POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENDUKUNG MINAT BELAJAR ANAK (Studi Di Kelurahan Raha I Kecamatan Katobu Kabupaten Muna)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) PadaJurusan/Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo
OLEH :
JUSNI A1A3 10 037
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2015
KATA PENGANTAR Puji syukur atas khadirat Allah SWT (Tuhan Yang Maha Esa), atas limpahan rahmat, karunia dan hidayahnya sehingga satu tahapan penting dalam perjalanan akademik penulis dapat terselesaikan dengan baik, yakni penulisan skripsi yang berjudul “Pola Didik Orang Tua Dalam Mendukung Minat Belajar Anak” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (S. Pd) pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Halu Oleo. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini, sungguh banyak tantangan dan rintangan yang dihadapi, namun atas izin Allah SWT serta, dukungan dari berbagai pihak, akhirnya tantangan dan rintangan dapat diatasi dengan baik sehingga pada akhirnya pula mengantarkan penulis pada sebuah ending yang lebih paripurna dalam perjalanan akademik penulis, yang akhirnya juga memberikan kesan kepada penulis bahwa pada dasarnya rintangan itu adalah kumpulan deretan anak tangga yang mesti kita lalui untuk mencapai puncak keberhasilan.
Terlahir sebagai anak dari sepasang insan mulia yang merupakan anugerah terindah dalam hidupku yakni allmarhum ayahanda tercinta La Mau yang telah merawat, menggembleng, membentuk karakter dan kepribadian serta pesan-pesan moral yang selalu disampaikan kepada penulis, meskipun dengan kalimat yang sederhana namun akan selalu terpatri dalam jiwa ini, kemudian pula kepada Ibunda tercinta Wa Una yang telah melahirkan , merawat, dan membesarkan penulis hingga iv
sampai hari ini, jasa-jasamu tak akan lekang oleh waktu, engkau lebih dari sekedar sang surya, tetap tegar, kasih sayang yang tak pernah pudar menembus cakrawala, membentang disamudera luas. Melalui karya tulis ini pula saya berdoa kepada yang maha Esa agar Ibuku lekas sembuh dan bisa sehat kembali, amin…!Menurut saya kalian adalah satu entitas yang tak tergantikan di bumi ini ,sekali lagi terimah kasih yang tak terhingga aku ucapkan kepada kalian berdua. Kepada saudara-saudaraku yang kusayangi ( kakak Lina, kak Ali, kak Yusuf, adiku Iksan dan Dedi aswan) yang selalu mengisi ruang-ruang kosong dalam jiwa ini, canda tawa, tangis, ispirasi serta semangat yang kalian berikan begitu sangat berkesan dan sangat berarti dalam hidup ini, saya sangat banyak berutang budi kepada kalian.
Penulis menyadari pula bahwa karya tulis ini terwujud berkat arahan, sumbangsi pemikiran, dukungan moral-intelektual, dan bimbingan dari Bapak Dr. Muh.Yusuf, M.Hum selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dra.Irawaty, M.Pd selaku dosen pembimbing II.Oleh karena itu kepada beliau penulis ucapkan terimah kasih dan penghargaan yang tulus setinggi-tingginya.
Selanjutnya melalui ini pula ucapan terima kasih pula dan penghargaan yang setinggitingginya penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1. Bapak prof. Dr. H. Usman Rianse, M.S selaku Rektor Universitas Halu Oleo. 2. Bapak Prof. Dr. La Iru, S.H.,M.Si, selaku Dekan FKIP Universitas Halu Oleo.
v
3. Ibu Dra. Irawaty. M.Pd selaku Ketua Jurusan/Program Studi PPKn sekaligus juga merupakan Dosen dan Penasehat akademik penulis, beliau juga banyak memberikan penguatan-penguatan moral-intelektual serta inspirasi dan nesehatnasehat yang positif serta konstruktif kepada penulis, sehingga apa yang kurang dan salah dapat menjadi sempurna. Kemudian kepada Sekretaris Jurusan/ Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. 4. Kepada seluruh Jajaran, Bapak dan Ibu Dosen program study PPKn Universitas Halu Oleo, yang telah membina dan mendidik penulis. Semua tak akan terlupakan dalam jejak langkah penulis, kalian bagaiakan Oase ditengah kekosongan jiwa dan pikiran, nama dan jasa-jasa kalian akan selalu hidup dalam sanubari ini. Tak lupa pula penulis ucapakan terimah kasih kepada seluruh staf program study PPKn Pak Has, dan Kak Isma atas segala arahan dan pelayanan yang sangat membantu kelancaran study penulis. 5. Kepada seluruh dosen Penguji dan panitia ujian terimah kasih banyak saya ucapkan. 6. Bapak Sahril Uddin selaku Kepala Lurah Raha I. 7. Teman-teman Mahasiswa PPKn angkatan 2010, Nyoman Murdana, La Faeni,Hamzini, Irfan, Ariyono, Iskandar, Ld Arpai, Akril, Asi Mariana, Zamrina, La Mides dan teman-teman lainya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Selama bergumul dan berdialog dengan kalian semua penulis banyak mendapat inspirasi dan hikmah akan arti dari intelektualitas, persahabatan dan keberagaman. vi
8.
Kemudian pula seluruh sahabat dan sahabati aktifis di organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) PKC Sulawesi Tenggara, Pengurus Cabang Kendari kususnyasahabat Ali Rahman, Habert, Ali Mursali, Mas Agus, Marhini, La Basisa, Marjanuddin Nusantara, Mustafa, Ari Wali dan masih banyak lagi terimah kasih semuanya. Selama berkader dan terlibat dalam organisasi ini penulis merasa dibesarkan dan banyak belajarakan makna pergerakan, tanggung jawab sosial, advokasi dan perubahan sosial di akar rumput. Penulis merasa tak akan sampai pada level ini jika sebelumnya tidak mengenal oraganisasi ini.
9.
Teman-teman kostku Awar, Ihram, Lina, Sawal, Yusrin, Syahrir, Idar, Milla, Bapaknya Afla, Babaknya Najwa, Ibu kost, bapaknya Ahmad, dan bapaknya Awal, terima kasih banyak, kalian bagaikan keluarga keduaku selama menjadi mahasiswa. Penulis berdoa semoga apa yang telah diberikan akan selalu menjadi spirit
gerakan dalam upaya pengaktualisasian nilai-nilai keilmuan dan tridarma perguruaan tinggi sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat, bangsa, dan Negara. “Wallahul muafieq illa akwamitharieq Wasalamu alaikum waramatullahi wabarakatu” Kendari
,Juli 2015
Jusni
vii
DAFTAR ISI Halaman JUDUL............................................................................................................................... PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………… … KATA PENGANTAR……………………………………………………………… …. DAFTAR ISI....................................................................................................................... DAFTAR TABEL............................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................... RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………………. ….. ABSTRAK........................................................................................................................... ABSTRACT……………………………………………………………………………..
i ii iii iv viii x xi xii xiii xiv
BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D.
Latar Belakang Masalah…………………………………………………......... Rumusan Masalah……………………………………...………………....... …… Tujuan Penelitian……………...…………………………..................................... Manfaat Penelitian…...…………………………………………………...... ……
1 7 7 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep PolaDidik Orang Tua……………………………..................................... 1. Pengertian Orang tua……………………………………………………….. 2. Konsep Pola asuh…………………………………………………………... B. Konsep Minat Belajar .............................................................................................. 1. Pengertian Minat Belajar…………………………………………………… 2. Fungsi Minat Belajar………………………………………………………... 3. Unsur-Unsur Minat Belajar…………………………………………………. C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PolaDidik Orang TuaDalam Mendukung Minat Belajar Anak.......................................…..... D. Upaya-Upaya Orang TuaDalam Menumbuhkan Minat Belajar Anak………...………………………..........................................................
9 9 10 14 14 18 21 23 25
BAB III METODE PENELITIAN A. B. C. D. E. F. G. H.
Lokasi Penelitian…………………………………………………....................... Jenis Penelitian………………………………………………………….............. Populasi………..............................................................................................…… Sampel………………..…………………................................................................ Responden Peneitian...................................................................................... ……. Informan Penelitian……………………………………………………….......... Teknik Pengumpulan Data……………………………...………......................... TeknikAnalisis Data…………………….……………………………………….
viii
28 28 28 29 29 29 30 31
I. Defenisi Operasional……………………………………...…………….............
32
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………………………….. 1. Kondisi Geografis…………………………………………………………... 2. Kondisi Demografis………………………………………………………… a. Jumlah dan Keadaan penduduk……………………………………….. b. Keadaan Sosial Budaya………………………………………………... B. Kondisi Orang tua Di Kelurahan Raha I…………………………………......... C. Identitas Responden……………………………………………………............. D. Pola Didik Orang Tua Dalam Mendukung Minat Belajar Anak…………………………………………………………...... E. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pola Didik Orang Tua Dalam Mendukung Minat Belajar Anak……………………................ F. Upaya Upaya Orang Tua Dalam Menumbuhkan Minat Belajar Anak………………………………………………………...........
34 34 36 36 42 42 44 48 60 66
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………………………… B. Saran………………………………………………………………………..........
71 73
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….................... xv LAMPIRAN……………………………………………………………………….......... xvii
ix
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin...............................................................................…. Tabel 2. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan................................. ….... Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencahrian..................................... ….... Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendapatan Ekonomi........................ ….... Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kepercayaan Agama......................... ….... Tabel 6. Komposisi Orang Tua Berdasarkan Mata Pencahrian................................ Tabel 7. Komposisi Orang Tua Berdasarkan Keadaan Ekonomi............................…... Tabel 8. Komposisi Orang Tua Berdasarkan Jenis Mata Pencahrian...................... Tabel 9. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin......................................…... Tabel 10. Identitas Responden Berdasarkan Umur................................................... …... Tabel 11. Identitas responden Berdasarkan Mata Pelajaran yang Diminati............ …... Tabel 12. Tanggapan Responden Tentang Intensistas Perhatian Belajar Yang Diberikan Oleh Orang Tua.............................................................. …... Tabel 13. Tanggapan Responden Tentang Sikap Orang Tua Terhadap Perlengkapan Belajar Yang Dibutuhkan................................................... …... Tabel 14. Tanggapan Responden Tentang Bentuk Komunikasi Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Mereka Ketika Memilih Penjurusan Kelas...................... Tabel 15. Tanggapan Responden Terhadap Bentuk Bimbingan Belajar Yang Diberikan Oleh Orang tua Responden.............................................…. Tabel 16. Tanggapan Rasponden Terhadap Intensitas Motivasi Belajar Yang Diberikan Oleh Orang tua Responden.............................................….
x
37 38 39 40 41 43 44 45 47 48 49 51 53 55 57 59
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4.
Daftar Responden Dan Informan Penelitian.................................... Instrumen Penelitian............................................................................ Dokumentasi Penelitian....................................................................... Daftar Angkat Pertanyaan...................................................................
xi
xviii xix xxii xxiv
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Jusni, lahir di Desa Labuan, Kabupaten Muna (sekarang Kabupaten Buton Utara) pada tanggal 12 Juni 1992, merupakan anak ke empat dari enam bersaudara. Penulis lahir dari pasangan suami istri, Bapak La Mau, A.Md dan Ibu Wa Una. Penulis sekarang bertempat tinggal di Kelurahan Kambu Kota Kendari. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Katolik Raha, kecamatan Katobu Kabupaten Muna, lulus pada tahun 2004, SMP Negeri 5 Raha Kabupaten Muna lulus pada tahun 2007, SMA Negeri 2 Raha Kelurahan Mangga Kuning, Kecamatan Katobu Kabupaten Muna, dan memperoleh gelar sarjana S. Pd di Fakultas FKIP Universitas Haluoleo pada tahun 2015. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di Organisasi Kemahasiswaan baik intra kampus maupun extra kampus, antara lain Himpunan Mahasiswa Program Studi PPKn (HMPS-PPKn), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII Cabang Kendari), pada tahun 2013 ikut dalam Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan (PKL) yang diadakan oleh Organisasi Pemuda ANSOR. Penulis juga pernah terlibat sebagai suksesor dalam diolog politik lokal di Kota kendari pada tahun 2012 guna menjemput momentum pemilihan walikota Kendari. Pada tahun 2014 penulis di utus oleh Pengurus Kordinator Cabang (PKC Sulawesi Tenggara) untuk menjadi peserta dialog seminar lintas birokrasi dalam Forum Kordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Profinsi Sulawesi Tenggara. Sampai sekarang penulis aktif tergabung dalam Garuda Indonesia Raya cabang Sulawesi Tenggara. Bagi penulis pendidikan itu tidak hanya sekedar melahirkan generasi yang cerdas tapi mesti mampu melahirkan perubahan bagi dirinya, lingkungan dan realitas yang destruktif disekitarnya. Sekian dan terima kasih, akhir kata saya ucapkan… “Waullahul muwafieq illa aqwamitharieq Wasalamu allaikum warahmatullahi wabarakatu”
xii
ABSTRAK Nama: JUSNI Nim: A1A310 037 dengan Judul Penelitian “Pola Asuh Dalam Mendukung Minat Belajar Anak” (Studi Di Kelurahan Raha I kecamatan Katobu Kabupaten Muna). Penelitian ini bertujuan Pertama,adalah untuk mengetahui serta mendeskripsikan bagaimanakah pola asuh orang tua di Kelurahan Raha I dalam mendukung minat belajar anak, Kedua, yakni untuk mengetahui serta mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh Orang tua di kelurahan Raha I dalam mendukung minat belajar anak, Ketiga, adalah untuk mengetahui serta mendeskripsikan bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan oleh Orang tua di Kelurahan Raha I dalam menumbuhkan minat belajar anak.Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Raha I Kecamatan Katobu Kabupaten Muna.Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan pendekatan kombinasi kualitatif dengan kuantitatif (mixing metods). Subyek dalam penelitian ini adalah Orang tua di Kelurahan Raha I yakni pihak yang akan di ukur kinerjanya lansung, data yang dibutuhkan dari Orang tua adalah berupa data penguat. Responden penelitian ini adalah seluruh siswa di kelurahan Raha I, Populasi dalam penelitian ini berjumlah 405 responden sedangkan sampel dalam penelitian ini ditentukan sebanyak 40 responden.Informan dalam penelitian ini berjumlah 5 Orang.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Pertama, bahwa bentuk pola asuh yang ditampilkan oleh Orang tua di Kelurahan Raha I lebih mengarah pada pola asuh yang demokratis.Kedua, faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh Orang tua di Kelurahan Raha I dalam mendukung minat belajar anak terdiri dari faktor pendidikan, faktor lingkungan, dan faktor budaya. Ketiga, upaya-upaya Orang tua di Kelurahan Raha I dalam mendukung minat belajar anak meliputi: kontrol (controlling), komunikasi (communication, dan Motivasi (motivation). Kata kunci: Pola Asuh, Minat Belajar
xiii
ABSTRACT Name: JUSNI Student Identity Number: A1A310 037. The title of research is “The Model of parents educate to supporting the proclivity his child study” (Study in district Raha I, subdistrict Katobu in Muna regency). The purpose of this research is The first, for to knowing and to description how the model of parents educate in district Raha I about to support the proclivity his child study, the second was to knowing and to description the factors that to influenced the model of parent educate to supporting the proclivity his child study. The third, was to knowing and to description how about the efforts by parents to do in district Raha I about to support the proclivity his child study. The study was conducted in the scope of the district Raha I, subdistrict Katobu in Muna regency. The kind of research is exerting phenomenological qualitative and quantitative combination (mixing metods). The subject of this research is parents in district Raha I that will to measuring of his directly action. Respondent in this research is entire student in district Raha I. population in this research amount 405 respondent, whereas the sample in this research was selected about 40 respondent. Informant in this research amount 5. The result of this research show that first is the type of model appear by parents in district Raha I more than directly of democratic educated model. The second of the factors that to influenced of parents educate model in district Raha I included by education factor, surroundings factor and cultures factor. The third; the efforts of parents in district Raha I obout to supporting the proclivity his child study including: controlling, communication, and motivation. Key Word: Educate Model, Proclivity Study
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selain itu, pendidikan dapat diartikan sebagai suatu upaya sadar dan terencana untuk memanusiakan manusia. Artinya pendidikan adalah sebagai upaya yang dilakukan secara sadar dan dengan perencanaan yang matang untuk menjadikan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai manusia yakni makhluk individu, sosial dan religius. Dewasa ini pemerintah melalui Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan (Kemendikbut) masih menengarai
adanya
permasalahan
dalam
lingkungan
pendidikan kita, baik itu lingkungan pendidikan formal, non formal, maupun informal. Masalah ini berkaitan dengan sinergisitas dan supervisi cita-cita dan hakekat pendidikan kita dewasa ini, ketiga lingkungan pendidikan ini harus saling mengisi dan menopang agar generasi terdidik kita dapat tumbuh kembang secara baik.
1
2
Kemudian menurut Suparmi (1994:43), keberhasilan pendidikan anak di sekolah bukan hanya merupakan hasil perjuangan guru dan anak sebagai peserta didik,tetapi keberpihakan Orang tua yang memberikan dukungan berupa perhatian, dorongan dan pengawasan kepada anaknya ikut memberikan andil. Dengan kata lain, Orang tua mempunyai peranan besar terhadap keberhasilan yang dicapai anak di sekolah, termasuk dalam hal mendukung dan mengembangkan minat dan bakat belajar anak. Selanjutnya Purwanto (2003:26), menambahkan bahwa Orang tua sebagai panutan dalam membina pendidikan anak di dalam keluarga memberikan pengaruh yang sangat menentukan dalam peningkatan kualitas pendidikan anak, orang tua memiliki kewajiban dalam mendukung setiap proses belajar anak. Dalam hal ini orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk kualitas intelektual anak. Baik buruk perkembangan anak secara langsung maupun tidak langsung tergantung dari bagaimana orang tua dalam mendidik anak yang tercermin dari perhatian Orang tua terhadap aktivitas belajar anaknya. Di sekolah anak hanya mendapat waktu bimbingan belajar kurang lebih hanya sekitar 6 jam sementara sisanya yang 18 jam dihabiskan bersama orang tuanya, dengan kata lain orang tua memiliki waktu yang dominan dalam mendidik. Pengertian asuh menurut Depdikbud (KBBI, 1991:234) adalah merupakan cara memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan dan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Sedangkan pola asuh
adalah suatu model atau cara
memelihara dan member latihan (ajaran, tuntunan, dan pimpinan) berkaitan dengan
3
mental dan kecerdasan berpikirnya kepada anak, yang merupakan suatu kewajiban dari setiap Orang tua dalam usaha membentuk pribadi anak yang sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya. Kemudian Pujosuwarno (1994:145), perhatian Orang tua terhadap aktivitas belajar anak dengan segala yang berhubungan dengannya, dapat memberikan motivasi berprestasi yang tinggi dan memunculkan simpati anak kepada Orang tua yang pada akhirnya dapat menumbuhkan kepercayaan pada diri anak. Perhatian Orang tua sesungguhnya merupakan investasi kepada anak dalam meningkatkan minat belajarnya, dan membantu memaksimalkan perkembangan kepribadian serta prestasi belajar. Mahfudin dalam artikelnya (http//mahfudin.guru-indonesia.net/artikel.detail23663.html, diakses 25 januari 2015; pukul 18:45), bahwa dalam kondisi kekinian dimana segala hal dilakukan secara cepat dan terspesialisasi yang terkadang mengenyampingkan kualitas dan lebih memilih cara yang instan dan pragmatis termasuk mengarahkan kemauan belajar anak. Seringkali orang tua bersikap acuh tak acuh terhadap proses belajar anak, ini berkaitan dengan pola asuh dalam membina dan mengembangkan minat belajar anak, bahkan Orang tua kadang salah dalam mendidik anak itu sendiri, misalnya ketika anak hendak menetukan pilihanya terhadap hal yang disenanginya misalnya sang anak ingin menekuni bidang seni, namun karena orang tua memilih hal yang dianggapnya bermaanfaat bagi anaknya kelak, maka minat anak kemudian terkadang diabaikan, disinilah terkadang orang tua keliru.
4
4
Selanjutnya menurut Suryabrata (1984:39), minat belajar berkaitan dengan perhatian, kemauan dan dorongan dari peserta didik, sehingga untuk mengetahui bahwa anak memiliki minat belajar yang tinggi ataupun sebaliknya maka sangat tergantung pada gejala-gejala seperti pada perhatian belajarnya misalnya perhatianya ketika mengikuti proses belajar di kelas, kemauan belajarnya dalam hal ini kehadiranya dan sikap antusiasnya saat mengikuti pelajaran di kelas, serta hal yang memotivasinya mengikuti pelajaran. Sehingga dari pengamatan awal yang dilakukan, pertama terhadap pola asuh Orang tua di Kelurahan Raha I menunjukan bahwa disatu sisi memperlihatkan adanya kebiasaan-kebiasaan Orang tua yang cenderung mengekang kemauaan anak, komunikasi yang kurang seimbang, serta malah memaksa anak untuk menuruti kemauan Orang tuanya, tanpa adanya pertimbangan yang rasional termasuk dalam hal belajarnya. Ini terlihat dari sejumlah pernyataan siswa di Kelurahan tersebut, ketika peneliti melakukan interfiew awal , misalnya saja salah seorang siswa yang bernama Agung (17) yakni: “pada kelas 11 sebelumnya saya sebenarnya ingin masuk penjurusan IPS namun Orang tua saya malah menyuruh saya masuk ke kelas IPA dengan pertimbangan bahwa lulusan IPA lebih baik ketimbang IPS, nilai saya kurang memuaskan di kelas IPA karena saya kurang berminat dengan pelajaranya lalu semester berikutnya saya memutuskan untuk pindah kelas ke IPS”. (Wawancara, 12 Desember 2014) Kemudian pula disisi lain terdapat kebiasaan dan pola asuh Orang tua di Kelurahan Raha I yang melakukan pembiaran dan kurang melakukan perhatian dan pengawasan terhadap minat belajar anak, meskipun demikian terdapat pula Orang tua
5
di Kelurahan Raha I yang mengasuh anaknya secara baik, ini terlihat dari perlakuan Orang tua dalam aktifitas belajar anaknya selalu memberikan perhatian dan komunikasi yang seimbang dengan anak, misalnya mendukung segala hal yang disenangi anak dalam pelajaran. Kemudian pengamatan kedua dilakukan pula terhadap, minat belajar anak di kelurahan Raha I yang bersekolah di SMA Negeri 2 Raha dan SMP Negeri 1 Raha.Melalui pengamatan lansung dan interfiew awal di masing-masing sekolah, variabel ini perlu diamati pula agar kelengkapan data akan masalah dalam penelitian ini lebih tersedia. interfiew ini dilakukan dengan kepala sekolah dan beberapa guru misalnya saja di SMA Negeri 2 Raha, bahwa suasana belajar siswanya di kelas selama ini sudah berjalan kondusif, meskipun disisi lain dirasakanya masih terdapat beberapa kendala, misalnya berkaitan dengan rendahnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS siswanya dikelas,ini terlihat dari kurangnya perhatian siswa ketika guru mata pelajaran melakukan proses belajar mengajar dikelas, seperti yang peneliti amati langsung terhadap suasana belajar mengajar pada mata pelajaran Sosiologi dan Ekonomi pada kelas XI (sebelas) IPS tiga, dimana masih terdapatnya sebagian siswa yang bermain saat guru menjelaskan dikelas antusiasme serta semangat belajar yang kurang, serta kehadiran siswa saat mengikuti pembelajaran di kelas. Kemudian pengamatan selanjutnya dilakukan di SMP Negeri 1 Raha terhadap proses dan susasana belajar dikelas, disini peneliti mengamati proses dan suasana belajar mengajar pada mata pelajaran IPA di kelas VIII (delapan) C, dari temuan awal yang diperoleh bahwa terlihat beberapa siswa yang kurang serius dan banyak bermain
6
saat proses belajar mengajar dikelas, pengamatan ini pula dilakukan terhadap suasana belajar mengajar pada mata pelajaran IPA, kemudian juga yang berkaitan dengan kemauan dalam hal ini berkaitan dengan kehadiran sebagian siswanya khususnya kelas VIII (delapan) C dan D yang masih rendah, misalnya saja salah seorang guru Biologi di sekolah tersebut yang mencatat beberapa kelas yang sebagian siswanya memiliki ketidakhadiran (absen) 3 hingga 5 kali dalam satu semester, meskipun di sisi lain kepala sekolah serta guru mata pelajaran tersebut sudah melakukan beberapa kali teguran dan penindakan. Kondisi diatas menunjukan bahwa, pertama terdapat Orang tua yang dimana lebih mengarah pada pola asuh yang mengekang, kurang hangat, dan lemah terhadap perhatian dan dukungan terhadap minat belajar anak, dari Orang tua di Kelurahan Raha I kemudian pula terdapat minat belajar yang kurang, baik itu terhadap mata pelajaran IPS maupun IPA dari beberapa siswa dikelurahan Raha I cukup rendah, seperti yang terdapat di Kelas XI (sebelas) IPS SMA Negeri 2 Raha dan kelas VIII (delapan) C dan D SMP Negeri 1 Raha, kondisi demikian tentunya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya antara lain keluarga dalam hal ini Orang Tua. Sepertihalnya
yang dikemukakan oleh Gunawan dalam tesisnya
(http//blog,tp.ac.id/wp-content/uploads/6006/tesis-ppm.doc, diakses 18 oktober 2014; pukul 15.43 wita) bahwa minat belajar anak disekolah sangat dipengaruhi oleh keterlibatan Orang tuanya di rumah dalam mendukung proses belajarnya salah satu yang cukup menentukan adalah perlakuan serta penerapan pola asuhnya dalam mengarahkan dan mendukung minat belajaranya.
7
Selanjutnya mengacu pada permasalahan sebagaimana yang dideskripsikan dalam konteks penelitian diatas maka dirumuskan suatu judul penelitian yakni “Presepsi Anak T erhadap Pola Asuh Orang Tua Dalam Mendukung Minat Belajar Anak” . Fokus penelitian ini secara lebih khusus tertuju di Kelurahan Raha I, Kecamatan Katobun / Kabupaten Muna, yakni bagaimana presepsi anak terhadap pola asuh Orang tua di kelurahan tersebut dalam mendukung minat belajar anaknya. B. Rumusan Masalah Sebagaimana yang dideskripsikan dalam konteks penelitian diatas, maka dapat dirumuskan suatu pertanyaan penelitian yang akan dijawab melalui sebuah riset yakni sebagai berikut: 1.
Bagaimanakah pola asuh orang tua dalam mendukung minat belajar anak?
2.
Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pola asuh Orang tua terhadap minat belajar anak?
3.
Bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan Orang tua dalam menumbuhkan minat belajar anak?
C. Tujuan Penelitian Sebagaimana yang dirumuskan dalam konteks penelitian diatas maka tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui serta mendeskripsikan bagaimanakah pola asuh Orang tua dalam mendukung minat belajar anak.
2.
Untuk mengetahui serta mendeskripsikan faktor-faktor yang memepengaruhi pola asuh Orang tua terhadap minat belajar anak.
8
3. Untuk mengetahui serta mendeskripsikan bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan Orang tua dalam menumbuhkan minat belajar anak. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat pragmatis-implementatif adalah dapat menjadi rujukan bagi Stakeholders riset kementrian pendidikan dan kebudayaan dalam merumuskan kebijakan-kebijakan (policies) pembangunan dibidang pendididikan terutama relevansinya dengan peningkatan peran guru, dan Orang tua serta menemukan formula yang tepat dalam mengarahkan Orang tua dalam membina dan medukung pendidikan anak terutamaberkaitan dengan minat belajar, sehingga dapat tercipta standar dan koneksi yang baik dengan tantangan yang terjadi dalam ruang-ruang pendidikan itu sendiri.. 2. Manfaat teoritis-akademis adalah diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi penelitian yang relevan atau penelitian-penelitian selanjutnya oleh para pelaku-pelaku pendidikan atau akademisi terutama mahasiswa, guru dan dosen di perguruan tinggi yang berkaitan dengan pola asuh Orang tua dalam mengembangkan minat belajar setiap peserta didik.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep Pola Asuh Orang Tua
1.
Pengertian Orang Tua Menurut Sukadji (1988:23), Orang tua adalah adalah orang-orang yang
melengkapi budaya mempunyai tugas untuk mendefinisikan apa yang baik dan apa yang dinggap buruk. Sehingga anak akan merasa baik bila tingkah lakunya sesuai dengan norma tingkah laku yang diterima di masyarakat. Lebih lanjut Sukadji (1988:29), perilaku Orang tua dalam hubungan seperti di atas, ia senantiasa berada dalam posisi sebagai arsitek. Mereka dengan teliti memutuskan bagaimana seharusnya tiap anak berbuat, mereka juga memberikan hadiah atau hukuman agar perintahnya ditaati. Melalui pemberian hadiah orang tua akan mengkomunikasikan suatu pesan yang jelas kepada anaknya. Kemudian Gunarsa (2000:78-79), menambahkan pula pemberian hukuman menunjukkan ketiadaan sikap menghargai anak. Kebiasaan ini mengakibatkan, tugas dan kewajiban Orang tua menjadi tidak sulit. Para Orang tua tinggal menentukan apa yang mereka ingin yang harus dikerjakan atau yang tidak boleh dilakukan anak. Ancaman hukuman diterapkan untuk melarang atau janji hadiah untuk mendorong agar anak mematuhi. Sebagian orang tua melaporkan bahwa anak –anak mereka bersikap kooperatif. Hal ini menjadikan acuan kenyataanyang menunjukkan bahwa anak mereka persis seperti apa yang diinginkan oleh Orang tuanya.
9
10
2.
Konsep Pola Asuh
a.
Pengertian pola asuh Menurut Hlen (2002:53), Orang tua dalam keluarga sebagai pimpinan keluarga
sangat berperan dalam meletakkan dasar-dasar kepribadian anak, karena Orangtua merupakan pendidik, pembimbing, dan pelindung bagi anak-anaknya. Keberhasilan remaja dalam membentuk tingkah laku secara tepat di masyarakat adalah ditentukan oleh peranan lingkungan keluarga khususnya Orang tua dalam mengarahkan serta mengembangkan kemampuan anak termasuk membentuk kemampuan belajarnya. Pengertian asuh menurut Depdikbud (KBBI,1991:234) adalah merupakan cara memelihara dan memberi latihan (ajaran,tuntunan,dan pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Sedangkan pola asuh
adalah suatu model atau cara
memelihara dan member latihan (ajaran, tuntunan, dan pimpinan) berkaitan dengan akhlak dan pemikiranya kepada anak yang merupakan suatu kewajiban dari setiap Orang tua dalam usaha membentuk pribadi anak yang sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya. Mengenai hal ini Hurlock (2006:13) mengemukakan bahwa Orang tua akan menentukan sejauh mana keberhasilan anak dalam membentuk penyesuaian di masyarakat pada masa-masa selanjutnya, Orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke fase pendewasaan, terutama dalam masa perkembangan. Tugas Orangtua melengkapi dan mempersiapkan anak menuju ke kedewasaan dengan memberikan bimbingan dan pengarahan yang dapat membantu anak dalam menjalani kehidupan agar mampu beradaptasi dengan lingkunganya.
11
Kemudian
Mahfudin
dalam
artikelnya
(http//mahfudin.guru-
indonesia.net/artikel.detail-23663.html, diakses 25 januari 2015; pukul 18;45) memaparkan bahwa jika pola asuh orang tua lebih mengarah pada konteks yang lebih luas maka pola didik secara lebih khusus mengandung pengertian sebagai cara memelihara dan memberikan latihan, masukan dan menuntun anak mengenai perkembangan akhlak dan intelektualnya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulan bahwa pola asuh orang tua merupakan gaya pendidikan dan metode disiplin yang diterapkan Orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya yakni bagaimana cara dia memberikan pelatihan, bimbingan dan tuntunan terkait dengan perkembangan intelektualnya dalam kehidupan sehari-hari. b.
Tipe-tipe pola asuh orang tua Hurlock (2006:40) secara spesifik meberikan konsep pemahaman terkait
bentuk-bentuk pola asuh orang tua dewasa ini antara lain, sebagai berikut: 1.
Pola asuh otoriter Pola asuh otoriter adalah pola asuh dimana anak harus mengikuti pendapat dan
keinginan orangtua. Kekuasan terletak pada pihak orang tua, kaum remaja tidak diperkenankan memberikan pendapat, mereka mengharapkan suatu kepatuhan mutlak dari pihak remaja. Hurlock (2006:40), mengemukakan bahwa sikap otoriter ditandai dengan detached dan controlling, kurang hangat dari orang tua, selalu memaksakan kehendak dan menekan kemauan anak. Hubungan dengan anak menekankan kekuasaan, kurang responsif, dan kurang hangat. Orang tua memerintah dan memaksa
12
tanpa kompromi sehingga anak melakukan bukan karena kesadaran diri, tetapi karena perasaan takut. Berkaitan
dengan
ini
pula
Mahfudin
sebagaimana
(http//mahfudin.guru-indonesia.net/artikel.detail-23663.html,
dalam
diakses
artikelnya 25
januari
2015; pukul 18:45) bahwa pola asuh otoriter akan sangat barakibat buruk jika sudah menyentuh kebebasan anak dalam berkehendak dan menentukan minat belajarnya disekolah, seperti halnya memaksakan anak untuk masuk penjurusan dikelas bahasa atau IPA maupun seni dimana anak tersebut sebenarnya berkeinginan masuk di penjurusan yang diminatinya ataupun sebaliknya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sikap atau pola asuh orang tua yang otoriter adalah pola asuh yang diterapkan Orang tua yang memberikan pengawasan kaku, kurang hangat, disiplin kaku dan tidak mau menjelaskan tentang peraturan yang diterapkan, dan cenderung mengekang kemauan anak. 2.
Pola asuh demokratis Dalam pola asuh ini bersikap fleksibel, responsif dan merawat. Pola asuh ini
melakukan pengawasan dan tuntutan tetapi orang tua juga hangat, rasional, mau berkomunikasi dengan anak. Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu dalam mengendalikan mereka. Orang tua dengan perilaku ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya
pada
rasio
atau
pemikiran-pemikiran.
Kemudian
Debri
(http//suaranuraniguru.wordpres.com/2011/12/01/interaksi-Orang tua-terhadap-minat belajar-anak.diunduh 18 November 2014; Pukul 16.15 wita), mengemukaan bahwa
13
Orang Tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemapuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada anak bersifat secara hangat. Pola asuh demokratis akan menghasikan karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress,
dan
mempunyai minat terhadap hal-hal baru.
3.
Pola asuh permisif Pola asuh ini ditandai dengan sikap Orang tua yang serba membolehkan
kemauan anak namun tanpa pertimbangan yang objektif, tanpa pengendalian, kurang responsive terhadap kemauan anak. Anak dengan pola asuh permisif akan lemah dalam tanggung jawab dan kurang mandiri. Lebih lanjut Hurlock (2006:67) menjelaskan bahwa pola asuh tipe ini sedikit atau kurang melakukan pengawasan dan perhatian tentang sikap dan tingkah laku anak, serba bebas dan kurang peduli dengan kemauan anak termasuk tentang hal-hal yang bermanfaat bagi anak itu sendiri. Selanjutnya menurut Mahfudin (http/mahfudin.guru-indonesia.net/artikel.detail23663.html, diakses 25 januari 2015; pukul 18:45), secara lebih konklusif mengemukakan mengenai ciri tipe-tipe pola asuh Orang tua terhadap anaknya dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut:
14
1. pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, mematikan karakter anak, kurang semangat belajar yang kurang, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri. 2. pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman,mampu mengendalikan maslah, mempunyai minat belajar yang tinggi, tertarik terhadap hal-hal baru dan lebih kooperatif. 3. pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak yang kurang mandiri dan lemah dalam tanggung jawab karakter ini lahir dari lemahnya pengawasan orang tua dan terlalu memanjakan anak. B.
Konsep Minat Belajar
1.
Pengertian Minat Secara bahasa minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.
Minat sering dihubungkan dengan keinginan atau ketertarikan terhadap sesuatu yang datang dari dalam diri seseorang tanpa ada paksaan dari luar, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001:1027). Syaiful Bahri (2008:133), minat merupakan perasaan yang didapat karena berhubungan dengan sesuatu. Minat terhadap sesuatu itu dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi, minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan cenderung mendukung aktivitas belajar berikutnya. Oleh karena itu minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar anak didik yang berminat terhadap suatu pelajaran akan mempelajari
15
dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya. Anak didik mudah menghafal yang menarik minatnya, proses belajar akan berjalan dengan lancar bila disertai dengan minat. Minat merupakan alat motivasi yang utama yang dapat membangkitkan kegairahan belajar anak didik dalam rentangan waktu tertentu. Lebih lanjut Crow dan Crow (Djaali, 2007:12) mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak mental dan pemikiran yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, dan pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Slameto (2010:180), bahwa minat adalah suatu rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Kemudian Wahid (1998:76), berpendapat bahwa minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan seseorang terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat. Minat mengandung unsur kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan konasi (kehendak). Oleh sebab itu, minat dianggap sebagai respon yang sadar, sebab jika tidak demikian, minat tidak akan mempunyai arti apa-apa.
16
Carl safran (dalam Sukardi, 2003) mengklasifikasikan minat menjadi empat jenis yaitu : a. Expressed interest, minat yang diekspresikan melalui verbal yang menunjukkan apakah seseorang itu menyukai dan tidak menyukai suatu objek atau aktivitas b. Manifest interest, minat yang disimpulkan dari keikutsertaan individu pada suatu kegiatan tertentu. c. Tested interest, minat yang disimpulkan dari tes pengetahuan atau keterampilan dalam suatu kegiatan. d. Inventoried interest, minat yang diungkapkan melalui inventori minat atau daftar aktivitas dan kegiatan yang sama dengan pernyataan. Lebih lanjut Sukardi (2003:45) unsur kognisi maksudnya adalah minat itu didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat tersebut, ada unsur emosi karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai oleh perasaan tertentu, seperti rasa senang, sedangkan unsur konasi merupakan kelanjutan dari unsur kognisi. Dari ketiga unsur inilah yang diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu kegiatan, termasuk kegiatan yang ada di sekolah seperti belajar. Pengertian belajar menurut Ernest R Hilgard (Hakim, 2002:121) adalah proses yang dengan sengaja menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan sebelumnya. Selanjutnya menurut Wahid (1998:109-110), minat sangat erat hubungannya dengan belajar, belajar tanpa minat akan terasa menjemukan, dalam kenyataannya
17
tidak semua belajar siswa didorong oleh faktor minatnya sendiri, ada yang mengembangkan minatnya terhadap materi pelajaran dikarenakan pengaruh dari gurunya, temannya, orang tuanya. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab Orang tua untuk menyediakan situasi dan kondisi yang bisa merangsang minat siswa terhadap belajar. Jadi, yang dimaksud dari minat belajar adalah aspek psikologi seseorang yang menampakkan diri dalam beberapa gejala, seperti : gairah, kemauan, perasaan suka untuk melakukan proses perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari pengetahuan dan pengalaman, dengan kata lain, minat belajar itu mempunyai ketergantungan pada faktor internal seseorang (siswa) seperti perhatian, kemauan dan kebutuhan terhadap belajar yang ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi dan keaktifan dalam belajar. Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa minat merupakan rasa suka atau tertarik terhadap suatu hal atau aktivitas seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu kegiatan. Minat dapat juga dikatakan sebagai suatu keinginan atau kemauan yang merupakan dorongan seseorang untuk melakukan suatu hal atau aktivitas tanpa adanya paksaan dari luar dirinya. Minat bisa juga diartikan sebagai kecenderungan jiwa yang relatif menetap kepada diri seseorang dan biasanya dengan perasaan senang. Jadi minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat tidak dibawa sejak lahir seperti bakat,melainkan diperoleh kemudian,
18
yakni melalui interaksinya dengan lingkungan, baik itu lingkungan sekolah, teman bermain, maupun keluarga. 2.
Fungsi Minat Belajar Djaali (2007:28), mengemukakan bahwa minat merupakan salah satu faktor
untuk meraih sukses dalam belajar, olehnya itu fungsi dan peranan penting minat dalam kaitannya dengan pelaksanaan belajar atau studi ialah: a.
Minat melahirkan perhatian yang serta merta. Perhatian seseorang terhadap sesuatu hal dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu perhatian yang serta merta, dan perhatian yang dipaksakan. Perhatian yang serta merta secara spontan, bersifat wajar, mudah bertahan, yang tumbuh tanpa pemaksaan dan kemauan dalam diri seseorang. Jhon Adams yang dikutip Djaali, (2007:29) menambahkan pula bahwa jika seseorang telah memiliki minat studi, maka saat itulah perhatiannya tidak lagi dipaksakan dan beralih menjadi spontan. Semakin besar minat seseorang, maka akan semakin besar derajat spontanitas perhatiannya. Ditambahkan pula bahwa minat telah muncul maka perhatian akan mengikutinya. Pendapat di atas memberikan gambaran tentang eratnya kaitan antara minat dan perhatian. b.
Minat memudahkan terciptanya konsentrasi Menurut Ahmadi (2009:29), minat memudahkan terciptanya konsentrasi dalam
pikiran seseorang.Perhatian serta merta yang diperoleh secara wajar dan tanpa pemaksaam tenaga kemampuan seseorang memudahkan berkembangnya konsentrasi,
19
yaitu memusatkan pemikiran terhadap sesuatu pelajaran.Jadi, tanpa minat konsentrasi terhadap pelajaran sulit untuk diperhatikan, Pendapat senada dikemukakan oleh Winkel dalam Ahmadi (2009:18), bahwa konsentrasi merupakan pemusatan tenaga dan energi psikis dalam menghadapi suatu objek, dalam hal ini peristiwa belajar mengajar di kelas. Konsentrasi dalam belajar berkaitan dengan kemauan dan hasrat untuk belajar, namun konsentrasi dalam belajar dipengaruhi oleh perasaan siswa dan minat dalam belajar. Pendapat-pendapat di atas, memberi gambaran bahwa tanpa minat konsentrasi terhadap pelajaran sulit dipertahankan. c.
Minat mencegah gangguan perhatian di luar Minat studi mencegah terjadinya gangguan perhatian dari sumber luar
misalnya, orang berbicara. Seseorang mudah terganggu perhatiannya atau sering mengalami pengalihan perhatian dari pelajaran kepada suatu hal yang lain, kalau minat studinya kecil. Dalam hubungan ini Donald Leired yang dikutip Ahmadi, (2009:30), menjelaskan bahwa gangguan-gangguan perhatian seringkali disebabkan oleh sikap batin karena sumber-sumber gangguan itu sendiri. d.
Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan Bertalian erat dengan konsentrasi terhadap pelajaran ialah daya mengingat
bahan pelajaran. Pengingatan itu hanya mungkin terlaksana kalau seseorang berminat terhadap pelajarannya. Seseorang kiranya pernah mengalami bahwa bacaan atau isi ceramah sangat mencekam perhatiannya atau membangkitkan minat seantiasa teringat walaupun hanya dibaca atau disimak sekali. Sebaliknya, sesuatu bahan
20
pelajaran yang berulang-ulang dihafal mudah terlupakan, apabila tanpa minat, Ahmadi (2009:30). e.
Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri. Segala sesuatu yang menjemukan, membosankan, sepele, dan terus menerus
berlangsung secara otomatis tidak akan bisa memikat perhatian, Djaali (2007:31). Pendapat senada dikemukakan oleh Hurlock (2006:31), bahwa kejemuan melakukan sesuatu atau terhadap sesuatu hal juga lebih banyak berasal dari dalam diri seseorang dari pada bersumber pada hal-hal di luar dirinya. Oleh karena itu, penghapusan kebosanan dalam belajar dari seseorang juga hanya bisa terlaksana dengan jalan pertama-tama menumbuhkan minat belajar dan kemudian meningkatkan minat itu sebesar-besarnya. Elizabeth B. Hurlock menulis tentang fungsi minat bagi kehidupan anak sebagaimana yang dikutip oleh Wahid (1998:109-110), sebagai berikut. 1. Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita. Sebagai contoh anak yang berminat pada olah raga maka cita-citanya adalah menjadi olahragawan yang berprestasi, sedang anak yang berminat pada kesehatan fisiknya maka citacitanya menjadi dokter. 2. Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat. Minat anak untuk menguasai pelajaran bisa mendorongnya untuk belajar kelompok di tempat temannya meskipun suasana sedang hujan. 3. Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas. Minat seseorang meskipun diajar oleh guru yang sama dan diberi pelajaran tapi antara satu
21
anak dan yang lain mendapatkan jumlah pengetahuan yang berbeda. Hal ini terjadi karena berbedanya daya serap mereka dan daya serap ini dipengaruhi oleh intensitas minat mereka. 3.
Unsur-Unsur Minat Belajar Wahid (1998:136), mengemukakan bahwa minat mempunyai ketergantungan
pada faktor internal seperti perhatian, kemauan dan kebutuhan. Unsur-unsur inilah yang akan digunakan dalam penelitian ini. Berikut uraian dari beberapa komponen minat tersebut. a.
Perhatian Perhatian sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik, dan hal ini
akan berpengaruh pula terhadap minat siswa dalam belajar. Menurut Suryabrata (1984:143), perhatian dalam belajar yaitu pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas seseorang yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek belajar. Siswa yang aktifitas belajarnya disertai dengan perhatian yang intensif akan lebih sukses, serta prestasinya akan lebih tinggi. Aktivitas yang disertai dengan perhatian intensif akan lebih sukses dan prestasinya pun akan lebih tinggi, Orang yang menaruh minat pada suatu aktivitas akan memberikan perhatian yang besar. Ia tidak segan mengorbankan waktu dan tenaga demi aktivitas tersebut. Oleh karena itu seorang anak yang mempunyai perhatian terhadap suatu pelajaran, ia pasti akan berusaha keras untuk memperoleh nilai yang bagus yaitu dengan belajar. Kemudian lebih lanjut Suryabarata (1984:143), beberapa indikator yang berhubungan dengan aspek perhatian dalam belajar ini diantaranya bertanya kepada
22
guru, memperhatikan penjelasan guru, mencari sumber belajar di luar sekolah, konsentrasi dalam belajar, dan tidak melamun saat guru menerangkan pelajaran di depan kelas. b.
Kemauan Kemauan yaitu kondisi dimana seorang siswa cenderung untuk melakukan
suatu aktifitas tanpa adanya paksaan. Siswa yang memiliki keinginan yang kuat untuk mempelajari suatu hal, maka dia akan berusaha untuk mencari pengetahuan yang lebih terhadap sesuatu itu. Beberapa indikator yang berhubungan dengan aspekkemauan ini diantaranya berusaha mengerjakan latihan walaupun sulit, tetap belajar walaupun guru tidak masuk mengajar, rajin membaca buku matematika, mau mengerjakan soal latihan matematika selain yang ditugaskan guru, dan bersemangat mengikuti pelajaran matematika. c.
Kebutuhan Menurut Wahid (1998:137-138), kebutuhan (motif) yaitu keadaan dalam diri
pribadi seorang siswa yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Kebutuhan ini hanya dapat dirasakan sendiri oleh seorang individu. Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. Dalam hal ini motivasi sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar. Dan minat merupakan potensi psikologi yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu.
23
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Dan segala sesuatu yang menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, apa yang seseorang lihat sudah tentu membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Jadi motivasi merupakan dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang sehingga ia berminat terhadap sesuatu objek, karena minat adalah alat motivasi dalam belajar. Beberapa indikator yang berhubungan dengan aspek kebutuhan ini diantaranya belajar matematika agar sukses dalam berkarir, adanya kesadaran untuk membuat catatan sendiri, ingin pintar matematika agar dapat mengikuti olimpiade, dan tidak terlambat mengikuti pelajaran matematika C.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua Terhadap Minat Belajar Anak Menurut Edwards (Hlen, 2002:73), faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh
Orang tua terhadap minat belajar anak adalah sebagai berikut: a.
Pendidikan Orang tua Pendidikan
dan
pengalaman
orang
tua
dalam
perawatan
anak
akan
mempengaruhi persiapan mereka menjalankan pendidikan. Lebih lanjut Hlen (2002:76) menambahkan pula, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi
24
lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan antara lain: terlibat aktif dalam setiap pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak-anak dan menilai perkembangan fungsi keluarga dan kepercayaan anak. Orang tua yang sudah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam mendidik
anak akan lebih siap
menjalankan peran, selain itu orang tua akan lebih mampu mengamati tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Kemudian Dalyono (1997:87), berpendapat bahwa keluarga memiliki peran yang besar dalam menciptakan minat belajar bagi anak. Seperti yang kita tahu, keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama bagi anak. Cara orang tua dalam mengajar dapat mempengaruhi minat belajar anak. Orang tua harus selalu siap sedia saat anak membutuhkan bantuan terlebih terhadap materi pelajaran yang sulit ditangkap oleh anak. Dengan kata lain, orang tua harus terus mengetahui perkembangan belajar anak pada setiap hari. Suasana rumah juga harus mendukung anak dalam belajar, kerapian dan ketenangan di dalam rumah perlu dijaga. Hal tersebut bertujuan agar anak merasa nyaman dan mudah membentuk konsentrasinya terhadap materi yang dihadapi ketika melakukan proses belajar termasuk meningkatkan minat belajarnya. b.
Lingkungan Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak mustahil
jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola pendidikan yang diberikan orang
25
tua terhadap anaknya. Lingkungan masyarakat meliputi hubungan dengan teman bergaul, kegiatan dalam masyarakat, dan lingkungan tempat tinggal. Kemudian Ahmadi (2009:48), berpendapat bahwa kegiatan akademik, akan lebih baik apabila diimbangi dengan kegiatan di luar sekolah. Banyak kegiatan di dalam masyarakat yang dapat menumbuhkan minat belajar anak seperti kegiatan karang taruna, anak dapat belajar berorganisasi di dalamnya. Tetapi, orang tua perlu memperhatikan kegiatan anaknya di luar rumah dan sekolah. Sebab kegiatan yang berlebih akan menurunkan semangatnya dalam mengikuti pelajaran di sekolah. c.
Budaya Slameto (2010:145), mengemukakan sering kali Orang tua mengikuti cara-cara
yang dilakukan oleh masyarakat dalam mendidik anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat disekitarnya dalam mengasuh anak, karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mengasuh anak kearah kematangan, budaya akan membentuk mainstream masyarakat serta menemukan cara yang tepat untuk mengasuh anak. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima dimasyarakat dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau pola-pola kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh terhadap anaknya. Kebiasaan mengasuh anak ini juga tertunya banyak dipengaruhi oleh perubahan-perubahan nilai dalam masyarakat. D.
Upaya-Upaya Orang Tua Dalam Menumbuhkan Minat Belajar Anak Menurut Tanner and Tanner (Djaali, 2007:57) menyarankan agar para pengajar
atau Orang tua berusaha membentuk minat-minat baru pada anak. Hal ini bisa dicapai
26
melalui jalan memberi informasi pada anak tentang bahan yang akan disampaikan dengan menghubungkan bahan pelajaran, yang diterima anak, kemudian diuraikan kegunaannya di masa yang akan datang. Selanjutnya Roijakters (Djaali, 2007:86) berpendapat bahwa hal ini bisa dicapai dengan cara menghubungkan bahan pelajaran dengan berita-berita yang sensasional, yang sudah diketahui siswa atau anak. Orang tua mesti melakukan hal ini, dalam hal menumbuhkan minat belajarnya. Minat belajar akan tumbuh apabila kita berusaha mencari berbagai keterangan selengkap mungkin mengenai mata pelajaran itu, umpamanya arti penting atau pesonanya dan segi lainnya yang mungkin menarik. Dalam hal ini Singer (1987:98), mengemukakan bahwa untuk menumbuhkan minat belajar pada diri anak adalah sebagai berikut : a.
kontrol (controling) Yakni dapat berupa pengawasan, pengecekan dan pengendalian terhadap
fasilitas belajar, kebutuhan belajar yang diperlukan anak, serta memeriksa kondisi jasmani anak, untuk mengetahui apakah segi ini menjadi sebab yang mempengaruhi minat belajar anak. Kemudian pengontrolan terhadap hal-hal yang disenangi anak ketika belajar. b.
komunikasi (communication) Yakni dengan selalu berkomunikasi secara seimbang dengan anak, ini menjadi
penting dilakukan karena anak terkadang dihadapkan pilihan-pilihan sulit dalam menentukan minat belajarnya. Komonikasi yang berkaitan dengan proses belajarnya,
27
misalnya kebutuhan belajaranya, minatnya terhadap pelajaran tertentu dan segala yang berkaitan dengan kondisi metal dan cara berpikirnya. c.
motivasi (motivation) Yakni dengan melakukan ransangan terhadap hal-hal yang disenangi anak
dalam belajar, menolong anak memperoleh kondisi kesehatan mental yang lebih baik, meyakinkan akan pentingnya belajar bagi anak serta, menarik perhatian anak. Motifasi menjadi bagian penting dalam menumbuhkan minat belajar anak, karena disini anak akan menerima ransangan mental dan pemikiran demi menumbuhkan minat belajarnya. Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat dipahami bahwa banyak sekali faktor yang dapat menumbuhkan atau membangkitkan minat belajar bagi siswa. Tinggal bagaimana upaya yang harus kita lakukan sebagai Orang tua dalam memecahkan masalah ini, sehingga siswa terbantu untuk menemukan minatnya dalam mengikuti pembelajaran. Siswa yang memiliki karakter yang berbeda-beda memerlukan penanganan yang berbeda pula, termasuk dalam hal menumbuhkan minat belajarnya. Dengan adanya upaya dari Orang tua dan pihak lain dalam menumbuhkan minat belajar bagi siswa, diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang akhirnya tertuju pada keberhasilan belajar siswa.
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Raha I Kecamatan Katobu, Kabupaten
Muna. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada alasan bahwa kesesuaian atau tingkat relevansi data yang berkaitan dengan masalah pola asuh orang tua dalam mendukung minat belajar anak cukup tersedia dan potensial untuk dilakukan penelitian. Waktu penelitian ini dimulai pada tanggal 14 Meret 2015-selesai. B.
Jenis Penelitian Jenis penelitian
kualitatif
dengan
yang diterapkan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kombinasi
kuantitatif
(Mixing
Methods),
dalam
rangka
menggambarkan tingkat dan keadaan pola asuh orang tua dalam mendukung minat belajar anak di Kelurahan Raha I Kecamatan Katobu, Kabupaten Muna. C.
Populasi Populasi penelitian ini berjumlah 405 responden, populasi yang dimaksud
adalah berasal dari anak dalam hal ini seluruh siswa di Kelurahan Raha I. Penentuan populasi penelitian yang dimaksud disisni adalah seluruh siswa di Kelurahan Raha I, yang bersekolah di SMA dan SMP yang berusia 15-17 tahun. Data yang di inginkan dari para siswa adalah mengenai pendapat mereka tentang bagamanakah pola asuh Orang tua mereka dalam mendukung minat belajarnya.
28
29
D.
Sampel Oleh karena penelitian ini bersifat deskriptif maka dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sebanyak 40 responden, atau 10% dari jumlah populasi atau 10:100 x 405 = 40,5 atau digenapkan menjadi 40. (Glen :1999). Metode penarikan sampel menggunakan metode sample non probability (purposive sampling). E.
Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah terdiri dari dua subyek responden yakni
responden dari subyek penelitian lansung dan responden yang bukan subyek penelitian. Responden dari subyek penelitian lansung terdiri dari pihak Orang tua ditentukan sebanyak 10 Orang , data yang dibutuhkan dari pihak Orang tua adalah berupa data penguat (strength data) yang bersifat kualitatif atau berupa penjelasan dan keterangan deskriptif terkait dengan bagaimana pola asuhnya dalam mendukung minat belajar anak. Sedangkan responden yang bukan subyek penelitian terdiri dari seluruh anak/siswa di Kelurahan Raha I yang berusia 15-17 tahun. Data yang dibutuhkan dari anak/siswa adalah data berupa tanggapan mereka terhadap pola asuh orang tua mereka dalam mendukung minat belajarnya. F.
Informan Penelitian Informan penelitian ini berjumlah 5 orang, diambil secara sengaja (purposive
sampling) dengan pertimbangan bahwa para informan tersebut mampu menjawab permasalahan dalam penelitian ini terkait dengan pola asuh Orang tua dalam mendukung minat belajar anak. Data bersumber dari kalangan informan yakni
30
informan dari pihak/tokoh masyarakat. Informan tersebut yakni dari kalangan tokoh masyarakat ditentukan dan dipilih sebanyak 5 Orang yakni diantaranya 3 Orang tokoh pendidikan dalam hal ini guru atau akademisi, 1 Orang tokoh pemerintahan dalam hal ini Lurah Raha I, serta 1 Orang tokoh masyarakat, sehingga dimungkinkan informasi yang diperoleh lebih seimbang. G.
Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data penelitian baik data primer maupun data sekunder,
maka dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut: a. Studi Kepustakaan (Library Study), yakni mengumpulkan data-data dan dukungan teori dengan cara membaca, menelaah dokumen, dan menguji datadata hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian. b. Studi Lapangan (Field Study), yakni pengumpulan data secara lansung dilapangan, yang digunakan dengan menggunakan metode, sebagai berikut: 1) Observasi yaitu dengan melakukan peninjauan dan pengamatan terlebih dahulu dilokasi penelitian dalam hal ini di Kelurahan Raha I, guna menghimpun informasi dan data yang dibutuhkan dalam kelengkapan penelitian. 2) Angket (quisioner) yaitu pengumpulan data melalui daftar pertanyaan yang dibuat secara tertulis dan terstruktur dan diedarkan kepada para responden berkaitan dengan pola asuh Orang tua dalam mendukung minat belajar anak.
31
3) Wawancara (Interfiew) yaitu pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara lansung kepada informan dan responden terpilih. Khusus dari pihak Orang tua siswa, teknik wawancara yang digunakan yaitu wawancara terstruktur (fixed response interview) yaitu tanya jawab yang dilakukan lansung dengan menggunakan pedoman wawancara yang diturunkan dari variable-variabel penelitian yang telah disiapkan. 4) Dokumentasi yaitu mencatat dokumen berupa bahan / laporan yang berkaitan dengan penelitian tentang pola asuh orang tua dalam mendukung minat dan bakat belajar anak. H.
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara
analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan terlebih dahulu menghimpun dan memeriksa semua instrument pengumpulan data terutama angket dan pertanyaan wawancara yang telah di himpun secara terstruktur dan dinilai layak untuk diproses. Secara khusus untuk pengolahan data angket yang diberikan kepada responden akan diolah datanya kemudian disajikan dalam bentuk data tabel distribusi frekuensi sederhana, dengan menggunakan rumus sebagai berikut : (%) =
× 100
n
Keterangan f = frekuensi responden n = jumlah sampel
32
I.
Defenisi Operasional
1.
Minat belajar dimaknai sebagai rasa suka atau tertarik terhadap suatu hal atau aktivitas seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu kegiatan dapat juga dikatakan sebagai suatu keinginan atau kemauan yang merupakan dorongan seseorang untuk melakukan suatu hal atau aktivitas tanpa adanya paksaan dari luar dirinya sebagai kecenderungan jiwa yang relatif menetap kepada diri seseorang dan biasanya dengan perasaan senang.
2.
Oleh karena pola asuh secara harfiah memiliki makna yang terlalu luas maka pola asuh orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pola asuh yang hanya berfokus pada minat belajar anak yakni bagaimana cara orang tua memelihara, dan memeberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) berkaitan dengan mental dan kecerdasan berpikirnya. Pola asuh Orang tua berupa: pola asuh otoriter, pola asuh demokratis , dan pola asuh permisif
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua dalam mendukung minat belajar anak berupa: a.
pendidikan Orang tua
pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi persiapan mereka menjalankan cara dalam menerapkan pola asuhnya terhadap perkembangan belajar anak. b.
lingkungan
lingkungan masyarakat meliputi hubungan dengan teman bergaul, kegiatan dalam masyarakat, dan lingkungan tempat tinggal.
33
c.
budaya
Kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuhnya terhadap perkembangan belajar anak. 4.
Upaya-upaya Orang tua dalam menumbuhkan minat belajar anak berupa: a.
kontrol (controling)
yakni dapat berupa pengawasan dan pengecekan terhadap fasilitas belajar, kebutuhan belajar yang diperlukan anak dalam mendukung minat belajarnya. b.
komunikasi (communication)
yakni dengan selalu berkomunikasi secara seimbang dengan anak, ini menjadi penting dilakukan
karena anak terkadang dihadapkan pilihan-pilihan sulit
dalam menentukan minat belajarnya. c.
motivasi (motivation)
yakni dengan melakukan ransangan terhadap hal-hal yang disenangi anak dalam belajar, menolong anak memperoleh kondisi kesehatan mental yang lebih baik, serta meyakinkan akan pentingnya belajar bagi anak serta.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAAN A.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1.
Kondisi Geografis Secara geografis Kelurahan Raha I merupakan salah satu bagian dari
Kecamatan Katobu yang berada di Kabupaten Muna.Sedangkan Kabupaten Muna sendiri merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara yang terletak di Pulau Muna yang secara administratif memiliki wilayah diantaranya bagian utara dan sebagian Pulau Buton bagian timur,serta beberapa pulau kecil di sekitarnya. Jarak antara Ibu Kota Kabupaten Muna dengan Ibu Kota Provinsi sendiri ± 400 Km². perjalanan dapat ditempuh dengan menggunakan kapal laut, dan melalui jalur darat Tampo-Torobulu. Sedangkan secara astronomis, Kabupaten Muna berada pada posisi 4°15' LS - 4°30' LS serta 122°15' BT - 123°00' BT. Kabupaten Muna sendiri memiliki beberapa Kecamatan yang tersebar, namun salah satu yang cukup sentral dan ramai adalah Kecamatan Katobu yang berada alam wilayah Kota Raha yang tidak lain adalah Ibu Kota Kabupaten. Disanalah pusat-pusat pemerintahan, administrasi, kegiatan ekonomi, pendidikan dan kebudayaan dilakukan. Sementara itu Kecamatan Katobu memiliki beberapa kelurahan, salah satunya adalah Kelurahan Raha I. Kelurahan Raha I memiliki luas wilayah ± 25,43 Km², bentang alam Kelurahan Raha I sendiri terdiri dari daratan rendah dan menjulang ke atas dengan ketinggian 34
35
kurang dari 80 meter dari permukaan laut, dipadati oleh pemukiman penduduk. Adapun batas wilayah Kelurahan Raha I antara lain sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Raha II
Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Laende
Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pola yang dipisahkan oleh perairan selat Muna.
Sedangkan sebelah barat berbatasan dengan kawasan hutan jompi.
Sementara itu keadaan iklim Kelurahan Raha I pada umumnya relatif sama dengan iklim di daerah lain di Kabupaten Muna, yakni beriklim tropis dengan dua kali pergantian musim setiap tahunnya, yakni musim panas dengan suhu rata-rata 2733º C, musim kemarau terjadi pada bulan Juli-November, serta memiliki musim penghujan dimana memiliki curah hujan ± 2000-3000 mm, musim penghujan terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Juni. 2.
Kondisi Demografis a.
Jumlah dan keadaan penduduk
Berdasarkan data kependudukan tahun 2014 jumlah penduduk di Kelurahan Raha I mencapai 1771 jiwa dengan rincian jumlah Kepala Keluarga (KK) adalah sebanyak 782, jumlah ini meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, yang dikarenakan oleh bertambahnya komposisi penduduk dan arus urbanisasi dari yang jarang penduduknya ke yang padat penduduknya atau dari desa ke kota.Keadaan penduduk
36
di Kelurahan Raha I sendiri dapat dikategorikan berdasarkan komposisinya masingmasing, antara lain sebagai berikut: 1) Komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin Komposisi penduduk Kelurahan Raha I menurut umur dan jenis kelamin menunjukan penduduk laki-laki berjumlah 986 sementara penduduk berjenis kelamin perempuan berjumlah 784. Gambaran tentang komposisi penduduk Kelurahan Raha I menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel dibawah ini yaitu sebagai berikut: Tabel 1. Komposisi penduduk Kelurahan Raha I menurut umur dan jenis kelamin Kelompok Umur No.
(Tahun)
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
Frekuensi
%
1.
0-15 tahun
400
352
752
42,5%
2.
16-50 tahun
305
230
535
30,2%
3.
Diatas 50 tahun
281
203
484
27,3%
Jumlah
986
785
1771
100%
Sumber : Kantor Kec. Katobu, 2014 2) Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan Selain ketersediaan sumber daya alam sebagai daya dukung dan potensi daerah, maka tingkat pendidikan dalam hal ini kualitas Sumber Daya manusia (SDM) merupakan salah satu aspek yang mendukung tumbuh kembangnya daerah tersebut. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan penting dalam suatu daerah dimana
37
harus diupayakan serta harus selalu didukung dan dikembangkan oleh para pemangku kepentingan dan pemerintah daerah. Berdasarkan data kantor Kecamatan Katobu, menunjukan bahwa tingkat pendidikan di Kelurahan Raha I relatif tinggi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk yang tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), sedangkan tamatan Diploma dan Sarjana relatif memiliki jumalah yang sedang. Untuk mengetahui secara jelas keadaan penduduk Kelurahan Raha I berdasarkan tingkat pendidikan, maka dapat dilihat pada tabel 2 berikut: Tabel 2. Komposisi penduduk Kelurahan Raha I menurut tingkat pendidikan. No.
Tingkat pendidikan
frekuensi (Jiwa)
Presentase
1.
Tidak/Belum tamat SD
231
13,0%
2.
Tamat SD
200
11,3%
3.
Tamat SLTP
221
12,5%
4.
Tamat SMA
500
28,2%
5.
Diploma
300
16,9%
6.
Sarjana
319
18,0%
1771
100%
Jumlah Sumber: Kantor Kec. Katobu 2014
Dari tabel 2 diatas menunjukan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di Kelurahan Raha I di dominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) yakni mencapai 500 jiwa atau 28,2% dari total keseluruhan jumlah penduduk Kelurahan
38
Raha I, sementara tamatan sarjana dan diploma menempati urutan kedua dengan jumlah mencapai 300 jiwa serta 319 jiwa dengan presentase masing-masing 16,9%, dan 18,0%. Keadaan tersebut menunjukan bahwa tingkat pendidikan di Kelurahan Raha I cukup baik. 3) Komposisi penduduk menurut mata pencahrian Mata pencahrian penduduk di Kelurahan Raha I cukup beragam, namun sebagian besar didominasi oleh Wiraswasta, dan PNS, hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan kondisi geografis . Kelurahan Raha I sendiri berada di pusat kota Raha, sehingga praktis penduduk sebaian besar bekerja di sektor jasa (pelayanan) dan perdagangan. Untuk mengetahui secara jelas keadaan penduduk Kelurahan Raha I berdasarkan mata pencahrian maka dapat di gambarkan pada tabel berikut: Tabel 3. Komposisi penduduk menurut mata pencahrian No.
Jenis Mata Pencahrian
Jumlah (Jiwa)
Presentase
593
48,5%
1.
Pedagang / Wiraswasta
2.
Nelayan
21
1,7%
3.
PNS/TNI/POLRI
408
33,4%
4.
Pensiunan PNS/TNI/POLRI
200
16,4%
1222
100%
Jumlah Sumber : Kantor Kec. Katobu, 2014
Berdasarkan tabel 3 diatas memperlihatkan bahwa mata pencahrian penduduk
39
di Kelurahan Raha I didominasi oleh wiraswasta, yang mencapai 408 jiwa dengan presentase 33,4%, kemudian urutan kedua didominasi oleh PNS/TNI/POLRI sebanyak 593 jiwa dengan presentase 48,5%, setelah pensiunan PNS/TNI/POLRI masing-masing 200 jiwa dengan presentase 16,4%, serta yang berprofesi sebagai nelayan mencapai 21 jiwa dengan presentase 1,7%. 4) Komposisi penduduk berdasarkan pendapatan ekonomi Dengan beragamnya jenis mata pencahrian penduduk Kelurahan Raha I pendapatan ekonomi penduduk di Kelurahan Raha I dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4. Komposisi penduduk berdasarkan pendapatan ekonomi No.
Kelas Ekonomi
Jumlah keluarga
Jumlah
Presentase
pendapatan/KK 1.
Kelas ekonomi kebawah
400
Rp.1.200.000
51,0%
2.
Kelas ekonomi menengah
200
Rp.2.500.000
25,5%
3.
Kelas ekonomi menengah
184
Rp.5.000.000
23,5%
784
Rp.8.700.000
100%
keatas Jumlah Sumber: Kantor Kec. Katobu, 2014 Berdasarkan tabel 4 tersebut menunjukan bahwa komposisi penduduk berdasarkan pendapatan ekonomi di Kelurahan Raha I menunjukan bahwa kelas ekonomi kebawah dengan pendapatan Rp.1.200.000 sangat mendominasi dengan
40
julah mencapai 400 Kepala Keluarga (KK) dengan presentase 51,0%, kemudian diikuti dengan kelas ekonomi menengah dengan pendapatan Rp.2.500.000 dengan jumlah mencapai 200 Kepala Keluarga (KK) dengan presentase 25,5%, serta kelas ekonomi menengah keatas dengan pendapatan 5.000.000, yakni mencapai jumlah 184 Kepala Keluarga (KK) dengan presentase 23,5%. Ini menunjukan bahwa penduduk yang berada di Kelurahan Raha I masih terdapat keluarga dengan pendapatan yang renda meskipun memiliki perbandingan yang cukup berimbang dari total kelas ekonomi menengah dan menengah keatas. 5) Komposisi penduduk berdasarkan kepercayaan agama Keadaan penduduk di Kelurahan Raha I sendiri cukup beragam, terutama dalam hal kepercyaan agama, ini disebabkan karena perubahan dan perpindahan demografi penduduk dari tahun ketahun. Berikut komposisi penduduk di Kelurahan Raha I berdasarkan kepercayaan agama yang dapat ditampilkan dalam tabel berikut: Tabel 5. Komposisi penduduk berdasarkan kepercayaan agama No.
Kepercayaan Agama
Jumlah (Jiwa)
Presentase (%)
1.
Islam
1170
66,0%
2.
Hindu
100
5,6%
3.
Budha
30
1,7%
4.
Kristen Protestan/Katolik
471
26,6%
Jumlah
1771
100%
Sumber: Kantor Kec. Katobu,2014
41
Berdasarkan data koposisi penduduk berdasarkan kepercayaan agama dari tabel 5 tersebut menunjukan bahwa penduduk dengan kepercayaan agama Islam mencapai 1170 jiwa dengan presentase 66,0%, kemudian disusul oleh penduduk dengan kepercayaan agama Kristen protestan/katolik, mencapai 471 jiwa dengan presentase 26,6%, setelah itu agama Hindu mencapai 100 jiwa dengan presentase 5,6%, serta penduduk dengan agama Budha mencapai 30 jiwa dengan presentase 1,7%. b. Keadaan sosial dan budaya Masyarakat di Kelurahan Raha I pada dasarnya cukup beragam ini bisa dilihat dari keberadaan beberapa pemeluk agama, yakni Islam, Kristen, Hindu, dan Budha, kemudian terdapatnya juga berbagai etnis yang mendiami daerah tersebut antara lain etnis Muna sebagai penduduk asli, kemudian Etnis pendatang diantaranya BugisMakasar, Buton, Jawa, Tionghoa, dan Ambon. Meskipun masyarakat di daerah tersebut cukup heterogen namun interaksi masyarakat di Kelurahan Raha I cukup harmonis, meskipun disisi lain belakangan ini terjadi konflik horizontal antara warga, namun konflik yang terjadi bukan melibatkan isu SARA melainkan hanya melibatkan pemuda (remaja) diantara lorong di Kelurahan tersebut. Sementara itu barkaitan dengan pembangunan di Kelurahan tersebut yakni berkaitan dengan pembangunan infrastruktur dan pemukiman penduduk tercatat pada tahun 2014-2015 ini telah terdapat 884 pemukiman, kemudian 50 unit rumah ibadah, 15 unit gedung pemerintahan, 12 Unit Sekolah, 8 Sarana olahraga, 2 taman hijau terbuka dan sisanya bangunan-bangunan Rumah Toko (Ruko).
42
B.
Kondisi Orang Tua di Kelurahan Raha I Sebagai bagian dari Kecamatan Katobu dalam hal ini Ibu Kota Kebupaten
Muna, Kelurahan Raha I tentu menjadi pusat pendidikan dan pembangunan budaya di daerah tersebut. Di Kelurahan ini setidaknya terdapat 782 kepala keluarga (KK) yang tersebar, namun secara khusus Orang tuayang anaknya bersekolah dan menjadi siswa di Sekolah Menengah Peratama dalam hal ini (SMP Negeri 1 Raha) dan Sekolah Menengah Atas (SMA Negeri 2 Raha) mencapai 405 kepala keluarga (KK). Kondisi Orang tua yang berada di Kelurahan Raha I terdiri dari Orang tua dengan berbagai macam latar belakang pendidikan, keadaan ekonomi, serta kondisi sosial budaya. Keadaan Orang tua siswa di Kelurahan Raha I sendiri dapat dikategorikan berdasarkan komposisinya masing-masing, antara lain sebagai berikut: 1.
Komposisi Orang tua berdasarkan tingkat pendidikan Keadaan Orang tua berdasarkan tingkat pendidikan dapat di tampilkan dalam
tabel berikut: Tabel 6. Komposisi Orang tua Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat pendidikan
Jumlah (KK)
Presentase (%)
1.
Tamat SD
25
3,4%
2.
Tamat SMP
203
27,9%%
3.
Tamat SMA
300
41,3%
4.
Diploma/Sarjana
200
27,5%
728
100%
Jumlah Sumber: Kantor Kel.Raha I,2014
43
Berdasarkan tabel tersebut bahwa keadaan Orang tua di Kelurahan Raha 1 didominasi oleh tamatan SMA dan tamatan Diploma/Sarjana, kemudian diikuti oleh tamatan SMP dan tamatan SD. 2.
Komposisi Orang tua berdasarkan keadaan ekonomi (tingkat pendapatan) Keadaan Orang tua berdasarkan kondisi ekonomi (tingkat pendapatan) dapat
ditampilkan dalam tabel berikut: Tabel 7. Komposisi Orang tua Berdasarkan Keadaan Ekonomi (tingkat pendapatan) No.
Kelas Ekonomi
Tingkat pendapatan (Rp)
Jumlah
Presentase (%)
1.
Kelas bawah
Rp 1.200.000
400
51,0%
2.
Kelas menengah
Rp. 2.000.000
200
25,5%
3
Kelas menengah atas
Rp. 5.000.000
184
23,5%
728
100%
Jumlah Sumber: Kantor Kel. Raha I,2014
Berdasarkan tabel tersebut bahwa keadaan Orang tua di Kelurahan Raha I berdasarkan kondisi ekonomi dalam hal ini tingkat pendapatan menunjukan bahwa keluarga dengan jumlah pendapatan Rp.5.000.000 mencapai sebanyak 184 kepala keluarga (KK), sementara itu keluarga dengan jumlah pendapatan Rp.1.200.000 mencapai 400 kepala keluarga (KK), sisanya adalah keluarga dengan jumlah pendapatan Rp.2.000.000 mencapai 200 kepala keluarga (KK).Keadaan ini
44
menunjukan bahwa kondisi ekonomi berdasarkan tingkat pendapatan Orang tua di Kelurahan Raha I cukup rendah. 3.
Komposisi Orang tua yang berdasarkan jenis mata pencahrian (pekerjaan) Keadaan Orang tua berdasarkan jenis mata pencahrian dapat di tampilkan
dalam tabel berikut: Tabel 8. Komposisi Orang tua Berdasarkan Jenis Mata Pencahrian No.
Jenis mata pencahrian
Jumlah
1.
Wiraswasta
570
78,3%
2.
PNS
35
4,8%
3.
Pensiunan
123
16,9%
728
100%
Jumlah
Presentase (%)
Sumber: Kantor Kel. Raha I,2014 Berdasarkan data dari tabel tersebut menunjukan bahwa Orang tua di Kelurahan Raha I memiliki jenis mata pencahrian yang beragam yakni terdiri dari wiraswasta mencapai 570 dengan presentase mencapai78,3%, kemudian yang berprofesi sebagai pensiunan mencapai 123 KK dengan presentase 16,9%, dan yang memiliki jenis mata pencahrian atau pekerjaan sebagai PNS mencapai 35 orang dengan presentase 4,8%. Ketiga faktor di atas akan sangat menentukan bagi berlansungnya transformasi sosial budaya maupun pembangunan daerah disetiap sektor pembangunan, salah satunya adalah keterlibatan orang tua di Kelurahan Raha I, dalam proses pendidikan,
45
terutama berkaitan dengan bimbingan belajar ataupun dukungan terhadap proses belajar anak. Kemudian berkaitan dengan pola asuh khususnya Orang tua siswa di Kelurahan Raha I, menununjukan terlihat adanya kecenderungan pola asuh orang tua terhadap minat belajar anaknya mengarah pada sikap-sikap otoriter, meskipun disisi lain terdapat pula pola asuh demokratis. Kondisi ini bisa diamati dari sikap dan kebiasaan Orang tua memperlakukan proses bimbingan belajar anaknya di rumah, bentuk pengawasan serta keterlibatan dan komunikasi orang tua terhadap proses belajarnya. Misalnya mulai dari tampaknya Orang tua yang terlalu memberikan pengawasan kaku dan ketat terhadap proses belajar anak, memaksakan kehendak anak untuk menuruti kemauan orang tua terhadap penentuan minat belajarnya disekolah, serta bentuk komunikasi dan motivasi yang dilakukan Orang tua terhadap anaknya. Kemudian yang menjadi pengamatan juga disisi lain menunjukan terdapat rendahnya minat belajar anak dari Orang tua di Kelurahan Raha I khususnya yang bersekolah di SMP Negeri 1 Raha dan SMA Negeri 2 Raha. Tentunya hal ini sangat dipengaruhi oleh keterlibatan orang tuanya di rumah salah satunya adalah penerapan pola asuhnya yang berkaitan dengan minat belajarnya. C.
Identitas Responden Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel 40 responden. Responden
dalam penelitian ini terdiri dari anak dalam hal ini seluruh siswa di Kelurahan Raha I yang sedang aktif berskolah dijenjang pendidikan SMA (Sekolah Menengah Atas) dan SMP (Sekolah Menengah Pertama) yang berusia 15-17 tahun. Metode penarikan
46
sampel menggunakan sampel non probability (purposive sampling). Responden dalam penelitian ini akan dikualifikasi dan dikuatifikasi berdasarkan karakteristiknya masing-masing yakni berdasarkan umur, jenis kelamin, dan mata pelajaran yang diminati. 1.
Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Identas responden di Kelurahan Raha I, berdasarkan jenis kelamin dapat
ditampilkan dalam tabel berikut: Tabel 9. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. No.
Jenis kelamin Responden
Jumlah (KK)
Presentase (%)
1.
Laki-laki
27
67,5%
2.
Perempuan
13
32,5%
40
100%
Jumlah Responden Sumber: Data Observasi Penelitian
Identitas responden berdasarkan jenis kelamin disini peneliti menetapkan responden dari jenis kelamin laki-laki sebanyak 27 orang dengan presentase 67,5%, dan responden dari jenis kelamin perempuan sebanyak 13 orang dengan presentase 32,5%. Disini peneliti sengaja menetapkan responden dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan jumlah yang tidak berimbang karena disesuaikan dengan komposisi populasi responden di Kelurahan Raha I sehingga data yang dihimpun lebih berimbang.
47
2.
Identitas Responden Berdasarkan Umur Identitas responden di Kelurhan Raha I, berdasarkan Umur dapat ditampilkan
dalam tabel berikut yakni: Tabel 10. Identitas Responden Berdasarkan Umur No.
Umur Responden
Jumlah (Orang)
Presentase
1.
15
8
20%
2.
16
6
15%
3.
17
26
65%
40
100%
Jumlah Responden Sumber: Data Observasi Penelitian
Identitas responden berdasarkan umur disini peneliti menetapkan responden pada kategori yakni, umur yang berkisar antara 15-17 tahun yakni mereka yang sedang duduk dikelas IX (sembilan) SMP dengan usia 15 tahun berjumlah 8 Orang, kemudian dikelas X (sepuluh) SMA dengan usia 16 tahun berjumlah 6, serta kelas XI (sebelas) sebanyak 26 Orang. Disini peneliti sengaja menetapkan kategori responden dengan umur 15-17 dengan presentasenya masing-masing, karena dengan alasan bahwa pada kisaran umur 15-17 merupakan usia yang ideal bagi anak dalam hal ini responden untuk mengekspresikan minat belajar mereka secara kolektif ke dalam kelas penjurusan misalkan berminat ke kelas IPA atau IPS.
48
3.
Identitas Responden Berdasarkan Mata Pelajaran Yang Diminati Aspek ini menjadi sangat penting dalam penelitian ini karena dengan
mengetahui jenis mata pelajaran yang diminati oleh responden, masalah dalam penelitian ini akan lebih terjawab dan labih relevan dengan konteks penelitian Identitas responden di Kelurahan Raha I, berdasarkan mata pelajaran yang diminati dapat ditampilkan dalam tabel berikut: Tabel 11. Identitas Responden Berdasarkan Mata Pelajaran Yang Diminati No.
Mata pelajaran yang diminati
Jumlah (Orang)
Presentase
1.
FISIKA
6
15%
3.
KIMIA
9
22,5%
4.
MATE-MATIKA
4
10%
5.
BAHASA INGGRIS
5
12,5%
6.
EKONOMI
4
10%
8
SEJARAH
9
22,5%
40
100%
Jumlah Responden Sumber : Data Observasi Penelitian D.
Pola Asuh Orang Tua Dalam Mendukung Minat Belajar Anak Pola asuh Orang tua dimaknai sebagai gaya pendidikan dan metode disiplin
yang diterapkan orang tua dalam berinteraksi dengan anak didiknya, yakni bagaimana cara dia memberikan pelatihan, bimbingan dan tuntunan terkait dengan kemampuan
49
dan perkembangan mental dan berpikirnya. Jadi pola asuh hanya terbatas pada cara Orang tua membimbing perkembangan mental berpikirnya. Pola asuh otoriter memberikan pengertian bahwa pola asuh dimana remaja atau anak didik harus mengikuti pendapat dan keinginan Orang tua. Ditandai dengan detached dan Kontrol yang kurang hangat dari Orang tua, dan kurang responsif terhadap minat belajar anak, kekuasan terletak pada pihak orang tua, kaum remaja tidak diperkenankan memberikan pendapat, Orang tua mengharapkan suatu kepatuhan mutlak dari pihak anak atau remaja. Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan minat belajar anak, akan tetapi tidak ragu dalam mengendalikan mereka. Orang tua dengan perilaku ini bersikap rasional, fleksibel, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiranyang ideal dan kontekstual serta mau berkomunikasi dengan anak termasuk dalam kaitannya dengan pengarahan minat belajarnya, hal ini terlihat dari perhatian belajar yang diberikan, menyikapi kemauan belajar anak, serta komunikasi yang diberikan. Sedangkan pola asuh permisif ditandai dengan sikap Orang tua yang serba membolehkan kemauan anak namun tanpa pertimbangan yang objektif, tanpa pengendalian, kurang responsif terhadap kemauan anak. Anak dengan pola asuh permisif akan lemah dalam minat belajarnya, kurang bertanggung jawab dan kurang mandiri dalam belajar.
50
Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana pola asuh Orang tua dalam mendukung minat belajar anak di Kelurahan Raha I, pada variabel ini disebar angket dengan 5 poin pertanyaan kepada 40 responden. Pertanyaan pertama; berkaitan dengan intensitas perhatian belajar yang diberikan oleh orang tua responden, opsi jawaban yang disediakan pada pertanyaan 1 (satu) ini sama dengan opsi jawaban nomor 5 (lima, terdiri dari 3 (tiga) opsi yakni (a) sering, (b) jarang, dan (c) tidak pernah. Kedua; berkaitan dengan sikap Orang tua terhadap kebutuhan belajarya. Ketiga; berkaitan dengan komunikasi yang dilakukan oleh Orang tua responden, selanjutnya keempat adalah berkaitan dengan bentuk bimbingan belajar yang diberikan oleh Orang tua responden, pada pertanyaan ini peneliti menyediakan 3 (tiga) opsi jawaban yakni pada opsi (a) selalu menyediakan segala perlengkapan belajar, kemudian pada opsi (b) kurang peduli, (c) tidak ada sama sekali bimbingan dan dukungan. Kemudian pada pertanyaan ke 5 (lima) ; berkaitan dengan intensitas motivasi Orang tua responden pada mata pelajaran yang diminati. Sehingga berdasarkan temuan penelitian dilapangan tentang pola asuh Orang tua dalam mendukung minat belajar anak di Kelurahan Raha I dengan menggunakan angket yang disebarkan kepada 40 responden, pada bagian pertama dalam pertanyaan penelitian ini adalah terkait intensitas perhatian belajar yang diberikan oleh Orang tua responden, terhadap mata pelajaran yang diminati atau disenangi responden (anak/siswa) dalam belajar, dari pertanyaan ini diperoleh tanggapan responden yang dapat digambarkan pada tabel berikut :
51
Tabel 12. Tanggapan responden tentang intensitas perhatian belajar yang diberikan oleh Orang tuanya. No.
Tanggapan responden
Frekuensi ( f )
Presentase
1.
Sering
30
75%
2.
Jarang
6
15%
3.
Tidak peduli
4
10%
Jumlah
40
100%
Sumber : Data Hasil Penelitian Berdasarkan data dari tabel tersebut mengenai tanggapan responden tentang intensitas perhatian belajar yang diberikan oleh Orang tuanya, menunjukan bahwa mayoritas responden yakni dengan jumlah 30 Orang responden dengan presentase 75% responden mengaku Orang tua mereka sering memberikan perhatian belajar yang diberikan oleh Orang tuanya, kemudian 6 Orang responden dengan presentase 15% responden menyatakan Orang tua mereka jarang memberikan perhatian belajar, serta sisanya 4 Orang responden dengan presentase 10% responden mengaku Orang tua tidak peduli akan perhatian belajar yang diberikan. Dari data tersebut terlihat bahwa kecenderungan akan perhatian belajar yang diberikan oleh Orang tua responden lebih mengarah pada pola asuh yang demoratis, hal ini kemudian diperkuat oleh peryataan Informan dari pihak Orang tua sendiri, seperti halnya yang diungkapkan oleh salah satu responden penelitian yang bernama La Ganefo (45), yakni:
52
“anak saya yang pertama bersekolah di SMA 2 Raha, biasanya kalau anak saya kelihatanya suka pada mata pelajaran tertentu, katakan sajalah pelajaran akuntasi, perhatian yang saya berikan itu pertama-tama, saya bicarakan dulu dengan dia, apa yang kira-kira dia butuhkan misalnya di butuh buku cetak panduan atau keperluan lainya” (Wawancara Selasa 16 Maret 2015) Dari peryataan tersebut terlihat bahwa pola asuh Orang tua di Kelurahan Raha I dalam mendukung minat belajar anak cukup rasional dan fleksibel ini terlihat dari sikap mereka yang mau beradaptasi dengan kemauan anak dan dapat memberikan pertimbangan secara rasional. Kemudian pada bagian kedua dalam pertanyaan penelitian yang diberikan kepada responden penelitian adalah terkait dengan sikap Orang tua responden jika responden membutuhkan perlengkapan belajar terhadap mata pelajaran yang diminati oleh responden. Dari pertanyaan ini diperoleh tanggapan responden yang dapat ditampilkan dalam tabel berikut: Tabel 12. Tanggapan responden tentang sikap orang tua mereka terhadap perlengkapan belajar yang dibutuhkan. No.
Tanggapan responden
Frekuensi ( f )
Presentase
1.
Merespon dengan baik
15
37,5%
2.
Kurang merespon
24
60%
3.
Tidak peduli
1
2,5%
Jumlah
40
100%
Sumber : Data Hasil Penelitian
53
Berdasarkan data dari tabel tersebut mengenai tanggapan responden tentang sikap Orang tua mereka terhadap perlengkapan belajar yang mereka butuhkan menunjukan bahwa sebanyak 24 Orang responden dengan presentase 60% responden mengaku Orang tua mereka kurang merespon ketika responden membutuhkan perlengkapan belajar, sementara itu disisi lain sebanyak 15 Orang responden dengan presentase 37,5% responden mengaku Orang tua mereka merespon dengan baik ketika responden membutuhkan perlengkapan belajar, sementara 1 Orang responden dengan presentase 2,5% responden mengaku Orang tua mereka tidak peduli. Dari data tersebut terlihat bahwa kecenderungan akan sikap Orang tua responden terhadap perlengkapan belajar yang dibutuhkan responden lebih mengarah pada pola asuh permisif , hal ini kemudian diperkuat oleh peryataan informan dari pihak Orang tua sendiri, seperti halnya yang diungkapkan oleh salah satu responden penelitian yang bernama La Toro (40) yakni: “kalau anak saya membutuhkan perlengkapan belajar itu memang tidak lansung dipenuhi, karena maklumlah kondisi ekonomi kita disini kan jujur masih rendah, jadi bukan persoalan kita tak peduli tapi, lagi-lagi ini adalah masalah ekonomi” (Wawancara selasa 16 Maret 2015) Dari peryataan tersebut terlihat bahwa pola asuh Orang tua di Kelurahan Raha I, cenderung lemah dan kurang merespon jika berkaitan dengan perlengkapan belajar yang mereka butuhkan, namun hal ini disebabkan karena faktor ekonomi sehingga mereka cenderung lemah dalam memberikan respon untuk menyediakan fasilitas belajar yang diperlukan.
54
Kemudian pada bagian ketiga dalam pertanyaan penelitian yang dibagikan kepada responden adalah terkait dengan seperti apa komunikasi yang dilakukan oleh Orang tua responden jika responden memilih kosentrasi penjurusan kelas misalnya kelas IPA atau IPS. Pada pertanyaan ini opsi jawaban yang disediakan terdiri dari 3 (tiga) opsi jawaban yang akan dijawab oleh responden yakni (a) melakukan komunikasi yang seimbang, (b) menyerahkan tanpa ada pertimbangan yang ideal, (c) memaksa. Dari pertanyaan ini diperoleh tanggapan responden yang dapat ditampilkan dalam tabel berikut: Tabel 14. Tanggapan reponden tentang bentuk komunikasi yang dilakukan oleh Orang tua mereka ketika memilih penjurusan kelas. No.
Tanggapan responden
Frekuensi ( f )
Presentase
1.
Melakukan komunikasi yang seimbang
4
10%
2.
Meyerahkan tanpa ada pertimbangan yang
3
7,5%
33
82,5%
40
100%
ideal 3.
Memaksa Jumlah Sumber: Data hasil Penelitian
Berdasarkan data dari tabel tersebut mengenai tanggapan responden tentang bentuk komunikasi yang dilakukan oleh Orang tua mereka ketika memilih penjurusan kelas IPA atau IPS, menunjukan bahwa sebanyak 33 Orang responden dengan presentase 82,5% responden mengaku Orang tua mereka cenderung memaksa, kemudian 4 orang responden dengan presentase 10% responden mengaku Orang tua
55
mereka melakukan komunikasi yang seimbang ketika mereka memilih penjurusan kelas, sementara itu 3 Orang responden dengan presentase 7,5% responden mengaku Orang tua mereka lebih menyerahkan kepadanya tanpa ada pertimbangan yang ideal. Dari data tersebut terlihat bahwa bentuk komunikasi yang dilakukan oleh Orang tua responden ketika responden hendak memilih penjurusan kelas cenderung otoriter yakni lebih memaksakan kehendak mereka untuk dituruti anak, hal ini kemudian juga terlihat dari pernyataan informan penelitian ketika peneliti memberikan pertanyaan berkaitan dengan bentuk komunikasi yang dilakukan ketika anaknya hendak memilih penjurusan kelas IPA dan IPS yakni seperti kutipan peryataan oleh salah seorang informan penelitian yang bernama Sabara (38) yakni: “anak saya baru kelas satu SMA,dia cukup pintar karena nilai rapornya selalu bagus dan dia juga pernah dapat ranking waktu SMP, jadi kalau dia masuk penjurusan kelas nanti saya akan mengarahkanya ke kelas IPA, karena dia pintar tidak seperti anakanak lain” (Wawancara 16 Maret 2015) Dari peryataan tersebut terlihat bahwa pola asuh Orang tua yang berkaitan dengan bentuk komunikasi yang dilakukan oleh Orang tua kepada anak jika anaknya hendak memilih kosentrasi penjurusan kelas lebih mengarah pada pola asuh otoriter yakni cenderung memaksa anak untuk menuruti kemauannya tanpa memberikan pertimbangan terlebih dahulu. Kemudian masih berkaitan dengan pertanyaan ini Orang tua memberikan perhatian belajar yang kurang hangat dan tertutup dan cenderung lemah terhadap hal yang disenangi anaknya dalam belajar (permisif), seperti misalnya yang dikatakan oleh bapak La Jima (50) yakni:
56
“kalau untuk hal-hal seperti itu saya kurang berbicara dengan anak, maksudnya saya lebih menyerahkan kepadanya, saya pikir itu menjadi tanggung jawab anak seluruhnya jika berkaitan dengan perihal minat belajarnya, tidak perlu lagi saya turun tangan” (Wawancara 16 Maret 2015) Kemudian untuk pertanyaan keempat adalah berkaitan dengan bentuk bimbingan belajar yang diberikan oleh Orang tua responden, pada pertanyaan ini opsi jawaban yang disediakan terdiri dari 3 (tiga) yakni (a) selalu mengingatkan dan menyediakan perlengkapan belajar, (b) kurang peduli, (c) tidak pernah melakukan bimbingan ataupun dukungan. Selanjutnya dari angket pertanyaan ini diperoleh tanggapan responden yang dapat ditampilkan pada tabel berikut yakni: Tabel 15. Tanggapan responden terhadap bentuk bimbingan belajar yang diberikan oleh Orang tua responden. No
Tanggapan responden
Frekuensi ( f )
Presentase
1.
Selalu mengingatkan dan menyediakan
25
62,5%
segala keperluan belajar 2.
Kurang peduli
12
30%
3.
Tidak pernah melakukan bimbingan atau
3
7,5%
40
100%
dukungan Jumlah Sumber: Data Hasil Penelitian Bedasarkan data dari tabel tersebut mengenai tanggapan responden terhadap bentuk bimbingan belajar yang diberikan oleh Orang tua responden, menunjukan
57
bahwa sebanyak 25 orang responden dengan presentase 62,5% responden mengaku Orang tua mereka selalu mengingatkan dan menyediakan segala keperluan belajar, kemudian 12 Orang responden dengan presentase 30% responden mengaku Orang tua mereka kurang peduli, kemudian 3 (tiga) Orang responden dengan presentase terendah yakni 7,5% responden mengaku tidak pernah melakukan bimbingan atau dukungan. Dari data tersebut dapat dipahami bahwa bentuk bimbingan yang diberikan oleh Orang tua responden di kelurahan Raha I, berkaitan dengan bentuk bimbingan yang diberikan lebih mengarah pada pola didik yang demokratis yakni bentuk bimbingan yang diberikan oleh Orang tua responden adalah selalu mengingatkan dan menyediakan segala keperluan belajar. Hal ini kemudian diperkuat dengan peryataan salah seorang informan seperti halnya kutipan peryataan informan penelitian yang bernama Syamsuddin (37), yakni: “ini adalah sebuah kemunduran bagi anak, jangan sampai ini dibiarkan, anak saya dulunya tidak suka bahasa inggris namun karena setiap hari saya selalu membimbing dan melatihnya termasuk dalam penyediaan bahan bacaan maka dengean sendirinya anak saya menjadi berminat pada pelajaran itu” (Wawancara 16 Maret 2015) Selanjutnya pertanyaan kelima adalah berkaitan dengan intensitas motivasi belajar yang diberikan oleh Orang tua responden terhadap mata pelajaran yang diminati, pada pertayaan ini opsi jawaban yang disediakan kepada responden terdiri dari 3 (tiga) opsi jawaban yakni (a) sering, (b) jarang, dan (c) tidak peduli sama sekali.
58
Pertanyaan ini pada dasarnya diajukan kepada responden untuk mengetahui tingkat kerja sama atau keterlibatan Orang tua dalam mendukung minat belajar pada responden itu sendiri. Sehingga berdasarkan temuan penelitian menunjukan bahwa dari angket pertanyaan ini diperoleh tanggapan responden mengenai intensitas motivasi belajar yang diberikan oleh responden adalah dapat ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 16. Tanggapan responden terhadap intensitas motivasi belajar yang diberikan oleh Orang tua responden. No
Tanggapan responden
Frekuensi ( f )
Presentase
1.
Sering
30
75%
2.
Jarang
8
10%
3.
Tidak peduli sama sekali
2
15%
40
100%
Jumlah Sumber : Data Hasil Penelitian
Berdasarkan data dari tabel tersebut mengenai tanggapan responden terhadap intensitas motivasi belajar yang diberikan oleh Orang tua responden menunjukan bahwa sebanyak 30 Orang responden dengan presentase 75% responden mengaku Orang tua mereka sering melakukan motivasi belajar terhadap mata pelajaran yang dilakukan oleh responden, kemudian sebanyak 8 orang responden dengan presentase 10% responden mengaku Orang tua mereka jarang melakukan motivasi belajar terhadap mata pelajaran yang mereka minati, selanjutnya sebanyak 2 Orang
59
responden dengan presentase 15% responden mengaku tidak pernah mendapatkan motivasi belajar terhadap mata pelajaran yang mereka minati. Dari data tersebut dapat dipahami bahwa bentuk pola asuh yang diberikan orang tua terkait dengan motivasi belajar yang diberikan oleh Orang tua responden terhadap mata pelajaran yang diminati oleh responden lebih mengarah pada pola asuh yang demokratis yakni Orang tua sering melakukan motivasi belajar. Sehingga berdasarkan keterangan diatas berkaitan dengan bagaimana pola asuh Orang tua dalam mendukung minat belajar anak di Kelurahan Raha I diperoleh gambaran bahwa bentuk pola asuh yang ditampilkan lebih cenderung mengarah pada pola asuh yang demokratis ini terlihat
3 (tiga) dari 5 (lima) bentuk angket
pertanyaan yang diberikan yakni pertanyaan pertama berkaitan dengan intensitas perhatian belajar yang diberikan oleh orang tua responden terhadap mata pelajaran yang diminati menunjukan bahwa sebanyak 30 Orang responden dengan presentase 75% responden mengaku sering memberikan perhatian belajar, kemudian pada pertanyaan keempat dan pertanyaan kelima yakni masing-masing berkaitan dengan bentuk bimbingan belajar dan intensitas motivasi belajar yang diberikan oleh Orang tua responden menunjukan bahwa pola asuh Orang tua dikelurahan Raha I cukup demokratis. Sementara itu disisi lain terdapat kecenderungan pola asuh permisif Orang tua di Kelurahan Raha I meskipun presentasenya tidak terlalu ekstrem, ini terlihat pada pertanyaan kedua berkaitan dengan sikap Orang tua responden jika responden membutuhkan perlengkapan belajar terhadap mata pelajaran yang diminati menunjukan bahwa sebanyak 24 Orang responden dengan presentase 60% responden
60
mengaku Orang tua mereka memberikan respon yang baik. Kemudian ditemukan pula pola asuh yang cenderung otoriter dari Orang tua di Kelurahan Raha I, ini terlihat pada pertanyaan ketiga berkaitan dengan bentuk komunikasi yang dilakukan Orang tua responden jika memilih kosentrasi penjurusan kelas misalnya IPA atau IPS, menunjukan bahwa sebanyak 33 Orang responden dengan presentase 82,5% responden mengaku Orang tua mereka cenderung memaksa. E.
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua Dalam Mendukung Minat Belajar Anak Berdasarkan temuan penelitian dilapangan menunjukan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi pola asuh Orang tua dalam mendukung minat belajaran anak di Kelurahan Raha I adalah antara lain terdiri dari: 1.
Faktor Pendidikan Orang tua Keluarga memiliki peran yang besar dalam menciptakan minat belajar bagi
anak. Seperti yang kita tahu, keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama bagi anak. Cara orang tua dalam mengajar dapat mempengaruhi minat belajar anak. Orang tua harus selalu siap sedia saat anak membutuhkan bantuan terlebih terhadap materi pelajaran yang sulit ditangkap oleh anak. Kualitas pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi persiapan mereka menjalankan cara dalam menerapkan pola asuhnya terhadap perkembangan belajar anak. Karena kualitas pendidikan orang tua sangat mempengaruhi cara mereka dalam mendidik anak itu sendiri termasuk mendukung minat belajarnya.
61
Bila dilihat dari tingkat pendidikan formal masyarakat Kelurahan Raha I menunjukan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di daerah tersebut cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk yang sebagian besar lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA), kemudian lulusan diploma dan sarjana, dan yang terendah adalah tamatan Sekolah Dasar (SD). Tingginya tingkat pendidikan Orang tua di Kelurahan Raha I memberikan dampak yang positif bagi penerapan pola asuhnya mereka dalam mendukung minat belajar anaknya, hal ini terlihat dari penerapan pola asuhnya Orang tua yang cenderung demokratis terhadap minat belajar anaknya, seperti halnya yang dikemukakan pula oleh salah seorang informan penelitian yang bernama Muharam (32), yakni: “kita bisa sebenarnya melihat perbedaan yang dihasilkan oleh orang tua yang tingkat pendidikanya tinggi dan Orang tua yang tingkat pendidikanya rendah, orang tua yang tingkat pendidikannya baik biasanya anaknya lebih sukses dalam belajar, termasuk mendukung minat belajarnya, ketimbang yang pendidikanya rendah, meskipun itu tidak secara umum” (Wawancara 17 maret 2015). Selanjutnya keterangan dari Baharuddin (50), sebagai seorang Guru dikelurahan tersebut mengatakan bahwa: “saya pikir seorang anak atau peserta didik menjadi sukses dalam belajar karena dukungan Orang tuanya, Orang tua yang punya pendidikan tentunya paham akan hal ini merekamember respon yang positif, karena pada dasarnya Orang tua itu memiliki waktu yang dominan dalam mengasuh anaknya, jadi lagi-lagi pendidikan cukup berperan.” (Wawancara 17 Maret 2015)
62
Dari keterangan tersebut terlihat bahwa tingkat pendidikan Orang tua memegang peranan yang cukup penting dan memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan belajar anak termasuk dalam hal minat belajar anak. Orang tua yang memiliki pendidikan yang baik akan lebih memahami bagaimana cara mendukung minat belajarnya. 2.
Lingkungan Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak mustahil
jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola pendidikan yang diberikan orang tua terhadap anaknya. Lingkungan masyarakat di Kelurahan Raha I meliputi hubungan dengan teman bergaul, kegiatan dalam masyarakat, dan lingkungan tempat tinggal. Berdasarkan temuan penelitian dilapangan memperlihatkaan bahwa, kondisi lingkungan di Kelurahan Raha I cukup memberi andil dalam mempengaruhi polapola ataupun cara pendidikan Orang tua yang dilakukan terhadap anaknya, kondisi ini meliputi bentuk-bentuk kegiatan yang rutin dilakukan Oleh masyarakat di daerah tersebut. Pesatnya laju pembangunan serta strategisnya posisi Kelurahan Raha I yang berada di Ibu Kota Kabupaten Muna memberikan manfaat dan kemudahan tersendiri bagi masyarakat dalam menjalankan rutinitas kegiatan, baik itu kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan, serta tersedianya taman-taman baca, tempat kursus dan perpustakaan daerah dan sarana pendukung lainya, yang secara tidak lansung ikut memberikan dampak yang positif bagi pembangunan kualitas sumber daya Orang tua dan peserta didik di Kelurahan tersebut, meskipun disisi lain sarana-sarana yang
63
tersedia tersebut masih kurang dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat, seperti misalnya kutipan peryataan dari Kepala Lurah Raha I yang bernama Sahril Uddin (32), yakni: “program-program kreatif dan edukatif di kelurahan ini sebenarnya telah berjalan seperti misalnya program pelatihan kewirausaahan bagi masyarakat, kemudian juga taman-taman baca yang disediakan, serta sarana-sarana olahraga dan program kegiatan PKK diantaranya bagaimana Orang tua seharusnya membangun karakter anak seperti yang telah dicanangkan oleh pemerintah kita, namun disayangkan juga adalah masyarakat banyak yang tidak terlibat didalamnya” (Wawancara 18 Maret 2015) Di Kelurahan Raha I sendiri terdapat beberapa kegiatan yang bernuansa edukatif, misalnya terdapat gerakan anak menabung yang digagas oleh masyarakat, kelompok-kelompok pengajian, tempat-tampat kursus atau bimbingan belajar, program pelatihan kewirausahaan yang juga di bentuk oleh pemerintah setempat, meskipun secara spesifik program supervisi pendidikan yang berkaitan dengan bagaimana seharusnya Orang tua dalam mendukung proses belajar anak belum diadakan oleh pemerintah, kebijakan seperti ini sangat diperlukan oleh masyarakat dalam hal ini Orang tua siswa atau peserta didik, seperti halnya yang diungkapakan oleh salah seorang informan yang bernama La Saiona (53) yakni: “kita mesti paham bahwa lingkungan pendidikan bukan hanya sekolah semata melainkan ada juga lingkungan non formal dimasyarakat yang turut mempengaruhi anak tersebut, paling tidak keberadaan keluarga, dan nyatanya yang dirasakan terdapatnya kesenjangan diantara lingkungan ini, jadi mesti ada langkah dari pemerintah juga agar mensinergikan kedua lingkungan pendidikan ini” (Wawancara 18 Maret 2015)
64
Sehingga berkaitan dengan ini dapat disimpulkan bahwa kondisi lingkungan di Kelurahan Raha I cukup mempengaruhi dan mendukung pola-pola ataupun kebiasaan Orang tua di kelurahan tersebut dalam hal mendukung minat belajarnya, namun disamping itu juga dibutuhkan kesadaran dari pada masyarakat dan pemerintah untuk terlibat didalamnya. 3.
Budaya Slameto (2003:145), mengemukakan sering kali Orang tua mengikuti cara-cara
yang dilakukan oleh masyarakat dalam mendidik anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat disekitarnya dalam mendidik anak, karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan, budaya akan membentuk mainstream masyarakat serta menemukan cara yang tepat termasuk dalam hal mendidik anak. Berdasarkan temuan penelitian di lapangan menunjukan bahwa kondisi budaya masyarakat di Kelurahan Raha I yakni berkaitan dengan nilai-nilai tradisi, adat istiadat termasuk teknologi yang teraktualisasikan dalam pola-pola interaksi dan kebiasaan masyarakat ikut mempengaruhi pola pikir masyarakat di daerah tersebut. Meskipun nilai-nilai ini masih terlalu abstrak untuk tampilkan dalam setiap interaksi yang terjadi di lingkungan masyarakat termasuk berkaitan dengan bagaimana orang tua menyikapi perkembangan berpikir anak dan mendukung minat belajarnya. Kondisi sosial budaya masyarakat di Kelurahan Raha I pada umumnya cukup heterogen (beragam) ini terlihat dari beragamnya suku atau etnis yang mendiami wilayah tersebut, kondisi ini melahirkan beragam nilai dan tradisi yang selalu
65
tampilkan oleh masyarakat di Kelurahan Raha I yang secara tidak lansung juga ikut mempengaruhi mainstream atau pola pikir Orang tua sebagai masyarakat. Namun sesuai dengan konteks penelitian menunjukan bahwa kondisi aktual yang sangat mempengaruhi kebiasan masyarakat dalam hal ini pola asuh Orang tua di Kelurahan Raha I dalam mendukung minat belajar anaknya adalah mengenai perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, yang mempengaruhi mainstream Orang tua misalnya saja melalui media cetak dan elektronik. Melalui majalah,Koran, radio, televisi dan internet masyarakat menerima nilai-nilai dan gagasan dari orang lain dalam menyikapi berbagai dimamika dalam masyarakat, termasuk berkaitan dengan masalah pendidikan anak, seperti halnya yang katakan oleh salah satu informan yang bernama La Risai (58) yakni: “perkembangan teknologi dimasyarakat Raha begitu memiliki dampak besar bagi perubahan masyarakat, misalnya saja kita sebagai orang tua yang dulunya tidak kenal yang namanya itu internet ataupun televisi, namun setelah adanya media ini kita labih tahu segala macam informasi baik itu tentang politik maupun pendidikan termasuk dalam hal bagaimana mengelola minat belajar setiap anak misalnya saja Orang tua yang kemudian menginginkan anaknya menekuni minatnya dalam seni musik, komputer dan sebagainya” (Wawancara 18 Maret 2015) Kemudian ditambahkan pula oleh salah seorang informan yang bernama Muharam (32) yakni: “kebanyakan orang tua sekarang sebenarnya lebih terpengaruh pada tren budaya, misalnya saja sekarang kita lihat dimasyarakat yang sukses itu adalah kebanyakan berprofesi sebagaipenyanyi, politisi, dan birokrat, guru dan perawat sehingga kadang Orang tua terpengaruh ol menekankan anak ke salah satunya tanpa melihat minat dan bakat anak itu sendiri, disinilah kelirunya”
66
(Wawancara 18 Maret 2015) Disini terlihat bahwa faktor budaya yang meliputi perkembangan teknologi, serta mainstream pemikiran Orang tua atau trend memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi proses transformasi budaya masyarakat di Kelurahan Raha I, meskipun disisi lain tradisi-tadisi lokal masyarakat yang masih terpelihara juga ikut mempengaruhi kebiasaan Orang tua dalam mendidik anaknya, seperti halnya yang dikatakan oleh Dahlan (43) yakni: “kalau berkaitan dengan kebiasaan Orang tua dalam mendidik anaknya masih terdapat tradisi masyarakat lokal yakni tradisi Katoba, dimana momentum ini Orang tua lebih memahami peranya sebagai pendidik dan pemelihara bagi anak-anaknya kelak, meskipun secara tidak spesifik namun lebih menegaskan bahwa Orang tua mempunyai tanggung jawab kepada anaknya” (Wawancara 18 Maret 2015) Sehingga berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa, faktor pendidikan orang tua, lingkungan dan budaya memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi masyarakat khususnya Orang tua di Kelurahan Raha I dalam mengasuh anaknya termasuk berkaitan dengan pola didik yang diterapkan dalam hal mendukung minat belajarnya. F.
Upaya-Upaya Orang tua Dalam Menumbuhkan Minat Belajar Anak Berdasarkan temuan penelitian dilapangan berkaitan dengan upaya-upaya
Orang tua dalam menumbuhkan minat belajar anak di Kelurahan Raha I terdiri dari; kontrol (controlling), komunikasi (communication), dan motivasi (motivation). 1.
Kontrol (controling)
Yakni berupa pengawasan, pengecekan dan pengendalian terhadap fasilitas
67
belajar anak, kebutuhan belajar yang diperlukan anak, serta memeriksa kondisi jasmani anak, untuk mengetahui apakah segi ini menjadi sebab yang mempengaruhi minat belajar anak. Kemudian juga adanya pengontrolan terhadap hal-hal yang disenangi anak ketika belajar, seperti halnya kutipan hasil wawancara dengan salah seorang responden penelitian yang bernama Sulastri (32) yakni: “bentuk pengawasan yang biasanya saya berikan kepada anak saya untuk menumbuhkan minat belajarnya adalah lebih kepada penyediaan fasilitas belajarnyaberupa buku cetak, kamus dan komputer selain itu tetap menjaga jadwal belajarnya serta kesehatannya” (Wawancara 17 Maret 2015) Kemudian pendapat lain dikemukakan pula oleh salah seorang responden yang bernama Nuraena (40) yakni: “kalau untuk menumbuhkan minat belajar anak saya kurang begitu paham, tapi yang pastinya pengawasan akan jadwal belajarnya saya tetap perhatikan, misalnya tugas yang diberikan oleh guru disekolah dan aktifitas belajarnya” (Wawancara 17 Maret 2015) Dari kutipan wawancara diatas menunjukan bahwa bentuk-bentuk pengontrolan yang diberikan oleh Orang tua di kelurahan Raha I meliputi penyediaan terhadap fasilitas belajarnya dan daya dukung lainya yang diperlukan oleh anak, pengawasan terhadap jadwal belajarnya, dan pengecekan akan kesehatan fisik dan mentalnya. Sehingga dengan demikian bentuk-bentuk kontrol (controlling) semacam ini akan memberikan pengaruh yang positif bagi pertumbuhan minat belajar setiap anak di Kelurahan Raha I.
68
2. Komunikasi (communication) Yakni dengan selalu berkomunikasi secara seimbang dengan anak, ini menjadi penting dilakukan karena anak terkadang dihadapkan pilihan-pilihan sulit dalam menentukan minat belajarnya. Khusus untuk masalah ini pertanyaan wawancara ditujukan kepada informan yang anakanya telah memilih penjurusan kelas IPS di SMA Negeri 2 Raha menyangkut tentang bagaimana bentuk komunikasi yang dilakukan oleh informan terhadap anaknya dalam menumbuhkan minat belajar IPS nya. Sehingga berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan menunjukan bahwa bentuk komunikasi yang dilakukan oleh Orang tua di Kelurahan Raha I yaitu meliputi komunikasi yang berkaitan dengan proses belajarnya, misalnya tentang kebutuhan belajarnya, minatnya terhadap pelajaran tertentu dan segala hal yang berkaitan dengan kondisi metal dan berpikirnya, seperti halnya kutipan wawancara yang dilakukan terhadap salah seorang responden yang bernama Ramlia (29) yakni: “anak saya semester lalu masuk kejurusan IPS dan saya biasanya mengingatkan anak saya ketika jam-jam belajar waktunya tiba, misalnya dia harus menguasai salah satu mata pelajaran dalam pelajaran IPS itu sendiri, anak saya menyukai ekonomi akuntansi dia selalu berkomunikasi dengan saya jika dia butuh buku atau fasilitas belajar lainya” (Wawancara 17 Maret 2015) Komunikasi membuka ruang dialog antara Orang tua dan anak didik, komunikasi menjadi sangat penting untuk terus dilakukan oleh orang tua dalam hal menumbuhkan minat belajar anaknya, karna dengan selalu berkomunikasi orang tua
69
akan lebih mengetahui dan memahami bagaimana kesulitan-kesulitan anak dalam belajar termasuk membentuk minat belajarnya, dan mesti diupayakan komunikasi mesti berimbang jangan sampai justru mematikan karakter anak dalam belajar. 3.
Motivasi (motivation)
Yakni dengan melakukan ransangan terhadap hal-hal yang disenangi anak dalam belajar, menolong anak memperoleh kondisi kesehatan mental yang lebih baik, meyakinkan akan pentingnya belajar bagi anak serta, menarik perhatian anak. Motivasi menjadi bagian penting dalam menumbuhkan minat belajar anak, karena disini anak akan menerima ransangan mental dan pemikiran demi menumbuhkan minat belajarnya. Berdasarkan temuan penelitian dilapangan menunjukan bahwa bentuk motivasi yang dilakukan oleh Orang tua di Kelurahan Raha I dalam hal menumbuhkan minat belajar bagi anaknya adalah lebih kepada himbauan-himbauan ataupun pesan yang berkaitan semangat belajar anak serta mengingatkan akan pentingnya belajar bagi anak itu sendiri. Seperti halnya kutipan wawancara dengan salah seorang responden yang bernama Sudirman (30) yakni: “saya biasanya memotivasi anak itu terhadap mata pelajaran yang diminatinya saja, misalnya lebih rajin belajar dan selalu mengerjakan tugas, dan saya juga selalu memberitahunya bahwa orang yang pandai itu biasanya lebih sukses nantinya” (Wawancara 17 Maret 2015) Motivasi terhadap hal-hal yang diminati anak dalam belajar akan lebih menjadikan anak didik bersemangat dalam belajar, serta mampu memberikan rasa percaya diri yang tinggi kepada anak, sehingga dapat melahirkan anak dengan tingkat
70
kemandirian dan rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap proses belajarnya. Kemudian ditambahkan pula oleh salah seorang informan penelitian yang bernama Wa Illahi (54) yakni sebagai berikut:
“kita Orang tua memang harus selalu memotifasi anak kita yang bersekolah, agar dia selalu semangat dalam belajar, jangan sampai kemalasan terus dibiarkan kemudian menyebabkan dia kehilangan hasrat untuk bisa sukses dalam belajar nantinya” (Wawancara 17 Maret 2015) Sehingga dari keterangan diatas diperoleh sebuah gambaran bahwa upayaupaya yang dilakukan oleh Orang tua di Kelurahan Raha I dalam menumbuhkan minat belajar anak adalah meliputi kontrol (controlling) berupa penyediaan terhadap fasilitas belajarnya dan daya dukung lainya yang diperlukan oleh anak, pengawasan terhadap jadwal belajarnya, dan pengecekan akan kesehatan fisik dan mentalnya, komunikasi (communication) berupa komunikasi yang berkaitan dengan proses belajarnya, misalnya tentang kebutuhan belajarnya, minatnya terhadap pelajaran tertentu dan segala hal yang berkaitan dengan kondisi metal dan berpikirnya, serta motivasi (motivation)berupa himbauan-himbauan ataupun pesan yang berkaitan semangat belajar anak serta mengingatkan akan pentingnya belajar bagi anak itu sendiri.
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulanberdasarkan rumusan masalahantara lain sebagai berikut: 1.
Berdasarkan keterangan diatas berkaitan dengan bagaimana pola asuh Orang tua dalam mendukung minat belajar anak di Kelurahan Raha I diperoleh gambaran bahwa bentuk pola asuh yang ditampilkan lebih cenderung mengarah pada pola asuh yang demokratis ini terlihat 3 (tiga) dari 5 (lima) bentuk angket pertanyaan yang diberikan yakni pertanyaan pertama berkaitan dengan intensitas perhatian belajar yang diberikan oleh orang tua responden terhadap mata pelajaran yang diminati menunjukan bahwa sebanyak 30 Orang responden dengan presentase 75% responden mengaku sering memberikan perhatian belajar, kemudian pada pertanyaan keempat dan pertanyaan kelima yakni masing-masing berkaitan dengan bentuk bimbingan belajar dan intensitas motivasi belajar yang diberikan oleh Orang tua responden menunjukan bahwa pola asuh Orang tua dikelurahan Raha I cukup demokratis.
2.
Selanjutnya berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua di Kelurahan Raha I dalam mendukung minat belajar anak terdiri: Faktor pendidikan Orang tua menunjukan bahwa, tingkat pendidikan Orang tua memegang peranan yang cukup penting dan memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan belajar anak termasuk dalam hal pengarahan
71
72
dan dukungan terhadap minat belajar anak. Sedangkan faktor lingkungan di Kelurahan Raha I cukup memberi andil dalam mempengaruhi pola-pola ataupun cara pendidikan Orang tua yang dilakukan terhadap anaknya, kondisi ini meliputi bentuk-bentuk kegiatan yang rutin dilakukan oleh masyarakat di daerah tersebut. Kemudian berkaitan dengan faktor budaya menunjukan bahwa kondisi budaya masyarakat di Kelurahan Raha I adalah berkaitan dengan nilainilai tradisi, adat istiadat termasuk teknologi yang teraktualisasikan dalam polapola interaksi dan kebiasaan masyarakat ikut mempengaruhi trend pola pikir masyarakat di daerah tersebut. Meskipun nilai-nilai ini masih terlalu abstarak untuk ditampilkan dalam setiap interaksi yang terjadi di lingkungan masyarakat termasuk berkaitan dengan bagaimana orang tua menyikapi perkembangan berpikir anak dan mendukung minat belajarnya. 3.
Kemudian upaya-upaya Orang tua dalam mendukung minat belajar anak diperoleh sebuah gambaran bahwa upaya-upaya yang dilakukan oleh Orang tua di Kelurahan Raha I dalam menumbuhkan minat belajar anak adalah meliputi; kontrol (controlling)berupa penyediaan terhadap fasilitas belajarnya dan daya dukung lainya yang diperlukan oleh anak, pengawasan terhadap jadwal belajarnya, dan pengecekan akan kesehatan fisik dan mentalnya, kemudian komunikasi (communication) berupa komunikasi yang berkaitan dengan proses belajarnya, misalnya tentang kebutuhan belajarnya, minatnya terhadap pelajaran tertentu dan segala hal yang berkaitan dengan kondisi metal dan berpikirnya, serta motivasi (motivation), berupa himbauan-himbauan ataupun
73
pesan yang berkaitan semangat belajar anak serta megingatkan akan pentingnya belajar bagi anak itu sendiri. B.
Saran Saran yang bisa peneliti tawarkan dari hasil penelitian ini adalah:
1.
Perlu adanya kesadaran dan pemahaman yang serius dari Orang tua di Kelurahan Raha I tentang bagaimana cara yang ideal dalam mendidik dan membina proses dan suasana belajar anak khususnya berkaitan dengan dukungan minat belajar setiap anak didiknya.
2.
Perlu adanya terobosan baru dari pemerintah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan tentang sinergisitas reinternalisasi nilai-nilai kurikulum pendidikan dalam setiap ruang pendidikan, baik itu lingkungan pendidikan formal, informal maupun non formal, sehingga tujuan dan program pendidikan itu dapat terekstensifikasi secara menyeluruh, sehingga target pendidikan itu tidak hanya terbatas di ruang kelas, melainkan juga berlansung di lingkungan keluarga.
3.
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut terhadap fenomena pola asuh Orang tua dalam mendukung minat belajar setiap anak, khususnya di lingkup Kelurahan Raha I, Kecamatan Katobu Kabupaten Muna.
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A. 2009.Psikologi Umum Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Bramen, Julia. 2005. Mixing Methods: Qualitative and Quantitative Research. Terj Nukiah Afrawi, et.all.memandu metode penelitian kualitatif dan Kuatitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dalyono. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Depdikbud.1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Djaali, H. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Gunarsa, Singgih. 2000. Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia. Hlen. 2002. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Pers. Hurlock, Elisabeth. 2006. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga. Http://mahfudin.guru-indonesia.net/artikel_poladidikOrangtua-23663.html,
diunduh
18-11-14 Http://blog.tp.ac.id/wp-content/uploads/6006/download-proposalppm.doc, diunduh 18-11-14 Http://suaranuraniguru.wordpres.com/2011/12/01/minat-dalam-belajarsiswa/, diunduh18-11-14 Primastuti, Majalah 1lmiah: Peranan Orang Tua dan Perkembangan Pendidikan Anak dalam Keluarga Masa Kini. Semarang: Unika Sugijapranata, 1994.
xv
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Pujosuwarno.Bimbingan dan Konseling, Yogyakarta: Menara Offset, 1994. Purwanto, Ngalim M. Psikologi Pendidikan.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2003. Syaiful Bahri, Djamarah. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Sardiman, A.M. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Singer, Kurt. 1987. Membina Hasrat Belajar di Sekolah, (Terj. Bergman Sitorus). Bandung: Remaja Rosda Karya. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Sukadji, S.Keluarga dan Keberhasilan Pendidikan. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1988. Sukardi. 2003. Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah. Bandung : Usaha Nasional. Suparmi.Peranan Orang Tua dalam Menumbuhkan Kemandirian pada Generasi Penerusnya. Semarang: Unika Sugijapranata, 1994. Suryabrata, Sumardi . 1984. Psikologi pendidikan. Jakarta : CV. Rajawali Wahid, Abdul. 1998. “Menumbuhkan Minat dan Bakat Anak”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Walgito,B. 1997.Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
xvi
Lampiran
xvii
Lampiran 1. Daftar Responden Dan Informan Penelitian Daftar Responden Penelitian Dari Pihak Siswa 1. Nama Usia Minat 2. Nama Usia Minat 3. Nama Usia Minat 4. Nama Usia Minat 5. Nama Usia Minat 6. Nama Usia Minat 7. Nama Usia Minat 8. Nama Usia Minat 9. Nama Usia Minat 10. Nama Usia Minat 11. Nama Usia Minat 12. Nama Usia Minat 26. Nama Usia
: Muh. Asis : 17 Tahun : Fisika : Aris Munandar : 15 Tahun : Bahasa Inggris : La Mono : 17 Tahun : Ekonomi : Kofifah : 16 Tahun : Mate-Matika :Yaser Burhani : 17 Tahun : Sejarah : Citra Lestari : 17 Tahun : Kimia : Darwin : 16 Tahun : Kimia : Yori Mustamu : 17 Tahun : Fisika : Hasrul : 17 Tahun : Sejarah : Ferdinandus : 17 Tahun : Kimia :Wa Ode Milla Sari :17 Tahun : Fisika : Reski : 15 Tahun : Bahasa Inggris : Ege Lasile : 17 Tahun
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
xviii
Nama Usia Minat Nama Usia Minat Nama Usia Minat Nama Usia Minat Nama Usia Minat Nama Usia Minat Nama Usia Minat Nama Usia Minat Nama Usia Minat Nama Usia Minat Nama Usia Minat Nama Usia Minat Nama Usia Minat
: La Mida : 17 Tahun : Ekonomi : La Ode Jimin : 16 Tahun : Mate-Matika : Junaedi : 17 Tahun : Sejarah : Amsil : 17 Tahun : Kimia : Kasmin : 16 Tahun : Kimia : Hendrik : 17 Tahun : Geografi : Sukma Azahra : 17 Tahun : Sejarah : Pokoyo : 17 Tahun : Kimia : Deni : 16 Tahun : Fisika : Busman : 15 Tahun : Bahasa Inggris : La Ode Ridwan : 17 Tahun : Ekonomi : Fatimah : 16 Tahun : Mate-Matika : Minarti : 17 Tahun : Sejarah
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
Minat Nama Usia Minat Nama Usia Minat Nama Usia Minat Nama Usia Minat Nama Usia Minat Nama Usia Minat Nama Usia Minat Nama Usia Minat Nama Usia Minat Nama Usia Minat Nama Usia Minat Nama Usia Minat
: Kimia 39. Nama : Sitti Susianti : La Ode Faliu Usia : 17 tahun : 16 Tahun Minat : Sosiologi : Kimia 40. Nama : Sapril : Aswin Usia : 16 tahun : 17 Tahun Minat : Fisika : Fisika : Samsuddin Loga Daftar Responden Dari Pihak Orang Tua : 17 Tahun : Sejarah 1. Nama : La Ganefo : Andriyatmo Usia : 45 tahun : 17 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta : Kimia 2. Nama : La Toro : Herwani Usia : 40 : 17 Tahun Pekerjaan :Wiraswasta : Fisika 3. Nama : Sabara : Binti Maemuna Usia : 38 : 15 Tahun Pekerjaan : Wiraswata : Bahasa Inggris 4. Nama : La Jima : Riska Dewi Pertiwi Usia : 50 : 15 Tahun Pekerjaan : PNS : Ekonomi 5. Nama : Syamsuddin : Irfan Islami Usia : 37 tahun : 17 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta : Mate-Matika 6. Nama : Sulastri : Kostan Usia : 32 tahun : 17 tahun Pekerjaan : Wiraswasta : Biologi 7. Nama : Nuraena : Satria Muslim Usia : 40 tahun : 17 tahun Pekerjaan : PNS : Sejarah 8. Nama : Ramlia : Noviana Usia : 29 tahun : 17 tahun Pekerjaan : Wiraswasta : Bahasa Inggris 9. Nama : Sudirman : Andriyatmo Usia : 30 tahun : 17 tahun Pekerjaan : Wiraswasta : Kimia 10. Nama : Wa Illahi Usia : 54 tahun Pekerjaan : PNS
xix
Daftar Informan Penelitian 1. Nama : Muharam Usia : 32 tahun Jabatan: Guru/ Tokoh Pendidikan 2. Nama : Baharuddin Usia : 50 tahun Jabatan: Guru/ Tokoh Pendidikan 3. Nama : Sahril Uddin Usia : 32 tahun Jabatan: Lurah Raha I/ Tokoh Pemerintahan 4. Nama : La Saiona Usia : 53 tahun Jabatan: Guru / Tokoh Pendidikan 5. Nama : La Risai Usia : 58 tahun Jabatan: Tokoh Masyarakat
xx
Lampiran 2. Instrumen Penelitian Dalam upaya memperoleh data, penelitian ini menggunakan wawancara sebagai metode utama untuk melakukan pengkajian data secara mendalam. Berikut ini merupakan pedoman yang ditujukan kepada responden dan informan penelitian berdasarkan masing-masing variabel antara lain: 1. Responden dari pihak Orang tua No. 1.
Varibael Pola asuh Orang tua dalam mendukung minat belajar anak
2.
Upaya-upaya yang dilakukan Orang tua dalam menumbuhkan minat belajar anak
Pertanyaan Wawancara 1. Bagaimanakah bentuk perhatian belajar yang anda berikan terhadap minat belajar atau hal yang disenangi anak, misalnya menyukai mata pelajaran ekonomi? 2. Bagaimanakah bentuk komunikasi yang anda lakukan ketika anda memilih konsentrasi penjurusan kelas misalnya, Kelas IPA atau IPS? 3. Bagaimanakah bentuk bimbingan yang anda berikan, ketika anak anda memiliki minat belajar yang kurang terhadap mata pelajaran yang dia minati? 1. Bagaimanakah bentuk upaya pengontrolan yang anda berikan dalam merangsang dan menumbuhkan minat belajar anak anda? 2. Bagaimanakah bentuk komunikasi yang anda lakukan dalam meyakinkan pentingnya belajar bagi anak anda, agar tergerak minat belajarnya? 3.
Bagaimanakah bentuk motivasi yang anda berikan terhadap hal-hal yang disenangi anak?
xix
2. Informan penelitian 1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
1.
Bagaimana Faktor pendidikan
pola asuh Orang tua dalam
Orang tua mempengaruhi pola asuh
mendukung minat belajar anak
orang tua dalam mendukung minat belajar anak? 2.
Bagaimana Faktor lingkungan tua mempengaruhi pola asuh orang tua dalam mendukung minat belajar anak?
3.
Bagaimana Faktor lingkungan tua mempengaruhi pola asuh orang tua dalam mendukung minat belajar anak?
xxi
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian Wawancara dengan Orang tua siswa 1)
Samsinar (30), yakni: “saya pikir momen pemilihan penjurusan ini adalah penting sekali bagi anak saya, apakah itu ia masuk kelas IPA atau kelas IPS disini tentunya komunikasi yang saya lakukan adalah pertama-tama memberitahunya apakah dia punya minat dipelajaran IPA atau IPS, jika dia berminat salah satunya saya akan menurutinya sesuai kemauanya itu, tentunya pula apa yang anaku senangi disitulah ia akan bagus belajarnya” (Wawancara 16 Maret 2015) Wawancara dengan tokoh pemerintah (Lurah Raha I) 2)
Sahril Uddin (32), yakni:
xxii
“program-program kreatif dan edukatif di kelurahan ini sebenarnya telah berjalan seperti misalnya program pelatihan kewirausaahan bagi masyarakat, kemudian juga taman-taman baca yang disediakan, serta sarana-sarana olahraga dan program kegiatan PKK diantaranya bagaimana Orang tua seharusnya membangun karakter anak seperti yang telah dicanangkan oleh pemerintah kita, namun disayangkan juga adalah masyarakat banyak yang tidak terlibat didalamnya” (Wawancara 18 Maret 2015) 3)
Wawancara dengan tokoh masyarakat
La Saiona (53) yakni: “kita mesti paham bahwa lingkungan pendidikan bukan hanya sekolah semata melainkan ada juga lingkungan non formal dimasyarakat yang turut mempengaruhi anak tersebut, paling tidak keberadaan keluarga, dan nyatanya yang dirasakan terdapatnya kesenjangan diantara lingkungan ini, jadi mesti ada langkah dari pemerintah juga agar mensinergikan kedua lingkungan pendidikan ini” (Wawancara 18 Maret 2015)
xxiii
Lampiran 4. Daftar Angkat Pertanyaan
1) Karakteristik Responden Nama :……………….. Jenis Kelamin :……………….. Usia :……………….. Minat :……………….. 2) Daftar Pertanyaan Berilah tanda (√ ) pada opsi jawaban yang telah disediakan 1. Seringkah orang tua anda memberikan perhatian belajar terhadap mata pelajaran yang anda senangi? a. Sering ( ) b. Jarang ( ) c. Tidak Pernah ( ) 2. Jika anda membutuhkan perlengkapan belajar terhadap pelajaran yang anda minati bagaimana sikap orang tua anda? a. Merespon dengan ( ) b. Kurang merespon ( ) c. Tak Peduli ( ) 3. Seperti apa komunikasi yang dilakukan jika memilih kosentrasi penjurusan kelas misalnya IPA atau IPS? a. Komunikasi yang berimbang ( ) b. Menyerahkan tanpa adanya pertimbangan rasional ( ) c. Memaksa ( ) 4. Seperti apa bentuk bimbingan belajar yang diberikan oleh Orang tua anda terhadap mata pelajaran yang anda minati? a. Selalu mengingatkan dan menyediakan perlengkapan belajar ( ) b. Kurang Peduli ( ) c. Tidak peduli ( ) 5. Seringkah Orang tua anda memotivasi anda terhadap mata pelajaran yang anda minati? a. Sering ( ) b. Jarang ( ) c. Tidak Peduli ( )
xxiv