NARASI KETELADANAN BUYA HAMKA DALAM NOVEL AYAH… KARYA IRFAN HAMKA
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh: SUCI KUSMAYANTI NIM: 1111051000166
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M
ABSTRAK Suci Kusmayanti Narasi Keteladanan Buya Hamka Dalam Novel Ayah… Karya Irfan Hamka Novel merupakan salah satu bentuk media berupa karya sastra yang dapat digunakan untuk menyampaikan isi pemikiran penulis kepada para pembaca yang panjang ceritanya bisa lebih dari 40.000 kata. Agar para pembaca dapat dengan mudah memahami makna dan nilai-nilai yang ingin disampaikan lewat novel, para penulis pun harus lihai memainkan kata-katanya sehingga tak jarang mereka menyampaikan alur ceritanya dengan narasi. Seiring perkembangannya, kini novel juga dapat berupa karya non-fiksi, misalnya saja seperti novel biografi. Hakikatnya, buku non-fiksi terbagi dua jenis, non-fiksi murni dan non-fiksi kreatif. Novel biografi termasuk kedalam jenis buku non-fiksi kreatif yang merupakan karya tulis berisikan data otentik yang dikembangkan dengan imajinasi. Seperti halnya novel Ayah... karya Irfan Hamka yang sebetulnya ber-genre biografi namun dikemas dengan gaya novel dimana banyak penggunaan narasi yang bermakna keteladanan seorang tokoh Buya Hamka dalam alur cerita tersebut. Berdasarkan pernyataan diatas, maka muncul pertanyaan yaitu, Bagaimana narasi keteladanan Buya Hamka menurut Teori Naratif Walter Fisher?, Bagaimana struktur narasi keteladanan Buya Hamka yang ada dalam novel Ayah… karya Irfan Hamka menurut Tzvetan Todorov?. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori naratif Walter Fisher, dimana peneliti akan memilih setiap narasi keteladanan yang terdapat dalam novel Ayah... tersebut. Secara umum, teori naratif adalah suatu teori dimana Fisher mengemukakan keyakinan bahwa manusia adalah seorang pencerita dan bahwa pertimbangan akan nilai, emosi, dan estetika menjadi dasar keyakinan dan perilaku kita. Menurutnya, orang-orang dapat terpengaruh atau terbujuk oleh sebuah cerita ketimbang oleh suatu argumen. Sehingga itu membuat narasi peran yang signifikan dalam pembentukan pola pikir seseorang. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menggunakan analisis data yang merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi wawancara. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk menganalisis data dengan model analisis naratif Tzvetan Todorov. Model analisis tersebut membagi setiap narasi kedalam beberapa struktur. Karena menurutnya, setiap narasi baik disengaja ataupun tidak pasti memiliki struktur yang ikut berperan dalam pembentukan makna dalam narasi. Dalam novel Ayah... karya Irfan Hamka ini, baik penulis maupun editor dari pihak Republika Penerbit memiliki satu misi yang sama. Sehingga membuat tampilan dalam novel tersebut menjadi tersaji sedemikian rupa. Mereka ingin memperkenalkan sosok yang dapat diteladani oleh masyarakat Indonesia khususnya yang terdapat dalam diri seorang ulama besar Buya Hamka. Untuk mempermudah penyampaian maksud dari isi novel tersebut, mereka pun menggunakan narasi bergaya novel dengan bahasa ringan sehingga memudahkan para pembaca untuk memahami maksud dalam setiap tulisan pada novel Ayah... karya Irfan Hamka tersebut. Keyword: keteladanan, narasi, novel.
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah Swt yang telah memberikan rahmat, dan juga nikmat yang begitu banyak sehingga dengan ridho-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini, shalawat serta salam senantiasa terlimpah kepada nabi Muhammad SAW dan seluruh keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya. Dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Arief Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Suparto Ph.D, M.Ed, Wakil Dekan Bidang Akademik. Drs. Jumroni M.Si, Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Drs. Wahidin Saputra M.A, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.
2. Rachmat Baihaky M.A, Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi, dan Fita Faturrohmah, M.A, Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Siti Nurbaya, M.Si, dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan masukan tentang penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga peneliti dapat mengamalkan ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan.
v
5. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu peneliti dalam urusan administrasi selama perkuliahan dan penelitian skripsi ini.
6. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah melayani peminjaman buku-buku literatur sebagai referensi dalam penyusunan skripsi ini.
7. Republika Penerbit khususnya kepada Iqbal Santosa selaku Editor Senior Republika Penerbit, yang di sela kesibukannya menyempatkan diri untuk menjadi narasumber serta membantu peneliti dalam penelitian ini. 8. Kedua orangtua tercinta Ayanda Dedi Kusmayadi dan Ibunda Neneng Siti Rukoyah, yang senantiasa men-support secara moril juga materil demi kelancaran skripsi ini. Keikhlasan, kesabaran, dan kegigihan mereka dalam mendidik dan menyayangi peneliti juga atas cinta dan do’a mereka yang tak pernah putus untuk peneliti membuat semangat peneliti semakin kuat untuk menyelesaikan skripsi ini. Semua ini, peneliti persembahkan khusus untuk mamah, papah yang peneliti cintai.
9. Kemudian untuk sahabat terbaik seperjuangan, yaitu Maria Ulpa dan Hairunisa yang selalu membangkitkan semangat peneliti ketika redup dan selalu memberikan canda tawa yang membuat peneliti selalu tersenyum ketika bersama. Semoga persahabatan kita terus terjalin dan terkenang indah sepanjang masa. Love you, all… . 10. Terima kasih juga peneliti ucapkan kepada teman-teman KPI angkatan 2010 dan 2011, yang telah menemani penulis merasakan hiruk pikuk bangku perkuliahan. vi
11. Teman-teman KKN DINAMIC 2013, serta teman-teman yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang juga telah ikut membantu, memberikan dukungan, dan juga saran kepada peneliti sampai skripsi ini tuntas dengan baik.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih belum mencapai kesempurnaan, akan tetapi peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin dengan baik. Semoga skripsi ini dapat menjadi suatu yang bermanfaat bagi pembacanya.
Jakarta, 26 Maret 2015
Suci Kusmayanti
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... .
i
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................. ..
ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................. ...
iii
ABSTRAK ...............................................................................................
iv
KATA PENGANTAR .............................................................................
v
DAFTAR ISI ............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................
x
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................
1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ......................................
11
C. Tujuan Penelitian ...........................................................
11
D. Manfaat Penelitian ..........................................................
11
E. Tinjauan Pustaka ............................................................
12
F. Metodologi Penelitian ....................................................
13
G. Sistematika Penulisan ....................................................
19
LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Narasi ..........................................................
21
B. Teori Naratif Walter Fisher ..........................................
25
C. Analisis Naratif Tzvetan Todorov ................................
27
D. Pengertian Novel Biografi ............................................
33
E. Konsep Keteladanan .....................................................
39
viii
BAB III
BAB IV
GAMBARAN UMUM NOVEL AYAH… A. Deskripsi Novel Ayah... ................................................
45
B. Bagian Inti Novel Ayah... .............................................
46
C. Latar Belakang Penulisan dan Penerbitan Novel Ayah…
51
D. Biografi Irfan Hamka (Penulis Novel Ayah…) ............
53
E. Biografi Buya Hamka (Tokoh Ayah) ............................
55
ANALISIS HASIL TEMUAN DAN INTERPRETASI A. Temuan dan Pembahasan dalam Novel Ayah... ............
67
1. Teori Naratif Walter Fisher ......................................
68
a. Keteladanan Untuk Keluarga ...............................
70
b. Keteladanan Untuk Agama ..................................
76
c. Keteladanan Untuk Negara ...................................
96
2. Model Analisis Tzvetan Todorov .............................
99
B. Interpretasi dalam Novel Ayah... .................................. 111
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................... 121 B. Saran ............................................................................... 128
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 131 LAMPIRAN ............................................................................................. 134
ix
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar 2.1 Perbedaan Cerita dan Alur .....................................................
29
Gambar 2.2 Struktur Narasi ......................................................................
32
Gambar 3.1 Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) ......
56
Tabel 3.1 Karya Tulis Buya Hamka ..........................................................
61
Tabel 4.1 Struktur Narasi Model Analisis Naratif Tdzevetan Todorov dalam Novel Ayah... karya Irfan Hamka .................................. 103
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Saat ini, banyak berbagai macam cara digunakan oleh para komunikator untuk menyampaikan ide dan gagasannya kepada para komunikan. Tujuan dari komunikasi itu sendiri adalah mengharap adanya partisipasi dari komunikan atas ide–ide atau pesan–pesan dari komunikator sehingga dari pesan yang disampaikan tersebut terjadi perubahan sikap dan tingkah laku yang diharapkan. 1 Seperti halnya seorang penulis yang menggunakan karya tulisnya sebagai media untuk menyampaikan argumen dan pemikirannya kepada para pembaca. Banyak jenis karya tulis yang mereka gunakan untuk menyampaikan isi pemikirannya baik itu karya itu berbentuk buku fiksi atau buku non-fiksi. Salah satunya seperti buku novel. Novel adalah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif dan biasanya berbentuk sebuah cerita. Panjang cerita novel dapat lebih dari 40.000 kata dan tidak memiliki batas maksimal karena tidak ada batasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Biasanya novel berisikan kisah tokoh-tokoh imajinatif dalam cerita dengan berbagai macam peran dan karakter tokoh yang bervariatif.
1
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 145.
1
2
Alur ceritanya selalu mengenai seputar realitas kehidupan sehari-hari dengan memfokuskan pada sisi-sisi yang aneh dan unik dari narasi cerita tersebut. 2 Seiring perkembangannya, novel kini bukan hanya berbentuk buku fiksi saja, yang isi dan pembahasannya hanya tentang tokoh-tokoh imajinasi dengan alur cerita yang berlatar belakang realitas kehidupan sehari-hari namun dibumbui dengan cerita fiktif tanpa fakta atau data otentik lainnya. Karena biasanya novel dibuat hanya untuk menjadi sebuah media hiburan saja bagi pembaca yang senang membaca cerita-cerita fiksi yang seru, unik dan menghibur. Saat ini novel juga dapat berupa sebuah karya buku non-fiksi, dimana bukan hanya sebuah cerita fiktif belaka akan tetapi terdapat data otentik dalam alur cerita dan narasi yang terdapat dalam buku novel tersebut. Buku merupakan kumpulan tulisan seseorang yang telah disusun sehingga seseorang dapat membacanya secara sistematis apa yang diungkapkan oleh penulisnya. Buku juga memiliki peran besar dalam masyarakat karena dengan membaca buku masyarakat dapat mengetahui banyak informasi juga pengetahuan sehingga memunculkan sudut pandang terhadap masing –masing pembacanya.3 Pada hakikatnya, buku memang terbagi menjadi dua macam, yaitu buku fiksi dan non-fiksi. buku fiksi merupakan suatu karya sastra yang mengungkap realitas kehidupan sehingga mampu mengembangkan daya imajinasi penulis maupun pembaca. Sedangkan buku non-fiksi merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan data-data otentik saja, namun ada juga yang dikembangkan dengan 2
Wikipedia, Novel, artikel diakses pada pukul 01.16 WIB tanggal 23 februari 2015 dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Novel 3 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 123.
3
imajinasi penulis. Buku non-fiksi terbagi menjadi dua jenis, diantaranya buku non-fiksi murni dan buku non-fiksi kreatif. Buku non-fiksi murni adalah buku yang tulisan yang berdasarkan datadata otentik saja dengan gaya ilmiah sedangkan buku non-fiksi kreatif adalah hasil karya tulis yang sama-sama berdasarkan data-data otentik namun dikembangkan dengan imajinasi seorang penulis buku tersebut. Umumnya dapat berupa cerita, prosa, puisi, dan juga novel. 4 Novel yang memiliki data-data otentik didalamanya ada dalam berbagai bentuk, salah satunya yaitu novel biografi. Biografi merupakan tulisan yang berisi riwayat hidup yang ditulis oleh orang lain. Secara umum biografi berisi narasi perjalanan hidup seorang tokoh, deskripsi kegiatan atau peristiwa yang dialaminya, ekspresi termasuk gagasan, perasaan, dan pandangan hidup. Biografi juga sangat penting untuk dibaca karena di dalamnya terkandung nilai pendidikan atau moral bagi pembacanya.5 Dalam menggambarkan sosok atau tokoh yang sedang dibahas buku biografi biasanya memang menggunakan bahasa ilmiah tetapi berbeda dalam buku biografi yang berbentuk novel atau bisa juga disebut sebagai novel nonfiksi/ novel biografi, sosok yang diceritakan tidak menggunakan bahasa ilmiah dan kaku melainkan dengan menggunakan gaya bahasa yang ringan dan santai sehingga terciptalah suatu narasi dan alur cerita di dalamnya yang membuat para 4
Bahasaku Inspirasiku, “Perbedaan Karya Fiksi dan NonFiksi” artikel ini diakses pada pukul 01.39 WIB tanggal 23 februari 2015 dari http://adeku-bahasaku.blogspot.com/2011/10/perbedaankarya-fiksi-dan-nonfiksi.html?m=1 5 Eapriani 51, “Biografi dan Autobiografi”, artikel diakses pada 2 September 2014 dari http://eapriani51.wordpress.com/2013/03/27/biografi-dan-autobiografi/ .
4
pembaca jadi lebih antusias untuk terus membacanya sampai akhir cerita, bahkan secara sengaja atau tidak, dengan penggunaan bahasa gaya novel dalam suatu buku biografi, terciptalah unsur sastra di dalamnya sehingga terbentulah suatu karya tulis berupa novel biografi. Sebuah biografi yang berbentuk novel dengan gaya bahasa ringan dan narasi yang menarik seperti novel seakan menjadi suatu alat penyampai ide yang lumayan efektif karena gaya bahasa yang digunakan dalam sebuah tulisan juga memiliki peran penting terhadap pemaknaan suatu tulisan dalam sebuah narasi, karena itu akan memberikan pengaruh atau suatu pola pikir kepada para pembacanya. Narasi merupakan suatu tulisan yang biasanya ditulis berdasarkan rekaan atau imajinasi. Akan tetapi, bukan hanya itu, narasi yang ditulis juga dapat berupa suatu tulisan berdasarkan pengalaman pribadi penulis, pengamatan atau wawancara dan pada umunya berupa himpunan peristiwa yang disusun berdasarkan urutan kejadian atau waktu.6 Narasi, baik itu dalam bentuk narasi fiksi ataupun narasi fakta mempunyai fungsi tertentu dalam masyarakat. Dalam pembentukkan sebuah pandangan benar atau salah, boleh atau tidak boleh, narasi memiliki peran tersendiri. Itu artinya narasi pun berkaitan dengan ideologi. Narasi memperkuat ideologi (keyakinan dan kepercayaan) yang terdapat dalam pola pikir masyarakat. Lewat narasi baik berupa fiksi atau fakta sebuah cerita, karakter dan peristiwa diperkenalkan kepada para anggota masyarakat lalu kemudian turun temurun dari generasi ke generasi 6
Nurudin, Dasar-Dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), h. 71
5
sehingga bahkan menjadi suatu panduan bersikap dan berprilaku bagi anggota masyarakat tersebut.7 Maka dari itu seorang tokoh yang dinarasikan dalam sebuah novel biografi tentu menggunakan bahasa tertentu sehingga kalimat-kalimat dalam buku tersebut dapat menggambarkan sosok tokoh yang sedang dibahas. Tetapi setiap tulisan yang dipakai dalam penulisan tersebut merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan, karena penggunaan bahasa dalam suatu kalimat terlebih dalam menggambarkan suatu sosok, akan menimbulkan suatu pemaknaan tertentu kepada setiap pembacanya. Artinya seseorang dapat juga menuangkan dan menyampaikan ideologi, gagasan dan idenya kepada para pembaca lewat tulisannya dalam suatu buku, khususnya dalam buku novel biografi. Dengan narasi pun kita dapat memberikan contoh teladan kepada para pembaca tentang sosok yang hebat sehingga membuat para pembaca terinspirasi dengan tokoh tersebut karena narasi pun dapat tergambar dengan adanya narasi perjalanan atau kisah hidup seseorang yang sedang dibahas dalam buku tersebut. Sehingga buku biografi yang menggunakan narasi dengan gaya tutur novel atau singkatnya novel biografi tentu akan dengan mudah menyalurkan ideologi penulis tentang seorang tokoh kepada para pembacanya. Misalnya saja seperti penggambaran narasi keteladanan seorang tokoh dalam novel biografi. Keteladanan sendiri asal katanya adalah “teladan” yang artinya sesuatu yang patut ditiru atau dicontoh, baik itu tentang perbuatan, kelakuan ataupun sifat.
7
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 221.
6
Sedangkan menurut istilah, keteladanan adalah suatu perilaku seseorang yang sengaja ataupun tidak sengaja dilakukan atau dijadikan contoh bagi orang yang mengetahuinya atau melihatnya, begitu pula dengan para pembacanya yang membaca kisah sosok yang menginspirasinya tersebut.8 Dalam bahasa Arab, kata teladan adalah “uswatun hasanah” dalam kamus Mahmud Yunus “uswatun hasanah” didefinisikan “uswatun” sama dengan “qudwah” artinya “ikutan” dan “hasanah” artinya perbuatan yang baik. Dari definisi tersebut maka “uswatun hasanah” adalah suatu perbuatan baik seseorang yang patut ditiru atau diikuti orang lain. Menjadi seorang panutan yang baik merupakan satu metode juga dalam pendidikan terpenting, karena manusia memiliki keinginan kuat yang bersifat pada diri manusia yang mengantarnya untuk meniru dan mengikuti orang lain.9 Dalam ajaran agama Islam, sosok yang selalu menjadi suri teladan/ uswatun hasanah bagi para muslim adalah Nabi Muhammad SAW. Akhlaknya yang mulia, perjuangan dakwahnya yang hebat, aqidahnya yang kuat, kepribadiannya yang juga mulia menjadikan beliau sebagai panutan setiap umat manusia di dunia. Hal itu disebutkan dalam firman Allah Swt surat al-Ahzab ayat 21 yang artinya: “Sesungguhnya telah ada bagi kamu sekalian pada diri Rasulullah uswah hasanah bagi orang yang mengharap ridha allah dan hari akhir serta berdzikir kepada Allah dengan dzikir yang banyak”.
8
Ammydotcom, “Apa itu Keteladanan”, diakses pada 23 Oktober 2014 pukul 13.06 wib dari http://ammydotcom.blogspot.com/2011/02/apa-itu-keteladanan.html. 9 Ammydotcom, “Apa itu Keteladanan”, diakses pada 23 Oktober 2014 pukul 13.06 wib dari http://ammydotcom.blogspot.com/2011/02/apa-itu-keteladanan.html.
7
Ayat tersebut menjelaskan bahwa sosok teladan bagi umat muslim adalah Rasulullah SAW yang merupakan sosok yang pantas untuk diteladani dan diikuti oleh siapa saja yang mengharap ridha Allah Swt dan beriman kepada hari akhirat dan siapa saja yang ingin menerapkan Islam dengan sebenar-benarnya.10 Dalam Islam, ada istilah Qudwah Hasanah yang terbagi kedalam dua bagian, antara lain, yaitu a) Qudwah Hasanah yang bersifat mutlak, artinya suatu teladan yang murni langsung berasal dari Rasullah SAW dan, 2) Qudwah Hasanah Nisbi, yaitu teladan yang berasal dari manusia bukan dari Rasul atau Nabi. Seperti dari para ulama dan pemimpin umat lainnya. Teladannya hanya sebatas jika tidak bertentangan dengan syari’at Allah Swt.11 Banyak ulama yang terus meningkatkan akhlaknya agar menjadi umat dan hamba Allah Swt yang taat kepada ajaran Islam, sehingga banyak kepribadian dan sikap para ulama yang dapat kita jadikan panutan atau keteladanan dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt. Ketika berpidato sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia yang pertama, pada penutupan Musyawarah Nasional Majelis Ulama Seluruh Indoneisa, 27 Juli 1975, Buya Hamka berkata: ”Mereka (Ulama) tidaklah mengingat hendak minta upah dan minta di bayar, karena jasa apabila telah dihargai, jatuhlah harganya, kami tidaklah meminta upah buat ini, dan tidak ingin mengharapkan ucapan terima kasih. Karena kami takut dari Tuhan kami pada hari 10
Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), h.
192-193. 11
UMY, “Strategi Dakwah Kepada Umat Dakwah”, diakses pada selasa tanggal 16 Desember 2014 pukul 14.51 wib dari http://blog.umy.ac.id/adin-(data-lama)/kajian-juga/STRATEGIDAKWAH-KEPADA-UMAT-DAKWAH.doc.
8
yang penuh kemurkaan dan kegelisahan”. Dalam pidato tersebut, Buya Hamka seakan ingin mengungkapkan bahwa ulama haruslah penuh dengan keikhlasan dan kesederhanaan.12 Itu artinya sifat-sifat ulama pun harus sesuai dengan jalan yang di ridhai Allah Swt. Di Indonesia, kita banyak memiliki ulama yang dapat kita teladani perilakunya, akhlaknya, dan lain sebagainya. Mereka adalah orang-orang yang sangat pantang menyerah dengan keistiqamahannya mempelajari ajaran Islam salah satu diantaranya adalah seorang tokoh ulama yang sempat menjabat sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia yang pertama, yaitu Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau dikenal dengan nama Buya Hamka. Buya Hamka merupakan sosok ulama besar yang namanya pun masih dikenang hingga sekarang walaupun ia sudah wafat beberapa tahun yang lalu. Buya Hamka, bukan hanya seorang ulama besar saja, namun ia juga seorang seorang sastrawan yang sangat terkenal dengan ratusan karyanya, seorang politisi, dan juga seorang budayawan yang apik. Buya Hamka memulai perjalanan dakwahnya dari sebelum Indonesia merasakan kemerdekaan. Artinya, ia telah memperjuangkan jalan dakwahnya semenjak Indonesia masih di jajah dan masih dalam keadaan zaman perang. Banyak cerita bagaimana ia dapat terus bertahan dan berjuang menyebarkan agama Islam di Indonesia, tapi sayangnya semakin bertambahnya usia
12
Ramlan Mardjoned, KH. Hasan Basri 70 Tahun; Fungsi Ulama dan Peranan Masjid, (Jakarta: Media Da’wah, 1990), h. 143-144.
9
kemerdekaan Indonesia, semakin lupa juga orang-orang dengan sejarah zaman dahulu. Buya Hamka merupakan sosok yang menarik untuk dibahas khususnya dalam dunia kesehariannya sehingga membuat banyak orang tertarik untuk mengetahui siapa itu Buya Hamka dan akhirnya pada tahun 2013 Republika Penerbit pun menerbitkan satu buku biografi berbentuk novel mengenai Buya Hamka yang di tulis oleh anak kandungnya sendiri yaitu Irfan Hamka. Novel biografi ini menjadi semakin menarik karena menggunakan gaya tutur novel dengan bahasa yang ringan, sehingga lebih menekankan kepada struktur narasi dalam alur cerita dengan penggunaan narasi, dengan membaca buku novel biografi tersebut bukan hanya kita bisa mendapatkan informasi mengenai Buya Hamka dan kisah hidupnya melainkan para pembaca juga dapat terinspirasi dengan banyaknya kisah-kisah teladan dalam buku tersebut yang disampaikan dan digambarakan melalui narasi penceritaan kisah hidupnya yang dikemas dengan semenarik mungkin sehingga membuat para pembaca menjadi antusias untuk terus membaca buku tersebut dan sampai menjadikan buku ini menjadi buku Best Seller di berbagai kalangan usia pembacanya. Hal itu terbukti dengan adanya penjualan buku hingga 15.000 eksemplar dan dengan delapan kali cetak. Maka dari itu novel ini pun menjadi salah satu novel biografi yang Best Seller sejak tahun 2013. Bahkan salah satu situs yang berisi para pecinta membaca pun mencantumkan novel Ayah... kedalam list-nya sehingga menjadi salah satu buku bacaan yang juga banyak diminati orang banyak. Dalam situs www.goodreads.com tersebut, novel Ayah... mendapatkan
10
210 rating dengan jumlah nilai bintang 3.89 yang artinya hampir mendekati angka 4 yang diberikan oleh sebagian pembaca dari 573 orang yang membahas novel Ayah... dalam situs tersebut.13 Walaupun memang dalam buku tersebut, keteladanan Buya Hamka tidak dikemukakan secara gamblang dan terbuka, namun banyak disetiap cerita kisah hidupnya, menarasikan suatu keteladan dari sosok Buya Hamka tersebut. Hal ini memungkinkan sikap keteladanan yang dinarasikan dalam buku tersebut adalah suatu tujuan dari kepenulisan novel biografi yang berjudul Ayah… ini, agar para pembacanya dapat mengetahui apa saja kisah hidupnya dan kisah teladannya sehingga para pembaca dapat terinspirasi dari cerita yang dinarasikan oleh buku tersebut. Hal ini membuat saya sebagai penulis/ peneliti menjadi tertarik untuk menjadikan novel Ayah… ini sebagai bahan penelitian, dimana saya ingin mengkaji dan mengetahui secara detail sifat-sifat teladan Buya Hamka yang dinarasikan oleh anaknya, yaitu Irfan Hamka dalam novel ini. Dengan berbagai alasan dan atas latar belakang itulah maka peneliti ingin mengkaji lebih dalam lagi novel Ayah... tersebut dengan mengambil metode analisis naratif dimana peneliti akan mengkajinya lewat teks-teks narasi yang tertulis dan alur cerita dalam buku tersebut dengan mengambil judul penelitian “NARASI KETELADANAN BUYA HAMKA DALAM NOVEL AYAH… KARYA IRFAN HAMKA”.
13
Goodreads, Ayah...: Kisah Buya Hamka, diakses pada hari selasa tanggal 7 April 2015 pada pukul 16.30 wib dari http://www.goodreads.com/book/show/17983604-ayah.
11
B. Batasan dan Rumusan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas, penelitian ini difokuskan kepada narasi keteladanan Buya Hamka dalam novel Ayah… karya Irfan Hamka. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana narasi keteladanan Buya Hamka menurut Teori Naratif Walter Fisher? 2. Bagaimana struktur narasi keteladanan Buya Hamka yang ada dalam novel Ayah... karya Irfan Hamka menurut Analisis Naratif Tzvetan Todorov ?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan bagaimana narasi keteladanan Buya Hamka yang terdapat dalam novel Ayah... karya Irfan Hamka. 2. Untuk mendeskripsikan struktur narasi keteladanan Buya Hamka dari novel Ayah... karya Irfan Hamka.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian pengetahuan mengenai studi analisis naratif terhadap karya tulis, sastra maupun media massa yang saat
12
ini sudah mulai digunakan dalam kajian ilmu komunikasi untuk menjadi suatu metode dalam menganalisis teks media. b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kepada pembaca tentang keteladanan seorang ulama besar Indonesia, Buya Hamka yang sejarahnya hampir dilupakan oleh masyarakat muda di zaman sekarang ini, yang terdapat pada novel Ayah… karya Irfan Hamka.
E. Tinjauan Pustaka Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelusuran ke beberapa perpustakaan yakni Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu dan Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Berdasarkan penelusuran tersebut peneliti menemukan beberapa penelitian tentang analisis naratif dengan berbagai subjek dan objek penelitian yang beragam dan latar belakang yang bermacam-macam. Skripsi-skripsi yang berhubungan dengan analisis naratif, diantaranya: a. Skripsi karya Nur Afifah, mahasiswi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menulis skripsi mengenai analisis narasi dengan judul “Narasi Hubungan Ayah Dengan Anak Dalam Novel Ayahku (bukan) Pembohong Karya Tere Liye”. Penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana hubungan ayah dengan anak ketika anaknya tidak mempercayai ayahnya dan penelitian ini lebih menekankan kepada pesan-pesan moral dalam kehidupan.
13
b. Skripsi karya Dini Indriani, mahasiswi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menulis skripsi dengan judul “Analisis Narasi Pesan Moral Dalam Novel Bumi Cinta”. Penelitian ini meneliti tentang seperti apa pesan moral yang terdapat dalam novel Bumi Cinta, lalu mengemukakannya dan menganalisisnya dengan menggunakan analisis naratif. Dari beberapa tinjauan terdahulu memiliki perbedaan dengan penelitian ini, ada yang berbeda dari segi objek penelitian dan juga subjek penelitian pun berbeda, karena penelitian ini membahas tentang analisis naratif keteladanan seorang ulama besar yaitu Buya Hamka dalam kesehariannya menjalani kehidupan yang terdapat dalam sebuah novel karya anak kandungnya sendiri, yaitu novel Ayah… karya Irfan Hamka.
F. Metodologi Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini peneliti membagi metodologi ke dalam beberapa bagian, yaitu: 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati. 14 Metode pendekatan kualitatif merupakan suatu metode yang digunakan peneliti dalam
14
Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 37
14
memaparkan
semua
data
yang
diperoleh
dan
menganalisisnya
juga
menggambarkannya dengan berpedoman pada sumber-sumber tertulis dalam bentuk kalimat-kalimat. 2. Metode Penelitian Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis narasi/ naratif (narative analysis), yaitu metode yang digunakan untuk memahami makna dalam suatu tulisan atau suatu bentuk cerita. Narasi adalah suatu cara seorang penulis dalam memberitahukan suatu pesan kepada orang lain dengan sebuah cerita. Narasi sering diartikan juga dengan sebuah cerita, misalnya seperti Cerita Pendek (cerpen), tulisan/ scenario pembuatan film, dsb.15 Metode analisis narasi/ naratif berbeda dengan metode kuantitatif yang menakankan pada pertanyaan “apa” (what), analisis ini lebih menekankan kepada pertanyaan “bagaimana” (how) yang terdapat dalam suatu pesan atau makna dari teks dalam komunikasi. Dengan begitu, peneliti dapat menemukan makna narasi yang terkandung dalam novel Ayah... karya Irfan Hamka, juga mengetahui struktur dari narasi tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menelaah struktur narasi yang terdapat dalam cerita dan alur cerita (plot) dimana seorang Buya Hamka sangatlah disiplin dalam menegakkan syariat Islam diberbagai kondisi sehingga menjadi sosok teladan. Dari banyak ahli naratif, dalam penelitian ini peneliti mengambil salah satu model naratif yang dikemukakan oleh Tzvetan Todorov. 15
Nurudin, Dasar-Dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), h. 71.
15
Tzvetan Todorov; adalah seorang ahli sastra dari Bulgaria
yang
mengajukan gagasan mengenai struktur dari suatu narasi. Ia melihat bahwa teks mempunyai susunan atau struktur tertentu. Penulis teks baik secara sadar ataupun tidak menyusun teks ke dalam tahapan atau struktur tertentu sehingga membuat para pembaca teks tersebut membaca dengan struktur dan tahapan-tahapan yang diurutkan. Baginya setiap narasi adalah apa yang dikatakan, karenanya mempunyai urutan kronologis, motif, dan plot juga hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa. Menurutnya, narasi dimulai dengan adanya keseimbangan yang kemudian terganggu dengan adanya kekuatan jahat dan diakhiri dengan upaya menghentikan gangguan sehingga keseimbangan tercipta. 16 Narasi diawali dari sebuah keteraturan, kondisi masyarakat yang tertib. Keteraturan tersebut lalu berubah menjadi kekacauan akibat tindakan dari seseorang lalu diakhiri dengan kembalinya keteraturan. Struktur narasi milik Todorov itupun di modivikasi oleh Lacey dan Gillespie menjadi lima bagian. Pertama, kondisi awal, kondisi keseimbangan, dan keteraturan; dalam narasi tentang superhero, umumnya diawali oleh kondisi kota damai, dan sebagainya. Kedua, Gangguan (disruption) terhadap keseimbangan, dapat berupa tindakan dari seorang tokoh yang dapat menggangu keharmonisan, misalnya datang seorang musuh yang melakukan tindakan jahat dan menggangu ketertiban, dan sebagainya. Ketiga, kesadaran terjadi gangguan (gangguan makin besar), pada tahap ini gangguan mencapai puncaknya (titik puncak/ klimaks), misalnya
16
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 46.
16
kekuatan musuh yang semakin besar, musuh dapat mempengaruhi korban dan menggangu orang lain, dan sebagainya. Keempat, upaya untuk memperbaiki gangguan, dalam tahap ini biasanya muncul seorang pahlawan atau penolong yang dapat menghadapi gangguan-gangguan tersebut. Terkadang diselingi dengan kegagalan atau kalah terlebih dahulu. Kelima, pemulihan menuju keseimbangan, menciptakan keteraturan kembali, pada tahap ini adanya babak dimana suatu narasi akan diakhiri. Kerusakan dan kekacauan yang muncul telah berhasil di selesaikan dan kondisi menjadi normal kembali seperti sedia kala atau menjadi lebih baik dari sebelumnya.17 3. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah novel Ayah... karya Irfan Hamka. Dan objek penelitiannya adalah fokus pada narasi tentang keteladanan Buya Hamka yang terdapat pada setiap narasi, alur dan plot cerita dalam novel Ayah... karya Irfan Hamka. 4. Teknik Pengumpulan Data Penulis menggunakan tiga metode pengumpulan data dalam teknik pengumpulan data, yaitu: a. Observasi Non Partisipan Observasi yaitu merupakan sebuah kegiatan yang berhubungan dengan pengawasan, peninjauan, penyelidikan, dan riset. Sedangkan observasi non partisipan merupakan sebuah observasi yang dilakukan tanpa melibatkan
17
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, h. 46-48.
17
peneliti ke dalam objek yang diteliti atau kelompok yang diteliti sehingga peneliti tidak ikut berpartisipasi. Dalam hal ini peneliti membaca dan mengamati secara seksama setiap narasi dari tulisan/ teks dalam novel Ayah... karya Irfan Hamka dan mengumpulkan struktur narasi yang mengandung makna keteladanan seorang Buya Hamka. b. Wawancara Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Hubungan antara pewawancara dan yang diwawancarai bersifat sementara, yaitu berlangsung dalam jangka waktu tertentu dan kemudian diakhiri. Hubungan dalam wawancara/ interview biasanya seperti antara orang asing yang tak berkenalan, namun pewawancara harus mampu mendekati responden sehingga ia rela memberikan keterangan yang kita inginkan.18 Untuk mencari data yang akurat, penulis melakukan wawancara dengan menanyakan beberapa pertanyaan kepada sumber yang dianggap tepat untuk memberikan informasi mengenai hal yang akan diteliti. Awalnya peneliti ingin mewawancarai penulis novel Ayah... namun, karena adanya berbagai halangan dan kendala maka peneliti tidak berhasil mewawancarai langsung penulis dari novel Ayah... tersebut yaitu Irfan Hamka, tapi akhirnya peneliti pun berhasil mendapat narasumber kedua, yaitu dengan pihak
18
114.
Nasution, Metode Research; Penelitian Ilmiah, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), h. 113-
18
Republika Penerbit sebagai suatu lembaga yang memiliki keterkaitan dalam munculnya novel Ayah... tersebut. Peneliti pun menjadikan editor senior Republika Penerbit sebagai narasumber kedua yang juga memiliki andil besar dalam setiap isi dalam novel Ayah... karya Irfan Hamka tersebut sehingga novel tersebut dapat terbit. c. Dokumentasi Metode dokumentasi merupakan pengumpulan dokumen yang dapat diartikan sebagai bahan tertulis, film, maupun foto, penulis menggunakan dokumen untuk memperoleh data yang tidak didapat melalui catatan hasil wawancara. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data dari buku-buku, majalah-majalah, serta tulisan-tulisan yang ada hubungannya dengan novel yang diteliti dan masalah yang akan dibahas dalam kajian skripsi. 5. Teknik Analisis Data Dalam teknik analisis data, peneliti menggunakan analisis naratif, yaitu dengan menganalisis setiap narasi dan struktur narasi yang terdapat dalam alur cerita yang ada pada novel Ayah... . Setelah peneliti mengumpulkan data-data, kemudian menjelaskan hasil temuan data dan bukti-bukti setelah itu menyederhanakannya dan dilanjutkan menjadi sebuah kesimpulan.
19
G. Sistematika Penulisan Untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang akan diuraikan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis mengatur sistematikanya kedalam lima bab sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II: LANDASAN TEORITIS Membahas tentang segala sesuatu yang menyangkut tentang analisis naratif, baik dari pengertian narasi dan teori naratif Walter Fisher, analisis naratif dan model analisis naratif Tzvetan Todorov, ataupun segala hal yang berkaitan dengan analisis naratif, juga membahas pengertian tentang novel biografi, konsep keteladanan dan semua aspek yang berkaitan dengan narasi keteladanan Buya Hamka. BAB III: GAMBARAN UMUM NOVEL AYAH... Membahas tentang gambaran umum tentang novel Ayah… karya Irfan Hamka dalam bab ini diuraikan deskripsi novel Ayah…, bagian inti novel Ayah…, latar belakang penulisan dan penerbitan novel Ayah…, biografi Irfan Hamka, biografi Buya Hamka yang menjadi sosok ayah dari penulis novel tersebut yaitu Irfan Hamka.
20
BAB IV: ANALISIS HASIL TEMUAN DAN INTERPRETASI Berisi temuan dan analisis novel Ayah… karya Irfan Hamka, bagaimana analisis naratif keteladanan Buya Hamka dan seperti apa struktur narasi yang terdapat di dalam novel Ayah… karya Irfan Hamka dalam model analisis naratif Tzvetan Todorov dan seperti apa narasi keteladanan Buya Hamka dalam novel Ayah... karya Irfan Hamka dengan teori naratif Walter Fisher tersebut. BAB V: PENUTUP Menjelaskan dan menarik Kesimpulan dari analisis naratif keteladanan Buya Hamka dalam novel Ayah… karya Irfan Hamka serta memberikan Saran untuk perkembangan media komunikasi dan dakwah Islam.
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Narasi Biasanya narasi selalu disamakan dengan cerita atau dongeng. Secara harfiah kata narasi berasal dari kata Latin narre, yang artinya “membuat tahu”. Dengan demikian, narasi merupakan suatu upaya seseorang untuk memberitahu suatu kejadian. Akan tetapi, bukan berarti semua informasi atau sesuatu yang sifatnya menyampaikan informasi itu termasuk ke dalam kategori narasi. Misalnya saja papan penunjuk jalan, iklan lowongan pekerjaan, dsb. 1 Narasi merupakan suatu bentuk representasi atau rangkaian dari peristiwaperistiwa. Intinya, suatu teks dapat dikategorikan sebagai narasi apabila ada suatu rangakain kejadian atau peristiwa. Ada beberapa syarat dasar narasi. Pertama, adanya rangakaian peristiwa dimana peristiwa yang satu di rangkai dengan kejadian yang lain sehingga menjadi sebuah cerita. Kedua, adanya rangkaian (sekuensial). Maksudnya peristiwa yang akan ditulis tidaklah secara random atau acak melainkan mengikuti jalannya pikiran atau logika tertentu, berurutan atau bisa juga dengan sebab akibat sehingga beberapa peristiwa yang dirangkai itu menjadi logis dan juga mempunyai makna tertentu.2
1
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 1 2 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, h. 2
21
22
Narasi adalah cara seseorang memberitahukan sebuah cerita kepada orang lain melalui media tulis, misalnya saja seperti penulis yang ingin menyampaikan ceritanya kepada orang lain maka ia pun menulis sebuah tulisan berisikan cerita yang ingin disampaikan. Narasi juga dapat diartikan sebagai cerita sedangkan makna dari cerita adalah suatu tulisan yang mempunyai karakter, setting, waktu, masalah, mencoba memecahkan masalah dan memberikan solusi dari masalah tersebut. Dapat kita ambil contoh yaitu cerita pendek (cerpen), novel, cerita bersambung (cerber), dan juga tulisan dari sebuah skenario yang digunakan sebagai bahan dalam sebuah pembuatan film.3 Begitu pula termasuk ke dalamnya sebuah buku yang bertuliskan suatu kisah. Semua teks tersebut memiliki struktur narasi. Artinya, semua teks ditulis dan dibuat dengan cara bercerita tertentu dengan maksud agar dapat dipahami dan diketahui oleh khalayak. Narasi selama ini selalu dikaitkan dengan dongeng, cerita rakyat, atau cerita fiktif lainnya (novel, prosa, puisi, dan drama). Sehingga narasi pun sering digunakan dalam penelitian cerita yang bersifat fiksi. Jika di telaah lagi, sebenarnya bukan hanya cerita fiksi saja yang berupa narasi, cerita yang bersifat fakta pun dapat dikaitkan dengan narasi.4 Dalam suatu analisa proses dapat juga dipergunakan teknik narasi. Narasi seperti ini dinamakan narasi ekspositoris atau narasi teknis, karena sasaran yang ingin dicapai adalah ketepatan informasi mengenai suatu peristiwa yang
3
Nurudin, Dasar-Dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), h. 71 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 5 4
23
dideskripsikan. 5 Narasi Ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran para pembacanya untuk mengetahui kisahnya dengan sasaran utamanya yaitu rasio, yang berupa perluasan pengetahuan para pembaca setelah membaca kisahnya.6 Selain itu ada juga yang disebut narasi sugestif. Seperti halnya dengan deskripsi sugestif yang ingin mencapai atau menciptakan sebuah kesan kepada para pembaca atau pendengar, maka narasi sugestif juga ingin menciptakan kesan kepada para pembaca mengenai obyek narasi. Itu artinya, narasi sugestif merupakan
narasi
yang
berusaha
memberikan
maksud
tertentu
dan
menyampaikan suatu amanat yang terselubung kepada para pembaca atau pendengar.7 Tujuan dan sasaran dari narasi ini adalah bukan untuk memperluas pengetahuan seseorang, tapi berusaha untuk memberi makna terhadap peristiwa atau kejadian itu, sehingga narasi ini selalu melibatkan daya imajinasi (khayal). 8 Narasi, baik itu dalam bentuk narasi fiksi ataupun narasi non fiksi (fakta) mempunyai fungsi tertentu dalam masyarakat. Dalam pembentukkan sebuah pandangan benar atau salah, boleh atau tidak boleh, narasi memiliki peran tersendiri. Itu artinya narasi pun berkaitan dengan ideologi. Narasi memperkuat ideologi (keyakinan dan kepercayaan) yang terdapat dalam pola pikir masyarakat. Lewat narasi baik berupa fiksi atau fakta sebuah cerita, karakter dan peristiwa diperkenalkan kepada para anggota masyarakat lalu kemudian turun temurun dari
5
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h.
135. 6
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 136. Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 135. 8 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 138. 7
24
generasi ke generasi sehingga bahkan menjadi suatu panduan bersikap dan berprilaku bagi anggota masyarakat tersebut.9 Narasi merupakan suatu bentuk teks yang paling tua dan juga paling dikenal. Narasi pun terdapat dalam kitab-kitab kuno seperti kitab Ramayana, Mahabharata, Sutasmo, dan sebagainya.
10
Dari semua kitab kuno yang
disebutkan itu, hampir keseluruhan disajikan dengan bentuk narasi. Narasi merupakan suatu tulisan yang biasanya ditulis berdasarkan rekaan atau imajinasi. Akan tetapi, bukan hanya itu, narasi yang ditulis juga dapat berupa suatu tulisan berdasarkan pengalaman pribadi penulis, pengamatan atau wawancara dan pada umunya berupa himpunan peristiwa yang disusun berdasarkan urutan kejadian atau waktu. Sebuah narasi selalu terdapat tokohtokoh yang dilibatkan dalam suatu kejadian atau peristiwa dalam cerita. Itu artinya, narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha untuk menggambarkan, mengisahkan, menciptakan dan menceritakan segala macam perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa atau kejadian secara kronologis atau sesuatu yang berlangsung pada waktu tertentu.11 Narasi juga memiliki struktur. Narasi pada dasarnya adalah suatu penggabungan berbagai peristiwa yang disusun menjadi satu untai cerita. Dan dari
9
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 221. 10 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, h. 9 11 Nurudin, Dasar-Dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), h. 71
25
situlah kita dapat mengkaji dengan analisis naratif bagaimana peristiwa itu disusun dan disatukan atau disambung dengan peristiwa-peristiwa lainnya.12
B. Teori Naratif Walter Fisher Menurut Walter Fisher teori naratif merupakan teori yang mengemukakan keyakinan bahwa manusia adalah seorang pencerita dan bahwa pertimbangan akan nilai, emosi, dan estetika menjadi dasar keyakinan dan perilaku kita. Orangorang dapat terpengaruh atau terbujuk oleh sebuah cerita ketimbang oleh suatu argumen. Fisher telah menyusun sebuah pendekatan terhadap cara berpikir teoritis yang lebih luas cakupannya daripada teori spesifik apa pun. Cara pandang Fisher merupakan cara pandang yang sangat luas dalam melihat narasi sehingga akan sulit ketika mengidentifikasi komunikasi sebagai narasi.13 Prinsip dari teori ini didasarkan pada prinsip bahwa manusia adalah makhluk pencerita. Daripada Logika Tradisional, Logika Narasi lebih dipilih untuk digunakan dalam argumentasi karena Logika Narasi menyatakan bahwa orang menilai kredibilitas pembicara melalui apakah ceritanya runtut dan terdengar benar. Terdapat lima asumsi yang Fisher ungkapkan, antara lain yaitu,
Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencerita.
Yang mendasari keputusan mengenai harga dari sebuah cerita adalah “pertimbangan yang sehat”.
12
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 15 13 Richard West dan Lynn H. Turner, penerjemah; Maria Natalia Damayanti Maer, Pengantar Teori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi, Edisi 3, Buku 2, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2008), h. 44
26
Sejarah, biografi, budaya dan karakter menentukan pertimbangan yang sehat.
Rasionalitas didasarkan pada peniliain orang mengenai konsistensi dan kebenaran cerita.
Dunia ini dipenuhi dengan cerita dan kita diharuskan untuk memilih cerita-cerita yang ada didunia tersebut.14
Narasi, bagi Fisher lebih dari sekedar cerita yang memiliki plot dengan awal, pertengahan dan akhir. Narasi mencakup deskripsi verbal atau nonverbal apapun dengan urutan kejadian yang oleh para pendengar diberi makna. Pemikiran Fisher sangat luas. Ia berargumen bahwa naratif bukan sebuah genre khusus (cerita dibandingkan dengan puisi misalnya), melainkan sebuah bentuk pengaruh sosial dan menurutnya kehidupanpun disusun dari cerita-cerita atau naratif.15 Fisher mengungkapkan bahwa untuk bisa dipercayai, setiap cerita itu berbeda dan memiliki power yang tidak sama. Ada dua hal prinsip dalam rasionalitas naratif yaitu koherensi (coherence) dan kebenaran (fidelity). Ia juga menyatakan bahwa saat naratif memiliki kebenaran, naratif itupun menyusun suatu “pertimbangan sehat” yang ditentukan oleh sejarah, biografi, budaya dan
14
Richard West dan Lynn H. Turner, penerjemah; Maria Natalia Damayanti Maer, Pengantar Teori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi, Edisi 3, Buku 2, h. 46 15 Richard West dan Lynn H. Turner, penerjemah; Maria Natalia Damayanti Maer, Pengantar Teori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi, Edisi 3, Buku 2, h. 51.
27
karakter bagi seseorang untuk dapat memegang keyakinan tertentu atau bahkan untuk mengambil suatu tindakan.16
C. Analisis Naratif Tzvetan Todorov Analisis naratif Tzvetan Todorov adalah model analisis yang membahas tentang cara dan struktur bercerita dari suatu teks mengenai suatu peristiwa atau kejadian. Analisis naratif memiliki suatu kelebihan dari analisis lain. Dengan analisis naratif kita dapat menemukan makna tersembunyi dibalik sebuah teks dan mengetahui bagaimana nalar dan pemikiran dari pembuat cerita ketika mengisahkan suatu kronologi kejadian atau peristiwa. Analisis naratif juga merupakan salah satu dari metode analisis teks media selain dari analisis isi kuantitatif, analisis wacana, analisis framing atau analisis hermeneutik.17 Analisis naratif adalah analisis mengenai narasi, baik narasi fiksi ataupun fakta. Dengan menggunakan analisis naratif, berarti telah menempatkan sebuah teks ke dalam kategori cerita (narasi) sesuai dengan karakteristik fiksi atau fakta. Sedangkan teks, dilihat sebagai rangkaian berupa peristiwa, logika dan tata urutan peristiwa yang telah di pilih.18 Ada beberapa kelebihan analisis naratif, yaitu pertama, membantu kita mengetahui bagaimana suatu pengetahuan, makna, dan nilai dibuat dan disebarkan kepada masyarakat yang dituju. Kedua, membantu kita memahami 16
Richard West dan Lynn H. Turner, penerjemah; Maria Natalia Damayanti Maer, Pengantar Teori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi, Edisi 3, Buku 2, h. 51-53. 17 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, (Jakarta: Kencana, 2013), h. v 18 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, h. 9
28
bagaimana dunia sosial dan juga dunia politik diceritakan menggunakan suatu pandangan tertentu yang membuat para pembacanya mengetahui kekuatan dan nilai sosial yang dominan dalam masyarakat. Ketiga, memungkinkan kita menyelidiki hal-hal yang tersembunyi dari suatu teks media. Dengan menyuguhkan suatu cerita kepada pembaca, pada dasarnya terdapat suatu ideologi yang dipakai dalam menceritakan kisah dalam teks media tersebut dan tentunya pasti ada hal yang ingin ditonjolkan oleh penulis teks media tersebut. 19 Terakhir, kelebihan keempat, analisis naratif merefleksikan kontuinitas dan perubahan komunikasi. Contohnya seperti cerita yang sama diceritakan kembali oleh orang yang berbeda dengan waktu yang berbeda, namun seiring berjalannya waktu, tentu cerita yang memiliki alur yang sama belum tentu mendapatkan tanggapan yang sama pula oleh masyarakat, sehingga mengalami perubahan dalam suatu cerita yang sebenarnya sama. Itu artinya narasi menggambarkan suatu kontinuitas atau perubahan nilai-nilai yang terjadi dalam masyarakat.20 Dalam sebuah analisis naratif, bukan hanya tokoh dan karakter yang kita perhatikan, namun juga cerita dan alur ceritanya yang dikenal dengan sebutan plot. Kedua hal tersebut merupakan bagian yang sangat penting dan harus diperhatikan ketika kita ingin mengkaji suatu teks menggunakan metode analisis
19
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, h. 10 20 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, h. 11
29
naratif. Karena dengan memperhatikan cerita dan plot, kita dapat memahami narasi dari suatu teks dalam cerita tersebut. Cerita dan alur cerita (plot) adalah dua hal yang berbeda. Cerita adalah urutan kronologis dari suatu cerita. Sedangkan alur cerita (plot) adalah apa yang ditampilkan secara eksplisit dalam sebuah teks. Penjelasan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:21
Cerita (story) Peristiwa utuh yang
Peristiwa yang
Bahan pendukung
disimpulan (inferred
ditampilkan secara
(tambahan) lainnya
events)
eksplisit Alur cerita (Plot)
Gambar 2.1 Perbedaan Cerita dan Alur Sumber: Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 15.
Dan perbedaan mendasar dari keduanya ialah pertama, dilihat dari keutuhan dari suatu peristiwa. Cerita (story) merupakan peristiwa yang utuh, yang sesungguhnya, dari awal hingga akhir. Sedangkan alur cerita (plot) adalah peristiwa yang secara eksplisit ditampilkan dalam suatu teks. Kedua, berdasarkan urutan peristiwa. Cerita (story) menampilkan peristiwa secara berurutan,
21
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, h. 16.
30
kronologis dari awal hingga akhir. Berbeda dengan alur cerita (plot), urutan peristiwa bisa dibolak balik.22 Dari pengertian analisis naratif dan hal-hal yang berhubungan dengan naratif, lanjutlah kepada model-model analisis naratif. Berikut ini dibicarakan empat ahli naratologi, dengan berbagai model, yaitu Vladimir Propp, LeviStrauss, Greimas, dan Tzvetan Todorov.23 Pertama, Vladimir Propp; seorang peneliti dongeng (folktale) asal Rusia, ia menyusun karakter-karakter yang hampir selalu ditemukan dalam setiap narasi. Biasanya Propp meneliti sebuah dongeng lalu memotongnya ke dalam beberapa bagian lalu menemukan bahwa setiap memiliki karakter, dan karakter-karakter tersebut menempati fungsi tertentu dalam cerita. Propp tidak tertarik dengan motivasi psikologis dari masing-masing karakter. Ia lebih melihat karakter itu sebagai sebuah fungsi dalam narasi.24 Kedua, Levi-Strauss; seorang antropolog yang memperkenalkan kajian antropologi struktural. Levi-Strauss cenderung lebih tertarik untuk menjelaskan dan menggambarkan cerita atau dongeng tersebut ke dalam suatu struktur tertentu yang menjadikan makna dari dongeng-dongeng yang beragam tersebut dapat dijelaskan dan diterangkan. Studinya ini pada dasaranya berusaha menjelaskan
22
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, h. 16. 23 Sastra dan Seni, “Metode Penelitian Sastra”, diakses pada hari Selasa, tanggal 13 Mei 2014, pukul. 17.07 WIB dari http://sastra-sastradanseni.blogspot.com/2011/03/metode-penelitian-sastradisusun-olehal.html,. 24 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 65-66.
31
dongeng atau cerita yang beragam tersebut ke dalam suatu pola, seperti halnya studi linguistik.25 Ketiga, Algirdas Greimas; seorang ahli bahasa asal Lithuania. Dalam pemikirannya, ia lebih mengembangkan gagasan dari Vladimir Propp. Greimas menganalogikan narasi sebagai suatu struktur makna (semantic structure). Serupa dengan kalimat yang terdiri atas rangkaian kata-kata, setiap kata dalam kalimat menempati posisi dan fungsinya masing-masing (sebagai subjek, objek, predikat, dan seterusnya). Baginya, kata-kata juga mempunyai relasi dengan kata lainnya sehingga membentuk suatu kesatuan yang mempunyai makna. Bagi Greimas relasi dari masing0masing karakter itu penting, menurutnya sebuah narasi dikarakterisasi menjadi enam peran, yaitu subjek yang menduduki peran utama, objek bisa berupa orang atau keadaan dari yang dicita-citakan, pengirim (destinator) penentu arah narasi, penerima (receiver) merupakan penerima dari pengirim, pendukung (adjuvant) pendukung subjek dalam mencapai objek, penghalang (traitor) menghambat subjek dalam mencapai objek.26 Dan yang terakhir adalah sebuah analisis dimana peneliti menggunakan model analisis tersebut dalam mengkaji objek penelitian. Model Analisis Tzvetan Todorov. Keempat, Tzvetan Todorov; adalah seorang ahli sastra dari Bulgaria yang mengajukan gagasan mengenai struktur dari suatu narasi. Ia melihat bahwa
25
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, h. 161-162. 26 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, h. 95-96.
32
teks mempunyai susunan atau struktur tertentu. Penulis teks baik secara sadar ataupun tidak menyusun teks ke dalam tahapan atau struktur tertentu sehingga membuat para pembaca teks tersebut membaca dengan struktur dan tahapantahapan yang diurutkan. Baginya setiap narasi adalah apa yang dikatakan, karenanya mempunyai urutan kronologis, motif, dan plot juga hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa. Menurutnya, narasi dimulai dengan adanya keseimbangan yang kemudian terganggu dengan adanya kekuatan jahat dan diakhiri dengan upaya menghentikan gangguan sehingga keseimbangan tercipta. Berikut penggambarannya.27
Ekuilibrium (keseimbangan) → Gangguan (kekacauan) → Ekuilibrium (keseimbangan) Gambar 2.2 Struktur Narasi Sumber: Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 46.
Narasi diawali dari sebuah keteraturan, kondisi masyarakat yang tertib. Keteraturan tersebut lalu berubah menjadi kekacauan akibat tindakan dari seseorang lalu diakhiri dengan kembalinya keteraturan. Struktur narasi milik Todorov itupun di modivikasi oleh Lacey dan Gillespie menjadi lima bagian. Pertama, kondisi awal, kondisi keseimbangan, dan keteraturan; dalam narasi tentang superhero, umumnya diawali oleh kondisi kota damai, dan sebagainya. Kedua, Gangguan (disruption) terhadap keseimbangan, dapat berupa tindakan 27
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, h. 46.
33
dari seorang tokoh yang dapat menggangu keharmonisan, misalnya datang seorang musuh yang melakukan tindakan jahat dan menggangu ketertiban, dan sebagainya. Ketiga, kesadaran terjadi gangguan (gangguan makin besar), pada tahap ini gangguan mencapai puncaknya (titik puncak/ klimaks), misalnya kekuatan musuh yang semakin besar, musush dapat mempengaruhi korban dan menggangu orang lain, dan sebagainya. Keempat, upaya untuk memperbaiki gangguan, dalam tahap ini biasanya muncul seorang pahlawan atau penolong yang dapat menghadapi gangguan-gangguan tersebut. Terkadang diselingi dengan kegagalan atau kalah terlebih dahulu. Kelima, pemulihan menuju keseimbangan, menciptakan keteraturan kembali, pada tahap ini adanya babak dimana suatu narasi akan diakhiri. Kerusakan dan kekacauan yang muncul telah berhasil di selesaikan dan kondisi menjadi normal kembali seperti sedia kala atau menjadi lebih baik dari sebelumnya.28
D. Pengertian Novel Biografi Novel adalah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif dan biasanya berbentuk sebuah cerita. Dalam pengertian menurut bahasa, novel berasal dari bahasa Italia novella yang artinya sebuah kisah atau sepotong berita. Sedangkan dalam bahasa Indonesia novel hampir sama dengan roman namun yang alur ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemerannya atau tokoh cerita jug alebih banyak. Panjang cerita novel dapat lebih dari 40.000 kata dan terdiri dari
28
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, h. 46-48.
34
beberapa bab atau bagian cerita yang saling berkaitan sehingga membuat ceritanya lebih kompleks daripada cerpen selain itu novel juga tidak memiliki batas maksimal karena tidak ada batasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Biasanya novel berisikan kisah tokoh-tokoh imajinatif dalam cerita dengan berbagai macam peran dan karakter tokoh yang bervariatif. Alur ceritanya selalu mengenai seputar realitas kehidupan sehari-hari dengan memfokuskan pada sisisisi yang aneh dan unik dari narasi cerita tersebut. 29 Novel juga terbagi kedalam beberapa genre berdasarkan jenis cerita, diantaranya romantik, misteri, inspiratif, islami, komedi, dan sebagainya. 30 Namun itu semua jika novel tersebut bersifat fiksi. Seiring perkembangannya kini novel tidak hanya bersifat fiksi saja yang di dalamnya banyak imajinasi penulis yang dilatar belakangi oleh realitas kehidupan sehari-hari. Adapula novel yang besifat non-fiksi. Sehingga menjadi sebuah bentuk buku non-fiksi. Dalam kamus besar bahasa Indonesia pusat bahasa, buku memiliki arti tersendiri. Buku adalah lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong.31 Buku merupakan kumpulan tulisan seseorang yang telah disusun sehingga seseorang dapat membacanya secara sistematis apa yang diungkapkan oleh penulisnya. Kehadiran sebuah buku di tengah-tengah masyarakat memiliki peran yang begitu besar karena dengan membaca buku seseorang dapat mendapatkan banyak informasi, memperoleh ilmu dan wawasan yang sangat luas tentang hal 29
Wikipedia, Novel, artikel diakses pada pukul 01.16 WIB tanggal 23 februari2015 dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Novel 30 Jadi Penulis Buku, Macam-macam Genre Novel, http://jadipenulisbuku.blogspot.com/2014/01/macam-macam-genre-novel-.html?m=1 31 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), edisi keempat, hal. 218
35
apapun, dan bahkan dapat juga membuat seseorang belajar secara otodidak. Melalui buku, pesan-pesan dan informasi yang terdapat di buku tersebut dapat kita dapatkan dan pesan-pesan tersebut dapat tersebar luaskan juga kepada para masyarakat yang membacanya. Itu artinya, buku telah menjadi media yang lumayan efektif dalam penyampaian suatu ide/ gagasan atau suatu pemaknaan terhadap objek yang sedang dibahas dalam buku, selain itu buku juga salah satu media cetak yang dapat bertahan lama dan jangkauannya pun luas kepada seluruh masyarakat.32 Pada hakikatnya, buku memang terbagi menjadi dua macam, yaitu buku fiksi dan non-fiksi. Buku fiksi merupakan suatu karya sastra yang mengungkap realitas kehidupan sehingga mampu mengembangkan daya imajinasi penulis maupun pembaca. Sedangkan buku non-fiksi merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan data-data otentik saja, namun ada juga yang dikembangkan dengan imajinasi penulis. Adapun bentuk dari buku non-fiksi antara lain adalah sejarah, autobiografi, biografi, dsb.
33
Buku non-fiksi terbagi menjadi dua jenis,
diantaranya buku non-fiksi murni dan buku non-fiksi kreatif. Buku non-fiksi murni adalah buku yang tulisan yang berdasarkan datadata otentik saja dengan gaya ilmiah sedangkan buku non-fiksi kreatif adalah hasil karya tulis yang sama-sama berdasarkan data-data otentik namun
32 33
141.
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 123. Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h.
36
dikembangkan dengan imajinasi seorang penulis buku tersebut. Umumnya dapat berupa cerita, prosa, puisi, dan juga novel. 34 Novel yang memiliki data-data otentik didalamanya ada dalam berbagai bentuk, salah satunya yaitu novel biografi, yaitu suatu perpaduan buku novel yang bersifat fiksi dan buku biografi yang bersifat non-fiksi, sehingga terbentuklah buku non-fiksi kreatif. Dalam pengertiannya, biografi merupakan tulisan yang berisi riwayat hidup yang ditulis oleh orang lain. Secara umum biografi berisi narasi perjalanan hidup seorang tokoh, deskripsi kegiatan atau peristiwa yang dialaminya, ekspresi termasuk gagasan, perasaan, dan pandangan hidup. Biografi juga sangat penting untuk dibaca karena di dalamnya terkandung nilai pendidikan atau moral bagi pembacanya.35 Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau mati dan data-data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut. Dalam biografi tersebut dijelaskan secara lengkap kehidupan seorang tokoh sejak kecil sampai tua, bahkan sampai meninggal dunia. Semua jasa, karya, dan segala hal yang dihasilkan atau dilakukan oleh seorang tokoh dijelaskan juga.36
34
Bahasaku Inspirasiku, “Perbedaan Karya Fiksi dan NonFiksi” artikel ini diakses pada pukul 01.39 WIB tanggal 23 februari 2015 dari http://adeku-bahasaku.blogspot.com/2011/10/perbedaankarya-fiksi-dan-nonfiksi.html?m=1 35 Eapriani 51, “Biografi dan Autobiografi”, artikel diakses pada 2 September 2014 dari http://eapriani51.wordpress.com/2013/03/27/biografi-dan-autobiografi/ . 36 Wikipedia,”Biografi”, diakses pada pukul 19.18 wib, selasa 2 September 2014 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Biografi.
37
Biografi merupakan tulisan yang berisi riwayat hidup yang ditulis oleh orang lain. Secara umum biografi, berisi narasi perjalanan hidup seorang tokoh, deskripsi kegiatan atau peristiwa yang dialaminya, ekspresi termasuk gagasan, perasaan, dan pandangan hidup. Biografi juga sangat penting untuk dibaca karena di dalamnya terkandung nilai pendidikan atau moral bagi pembacanya. Contohnya: Biografi pahlawan, artis, sastrawan, dll.37 Sasaran utama biografi adalah menyajikan atau mengemukakan peristiwaperistiwa yang dramatis, dan berusaha menarik manfaat dari banyaknya seluruh pengalaman pribadi bagi pembaca dan masyarakat luas. Karena biografi mengisahkan suka duka dan seluruh pengalaman seseorang secara faktual, maka dapat dijamin keautentikan dan lika liku, cita rasa kehidupan yang sesungguhnya. Diluar dari seperti apa bentuk dramatik dan saat-saat tegang yang dihadapi sang tokoh, riwayat hidupnya tentu akan dirangkai sedemikian rupa secara manis, langsung dan sederhana serta dengan penceritaanya yang juga menarik perhatian para pembacanya.38 Berikut strukturnya atau kerangka pembuatannya:39 1. Latar Belakang Keluarga, disini menceritakan tentang keluarganya berupa kedua orang tua, tempat dan tanggal lahir, anak ke berapa, dan menceritakan saudaranya.
37
Eapriani51, “Biografi dan Aotobiografi”, diakses pada pukul 19.30 wib, selasa 2 september 2014 dari http://eapriani51.wordpress.com/2013/03/27/biografi-dan-autobiografi/. 38 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 142. 39 Eapriani51, “Biografi dan Aotobiografi”, diakses pada pukul 19.30 wib, selasa 2 september 2014 dari http://eapriani51.wordpress.com/2013/03/27/biografi-dan-autobiografi/.
38
2. Latar Belakang Pendidikan, berisi tentang pendidikan yang telah dicapai hingga sekarang berikut dengan tahun dan nama sekolahnya. Dan diawali dengan paragraf baru 3. Latar Belakang Prestasi, isinya tentang semua prestasi yang pernah diperoleh mulai dari kecil hingga sekarang. 4. Latar Belakang Pekerjaan, jika sudah bekerja maka mencantumkannya namun jika masih pelajar maka poin ini bisa dihilangkan. Namun jika sudah bekerja, maka diterangkan pekerjaannya. 5. Latar Belakang Hasil Karya, ini khusyuk bagi mereka yang sudah bekerja dan lagi-lagi untuk para pelajar poin ini bisa dihilangkan. Dalam menggambarkan sosok atau tokoh yang sedang dibahas buku biografi biasanya memang menggunakan bahasa ilmiah tetapi berbeda dalam buku biografi yang berbentuk novel atau bisa juga disebut sebagai novel nonfiksi/ novel biografi, sosok yang diceritakan tidak menggunakan bahasa ilmiah dan kaku melainkan dengan menggunakan gaya bahasa yang ringan dan santai sehingga terciptalah suatu narasi dan alur cerita di dalamnya yang membuat para pembaca jadi lebih antusias untuk terus membacanya sampai akhir cerita, bahkan secara sengaja atau tidak, dengan penggunaan bahasa gaya novel dalam suatu buku biografi, terciptalah unsur sastra di dalamnya sehingga terbentulah suatu karya tulis berupa novel biografi. Sebuah biografi yang berbentuk novel dengan gaya bahasa ringan dan narasi yang menarik seperti novel seakan menjadi suatu alat penyampai ide yang lumayan efektif karena gaya bahasa yang digunakan dalam sebuah tulisan juga
39
memiliki peran penting terhadap pemaknaan suatu tulisan dalam sebuah narasi, karena itu akan memberikan pengaruh atau suatu pola pikir kepada para pembacanya.
E. Konsep Keteladanan Keteladanan berasal dari kata “teladan” yang artinya sesuatu yang patut ditiru atau dicontoh, baik itu tentang perbuatan, kelakuan ataupun sifat. Sedangkan menurut istilah, keteladanan adalah suatu perilaku seseorang yang sengaja ataupun tidak sengaja dilakukan atau dijadikan contoh bagi orang yang mengetahuinya atau melihatnya, begitu pula dengan para pembacanya yang membaca kisah sosok yang menginspirasinya tersebut.40 Dalam bahasa Arab, kata teladan adalah “uswatun hasanah” dalam kamus Mahmud Yunus “uswatun hasanah” didefinisikan “uswatun” sama dengan “qudwah” artinya “ikutan” dan “hasanah” artinya perbuatan yang baik. Dari definisi tersebut maka “uswatun hasanah” adalah suatu perbuatan baik seseorang yang patut ditiru atau diikuti orang lain. Menjadi seorang panutan yang baik merupakan satu metode juga dalam pendidikan terpenting, karena manusia memiliki keinginan kuat yang bersifat pada diri manusia yang mengantarnya untuk meniru dan mengikuti orang lain.41
40
Ammydotcom, “Apa Itu Keteladanan”, diakses pada tanggal 23 Oktober 2014 pukul 13.06 wib dari http://ammydotcom.blogspot.com/2011/02/apa-itu-keteladanan.html. 41 Ammydotcom, “Apa Itu Keteladanan”, diakses pada tanggal 23 Oktober 2014 pukul 13.06 wib dari http://ammydotcom.blogspot.com/2011/02/apa-itu-keteladanan.html.
40
Dalam ajaran agama Islam, sosok yang selalu menjadi suri teladan/ uswatun hasanah bagi para muslim adalah Nabi Muhammad SAW. Akhlaknya yang mulia, kepribadiannya yang tinggi, dan perjuangan dakwahnya yang hebat menjadikan beliau sebagai panutan setiap umat manusia di dunia. Sosok yang begitu mulia dari diri Rasulullah SAW memang tidak akan pernah kering digali. Kepribadian Rasulullah SAW yang sangat tinggi terlihat dalam pernyataan AlQur’an, pengakuan Rasulullah SAW sendiri, dan kesaksian sahabat yang mendampinginya. Hal itu disebutkan dalam firman Allah Swt surat al-Ahzab ayat 21 yang artinya: “Sesungguhnya telah ada bagi kamu sekalian pada diri Rasulullah uswah hasanah bagi orang yang mengharap ridha Allah dan hari akhir serta berdzikir kepada Allah dengan dzikir yang banyak”. Ayat tersebut menjelaskan bahwa sosok teladan bagi umat muslim adalah Rasulullah SAW yang merupakan sosok yang pantas untuk diteladani dan diikuti oleh siapa saja yang mengharap ridha Allah Swt dan beriman kepada hari akhirat dan siapa saja yang ingin menerapkan Islam dengan sebenar-benarnya.42 Keteladanan Rasulullah memang tiada bandingnya, umatnya dari berbagai kalangan pun banyak yang menirunya, termasuk para sahabat dan juga ulamaulama yang senantiasa selalu berusaha menyempurnakan akhlaknya dengan mengikuti keteladanan Nabi Muhammad SAW yang juga berpedoman pada AlQur’an, sehingga banyak ulama yang terus meningkatkan akhlaknya agar menjadi umat dan hamba Allah Swt yang taat kepada ajaran Islam, sehingga usaha
42
192-193.
Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), h.
41
meningkatkan kepribadian yang dilakukan oleh para ulama itulah yang patut kita contoh dan kita teladani. Itulah mengapa tingkah laku dan kepribadian para ulama dan para da’i menjadi soroton utama bagi masyarakat karena mereka adalah contoh kecil yang dapat kita diteladani di zaman sekarang ini apalagi untuk para tokoh pemuka agama yang namanya sudah banyak didengar oleh masyarakat dalam negeri atau bahkan luar negeri. Dalam Islam, ada istilah Qudwah Hasanah yang terbagi kedalam dua bagian, antara lain yaitu: 1. Qudwah Hasanah yang bersifat mutlak, yaitu contoh baik atau suatu teladan yang sama sekali tidak tercampur oleh keburukan karena statusnya benar-benar baik. Contohnya seperti teladan yang diberikan Rasulullah SAW kepada umatnya. Status Rasulullah merupakan sosok yang ma’shum, terbebas dari dosa, menjadikan beliau sosok teladan bagi umatnya, demikian juga teladan para Nabi terdahulu. 2. Qudwah Hasanah Nisbi, yaitu teladan yang terikat dengan apa yang disyari’atkan oleh Allah Swt karena status teladan itu berasal dari manusia bukan dari Rasul atau Nabi. Seperti dari para ulama dan pemimpin umat lainnya. Teladannya hanya sebatas jika tidak bertentangan dengan syari’at Allah Swt. tidak ada keteladanan dari mereka yang mengajak untuk menentang Allah Swt, keteladanan dari mereka bersifat terbatas, artinya hanya tindakan saja yang dapat diikuti, sebagian lainnya tidak. Itu semua karena
42
keterbatasan manusia dalam menerapkan dan menyerap ajaran agama Islam yang diterimanya.43 Wajib bagi setiap umat muslim untuk meneladani Rasulullah Swt dengan peneladanan yang sempurna dan tidak sebagian-sebagian, tidak meneladani beberapa sisi yang lain. Untuk para aktivis yang menekuni dunia dakwah haruslah memperhatikan kesempurnaan dalam peneladanan karena kelak nantinya mereka juga akan menjadi teladan bagi para objek dakwah. Wajib bagi mereka untuk mengenal dan merealisasikan petunjuk dan sunah rasul di setiap sisi kehidupan beliau. Tidak berarti kita harus menguasai sepenuhnya sirah, sifat, dan akhlak Rasulullah SAW untuk diterapkan. Akan tetapi kita berpesan kepada setiap muslim dan para aktivis dakwah agar mempelajari semampunya dengan penuh kesungguhan akan sirah Rasulullah SAW dan sunah beliau dengan maksud untuk beriqtida’ (mengambil keteladanan) dan tidak hanya sekadar sebagai tsaqafah dan pengetahuan belaka.44 Dalam Ilmu Dakwah, metode keteladanan pun termasuk kedalam metode dakwah yang dapat digunakan untuk berdakwah karena dengan menggunakan metode keteladanan mad’u akan tertarik untuk mengikuti kepada apa yang dicontohkannya. 45 Sehingga dengan melihat contoh-contoh tingkah laku baik yang dilakukan oleh seorang da’i maka para audiens nya atau mad’u nya juga akan mengikutinya karena akan lebih bagus untuk seorang da’i jika mereka dapat 43
UMY, “Strategi Dakwah Kepada Umat Dakwah”, diakses pada hari selasa tanggal 16 Desember 2014 pukul 14.51 wib dari http://blog.umy.ac.id/adin-(data-lama)/kajian-juga/STRATEGIDAKWAH-KEPADA-UMAT-DAKWAH.doc . 44 Al-Ustadz Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, (Surakarta: Era Intermedia, 2000), h. 69-70. 45 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 103
43
mencontohkan akhlak yang baik kepada masyarakat sesuai dengan ajaran yang mereka sampaikan disetiap ceramah yang para da’i lakukan. Mengingat para da’i pun merupakan seorang public figure juga. Begitu pula dengan para ulama khususnya para ulama besar, apa yang mereka lakukan tentu memberikan pengaruh kepada tingkah laku masyarakat umum. Sehingga penting bagi mereka untuk memperhatikan aqidah dan akhlak mereka. Allah Swt berfriman dalam surat Al-Baqarah ayat 44 yang artinya:46 “Mengapa kamu menyuruh orang lain mengerjakan kebajikan, sementara kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab? Maka tidakkah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah: 44) Da’i, ulama, dan sebagainya merupakan para pengemban dakwah, dan haruslah dari orang yang berilmu. Dia harus memahami bahwa dirinya mesti menjadi teladan bagi masyarakatnya. Dengan begitu, mereka akan mendengarkan setiap ucapannya dan mengambilnya dengan anggapan bahwa ucapannya adalah hukum syari’at atau merupakan bagian dari agama.47 Seorang pengemban dakwah juga harus menghiasi dirinya dengan sifat-sifat yang terpuji dan akhlak yang baik. Ia harus bersikap benar, jujur, dan ikhlas, pemurah dan mau berkorban, sabar dan teguh pendirian, rendah hati dan mencintai sesama, takut kepada Allah, cinta dan benci karena Allah, berbaik sangka kepada orang lain dan lain-lain.48 Secara ringkas kita dapat menyimpulkan bahwa manusia akan mengimani dan meyakini hal-hal yang inderawi dan kasatmata melebihi keyakinan atau 46
Al-Ustadz Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, (Surakarta: Era Intermedia, 2000), h. 38. 47 Mahmud Abdul Latif Uwaidhah, Pengemban Dakwah; Kewajiban dan Sifat-sifatnya, (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2003), h. 133. 48 Mahmud Abdul Latif Uwaidhah, Pengemban Dakwah; Kewajiban dan Sifat-sifatnya, h. 135.
44
keimanannya pada hal-hal yang hanya berupa hukum-hukum teoritis dan pemikiran belaka.
49
Seperti halnya suatu sifat keteladanan, dimana ketika
seseorang melakukan hal kebaikan secara nyata dan bukan hanya teoritis saja, maka orang lain dapat mudah menirunya, sehingga penting adanya tokoh public figure yang baik yang dapat ditiru akhlaknya.
49
127.
Mahmud Abdul Latif Uwaidhah, Pengemban Dakwah; Kewajiban dan Sifat-sifatnya, h.
BAB III GAMBARAN UMUM NOVEL AYAH…
A. Deskripsi Novel Ayah… Novel Ayah… adalah salah satu novel best seller yang laris di beli para pembacanya sejak tahun awal terbit, 2013. Hal itu terbukti dengan adanya penjualan buku hingga 15.000 eksemplar dan dengan delapan kali cetak. Maka dari itu novel ini pun menjadi salah satu novel biografi yang Best Seller sejak tahun 2013. Bahkan salah satu situs yang berisi para pecinta membaca pun mencantumkan novel Ayah... kedalam list-nya sehingga menjadi salah satu buku bacaan
yang
juga
banyak
diminati
orang
banyak.
Dalam
situs
www.goodreads.com tersebut, novel Ayah... mendapatkan 210 rating dengan jumlah nilai bintang 3.89 yang artinya hampir mendekati angka 4 yang diberikan oleh sebagian pembaca dari 573 orang yang membahas novel Ayah... dalam situs tersebut.1 Novel ini termasuk kedalam sebuah novel agama sekaligus novel biografi dengan nuansa semi-novel. Novel Ayah… merupakan tulisan yang menceritakan riwayat hidup seorang ulama besar yang juga bukan hanya di kenal dengan kiprah dakwahnya tapi juga terkenal sebagai sastrawan hebat yang berhasil meluncurkan ratusan karyanya yang selalu dikenang sepanjang zaman. Tokoh itu dikenal dengan nama Buya Hamka.
1
Goodreads, Ayah...: Kisah Buya Hamka, diakses pada hari selasa tanggal 7 April 2015 pada pukul 16.30 wib dari http://www.goodreads.com/book/show/17983604-ayah.
45
46
Menariknya, novel ini ditulis langsung oleh putra kelima dari Buya Hamka sendiri yang bernama Irfan Hamka. Dengan menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku sampingan yang merupakan putra kandungnya, alur cerita pun menjadi semakin menarik, dengan adanya gaya bahasa seorang Irfan Hamka yang khas yang berperan sebagai anak dalam novel Ayah… tersebut. Selain itu, novel ini juga jadi semakin spesial dengan adanya cantuman kata sambutan atau kata pengantar yang ditulis langsung oleh sastrawan Indonesia juga, yaitu DR. Taufiq Ismail. Novel ini membagi kisah Buya Hamka kedalam sepuluh bab. Dengan dibagi menjadi sepuluh bab, Irfan Hamka membuat kisah perjalanan hidup Buya Hamka menjadi semakin ringan untuk dibaca oleh para pembacanya dan dalam sepuluh bab itu pula semua kisah hidup Buya Hamka, baik saat pra kemerdekaan Indonesia bahkan sampai pasca kemerdekaan tercatat dengan narasi yang terangkum dengan gaya bahasa yang ringan.
B. Bagian Inti Novel Ayah… Dalam novel ini terdapat banyak sekali kisah Buya Hamka yang di beberkan secara jelas oleh Irfan Hamka. Selain mengenai sejarah dan perjalanan hidup seorang Buya Hamka, novel ini juga memiliki pesan dan nilai-nilai yang penuh makna, baik dalam sisi moral, sisi keagamaan, ataupun sisi kekaguman terhadap ayahnya. Semua itu bukan hanya menjadi cerita yang menarik namun juga penuh dengan pesan-pesan kehidupan.
47
Pada novel ini, penulis menceritakan kisah ayahnya dengan membaginya kepada beberapa bagian dan fragmen-fragmen yang di dalamnya terdapat sepuluh bagian. Dengan membaginya kedalam sepuluh bagian tersebut, para pembaca jadi semakin mudah memahami inti cerita itu sendiri. Dan dari sepuluh bagian tersebut, peneliti akan membahasnya satu demi satu. Bagian satu; Sejenak Mengenang Nasihat Ayah, dalam bagian pertama ini, Irfan Hamka (penulis) bercerita tentang tiga perkara berupa nasihat dari Buya Hamka. Diantaranya, nasihat bagi rumah tangga, nasihat bagi tetangga, dan nasihat untuk pembohong. Dalam tiga perkara nasihat tersebut, Irfan Hamka berusaha menceritakan seperti apa nasihat-nasihat yang disampaikan ayahnya kepadanya baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam bagian ini, terlihat jelas bagaimana nasihat Buya Hamka memang sangatlah berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga dalam bagian yang pertama ini kita bisa mendapatkan banyak pesan keagamaan antar sesama makhluk sosial. Dan dari ketiga perkara yang dituliskan dalam novel itu pula, Irfan Hamka mengajak para pembaca untuk bisa kembali mengenang kisah Buya Hamka melalui nasihat dan menjadikan tiga perkara tersebut sebagai pembuka cerita tentang kisah Buya Hamka yang selanjutnya. Bagian dua; Ayah Dan Masa Kecil Kami merupakan suatu penyampaian melalui cerita bagaimana Buya Hamka saat Irfan Hamka kecil dan bagaimana Buya Hamka sebagai ayahnya mendidik Irfan Hamka dengan cara-cara yang baik dan tegas.
48
Dalam hal ini, Irfan Hamka menceritakan tentang sosok pejuang dari seorang ayah yang sangat ia kagumi. Bagaimana Buya Hamka berjuang memperjuangkan negaranya dari jajahan Belanda. Cerita tentang begitu berwibawanya seorang Buya Hamka saat menyelesaikan masalah perkelahian yang terjadi antara anak-anak Buya Hamka, yaitu Bang Zaki dan Bang Rusjdi dengan anak dari guru besar silat, Angku Janggut. Bagian tiga; Ayah Berdamai Dengan Jin bercerita tentang pengalaman hidup ayahnya dengan kejadian-kejadian gaib di sekitar rumah barunya yang baru saja mereka tempati. Dalam bab ini, Irfan Hamka khusus menuliskan sebuah cerita bagaimana kala itu ayahnya dapat berbicara dan berinteraksi dengan jin atau makhluk halus penghuni rumah baru mereka. Khususnya ketika ayahnya melakukan perdamaian dengan jin. Bagian empat; Ayah, Ummi, dan Aku Naik Haji mengisahkan bagaimana perjalanan keluarga Hamka yang saat itu mendapatkan tawaran naik haji untuk tiga orang dan yang berangkat haji, yaitu Buya Hamka (ayahnya), Ummi Siti Raham (ibunya) dan sebagai pendamping perjalanan, Irfan Hamka pun ikut dalam perjalanan naik haji tersebut. Dalam bab ini, Irfan Hamka menceritakan bagaimana proses perjalanan naik hajinya bersama ayah dan ibunya yang kala itu masih menggunakan kapal laut sehingga memakan waktu lama untuk sampai kesana. Tawaran naik haji itu diberikan spesial kepada keluarga Hamka langsung dari Jenderal Soeharto yang saat baru saja ditetapkan menjadi Pejabat Presiden Republik Indonesia oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).
49
Tawaran itu diberikan saat Buya Hamka diminta mengisi khutbah Idul Fitri di Masjid
Baiturrahim
Istana
Negara,
Jakarta.
Selanjutnya,
bab
tersebut
menceriatakan kisah-kisah dalam perjalanan mereka menuju kota suci Mekkah. Baik penggambaran saat di kapal Mae Abeto, saat singgah di pelabuhan Teluk Bayur, Sumatera Barat, dan seterusnya hingga mereka sampai ke tempat tujuan. Dalam bab ini, Irfan Hamka seakan ingin menggambarkan bagaimana perjuangan orang-orang di zaman dahulu jika ingin naik haji bahkan sampai ada kisah dimana para jemaah haji ada yang sampai meninggal dunia di kapal saat perjalanan karena sangat jauh dan lamanya perjalanan menuju Mekkah itu. Bagian lima; Perjalanan Maut Ayah Umi dan Aku merupakan kisah lanjutan dari bab sebelumnya. Jika dalam bab sebelumnya mengisahkan tentang perjalanan menuju Mekkah, dalam bab ini Irfan Hamka lebih bercerita bagaimana mereka melewati masa-masa perjalanannya keberbagai tempat di negeri timur tersebut. Lalu, cerita klimaksnya pun muncul saat mereka melakukan perjalanan melalui padang pasir dan menghadapi angin topan gunung pasir sehingga merekapun merasakan bagaimana seramnya saat mobil yang mereka kendarai terkepung oleh pasir. Namun, akhirnya merekapun selamat. Bagian enam; Ayah Seorang Sufi, di Mataku adalah bab dimana Irfan Hamka hanya ingin menceritakan bagaimana sosok seorang Buya Hamka di matanya, dan walaupun memang Buya Hamka bukanlah seorang Sufi namun bagi Irfan Hamka (anaknya), Buya Hamka merupakan sosok yang dapat dipanggil sufi karena adanya berbagai kisah hidup Buya Hamka yang mengarah kepada gaya hidup seorang sufi.
50
Bagian tujuh; Ayah Dan Ummi, Teman Hidupnya merupakan sebuah bab yang mengisahkan seorang Ummi, yaitu ibu dari Irfan Hamka yang sangat dicintai oleh keluarganya. Dalam bab ini Irfan Hamka mengisahkan sebuah kesedihan dimana ayahnya harus kehilangan istri dan Irfan Hamka dan anakanaknya yang lain harus kehilangan sosok seorang ibu yang biasa ia panggil Ummi. Ummi meninggalkan jejak yang begitu luar biasa dalam kehidupan keluarga Hamka. Sehingga ketiadaanya pun menyisakan duka yang teramat dalam. Dalam bab ini, bukan hanya kisah tentang kepergian Ummi nya saja, namun juga bagaimana kisah hidup ayahnya sepeninggalan Ummi yang terlihat amat sedih namun tetap selalu mengingat Allah yang membuat kedukaannya semakin dekat dengan Allah. Bagian delapan; Si Kuning, Kucing Kesayangan Ayah ikut dituliskan juga oleh Irfan Hamka. Dalam bab ini Irfan Hamka ingin menceritakan bagaimana setianya kucing kesayangan Buya Hamka yang bernama si Kuning. Selain itu juga, ia ingin berbagi cerita bagaimana ayahnya sangatlah menyayangi makhluk-makhluk hidup ciptaan Allah, bukan hanya kepada manusia juga pada hewan, yaitu si Kuning. Bagian sembilan; Ayah, Hasil Karya, dan Beberapa Kisah mengisahkan kehidupan Buya Hamka yang penuh dengan cerita berharga dan relasi-relasi yang sangat hebat. Dengan memulai ceritanya dari Buya Hamka kecil, saat merantau, mejajaki pendidikan otodidak, memulai berdakwah, sikap hidup Buya Hamka, peninggalan-peninggalan berharga dari hasil karya Buya Hamka dan bahkan
51
berbagai cerita tentang hubungan-hubungan Buya Hamka dengan berbagai tokoh terkenal Indonesia dari Presiden Soekarno hingga kisahnya dengan Pramoedya Ananta Toer seseorang yang pernah memusuhi Buya Hamka hingga kisahnya sempat menggemparkan dunia sastra Indonesia. Lalu ceritapun ditutup dengan kisah Buya Hamka yang menikah kembali dengan gadis Cirebon bernama Hj. Siti Chadijah yang mereka panggil dengan sebutan Ibu. Bagian sepuluh; Ayah Meninggal Dunia, bab ini merupakan bab penutup dimana Buya Hamka pun wafat dan mengakhiri kisah perjalanan hidupnya. Buya Hamka tutup usia dengan meninggalkan banyak kisah dan kenangan untuk Indonesia, dunia sastra dan juga orang-orang dekatnya juga semua orang yang mengenal sosok Buya Hamka. Kepergiannya menjadi suatu kedukaan bagi seluruh rakyat Indonesia khususnya keluarga yang bukan hanya sosoknya saja yang akan dikenang dan dirindukan, namun juga pemikirannya yang begitu mencerahkan bagi umat Islam di Indonesia.
C. Latar Belakang Penulisan dan Penerbitan Novel Ayah… Novel Ayah… ini merupakan sebuah tulisan yang di tulis langsung oleh anak kandung dari tokoh utama dalam novel ini, yaitu Irfan Hamka. Banyak alasan mengapa novel ini menjadi sebuah novel yang sangat ingin diterbitkan khususnya oleh pihak penerbit sendiri yaitu Republika. Dan salah satu alasannya,
52
yaitu rasa kagum penerbit kepada tokoh utama novel ini, yaitu Buya Hamka akan sejarah dan perjalanan hidupnya.2 Pihak Republika Penerbit sangtlah mengagumi sosok ulama besar sekaligus sastrawan tersebut, namun sayangnya tak ada satu pun novel karya Buya Hamka yang di terbitkan oleh Republika Penerbit. Mereka kagum akan akhlak, tauhid, dan wawasan Buya Hamka, sehingga menjadi suatu harapan besar mereka bisa menerbitkan karya dari sosok yang mereka kagumi.3 Hingga pertengahan tahun 2012, datanglah seorang laki-laki yang sudah berumur mendatangi kantor mereka (Republika Penerbit) yang berlokasi di Taman Margasatwa, Ragunan, Jakarta. Laki-laki itupun di sambut hangat di ruang rapat. Dan laki-laki itu tidak lain adalah anak kelima dari Almarhum Buya Hamka, yaitu Irfan Hamka. Beliau datang ke kantor Republika dengan membawa sebuah novel karyanya yang berjudul Kisah-kisah Abadi Bersama Ayahku, Hamka. Dan beliau menawarkan kepada pihak Republika Penerbit untuk kembali menerbitkan novel yang pernah diterbitkan oleh UHAMKA PRESS tersebut.4 Saat itu Irfan Hamka juga memiliki tujuan yang sama dengan pihak penerbit, yaitu sama-sama ingin menerbitkan kembali kisah tentang Buya Hamka, gayung pun bersambut. Kedua belah pihak pun setuju untuk menerbitkan kembali novel tentang kisah Almarhum Buya Hamka tersebut. Selain itu penulis juga memiliki alasan tersendiri tentang penerbitan novel tentang ayahnya ini, yaitu Irfan Hamka ingin ingin memperluas syiar dan kisah Buya Hamka agar menjadi 2
Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. vii. Irfan Hamka, Ayah... , h. viii. 4 Irfan Hamka, Ayah... , h. ix. 3
53
suatu yang menginspirasi dan memberikan motivasi peningkatan ketakwaan kepada Allah bagi para masyarakat Indonesia.5
D. Biografi Irfan Hamka (Penulis Novel Ayah…) Irfan Hamka merupakan anak kelima dari dua belas bersaudara yang lahir dari pasangan H. Abdul Malik Karim Amrullah atau biasa dikenal dengan nama Prof. Dr. Buya Hamka dan Hajah Siti Raham Rasul pada tanggal 24 Desember 1943 di Medan. Saat ini usia beliau sudah berkepala tujuh dan sudah mempunyai lima orang anak dari istrinya yang bernama RA. Poppy Ariani Tedjo Atmo Saprodjo. Dalam pendidikan formal, beliau mengenyam bangku pendidikannya mulai dari SDN Blok D II Petang, Kebayoran Baru kemudian melanjutkan sekolah menengahnya di SMPN XIII, Kebayoran Baru dan lulus pada tahun 1960. Setelah itu beliau melanjutkan pendidikan ke SMAN IX, Kebayoran Baru lalu kemudian melanjutkan pendidikannya lagi di Universitas Muhammadiyah, Jakarta dan pada tahun 1968 beliaupun menamatkan pendidikan S1-nya sebagai Sarjana Muda Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah, Jakarta. 6 Saat beliau kecil berusia 5 tahun sedang terjadi Agresi II Belanda tahun 1948. Dan sejak saat itulah beliau dan keluarga mengungsi ke kampung halaman kedua orangtuanya di Maninjau, Sumatera Barat. Lalu setelah itu mereka pun berpindah lagi ke Jakarta dan mulai menjalani masa sekolah.
5 6
Irfan Hamka, Ayah... , h. x. Irfan Hamka, Ayah... , h. 293.
54
Saat beliau masih duduk di bangku SMP, beliau suka mencatat peristiwa yang dialaminya, khusunya dalam kehidupan sehari-harinya bersama Ayah dan Ummi nya di novel harian. Dan kebiasaan beliau itu pun terus berlanjut hingga membawanya menjadi seorang wartawan di salah satu majalah Islam. Masa mudanya pun penuh dengan aktifitas dan prestasi yang sangat cemerlang di dalam berbagai kegiatan organisasi. Antara lain yaitu, pada tahun 1961-1962, beliau terpilih menjadi Ketua PII (Pelajar Islam Indonesia) SMAN IX. Lalu menjadi Wakil Ketua PII Tingkat Cabang Kebayoran Baru pada tahun 1962-1964. Pada tahun 1965-1966, beliau menjadi anggota Presidium KAMI Jaya. Lalu kemudian pada tahun 1969, beliau menjadi Komandan Batalyon DI Panjaitan, Laskar Ampera Arif Rahman Hakim dari angkatan 66.7 Bukan hanya itu saja, pengalaman organisasinya masih terus berlanjut, pada tahun 1969 sampai 1974 beliau di percaya menjadi Wakil Ketua Bidang Koperasi & Pembinaan Pengusaha Kecil Menengah DPP IKBLA Arif Rahman Hakim. Masa muda dan mahasiswa beliau sangatlah penuh dengan aktifitas keorganisasian, beragam jabatan keorganisasian pun pernah beliau duduki dan rasakan. Dari berbagai organisasi, beliau terus berkiprah dalam ruang lingkup sosial dan agama. Setelah itu, beliau pun bekerja menjadi seorang wartawan pada salah satu majalah Islam yang kala itu masih dipimpin oleh ayahnya yaitu Buya Hamka dalam majalah “Panji Masyarakat” pada tahun 1967 sampai 1981. Kemudian pada 7
Irfan Hamka, Ayah... , h. 293.
55
tahun 1982, beliau bersama dengan rekan-rekannya mulai mendirikan PT. Pandhila, dan beliau pun menjabat sebagi direktur utama dalam perusahaan tersebut. Saat masih menjadi wartawan, beliau sering membuat berbagai laporan haji. Selain berkiprah dalam dunia sosial, agama, dan juga media, beliaupun juga pernah ikut berkontribusi dalam dunia kepenulisan. Dengan karya tulisnya yang berjudul 20 Tahun Kemudian, Putri Tuan Syech, Qori Yang Buta, dan Muazin Kami. Dan semua novel tersebut di terbitkan oleh majalah “Panji Masyarakat”. Perjalanan sebagai wartawan yang beliau lalui bukan hanya di negeri sendiri saja yaitu Indonesia, namun perjalanan kewartawanannya itu bahkan sudah merambah ke negeri orang antara lain seperti ke Saudi Arabia, Mesir, Suriah, Lebanon, Irak, Kuwait, Pakistan, dan Malaysia. Dan semua tempat itu beliau kunjungi bukan hanya saat menemani ayahnya saja namun juga saat beliau berkiprah menjadi wartawan.8 Kemudian pada tahun 2013, beliau kembali memunculkan sebuah karya tulis best seller nya yang berjudul Ayah… .
E. Biografi Buya Hamka (Tokoh Ayah) Buya Hamka yang menjadi tokoh ayah dalam novel ini, memiliki nama lengkap Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan nama Buya Hamka. Buya Hamka merupakan ayah kandung dari penulis novel Ayah…, yaitu Irfan Hamka. Beliau lahir pada tanggal 17 Februari 1908 di Maninjau, Sumatera 8
Irfan Hamka, Ayah... , h. 294.
56
Barat. Yang merupakan putra pertama dari pasangan Dr. Abdul Karim Amrullah dan Shaffiah.9
Gambar 3.1 Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA)
Buya Hamka adalah sosok yang memiliki banyak catatan sejarah dalam ruang lingkup sejarah muslim di Indonesia. Beliau adalah ulama besar Indonesia yang ikut andil dalam perjuangan muslim di masa pergerakan melawan para penjajah
Belanda
yang
juga
ikut
tercatat
saat
Indonesia
mencapai
kemerdekaannya dan juga pasca kemerdekaan. Sejak muda beliau sudah terlibat dalam aktivitas politik, diantaranya menjadi anggota Sarekat Islam pada tahun 1925 dan setelah kemerdekaan beliau aktif dengan Partai Masyumi. Selain itu Buya Hamka adalah seorang yang sangat konsisten dengan agamanya. Sikapnya yang konsisten terhadap agama membuatnya harus menghadapi berbagai rintangan, terutama dengan beberapa kebijakan pemerintah. Beliau sampai dipenjarakan oleh Ir. Soekarno dari tahun 1964 sampai 1966. Buya Hamka diasingkan ke Sukabumi, kemudian ke Puncak,
9
Irfan Hamka, Ayah... , h. 289.
57
Megabendung dan terakhir dirawat di rumah sakit Persahabatan Rawamangun sebagai tawanan dan dialam penjara itulah beliau mulai menulis Tafsir al-Azhar yang merupakan karya terbesarnya.10 Beliau menikah pada tanggal 5 April 1929 dengan Ummi kandung dari Irfan Hamka (Penulis) yang bernama Hajah Siti Raham Rasul. Lalu pada tahun 1971, Ummi dari Irfan Hamka (Penulis) pun meninggal dunia namun kurang lebih 6 tahun kemudian Buya Hamka pun menikah kembali dengan Hajah Siti Chadijah. Dalam
pendidikan
formal,
Buya
Hamka
mengenyam
bangku
pendidikannya mulai dari Sekolah Desa, namun tidak tamat. Lalu dilanjutkan belajar Agama Islam di Sumatera Thawalib, Padang Panjang pada tahun 1918. Namun tidak sampai selelsai juga. Lalu pada tahun 1922, Buya Hamka kembali belajar dan memperdalam Agama Islam di Parabe, Bukittinggi, itupun tidak selesai. Hingga akhirnya Buya Hamka terus menghabiskan waktunya dengan belajar secara otodidak dengan banyak membaca novel. Selain itu juga Buya Hamka ikut belajar langsung kepada para tokoh dan ulama yang berada di Indonesia yaitu di Sumatera atau bahkan sampai ke luar negeri seperti Mekkah, Arab Saudi. Selain pengalaman di dunia pendidikan formal. Buya Hamka juga sempat dipercaya untuk menduduki jabatan-jabatan tinggi di beberapa organisasi, diantaranya yaitu menjabat sebagai Konsul Muhammadiyah Sumatera Timur
10
Wikipedia, “Haji Abdul Malik Karim Amrullah”, diakses pada selasa, 26 Agustus 2014, pukul 17.27 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Haji_Abdul_Malik_Karim_Amrullah.
58
pada tahun 1943. Lalu pada tahun 1947, menjabat sebagai Ketua Front Pertahanan Nasional (FPN). Dan juga menjabat sebagai Ketua Sekretariat Bersama badan Pengawal Negeri dan Kota (BPNK) pada tahun 1948. Lalu, dilanjutkan pada tahun 1950, Buya Hamka menjadi Pegawai Negeri pada Departemen Agama RI di Jakarta. Lalu, pada tahun 1955 sampai 1957, Buya Hamka terpilih menjadi Anggota Konstituante Republik Indonesia. Kemudian pada tahun 1960, Buya Hamka di berikan amanah untuk mengemban jabatan sebagai Pengurus Pusat Muhammadiyah. Dilanjutkan pada tahun 1968, di pilihlah Buya Hamka sebagai Dekan Fakultas Usuluddin Universitas Prof. Moestopo Beragama. Dan kemudian pada tahun 1975 sampai 1979 Buya Hamka pun dipercaya untuk menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) oleh para ulama. Dan beriringan dengan hal tersebut, Buya Hamka juga menjabat menjadi Ketua Yayasan Pesantren Islam AlAzhar selama dua periode.11 Buya Hamka merupakan seorang ulama yang sangat toleran dalam kehidupannya, namun juga sosok yang tegas dalam memperjuangkan akidahnya. Contohnya saja saat beliau menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama. Saat itu dengan berani beliau mengeluarkan sebuah fatwa yang hingga kini bahkan masih menjadi bahan perbincangan dan diskusi keagamaan, yaitu fatwa haram bagi umat Islam merayakan Natal bersama. Saat itu pemerintah meminta beliau untuk membatalkan fatwa tersebut, maka karena pemerintah tidak sejalan dengan beliau akhirnya beliau pun mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI). 11
Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 290.
59
Selain sebagai seorang ulama, beliau juga seorang sastrawan yang sangat produktif di zamannya. Di Indonesia masih sangat jarang sekali sosok seperti beliau yang bukan hanya sebagai ulama saja, juga sebagai sastrawan, budayawan, politisi, dan penulis. Dan Buya Hamka lah salah satu diantara sosok tersebut. Buya Hamka merupakan sosok otodidak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti, dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman, beliau juga rajin membaca dan bertukar-tukar pikiran dengan tokohtokoh terkenal Jakarta seperti HOS Tjokroaminoto, Raden Mas Soerjopranoto, Haji Fachrudin, AR Sutan Mansur, dan Ki Bagus Hadikusumo sambil mengasah bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang handal.12 Selain rentetan jabatan yang telah Buya Hamka dapatkan, beliau juga memiliki banyak gelar kehormatan diantaranya, yaitu Doctor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Lalu gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Prof. Moestopo Beragama. Kemudian pada tahun 1974, mendapat gelar yang sama dari Universitas Kebangsaan Malaysia. Dan setelah beliau wafat, Buya Hamka dianugerahi Bintang Mahaputera Madya dari Pemerintahan RI di
12
Kolom Biografi, Biografi Buya Hamka Sastrawan Indonesia, diakses pada hari selasa, tanggal 26 Agustus 2014, pukul 16.40 WIB dari http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/11/biografibuya-hamka-sastrawan-indonesia.html.
60
tahun 1986. Lalu yang terakhir, di tahun 2011, beliau mendapatkan penghormatan dari Pemerintah Republik Indonesia sebagai Pahlawan Nasional. Pada hari Jum’at, 24 Juli 1981, Buya Hamka pun tutup usia. Dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir dengan meninggalkan 10 orang anak, yaitu 7 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Dan dari kesepuluh anak–anak tersebut, hingga pada tahun 2013 kini anggota keluarganya sudah bertambah dengan adanya 31 orang cucu dan 44 orang cicit.13 Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang, Manusia mati meninggalkan nama. Itulah sekiranya yang tergambar dari apa yang terjadi sepeninggalan Buya Hamka. Beliau wafat bukan hanya meninggalkan 10 orang anak, 31 orang cucu dan 44 orang cicit saja. Meskipun sudah meninggal dunia nama Buya Hamka tetap terkenang terlebih dengan adanya peninggalan yang tidak kalah berharga, yaitu 118 karya tulisan (artikel dan novel) yang telah dipublikasikan sepanjang hidupnya. Sebagai seorang ulama dan sastrawan beliau telah banyak melahirkan karya-karya tulis yang sangat indah, bagus dan sarat makna. Topik yang diangkat melingkupi berbagai bidang, diantaranya seperti mengupas tentang Agama Islam, filsafat sosial, tasawuf, roman, sejarah, tafsir Alquran, dan otobiografi.
13
Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 291.
61
Buya Hamka mulai menulis pada umur 17 tahun. Berikut adalah karyakarya beliau yang bisa penulis sebutkan;14
Table 3.1 Karya Tulis Buya Hamka
No
Judul
Tahun
1
1001 Tanya Jawab Tentang Islam
1962
2
Adat Minangkabau & Agama Islam
1984
3
Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi
1946
4
Angkatan Baru
1949
5
Agama dan Perempuan
1939
6
Arkanul Islam
1932
7
Ayahku
1950
8
Beberapa Tantangan Terhadap Umat Islam di Masa
1973
Kini
14
9
Bohong di Dunia
1939
10
Cahaya Baru
1950
11
Cermin Kehidupan
1962
12
Cemburu
1949
13
Cita – Cita Kenegaraan Dalam Ajaran Islam
1970
Wikipedia, “Haji Abdul Malik Karim Amrullah”, diakses pada hari selasa, tanggal 26 Agust 14, pukul 17.27 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Haji_Abdul_Malik_Karim_Amrullah,.
62
14
Dari Perbendaharaan Lama
1963
15
Di Bawah Lindungan Ka’bah
1936
16
Di Dalam Lembah Cita-Cita
1946
17
Di Dalam Lembah Kehidupan
1958
18
Di Tepi Sungai Dajlah
1950
19
Dibantingkan Ombak Masyarakat
1946
20
Dijemput Mamaknya
1939
21
Doa-Doa Rasulullah
1974
22
Doktrin Islam Yang Menimbulkan Kemerdekaan
1983
dan Keberanian 23
Ekspansi Ideologi
1963
24
Empat Bulan di Amerika 1-2
1953
25
Fakta dan Khayal Tuanku Rao
1970
26
Falsafah Hidup
1950
27
Falsafah Ideologi Islam
1950
28
Filsafat Ketuhanan Cet.2
1985
29
Gerakan Pembaruan Agama (Islam) di
1969
Minangkabau 30
Ghirah dan Tantangan Terhadap Islam
1982
31
Hak Asasi Manusia dipandang dari Segi Islam
1968
32
Hikmat Isra’ Mi’raj
1946
33
Himpunan Khutbah-Khutbah
_
63
34
Hubungan Antara Agama dengan Negara Menurut
1970
Islam 35
Iman dan Amal Shaleh
1984
36
Islam, Alim Ulama dan Pembangunan
1971
37
Islam dan Adat
1929
38
Islam dan Demokrasi
1946
39
Islam dan Kebatinan
1972
40
Islam: Revolusi Ideologi dan Keadilan Sosial
1984
41
K. H. A. Dahlan
1952
42
Keadilan Ilahi
1940
43
Keadilan Sosial dalam Islam
1950
44
Kedudukan Perempuan dalam Islam
1973
45
Kenangan-Kenangan Hidup 1-4
1908
46
Kepentingan Melakukan Tabligh
1929
47
Khatib Al-Ummah Jilid 1-3
1925
48
Laila Majnun
1932
49
Lembaga Budi
1940
50
Lembaga Hidup
1940
51
Lembaga Hikmat
1953
52
Majalah Menara
1946
53
Majalah Semangat Islam
1943
54
Majalah Tentera 4 Nomor
1932
64
55
Majalah Al-Mahdi 9 Nomor
1932
56
Mandi Cahaya di Tanah Suci
1950
57
Margaretta Gauthier
1940
58
Mati Mengandung Malu
1934
59
Menunggu Beduk Berbunyi
1949
60
Mengembalikan Tasawuf Ke Pangkalnya
1973
61
Mengembara di Lembah Nil
1951
62
Merantau ke Deli
1939
63
Merdeka
1946
64
Muhammadiyah di Minangkabau
1975
65
Muhammadiyah Melalui 3 Zaman
1946
66
Negara Islam
1946
67
Pandangan Hidup Muslim
1962
68
Pedoman Masyarakat
1939
69
Pedoman Mubaligh Islam
1941
70
Pelajaran Agama Islam
1952
71
Pembela Islam
1929
72
Pengaruh Ajaran Muhammad Abduh di Indonesia
1965
73
Perkembangan Kebatinan di Indonesia
1976
74
Perkembangan Tasawuf dari Abad ke Abad
1957
75
Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret
1947
76
Pribadi
1959
65
77
Renungan Tasawuf
1985
78
Revolusi Agama
1946
79
Revolusi Pikiran
1946
80
Ringkasan Tarikh Umat Islam
1929
81
Salahnya Sendiri
1939
82
Sayyid Jamaluddin al-Afghani
1965
83
Sejarah Islam di Sumatera
1950
84
Sesudah Naskah Renville
1947
85
Sejarah Ummat Islam Jilid 1-4
1975
86
Si Sabariah
1926
87
Studi Islam, Aqidah, Syari’ah, Ibadah
1973
88
Sullam al-Wushul
1984
89
Tafsir al-Azhar Juz 1-30
1986
90
Tasawuf Modern
1939
91
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
1937
92
Terusir
1940
93
Tinjauan Islam Ir. Soekarno
1949
94
Tuan Direktur
1939
95
Urat Tunggang Pancasila
1951
66
Dan dari semua karya Buya Hamka, yang
menjadi sebuah karya
masterpiece-nya dan banyak dikagumi umat Islam di Indonesia ialah Tafsir AlAzhar yang bertuliskan Tafsir Alquran 30 Juz. Selain itu karya Buya Hamka semakin dikenal bukan hanya dengan bentuk cetak saja, bahkan kini karya Buya Hamka sudah ada beberapa yang telah di film kan. Diantaranya yaitu Di Bawah Lindungan Ka’bah dan juga Tenggelamnya Kapal Van der Wijck yang baru saja di filmkan tahun 2013.15
15
Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 243.
BAB IV ANALISIS HASIL TEMUAN DAN INTERPRETASI
A. Temuan dan Pembahasan dalam Novel Ayah... Dalam menganalisis novel Ayah… karya Irfan Hamka ini, peneliti menggunakan jenis penelitian analisis deskriptif kualitatif. Dengan demikian peneliti akan menjelaskan dan menggambarkan hasil temuan data dengan mendeskripsikannya kedalam penjabaran-penjabaran yang sesuai dengan model dan teori yang digunakan oleh peneliti. Dalam novel ini, pendeskripsian tentang keteladanan Buya Hamka dinarasikan dalam bentuk fragmen-fragmen yang didalamnya terdapat sepuluh bagian cerita. Walaupun bentuk dari novel ini merupakan salah satu bentuk dari novel biografi, namun unsur narasi tetap terdapat didalamnya terlebih karena penulis novel ini menarasikan kisah-kisah Buya Hamka dengan bahasa dan gaya tutur novel yang artinya bahasa yang digunakan merupakan gaya bahasa yang ringan dan menarik untuk terus dibaca oleh para pembacanya, dan dapat dipungkiri bahwa maksud dari penggunaan bahasa yang seperti itu adalah agar para pembaca dapat lebih mudah memahami isi novel tersebut. Dalam menganalisis novel Ayah…, peneliti menggunakan Teori Naratif Walter Fisher. Menurut Walter Fisher, dalam teorinya yaitu Teori Naratif, ia berpendapat bahwa manusia adalah seorang pencerita dan bahwa pertimbangan akan nilai, emosi, dan estetika menjadi dasar keyakinan dan perilaku kita. Narasi, bagi Fisher lebih dari sekedar cerita yang memiliki plot dengan awal, pertengahan 67
68
dan akhir. Narasi mencakup deskripsi verbal atau nonverbal apapun dengan urutan kejadian yang oleh para pendengar diberi makna. Pemikiran Fisher sangat luas. Ia berargumen bahwa naratif bukan sebuah genre khusus (cerita dibandingkan dengan puisi misalnya), melainkan sebuah bentuk pengaruh sosial dan menurutnya kehidupanpun disusun dari cerita-cerita atau naratif.1 Sesuai dengan model analisis yang digunakan dalam menganalisis narasi, peneliti juga memfokuskan analisis dengan Model Analisis Naratif Tzvetan Todorov untuk membagikan narasi keteladanan yang ada dalam novel Ayah… karya Irfan Hamka ke dalam beberapa struktur, karena menurut Tzvetan Todorov, setiap narasi tentu terbagi ke dalam struktur-struktur yang didalam setiap struktur tersebut terdapat unsur kesengajaan dan niat dari pencerita atau editornya itu sendiri membuat pembaca terarah dengan apa yang dimaksudkan dalam setiap teks yang terdapat dalam setiap strukur narasi. 2 Lalu, untuk tahap awal, peneliti akan membahas novel Ayah… ini dengan menggunakan Teori Naratif Walter Fisher terlebih dahulu dan kemudian di lanjut dengan menggunakan Model Analisis Naratif Tzvetan Todorov.
1. Teori Naratif Walter Fisher Ada tiga hal yang selalu di munculkan dan di bahas dalam novel Ayah… karya Irfan Hamka ini, ketiga hal yang sering dimunculkan dalam alur cerita 1
Richard West dan Lynn H. Turner, penerjemah; Maria Natalia Damayanti Maer, Pengantar Teori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi, Edisi 3, Novel 2, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2008), h. 51. 2 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 46-48.
69
tersebut selalu bernarasikan suatu sikap keteladanan Buya Hamka dalam berbagai macam hal. Tiga hal inipun menjadi poin utama yang ingin penulis/pencerita bahas dari novel tersebut dan tentunya yang ingin disampaikan kepada para pembacanya. Tiga poin tersebut adalah makna keteladanan yang terkandung dalam kata Ayah dalam 3 ranah yang berbeda, diantaranya Keluarga, Agama, dan Negara. Kata Ayah itu sendiri pun yang dijadikan judul dalam novel tersebut. dengan ketikan kata Ayah yang diiringi dengan tiga titik di belakang nama tersebut yang dari situlah tiga hal itu tersimbolkan. Hal itu pun diungkapkan oleh Iqbal Santosa, seorang editor senior dari Republika Penerbit yang juga sebagai narasumber wawancara peneliti sekaligus editor novel Ayah… karya Irfan Hamka. Ia mengatakan, “Ayah dan titiknya 3. Ada maknanya jadi ayah buat keluarga, ayah buat kaum muslimin, ayah buat bangsa Indonesia jadi kita berharap bahwa Buya ini menjadi sosok orangtua lah kira-kira yang bisa jadi panutan bagi keluarganya, bagi umat Islam, bagi bangsa, kenapa? Karena beliau dipanggil sehari-hari oleh anaknya ayah”.3
Dari pernyataan diatas, terdeskripsikan juga bahwa dalam penulisan novel Ayah… ini memang dengan sadar membahas tiga poin utama agar dapat membawa para pembacanya kepada tiga poin yang mejadi tujuan penulisan novel tersebut. Semua itu tersimbolkan dalam teks judul yang menggunakan kata Ayah yang artinya selain memang bahasa Ayah merupakan bahasa Irfan Hamka dalam memanggil Ayahnya namun juga memiliki makna luas. Ayah memang dapat diartikan sebagai pemimpin, karena dalam keluarga yang menjadi kepala 3
Wawancara dengan Iqbal Santosa, Editor Senior Republika Penerbit, Jakarta 5 September 2014, Pukul : 10.00 s/d selesai.
70
keluarga/ pemimpin adalah Ayah, selain itu dalam hal ini kata Ayah diartikan bukan hanya sekedar sebagai pemimpin keluarga saja, namun Ayah untuk dua ranah selanjutnya, yaitu Agama dan Negara. Dan inilah beberapa alur cerita yang menarasikan keteladanan dalam ketiga ranah tersebut:
a. Keteladanan Untuk Keluarga Dalam urusan kekeluargaan, Buya Hamka juga banyak di narasikan sebagai sosok yang baik dan juga patut untuk diteladani. Seperti halnya beberapa narasi yang terdapat di beberapa halaman dan beberapa bagian novel tersebut, dintaranya: “Akhirnya kami pindah ke Jakarta.... Kami tinggal di Gang Buntu, Jalan Toa Hong II, Kebun Jeruk, Taman Sari... Lingkungan kami ditempati beragam etnis ketururnan, Arab, China Totok, China Benteng, Jawa, Sunda, dan kami sendiri dari Sumatera Barat..., membuat jiwa tenggang rasa, solider, dan pengertian yang tinggi dengan berbagai ragam suku, bangsa, dan adat kami terpupuk semenjak kami kecil. Aku meyakini, pasti Ayah punya maksud yang mulia, mengapa memilih tempat berpenduduk majemuk seperti itu ketika kami pertama tinggal di Jakarta.”4 Dalam narasi yang tertulis diatas, sangat menggambarkan bagaimana sikap tenggang rasa Buya Hamka dengan mendidik dan mengajarkan keluarganya untuk bisa bertenggang rasa dengan saling menghargai berbagai suku yang ada dilingkungan sekitar. Dalam sebuah ayat Al-Qur’an, Allah Swt berfirman yang artinya:
4
Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 35-40.
71
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujuraat: 13)5 Hal itu merupakan salah satu cara dalam bersosialisasi sekaligus menyambung tali silaturahmi toleransi dengan beragam suku dan budaya yang ada.6 Karena dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah Swt juga menyuruh kepada para hambaNya agar bisa menciptakan kedamaian dengan saling menghargai dan menghormati sesama dari beragam suku dan bangsa sehingga para hambaNya dapat bisa mengenal keragaman suku dan bangsa yang ada. Selanjutnya adalah adanya narasi mengenai suatu keteladanan dalam membimbing anak-anak dalam hal aqidah. Berikut narasinya: “Masjid di depan rumah sudah selesai, hanya tinggal merapikannya saja lagi. Ayah meminta kepada pengurus Yayasan Pesantren Islam (YPI) yang membangun masjid tersebut agar dapat diizinkan dipergunakan shalat lima waktu sebelum diresmikan oleh Presiden Soekarno.... Kami – Ayah, Bang Zaki, bang Rusjdi, dan aku – setiap maghrib, isya dan shubuh selalu berjemaah di Masjid Agung depan rumah.... Waktu itu belum ada jemaah dari luar. Hanya kami dan beberapa tukang bangunan yang masih tersisa saja jemaahnya.7 Alur cerita itu pun seakan menarasikan bagaimana semangatnya seorang Buya Hamka dalam menyejahterakan masjid juga dalam membimbing anak-anaknya untuk menunaikan ibadah shalat wajib 5
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Department Agama RI, Al-Qur’an Karim, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1999), h. 518. 6 Salim A. Fillah, Jalan Cinta Para Pejuang, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2008), h. 232. 7 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 49-50.
72
berjamaah. Hal itu berkaitan dengan Al-Qur’an Surat Thaahaa ayat 132 yang artinya: 8 “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS. Thaahaa: 132)9 Dalam ayat diatas telah disebutkan, bahwa mengajak keluarga untuk mendirikan shalat adalah suatu perintah Allah Swt sehingga mengajak anggota keluarga untuk bisa mengerjakan shalat terlebih berjamaah di masjid adalah suau hal yang baik dan sesuai dengan ajaran Islam. Dalam narasi lain, Buya Hamka pun terdeskripsikan sebagai Ayah yang adil dan perhatian. Berikut narasinya: “Tiba-tiba saja berkata padaku, kata-kata yang sudah lama ingin kudengar dari Ayah.... Berkali-kali aku memohon diajarkan silat kepada Ayah.... Dengan lemah lembut Ayah memintaku mencontoh gerakan-gerakan kakinya.... “Ini yang dinamakan langkah sembilan, kau harus menguasainya dengan benar… ” ujar Ayah..... Sudah hampir sebulan, pelajaran yang kudapat hanya “langkah sembilan saja”.... Selanjutnya, selama tiga bulan… aku dilatih oleh paman… aku herankan, Paman hanya mengajariku cara-cara menangkis serangan, mengunci dan melumpuhkan lawan.... Sampai aku duduk di SMA, aku tetap berlatih langkah sembilan yang diajarkan Ayah sendirian.... 10 Aku agak terkejut mendengar pamanku membuka rahasia,… Ayah meminta pamanku untuk melatih jurus-jurus mempertahankan diri saja. Ayah tahu akan sifatku yang mudah marah dan temperamen, jadi tidak baik diturunkan ilmu silat untuk menyerang dan berkelahi.... Aku masih ingat petuah Ayah kepadaku, orang yang disebut Pendekar adalah orang yang memiliki akal yang pandai dan cerdas.”11 8
Salim A. Fillah, Jalan Cinta Para Pejuang, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2008), h. 278. Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Department Agama RI, Al-Qur’an Karim, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1999), h. 322. 10 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 50-52. 11 Irfan Hamka, Ayah... , h. 55-56. 9
73
Dalam potongan cerita itu, ternarasikan bagaimana Buya Hamka juga sangatlah hati-hati dalam mendidik anak-anaknya, berusaha seadiladilnya dan juga perhatian terhadap kondisi anak tersebut. salah satunya dalam hal menyalurkan ilmu bela diri kepada anaknya, Buya Hamka tidak menyalurkannya begitu saja, namun beliau juga memahami terlebih dahulu karakter anaknya dan menyesuaikan karakter anaknya tersebut dengan ilmu yang akan diturunkan. Itu artinya Buya Hamka sangatlah perhatian terhadap anaknya dan paham betul apa yang harus dan tidak harus dilakukan dan diberikan kepada anak-anaknya. Sosok kepala keluarga yang sangat perhatian dan pengertian terhadap keluarganya (anaknya) tentu adalah suatu hal yang dapat kita teladani. Salah satu hadist pun membahas tentang hal mendidik anak secara adil, yang artinya: “Dari Nu’man bin Basyir ra., bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Perdekatlah anak-anakmu, samakanlah dalam membagi hakhak mereka,” (dan Pada riwayat lain, “Berbuat adillah terhadap anakanakmu, berbuat adillah terhadap anak-anakmu, berbuat adillah terhadap anak-anakmu (yakni dalam pemberian).” (Muttafaq ‘alaihi) 12 Hadist tersebut mengemukakan bahwa para orangtua khususnya diperintahkan untuk bisa menjadi orangtua yang adil kepada anaknya. Dalam hal berbagi atapun dalam hal mendidik, orangtua harus tahu mana
12
Al-Ustadz Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, (Surakarta: Era Intermedia, 2000), h. 111.
74
yang pantas untuk anaknya dan apakah yang akan diberikan kepada anaknya adalah suatu yang adil, itu harus mereka perhatikan. Selain cara mendidik anak, adapula cerita yang menarasikan cara Buya Hamka dalam hal menjalin dan menjaga hubungan dengan istri, yang selalu didasari dengan Al-Quran dan Al-Sunnah, seperti yang ternarasikan dibawah ini: “Ummi diperiksa oleh dokter. Ternyata, tensi darah Ummi naik 190/100. Turun naik sampai 210/110. Dokter menyarankan Ummi harus istirahat minimal lima hari... Bagaimana bisa istirahat lima hari, sedangkan kapal yang membawa jemaah haji akan berangkat lima hari lagi?.... Dokter melarang Ummi naik pesawat dengan keadaan tensi sangat tinggi.... satu-satunya jalan keluar adalah kami harus menempuh perjalanan darat dengan mobil.... waktu tempuh dua hari dua malam.... “Ya, angku Haji, kita naik mobil saja.” Ummi langsung mengusulkan ke Ayah.... kami harus melalui gurun pasir Arab yang sangat luas dengan keadaan cuaca akhir bulan Maret yang mulai panas. Ayah menghampiri Ummi. “Bagaimana, sanggup kita naik mobil ke Mekkah?” tanya Ayah.... Ayah mengalah dan mengikuti keinginan Ummi.13 Susunan kalimat diatas seakan menarasikan bagaiman perhatian dan penyayangnya beliau kepada istrinya. Di beberapa halaman lain pun, banyak alur cerita yang menarasikan hubungan suami istri yang baik. Seperti halnya narasi berikut: “Dari kalimat-kalimat yang disampaikan, nampak sekali kalau Ummi tidak setuju Ayah menjadi Duta Besar. “Lebih baik masjid di depan rumah ini saja Angku Haji kelola dengan baik. Pahalanya dapat dirasakan oleh umat dan sekaligus insya Allah diridhai oleh Allah,” sambung Ummi dengan lembut.... Sebetulnya bisa saja Ayah langsung menolak kedua penawaran tersebut... Ayah juga sudah bisa menduga apa pendapat Ummi di rumah bila Ayah mengabarkan tentang penawaran jabatan tersebut. Bukan 13
Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 134.
75
hanya cinta, tetapi Ayah sungguh sangat menghargai istri yang sangat di cintainya... Sebuah pepatah mengatakan, di balik kesuksesan laki-laki, ada perempuan hebat di belakangnya. 14 Menghargai
perempuan
khususnya
kepada
istri
dengan
mendengarkan pendapat-pendapatnya. Hal itu sesuai dengan apa yang Rasulullah SAW contohkan dan perintahkan.
15
Dalam suatu hadits
mengatakan, yang artinya: “Sebaik-baik kamu adalah yang baik dalam bermuamalah dengan keluarganya, dan saya adalah orang yang terbaik dalam bermuamalah dengan keluargaku”.16 Dalam hadist tersebut dijelaskan bahwa para suami hendaklah menghargai
apa
yang menjadi
pendapat
istri-istrinya dan juga
mempertimbangkan juga apa yang menjadi pendapat istrinya tersebut, bukan hanya terus menggunakan pendapat sendiri namun juga ikut mempertimbangkan apa yang menjadi pendapat istri sehingga suami istri sebaiknya bermuamalah lah dahulu sebelum memutuskan keputusan yang menyangkut urusan rumah tangga khususnya. Dengan
berbuat
baik
terhadap
istri,
menghargainya
dan
bermuamalah dengan keluarga tentu diharapkan dapat menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah sehingga menghalangi para setan untuk turut ikut campur.
14
Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 201. Al-Ustadz Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, (Surakarta: Era Intermedia, 2000), h. 109. 16 Al-Ustadz Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, h. 109. 15
76
b. Keteladanan Dalam Agama Selain narasi keteladanan dalam hal kekeluargaan, di dalam novel Ayah… Irfan Hamka juga banyak memberikan narasi perilaku positif Buya Hamka untuk para muslim di Indonesia khususnya dalam hal keagamaan dengan menggunakan penarasian dari alur cerita Buya Hamka. Salah satu narasinya adalah: “Sebelum memulai kisah-kisah yang aku alami bersama Ayah, aku ingin terlebih dahulu mengajak Pembaca yang Budiman bernostalgia dengan Ayah yang sosoknya sering menjadi tempat curahan hati dan meminta pendapat... pertama, tentang Nasihat bagi Rumah Tangga... kedua, tentang Nasihat Tetangga... Satu sifat Ayah yang sangat aku kagumi, Ayah tidak pernah berpikiran negatif kepada orang lain... ketiga, tentang Nasihat untuk Pembohong...”. 17 Narasi di atas seakan mengartikan bahwa sebagai umat Islam ada baiknya
kita
saling
menasihati
dalam
kebaikan.
Islam
sangat
memperhatikan masalah thausiah (saling menasihati), Buya Hamka pun berusaha melakukan ajaran Islam tersebut. dengan selalu memberikan nasihat yang baik, dan berusaha memberikan solusi di setiap permasalahan yang di curahkan tanpa berpikiran negatif terhadap salah satu pihak dan selalu bersifat netral atau tidak memihak. “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al-'Ashr: 1-3) Dalam ayat tersebut dijelaskan, bahwa sebagai umat muslim hendaklah saling menasehati antar sesama dalam hal kebaikan. 17
Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 1-9.
77
Menasehati kepada kebaikan artinya juga mengajak kepada kebaikan sehingga apa yang dinasehatkan bisa memberikan pengaruh positif kepada orang lain. Memang ketiga hal yang dinasihatkan oleh Buya Hamka yang disebutkan dalam novel Ayah… merupakan hal yang selalu ada dan terjadi disekitar kita hingga masa kini. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits yang membahas tentang kehidupan berumah tangga 18 dan bertetangga, dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 34 Allah Swt berfirman, yang artinya: “Maka wanita yang shalih ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah memelihara mereka.” (An-Nisa’: 34)19 Ayat tersebut menjelaskan bahwa dalam kesejahteraan suatu keluarga yang sakinah, mawaddah warrahmah tentu suami istri haruslah dapat bekerja sama dalam mebangun keluarga yang harmonis, bukan hanya suami yang harus menghargai istri, akan tetapi istri pun harus bisa menghargai dan menghormati suaminya dan dalam ayat tersebut dijelaskan bagaimana seharusnya sikap seorang istri ketika suaminya sedang tidak ada atau sedang pergi. Dalam hal bertetangga, banyak hadist membahas hal tersebut, salah satunya,
18
Al-Ustadz Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, (Surakarta: Era Intermedia, 2000), h. 117. 19 Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Department Agama RI, Al-Qur’an Karim, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1999), h. 85.
78
“Dari Abu Dzar ra. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, ‘Wahai Abu Dzar, apabila kamu memasak hendaklah kamu memperbanyak kuahnya dan bagi-bagikanlah kepada tetanggamu.’” (HR. Muslim, Tirmidzi, dan Ibnu Majah) 20 Dalam hadist tersebut dijelaskan bahwa dalam menjalani hidup kita tidak bisa egois, kita harus menghargai orang lain juga, khususnya para tetangga kita yang rumahnya berdekatan, contoh kecilnya saja ketika kita sedang memasak, tentu aroma masakan kita tercium hingga rumahrumah tetangga yang berdekatan, maka hargailah mereka yang ikut mencium aroma masakan kita, perbanyaklah kuahnya, yang artinya banyakkan lah masakannya walaupun itu hanya kuahnya sehingga kita dapat berbagi masakan tersebut pada para tetangga. Selain dalam bersosilisasi dengan sesama manusia, Buya Hamka juga memiliki cara tersendiri dalam bersosialisasi dengan makhluk halus yang sempat menggangu di rumah barunya. Hal itu ternarasikan sebagai berikut: “Semua yang hadir di situ terkejut, melihat kejadian aneh di mana rokok dari pipa yang masih berada di mulut Ayah, melayang-layang meninggalkan pipa… “Tidak apa-apa. Rupanya ada yang ingin berkenalan dengan saya,” kata Ayah dengan suara tenang…. 21 Ayah sudah tahu ada “sesuatu”.... Sesuatu itu tidak perlu ditakuti, ia hanya ingin berkenalan. Bagaimana mungkin hasil dari usaha susah payah ini akan kita tinggalkan begitu saja? Kalau perlu kita tempati rumah ini bersama-sama secara damai, Ayah menerangkan. “Besok malam kita coba menghubungi pemilik bunyi sesuatu itu.”... Pukul 11 malam, Ayah dan abangabangku sudah bersiap…. “Assalamu’alaikum, ya Abdillah, kami sengaja menunggu kehadiran Saudara untuk berkenalan.” Suara Ayah tiba-tiba terdengar menyapa…. “Mari kita diami rumah ini 20 21
Al-Ustadz Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, h. 105. Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 60.
79
bersama-sama, saling menghormati. Saya telah serahkan keamanan rumah dan keluarga saya kepada Allah semata-mata, tolong diamati dan diperhatikan. Setuju?” Lanjut Ayah lagi.22 Narasi tersebut memberikan arti bagaimana Buya Hamka selalu menghargai setiap makhluk ciptaan Tuhan baik itu berupa manusia, hewan atau bahkan jin sekalipun, dan lebih mencintai perdamaian ketimbang permusuhan sekalipun itu dengan suatu makhluk halus yang mengganggu rumahnya. Buya Hamka lebih senang bertindak sebagai seorang pemberani yang juga bijak dalam menyelesaikan setiap masalah. Rasulullah SAW pun bersabda mengenai cara menghadapi makhluk halus/ ghaib. “Sesungguhnya di Madinah ini terdapat golongan jin yang telah Islam. Maka apabila kamu lihat sesuatu tanda pada mereka, maka berilah amaran tiga hari. Jika ternyata kepada kamu sesudah itu, maka bunuhlah ia kerana sesungguhnya dia itu syaitan.” (HR. Muslim) Makhluk ghaib memang ada, keberadaannya pun memiliki tujuan yang beragam, dalam Al-Qur’an pun membahas adanya keberadaan makhluk ghaib tersebut, salah satunya, “AI-Quran itu tidak ada keraguan padanya, menjadi petunjuk bagi mereka yang bertakwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan sembahyang dan menggunakan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al-Baqarah:2-4)23 Makhluk ciptaan Allah Swt sangatlah beragam, apapun betuknya hendaklah kita sebagai sesama makhluk ciptaanNya juga ikut menghargai
22
Irfan Hamka, Ayah... , h. 68-70. Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Department Agama RI, Al-Qur’an Karim, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1999), h. 3. 23
80
makhluk lain dan tidak saling mengganggu. Seperti itulah kiranya apa yang dijelaskan dalam ayat tersebut. Narasi yang terdapat pada halaman lain novel Ayah… pun menarasikan bagaimana Buya Hamka sangat menghargai dan menyayangi setiap makhluk ciptaan Allah Swt., diantaranya, “Si Kuning merupakan seekor kucing kesayangan Ayah.... Terhadap tumbuhan dan binatang pun, Ayah membagi kasih sayangnya sebagai bahagian dari akhlak seorang muslim yang membawa misi Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin... Di lantai tampak seekor anak kucing, masih kecil berjalan beringsut-ingsut. Anak kucing itu diraih oleh Ayah, lalu dibawa masuk ke dapur... Ayah menyuruh kami untuk memberi susu bila anak kucing itu kelaparan lagi... Ayah marah mendengar kucing kesayangannya hilang.... Ayah sangat memperhatikan keadaan si Kuning. Oleh Ayah, bekas-bekas luka di tubuh si Kuning itu di beri obat.... Ayah bila sedang menulis karangan selalu duduk di kursi sambil bersila. Ketika Ayah mengetik karangan, si Kuning selalu merebahkan dirinya di atas kedua kaki Ayah yang bersila itu.24 Kalimat tersebut menarasikan, bagaimana sebagai seorang muslim, Buya Hamka juga tidak lupa menjalankan misinya, yaitu menjadi agama yang rahmatan lil ‘alamin. Sehingga bukan hanya kepada sesama manusia, sesama makhluk hidup baik hewan ataupun tumbuhan pun, Buya Hamka membagi kasih sayangnya, baik dengan tidak menggangunya ataupun merawatnya dengan penuh ikhlas. Salah satu hadist menyebutkan perintah dimana kita juga diperintahkan untuk menyayangi makhluk hidup. “Para penyayang itu akan disayangi oleh Yang Maha Penyayang Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi. Sayangilah olehmu sekalian makhluk
24
Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 215-222.
81
yang ada di bumi, niscaya akan menyayangi kamu sekalian makhluk yang ada di langit.” (HR. Abu Daud dan Tarmidzi) Pada hadist tersebut dijelaskan bagaimana kita sebagai sesama makhluk hidup hendaklah menyayangi makhluk hidup yang lainnya juga, bahkan para Nabi pun menyukai dan menyayangi banyak binatang, begitu pula dengan kita para hamba Allah Swt dinajurkan untuk bisa merawat dan menyayangi apa yang telah Allah Swt ciptakan di bumi ini. Dalam alur cerita lainnya, Buya Hamka ternarasikan sebagai berikut, “Selama aku hidup dan mengenal Ayah, baru dua kali aku melihat Ayah semarah itu. Satu kali ketika petugas sound system di Masjid Agung Kebayoran menghidupkan piringan hitam rekaman shalawat melalui menara masjid pada tengah malam. Yang kedua, malam itu di atas kapal. Lebih keras lagi sifat Ayah bila ada halhal yang menyalahi aturan agama, Ayah akan spontan bereaksi. Ada kalanya disampaikan secara lembut, namun tidak jarang disampaikan secara keras.25 Saat marah, Buya Hamka selalu berusaha bijak dan tegas, terlebih di saat kemarahan Buya Hamka berkaitan tentang aturan agama, Buya Hamka sangatlah tegas bahkan spontan bereaksi demi menegakkan ajaran agama yang benar. Dalam menghadapi hal tersebut, Rasulullah SAW bersabda: "Dari Abi Sa’id Al-Khudri ra. berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa yang melihat kemunkaran, maka hendaklah ia mencegah dengan tangannya. Apabila tidak mampu, hendaklah mencegah dengan lisannya. Apabila tidak mampu hendaklah
25
Irfan Hamka, Ayah... , h. 87.
82
mencegah dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemah iman.’” (HR. Muslim) 26 Hadist tersebut mengemukakan bahwa pentingnya kita selaku umat muslim bersikap tegas dalam hal menegakkan ajaran agama dan syari’at Islam. Dimana ketika ada suatu yang tak sejalan dengan syari’at Islam maka hendaklah kita meluruskannya baik itu secara lisan, hati bahkan maupun dengan tangan sekalipun. Dari narasi tersebut, seakan kita juga diajak untuk dapat bertindak dan bersikap tegas dalam hal meneggakkan ajaran dan syari’at Islam. Selain itu Buya Hamka juga ternarasikan sebagai sosok yang juga memiliki kedisplinan diri mengenai beribadah untuk dirinya sendiri seperti membiasakan diri untuk terus beristiqamah dalam mengaji Al-Qur’an. “Sampai di wisma, di muka kamar Ayah dan Ummi, aku mendengar Ayah masih mengaji – kebiasaan Ayah sebelum tidur. Setelah memberi salam, aku masuk menemui Ayah dan Ummi. Ayah membaca Al-Qur’an sambil tiduran. Di sampingnya Ummi sudah pulas.... Dalam hal agama, Ayah dalah orang yang sangat teguh dan istiqamah, baik kepada anaknya sendiri maupun kepada pihak lain. Ayah tak pernah goyah dalam prinsip-prinsip agama.27 Diatas, merupakan penarasian yang menggambarkan sifat teladan beliau tentang keistiqamahannya dalam mengaji dan membaca Al-Qur’an, juga dalam menegakkan ajaran-ajaran agama Islam. Dalam agama Islam mensyari’atkan kepada para Muslim untuk membaca Al-Qur’an dan melakukannya sesuai kemampuan masing-masing. Allah Swt. Berfirman:
26
Al-Ustadz Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, (Surakarta: Era Intermedia, 2000), h. 32. 27 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 130-131.
83
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an).” (Al-Ankabut: 45)28 Ayat ini menjelaskan bahwa Allah Swt telah menurunkan AlQuran ke pada para manusia bukan hanya untuk menjadi suatu hiasan atau pajangan di rak buku saja, melainkan bacalah dan pelajarilah apa yang telah diwahyukan oleh Allah Swt tersebut agar kita semakin paham dengan apa yang diwahyukan oleh Allah Swt. Selain rajin mengaji Al-Qur’an, Buya, Hamka juga dinarasikan sebagai sosok yang selalu mengingat Allah Swt. dimanapun berada dan dalam keadaan apapun. “Kami menaiki pesawat boing milik maskapai Suriah.... Tiba-tiba, dari pengeras suara terdengar peringatan dalam bahasa Arab dan Inggris bahwa pesawat sebentar lagi memasuki daerah kososng udara. Para penumpang di haruskan segera memakai alat pengaman. Kemudian, udara dalam pesawat terasa panas.... Situasi saat itu sangat menakutkan.... Ayah yang duduk disampingku memegang tanganku. “Nyawa lebih dekat dari urat nadimu, ingat Allah,” bisik Ayah padaku. “Allah, Allah, Allah, Allah.” Ayah terus melafadzkan nama Allah....29 Selalu mengingat Allah Swt. dalam keadaan apapun, terlebih dalam keadaan yang sangat membahayakan, yang di ingat hanyalah Allah Swt., Kuasa Allah Swt. dan Pertolongan Allah Swt. Sebagai umat Islam, kita memang wajib selalu mengingat Allah Swt.,
30
dalam firmanNya
Surat Ar-Ra’d ayat 13 pun disebutkan, yang artinya:
28
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Department Agama RI, Al-Qur’an Karim, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1999), h. 402. 29 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 132. 30 Salim A. Fillah, Jalan Cinta Para Pejuang, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2008), h. 270.
84
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka yang menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 13)31 Mengingat Allah, berdzikir kepadaNya dalam segala kondisi dan situasi memang harus kita lakukan sebagai umat muslim. Tidak ada yangdapat menolong hambaNya kecuali Allah Swt dalam kesulitan pun kita harus mengingat Allah karena dengan mengingatNya hati kita akan lebih tenteram ketika sedang menghadapi kondisi apapun. Itulah kiranya yang disampaikan dalam ayat tersebut. Begitu pula dalam potongan narasi di halaman lainnya. Terdapat cerita yang menarasikan hal yang sama dan sesuai dengan ayat tersebut. “Ayah yang sejak berangkat dari Najaf sudah asyik mengaji sontak menengok ke belakang. Lantas mengucap, “Allah, Allah”.... Mobil terasa melayang di jalan raya... Ayah terus menyebut nama Tuhan, “Allah, Allah”. Dalam mobil, aku mendengar suara kami berempat saja yang menyebut, “Allah, Allah”. Namun kemudian, lama-lama kami merasa makin banyak mendengar suara menyebut nama Allah. Di belakangku terdengar banyak sekali yang ikut berdzikir dengan kami.... tiba-tiba angin pasir itu berhenti di tengah jalan raya.... Ketenangan Ayah dan keteguhannya mengingat Allah saat menghadapi bahaya topan pasir membuat Umar pun ikut tenang dan selalu ingat Allah.... “Ami, waktu Ami dzikir menyebut ‘Allah, Allah’, saya mendengar di dalam mobil ada suara dzikir ‘Allah, Allah’ dilakukan banyak orang. Suara itu menggema di dalam mobil....” Umar meneruskan ungkapan perasaan hatinya.... Kutanya kepada Ayah, suara siapa yang menyebut “Allah, Allah”. Ayah hanya menjawab singkat, “Syukurlah kita selamat, dan mari bersyukur kepada Allah.””32 Lagi-lagi, walaupun dalam keadaan sesulit dan sebahaya apapun, Buya Hamka selalu mengutamakan dzikir dan terus mengingat Allah. 31
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Department Agama RI, Al-Qur’an Karim, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1999), h. 251. 32 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 137-140.
85
Dalam hal tersebut, lewat narasi itu, seakan Irfan Hamka ingin menjelaskan untuk terus merasa yakin bahwa pertolongan Allah akan datang selama kita mengingat Allah Swt. dan selalu bersyukur dengan apa yang terjadi. Itu artinya, secara tidak langsung pula narasi tersebut mengajak para pembacanya untuk selalu mengingat Allah dan selalu bersyukur dalam segala keadaan, dalam ayat Al-Qur’an pun dijelaskan mengenai rasa bersyukur. 33 “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu dan jika kamu mengingkarinya, maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7) 34 Terkadang ketika sedang dalam kesenangan, manusia selalu lupa untuk bersyukur padahal dijelaskan dalam ayat tersebut bahwa dengan bersyukur maka nikmat dan rezeki kita akan bertambah. Maka dari itu hendaklah kita selalu bersyukur dengan apapun yang kita dapat sebagai tanda bahwa kita tidak mengingkari nikmat dari Allah Swt. Pada bagian lain, terdapat narasi tentang semangat tinggi Buya Hamka dalam menuntut ilmu, khususnya dalam ilmu Agama. “Ayah dengan semangat yang luar biasa memperdalam pengetahuan bahasa Arab yang hanya diketahuinya sepotongsepotong.... Giatnya luar biasa. Di usia 15 tahun Ayah sudah berani merantau ke Tanah Jawa untuk berguru kepada pemimpin Islam yang terkenal.... sudah berani mengikuti seminar-seminar Mubaligh Muhammadiyah. Kehausan Ayah akan ilmu Islam dan kemampuan bahasa Arab, mendorong Ayah berangkat ke tanah suci untuk naik haji pada usia 19 tahun dengan usaha sendiri dan 33
Al-Ustadz Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, (Surakarta: Era Intermedia, 2000), h. 22. 34 Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Department Agama RI, Al-Qur’an Karim, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1999), h. 257.
86
bantuan dari neneknya.... Melihat jejaknya, semenjak muda Ayah telah condong memperdalam Islam, termasuk mempelajari Ilmu Tasawuf.35 Islam mengajarkan bagi umat Muslim untuk terus menuntut ilmu setinggi-tingginya dan tak terbatas waktu. Kita diwajibkan untuk terus menuntut ilmu bahkan haus akan ilmu merupakan hal yang baik karena dalam menuntut ilmu kita dianjurkan untuk tidak pernah puas diri dengan ilmu yang telah kita dapat. Bahkan banyak ayat Al-Qur’an dan haditshadits menerangkan perintah untuk terus menuntut ilmu. Dikatakan dalam salah satu hadist, yang artinya: ”Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Sesungguhnya para malaikat meletakkan saya-sayap mereka kepada para penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut.” (HR. Ibnu Abdil Bar) Menuntut ilmu merupakan suatu keharusan bagi para umat muslim, agar para muslim juga dapat lebih memahami dengan apa yang terjadi di dunia ini, dengan pemahaman akan ilmu yang luas maka akan terjauh dan terhindar dari hal yang keliru maka dari itu menuntut ilmu sangatlah penting bahkan sampai dimanapun ilmu itu berada itulah setidaknya apa yang disampaikan dalam hadist tersebut. Dibagian cerita lain juga, ada yang menarasikan hal yang sama, yang menarasikan semangat Buya Hamka dalam menuntut ilmu. “Ketika kami tinggal di daerah Kebayoran baru, di samping Masjid Al-Azhar, secara rutin Ayah mengadakan Pengajian Malam Selasa, pengajian yang diselenggarakan setiap malam selasa.... “Hamka tidak pernah melepas dzikir, mengaji, 35
Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 171-172.
87
dan selalu ingat kepada Allah. Baik budinya kepada setiap orang, tanpa melihat latar belakang orang itu. Sudah pantas Hamka dilindungi Allah.36 Rutin mengaji walaupun memiliki banyak ilmu adalah suatu kebiasaan Buya Hamka yang dapat diteladani. Mengaji baik itu untuk berbagi ilmu atau untuk mendapatkan ilmu adalah suatu hal yang positif. Dan tentu hal tersebut dapat kita teladani. Adapula narasi bagaimana Buya Hamka dengan sabar menghadapi permasalahan hidupnya. “Masa senang bagi kami sekeluarga rupanya mendapat cobaan. Pada tahun 1964, Ayah di tahan Rezim Soekarno dengan tuduhan yang mengada-ada. Atas usulan PKI, Ayah ditahan selama dua tahun empat bulan…. Oleh pemuda-pemuda PKI, seluruh novel tulisan Ayah di-beslah dari setiap took novel. Mereka mengancam para penerbitnya… Ayah baru didebaskan setelah Soekarno jatuh dan digantikan oleh Jenderal Soeharto. Buah dari kesabaran dan ketawakalan Ayah dari Allah Swt. selama di penjara adalah selesainya penulisan Tafsir Al-Azhar yang sangat indah, bernas kajiannya, dan abadi sampai saat ini.37 Hal itu menarasikan bagaimana pribadi Buya Hamka yang selalu bersikap sabar dan tawakal dalam menghadapi masalah dan tuduhan yang tidak benar terhadapnya, sehingga kesabaran dan ketawakalannya berbuah manis dengan lahirnya hasil karya masterpiece nya Buya Hamka. Sabar dan Tawakal pun memiliki pembahasan tersendiri dalam AlQur’an38 dan Hadits. Salah satunya dalam Surat Al-Baqarah ayat 250-251.
36
Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 173-181. Irfan Hamka, Ayah... , h. 202, 210. 38 Al-Ustadz Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, (Surakarta: Era Intermedia, 2000), h. 142. 37
88
“Wahai Rabb kami, tuangkanlah kesabaran kepada kami dan kokohkanlah pendirian kami dan menangkanlah kami terhadap orangorang kafir. Maka mereka (tentara Thalut) pun bisa mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah.” (QS. Al-Baqarah: 250-251) 39 Pada ayat ini dijelaskan bahwa pada hakikatnya kesabaran merupakan suatu kekuatan. Ketika kita sedang dalam masalah maka bersabarlah, itu akan menguatkan kita dalam mengahadapi masalah tersebut. Seperti hal nya dalam ayat tersebut, bagaimana tentara Thalut dapat mengalahkan tentara Jalut atas izin Allah Swt dengan kesabaran mereka. Pada halaman sebelumnya, peneliti telah menyinggung narasi bagaimana Buya Hamka menghargai dan menyayangi istri dan keluarganya. Hal ini pun sama namun dengan makna yang berbeda. Di salah satu bagian novel Ayah… Irfan Hamka juga menambahkan narasi ketika Buya Hamka menghadapi rasa pilunya ketika ditinggal seorang istri tercinta dengan cara khas Buya Hamka. “Lebih dari 50 tahun Ayah dan Ummi saling mendampingi…. Setelah Ummi wafat, aku mulai merasa khawatir terhadap Ayah, karena Ayah pun mulai digerogoti diabetes… Setelah aku perhatikan bagaimana Ayah mengatasi duka laranya sepeninggalan Ummi... Bila Ayah sendiri, selalu kudengar bersenandung dengan suara yang hampir tidak terdengar. Menyenandung “Kaba”... “Kau tahu, Irfan. Ayah dan Ummi telah berpulu-puluh tahun lamanya hidup bersama. Tidak mudah Ayah melupakkan kebaikan Ummi. Itulah sebabnya bila datang ingatan Ayah terhadap Ummi, Ayah mengenangnya dengan bersenandung. Namun, bila ingatan Ayah kepada Ummi itu muncul begitu kuat, Ayah lalu segera mengambil air wudhu. Ayah shalat Taubat dua rakaat. Kemudian Ayah mengaji. Ayah berupaya mengalihkannya 39
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Department Agama RI, Al-Qur’an Karim, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1999), h. 42.
89
dan memusatkan pikiran dan kecintaan Ayah semata-mata kepada Allah,”... “Ayah takut, kecintaan Ayah kepada Ummi melebihi kecintaan Ayah kepada Allah. Itulah mengapa Ayah shalat Taubat terlebih dahulu,”... Biasanya, setiap bulan Ramadhan, Ayah biasa mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak lima kali. Setelah Ummi wafat, Ayah mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak 6-7 kali.40 Ketika hatinya sedang sakit karena rindu, beliau selalu mengobatinya dengan mengingat Allah dan terus istiqomah mendekatkan diri kepada Allah Swt. apapun yang terjadi dan dalam kondisi apapun. Bahkan ketika rasa cinta dan rindunya teramat besar kepada istrinya, ia langsung melaksanakan shalat Taubat karena merasa bersalah dan takut cintanya pada istrinya melebihi cintanya kepada Allah Swt. Sesungguhnya taubat adalah kewajiban setiap Muslim karena manusia tidak lepas dari kesalahan. Rasulullah SAW bersabda: “Setiap anak Adam pasti pernah berbuat salah, dan sebaikbaiknya orang yang bersalah adalah bertaubat.”41 “… Tetapi Allah menjadikan kalian cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah di dalam hati kalian serta menjadikan kalian benci kepada kekufuran, kefasikan, dan kedurhakaan…” (QS. AlHujuraat: 7) 42 Sebagai manusia tentu kita tidak pernah luput dari dosa dan kesalahan. Ada baiknya kita juga melaksanakan shalat taubat karena seperti apa yang di sabdakan oleh Rasulullah SAW bahwa sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah bertaubat.
40 41
Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 213. Abu Yahya badru Salam, Lc., Amalan Penebus Dosa, (Jakarta: Naashirusunnah, 2014), h.
37. 42
124.
Salim A. Fillah, Agar Bidadari Cemburu Padamu, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2013), h.
90
Sedangkan dalam ayat diatas menjelaskan mengenai makna dari cinta, dimana narasi sebelumnya telah menceritakan bahwa bagaimana Buya Hamka sungguh mencintai istrinya namun tidak mau cintanya melebihi cinta kepada Tuhannya. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa suatu rasa cinta akan terasa indah apabila diiringi dengan keimanan sehingga menjadikan cinta tersebut tidak menjadi suatu kekufuran, kefasikkan atau kedurhakaan, maka utamakanlah cinta kepada keimanan. Adapula narasi dimana Buya Hamka mengajarkan kebaikan kepada anaknnya, hal itu ternarasikan pada alur cerita berikut: “...“Ayah, apa yang mendorong semangat Ayah, sampai Ayah menjadi seperti sekarang?”… “Ayah dari kecil banyak mendapat cobaan. Pertama, kedua orangtua Ayah bercerai ketika Ayah masih memerlukan kasih sayang mereka. Kedua, Ayah yang dikenal sebagai anak laki-laki dapat disebut berwajah rupawan, tiba-tiba terserang penyakit cacar… Ketiga, banyak anak-anak sekolah untuk kelompok masyarakat kelas atas sering melecehkan anak-anak Sekolah Desa dan Sekolah Agama. Keempat, Ayah sering diejek karena kemampuan bahasa Arab yang Ayah miliki tidak bagus dan banyak yang salah. Kelima, Ayah ditolak jadi guru di Sekolah Muhammadiyah hanya karena Ayah tidak memiliki diploma sebagai tanda tamat belajar. Oleh karena itu semua, Ayah bertekad untuk terus belajar dan membaca. Mungkin untuk seumur hidup Ayah…” Ayah menuturkan alasan-alasannya padaku.” 43 “Ada dasar perjuangan Ayah. Pertama, Ayah sangat menghayati sebuah pantun yang digubah oleh Datuk Panduko Alam… pantun itu selalu membakar darah Ayah dalam perjuangan.” .“Kedua,… Ayah merasa malu tidak punya diploma. Ayah harus mengejar ketinggalan itu dengan belajar sendiri! Ayah harus berani menghadapinya.”.”Pegangan hidup Ayah yang lain… adalah… niat karena Allah harus diyakini, tidak terombang-ambing dengan niat yang lain…. Dan terakhir, jangan pernah merasa takut, gentar, mudah menyerah. Harus tegas dan tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan berpikir jernih.44 43 44
Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 238. Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 242.
91
Banyak di beri cobaan namun tetap tegar, optimis dan semangat juga selalu menjadikan setiap cobaan sebagai bahan bakar motivasi kesuksesannya hingga saat ini khususnya dalam hal menuntut ilmu dan memperdalam ajaran agama dan ilmu pengetahuan lainnya. Narasi tersebut seakan mengajak para pembacanya untuk juga bisa mengikuti semangat berkobar Buya Hamka dalam hal menuntut ilmu, selalu bersikap optimis dan tidak putus asa. “Dijelaskan dalam hadits Qudsi yang dibawakan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’ala berfirman, “Aku sesuai dengan prasangka yang ada pada hamba -Ku, jika dirinya berprasangka baik maka (balasannya) semacam itu, dan jika dirinya berprasangka buruk (balasannya) juga serupa“. (HR Ahmad) Hadist tersebut mengemukakan bahwa dianjurkan bagi kita sebagai umat muslim untuk selalu berbaik sangka kepada hal apapun. Berkhusnuzhon atau berprasangka baik merupakan suatu hal yang dapat mendatangkan suatu kebaikan pula. Ketika kita berpikiran baik maka balasan dan hasilnya pun akan baik pula begitu pula sebaliknya. Alur cerita lain menarasikan makna yang berbeda, “Aku dan Ayah beriringan menuju masjid untuk melaksanakan shalat shubuh... Setelah selesai berjemaah, seperti biasa, Ayah memberikan ceramah agama, memperdalam keimanan....45 Aku bersama Ayah dan Ummi hadir juga di masjid kapal itu... Selesai shalat, kembali Ayah diminta memberikan ceramah singkat.... Waktu shubuh, kembali kami berjemaah shubuh dan Ayah memberikan kuliah shubuh....46 45 46
Irfan Hamka, Ayah... , h. 76. Irfan Hamka, Ayah... , h. 83-84.
92
Potongan cerita itu menarasikan bagaimana sebagai seorang ulama besar yang juga selalu menyempatkan diri untuk terus memberikan ceramah Agama, memperdalam keimanan, yang beliau lakukan seusai shalat shubuh kepada para jemaah bukan hanya di lingkungannya saja melainkan saat dalam perjalanan pergi haji di masjid yang berada di kapal tersebut. Hal itu ternarasikan dengan baik di beberapa potongan cerita dalam novel kisah Buya Hamka tersebut. begitu pula dalam alur narasi berikut. “Malamnya, kami menghadiri acara ceramah agama yang di adakan di aula pertemuan Wisma Indonesia. Ayah diminta sebagai penceramah tunggal oleh Dubes.... Siang keesokan harinya, pihak PPI (Perhimpunan Pemuda Indonesia) di kota Kairo mengundang Ayah memberikan kuliah umum di hadapan para mahasiswa dan pemuda kita yang ada di kota bersejarah itu.... Selesai shalat zhuhur yang kami jamak dengan ashar.... Ayah memberikan kuliah.... 47 Malamnya, seperti biasa, Ayah diminta untuk ceramah agama. Acara itu dihadiri bukan saja oleh staf kedutaan, melainkan juga oleh masyarakat Indonesia di Baghdad dan lebih banyak lagi mahasiswa kita yang menuntut ilmu di Irak.48 Selalu aktif dalam memberikan ceramah, dan selalu siap untuk memberikan ceramah di kala ditunjuk atau dipersilahkan untuk mengisi ceramah dimanapun dan kapanpun Buya Hamka berada, bahkan walaupun dalam perjalanannya menuju kota suci, beliau tetap semangat dalam ceramah dan membagi ilmu kepada para jemaah dan selalu semangat dan istiqamah dalam menjalankan dakwah bi al-lisan nya.
47 48
Irfan Hamka, Ayah... , h. 118-123. Irfan Hamka, Ayah... , h. 132-133.
93
Metode Hikmah dan Metode Mauidzah Hasanah merupakan beberapa metode yang terdapat dalam Ilmu Dakwah, dan Buya Hamka dinarasikan sebagai da’i yang terkadang menggunakan keduanya. Berdakwah melalui lisan misalnya, Al-Qur’an pun membahas akan hal tersebut. “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik (mau’idhah hasanah) dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)49 Banyak cara untuk menyerukan ajaran Islam kepada para muslim. Dalam Al-Qur’an pun banyak membahas cara-cara berdakwah seperti yang dijelaskan dalam ayat tersebut, yang menjelaskan cara berdakwah dengan metode hikmah dan juga dengan metode mau’idhah hasanah. Kehidupan Buya Hamka di narasikan tidak pernah jauh dengan nilai-nilai dakwah. Bahkan Buya Hamka sendiri pun menggunakan narasi dalam melaksanakan dakwahnya, salah satunya dakwah melalui media tulis yang juga diceritakan dalam novel ini. “Karya-karya Ayah tak hanya meliputi satu bidang kajian saja… selain banyak menulis tentang ilmu-ilmu keislaman, Ayah juga menulis tentang politik, sejarah, budaya dan sastra. Karya tulis Ayah yang fenomenal adalah…. Tafsir Al-Azhar. Sebuah karya yang sangat dihormati oleh berbagai kalangan ilmuwan dan ulama sampai kebeberapa negeri jiran. Pada tanggal 8 November 2011, Pemerintah Indonesia memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada tujuh orang tokoh perjuangan yang dianggap
49
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Department Agama RI, Al-Qur’an Karim, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1999), h. 282.
94
berjasa terhadap Negara dan Bangsa Indonesia. Satu diantaranya adalah Ayah – Buya Hamka.50 Selain berkiprah di dunia politik, budaya dan dakwah, Buya Hamka juga berkiprah di dunia tulisan dengan puluhan bahkan ratusan hasil karyanya. Beliau pun menggunakan karyanya sebagai media dakwah nya lewat media tulis salah satu diantaranya yaitu karyanya yang sangat fenomenal yaitu Tafsir Al-Azhar. Dalam potongan narasi lainnya, Buya Hamka juga ternarasikan sebagai sosok yang semangat dalam beribadah. “Tiba-tiba saja Ayah jatuh rebah ke lantai… “Tensi Buya sangat rendah, …” Sebentar kemudian, kedua belah mata Ayah terbuka.... Kami tidak bisa menghalangi keinginan Ayah untuk datang ke Masjidil Haram. Tekad Ayah untuk dapat wafat dalam melakukan thawaf tetap tak terhalangi. Tanpa mempergunakan tukang usung lagi.... Untung Ayah tetap hidup dan selamat. 51 Thawaf memang merupakan salah satu rukun haji. Dalam narasi yang terdapat dalam novel Ayah… merupakan narasi semangat Buya Hamka dalam menunaikan rukun-rukun haji, walaupun memang sebelumnya ia telah melakukan Thawaf namun sebelum meninggalkan kota suci Makkah beliau pun tetap ingin melakukannya kembali, semangat beribadah yang dapat juga kita contoh. Bahkan dalam salah satu hadits mengatakan: “Barangsiapa yang thawaf di rumah ini (ka’bah) selama seminggu dan ia menghitungnya, maka pahalanya sama dengan memerdekakan seorang hamba sahaya, tidaklah ia meletakkan kakinya dan tidak juga mengangkatnya, kecuali Allah gugurkan sebuah kesalahannya dan 50 51
Irfan Hamka, Ayah... , h. 243-244. Irfan Hamka, Ayah... , h. 163-164.
95
menuliskan untuknya sebuah kebaikan.” (HR. At-Tirmidzi, An-Nasai dan Al-Hakim) 52 Setelah ternarasikan sebagai sosok yang semangat dalam melakukan Thawaf, dalam novel ini juga terdapat penarasian yang sama namun dalam alur cerita yang berbeda. “Kak Azizah menyediakan pasir tersebut atas permintaan Ayah untuk tayamum…. Ayah memang telah lama mengidap penyakit Diabetes Melitus… saat itu telah terjadi komplikasi ke jantung…. Pukul 4 sore kami pamik, Ayah sesak napas… menjelang magrib Ayah dinyatakan tidak sadarkan diri. Malam hari, baru Ayah membuka matanya…. Ayah kemudian meminta Kak Azizah untuk membalurkan pasir untuk tayamum… “Sabar ya, Bu… Serahkan semua kepada Allah,” Ayah berbisik…. 53 Pagi itu, kembali Ayah meminta kak Azizah untuk membantunya bertayamum. Selesai shalat dhuha, Ayah kembali tidur. Siangnya beberapa orang dokter datang memeriksa Ayah. Dokter-dokter itu tampak panik…. Kepada kami Dokter Karnen memberitahu bahwa Ayah dalam keadaan koma…. Begitu alat itu dilepas, di kaca monitor detak jantung Ayah yang semula masih tampak turun naik, kemudian terlihat tinggal garis lurus saja,…. Innalillahi wa inna illaihi raaji’uun.54 Walaupun dalam keadaan kritis, kesehatannya menurun dan tubuhnya lemah, Buya Hamka tetap memprioritaskan dirinya untuk terus bisa beribadah pada Allah Swt. Beliau tetap sabar dan pasrah dengan keadaan yang sedang menimpa dirinya, terus tak hentinya melakukan ibadah bahkan hingga ajal menjemputnya, hingga hembusan nafas terakhir.
52
Abu Yahya badru Salam, Lc., Amalan Penebus Dosa, (Jakarta: Naashirusunnah, 2014), h.
53
Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 276. Irfan Hamka, Ayah... , h. 278-279.
107. 54
96
c. Keteladanan Untuk Negara Selain memberikan contoh teladan yang baik untuk keluarga dan juga untuk agama, dalam hal menegakkan ajaran Islam, kiprahnya di dunia kepemerintahan pun dapat diteladani. “Pagi-pagi sekali, sehabis shalat shubuh Ayah kembali meninggalkan kami di Tanah Bato. Sebagai seorang pimpinan FPN (Front Pertahanan Nasional) Ayah termasuk orang yang dicari Belanda untuk ditangkap... Sebagai tokoh TKR (Tentara Kemanan Rakyat) dan sekaligus tokoh Front Kemerdekaan Sumatera Barat, dalam masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, Ayah banyak berkeliling ke pelosok negari di Sumatera Barat untuk memberikan semangat dan motivasi akan perlunya mempertahankan kemerdekaan... Tak lelah, berjalan kaki, masuk hutan keluar hutan mengelilingi negari... Dua hari sepulang dari sigiran, Ayah jatuh sakit. Sakit Ayah tergolong agak berat... Ayah hampir lumpuh. Sebulan lamanya Ayah terbaring di tempat tidur... setelah kesehatannya membaik... Walaupun belum sehat betul, Ayah kembali pergi melaksanakan tugas memberikan penerangan dan semangat peerjuangan... diseluruh negeri Minangkabau dengan berjalan kaki.55 Keteladanan dalam semangat juang yang tinggi, pantang menyerah dalam mencapai tujuan kemerdekaannya untuk membela kebenaran dan kemerdekaan di daerahnya. Walaupun sempat jatuh sakit karena kelelahan namun semangatnya tidak hilang dan terus berjuang kembali demi menggapai cita-cita kemerdekaan. “Berangkatlah baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. At-Taubah: 41)56
55
Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 17-20. Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Department Agama RI, Al-Qur’an Karim, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1999), h. 195. 56
97
Terus berjuang dalam mempertahankan apa yang menjadi suatu kebenaran merupakan hal yang harus dilakukan, selama masih dalam suatu nilai kebaikan maka janganlah pernah menyerah dan terus berjuang untuk dapat meraih keberhasilan. Berjuang pun tidak hanya bisa dengan tenaga, namun dengan harta pun kita dapat melakukannya. 57 Selama tetap di jalan Allah maka lakukanlah. Setidaknya itulah yang dikatakan dalam ayat diatas. Sosok pemaaf, juga terdeskripsikan dalam potongan narasi berikut: “Ayah seorang yang sederhana. Salah satu akhlaknya adalah berusaha menghindari konflik sekecil apa pun dengan siapa pun…. Ketika Ayah terpilih sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, berbagai fitnah dilontarkan ke pribadi Ayah. Yang memfitnah bukan orang lain bagi Ayah, bisa dikatakan kenal cukup dekat…. “Hamka bukan milik umat lagi. Dia telah menjual dirinya dengan uang satu miliar untuk untuk dapat menduduki jabatan mulia itu…. Setelah tersiar berita Ayah mengambil keputusan mundur dari Ketua Umum MUI, banyak tokoh-tokoh islam mengucapkan selamat kepada Ayah atas sikap Ayah yang tegas itu. Termasuk tokoh mubaligh yang selalu menghujat Ayah. Sambil merangkul Ayah, ia meminta maaf atas sikapnya selama ini. “Tidak ada masalah. Biasa, dalam perjuangan ini kita bertemu dengan hal-hal seperti itu. Hanya bagaimana kita menyikapinya.” Kata Ayah kepada tokoh tersebut. 58
Buya Hamka sosok ulama yang pemaaf walaupun sering dihujat, difitnah, dan disakiti pribadinya namun beliau tidak pernah merasa dendam terhadap orang-orang yang melakukannya tersebut namun bahkan beliau memaafkan kesalahannya dan menganggap itu semua biasa saja. Saling memaafkan juga terdapat dalam Al-Qur’an, 57 58
Salim A. Fillah, Jalan Cinta Para Pejuang, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2008), h. 268. Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 255.
98
“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”. (QS. Al A’raf: 199)59 Dalam ayat Al-Qur’an yang lain juga disebutkan, terdapat dalam Surat Fushshilat ayat 34: “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fushshilat: 34) 60
Di potongan cerita lain menarasikan, “Pernah satu kali Ayah menolak undangan Menteri Agama untuk hadir mengikuti acara di Istana dalam rangka menghormati Paus Johanes yang tengah berkunjung ke Indonesia… “Bagaimana saya bisa bersilaturahmi dengan beliau, sedangkan umat Islam dengan berbagai cara, bujukan rayuan, beras, uang, dimurtadkan oleh perintahnya?...”… sewaktu MUI mengeluarkan fatwa haram hukumnya bagi umat Islam mengikuti perayaan Natal bersama, Pemerintah keberatan atas fatwa tersebut. karena bertentangan…. Ayah kemudian… mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum MUI Pusat.”61 Dalam hal ini Buya Hamka ternarasikan sebagai sosok yang juga selalu berjuang memepertahankan argumennya demi menegakkan ajaran Islam. Salah satu hadist menyatakan, “Dari Nabi SAW. bahwasanya beliau bersabda, “Seutamautamanya jihad adalah berbicara keadilan di hadapan pemerintah yang menyeleweng.” Dan pada riwayat lain, “kalimat yang haq di hadapan pemerintah yang dzalim.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi. Ia berkata, “Ini hadis hasan.”)62 59
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Department Agama RI, Al-Qur’an Karim, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1999), h. 177. 60 Salim A. Fillah, Agar Bidadari Cemburu Padamu, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2013), h. 366. 61 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 254. 62 Al-Ustadz Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, (Surakarta: Era Intermedia, 2000), h. 32.
99
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa, ketika suatu pemerintahan mulai menyeleweng maka wajib bagi kita para muslim mencegah apa yang seharusnya tidak terjadi. Dengan tegas kita harus melawannya karena seutama-utamanya jihad adalah ketika kita berbicara tentang keadilan di hadapan para pemerintahan yang dzalim. Mungkin dalam konteks narasi dalam kisah Buya Hamka kali ini pemerintah tidak lah menyeleweng hanya saja pemerintah ingin berusaha menghargai tamu yang hadir ke Indonesia namun bagi Buya Hamka tamu seperti Paus Johanes merupakan tamu yang tidak dapat ia sambut kehadirannya.
2. Model Analisis Naratif Tzvetan Todorov Model Analisis Naratif Tzvetan Todorov membagi cerita narasi kedalam lima struktur, diantaranya: (1) Kondisi awal, kondisi keseimbangan, keteraturan, (2) Gangguan (disruption) terhadap keseimbangan. Tindakan yang menyebabkan gangguan keseimbangan (3) Kesadaran telah terjadi gangguan, gangguan makin besar dan dirasakan, (4) Upaya untuk memperbaiki gangguan, (5) Pemulihan menuju keseimbangan, menciptakan keteraturan kembali.63 Dari kelima struktur tersebut, tidak semua cerita atau narasi memiliki lima struktur, ada yang hanya empat bahkan tiga struktur, tergantung pencerita menuliskannya seperti apa. Seperti halnya dalam novel ini, hanya terdapat tiga struktur, diantaranya Kondisi
63
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, h. 46-48.
100
Awal, Gangguan, dan Pemulihan Menuju Keseimbangan dan tentu di setiap struktur yang ada, memiliki narasi keteladanan yang ingin disampaikan kepada para pembacanya.64 Dalam novel Ayah…, yang menjadi awalan cerita juga sekaligus sebagai struktur awal narasi, pada bagian Keseimbangan adalah kisah dimana ayah Irfan Hamka (penulis) memperkenalkan terlebih dahulu secara umum kepada para pembaca, baik siapa itu Buya Hamka (tokoh Ayah dalam novel), latar belakangnya secara garis besar, yang dimulai dengan tiga nasehat Buya Hamka dan dari ketiga perkara yang dituliskan dalam novel itu pula, Irfan Hamka mengajak para pembaca untuk bisa kembali mengenang kisah Buya Hamka melalui nasihat dan menjadikan tiga perkara tersebut sebagai pembuka cerita tentang kisah Buya Hamka yang selanjutnya. Selain itu diceritakan juga masa kecil Irfan Hamka (penulis) sewaktu bersama ayahnya baik ketika saat ia di didik bahkan cerita tentang kekagumannya kepada Buya Hamka yang pantang menyerah dalam berjuang membela Negara. Selanjutnya masih dalam struktur di bagian awal narasi, Irfan Hamka melanjutkan cerita kepada bagian dimana Ayahnya juga memiliki pengalaman dalam menghadapi makhluk ghaib hingga sampai bagaimana ia, ibu dan ayahnya mendapatkan tawaran naik haji dan cerita-cerita ketika dalam perjalanan lautnya menuju tanah suci.
64
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, h. 54-58.
101
Sedangkan dalam tahapan struktur yang selanjutnya yaitu pada bagian Gangguan (Disruption) dimana cerita Buya Hamka khususnya dalam hal penggambaran keteladanannya mulai mencuat dan keberadaannya lebih banyak ketimbang di bagian awal tadi. Dalam bagian ini baanyak kejadian-kejadian yang hebat dan juga menguji kesabaran seorang Buya Hamka sehingga dalam menghadapi cobaannya secara baik itulah seakan-akan penulis ingin menjelaskan suatu sikap teladan kepada para pembaca dalam menghadapi setiap masalah dan cobaan. Pada bagian kelima dalam novel Ayah… ini, Irfan Hamka menceritakan kisah bagaimana sikap mereka ketika dihadang oleh badai pasir disaat mereka melakukan perjalanan melalui padang pasir dan menghadapi angin topan gunung pasir sehingga merekapun merasakan bagaimana seramnya saat mobil yang mereka kendarai terkepung oleh pasir. Namun, akhirnya merekapun selamat. Lalu dilanjutkan kepada kisah pernyataan Irfan Hamka bahwa sosok seorang Buya Hamka adalah seorang sufi di matanya walaupun memang Buya Hamka bukanlah seorang Sufi namun bagi Irfan Hamka (anaknya), Buya Hamka meruapakan sosok yang dapat dipanggil sufi karena adanya berbagai kisah hidup Buya Hamka yang mengarah kepada gaya hidup seorang sufi. Dan selanjutnya dilanjutkan kepada fragmen yang menceritakan tentang Buya Hamka dan istrinya, mengisahkan sebuah kesedihan dimana ayahnya harus kehilangan istri dan Irfan Hamka dan anak-anaknya yang lain harus kehilangan sosok seorang ibu yang biasa ia panggil Ummi. Didalam bagian ini pun banyak penarasian keteladanan Buya Hamka dalam menegakkan keimanan, dimana
102
kesedihannya saat kehilangan istri diobati oleh dirinya sendiri dengan banyakbanyak beribadah kepada Allah Swt. Selain narasi kasih sayang Buya Hamka kepada istrinya, Irfan Hamka juga ikut mencantumkan bagaimana cara Buya Hamka yang jga menyayangi kepada makhluk ciptaan Tuhan, salah satunya kepada kucing kesayangannya yang bernama si Kuning. Setelah kepada struktur bagian yang bagaikan klimaks dari cerita novel ini (walaupun sebenarnya tidak memiliki klimaks), lanjut kepada struktur narasi berikutnya, yaitu Kondisi Keseimbangan (Kembali ke keadaan normal). Dalam bagian ini, keadaan menjadi normal kembali bahkan seperti pada keseimbangan awal, dimana Irfan Hamka memulai struktur narasi dibagian ini dengan menuliskan cerita banyaknya karya-karya tulis peninggalan Buya Hamka juga tentunya dibarengi dengan kisah hidup Buya Hamka yang melalui banyak proses dan rintangan yang mengiringi perjalanan menuntut ilmunya, dakwahnya hingga dengan penuh semangat Buya Hamka berhasil menuliskan ratusan karya tulis yang fenomenal. Lalu pada bagian akhir dari struktur narasi ini pun ditutup dengan kisah ketika Buya Hamka meninggal dunia. Tzvetan Todorov menjelaskan semua struktur tersebut dengan menggunakan tabel, dan berikut penjelasannya dalam bentuk tabel.
103
Tabel 4.1 Struktur Narasi Model Analisis Naratif Tdzevetan Todorov dalam Novel Ayah... karya Irfan Hamka
Struktur Narasi
Narasi/ Alur
Kondisi Awal, Kondisi Keseimbangan, Keteraturan/ Alur Awal
Sebelum memulai kisah-kisah yang aku alami bersama Ayah, aku ingin terlebih dahulu mengajak Pembaca… bernostalgia dengan Ayah... pertama, tentang Nasihat bagi Rumah Tangga... kedua, tentang Nasihat Tetangga... Satu sifat Ayah yang sangat aku kagumi, Ayah tidak pernah berpikiran negatif kepada orang lain... ketiga, tentang Nasihat untuk Pembohong...65 Sebagai tokoh TKR (Tentara Kemanan Rakyat) dan sekaligus tokoh Front Kemerdekaan Sumatera Barat,… Ayah banyak berkeliling ke pelosok negari di Sumatera Barat untuk memberikan semangat dan motivasi akan perlunya mempertahankan kemerdekaan... Tak lelah, berjalan kaki, masuk hutan keluar hutan mengelilingi negari... Dua hari sepulang dari sigiran, Ayah jatuh sakit. Ayah hampir lumpuh. Sebulan lamanya Ayah terbaring di tempat tidur... Walaupun belum sehat betul, Ayah kembali pergi melaksanakan tugas memberikan penerangan dan semangat perjuangan... diseluruh negeri Minangkabau dengan berjalan kaki.66 kami pindah ke Jakarta… Lingkungan kami ditempati beragam etnis ketururnan,… membuat jiwa tenggang rasa, solider, dan pengertian yang tinggi dengan berbagai ragam suku, bangsa, dan adat kami terpupuk semenjak kami kecil… pasti Ayah punya maksud yang mulia, mengapa memilih tempat berpenduduk majemuk seperti itu67 Pada suatu hari, selesai shalat shubuh… Ayah mengajakku ke halaman samping rumah. Tiba-tiba saja berkata padaku, katakata yang sudah lama ingin kudengar dari Ayah.... Berkali-kali aku memohon diajarkan silat kepada Ayah.... Dengan lemah
65
Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 1-9. Irfan Hamka, Ayah... , h. 17-20. 67 Irfan Hamka, Ayah... , h. 35-40. 66
104
lembut Ayah memintaku mencontoh gerakan-gerakan kakinya.... Sudah hampir sebulan, pelajaran yang kudapat hanya “langkah sembilan saja”.... Selanjutnya, selama tiga bulan setiap selesai shubuh aku dilatih oleh paman. Paman hanya mengajariku cara-cara menagkis serangan, mengunci dan melumpuhkan lawan.... 68 Aku agak terkejut mendengar pamanku membuka rahasia,... Ayah meminta pamanku untuk melatih jurus-jurus mempertahankan diri saja. Ayah tahu akan sifatku yang mudah marah dan temperamen, jadi tidak baik diturunkan ilmu silat untuk menyerang dan berkelahi.... Aku masih ingat petuah Ayah kepadaku, orang yang disebut Pendekar adalah orang yang memiliki akal yang pandai dan cerdas.69 Semua yang hadir di situ terkejut,… rokok dari pipa yang masih berada di mulut Ayah, melayang-layang meninggalkan pipa… 70 Ayah sudah tahu ada “sesuatu” di rumah yang dibangun dengan usaha susah payah ini. Sesuatu itu tidak perlu ditakuti, ia hanya ingin berkenalan. Bagaimana mungkin hasil dari usaha susah payah ini akan kita tinggalkan begitu saja? Kalau perlu kita tempati rumah ini bersama-sama secara damai, Ayah menerangkan…. Pukul 11 malam, Ayah dan abang-abangku sudah bersiap…. “Assalamu’alaikum, ya Abdillah, kami sengaja menunggu kehadiran Saudara untuk berkenalan.” Suara Ayah tiba-tiba terdengar menyapa…. “Mari kita diami rumah ini bersama-sama, saling menghormati. Saya telah serahkan keamanan rumah dan keluarga saya kepada Allah semata-mata, tolong diamati dan diperhatikan. Setuju?” Lanjut Ayah lagi.71 Penjelasan Kondisi Awal/ Alur Awal
68
Dalam struktur narasi di bagian awal ini, terlihat jelas bagaimana Irfan Hamka ingin membawa para pembaca kepada kisah Buya Hamka semasa ia kecil dimana masih banyak sekali cerita-cerita perjuangan Buya Hamka yang Buya lakukan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia juga bagaimana semangatnya Buya Hamka dalam membela tanah air Indonesia walaupun banyak halang rintang menghadang. Seperti narasi yang terlihat dalam bagian awal tersebut, mulanya pebaca diajak untuk membaca kilasan singkat mengenai Buya Hamka yang sudah mulai terkenal diseluruh
Irfan Hamka, Ayah... , h. 50-52. Irfan Hamka, Ayah... , h. 55-56. 70 Irfan Hamka, Ayah... , h. 60. 71 Irfan Hamka, Ayah... , h. 68-70. 69
105
pelosok Indonesia dengan tujuan agar para pembaca yang masih awam dengan Buya Hamka bisa tetap paham akan alur cerita dan juga bisa tetap menikmati kisah-kisah yang dinarasikan dalam novel tersebut sehingga memudahkan para pembaca untuk memahami bagian cerita selanjutnya dimana kisah perjalanan hidup Buya Hamka dimulai. Lanjut kepada bagian ketiga dan seterusnya, kisah Buya Hamka di ceritakan dengan baik dan masalah yang ditimbulkan dalam cerita tersebut tidaklah terlalu besar sehingga membawa kondisi alur di awal cerita ini menjadi alur yang masih tenang-tenang saja dan bagian tersebut diisi dengan kisah Buya Hamka dalam hal ibadah, kepribadian, dsb. Semua yang diceritakan dalan bagian alur awal ini, seperti pengenalan mendasar mengenai siapa sosok Buya Hamka dan seperti apa keseharian dan kepribadiannya. Seperti itulah kiranya. Dengan demikian, para pembaca tidak akan dibuat pusing dengan alur ceritanya karena di bagian awal penulis (Irfan hamka) menuliskan beberapa profil mendasar mengenai Buya Hamka lalu selanjutnya, alurnya terus diceritakan secara bertahap dan tetap kontinuitas. Hal itu seakan-akan membuat para pembaca melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum nantinya penulis novel mengajak para pembacanya untuk menikmati alur cerita yang lebih bergejolak lagi alur dan emosi dalam kisah tersebut yang tentu akan disajikan di bagian berikutnya yang masuk kedalam struktur narasi pada bagian Gangguan terhadap keseimbangan/ Alur Tengah. Gangguan (Disruption) Terhadap Keseimbangan/ Alur Tengah
Malamnya, kami menghadiri acara ceramah agama yang di adakan di aula pertemuan Wisma Indonesia. Ayah diminta sebagai penceramah tunggal oleh Dubes.... Seperti biasa, ceramah Ayah mengupas tentang mempertebal rasa keimanan dan ketqwaan kepada Allah.... Siang keesokan harinya, pihak PPI (Perhimpunan Pemuda Indonesia) di kota Kairo mengundang Ayah memberikan kuliah umum di hadapan para mahasiswa dan pemuda kita yang ada di kota bersejarah itu.... Selesai shalat zhuhur yang kami jamak dengan ashar.... Ayah memberikan kuliah bagaimana memupuk keimanan, silaturahmi, dan menjaga akhlak selama menuntut ilmu di negeri orang. Dalam memberikan kuliah, Ayah pun memberi kesempatan sesi tanya jawab.... Di bandara kami dijemput oleh Komodor Soedjono, Duta Besar Berkuasa Penuh RI di
106
Suriah.... Ayah telah di jadwalkan memberikan ceramah agama di malam hari.72 Ummi diperiksa oleh dokter. Ternyata, tensi darah Ummi… Turun naik... Dokter menyarankan Ummi harus istirahat minimal lima hari... Bagaimana bisa istirahat lima hari, sedangkan kapal yang membawa jemaah haji akan berangkat lima hari lagi?.... Dokter melarang Ummi naik pesawat dengan keadaan tensi sangat tinggi.... satu-satunya jalan keluar adalah kami harus menempuh perjalanan darat dengan mobil.... waktu tempuh dua hari dua malam.... “Ya, angku Haji, kita naik mobil saja.” Ummi langsung mengusulkan ke Ayah.... kami harus melalui gurun pasir Arab yang sangat luas dengan keadaan cuaca akhir bulan Maret yang mulai panas. Ayah menghampiri Ummi. “Bagaimana, sanggup kita naik mobil ke Mekkah?” tanya Ayah.... Ayah mengalah dan mengikuti keinginan Ummi.73 Ayah yang sejak berangkat dari Najaf sudah asyik mengaji sontak menengok ke belakang. Lantas mengucap, “Allah, Allah”.... Mobil terasa melayang di jalan raya... Ayah terus menyebut nama Tuhan, “Allah, Allah”. Dalam mobil, aku mendengar suara kami berempat saja yang menyebut, “Allah, Allah”. Namun kemudian, lama-lama kami merasa makin banyak mendengar suara menyebut nama Allah. Di belakangku terdengar banyak sekali yang ikut berdzikir dengan kami.... tiba-tiba angin pasir itu berhenti di tengah jalan raya.... Ketenangan Ayah dan keteguhannya mengingat Allah saat menghadapi bahaya topan pasir membuat Umar pun ikut tenang dan selalu ingat Allah.... “Ami, waktu Ami dzikir menyebut ‘Allah, Allah’, saya mendengar di dalam mobil ada suara dzikir ‘Allah, Allah’ dilakukan banyak orang. Suara itu menggema di dalam mobil....”.... Kutanya kepada Ayah, suara siapa yang menyebut “Allah, Allah”. Ayah hanya menjawab singkat, “Syukurlah kita selamat, dan mari bersyukur kepada Allah.”74 Tiba-tiba saja Ayah jatuh rebah ke lantai… “Tensi Buya sangat rendah, …” Sebentar kemudian, kedua belah mata Ayah terbuka.... Kami tidak bisa menghalangi keinginan Ayah untuk datang ke Masjidil Haram. Tekad Ayah untuk dapat wafat 72
Irfan Hamka, Ayah... , h. 118-123. Irfan Hamka, Ayah... , h. 134. 74 Irfan Hamka, Ayah... , h. 137-140. 73
107
dalam melakukan thawaf tetap tak terhalangi. Tanpa mempergunakan tukang usung lagi.... Untung Ayah tetap hidup dan selamat.75 Dari kalimat-kalimat yang disampaikan, nampak sekali kalau Ummi tidak setuju Ayah menjadi Duta Besar. “Lebih baik masjid di depan rumah ini saja Angku Haji kelola dengan baik. Pahalanya dapat dirasakan oleh umat dan sekaligus insya Allah diridhai oleh Allah,” sambung Ummi dengan lembut.... Sebetulnya bisa saja Ayah langsung menolak kedua penawaran tersebut... Ayah juga sudah bisa menduga apa pendapat Ummi di rumah bila Ayah mengabarkan tentang penawaran jabatan tersebut. Bukan hanya cinta, tetapi Ayah sungguh sangat menghargai istri yang sangat di cintainya... Sebuah pepatah mengatakan, di balik kesuksesan laki-laki, ada perempuan hebat di belakangnya.76 Pada tahun 1964, Ayah di tahan Rezim Soekarno dengan tuduhan yang mengada-ada. Atas usulan PKI, Ayah ditahan selama dua tahun empat bulan…. Oleh pemuda-pemuda PKI, seluruh novel tulisan Ayah di-beslah dari setiap toko novel. Mereka mengancam para penerbitnya… Ayah baru dibebaskan setelah Soekarno jatuh dan digantikan oleh Jenderal Soeharto. Buah dari kesabaran dan ketawakalan Ayah dari Allah Swt. selama di penjara adalah selesainya penulisan Tafsir Al-Azhar yang sangat indah, bernas kajiannya, dan abadi sampai saat ini.77 Lebih dari 50 tahun Ayah dan Ummi saling mendampingi…. Bila Ayah sendiri, selalu kudengar bersenandung dengan suara yang hampir tidak terdengar. Menyenandung “Kaba”... “Kau tahu, Irfan. Ayah dan Ummi telah berpulu-puluh tahun lamanya hidup bersama. Tidak mudah Ayah melupakkan kebaikan Ummi. Itulah sebabnya bila datang ingatan Ayah terhadap Ummi, Ayah mengenangnya dengan bersenandung. Namun, bila ingatan Ayah kepada Ummi itu muncul begitu kuat, Ayah lalu segera mengambil air wudhu. Ayah shalat Taubat dua rakaat. Kemudian Ayah mengaji. Ayah berupaya mengalihkannya dan memusatkan pikiran dan kecintaan Ayah semata-mata kepada Allah,”... “Ayah takut, kecintaan Ayah kepada Ummi melebihi kecintaan Ayah kepada Allah. Itulah mengapa Ayah shalat Taubat terlebih dahulu,”... Biasanya, 75
Irfan Hamka, Ayah... , h. 163-164. Irfan Hamka, Ayah... , h. 201. 77 Irfan Hamka, Ayah... , h. 202, 210. 76
108
setiap bulan Ramadhan, Ayah biasa mengkhatamkan AlQur’an sebanyak lima kali. Setelah Ummi wafat, Ayah mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak 6-7 kali.78 Si Kuning merupakan seekor kucing kesayangan Ayah.... Terhadap tumbuhan dan binatang pun, Ayah membagi kasih sayangnya sebagai bahagian dari akhlak seorang muslim yang membawa misi Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin... Di lantai tampak seekor anak kucing, masih kecil berjalan beringsut-ingsut. Anak kucing itu diraih oleh Ayah, lalu dibawa masuk ke dapur... Ayah menyuruh kami untuk memberi susu bila anak kuscing itu kelaparan lagi... Ayah marah mendengar kucing kesayangannya hilang.... Ayah sangat memperhatikan keadaan si Kuning. Oleh Ayah, bekasbekas luka di tubuh si Kuning itu di beri obat.... Ayah bila sedang menulis karangan selalu duduk di kursi sambil bersila. Ketika Ayah mengetik karangan, si Kuning selalu merebahkan dirinya di atas kedua kaki Ayah yang bersila itu.79 Penjelasan Gangguan Terhadap Keseimbangan/ Alur Tengah
78 79
Pada alur tengah ini, cerita dimulai dari bagian lima dimanaterjadi perjuangan hebat menghadapi bahaya yang bersangkutan dengan hidup dan mati. Dalam bagian ini diceritakan bagaimana Buya Hamka tetap tabah, sabar dan istiqomah dalam menjalani ibadahnya walaupun banyak sekali rintangannya apalagi ada potongan cerita bagaimana emngatnya Buya Hamka dalam melakukan thawaf walaupun saat itu sedang dalam keadaan tidak sehat dan bahkan sempat pingsan. Pada bagian alur tengah ini, terasa sekali kejadiankejadian puncak dimana Buya Hamka haru sbanyak berjuang dan bersabar menghadapi setiap konflik dalam hidupnya. Bukan hanya saat beliau naik haji saja namun perjuangan demi perjuangan haru terus beliau lalui dengan tabah dan sabar. Selain itu banyak juga pesan moral terdapat dalam alur tengah ini, seperti halnya bagaimana Buya Hamka sangat menyayangi istrinya, memperhatikan kesehatan dan juga menghargai pendapatnya. Bagaimana beliau merindukan istrinya setelah wafat dengan cara salat taubat, juga ada potongan cerita dimana Buya Hamka juga bukan hanya penyayang terhadap sesama manusia, pada hewan seperti kucing pun beliau mencurahkan kasih sayang tulusnya dalam hal merawat dan memeliharanya.
Irfan Hamka, Ayah... , h. 213. Irfan Hamka, Ayah... , h. 215-222.
109
Pada alur tengah ini, di isi oleh banyak sekali rintangan, masalah, konflik batin, dsb. Namun juga banyak nilai-nilai keteladanan yang patut diteladani dari apa yang dilakukan Buya Hamka dalam kisah perjalanan hidupnya tersebut. Artinya, pada alur tengah ini penulis sengaja mengajak para pembacanya kepada titik klimaks dimana kisah Buya Hamka yang menakjubkan banyak diceritakan di bagian alur tengah tersebut. Walaupun suatu kisah biografi memang tidak ada cerita klimak tapi setidaknya pada bagian alur tengah inilah kisah Buya Hamka terasa lebih seru ketimbang dari alur sebelumnya. Pemulihan Menuju Keseimbangan, Menciptakan Keteraturan Kembali/ Alur Akhir
“Ayah dari kecil banyak mendapat cobaan. Pertama, kedua orangtua Ayah bercerai ketika Ayah masih memerlukan kasih sayang mereka. Kedua, Ayah yang dikenal sebagai anak lakilaki dapat disebut berwajah rupawan, tiba-tiba terserang penyakit cacar… Ketiga, banyak anak-anak sekolah untuk kelompok masyarakat kelas atas sering melecehkan anak-anak Sekolah Desa dan Sekolah Agama. Keempat, Ayah sering diejek karena kemampuan bahasa Arab yang Ayah miliki tidak bagus dan banyak yang salah. Kelima, Ayah ditolak jadi guru di Sekolah Muhammadiyah hanya karena Ayah tidak memiliki diploma sebagai tanda tamat belajar. Oleh karena itu semua, Ayah bertekad untuk terus belajar dan membaca. Mungkin untuk seumur hidup Ayah…” Ayah menuturkan alasanalasannya padaku.80 “Ada dasar perjuangan Ayah. Pertama, Ayah sangat menghayati sebuah pantun yang digubah oleh Datuk Panduko Alam… pantun itu selalu membakar darah Ayah dalam perjuangan.” .“Kedua,… Ayah merasa malu tidak punya diploma. Ayah harus mengejar ketinggalan itu dengan belajar sendiri! Ayah harus berani menghadapinya.”.”Pegangan hidup Ayah yang lain… adalah… niat karena Allah harus diyakini, tidak terombang-ambing dengan niat yang lain…. Dan terakhir, jangan pernah merasa takut, gentar, mudah menyerah. Harus tegas dan tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan berpikir jernih.81 Karya-karya Ayah tak hanya meliputi satu bidang kajian saja. Di novel misalnya; selain banyak menulis tentang ilmu-ilmu keislaman, Ayah juga menulis tentang politik, sejarah, budaya dan sastra. Karya tulis Ayah yang fenomenal adalah…. Tafsir
80 81
Irfan Hamka, Ayah... , h. 238. Irfan Hamka, Ayah... , h. 242.
110
Al-Azhar. Pada tanggal 8 November 2011, Pemerintah Indonesia memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada tujuh orang tokoh perjuangan yang dianggap berjasa terhadap Negara dan Bangsa Indonesia. Satu diantaranya adalah Ayah – Buya Hamka.82 Ayah seorang yang sederhana. Salah satu akhlaknya adalah berusaha menghindari konflik sekecil apa pun dengan siapa pun…. Ketika Ayah terpilih sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, berbagai fitnah dilontarkan ke pribadi Ayah. Yang memfitnah bukan orang lain bagi Ayah, bisa dikatakan kenal cukup dekat…. “Hamka bukan milik umat lagi. Dia telah menjual dirinya dengan uang satu miliar untuk untuk dapat menduduki jabatan mulia itu…. Setelah tersiar berita Ayah mengambil keputusan mundur dari Ketua Umum MUI, banyak tokoh-tokoh islam mengucapkan selamat kepada Ayah atas sikap Ayah yang tegas itu. Termasuk tokoh mubaligh yang selalu menghujat Ayah. Sambil merangkul Ayah, ia meminta maaf atas sikapnya selama ini. “Tidak ada masalah. Biasa, dalam perjuangan ini kita bertemu dengan hal-hal seperti itu. Hanya bagaimana kita menyikapinya.” Kata Ayah kepada tokoh tersebut.83 Ayah memang telah lama mengidap penyakit Diabetes Melitus… saat itu telah terjadi komplikasi ke jantung…. Ayah sesak napas… menjelang magrib Ayah dinyatakan tidak sadarkan diri. Malam hari, baru Ayah membuka matanya…. Ayah kemudian meminta Kak Azizah untuk membalurkan pasir untuk tayamum… “Sabar ya, Bu… Serahkan semua kepada Allah,” Ayah berbisik…. 84 Pagi itu, kembali Ayah meminta kak Azizah untuk membantunya bertayamum. Selesai shalat dhuha, Ayah kembali tidur. Siangnya beberapa orang dokter datang memeriksa Ayah…. Ayah dalam keadaan koma…. Begitu alat itu dilepas, detak jantung Ayah yang semula masih tampak turun naik, kemudian terlihat tinggal garis lurus saja,…. Innalillahi wa inna illaihi raaji’uun.85 Penjelasan Pemulihan Menuju 82
Pada alur ini yaitu alur akhir, penulis seakan ingin mengenang kembali semua karya-karya peninggalan Buya Hamka. Terdapat dua bagian dalam alur akhir ini, yaitu bagian
Irfan Hamka, Ayah... , h. 243-244. Irfan Hamka, Ayah... , h. 255. 84 Irfan Hamka, Ayah... , h. 276. 85 Irfan Hamka, Ayah... , h. 278-279. 83
111
Keseimbangan, Menciptakan Keteraturan Kembali/ Alur Akhir
sembilan dan sepuluh. Pada bagian sembilan, penulis membeberkan apa saja hasil karya Buya Hamka, selain itu juga ada narasi dimana Buya Hamka masih kecil, saat beliau merantau, menimba ilmu ke kota Mekkah, hingga saat Buya Hamka memulai berdakwah. Selain itu juga diceritakan bagaimana prinsip hidup Buya Hamka yang disampaikan kepada anaknya yaitu penulis sendiri (Irfan Hamka). Lalu bagaimana Buya Hamka menyejahterakan Masjid Agung Al-Azhar, bagaimana pribadiBUya Hamka yang cerdik, pemaaf, dan berjiwa besar. Juga saat-saat dimana Buya Hamka menjalani harinya bersama orang-orang penting dan hebat seperti Soekarno, Mr. Moh. Yamin, Pramoedya Ananta Toer dan bahkan diceritakan juga bagaimana akhirnya Buya Hamka bisa menikah lagi untuk yang kedua kalinya. Berbeda pada bagian sepuluh, yang menceritakan tentang apa saja peninggalan Buya Hamka baik itu nasihatnya maupun karya-karyanya hingga akhirnya beliau meninggal dunia pada hari Jum’at, tanggal 24 Juli 1981 pada usia kurang lebih 73 tahun karena sakit. Dalam bagian ini diceritakan bagaimana saat-saat beliau sakit, seperti apa suasananya bahkan bagaimana kondisi masyarakat ketika Buya Hamka wafat. Seakan-akan pada alur akhir ini, pembaca diajak untuk ikut mengenang kembali sejarah hidup Buya Hamka sebelum akhirnya cerita tentangkiprah Buya Hamka terhenti ketika beliau tutup usia. Hingga akhirnya pada alu ini, kisah mengenai kiprah hidup Buya Hamka pun diakhiri dengan kepergian Buya Hamka untuk selamanya dengan meninggalkan banyak karya.
B. Interpretasi dalam Novel Ayah... Hasil temuan peneliti dalam novel yang peneliti ambil sebagai bahan penelitian yaitu novel Ayah... menunjukkan bahwa kita dapat menemukan makna dibalik suatu narasi yang rapih dan apik yang terkadang tidak disadari oleh para pembacanya itu sendiri, baik makna itu sengaja dicantumkan oleh penulis atau
112
bahkan mungkin secara tidak sengaja karena terbawa sisi emosional penulis. Dengan menggunakan teori naratif Walter Fisher, peneliti menemukan banyak narasi yang menggambarkan bagaimana kisah hidup Buya Hamka yang banyak dinarasikan sebagai sosok yang dapat kita atau para pembaca teladani. Seperti kita lihat dalam beberapa potongan narasi yang telah dikategorikan oleh peneliti, terdapat banyak pemaknaan keteladanan di dalam alur cerita dan narasi yang terdapat dalam novel Ayah... tersebut. Nilai-nilai keteladanan tentu tidak akan menyentuh hati para pembaca jika disampaikan dengan bahasa yang kaku dan formal. Nilai-nilai keteladanan akan sampai kepada para pembacanya dan akan mudah dipahami jika disampaikan dengan narasi yang menarik dan gaya bahasa yang ringan juga santai sehingga pembaca seakan diberikan sebuah dongeng seorang tokoh tanpa terasa sedang diberikan pelajaran kehidupan apalagi merasa digurui. Setidaknya itu membuktikan bahwa sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Walter Fisher bahwa narasi memiliki pengaruh yang lebih kuat dalam menarik hati para pembaca, karena narasi merupakan suatu bentuk cerita dan kebanyakan orang lebih menyukai untuk mendengarkan cerita ketimbang mendengarkan argumen apalagi teori-teori yang formal. Itu lah salah satu alasan mengapa buku biografi ini dijadikan novel, yaitu agar penulis dapat dengan mudah menyerap, memahami dan menghayati setiap jalannya alur cerita dalam narasi novel tersebut, khususnya dalam narasi keteladanan itu. Selain itu, peneliti juga menganalisis novel biografi Ayah... ini dengan model penelitian analisis naratif Tzvetan Todorov, dimana menurut Todorov
113
dalam setiap penulisan karya tulis tentu tidak akan terlepas dengan yang namanya struktur narasi, yang artinya penulis itu sendiri dengan sadar atau tidak sadar akan mengurut ceritanya ketika ia sedang menulis, dan urutan struktur-struktur narasi itu juga dapat mempengaruhi makna di dalam narasi cerita tersebut. Itulah mengapa banyak karya tulis yang memulai suatu tulisan dengan beragam macam cara, ada yang secara falshback yang memulai cerita dari masa depan lalu mundur kebelakang, adapula yang memulainya secara berurutan dari masa lalu lanjut ke masa selanjutnya. Seperti halnya novel Ayah..., yang memulai ceritanya ketika penulis masih kecil namun sebelum itu pembaca diajak untuk bernostalgia sejenak dengan penyuguhan bab pertama di novel Ayah... tersebut, agar para pembaca yang mungkin awalnya tidak mengenal sosok tokoh utama dalam novel tersebut yaitu Buya Hamka, dapat setidaknya sedikit gambaran tentang sosok tersebut sehingga akan paham dengan alur cerita dalam novel. Dari situlah kita dapat memahami kenapa bab nya dibuat sedemikian rupa dengan adanya sedikit flashback dan juga memulai cerita kembali di bab berikutnya dengan keadaan cerita di masa yang jauh berbeda dari bab pertama, seakan-akan memiliki dua bab awal, karena keduanya merupakan awal penceritaan, dengan bab pertama yang merupakan pengenalan singkat tentang Buya Hamka dan bab dua pun menjadi awal cerita dimana Irfan Hamka (penulis) memulai kenangan indah dan berkesannya dengan Buya Hamka (sosok ayah), yang artinnya dimulainya alur cerita dalam novel. Dengan susunan struktur narasi seperti itu tentu akan memudahkan para pembaca dalam mengingat kembali sosok
114
Buya Hamka atau bahkan memperkenalkann sosok tersebut kepada pembaca yang masih awam dengan sosok Buya Hamka tersebut. Dengan hasil temuan yang dijelaskan diatas yang peneliti dapat dengan penelitian menggunakan teori naratif Walter Fisher dan model analisis naratif Tzvetan Todorov tersebut, kiranya sesuai dengan pernyataan dari seorang editor penerbit yang peneliti jadikan narasumber dalam penelitian ini, yaitu bapak Iqbal Santosa selaku editor senior Republika Penerbit. Berikut pemaparannya; “...jadi disitu kita lebih menonjolkan kisah-kisah Buya Hamkanya tanpa di campuri oleh kisah dari pak Irfan jadi ada beberapa yang kita cut sampe 20 halaman gitu yang menurut kita tentang Irfan Hamka secara personal, misalnya itu dari segi susunan kita ubah gitu kan dari daftar isi kan beda gitu dan ada beberapa yang kita tambahkan, misalmnya tentang nasihat ayah yang dibuku lama tidak ada pun dengan foto-foto kita lebih fokus ke Buya Hamka nya aja”86
Alasan mengapa menggunakan narasi pun beliau paparkan dalam wawancara peneliti dengan editor senior tersebut; “...kita melihat masyarakat sekarang itu masyarakat yang instan serba ingin mudah serba ingin cepat gitu yah, gak mau pusing-pusing jadi ketika dia baca, dia ingin langsung mendapatkan sesuatu dari apa yang dia baca nah itu dia konteks masyarakat sekarang seperti itu, .... jadi sekarang itu instan dari sisi cara penyajiannya kalo dari sisi penerbit, kalo dari sisi pembaca dari sisi dia menyerapnya, instan dia mendapatkannya tapi isinya harus bagus karena kalo kontennya gak bagus mereka juga gak mau gitu, itulah pilihannya kenapa kita pakai gaya novel gitu, ini kan kisah yang akan jauh lebih enak yang jauh akan menyentuh sisi human interest nya dengan gaya novel, jadikan inspirasi itu banyak berkaitan dengan human interest eee… sisi kemanusiaan lah itu akan jauh lebih masuk jauh lebih touchfull kalo dengan pendekatan narasi novel gitu...” 87
86
Wawancara dengan Editor Senior Republika Penerbit, Iqbal Santosa, Jakarta 5 September
2014. 87
2014.
Wawancara dengan Editor Senior Republika Penerbit, Iqbal Santosa, Jakarta 5 September
115
Dari pemaparan tersebut, tergambarlah bagaimana pihak penerbit mengedit dan merombak isi dari novel Ayah... secara detail dan fokus yang artinya dari semua tindakan perombakan itu tentu ada maksud tertentu, salah satunya seperti ingin mengenalkan sosok Buya Hamka kembali kepada generasi muda yang mungkin hampir lupa dan bahkan tidak mengenal Buya Hamka. Sehingga mereka (Republika Penerbit) menyusun isi novel Ayah... sedemikian rupa agar terlihat menarik dan mudah untuk dipahami oleh generasi muda. Hal itu pun sesuai dengan tujuan di terbitkannya novel Ayah... ini, berikut pemaparannya; “Ya itu tadi yang kembali kepada soal bahwa kita ingin kembali memperkenalkan seorang tokoh yang eee... pernah hadir di Indonesia eee... beliau tidak lulus satu pun pendidikan formal tapi mendapat gelar doctor Honoris Causa di 2 universitas, Universitas Al-Azhar dan Universitas Doktor Mustofo Beragama, di Universitas Al-Azhar mungkin, mungkin yah, beliaulah satu-satunya tokoh yang mendapatkan gelar bersama ayahnya di Universitas yang sama...”88
Seperti halnya temuan yang peneliti dapatkan, bahwa adanya banyak narasi keteladanan di dalam novel Ayah... karya Irfan Hamka tersebut, dan rupanya itupun hal yang disengaja oleh pihak penerbit. Editor nya langsung yang mengatakan demikian; “...disini jelas terlihat bagaimana kita ingin menunjukkan soal keteladanan Buya dalam hal eee... beliau eee... apa namanya kegilaanya dalam membaca gitu yah, ada banyak hal teladan soal proses belajar beliau yang pantang menyerah gitu beliau sampai belajar ke Mekkah sendiri yah beliau sendiri beliau hidup disana dengan bekerja, itu belajar itu yang menjadi semangat, trus teladan-teladan beliau yang lain soal 88
2014.
Wawancara dengan Editor Senior Republika Penerbit, Iqbal Santosa, Jakarta 5 September
116
eee… ckk… apa namanya, pemaaf yang luar biasa gitu, misalnya cerita dnegan Soekarno, cerita dengan Pramoedi Anantatoer jadi disitu kita bisa melihat teladan Buya dalam hal memaafkan, jadi kita ingin sosok ini menjadi teladan dotengah eee… sepinya eee… masyarakat Indonesia dari tokoh-tokoh yang bisa dijadikan idola, ditengah-tengah eee… sepinya kita mendaptkan tokoh-tokoh yang bisa dijadikan idola nah kita pingin kita pernah punya kok tokoh yang seperti ini yang berbeda dengan tokohtokoh yang sekarang gitu, banyak baik ulamanya maupun politisinya kan kita lihat banyak ustadz yang “komersil” terus eee… politisi yang eee… apa namanya, hubungan secara relationship nya kurang bagus gitu karena mereka bersebrangan karna pilihan politik lah, kita ingin kemudian sosok Buya Hamka ini hadir menjadi panutan.” 89
Keteladanan dan contoh teladan yang baik. Itulah kiranya yang ingin novel ini sampaikan kepada para pembaca. Mereka ingin para pembaca bukan hanya sekedar tahu tentang kisah hidup Buya Hamka yang begitu menarik juga unik namun mereka juga ingin membuat para pembacanya terinspirasi dengan novel biografi yang penuh dengan kisah inspiratif dari tokoh ulama besar seperti Buya Hamka tersebut. Sengaja menggunakan sebuah buku biografi dengan sajian buku novel. Sehingga membuat bahasa yang digunakan dalam menarasikan karakter tokoh Buya Hamka jadi semakin ringan dan mudah dimengerti seperti layaknya sebuah novel. Keteladanan atau memberikan contoh yang dapat diteladani memang merupakan suatu cara yang tepat untuk mengarahkan masyarakat zaman sekarang kepada hal yang baik karena dengan keteladanan, orang yang melihat atau mengetahui suatu kisah teladan dalam sebuah novel, dengan sendirinya akan
89
2014.
Wawancara dengan Editor Senior Republika Penerbit, Iqbal Santosa, Jakarta 5 September
117
sedikit tergugah dengan kisah tersebut, terlebih disampaikan dengan narasi yang begitu rapi tentu pembaca tidak akan merasa digurui oleh sebuah novel atau oleh seorang novelis. Mereka hanya akan menganggap bahwa tulisan itu bagus dan menginspirasi. Dalam novel Ayah... ini, mereka mengkategorikan keteladanan dalam tiga keadaan, dimana ketiga hal itu membahas keseharian Buya Hamka baik di dunia keluarga, agama juga negara yang tentunya dapat dijadikan contoh teladan bagi para pembacanya. Dari hasil temuan, terdapat banyak sekali narasi yang menyangkut ketiga hal tersebut dan setelah melakukan wawancara ternyata benar adanya, bahwa ada tiga unsur penting mengenai keteladanan yang ingin penerbit dan penulis ungkapkan di novel tersebut. Tiga hal itu pun rupanya tersimbolkan dengan judul novel yang memiliki tiga titik di belakang judul seperti ini “Ayah...”. Pihak penerbit pun mengiyakan hal tersebut. “...ayah dan titiknya 3, kita berharap bahwa sosok Buya Hamka ini sosok ayah bagi keluarganya, Buya Hamka ini sosok ayah bagi umat islam, Karena beliau ini adalah seorang…, Buya Hamka ini adalah seorang ayah bagi bangsa Indonesia karena beliau adalah pahlawan nasional.”90
Mengajak orang lain untuk menirukan kebaikan memang banyak sekali caranya, hanya saja kita tinggal mengembangkan cara bagaimana orang itu dapat mengikuti apa yang kita arahkan. Cara menggurui tentu hanya beberapa orang yang dapat menerima hal seperti itu namun jika dengan perlahan tapi pasti seperti
90
2014.
Wawancara dengan Editor Senior Republika Penerbit, Iqbal Santosa, Jakarta 5 September
118
penyampaian maksud dan makna lewat sebuah narasi dalam sebuah novel maka akan lebih efektif kiranya. Narasi kini bukan hanya media yang digunakan untuk sekedar hiburan berupa bacaan akan tetapi juga dapat digunakan sebagai alat komunikas antar sesama. Seperti halnya dari penulis kepada pembaca, dimana penulis berusaha memainkan kata selihai mungkin agar idenya dapat diterima dan dipahami oleh para pembacanya. Dalam novel Ayah... ini terdapat tiga kondisi dimana Buya Hamka terdeskripsikan sebagai tokoh yang dapat kita teladani. Diantaranya keteladanan Buya Hamka dalam keluarga, agama dan negara. Dalam hal agama, terlihat jelas sekali bagaimana penulis terus menonjolkan kebaikan dan semngat Buya Hamka dalam mendidik anak-anaknya. Memberikan pengarahan yang sesuai dengan kemampuan anak juga berusaha bijak dalam segala hal ketika menghadapi permasalahn keluarga. Kisah-kisah itu seakan ingin mencontohkan pada para pembaca bahwa seperti inilah keluarga Buya Hamka, dan seperti ini juga peerlakuan Buya Hamka terhadap keluarganya. Itu untuk keluarga, berbeda dengan kisah-kisahnya dengan dunia agama, bagaimana Buya hamka terus berjuang menegakkan syariat Islam dengan baik dan tegas bahkan hingga akhir hayatnya. Semua itu seakan mengajak para pembaca untuk juga meniru semangat Buya Hamka dalam beribadah kepada Allah Swt. Selain itu juga, tidak ketinggalan keteladanan dalam hal kenegaraan, mengingat saat ini keadaan pemerintahan negara kita sedang mengalami banyak
119
masalah. Buya Hamka pun pernah mendapatkan masalah yang berkaitan dengan pemerintahan, seperti halnya saat pro kontra penobatan Buya Hamka sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia sampai saat menjabat dan kembali terjadi pro kontra mengenai fatwa yang dikeluarkan olehh beliau. Dalam banyaknya narasi yang berkaitan Buya Hamka dengan pemerintahan, seakan-akan penulis ingin menyampaikan bahwa kehidupan dunia politik sangatlah sulit, semua kembali kepada kita, seperti apa kita menyikapi semua masalah yang kita hadapi. Sehingga, pada intinya peneliti pun beranggapan, berdasarkan data-data hasil temuan dalam melakukan penelitian novel Ayah... terdeskripsikanlah, bahwa novel ini memang dibuat untuk dapat menginspirasi para pembacanya dengan berbagai kisah teladan yang dapat kita tiru dikehidupan sehari-hari. Novel ini mengajak para pembacanya bukan hanya agar mereka mengenal Buya Hamka seperti halnya yang dilakukan buku-buku biografi lainnya, melainkan juga penulis dan penerbit seakan-akan ingin menyampaikan nilai-nilai positif dari kisah keteladanan Buya Hamka yang menyangkut tentang aqidah dan akhlak yang sesuai dengan syariat Islam dalam berbagai kondisi. Dari semua pemaparan itu, dapat kita pahami, bahwa artinya, dalam dunia komunikasi, narasi bukanlah suatu bentuk hiburan dalam bentuk bacaan semata akan tetapi narasi merupakan suatu alat dimana tampilannya dan penyajiannya dapat digunakan sebagai penyampai pemikiran seorang penulis atau pihak terkait agar apa yang ingin mereka sampaikan kepada para pembacanya dapat dengan mudah dimengerti dan dipahami.
120
Terlebih jika menggunakan narasi dengan alur cerita yang tidak rumit dan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dicerna oleh otak, tentu itu bisa membuat para pembacanya semakin mudah untuk terpengaruh dengan bacaannya atau setidaknya dapat dengan mudah menyimpulkan suatu bacaan yang terdapat di dalam novel yang penulis itu tulis. Dengan begitu maksud dari penulisan sebuah novel, dapat tersampaikan dengan baik kepada para pembaca yang senang akan suatu bentuk narasi seperti halnya novel biografi, yang merupakan kisah kehidupan nyata yang dapat kita jadikan bacaan bermanfaat sekaligus sebagai bacaan hiburan yang ringan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Narasi merupakan suatu upaya seseorang untuk memberitahu suatu kejadian. Narasi adalah cara seseorang memberitahukan sebuah rentetan cerita kepada orang lain baik secara lisan maupun melalui media tulisan, misalnya saja seperti penulis yang ingin menyampaikan ceritanya kepada orang lain dengan cara menggunakan sebuah tulisan berisikan cerita yang ingin disampaikan. Narasi juga dapat diartikan sebagai cerita sedangkan makna dari cerita adalah suatu tulisan yang mempunyai karakter, setting, waktu, masalah, mencoba memecahkan masalah dan memberikan solusi dari masalah tersebut. Dapat kita ambil contoh yaitu cerita pendek (cerpen), novel, cerita bersambung (cerber), dan juga tulisan dari sebuah skenario yang digunakan sebagai bahan dalam sebuah pembuatan film. 1 Begitu pula termasuk ke dalamnya sebuah novel yang bertuliskan suatu kisah. Semua teks tersebut memiliki struktur narasi. Artinya, semua teks ditulis dan dibuat dengan cara bercerita tertentu dengan maksud agar dapat dipahami dan diketahui oleh khalayak khususnya para pembaca. Seperti halnya novel biografi berjudul Ayah… karya Irfan Hamka tersebut. Dalam sudut pandang Walter Fisher menurutnya, teori naratif merupakan teori yang mengemukakan keyakinan bahwa manusia adalah seorang pencerita dan bahwa pertimbangan akan nilai, emosi, dan estetika menjadi dasar keyakinan dan
1
Nurudin, Dasar-Dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), h. 71
121
122
perilaku kita. Orang-orang dapat terpengaruh atau terbujuk oleh sebuah cerita ketimbang oleh suatu argumen.2 Narasi, bagi Fisher lebih dari sekedar cerita yang memiliki plot dengan awal, pertengahan dan akhir. Narasi mencakup deskripsi verbal atau nonverbal apapun dengan urutan kejadian yang oleh para pendengar diberi makna. Pemikiran Fisher sangat luas. Ia berargumen bahwa naratif bukan sebuah genre khusus (cerita dibandingkan dengan puisi misalnya), melainkan sebuah bentuk pengaruh sosial dan menurutnya kehidupan pun disusun dari cerita-cerita atau naratif.3 Seperti halnya narasi keteladanan yang banyak terdapat di novel biografi Ayah… tersebut. pada hakikatnya ketika kita ingin memnuliskan dan menceritakan suatu kisah biografi seorang sosok tentu kita dapat menyajikannya dengan gaya buku non-fiksi seperti buku biografi ilmiah yang banyak menggunakan bahasa yang baku dan juga formal akan tetapi berebda dengan yang disajikan oleh novel Ayah… ini, biografi sosok Buya Hamka digambarkan dan diceritakan dengan gaya novel yang penggunaan bahasanya merupakan bahasa yang ringan, santai dan menghibur sehingga kisah Buya Hamka menjadi lebih menarik untuk di ceritakan dan di baca oleh para pembacanya. Disitu terlihat jelas bagaimana penarasian suatu kisah keteladanan Buya Hamka sangatlah mendominasi dalam novel tersebut. sehingga terlihat adanya unsure
2
Richard West dan Lynn H. Turner, penerjemah; Maria Natalia Damayanti Maer, Pengantar Teori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi, Edisi 3, Novel 2, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2008), h. 44 3 Richard West dan Lynn H. Turner, penerjemah; Maria Natalia Damayanti Maer, Pengantar Teori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi, Edisi 3, Novel 2, h. 51.
123
kesengajaan dalam penempatan narasi keteladanan yang terdapat disetiap bagian novel yang ada 10 bagian. Itu artinya, dengan adanya novel biografi atau suatu buku biografi yang disajikan dengan gaya novel yang didalamnya berisikan banyak narasi keteladanan, penulis ingin menyampaikan suatu makna keteladanan seorang sosok mengagumkan lewat narasi yang ada didalam novel tersebut dan dalam novel tersebut Buya Hamka lah yang menjadi sosok yang dikisahkan dalam narasi. Hal itu pun dibenarkan oleh pernyataan editor Republika Penerbit yang juga ikut serta dalam isi dari novel tersebut, bahwa benar adanya alasan mengapa biografi Buya Hamka disajikan dengan gaya novel bertujuan untuk menyampaikan nilai-nilai kebaikan yang ada dalam sosok ulama Indonesia dengan narasi keteladanan Buya Hamka sehingga diharapkan para pembaca ikut menghargai sosok tersebut dan juga dapat meneladaninya dengan cermat. Terdapat unsur kesengajaan dimana banyak kisah keteladanan Buya Hamka tercantum didalam novel tersebut. Dari hasil observasi, peneliti menemukan tiga ranah khusus yang dibahas dalam novel tersebut, dan hal itu sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan pihak tersebut. Diantaranya, seperti narasi bagaimana keteladanan Buya Hamka dalam menghadapi masalah dan berbagai macam perkara dari tiga ranah dan kondisi yang berbeda, yaitu permasalahan Keluarga, Agama, dan Negara. Banyak narasi yang menceritakan bagaimana Buya Hamka menghadapi permasalahn dari tiga ranah tersebut. Sehingga membuat para pembaca terinspirasi dengan sikap yang digunakan Buya Hamka dalam hal menghadapi permasalahan.
124
Kembali kepada narasi, seperti halnya menurut Fisher, narasi bukan hanya sekedar alur dan plot saja, namun ada makna terkandung didalamnya. Begitu punn menurut Todorov, dalam pemaknaan tersembunyi, ada struktur narasi yang rapi di dalamnya. Itu artinya, penulis dan editor dari novel ini ingin sekali mengajak para pembacanya ntuk bisa mengambil keteladanan pada diri Buya Hamka, yang dijadikan contoh dari setiap kejadian dalam novel Ayah... tersebut. Berikut penuturan dari pihak editor senior Republika Penerbit, Iqbal Santosa: “...disini jelas terlihat bagaimana kita ingin menunjukkan soal keteladanan Buya dalam hal eee... beliau eee... apa namanya kegilaanya dalam membaca gitu yah, ada banyak hal teladan soal proses belajar beliau yang pantang menyerah gitu beliau sampai belajar ke Mekkah sendiri yah beliau sendiri beliau hidup disana dengan bekerja, itu belajar itu yang menjadi semangat, trus teladan-teladan beliau yang lain soal eee… ckk… apa namanya, pemaaf yang luar biasa gitu, misalnya cerita dnegan Soekarno, cerita dengan Pramoedi Anantatoer jadi disitu kita bisa melihat teladan Buya dalam hal memaafkan, jadi kita ingin sosok ini menjadi teladan dotengah eee… sepinya eee… masyarakat Indonesia dari tokoh-tokoh yang bisa dijadikan idola, ditengah-tengah eee… sepinya kita mendaptkan tokoh-tokoh yang bisa dijadikan idola nah kita pingin kita pernah punya kok tokoh yang seperti ini yang berbeda dengan tokoh-tokoh yang sekarang gitu, banyak baik ulamanya maupun politisinya kan kita lihat banyak ustadz yang “komersil” terus eee… politisi yang eee… apa namanya, hubungan secara relationship nya kurang bagus gitu karena mereka bersebrangan karna pilihan politik lah, kita ingin kemudian sosok Buya Hamka ini hadir menjadi panutan.” 4
Buya Hamka memang merupakan ulama besar Indonesia yang karya tulisnya berhasil menyebar luas ke negeri-negeri tetangga, seperti Malaysia. Ia juga merupakan
sosok
pahlawan
yang
ikut
berjuang
juga
dalam
masa-masa
memperebutkan kemerdekaan Indonesia sejak zaman penjajahan dahulu kala. Bahkan
4
Wawancara dengan Editor Senior Republika Penerbit, Iqbal Santosa, Jakarta 5 September 2014.
125
setelah wafat beliau mendapatkan apresiasi dari Indonesia yang dinobatkan sebagai salah satu pahlawan Indonesia. Banyaknya aktivitas dan kiprahnya didunia dakwah menjadikan ia contoh yang cukup baik untuk bisa orang lain tiru. Apalagi mengenai semangat hidup dan belajarnya yang tak pernah padam, seakan-akan mengajak kita untuk juga bisa ikut semangat dalam mengadapi masalah dan juga kehidupan dan pantang menyerah dalam menuntut ilmu. Keteladanan yang hakiki tentu berasal dari Rasulullah SAW, itu menurut ajaran Islam. Sosok teladan itu pun disebutkan dalam firman Allah Swt, yaitu: “Sesungguhnya telah ada bagi kamu sekalian pada diri Rasulullah uswah hasanah bagi orang yang mengharap ridha allah dan hari akhir serta berdzikir kepada Allah dengan dzikir yang banyak”. (QS. Al-Ahzab: 21) Namun selain dari sosok baginda Rasulullah SAW, keteladanan pun dapat kita ambil dari umat manusia seperti orang-orang alim ulama dan sebagainya, sepertinya yang disebutkan dalam Alquran berikut ini: “Sesungguhnya pada diri mereka (Ibrahim dan umatnya) ada suri teladan bagi orang yang mengharap pahala Allah dan keselamatan pada hari kemudian (hari akhir). Dan barangsiapa yang berpaling, sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Al-Mumtahanah: 6)5
Sedangkan dalam model analisis naratif Tzvetan Todorov narasi itu memiliki struktur. Model analisis ini membahas tentang cara dan struktur bercerita dan dari suatu teks mengenai suatu peristiwa atau kejadian. Baginya analisis naratif memiliki suatu kelebihan dari analisis lain. Dengan analisis naratif kita dapat menemukan
5
Al-Ustadz Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, (Surakarta: Era Intermedia, 2000), h. 28.
126
makna tersembunyi dibalik sebuah teks dan mengetahui bagaimana nalar dan pemikiran sari pembuat cerita ketika mengisahkan suatu kronologi kejadian atau peristiwa.6 Terkadang para pembaca tidak terlalu memperdulikan sebuah penempatan struktur dan susunan suatu narasi. Padahal struktur yang disusun sedemikian rupa yang terdapat dalam alur cerita itulah yang ikut mempengaruhi makna. Seperti halnya sstruktur narasi yang digunakan penulis dan penerbit novel Ayah… tersebut. Pada bagian pertama atau bagian awal, penulis dengan sengaja menyajikan suatu kisah kilas balik dimana bagian satu tersebut menceritakan tentang siapa itu Buya Hamka, sosok seperti apa dan apa posisinya di Negara Indonesia juga apa saja yang pernah dilakukan Buya Hamka semasa jadi sosok terkenal. Itu tentu dengan sengaja di taruh dibagian awal denga tujuan agar para oembaca yang tadinya tidak mengenal atau masih awam dengan sosok Buya Hamka jadi sedikit mengenalnya dan membawa para pembaca menjadi semakin mudah dalam memahami narasi kisah kehidupan Buya Hamka terlebih tentang keteladanannya. Setelah bagian awal yang berisi kilasan singkat tentang Buya Hamka, barulah di bagian kedua novel Ayah... tersebut kisah perjalanan hidup Buya Hamka dimulai. Dengan adanya awalan cerita yang cukup membuat para pembacanya terarah dengan sosok Buya Hamka, kini di bagian dua, para pembaca diajak untuk mengenal kisah hidup Buya Hamka yang hampir dilupakan oleh waktu. Barulah di bagian-bagian
6
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, (Jakarta: Kencana, 2013), h. v .
127
selanjutnya kisah Buya Hamka mulai mengalir secara berurutan hingga beliau wafat dan meninggalkan banyak karya. Penggunaan struktur narasi yang rapi seperti yang dijelaskan diatas merupakan suatu cara bagaimana penulis menyampaikan isi dan makna narasi yang ada di dalam cerita kisah hidup Buya Hamka tersebut. Dengan diawali bagian satu yang berisikan pengenalan mengenai sosok Buya Hamka kepada pembacanya lalu dilanjutkan dengan bagian kedua dan seterusnya yang berisikan pejalanan hidup Buya Hamka. Dengan struktur yang seperti itu, akan memudahkan para pembaca yang awalnya masih awam dengan sosok Buya Hamka jadi dapat memahami siapa dan seperti apa Buya Hamka tersebut. Sehingga, jika para pembaca sudah dengan mudah mengenal sosok Buya Hamka maka akan dengan mudah juga menyerap kisah Buya Hamka yang di kisahkan dalam novel Ayah… tersebut. dengan begitu makna apa yang ingin disampaiakn dalam novel Ayah… akan ikut menjadi mudah juga untuk didapatkan dan dipahami oleh para pembaca itu artinya apa yang ingin dikisahkan dapat sampai pada tujuan penulisannya. Terlebih jika ada narasi keteladanan yang ingin disampaikan dalam novel tersebut. tentu pemakaian struktur narasi yang rapi akan mempengaruhi makna naras keteladanan itu juga. Sehingga para pembaca juga dapat mengambil manfaat dari kisah yang dinarasikan khususnya dalam narasi keteladanan Buya Hamka yang mendominasi isi dari novel Ayah… karya Irfan Hamka tersebut. Jadi, memang benar apa yang dikatakan oleh Todorov bahwa struktur bukan hanya susunan suatu narasi yang hanya membuat cerita menjadi rapi tapi struktur
128
juga mempengaruhi penyampaian makna tulisan kepada para pembaca dan membuat para pembaca juga menjadi lebih paham dengan apa yang mereka baca.
B. Saran Setelah melakukan penelitian terhadap novel Ayah... karya Irfan Hamka tersebut. Terdapat beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan khususnya menyangkut dunia narasi, komunikasi, dakwah dan keterkaitannya dengan keteladanan. Di zaman sekarang ini, sebaiknya para penulis memanfaatkan media tulis khususnya narasi untuk hal-hal positif, bukan hanya untuk hiburan otak dan daya khayal semata namun juga suatu cara dalam menyampaikan aspirasi, ide atau pola pikirnya. Seperti halnya novel Ayah… ini. Di lihat dari segi komunikasi, novel ini memang menarik, karena membungkus suatu biografi menjadi seperti sebuah novel non-fiksi dengan diisi kejadian-kejadian nyata. Irfan Hamka seakan ingin menyampaikan pemikirannya mengenai keseharian Buya Hamka yang baik sehingga dapat kita teladani, dan menjadikan tokoh tersebut sebagai tokoh inspirasi para pembaca. Keteladanan Buya Hamka seakan menjadi hal penting ketika sudah dinarasikan olehnya. Narasi merupakan suatu rentetan cerita dimana pembacanya akan dibawa kepada pola pikir si penulis sehingga jika bacaan tersebut dihayati maka tentu akan memberikan suatu pengaruh terhadap pembacanya, baik itu bersifat positif maupun negatif, karena narasi seakan mengajak para pembacanya untuk berfantasi bebas.
129
Bayangkan jika narasi digunakan bukan hanya untuk menyampaikan sebuah kisah melainkan digunakan untuk berdakwah, tentu orang yang membaca tulisan tersebut akan ikut terhanyut dengan alur cerita dan mengambil ilmu-ilmu dari sebuah narasi tersebut dan si pembaca bahkan tidak akan merasa bahwa ia sedang diceramahi, mereka hanya akan menarik kesimpulan dan pemahaman masing-maisng dari bacaan tersebut. Sehingga bagi peneliti sebuah narasi pastinya akan memberikan efek yag signifikan khususnya terhadap pola pikir para pembacanya. Saran peniliti untuk para penulis, jika seorang penulis ingin menyampaikan suatu kisah atau bahkan suatu ilmu pengajaran mengenai nilai-nilai keagamaan kepada khalayak, namun tidak ingin bersifat menggurui, menggunakan narasi akan menjadi salah satu cara yang efektif, tergantung bagaimana penulis itu memainkan kata-katanya dan menarasikan pemikirannya. Seperti halnya Irfan Hamka dalam penulisan novel berjudul Ayah... ini, ia berhasil membuat membuat tokoh Buya Hamka jadi lebih dikenal oleh para pembacanya dengan narasi yang tersusun rapi dan bahkan novelnya menjadi novel best seller. Sedangkan saran untuk para pembaca, saat ini narasi memang banyak digunakan orang-orang atau penulis untuk mengisahkan sejarah atau membuat suatu novel biografi. Dengan adanya hal itu, membuat para pembaca dituntut untuk berpikir lebih terbuka terhadap setiap bacaan yang kita baca, mengajak kita untuk lebih kritis atau setidaknya lebih objektif dalam mengambil kesimpulan disetiap bacaan yang kita baca. Karena novel kini bukan hanya bacaan untuk hiburan otak semata yang penuh dengan daya khayal, melainkan juga sudah menjadi suatu media untuk menyampaikan ide/ gagasan bahkan pola pikir seseorang kepada para pembacanya.
130
Sehingga para pembaca, baik dari kalangan akademisi atau orang biasa, disarankan untuk lebih bijak dalam menyimpulkan suatu bacaan, jangan mudah menelan mentah-mentah begitu saja penbetahuan yang didapat dari bacaan yang kita dapat, agar kita tidak salah langkah ketika berpikir dan juga tidak mudah terpengaruh oleh novel yang kita baca. Sehingga kita akan menjadi pembaca yang bijak dalam mengambil ilmu dari setiap bacaan terlebih jika sudah menyangkut tentang nilai-nilai keagamaan.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku: Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah, 2009. Ardianto, Elvinaro; Q-Anees, Bambang. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007. As-Sayyid, Majdi Fathi; Misbah. Larangan Rasulullah SAW untuk Wanita. Jakarta: Najla Press, 2005. Bahreisj, Husein. Himpunan Fatwa. Surabaya: Al Ikhlas, 1992. Beheshti, S.H.M. Pandangan Hidup Muslim. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993. Bruinesse, Martin Van. Urban Sufism. Jakarta: Rajawali Pers, 2008. Department Agama RI, Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an. Al-Qur’an Karim. Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1999. Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media. Jakarta: Kencana, 2013. Faizah; Effendi, Lalu Muchsin. Psikologi Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2006. Fillah, Salim A. Agar Bidadari Cemburu Padamu. Yogyakarta: Pro-U Media, 2013. ________ . Dalam Dekapan Ukhuwah. Yogyakarta: Pro-U Media, 2012. ________ . Jalan Cinta Para Pejuang. Yogyakarta: Pro-U Media, 2008. Hamka, Irfan. Ayah... . Jakarta: Republika Penerbit, 2013. Hikmat, Mahi M. Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011. 131
132
Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007. Mardjoned, Ramlan. KH. Hasan Basri 70 Tahun: Fungsi Ulama dan Peranan Masjid. Jakarta: Media Da’wah, 1990. Masyhur, Al-Ustadz Musthafa. Teladan di Medan Dakwah. Surakarta: Era Intermedia, 2000. Nasional, Departemen Pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Ed. 4, 2008. Nasution, Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009. Nurudin, Dasar-Dasar Penulisan. Malang: UMM Press, 2010. Qardhawi, Yusuf. Al-Qur’an Berbicara Tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Gema Insani, 1998. Rohim, Masykur. The Qur’an and Hadith; Accompanied By Commentary. Bogor: Ummul Quro Al-Islami Foundation, 2009. Salam, Abu Yahya Badru, Lc. Amalan Penebus Dosa. Jakarta: Naashirusunnah, 2014. Uwaidhah, Mahmud Abdul Latif. Pengemban Dakwah: Kewajiban dan Sifatsifatnya. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2003. West, Richard; Turner, Lynn H.; Damayanti Maer, Maria Natalia. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2008.
133
Referensi Internet: http://eapriani51.wordpress.com/2013/03/27/biografi-dan-autobiografi/ http://id.wikipedia.org/wiki/Haji_Abdul_Malik_Karim_Amrullah, http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/11/biografi-buya-hamka-sastrawanindonesia.html http://id.wikipedia.org/wiki/Biografi http://sastra-sastradanseni.blogspot.com/2011/03/metode-penelitian-sastra-disusunolehal.html http://ammydotcom.blogspot.com/2011/02/apa-itu-keteladanan.html http://id.m.wikipedia.org/wiki/Novel http://adeku-bahasaku.blogspot.com/2011/10/perbedaan-karya-fiksi-dannonfiksi.html?m=1 http://www.goodreads.com/book/show/17983604-ayah
LAMPIRAN-LAMPIRAN
TRANSKIP HASIL WAWANCARA DENGAN EDITOR SENIOR REPUBLIKA PENERBIT
Pewawancara : Suci Kusmayanti Narasumber : Iqbal Santosa Jabatan: Editor Senior Rapublika Penerbit Hari/ Tanggal: Jumat, 5 September 2014 Pukul : 10.00 s/d selesai WIB Tempat : kantor Republika Penerbit, Ragunan
1. Apa yang melatar belakangi Republika Penerbit dalam menerbitkan buku Ayah… ini ? Jawab: Awalnya ingin menerbitkan kembali eee… karya-karya Hamka, 2 tahun yang lalu lah, kita pingin misalnya menerbitkan kembali tafsir al-azhar, tasawuf modern, gitu kan, akhirnya kita menghubungi pihak keluarga untuk mendapatkan izin menerbitan buku-buku tersebut, dalam proses ngobrol soal keinginan kita untuk menerbitkan kembali buku-buku Buya Hamka, salah satu putra beliau pak Irfan Hamka ngasih naskah ini, Kisah-Kisah Abadi Bersama Ayahku Hamka (menyebutkan judul buku sambil menunjukkan buku tersebut), jadi buku ini ceritanya yang kita dengar belakangan dari pak Irfan waktu 100 tahun Buya
Hamka ada kepanitiaan dibentuk untuk memperingati hari itu dan eee... salah satu acaranya mereka membuat panitia ini membuat buku Buya Hamka, nah pak Irfan merasa ya ngapain susah-susah karna punya catatan-catatan personal, jadi sejak kecil sejak SMP tepatnya dengan mengikuti apa yang dilakukan Buya Hamka, pak Irfan selalu mencatat apa yang dia lihat apa yang dia rasakan terutama terkait tentang kebersamaanya bersama Buya Hamka, nah jadi ketika di ulang tahun itu beliau berpikir, punya catatan-catatan Buya Hamka kenapa gak dibikin buku gitu, akhirnya berdasarkan catatan-catatan itulah pak Irfan bikin buku ini namun ternyata entah berbagai alasan panitia tidak menerbitkan buku ini karena panitia sudah punya yang lain, akhirnya pak Irfan eee... menemui rektor universitas kampus muhammadiyah UHAMKA mereka mau menerbitkan dengan jumlah yang terbatas, ketika diterbitkan responnya sangat baik tapi karena eee.... mungkin ini kampus gitu yah jadi isinya terbatas akhirnya pak Irfan menawarkan ke kita (pihak Reublika Penerbit) lalu kita lihat, eee... dari sisi ide kita lihat buku ini menarik isinya gitu yah karena ada 2 hal, satu, sosok Buya Hamka, kita kenal tokoh agama yang sempurna lah kira-kira gitu yah, dia seorang ulama, budayawan, politikus juga, pejuang, sastrawan juga gitu yah jadi beliau punya kemampuan orasi yang sangat baik, kemampuan narasi yang baik jadi tulisan dan lisan beliau sama-sama kuat gitu dan kita melihat bahwa generasi tahun 80 an itu sudah tidak banyak mengenal lagi tokoh ini, mereka tidak bersentuhan, kalo generasi 70 an itu masih dengar lah baik cerita dari orang tuanya atau dari buku, gitu lah kita ingin kembali memperkenalkan sosok Buya Hamka pada publik gitu bahwa kita itu pernah punya tokoh yang luar biasa gitu akhlaknya baik,
pemikirannya moderat, jernih, eee... tidak punya pretensi politik apapun gitu banyak teladannya lah, kira-kira gitu, itu sisi pertama terus sisi kedua kita melihat eee... apa yang telah dilakukan pak Irfan sebagai anak tentu memiliki kelebihan gitu, ada banyak hal tentang Hamka yang tidak mungkin diketahui oleh orang luar kecuali oleh keluarganya sendiri, ada banyak cerita tentu ini karena orang terdekat lah gitu, akan ada banyak hal yang bisa diungkap tentang Buya Hamka, dia tahu apa yang tiodak diketahui oleh orang banyak, di sisi yang lain juga akan ada banyak hal yang tidak mungkin Buya Hamka mengungkapkan sendiri tentang dirinya walaupun Buya bisa menulis, jadi itu kelebihan sisi pak Irfan gitu, dua hal itulah yang kemudian eee... membuat kita mau menerbitkan meskipun telah diterbitkan oleh UHAMKA.
2. Untuk pihak penerbit, berapa lama proses pembuatan buku ini ? Jawab: Kita membutuhkan waktu yang cukup lama, 6 bulan untuk menemukan dari sini (menunjuk buku lama) menjadi buku itu (menunjuk buku Ayah...) jadi dari proses penerbit, 6 bulan itu editingnya jadi bukan editing sih sebenernya mau diapainnya gitu loh, ini mau diseperti apakan eee... ininya eee... perombakannya mau diapakan lagi, karena kalo kita melihat dari sisi itu memiliki potensi (buku lama) cuman kalo penyajiannya seperti ini kita ragu bahwa apa yang kita harapkan itu bisa sampai, yang soal memeprkenalkan salah satunya misalnya yang kita lihat disini ini antara kisah Buya dengan kisah pak Irfannya itu hampir 60:40 gitu jadi disini masih ada kisah-kisah pak Irfannya meskipun ada kaitan dengan Buya
Hamka gitu kalo yang disitu kita hilangkan (buku Ayah...) kisah-kisah secara personal sebagai penulis jadi disitu kita lebih menonjolkan kisah-kisah Buya Hamkanya tanpa di campuri oleh kisah dari pak Irfan jadi ada beberapa yang kita cut sampe 20 halaman gitu yang menurut kita tentang Irfan Hamka secara personal, misalnya itu dari segi susunan kita ubah gitu kan dari daftar isi kan beda gitu dan ada beberapa yang kita tambahkan, misalmnya tentang nasihat ayah yang dibuku lama tidak ada pun dengan foto-foto kita lebih fokus ke Buya Hamkanya aja, nah itu kita butuh . tapi dari sisi data kita harus akui bahwa kan Irfan Hamka usianya sekarang skitar 71 waktu menulis skitar usia 68 an dari usia seperti itu beliau masih ingat peristiwa-peritiwa ketika usianya 5 tahun. Kira-kira begitu prosesnya.
3. Termasuk kedalam kategori jenis apa, buku Ayah… ini ? Jawab: Buku biografi, dengan gaya novel, kalo dalam genre buku itu kan disebutnya memoar tapi memoarnya yang ditulis oleh orang terdekat, kategorinya memoar, lebih tepatnya biografi hanya saja eee... penyajiannya dengan pendekatan novel.
4. Apa tujuan penerbitan buku Ayah… tersebut ? Jawab: Ya itu tadi yang kembali kepada soal bahwa kita ingin kembali memperkenalkan seorang tokoh yang eee... pernah hadir di Indonesia eee... beliau tidak lulus satu pun pendidikan formal tapi mendapat gelar doctor Honoris Causa di 2 universitas,
Universitas Al-Azhar dan Universitas Doktor Mustofo Beragama, di Universitas Al-Azhar
mungkin,
mungkin
yah,
beliaulah
satu-satunya
tokoh
yang
mendapatkan gelar bersama ayahnya di Universitas yang sama. Disini jelas terlihat bagaimana kita ingin menunjukkan soal keteladanan Buya dalam hal eee... beliau eee... apa namanya kegilaanya dalam membaca gitu yah, ada banyak hal teladan soal proses belajar beliau yang pantang menyerah gitu beliau sampai belajar ke Mekkah sendiri yah beliau sendiri beliau hidup disana dengan bekerja, itu belajar itu yang menjadi semangat, trus teladan-teladan beliau yang lain soal eee… ckk… apa namanya, pemaaf yang luar biasa gitu, misalnya cerita dnegan Soekarno, cerita dengan Pramoedi Anantatoer jadi disitu kita bisa melihat teladan Buya dalam hal memaafkan, jadi kita ingin sosok ini menjadi teladan dotengah eee… sepinya eee… masyarakat Indopnesia dari tokoh-tokoh yang bisa dijadikan idola, ditengah-tengah eee… sepinya kita mendaptkan tokoh-tokoh yang bisa dijadikan idola nah kita pingin kita pernah punya kok tokoh yang seperti ini yang berbeda dengan tokoh-tokoh yang sekarang gitu, banyak baik ulamanya maupun politisinya kan kita lihat banyak ustadz yang “komersil” terus eee… politisi yang eee… apa namanya, hubungan secara relationship nya kurang bagus gitu karena mereka bersebrangan karna pilihan politik lah, kita ingin kemudian sosok Buya Hamka ini hadir menjadi panutan.
5. Kenapa buku ini diterbitkan dengan gaya tutur novel ? Jawab:
Kita ini berhadapan dengan eee… kita ini eee… jadi kita ini lebih ke konteks nya saja gitu, dalam dunia buku itu ada istilah konten ada istilah konteks, ini kontennya bagus nih (buku lama) tinggal konteks nya seperti apa, nah ini menurut kita ini kehilangan konteks, konten itu kan bagaimana itu disajikan, kita melihat masyarakat sekarang itu masyarakat yang instan serba ingin mudah serba ingin cepat gitu yah, gak mau pusing-pusing jadi ketika dia baca, dia ingin langsung mnendapatkan sesuatu dari apa yang dia baca nah itu dia konteks masyarakt sekarang seperti itu, lain dengan masyarakat muslim tahun 90 an yang mau diajak berpikir mangkanya buku-buku filsafat, buku-buku pemikiran tahun 90 an kan, nah sekarang berbeda, sekarang masyarakatbnya masyuarakat yang instan meskipun instan tapi tetep masyaraktsekarang butuh konten yang bagus juga, jadi sekarang itu instan dari sisi cara penyajiannya kalo dari sisi penerbit, kalo dari sisi pembaca dari sisi dia menyerapnya, instan dia mendapatkannya tapi isinya harus bagus karena kalo kontennya gak bagus mereka juga gak mau gitu, itulah pilihyannya kenapa kita pakai gaya novel gitu, ini kan kisah yang akan jauh lebih enak yang jauh akan menyentuh sisi human interest nya dengan gaya novel, jadikan inspirasi itu banyak berkaitan dengan human interest eee… sisi kemanusiaan lah itu akan jauh lebih masuk jauh lebih touchfull kalo dengan pendekatan narasi novel gitu, bahkan buku-buku non fiksi pun sekarang menggunakan pendekatan naratif. Tapi dari sisi isi semuanya fakta, kalo novel kan fiksi, ada juga novel yang mencampur adukkan antara fiksi dan fakta kayak lascar pelangi gitu. Kalo ini enggak, mangkanya kita kategorikan sebagai biografi
karena semuanya fakta, novel itu hanya pendekatan kita aja, gaya tutur nya jadi lebih ke gaya tutur novel.
6. Kenapa buku ini menggunakan judul Ayah… ? Adakah makna tiga titik dibelakang nama Ayah… tersebut ? Jawab: Yaa… eee… ini dari penerbit, ayah dan titiknya 3, kita berharap bahwa sosok Buya Hamka ini sosok ayah bagi keluarganya, Buya Hamka ini sosok ayah bagi umat islam, Karena beliau ini adalah seorang…, Buya Hamka ini adalah seorang ayah bagi bangsa Indonesia karena beliau adalah pahlawan nasional. Ada maknanya jadi ayah buat keluarga, ayah buat kaum muslimin, ayah buat bangsa Indonesia jadi kita berharap bahwa Buya ini menjadi sosok orangtua lah kira-kira yang bisa jadi panutan bagi keluarganya, bagi umat Islam, bagi bangsa, kenapa? Karena beliau dipanggil sehari-hari oleh anaknya ayah.
7. Dalam buku ini banyak bercerita mengenai kehidupan Buya Hamka, sosok Buya Hamka sendiri dinarasikan seperti apa dalam buku ini ? Jawab: Kita pendekatan buku ini, jadi buku ini bukan buku biografi murni ya yang menceritakan sosok Buya dari kecil sampai besar gitu eee… jadi buku ini mencerityakan eee… jadi kayak fragmen-fragmen kehidupan Buya yang disaksikan, yang dilihat, yang dirasakan oleh pak Irfan Hamka nah fragmenfragmen itu diikat oleh benang merah yang ingin menampilkan sosok Buya
sebagai seorang ayah bagi keluarganya, ayah bagi umat Islam, ayah bagi bangsa, bagaimana peran Buya dikeluarga bagaimana peran Buya di masyarakat muslim dan bagaimana peran Buya dalam konteks kebangsaan meskipun tentu saja itu tadi tidak semua hak yang terkait tentang itu gitu yah, artinya ada batasanbatasan, batasannya itu tadi, tidak disaksikan oleh Irfan Hamka gitu jadi ini yang disaksikan oleh Irfan Hamka saja gitu, yang dilihat dan bisa ditanya juga kepada pak Irfan bagaimana kenapa pak Irfan mesti lama, karena pak Irfan harus kroscek ke narasumber segala macem.
8. Adakah hal yang menceritakan/ menarasikan perjuangan dakwah Buya Hamka dalam buku tersebut ? Jawab: Yang dakwah… ya memang tidak secara spesifik dijelaskan bahwa gaya dakwah Buya seperti ini tapi kan bisa dipelajari dalam “Sejenak Mengenang Ayah” itu bisa di kaji seperti apa sih gaya Buya ketika memberikan nasihat. Karena bukan buku yang membahas tentang khusus bahwa dakwah Buya seperti ini gitu tapi kalo mau dilihat mau dikaji sisi dakwahnya ya sebenarnya ada meskipun tidak secara langsung karena ini bukan buku biografi dakwah Buya bukan ini buku kehidupan dakwah Buya nah salah satu fragmen Buya kan seoeang pendakwah gitu. Dia mendapatkan gelar pahlawan karena dia merupakan tokoh pergerakan gitu.
9. Apa saja nilai-nilai penting dalam kisah hidup Buya Hamka yang ada dalam buku tersebut ? Jawab: Ya dari sisi eee…. Tentu ada banyak hal dari sudut pembacanya, misalnya kalo pembacanya seorang ayah gitu yah, seorang orangtua teladannya adalah kita memberikan pendidikan, pengasuhan, atau apapun terhadap anak kita harus disesuaikan dengan karakter potensi yang dimiliki oleh anak itu tidak bisa sama rata gitu keadilan orangtua terhadap anaknya itu bukan menurut pemberian yang sama gitu tapi dilihat, diukur dengan pemberian yang sesuai dengan potensi dan karakter yang dimiliki oleh anak gitu, misalnya itu untuk seorang ayah, untuk seorang pendakwah ya tadi bilang, untuk seorang politisi misalnya soal eee… bolehlah kita bersebrangan tapi ukhuwah, persodaraan harus tetep terjaga gitu tidak ada eee tidak ada dendam bahwa mungkin dia pernah berbuat sesuatu yang menyakitkan bahkan beliau sampai dipenjara tapi beliau tidak ada dendam dari sisi politisi gak ada dendam jadi sebenernya ada banyak hal misalnya tadi dendam, yang kedua soal menurut persepsi saya yah, tentang kekuatan aqidah.
10. Siapakah para pembaca yang menjadi target dari Republika Penerbit ? Jawab: Kita sih pengen target usia 30 - 40 an gitu, kita ingin secara usia begitulah target mungkin eee… mahasiswa akhir gitu yah target kita sebenernya yah, professional muda terutama eee... kelas menengah perkotaan nah dari sisi latar belakang kita ingin menargetkan 2 kelompok. Kelompok pertama kelompok yang pernah
mengenal, pernah bertemu baik secara langsung maupun tidak langsung sama Buya Hamka itu kelompok pertama yang ingin kita bidik yang langsung bahkan kan Buya pernah punya kajian subuh di Al Azhar atau tidak langsung melalui karya-karyanya gitu yang kedua kita ingin juga membidik kelompok yang belum pernah bersentuhan belum pernah mengenal siapa itu Buya jadi 2 kelompok itu yang kita sasar sebenernya dari sisi latar belakang dan ini tentu saja cukup terbantu untuk membidik ini ya membidik kalangan yang kenal siapa Buya dengan hadirnya 2 film karya yang diangkat dari novel karya Buya yang Di Bawah Lindungan Ka’bah sama Tenggelamnya Kapal Van Der Wicjk.
11. Apa yang membedakan buku ini dengan buku terbitan sebelumnya yang pernah diterbitkan oleh UHAMKA Press ? Jawab: Itu soal sistematika yah penyajian jadi sebenernya yang membedakan soal penyajiannya lah itu yang membedakan, kalo kontennya sama kan narasumbernya sama tapi penyajiannya yang berbeda.
12. Terakhir, apa harapan Republika Penerbit, setelah terbitnya buku Ayah… ini ? Jawab: Ya dari sisi bukunya kita berharap bahwa Alhamdulillah bahwa buku ini sekarang diterima oleh masyarakat dengan sangat baik gitu yah dalam industri buku saat ini buku biografi itu termasuk buku yang kurang mendapatkan respon dari
masyarakat padahal buku tuh penting gitu yah tapi masyarakat kurang merespon dengan baik buku-buku biografi kecuali ada beberapa salah satunya ini gitu yah yang mendapat respon sangat baik nah kita berharap buku ini akan terus bisa diterima bisa diwariskan sehingga teladan Buya Hamka bisa terus diwariskan terus dipertahankan bisa dilakukan terus bisa dicontoh begitu oleh masyarakat dan sebenarnya kita kemarin sudah senang waktu itu walaupun tertunda bahwa buku ini akan diangkat ke film cuman sekarang masih ada masalah lagi ditunda tapi paling tidak dari sisi konten ini udah menarik untuk diangkat ke layar lebar.
Foto bersama Narasumber sekaligus salah satu editor senior Republika Penerbit, Irfan Hamka.
Tampilan cover depan Novel Ayah… karya Irfan Hamka
Tampilan cover belakang Novel Ayah… karya Irfan Hamka