JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6
Pola Penanganan Drainase Kawasan Jalan Pura Demak Untuk Mengurangi Permasalahan Banjir di Kota Denpasar Putu Wirya Atmaja, Edijatno, Fifi Sofia Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya (60111) E-mail :
[email protected],
[email protected] Luas seluruh Kota Denpasar 127,78 km2 atau 12.778 Ha, sesuai data pertumbuhan penduduk Kota Denpasar mencapai 4,6 % diantaranya 0,8 % pertumbuhan penduduk alamiah, dan lahir di Denpasar, sisanya 3,8 % merupakan penduduk migran (pendatang).Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk ini disebabkan oleh faktor migrasi yang sangat dominan, dengan alasan daerah Kota Denpasar merupakan kota propinsi, dimana hampir semua kegiatan ekonomi dan pendidikan terfokus di daerah ini[1]. Akibat adanya perkembangan jumlah permukiman di Kota Denpasar adalah permasalahan drainase. Oleh karena itu Dirjen Cipta Karya, Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kota Denpasar telah membagi wilayah Denpasar dalam lima zona drainase berdasarkan sungai utama/pembuang yang mengalir dalam sistem tersebut. Ke lima sistem drainase yang ada di wilayah Kota Denpasar adalah Sistem I (pembuang utama Tukad Badung), Sistem II (pembuang utama Tukad Ayung), Sistem III (pembuang utama Tukad Mati), Sistem IV (pembuang utama sungai di wilayah Renon sampai Suwung) dan Sistem V (pembuang utama saluran di wilayah Pemogan)[1]. Kawasan jalan Pura Demak adalah salah satu kawasan pemukiman yang berkembang pesat di wilayah Denpasar. Perkembangan jumlah pemukiman atau alih fungsi lahan semakin meningkat akibat dari pertumbuhan penduduk Kota Denpasar, seperti halnya lahan pertanian menjadi lahan pemukiman penduduk dan juga tempat usaha lainnya. Adapun salah satu permasalahan yang sering muncul adalah masalah banjir yang terjadi hampir setiap musim hujan, dengan beberapa kondisi saluran eksisting mengalami kerusakan, penyempitan, dan pembuangan sampah rumah tangga ke saluran pembuangan (drainase) sehingga memicu terjadinya banjir. Alih fungsi lahan juga mengakibatkan semakin terdesaknya lahan yang ada sehingga berdampak pada penyempitan areal resapan air hujan dan limpasan air hujan permukaan langsung menuju saluran pembuangan. Terjadinya banjir juga disebabkan oleh fungsi saluran drainase belum tertangani secara menyeluruh, baik dari segi perencanaan teknik, maupun sistem drainasenya. Banjir juga berdampak pada aktifitas penduduk baik sosial, ekonomi, dan kesehatan. Perkembangan suatu kawasan seharusnya dibarengi dengan penyediaan infrasturktur yang memadai, dalam hal ini adalah penyediaan utilitas saluran drainase. Penyebabpenyebab banjir tersebut memerlukan pemecahan yang komprehensif dan menyeluruh. Dalam menyusun strategi penanggulangan banjir yang komprehensif dan menyeluruh, maka penelusuran sebab-sebab banjir seyogyanya dilakukan dari hulu ke hilir.
Abstrak --- Kota Denpasar dengan berbagai fungsinya (kota pendidikan, perdagangan, pariwisata, dan sebagai ibu kota Provinsi Bali) tidak terlepas dari permasalahan yang kompleks. Perkembangan jumlah penduduk baik oleh kelahiran dan arus migrasi dari daerah lain membutuhkan pemenuhan akan lahan lahan yang tidak sedikit. Di beberapa kawasan Kota Denpasar telah banyak terjadi alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. Kawasan Jalan Pura Demak di Kota Denpasar berkembang dari sebelumnya berupa lahan pertanian menjadi lahan permukiman, pertokoan, jasa serta kebutuhan lahan lainnya. Perubahan ini membawa konsekwensi pada perubahan sistem drainase yang ada di kawasan tersebut serta meningkatnya limpasan permukaan sebagai akibat dari berkurangnya resapan tanah. Dengan kondisi lahan yang berada pada daerah cekungan maka kawasan ini mengalami kondisi genangan air dan banjir hampir di setiap musim hujan. Kondisi ini disebabkan oleh kesulitan pembuangan air menuju Tukad Mati di sebelah Barat dan Tukad Teba di sebelah Timur. Dari analisis yang dilakukan diperoleh nilai hujan rancangan R2 = 114,8154 mm, R5 = 147,9108mm, R10 = 177,8279 mm. Melihat kapasitas yang ada dan debit rencana yang terjadi dapat disimpulkan bahwa saluran jalan Marlboro (I, III, V, VII, IX, XI, XIII, XIV, XVII) tidak mampu menampung debit dan menimbulkan banjir. Sementara saluran jalan Marboro (utama), saluran jalan Pura Demak dan saluran dari jalan Teuku Umar Barat ke Tukad Mati menunjukkan bahwa saluran yang ada tidak mampu menampung debit banjir yang terjadi. Untuk mengatasi permasalahan banjir yang ada maka solusi yang ditawarkan adalah merubah pola aliran dari jalan Pura Demak menuju ke Tukad Mati menjadi dari Pura Demak ke Tukad Teba. Pola ini bisa dilakukan mengingat sodetan Tukad Teba menuju Tukad Badung akan menurunkan dasar Tukad Teba sampai 2 m. Dimensi saluran baru yang diusulkan untuk saluran jalan Malrboro (saluran tersier) adalah h = 0,6 m, b = 0,5 m, jalan Marlboro Utama h = 0,6 m, b = 0,5 m, talud 1:3, jalan Pura Demak Utama menuju kolam tampungan menggunakan box culvert dengan dimensi h = 2,10 m, b = 2,10 m. Kata Kunci --banjir
Drainase, kawasan jalan Pura Demak, dan
I.
PENDAHULUAN
K
ota Denpasar dengan berbagai fungsinya (kota pendidikan, perdagangan, pariwisata, ibu kota Provinsi Bali, dan sebagai Kota Denpasar) tidak terlepas dari permasalahan yang kompleks. Penduduk kota terdiri dari berbagai lapisan; etnis, dan golongan ekonomi mencerminkan keragaman dan fungsi kotanya. Keragaman penduduk mencerminkan pula kondisi permukimannya yang terdapat di kota Denpasar[1]. 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 2 Upaya penanggulangan banjir kawasan jalan Pura Demak di titik beratkan pada perencanaan teknik, dan sistem drainasenya. Sehingga permasalahan banjir yang terjadi saat musim hujan di kawasan jalan Pura Demak dan sekitarnya dapat dikurangi.
Cek Kecepatan (v) < 1 m/dt
II. METODOLOGI
TIDAK
MULAI
Studi Literatur
YA
Perencanaan Bangunan Terjun
Studi Lapangan
Analisa Busem, Long Storage Pompa, dan Pintu Air
Pengumpulan Data
Sistem Operasional Pompa dan Pintu Air
Data Sekunder
Cek Pengaruh Debit Buangan ke Sungai
- Pola aliran air eksisting - Data Curah Hujan - Data Topografi - Luas Area - Dimensi saluran eksisting - Elevasi muka air hilir saluran eksisting - Tata guna lahan
TIDAK
YA Kesimpulan
Penyusunan Pola Penanganan Banjir Kawasan Jalan Pura Demak Dan Sekitarnya
SELESAI
Gambar 1. Alur Rencana Pelaksanaan Tugas Akhir
Analisis Data Hidrologi
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Data Hidrolika Dan Kapasitas
3.1. Q hidrolika = Q hidrologi
YA TIDAK
Cek Analisa Profil Muka Air
YA
TIDAK
Sistem Jaringan Drainase Eksisting dan Upaya Penanggulangan Sitem Jaringan Drainase
Sistem jaringan drainase saat ini adalah seluruh air limpasan hujan yang terjadi di kawasan Jalan Pura Demak tersalurkan ke masing-masing saluran tersier, diteruskan menuju saluran sekunder dan dipusatkan sebagai buangan akhir dari total air limpasan menuju ke Sungai (Tukad Mati).[2] Upaya penanggulangan banjir kawasan jalan Pura Demak di titik beratkan pada perencanaan teknik, dan sistem drainasenya. Sehingga permasalahan banjir yang terjadi saat musim hujan di kawasan jalan Pura Demak dan sekitarnya dapat dikurangi. Skema jaringan dapat dilihat pada Gambar 2
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 3
+ 100.389 Jl. Mar lbor o XI X
Jl.
ra Pu
B8 Saluran Tersier b = 0,50 m h = 0,60 m
ak m De
wa Ra
+ 100.012
- ra
wa
C1
B7
C2
Jl. Pur a Dem ak VI
C3
C4
B6
Jl. Mar + 100.345 lboro XVII
Dari Gambar 3.2 menunjukkan bahwa posisi Stasiun Sanglah mendominasi hujan kawasan, sehingga data hujan yang dipergunakan adalah data hujan di stasiun sanglah. Tabel 1. Hujan Kawasan
C5
No. Tahun
C6 C7 C9
D2
E5
KAWASA
KAWASA
N PEN DUDUK
L8 L9
Saluran Sekunder b = 0,50 m h = 0,60 m talud 1: 3
M9
F9 Jl. Ma rlbo
ro IX + 101.313
Jl. Mar lbor o
G7 VII
Jl. Mar lbor o
Marlb oro
X
M8 VIII
K5
+ 101.288
N PEN DUDUK
K6
Jl.
Jl. Ma rlboro
B2 KAWASA
+ 101.489
F8 G5 G6
Jl. Pura Demak II
ro XII
M10
K7
N PEN DUDUK
ro XI
M13
M11 Jl. Ma rlbo
Jl. Ma rlbo
F7
G4
ak III
XIV
K8
G3
B3
Jl. Ma rlboro + 99.633 VII
KAWASA
rlboro
M12
+ 101.369
L7 F6
G2
+ 101.360 Jl. Ma
E11
Jl. Mar lboro XIII
L6
F4 F5
G1
D10
E9
L5
F3
M14
K9
E8
E10
L4
Jl. Pura Demak IV
Jl. Pura Dem
Jl. Mar lboro XV
E7
L3
B4
+ 99.988 Jl. Ma L1 rlboro IX
BOX CULVERT b = 2,10 m h = 2,10 m
D9
N PEN DUDUK
E6
F2 F1
+ 101.658
D8
E4
Jl. Marlb oro XIII 100.169
K10
D7
+ 100.144
N PEN DUDUK
C11 Jl. Mar lboro XVII
D6
L2 KAWASA
C10
N PEN DUDUK
D5
TEB A
B5
+
KAWASA
D4
E2 E3
KA D
D3
Jl. Mar lboro XV + 100.207
E1
Jl. Pur a Dem ak V
TU
Tanah Koson g
C8
D1
M7
H1 + 101.356 Jl. Mar lbor o VI
H3
ro V
H4
M6
K4
+ 99.506 Jl. Ma rlbo
H2
H5 H6 H7 KAWASA
I3
H9
H8 N PEN DUDUK
I4
M5
Jl. Ma rlbo
ro V
+ 100.879
I6 J1/B1
J2
J3
KAWASA
J4
N PEN DUDUK
J5
J6
J7
J8
ro IV
M4
+ 101.052 Jl. Marlb oro II
A3 J9
A4 A5 M3 M2
Jl. Marlb oro I + 100.928
A2
+ 102.272
K1
Jl. Pura Demak I
Jl. Ma rlbo
I8
Jl. Mar lboro III
K2
Jl. Marlb oro I + 99.923
I7
K3
I5
OL
Jl. Mar lboro III
NJ
+ 99.753
BO
I2
N PEN DUDUK
JL. IMAM
I1 KAWASA
A1KAWASAN PEN
+ 103.432
DUDUK
A0 Jl. Pura Demak
+ 100.311
A4'
+ 100.251 Barat u Umar Jl. Teuk
Mati
+ 100.179
KAWASA
DUDUK N PEN
UMAR
LBORO
N0
BOX CULVERT b = 2,10 m h = 2,10 m
Jl. Kerta
Pura
KAWASA
JL. MAR
N1 Busem P = 20 m L = 20 m
A2' A1' A0'
JL. TEUKU
A5'
DUDUK N PEN
Jl. Kerta
Pura I
Jl. Kerta
Pura I
Jl. Kerta
Pura VII
ke Tukad
M1
+ 101.074 Saluran Sekunder b = 1,20 m h = 1,20 m
Pura VIII
ng Saluran Eksisti
N PEN DUDUK
Jl. Kerta
KAWASA
Gambar 2. Peta Kondisi Eksisting dan Perencanaan[3]. 3.2. Besar Debit Banjir Rencana 3.2.1. Analisa hidrologi 3.2.1.1. Analisa hujan kawasan Untuk menentukan hujan kawasan menggunakan Metode Polygon Thiessen [4], sehingga dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Skema Poligon Thiessen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Staisun Staisun Ngurah Rai Sanglah 110.00 98.00 199.00 102.00 184.00 110.00 82.00 120.00 92.00 177.00 192.00 160.00 147.00 155.00 126.00 77.00 231.00 148.00 139.00 228.00 99.00 136.00 78.00 80.00 120.00 143.00 142.00 110.00 117.00 102.00 116.00 95.00 106.00 121.00 115.00 120.00 120.00 123.00 145.00 153.00
Staisun Kapal 103.00 95.00 75.00 124.00 81.00 80.00 100.00 120.00 102.00 97.00 163.00 112.00 166.00 100.00 130.00 154.00 109.00 97.00 107.00 124.00
Sumber: CV. Ayu Desain, 2011[3] 3.2.1.2. Pengujian seri data (Ujia Konsistensi) Uji konsistensi data dimaksudkan untuk mengetahui kebenaran data lapangan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor: 1. Spesifikasi alat penakar berubah. 2. Tempat alat ukur dipindah. 3. Perubahan lingkungan di sekitar alat penakar Salah satu pengujian konsistensi data adalah uji Rescalled Adjusted Partial Sums (RAPS)[5]. Dari hasil analisa diperoleh Qterhitung = 2,97 < Qkritis = 5,46, maka data konsisten. 3.2.1.3. Analisa parameter statistik data hidrologi Parameter yang digunakan dalam analisis susunan data dari sebuah variable disebut parameter statistik, adapun parameter statistik tersebut adalah (1) rata-rata hitung, (2) deviasi standar (3) koefisien variasi, (4) koefisien kemencengan, (5) pengukuran ketajaman[6]. Analisa parameter statistik digunakan dalam perhitungan distribusi probabilitas data hujan. 3.2.1.4. Distribusi probabilitas Penentuan jenis didtribusi probabilitas dilakukan dengan mencocokkan data dari paremeter statistik dengan perhitungan distribusi probabilitas. Dalam analisis Frekuensi data hujan guna memperoleh nilai hujan rencana dilakukan pengujian distribusi probabilitas, yaitu: (1) Gumbel, (2) Normal, (3) Log Normal, dan (3) Log Pearson Type III[5]. 3.2.1.5. Uji distribusi probabilitas Distribusi probabilitas dapat digunakan setelah dilakukan uji distribusi. Uji distribusi tersebut adalah uji distribusi ChiKuadrat dan uji distribusi Smirnov Kolmogorov[5]. Hasil dari dua uji tersebut dapat dilihat pada Tabel 2, Tabel 3, dan syarat nilai Cs dan Ck Tabel 4.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 4 Tabel 2. Nilai X2 dan X2cr (Chi-Kuadrat) Distribusi Probabilitas
X²
X²cr
Gumbel Normal Log Normal Log Pearson Type III
8 4 5 9
14.067 14.067 14.067 14.067
Dari hasil analisa diperoleh: to = 4,759 menit tf = 119,461 menit maka, to = 4,759 + 119,461 = 124,221 menit = 2,07 jam 3.2.2.3. Koefisien pengaliran (c) dan luasan wilayah studi Koefisien pengaliran (C) adalah perbandingan antara jumlah air hujan yang mengalir atau melimpas diatas permukaan tanah dengan jumlah air hujan yang jatuh dari atmosfir[8]. Harga Crata-rata (Cr):
Keterangan X2 < X2cr Diterima Diterima Diterima Diterima
Sumber: Hasil Perhitungan Tabel 3. Nilai ΔP dan ΔP kritis (Smirnov) Distribusi Probabilitas
ΔP max
ΔP kritis
Gumbel Normal Log Normal Log Pearson Type III
0.2844 0.1271 0.0794 0.2482
0.29 0.29 0.29 0.29
Keterangan ΔP max < ΔP kritis Diterima Diterima Diterima Diterima
Sumber: Hasil Perhitungan Tabel 4. Syarat Cs dan Ck Distribusi Gumbel Normal
Log Normal
Nilai Cs = 2.1 Ck = 5.64 Cs = 2.1 Ck = 5.64 Cs = 1.7 Ck = 0.44
Log Pearson Type III
-
Persyaratan Cs Ck Cs Ck
= = ≈ ≈
Cs = Cv3 + 3Cv Ck = Cv8 + 6Cv6 + 15Cv4 + 16Cv2 +3
1.14 5.4 0 3 = 0.84
Ket Tidak Diterima Tidak Diterima Tidak Diterima Tidak Diterima Tidak Diterima
= 4.29 Tidak Diterima
Selain dari nilai diatas
Diterima
Sumber: Hasil Perhitungan 3.2.1.6. Periode ulang hujan (PUH) Periode ulang hujan tersaji pada Tabel 5[5]. Tabel 5.Rn Periode Ulang No
n
Asumsi T
KT
1
2
3
4
Log Xn Xn (mm) 5
6
1 2 3
20 20 20
2 5 10
-0.268 0.660 1.324
2.06 2.17 2.25
114.8154 147.9108 177.8279
Sumber: Hasil Perhitungan 3.2.2. Analisa Hidrolika 3.2.2.1. Waktu konsentrasi (tc) Waktu konsentrasi (tc) adalah lamanya air yang mengalir sepanjang saluran dari hulu saluran sampai di hilir saluran[7]. To adalah lamanya waktu dari lahan yang ditinjau menuju titik inlet saluran.
tc t0 t f 0 , 467
l t 0 1,44 nd s Keterangan : nd = koefisien setara koefisien kekasaran tc = waktu konsentrasi (menit) l = jarak dari titik terjauh ke inlet (m), l ≤ 400m S = kemiringan medan. 3.2.2.2. Lama aliran air sepanjang saluran (tf) Permodelan yang dilakukan pada saluran yaitu : saluran tersier dan saluran sekunder. Untuk perhitungan waktu air mengalir sepanjang saluran (tf) pada kondisi eksisting[7]. Ls tf 60 V Keterangan : Ls = panjang lintasan aliran di dalam sungai/saluran (m) V = kecepatan aliran di dalam saluran (m/dt)
Cr
(CiAi ) Ai
Keterangan : Cr = koefisien pengaliran rata-rata Ai = luas daerah Ci = koefisien pengaliran pada penutup permukaan Didapat hasil: C = 0,695 A = 0,22436 km2 3.2.2.4. Analisa kapasitas penampang eksisting Perhitungan kapsitas saluran di gunakan untuk menuntukan kapasitas tampung suatu saluran untuk menampung debit banjir rencana, dengan membandingkan Qhidrologi = Qhidrolika[7]. Untuk Qhidrologi dihitung dengan rumus rasional: QT
1 C. A.I T 3,6
Keterangan : QT = debit puncak limpasan permukaan dengan periode ulang T tahun atau debit rencana dengan periode ulang T tahun (m3/dt) C = koefisien pengaliran (tanpa dimensi) A = luas daerah pengaliran (Km2) IT = intensitas curah hujan dengan periode ulang T tahun Untuk Qhidrolika dihitung dengan rumus Manning Q V A Keterangan: Q = kapasitas tampung saluran (m3/dt) V = kecepatan aliran pada saluran (m/dt) Jika hasil yang ditunjukkan Qhidrologi > Qhidrolika, maka dimensi saluran direncanakan ulang. 3.2.2.4. Analisa kapasitas penampang saluran rencana Perubahan dimensi penampang dilakukan sistem cobacoba untuk nilai h dan b saluran untuk penampang persegi, kemiringan yang digunakan adalah kemiringan rencana. Dari hasil coba-coba tersebut diharapkan memperoleh nilai perbandingan Qhidrologi ≤ Qhidrolika, sehingga dengan kondisi tersebut penampang mampu menerima debit banjir rencana yang terjadi[7]. 3.2.2.5. Perencanaan bangunan terjun Bangunan terjun dipakai ditempat-tempat dengan kemiringan lapangan lebih besar dari kemiringan rencana[9]. Nilai kecepatan aliran < 1m/dt. Dari hasil perencanaan saluran dengan kemiringan rencana didapat nilai kecepatan yang terjadi > 1m/dt, maka direncanakan bangunan terjun. 3.2.2.6. Perencanaan pintu air Perencanaan pintu air difungsikan untuk mengatur buangan air menuju sungai[9]. Menghitung tinggi bukaan pada saat kondisi aliran tak tenggelam
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 5
Q ba 2 gz Keterangan : Q = debit outflow (m3/dt) = koefisien debit (Gambar Lampiran 2.2) a = bukaan pintu air (m) b = lebar pintu air (m) g = percepatan gravitasi, 9,81 (m2/dt) z = beda tinggi elevasi m.a upstream downstream (m) Dari hasil perhitungan didapat bukaan maksimum yang digunakan adalah 0,18m. 3.2.2.7. Perencanaan dimensi kolam tampungan (busem), long storage, dan pompa air Prinsip hidrolik kerja busem meliputi hubungan antara inflow (I, aliran masuk ke busem) dari saluran-saluran drainase, outflow (O, aliran keluar dari busem) dan storage (V, tampungan dalam busem) [7]. Tabel 6. Kapasitas Kolam Tampung
400 2100
0 0.06 0.23 0.53 0.94 1.46 2.11
7907.39
5.20
Sungai (Tukad Teba)
6
0 23.39 93.58 210.55 374.31 584.87 842.21 1146.34 1497.26 1894.97 2339.47 2830.75 3368.83 3953.70 4538.56 5076.64 5567.93 6012.43 6410.14 6761.06 7065.19 7322.53 7533.08 7696.84 7813.82 7884.00 7907.39
20000 20800
DENAH KOLAM TAMPUNG NTS
Gambar 4. Denah Kolam Tampungan
400 + 99.216
+ 98.616
+ 96.816
D22
2000
0 23.39 70.18 116.97 163.76 210.55 257.34 304.13 350.92 397.71 444.50 491.29 538.08 584.87 584.87 538.08 491.29 444.50 397.71 350.92 304.13 257.34 210.55 163.76 116.97 70.18 23.39 0.00
2600
0 0.08 0.16 0.24 0.33 0.41 0.49 0.57 0.65 0.73 0.82 0.90 0.98 1.06 0.98 0.90 0.82 0.73 0.65 0.57 0.49 0.41 0.33 0.24 0.16 0.08 0.00 0.00
+ 96.616
1300
0 9.56 19.11 28.67 38.22 47.78 57.33 66.89 76.44 86.00 95.55 105.11 114.67 124.22 133.78 143.33 152.89 162.44 172.00 181.55 191.11 200.66 210.22 219.78 229.33 238.89 248.44 258.00
(m)
3900
5
2700
4
20000
3
A
1500
2
A
h Kolam
20800
Vol. Kum (m3)
4500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
(menit)
Saluran Vol (m3)
2100
1
Q (m3/dt)
t
400
2700
No
Penelusuran long storage Prinsip kerja long storage berfungi seperti busem atau kolam tampungan, namum berupa saluran yang dibuat lebih panjang dengan kemiringan dasar yang landai[7]. Hasil perencanaan kolam dan long storage: 1. Kolam tampungan P = 20m L = 20m h = 1,5m 2.Long storage Panjang total = 1,22km b = 2,1m h = 1,8m Kondisi long storage dipasang dengan Box culvert berdimensi b = 2,1 m, dan h = 2,1 m.
+ 95.316
Sumber: Hasil Perhitungan 20000 20800
POTONGAN A-A NTS
Gambar 5. Potongan A-A Gambar 2. Hidrograf Segitiga
3.2.2.8. Pengaruh debit buangan ke sungai Pengaruh debit buangan ke sungai (Tukad Teba) dianalisis dengan program bantu komersial. Dari hasil analisa program :
+96,62
+96,61
A
B
Gambar 3. Hidrograf Kolam Tampungan Gambar 6. Hasil Analisa Program Bantu
+ 96.616 + 95.325
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 6 -
Kondisi A adalah elevasi muka air yang dipengaruhi oleh debit limpasan dari kawasan Jalan Pura Demak - Kondisi B elevasi muka air maksimum kondisi eksisting Dengan demikian sungai (Tukad Teba) aman. 4.
KESIMPULAN
1. Sistem jaringan drainase saat ini adalah seluruh air limpasan hujan yang terjadi di kawasan Jalan Pura Demak tersalurkan ke masing-masing saluran tersier, diteruskan menuju saluran sekunder dan dipusatkan sebagai buangan akhir dari total air limpasan menuju ke Sungai (Tukad Mati) 2. Kondisi Tukad Mati saat ini memiliki perubahan elevasi muka air yang signifikan. Pada saat musim penghujan elevasi muka air (kondisi maksimum) pada pertemuan saluran drainase dengan Tukad Mati = +101,656, dan +97,468 pada saat musim kemarau. Kondisi Tukad Teba memiliki elevasi muka air maksimum +96,616 dan minimum +95,325. 3. Debit banjir yang terjadi pada saluran tersier (Q2)adalah maksimum = 0,356m3/dt, minimum = 0,013m3/dt. Debit banjir (Q5) yang terjadi pada saluran sekunder (1) sampai sekunder (8) adalah (Q5)maksimum = 1,456m3/dt, dan (Q5)minimum = 0,454m3/dt. Debit banjir (Q5) yang terjadi pada saluran sekunder (9) sampai sekunder (19) adalah (Q5)maksimum = 0,193m3/dt, dan (Q5)minimum = 0,009m3/dt. 4. Kondisi saluran eksisting terhadap debit banjir rencana adalah pada saluran tersier, untuk saluran tersier segmen C11-C10, dan segmen D10-D6 masih mampu menampung debit banjir rencana, dan selain segmen C11C10, dan segmen D10-D6 tidak mampu menampung debit banjir rencana. Pada saluran sekunder (1) sampai saluran sekunder (8) tidak mampu menahan debit banjir rencana. Pada saluran sekunder (9) sampai saluran sekunder (19), hanya segmen K5-K4 tidak mampu menahan debit banjir rencana selebihnya saluran aman, tetapi tetap direncanakan dimensi saluran yang baru. 5. Dimensi saluran yang direncanakan agar mampu mengalirkan debit banjir rencana adalah pada saluran tersier h = 0,60 m, b = 0,50 m. Pada saluran sekunder (1) sampai sekunder (8), sekunder (20) sampai sekunder (24), dan bangunan persilangan yaitu gorong-gorong direncanakan sebagai long storage dengan box culvert. Pada saluran sekunder (9) sampai sekunder (18) h = 0,60 m, b = 0,50 m, talud 1:3. Untuk saluran sekunder (19) memanfaatkan saluran eksisting dengan h = 1,20 m, b=1,20m. 6. Hasil perhitungan didapat dimensi busem atau kolam P = 20 m, L = 20 m, h = 3,90 m. Dimensi long storage h = 1,80 m, b = 2,10 m belum termasuk tinggi jagaan. Panjang total long storage 1,22km. Pompa air dipasang 3 buah dengan debit (Q) = 0,06 m3/dt. Bukaan pintu air maksimum (a) = 18 cm dengan konsep aliran tak tenggelam. 7. Dimensi box culvert yang digunakan sebagai long storage adalah b = 2,10 m, h = 2,10 m, panjang per-unit = 1,2 m dan sudah termasuk tinggi jagaan (w) = 0,3 m. 8. Pengaruh debit yang dialirkan ke sungai (Tukad Teba) adalah terjadinya kenaikan elevasi muka air setinggi
0,01m dengan kondisi demikian sungai yang dipusatkan sebagai buangan akhir masih aman. DAFTAR PUSTAKA [1] DPU. Kota Denpasar, 2010, Penduduk Denpasar Lebihi Kapasitas,
. [2] DPU. Kota Denpasar, 2010, Sungai dan Bendungan Kota Denpasar, . [3] CV. Ayu Desain, 2011, Laporan Perencanaan Drainase Kawasan Jalan Pura Demak, Denpasar. [4] Suripin, Dr. Ir., M. Eng., 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Penerbit: Andi, Yogyakarta. [5] Kamiana, 2011, Teknik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air, Penerbit: GRAHA ILMU, Yogyakarta. [6] Soewarno, Drs., 1995, Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data, Penerbit: NOVA, Bandung. [7] Fifi Sofia, Ir., 2006, Modul Drainase, Penerbit: -, Surabaya. [8] Wesli, 2008, Drainase Perkotaan, Penerbit: GRAHA ILMU, Yogyakarta. [9] Soekibat, Ir., 2010, Sistem dan Bangunan Irigasi, Penerbit: -, Surabaya.