POLA ASUH AYAH SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER TOKOH ANTAGONIS INUGAMI MATSUKO DALAM NOVEL INUGAMIKE NO ICHIZOKU KARYA YOKOMIZO SEISHI (MELALUI PENDEKATAN PSIKOLOGI PERKEMBANGAN) Disusun oleh: DINDA AIDHAWATI ANGGUNSARI 180610070030
ABSTRAK
Dalam penelitian ini, penulis menganalisis tentang pola asuh ayah sebagai pembentuk karakter tokoh antagonis Inugami Matsuko dalam novel Inugamike no Ichizoku karya Yokomizo Seishi, serta hubungan sang ayah dengan anak-anaknya. Penulis menggunakan pendekatan psikologi perkembangan dari D.O Hebb (1949), yang menyatakan bahwa perilaku ditentukan oleh 100% faktor keturunan dan 100% oleh faktor lingkungan. Berdasarkan pendekatan tersebut, penulis menemukan bahwa tokoh antagonis Inugami Matsuko dalam novel Inugamike no Ichizoku karya Yokomizo Seishi tersebut, menjadi sosok pembunuh karena pola asuh sang ayah yang tidak pernah memberikan kasih sayang kepada dirinya dan kedua adiknya. Serta ketidak adilan sang ayah dalam membagikan harta warisan.
Kata Kunci: Pola Asuh, Pembentuk Karakter, Psikologi Perkembangan
Penulis adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Sastra Jepang, lulus 13 Juli 2012
ABSTRACK In this study, the author analyzed the parenting style to forming the father figure of the antagonist Matsuko Inugami in the novel Inugamike no Ichizoku by Yokomizo Seishi, and the father’s relationship with his children. The author used the psychological development approach by DO Hebb (1949), which states that the behavior is determined 100% by heredity and 100% by environmental factors. Under this approach, the author found out that the antagonist Matsuko Inugami in the novel Inugamike no Ichizoku by Yokomizo Seishi, became a murderer figure because of his parenting style who never gave affection to himself and his siblings and also, the inequity of the father in distributing his inheritance. Key Words: Parenting Style, Character Forming, Developmental Psychology
A.
PENDAHULUAN Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta: akar kata
sās-, dalam kata kerja turunan berarti ‘mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi’. Akhiran –tra biasanya menunjukkan alat, sarana. Maka dari itu satra dapat berarti alat ukur untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran. (A.Teeuw, 1988:23) Kata novel berasal dari kata latin novellus yang diturunkan pula dari kata novies yang berarti baru. Dikatakan baru karena jika dibandingkan dengan jenisjenis sastra lainnya seperti puisi dan drama, maka jenis novel ini muncul kemudian. Tarigan (1991: 164) mengatakan bahwa novel adalah suatu cerita dengan alur cukup panjang yang mengisi satu buku atau lebih menggarap kehidupan manusia yang bersifat imajinatif. Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa novel adalah salah satu karya sastra berbentuk prosa yang hampir sama dengan roman dan menceritakan tentang suatu kejadian atau peristiwa yang Penulis adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Sastra Jepang, lulus 13 Juli 2012
dialami seseorang dalam kehidupan dan lingkungannya dengan memunculkan juga konflik di dalamnya. Psikologi berasal dari kata Yunani psyche, yang berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu. Jadi psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidiki dan mempelajari tingkah laku manusia (Atkinson, 1996: 7). Psikologi perkembangan adalah cabang dari psikologi yang mempelajari secara sistematis perkembangan perilaku manusia secara ontogenetik, yaitu mempelajari proses-proses yang mendasari perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri, baik perubahan dalam struktur jasmani, perilaku, maupun fungsi mental manusia sepanjang rentang hidupnya (life-span), yang biasanya dimuai sejak konsepsi hingga menjelang mati. (Desmita, 2010: 3)
B.
PEMBAHASAN Novel Inugamike no Ichizoku bercerita tentang konflik keluarga Inugami
yang mengakibatkan pembunuhan yang dilakukan oleh tokoh antagonis Inugami Matsuko. Pada bulan Februari tahun 20an Showa, Inugami Sahei yang merupakan konglomerat perusahaan farmasi di daerah Nasu meninggal pada usia 81 tahun. Inugami Sahei diketahui memiliki tiga orang anak perempuan, bernama Inugami Matsuko, Inugami Takeko, dan Inugami Umeko. Ketiga putrinya lahir dari rahim ibu yang berbeda. Menjelang akhir hidupnya, Inugami Sahei sudah menyiapkan surat wasiat yang akan dibacakan oleh Furudate Kyouzou yang tak lain adalah pengacaranya pada saat seluruh anggota keluarga berkumpul, termasuk Tamayo. Pada saat pembacaan surat wasiat tersebut, seluruh anggota keluarga terkejut karena di dalam surat wasiat disebutkan bahwa yang menerima seluruh aset perusahaan dan kekayaan turun temurun keluarga Inugami yang berupa kapak emas, kecapi emas, dan bunga krysan emas adalah Nonomiya Tamayo. Tidak ada satupun cucu dari Inugami Sahei yang mendapatkan warisan tersebut kecuali jika Tamayo meninggal.
Penulis adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Sastra Jepang, lulus 13 Juli 2012
Dimulailah konflik baru dalam keluarga Inugami dan persaingan untuk mendapatkan hati Tamayo. Dalam proses pencarian suami tersebut, satu persatu cucu laki-laki Inugami Sahei melakukan pendekatan terhadap Tamayo. Seiring dengan berjalannya proses pencarian suami tersebut, satu per satu cucu Inugami Sahei terbunuh. Setelah detektif Kindaichi meneyelidiki pembunuhan tersebut dengan mengamati silsilah keluarga Inugami dan konflik di dalamnya, terungkap bahwa pembunuh dari cucu-cucu Inugami Sahei adalah anak pertama dari Inugami Sahei sendiri, yaitu Inugami Matsuko dan tanpa sepengetahuan Matsuko, ia dibantu oleh anak kandungnya yang selama ini bersembunyi yaitu Sukekiyo. Tokoh utama dalam novel ini adalah Kindaichi Kousuke. Sedangkan tokoh tambahannya adalah Furudate Kyouzou, Kepala polisi Tachibana, Inugami Matsuko, Inugami Takeko, Inugami Umeko, Inugami Sukekiyo, Inugami Suketake, Nonomiya Tamayo, Inugami Suketomo. Latar tempat adalah Observatorium, Boat house, Markas besar polisi, Taman, Pintu gerbang, Beranda, Rumah kelahiran, Desa terpencil di Nasu, Tokyo, Hakata, Di atas perahu, Rumah utama keluarga, Pintu air, Ruang cuci muka (kamar mandi), Kantor pengacara Furudate, Hotel Nasu, Kuil Nasu, Sebuah rumah di pinggir danau Nasu. Latar waktu Bulan Februari tahun 20an Showa, Tahun 20 MeijiTanggal 18 Februari, tahun 20an Showa, Bulan Oktober, Keesokan harinya, Kemarin, Tanggal 1 bulanNovember tahun 20an showa, Kemarin malam, Hari iniTanggal 15 November, Jam 3 sore, Musim salju, Pagi hari tanggal 16 November, Jam 10 malam, Malam ini. Alur cerita dari novel Inugamike no Ichizoku adalah alur mundur atau flash-back, dimana cerita di dalamnya sudah di awali dengan adanya sebuah konflik, hingga akhirnya pada keadaan sesudah konflik tersebut terjadi.
Penulis adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Sastra Jepang, lulus 13 Juli 2012
Tema dari novel Inugamike no Ichizoku adalah mengenai konflik yang terjadi dalam sebuah keluarga yang disebabkan oleh warisan. Dan hal tersebut sampai membuat seorang ibu melakukan tindak pembunuhan. Amanat yang terkandung dalam cerita Inugamike no Ichizoku adalah: 1. Sifat atau tingkah laku seorang anak dapat ditentukan dari pola asuh orangtua. 2. Setiap orang dapat melakukan segala cara untuk membuat orang yang disayanginya bahagia, termasuk membunuh sekali pun. 3. Setiap perbuatan yang kita lakukan akan ada akibatnya. 4. Setiap orang berhak untuk hidup bahagia, termasuk orang yang menurut kita status sosialnya berada di bawah kita. 5. Setiap anak akan berusaha untuk melindungi dan menjaga kehormatan ibunya, walaupun hal itu akan mengorbankan dirinya sendiri. Analisis dalam skripsi ini terbagi dua yaitu bagaimana hubungan ayah dengan ketiga anaknya dan bagaimana pola asuh ayah sebagai
pembentuk
karakter tokoh antagonis Inugami Matsuko. 「亡父が私どもを育ててあげたのは、犬や猫の子とちがって、まさか 捨てるわけにも、ひねりつぶすわけにもいかなかった、ただそれだけ の理由からでございましょう。亡父はいやいやながら私どもを育てた のです。」 (犬神家の一族:269)
Boufu ga watashi domo wo sodatete ageta no wa, inu ya neko no ko to chigatte, masaka suteru wake ni mo, hineri tsubusu wake ni mo ikanakatta, tada sore dake no riyuu kara de gozaimashou. Boufu wa iyaiya nagara watashi domo wo sodateta no desu. “ Alasan mendiang ayah tetap membesarkan kami hanya karena kami berbeda dengan anak anjing dan kucing yang tidak bisa dibuang atau dimusnahkan begitu saja. Ayah membesarkan kami dengan berat hati.”
Penulis adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Sastra Jepang, lulus 13 Juli 2012
珠世さんに対する怒りと憎しみ、それこそ八つ裂きにしてもあきたら ぬくらいでした。そこでわたしは決心したのです。珠世さんは死なね ばならぬと。いったん決心するとわたしは強うございます。そこで寝 室に蝮をほうりこんだり、自動車のブレーキにやすりの目をいれたり、 ボートに孔をあけたり、いろいろ小細工をしました。」 (犬神家の一族:396)
Tamayo san ni taisuru okori to nikushimi, sore koso yattsuzaki ni shite mo akitaranu kurai deshita. Soko de watashi wa kesshin shita no desu. Tamayo san wa shinaneba naranu to. Ittan kesshin suru to watashi wa tsuyou gozaimasu. Soko de shinshitsu ni mamushi wo houri kondari, jidousha no bureeki ni yasuri no me wo iretari, booto ni ana wo aketari, iroiro kozaiku wo shimashita. “Kebencian dan kemarahan terhadap Tamayo, meskipun mengoyakngoyak tubuh manusia tetap tidak bisa terpuaskan. Hal itu membuatku membulatkan tekad. Tamayo harus mati. Kalau sudah bertekad, saya selalu menjadi orang yang kuat. Kemudian aku melemparkan ular berbisa ke dalam kamar tidurnya, memasukkan ujung kikir pada rem mobilnya, dan membuka lubang pada perahunya, aku melakukan bermacam-macam trik. ”
C.
SIMPULAN Berdasarkan analisis novel Inugamike no Ichizoku karya Yokomizo Seishi,
dapat ditarik simpulan bahwa di dalam novel tersebut terdapat pembentukkan karakter yang dialami oleh tokoh antagonis Inugami Matsuko. Pembentukkan karakter yang dialami oleh tokoh antagonis ini, disebabkan oleh pola asuh sang ayah tidak semestinya. Sang ayah tidak pernah mengharapkan kehadiran tokoh antagonis ini dan juga kedua adiknya, sehingga sang ayah membesarkan ia dan kedua adiknya dengan penuh kemarahan dan tanpa rasa kasih sayang. Termasuk dalam pembagian harta waris, anak laki-laki dari tokoh antagonis dan juga anak laki-laki kedua adiknya tidak mendapatkan sedikit pun kekayaan sang ayah. Justru orang yang mereka anggap sebagai orang lainlah yang mendapatkan kekayaan sang ayah. Hal inilah yang membuat tokoh antagonis Inugami Matsuko menjadi sosok sadis dan pendendam dengan membunuh orang-orang yang ia anggap sebagai pengganggu. Penulis adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Sastra Jepang, lulus 13 Juli 2012
Nilai moral yang terkandung dalam novel ini adalah setiap karakter anak akan terbentuk sesuai dengan pengasuhan dan hal-hal yang dilakukan oleh orangtuanya. Karena setiap anak akan belajar dari perilaku orangtuanya. Jangan pernah menilai seseorang hanya dari penampilan luarnya saja, juga dari kelembutan yang tampak pada diri seseorang. Karena bisa saja seseorang yang dari luarnya tampak sangat baik dan lembut, dalam hatinya tersimpan dendam yang begitu besar dan tidak akan merasa tenang sebelum dendam tersebut terbalaskan.
DATA SUMBER Ahmadi, Abu, H. Dre. 1983. Psikologi Umum. Surabaya: PT. Bina Ilmu, Cetakan I. Aminnudin, M.pd. Drs. 1987. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: CV Sinar Baru. Atkinson, Rita L. 1996. Pengantar Psikologi I. Jakarta: Erlangga, Edisi Kedelapan. Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Yokomizo, Seishi. 1951. Inugamike no Ichizoku. Tokyo: Kadokawa Shoten. Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Ratna,
Nyoman
Kutha.
2004.
Teori,
Metode,
dan
Teknik
Penelitian
Sastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Penulis adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Sastra Jepang, lulus 13 Juli 2012