POLITISASI MEDIA TELEVISI DI INDONESIA (Studi Pemberitaan tvOne terhadap Pilpres 2014) Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan meraih gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Aisyah 1110112000074
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAK Aisyah Politisasi Media Televisi Indonesia: Studi Pemberitaan tvOne terhadap PILPRES 2014 Praktik konglomerasi media yang berubah menjadi ajang politisasi tampak sangat kental dalam Pemilu 2014. Namun hal tersebut menjadi sangat menarik ketika memasuki masa PILPRES 2014 di bulan Juni dan Juli, karena televisi swasta di Indonesia nampak jelas terbagi ke dalam dua golongan, sesuai dengan jumlah kandidat capres-cawapres. Pers tentu bisa saja memiliki dukungan politik tertentu, namun dukungan tersebut haruslah independen, sesuai dengan kode etik jurnalistik dan bertanggung jawab kepada berbagai pihak khususnya masyarakat. Hal yang demikian sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik dan cita-cita negara yang dibalut pancasila sebagai ideologi pers. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai pengaruh politik terhadap media televisi khususnya stasiun tvOne dalam Pemilihan Presiden 2014. Pertama, menggunakan metode kualitatif dengan teori analisis wacana kritis model van Dijk untuk membaca karakteristik berita dan menganalisis teks serta konteks berita; dan kedua, menggunakan teori Hirarki Pengaruh demi membuktikan realitas media televisi tvOne. Hasil penelitian ini mengetahui bahwa telah terjadi politisasi dalam tubuh tvOne yang dilakukan oleh pemilik media. Hal tersebut terjadi karena pergeseran makna profesionalisme dan prinsip yang dimiliki oleh jurnalis, tercemarnya lembaga independen pengawas pers akibat besarnya konspirasi kepentingan politik dan industri, serta minimnya kontrol dari masyarakat.
v
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim, Alhamdulillah puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkah, rahmat dan pertolongannya skripsi ini dapat terselesaikan. Tak lupa shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya dari awal dan akhir zaman. Penelitian skripsi berjudul Politisasi Media Televisi di Indonesia: Studi Pemberitaan tvOne terhadap PILPRES 2014 ini didasari atas keingintahuan peneliti dalam memahami sosial dan politik, sekaligus memenuhi kepedulian peneliti untuk mencoba menghasilkan suatu karya tulis yang komprehensif dan baik. Meski demikian, peneliti menemukan keadaan yang cukup sulit untuk merampungkannya yang sebagian besar didapat dari diri peneliti sendiri seperti rasa malas, ceroboh dan sebagainya datang silih berganti. Pada akhirnya kesemua hal tersebut dapat teratasi dengan bantuan dari seluruh pihak yang dengan murah hati menjadi penyemangat peneliti. Oleh sebab itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan peneliti belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan segala kebijaksanaanya. 2. Prof. Dr. Bachtiar Effendy, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Ali Munhanif, Ph.D. Ketua Program Studi Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti selalu memiliki pengajar favorit di tiap jenjang pendidikan, dan terima kasih kepada Bapak atas ilmu dan semangat yang telah diberikan.
vi
4. Bapak M. Zaki Mubarak, M.Si sebagai Seketaris Program Studi Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas segala masukan dan kemudahannya. 5. Bapak Dr. Iding R. Hasan sebagai Dosen Pembimbing Peneliti yang selalu hadir memberikan bimbingan dan semangat serta kemudahan dalam penelitian ini. 6. Bapak Ahmad Bakir Ihsan, MA dan Ibu Dra. Haniah Hanafie M.Si sebagai dosen penguji skripsi yang telah menguji peneliti dengan baik dan bermurah hati memberikan masukan dan saran demi kebaikan penelitian ini. 7. Seluruh jajaran dosen FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang pernah menjadi pengajar peneliti. 8. Kedua orang tua, Ummi Erni Herawati dan Abi Abdul Karim. Yang tanpa belas kasih dan doa keduanya peneliti tidak akan dapat mengatasi segala keras dan getirnya permasalahan hidup. 9. Adik-adik, Romadhon Arribath, I’dad al-Ghiffari, Jihad, Sarah Azzahra, Bilqis Zhafira, Zaccharia Muzakki, (almh.) Nisrina Izzati Sophia, kalian adalah motivasi dan refleksi peneliti. 10. Segala pihak yang telah berkontribusi terhadap penelitian ini dan bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran: Ka Andi Anggana (Adit); Kakakkakak jurnalis tvOne Mas Wisnu Sya’ban, Kak Mina Apratima Nour, Mas Taufik Angkasa; Mas Roy Thaniago dari Remotivi; Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG). 11. Tiga Roda Bajaj: Laila Afifah dan Luluk Hidayah, sahabat penulis dalam suka dan duka, dalam marah dan tawa, dalam kekurangan dan kelebihan, dan segala hal yang saking besarnya tak dapat terlukiskan oleh sekedar kata-kata. Semoga persahabatan ini berlangsung selamanya. Tidak lupa
vii
untuk serep roda bajaj, Afrilia Mayasari yang meski selalu di-bully peneliti, tetapi tetap memiliki hati yang bersih. 12. Padepokan Ular Kelilit: gank politisi dadakan peneliti sejak terjun dalam perpolitikan kampus bersama Adis Puji Astuti, Fathi Andini, Muhammad Indragiri dan Erwin Saputra Muhammad, beserta Miftachul Choir alAyyubi yang telah banyak membantu peneliti dalam berbagai hal dalam penelitian ini. 13. Teman-teman Ilmu Politik 2010 FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Kelas B yang telah banyak mendewasakan peneliti selama proses menuntut ilmu. 14. Sahabat, partner terkasih dan kebahagiaan peneliti, Khairul Imam Ghozali yang tanpanya kehidupan akan terasa membosankan. 15. Kemudian, segala pihak dalam hidup peneliti yang meskipun tidak dapat disebutkan satu per satu, tetapi tidak mengurangi value dalam pelajarannya kepada hidup. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Dan peneliti memohon maaf atas segala kekurangan dan kecerobohan peneliti dalam proses dan hasil skripsi ini. Ciputat, 16 Desember 2014
Aisyah
viii
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ..................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iii LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .............................. ivi ABSTRAK .........................................................................................................
v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ivi DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii BAB I
PENDAHULUAN …………………………………………… ........
1
A. Latar Belakang Penelitian............................................................
1
B. Pertanyaan Penelitian ..................................................................
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................
8
D. Tinjauan Pustaka .........................................................................
9
E. Metode Penelitian ........................................................................ 11 F. Sistematika Penulisan .................................................................. 14 BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN KONSEPTUAL .............................. 16 A. Analisis Wacana Kritis ............................................................... 16 1.
Paradigma Analisis Wacana ................................................ 16
2.
Karakteristik Analisis Wacana Kritis .................................. 19
3.
Analisis Wacana Teun van Dijk .......................................... 20
4.
Kerangka Teun van Dijk ..................................................... 23
B. Hirarki Pengaruh (Theories of Influences of Media Content) ..... 24 1.
Level Pengaruh Individu Pekerja Media ............................. 26
2.
Level Rutinitas Media ......................................................... 27
ix
3.
Level Pengaruh Organisasi .................................................. 30
4.
Level Pengaruh Luar Organisasi Media .............................. 31
5.
Level Pengaruh Ideologi ..................................................... 34
C. Televisi ....................................................................................... 35 D. Pers dan Media Massa ................................................................ 39 BAB III GAMBARAN UMUM TVONE ...................................................... 43 A. tvOne .......................................................................................... 43 B. Visi dan Misi .............................................................................. 45 C. Kebijakan Mutu .......................................................................... 45 D. Dewan Direksi ............................................................................. 46 E. Logo tvOne ................................................................................. 47 F. Program-program tvOne ............................................................. 47 G. Corporate Social Responsibility ................................................. 49 H. Biro tvOne .................................................................................. 50 BAB IV POLITISASI PEMBERITAAN STASIUN TELEVISI TVONE
51
A. Pemilihan Presiden Indonesia 2014 (Pilpres) ............................. 52 1.
Kronologi.............................................................................. 52
2.
Kandidat ............................................................................... 53
3.
Tahapan Pilpres 2014 ........................................................... 56
B. Pemberitaan Pilpres di tvOne ..................................................... 57 1.
Daftar Sampel Berita ............................................................ 58
2.
Karakteristik Berita .............................................................. 62
3.
Analisis Wacana Pemberitaan Pilpres 2014 van Dijk .......... 64
C. Hirarki Pengaruh Media ............................................................. 72 D. Pengaruh Politik terhadap tvOne dalam Pilpres 2014 ................ 87
x
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 97 A. Kesimpulan ................................................................................. 97 B. Saran ........................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... xiii LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
TABEL II.I
Skema Penelitian dan Metode van Dijk ……………………………………………………...…… 23
TABEL III.I
Program Acara tvOne …………………….…………….. 48
TABEL IV.I
Daftar Tokoh yang Secara Resmi Menyatakan Kesediaannya sebagai Calon Wakil Presiden ………………………………….……………………...…54
TABEL IV.II
Daftar Tokoh Daftar Tokoh yang Meskipun Tidak Pernah Secara Resmi Menyatakan Kesediannya Maju dalam Pencapresan, namun Diusung Media sebagai Calon Potensial ……………………………………...………… 55
TABEL IV.III
Sampel Judul Berita selama PILPRES 2014 di tvOne …..57
TABEL IV.IV
Elemen Wacana van Dijk ………………………………..64
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ada empat pilar yang menjadi dasar sekaligus pembentuk suatu bentuk negara demokrasi yang ideal, yakni selain tiga komponen trias politika (legislatif, eksekutif dan yudikatif), juga meliputi pers atau media massa. Dalam negara demokrasi yang libertarian seperti di Inggris dan Amerika Serikat, pers bebas dari pengaruh pemerintah dan bertindak sebagai fourth estate (kekuasaaan keempat) setelah lembaga trias politika.1 Pers merupakan kontrol, sebagai check and balances terhadap ketiga pilar sebelumnya dan menjadi alat komunikasi antara pemerintah dengan rakyat, pula sebaliknya. Dalam negara yang demokratis, komunikasi dua arah, transparansi dan argumentasi merupakan elemen mutlak agar tercipta penyebaran informasi yang merata (meski dalam pelaksanaannya masih belum maksimal disebabkan keterbatasan), maka pers disetujui sebagai suatu instrumen yang krusial, karena pada proses komunikasi politik yang akomodatif dan transparan tersebut menjadikan suatu negara berjiwa demokratis dan pada efeknya lah opini masyarakat dapat terbentuk.
1
Prof. Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 89
1
Pers berasal dari bahasa Belanda. Dalam bahasa Inggris disebut press. Secara harfiah berarti cetak, sedangkan secara maknanya adalah penyiaran secara tercetak. Ada dua pengertian terhadap pers, yang pertama secara luas, pers adalah segala penerbitan (berbagai jenis), termasuk media massa elektronik. Secara sempit hanya terbatas pada media cetak. Pers Indonesia sendiri menganut sistem khas Indonesia, yaitu pers Pancasila yang oleh dalam sidang ke-25 Dewan Pers didefinisikan sebagai pers yang orientasi, sikap dan tingkah lakunya berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.2 Landasan konstitusional pers dinyatakan dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 1982, berbunyi ―…Pers mempunyai hak kontrol, kritik dan koreksi yang bersifat konstruktif…‖. Dalam statuta Dewan Pers Indonesia disebutkan bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan demokrasi, keadilan, supremasi hukum dan unsur yang sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang demokratis, hal ini dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28. Pers menjadi penting karena posisinya yang berinteraksi dengan negara, masyarakat dan pasar. Serta menimbang kenyataan bahwa pers memiliki fungsi sebagai media pendidikan dan informan kepada masyarakat dalam bentuk berita. Alexis de Tocqueville (seorang intelektual dan sejarawan Perancis) juga menyebut bahwa informasi adalah udara bagi demokrasi dan dalam posisinya sebagai kekuatan politik, Ibnu Hamad dalam Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah
2
Uchjana, Ilmu, Teori, h. 89-90.
2
Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik menyebutkan bahwa pers terlibat langsung dengan peristiwa politik lalu membentuk opini publik di mana media (atau pekerja media) melakukan penggunaan simbol-simbol politik (bahasa politik), strategi pengemasan pesan (framing strategies) dan melakukan fungsi agenda media (media setting). Apa yang terjadi pada media massa di Indonesia akhir-akhir ini sangat mencemaskan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Remotivi (Lembaga indie wartawan dalm bidang pemantauan televisi) menyebutkan bahwa, kerja kampanye media yang intensif berpengaruh pada perolehan suara pemilu, sejalan dengan Lipmann yang berteori bahwa pers adalah pembentuk gambaran realitas yang sangat berpengaruh pada khalayak karena berfungsi sebagai pembentuk makna. Interpretasi media bisa mengubah interpretasi seseorang akan realitas dan pola tindakan mereka. 3 Dan fakta ini merupakan hasil nyata akibat praktik media yang tidak berimbang, bias kepentingan politik pemilih dan hal ini tentu mencederai demokrasi. 4 Salah faktor yang menyebabkan hal ini terjadi adalah sepak terjang para pengusaha media massa yang mulai ikut dalam dunia perpolitikan dan menggunakan asas manfaat dalam propertinya.
3
Walter Lippman, Opini Umum. Penerjemah S. Maimoen (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1998). 4
―(Siaran Pers) KPI: VALUASI Izin Frekuensi RCTI, tvOne, dan Metro TV,‖ diakses dari http://remotivi.or.id/meja-redaksi/siaran-pers-kpi-evaluasi-izin-frekuensi-rcti-tv-one-dan-metro-tv pada tanggal 4 Juni 2014 pukul 18.41 WIB.
3
Televisi merupakan bentuk media massa paling besar dikarenakan jangkauan luasnya kepada publik dan berperan penting dalam mengenalkan figur maupun partai politik kepada masyarakat. Sifatnya inilah yang membuatnya menjadi media krusial yang sedang berada dalam arus tegang. Bahkan, beberapa penelitian menyebutkan bahwa terjadi hubungan tegak lurus antara masifnya kampanye politik di media terhadap keputusan politik warga negara pada Pemilu.5 Dalam laporan penelitian Remotivi ini dikutipkan: ―Riset yang dilakukan Institut Studi Arus Informasi (ISAI), TIFA, dan Media Development Loan Fund pada Pemilu 2004 menunjukkan bahwa frekuensi kemunculan seorang politikus di media berbanding lurus dengan jumlah perolehan suara rakyat. Begitu pula riset ISAI dan TIFA lima tahun kemudian, yakni pada Pemilu 2009. Kemenangan pasangan SBY-JK pada 2004 dan SBY-Boediono pada 2009 dilatari oleh aktivitas tampil di media dengan jumlah terbanyak. Maka bisa jadi: 6 kemenangan politik bermula dari kemenangan menguasai media.‖
Tidak ada yang salah dengan televisi yang sesukanya merilis berita, mengingat kebebasan adalah konsekuensi dari ide demokrasi. Graham Murdoch menyebutkan bahwa televisi yang dioperasikan oleh lembaga swasta sebenarnya menggunakan penonton sebagai komoditas untuk dijual kepada pemasar.7 Namun dalam negara demokratis pun berlaku norma, hukum dan etika, apalagi di Indonesia yang menjadikan pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan pers. Dalam hasil penelitian Remotivi juga disebutkan bahwa masing-masing stasiun televisi memiliki tendensi kepentingan politik yang dapat dilihat dari siaran yang dilakukan mengarah pada 5
Muhammad Heychael dan Holy Rafika Dhona, Independensi Televisi Menjelang PEMILU 2014 (Jakarta: Remotivi, 2014), h.5. 6 Roy Thaniago, ―Mewaspadai Televisi di Tahun Politik,‖ Koran Tempo 26 Juni 2013. 7 Graham Murdock, The Battle for Television (Crisis Point) (Basingstoke: Palgrave Macmillan, 1994), h. 156-157.
4
partai politik tertentu yang memiliki afiliasi terkait. Louis Althusser berkonsep bahwa komunikasi politik adalah perangkat komunikasi untuk menjamin legitimasi kekuasaan,8 sayangnya hal ini bertentangan dengan kenyataan bahwa frekuensi yang mereka pakai merupakan milik publik, dan karenanya televisi tidak berhak melakukan keputusan sepihak, menjalankan agenda pribadi dan mengabaikan hak publik untuk mendapat informasi yang berimbang dan netral, khususnya di masa Pemilu seperti ini. Terjadi keterputusan hubungan antara citra dan realitas demokrasi yang diistilahkan sebagai simulacrum democracy yakni, kondisi seolah-olah demokrasi,padahal pada citranya ia telah mengalami deviasi, distorsi dan terputus dari realitas yang sesungguhnya. Distorsi ini terjadi melalui citraan-citraan sistematis media massa yang telah disebutkan di atas.9 Lebih lanjut, Noam Chomsky menyatakan bahwa, ―…In countries where the levers of power are in the hands of a state bureaucracy, the monopolistic control over the media, often supplemented by official censorship, makes it clear that the media serve the ends of a dominant elite…‖.10 Singkatnya, ia setuju bahwa saat kebebasan pers dikooptasi (atau dimonopoli), maka berakhirlah esensi negara demokrasi. Pemanfaatan pers seperti ini tentu akan menggerogoti ruh reformasi bangsa Indonesia, dan menjauhkan citra negara demokrasi pada realitasnya. Dan penekanan 8
Louis Althusser, Jurnal Ilmu Sosial dan Politik oleh Hermin Indah Wahyuni, 2000. ―Peranan Pers dalam Masyarakat Demokrasi,‖ diakses dari http://rosyiedrai.wordpress.com/makalah/peranan-pers-dalam-masyarakat-demokrasi/ pada tanggal 5 Juni 2014 pukul 11:20 WIB. 10 E.S. Herman and Noam Chomsky, Manufacturing Consent: The Political Economy of the Mass Media (London: Vintage, 1994), h. 1-2. 9
5
bagi kebebasan berekspresi akan membuat peran pers tidak lagi sejalan pada fungsinya dan meniscayakan kegagalan cita-cita negara demokratis yang jujur, adil dan setara. Keterbatasan proses politik dalam melakukan penyesuaian dalam masyarakat seperti ini menurut David Easton (1953) pada akhirnya berujung pada aksi monopoli dan sistem politik yang macet. Hal ini tercermin dari sejarah bangsa ketika media massa elektronik satu-satunya yang ada di Indonesia, yakni TVRI, hanya menjadi alat komunikasi satu arah dari pemerintah ke rakyat pada rezim orde baru. Dalam kasus pertelevisian di Indonesia, muncul tren baru yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah perpolitikan di Indonesia, yakni kemunculan aktoraktor politik dari kalangan pengusaha media massa. Dimulai dari Aburizal Bakrie yang memiliki stasiun tvOne, ANTV, dan vivanews.com; kemudian Chairul Tanjung dengan Trans TV, Trans 7, dan detik.com, Harry Tanoesoedibjo dengan RCTI, Global TV, Sindo TV, MNC TV, Koran Sindo, Trust, MNC Radio, dan lainnya; Surya Paloh dengan Metro TV dan Media Indonesia, serta banyak lagi. Dari sekian banyaknya pengusaha merangkap politisi ini, peneliti tertarik mengupas tvOne sebagai satu sampel eskalasi media massa. Aburizal Bakrie yang menjadi ketua umum Partai Golkar karena campur tangannya yang begitu kental dalam stasiun televisi kepemilikannya yakni TV one, dibuktikan dari beberapa peristiwa yang terjadi. Diawali dari kuantitas jumlah iklan kampanye yang begitu besar bahkan sejak tahun 2013, 6
―Bakrie adalah tokoh politik dengan nada berita positif tertinggi di tvOne. Hal yang sama terjadi pada partai Golkar yang diketuai oleh Bakrie. Partai itu mendapat porsi pemberitaan positif tertinggi di tvOne, 60% dari total seluruh berita positif… Fakta lain adalah, meski tidak massive diberitakan, frekuensi dan durasi iklan politik Aburizal di TV One merupakan yang tertinggi yaitu: 152 kali dengan durasi 6060 detik. Jumlah ini merupakan frekuensi dan durasi iklan tokoh politik tertinggi 11 sepanjang awal November di semua stasiun televisi.‖
peristiwa internal harian online vivanews.com mengenai pemasangan iklan Jokowi (yang pada saat itu sama-sama yang menyebabkan mundurnya beberapa pimpinan vivanews.com), pemberitaan stasiun TV One yang tidak berimbang mengenai pemilik partai dan partai yang dipimpinnyabahkan terkesan sangat propagandis, ―Sebaliknya, pada partai lain yang merupakan lawan politik pemilik, tvOne Cenderung memberitakannya secara negatif. Hal ini ditandai dengan fakta bahwa Partai Demokrat mendapat pemberitaan negatif tertinggi di tvOne (50% dari seluruh berita negatif di tvOne)."12
Selanjutnya video yang tidak sengaja tersiar dalam headline new tvOne yang melibatkan Frasiska Lusuba mengenai jelasnya setiran pemilik yang merupakan ketua umum Golkar tersebut dalam penyiaran berita.13 Hal ini menjadi menarik menarik karena publik mengetahuinya namun tidak ada yang langkah nyata yang dilakukan lembaga pers untuk mengaturnya.
11
Muhamad Heychael dan Holy Rafika Dhona, INDEPENDENSI TELEVISI MENJELANG PEMILU 2014: Ketika Media Jadi Corong Kepentingan Politik Pemilih, diakses di www.remotivi.or.id h. 26-27. 12 Dapat diakses dalam berbagai hasil penelitian oleh lembaga remotivi bekerja sama dengan dewan pers di www.remotivi.or.id/mejaredaksi 13 ―KPK tangkap tangan Pejabat Tinggi Negara di Widya Chandra,‖ video diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=k7YGNQmLaXY
7
Tren yang telah disebutkan sebelumnya, kemudian menimbulkan ketertarikan peneliti mengenai bagaimana televisi secara pragmatis mengalami pergeseran ideologi dan fungsi menjadi instrumen politik yang dimiliki elit, mengingat bahwa individu televisi yakni jurnalis merupakan orang-orang yang memiliki kesadaran politik yang baik dan seharusnya memiliki prinsip dalam menyikapi tiap persoalan politik kemudian menyampaikannya ke publik. Semua rasionalitas tersebut membuat peneliti tertarik menganalisanya dalam skripsi yang berjudul Politisasi Media Televisi Indonesia (Studi Pemberitaan tvOne terhadap Pilpres 2014). B. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian dalam skripsi ini adalah: 1. Bagaimana politisasi media televisi di tvOne dalam Pemilihan Presiden 2014? 2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan tvOne melakukan pemberitaan tidak berimbang selama PILPRES 2014? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memberikan deskripsi tentang bagaimana politisasi terhadap media televisi khususnya stasiun tvOne dalam Pemilihan Presiden 2014.
8
Manfaat Penelitian Akademis 1. Menambah literatur tentang studi ilmu politik mengenai masalah demokrasi dan kebijakan khususnya dalam hak bermedia. 2. Dapat menjadi rujukan dan bahan kajian penelitian untuk menganalisa penyebab terjadinya politisasi media, sehingga dapat menjadi acuan masyarakat bersikap dan melakukan output terhadap kebijakan pemerintah mengenai standar media. Praktis Sebagai karya ilmiah yang dapat menjadi gambaran tentang bagaimana politisasi meda televisi khususnya stasiun tvOne dalam Pemilihan Presiden 2014. D. Tinjauan Pustaka Penelitian ini memakai dua hasil penelitian dan satu skripsi sebagai tinjauan pustaka. Yang pertama adalah laporan penelitian Remotivi (Muhamad Heychael dan Holy Rafika Dhona) atas dukungan Dewan Pers, Independensi Televisi Menjelang Pemilu 2014: Ketika Media Jadi Corong Kepentingan Politik Pemilih. Penelitian yang dirilis pada tahun 2014 ini mengambil sampel 6 stasiun televisi berdasarkan klasifikasi grup usaha/kepemilikannya, yakni TVRI, RCTI, Metro TV, tvOne, SCTV dan Trans TV dengan periode sampel data pada 1-7 November 2013 dan
9
menghasilkan kesimpulan bahwa dalam siaran informasi RCTI, Metro TV dan tvOne ada indikasi tercemar oleh kepentingan politik pemilik, di mana frekuensi kemunculan, penonjolan, serta nada pemberitaan tokoh maupun partai politik memiliki hubungan yang erat dengan afiliasi pemilik stasiun televisi dengan partai politik. Penelitian ini hanya mengukur independensinya semata berdasarkan hasil survey sampel tayangan berbentuk produk, berita, iklan dan produk non-berita, sedangkan pada skripsi ini saya hanya menjadikan hal tersebut gambaran ukuran dasar penelitian dan lebih fokus pada alasan mengapa politisasi terhadap media massa (televisi) tersebut terjadi. Kedua, adalah hasil penelitian oleh CIPG, Hivos, Manchester Business School (MBS) berjudul Mapping Media Policy in Indonesia (2012) yang bertujuan menyoroti lintasan kebijakan media di Indonesia dan menilai dampaknya terhadap berbagai bentuk media itu sendiri dan pada warga dan pada hak-hak media mereka yaitu hak untuk mengakses infrastruktur media, hak mengakses informasi yang dapat dipercaya dan konten media yang berkualitas serta hak untuk berpartisipasi dalam proses pembuatan kebijakan media. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif interpretivist dari Denzin dan Lincoln (1994) dan menghasilkan kesimpulan bahwa telah terjadi kegagalan kebijakan media untuk mengatur media sendiri sebagai suatu industri, sehingga terjadi batasan yang kabur antara monopoli dan oligopoli. Penelitian ini berfokus pada kebijakan dan menggambarkan sebesar apa daya pengaruh media dalam konsentrasi yang lebih luas, tidak hanya televisi, sedangkan
10
skripsi ini lebih membahas pada penyebab politisasi media, sedangkan kebijakan hanya menjadi acuan penelitian. Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Nurhasanah berjudul Kebijakan Redaksional Surat Kabar Media Indonesia dalam Penulisan Editorial (2011).14Ia menyatakan bahwa kebijakan redaksi termasuk visi misi dan ideologi merupakan dasar pertimbangan yang menjadi acuan sikap media terhadap suatu perisiwa yang tertuang dalam bentuk editorial atau tajuk rencana, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimanakah kebijakan yang ada dalam Surat Kabar Media Indonesia. Skripsi ini sama-sama menggunakan teori hirarki pengaruh atau Theories of Influences on Media Content seperti penelitian ini sehingga dapat dijadikan landasan peneliti, namun skripsi Nurhasanah ini lebih mengupas sisi ilmu komunikasinya dan menjadikan Media Indonesia sebagai objek Penelitian, sedangkan penelitian ini lebih mengangkat isu politik yang terjadi, dengan media televisi sebagai objeknya. E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yakni teknik pengumpulan data didapat dari pengumpulan sumber-sumber data yang telah ada sebelumnya maupun yang baru didapat oleh peneliti langsung dari
14
Nurhasanah, Kebijakan Redaksional Surat Kabar Media Indonesia dalam Penulisan Editorial (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011).
11
lapangan. Dan untuk menjelaskan pertanyaan penelitian, dilakukan metode deskriptif eksplanatif, di mana sejumlah variable permasalahan penelitian akan dijabarkan dan kemudian dikaitkan dengan teori-teori Ilmu Politik. 2. Teknik Pengumpulan Data a. Dokumentasi Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi pustaka (library research). Sedangkan sumber data yang digunakan ada dua, yaitu data primer sebagai data utama dalam penelitian ini, dan data sekunder
digunakan
sebagai
pendukung
dan
penguat
untuk
mempertajam analisis data primer. Dalam penelitian ini, data primer (primary source) yang digunakan diperoleh dari dokumen milik tvOne maupun para jurnalis yang bekerja di dalamnya. Sedangkan data sekunder (secondary source) didapat dari pihak-pihak yang memiliki otoritas dan kapasitas mengenai penelitian ini seperti Dewan Pers, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), dan lembaga penelitian independen media televisi yang memiliki kesamaan konsentrasi meneliti permasalahan politik dan media. Kemudian, berbagai jenis laporan penelitian (skripsi, tesis, buku dan jurnal), maupun penulusuran internet yang relevan, untuk selanjutnya dianalisa sehingga dapat disaring menjadi suatu kesimpulan.
12
b. Wawancara Wawancara merupakan pertemuan antara periset dan responden, di mana jawaban responden akan menjadi data mentah. Wawancara adalah alat yang baik untuk menhidupkan topik riset dan metode yang bagus untuk pengumpulan data tentang subjek kontemporer yang belum dikaji secara ekstensif dan tidak banyak literatur yang membahasnya. 15 Peneliti melakukan wawancara dengan empat orang informan dalam penelitian ini yang terdiri dari tiga orang jurnalis aktif tvOne: 1). Wisnu Sya‘ban 2). Mina Apratima Nour 3). Taufik Angkasa dan seorang direktur Remotivi sebagai lembaga indie wartawan 4). Roy Thaniago. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini tidak hanya dilakukan di stasiun tvOne, namun juga di seluruh tempat di mana terdapat sumber data primer maupun sekunder. Sedangkan fokus waktu penelitiannya adalah tahun 2014 khususnya pada masa PILPRES (Juni-Juli 2014).
15
G. Stedward, ―On the Record: An Introduction to Interviewing,‖ dalam p. Burnham (ed.), Surviving the Research Process in Politics, London: Pinter. 1997.
13
F. Sistematika Penelitian Penelitian ini terbagi dalam 5 Bab dan beberapa sub-bab yang terdiri dari: BAB I
PENDAHULUAN Bab ini berisi pernyataan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN KONSEPTUAL Bab ini menjelaskan teori dan konsep-konsep yang digunakan peneliti dalam skripsi, yakni teori analisis wacana kritis, teori hirarki pengaruh dan konsep televisi, pers dan media massa.
BAB III
GAMBARAN UMUM TVONE Bab ini mendeskripsikan gambaran umum Company Profile tvOne dengan sejarah berdirinya, visi misi, dewan direksi, logo, programprogram, CSR dan biro tvOne.
BAB IV
PENGARUH POLITIK TERHADAP PEMBERITAAN STASIUN TELEVISI TVONE TERHADAP PILPRES 2014 Bab ini menjelaskan tentang gambaran lengkap kronologi dan fenomena PILPRES 2014; analisis pemberitaan PILPRES 2014 di 14
tvOne melalui karakteristik berita dan analisis teks beserta konteks; Hirarki Pengaruh di tvOne; dan terakhir analisis pengaruh politik tvOne terhadap PILPRES 2014. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN Bab terakhir ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari seluruh hasil penelitian yang juga menjawab pertanyaan penelitian secara singkat, dan saran atas hasil penelitian sesuai tujuan yang diharapkan.
15
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KONSEPTUAL Dalam suatu proses penelitian, teori merupakan instrumen yang membantu peneliti melakukan analisis masalah.16 Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis wacana kritis untuk mengetahui karakteristik berita, teori hirarki pengaruh dan konsep kepentingan politik dalam melihat fenomena politisasi media televisi selama Pilpres 2014 yang terjadi di stasiun televisi tvOne. Adapun teori komunikasi Analisis Wacana Kritis dipergunakan penulis sebagai pisau analisa menafsirkan karakter pemberitaan selama Pilpres sebagai indikator artikulasi kepentingan politik pada siaran berita televisi nasional. Berikut pengkajian teori dan konsep-konsepnya: A. Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis) 1. Paradigma Analisis Wacana Wacana merupakan suatu istilah yang dipakai oleh banyak kalangan yang diikuti dari beragam istilah dan definisi. Hal ini terjadi karena perbedaan lingkup dan disiplin ilmu yang memakai istilah wacana tersebut. Dalam pengertian sosiologi, wacana dimaksudkan untuk menunjuk terutama pada hubungan antara konteks sosial dari pemakaian bahasa. Dalam pengertian linguistik, wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Analisis wacana dalam psikologi sosial diartikan sebagai
16
Eko Indrayadi, Dampak Implementasi Kebijakan Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit terhadap Faktor yang Mempengaruhi Konflik Agraria di Indonesia (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2013), h. 22.
16
pembicaraan, yaitu di mana wacana mirip dengan struktur dan bentuk wawancara dan praktik dari pemakaiannya. Sedangkan dalam displin politik, analisis wacana merupakan praktik pemakaian bahasa, terutama politik bahasa. Karena bahasa adalah aspek sentral dari penggambaran suatu objek dan lewat bahasa ideologi terserap di dalamnya, maka aspek inilah yang dipelajari dalam analisis wacana.17 Mohammad A.S. Hikam dalam Yudi Latif yang dikutip oleh Eriyanto, membagi tiga bahasan mengenai perbedaan paradigma analisis wacana:18 1. Positivisme empiris, di mana bahasa dilihat sebagai jembatan antar manusia dengan objek di luar dirinya. Salah satu ciri dari pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas. Konsekuensi logis dari pemahaman ini adalah orang tidak perlu mengetahui makna-makna subjektif atau nilai yang mendasari pernyataan, sebab yang penting adalah apakah pernyataan itu benar menurut kaidah sintaksis dan semantik. 2. Konstruktivisme. Aliran ini menolak pandangan empirisme atau positivisme yang memisahkan subjek dan objek belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pernyataan. Subjek merupakan faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya dan mampu melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Analisis
17
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Cet. 7 (Yogyakarta: LKiS, 2009), h. 1 dan 3. 18 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 4-7.
17
wacana ditujukan untuk mengungkap maksud tersembunyi dari subjek yang melakukan pernyataan.dengan menempatkan diri pada posisi pembicara dengan penafsiran mengikuti struktur makna dari sang pembicara. 3. Kritis. Merupakan pandangan korektif terhadap pandangan konstuktivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun institusional. Pandangan ini bukan terfokus pada kebenaran atau ketidakbenaran struktur tata bahasa atau proses penafsiran seperti pada analisis konstruktivisme, melainkan menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek netral karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada pada masyarakat, bahasa juga bukan menjadi medium netral di luar individu. Karenanya, wacana meyakini bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam pembentukan subjek dan berbagai tindakan representatif yang ada dalam masyarakat.19 Karena memakai paradigma kritis, maka analisis ini juga disebut sebagai analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis/CDA).
19
Mohammad A. S. Hikam, ―Bahasa dan Politik: Penghampiran Discursive Practice‖, dalam Yudi Latif dan Idi Subandy Ibrahim (ed.), Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Orde Baru (Bandung: Mizan, 1996), terutama h. 85.
18
Teun van Dijk mendefinisikan analisis wacana kritis sebagai: ―Critical discourse analysis (CDA) is a type of discourse analytical research that primarily studies the way social power abuse, dominance, and inequality are enacted, reproduced, and resisted by text and talk in the social and political context. With such dissident research, critical discourse analysts take explicit position, and thus want to understand, expose, and ultimately resist social inequality.‖20
2. Karakteristik Analisis Wacana Kritis Fairclough Dan Wodak dalam Eriyanto menyatakan bahwa analisis wacana kritis melihat wacana—pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan—sebagai bentuk dari praktik sosial dengan mendeskripsikan wacana sebagai hubungan dialektis di antara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi dan struktur sosial yang membentuknya. Praktiknya dapat menampilkan efek ideologi, seperti memproduksi dan mereproduksi hubungan kekkuasaan yang tidak imbang antara kelas sosial, lakilaki dan wanita, kelompok mayoritas dan minoritas melalui mana perbedaan tersebut dipresentasikan dalam posisi sosial yang ditampilkan. Dalam wacana, keadaan yang rasis, seksis atau ketimpangan dalam kehidupan sosial dipandang sebagai common sense, kewajaran alamiah dan memang demikian realitanya.21 Fairclough dan Wodak juga memaparkan bahwa analisis wacana kritis menyelidiki bagaimana melalui bahasa, kelompok sosial yang ada saling bertarung dan mengajukan versinya masingmasing.
20
Teun A. van Dijk (ed.), Discourse as Social Interaction: Discourse Studies A Multidisciplinary Introduction, Vol. 2 (London: Sage Publication, 1997), h. 437. 21 Norman Fairclough dan Ruth Wodak, ―Critical Discourse Analysis:, dalam Teun A. van Dijk (ed.), Discourse as Social Interaction: Discourse Studies A Multidisciplinary Introduction, Vol. 2 (London: Sage Publication, 1997), h. 258 dalam Eriyanto, Analis Wacana.
19
Berikut tulisan Fairclough dan Wodak22 yang mengidentifikasi karakteristik analisis wacana kritis sebagai berikut: 1. Memberi perhatian pada masalah-masalah sosial 2. Percaya bahwa relasi kekuasaan bersifat diskursif, atau mengada dalam
wacana 3. Percaya bahwa wacana berperan dalam pembentukan masyarakat dan budaya 4. Percaya bahwa wacana berperan dalam membangun ideologi 5. Percaya bahwa wacana bersifat historis 6. Memediasikan hubungan antara teks dan masyarakat siosial 7. Bersifat interpretatif dan eksplanatif 8. Percaya bahwa wacana merupakan suatu bentuk aksi sosial.
3. Analisis Wacana Teun van Dijk Ada beberapa tokoh terkenal yang mengembangkan pendekatan analisis wacana. Eriyanto dalam Pengantar Analisis Wacan menyebutkan di antaranya Robert Fowler dkk (1979), Norman Fairclough (1998), Sara Mills (1992), Theo van Leeuwen (1986) dan Teun van Dijk (1998). Skripsi ini memakai analisis wacana model van Dijk yang mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga pengaplikasiannya menjadi praktis.
22
Norman Fairclough dan Ruth Wodak, ―Critical Discourse Analysis,‖ h.270 dalam kesimpulan yang dibuat oleh Widyastuti Purbani, Analisis Wacana Kritis dan Analisis Wacana Feminis, pada Seminar Metode Penelitian Berbasis Gender di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, 30 Mei 2009.
20
Van Dijk mendefinisikan terminologi analisis wacana sebagai, Critical Discourse Analysis (CDA) has become the general label for a study of text and talk, emerging from critical linguistics, critical semiotics and in general frm sociopolitically conscious and oppositional way of investigating language, discourse and communication. As is the case many fields, approaches, and subdiscipline in language and discourse studies, however, it is not easy precisely delimit the special principles, 23 practices, aims, theories or methods of CDA.
Fokus kajian van Dijk adalah pada peranan strategis wacana dalam proses distribusi dan reproduksi pengaruh hegemoni atau kekuasaan tertentu. Salah satu elemen penting dalam proses analisa terhadap relasi kekuasaan atau hegemoni dengan wacana adaah pola-pola akses terhadap wacana publik yang tertuju pada kelompokkelompok masyarakat.24 Analisis wacana digambarkan van Dijk memiliki tiga dimensi, yakni teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Inti dari analisis van Dijk adalah dengan menggabungkan ketiganya dalam satu analisis. Dimensi teks meneliti bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu; dimensi kognisi sosial mempelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu penulis; dan dimensi konteks sosial mempelajari bagunan wacana yang berkembang dalam masyarakat mengenai suatu masalah.25
23
Teun van Dijk, Aims of Critical Discourse Analysis, Vol. 1 (Japan Discourse, 1995) h. 17 dalam Tia Agnes Astuti, Analisis Wacana van Dijk terhadap Berita ―Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft‖ di Majalah Pantau (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h. 21. 24 Teun van Dijk, Discourse and Society: Vol 4 (2) (London: Newbury Park), h. 249. 25 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks, h. 224.
21
Van Dijk melihat bahwa suatu wacana terdiri dari berbagai struktur atau tingkatan yang saling mendukung satu sama lain. Ada tiga tingkatan tersebut:26 1. Struktur Makro. Merupakan makna global atau umum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topik dari suatu teks. Tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa. 2. Superstruktur. Merupakan kerangka suatu teks; bagaimana struktur dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh. 3. Struktur Mikro. Makna wacana yang dapat diamati dengan menganalisis kata, kalimat, preposisi, anak kalimat, parafrase yang dipakai, dan sebagainya. Van Dijk menilai bahwa segala teks dapat dianalisis dengan menggunakan elemen-elemen tersebut di atas, karena meski terdiri atas berbagai elemen, namun kesemuanya adalah satu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lain.
26
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Cet. 2 (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 73-74.
22
a. Kerangka Teun van Dijk Van Dijk membuat kerangka analisis wacana yang dapat didayagunakan dalam meneliti teks berita. Skema penelitian dan metode yang biasa dilakukan dalam kerangka van Dijk disarikan sebagai berikut: Tabel II.I Skema Penelitian dan Metode van Dijk STRUKTUR
METODE
Teks
Critical Linguistik
Menganalisis bagaimana strategi wacana yang digunakan untuk menggambarkan Wawancara Mendalam
Kognisi Sosial Menganalisis bagaimana kognisi penulis dalam memahami seseorang atau peristiwa tertentu yang akan ditullis
Studi Pustaka, Penelusuran Sejarah dan Wawancara
Konteks Sosial Menganalisis bagaimana wacana yang berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa digambarkan
Sumber: Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 224
23
B. Hirarki Pengaruh (Theories of Influences of Media Content) Teori berikut ini diperkenalkan pertama kali oleh Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reese dalam buku mereka, Mediating the Message (1996). Mereka menjadikan isi media sebagai fokus penelitian dengan mempertanyakan tentang apa saja faktor-faktor inside dan outside dari organisasi media yang mempengaruhi isi media. melalui pertanyaan tersebut jelas mereka sepakat dengan asumsi bahwa isi media bukan merupakan refleksi sebuah realitas obyektif, dan ada beberapa faktor yang menghasilkan beragam versi mengenai realitas.27 Peneliti menggunakan teori ini karena perspektif yang digunakan Shoemaker dan Reese dalam menganalisa media dinilai objektif, akomodatif dan tepat dalam menganalisa masalah ini. Reese (1991) mengemukakan bahwa isi pesan media atau agenda media
merupakan hasil tekanan yang berasal dari dalam dan luar organisasi media. Dengan kata lain, isi atau konten media merupakan kombinasi dari program internal, keputusan manajerial dan editorial, serta pengaruh eksternal yang berasal dari sumber-sumber nonmedia, seperti individu-individu berpengaruh secara sosial, pejabat pemerintah, pemasang iklan dan sebagainya.28 Dari teori ini akan terlihat seberapa kuat pengaruh yang terjadi pada tiap-tiap level. Walaupun level organisasi media atau faktor kepemilikan sebuah media, tapi 27
Disimpulkan dari makalah Kajian Media oleh Gun Gun Heryanto, dkk. Program Doktor UNPAD tahun 2009. 28 Mulyadi Saputra, Teori Hirarki Pengaruh Isi Media dari Pandangan Islam, diakses dari https://docs.google.com/file/d/0ByardlPPmLiGSkxsSWVBVkQ1dFE/edit pada 22 Agustus 2014 pukul 13:43 WIB.
24
tak akan bisa mengesampingkan faktor yang lainnya karena saling terkait satu dengan yang lainnya. Contohnya pengaruh level ideologi yang terjadi pada sebuah isi sebuah media, walaupun dianggap abstrak tapi sangat mempengaruhi sebuah media karena brsifat tidak memaksa dan bergerak di luar kesadaran keseluruhan organisasi media itu sendiri.29 Ada lima faktor yang diusung oleh Reese dan Shoemaker, yakni pengaruh dari individu pekerja media (individual level), pengaruh rutinitas media (media routines level), pengaruh dari organisasi media (organizational level), pengaruh dari luar media (outside media level), dan yang kelima adalah pengaruh ideologi (ideology level).30 Jadi, dalam teori ini diasumsikan bahwa isi yang ditampilkan media kepada masyarakat (penonton) adalah suatu hasil yang dipengaruhi oleh kebijakan internal organisasi media dan eksternal media. Faktor pengaruh internal pada konten media meliputi kepentingan dari pemilik media, individu wartawan sebagai pencari berita dan rutinitas organisasi media. Di sisi luar, yakni faktor eksternal mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pengiklan, pemerintah, masyarakat dan faktor eksternal lainnya. Stephen D. Reese menyatakan bahwa isi pesan media atau agenda media merupakan hasil tekanan yang berasal dari dalam dan luar organisasi media.31
29
Ibid., Pamela J. Shoemaker and Stephen D. Reese, Mediating the Message (New York: Longman Publisher, 1996), h. 60. 31 Stephen D. Reese, Setting the Media‘s Agenda: A Power Balance perspective (Beverly Hills: Sage, 1991), h.324. 30
25
Berikut pemaparan definisi setiap level dalam teori ini: 1. Level Pengaruh Individu Pekerja Media (Influences on Content from Individual Media Workers) Dalam level ini, Shoemaker dan Reese menyatakan bahwa seorang jurnalis memiliki orientasi nilai tertentu dalam berhadapan dengan realitas yang sedang terjadi (memiliki pengaruh dalam menciptakan konstruksi sosial). Orientasi ini tidak hanya dibentuk dari sikap, nilai dan kepercayaan pribadi individu namun juga mengenai latar belakang dan pengalaman profesionalnya. Kesemua hal tersebut memiliki efek terhadap konten media, secara langsung maupun tidak langsung. faktor-faktor tersebut yakni seperti faktor latar belakang dan karakteristik seorang pekerja media atau jurnalis, faktor nilai dan kepercayaan seorang jurnalis dan faktor orientasi seorang jurnalis.
26
a. Faktor Latar Belakang dan Karakteristik Faktor ini meliputi gender dan jenis kelamin, etnis, orientasi seksual, dan latar belakang pendidikan jurnalis, serta dari golongan elit atau bukankah ia berasal.32 b. Faktor Nilai dan Kepercayaan Pengalaman dan nilai-nilai yang didapatkan oleh pribadi jurnalis secara tidak langsung sedikit banyak akan berefek pada pemberitaan yang dibangun olehnya. Meski demikian faktor ini tidak terlalu berdampak terlalu besar kepada suatu pemberitaan karena intervensi yang lebih besar ada pada level organisasi media dan rutinitas media. 2. Level Rutinitas Media (Influence of Media Routines) Rutinitas media adalah kebiasaan suatu media dalam pengemasan berita, sesuatu yang sudah terpola dalam media tersebut, dipraktekkan oleh pekerja media dan terjadi secara berulang-ulang, dengan prosedur yang pasti dan tetap. Rutinitas media berpengaruh penting pada produksi isi simbolik, mereka membentuk lingkungan di mana pekerja media melaksakan pekerjaannya,33 dan berpengaruh secara alami kepada pekerja media karena sifatnya sehari-hari (rutin). 32 33
Shoemaker and Reese, Mediating The Messages, h. 64. Shoemaker dan Reese, Mediating the Messages, h. 137.
27
Apa yang diterima media massa ini dipengaruhi oleh komunikasi seharihari, termasuk deadline atau batas waktu dan kendala waktu lainnya, kebutuhan ruang dalam penerbitan, nilai berita, standar objektifitas, dan kepercayaan reporter pada sumber-sumber berita.34 Jurnalis melakukan penyesuaian diri dengan aturan dan norma yang berlaku di media terkait dalam melakukan kegiatan pemberitaan, hingga kemudian editor atau produser akan menyeleksi berita yang akan ditayangkan atau dimuat sesuai standar ketentuan perusahaan. Hal tersebut merupakan rutinitas media, dan penjelasan level ini mempengaruhi konten media. Rutinitas media terbentuk oleh tiga unsur yang saling berkaitan yakni sumber berita (suppliers) yaitu berita yang didapat media untuk pemberitaan, organisasi media (processor) yakni redaksi media yang membungkus berita untuk audiens, dan audiens (consumers), yakni konsumen berita suatu media. Ketiga unsur ini kemudian membentuk ‗rutinitas media‘ yang membuat pemberitaan pada suatu media.35 Dalam unsur sumber berita (suppliers), dampak dari sumber berita tidak terlalu signifikan pada konten media, namun
sedikit
banyak
tetap
mempengaruhinya. Biasanya terjadi simbiosis mutualisme antara media dan
34 35
Shoemaker dan Reese, Mediating the Messages, h. 105. Shoemaker dan Reese, Mediating the Messages, h. 109.
28
sumber berita, yakni ketika sumber berita mendapatkan pencitraan yang baik, maka media bisa memperoleh berita dengan mudah. Kemudian dalam unsur organisasi media atau pengolah pemberitaan (processing), terdapat editor atau disebut gatekeeper36 sebagai bagian yang paling berpengaruh dalam unsur ini. Hasil berita oleh wartawan diputuskan kelayakannya oleh editor di meja redaksi, sehingga kebijakan yang dihasilkan tersebut menentukan rutinitas sebuah media dalam menentukan pemberitaan. Unsur ketiga yakni penonton (consumer) yang menjadi penting karena hasil pemberitaan media akan disajikan kepada penonton, di mana media sangat tergantung kepada mereka karena mempengaruhi keuntungannya (profit). Hal ini menyebbkan media memiliki tugas dalam pengemasan dan nilai berita yang baik, karena seharusnya media tidak hanya harus menghibur penonton, namun juga memberikan pemberitaan yang faktual, objektif dan terpercaya. Jadi, pemberitaan suatu media tidak melulu mengikuti kemauan audiens, namun juga atas fakta-fakta yang berkembang di lapangan, kredibilitas media akan terlihat dari bagian pemberitaan kepada penonton ini.37. Inilah yang membentuk pemberitaan suatu media pada unsur penonton di level rutinitas media.38
36
Shoemaker dan Reese, Mediating the Messages, h. 117. Michael Schudson, Discovering The News (New York: Basic Books, 1978), h. 78. 38 Mulyadi Saputra, Teori Hirarki Pengaruh Isi Media dari Pandangan Islam, diakses dari https://docs.google.com/file/d/0ByardlPPmLiGSkxsSWVBVkQ1dFE/edit pada 4 Juli 2014 pukul 00:11 WIB. 37
29
3. Level Pengaruh Organisasi (Organizational Influences on Content) Pada level organisasi ini terkait dengan struktur manajemen organisasi suatu media, kebijakan dan tujuannya. Tujuan organisasi media adalah fokus organisasi media, dan tujuan serta kebijakannya merupakan suatu kekuatan yang tidak terbantahkan. Jadi pemberitaan media bukanlah sebuah hasil kerja yang bersifat perorangan, melainkan kerja kelompok yang menunjukkan aspek kolektifitas. Tujuan lainnya seperti memproduksi konten yang berkualitas, melayani public dan mendapatkan pengakuan professional dibangun mengikuti tujuan mencari keuntungan.39 Level ini lebih berpengaruh dibanding level yang telah disebutkan sebelumnya dikarenakan kebijakan suatu media dipegang oleh pemilik media melalui editor. Ketika tekanan datang untuk mendorong pekerja secara individu dan rutinitas, maka mereka harus tunduk pada organisasi yang lebih besar dan tujuannya.40 Seperti yang telah disebutkan dalam Bab I, yakni struktur dan kebijakan organisasi media merepresentasikan tujuan suatu media. Tujuan media dalam ekonomi kapitalis adalah profit. Shoemaker dan Reese sepakat bahwa nilai kepercayaan mendasar pada sistem ekonomi kapitalis adalah kepemilikan individu, dan segala hal yang berkaitan dengan kepentingan pengusaha dan pasar bebas. Tujuan profit ini selain untuk kelangsungan sebuah 39
Nurhasanah, Kebijakan Redaksional Surat Kabar Media Indonesia dalam Penulisan Editorial (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h. 37. 40 Shoemaker dan Reese, Mediating the Messages, h. 140.
30
media sekaligus organisasi di dalamnya, juga terkait dengan untung yang akan didapat dari sebuah media. 4. Level Pengaruh Luar Organisasi Media (Influences on Content From Outside of Media Organization) Ekstra media didefinisikan sebagai pihak di luar organisasi media yang memiliki pengaruh dalam pemberitaan media. Ada lima hal yang disebutkan Reese dan Shoemaker yang menjadi pengaruh dalam level ini yaitu sumber berita, pengiklan, audiens, pemerintah maupun kelompok kepentingan, pasar dan teknologi. Pertama, sumber informasi yang dijadikan berita oleh jurnalis memiliki efek nilai yang sangat besar bagi konten media. Oleh sebab itu, jurnalis harus sangat berhati-hati dalam pengambilan sumber berita, sehingga berbagai informasi yang didapatkannya dari apa yang tidak ia saksikan sendiri dapat terolah menjadi suatu berita yang memiliki nilai faktual dan keakuratan yang dapat dipertanggungjawabkan. Terlebih, setiap orang yang dijadikan sumber berita (narasumber) memiliki perspektif yang unik, sehingga diperlukan analisis mendalam terhadap sumber berita.41
41
Shoemaker dan Reese, Mediating the Messages, h. 178.
31
Kedua, Reese dan Shoemaker mengutip J. H. Altschull mengenai bukti substansial bahwa isi media secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh pengiklan dan pembaca, ―Sebuah konten dari pers secara langsung berhubungan dengan kepentingan yang membiayai sebuah pers. Sebuah pers diibaratkan sebagai peniup terompet, dan suara dari terompet itu dikomposisikan oleh orang yang membiayai peniup terompet tersebut.‖42 Semakin tinggi jumlah penonton, semakin banyak pula jumlah iklan yang datang kepada media. Morisan menyatakan, bahwa media dalam hal ini mencoba menyesuaikan pola yang konsumen yang ingin dicapai oleh para pengiklan untuk mendapatkan keuntungan sangat besar. Pemasang iklan menggunakan kekuatan modalnya yang membiayai sebuah media, agar konten dari media tidak bertentangan dengan kepentingan citra dari produknya.43 Karena pemasukan dari iklan sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan sebuah media massa komersil, perusahaan iklan yang lebih besar menjadi memiliki kekuatan yang lebih besar, contohnya perusahaan multinasional dan agensi periklanan memiliki kekuatan untuk menyensor pesan atau pemberitaan yang diberikan sebuah media.44 Kedua unsur tersebut 42
Shoemaker dan Reese, Mediating the Messages, h. 190. Morisan, dkk, Teori Komunikasi Massa (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 55. 44 Mulyadi Saputra, Teori Hirarki Pengaruh Isi Media dari Pandangan Islam, diakses di https://docs.google.com/file/d/0ByardlPPmLiGSkxsSWVBVkQ1dFE/edit pada 5 September 2014 pukul 1:59 WIB. 43
32
merupakan sumber keuntungan bagi media dalam kelangsungan produksinya, sehingga mereka cukup mempengaruhi bagaimana media menyajikan pemberitaannya sehari-hari. Ketiga, dalam sebuah negara, peraturan pemerintah merupakan suatu hal yang mutlak dan tidak dapat ditawar, jadi peraturan pemerintah terhadap media seperti larangan menampilkan berita yang mengandung unsur kekerasan, pornografi dan SARA mempengaruhi bagaimana media menampilkan beritanya. Media merupakan salah satu kekuatan politik karena daya konstruknya kepada masyarakat. Jika media memiliki hubungan yang dekat dengan kelompok elit
pemerintahan, maka
kelompok tersebut
akan
mempengaruhi apa yang harus disampaikan oleh media. Namun demikian, kekuasaan (power) dan pihak luar (outsider) tidak melulu mengenai politik yang represif dan membatasi seperti Negara, namun bisa jadi bersifat intimidatif seperti demonstrasi dari kelompok sosial yang merasa dirugikan oleh pemberitaan media, masalah ekonomi-politik (kepentingan bisnis) bahkan profit45 seperti bagaimana media harus mengikuti kepentingan pasar sebagai hal keempat dari level ekstra media ini.
45
Nurhasanah, Kebijakan Redaksional Surat Kabar Media Indonesia, h. 27.
33
Kelima, perkembangan teknologi turut melancarkan produksi, distribusi dan konsumsi media elektronik. Seperti yang ditulis Halimatus Sa‘diyah dalam skripsinya Hirarki Pengaruh Liputan 6 terhadap Pemberitaan Ahmadiyah, bahwa kehadiran komputer, internet dan sebagainya telah banyak membantu media dalam memproduksi berita seperti yang dilakukan New York Times, Wall Street Journal dan USA Today yang menggunakan satelit untuk mengirimkan Koran
edisi
nasional
mereka
ke
daerah-daerah
untuk
dicetak
dan
didistribusikan.46 5. Level Pengaruh Ideologi (The Influence of Ideology) Dalam pengantar penjelasan teori di BAB I dijelaskan bahwa pada level ini, ideologi diartikan sebagai kerangka berpikir tertentu yag digunakan oleh individu dalam melihat suatu realitas dan menghadapinya. Level ideologi ini merupakan suatu hal yang abstrak karena berkaitan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas suatu media. Level ini mempelajari tentang hubungan antara pembentukan sebuah konten media dengan nilai-nilai, kepentingan dan relasi kuasa media. Kekuasaan pemerintah bukan hanya menjadi satu-satunya simbol kekuatan yang mempengaruhi media, namun juga kekuatan yang ada pada rakyat dan kelompok masyarakat; secara abstrak juga bsa diartikan sebagai kekuasaan 46
Halimatus Sa‘diyah, Hierarki Pengaruh dalam Proses Penyeleksian Berita: Studi pada Kebijakan Redaksi Liputan 6 SCTV (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2012), h. 22.
34
kelas yang berkuasa. Kekuasaan ini tidak netral, sehingga akhirnya menciptakan simbol yang kemudian akan menciptakan keadaan di mana struktur pemberitaan di media sesuai dari perspektif kepentingan kelompok yang berkuasa. C. Televisi Definisi Televisi berasal dari dua kata, yakni tele (Yunani) yang berarti jauh, dan visi (Latin) yang berarti citra atau gambar. Berdasarkan bentuk pengertian secara etimologi tersebut, televisi dapat diartika sebagai suatu sistem penyajian gambar berikut suara dari suatu tempat yang berjarak jauh. Pada 25 Agustus 1900 dalam International Congress of Electricity di Paris, Constatin Perskyl pertama kali mengemukakan istilah televisi. 47 Menurut ensiklopedia Indonesia dalam Televisi Daerah di antara Himpitan Kapitalisme Televisi, secara luas televisi dinyatakan sebagai sistem pengambilan gambar, penyampaian, dan penyuguhan kembali gambar melalui tenaga listrik. Gambar tersebut ditangkap dengan kamera televisi, diubah menjadi sinyal listrik, dan dikirim langsung lewat kabel listrik kepada pesawat penerima.48
47
Bayu Wibisono, Stasiun Televisi Swasta Lokal di Yogyakarta (Yogyakarta: Universitas Atma jaya, 2009), h. II-1. 48 Redatin Parwadi, Televisi Daerah di antara Himpitan Kapitalisme Televisi (Pontianak: Untan Press, 2004), h. 28.
35
Adi Badjuri menyatakan televisi sebagai media pandang sekaligus media pendengar (audio-visual), yang dimana orang tidak hanya memandang gambar yang ditayangkan televisi, tetapi sekaligus mendengar atau mencerna narasi dari gambar tersebut.49 Rosmawaty dalam Mengenal Ilmu Komunikasi mendefinisikan bahwa televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar hidup (gerak atau live) yang bisa bersifat politis, informatif, hiburan, pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut.50 Baksin Askirufai mendefinisikan televisi sebagai hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan audiovisual gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir, dan tindak individu.51 Dari berbagai definisi yang telah disebutkan, penulis menyimpulkan televisi sebagai suatu alat komunikasi elektronik audiovisual yang potensi daya jangkau siarannya sangat luas yang daya pesannya memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi individu maupun masyarakat secara mental, pola pikir dan tindakan. Morissan menyatakan bahwa tasiun Televisi adalah tempat kerja yang sangat kompleks yang melibatkan banyak orang dengan berbagai jenis keahlian. Juru 49
Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 39. Rosmawaty, Mengenal Ilmu Komunikasi (Bandung: Widya Padjadjaran, 2010), h. 157. 51 Baksin Askirufai, Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 16. 50
36
kamera, editor gambar, reporter, ahli grafis, dan staf operasional lainnya harus saling berintraksi dan berkomunikasi dalam upaya untuk menghasilkan siaran yang sebaik mungkin.52 Karakteristik Media Televisi Setiap media komunikasi termasuk televisi, pasti memiliki karakteristik atau kelebihan tertentu. Karakteristik dipergunakan untuk memenuhi tujuan dari komunikasi tersebut, walaupun tidak ada satu media pun yang mampu memenuhi semua tujuan dari komunikasi.53 Mengutip dari buku Literasi Media oleh Apriadi Tamburka yang menuliskan bahwa Subagyo Azimah (2011) menyebutkan
tiga
karakteristik televisi oleh Neil Postman dalam bukunya The Disappearance of Childhood:54 1. Pesan media ini dapat sampai kepada pemirsa tanpa memerlukan bimbingan atau petunjuk. 2. Pesan itu sampai tanpa memerlukan pemikiran. 3. Televisi tidak memberikan pemisahan bagi pemiliknya.
52
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir (Jakarta: Kencana, 2008), h. 9. Bayu Wibisono, Stasiun Televisi Swasta Lokal di Yogyakarta (Yogyakarta: Universitas Atma jaya, 2009), h. II-19. 54 Apriadi Tamburaka, Literasi Media (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 67. 53
37
Kemudian Elvinaro Ardianto dalam bukunya Komunikasi Massa Suatu Pengantar menjabarkan tiga macam karakteristik televisi, yaitu:55 1. Audiovisual Televisi memiliki kelebihan dibandingkan dengan media penyiaran lainnya, yakni dapat didengar sekaligus dilihat. Jadi apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Maka dari itu televisi disebut sebagai media massa elektronik audiovisual. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting dari kata-kata, keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis. 2. Berpikir dalam Gambar Ada dua tahap yang dilakukan proses berpikir dalam gambar. Pertama adalah visualisasi (visualization) yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Kedua, penggambaran (picturization) yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.
55
Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung : Simbosa Rekatama Media, 2007), h. 137-139.
38
3. Pengoperasian lebih kompleks Dibandingkan dengan radio siaran, pengoprasian televisi siaran jauh lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakan pun lebih banyak dan untuk mengoprasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih. Televisi memiliki kelebihan utama dibanding media massa lainnya karena sifatnya yang audio-visual, ia merangsang indra penglihatan dan pendengaran kita secara bersamaan sehingga menonton televisi tidak perlu berimajinasi seperti dalam radio.56 Dengan berbagai keistimewaan yang telah disebutkan pada paragraf-paragraf sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa televisi menghasilkan daya tarik besar dalam mempengaruhi pola-pola kehidupan masyarakat, termasuk mengubah keputusan seseorang dalam menentukan sesuatu. D. Pers dan Media Massa Istilah media massa dan pers adalah dua hal yang selalu berdampingan, sampai kebanyakan orang mengartikannya sebagai dua istilah yang sama. Keduanya memang saling terkait secara teoritis dan praktis. Namun, Asep Syamsul Romli dalam Jurnalistik Terapan mendefinisikan keduanya secara terpisah. Media massa mengarah pada benda atau ―produk aktivitas‖ tersebut tempat dituangkan atau disiarkannya
56
Siti Karlinah dalam Atwar Bajari dan Sahala Tua Saragih, Komunikasi Kontekstual: Teori dan Praktik Komunikasi Kontemporer (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 484.
39
aktivitas kewartawanan dan kepenulisan. Sedangkan pers lebih mengandung pengertian lembaga atau perusahaan yang bergerak di bidang penyiaran hasil kerja wartawan atau penulis.57 Pers Menurut Leksikon komunikasi, pers berarti: (1) usaha percetakan atau penerbitan; (2) usaha pengumpulan dan penyiaran berita; (3) penyiaran berita melalui surat kabar, majalah, radio, dan televisi; (4) orang-orang yang bergerak dalam penyiaran berita; dan (5) medium penyiaran berita.58 Istilah "pers" yang berasal dari bahasa Inggris, "press", dapat diartikan secara luas maupun sempit. Pers berfungsi memancarkan/ menyebarkan informasi, berita, gagasan, pikiran, atau perasaan seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain.59 Sebagai lembaga, ia mengelola informasi yang terdiri dari fakta dan opini, yang disajikan kepada masyarakat sebagai salah satu komoditi.60
57
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Terapan: Pedoman Kewartawanan dan Kepenulisan (Bandung: Batic Press, 2004), h. 1. 58 Anindityo Wicaksono, Pers dan Penerbitan Pers, diakses dari http://anindityowicaksono.blogspot.com/2008/12/pers-dan-penerbitan-pers.html pada Jumat, 22 Agustus 2014 pukul 00:08 WIB. 59 F. Rachmadi, Perbandingan Sistem Pers: Analisis Deskriptif Sistem Pers di Berbagai Negara (Jakarta: Gramedia, 1990), h. 9. 60 Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h.91.
40
Media Massa Kemudian, Media massa yaitu saluran sebagai alat atau sarana yang dipergunakan dalam proses komunkasi massa. Media massa secara pasti memengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak. Budaya, sosial, politik dipengaruhi oleh media.61 Media massa dikatakan sebagai kebudayaan yang bercerita. Media membentuk opini publik untuk membawanya pada perubahan yang signifikan. Media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti tengah atau perantara. Massa berasal dari bahasa Inggris yaitu mass yang berarti kelompok atau kumpulan. Dengan demikian, pengertian media massa adalah perantara atau alat-alat yang digunakan oleh massa dalam hubungannya satu sama lain.62 Menurut Nurudin dalam bukunya yang berjudul Pengantar Komunikasi Massa, definisi dari komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik).63 Media merupakan lokasi atau forum yang berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Dia menjadi sumber dominan, bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan
61
Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa, h. 58. Burhan Soehadi, Media Komunikasi Massa dan Peranannya dalam Pembentukan Opini Publik (Fakultas Hukukum USU, Medan, 1978), h. 38. 63 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 3. 62
41
kelompok secara kolektif. Media menyuguhkan nilai-nilaii da penilaian secara normatif, yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.64 Media massa sebagai alat atau teknologi dalam menyampaikan pesan pada proses komunikasi massa memiliki kemampuan dalam mencapai berbaai skala meliputi skala yang luas maupun yang terbatas. Demikian, Jalaludin Rakhmat memaparkan bahwa media massa adalah suatu jenis media yag ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonym, sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.65 Fahdi Fahlevi menuliskan bahwa media massa adalah alat untuk menyampaikan pesan dalam proses komunikasi massa kepada khalayak yang sangat luas, heterogen dan anonim dalam waktu serentak dan skala yang luas66 dan pengertian tersebut menurut peneliti cukup menyimpulkan berbagai definisi sebelumnya.
64
Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, ed.2, pent. Dharma dan Ram (Jakarta: Erlangga, 1987), h.3. 65 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h. 36. 66 Fahdi Fahlevi, Hirarki Pengaruh pada Pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2013), h. 29-30.
42
BAB III GAMBARAN UMUM TV ONE DAN PILPRES 2014 A. TV ONE 1. Sejarah Berdiri dan Perkembangan tvOne adalah nama kedua yang digunakan PT. Lativi Rekatama Media untuk stasiun televisinya. Sebelumnya, tvOne diperkenalkan kepada masyarakat sebagai LATIVI, yang memiliki izin siaran pada tahun 1999 dan mulai meluncuran siaran percobaan pada tahun 2001. Pada tanggal 30 Juli 2002 Lativi mulai beroperasi secara nasional. Pada awanya LATIVI dimiliki oleh bekas Menteri Tenaga Kerja, Abdul Latief, namun kemudian ia memutuskan untuk fokus kepada bisnis keluarga sehingga terjadi perubahan kepemilikan dan strategi LATIVI. Pada tahun 2006, Grup Bakrie yang juga memiliki stasiun televisi ANTV ikut memiliki sebagian saham LATIVI. Dalam konsorsium kepemilikan, tvOne jatuh ke tangan Erick Thohir dari Grup Mahaka, Anindya Bakrie dari Grup Bakrie dan Rosan Perkasa Roeslani yang merupakan Presiden Direktur Recapital.67 Kini saham tvOne dimiliki oleh masingmasing PT. Visi Media Asia, Tbk. (Viva Group Milik Bakrie & Brothers) sebesar
67
Semeru Gesta Nutrotalla, Analisis Kebijakan Redaksi TV One dalam mempublikasikan Berita dari TV ke Online di www.tvone.co.id (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h. 48.
43
49%, PT Redal Semesta 31%, Good Response Ltd. 10% dan Promise Result 10%. Anindya Bakrie menjabat sebagai Direktur Utama. Diresmikan langsung oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, tvOne mengudara resmi ke publik pada 14 Februari 2008, pukul 19.30 WIB sekaligus mencatat rekor MURI karena berhasil menjadi stasiun televisi pertama yang menayangkan berita dengan 3 biro dari kota yang berbeda secara bersamaan. Pada mulanya konsep acara LATIVI lebih menonjolkan klenik, erotisme dan berita kriminalitas. Namun dalam tangan manajemen baru pada 1 April 2007 tvOne mengubah segmentasi menjadi stasiun televisi yang mengutamakan tiga program, yakni News (News One), Sport (Sport One) dan Entertainment (Reality One) dengan komposisi 70% berita, dan 30% program olahraga serta hiburan. tvOne membuktikan keseriusan penerapan strategi penyiaran dengan penampilan format yang inovatif dalam hal pemberitaan dan penyajian program.68 Salah satu bentuk program berita yang diklaim tvOne belum pernah ada sebelumnya yakni program berita Apa Kabar Indonesia (disingkat AKI); program ini mengangkat model informasi yang dilakukan dalam bentuk diskusi ringan dengan topik-topik teraktual bersama tidak hanya para narasumber ahli tetapi juga masyarakat umum terkait. AKI tayang perdana pada hari Senin 11 Februari 2008, disiarkan pada pagi dan malam hari dari studio TvOne maupun luar studio. Program berita lainnya yakni progam berita Hardnews yang dikemas dengan judul Kabar Pagi, Kabar Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam. 68
www.tvonenews.tv/tvone diakses pada Jumat 17 Oktober 2014 pukul 1:34 WIB.
44
2. Visi dan Misi Manajemen PT. Lativi Media Karya berusaha mewujudkan komitmen dalam memuaskan pelanggan dan melakukan perbaikan yang berkelanjutan, sehingga mereka memiliki tujuan-tujuan, yakni: Visi Untuk mencerdaskan semua lapisan masyarakat yang pada akhirnya memajukan bangsa. Misi
Menjadi stasiun TV Berita & Olahraga nomor satu.
Menayangkan program News & Sport yag secara progresif mendidik pemirsa untuk berpikiran maju, positif dan cerdas.
Memilih program News & Sport yang inovatif dalam penyajian dan kemasan
45
3. Kebijakan Mutu PT. Lativi Media Karya memiliki komitmen terhadap kebijakan mutu dengan melakukan peningkatan berkelanjutan dalam: 1. Mengupayakan yang terbaik untuk memuaskan pelanggan 2. Memberdayakan kemampuan karyawan ke arah profesionalisme 3. Menerapkan ISO 9001:2008 4. Mengintegrasikan semua proses dalam unit agar tercapai efisiensi dan efektifitas yang optimal 4. Dewan Direksi
CEO (Chief Executive Officer): Ardiansyah Bakrie
Editor in Chief (Pemimpin Redaksi): Karni Ilyas
Senior Vice Editor in Chief (Wakil Pemimpin Redaksi): Totok Suryanto
Chief Sales and Marketing: Gunawan Wibisono
Chief Finance Officer: Tolop Samosir
Chief Human Capital Officer: Harry D. Oetji
46
5. Logo TV One
Deskripsi:
Warna merah dan putih melambangkan Indonesia.
Lingkaran dengan angka 1 di dalamnya merupakan simbol persatuan.
Penggunaan kalimat berbahasa Inggris (One) menunjukkan kesiapan tvOne dalam kancah pertelevisian global. Mudah dipahami oleh mitra kerja tvOne yang berada di luar negeri serta mencerminkan optimisme kebangsaan sebagai bangsa yang ingin maju.
6. Program-program tvOne tvOne mengusung paduan 70% berita (news) dan 30% olahraga (sport) dan hiburan (entertainment) dalam siarannya. Program-program tersebut akan dijabarkan dalam tabel di bawah ini:
47
Tabel III.I. Program Acara tvOne No.
1.
Jenis Program NewsOne
TalkshowOne
InfoOne
RealityOne
SportOne
Kabar Pagi
Apa Kabar Indonesia
Telusur
Tafsir Kehidupan
Sport Documentary
2.
Kabar Siang
Apa Kabar Indonesia
Ensiklo TV
Karikatur Negeri
Kabar Arena
Malam 3.
4.
Kabar Petang
Kabar Malam
Indonesia Lawyers
Menyingkap
Club
Tabir
Satu Jam Lebih Dekat
Majalah Pagi
Soccer One
Tinju Legendaris
5.
Kabar Dunia
Coffee Break
Ala Indonesia
6.
Kabar Utama
Ruang Kita
Rupa Indonesia
7.
Kabar Terkini
Debat
Jejak Pendekar
8.
Kabar Pasar Pagi
Gestur
10.
Kabar Pasar Sore
Meja Bundar
11.
Sorotan Kasus
12.
Sorotan Kita
Sumber : http://www.tvonenews.tv/jadwal
48
7. Corporate Social Responsibility69 Corporate Social Responsibility disebut dengan ―Gerakan tvOne Untuk Negeri‖ yang berupaya untuk selalu dapat berdampingan dengan tim liputan demi menjadi yang terdepan membantu. Hal ini sejalan dengan tag line tvOne, yakni Terdepan Mengabarkan. CSR tvOne pernah berkontribusi dalam bencana Situ Gintung, Gempa Jawa Barat, Gempa Sumatera Barat, Banjir Wasior, Tsunami Mentawai dan Erupsi Merapi. tvOne juga menyalurkan bantuan tvOne Untuk Negeri pada tahap Tanggap Darurat maupun Tahap Pemulihan atau Recovery melalui nomor rekening khusus di BRI, BNI, BCA dan Bank Mandiri. tvOne juga melakukan CSR dalam tiap hal terkait kepedulian berbangsa seperti: Koin untuk Prita, bantuan untuk TKW Indonesia di Arab (Darsem), bantuan untuk WNI korban tsunami di Jepang, Operasi/Pengobatan Sousan, dan lainnya.
69
http://www.tvonenews.tv/csr diakses pada Senin 15 Desember 2014 pukul 14:51 WIB.
49
8. Biro tvOne Ada empat biro milik tvOne yang turut bertugas menyiarkan berita dari masing-masing kota , tepatnya tigo biro di Indonesia dan satu biro yang berada di Malaysia: 1. Medan : Jl. Gurila No. 46 Medan Polonia T/F 0614-518484 2. Makassar: Jl. Bontomene No. 12D Kel. Bantabantaeng, Kec. Rappocini 3. Surabaya: Jemursari Regency No. B-01 Surabaya T/F 031-8483778 4. Malaysia: 24. 5-5, Mayang Court, 24 Jalan Mayang, Kuala Lumpur 50450 Malaysia T 603-217-116-17
50
BAB IV POLITISASI PEMBERITAAN STASIUN TELEVISI tvOne Media massa memiliki dualisme fungsi, yang pertama dalam peran praktisnya dalam demokrasi, yakni kampanye elit kepada masyarakat. Kedua, sebagai harapan normatif media sebagai sarana informasi yang jernih bagi publik dalam proses demokrasi tersebut, sehingga membuat independensi media menjadi suatu hal yang sangat penting untuk kelangsungannya.70 Namun, kemunculan aktor-aktor politik yang berasal dari kalangan pengusaha media mengubah eskalasi politik dalam bingkai konglomerasi media. Meski telah mendapat banyak kritikan, teguran dan protes dari masyarakat, media tetap menampilkan pemberitaan yang tidak subjektif. Hal ini selain dipengaruhi oleh kepentingan kelompok elit media, juga oleh faktor individu jurnalis media itu sendiri. Hal tersebut diperburuk oleh supremasi hukum yang lemah, kontrol pemerintah yang tidak memadai, serta rendahnya pressure masyarakat terhadap hak mereka sebagai konsumen media. Dalam BAB IV ini peneliti berusaha menganalisis konten media dengan mempelajari karakteristik berita dan membuktikan realitas media televisi tvOne dengan menggunakan tiap level yang ada dalam teori Hirarki Pengaruh. Hal ini untuk membuktikan bahwa selain isi media bukan merupakan realitas obyektif, ada pengaruh kekuatan politik besar di dalamnya yang membentuk suatu struktur sosial. 70
Muhamad Heychael dan Holy Rafika Dhona, INDEPENDENSI TELEVISI MENJELANG PEMILU 2014: Ketika Media Jadi Corong Kepentingan Politik Pemilih, diakses dari www.remotivi.or.id
51
Struktur sosial ini menimbulkan efek ideologis, dan memproduksi serta mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak seimbang. Analisis dalam BAB ini dipilah menjadi empat bagian yang saling berkaitan: pertama, penjelasan tentang gambaran lengkap kronologi dan fenomena Pilpres 2014; kedua, analisis pemberitaan Pilpres 2014 di tvOne melalui karakteristik berita dan analisis teks beserta konteks; ketiga, Hirarki Pengaruh Media di tvOne; dan terakhir, analisis pengaruh politik tvOne terhadap PILPRES 2014. A. PEMILIHAN PRESIDEN INDONESIA 2014 (PILPRES) 1. Kronologi71 Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Tahun 2014 (selanjutnya disingkat Pilpres 2014) dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2014 untuk periode pemerintahan 2014-2019. Pilpres ini menjadi pemilihan langsung (PEMILU) ketiga yang dilaksanakan di Indonesia, dan diikuti oleh dua pasang calon yakni Prabowo Subianto dengan Hatta Radjasa dari nomor urut satu dan Joko Widodo dengan Jusuf Kalla dari nomor urut dua. Pilpres ini kemudian dimenangkan oleh pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla dengan total perolehan suara sebesar 53,15%, mengungguli pasangan Prabowo dan Hatta yang mendapatkan suara
71
―Ringkasan Tahapan Pemilu,‖ artikel http://www.jurnalparlemen.com/view/4334/ringkasan-tahapan-pemilu-2014.html Oktober 2014 pada 13:51 WIB.
52
diakses dari pada Senin 20
46,85%.72 Kemudian, pelantikan pasangan Jokowi-JK pada tanggal 20 Oktober 2014 ini secara otomatis menggantikan kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono masa bakti 2009-2014. 2. Kandidat Sebelumnya dalam proses pencalonan presiden, ada beberapa nama yang turut serta berkompetisi selain kedua pasangan Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK, namun pada akhirnya hanya pasangan Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK yang lolos seleksi dan diumumkan secara resmi oleh KPU. Ada dua klasifikasi mengenai nama-nama tersebut, yakni yang secara resmi mengumumkan dirinya maju dalam pencalonan, dan yang diklaim media memiliki potensi besar untuk maju dalam pencapresan. Berikut tabel kategori pertama nama-nama kandidat yang secara resmi mengumumkan dirinya maju dalam pencalonan, namun mundur karena partainya gagal memperoleh kursi minimal di parlemen untuk maju dalam pencapresan dan kemudian ikut berkoalisi dengan salah satu pasangan terpilih resmi KPU.
72
―KPU Tetapkan Jokowi-JK sebagai Presiden-Wapres Terpilih,‖ diakses dari http://www.antaranews.com/pemilu/berita/445322/kpu-tetapkan-jokowi-jk-sebagai-presiden-wapresterpilih pada Senin 20 Oktober 2014 pukul 14:55 WIB
53
Tabel IV.I. Daftar Tokoh yang Secara Resmi Menyatakan Kesediaannya sebagai Calon Wakil Presiden No
Partai
Calon
Status
1.
Golkar
Aburizal Bakrie
Ketua Umum Partai GOLKAR73
2
Hanura
Wiranto
Mantan Panglima TNI, calon presiden 2004 dan calon wakil presiden 2009, Ketua Umum Partai Hanura74
3.
4.
PBB
PPP
Yusril
Ihza Ketua Majelis Syuro Partai Bulan Bintang dan
Mahendra
Mantan Ketua Umum Partai Bulan Bintang75
Suryadharma Ali
Menteri Agama dan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan76
Sumber: www.thejakartapost.com
73
―Bakrie Nomination Starts Indonesia‘s Presidental Race,‖ diakses dari http://blogs.wsj.com/searealtime/2012/07/03/bakrie-nomination-starts-indonesias-presidential-race/ pada Senin 20 Oktober 2014 pukul 15:47 WIB. 74 ―Wiranto Officially Runs President,‖ diakses dari http://www.thejakartapost.com/news/2013/07/02/wiranto-officially-runs-president.html pada Selasa, 21 Oktober 2014 pukul 9:07 WIB. 75 ―Deklarasi Pencalonan Yusril sebagai Capres akan Dilaksanakan di Surabaya,‖ diakses dari http://bulan-bintang.org/deklarasi-pencalonan-yusril-sebagai-capres-akan-dilaksanakan-di-surabaya/ pada Selasa, 21 Oktober 2014 pukul 9:10 WIB. 76 Saat pernyataan pencalonan calon presiden, Suryadharma Ali masih berstatus sebagai Menteri Agama sebelum akhirnya diindikasikan KPK sebagai tersangka kasus korupsi haji Kementerian Agama.
54
Kategori kedua meski diusung oleh media, tetapi tidak pernah memberikan pernyataan resmi dan kebanyakan mengelak dari kesediaan maju dalam pencapresan dan beberapa juga turut bergabung kepada salah satu capres-cawapres resmi KPU. Sedangkan Presiden Yudhoyono sendiri tidak lagi dapat mencalonkan diri karena Undang-undang melarang kepemimpinan presiden selama tiga periode.77 Tabel IV.II. Tabel Daftar Tokoh yang Meskipun Tidak Pernah Secara Resmi Menyatakan Kesediannya Maju dalam Pencapresan, namun Diusung Media sebagai Calon Potensial No.
Nama
Status
1.
Abraham Samad
Ketua KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)
2.
Djoko Santoso
Mantan Panglima TNI (Tentara Nasional Indonesia)
3.
Djoko Suyanto
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan
4.
Ani Yudhoyono
Ibu Negara Indonesia78
5.
Megawati Soekarno Putri
Mantan Presiden Indonesia79
6.
Puan Maharani
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Ketua Fraksi PDI-P di DPR RI 2009-2014.80
77
Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) No. 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. 78 ―Democrats Like Ani Yudhoyono for 2014 Presidential Race‖, diakses dari http://thejakartaglobe.beritasatu.com/archive/democrats-like-ani-yudhoyono-for-2014-presidentialrace/518048/ diakses pada 21 Oktober 2014 pukul 9:16 WIB. Saat berita ini diturunkan, Susilo Bambang Yudhoyono yang merupakan suami dari Ani Yudhoyono masih menjabat sebagai Presiden RI. 79 ―I will Run Presiden if People Want Me,‖ diakses dari http://www.thejakartapost.com/news/2012/04/16/i-will-run-president-if-people-want-memegawati.html pada 21 Oktober 2014 pukul 9:25 WIB.
55
7.
Rizal Ramli
Mantan Menteri Keuangan Indonesia
8.
Rhoma Irama
Musisi81
9.
Sri Mulyani Indarwati
Direktur Pelaksana Grup Bank Dunia (World Bank Group) dan Mantan Menteri Keuangan Indonesia82
10.
Surya Paloh
Pebisnis Media dan Ketua Partai Nasional Demokrat (NASDEM)
11.
Sutiyoso
Mantan Gubernur Jakarta dan Ketua Umum PKPI.83
Sumber: www.thejakartapost.com dan www.thejakartaglobe.com 3. Tahapan PILPRES 2014 KPU sebagai lembaga berwenang atas Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia telah menetapkan proses Pemilu ke dalam tiga tahapan. Tahapan tersebut adalah tahap persiapan, tahap penyelenggaraan dan tahap penyelesaian yang disusun dalam PKPU nomor 15 tahun 2012.84
80
―Puan Ready Join 2014 Race,‖ diakses dari http://www.thejakartapost.com/news/2012/08/06/puan-ready-join-2014-race.html pada 21 Oktober 2014 pukul 9:34 WIB. 81 ―Dangdut King Ready Presidency,‖ diakses dari http://www.thejakartapost.com/news/2012/11/14/dangdut-king-ready-presidency.html pada 21 Oktober 2014 pukul 9:45 WIB. 82 ―Masuk Bursa Capres, Sri Mulyani Merasa Terhormat,‖ diakses dari http://nasional.kompas.com/read/2013/08/21/0741404/Masuk.Bursa.Capres.Sri.Mulyani.Saya.Merasa. Terhormat pada 21 Oktober 2014 pukul 9:48 WIB. 83 ―Sutiyoso Layak Diusung sebagai Capres 2014,‖ diakses dari http://nasional.inilah.com/read/detail/1879893/sutiyoso-layak-diusung-sebagai-capres2014#.U8DdVpXlrIU pada 21 Oktober 2014 pukul 9:55 WIB. 84 Peraturan Komisi Pemilihan Umum No. 4 Tahun 2014 tentang Tahapan, Program, dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.
56
B. Pemberitaan PILPRES 2014 di tvOne Sub bab ini akan memaparkan karakteristik dan analisis teks berita dari berita yang disiarkan oleh tvOne sepanjang masa Pilpres pada bulan Juni-Juli 2014. Ada lima sampel berita yang diambil dari indeks berita di situs www.tvonenews.tv. Berikut tabel daftar sampel judul berita Pilpres tersebut: TABEL IV.III Sampel Judul Berita Selama Pilpres 2014 di tvOne No.
Judul Berita
1.
Dukungan untuk Kedua Sejumlah Daerah85
2.
BAWASLU Kampanye86
Hari/Tanggal Berita dari
2 Juni 2014 pukul 12:31 WIB pada Kabar siang,
Start
2 Juni 2014 pukul 18:50 WIB pada Kabar Petang
3.
BAWASLU Selidiki Laporan Pertemuan Polisi dan Timses Jokowi-JK87
10 Juni 2014, pada Kabar Petang pukul 21:05 WIB.
4.
Megawati Kawal Kampanye JK di Bandarlampung88
5.
Menilai
Capres
Jokowi
Mengalir
telah
Curi
24 Juni 2014, pada Kabar Petang pukul 20:41 WIB. Dialog: Pesan BBM ―Menang atau Perang‖ Beredar Di 8 Juli 2014, pada Kabar Masa Tenang PILPRES89 Petang pukul 19:53 WIB. Sumber: www.tvonenews.tv
85
―Dukungan untuk Kedua Capres Mengalir dari Sejumlah Daerah,‖ diakses dari http://video.tvonenews.tv/arsip/view/84223/2014/06/02/dukungan_untuk_kedua_capres_mengalir_dari _sejumlah_daerah.tvOne pada 12 Desember 2014 pukul 13:24 WIB. 86 ―Bawaslu Menilai Jokowi Curi Start Kampanye,‖ diakses dari http://video.tvonenews.tv/arsip/view/84238/2014/06/02/bawaslu_menilai_jokowi_curi_start_kampany e.tvOne pada 12 Desember 2014 pukul 13:36 WIB. 87 ―Bawaslu Selidiki Laporan Pertemuan Polisi Timses Jokowi-JK,‖ diakses dari http://video.tvonenews.tv/arsip/view/84500/2014/06/10/bawaslu_selidiki_laporan_pertemuan_polisi_ti mses_jokowijk.tvOne pada Jum‘at, 12 Desember 2014 pukul 14:07 WIB. 88 ―Megawati Kawal Kampanye JK di Bandarlampung,‖ diakses dari http://video.tvonenews.tv/arsip/view/85065/2014/06/24/megawati_kawal_kampanye_jk_di_bandarlam pung.tvOne pada Jumat, 12 Desember 2014 pukul 15:42 WIB. 89 ―Dialog Pesan BBM Menang atau Mati Beredar di Masa Tenang Pilpres,‖ diakses dari http://video.tvonenews.tv/arsip/view/85493/2014/07/08/dialog_pesan_bbm_menang_atau_perang_bere dar_di_masa_tenang_pilpres.tvOne pada Jumat, 12 Desember 2014 Pukul 16:34 WIB.
57
1. Daftar Sampel Berita: a. Berita: Pada 2 Juni 2014, pada Kabar siang, Tayangan berita pukul 12:31 WIB. Judul berita: Dukungan untuk Kedua Capres Mengalir dari Sejumlah Daerah. Pada berita yang berdurasi 1 menit 55 detik ini ditampilkan video mengenai kegiatan massa simpatisan kedua capres. Laporan dari simpatisan Prabowo-Hatta berdurasi 1 menit 2 detik, pertama datang dari Mandiling Natal, Sumatera Utara dan Pagar Alam, Sumatera Selatan. Dideskripsikan bahwa Bupati Mandailing Natal secara terangterangan mendukung keduanya, dan mengenai perayaan megah dari berbagai elemen masyarakat di Pagar Alam. Selanjutnya berita mengenai deklarasi dukungan Jokowi di Palembang, Sumatera Selatan dikabarkan membuat macet dan dilakukan seadanya di posko yang dibangun relawan. b. Berita: Pada 2 Juni 2014, pada Kabar Petang pukul 18:50 WIB. Judul Berita: BAWASLU Menilai Jokowi telah Curi Start Kampanye. Pada berita berdurasi 1 menit 57 detik dengan tagline berita ―Gugatan Pelanggaran Pilpres‖, BAWASLU berencana memanggil Jokowi‖, ini
58
ditampilkan video mengenai momen pidato penentuan nomor urut yang digunakan Jokowi untuk menyatakan kesediaan masyarakat mencoblosnya, tanpa disertai potongan rekam momen tersebut. Pada konfirmasi yang dilakukan tvOne kepada komisioner BAWASLU, Nelson Simanjuntak menyatakan bahwa dalam masa Pilpres segala hal menjadi sensitif sehingga banyak yang menilai hal tersebut sebagai tindakan curi start kampanye. Nelson pula mengatakan bahwa dari segi ajakan mungkin ya, tetapi untuk permasalahan hukum akan dilihat terlebih dahulu konteksnya untuk ditinjau apakah melanggar UndangUndang Peraturan Pemilu. c. Berita: Pada 10 Juni 2014, pada Kabar Petang pukul 21:05 WIB. Judul Berita: BAWASLU Selidiki Laporan Pertemuan Polisi dan Timses Jokowi-JK Berita berdurasi 13 menit 8 detik ini menghadirkan saksi mata sebagai narasumber pada judul berita yang dimaksud, FX Arief Puyouno, yang melihat langsung pertemuan antara timses Jokowi-JK. Salah satunya adalah Trimedya Panjaitan (timses Jokowi-JK yang kemudian disebut sedang bermasalah dengan polisi), dengan seorang perwira tinggi Komjen Budi Gunawan (kemudian disebut sebagai petinggi POLRI yang pernah dicurigai memiliki rekening gendut) di sebuah restoran.
59
Arief menyatakan pertemuan tersebut serius dikarenakan cara bicara setiap orang di sana yang berbisik-bisik serius, diikuti pula seorang cukong (sebutan pengusaha keturunan Tionghoa) dengan berusaha meyakinkan news anchor dan audiens karena merasa pernah melihat. Ia juga menyatakan pertemuan tersebut disengaja dari kesemuanya yang datang dan pulang secara bersamaan, dan telah terjadi pembohongan publik dari timses Jokowi karena mengatakan itu hanya sekedar pertemuan biasa karena Budi Gunawan tampak melakukan kegiatan notulensi dan tukar menukar handphone. Pertemuan tersebut disimpulkan sebagai konsolidasi kedua belah pihak menjadi timses Jokowi-JK. Hal ini menjadi berbahaya karena menyalahi kode etik dan diasumsikan Budi akan mempengaruhi dukungan Polri dalam PILPRES. Arief menambahkan tidak seharusnya pertemuan biasa berlangsung selama itu di dalam tempat tertutup, ditambah dalam masa sensitif politik. Sementara itu Komisioner Bawslu, Nelson simanjuntak menyatakan akan memverifikasi laporan tersebut dan mengapresiasi masyarakat yang melaporkan setiap kegiatan dalam masa Pilpres.90
90
Dinarasikan dalam website tv.one sebagai; ―Sementara itu, menurut anggota Bawaslu, Nelson Simanjuntak, pihaknya akan menyelidiki laporan terkait pertemuan tersebut. Bawaslu akan memastikan apakah pertemuan itu sudah menunjukkan polri netral atau tidak.‖
60
d. Berita: Pada 24 Juni 2014, pada Kabar Petang pukul 20:41 WIB. Judul Berita: Megawati Kawal Kampanye JK di Bandarlampung Berita berdurasi 1 menit 10 detik ini menggambarkan kegiatan kampanye cawapres Jusuf Kalla ditemani Ketua Umum PDI-P Megawati di Lapangan Merah, Bandarlampung. Dalam orasinya, Megawati menyatakan bahwa pasangan Jokowi-JK memiliki rekam jejak yang baik, sosok sederhana dan kinerjanya terbukti nyata. Namun kampanye ini disayangkan oleh tvOne karena dihadiri oleh anak-anak di bawah umur dan puluhan pelajar yang masih berseragam sekolah. e. Berita: Pada 8 Juli 2014, pada Kabar Petang pukul 19:53 WIB. Judul Berita: Dialog: Pesan BBM ―Menang atau Perang‖ Beredar Di Masa Tenang Pilpres Dialog berdurasi 5 menit 20 detik ini menampilkan dialog dengan Ratna Sarumpaet, aktivis yang juga ketua Majelis Kedaulatan Republik Indonesia (MKRI) mengenai pesan broadcast blackberry messenger
(bbm)
mengatasnamakan
timses
Jokowi-JK
yang
diterimanya dari teman yang juga pendukung Jokowi-JK. Pesan tersebut disinyalir memprovokasi dan mengintimidasi masyarakat,
61
ditambah dikirim pada masa tenang kampanye. Ratna menegaskan bahwa ada komitmen antara pemerintah dan para kontestan Pilpres agar tercipta Pilpres yang baik. 2. Karakteristik Berita Bagian ini akan menjabarkan temuan-temuan karakteristik berita yang didapat dari 5 sampel berita yang telah dipaparkan sebelumnya. Dari 5 sampel pemberitaan tvOne yang ditayangkan pada masa Pilpres 2014, dapat disimpulkan beberapa karakteristik umum pemberitaan tvOne pada Pilpres 2014 dengan metode analisis wacana kritis Teun van Dijk yang mengintegrasikan analisis wacana atas linguistik dan pemikiran sosial politik, diintegrasikan dengan perubahan sosial. Unit analisis teksnya adalah video berita yang disiarkan oleh stasiun televisi tvOne, unit analisa discourse practice-nya adalah lembaga stasiun tvOne dan level praktik sosiokulturalnya didapat dengan merelasikannya dengan konteks sosial politik saat PILPRES 2014. Karakteristik tersebut adalah: a. TvOne sangat jarang menghadirkan narasumber yang mewakili kedua belah pihak capres yang berkompetisi dan nampak jelas didominasi dari simpatisan Prabowo-Hatta maupun narasumber yang secara terang menyudutkan pihak Jokowi-JK sehingga tidak mengklarifikasi kecurigaan yang belum diverifikasi tersebut. Adalah tersebut Bupati Mandailing Natal, FX Arief Puyouno dan Ratna Sarumpaet.
62
b. Berita bersifat linear karena seringkali menghadirkan narasumber yang memiliki tendensi mendukung Prabowo-Hatta maupun menyudutkan JokowiJK. Pertama, ketika Bupati Mandailing Natal yang jelas-jelas menyatakan dukungannya
pada
pasangan
Prabowo-Hatta
disorot,
tvOne
tidak
menghadirkan satu pun simpatisan Jokowi-JK padahal masih berada dalam satu frame. Kedua, dalam berita indikasi pelanggaran tvOne tidak menghadirkan kedua belah pihak yang melapor (Prabowo-Hatta) dan yang melapor (Jokowi-JK). Ketiga, dalam dialog dengan Aief Puyouno yang yakin adanya konspirasi antara timses Jokowi-JK dengan seorang petinggi POLRI tanpa menghadirkan bukti-bukti otentik dan cukup dengan pernyataan keyakinan dengan segala macam asumsinya; lagi-lagi dialog ini dilakukan tanpa memverifikasi. Keempat, ada redaksi negatif dalam berita kampanye Jusuf Kalla yang tidak pernah disebutkan dalam berita-berita kampanye pasangan Prabowo-Hatta selama Pilpres 2014. Kelima, dialog dengan Ratna Sarumpaet yang menyatakan adanya intimidasi dan provokasi dari timses Jokowi-JK via broadcast blackberry messenger yang idealnya tidak perlu menyebutkan pihak yang ditulis dalam broadcast tersebut karena masih sekedar asumsi dan belum dapat dibuktikan kebenarannya. Ditambah, berita tersebut tayang pada masa tenang kampanye. Kelima analisis tersebut jelas tidak menuhi syarat menghadirkan dua sisi pemberitaan (cover both side) sehingga menjauhkan tvOne dari prinsip dan etika jurnalistik.
63
c. Berita umumnya bermodel straight news, yakni berita cepat dengan menyesuaikan dinamika yang ada, mengandalkan pernyataan narasumber tanpa melakukan investigasi mendalam sesuai norma dan etika jurnalistik yang ada. 3. Analisis Wacana Pemberitaan Pilpres 2014 van Dijk Bagian ini akan menuangkan hasil analisis teks dan konteks yang didapat dari lima sampel pemberitaan tvOne yang telah disebutkan dalam daftar sampel berita. Pemaparannya adalah sebagai berikut: a. Analisis Teks Struktur wacana yang dikemukakan van Dijk digambarkan sebagai berikut:91 TABEL 1V.IV Elemen Wacana van Dijk Struktur Wacana
Hal yang Diamati
Elemen
Struktur Makro
Tematik (Apa yang dikatakan)
Topik
Superstruktur
Skematik (Bagaimana pendapat disusun dan dirangkai)
Skema
Struktur Mikro
Semantik (Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita)
Latar, Detail, Maksud, Peranggapan, Nominalisasi
Sumber: Diadopsi dari Eriyanto (2008a: 7-8) dan Eriyanto (2001:228-229)
91
Alex Sobur, Analsis Teks Media (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 74.
64
-
Analisis Teks Berita 1 o Struktur Makro
: Berita ini menampilkan video mengenai
kegiatan massa simpatisan kedua capres. o Superstruktur
:
Laporan dari simpatisan Prabowo-Hatta
berdurasi 1 menit 2 detik, pertama datang dari Mandiling Natal, Sumatera Utara dan Pagar Alam, Sumatera Selatan. Dilaporkan Bupati Mandailing Natal secara terang-terangan mendukung keduanya, dan mengenai perayaan megah dari berbagai elemen masyarakat di Pagar Alam. Selanjutnya berita mengenai deklarasi dukungan Jokowi di Palembang, Sumatera Selatan dikabarkan membuat macet dan dilakukan seadanya di posko yang dibangun relawan. o Struktur Mikro
: Dalam berita ini seakan-akan ditekankan
bahwa kedatangan Prabowo-Hatta merupakan suatu hal yang sudah ditunggu-tunggu oleh seluruh elemen masyarakat Sumatera, sedangkan dukungan untuk Jokowi-JK terkesan sangat biasa dan dilakukan tidak sebaik dukungan terhadap pasagan Prabowo-Hatta. -
Analisis Teks Berita 2
65
o Struktur Makro
: Berita bertema mengenai pelanggaran Pilpres
yang berjudul ―Gugatan Pelanggaran Pilpres: Bawaslu berencana memanggil Jokowi‖. o Suprastruktur pelanggaran
: Berita ini menekankan tentang betapa jauhnya yang
dilakukan
oleh
capres
Jokowi
dengan
menggambarkan potongan momen pidato penentuan nomor urut yang digunakan Jokowi untuk menyatakan kesediaan masyarakat mencoblosnya. Kemudian tvOne melakukan konfirmasi kepada komisioner Bawaslu, Nelson Simanjuntak yang menyatakan bahwa dalam masa Pilpres segala hal menjadi sensitif sehingga banyak yang menilai hal tersebut sebagai tindakan curi start kampanye. o Struktur Mikro
: tvOne menarasikan seakan-akan tindakan
Jokowi tersebut sangat salah sehingga Bawaslu menyatakan bahwa pelanggaran tersebut memang benar adanya dan harus segera ditindak, padahal Nelson Simanjuntak hanya mengatakan bahwa tiap capres dan timnya harus hati-hati agar tidak terjadi kesalahpahaman dan menolak secara halus bahwa hal tersebut termasuk pelanggaran. -
Analisis Teks Berita 3
66
o Struktur Makro
: Berita bertema tentang indikasi pelanggaran
peraturan kampanye dalam Pilpres 2014 dengan judul berita ―Bawaslu Selidiki Laporan Pertemuan Polisi dan Timses JokowiJK.‖ o Suprastruktur
: Berita berdurasi 13 menit 8 detik ini
menghadirkan dialog dengan saksi mata terkait, FX Arief Puyouno, yang melihat langsung pertemuan antara timses JokowiJK. Salah satunya adalah Trimedya Panjaitan (timses Jokowi-JK yang kemudian disebut sedang bermasalah dengan polisi), dengan seorang perwira tinggi Komjen Budi Gunawan (kemudian disebut sebagai petinggi POLRI yang pernah dicurigai memiliki rekening gendut) di sebuah restoran. Arief menyatakan pertemuan tersebut serius dikarenakan cara bicara setiap orang di sana yang berbisikbisik serius, diikuti pula seorang cukong (sebutan pengusaha keturunan Tionghoa) dengan berusaha meyakinkan news anchor dan audiens karena merasa pernah melihat. Ia juga menyatakan pertemuan tersebut disengaja dari kesemuanya yang datang dan pulang secara bersamaan, dan telah terjadi pembohongan publik dari timses Jokowi karena mengatakan itu hanya sekedar pertemuan biasa karena Budi Gunawan tampak melakukan kegiatan notulensi dan tukar menukar handphone. Pertemuan
67
tersebut disimpulkan sebagai konsolidasi kedua belah pihak menjadi timses Jokowi-JK. Hal ini menjadi berbahaya karena menyalahi kode etik dan diasumsikan Budi akan mempengaruhi dukungan Polri dalam Pilpres. Arief menambahkan tidak seharusnya pertemuan biasa berlangsung selama itu di dalam tempat tertutup, ditambah dalam masa sensitif politik. Sementara itu Komisioner Bawaslu, Nelson simanjuntak menyatakan akan memverifikasi laporan tersebut dan mengapresiasi masyarakat yang melaporkan setiap kegiatan dalam masa Pilpres. o Struktur Mikro
: Berita ini terlihat sangat provokatif karena
menghadirkan narasumber yang tidak memiliki kualitas untuk menjadi saksi karena mengatakan segala sesuatu atas asumsi belaka, secara tidak langsung tvOne menyatakan bahwa pertemuan ini sangat berbahaya karena akan mempengaruhi pilihan POLRI sehingga timses Jokowi harus ditindak. Hal ini juga nampak bertujuan untuk menginformasikan kepada masyarakat bahwa timses Jokowi-JK bergerak dengan tidak sehat dan lagi-lagi menunjukkan bahwa Bawaslu seakan-akan mengiyakannya.
68
-
Analisis Teks Berita 4 o Struktur Makro
:
Berita
melaporkan
mengenai
kegiatan
kampanye cawapes Jusuf Kalla bersama Ketua Umum PDI-P dengan
judul
―Megawati
Kawal
Kampanye
JK
di
Bandarlampung.‖ o Superstruktur
:Berita
berdurasi
1
menit
10
detik,
menggambarkan kegiatan kampanye cawapres Jusuf Kalla ditemani Ketua Umum PDI-P Megawati di Lapangan Merah, Bandarlampung. Megawati berorasi agar memilih pasangan Jokowi-JK karena memiliki rekam jejak yang baik, sosok sederhana dan kinerjanya terbukti nyata. Namun kampanye ini disayangkan oleh tvOne karena dihadiri oleh anak-anak di bawah umur dan puluhan pelajar yang masih berseragam sekolah. o Struktur Mikro
: Terdapat sinisme dalam pemberitaan ini,
bahkan sejak dari pemilihan judul. Mengingat bahwa kandidat capres Jokowi-JK ditengarai menjadi boneka Ketum PDI-P Megawati, seakan-akan selain tidak dapat berkampanye sendiri, terdapat campur tangan yang kental olehnya. Dalam kesimpulan peneliti, tvOne memberikan gambaran tersebut untuk membangun opini negatif masyarakat.5
69
-
Analisis Teks Berita 5 o Struktur Makro
: Topik tvOne kali ini mengenai pelanggaran
Pilpres yang diberi judul ―Pesan BBM Menang atau Perang Beredar Di Masa Tenang Pilpres.‖ o Superstruktur
: Berita dalam bentuk dialog yang berdurasi 5
menit 20 detik ini menampilkan Ratna Sarumpaet yang juga aktivis dan ketua Majelis Kedaulatan Republik Indonesia (MKRI) sebagai narasumber. Berita mengenai beredarnya pesan broadcast blackberry messenger (bbm) mengatasnamakan timses Jokowi-JK yang diterimanya dari teman yang juga pendukung Jokowi-JK. Pesan tersebut disinyalir memprovokasi dan mengintimidasi masyarakat, ditambah dikirim pada masa tenang kampanye. Ratna menegaskan bahwa seharusnya ada komitmen antara pemerintah dan para kontestan Pilpres agar tercipta Pilpres yang baik. o Struktur Mikro
:
Berita
ini
mengesankan
ada
sejumlah
pendukung Jokowi-JK yang mengancam anarki apabila pasangan mereka tersebut tidak terpilih. Dan tanpa diberikannya tanggapan verifikasi dari pihak timses Jokowi-JK, tvOne menarasikan seakan-akan hal tersebut terjadi general pada pihak mereka.
70
b. Analisis Konteks Dari hasil analisis peneliti, didukung oleh analisis teks dan kerangka analisis konteks van Dijk, pemberitaan di tvOne disimpulkan memiliki indikasi keberpihakan kepada salah satu capres dalam Pilpres 2014 dikarenakan adanya setiran atau kemauan redaksi. ―Secara keseluruhan, media harusnya normal berimbang dan cover both side. Namun kenyataannya di lapangan ketika ada rapat, atau ketika sebelum masuk masa Pilpres, kita dikumpulkan dan diarahkan.. Terutama divisi lapangan dan divisi news. Memang sama sekali tidak ada perkataan ‗nanti PILPRES kalian harus membela KMP‘ atau ‗nanti KIH harus lebih disudutkan. Tetapi kita di lapangan sama-sama paham ketika redaksi mengatakan kepada kita ‗semoga kerjanya baik dan benar, kan di sini kita semua sama-sama.‘‖92 ―Layak tidak layak berita tvOne tidak seperti sedang kuliah; harus beretika dan 5W1H. Peristiwa bisa naik, tetapi untuk politik ada pemilihan dari Redaksi, biasanya agenda setting, untuk bagaimana packaging nya ke luar, semua kan bisa dikemas.‖93
Hal ini disimpulkan penelit sebagai suatu strategi kampanye politik pemilik tvOne sebagai Ketua Umum Partai Golkar yang berkoalisis dengan capres Prabowo-Hatta sehingga mengubah framing dan narasi teks berita demi membangun-menggiring opini masyarakat agar bersimpati pada capres Prabowo-Hatta dan antipasti kepada lawannya Jokowi-JK.
92
Wawancara langsung peneliti dengan Mina Apratima Nour, Reporter tvOne pada Jum‘at 5 Desember 2014 di Kelapa Gading. 93 Wawancara langsung peneliti dengan Mina Apratima Nour, Reporter tvOne pada Jum‘at 5 Desember 2014 di Kelapa Gading.
71
C. Hirarki Pengaruh Media Adapun faktor-faktor mengapa politasi media dapat terjadi, akan dibahas peneliti dalam rumusan hirarki pengaruh (Theories of Influences of Media Content) Shoemaker dan Reese94 di bawah ini: 1. Level Pengaruh Individu Media (Influences on Content from Individual Media Workers) Orientasi jurnalis menentukan realitas yang terjadi sehingga latar belakang, pendidikan, sikap dan kepentingan mereka menentukan efek konten media. Seorang jurnalis memiliki orientasi nilai tertentu dalam berhadapan dengan realitas yang sedang terjadi sehingga berpengaruh dalam menciptakan konstruksi sosial. Orientasi ini tidak hanya dibentuk dari sikap, nilai dan kepercayaan pribadi, namun juga latar belakang dan pengalaman profesionalnya. a. Faktor Latar Belakang dan Karakteristik TvOne tidak memiliki standar disiplin pendidikan tertentu untuk setiap jurnalis yang direkrut.
94
Pamela J. Shoemaker and Stephen D. Reese, Mediating the Message Theories of Influences on Mass Media Content (New York: Longman Publisher, 1996), h. 60.
72
―Kalau untuk latar belakang tidak ada persyaratan, tapi untuk jadi reporter ada pendidikan lagi di sini, jadi kita seleksi. Setelah itu kita seleksi dari sekian orang hanya menjadi lima belasan, dididik lagi 5 sampai 6 bulan, kemudian ada lagi tugas akhir mengangkat tema sendiri, kemudian dipresentasikan. Nah setelah itu kembali diseleksi.‖95
b. Faktor Nilai dan Kepercayaan Pengalaman dan nilai-nilai yang didapat oleh pribadi jurnalis penting karena memiliki efek pada pemberitaan yang akan dibangun. Namun demikian, faktor ini tidak berdampak terlalu besar karena intervensi yang lebih besar hadir dalam level rutinitas media dan organisasi media. Jurnalis tvOne, Taufik Angkasa yang berposisi sebagai Program Director Divisi News Gathering menyatakan bahwa, karena media massa idealnya haruslah independen, jadi wartawan semestinya juga harus demikian. Namun ekonomi menjadi pertimbangan yang niscaya sehingga harus menerima kenyataan bahwa pemilik berpolitik sehingga setiap kebijakan di perusahaan harus diikuti.96 Hal ini diiyakan oleh Mina Apratima Nour, reporter tvOne, ―benar, kita digaji. Kalau nakal nanti gajinya dipotong.‖97
95
Wawancara langsung Peneliti dengan Wisnu Sya‘ban, Reporter tvOne pada Jum‘at 7 November 2014 di Pulogadung. 96 Wawancara langsung Peneliti dengan Taufik Angkasa, Program Director tvOne pada Jum‘at 5 Desember 2014 di Kelapa Gading. 97 Wawancara langsung peneliti dengan Mina Apratima Nour, Reporter tvOne pada Jum‘at 5 Desember 2014 di Kelapa Gading.
73
Wisnu Sya‘ban sesama reporter tvOne juga menjawab mengenai alasan wartawan tidak protes langsung terhadap setiran kebijakan pemberitaan di tvOne karena ekonomi, ―Karena takut tidak digaji lagi mungkin.‖ 98
Roy Thaniago menjelaskan telah terjadi pergeseran cara memaknai profesionalisme oleh para jurnalis sehingga mereka melakukan kerja-kerja yang bertentangan dengan kaidah jurnalistik. Senada dengan alasan Mina, Taufik dan Wisnu, uang juga menjadi pertimbangan yang mendasar, ―Ternyata bagaimana mereka memaknai profesionalitas adalah bagaimana mengabdi kepada perusahaan. Jadi ketika mereka mengatakan kami begini karena profesionalitas. Jadi ini hasil profesionalitas kami, mereka kemudian memaknai profesionalitas kepada perusahaan. Padahal harusnya profesi wartawan, dokter, advokat, harusnya mengabdi kepada masyarakat dan kepentingan publik. Jadi cara memaknai ini yang bergeser. Hal ini memutuskan sikap wartawan yang tadinya otonom, memiliki kesadaran keberpihakkan kepada warga, justru menjadi pekerja professional seperti pekerja kantoran mengabdi kepada perusahaan dan menunggu seberapa banyak perusahaan dapat memberi uang kepada mereka; itu yang terjadi. Mungkin diperlukan penelitian yang lebih jauh, namun menurut saya, halhal inilah yang paling kelihatan secara kasat mata atas fenomena wartawan di tvOne.‖99
Andreas Harsono, wartawan yang juga pendiri yayasan Pantau dan Peraih Nieman Fellowship di Universitas Harvard tahun 2000 menulis dalam artikelnya ―Sembilan Elemen Jurnalisme‖ yang dikutip dari meja redaksi situs Remotivi menyatakan bahwa, ada dua hal yang dimaksud
98
Wawancara Peneliti dengan Wisnu Sya‘ban, Reporter tvOne pada Jum‘at, 7 November 2014 di Pulogadung. 99 Wawancara langsung peneliti dengan Roy Thaniago, Direktur Lembaga Remotivi pada 7 November 2014 di Rawamangun.
74
dengan profesionalisme wartawan. Pertama, sikap independensi wartawan dari setiap narasumbernya dan kedua mengenai perlindungan terhadap audiens, pengiklan dan citizen (masyarakat). Namun jurnalis peliput PEMILU 2014 terlalu dekat dengan capresnya masing-masing sehingga tidak melihat sisi buruknya dan televisi, ia menyebut tvOne, tidak melayani citizen melainkan hanya pemilik. Hal tersebut melanggar prinsip loyalitas kepada warga. Profesionalisme semestinya ditujukan pada publik, bukan perusahaan tempatnya bekerja.100 Dari pemaparan di atas dapat dilihat bagaimana level individu media melakukan andil pada politisasi media khususnya tvOne. Jurnalis melacurkan idealismenya pada wartawan, sehingga berpengaruh pada orientasi nilai dan keyakinan individu media. Namun demikian, level pengaruh ini tidak berdampak terlalu besar karena intervensi paling besar yang terjadi ada di level rutinitas media dan organisasi media. 2. Level Rutinitas Media (Influences of Media Routine) BAB II telah menjelaskan definisi level ini di mana terjadi pembentukan lingkungan atas kinerja individu media,101 dan bagaimana rutinitas suatu media dalam memproduksi sebuah program berita. Hal tersebut meliputi komunikasi sehari-hari
100
Indah Wulandari, Panggil Aku Wartawan, diakses dari http://remotivi.or.id/kabar-tv/panggilaku-wartawan pada Sabtu, 13 Desember 2014 pukul 16:05 WIB. 101 Shoemaker and Reese, Mediating the Message, h. 137.
75
dalam suatu media massa, kendala, nilai berita dan standar objektifitas, serta keyakinan reporter pada sumber-sumber berita. tvOne mengusung slogan News and Sport sehingga mengunggulkan berita peristiwa. Semua yang berkaitan dengan peristiwa memiliki porsi besar dalam penyiarannya. Namun demikian, ada pemilihan angle berita tertentu dalam tiap berita yang berkaitan dengan politik, khususnya ketiga subjek politiknya bersinggungan dengan pemilik media, Aburizal Bakrie. ―Ketika zaman Jokowi masih menjabat gubernur, aku pernah diperintahkan untuk menanyakan, ‗Tolong tanya Jokowi, kenapa proyek Transjakarta cuma Udar yang dipanggil, tetapi dia tidak?‘ dan pertanyaan-pertanyaan lain yang kalau ditanyakan di lapangan kita pasti akan diprotes. Jadi kita (wartawan) harus merubah redaksi pertanyaan tersebut, namun tetap sesuai dengan tujuannya. Pernah juga diminta: ‗tanyakan ke Jokowi dong, kenapa banjir? Memang dia ngga kerja?‘ dan itu benarbenar tertulis demikian di komputer Korlip. Nah jadi kebijakan-kebijakan pertanyaan seperti itu tidak akan kita laksakan demikian di lapangan, tetapi bagaimana caranya kita bisa mendapatkan statement mereka dengan pertanyaan yang sama, tetapi dibungkus dengan lebih rapi dan lebih elegan. Banyak sekali hal-hal seperti itu, tetapi itu semua di kita lebih ke arah tahu sama tahu.‖102
Mengenai segmentasi, tvOne menyasar pada kelas menengah ke bawah. Selain itu aktualitas berita didahulukan meskipun di lapangan kejadian tersebut telah selesai. Mina mengatakan jika sudah tidak ada gambar live scene (siaran langsung kejadian) di lapangan, produser tetap mengharuskannya siaran live agar tetap ada berita.
102
Wawancara langsung peneliti dengan Mina Apratima Nour, Reporter tvOne pada Jum‘at 5 Desember 2014 di Kelapa Gading.
76
Wartawan tidak bebas memilih berita, namun dalam beberapa hal dibebaskan untuk berimprovisasi pada narasumber. Jarang terjadi komunikasi dua arah karena reporter kebanyakan hanya mengikuti perintah Koordinator Liputan (Korlip) dan tidak diikutkan dalam rapat penayangan berita dan tidak berwenang memilih berita yang akan ditayangkan.103 Plot framing pada masa Pilpres pun terbagi dua dengan identifikasi kelompok KMP (Koalisi Merah Putih dari pihak Prabowo-Hatta) dan KIH (Koalisi Indonesia Hebat dari pihak Jokowi-Jk). Hal tersebut diikuti dengan pemilihan narasumber yang cenderung ke KMP mengingat Aburizal Bakrie dan partainya masuk dalam koalisi tersebut, ―Sampai masuk ke bulannya PILPRES, semua plotingan framingnya sudah terbagi dua. Kita diminta identifikasi kubu KMP dan KIH. Kalau diperhatikan setiap tv memang punya preferensi pengamat politiknya siapa. Pengamat politik yang cenderung ke KMP siapa dan KIH siapa. Kantor kita paling jarang menghadirkan pengamat politik seperti Burhanuddin Muhtadi, dari Sugeng Sarjadi Sindicate. Paling diambil seperti Ferry Budianto, karena dia sepemikiran.‖104
Pernyataan Mina Apratima tersebut sesuai dengan karakteristik berita yang telah disebutkan dalam sub bab sebelumnya di mana tvOne seringkali menghadirkan berita linear di mana narasumber yang dihadirkan memiliki tendensi mendukung Prabowo-Hatta maupun menyudutkan Jokowi-JK sehingga tidak menghasilkan berita 103
Wawancara Peneliti dengan Wisnu Sya‘ban, Reporter tvOne pada Jum‘at, 7 November 2014 di Pulogadung. 104 Wawancara langsung peneliti dengan Mina Apratima Nour, Reporter tvOne pada Jum‘at 5 Desember 2014 di Kelapa Gading.
77
yang faktual dan sesuai nilai-nilai jurnalisme. Tekanan tersebut kemudian berpengaruh kepada cara pandang jurnalis. Pada tiap wawancara yang dilakukan peneliti dengan tiga jurnalis tvOne, kesemuanya memiliki eksepsi mengenai apa yang dilakukan stasiun televisinya dan stasiun televisi lawannya. tvOne dan Metro TV bersaing, karenanya tidak jauh berbeda. Metro TV selalu menujukan berita yang berbau SARA seperti berita Lapindo Brantas sehingga terkesan menyerang image tvOne. Ada tiga unsur yang membentuk suatu rutinitas media yakni sumber berita (suppliers), organisasi media atau redaksi pembungkus media untuk audience (processor) dan audiens (consumer).105 Telah disebutkan bahwa sumber media yang dipilih tvOne cenderung mengikuti kemauan pemilik yang berpolitik dengan menyerang lawan politiknya dan memilih narasumber yang tidak objektif untuk pencitraan pribadi kelompoknya. Sedangkan organisasi media tidak melakukan pembangkangan dan justru menjadi kepanjangan tangan pemilik. Hal ini sejalan dengan tujuan agar audiens mempercayai apa yang mereka tonton karena dalam PILPRES kali ini tvOne memandang tujuan dan keuntungan mereka adalah ketika opini masyarakat terbangun untuk mempercayai hal tersebut. Hal demikian lah yang mempengaruhi rutinitas jurnalis dan kualitas konten media.
105
Shoemaker and Reese, Mediating the Message, h. 109.
78
3. Level Pengaruh Organisasi (Organizational Influences on Content) Organisasi adalah sesuatu yang meliputi struktur manajemen organisasi media, kebijakan, dan tujuannya. Shoemaker dan Reese menuliskan bahwa level ini berpengaruh karena ketika tekanan kebijakan datang untuk mendorong jurnalis secara individu dan rutinitas, maka keduanya harus tunduk pada tujuan besar organisasi. Menjelang Pilpres, Ardiansyah Bakrie sebagai CEO tvOne turun langsung dalam meminta kesediaan jurnalis untuk berpartisipasi secara total dalam Pilpres2014 dengan mengadakan pertemuan (gathering) sambil memperkenalkan sosok pemilik tvOne yang juga ayahnya.106 Taufik Angkasa, jurnalis tvOne, tidak mengelak bahwa intervensi pemilik dalam tubuh redaksi begitu besar sehingga timbul pengarahanpengarahan tertentu pada kinerja jurnalis. Bahkan Aburizal Bakrie tidak memasang blocking time dalam tiap siarannya di tvOne dengan asumsi bahwa ia merupakan pemiliknya. Menurut penuturan Mina Apratima, ada kemungkinan sanksi yang lebih jauh apabila tidak turut dalam kebijakan perusahaan seperti yang pernah terjadi pada Fransiska Lusuba karena tidak sengaja mengatakan agar tidak perlu menyebut Golkar dalam suatu siaran breaking news 2 Oktober 2013.107
106
Hasil wawancara langsung peneliti dengan Wisnu Sya‘ban, Mina Apratima dan Taufik Angkasa jurnalis tvOne pada November-Desember 2014. 107 ―KPK tangkap tangan Pejabat Tinggi Negara di Widya Chandra,‖ video diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=k7YGNQmLaXY
79
Di level ini juga digambarkan bahwa isi berita dipengaruhi oleh manajemen organisasi media, ketika yang berkuasa akan mempengaruhi kebijakan dan warna pemberitaan di media tersebut. Mengingat bahwa pemilik merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu institusi media massa, maka mereka berwenang untuk menentukan segala kebijakan redaksi.108 ―Pada kenyataan, sekarang semua media owner memiliki keterlibatan yang cukup kuat. Metro dimiliki surya Paloh, tvOne ARB, Harry Tanoe juga. Itu pasti ada yang namanya keberpihakkan. Meskipun dibilang jurnallistik adalah kebebaans, tetapi siapa yang memiliki media, ya ia yang memegang kendali, dan ini nyata. Tetapi sebisa mungkin di redaksi atau di tangan jurnalisnya, kemasan diubah. Meskipun kelihatannya tidak terlalu berpihak, tetapi sebenarnya ia berpihak. Hanya kemasannya saja yang diganti dengan bahasanya lebih halus dan semacamnya.‖109
Besarnya tekanan level organisasi media ini kemudian mempengaruhi prinsip dan kinerja jurnalis secara garis besar. Mina Apratima mengakui bahwa ia melepaskan profesionalismenya saat bersinggungan dengan peristiwa politik, karena setiap berita politik yang disiarkan adalah permintaan wajib dari perusahaan. ―Aku hanya merasa profesional saat live suatu berita bencana alam dan peristiwa. Hanya di dua hal itu aku merasa professional sekali. Dulu pernah aku meliput ke Malaysia, yang kasus MH370, ke Sinabung, lalu ke Kelud, penyekapan Olimo. Cuma di hal-hal itu aku merasa professional: men-capture moment, live report, membuat naskah sesuai kenyataan; segala macam, tetapi ketika aku memasuki peristiwa politik itu semua hilang. Sesedehana itu.‖110 ―Kalau kita di bawah yang terima request order dari atas otomatis tidak bisa jauhjauh dari tugas kantor. Misalnya meliput tentang Golkar, otomatis gimana caranya kita harus—mungkin itu berita yang buruk, tapi bagaimana caranya kita harus 108
Halimatus Sa‘diyah, Hirarki Pengaruh dalam Proses Penyeleksian Berita: Studi pada Kebijakan Redaksi Liputan 6 SCTV (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2012), h. 72. 109 Wawancara langsung Peneliti dengan Taufik Angkasa, Program Director tvOne pada Jum‘at 5 Desember 2014 di Kelapa Gading. 110 Wawancara langsung peneliti dengan Mina Apratima Nour, Reporter tvOne pada Jum‘at 5 Desember 2014 di Kelapa Gading.
80
memberitakan dengan bahasa yang senetral mungkin. Contoh misalkan (berita tentang jokowi, beritanya menjadi:) Jokowi terkesan plin plan, namun jika Aburizal yang pinplan, kita harus menarasikannya ARB sedang mempertimbangkan banyak hal. Jadi ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Kalau dari sudut reporter kita terima saja, karena kita tidak bisa jauh-jauh dari kepentingan ‗atas‘. Tapi secara keseluruhan, media harusnya normal berimbang dan cover both side. Namun kenyataannya di lapangan ketika ada rapat, atau ketika sebelum masuk masa Pilpres, kita pasti semua dikumpulkan. Terutama divisiku yang orang lapangan dan divisi news beritanya. Kita dikumpulkan dan dikasih arahan. Memang tidak diarahkan, sama sekali tidak ada perkataan ‗nanti Pilpres kalian harus membela KMP‘ atau ‗nanti KIH harus lebih disudutkan. Tetapi kita di lapangan sama-sama paham ketika beberapa redaksi bilang ‗ya, semoga kerjanya baik, benar. Bagaimanapun tvOne, kita di sini kerja bersamasama‘. Dan saya sudah mengerti apa yang mereka maksudkan. Jadi kurang lebih media telah menjadi alat tidak langsung. Kalau Aburizal Bakrie sebenarnya tidak pernah turun langsung. Dia cukup santun mengatur begini dan begitu, tetapi mungkin di tatanan atas (redaksi tvOne) lah yang sangat terasa (tekanannya) harus blok ke mana dan ke mana.‖111
Mengenai andil pemilik dalam pemilihan berita, Wisnu juga menambahkan adanya pengarahan dalam pengambilan gambar, ―Kemarin sih bos-bos kita seperti korlip memerintahkan agar ambil gambar duaduanya Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK, tetapi Prabowo lebih elegan dan Jokowi biasa-biasa saja. Tetap diambil beritanya mengenai baik atau buruk, namun pengambilan gambar elegan atau tidak kan juga berpengaruh saat pemberitaan. Ya, pada akhirnya ada perbedaan.‖112
Cutinya Pemimpin Redaksi tvOne Karni Ilyas tidak lain karena keengganannya campur tangan dalam siaran selama Pilpres oleh Mina Apratima ikut membuktikan adanya setiran dalam tubuh redaksi yang tidak dapat ditolak. Hal tersebut cukup menjelaskan bahwa jurnalis tvOne mengikuti keinginan organisasi media yang memiliki afiliasi istimewa dengan partai politik pimpinan sang pemilik, Aburizal Bakrie. Sehingga menjadikan media alat kampanye demi melakukan penggiringan 111
Wawancara langsung peneliti dengan Mina Apratima Nour, Reporter tvOne pada Jum‘at 5 Desember 2014 di Kelapa Gading. 112 Hasil wawancara langsung peneliti dengan Wisnu Sya‘ban, Mina Apratima dan Taufik Angkasa jurnalis tvOne pada November-Desember 2014.
81
opini rakyat pada Pilpres 2014. Level ini kemudian menjadi faktor paling berpengaruh dari kelima level hirarki pengaruh konten media. 4. Level Pengaruh Luar Organisasi Media (Influences on Content from Outside of Media Organization) Level ekstramedia akan menunjukkan bahwa kebijakan yang berasal dari luar suatu media mempengaruhi konten suatu media dari beragam aspek. Ekstra media didefinisikan sebagai pihak di luar organisasi media yang memiliki pengaruh dalam pemberitaan media. Shoemaker dan Reese menyebut lima unsur yang membentuk elemen ini, yakni sumber berita, pengiklan, audiens dan pemerintah atau kelompok kepentingan serta pasar. Sumber berita tvOne mengenai Pilpres didapat dari tiap elemen. Namun dikarenakan adanya kepentingan pemilik yang turut berkoalisi dengan salah satu capres dalam Pilpres 2014, menyebabkan pemiihan sumber berita yang signifikan. Padahal sumber berita dan pemilihan narasumber berpengaruh sangat besar pada konten media, karenanya pula menggambarkan nilai faktual dan keakuratan dari suatu berita. Pemilihan sumber berita yang demikian itu oleh redaksi tvOne kemudian membuat pemberitaan di tvOne menjadi berat sebelah dan membuktikan bahwa memang ada indikasi suksesi pihak capres di mana owner tvOne, Aburizal Bakrie, ikut berkoalisi. Seperti yang dikatakan oleh Mina Apratima,
82
―Pertimbangan layak tayang atau tidak lebih berat di bagian politiknya, karena berita yang pasti ada pemilihannya. Contoh begini, misal aku sedang di KPK dan ada beberapa kasus; kasus Partai Demokrat dan Golkar, ya jadi Demokrat yang dinaikkan atau akan ditanyakan jika ada kasus yang lebih besar. Ada pilihannya. Siapa saja yang diperiksa dan jika berkaitan dengan Kubu Merah Putih tidak usah untuk diliput.. Jadi, ada pemiihan kasus mana yang akan dinaikkan, dan mana yang tidak. Untuk berita politik tergantung atas, redaksi dan pemilik, mereka mau angle berita yang mana dan nanti diputuskan dalam rapat kerja. Layak atau tidaknya di tvOne tidak seperti sedang kuliah; harus beretika, harus 5W1H. Berita peristiwa pasti naik, tetapi untuk politik ada pemilihan, ada agenda setting, untuk bagaimana packaging nya ke luar (pemberitaan), semua kan bisa dikemas.‖113
Dalam elemen iklan, pemasangan iklan di tvOne banyak didominasi oleh iklan kampanye Aburizal Bakrie bahkan dari masa sebelum Pilpres. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya dalam penelitian Remotivi, ―Frekuensi dan durasi iklan politik Aburizal di TV One merupakan yang tertinggi yaitu: 152 kali dengan durasi 6060 detik. Jumlah ini merupakan frekuensi dan durasi iklan tokoh politik tertinggi sepanjang awal November di semua stasiun televisi. Hal ini bisa diartikan bahwa Aburizal Bakrie memilih jalan yang berbeda dari Surya Paloh. Bakrie lebih banyak menggunakan saran iklan ketimbang berita. Ini konsisten dengan data frekuensi iklan politik partai Golkar di TV One yang mencapai 49 kali. Bakrie dan Partai Golkar menggunakan 201 Spot di TV One untuk beriklan sepanjang 1-7 November.‖114
Pemasangan iklan tanpa batas tersebut menunjukkan bahwa mengingat bahwa Aburizal Bakrie merupakan pemilik dari stasiun televisi tvOne, ia leluasa dalam menjalankan kebijakannya. Bahkan menggeser orientasi keuntungan dalam perusahaan yang didapat dari pemasangan iklan, dan justru menjadikannya modal untuk berkampanye.
113
Wawancara langsung peneliti dengan Mina Apratima Nour, Reporter tvOne pada Jum‘at 5 Desember 2014 di Kelapa Gading 114 Muhamad Heychael dan Holy Rafika Dhona, Independensi Televisi Menjelang Pemilu 2014: Ketika Media Jadi Corong Kepentingan Politik Pemilih, h. 26-27 diakses dari www.remotivi.or.id
83
―Keuntuntungan yang sangat menonjol sih tidak ada, toh mereka sebenarnya kan rugi. Dengan framing media yang begitu besar dan jor-joran memberi ruang iklan, mereka juga ada safari politik ke mana-mana dengan membawa media, kita juga kan menyewa lembaga survey. Kita datangi setiap lembaga survey yang memenangkan dia (ARB). Sebenarnya tidak akan terlalu untung sih, karena kita juga harus mengeluarkan modal. Dia mengeluarkan modal. Bedanya, dia di tvOne tidak memasang blocking time. Karena kan tv dia. Itu sih, tidak terlalu terasa keuntungannya.‖
Dalam elemen pemerintah, Pemerintah Indonesia tidak lagi memiliki campur tangan langsung dalam penyiaran pers untuk menghindari kemungkinan kooptasi yang pernah terjadi di masa orde baru, namun tetap membentuk badan-badan independen yang memiliki fungsi koreksi dan konstruksi pada pers. Dalam hal ini, elemen yang paling besar berperan adalah lembaga-lembaga yang memiliki tugas untuk melindungi, menciptakan dan mengkoreksi pers. ―Iya, sering aku lihat pada masa Pilpres, berita KPI mempermasalahkan tvOne, Metro dan beberapa stasiun tv yang cenderung ke arah partai tertentu. Tetapi kantor dan pekerjaan kita tidak pernah diotak-atik. Tidak berefek, tidak pernah sampai ke kita. Ya paling waktu zaman dahulu sekali, saat Indy Rahmawati sempat menghadirkan narasumber palsu mengenai peristiwa Makelar Kasus di Kepolisian, itu juga tidak membuat kita merasa apapun, biasa saja. Mungkin karena faktor tvOne dimiliki siapa, jadi tidak terlalu masuk ke dalam. Sekedar formalitas teguran saja mungkin.‖115
Dewan Pers merupakan badan independen yang dibentuk pemerintah untuk mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers nasional.116 Namun demikian, dalam kasus konglomerasi media ini jelas bahwa Dewan Pers tidak maksimal dalam menggunakan kewenangannya. Meskipun cacatnya praktik jurnalisme yang terjadi di beberapa televisi swasta tunggangan para politisi menuntut
115
Wawancara langsung Peneliti dengan Mina Apratima dan Taufik Angkasa, Jurnalis tvOne pada Jum‘at 5 Desember 2014 di Kelapa Gading. 116 Pasal 15 UU No.40/1999 tentang Pers.
84
stasiun televisi tersebut untuk dikeluarkan dari komunitas pers sehingga dapat dipidana, Dewan Pers bergeming. Hal tersebut disinyalir akan beberapa faktor, ―Dewan pers nampak seperti tidak memiliki kewenangan dapat diartikan sudah tidak memiliki peran yang signifikan dalam membela kepentingan publik, sehingga mereka berada di ambang keraguan tidak mau menyatakan apa yang sebenarnya terjadi. Dewan Pers merupakan badan kompromi, terdiri dari 3 unsur yakni publik, pemberita dan perusahaan pers. Artinya di 3 unsur ini ada kepentingan media di sana. Kita harus melihat kompilasi tersebut. Di dalam Dewan Pers sendiri sendiri, dinamika tarik menarik kepentingan tinggi, banyak kasus. Contohnya di Metro TV dulu mengenai liputan tentang warnet (yang bebas menyiarkan film-film porno), tetapi tidak disensor bagian film porno nya. KPI menyanksi Metro untuk tayangan tersebut agar berhenti beberapa hari dan meminta maaf kepada pemirsa. Tetapi Dewan Pers pada saat itu justru membela, karena diisi tangan –tangan industri. Kala hari ini kita lihat apa masih banyak tangan industri, kita tidak tahu. Tetapi ya, ada kepentingan yang diakomodasi di sana.‖117
Maka bersatunya berbagai kepentingan di badan independen tersebut sangat bertanggung jawab terhadap output media. Ditambah pendidikan politik masyarakat segmentasi tvOne yang membuat kurang kuatnya intimidasi dan koreksi media sebagai audiens. Kesemua hal tersebut bertransformasi ke dalam suatu pusaran yang bertanggung jawab terhadap level pengaruh luar organisasi media. Level ini menjadi level kedua yang sangat berpengaruh dalam pemberitaannya di tvOne selama Pilpres 2014. 5. Level Pengaruh Ideologi (The Influences of Ideology) Visi yang komprehensif sebagai cara memandang sesuatu (weltanschauung) adalah definisi ideologi. Berangkat dari penjelasan bahwa ideologi merupakan
117
Wawancara langsung peneliti dengan Roy Thaniago, Direktur Lembaga Remotivi pada 7 November 2014 di Rawamangun.
85
sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota masyarakat untuk menentukan arah media, tvOne merupakan salah satu media massa yang mengkomodifikasi ideologi. Level ini mempelajari bagaimana ideologi pers nasional yakni Pancasila dan UUD 1945 telah terdegradasi. Kacamata peneliti melihat bahwa posisi politik merupakan pijakan yang sangat tepat untuk meraih tujuan kepentingan sebagai power holders demi meraih sumber keuntungan secara maksimal. Ideologi pers, digantikan kepentingan penguasa media semata demi meraih kepentingan-kepentingan tersebut. Aburizal Bakrie tentu saja menginginkan capres koalisi partainya menang dan meraih kekuasaan sehingga menjadikan media massanya alat komunikasi politik untuk berkampanye. Hal tersebut secara otomatis menginfeksi ideologi yang dianut oleh tvOne termasuk jurnalis di dalamnya. Namun demikian, level ini tidak memiliki pengaruh langsung yang sebesar level organisasi maupun ekstramedia.
D. Pengaruh Politik terhadap tvOne dalam Pilpres 2014 1. tvOne dan Pilpres 2014 Konsistensi stasiun televisi nasional tvOne terhadap konsep program siaran berita dan olahraga (news and sport) merupakan suatu hal yang patut diapresiasi di antara berbagai stasiun televisi nasional lainnya yang mengutamakan siaran hiburan demi rating dan profit semata. Sama dengan stasiun televisi Metro TV, keduanya
86
menjadi stasiun televisi acuan masyarakat untuk mendapatkan informasi eksklusif dan teraktual mengenai setiap isu lokal-nasional mapun internasional. Namun ketika pemilik kedua stasiun televisi ini terjun dalam dunia politik sehingga perlahan-lahan redaksi dan pembingkaian (framing) siaran mulai mengalami pergeseran. tvOne dinilai terlalu jauh dan ceroboh dalam melakukan penyiaran atas nama pers kepada masyarakat
sampai-sampai
masyarakat
awam
sendiri
dapat
menyimpulkan
keberpihakan mereka terhadap salah satu aktor politik yang juga pemiliknya yakni Aburizal Bakrie. Sebelum memasuki masa kampanye Pilpres, tvOne telah beberapa kali mendapat kritikan keras akibat kecenderungannya menyiarkan redaksi berita yang jauh dari keharusan dan terkesan selalu berpihak kepada pemilik medianya. Sebagai contoh, pada Senin 28 Mei 2012 dalam acara Kabar Petang tvOne mengenai tragedi Lumpur Lapindo, tvOne mengambil angle pemberitaan yang tidak biasanya, yakni menampilkan Aburizal Bakrie sedang melakukan kunjungan kepada sekelompok warga dengan anak-anak sekolah berseragam merah-putih yang membawa bendera dan mengelu-elukan kunjungan tersebut. Teks berita di bawah siaran tersebut berbunyi ―Ical: Kewajiban di Wilayah Peta Terdampak Sudah Tuntas‖, seakan-akan kunjungan tersebut telah menyelesaikan kewajibannya mengganti rugi perusahaannya PT. Lapindo Brantas terhadap warga Sidoarjo. Di akhir video berita ini terdapat teks yang menyatakan dukungan masyarakat kepada ARB dan tuntutan agar pemerintah
87
bertanggung jawab dan segera membayar ganti rugi mereka. 118 Kemudian dalam pemberitaan tvOne mengenai penangkapan tangan ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar bersama anggota DPR Fraksi Golkar Chairun Nisa tentang suap kasus putusan MK terhadap gugatan Pilkada Kabupaten Gunung Mas yang pada saat itu ramai menjadi headline di seluruh stasiun televisi, jika stasiun televisi lain secara jelas menyebut anggota DPR yang tertangkap berasal dari Partai Golkar, maka tvOne tidak secara gamblang menyebutkannya.119 Memasuki masa Pemilihan Umum pada akhir tahun 2013 lalu, secara massive tvOne menyiarkan iklan kampanye dalam berbagai jenis, yakni iklan, tag line, slogan, liputan khusus, dan lainnya. Untuk iklan sendiri minimal dalam satu jam disiarkan dua iklan kampanye Aburizal Bakrie sebagai calon presiden dari Partai Golkar dan menurut data KPU iklan Aburizal Bakrie dan atribut Golkar sepanjang Oktober 2013 telah disiarkan tvOne dan ANTV sebanyak 430 spots.120 Penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan stasiun televisi ini mendapat teguran khusus dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), salah satunya mengenai
118
―Kenapa Karni Ilyas tidak Berani Menghantam Aburizak Bakrie di tvOne,‖ diakses dari http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2012/10/26/kenapa-karni-ilyas-tidak-beranimenghantam-aburizal-bakrie-di-tv-one-504335.html pada 21 Oktober 2014 pukul 15:06 WIB. 119 Dapat diakses dalam video http://video.tvonenews.tv/arsip/view/75272/2013/10/02/kpk_tangkap_tangan_pejabat_tinggi_negara_d i_widya_chandra.tvOne atau https://www.youtube.com/watch?v=k7YGNQmLaXY 120 wawancara yang dilakukan www.rumahpemilu.org dengan direktur lembaga riset Remotivi, Roy Thaniago di Media Center BAWASLU pada 6 April 2014 dapat diakses dalam http://www.rumahpemilu.org/in/read/5281/Roy-Thaniago-Jangan-Pilih-Partai-Perampok-FrekuensiPublik
88
siaran iklan ―ARB-Golkar versi 49 Tahun Golkar‖ yang ditayangkan oleh tvOne. Tertulis di laman situs resmi KPI:
Teguran Tertulis Siaran Iklan “ARB-Golkar versi 49 Tahun GOLKAR” TV One121 Diterbitkan pada Kamis, 05 Desember 2013 21:18 Tgl Surat
5 Desember 2013
No. Surat
872a/K/KPI/12/13
Status
Teguran Tertulis
Stasiun TV
TV One
Program Deskripsi Pelanggaran
Pada tanggal 24 Oktober 2013 pukul 04.37 WIB siaran iklan yang ditayangkan untuk peringatan ulang tahun Partai golar yang ke-49 Tahun tersebut, menampilkan pesan-pesan yang berisi visi, misi dan program kerja Partai Golar, no urut Partai Golkar, logo Partai Golkar dn dipertegas diakhir iklan dengan tagline Suara Golkar, Suara Rakyat. Berdasarkan pemantauan KPI selama bulan Oktober 2013, terdapat iklan ARB sebanyak 430 spot, termasuk iklan ARB dengan atribut Golkar. Data sampel selama 12 hari bulan November 2013 terdapat 128 spot iklan. Atas kuantitas dan frekuensi iklan tersebut dinilai berpotensi melanggar SPS Pasal 11 Ayat (2) bahwa program siaran dilarang dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi pemilik lembaga penyiaran bersangkutan dan/atau kelompoknya. KPI Pusat meminta untuk mendapat perhatian agar dapat dibatasi sehingga tidak terjadi pelanggaran. Selain itu, KPI Pusat juga menemukan beberapa iklan dalam format lain yang juga mengandung unsur kampanye seperti menampilkan no urut dan logo partai, KPI Pusat meminta untuk tidak menayangkan iklan-iklan tersebut, atau melakukan editing atas bagian iklan tersebut bila ingin menayangkannya. KPI Pusat memutuskan bahwa tindakan penayangan tersebut telah melanggar P3 Pasal 50 ayat (5) dan SPS Pasal 71 ayat (6).
Sumber: www.kpi.go.id
121
http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-sanksi/31777-siaran-iklan-arb-golkar-versi-49-tahungolkar-tvone diakses pada Senin, 3 November 2014 pukul 12:52 WIB.
89
Meski demikian, setelah teguran tersebut penyiaran tvOne tidak menunjukkan perubahan apapun, meski kemudian muncul beberapa iklan kampanye partai lain, bahkan sampai berlalunya masa kampanye dan Pilpres. Tidak hanya tvOne yang menerima teguran atas siarannya yang banyak menyimpang, namun juga RCTI, MNC TV, Global TV, ANTV, TvOne dan Metro TV.122 Keenam stasiun televisi tersebut sama-sama dinilai KPI telah tidak proporsional dalam penyiaran politik, termasuk menyiarkan iklan politik yang mengandung unsur kampanye padahal belum memasuki waktu yang diizinkan oleh KPU sehingga menyalahi fungsi dan peran lembaga televisi yang tertulis di Undang-undang Penyiaran.123 Teguran KPI hanyalah satu dari sekian teguran yang datang untuk redaksi tvOne. Pada masa kampanye Pilpres, KPI menemukan pelanggaran Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS) Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 pada program siaran Jurnalistik yang ditayangkan oleh stasiun tvOne pada tanggal 2 – 4 Juni 2014 mengenai perlindungan kepentingan publik dan netralitas isi program siaran jurnalistik atas penayangan pemberitaan tentang pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2014. Hasil analisa KPI tersebut berdasarkan jumlah durasi, jumlah frekuensi, dan tone (kecenderungan) pemberitaan
122
Teguran ini merupakan hasil pemantauan KPI selama 3 (tiga) bulan, September-November 2013. Dari enam stasiun TV tersebut tiga diantaranya adalah milik Hary Tanoesoedibjo yang merupakan Ketua Bappilu Partai Hanura, yakni RCTI, MNC TV dan Global TV. Dua stasiun TV milik Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie, yakni ANTV dan TV One. Sedangkan Metro TV milik Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh. 123 ―KPI tegur TV Milik Harry Tanoe, ARB dan Surya Paloh,‖ diakses dari http://www.sayangi.com/politik1/read/12678/kpi-tegur-tv-milik-hary-tanoe-arb-dan-surya-paloh pada 21 Oktober 2014 pukul 21:00 WIB.
90
untuk mengetahui implementasi dari prinsip-prinsip program siaran jurnalistik, khususnya prinsip adil dan berimbang pada obyek pemberitaan. Selain itu, KPI dan Dewan Pers pada tanggal 2 Juni 2014 telah mengirimkan pernyataan bersama tentang independensi media penyiaran yang di dalamnya menyampaikan adanya temuan indikasi
pelanggaran
prinsip-prinsip
independensi
dan
kecenderungan
memanfaatkan berita untuk kepentingan kelompok tertentu di stasiun tvOne. Jika tidak mengindahkan teguran ini, KPI mengultimatum akan meninjau kembali hak izin siar tvOne.124 Lagi-lagi hal tersebut tidak terjadi meskipun tvOne tidak mengindahkannya. Ketidakseimbangan pemberitaan tvOne juga memicu kemarahan sekelompok masyarakat. Terjadi protes di Jakarta dan penyegelan kantor berita tvOne di Yogyakarta sebagai bentuk protes pemberitaan isu adanya kelompok komunis dalam tubuh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) tanpa ada konfirmasi dan verifikasi mendalam terhadap partai tersebut. Sekelompok masyarakat lain lewat website change.org yang digagas oleh Teuku Kemal Fasya dari Lhoksumawe melakukan petisi untuk mencabut hak izin penyiaran TV One dengan jumlah 28.586 orang (hasil pantau terakhir harian online merdeka.com pada Senin, 14 Juli 2014). Teuku Kemal sebagai penggagas petisi Masyarakat Transparansi Informasi Indonesia yang diposting pada 12 Juli 2014 lalu menyatakan bahwa seruan tersebut dilakukan
124
―KPI Ancam Cabut Izin tvOne dan Metro TV,‖ diakses http://www.merdeka.com/peristiwa/terkait-berita-pilpres-kpi-ancam-cabut-izin-tvone-danmetrotv.html pada Senin, 3 November 2014 pukul 14:33 WIB.
91
dari
sebagai tanggung jawab warga negara untuk mendapatkan informasi yang sehat dan benar. Ia juga menyerukan pencabutan izin penyiaran Metro TV karena televisi yang menggunakan frekuensi berjaringan itu sama-sama terbukti secara sistematis, terencana, sporadis, dan cukup lama menyebarkan kabar bohong, propaganda, dan fitnah yang bisa mengarah kepada perpecahan nasional.125 Setelah masalah penyiaran kampanye Pilpres, tvOne kembali menghebohkan masyarakat mengenai hasil penghitungan cepat (quick count) Pilpres. Dari total 11 lembaga survey yang melakukan quick count, ada dua versi hasil yang ditayangkan di televisi. Tujuh lembaga survey menempatkan pasangan Jokowi Dodo – Jusuf Kalla sebagai pemenang Pilpres 2014, sedangkan 4 lembaga survey lainnya memenangkan pasangan Prabowo Subianto – Hatta Radjasa. Versi hasil kedua ditayangkan oleh stasiun tvOne dan televisi grup MNC yakni RCTI, MNC TV dan Global TV. Sedangkan televisi nasional lainnya menyiarkan hasil quick count versi pertama. Hasil quick count dari 4 lembaga survey ini yakni Puskaptis LSN, JSI dan IRC dinilai tidak kredibel dan diduga memanipulasi data penghitungan survey Pilpres karena tidak dapat memunculkan bukti proses survey dalam audit Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi).126
125
―Petisi Cabut Izin tvOne diteken 28 Ribu Orang, Metro TV 17 Ribu,‖ diakses dari http://www.merdeka.com/peristiwa/petisi-cabut-izin-tvone-diteken-28-ribu-orang-metrotv-17ribu.html pada Senin, 3 November 2014 pukul 15:08 WIB. 126 Manipulasi data merupakan pernyataan yang dilontarkan oleh Hamdi Muluk sebagai Dewan Etik Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) yang juga merupakan guru besar Psikologi UI, diakses pada situs http://www.merdeka.com/peristiwa/kasus-quick-count-pilpres-persepi-penuhipanggilan-polda-metro.html pada Senin 3 November 2014 pukul 15:42.
92
Dalam analisa yang lebih jauh, tvOne dan stasiun televisi MNC Grup lainnya merupakan bagian dari partai yang sama-sama berkoalisi dengan kubu Prabowo Subianto – Hatta Radjasa. Pemilihan lembaga survey untuk ditayangkan oleh tvOne ini jelas semakin membuat kisruh dan menimbulkan polemik, khususnya terhadap kredibilitas tvOne sendiri. Meski demikian, beberapa jurnalis dalam internal tvOne mengatakan bahwa dari sisi mereka, yang terjadi justru sebaliknya. Diindikasikan adanya setting hasil quick count dari para lembaga survey sebelum hari pencoblosan Pilpres yang dipublikasikan secara besar-besaran dan terencana sehingga berhasil membentuk opini masyarakat. Namun mereka juga menambahkan bahwa tidak dapat memverifikasikan dugaan tersebut dengan jelas karena sadar tidak berada dalam pihak yang objektif. ―Sebenarnya sistem lembaga survey itu kan seperti dagang, tidak ada yang murni. Ada sistem, bayar 50% dulu, setelah menang baru sisanya dibayarkan. Banyak kabar saat itu yang beredar bahwa media-media—bahkan Tempo yang sampai mengangkatangkat Jokowi sampai ke atas, bilang untuk kalahkan saja dulu Prabowo nya, yang penting jangan ada orde baru lagi karena mereka takut diberendel dan segala macamnya. Obrolan-obrolan tentang settingan semacam itu diwacanakan ketika beberapa lembaga survey ini bergabung untuk memenangkan Jokowi. Lalu ketika aku bicara dengan Mas Ridho, dari Sugeng Sarjadi Sindicate, kutanya kalau-kalau sekarang dia (pendukung) Jokowi, kemudian ia bilang Sugeng Sarjadi pernah ditawari 1 Milyar oleh Prabowo untuk memenangkannya, mengingat ketokohan Sugeng Sarjadi dan kepintaran dia memutarbalikkan opini. Sugeng Sarjadi menolak, karena mereka memang mendukung Jokowi, sampai akhirnya semua lembaga memenangkan Jokowi. Tetapi itu hanya sampai Pilpres. Karena setelah Pilpres semuanya kembali seperti semula. Contoh, baca Tempo. Karena yang terpenting bagi mereka Jokowi terpilih, jangan Prabowo karena bau orde baru nya. Jadi menegani teori-teori konspirasi di balik itu semua (quick count), banyak. Mungkin juga karena dari tv pendukung Prabowo, jadi lebih sering mendengar sisi jelek Jokowi. Semua desain pencitraan mengenai Jokowi ini bagus sekali, termasuk hasil quick count nya. Untuk masalah mengapa hasil tvOne berbeda, kita kan memang mengambil lembaga survey yang
93
memilih Prabowo. Bahkan beberapa kali aku diminta liputan survey yang hasilnya meninggikan Prabowo.‖127 2. Pengaruh Politik Terhadap Tvone Dalam Pilpres 2014
Politisasi Media Media massa memiliki dualisme fungsi dalam peran praktisnya sebagai alat praktik elit dan normatifnya terhadap masyarakat untuk memberikan informasi yang jernih dalam praktik tersebut. Namun demikian, independensi media tercoreng seiring keikutsertaan pengusaha media dalam kancah politik nasional. Hasil dari tiga penelitian Remotivi mengenai fenomena ini menghasilkan satu kesimpulan, yakni tiap-tiap pemilik media selalu melakukan praktik penyiaran yang menguntungkan di stasiun televisi masing-masing. Tercermin dari pra-pemilu legislatif, masa koalisi pemilihan presiden dan pasca pemilihan presiden. Seperti yang dikutip dari penelitian Remotivi mengenai tvOne pada masa pra Pileg (Pemilu Legislatif) berikut ini: ―Aburizal Bakrie, selaku Ketua Umum Golkar dan sekaligus pemilik TV One, memang tidak banyak mendapat porsi pemberitaan di televisi miliknya (hanya 7 kali). Namun ini bukan berarti tvOne adalah stasiun TV yang independen. Sebab, dari 7 berita mengenai Bakrie enam bernada positif dan satu sisanya netral. Bakrie adalah tokoh politik dengan nada berita positif tertinggi di tvOne. Hal yang sama terjadi pada partai Golkar yang diketuai oleh Bakrie. Partai itu mendapat porsi pemberitaan positif tertinggi di tvOne, 60% dari total seluruh berita positif. Sebaliknya, pada partai lain yang merupakan lawan politik pemilik, tvOne Cenderung memberitakannya secara negatif. Hal ini ditandai dengan fakta bahwa Partai Demokrat mendapat pemberitaan negatif tertinggi di tvOne (50% dari seluruh berita negatif di tvOne)."128
127
Wawancara langsung peneliti dengan Mina Apratima Nour, jurnalis tvOne pada Jumat 5 Desember 2014. 128 Muhamad Heychael dan Holy Rafika Dhona, Independensi Televisi Menjelang Pemilu 2014: Ketika Media Jadi Corong Kepentingan Politik Pemilih, h. 26-27, diakses dari www.remotivi.or.id
94
Asumsi politisasi yang terjadi di tvOne dibenarkan oleh Mina Apratima Nour. Selaku jurnalis tvOne yang bertanggung jawab sebagai reporter atas program Daily News ia mengatakan bahwa setiap request order liputan yang diminta dari redaksi adalah tugas kantor yang harus dipenuhi, bagaimanapun bentuknya, 129 ―Misalnya meliput tentang Golkar, otomatis gimana caranya kita harus—mungkin itu berita yang buruk, tapi bagaimana caranya kita harus memberitakan dengan bahasa yang senetral mungkin. Contoh misalkan (mengenai Jokowi, beritanya menjadi:) Jokowi terkesan plin plan, namun jika Aburizal yang pin-plan, kita harus menarasikannya ARB sedang mempertimbangkan banyak hal; jadi ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Kalau dari sudut reporter kita terima saja, karena kita tidak 130 bisa jauh-jauh dari kepentingan ‗atas‘.‖
Mina juga menyatakan bahwa dalam tiap penyebutan nama Aburizal Bakrie sesuai sounding setting tvOne harus dengan ARB, agar masyarakat mengenalnya dengan ARB. Tindakan tersebut sejalan dengan pernyataan bahwa adanya kepentingan yang menjadi kekuatan pedorong utama, didasarkan pada kepentingan bersama yang diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok.131 Kepentingan tersebut dimiliki oleh pemilik media yang merupakan para elit sebagai the ruling class, yang dalam politik melakukan sosialisasi serta penanaman nilai-nilai guna menemukan ekspresi bagi pencapaian kekuasaan tersebut sehingga mereka
129
Wawancara langsung peneliti dengan Mina Apratima Nour, Reporter tvOne di Kelapa Gading pada Jum‘at 5 Desember 2014. 130 Wawancara langsung peneliti dengan Mina Apratima Nour, Reporter tvOne di Kelapa Gading pada Jum‘at 5 Desember 2014. 131 Roy C. Marcidis, ―Interest Groups in Comparative Analysis,‖ The Journal of Politics 23, No. 1 (February 1961) dalam Roy C Macridis dan Bernard E. Brown, Perbandingan Politik, ed.6 (Jakarta:Erlangga, 1996).
95
melakukan penekanan terhadap individu untuk meraih kekuasaan132 di mana individu diasosiasikan sebagai jurnalis. Direktur lembaga indie bidang pemantauan dan studi televisi Remotivi, Roy Thaniago mengatakan bahwa media sebenarnya berhak memiliki dukungan politik, tetapi dengan beberapa catatan, ―Ya, media berhak memiliki dukungan politik, tetapi apakah dukungan politik mereka independen (berdasarkan rasionalitas pers)? Ternyata tidak. Contoh Partai Nasdem, sebelum mereka berkoalisi dengan PDI-P, porsi pemberitaan Jokowi di sana hanya 12%. Artinya itu bukan saat kepentingan independen untuk redaksi—kalau kita percaya hal tersebut boleh—tetapi itu hanya menjadi bayang-bayang agenda politik ownernya. Artinya media hanya digunakan untuk kepentingan politik pemilik. Padahal dalam demokrasi, bagaimana kita mengetahui pilihan politik kita adalah dari informasi. Namun media massa kita bermasalah. Itu menghilangkan demokrasi.‖133
Roy juga menyebutkan bahwa media tersebut menggunakan frekuensi publik demi kepentingan politik, sehingga jika merujuk pada hukum, telah terjadi pelanggaran di dalamnya.
132
S. P. Varma, Teori Politik Modern, h. 198 Wawancara langsung peneliti dengan Roy Thaniago, Direktur Lembaga Remotivi pada 7 November 2014 di Rawamangun. 133
96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.
Kesimpulan Politisasi Media terhadap tvOne sebagai sebuah entitas pers menimbulkan
pertanyaan besar di kalangan masyarakat. Beragam spekulasi mencuat mengenai fenomena yang terjadi, dari sekedar kepentingan pemilik yang kental, hingga konspirasi yang terjadi secara internal dan eksternal media yang tentu lebih besar. Berangkat dari asumsi bahwa pekerjaan jurnalis memerlukan tingkat intelektual politik yang baik sehingga mengerti tanggung jawab dan menyadari tiap pemberitaan yang akan ditimbulkan, peneliti berusaha menjawab deskripsi politisasi media dalam tubuh tvOne sesuai tujuan penelitian. Sehingga akhirnya dapat disimpulkan dalam penelitian ini beberapa poin penting sebagai berikut: 1. Lembaga pers telah melakukan penyimpangan dalam Pilpres 2014 lalu, dan salah satunya telah melibatkan tvOne sebagai suatu institusi media. tvOne telah meluncur jauh dari kaidah-kaidah pers dan menodai cita-cita pers Indonesia karena pemberitaannya yang tidak seimbang. Tampak jelas bahwa pemilik tvOne, Aburizal bakrie, melakukan intervensi dan politisasi dalam kerja-kerja jurnalistik tvOne karena kepentingannya yang berkoalisi dengan salah satu capres dalam Pilpres 2014.
97
2.
Terjadi pergeseran makna terhadap profesionalisme dalam tubuh para jurnalis, dalam kasus ini adalah tvOne. Hal ini ditandai dengan pudarnya rasa tanggung jawab jurnalis terhadap pelayanannya kepada masyarakat atau citizen dan tidak lagi memiliki prinsip-prinsip dasar jurnalisme yang bertujuan menyuarakan kebenaran yang verifikatif dan apa adanya. Jurnalis kini juga secara tidak sadar memposisikan dirinya seperti pekerja perusahaan, yang bekerja sesuai kehendak perusahaan dan pemimpinnya dan mengharapkan materi sebagai feedback, sehingga menjadi idealis membuat mereka khawatir akan kesejahteraan pribadi. Hal tersebut menjadi faktor mudahnya mobilisasi para jurnalis oleh elit dalam tubuh suatu media massa.
3. Iklim politik Indonesia membuka ruang lebar bagi para pengusaha untuk berpolitik dan politisi untuk berusaha. Mengingat bahwa posisi keduanya memungkinkan mereka untuk mencapai kekuasaan yang diinginkan, membuat pengusaha media menjajaki dunia politik. Hal tersebut tidak lain karena beberapa alasan, yakni mendapat kekuasaan penuh karena sebagai pengusaha yang juga memiliki kekuasaan dalam pembuatan kebijakan negara dan sebagai pengusaha yang mampu melanggengkan usahanya karena juga bertindak sebagai penguasa. Sedangkan media massa merupakan alat mutakhir yang dapat digunakan demi meraih tujuan-tujuan tersebut. Demikianlah tvOne selanjutnya menjadi kepanjangan tangan pemilik yang
98
juga berpolitik, Aburizal Bakrie, sehingga tidak satu pun dari praktek penyiarannya menjauhi tujuan tersebut. 4. Mengingat pemerintah tidak lagi berwenang mengatur pers, namun lembaga penyiaran seperti Komisi Penyiaran Indonesia dan Dewan Pers seharusnya mensubstitusi hal tersebut, terjadi kegagalan cita-cita negara dalam pengaplikasiannya. Tiadanya supremasi hukum yang jelas dan kuatnya tangan-tangan industri dan kepentingan kini hadir di keduanya, sehingga meluweskan praktek penistaan media oleh para politisi yang tidak bertanggung jawab. Hal tersebut juga membuat kepercayaan jurnalis pada negara hilang, sehingga turut andil dalam pertimbangan pragmatis yang mereka lakukan. 5. Masyarakat Indonesia, seperti para jurnalis, sibuk mengkhawatirkan kesejahteraannya, sehingga protes terhadap praktik politisasi media bukan lagi concern mereka. Kemudian keraguan terhadap pemerintah dan lembagalembaga terkait untuk bersikap adil merupakan suatu kemustahilan karena sadar konspirasi besar yang ada di dalamnya tidak akan mengubah apapun.
99
2.
Saran Skripsi ini merupakan suatu bentuk protes kepada berbagai pihak mengenai
pembodohan yang terjadi di media televisi Indonesia khususnya pada masa Pilpres 2014. Oleh sebab itu peneliti menyarankan dilakukannya evaluasi yang mendalam dan menyeluruh terhadap berbagai pihak agar selanjutnya, tidak hanya dalam masa Pemilihan Presiden berikutnya, namun juga dalam tiap kesempatan, tercipta cita-cita pers sesuai Pancasila dan UUD 1945. Hal tersebut dapat dimulai dengan mengembangkan budaya politik yang baik dan memaksimalkan pendidikan politik di seluruh kalangan, karena mengandalkan satu pihak saja tidak akan menyelesaikan masalah. Demikian tentunya akan mencegah pencemaran yang lebih berat oleh para politisi media massa dan secara perlahan akan mengubah skema buruk terhadap media massa ke depannya.
100