Platform Komputasi untuk Preservasi Budaya Tradisional Secara Partisipatif Kertas Putih http://www.budaya-indonesia.org/ Hoferdy Zawani*, Deni Khanafiah**, Hokky Situngkir***
*
Scholar Dept. Computational Sociology, Bandung Fe Institute & Ketua Perhimpunan Budaya Indonesia, Indonesian Archipelago Cultures Initiatives ** Dept. Evolutionary Economics, Bandung Fe Institute *** Dept. Computational Sociology, Bandung Fe Institute
Abstrak Indonesia merupakan negara dengan tingkat diversitas etnik dan budaya yang sangat tinggi. Keragaman etnik dan budaya sering dipandang sebagai potensi terjadinya konflik dan ketegangan sosial. Namun di sisi lain, keragaman tersebut pada dasarnya bisa kita pandang juga sebagai suatu potensi secara ekonomis dan alat pemersatu bangsa serta sumber ilmu pengetahuan. Akuisisi dan penggunaan teknik komputasi dan teknologi informasi saat ini telah memungkinkan pengumpulan dan pengembangan budaya tradisional Indonesia secara bottom up, dimana setiap individu bisa berpartisipasi dan berkontribusi aktif dalam pengerjaannya. Hal ini terwujud dalam pembangunan situs budaya-indonesia.org sebagai sebuah platform komputasional yang memanfaatkan perkembangan teknologi komputasi dan internet, guna mendorong pendataan serta preservasi budaya tradisional Indonesia secara tidak tradisional dan juga partisipatif. Untuk tujuan tersebut, dalam pembangunan situs kita menggunakan konsep web 2.0, yang mempunyai karakteristik: partisipatoris, terdesentralisasi dan terdistribusi, serta membuat setiap pengguna terhubung dan berinteraksi secara aktif. Kata kunci: keragaman budaya, budaya tradisonal Indonesia, informasi kultural, perpustakaan digital terbuka, partisipatif, kesatuan budaya, inovasi. 1
1. Pendahuluan Budaya dan dasar-dasar kehidupan sosial memegang peranan yang sangat penting – disamping proses politik, dalam pembentukan sebuah bangsa. Dalam sebuah bangsa yang didalamnya dibangun oleh masyarakat dengan karakteristik eknik dan kultur yang unik dan bervariasi seperti Indonesia, interaksi dan komunikasi antara etnik dan budayanya menjadi sangat penting dalam penciptaan rasa kebangsaannya. Interaksi dan komunikasi akan memungkinkan adanya sharing dari elemen-elemen kultural masyarakat seperti bahasa, kebiasaan, dan praktik budaya lainnya (Smith, 2008), sehingga memungkinkan adanya proses pendefinisian sendiri (self-definition) sebagai sebuah bangsa. Namun, budaya sendiri pada hakikatnya bukanlah suatu hal rigid dan kaku. Ia bersifat cair dan berubah secara dinamis akibat dari interaksi masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan. Di era globalisasi, perkembangan teknologi telah memungkinkan orang-orang berinteraksi dan berkomunikasi tanpa ada batasan geografis. Secara global, interaksi antara individu-individu mengalami perubahan yang drastis, sehingga membrojolkan kehidupan sosial yang semakin kompleks dan memunculkan pola-pola interaksi baru yang tidak diduga sebelumnya. Perkembangan teknologi informasi telah merubah wajah kehidupan sosial dunia seperti yang kita lihat saat ini, dimana aktivitas sosial saat ini tidak hanya terbatas pada aktivitas fisik, melainkan juga aktivitas sosial secara online melalui internet. Hal ini kemudian memunculkan pola-pola baru dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari ekonomi hingga ke budaya. Fenomena internet dan teknologi informasi telah menandai suatu era baru dalam kehidupan sosial masyarakat, dimana akuisisi informasi begitu mudah dan aliran informasi begitu deras. Individuindividu menjadi lebih aware akan setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakatnya. Media informasi seperti internet telah menjadi “perpanjangan tangan” yang memungkinkan informasi tertentu bisa menjadi masuk ke dalam arena atau ruang lingkup publik (public sphere). Internet dan dunia online saat ini dirasakan seperti menciptakan ruang publik tersendiri, dimana setiap suara dihargai sama dan setiap orang mempunyai hak yang sama untuk berbicara, mendengar dan didengarkan, berargumentasi secara logis dan rasional, tanpa memandang posisi atau strata sosial tertentu (Gripsrud, 1999). Akan tetapi, sangat disayangkan bahwa keberagaman budaya dan etnik, kemajuan yang pesat dalam teknologi informasi, serta permasalahan kesatuan bangsa seakan menjadi hal yang terpisahkan satu sama lain saat ini. Padahal pada dasarnya hal tersebut merupakan suatu hal yang terkait satu dengan yang lainnya. Informasi sendiri merupakan elemen atau prekursor bagi kebrojolan suatu budaya tertentu, sementara internet saat ini merupakan suatu artefak kultur yang mendorong interaksi dan komunikasi antar individu serta mempercepat aliran informasi. Penggunaan media informasi seperti internet, tentunya akan dapat kita manfaatkan guna menghimpun informasi kultural, dari komunikasi dan interaksi dari berbagai individu dengan latar belakang etnik/kultur dan geografis yang berbeda. Pada gilirannya, hal ini diharapkan akan memungkinkan pengenalan, pengakuan dan penghargaan akan aspek-aspek kultural masyarakat serta mendorong proses pendefinisian sendiri sebagai sebuah bangsa. Situs budaya-indonesia.org merupakan situs yang didasarkan pada kebutuhan untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan menghimpun semua elemen dan artefak kultural masyarakat Indonesia. Pola partisipatoris dan kesetaraan pengguna, diharapkan akan menumbuhkan partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat dan pada akhirnya akan membrojolkan rasa kepemilikan bersama dari seluruh komponen masyarakat Indonesia yang sangat bervariasi ekspresi budayanya. Hal tersebut diharapkan akan menumbuhkan sikap dan wawasan yang memandang diversitas budaya sebagai potensi untuk pemersatu bangsa dan pendorong kemajuan ekonomi bangsa Indonesia. 2
Dalam prakteknya, situs budaya-indonesia.org dibangun dengan menggunakan teknologi web 2.0, yang dirasa sangat cocok dengan karakteristik masyarakat Indonesia, terutama terkait dengan keanekaragaman budaya dan etniknya, yang tersebar ke dalam wilayah geografis yang berupa kepulauan. Di sisi lain, teknologi web 2.0 sangat mendukung tumbuhnya partisipasi aktif masyarakat, karena mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. Partisipatoris, dimana tidak seperti sistem manajemen konten pada umumnya dimana hak pengguna dibedakan satu dengan yang lainnya, dalam web jenis ini semua pengguna memiliki hak dan privilege yang sama dalam pengelolaan konten atau isi situs tesebut. 2. Terdesentralisasi, dimana partisipan tidak harus berada pada geografis yang sama. 3. Terhubung satu sama lain, dimana setiap partisipan atau pengguna bisa berkomunikasi diantara satu dengan yang lainnya, melalui sebuah situs. 4. Bersifat membrojol, dimana dari partisipasi yang aktif serta keleluasaan yang sama dari masingmasing pengguna akan memberojolkan pola komunikasi yang aktif, unik dan saling mengisi satu sama lainnya secara bottom up. Semakin banyak pengguna yang aktif dan berkontribusi akan mendorong yang pengguna lain untuk melakukan hal yang sama. (Choate, 2007). Selain itu, situs budaya-indonesia.org merupakan sebuah perpustakaan digital terbuka yang menjadi milik semua masyarakat Indonesia. Semua elemen diharapkan bisa berpartisipasi, terutama generasi muda. Karakteristiknya generasi muda saat ini yang lebih terbuka akan informasi serta perkembangan teknologi (Laughey, 2006), tentunya merupakan suatu potensi yang bisa digunakan untuk kemajuan dan pengembangan situs ini.
2. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu bangsa yang tertinggi tingkat keberagaman masyarakatnya di antara bangsa-bangsa di dunia dengan lebih dari dua ratus kelompok etnis dan suku (Vickers, 2005). Namun angka “dua ratus” tersebut sebenarnya masih juga dipertanyakan dengan sebuah fenomena yang pada dasarnya mengguncangkan, angka yang tertentu tak diketahui secara pasti. Suku-suku bangsa tersebut tersebar di sekitar 19,000 pulau di kawasan Kepulauan Indonesia, terpisah secara geografis oleh lautan dan samudra. Keragaman etnis yang tinggi ini terkadang menimbulkan ketegangan sosial di kalangan masyarakat umum yang seringkali justru menjadi biang keladi, atau dijadikan biang keladi, untuk terjadinya konflik sosial di Indonesia. Namun, di sisi lain, keragaman etnis ini dapat pula menjadi suatu hal yang sangat besar manfaatnya bagi kehidupan sebagai satu bangsa. Keragaman merupakan sebuah hal yang sangat penting dalam kehidupan ekonomi global jika mampu diarahkan untuk mendukung produktivitas masyarakat ekonominya secara kreatif (Situngkir, 2008a). Ia bahkan mampu mendorong terciptanya kesatuan atas aspek-aspek kebudayaan dari tiap etnis yang saling komplementer tersebut (Situngkir, 2008b). Pembangunan Situs Budaya-Indonesia.Org melalui kelembagaan yang didirikan dalam bentuk Indonesian Archipelago Culture Initiatives (IACI) memiliki beberapa motivasi untuk mempreservasi kekayaan budaya tradisional ini secara partisipatif sekaligus menjadi media yang mendorong penelitian akan keragaman artifak budaya dalam rangka mendorong pengetahuan umat manusia secara umum tentang evolusi kebudayaan secara umum. Ketika tingkat keragaman dan tingkat kesulitan analisis yang sangat tinggi diperlukan di sini, maka dibalik itu semua, muncul tantangan menawarkan sesuatu yang sangat menjanjikan, yaitu ketika kita mampu menemukan akar kearifan bangsa yang tersimpan di dalamnya.
3
Gambar 1. Pohon Filomemetika rumah tradisional Indonesia (kiri) dan motif-motif dari berbagai suku di kepulauan Indonesia (kanan)
Teori evolusi alam Darwin (1859, 1995) lahir di Galapagos, tempat dengan tingkat keragaman spesies yang sangat tinggi. Keragaman kebudayaan Indonesia memiliki konsekuensi logis menjanjikan peluang besar lahirnya teori evolusi budaya di Indonesia. Perspektif kompleksitas (Surya, et. al.. 2008) dapat kita implementasikan dalam menjawab tantangan tersebut. Salah satunya adalah penggunaan konsep memetika (Situngkir, 2008b). Contoh aplikasi konsep tersebut adalah pohon filomemetik rumah adat dan motif pakaian tradisional sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1. Coba kita bayangkan jika ada banyak pohon filomemetik, tidak hanya rumah adat, melainkan juga senjata, motif, lagu, bahasa, cerita rakyat dan lain sebagainya. Selanjutnya pohon-pohon tersebut disuperposisikan sehingga akan diperoleh sebuah peta Indonesia baru yang tersusun berdasarkan keragaman budaya yang ada di dalamnya. Akibatnya, kita akan menemukan sebuah konstruksi kesatuan budaya baru yang ilmiah dan tersusun secara empiris. Kesatuan ini melahirkan sebuah bentuk pemersatu baru, khususnya dalam menghadapi tantangan global. Dalam hal ini, Situs Budaya-Indonesia.Org memberikan solusi untuk tujuan yang disebut di atas dalam mengatasi permasalahan-permasalahan akan ketersediaan data sebagai berikut: • • •
Tingginya tingkat diversitas akan artifak budaya menunjukkan fenomena tingginya inovasi atas aspek budaya tersebut. Seringkali terjadi perdebatan-perdebatan di kalangan budayawan dan kritikus akan suatu aspek budaya sementara apresiasi masyarakat awam sangat rendah bahkan menurun lintas generasi dengan adanya akulturasi dengan budaya global. Komprehensi akan data yang cukup untuk menggambarkan kekayaan budaya tradisional Indonesia sangat rendah.
4
Masalah -
-
-
Tingginya Diversitas Ekspresi Budaya Nusantara. Tingginya Perdebatan Seputar Kurasi Ekspresi Budaya di kalangan budayawan namun cenderung terpisah dari masyarakat awam. Partisipasi dan apresiasi Masyarakat Awam sangat rendah, khususnya generasi muda. Bentuk geografis Indonesia secara kepulauan yang menyulitkan interaksi budaya secara intensif.
Penyelesaian -
Perpustakaan Digital Terbuka Budaya Indonesia.
-
Menyediakan media untuk menjadi panggung entri data secara terbuka termasuk entri kritik dan kurasi.
-
Media Partisipasi Aktif kaum Muda untuk Budaya Tradisi Nusantara.
-
Media on-line yang mengatasi batasan geografis.
Budaya-Indonesia.Org
Gambar 2. Kebijakan Penyelesaian Masalah oleh Situs Budaya-Indonesia.Org
Tiga masalah ini diharapkan dapat diatasi dengan pembangunan situs Budaya-Indonesia.Org yang diimplementasikan dalam platform pemrograman web berbasis MediaWiki (2008). Sistem web dengan semantic MediaWiki ini telah dirasakan menuai kesuksesan dengan proyek ensiklopedia terbuka dunia berbasis internet, Wikipedia, yang hingga saat ini telah menyimpan lebih dari tiga juta artikel ensiklopedis yang ditulis dan diedit bersama oleh jutaan sukarelawan sedunia (Bryant. et.al., 2005).
Gambar 3. Alur Pikir Kerja Situs Budaya-Indonesia.Org 5
a
b
c
Gambar 4. Sistem Dokumentasi Partisipatif Basis Data Situs Budaya-Indonesia.Org untuk gambar (a), audio (b), dan video (c). 6
Pola pemrograman situs web berbasis MediaWiki ini merupakan salah satu dari dua bentuk inisiatif sumber-terbuka (open source) dalam tren teknologi komputer dan internet kontemporer. Inisiatif sumber-terbuka dapat berbentuk: perangkat lunak sumber terbuka (open-source software) dan isi sumber-terbuka (open-source content); MediaWiki merupakan salah satu ejawantah dari yang bentuk inisiatif kedua (Nov & Kuk, 2008). Inti dari pembangunan dengan platform ini adalah bahwa isi dari situs yang dibangun tersebut dibangun secara kolaboratif oleh pengguna layanan. Jadi pengunjung situs juga adalah mereka yang diharapkan memperkaya isi situs dengan memberikan izin bagi siapapun dengan persyaratan tertentu untuk meng-edit isi dari situs tersebut (Awazu & Desouza, 2004).
3. Prinsip Kerja Web Dalam kajian psikologi eksperimental, Schwartz (1992) menunjukkan sepuluh tujuan motivasional dari setiap agen sosial dalam aktivitas sosialnya, antara lain kekuasaan (power), pencapaian (achievement), kegembiraan (hedonism), stimulasi, arahan diri (self-direction), universalisme, kebaikan (benevolence), tradisi, kebersesuaian (conformity), dan rasa aman (security). Tiga yang terakhir secara umum dapat terkategorikan dalam bentuk implementasi aktivitas sosial yang terkait dengan konservasi, atau dengan kata lain upaya untuk mempertahankan realm sosial yang dihadapinya. Dalam kerangka prinsip kerja web Budaya-Indonesia.Org, ketiga hal inilah yang ingin ditekankan bagi seluruh elemen pengguna situs tersebut. Platform MediaWiki yang dibentuk bertujuan untuk mendorong aspek-aspek resiprokalitas dan altruism (Oreg & Nov, 2008) yang berada dalam semangat kebangsaan yang ingin dibangun.
Gambar 5.Peta Situs Budaya-Indonesia.Org
7
Dalam situs Budaya-Indonesia.Org, ekspresi budaya direkam dalam bentuk digital untuk kemudian dapat diakses secara online oleh pengunjung situs. Ekspresi budaya tersebut dapat berbentuk 4 wujud, yaitu dalam format gambar, teks, video, dan suara. Tingginya sumber ekspresi budaya yang ingin didaftarkan pada dasarnya saat ini telah didukung oleh berbagai platform isi sumber-terbuka di internet. Untuk format video misalnya, saat ini berbagai server terbuka telah tersedia untuk menyimpan berbagai berkas video oleh pengguna internet, seperti YouTube™, MetaCafe™, Multiply™, dan sebagainya. Dalam hal ini, kita yakin akan besarnya ruang digital penyimpanan berbagai inovasi budaya yang ingin di daftarkan dalam situs Budaya-Indonesia.Org ini. Terlepas dari kritik-kritik yang merespon perkembangan tak terbendung Teknologi Web 2.0 (Zimmer, 2008), teknologi yang dicirikan oleh semakin membaiknya komunikasi antarperangkat lunak, kemudahan dan kelancaran pertukaran data, serta semakin optimalnya komunikasi antarindividu dengan teknologi jejaring sosial berbasis teknologi internet (OECD, 2007), telah membentuk pola interaksi manusia di dunia, paling tidak sejak ide ini pertama kali dipopulerkan oleh O’Reilly pada tahun 2004.
Memanggil Halaman Formulir HTML
Pengunjung/ Kontributor
INTERNET
Permohonan melakukan penyuntingan
Templat
Skrip Wiki
Kode Wiki SERVER IACI
Gambar 6. Arsitektur teknologi Wiki pada situs budaya-indonesia.org
Sistem Manajemen Konten Wiki yang merepresentasikan ide pemanfaatan kecerdasan kolektif yang digunakan dalam ragam pengembangan aplikasi teknologi web 2.0 ditunjukkan oleh arsitekturnya yang partisipatif, di mana Ia tidak mensyaratkan pengunjung/kontributor situs, dalam hal ini budayaindonesia.org, memiliki pengalaman pemrograman web yang mumpuni untuk berpartisipasi dalam hal penambahan, penyuntingan, pengorganisasian data, atau berdiskusi dengan kontributor lain. Realitas ini memungkinkan teknologi wiki menjadi sarana apresiasi sekaligus sumber informasi kebudayaan indonesia yang mampu mendorong lahirnya inovasi dan kreativitas yang tidak terbatas.
5. Pemeliharaan dan Beberapa Permasalahan Sebelum pengadopsian teknologi Wiki, situs budaya-indonesia.org ditulis dengan kombinasi bahasa HTML, PHP, JavaScript, dan XML yang didukung oleh manajemen basis data MySQL. Namun, desain situs yang kurang menonjolkan sisi user-generated contents menyebabkan pelambatan akumulasi informasi karena tiap input data harus melewati tahap verifikasi yang kewenangannya dikontrol tunggal oleh administrator. 8
Gambar 7. Tampilan Situs budaya-indonesia.org Sebelum dan Sesudah Adopsi Teknologi Wiki
Di sisi lain, data Internet World Stats (2008) menunjukkan bahwa partisipasi internet di Indonesia baru sekitar 25 juta orang atau sekitar 10.5% dari total populasi penduduk. Melihat pola persebaran penduduk dan tingkat keterpelajarannya (Surya, et. al., 2008) kita juga dapat mengetahui bahwa penggunaan internet tersebut 40% menggunakan jasa Warung Internet (Warnet) yang saat ini menggunakan provider telekomunikasi yang terus bertumbuh (AWARI, 2008). Pertumbuhan Warnet juga dirasa cukup tinggi, saat ini telah berjumlah lebih dari 10.000 di seluruh kabupaten/kota dengan total rata-rata pengguna per-PC lebih dari 25 ribu orang. Warnet, meskipun tidak tersebar merata di Indonesia, pertumbuhannya diharapkan akan dapat mencakup seluruh wilayah Indonesia yang diharapkan dapat mendukung kemajuan teknologi yang diterapkan dalam preservasi kebudayaan tradisional Indonesia. Hal ini dengan demikian, menyisakan beberapa catatan dalam hal pengembangan dan pemeliharaan situs. 9
Gambar 8. Pengguna Internet Indonesia (dalam juta orang). (Data: AWARI, 2008).
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Wikimedia Foundations tercatat bahwa sampai bulan September 2008, telah lebih dari 10 juta artikel yang ditulis dalam 250 bahasa di dunia. Dari jumlah tersebut, artikel berbahasa inggris masih menempati urutan pertama dengan jumlah lebih dari 2,5 juta artikel, sementara artikel berbahasa Indonesia berada di peringkat ke-25 dengan memproduksi 89.565 artikel yang meninggalkan, misalnya, Bahasa Arab, Melayu, dan Latin (http://meta.wikimedia.org/wiki/List_of_Wikipedias), diakses tanggal 10 September 2008). Antusiasme pengguna internet indonesia pada situs berplatform wiki ini paling tidak mengisyaratkan keberterimaan, popularitas, dan potensi pengembangan yang tinggi untuk situssitus berplatform serupa di Indonesia.
Persuasi On-line
Jumlah Pengunjung
900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
Tanggal (Kurun Waktu 17 Juli-9 September 2008)
Gambar 9. Rekaman Pengunjung Unik Situs budaya-indonesia.org
Pengadopsian teknologi wiki pada situs budaya-indonesia.org dimulai pada awal Juli tahun 2008 di mana sejak tanggal 7 juli- 9 September 2008, budaya-indonesia.org telah mencatat pengunjung uniknya yaitu hampir 20.000 pengunjung. Angka ini masih sangat kecil jika dibandingkan dengan “kecairan” isu yang diusung dan tingkat interaktivitas situs. Evaluasi untuk hal ini adalah perlunya dilakukan pembenahan terus-menerus di sisi eksternal situs berupa penguatan-penguatan pesan dalam bentuk aksi persuasi sebagai sistem penyokong keberadaan situs. 10
Implementasi aksi dilakukan dalam dua kategori yaitu pengakuisisian aplikasi-aplikasi teknologi informasi dalam mengkampanyekan “nasionalisme cyber” dan introduksi tatap muka di lapangan. Dari gambar di atas terlihat bahwa peranan agen untuk melakukan persuasi on-line berpengaruh besar terhadap kepopuleran situs. Meskipun demikian, kepopuleran ini belum berdampak langsung terhadap akumulasi informasi budaya indonesia secara umum. Hal ini diduga karena masih rendahnya antusiasme pengunjung untuk mengekplorasi informasi dan situs itu sendiri. Strategi yang dapat dijalankan untuk menjawab hal ini adalah melakukan inisiasi dari atas ke bawah untuk lebih menggugah tingkat partisipasi pengguna internet indonesia terhadap akumulasi informasi tentang kebudayaan indonesia. Contoh yang mungkin dilakukan misalnya menginisasi dilakukannya pelatihan bagi calon kontributor budaya-indonesia.org. Praktek pelatihan menjadi penting karena pembekalan ini tidak hanya dipusatkan pada pemberian kemampuan teknis mengorganisasi informasi tapi lebih menyiapkan kontributor menjadi bagian dari sistem penyokong budayaindonesia.org sehingga hal ini diharapkan mampu meningkatkan apresiasi pengunjung terhadap budaya indonesia secara lebih luas. Di samping itu, terdapat catatan teknis pada penurunan pengunjung sebagaimana yang terlihat pada grafik. Hal ini disebabkan oleh belum diaktifkannya penggunaan protokol CGI (Common Gateway Interface) pada perangkat lunak web server budaya-indonesia.org yang berakibat pada terganggunya pengeksekusian halaman web, khususnya halaman dengan konten formulir. Konsekuensi dari pengaktifan protokol ini adalah server beresiko kehabisan sumber daya memori dan kebanjiran perintah untuk menginterpretasi argumen, memanggil data, menggenerasi dan mengembalikan output, karena protokol CGI mengeksekusi tiap entri yang diminta user secara mandiri. (Web Application Architecture, 2003) Salah satu solusi yang memungkinkan adalah mengganti protokol CGI dengan pengaktifan modulmodul Apache. Berbeda dengan paradigma CGI yang dinyalakan setiap permintaan entri masuk kemudian dipadamkan setelah output dikembalikan, Web Server Apache mempercepat dan menyederhanakan metode-metode komunikasi dalam server tanpa menurunkan efektivitas sumber daya server dan waktu eksekusinya melalui penggunaan modul-modulnya. Solusi ini dirasakan lebih efektif untuk server budaya-indonesia.org yang telah diinstal perangkat lunak Web Server Apache. (Linux Apache Web Server Administration, 2001; Apache Modules Book, 2007) Beberapa catatan lain yang bisa ditambahkan pada proses pembangunan dan pemeliharaan situs adalah terkait dengan pengaturan hak pengguna. Walaupun pada dasarnya pengguna mempunyai kewenangan yang sama dalam pengembangan dan pemeliharaan situs, perangkat lunak wiki menyediakan fasilitas yang membedakan jenis pengguna dalam kategori kontributor, administrator dan pengembang (developer). Kontributor merupakan komponen paling penting dalam situs yang berfungsi sebagai penyunting utama isi dan pengorganisasian informasi pada situs. Sementara administrator bertanggung jawab untuk tugas-tugas seperti menjaga keamanan, mengatur antar-muka (templat, skin, penyematan logo, dan sebagainya), dan memelihara konten situs (memindahkan, menggabungkan, mengorganisasi halaman); kewenangan yang pada dasarnya bisa didelegasikan kepada semua pengguna. Hanya saja, pada awal pembangunan situs, fungsi tersebut hanya bisa dilakukan oleh beberapa pengguna. Hal ini ditujukan untuk menjaga situs dari kemungkinan perusakan baik oleh mesin/robot maupun campur tangan individu dengan motif menyimpang/vandal. Hal yang sama juga berlaku juga pada peran developer atau pengembang, dimana pada dasarnya setiap pengguna bisa menambahkan, mengurangi, ataupun memodifikasi sebuah aplikasi melalui instalasi ekstensi dengan kapabilitas tertentu (misalnya membuat galeri gambar, pemutar midi, dan sebagainya) ke dalam situs. Akan tetapi, dalam awal pembangunan situs, hak tersebut dirasa perlu 11
dibatasi hanya kepada beberapa pengguna yang terpercaya untuk alasan keamanan. Pada perkembangan di masa depan, nantinya setiap pengguna diharapkan mampu mengembangkan situs tersebut secara mandiri di mana semua pengguna telah mampu menyiapkan mekanisme yang mengatur dirinya dalam menentukan siapa untuk peran apa. Hal ini tentu saja merupakan kondisi yang sangat diharapkan agar proses pengembangan situs dapat lebih progresif.
6. Catatan Akhir Seperti yang telah diungkapkan di atas, Indonesia merupakan negara dengan tingkat keanekaragaman etnik dan budaya yang sangat tinggi. Kondisi ini ditambah dengan karakteristik geografis yang unik – berupa kepulauan, menjadikan Indonesia kandidat potensial untuk menjadi pusat budaya dan juga pusat penelitian serta lahirnya konsep dinamika dan evolusi budaya dunia. Di sisi lain, keanekaragaman budaya tersebut menjadikan sumber utama bagi pengembangkan ekonomi yang berbasiskan kreativitas dan inovasi atas aspek-aspek budaya nasional. Sehingga, alihalih menjadikan diversitas budaya sebagai pemecah kesatuan bangsa yang dirasa sangat tidak menguntungkan dalam iklim globalisasi saat ini, budaya sendiri pada dasarnya bisa kita pandang sebagai alat pemersatu bangsa, motor penggerak ekonomi dan kemajuan ilmu pengetahuan. Situs budaya-indonesia.org merupakan sebuah platform komputasional, yang memanfaatkan kemajuan yang pesat dalam bidang teknologi komputasi dan informasi guna preservasi kekayaan budaya Indonesia. Situs yang menggunakan teknologi web.2.0 ini, diharapkan akan cocok (fit) dengan kondisi sosiologis masyarakat yang heterogen dan tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Karakteristik situs budaya-indonesia.org yang bersifat terbuka dan partisipatif serta terdistribusi, diharapkan juga akan mampu mendorong kontribusi aktif masyarakat dalam penyediaan data empirik budaya Indonesia, yang pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa kepemilikan dan penghargaan masyarakat Indonesia akan budayanya. Di samping itu, data empirik kekayaan budaya Indonesia merupakan sumber untuk penelitian dan pengetahuan sosial, sehingga kita bisa merumuskan konsep kesatuan budaya Indonesia yang ilmiah dan berdasarkan pada temuan-temuan empirik. Beberapa kendala masih ditemui dalam pembangunan dan pengembangan situs ini, terutama terkait dengan aspek-aspek teknis. Di sisi lain, evaluasi jumlah kontributor selama kurang lebih 1 bulan (dari 17 Agustus s.d 9 September 2008) menunjukkan tingkat konstribusi yang masih rendah. Beberapa aktivitas yang bisa meningkatkan kontribusi aktif dari seluruh lapisan masyarakat, khususnya generasi muda tentunya masih perlu diinisiasi, seperti: pelatihan penggunaan web ke seluruh kalangan, kampanye menggunakan media informasi lain (cetak dan elentronik), atau fasilitas internet lainnya (mailing list, e-mail dan blog dan lain sebagainya).
7. Referensi Aulds, C. (2001). Linux Apache Web Server Administration. SYBEX Awazu, Y., & Desouza, K. (2004). Open knowledge management: Lessons from the open source revolution. Journal of the American Society for Information Science and Technology 55(11). Asosiasi Warung Internet Indonesia (AWARI). (2008). Warung Internet dalam Angka & Statistik. URL: http://www.awari.or.id. Bryant, S., Forte, A., & Bruckman, A. (2005). Becoming Wikipedian: Transformation of participation in a collaborative online encyclopedia. Dalam Proceedings of the 2005 international ACM SIGGROUP conference on supporting group work. Sanibel Island, Florida, USA. 12
Choate, M. (2007). Professional Wikis. Wiley Publishing, Inc. Indiana, USA. Darwin, C. (1859, 1995). On the origin of species by means of natural selection, or the preservation of favoured races in the struggle for life. Gramercy. Gripsrud, Jostein. (1999). Understanding Media Culture. Arnold Publishers. New York, USA. Kew, N. (2007). Apache Modules Book: application development with apache. Prentice Hall. Khanafiah. D. & Situngkir, H. (2008). “Ethnic and Social Conflict in Indonesia”. Journal of Social Complexity 3(2). Laughey, Dan (2006). Music and Youth Culture. Edinburgh University Press, Edinburgh Nov, O. & Kuk. G. (2008). "Open source content contributors’ response to free-riding: The effect of personality and context". Computers in Human Behavior. doi:10.1016/j.chb.2008.04.009 OECD (2007). Participative Web and User-Created Content: Web 2.0, Wikis and Social Networking. OECD publication on Science & Information Technology no. 15, pp. 1 – 128. Organization for Economic Co-operation and Development. Oreg, S. & Nov, O. (2008). "Exploring Motivations for Contributing to Open Source Initiatives: The Roles of Contribution Context and Personal Values". Computers in Human Behavior 24. Schwartz, S. (1992). Universals in the content and structure of values: Theoretical advances and empirical tests in 20 countries. Dalam M. P. Zanna (Ed.). Advances in experimental social psychology 25. pp. 1–65. Academic Press. Shklar, L., Rosen, R. (2003). Web Application Architecture: principles, protocols, and practices. John Wiley and Sons, Ltd. Smith, Anthony D. (2008). The Cultural Foundations of Nations: Hierarchy, Covenant, and Republic. Blackwell Publishing Ltd, USA. Situngkir, H. (2008a). “Evolutionary Economics celebrates Innovation and Creativity based Economy”. BFi Working Paper Series WP-11-2008 Bandung Fe Institute. Situngkir, H. (2008b). “Constructing the Phylomemetic Tree”. Dalam Amaro, L. R. (eds.). Impact of Globalization and Technology on Behavior and Everyday Practices: Cross-Cultural Studies. In Press. Surya, Y., Situngkir, H., Mauludy. R., Zawani, H., Khanafiah, D., Hariadi, Y., Suroso, R. (2008). Solusi untuk Indonesia: Prediksi Kompleksitas/Ekonofisika. Kandel. Vickers, A. (2005). A History of Modern Indonesia. Cambridge UP. Zimmer, M. (2008). “Critical Perspectives on Web 2.0”. First Monday, Peer-reviewed Journal on the Internet Volume 13, Number 3-3 March 2008. First Monday.
13
