Pola Angin Musiman di Perairan Malang Selatan, Jawa Timur Supriyatno Widagdo Prodi Oseanografi – Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah Jl. Arif Rahman Hakim 150 Surabaya 60111
[email protected]
Abstact. West season represent period of strong blowing wind in southern waters of Malang, East Java Province with maximum speed of wind reaching 31.37 that happened in Februari 2008, while average speed of wind 10.16 knot. During this season wind pattern even also relative more disseminating to all direction compared to other seasons. Westerly wind is dominant at the season. During three next seasons, namely early-year switchover season, east season and year-end switchover season, wind pattern settledly blow from east and south-east directions. Speed of its feebler wind even also than west season, specially at early-year switchover and year-end switchover seasons. East wind is predominating wind puff since April till November with strongest blowing 23.19 knot happened in July and average speed of this wind reach maximum 15.39 knot in August. March become period of calm wind puff with wind blowing disseminating from all direction relatively. Average speed of wind in this month only 5.90 knot and speed of the strongest 12.93 knot only. Februari - March mark a period of wind gradient strongest and average speeds with maximum and minimum reaching during December 2007 till November 2008. Keywords: wind, season
PENDAHULUAN Dewasa ini pola musim menunjukkan kecenderungan perubahan melalui pergeseran bulanbulan musim, seperti musim hujan dengan curah hujan yang tidak mencerminkan bulan-bulan basah, curah hujan lebat yang terjadi (justru) di musim peralihan, maupun musim kering yang berkepanjangan hingga melampaui penggolongan musimnya semula. Penentuan pola musim yang dilakukan melalui perataan 30 tahunan (Sandy, 1987) seperti yang ditetapkan sebelumnya tampaknya perlu ditinjau kembali untuk memperoleh tingkat akurasi yang lebih presisi dalam menggolongkan musim. Kondisi ini tampaknya tak dapat dilepaskan dari efek global iklimatik yang dalam beberapa dekade belakangan ini menunjukkan perkembangan yang menyimpang dari pola normal. Pemakaian karbon yang semakin meningkat seiiring dengan pesatnya perkembangan industri, efek rumah kaca yang semakin mengkhawatirkan, hingga pemanasan global yang semakin mengancam disinyalir memberi kontribusi yang memicu perkembangan iklim yang lebih progresif dengan level yang dipercayai semakin meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian regional sebagai bagian dari perubahan iklimatik global untuk melihat perkembangan yang terjadi di kawasan-kawasan yang lebih kecil dengan data yang lebih up to date. Salah satu kawasan tropika Indonesia yang layak dikaji terkait dengan isu di atas adalah perairan selatan Pulau Jawa. Area yang menjadi bagian dari Samudera Indonesia tersebut juga mengantarai Benua Asia dan Benua Australia. Perubahan termal musiman antara kedua benua dapat menimbulkan perbedaan tekanan yang memicu terjadinya angin-angin musonal
63
yang berhembus di antara keduanya(Duxbury & Duxbury 1989; www.uwsp.edu/geo/faculty/ritter/geog101/textbook/circulation/regional_scale_wind.htm [25 Maret 2009]). Oleh karenanya, sebagai bagian dari unsur iklim, angin perlu dikaji untuk mengetahui perubahanperubahan terkait dengan isu-isu global di atas. Penelitian ini dilakukan di perairan selatan Jawa Timur. Pembatasan ini dilakukan mengingat luasnya pantai selatan Pulau Jawa yang membentang lebih dari 1000 km dari Ujung Kulon di Jawa Barat hingga Meru Betiri di Jawa Timur. Penelitian difokuskan pada perubahan pola angin bulanan dan musiman pada 2009. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pola angin bulanan dan musiman di perairan selatan Jawa Timur. Dengan diketahuinya pola angin tersebut maka dapat diperoleh deskripsi tentang karakter arah dan kecepatan angin bulanan dan musiman di kawasan selatan Jawa Timur, sehingga dapat dimanfaatkan untuk aktivitas-aktivitas yang terkait dengannya. Kapan periode angin berkecepatan besar yang memicu terjadinya gelombang tinggi di laut yang membahayakan penangkapan ikan; serta arah angin musiman yang harus dipertimbangkan dalam kajian fenomena upwelling terkait dengan proses konvergensi-divergensi akibat arus permukaan bangkitan angin adalah contoh-contoh manfaat yang dapat dipetik dari penelitian ini.
METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di perairan selatan Jawa Timur sekitar 70 km sebelah tenggara pantai Ngliyep, Malang, yakni pada posisi geografi 09o 00’ LS, 112o 30’ BT (gambar 1). Stasiun penelitian dianggap cukup mewakili area di sekitarnya mengingat letaknya di kawasan yang relatif terbuka. Oleh karenanya angin yang terjadi di stasiun itu dapat dianggap sebagai representasi angin di areaarea sekitarnya mengingat tidak adanya halangan elevasional pada radius puluhan kilometer yang dapat mempengaruhi arah dan kecepatan angin yang sedang berhembus. Data yang digunakan dalam penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maritim II Perak, Surabaya. Data yang diolah adalah data angin harian yang dikelompokkan menjadi data angin bulanan dan kemudian dikelompokkan lagi menjadi data angin musiman. Pembagian musim dilakukan sesuai dengan pembagian Nontji (1997), yakni musim barat (hujan) berlangsung selama Desember-Maret, musim peralihan 1 berlangsung pada April-Mei, musim timur (kemarau) terjadi selama Juni-September, dan musim peralihan 2 terjadi pada Oktober-November. Data angin bulanan dan data angin musiman selanjutnya diolah dengan program WRPlot untuk memperoleh polanya masing-masing. Dengan demikian maka perkembangan musiman angin dilakukan melalui pantauan bulanan, sehingga diharapkan hasil yang diperoleh menjadi lebih memadai dalam mendeskripsikan karakter angin musonal yang terjadi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Desember 2007 arah angin dominan bertiup dari barat (hampir 50%) dengan kecepatan yang bervariasi. Pola angin menyebar dari segala penjuru, namun dengan persentase yang kecil, yakni kurang dari 10%, kecuali angin yang berhembus dari timur (lebih dari 20%). Secara umum di akhir tahun 2007 angin relatif berhembus dengan kecepatan sedang, yakni 4-7 knot (39%) dan 7-11 knot (20,6%). Hembusan angin dengan kecepatan yang lebih besar relatif kecil, yakni kurang dari 10% (gambar 2- Desember 2007).
64
Neptunus, Vol. 15, No. 2, Januari 2009: 63 - 73
Gambar 1. Lokasi penelitian di perairan selatan Jawa Timur (titik dalam lingkaran pada peta) yang menjadi Samudera Hindia di sebelah utara (Sumber peta: Microsoft Encarta 2006). Sebulan kemudian angin bertiup lebih kencang dan relatif lebih stabil dengan dominasi angin yang tetap terjaga dari barat yang kini mendekati 70%, diiringi dengan melemahnya angin timur (<10%). Kecepatan angin dominan kini sebesar 11-17 knot (39%), jauh melebihi persentase interval kecepatan angin yang lain (gambar 2 – Januari 2008). Dominasi angin barat tetap terjaga pada Februari 2008 (<70%), disertai dengan menguatnya angin timur laut yang mencapai > 42%. Secara umum dapat dikatakan selama bulan kedua 2008 tersebut angin relatif berhembus dari kedua arah. Penguatan angin juga terekam pada bulan ini dengan frekuensi kecepatan maksimum angin (≤ 22 knot) yang relatif tinggi (18% - sebulan sebelumnya <2%). Angin yang berhembus dengan kecepatan 17-21 knot relatif tetap, yakni sekitar 15%. Kendati masih mendominasi, angin berkekuatan 11-17 knot mengalami penurunan frekuensi, yakni sekitar 10% menjadi menjadi 28,9% (gambar 2 – Februari 2008). Angin mengalami puncak kecepatannya pada Februari 2008, dan mulai menunjukkan pelemahan serta perubahan pola arah tiupan pada Maret 2008. meskipun dominasi angin tetap bertiup dari barat (<40%) dan timur (sekitar 20%), namun tiupan angin yang menyebar dari segala arah menjadi meningkat secara cukup signifikan dari sebulan sebelumnya (sekitar 5-10%). Melemahnya angin pada bulan ini ditandai dengan dominannya tiupan angin berkekuatan 4-7 knot (48,9%), sedangkan capaian maksimum kecepatan angin hanya 11-17 knot yang frekuensinya pun < 5% (Gambar 2 – Maret 2008). Perubahan pola arah dan melemahnya angin bulan ini menandai berakhirnya musim barat mengawali datangnya musim peralihan awal tahun.
Pola Angin Musiman di Perairan Malang
………………………………
65
Desember 2007
Februari 2008
Januari 2008
Maret 2008
Gambar 2. Pola sebaran angin musim barat (Desember 2007 – Maret 2008) dan distribusi frekuensi kecepatnnya
66
Neptunus, Vol. 15, No. 2, Januari 2009: 63 - 73
Musim peralihan awal tahun (peralihan 1) merekam sangat dominannya angin timur yang tanda-tanda penguatannya sudah mulai terlihat di akhir musim barat. Pada April yang mengawali musim ini, kendati angin relatif cukup tersebar dari segala arah, namun frekuensinya amat kecil, yakni <10%; sementara hampir 75% angin berhembus dari timur. Sebulan kemudian angin semakin mengalami penguatan pola dengan lebih dari 90% bertiup dari timur. Kendati dominasi kecepatan angin masih terjaga pada 11-17 knot, namun kini mengalami peningkatan 15% dari sebelumnya yang hanya mencapai sekitar 55%. Capaian angin maksimum pada Mei masih tetap 17-21 knot. Kendati frekuensinya meningkat 20% dari bulan sebelumnya, namun dibandingkan dengan karakteristik angin musim barat yang kecepatannya mencapai => 22 knot, angin musim peralihan awal tahun tetap lebih lemah (Gambar 3). Pada musim timur yang berlangsung Juni-September 2008 fenomena yang menyolok adalah menguatnya kembali pola angin dengan dominasi angin timur (sekitar 60-90%) dan musim tenggara (sekitar 10-40%) yang disertai dengan hembusan angin yang semakin mengencang dibandingkan dengan kecepatan angin semusim sebelumnya (Gambar 4). Kecepatan angin pada Juni relatif masih mencerminkan karakter angin sebulan sebelumnya dengan hembusan berkekuatan sedang (83.9%) yang sangat dominan. Capaian maksimum kecepatan angin pada bulan ini hanya 17-21 knot (9.3%). Angin timur sangat menyolok dengan frekuensi hampir 90%, disusul dengan angin tenggara yang hanya sekitar 15% (gambar 4 – Juni 2008). ngin berkekuatan 11-17 knot masih mendominasi dengan frekuensi 70.5% pada Juli 2008. Angin dominan tersebut justru merupakan capaian minimum kekuatan angin; sedangkan capaian maksimumnya, kendati frekuensinya masih sangat rendah (1,2%), sudah mencapai kecepatan ≥ 22 knot. Angin berkecepatan 17-21 knot pun relatif meningkat frekuensinya sekitar 5% dari sebelumnya menjadi 15,6% (gambar 4 – Juli 2008). Pada Agustus 2008 kecepatan angin mengalami sedikit pelemahan, kendati angin berkecepatan 11-17 knot masih mendominasi (70.5%), namun capaian minimum kecepatan angin kini menyentuh level 7-11 knot (6.1%). Angin berkecepatan 17-21 knot memang meningkat dari 15.6% (Juli 2008) menjadi 23.1%, namun capaian angin berkecepatan ≥ 22 knot justru mengalami penurunan menjadi 0,1% dari sebelumnya 1,2% (gambar 4 – Agustus 2008). Pola arah tiupan angin masih mantap berhembus dari timur (sekitar 75%) dan tenggara (sekitar 20%). Di akhir musim timur pola angin masih terjaga mantap dari timur dan utara. Frekuensi angin timur yang mengalami penurunan (kini sekitar 60%) diikuti dengan peningkatan frekuensi angin tenggara yang kini mencapai sekitar 45%. Hal yang menyolok selama September 2008 adalah meningkatnya kecepatan angin dominan berkecepatan ≥ 22 knot yang kini mencapai > 55 %, disusul dengan angin berkecepatan 17-21 knot yang frekuensinya > 35%. Angin berkecepatan 7-11 knot sebagai capaian minimum masih ditemukan, namun frekuensinya sudah sangat jauh berkurang (1%) (gambar 4 – September 2008). Datangnya musim peralihan akhir tahun –seperti musim peralihan awal tahun– ditandai dengan melemahnya kekuatan angin. Capaian maksimum kecepatan angin hanya menjangkau level 11-17 knot (sekitar 50% baik pada Oktober maupun November); sedangkan kecepatan angin minimum menyentuh level 1-4 knot (0.1% pada Oktober dan 7.2% pada November). Angin timur masih mendominasi dengan frekuensi < 70% pada Oktober dan < 55% pada November. Berkurangnya frekuensi tiupan angin timur pada November diikuti dengan semakin menyebarnya pola angin hampir kesegala arah. Bila pada Oktober, angin tenggara (sekitar 30%) masih menyolok sebagai angin yang tergolong dominan, namun sebulan kemudian angin barat dengan frekuensi sekitar 15% justru lebih (sedikit) mendominasi dibandingkan angin tenggara yang frekuensinya kini hanya mencapai 11% (gambar 5 – Oktober dan November).
Pola Angin Musiman di Perairan Malang
………………………………
67
Secara musiman pola angin pada musim barat relatif lebih menyebar dengan hembusan angin yang terekam dari segala penjuru dibandingkan dengan pola angin selama tiga musim berikutnya. Yang juga menjadi fenomena menyolok pada musim barat adalah dominannya angin barat (< 55%) dengan kekuatan angin maksimum (>= 22 knot) yang mencapai 7.2%, kendati angin yang paling banyak berhembus adalah angin sedang berkekuatan 4-7 knot (32.3%). Angin tenang (calm) berkecepatan < 1 knot juga terekam paling banyak terjadi di musim ini kendati frekuensinya hanya 0.3% (gambar 6).
April 2008
Mei 2008
Gambar 3. Pola sebaran angin musim peralihan awal tahun (April-Mei 2008) dan distribusi frekuensi kecepatannya Angin timur yang dominan pada musim peralihan awal tahun (peralihan 1) sebesar 85% tetap mendominasi dua musim berikutnya meskipun frekuensinya semakin menurun: < 80% pada musim timur menjadi 60% pada musim peralihan akhir tahun. Hal yang menyolok selama musim timur adalah dominannya angin berkekuatan 11-17 knot yang frekuensinya mencapai >60%. Angin berkecepatan 11-17 knot juga tetap mendominasi pada musim-musim berikutnya, yakni 77.1% dan 49.7% masing-masing pada musim timur dan musim peralihan akhir tahun (gambar 6).
68
Neptunus, Vol. 15, No. 2, Januari 2009: 63 - 73
Juni 2008
Agustus 2008
Juli 2008
September 2008
Gambar 4. Pola sebaran angin musim peralihan awal tahun (Juni-September 2008) dan distribusi frekuensi kecepatannya Pola Angin Musiman di Perairan Malang
………………………………
69
Oktober 2008
November2008
Gambar 5. Pola sebaran angin musim timur (Oktober-November 2008) dan distribusi frekuensi kecepatannya Pola angin selama musim timur dapat dikatakan sebagai pematangan pola angin musim peralihan awal tahun yang dicirikan oleh dominannya angin timur dan level kecepatan 11-17 knot (Gambar 6). Angin berkecepatan 11-17 knot pada musim ini mengalami peningkatan frekuensi hembusan sebesar 15% dari musim sebelumnya menjadi 77.1%. Sebaran angin dominan lain yang menyolok pada musim timur adalah angin tenggara yang juga relatif meningkat dari musim sebelumnya (sekitar 5%) menjadi sekitar 20%. Musim peralihan akhir tahun masih tetap dicirikan oleh dominannya angin kendati mengalami penurunan frekuensi (60%). Angin tenggara juga terekam masih mendominasi dengan frekuensi <24%. Sebaran angin dari barat, barat daya dan selatan juga tampak menyolok meskipun dengan frekuensi yang relatif kecil (<10%) (Gambar 6). Selain pola arah anginnya yang relatif menyebar, hal menyolok lain pada musim peralihan akhir tahun (peralihan 2) adalah melemahnya kecepatan hembus angin. Angin paling kencang yang terekam bertiup hanya mencapai level 11-17 knot yang sekaligus menjadi level kecepatan angin yang dominan dengan frekuensi 49.7%.
70
Neptunus, Vol. 15, No. 2, Januari 2009: 63 - 73
Musim Barat
Musim Peralihan 1
Musim Timur
Musim Peralihan 2
Musim Timur
Musim Peralihan 2
Gambar 6a. Pola angin musiman: musim barat, musim peralihan awal tahun (peralihan 1), musim timur dan musim peralihan akhir tahun (peralihan 2) Fluktuasi angin bulanan menunjukkan dengan tegas kencangnya angin selama musim barat yang mencapai puncaknya pada Februari, yakni sebesar 31.37 knot. Rataan kecepatan angin juga mencapai nilai terbesarnya pada bulan ini sbesar 14.38 knot. Di akhir musim, yakni Maret, angin mengalami pelemahan kekuatan dengan capaian maksimum hanya 12.93 knot (Tabel 1 dan Gambar 7). Memasuki musim peralihan awal tahun fluktuasi kecepatan maksimum angin perlahan meningkat masing-masing 18.14 knot dan 21.07 knot. Peningkatan kecepatan angin terus meningkat semusim berikutnya. Capaian kekuatan angin maksimum selama musim timur berkisar 17.01-23.19 knot yang terjadi pada September dan Juli. Juli menandai puncak musim timur, sedangkan September mengawali datangnya musim peralihan akhir tahun. Kekuatan angin selama musim akhir tahun kembali melemah, namun relatif paling stabil dibandingkan dengan kondisi kekuatan angin di tiga musim lainnya. Pada Oktober dan November rerata kecepatan angin mencapai 10.56 knot dan 9.30 knot, sedangkan kekuatan angin maksimumnya 16.00 knot dan 16.29 knot.
Pola Angin Musiman di Perairan Malang
………………………………
71
Musim Barat
Musim Peralihan 1
Musim Timur
Musim Peralihan 2
Gambar 6b. Distribusi frekuensi kecepatan angin musiman: musim barat, musim peralihan awal tahun (peralihan 1), musim timur dan musim peralihan akhir tahun (peralihan 2) Tabel 1. Kecepatan Angin Pada Desember 2007-November 2008 Musim
MB
MP1
MT
MP2
72
B u l a n Desember 2007 Januari 2008 Februari 2008 Maret 2008 April 2008 Mei 2008 Juni 2008 Juli 2008 Agustus 2008 September 2008 Oktober 2008 November 2008 Minimum Maksimum
Minimum 0.06 1.36 0.21 0.30 0.36 1.68 7.94 10.72 7.49 5.32 3.48 0.90 0.06 10.72
Kecepatan Angin (knot) Rerata Maksimum 8.93 27.26 11.41 24.47 14.38 31.37 5.90 12.93 10.58 18.14 14.91 21.07 14.05 19.25 15.29 23.19 15.39 21.82 11.63 17.01 10.56 16.00 9.30 16.29 5.90 12.93 15.39 31.37
Neptunus, Vol. 15, No. 2, Januari 2009: 63 - 73
Gambar 7. Fluktuasi kecepatan angin minimum, rerata dan maksimum selama Desember 2007 hingga November 2008
KESIMPULAN Musim barat merupakan periode angin berhembus kencang dengan capaian kecepatan angin maksimum mencapai hingga 31.37 yang terjadi pada Februari dengan rerata kecepatan angin 10.16 knot. Selama musim barat pola angin pun relatif lebih menyebar ke segala arah dibandingkan dengan ketiga musim lainnya. Angin barat yang sangat dominan pada musim yang merentang pada Desember hingga Maret ini. Pada musim-musim berikutnya, yakni musim peralihan awal tahun, musim timur dan musim peralihan akhir tahun pola angin secara mantap berhembus dari arah timur dan tenggara. Kecepatan anginnya pun lebih lemah daripada angin musim barat, khususnya pada musim-musim peralihan awal dan akhir tahun. Angin timur sangat mendominasi tiupan angin sejak April hingga November dengan hembusan terkuat 23.19 knot terjadi pada Juli dan rerata kecepatan anginnya mencapai maksimum sebesar 15.39 knot pada Agustus. Maret menjadi periode tiupan angin yang tenang dengan hembusan angin yang menyebar realtif dari segala arah. Rerata hembusan angin pada bulan ini 5.90 knot dan capaian tiupan terkuatnya hanya 12.93 knot. Februari – Maret menandai masa berlangsungnya gradien kecepatan angin yang menyolok dengan capaian maksimum dan minimum yang berurutan selama Desember 2007 hingga Maret 2008 di perairan selatan Malang, Jawa Timur.
DAFTAR PUSTAKA Duxbury, A.C. and A.B. Duxbury.1989. An Introduction to the World’s Oceans. Wim.C.Brown Publishers. Dubuque. Microsoft. 2006. Microsoft Encarta Premium. Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta. Sandy, I. M. 1987. Iklim Regional Indonesia. Jurusan Geografi FMIPA – Universitas Indonesia, Jakarta. www.uwsp.edu/geo/faculty/ritter/geog101/textbook/circulation/regional_scale_wind.htm [25 Maret 2009].
Pola Angin Musiman di Perairan Malang
………………………………
73