Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
POLA KEMITRAAN DI PERKEBUNANKELAPA SAWIT (Studi pada PT. Mitra Austral Sejahtera di Desa Upe Kecamatan BontiKabupaten Sanggau) Oleh: Dominikus Okbertus Srikujam NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak, 2015. email :
[email protected]
ABSTRAK Penulisan Jurnal ini dimaksud untuk memberikan pemahaman mengenai Pelaksanaan Pola Kemitraan yang di lakukan oleh Perusahaan Perkebunan Kelapa sawit bersama masyarakat petani plasma di Desa Upe, Kecamatan Bonti, Kabupaten Sanggau. Menarik di teliti mengenai prinsip kemitraan yaitu saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan dengan petani mitra mengingat masih banyaknya konflik antara petani dan perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis 1) Pelaksanaan Pola Kemitraan Lahan, 2) Pelaksanaan Kemitraan Bagi Hasil, dan 3) Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Kepada Masyarakat oleh PT. MAS. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa Pola kemitraan terkait dengan lahan telah melahirkan konflik antara perusahaan dan petani plasma sebagai mitra. Petani plasma sebagai mitra selalu menjadi pihak yang di rugikan. Pelaksanaan system Bagi Hasil, masih belum berjalan sesuai perjanjian. Pelaksanakan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, PT. MAS belum membangun Fasilitas umum. Untuk itu penulis merekomendasikan harus ada kesamaan pandangan antara PT. MAS, KUD dan Pemerintah untuk menetapkan luasan lahan plasma sehingga tidak menghambat proses sertifikasi lahan plasma, PT. MAS segera membangun fasiltasfasilitas umum yang telah di janjikan. PT. MAS lebih terbuka dalam menyelesaikan konflik dengan Petani Plasma. Bukan malah membenturkan petani plasma dengan masyarakat, PT. MAS melalui dana CSR bisa menciptakan pendapatan alternative agar petani dan masyarakat tidak melakukan perbuatan pidana untuk menambah penghasilannya, dan Petani plasma dan masyarakat di harapkan bisa menambah penghasilan dengan tidak melanggar hukum. Kata-kataKunci : Pola Kemitraan, Perkebunan Kelapa Sawit, Petani Plasma, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
1 Dominikus Okbertus Srikujam, NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
ABSTRACT Journal writing is intended to provide an understanding of the Implementation of the Partnership will be undertaken by the Company with the community of oil palm plantation smallholders in the village Upe, District Bonti, Sanggau. Interest meticulous about the principle of partnership that require mutual, mutually reinforcing and mutually beneficial to the farmer of its partners since there are many conflicts between farmers and companies. The aim of this study is to describe and analyze 1) . Implementation of the Land Partnership, 2) Implementation of the Partnership for Results, and 3) . Implementation of the Social Responsibility Community by PT. MAS. This type of research used in this study is the kind of descriptive analysis approachwithqualitative research. Results from this study is related to the land partnership pattern has given rise to conflicts between companies and farmers as partners. Farmers as partners has always been a party that is disadvantaged. Implementation of the system of revenue sharing, is still going according to the agreement. Implementing Corporate Social Responsibility, PT. MAS has not built public facilities. To the authors recommend there should be common ground between PT.MAS, cooperatives and the Government to set a land area of plasma so as not to hinder the process of certification of the plasma, facilityPT.MAS quickly build public facilities that have been promised. PT.MAS more open in resolving the conflict with the smallholder. Instead of banging farmers with society, PT.MAS through CSR funds could create alternative income so that farmers and the public did not commit a criminal act to supplement his income, and smallholders and communities are expected to increase revenue by not breaking the law. Keywords : Partnership, Palm Oil Company, Plasma Farmers, Corporate Social Responsibility
meningkatkan investasi di bidang perkebuan
A. PENDAHULUAN
kelapa
sawit.
Dengan
14.680.700
terjadi
di
mengalokasi kan lahan untuk perkebunan
Indonesia dalam kurun waktu satu dekade
kelapa sawitseluas 1.500.000 Ha.Bukan itu
terakhir ini. Hamparan perkebunan seluas
saja, Pemerintah Kalimantan Barat juga
lebih dari tujuh juta hektar dan dikelola oleh
berencana menargetkan pembangunan 1,5
lebih dari 600 perusahaan dan satu juta
Juta Hektar Perkebunan Kelapa sawit di
petani kecil.
Perbatasan Malaysia-Indonesia.
dengan
sangat
cepat
Kelapa sawit telah menjadi
tanaman perkebunan terpopuler di Indonesia
Kalimantan
wilayah
Ekspansi perkebunan kelapa sawit telah
Ha,
luas
Barat
Dengan dibukanya perkebunan sawit
karena harga minyak sawit mentah (Crude
di beberapa kabupaten
Palm Oil/CPO) naik dua kali lipat antara
berakibat positif, perekonomian masyarakat
tahun 2000 dan awal 2008 serta adanya
mulai menampakkan peningkatan, namun
prospek meningkatnya pasar CPO untuk
perubahan
bahan bakar nabati (BBN) atau agrofuel
terutama adanya kerusakan lingkungan alam.
(Sirait 2009:1).
Pembukaan lahan sawit berarti mengalihkan
Hal
ini
juga
yang
memacu
pemerintah Provinsi Kalimantan Barat untuk
tersebut
fungsi hutan tadinya
disatu sisi bisa
berakibat
berfungsi
negatif,
sebagai
wadah menjaga kelestarian alam berupa 2
Dominikus Okbertus Srikujam, NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
fungsi
hutan
mencegah
longsor
dan
1995,
PT.
MAS
menerapkan
Pola
kekayaan flora-fauna ternyata beralih fungsi
Perusahaan Besar Swasta Nasional (PBSN)
menjadi
Kemitraan.
bentuk
perkebunan
yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi hanya
Dari survey singkat di lapangan
mencari keuntungan sesaat, karena dalam
memperlihatkan
jangka
dikhawatirkan
permasalahan yang timbul dengan program
mengakibatkan kerusakan alam. (Muzakah
kemitraan yang di terapkan oleh PT.MAS.
dan Fatmawati,2010:41).
Salah satunya adalah Persoalan tanah yang
panjang
Dampak negatif lainya yang muncul adalah
banyak
terjadi
konflik
antara
banyak
merupakan persolaan yang paling mendasar atas pembukaan perkebunan sawit.
masyarakat dan pemilik perkebunan yang dipicu persoalan penguasaan lahan.
bahwa
Dalam Penelitian pembatasan
masalah,
ini dilakukan sehingga
ruang
Konflik lahan perkebunan antara
lingkup yang di teliti menjadi lebih spesifik,
masyarakat dan perusahaan hingga tahun
sehingga menghasilkan penelitian yang lebih
2010 di kabupaten/kota Kalbar, di antaranya
efektif. Masalah yang menjadi pilihan adalah
di Kabupaten Pontianak 14 kasus, Kubu
Pelaksanaan Pola Kemitraan oleh PT. Mitra
Raya 13 kasus, Landak 20 kasus, Sambas
Austral Sejahtera di Desa Upe, Kecamatan
dan Sintang 23 kasus, Sanggau 26 kasus,
Bonti, kabupaten Sanggau.
Sekadau dan Melawi 20 kasus, Ketapang 26
Dari latar belakang di atas, terlihat
kasus, dan Kabupaten Kayong Utara 10
bahwa Pola Kemitraan di perkebunan kelapa
kasus,
sawit selalu tersandung dengan permasalah
dan
Kapuas
Hulu
5
kasus.
(Arkanudin, 2013:1).
yang
Salah satu upaya upaya pemerintah
terkait
Pelaksanaan
Lahan,
Bagi
Tanggung
Hasil,
Jawab
dan Sosial
dalam menekan angka konflik Perusahaan
Perusaan. Untuk itu penulis hanya akan
dan
membatasi diri pada penelitian dengan
petani
adalah
dengan
melakukan
kemitraan usaha perkebunan. Salah satu Perusahaan Perkebunan
rumusan masalah sebagai berikut: 1.
Besar Swasta asing (PBSA) yang melakukan kemitraan usaha perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat adalah PT. Mitra Austral
Bagaimana Pelaksanaan Pola Kemitraan Lahan yang di lakukan oleh PT. MAS
2.
Bagaimana Pelaksanaan Kemitraan Bagi Hasil yang di lakukan oleh PT. MAS.
Sejahtera (PT.MAS). beroperasi sejak tahun 3 Dominikus Okbertus Srikujam, NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
3.
Bagaimana
Pelaksanaan
Tanggung
pola
Kemitraan
yang
dan
dirinya
dan
Jawab Sosial Kepada Masyarakat oleh
menguntungkan
PT. MAS.
masyarakat sekitar. Khususnya bagi PT.
Tujuan dari penelitian ini adalah
bagi
baik
MAS sebagai refleksi atas pelaksanaan
untuk mendeskripsikan dan menganalisis:
kemitraan yang telah dilakukan selama
1.
ini dan apa yang harus di perbaiki untuk
Pelaksanaan Pola Kemitraan
Lahan
yang di lakukan oleh PT. MAS 2.
3.
masa yang akan datang.
Pelaksanaan Kemitraan Bagi Hasil yang
c.
Bagi
Masyarakat,
diharapkan
di lakukan oleh PT. MAS.
masyarakat dapat memahami apabila
Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan dan Petani memiliki hak dan
Kepada Masyarakat oleh PT. MAS.
Kewajiban sebagai mitra usaha yang
Secara Teoritis Manfaat penelitian ini adalah menambah referensi tentang
sama –sama di atur dalam peraturan perundang-undangan.
konsep Pola Kemitraan di Perkebunan Kelapa
sawit
yang
dilakukan
oleh
perusahaan.
B. KAJIAN TEORI 1. Landasan Teori
Secara Praktis Manfaat penelitian ini
a.
adalah sebagai berikut: a.
Bagi
Peneliti,
Memasuki era perdagangan bebas untuk
menambah
sekarang ini, pola kemitraan merupakan
wawasan dan pengetahuan tentang pola
salah
kemitraan yang dilakukan perusahaan
kerjasama dalam melakukan usaha yang
perkebunan
untuk
sudah mulai di lakukan di banyak negara.
petani.
Peran pemerintah dalam mengatur dan
sawit
mensejahterakan
b.
Kemitraan
masyarakat
satu
konsep
melakukan
Dan secara khusus dapat memberikan
menjembatani
gambaran tentang pelaksanaan pola
pengusaha besar, menengah dan kecil diatur
Kemitraan
yang dilakukan oleh PT.
dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (1)
MAS
dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 1997
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di sekitar
tentang
perkebunan sawit di Desa Upe.
bahwa:
Bagi Perusahaan Perkebunanan Kelapa Sawit, diharapkan
dapat mempelajari
pola
dalam
kemitraan
kemitraaan
yang
antara
menyebutkan
Kemitraan adalah Kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah 4
Dominikus Okbertus Srikujam, NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
atau dengan usaha besar disertai pembinaan
dengan Perkebunan adalah segala kegiatan
dan pengembangan yang berkelanjutan oleh
yang mengusahakan tanaman tertentu pada
usaha menengah atau usaha besar dengan
tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam
memperhatikan prinsip saling memerlukan,
ekosistem
saling
saling
memasarkan barang dan jasa hasil tanaman
menguntungkan. Kemitraan mengandung
tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan
makna sebagai tanggung jawab moral
dan teknologi, permodalan serta manajemen
pengusaha
untuk
memperkuat
dan
menengah/besar
untuk
membimbing dan membina pengusaha kecil
yang
sesuai,
mewujudkan
mengolah
kesejahteraan
dan
bagi
pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
mitranya agar mampu mengembangkan
Masuknya sawit di Kalimantan Barat
usahanya sehingga mampu menjadi mitra
mulai dirintis oleh Gubernur Kadarusno
yang handal untuk menarik keuntungan dan
(mantan Gubernur Kalimantan Barat) pada
kesejahteraan bersama (Agus,2005:11).
tahun 1970-an. Rencana pengembangan
Menurut
alasan
perkebunan kelapa sawit ini diawali dengan
Kemitraan
mengirim surat No. 01/A-1/X/13 tanggal 27
usaha haruslah berdasarkan asas sukarela
September 1974 dan surat No. 46/A-1/IV/13
dan suka sama suka. Dalam kemitraan harus
tanggal 22 April 1975 kepada Departemen
dijauhkan “kawin paksa”. Oleh karena itu,
Pertanian C.q Direktur Jenderal Perkebunan.
pihak-pihak yang bermitra harus sudah siap
Dalam
untuk
mengusulkan
terjadinya
Sigit
kemitraan
bermitra,
baik
(2011:1) adalah
kesiapan
budaya
suratnya
Gubernur
supaya
Direktur
Kadarusno Jenderal
maupun kesiapan ekonomi. Jika tidak, maka
Perkebunan Republik Indonesia mengadakan
kemitraan akan berakhir sebagai penguasaan
survey guna
yang besar terhadap yang kecil atau gagal
kemungkinan pembukaan perkebunan kelapa
karena tidak bisa jalan. Artinya, harapan
sawit di Kalimantan Barat.
yang satu terhadap yang lain tidak terpenuhi
c.
b. Perkebunan Kelapa sawit
mengetahui
kemungkinan-
Pola Kemitraan Perkebunan Sawit
Pola kemitraan di Indonesia lebih
Pembangunan Perkebunan Kelapa
banyak di gunakan di sektor Perkebunan
sawit di mulai sekitar tahun 1970 an dengan
dalam
dikembangkannya program PIR (Perkebunan
pengelolaan
usahanya.
Dalam
Undang-Undang No. 18 Tahun 2004 tentang
Inti
Rakyat)
dalam
rangka
program
Perkebunan menjelaskan yang di maksud
akselerasi pembangunan perkebunan. Istilah 5
Dominikus Okbertus Srikujam, NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
yang di gunakan adalah Nubleus Estate
Penyelenggaraan Perkebunan Kelapa Sawit
Smallholder
Pola Kemitraan, maka pola kemitraan
(NES).
Kemudian
istilah
tersebut merubah menjadi Perusahaan Inti
dilakukan dengan berbagai pola yaitu:
Rakyat Perkebunan (PIR-BUN), PIR-Trans
a.
Pola Koperasi Usaha Perkebunan 100%
dan KKPA (Koperasi Kredit Primer Untuk
b.
Pola Patungan 65% -35%
Anggota) (Undang,2006:47).
c.
Pola Patungan 80% - 20%
Dalam Ketentuan umum Peraturan Menteri
d.
Pola BOT (Build, Operate, Transfer),
Pertanian Nomor 98 Tahun 2013 Tentang
e.
Pola BTN (Bank Tabungan Negara),
Pedoman Perijinan Usaha Perkebunan pasal
f.
Pola-pola pembangunan lainnya yang
1 ayat 20, ayat 21, dan ayat 22 menjelaskan:
saling menguntungkan, memperkuat,
1.
Perusahaan Inti Rakyat
membutuhkan antara petani pekebun
2.
Perusahaan Inti Rakyat – Transmigrasi
dengan perusahaan perkebunan.
selanjutnya disebut PIR-TRANS 3.
Perusahaan Koperasi
Inti
Rakyat
Primer
Selain
–
untuk
membangun
perusahaan
yang
Kredit
tergabung di dalam RSPO (Roundtable
Anggota
Susteneble Palm Oil) wajib menggunakan
selanjutnya disebut PIR-KKPA Dalam
itu,
Prinsip FPIC (Free Prior and Informed
perkebunan
Consent) atau konsep persetujuan tanpa
kelapa sawit, Perusahaan Sawit di wajib kan
paksaan atas dasar informasi awal. Dimana
untuk menggunakan pola kemitraan. Pola
masyarakat Berhak untuk memberi atau
Kemitraan usaha perkebunan sendiri di atur
tidak memberi persetujuan tanpa paksaan
secara dalam Keputusan Menteri Pertanian
atas dasar informasi awal atas segala
No
tentang
tindakan yang mempengaruhi tanah, wilayah
Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian .
serta sumber daya alam mereka (Colchester
Kemenpen
dan Maurizio, 2007:1).
940/Kpts/OT.210/10/1997
ini
menjelaskan
bahwa
Kemitraan usaha pertanian dapat dilakukan
Dalam rangka melakukan kemitraan
dengan pola : Inti Plasma, Sub kontrak,
usaha,
Dagang Umum, Keagenan, Pola KOA
memiliki Hak dan Kewajiban yang harus di
Pola
sawit
jalan kan. Hal ini di atur di dalam Peraturan
Sanggau sebagaimana diamanatkan dalam
Daerah Kalimantan Barat Nomor 18 tahun
Peraturan
2002 Tentang Perkebunan Inti Rakyat.
Daerah 3
di
Perkebunan
Kabupaten
Nomor
kemitraan
Perusahaan
Kabupaten
Tahun
2004
Sanggau Tentang
6 Dominikus Okbertus Srikujam, NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Aturan
Tentang
Pola
Kemitraan
kekayaan flora-fauna ternyata beralih fungsi
dalam usaha perkebunan juga termuat di
menjadi
dalam Peraturan Menteri Negara BUMN
mempunyai nilai ekonomi tinggi hanya
nomor
mencari keuntungan sesaat, karena dalam
PER-05/MBU/2013
Tentang
bentuk
perkebunan
panjang
yang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
jangka
Negara BUMN nomor PER-05/MBU/20007
mengakibatkan kerusakan alam. (Muzakah
Tanggal 27 April 2007 tentang Program
dan Fatmawati,2010:41).
kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan
dikhawatirkan
Dampak negatif lainya yang muncul
dan Program bina lingkungan. Pada pasal 11
adalah
ayat 2 huruf e menyatakan bahwa ruang
masyarakat dan pemilik perkebunan yang
lingkup PKBL yaitu: 1). Bantuan korban
dipicu persoalan penguasaan lahan. Konflik
bencana alam; 2). Bantuan pendidikan
muncul di antaranya karena tumpang tindih
dan/atau pelatihan; 3). Bantuan peningkatan
lahan perkebunan dan lahan masyarakat,
kesehatan;
ganti rugi tidak sesuai, perkebunan sawit
4).
Bantuan
pengembangan
banyak
sarana ibadah; 6) Bantuan pelestarian alam,
produksi, tuntutan program kepedulian pada
7) Bantuan Transportasi untuk buruh, dan 8).
masyarakat sekitar yang dinilai kurang, serta
Bantuan
kurangnya
dalam
rangka pengentasan kemiskinan.
pemahaman
hutan
antara
yang
Kemasyarakatan
kawasan
konflik
prasarana dan/atau sarana umum;5). Bantuan
Sosial
masuk
terjadi
sosial
lindung,
budaya
masyarakat setempat oleh pihak pemilik
d. Konflik di Perkebunan Kelapa
perkebunan. (Arkanudin, 2013:1). Menurut Karl Max, Konflik sosial
Sawit Dengan dibukanya perkebunan sawit di beberapa kabupaten
disatu sisi bisa
adalah pertentangan antara segmen-segmen masyarakat untuk merebut aset-aset bernilai.
berakibat positif, perekonomian masyarakat
Bentuk
mulai menampakkan peningkatan, namun
bermacam-macam, yakni konflik antara
perubahan
negatif,
individu, kelompok , atau bangsa. Marx
terutama adanya kerusakan lingkungan alam.
mengatakan bahwa potensi-potensi konflik
Pembukaan lahan sawit berarti mengalihkan
terutama terjadi dalam bidang pekonomian,
fungsi hutan tadinya
dan
tersebut
berakibat
berfungsi
sebagai
wadah menjaga kelestarian alam berupa fungsi
hutan
mencegah
longsor
ia
dari
pun
konflik
sosial
memperlihatkan
itu
bisa
bahwa
perjuangan atau konflik juga terjadi dalam
dan 7
Dominikus Okbertus Srikujam, NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
bidang
distribusi
prestise/status
dan
kekuasaan politik. Marx
(2010) tentang Pola Pengendalian Sosial Berbasis
juga
mengkaitkan
antara
Perkebunan
Pranata
Lokal
Kelapa
Di
Sawit
wilayah Kabupaten
resources dengan kekuasaan kelas yang
Bengkayang. Penelitian ini mengambar kan
terkait
bagaimana
dengan
kepemilikan
property.
permasalah-permasalah
Kekuasaan penguasa dalam pemanfaatan
perkebunan kelapa sawit di lihat dari faktor
sumber daya alam seringkali membuat
adat istiadat setempat. Hasil dari penelitian
petani tersingkirkan dengan keterbatasannya.
ini
Dengan
perkebunan
kelapa
berperan
membantu
keberadaan
demikian
Marx
masyarakat
mengkritik
kapitalis
dan
menyatakan
bahwa
pembangunan
sawit
seharusnya meningkatkan
membaginya dalam dua pembagian kelas
penghasilan masyarakat, namun yang terjadi
yaitu: kelas yang berkuasa dan kelas yang
justru menimbulkan konflik pertanahan.
dikuasai, kelas atas dan kelas bawah. Dalam
Hasil penelitian lainnya yang sangat relevan
sistem produksi kapitalis, kedua kelas saling
adalah hasil penelitian skripsi oleh Billy
berhadapan. Kelas atas adalah pemilik
Agriva Sinulingga pada tahun 2009. Tentang
modal (borjuis) dan kelas bawah adalah
Evaluasi
kelas buruh (proletar). Kelas atas menguasai
PT.Perkebunan Nusantara III Dengan Usaha
bidang produksi dan kelas bawah harus
Kecil (Kasus Kota Medan). Penelitian ini
tunduk terhadap kekuasaan kelas atas. Relasi
ingin melihat sejauh mana praktek-praktek
antar kelas tersebut merupakan relasi yang
tanggung
eksploitatif.. Sedangkan konflik pemilikan
lakukan. Hasil penelitian ini memperlihatkan
tanah yang terjadi di Desa Upe ini
bahwa pola kemitraan yang di bangun akan
merupakan konflik perebutan lahan untuk
lebih erat apabila program Tanggung Jawab
memperoleh sumber-sumber ekonomi yang
Sosial Perusahaan di lakukan dengan benar.
terjadi antara penguasa (pemilik modal) dan
Meskipun
petani sebagai rakyat kecil.( Tifani,2013:1).
pelaksanaannya, namun kemitraan yang di
Terhadap
Jawab
Sosial
memiliki
Kemitraan
Perusahaan
kendala
di
dalam
bangun tetap berjalan. bahkan kemitraan 2. Hasil Penelitian yang Relevan
terjadin terikat secara non-formal. Artinya
Hasil penelitian yang relevan dengan
tidak ada perjanjian mengikat secara tertulis
penelitian ini adalah hasil penelitian yang di
tetapi karena adanya kepercayaan antara
lakukan oleh Muzakah dan Fatmawati
kedua belah pihak yang bermitra. 8
Dominikus Okbertus Srikujam, NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Kemitraan
C. METODE PENELITIAN
di PT.MAS, maka peneliti
mewawancarai informan yang memiliki informasi
1. Jenis Penelitian Jenis
penelitian
yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif
dengan
pendekatan
yang
di
perlukan.
Adapun
informan akan di bagi menjadi 2 yaitu informan Kunci dan informan biasa.
analisis
deskriptif, yaitu penelitian berupa kata-kata
4. Teknik Keabsahan Data
lisan atau tulisan tentang tingkah laku
Adapun sifat keabsahan data dilihat
manusia yang dapat diamati (Taylor dan
dari obyektifitas dalam subyektifitas, untuk
Bogdan, dalam Ivanovich 2003:1).
dapat mendapat data yang obyektif berasal dari unsur subyektifitas obyek penelitian, yaitu
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
bagaimana
menginterpretasikan
Lokasi penelitian dilakasanakan di
realitas sosial terhadap fenomena-fenomena
Desa Upe, Kecamatan Bonti, Kabupaten
yang ada, selanjutnya teknik keabsahan data
Sanggau. Sedangkan Waktu Penelitian di
adalah
lakukan pada rentang Tahun 2012-2014.
triangulasi,
yaitu
pengecekan
kembali
kepercayaan
3. Objek dan Subjek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi sasaran
adalah
masyarakat
dengan
disekitar
menggunakan
data
adanya
mengadakan
terhadap yang
teknik
derajad
berasal
dari
wawancara, yaitu dengan membandingkan dari hasil
wawancara yang telah disusun
perkebunan kelapa sawit PT. MAS di Desa
kepada beberapa informan, nara sumber dan
Upe, Kecamatan Bonti Kabupaten Sanggau
referensial.
yang menjadi Mitra PT.MAS dan penerima manfaat
Program
Kemitraan.
Penulis
menentukan sumber data ini berdasarkan metode purposive yaitu teknik penentuan
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
informan dengan pertimbangan tertentu yakni sumber data yang dianggap benar-
1. Pelaksanaan Pola Kemitraan
benar memiliki informasi yang di perlukan
PT.MAS dan Petani Plasma
oleh peneliti. Untuk mendapatkan informasi
a.
yang
lebih
lengkap
mengenai
pola
Pelaksanaan
Kemitraan
Lahan. 9
Dominikus Okbertus Srikujam, NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Konflik lahan pun menjadi agenda
uang pembayaran atas suatu lahan hanya
prioritas yang harus di selesai kan oleh
sebesar Rp. 25.000/Ha. Setelah dilakukan
PT.MAS dan Petani Plasma. Bibit-bibit
pembayaran
konflik terkait lahan ini sudah terlihat ketika
dengan pengelolaan lahan berupa land
PT.MAS
Derasa
clearing atau pembersihan lahan. Masalah
sebagai upaya pengambil alihan tanah
muncul ketika ada beberapa masyarakat
masayarakat yang akan di gunakan untuk
yang kemudian menolak menyerahkan lahan
membangun perkebunan kelapa sawit nya.
untuk di land clearing karena ganti rugi
Saat sosialisasi dilakukan, masyarakat hanya
tanah atau Derasa yang tidak masuk akal
diminta menyerahkan lahan seluas 7,5 Ha.
dan sangat kecil jumlahnya. Selain itu,
Dari luas tersebut, maka yang akan kembali
masyarakat juga takut tanah milik nya habis
kepada petani/pemilik lahan seluas 2 Ha
dan
yang
menanam kebun karet.
menggunakan
merupakan
istilah
lahan
milik
tidak
masyarakat/Kebun Plasma. Sedangkan sisa
Derasa,
ada
maka
untuk
dilanjutkan
berladang,
dan
Tapi menurut UR, Masyarakat tidak
lahan yang tidak dikembalikan kepada
menolak
masyarakat akan dijadikan sebagai lahan
manajemen perkebunan. Karena pola yang
inti/Kebun Inti. Dalam kenyataannya tidak
diterapkan adalah pola 7,5. 2 hektar untuk
semua Kepala Keluarga yang ada di Dusun
plasma, 5 hektar untuk inti, 0,5 Hektar untuk
Seribot memiliki lahan seluas 7,5 Ha. Hal ini
fasilitas.
kemudian
masyarakat
tidak
sebab saat sosialisasi pihak perusahaan tidak
menyerahkan
7,5
menjelaskan kepada masyarakat mengenai
menyerahkan 3,5 hektar. perhitungan bagi
pola perkebunan yang akan diterapkan.
plasmanya tetap mengunakan 7,5 hektar.
menjadi
persoalan
tersendiri,
sawit,
namun
Namun
menolak
pada
kenyataannya
semua hektar.
pola
mampu Ada
yang
Setelah proses penyerahan lahan
perhitunganan total penyerahan di kali
dilakukan oleh masyarakat, maka dilakukan
26,6% maka di dapat besaran hektaran
perjanjian
plasma. sehingga ada
antara
perusahaan
dengan
masyarakat yang
masyarakat yang menyerahkan lahannya.
hanya mendapatkan 1,5 hektar perkapling.
Proses penyerahan lahan dilakukan oleh
Jauh dari luasan ideal dua hektar perkapling.
masyarakat, namun pihak perusahaan tidak
Untuk Desa Upe total areal yang
memberikan ganti rugi. Pihak perusahaan
diserahkan sebesar 4.000 Ha yang meliputi
hanya memberikan Derasa. Derasa atau
Dusun
Upe,
Seribot
dan
RT
Entiop. 10
Dominikus Okbertus Srikujam, NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Sedangkan Dusun Kadak dan Lanong tidak
pembangunan perkebunan kelapa sawit.
dapat menyerahkan lahan mereka karena
Menurut HD, saat sosialisasi masuknya
merupakan areal konsesi Hutan Tanaman
PT.MAS di Desa Upe, pihak perusahaan
Industri (HTI).
sudah menjanjikan akan menyerahkan kebun
Untuk menanam kebun sawit di
plasma selambat-lambatnya 3 Tahun sejak
wilayah Desa Upe, PT.MAS memperoleh
penanaman pertama. Namun sampai tahun
ijin berdasarkan surat ijin lokasi nomor 400-
2002, atau 6 (enam) tahun sejak penanaman
54/IL-99 tanggal 8 Januari 1996 dengan
pertama, belum ada kejelasan pembagian
luasan yang dicadangkan seluas 30.000 Ha.
kebun plasma petani. Protes di lakukan
Namun untuk PT.MAS II sendiri, di dapat
petani
untuk lahan inti 2.632 Hektar dan lahan
Demontrasi ke Kantor PT.MAS Pihak
plasma 1.385 hektra yang sesuai dengan
perusahaan
MOU
membiarkan
antara
PT
mas
dengan
KUD
plasma
dengan
tidak
melakukan
bergeming
masyarakat,
dan
termasuk
mathiying hija. Namun data ini agak berbeda
perempuan dan anak-anak bertahan selama 3
dari data KUD Mathiying Hija. Menurut
jam didepan gerbang. Dalam situasi ini,
AN, Untuk keseluruhan lahan Perkebunan
masyarakat
Kelapa Sawit PT. MAS II, ada perbedaan
memanjat gerbang perusahaan. Amukan
luas antara versi KUD dan versi Perusahaan.
masyarakan meruntuhkan pagar perusahaan
luas plasma yang tercatat di KUD sebesar
dan
1.262.05 hektar. Selisih 123,05 Hektar dari
menangkapi mereka. Perlawanan masyarakat
luasan Plasma versi Perusahaan.
yang tidak seimbang menyebabkan 4 orang
Perbedaan luas kebun plasma sangat
mulai
aparat
masuk
mulai
dan
mereka
mengintimidasi
dan
ditahan dan kasusnya disidang di Pengadilan
berpengaruh terhadap terbitnya sertifikat
Sanggau
petani yang belum di bagikan hingga
perusakan
sekarang. Selisih 123,05 hektar bukan lah
diancam dengan Pasal 170 KUHP. Empat
jumlah yang sedikit. Ini dapat di katakan
orang tersebut diputus bersalah dengan
sebagai konflik yang lahir dari konflik
hukuman 1-2 tahun penjara.
sebelum nya yang belum terselesai kan. Masalah sengketa lahan kembali
dengan secara
tuntutan
"melakukan
bersama-sama"
dan
Sebagai solusi dari permasalahan penetapan
lahan
plasma
ini,
PT.MAS
muncul di tahun 2002 ketika masyarakat
menawarkan Pola Akuan yaitu pemberian
menuntut janji PT.MAS saat sosialisasi awal
kebun plasma sementara, namun belum pasti 11
Dominikus Okbertus Srikujam, NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
pemilik plasma memiliki kebun plasma
menjadi
anggota
tersebut. Pola Akuan ini berlaku mulai tahun
(KUD).
kewajiban
2002-2009. Hingga terbitnya SK Bupati no
Peraturan Daerah Kalimantan Barat No.18
311 tahun 2009 tentang Penetapan Petani
tahun 2002 tentang Perkebunan Inti Rakyat
Untuk
Pola
pasal 8 ayat 2 (b) yang menyatakan bahwa
Kemitraan KUD Maything Hija dengan PT.
petani peserta PIR wajib Menjadi anggota
MAS.
Berdasarkan SK Bupati Sanggau
kelompok tani dan anggota KUD pada
tersebut, Calon petani Plasma yang bernaung
wilayah PIR Perkebunan yang bersangkutan.
di
KUD Mayting Hija.Apabila
Untuk memenuhi kewajiban tersebut, maka
jumlah lahan di bagi rata dengan jumlah
semua petani plasma di wilayah Perkebunan
calon petani plasma, maka setiap masing-
PT.MAS menjadi anggota KUD Mayting
masing calon plasma akan mendapatkan
Hija dan KUD Khapeta. KUD Kapetha
lahan seluas 1,5 Hektar/kapling. Luasan ini
menaungi petani plasma yang merupakan
tidak lah sesuai seperti yang di janjikan oleh
lokasi PT. MAS wilayah Kecamatan Parindu
Pihak
dengan jumlah 661 KK dengan luas plasma
Sertifikasi
bawah
perusahaan
mengambil
tanah
Lahan
Plasma
ketika
akan
di
Desa
atur
dalam
1.162 Ha. Sedangkan di lokasi penelitian
lahan
kebun plasma dikelola oleh KUD Maything
plasma yang di tetapkan oleh pemerintah
Hija di wilayah Kecamatan Bonti dengan
seluas 1.309,71 Hektar berbeda dengan data
jumlah petani plasma 791 KK dengan luas
plasma yang buat oleh PT.MAS seluas
kebun plasma 1.385 Ha.
Terlebih
yaitu
ini
Unit
2
Hektar/Kapling.
masyarakat
masuk
Koperasi
luasan
1.385,00 hektar dan KUD seluas 1.262.05 Hektar.
KUD menjembatani Petani plasma menjual TBS ke Pabrik Kebun Sawit PT.MAS. Menurut AN, rata-rata tonase yang
b. Pelaksanaan Kemitraan Bagi
antara 3 ton hingga 4 ton Perkapling
Hasil Sebagai
di peroleh setiap petani plasma berkisar
petani
Perbulan. Apabila merujuk pada harga
yang
produk sawit pada tahun 2013 untuk umur
mengkoordinir
tanam 10-20 tahun, harga tertinggi tercatat
pemeliharaan/perawatan, panen, transport
pada bulan Desember dengan harga Rp.
dan penjualan hasil produksi di Perkebunan
1.808,77/kg.
Kelapa sawit, maka petani plasma wajib
tercatat pada bulan Januari Rp. 994.81/kg.
peserta/kelompok berfungsi
wadah tani
plasma
sedangkan
harga
terendah
12 Dominikus Okbertus Srikujam, NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Sehingga apabila di ambil dari harga
30% dari hasil penjualan kredit Petani mulai
terendah,
tahun 2002.
setiap
petani
mempunyai
pendapatan kotor rata-rata 4000 KG x Rp.
Ketidak tahuan masyarakat akan
994.81= Rp. 3.976.000,-/bulan. Hasil ini,
informasi kredit dan besarannya di akui AN.
menurut HD hasil ini belum lah di katakan
Menurut
nya,
masyarakat
layak, mengingat masih banyak potongan
bersama
KUD
membentuk
dari pihak KUD. potongan yang sering di
menanyakan sisa kredit ke pihak perusahaan
lakukan adalah potongan Jasa Pelayanan 3%
dan Pemerintah Deaerah Sanggau. Dan pada
dan potongan perawatan jalan 1%. Namun
tahun 2008 diketahui bahwa pertani telah
pemotongan perawatan jalan ini di tiadakan
membayar kredit lebih dari yang ditentukan
akibat banyak petani yang protes disebabkan
melalui
setelah hasil dipotong, jalan blok tetap di
525/450/EK.A tanggal 21 Februari 2006,
biarkan tidak terurus. Sebelum nya pun hasil
dengan besaran kredit Petani Plasma sebesar
penjualan TBS petani di potong untuk
Rp. 17.783.000/Ha.
membayar Kredit plasma sebesar 30%.
surat
Bupati
Jumlah
ini
berinisiatif tim
Sanggau
menurut
HD
untuk
Nomor
pada
Menurut UR, Pihak Perusahaan baru
awalnya sangat berat bagi petani. Karena
bisa menetapkan besaran nilai kredit petani
pembayarannya melalui pemotongan 30%
plasma pada tahun 2006. Ini di karenakan
hasil penjualan TBS. dengan tahun tanam
penetapan nilai akad kredit yang di ajukan
yang masih muda dan produksi belum
oleh PT. MAS pada tahun 2001, tidak di
banyak, pemotongan
setujui oleh Bupati Sanggau. Dalam suratnya
petani plasma sulit mendapatkan hasil yang
bernomor 525.1/2585/Hut-Bun tanggal 20
cukup
November 2001, Bupati Sanggau meminta
ekonominya.
Pihak PT.MAS untuk mempertimbang kan
untuk
30% ini membuat
memenuhi
kebutuhan
Pemotongan 30% hasil penjualan
kembali besaran nilai kredit karena dianggap
TBS
oleh
perusahaan
melalui
KUD
terlalu besar dari perusahaan lainnya yang
dilakukan selama 5 Tahun sejak tahun 2001
tahun tanamnya lebih muda dari tahun tanam
hingga tahun 2006. Hingga, menurut Ander,
kebun PT.MAS. meskipun belum di setujui
ada tuntutan masyarakat agar perusahaan
Bupati, Pihak PT.MAS tetap melakukan
menjelaskan berapa total keseluruhan kredit
pemotongan kredit melalui KUD sebesar
petani. Karena petani sangat di beratkan oleh pemotongan ini. Dari penjelasan pihak 13
Dominikus Okbertus Srikujam, NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
perusahaan,
di
temukan
bahwa
petani
2008
sudah
mengembalikan
sisa
plasma sudah melunasi kredit nya bahkan
pemotongan kredit tersebut kepada petani.
sudah melebihi dari nilai flafond yang di
Dengan adanya pengembalian pemotongan
tetapkan oleh perusahaan yang disetujui
tersebut,
bupati.
pengembalian Rp. 10.000.000 hingga Rp. HD
mengilustrasikan,
apabila
rata-rata
petani
mendapatkan
40.000.000/ KK. Pengembalian ini, menurut
mengambil harga terendah umur tanam sawit
HD,
10 tahun pada bulan januari 2013 sebesar
Kaget”. karena awalnya petani plasma tidak
Rp.
menyangka
994.81,-
perkapling
,
2
dengan
perkaping,
akan
mendapatkan
maka
pengembalian uang begitu besarnya. Uang
pendapatan petani pada bulan tersebut
kaget ini membuat petani menjadi kaya
adalah
Kapling/bulan.
sejenak dengan membeli barang-barang
Jumlah ini di potong untuk pembayaran
konsumtif seperti Mobil, Motor, Perabot
kredit sebesar 30% atau sama dengan
rumah tangga, dan lain sebagainya.
Rp.596.400/ bulan. Hasil ini dikalikan 60
Standar Mutu Tanda Buah Segar Kelapa
bulan maka akan di dapat angka Rp.
Sawit sudah di tetapkan dalam Peraturan
35.784.000,/KK.
Menteri
Rp.
ton
penghasilan
disebut masyarakat sebagai “Uang
1.988.000/
Hasil ini tentu melebihi
Pertanian
beban kredit petani yang di tetap kan
No.395/kpts/OT.140/11/2005
pemerintah sebesar Rp. 17.783.000/Hektar
Pedoman
atau mengambil rata-rata kepemilikan lahan
Tandan Buag Segar (TBS) Kelapa Sawit
plasma yang 1,5 Hektar/KK maka akan di
Produksi Pekebun. Namun untuk menjaga
dapat
turunnya kualitas CPO, PT.MAS membuat
angka
beban
kredit
Rp.
Penetapan
Pembelian
26.674.500/Kapling. Sehingga pengembalian
kesepakatan
sisa kredit kepetani plasma
rata-rata
bermitra. Rapat koordinasi tersebut di
mencapai Rp. 10.000.000/KK. Sisa ini tentu
laksanakan pada 19 April 2012 yang
bisa lebih besar lagi melihat harga akan terus
menghasilkan 6 butir kesepakatan.
naik sesuai dengan tahun tanam pohon sawit. Dengan
UR,
Koordinasi
yang
ini
dilakukan karena turun nya kualitas CPO
sisa
dari Pabrik Pengolahan TBS milik PT.MAS
perusahaan.
yang berakibat pada enggan nya konsumen
Menurut UR, pihak perusahaan pada tahun
membeli CPO dari PT.MAS. menurun nya
menuntut
pemotongan
kredit
sederhana
Menurut
KUD-KUD
ini,
petani
hitungan
dengan
Harga
tentang
pengembalian kepada
14 Dominikus Okbertus Srikujam, NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
kualitas CPO tersebut di karenakan beberapa
Manurut UR, belum diketahui secara pasti
faktor yaitu Buah mentah, Buah pasir ( TBS
besarnya kerugian yang di tanggung oleh
kebun swadaya), Janjang kosong / buah
pihak perusahaan akibat pencurian TBS
busuk, Tangkai panjang dan Kontaminasi
kebun inti ini. Satuan pengamanan (Satpam)
(air, tanah, pasir, sampah, batu dll). Apabila
yang dibentuk perusahaan tidak mampu
di temukan ke lima unsur yang merusak
untuk mencegah pencurian kebun inti.
standar TBS tersebut. akan di tolak untuk di
Malah ada indikasi Satpam ikut bermain
proses selanjutnya.
dalam proses pencurian baik secara langsung
Intensitas penolakan
hasil TBS petani dibenarkan oleh semua
maupun tidak langsung.
narasumber. Bahkan saat penelitian ini
Pencuri TBS kebun inti ini di kenal
dilakukan, kelompok tani HD baru saja di
masyarakat dengan sebutan Gayus. Nama
denda karena tangkai panjang. Dari 9000 kg
Gayus di gunakan merujuk pada sosok
hasil panen kelompok saat itu, Di potong 68
Gayus Tambunan Pegawai Pajak yang
kg karena tangkai panjang. Menurut AN,
melakukan korupsi uang pajak milyaran
kesalahan-kesalahan seperti ini bukan nya
rupiah. Gayus-Gayus ini melakukan aksi
tidak
petani
pencurian pada malam hari. Hasil pencurian
menginginkan hasil yang besar dengan
kemudian di jual kepada penampung yang
melakukan kecurangan-kecurangan tanpa
membeli di bawah harga standar. Biasanya
melihat kecurangan itu berakibat pada
penampung
menurunnya kualitas CPO Perusahaan.
swadaya yang bisa menjual TBS ke pabrik
di
sengaja.
Tapi
karena
merupakan
pemilik
kebun
Menurut UR, ada beberapa lahan
dengan menumpang pada hasil TBS kebun
plasma yang menghasilkan hingga 30 ton
Plasma. Praktek pencurian kebun inti bukan
TBS per kapling. Karena ada TBS Plasma
nya tidak pernah di tangani oleh perusahaan.
yang di tumpangi dari kebun Swadaya. Ini
Banyak dari gayus-gayus ini yang tertangkap
masalah besar buat perusahaan. Perusahaan
dan di proses hukum. Baik hukum adat
sangat di rugikan karena membeli buah dari
maupun hukum negara. Namun praktek
tahun tanam muda di bawah 10 tahun. Kuat
pencurian TBS kebun inti tetap marak
dugaan juga ini merupakan hasil dari
hingga sekarang.
pencurian kebun inti yang sangat marak saat
Menyikapi hal ini, menurut UR,
ini. Maraknya pencurian TBS kebun inti di
pihak
Perusahan
PT.MAS membuat gerah pihak perusahaan.
membentuk
Badan
bersama
masyarakat
Keamanan
Bersama 15
Dominikus Okbertus Srikujam, NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
(BKB)
dalam
meminimalisir
pencurian
Dalam aturan ini ruang lingkup kewajiban
kebun inti. BKB beranggotakan aparat Desa,
tanggung jawab social perusahaan meliputi
tokoh
masyarakat.
1). Bantuan korban bencana alam; 2).
Pengurus BKB mendapatkan insentif dari
Bantuan pendidikan dan/atau pelatihan; 3).
perusahaan yang besarannya enggan di
Bantuan peningkatan kesehatan; 4). Bantuan
kemukakan oleh pengurus BKB. keberadaan
pengembangan prasarana dan/atau sarana
BKB ini tidak serta merta di terima oleh
umum; 5). Bantuan sarana ibadah; dan 6)
Masyarakat.
Bantuan pelestarian alam.
agama,
dan
Menurut
tokoh
HD
yang
juga
merupakan Ketua BKB, banyak masyarakat
Sejak masa penanaman hingga saat
yang menolak keberadaan BKB karena
ini, pihak PT.MAS hanya membangun
beban adat yang di kenakan terlalu besar dan
jaringan Jalan Poros dan jaringan Jalan Blok
tidak sesuai dengan ketentuan adat di
serta satu buah Taman Kanak-kanak (TK)
kampung
saja
masing-masing.
Mengingat
untuk
memenuhi
kewajiban
nya
pemberlakukan hukum adat berbeda di
membangun fasilitas umum. Sedangkan
setiap kampung. Menurut UR, Keberadaan
fasilitas-fasilitas umum lainya yang di
BKB akan di evaluasi setiap 3 bulan sekali.
janjikan akan di bangun seperti Rumah sakit,
apabila kasus pencurian terus terjadi, maka
Sekolah, Rumah Ibadah belum ada sama
kemungkinan besar BKB akan di bubarkan
sekali. UR berdalih bahwa pihak perusahaan
dan proses pencurian kebun inti akan
sudah membangun mess karyawan dan
langsung di tangani oleh pihak kepolisian.
perkantoran untuk menunjang operasional perusahaan. Namun menurut JK, hal ini
c.
Pelaksanaan Tanggung Jawab
bukan lah merupakan fasilitas yang dapat di
Sosial Perusahaan.
rasakan oleh publik. Tapi hanya di rasakan
Untuk
melihat
PT.MAS
oleh pihak perusahaan saja. Dengan kata
sudah melaksanakan Tanggung Jawab social
lain, mess dan perkantoran bukan lah
kepada masyarakat di wilayah kerjanya,
fasilitas umum. Hanya TK yang di bangun
maka penulis merujuk kepada Peraturan
oleh perusahaan yang di rasakan manfaatnya
Menteri
oleh masyarakat.
Negara
apakah
BUMN
nomor
PER-
05/MBU/2007 tanggal 27 april 2007 tentang
Untuk kewajiban Bantuan pendidikan
Program kemitraan BUMN dengan usaha
atau
pelatihan
menurut
HD,
pihak
kecil dan dan Program bina lingkungan.
perusahaan hanya memberikan petunjuk 16
Dominikus Okbertus Srikujam, NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
teknis
bagaimana memanen dan merawat
kebun
saat
pertama
kali
panen
saja.
Menurut UR, pihak perusahaan sudah menyerahkan
kepada
mandor
untuk
Selebihnya masyarakat belajar sendiri. Hal
melakukan pembinaan perawatan kebun
ini di bantah oleh Pihak Perusahaan.
plasma. Kendala lain manurut HD adalah
Menurut UR, Pihak nya sudah memberikan
kelangkaan pupuk subsidi. Hal ini di yakini
pelatihan dan pembinaan terhadap mandor-
nya karena adanya permainan oleh oknum
mandor yang bekerja di lapangan. Tugas
distributor pupuk subsidi dengan menjual
mandor-mandor tersebut lah yang membina
pupuk
petani plasma. Dari penuturan JK, mandor-
Sehingga pupuk subsidi yang seharusnya di
mandor hanya mengawasi pemanenan kebun
peruntukan
inti
didapatkan.
saja.
Tidak
pernah
melakukan
bersubsidi
untuk
kepada
kebun
petani
plasma,
inti.
sulit
pembinaan terhadap petani plasma apalagi petani swadaya. Petani swadaya benar-benar bekerja sendiri dan mendapat pengetahuan
E. PENUTUP
sendiri teknis mengelola kebun sawit. Untuk
merawat
Kebun
Plasma,
petani melakukan nya secara sendiri-sendiri
a.
Simpulan 1. Pola kemitraan terkait dengan lahan
dan berkelompok yang di sebut Royong.
telah
Royong di lakukan 2 kali selama satu bulan.
perusahaan
Apabila terhadap anggota kelompok yang
sebagai mitra. Petani plasma sebagai
tidak ikut Royong, akan di kenakan dengan
mitra selalu menjadi pihak yang di
sebesar Rp. 100. 000 Per sekali royong.
rugikan.
Namun menurut AN, hanya 60% dari jumlah
lahan
anggota
Perusahaan, versi KUD, dan versi
Kelompok
yang
melakukan
melahirkan dan
konflik petani
plasma
Akibat
perbedaan
luas
plasma
antara
versi
perawatan kebun plasma nya. Kendalanya
Pemerintah
Daerah.
jalan blok
menyulitkan
Badan
yang rusak sehingga sulit
antara
Pertanahan
membawa pupuk menuju kebun . Dan tidak
Nasional
ada petunjuk dan pembinaan penyuluhan
sertifikasi. Sehingga petani terancam
dari
tidak bisa memiliki sertifikat hak
pihak
perusahaan
khususnya
plasma.
tim
melakukan
Sehingga
proses
milik atas lahannya.
17 Dominikus Okbertus Srikujam, NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
2. Pelaksanaan system Bagi Hasil, masih
belum
PT.MAS
lebih
terbuka
dalam
sesuai
menyelesaikan konflik dengan Petani
perjanjian. Seperti pihak perusahaan
Plasma. Bukan malah membenturkan
tidak menerima hasil TBS kebun
petani plasma dengan masyarakat.
swadaya
berjalan
4.
masyarakat
dengan
5.
berbagai alasan. 3. Pelaksanakan
Tanggung
Jawab
PT.MAS
melalui
dana
menciptakan
pendapatan
agar
dan
petani
melakukan
membangun Fasilitas umum tidak
menambah penghasilannya.
konsisten
dan
6.
Petani
perbuatan
plasma
dan
bisa
alternative
masyarakat
Sosial Perusahaan, PT. MAS belum
secara
CSR
pidana
tidak untuk
masyarakat
di
berkesinambung dalam melakukan
harapkan bisa menambah penghasilan
bimbingan dan pembinaan terhadap
dengan tidak melanggar hukum.
petani plasma. DAFTAR PUSTAKA b. Saran Agar pelaksanaan Pola kemitraan yang dilakukan oleh PT.MAS berjalan dengan baik dan tidak melanggar peraturan yang berlaku, maka di sarankan : 1.
Harus ada kesamaan pandangan antara PT.MAS, KUD dan Pemerintah untuk menetapkan sehingga
luasan
tidak
lahan
menghambat
plasma proses
sertifikasi lahan plasma. 2.
PT.MAS segera membangun fasiltasfasilitas umum yang telah di janjikan.
3.
PT.MAS
perlu
lebih
sering
berkomunikasi dan berdialog dengan masyarakat terkait informasi-informasi tentang petani plasma.
Buku-Buku: Agusta, Ivanovich, TeknikPengumpulandanAnalisis kualitatif, LitbangPertanian Bogor.
2003, data
Colchester, Marcus., Jiwan N, Andiko, Sirait M, Firdaus A.Y, Surambo, Pane H. 2006. Promised Land: Palm Oil and Land Acquisition in Indonesia - Implications for LocalCommunities and Indigenous Peoples. Jakarta. Forest Peoples Programme, Perkumpulan Sawit Watch. HuMA and the World Agroforestry Centre. Colchester, Marcus,. Ferrari, Maurizio Farhan.2007. Menjadikan FPIC Berjalan: Tantangan dan Peluang bagi Masyarakat Adat.Jakarta.Forest Peoples Programme, Moreton-in-Marsh. Dewanto, Agus Adi. 2005. Perjanjian Kemitraan dengan Pola Inti Plasma pada Peternak Ayam Potong/Broiler di 18
Dominikus Okbertus Srikujam, NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Pemerintahan Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. Tesis. Program Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro. Ernawati HD.tt. Implementasi Kemitraan Agribisnis Kelapa Sawit di Provinsi Jambi. Jambi. Universitas Jambi. Fadjar, Undang. 2006.Kemitraan Usaha Perkebunan, Perubahan Struktur yang belum lengkap.Bogor. Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. Munir,Arie, 2008, LicinnyaMinyakSawit. Pontianak: WalhiKalbar. Natawidjaja, Herdradjat.2013. Kebijakan Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan. Jogjakarta. Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Pahan,Iyung. 2010, PanduanLengkapKelapaSawit, ManajemenAgribisnisdari Hulu hinggaHilir. Jakarta PenebarSwadaya. Saragih, Jefri Gideon.2011. Cap Buruk Perkebunan SawitBerawaldanBerakhir Di PenataanRuang. Jakarta. Sawit Watch Shanhaji, Muzakkah., Fatmawati, Basuni. 2010, Pola Pengendalian Sosial Berbasis Pranata Lokal di Wilayah Perkebunan Sawit Kabupaten Bengkayang. Pontianak: Universitas Tanjungpura Sinulingga, Billy Agriva.2009. Evaluasi Terhadap Kemitraan PT.Perkebunan Nusantara III Dengan Usaha Kecil (Kasus Kota Medan). Medan. Universitas Sumatera Utara. Siraid,Mertua, 2009, Masyarakatadatdanekspansiperkebunansa wit di Kalimantan Barat. Jakarta: Cordaid.
Sumber Internet : Colchester, Marcus,. Ferrari, Maurizio Farhan.2007. Menjadikan FPIC Berjalan: Tantangan dan Peluang bagi Masyarakat Adat.Jakarta.Forest Peoples Programme, Moreton-in-Marsh. Tifani, ayu. 2013. Konflik Menurut Karl Marx. Di ambil pada tanggal 2 April 2015 dari https://ayutifanikartika.wordpress.com/2013/ 05/27/1-konflik-menurut-karl-marx-teoriteori-sosial-yang-menekankan-beberapa/ Arkanudin.2013. Dua Juta Penduduk Kalbar Bergantung Pada Sawit. Diambil pada tanggal 30 Agustus 2014 dari http://www.kalbarprov.go.id/berita.php?id=3 733 Harga Produk Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Tahun 2012, di ambil tanggal 21 Agustus 2013 dari http://www.disbunkalbar.go.id/web/index.php/statistik/menuharga-komoditi-perkebunan/menu-hargakelapasawit/910-harga-produk-sawit-tahun2013. Kiun, Yulianus.2008. AwalKelapaSawit Di Indonesia dan Kalimantan Barat. di ambil pada tangal 21 Agustus 2014 dari http://yulianuskiun.blogspot.com/2008/04/a wal-kelapa-sawit-di-indonesia_24.html Restuadi, Sigit 2011, Pola-Pola Kemitraan Usaha, di ambil pada tangal 21 Agustus 2012 dari http://sigitrh.blogspot.com/2011/04/pola-polakemitraan-usaha.html. Wisnoentoro, Rizky. 2012. Apa Perbedaan PKBL dan CSR?. Di ambil pada tanggal 30 Agustus 2014 dari http://www.republika.co.id/berita/csr/tanyajawab-csr/12/01/09/lxiwvu-apa-perbedaancsr-dengan-pkbl
19 Dominikus Okbertus Srikujam, NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN
Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu Sosiatri Volume 4 Nomor 2 Edisi Juni 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Undang-undang: Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Undang-Undang No. 25 tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.
Peraturan-peraturan: Peraturan Pemerintah Tentang Kemitraan
44
tahun
1997
Peraturan Menteri Pertanian No. 395/kpts/OT.140/11/2005 Tentang Pedoman penetapan harga pembelian Tandan Buah Segar ( TBS) kelapa Sawit Produksi Pekebun. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 26/Permentan/OT.140/2/2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan Peraturan Menteri Negara BUMN nomor PER-05/MBU/2013 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Negara BUMN nomor PER-05/MBU/20007 Tanggal 27 April 2007 tentang Program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan dan Program bina lingkungan.
2003 tentang Izin Mendirikan Bangunan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT.Mitra Austral Sejahtera. Surat Bupati Sanggau Nomor 525/450/EK.A Tanggal 21 Februari 2006 Tentang Persetujuan Flafond Nilai Kredit Petani Plasma PT.MAS. Surat Keputusan Bupati Sanggau Nomor 311 tahun 2009 tentang Penetapan Petani Untuk Sertifikasi Lahan Plasma Pola Kemitraan KUD Mayting Hija dengan PT. Mitra Austral Sejahtera. Data Perkembangan Perijinan Perusahaan Perkebunan kalimantan Barat. 2011. Dinas Perkebunan Provinsi Kalbar. Data Monografi Desa Upe Tahun 2010. Laporan Perkembangan dan Pembangunan Perkebunan PT.Mitra Austral Sejahtera Nomor 1.097/MAS-ROP/IV/2009. Berita Acara Kesepakatan Rapat koordinasi Tentang Kualitas Tandan Buah Segar PT. Mitra Austral Sejahtera 19 April 2012.
Peraturan Daerah Kalimantan Barat Nomor 18 tahun 2002 Tentang Perkebunan Inti Rakyat Peraturan Daerah Kabupaten Sanggau Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan Perkebunan Kelapa Sawit Pola Kemitraan Surat Bupati Sanggau Nomor 525.1/2585/Hut-Bun/ tanggal 20 November 2001 tentang Kredit Kebun Plasma. Surat Bupati Sanggau Nomor 644/53/DPPW/2003 tanggal 25 september 20 Dominikus Okbertus Srikujam, NIM. E411070391 Program Studi Ilmu Sosiatri Fisip UNTAN