Potensi Katalis AlCl3 terhadap Produksi Biodiesel dari Lipid Fitoplankton Porphyridium cruentum Sulistiani Jarre (1, Indah Raya (1, dan Hanapi Usman (1 (1 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar
ABSTRACT A research on the potential of AlCl3 catalyst from lipid of phytoplanton Porhyridium cruentum. In this research, we carried out o series of phytoplankton culture. Process of biodiesel synthesis consists of two steps, i.e isolation of phytoplankton lipids and biodiesel sunthesis from that lipids. Oil isolation process was carried out by ultrasonic extraction method using ethanol 96 % while biodiesel synthesis was carried out by transesterification reaction using methanol and AlCl3 catalyst under sonication. Lipid of phytoplankton Porphyridium cruentum obtained is 16,2667 %. Lipid obtained has FFA content > 5 % and water content < 0,5 %. Characterization of biodiesel was carried out : water content, FFA content, saponification value, and density. The result of characterization of saponification value and density fullfilled the American Society for Testing and Materials (ASTM D6751) standard. Keywords: biodiesel, phytoplankton, and AlCl3 catalyst.
PENDAHULUAN Dalam
globalisasi
meningkat menjadi sekitar 60 - 70%
sekarang, ketersediaan minyak bumi
dari kebutuhan BBM dalam negeri.
semakin langka. Kelangkaan minyak
Hal ini diperkirakan akan meningkat
dapat mengakibatkan harga minyak
lagi pada tahun-tahun akan datang.
meningkat
perekonomian
Fakta ini akan menjadikan Indonesia
masyarakat akan terus melemah.
sebagai pengimpor BBM terbesar di
Maka, harus ada upaya strategis
Asia.
untuk mengurangi ketergantungan
semakin hari semakin meningkat
pada minyak bumi.
juga mengakibatkan polusi yang
2012,
era
dan
jumlah
Pada tahun
import
BBM
Penggunaan
BBM
dapat merusak lingkungan.
yang
Salah
satu
solusi
untuk
mengatasi
bakar alternatif yang telah banyak
kelangkaan minyak tersebut yakni
diproduksi dalam berbagai bentuk
perlunya diversifikasi energi dengan
seperti dalam bentuk biofuel yakni
sumber
bioetanol
energi
lingkungan.
yang
ramah
Bahan bakar nabati
dan
biodiesel
(Handayani, 2010; MAPI, 2006).
adalah salah satu sumber bahan Indonesia merupakan negara
menghasilkan 15-300 kali lebih
kepulauan yang kaya akan tumbuhan
banyak
laut
dimanfaatkan
biodiesel
sebagai bahan bakar nabati (Yosta
tanaman
dkk., 2009). Salah satu tumbuhan
fitoplankton dapat hidup di berbagai
laut yang berpeluang menghasilkan
tempat
bahan
matahari, air dan CO2, dapat dikultur
yang
dapat
bakar
fitoplankton
nabati atau
yakni
mikroalga.
di
minyak untuk produksi dibandingkan lainnya.
yang
lahan
dengan
Selain
memiliki
non-pertanian,
itu,
sinar
serta
Fitoplankton atau mikroalga telah
memiliki siklus panen yang sangat
lama dikenal sebagai sumber yang
pendek yakni sekitar 1-10 hari yang
berpotensi
produksi
dapat memungkinkan panen secara
biofuel karena kandungan minyak
terus menerus dengan hasil yang
yang tinggi dan produksi biomassa
signifikan (Dragoen dkk., 2010).
baik
untuk
yang cepat. Dalam beberapa tahun terakhir, sebagai
penggunaan alternatif
mikroalga
dalam
produksi
biodiesel.
baku
Porphyridium cruentum merupakan
mendapat
salah satu jenis mikroalga dengan
peneliti,
kandungan lipid yang banyak dan
pengusaha, dan masyarakat umum.
dapat dimanfaatkan dalam proses
Biomassa dari fitoplankton memiliki
pembuatan biodiesel. Menurut Mata
tiga
yakni
dkk., (2010) Porphyridium cruentum
karbohidrat, protein, dan lipid (Wen
memiliki kandungan lipid hampir
dkk., 2009).
mencapai 90 % dari berat keringnya.
biodiesel ketertarikan
bahan
Mikroalga sangat berpotensi
telah dari
komponen
para
utama
Fitoplankton mampu
Biodiesel merupakan bahan
fitoplankton Porphyridium cruentum
bakar minyak nabati yang tediri dari
memiliki
campuran ester alkil dari asam-asam
diperoleh
lemak yang diperoleh melalui proses
transesterfikasi
transesterifikasi
menggunakan katalis KOH sebesar
katalis.
dengan
bantuan
Katalis dapat berupa zat
27,0983
berat
biodiesel
melalui
yang proses dengan
gram
dengan
berat
yang bersifat basa, asam, atau enzim
rendamen 40,27 % dengan bilangan
(Dragoen dkk., 2010; Triantoro,
penyabunan sebesar 140,1628 mg
2008).
KOH/g.
Menurut Soriano dkk, (2009):
Selain
katalis
KOH,
katalis AlCl3 dapat digunakan pada
penggunaan katalis AlCl3 sangatlah
proses
membantu
transesterifikasi
dalam
dalam
memproduksi biodiesel dari minyak
transesterifikasi
nabati
Penggunaan
yang
mengandung
asam
proses
minyak
katalis
AlCl3
nabati. lebih
lemak bebas yang tinggi. Oleh
efektif, hal ini menunjukkan bahwa
karena itu, pada penelitian ini dalam
proses trensesterifikasi berlangsung
produksi biodiesel dari fitoplankton
cepat dan memberikan nilai FFA
Porphyridium
(Free Fatty Acid) yang rendah, serta
cruentum
dengan
kandungan asam lemak yang tinggi
dapat
akan digunakan katalis AlCl3 dalam
sabun dalam jumlah yang cukup
proses transesterifikasi.
besar karena pembentukan sabun
Produksi
mengurangi
pembentukan
biodiesel
melalui
yang cukup besar dapat menghambat
transesterifikasi
pada
pemisahan gliserol dari biodiesel
umumnya menggunakan katalis basa
(metil ester) dan mengakibatkan
(Soriano dkk., 2009). Kwangdinata,
terbentuknya emulsi (Soriano dkk.,
(2013) mensintesis biodiesel dari
2009).
proses
etanol 96 %, iodin (I2), amilum,
BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari – Mei 2014 di Laboratorium Kimia Anorganik dan Kimia
Organik
Jurusan
Kimia
kertas saring, tissue roll, kertas label, dan aluminium foil.
Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam
Matematika dan
Ilmu
Pengetahuan
Alam
Universitas
Hasanuddin,
serta
Laboratorium Terpadu Peternakan
penelitian ini antara lain; alat-alat gelas
yang
digunakan
pada
dalam
umumnya laboratorium,
toples yang terbuat dari bahan gelas,
Universitas Hasanuddin.
kontainer,
aerator,
salinometer,
centrifuge, desikator, pompa vakum,
Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan
corong
Buchner,
waterbath,
dalam penelitian ini antara lain;
penangas air, rotary evaporator
biakan fitoplankton Porphyridium
Butchi, blower, buret 50 mL Pyrex,
cruentum
neraca analitik, dan alat ultrasonik S
yang
berskala
dari
Laboratorium Bioanorganik Jurusan Kimia FMIPA UNHAS, air laut yang berasal dari daerah pantai Makassar,
akuades,
FeCl3.6H2O,
MnCl2.4H2O, H3BO4, Na-EDTA, NaH2PO4.2H2O,
NaNO3,
CoCl2.6H2O, (NH4)6Mo7O24.4H2O,
40 H Elmasonic.
Prosedur Kerja A. Pengkulturan Fitoplankton Laut
ZnCl2,
CuSO4.5H2O, vitamin
B
Air laut ditampung dalam wadah
kemudian
disterilkan
diukur
salinitasnya
selanjutnya
kompleks, natrium boraks, KIO3,
dengan
H2SO4, KI, KOH, metanol p.a, HCl,
salinometer dan disaring dengan
AlCl3,
menggunakan kertas saring. Air laut
Na2S2O3.5H2O,
Na2SO4
anhidrat, asam oksalat, indikator fenolftalein, indikator metil orange,
yang
menggunakan
telah
steril
alat
ditambahkan
medium Conway dan dikondisikan
dioperasikan pada frekuensi 40 kHz
gas
dan suhu 50 – 60 ⁰C, kemudian
CO2
dengan
proses
aerasi
kemudian ditambahkan fitoplankton
dicampur
Porphyridium cruentum.
terbuat dari metanol (perbandingan
dengan
larutan
yang
mol lipid : metanol = 1 : 12) dan
B. Isolasi Lipid Fitoplankton Fitoplankton
Porphyridium
katalis AlCl3 (9 % berat minyak) yang telah diaduk selama ± 15
cruentum yang sudah dikeringkan
menit.
dalam oven, ditempatkan dalam
transesterifikasi yakni 180 menit.
erlenmeyer dan ditambahkan pelarut
Selama reaksi tersebut berlangsung,
etanol 96 % dengan perbandingan 1
suhu
: 6 b/v, kemudian diekstraksi dengan
Selanjutnya, hasil transesterifikasi
alat
dibiarkan selama 3-4 hari hingga
ultrasonik
cleaner
yang
Waktu
pemanasan
untuk
perlu
dioperasikan pada frekuensi 40 kHz.
terbentuk dua fasa.
Ekstrak
yang berupa gliserol
etanol
mengandung dipisahkan
diperoleh lipid
yang
kemudian
proses
dijaga.
Fasa bawah dipisahkan
dangan fasa atasnya yang berupa
dengan
menggunakan
rotary evaporator.
Lipid yang
ditambahkan Na2SO4 anhidrat ke
diperoleh kemudian dianalisis untuk
dalam metil ester tersebut untuk
menentukan
menarik sisa air dalam larutan
kadar
asam
lemak
bebas dan kadar air.
C. Sintesis Biodiesel Melalui Metode Ultrasonik Lipid murni dari fitoplankton Porphyridium cruentum yang telah diperoleh selanjutnya dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dipanaskan dalam alat ultrasonik cleaner yang
metil
ester.
tersebut.
Setelah
itu,
Tahap selanjutnya yakni
memisahkan Na2SO4 dari biodiesel dengan
menggunakan
Supernatan (biodiesel)
berupa
sentrifuge. metil
diambil
ester
kemudian
dipanaskan dalam oven pada suhu 70
⁰C.
Selanjutnya
diperoleh
biodiesel murni yang kemudian
dianalisis untuk mengetahui kualitas
disertai dengan penambahan vitamin
biodiesel tersebut.
ke
dalam
media
Pengulturan
D. Analisis Sifat Biodiesel Analisis
sifat
tersebut. fitoplankton
Porphyridium
cruentum
diawali
biodiesel
dengan proses peremajaan bibit
pada penelitian ini meliputi
fitoplankton Porphyridium cruentum
kadar asam lemak bebas ( %
selama 14 hari. Selanjutnya, proses
FFA ), bilangan penyabunan, dan densitas.
Prosedur kadar
asam lemak bebas ( % FFA )
pengulturan
fitoplankton
Porphyridium setelah
proses
Porphyiridium
AOCS
umum
5a-40,
penyabunan
bilangan
berdasarkan
Metode AOCS Cd 3-25, dan densitas berdasarkan Metode
cruentum beberapa
secara fase
Pada fase pertama
yakni fase adaptasi fitoplankton Porphyridium cruentum terjadi pada hari ke-1 sampai ke hari ke-2.
ASTM D1475. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Fitoplankton Porphyridium cruentum Pengamatan
fitoplankton
terjadi
pertumbuhan.
dimulai
peremajaan.
Pertumbuhan
dilakukan berdasarkan Metode Ca
cruentum
pertumbuhan
Biomassa Kering Kultur Fitoplankton Porphyridium cruentum Setelah hingga
dilakukan
diperoleh
kultur
pertumbuhan
fitoplankton Porphyridium cruentum
optimum fitoplankton Poprhyridium
dilakukan setiap 24 jam selama 18
cruentum, maka tahap selanjutnya
hari dengan menggunakan medium
yaitu
Conway sebagai media pertumbuhan
biomassa dapat dilakukan dengan
dalam
cara
air
laut
steril
yang
disesuaikan dengan salinitasnya dan
filtrasi,
panen
biomassa.
sedimentasi, dan
Panen
sentrifugasi,
flokulasi.
Pada
penelitian
ini,
panen
dilakukan
dengan
biomassa
menggunakan
proses sentrifugasi.
soxhletasi, dan perkolasi.
Hal ini
disebabkan bahwa metode ekstraksi ultrasonik ini dapa menyebabkan
Proses sentrifugasi dilakukan
perubahan fisika dan kimia pada
dengan menggunakan alat sentrifuge
suatu media melalui pembentukan
dingin dengan kecepatan 10000 rpm
dan
hingga supernatan berwarna bening
gelembung kavitasi yang terjadi
yang
bahwa
secara simultan dan terus menerus
mengendap
sehingga dapat mempercepat reaksi,
mengindikasikan
biomassa
telah
sempurna.
Supernatan
pemecahan
gelembung-
yang
katalis yang digunakan lebih sedikit,
diperoleh kemudian disisihkan, dan
dan dapat mengurangi rasio alkohol
endapannya
terhadap
dikeringkan
dalam
oven.
lipid.
Lipid
dari
fitoplankton Porphyridium cruentum memiliki kandungan asam lemak
Isolasi Lipid Fitoplankton Porphyridium cruentum
yang tinggi sehingga dipilih sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.
Isolasi
lipid
fitoplankton
merupakan tahap awal pembuatan biodiesel
dari
fitoplankton
Porphyridium
cruentum
menggunakan
metode
Metode
ekstraksi
dengan ekstraksi. ultrasonik
merupakan metode ekstraksi yang memanfaatkan gelombang ultrasonik atau
yang
sonokimia. lebih
dikenal
Metode ekstraksi ini
efisien
dibandingkan
sebagai
dan
efektif
dengan
jika
metode
ekstraksi lainnya seperti maserasi,
Gambar 1. Ekstraksi lipid fiotplankton Porhyridium cruentum Pada tahap isolasi lipid dari fitoplankton
laut
Porphyridium
cruentum digunakan pelarut yang memiliki
polaritas
yang
sama
dengan bahan yang akan diekstrak
dengan menghancurkan komponen
dipercepat
penyusun dinding sel fitoplankton,
katalis asam lewis AlCl3 (9 % berat
yaitu pelarut etanol 96 %. Biomassa
minyak).
kering fitoplankton Porphyridium
transesterifikasi yakni sekitar 180
cruentum yang diperoleh kemudian
menit dengan suhu pemanasan 50 –
diekstraksi dengan pelarut etanol 96
60 oC menggunakan alat ultrasonik
% dengan lama ekstraksi 11 jam 30
cleaner yang
menit.
frekuensi 40 kHz. Kemudian hasil
Proses ekstraksi dapat
dihentikan
atau
belum
dengan
menggunakan uji KLT.
ekstraksi
penambahan
Waktu
reaksi
dioperasikan
pada
reaksi dbiarkan selama 3 – 4 hari hingga terbentuk dua lapisan.
Lipid yang diperoleh dari proses
dengan
Lapisan
atas
fitoplankton
kemudian
Porphyridium cruentum merupakan
dipisahkan dari pelarut etanol 96%
lapisan biodiesel berwarna jingga
dengan cara dievaporasi sehingga
keruh, sedangkan lapisan bawah
menghasilkan lipid yang murni.
merupakan lapisan gliserol berwarna
Lipid yang diperoleh dari isolasi
coklat kekuningan.
Kedua lapisan
lipid
yang
dari
fitoplaknton
Porphyridium
diperoleh
proses
cruentum sebesar 10,0143 gram
transesterifikasi dipisahkan. Lapisan
dengan biomassa kering sebesar
atas kemudian disentrifuge untuk
24,8699 gram dan konsentrasi lipid
menghilangkan
16,2667 % BK.
gliserol yang kemungkinan terikut
pengotor
pada saat proses pemisahan.
Sintesis Biodiesel dari Lipid Fitoplankton Sintesis biodiesel dari lipid fitoplankton Porphyridium cruentum dilakukan transesterifikasi
dengan
reaksi
menggunakan
pelarut metanol (1:12).
Hal ini
dan
Analisis Sifat Biodiesel Tabel 1. Hasil analisa kadar asam lemak bebas (% FFA), bilangan penyabunan, dan densitas
Standar ASTM D6751
Hasil Parameter Penelitian (a)
(b)
Gambar 2. a)lipid fitoplankton Porphyridium cruentum b)biodiesel fitoplankton Porphyridium cruentum Setelah proses sentrifuge maka
diperoleh
biodiesel.
Selanjutnya biodiesel yang diperoleh kemudian dimurnikan dengan cara
Kadar Asam Lemak Bebas / FFA (%)
< 0,4500
4,9912
Bilangan Penyabuna n (mg KOH/g)
< 500
130,9161
dipanaskan dalam oven pada suhu 70
o
C.
Berat biodiesel yang
Densitas
< 0,90
0,7858
diperoleh sebesar 4,1834 gram. Hasil sintesis biodiesel dari lipid
fitoplankton
cruentum
kemudian
karakterisasi ASTM
Porphyridium dilakukan
berdasarkan
D6751.
A. Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (% FFA) Biodiesel Penentuan kadar asam lemak
standar
Karakterisasi
bebas
biodiesel
dilakukan
meliputi uji analisa kadar asam
berdasarkan metode analisa AOCS
lemak bebas (% FFA), bilangan
Ca 5a-40.
penyabunan, dan densitas.
lemak bebas / FFA (%) biodiesel yang
Standar kadar asam
dianjurkan
dalam
ASTM
D6751 adalah maksimal sebesar 0,4500 %.
Dari
hasil
penelitian,
konsentrasi
asam
lemak
yang
diperoleh nilai kadar asam lemak
terdapat di dalam minyak atau
bebas pada biodiesel fitoplankton
biodiesel.
Porphyridium
molekul,
cruentum
yaitu
Semakin rendah berat maka
semakin
sebesar 4,9912 %. Hasil ini belum
bilangan penyabunan,
memenuhi
sebaliknya
parameter
yang
ditetapkan oleh ASTM D6751. Hal
yang
terdapat
fitoplankton
pada
Porphyridium
cruenttum sangat tinggi.
begitupun
(Kwangdinata,
2013).
ini disebabkan bahwa kandungan lemak
tinggi
Penentuan
bilangan
penyabunan dilakukan berdasarkan metode AOCS Cd 3-25.
Standar
Kadar
bilangan penyabunan biodiesel yang
asam lemak bebas yang tinggi dapat
ditetapkan dalam ASTM D6751
menyebabkan endapan dalam sistem
adalah maksimal sebesar 500 mg
pembakaran dan juga merupakan
KOH/g. Biodiesel dari fitoplankton
indikator
bakar
Porphyridium cruentum memiliki
tersebut dapat berfungsi sebagai
bilangan penyabunan yang rendah
pelarut yang dapat mengakibatkan
dan
penurunan
mutu biodiesel yang ditetapkan oleh
bahwa
kualitas
bahan bakar.
bahan
pada
sistem
Makin tinggi asam
masuk
ASTM
dalam pengendalian
D6751.
Bilangan
lemak bebas maka semakin rendah
penyabunan
biodiesel
yang
kualitas biodieselnya.
diperoleh yaitu sebesar 130,9161 mg KOH/g.
B.AnalisisBilangan Penyabunan Bilangan
penyabunan
didefinisikan
sebagai
KOH
dibutuhkan
yang
C. Analisis Densitas Biodiesel
milligram untuk
Densitas
merupakan
penentu
kualitas
satu
salah
biodiesel
menyabunkan satu gram sampel.
karena berkaitan dengan nilai kalor
Bilangan penyabunan bergantung
dan daya yang dihasilkan mesin
pada berat molekul dan persentase
diesel.
Semakin
rendah
nilai
densitas, maka nilai kalor atau
transesterifikasi akan meningkatkan
pembakaran
reaksi penyabunan sehingga zat-zat
tinggi
juga akan
semakin
(Kwangdinata, 2013). Densitas
perbandingan volume.
pengotor seperti sabun dan gliserol
menunjukkan berat
per
satuan
Densitas diukur dengan
yang
terbentuk
menyebabkan
densitas biodiesel menjadi lebih besar.
Namun, densitas dapat
menggunaka piknometer. Menurut
dikurangi
Irdoni (2012), semakin panjang
kontaminan seperti metanol serta
rantai asam lemak, maka densitas
dengan meningkatkan waktu reaksi
juga akan semakin meningkat.
sehingga asam lemak bebas habis
Banyaknya
jumlah
ikatan
bepengaruh
pada
rangkap
juga
densitas,
dimana
keberadaan
bereaksi membentuk metil ester (Kwangdinata, 2013).
akan
Pada penelitian ini, densitas
menurun jika ikatan rangkap dalam
yang diperoleh adalah 0,7858 g/cm3.
sebuah produk semakin banyak. Hal
Dari hasil yang diperoleh, densitas
ini
densitas
dari
semakin
Porphyridium
yang
semakin
densitas
oleh
menyebabkan besar
adalah
biodiesel
fitoplankton
cruentum
dapat
tingginya suhu reaksi dan semakin
dikatakan masuk dalam rentang nilai
besarnya
densitas yang telah ditetapkan pada
konsentrasi
katalis
dikarenakan penggunaan suhu tinggi dan katalis yang berlebih pada reaksi
standar ASTM D6751.
katalis AlCl3 dalam penelitian ini
KESIMPULAN Katalis
AlCl3
berpotensi
dapat mengurangi angka bilangan
sebagai katalis pada proses sintesis
penyabunan. Adapun nilai densitas
biodiesel dari lipid fitoplankton
yang
Porphyridium
cruentum.
g/cm3. Namun, dalam hal ini kadar
Kandungan lipid dari proses isolasi
asam lemak bebas masih belum
melalui ekstraksi ultrasonik yang
memenuhi
diperoleh yaitu sebesar 16,2667 %
ditetapkan American Society for
BK
Testing
and
D6751)
yaitu
Kuantitas
biodiesel
yang
disintesis dari lipid fitoplankton Porphyridium sebesar
cruentum
4,1834
diperoleh
sebesar
standar
0,7858
mutu
yang
Materials
(ASTM
diperoleh
sebesar
4,9912 % .
adalah
gram
dengan
adalah
sebesar
Penulis menyampaikan terima
10,0143 gram dengan biomassa
kasih kepada analis Laboratorium
kering sebesar 24,8699 gram.
Kimia Anorganik Jurusan Kimia
kandungan
lipid
Kualitas
biodiesel
dari
UCAPAN TERIMA KASIH
FMIPA
Unhas,
dan
fitoplankton Porphyridium cruentum
Laboratorium
telah memenuhi standar mutu yang
Jurusan Kimia FMIPA Unhas. Serta
ditetapkan American Society for
kepada semua pihak yang membantu
Testing and Materials
sehingga
(ASTM
D6751) jika ditinjau dari standar bilangan
penyabunan
dan
densitas yang dihasilkan.
nilai Peran
terlaksana.
Kimia
analis
penelitian
Organik
ini
dapat
DAFTAR PUSTAKA Dragone, G., Fernandes, B., Vicente, A.A., and Teixeira., 2010, Third generation biofuels from microalgae, Institute for Biotechnology and Bioengineering, Centre of Biological Engineering, University of Minho, Campus de Gualtar, Portugal. Handayani, S.P., 2010, Pembuatan Biodiesel dari Minyak Ikan dengan Radiasi Gelombang Mikro, (online), Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Kwangdinata, R., 2013, Produksi Biodiesel dari Lipid Beberapa Spesies Fitoplankton Mealui Metode Ultrasonik, Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar. Mata, T.M., Martins, A.A., Caetano, N.S., 2010, Microalgae for Biodiesel Prosuction and Other Applications: A Review, Renew. Sustainable Energy Rev., 14: 217-232. Soriano, N., Venditti, R., dan Argyropoulos, D.S., 2009, Biodiesel Synthesis Via Homogeneous Lewis Acid-Catalyzed Transesterification, Science Direct: Elsevier., 88 : 560-565. Triantoro, K., 2008, Alga Mikro Scenedesmus sp. Sebagai Salah Satu Alternatif Bahan Baku Biodiesel di Indonesia, Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Wen, Z., dan Johnson, M., 2009, Microalga as A Feedstock for Biofuel Produkction, Biological System Engineering, Virginia Tech, Virginia. Yosta, E.R., Harimurti, D.W., dan Rachmaniah O., 2009, Studi Pendahuluan: Ekstraksi Minyak Alga dari Spirulina sp. Sebagai Wacana Baru Bahan Baku Alternatif Pada Proses Pembuatan Biodiesel, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.