah injeksi MNU
Kontrol
-367.9375476
214.1156994
.099
-810.869619
74.994523
Khamir Bakteri Khamir Bakteri
184.5819867 367.9375476 552.5195343(*) -184.5819867
195.2155195 214.1156994 209.3795373 195.2155195
.354 .099 .015 .354
-219.252083 -74.994523 119.384961 -588.416057
588.416057 810.869619 985.654108 219.252083
Kontrol
-552.5195343(*)
209.3795373
.015
-985.654108
-119.384961
Bakteri
Kontrol
Kontrol
Khamir Bakteri
-98.8745958 55.4662075 98.8745958
102.8781912 90.3589509 102.8781912
.347 .546 .347
-312.821507 -132.445518 -115.072315
115.072315 243.377933 312.821507
Khamir
154.3408033
98.3703659
.132
-50.231572
358.913178
Khamir
Bakteri
Bakteri
Kontrol Kontrol Khamir
-55.4662075 -154.3408033 -205.3858375(*) 83.6816525(*)
90.3589509 98.3703659 45.2923905 39.7807624
.546 .132 .000 .048
-243.377933 -358.913178 -299.576520 .953028
132.445518 50.231572 -111.195155 166.410277
Kontrol
Bakteri
205.3858375(*)
45.2923905
.000
111.195155
299.576520
Khamir
289.0674900(*) -83.6816525(*) -289.0674900(*)
43.3078087 39.7807624 43.3078087
.000 .048 .000
199.003971 -166.410277 -379.131009
379.131009 -.953028 -199.003971
Khamir
Bakteri Kontrol
* The mean difference is significant at the .05 level.
25
27
Lampiran 12 Data uji lanjut Beda Nyata Terkecil pada bobot badan tikus H0, 2, dan 4 Dependent Variable Bobot badan tikus sebelum injeksi MNU (H-0)
(I) kelompok tikus dengan perlakuan tertentu Bakteri Kontrol Khamir
Bobot badan tikus saat pengambilan darah Bakteri hari ke-2 Kontrol Khamir Bobot badan tikus saat pengambilan darah Bakteri hari ke-4 Kontrol Khamir
(J) kelompok tikus dengan perlakuan tertentu Kontrol Khamir Bakteri Khamir Bakteri Kontrol
95% Confidence Interval Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
-20,6667 -3,0000 20,6667 17,6667 3,0000 -17,6667
9,06930 8,82740 9,06930 9,06930 8,82740 9,06930
,031* ,737 ,031* ,062 ,737 ,062
Lower Bound -39,3089 -21,1450 2,0245 -,9755 -15,1450 -36,3089
Upper Bound -2,0245 15,1450 39,3089 36,3089 21,1450 ,9755
Kontrol Khamir Bakteri Khamir Bakteri Kontrol
-7,1429 20,0000 7,1429 27,1429 -20,0000 -27,1429
10,04770 9,16078 10,04770 9,82545 9,16078 9,82545
,484 ,039* ,484 ,011* ,039* ,011*
-27,9281 1,0495 -13,6424 6,8174 -38,9505 -47,4684
13,6424 38,9505 27,9281 47,4684 -1,0495 -6,8174
Kontrol Khamir Bakteri Khamir Bakteri Kontrol
-15,5556 -3,5556 15,5556 12,0000 3,5556 -12,0000
8,39483 7,65381 8,39483 8,20914 7,65381 8,20914
,077 ,647 ,077 ,157 ,647 ,157
-32,9216 -19,3887 -1,8105 -4,9819 -12,2776 -28,9819
1,8105 12,2776 32,9216 28,9819 19,3887 4,9819
* The mean difference is significant at the .05 level.
Lampiran 13 Analisis statistik bobot badan tikus H1, 3, 5, dan 6 Bobot badan tikus saat pengambilan darah keChi-Square df Asymp. Sig.
1
3
5
6
1.496
2.653
.928
6.860
2
2
2
2
.473
.265
.629
.032*
26
Kruskal Wallis Test * bobot badan tikus berbeda nyata pada P value < 0.05
27 28
Lampiran 14 Data nilai kuantitatif pada analisis histopatologi Kelompok Kontrol
Kode
Epidermis puting
Epitel kelenjar
Epitel duktus
Jumlah kelenjar
Sel mitosis
K2
1 1 1.00 2 2 2.00 2 2 2 2.00 1 1 1 1.00 1 1 1 1.00 1 1 1.00 1 1 1 1.00 1 1 1 1.00 2 1 1 2.00 1 1 1.00 1 3 3.00 3 1 1
2 1 2.00 2 1 2.00 1 2 1 2.00 1 2 2 2.00 2 2 2 2.00 2 2 2.00 2 2.00 2 2 2.00 2 2 1 2.00 1 1 1.00 1 1 2 2.00 1 2 1
2 1 2 2.00 2 2 2.00 2 2 1 2.00 2 2 2.00 2 2 2 2.00 2 1 2.00 2 2.00 2 2 1 2.00 2 1 2 2.00 1 1 1.00 2 2 2.00 1 2 2
2 1 2.00 3 3 3.00 1 1 1 1.00 1 1 1 1.00 1 4 2 4.00 4 2 4.00 3 3.00 1 2 2.00 1 3 1 3.00 2 1 2.00 1 1 2 2.00 2 3 2
2 2 1 2.00 3 2 3.00 1 2 2 2.00 1 2 2 2.00 2 2 2 2.00 3 2 2 3.00 2 2 2 2.00 2 1 2 2.00 2 3 1 3.00 2 1 2.00 1 1 1 1.00 1 4 1
Skor K3 Skor K5 Skor K6 Skor K7 Skor K8
Bakteri
Skor B1 Skor B3 Skor B4 Skor B5 Skor B6 Skor B8
29 28
Lampiran 14 (Lanjutan) Skor B9 Skor B10
Khamir
Skor Y1 Skor Y2 Skor Y3 Skor Y4 Skor Y5 Skor Y6 Skor Y7 Skor Y8 Skor Y9 Skor Y10 Skor
3.00 1 1 1.00 1 2 2.00 3 3 3.00 1 2 3 3.00 1 1 1.00 1 2 1 2.00 3 3.00 2 2.00 4 2 4 4.00 1 2 1 2.00 3 1 1 3.00 2 3 3 3.00
2.00 1 1 1 1.00 2 2.00 1 1 1 1.00 2 1 2 2.00 2 2 2.00 2 2 2.00 2 2 2 2.00 1 2 2.00 2 2 2.00 2 1 2 2.00 1 2 1 2.00 3 2 1 3.00
2.00 1 2 2.00 2 1 2.00 2 2.00 1 1 1.00 1 1 1.00 1 1 1 1.00 2 2.00 2 2.00 2 2 2.00 2 1 2 2.00 1 1 1 1.00 4 1 1 4.00
3.00 2 3 1 3.00 3 3.00 2 1 2 2.00 3 3 3 3.00 3 3 3.00 3 3 3.00 4 4 3 4.00 1 3 3.00 1 3 3.00 2 3 1 3.00 1 3 3 3.00 3 3 3 3.00
4.00 1 1 1 1.00 1 1.00 1 1 2 2.00 2 2 2 2.00 3 3 3.00 3 2 2 3.00 3 3 3 3.00 2 3 3.00 2 2 2 2.00 2 2 2 2.00 2 2 2 2.00 3 3 3 3.00
29 30
Lampiran 15 Hasil pengamatan histopatologi ambing tikus dengan pewarnaan HE
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
(j)
(k)
Keterangan : Hasil pengamatan ambing tikus kontrol dengan pewarnaan HE: epitel duktus puting perbesaran 20x (a), kelenjar perbesaran 4x (b), jaringan ikat dan epitel kelenjar perbesaran 10x (c), mitosis pada kelenjar perbesaran 20x (d), puting perbesaran 4x (e). Hasil pengamatan ambing tikus yang diberi ekstrak khamir dengan pewarnaan HE: epidermis kulit dan kelenjar perbesaran 4x (f), epitel kelenjar dan mitosis perbesaran 20x (g), puting perbesaran 4x (h). Hasil pengamatan ambing tikus yang diberi ekstrak bakteri dengan pewarnaan HE: Jaringan ikat dan kelenjar perbesaran 10x (i), epitel kelenjar dan mitosis perbesaran 20x (j), puting perbesaran 4x (k).