Potensi Complete Feed untuk Penggemukan Sapi Potong di Kabupaten Bangkalan Potential Complete Feed for Fattening Beef Cattle in Bangkalan Mirni Lamid, Tri Nurhajati, Romziah Sidik Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Abstract Application technology of complete feed based on local resources are still very limited (not much done by society). It is therefore necessary transfer of appropriate technology to farmers in the district Bangkalan and Kamal beef cattle as a partner in the society of implementation of science and technology to be able to make a complete feed with the use of cellulolytic bacterial inoculum , which can increase the productivity of beef cattle as well as to reduce the cost of feed . Through the application of technology complete feed utilization of agricultural waste can be converted into products (meat) valued and empowered to sell high. The solution offered is through the development phase , training and application . The results showed that the activity of this IbM agricultural waste feed ingredients have the prospect to be developed as a complete feed raw materials, results of evaluation of the provision of complete feed produces beef cattle weight gain of 0.5-0.6 kg /day . The conclusion is : 1. Breeders can make complete feed independently. 2. Complete feed can potentially increase the weight of beef cattle 3. Measurement of beef cattle weight 0.5-0.6 kg/day. Keywords : complete feed , agricultural waste , cellulolytic bacteria , beef cattle
Pendahuluan
populasi ternak total di kedua kelompok
Gambaran dari Kelompok Ternak
ternak tersebut yaitu kambing 400 ekor,
Sapi Potong Sembilangan Jaya Desa
sapi potong 245 ekor, domba 130 ekor,
Sembilangan Kecamatan Bangkalan dan
yang
Bina
Banyuajuh
dikembangkan. Kendala pengembangan
Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan
peternakan di wilayah tersebut yaitu
Pulau
anggota
rendahnya pengetahuan para peternak
Kelompok Sembilangan Jaya sebanyak 50
tentang pola pemberian pakan yang baik.
orang
Bina
Pertumbuhan sapi potong lokal pada
Sejahtera sebanyak 40 orang dengan
kelompok ternak tersebut masih rendah,
Sejahtera
Madura.
dan
di
Desa
Jumlah
Kelompok
Ternak
cukup
prospektif
untuk
hanya
berkisar
0,2-0,3
kg/ekor/hari
buatan antara sapi Madura dan sapi
dengan kondisi pakan hijauan rumput
Limousin (MADRASIN) , sehingga akan
lapangan pada musim penghujan dan
dihasilkan produksi sapi dengan kualitas
jerami padi disaat musim
lebih bagus yang berdampak posistif
kemarau
dengan pakan tambahan bekatul pada
terhadap
saat panen padi, sehingga kebutuhan
peternak. Disisi lain peningkatan jumlah
nutrisi
ternak
ternak
sapi
potong
tidak
kenaikan
akan
perekonomian
membutuhkan
hijauan
mencukupi dan berpengaruh terhadap
pakan ternak dalam jumlah yang besar
produktivitasnya.
pula.
Pakan
merupakan
biaya produksi yang terbesar dalam
Limbah
dari
pertanian
ini
usaha peternakan yaitu sekitar 60 – 80%
mempunyai prospek sebagai bahan baku
dari biaya produksi (Hardianto dkk.,
pembuatan complete feed (pakan komplit).
2002);
ransum
Namun disisi lain kendala pemanfaatan
tidak hanya harus mencukupi kebutuhan
limbah pertanian adalah rendahnya nilai
nutrisi tetapi juga harus secara ekonomis
nutrisi yang ditandai dengan tingginya
menguntungkan.
kandungan
sehingga penyusunan
Sub mempunyai
sektor
peternakan
potensi
hemiselulosa,
serat
kasar
(selulosa,
lignin) dan
rendahnya
untuk
protein kasar, sehingga kecernaan limbah
dikembangkan di Kabupaten Bangkalan
pertanian menjadi rendah. Teknologi
sebagai sentra pemasok sapi potong ke
untuk
Rumah Potong Hewan (RPH) di luar
limbah
Pulau Madura. Populasi sapi potong di
prioritas penting dalam memperbaiki
Kabupaten
kecernaan nutrisi ternak sapi potong.
Bangkalan
tahun
2008
memperbaiki pertanian
biologis
kualitas masih
pakan menjadi
sebanyak 124.831 ekor (Dinas Pertanian
Perlakuan
menggunakan
dan Peternakan Bangkalan, 2010), dan
inokulum bakteri selulolitik berperan
akan meningkat setiap tahunnya sejalan
meningkatkan kualitas limbah pertanian
dengan digalakkan program inseminasi
sebagai pakan ternak, disisi lain juga
mempunyai kontribusi positif dalam
sebagai probiotik, untuk menghasilkan
menjaga
pakan ternak yang berkualitas dalam
keseimbangan
mikroorganisme
komposisi
dalam
sistem
yang
berakibat
intensif dan intensif . Oleh karena itu
meningkatnya daya cerna bahan pakan
diperlukan alih teknologi tepat guna
dan menjaga kesehatan ternak. Bakteri
kepada para peternak sapi potong di
lignoselulolitik
Kecamatan
pencernaan
ternak
mampu
memproduksi
pemeliharaan
sapi potong secara semi
Bangkalan
dan
Kamal
enzim endo 1,4 – glukanase, ekso 1,4
sebagai mitra dalam pelaksaanaan Iptek
glukosidase yang
bagi Masyarakat untuk dapat membuat
– glukanase dan
dapat memecah komponen serat kasar
pakan
menjadi
inokulum bakteri selulolitik, yang dapat
dkk,
karbohidrat terlarut (Howard
2003).
dilakukan
Hasil
oleh
tim
komplit
dengan
penggunaan
penelitian
telah
meningkatkan produktivitas sapi potong
pengusul
yang
serta
dapat
menekan
biaya
pakan.
berhasil mengisolasi bakteri selulolitik
Melalui aplikasi teknologi pakan komplit
asal rumen sapi potong (Mirni Lamid
pemanfaatan limbah pertanian dapat
dkk, 2004; Chusniati dkk., 2005), dan
diubah menjadi produk (daging) bernilai
telah pula diaplikasikan pada domba.
dan berdaya jual tinggi.
Selanjutnya
dilaporkan
penggunaan
inokulum bakteri selulolitik 15% dapat
Metode Penelitian
meningkatkan kualitas dan kecernaan
Materi Penelitian
jerami padi pada domba. Untuk meningkatkan penyediaan
Bahan penelitian
yang ini
digunakan
adalah
bahan
dalam limbah
pakan ternak secara kontinyu maka di
pertanian yang terdiri dari : katul, tumpi
introduksikan penggunaan complete feed
jagung, bungkil kopra, jerami kangkung
(pakan komplit) terutama yang berbahan
dan menir kedelai yang dikemas dalam
baku limbah hasil pertanian dengan
bentuk pakan komplit yang diperoleh
penambahan inokulum bakteri selulolitik
dari Kecamatan Bangkalan dan Kamal
Kabupaten
Bangkalan.
Isolat
bakteri
tetes
secara
merata,
yang digunakan adalah bakteri seluloltik
dimasukkan
yang merupakan stok dari Laboratorium
Setelah proses fermentasi selesai, pakan
Makanan Ternak Fakultas Kedokteran
komplit diangin-anginkan selanjutnya
Hewan Universitas Airlangga Surabaya.
dilakukan
Pelaksanaan Penelitian
mengetahui kandungan
Pada penelitian ini bahan-bahan
dalam
selanjutnya
analisis
kantong
proksimat
(1990).
lokasi yaitu berasal dari Kelompok
digunakan
Ternak Sembilangan Jaya (Kelompok
Lengkap (RAL).
Ternak
penelitian sebagai berikut :
Kelompok
Ternak
Bina
Sejahtera (Kelompok Ternak B) dan Kelompok
Ternak
Konvensional
menggunakan jerami padi
(Kelompok
Ternak B). Complete feed
semuanya
dibuat dalam bentuk dengan iso protein (protein
kasar
12-13%).
Selanjutnya
untuk
protein kasar
dan serat kasar dengan metode AOAC
limbah limbah pertanian diperoleh dari 2
A),
plastik.
Rancangan adalah
penelitian
yang
Rancangan
Acak
Adapun perlakuan
Kelompok Ternak A
= Pakan
jerami padi (kontrol) Kelompok Ternak A
= Complete
feed +10 % bakteri selulolitik Kelompok Ternak A
= Complete
feed +10 % bakteri selulolitik
semua bahan tersebut ini dilakukan
Ketiga perlakuan pakan tersebut
fermentasi menggunakan isolat bakteri
diuji pengaruhnya terhadap kandungan
selulolitik yang diperam selama 7 hari.
nutrisi complete feed (Abu, PK, SK,
Proses
Lemak, BO, BETN).
pengolahan
pakan
dilakukan
dengan cara mencampur semua bahan limbah
pertanian
selanjutnya
yang
diproses
ada
dan
dengan
menggunakan metode fermentasi. Semua bahan disemprot dengan larutan yang terdiri dari bakteri selulolitik, urea dan
Hasil Penelitian Kandungan Nutrisi Pakan Kandungan nutrisi complete feed yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis Proksimat Complete Feed Sesudah Fermentasi (% BK) Kelompok Ternak
Abu
PK
L
SK
Ca
BO
BETN
Kelompok Ternak A
14.41 b
14.41 a
6.98 b
15.37 b
2.85 a
89.66 a
46.08 a
Kelompok Ternak B
10.83 b
14.09 a
11.72 a
16.90 b
1.96 a
89.17 a
44.10 a b
Kelp Ternak C
22.87 a
5.02 b
5.05 b
35.61 a
0.2 b
77.13
35.58 c
bakteri
selulolitik
Complete feed yang dihasilkan oleh peternak
menunjukkan
aktivitas
untuk
terjadi
tumbuh selama proses fermentasi akan
peningkatan kandungan protein kasar
menjadi terhambat. Tanpa kandungan
yang difermentasi dengan menggunakan
nutrisi
bakteri
Peningkatan
protein tidak dapat berjalan optimal
kandungan protein kasar terdapat pada
karena bakteri selulolitik tidak akan
Kelompok Ternak A dan Kelompok
hidup dan berkembang dengan baik.
Ternak B, hal ini disebabkan peningkatan
Perkembangan dari mikroba tergantung
aktivitas
dalam
pada karbon yang tersedia, dengan
mengikat nitrogen sebagai bahan dasar
meningkatnya jumlah mikroba tersebut
untuk
sehingga
maka terjadi kompetisi diantara mikroba
peningkatan kadar nitrogen ini sangat
untuk mendapatkan karbon, sehingga
menguntungkan bakteri selulolitik untuk
ketersediaan
melakukan
pembatas (Rifqiyah, 2005).
selulolitik.
bakteri
sintesis
selulolitik
protein,
pertumbuhan
dan
yang
lengkap
karbon
perombakan
menjadi
faktor
optimal
Complete feed yang dihasilkan oleh
sehingga kadar protein kasar complete
peternak ini menunjukkan bahwa terjadi
feed akan meningkat. Prosentase bakteri
penurunan kandungan serat kasar pakan
selulolitik
komplit
melakukan
aktivitas
yang
secara
tinggi
dan
tidak
yang
diimbangi dengan kandungan nutrisi
menggunakan
yang
Perlakuan
sesuai
dapat
menyebabkan
yang
difermentasi bakteri
dengan
selulolitik.
menunjukkan
hasil
terbaik dengan kandungan serat kasar
complete feed menghasilkan pertambahan
terendah
berat badan sapi potong 0,5-0,6 kg/hr.
adalah
terdapat
pada
Kelompok Ternak A dan Kelompok
Dari
Ternak B hal ini disebabkan jumlah
dievaluasi ternyata optimalisasi produksi
bakteri selulolitik sesuai dengan sumber
sapi potong dapat tercapai.
nutrisi yang tersedia sehingga tidak terjadi kompetisi antar mikroba dan mikroba dapat tumbuh secara optimal selulosa
pakan
optimal
lebih
dalam
menunjukkan
bahwa
IbM bahan
peternak
pengolahan
tumpi jagung, bungkil kopra, jerami kangkung,
menir
mempunyai dikembangkan
kedelai
dan
prospek sebagai
bahan
tetes
pengetahuan
3. Pengukuran pertambahan berat badan sapi potong 0,5-0,6 kg/hr. UCAPAN TERIMA KASIH
Tim
Pelaksana
menyampaikan setinggi-tingginya
banyak
dapat
dimanfaatkan secara optimal dengan harga yang relatif murah per kg complete feed sehingga memberikan keuntungan bagi peternak. Hasil evaluasi pemberian
untuk
feed secara mandiri.
limbah agroindustri yang keberadaannya cukup
peternak
2. Peternak dapat membuat complete
indikasi bahwa biodiversity bahan-bahan
pedesaan
dan
penyusunan ransum sapi potong.
pembuatan complete feed, hal ini memberi
di
feed
pada musim kemarau,
untuk baku
complete
sebagai sumber pakan terutama
ini
limbah agroindustri antara lain katul,
tentang
pembuatan
bahan
pakan
setelah
pengetahuan
dibandingkan
kegiatan
diperoleh
1. Peningkatan
dengan perlakuan lainnya. Hasil
yang
Kesimpulan :
sehingga dalam melakukan aktivitas mendegradasi
hasil
Penelitian
kegiatan
penghargaan
dan
kepada
IbM yang
Direktorat
Pengabdian
Kepada
Masyarakat Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Kementerian
Kebudayaan Perjanjian
Sesuai
Pendidikan dengan
Pelaksanaan
dan Surat
Penugasan
Program Pengabdian Kepada Masyarakat Nomor
:
004/SP2H/KPM/
DIT.LITABMAS/V/2013,
tanggal 13
Mei 2013. DAFTAR PUSTAKA Chusniati, S., Kusriningrum., Mustikowein., Mirni Lamid. 2005. Pengaruh Lama Pemeraman Jerami Padi ang Dipermentasi oleh Isolat Bakteri Selulotik Rumen terhadap Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Airlangga. Hardianto, R., D.E. Wahyono, C. Anam, Suryanto, G. Kartono dan S.R.Soemarsono. 2002. Kajian Teknologi Pakan Lengkap (Complete feed) sebagai peluang agribisnis bernilai komersial di pedesaan. Makalah Seminar dan Ekspose Teknologi Spesifik Lokasi. Agustus 2002. Badan Litbang Pertanian, JakartaHoward, R.L; Abotsi, E; Jansen van Rensburg El and Howard, S. 2003. African Journal of Biotecnology . Vol. 2 (12). Pp. 602-619 Howard, R. L., E. Abtosi, Jansen van Rensburg El and Howard, S. 2003. African Journal of Biotechnology. Vol. 2 (12) Pp. 602-619.
Mirni
Lamid., Kusriningrum., Mustikoweni., Chusniati, S. 2005. Inokulasi Bakteri Selulolitik pada Jerami Padi sebagai Upaya Penyediaan Pakan Ternak Ruminansia. Laporan Penelitian Due-Like Batch III. Fakultas Kedokteran Hewan Unair.
Pulungan ,H., I.W. Mathius dan A. Prabowo. 1984. Pengaruh penambahan Singkong Segar pada Ransum Rumput Gajah untuk Domba yang sedang Digemukkan. Proceedings Domba dan Kambing Di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Reddy, M.R. 1988. Complete Ration on Fibrous Agricultural Residues for Ruminant. In : Non Conventional Feed Resourcesd Fibrous for Expanded Utilation. Proceeding of a Consultation Held in Hisar, India, 21- 29 March 1988. Editor : C. Davendra International Development Research Center, Indian Council of Agricultural Research. India. Rifqiyah, N. 2005. Pengaruh Pemberian Probiotik pada Jerami Padi terhadap Kandungan Protein dan Serat Kasar. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga.