Pola Kerja Pedagang Nasi Boran Di Kabupaten Lamongan Dalam Perspektif Ekonomi Moral Dan Rasional Hendro Susanto
[email protected] Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga
Abstract Nasi boran is one of traditional food from Lamongan can be known various in society can’t be separated from the role of its trader selling. The seller along side of Lamongan have a work pattern that continues to be maintained so that Nasi Boran can exist till now. Use ethnography method and two collection of data technique is observation and deep interview with nine subject, then analythic of trader selling role with Moral Economic and Rational choice theory. From all research we get the Nasi Boran seller pattern began a material selling, cooking, and then selling. That activities do by the trader seeling of Nasi Boran everyday in a same time and same place each other. During the selling prosses, the Nasi Boran Seller try to make cooperation and social relation as moral economic and rational with other side in environment selling place like make relation with other Nasi Boran Seller and other drink seller. Keyword: Nasi Boran Seller, work pattern, social relation, moral economic and rational choice.
Abstrak Nasi boran sebagai salah satu makanan tradisional khas Lamongan dapat dikenal berbagai kalangan masyarakat tidak terlepas dari adanya peran pedagang yang menjual makanan itu sendiri. Pedagang yang berjualan disepanjang sudut Kota Lamongan mempunyai pola kerja yang terus dipertahankan sehingga keberadaan nasi boran dapat bertahan sampai sekarang. Metode yang digunakan adalah metode etnografi, menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu observasi dan wawancara mendalam dengan jumlah informan yang dipilih sebanyak sembilan orang, kemudian yang terakhir menganalisis pola kerja pedagang dengan Teori Ekonomi Moral dan Teori Pilihan Rasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola kerja pedagang nasi boran mencakup aktivitas yang berulang-ulang tiap harinya yaitu pembelian bahan, pembuatan sampai proses penjualan nasi boran. Aktivitas tersebut dilakukan pedagang setiap hari dengan waktu dan tempat berjualan yang sama dari masing-masing penjual nasi boran. Selama proses berjualan, pedagang berusaha membangun kerjasama dan hubungan sosial sebagai bentuk ekonomi moral dan rasional dengan beberapa pihak disekitar lingkungan tempat berjualan seperti membangun hubungan dengan sesama pedagang nasi boran dan pedagang minuman. Kata Kunci: pedagang nasi boran, pola kerja, hubungan sosial, ekonomi moral dan pilihan rasional.
AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 601
menggeluti bidang kuliner lebih khususnya
Pendahuluan Sektor informal mempunyai peranan
berjualan
makanan
khas
daerah
yang
penting dalam memberikan sumbangan bagi
dianggap prospek produk yang cukup
pembangunan
menjanjikan
daerah
lebih
khususnya
untuk
dijual.
Kemunculan
pembangunan masyarakat desa. Sektor ini
makanan khas sebagai identitas daerah
terdiri dari usaha atau unit berskala kecil
memotivasi
yang mampu mendistribusikan barang dan
peluang menjadi pedagang sehingga mereka
jasa dengan tujuan membuka kesempatan
bisa menambah pendapatan keluarga dengan
kerja yang diperuntuhkan bagi diri sendiri
memanfaatkan eksistensi wujud budaya
maupun orang lain. Menurut Subangun
yang
(1991:53),
tersebut.
sektor
informal
merupakan
warga
termasuk
untuk
dalam
mengambil
bidang
kuliner
pekerjaan yang (a) mudah untuk dimasuki
Nasi boran merupakan makanan asli
sebagai salah satu peluang kerja; (b) berasal
yang barasal dari Lamongan. Secara historis
dari sumberdaya lokal; (c) usaha yang
makanan ini berasal dari salah satu dusun
dilakukan merupakan milik pribadi; (d)
yang ada di Kecamatan Lamongan yaitu
usaha berskala kecil; (e) teknologi yang
Dusun Kaotan Desa Sumberejo. Nama nasi
digunakan bersifat adaptif; (f) ketrampilan
boran berasal dari penyajian tempat nasi
dapat diperoleh dari pendidikan non formal.
yang terbuat dari anyaman bambu yang
Dalam konteks ini, salah satu contoh
disebut boran. Makanan ini hanya popular
pekerjaan
sektor
dapat
di daerah Lamongan, sehingga tidak banyak
dijumpai
di
adalah
warga luar daerah yang mengetahui apa itu
informal
berbagai
yang
daerah
fenomena pedagang tradisional disepanjang jalan.
nasi boran dan bagaimana rasanya. Sutomo (Kepala Dusun) menjelaskan
Menurut
Damsar
(1997:106)
bahwa Dusun Kaotan sebagai salah satu
pedagang merupakan individu yang menjual
sentra munculnya makanan tradisional nasi
produk secara langsung maupun tidak
boran secara langsung terus meningkatkan
langsung. Berbagai jenis produk yang dijual
aktivitas
pedagang sangat beranekaragam, tergantung
sehari-hari di bidang ekonomi. Bertani dan
kemauan dan peluang yang diambil setiap
berjualan nasi boran merupakan sumber
pedagang. Seperti contoh pedagang yang
pendapatan
masyarakat
utama
dalam
masyarakat
kesibukan
Kaotan.
AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 602
Sebagai
salah
satu
pekerjaan
sektor
informal, ekonomi masyarakat dusun sudah cukup bergantung pada pendapatan yang
Muhammadiyah, dan area sekitar gedung Pemerintah Kabupaten Lamongan. Fasilitas
kota
secara
fungsional
diperoleh ketika berjualan nasi boran.
memberikan peluang lebih banyak bagi
Pedagang dalam kategori ini bertujuan untuk
pedagang untuk menawarkan nasi boran
memperoleh uang tambahan yang sangat
kepada pengunjung, tingkat kerumunan
penting bagi keluarga. Apabila aktivitas
penduduk
berjualan tidak dilakukan, akan terjadi
memberikan
goncangan pada ekonomi keluarga tersebut
Mereka dapat mempromosikan berbagai
(Geertz dalam Damsar, 1997:107).
macam jajanan yang sudah disajikan untuk
Populernya nasi boran dan minat
siap
di
dijual
sekitar manfaat
kepada
area bagi
tersebut pedagang.
konsumen.
Selain tingkat
yang besar dari para pembeli menjadi salah
manfaat
satu alasan umum para warga masyarakat
kerumunan
Dusun Kaotan mengambil peluang menjadi
memberikan
pedagang. Kesempatan ini tidak hanya
kendala pedagang dalam proses berjualan.
dimanfaatkan oleh warga masyarakat Dusun
Kendala tersebut muncul sebagai bentuk
Kaotan
penyesuaian
yang
berjualan
sebagian
nasi
boran,
besar
memilih
tetapi
yang
bisa
diambil,
di
area
umum
tentunya
dampak lain yang menjadi
pedagang
untuk
juga
mempertahankan dirinya dengan berbagai
dimanfaatkan oleh para warga luar dusun
kemungkinan masalah yang muncul, karena
sebagai prospek yang menjanjikan untuk
pedagang juga termasuk manusia yang harus
menambah penghasilan keluarga di bidang
mempertahankan eksistensinya dari berbagai
ekonomi.
bentuk tantangan dan persaingan, salah satu
Selama berjualan pedagang tersebut
cara yang perlu dilakukan adalah dengan
menempati berbagai tempat terbuka seperti
beradaptasi di dalam lingkungan tempat
area yang ada di sekitar fasilitas kota
bekerja.
sebagai
media
mempertemukan
penghubung pedagang
yang
Kendala
Lingkungan
membuat
dengan
pedagang harus memikirkan pilihan-pilihan
konsumen. Beberapa contoh fasilitas kota
strategis sebagai salah satu alternatif untuk
tersebut seperti Alun-Alun Lamongan, area
menjaga
kenyamanan
selama
proses
sekitar Plaza Lamongan, Rumah Sakit
berjualan.
Salah
bentuk
kendala
satu
tersebut memuat adaptasi pedagang dengan AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 603
pihak
lain,
sehingga
dalam
hal
ini
pedagang selama berjualan berdampingan
diperlukan adanya sebuah hubungan sosial
dengan
yang
lainnya. Evers (dalam Damsar, 1997:98)
positif
Soerjono
melalui
interaksi
Soekanto
mengemukakan
bahwa
sosial.
(1990:61)
menjelaskan
bahwa
moral
pedagang
sosial
mencakup aspek nilai dan norma yang
merupakan hubungan sosial yang dinamis,
mencari jalan keluar antara kepentingan
yang menyangkut hubungan antara orang-
pribadi
orang
kelompok-
sehingga dalam hal ini, pedagang nasi boran
kelompok manusia, maupun antara orang
secara sadar melakukan beberapa aktivitas
perorangan dan kelompok manusia sehingga
ekonomi
penting bagi pedagang untuk menjaga
mempertimbangkan
hubungan melalui interaksi sosial yang
pribadi
diharapkan dapat mencapai titik dimana para
lainya. Proses aktivitas tersebut kemudian
pedagang bisa saling bekerjasama dan
memicu sebuah konsep pola kerja yang
membantu satu sama lain.
selama ini terus dipertahankan sebagai
perorangan,
interaksi
para pekerja sektor informal
antara
Berdasarkan penelitian Alice Dawey
dan
kepentingan
selama
dengan
masyarakat
berjualan antara
dengan
kepentingan
kepentingan
pedagang
seorang penjual nasi boran Lamongan.
(1962) di Mojokuto (dalam Sumintarsih,
Pola kerja pedagang nasi boran
2003:153) dalam buku Ekonomi Moral,
merupakan bentuk aktivitas khas yang
Rasional dan Politik mengenai industri kecil
tercermin dari berbagai macam tingkah laku
di
bahwa
selama proses berjualan. Beberapa aspek
pentingnya menjaga hubungan sosial dengan
penting yang menjadi minat dalam kajian
beberapa pihak. Di mana kelangsungan
pola kerja mencakup kebiasaan pedagang
hubungan tersebut sangat dipengaruhi oleh
selama menjadi penjual nasi boran. Kajian
unsur-unsur yang mengikat individu seperti
tersebut meliputi interaksi sosial pedagang
sistem nilai dalam kehidupan sehari-hari
di
yang dibangun dalam jaringan hubungan
melihat dimensi moral pedagang yang
kerjasama. Kerjasama yang dibangun dapat
digunakan
terwujud apabila
sesama pedagang dapat
mengambil beberapa pilihan strategis seperti
mengikuti beberapa aturan yang tidak
menetukan harga mauapun memilih tempat
merugikan salah satu pihak. Peraturan
berjualan.
tersebut
dilakukan
Jawa
Timur
lebih
menunjukkan
mengarah
pada
moral
lingkungan
tempat
sebagai
berjualan,
pedoman
serta
dalam
Selain itu, observasi yang menunjukkan
bahwa
tingkat
AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 604
kepadatan
di
Sumberejo Kecamatan Lamongan dan lokasi
Lamongan,
berjualan pedagang di Plaza Lamongan,
belum ada pedagang yang memilih tempat
gedung pemerintah Kabupaten Lamongan,
berjualan
Alun-alun Lamongan, Jalan Basuki Rahmat,
wilayah
pedagang daerah
di
hanya
berada
kecamatan
luar
daerah
Lamongan.
Beberapa alasan tersebut menjadikan pola
Perumahan Made.
kerja pedagang nasi boran menjadi menarik dalam pembahasan ini.
Teknik
pengumpulan
data
yang
digunakan dalam membahas pola kerja pedagang nasi boran Lamongan melalui dua cara
Metode Penelitian Penelitian pedagang
nasi
mendalam mengenai boran
pola
di
kerja
Lamongan
menggunakan pendekatan etnografi untuk dapat
memaparkan
jawaban
atas
secara
rumusan
mendalam
masalah
yakni
mengenai pola kerja pedagang nasi boran Lamongan. Penggunaan metode etnografi disini dilakukan dengan cara: (1) terjun langsung
ke
lapangan
dan
mengikuti
kegiatan pedagang selama proses berjualan, (2) melihat gambaran menyeluruh di dalam aktivitas masyarakat sebagai bentuk dari proses dan tingkah laku pedagang tersebut, (3)
yaitu
mendeskripsikan
dan
memaparkan
secara rinci sebagian besar dari aktivitas yang mencakup proses berjualan nasi boran, serta (4) melihat di dalam lingkungan masyarakat mengenai kebudayaan yang dapat mempengaruhi adanya pola kerja penjual nasi boran tersebut. Tempat yang dipilih untuk dijadikan
observasi
serta
wawancara
kepada
informan
yang
diharapakan dapat menghasilkan sebuah data secara akurat dengan sumber data secara langsung yang dapat dipercaya untuk membahas apa yang sudah menjadi rumusan masalah terkait pola kerja pedagang nasi boran dalam mempertahankan eksistensi. Terdapat
3
syarat
informan
menurut
Spradley (1997:61) yang digunakan dalam penelitian ini yakni enkulturasi penuh, keterlibatan
langsung,
cukup
waktu.
Informan yang diambil sebanyak 9 orang dengan rincian 6 pedagang nasi boran, 2 pegawai desa dan 1 konsumen. Transkrip data yang sudah ditulis kemudian dibaca, dipelajari dan ditelaah. Setelah itu dikategorikan berdasarkan yang sudah dibuat. Data tersebut kemudian dikelompokkan menurut jenis data, data kuantitatif yang didapat dari monografi desa kemudian di tulis kembali menjadi bentuk narasi. Data-data kualitatif seperti hasil
lokasi penelitian yakni Dusun Kaotan Desa AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 605
observasi dan wawancara yang sudah di
sayuran. Namun, perbedaan yang muncul
transkrip kemudian dikelompokkan sesuai
hanya sebatas rasa kenikmatan dari racikan
dengan outline. Hasil pendeskripsian data
nasi boran tersebut yang tentunya berbeda
yang sudah dilakukan kemudian dianalisis
dari masing-masing pedagang sehingga
dengan kerangka pemikiran yang memuat
berdampak pada banyak atau sedikitnya
Teori
konsumen yang membeli yang kemudian
Ekonomi
Moral
dan
Rasional.
Penggunaan teori tersebut dipilih karena
mempengaruhi besar kecilnya pendapatan.
aktivitas pola kerja pedagang nasi boran
Seacara keseluruhan pedagang nasi
menunjukkan adanya kepentingan yang
boran melakukan aktivitas yang sama setiap
memuat
hari
keuntungan
bersama
maupun
kepentingan pribadi.
dari
proses
pembelian
bahan,
pembuatan, sampai ke proses penjualan nasi boran. Pada
Hasil dan Pembahasan
tahap
pembelian
bahan,
Hasil pembahasan mengenai pola
pedagang nasi boran keseluruhan membeli
kerja pedagang nasi boran menunjukkan
bahan tersebut pada waktu selesai berjualan.
bahwa terdapat variasi tempat dan waktu
Bahan yang dibeli beranekaragam seperti
berjualan dari masing-masing pedagang.
ikan gabus, ikan lele, ikan mujair, ikan sili,
Terdapat 5 (lima) lokasi berjualan yaitu di
ikan bandeng, ikan belut, udang, ayam,
Plaza Lamongan, Alun-Alun Lamongan,
cumi, otak-otak, jeroan, telur asin, telur
Gedung Pemkab Lamongan, Pertigaan Jalan
ayam, telur puyuh, sayur-sayuran dan lain
Basuki Rahmat dan Perumahan made,
sebagainya. Setiap penjual nasi boran
pedagang tersebut ada yang berjualan pada
mempunyai
waktu dini hari, pagi-siang, siang-sore, dan
masing-masing yang ada di pasar seperti
malam hari. Secara umum dari kelima
Pasar Sidoharjo dan Pasar Perumahan Made.
tempat tersebut, tidak ada perbedaan lain
Pada tahap pembuatan nasi boran
yang mencolok dari sesama pedagang nasi
terdapat beberapa aktivitas yang perlu untuk
boran. Pedagang tersebut mempunyai pola
dilakukan seperti penyediaan bahan yang
kerja yang sama meskipun mereka berjualan
sudah dibeli, menyediakan perlengkapan,
di tempat yang berbeda. Keseluruhan dari
baru
pedagang tersebut menjual dengan variasi
mengolah lauk pauk dan membuat sambal
lauk pauk yang sama dan juga sayur-
boran. Pembuatan nasi boran dilakukan
setelah
langganan
itu
pemasok
sampai
pada
bahan
proses
AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 606
pedagang pada waktu 3 (tiga) jam sebelum
minuman. Pedagang nasi boran selesai
memulai berjualan. Pedagang mempunyai
berjualan apabila nasi boran yang dibawah
tindakan rasional (Popkin, 1986) dengan
terjual sampai habis atau pedagang sudah
mempekerjakan anggota keluarga selama
merasa
proses pembuatan tersebut, karena dengan
alasan-alasan tertentu seperti cuaca buruk,
memanfaatkan tenaga kerja yang berasal
pedagang sudah lelah, lokasi mau dipakai
dari anggota keluarga mereka tidak perlu
pedagang lain, dsb. Ketika mendekati waktu
repot-repot mengeluarkan biaya lebih untuk
selesai berjulan pedagang menghubungi
membayar biaya tenaga kerja sehingga
suami atau anak mereka untuk menjemput
keuntungan yang didapat bisa lebih besar.
dia
cukup
pulang.
untuk
berjualan
Pedagang
tersebut
karena
juga
Pada tahap penjualan, pedagang
menghubungi pedagang selanjutnya yang
memulai sesuai waktu dan tempat yang
memakai lokasi yang sama jika mereka
mereka tentukan, mereka berangkat dari
berjualan bergantian.
rumah bersama suami atau anak yang
dilakukan oleh keseluruhan pedagang secara
mengantar pedagang tersebut ke lokasi
berulang-ulang baik di tempat maupun
berjualan.
waktu yang berbeda.
Setelah
sampai
di
lokasi
berjualan, pedagang tersebut manata tikar,
Eksistensi
Aktivitas tersebut
Dusun
Kaotan
sudah
payung, nasi dan lauk pauk yang mereka
melekat dengan istilah sentra nasi boran
bawah. Pedagang tersebut berjualan dengan
sehingga secara tidak langsung branding
cara menunggu pembeli dan duduk di kursi
Dusun Kaotan adalah sebagai spesialis
kecil. Terdapat beberepa nilai terkait nasi
pembuat nasi boran yang lezat dan nikmat.
boran yang mempengaruhi penjualan yaitu :
Fenomena branding Dusun Kaotan menjadi
(1) rasa kenikmatan nasi boran, (2) harga,
salah
(3) kuantitas lauk dan nasi, (4) kebersihan
pedagang yang berasal dari luar dusun
makanan, (5) kesegaran lauk pauk, (6) faktor
karena dapat menjadi faktor penghambat
lingkungan
mengkontaminasi
mereka selama proses berjualan. Pedagang
pedagang, (7) sikap pedagang. Interaksi
yang berasal dari luar Dusun Kaotan ketika
yang dilakukan pedagang selama berjualan
dihadapkan pada pembeli yang berasal dari
tidak sebatas hanya dengan pembeli, namun
luar kota sebagai pilihan aman mereka tetap
juga melibatkan interaksi dengan sesama
menggunakan
pedagang
Kaotan demi kelancaran usaha.
yang
nasi
boran
dan
pedagang
satu
dilematik
identitas
tersendiri
sebagai
bagi
warga
AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 607
Pilihan menggunakan
rasional identitas
pedagang
Proses penjualan nasi boran di
Kaotan
lingkungan tempat bekerja masing-masing
Dusun
dikarenakan alasan sebagai berikut (a)
selalu
branding Dusun Kaotan sudah terkenal
toleransi
sebagai sentra nasi boran; (b) konsumen
hubungan baik supaya terhindar dari konflik
lebih senang membeli kepada pedagang
maupun prasangka. Prinsip moral dalam
warga Dusun Kaotan karena stereotype
relasi sosial lebih menekankan bahwa setiap
bahwa pedagang Dusun Kaotan mempunyai
orang harus saling membantu timbal balik
masakan lebih nikmat; (c) warga luar dusun
atau minimal tidak merugikan orang lain
cenderung dianggap kurang berpengalaman
(Scott dalam Damsar, 1997:83). Prinsip ini
dibandingkan dengan warga Dusun Kaotan,
menjelaskan bahwa pedagang nasi boran
hal tersebut dilandasi pemikiran bahwa
menerima suatu bantuan dari pedagang
warga Dusun Kaotan merupakan daerah asal
lainya atau orang disekitar mereka, sehingga
mula
secara
munculnya
menghindari
nasi
kemungkinan
boran;
(d)
kehilangan
menunjukkan dan
sadar
membantu
rasa
mencoba
antusiasme membangun
mempunyai
secara
timbal
kewajiban balik,
ini
pelanggan tetap apabila mengaku dari dusun
merupakan sebuah konsep balas budi yang
lain; (e) jumlah pedagang nasi boran
terjadi dikalangan pedagang nasi boran
semakin meningkat sehingga mengklaim
Lamongan.
berasal dari Dusun Kaotan diharapkan dapat
Teori Ekonomi Moral pedagang
meningkatkan nilai jual yang lebih tinggi.
yang diungkapkan oleh Evers sebagai satu
Disisi lain masih banyak pedagang luar
kesatuan antara norma dan kepentingan
Dusun Kaotan yang menjual dengan apa
pribadi tercermin dari adanya wujud relasi
adanya yaitu menggunakan identitas asli.
sosial yang dialami oleh pedagang selama
Mereka berusaha dengan perjuangan mereka
berjualan.
sendiri
Dusun
kerjasama dari masing-masing pedagang
Kaotan. Salah satu perjuangan mereka untuk
yang berjualan di sekitar lingkungan mereka
memperoleh pelanggan coba-coba ataupun
berjualan adalah sebagai berikut (a) berbagi
pelanggan tetap yaitu dengan cara membuat
lauk-pauk dan nasi, (b) saling menjaga
masakan nasi boran yang nikmat dan
tempat berjualan, (c) saling berinteraksi, (d)
berusaha
member pinjaman perlengkapan, (e) berbagi
tanpa ada
embel-embel
membangun
dengan konsumen.
hubungan
baik
Adapun
beberapa
bentuk
keuntungan dengan pedagang minuman. AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 608
Selama berjualan dan membangun
cukup tinggi karena dihadapkan pada situasi
hubungan di lokasi berjualan, pedagang nasi
lingkungan tempat berjulan yang tidak
boran juga mengalami beberapa kendala
mendukung. Alasan dilematik pedagang
selama menjadi penjual nasi boran. Kendala
adalah sebagai berikut: (a) hujan membuat
tersebut yaitu (a) lingkungan, (b) ekonomi,
lingkungan berjualan dipenuhi genangan air;
(c) cuaca.
(b)
Kendala sebagai
pengaruh
lingkungan antara
diartikan
subjek
hujan
dianggap
membuat
malas
konsumen keluar membeli makanan; (c)
yang
hujan dapat membasahi mereka ketika
bertindak sebagai pedagang dengan objek
berjualan; (d) hujan membuat jalan licin
yaitu lingkungan. Pedagang menimbulkan
sehingga
masalah lingkungan merupakan efek dari
perlengkapan
operasional pedagang selama berjualan di
datangnya hujan.
lingkungan tersebut yang dapat mencakup
Pedagang
beresiko;
guna
(e)
untuk
kurangnya mengantisipasi
melakukan tetep
tindakan
kebersihan tempat berjualan, kenyamanan
rasional
memperoleh
penikmat jalan, dan ketertiban lalu lintas
kesejahtraan ketika menghadapi situasi sulit
Kendala ekonomi selalu dikaitkan
di musim hujan, adapun beberapa tindakan
dengan uang sebagai salah satu alat tukar
tersebut adalah (a) mengurangi jajanan yang
ekonomi yang paling dicari setiap orang.
dijual (lauk pauk dan nasi), (b) pindah
Dalam kaitanya dengan pedagang nasi
sementara ke tempat yang lebih nyaman, (c)
boran, masalah ekonomi mencakup dua hal
libur berjualan sebagai pilihan rasional.
umum, yaitu masalah penyediaan modal dengan masalah keuntungan yang diperoleh. Sedangkan kendala cuaca merupakan bentuk
pengaruh
nasi boran, diantaranya meliputi berjualan
berjualan.
menurut tempat dan waktu masing-masing
Pedagang nasi boran lebih banyak berjualan
pedagang, aktivitas pembelian bahan-bahan,
di musim kemarau karena lokasi outdoor
pembuatan, dan penjualan nasi boran. Pola
yang mereka pilih tidak mengalami kendala
beraktivitas pedagang nasi boran sama
secara signifikan yang bisa membuat rasa
antara satu dengan yang lainya meskipun
niat berjualan terhenti. Sedangkan pada saat
mereka berbeda tempat dan waktu berjualan.
pedagang
yang
Pola kerja yang dimiliki pedagang
dapat
mempengaruhi
iklim
Simpulan
cuaca hujan, pedagang mempunyai dilema AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 609
Pedagang nasi boran selama bekerja
Kecil di Jawa. Heddy Shri Ahimsa-
membutuhkan peran pihak lain yang sama-
Putra (Peny). Yogyakarta: Kepel
sama saling membantu, seperti kerjasama
Press.
antara sesama pedagang nasi boran maupun hubungun pedagang nasi boran dengan
Scott, James C (1983) Moral Ekonomi Petani. Jakarta: LP3S.
pedagang minuman. Hubungan tersebut
Soekanto, Soerjono (1990) Sosiologi Suatu
secara tidak langsung mempunyai berbagai
Pengantar. Jakarta: PT Raja
bentuk aturan yang tidak tertulis namun
Grafindo Persada.
dipandang
sebagai
Ekonomi
Moral
pedagang selama berjualan. Selain itu, pedagang juga mempunyai pilihan rasional
Spradley, J.P (1997) Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yoga Subangun, Emmanuel (1991) Sektor
yang digunakan dalam menghadapi suatu
Informal di Indonesia dari Titik
kendala dan juga menghambil pilihan
Pandang Non Akademik. Jakarta:
strategis seperti menggunakan branding
LPES.
Dusun Kaotan sebagai identitas dan juga menggunakan anggota keluarga sebagai tenaga kerja yang pembantu pedagang nasi boran.
Daftar Pustaka
Sumintarsih (2003) “Merajut Kerjasama, Menjangkau Pasar: Siasat Resiprositas Dalam Usaha Kerajinan Agel di Kulon Progo, Yogyakarta” dalam Ekonomi Moral, Rasional, dan Politik dalam Industri Kecil di Jawa. Heddy Shri Ahimsa-Putra (Peny). Yogyakarta: Kepel Press.
Damsar (1997) Sosiologi Ekonomi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Evers, H.D dan Heiko (1994) The Moral Economy of Trade: Ethnicity and Developing Market. London: Routledge. Raharjana, T Destha (2003) “Siasat Usaha Kaum Santri: Ekonomi Moral dan Rasional Dalam Usaha Konfeksi di Mlangi” dalam Ekonomi Moral, Rasional, dan Politik dalam Industri AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 610