POLA UMUR KAWlN PERTAMA WANITA PEDESAAN ( Stodi Kasus di desa Kedung Bunder,
Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon )
oleh
MOHAMMAD GUNTUR
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANlAN FAKULTAS PERTANlAN I N S T I T U T PERTANIAN BOGOR B O G O R
1 9 8 6
RINGKASAN MOHAMMAD GUNTUR.
Pola Umur Kawin Pertama Wanita Pedesaan,
Studi Kasus di desa Kedung Bunder, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon (Di bawah bimbingan Said Rusli). Secara umum, tujuan dari Praktek Lapang adalah untuk mengenal dan mengamati tradisi pedesaan yang .' . - . ,.., . .:...m asyarakat .
.'
berkaitan dengan perkawilnan.
:)&<:
,
Sedang ...Q e c F a t k.hu$u's 'adalah ...
, : r e ' ?
- .,. ...
untuk mempelajari berbagai fakt0r.yan.g . . .. . mempengqr~h.i' . -._... umur .:.,..,! ,. .. .. .... .:'+ . kawin pertama wanita pedesaan. . ,:,:' ..... .- , .. ,. . .? . /i
>.
;
;
. \.
.A
Macam data yang dikumpulkan adalah data.p,(imlei sekunder.
.
dan
Data primer diperoleh melalui wawancara lang-
sung dengan responden, sedang data sekunder antara lain diperoleh melalui penelusuran literatur tentang hasil penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya.
Ana-
lisa data lebih banyak menggunakan teknik analisa deskriptif. Masalah yang sering timbul di pedesaan khususnya di Jawa Barat, ialah rendahnya umur kawin pertama wanita. Hal ini disebabkan oleh berbagai fakto? yang antara lain ialah rendahnya pendidikan dan partisipasi wanita dalam angkatan kerja.
Disamping itu juga faktor sosial yang
tercermin pada tradisi dan kepercayaan masyarakat yang tampak masih mendukung kawin muda. Umur kawin pertaya mereka yang tergolong'sekolah tidak banyak berbeda dengan mereka yang tergolong tidak sekolah.
Hal ini diduga karena meskipun responden sekolah,
tetapi tidak sampai tamat Sekolah Dasar, sehingga tidak memberikan pengaruh yang cukup berarti pada umur kawin.
Responden yang sekolah SD mempunyai umur kawin pertama yang relatif lebih muda dibandingkan dengan mereka yang tamat SD dan SMP k e atas. Untuk wanita kelompok umur kawin pertama 13
- 15 ta-
hun, tidak terdapat perbedaan umur kawin yang menyolok antara yang bekerja dan tidak bekerja.
Persentase kawin
muda pada wanita bekerja cukup tinggi.
Hal ini diperki-
rakan karena hampir tiga perempat dari mereka bekerja pad a keluarga sendiri.
Tampak bahwa antara bekerja pada
keluarga sendiri dan tidak bekerja mempunyai kesamaan dalam ha1 mobilitas.
Perbedaan mobilitas wanita sering me-
nunjukkan perbedaan pola umur kawin pertama mereka. Perkawinan d7 desa penelitian masih cukup dipengaruhi oleh adat-istiadat yang berlaku, baik yang berkaitan dengan musim maupun bulan saat melangsungkan perkawinan. Hal ini mungkin karena masih berfungsinya lembaga-lembaga perkawinan yang ada. Diantara saran yang dapat dikemukakan adalah peningkatan batas minimum umur kawin pertama.
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 6 Juli 1964 di Surabaya, sebagai putera pertama dari tiga orang bersaudara. Orang tuanya adalah Prof. dr. Bambang Rahino S dan dr. Retno Astuti. Penulis pada tahun 1975 lulus SD Negeri Seruni I, tahun 1979 lulus SMP Negeri IV dan pada tahun 1982 lulus SMA Negeri 11, kesemuanya di Surabaya.
Pada tahun 1982,
penulis terdaftar sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui Proyek Perintis 11, tahun 1983 diterima pada Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian dan pada tahun 1984 memilih bidang Minat Penyuluhan Pertanian. Penulis pernah tercatat menjadi asisten luar biasa pada mata ajaran Ekonomi Umum dan Dasar Penyuluhan.
Pe-
nulis juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan baik di Senat Mahasiswa maupun Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmuilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
POLA UMUR KAWIN PERTAMA WANITA PEDESAAN (Studi K a s u s di desa Kedung Bunder, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon)
oleh MOHAMMAD GUNTUR A. 19. 0 1 0 9
Laporan Praktek Lapang Sebagai SaTah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN F A K U L T A S PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1986