KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
PESANTREN MAHASISWI AR ROYAN Dengan Penerapan Teori dalam Paper ‘Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan Al Qur’an dan Sunnah’ oleh Nangkula Utaberta ST, M.Arch.
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh: Nur Laili Yustika I 0203083
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PROGRAM STUDI ARSITEKTUR 2010
i
PESANTREN MAHASISWI AR ROYAN Dengan Penerapan Teori dalam Paper ‘Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan Al Qur’an dan Sunnah’ oleh Nangkula Utaberta ST, M.Arch. Disusun oleh : Nur Laili Yustika NIM. I0203083
Menyetujui Surakarta,
Januari 2010
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Agoes Soediamhadi NIP 19460318 197501 1 001
Ir . Leny Pramesti ,MT NIP 19610628 199802 2 001
Mengesahkan, Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNS
Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNS
Ir. Noegroho Djarwanti,MT NIP 19561112 198403 2007
Ir. Hardiyati,MT NIP 19561209 198601 2001
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
ii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan keberkahan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul ‘PESANTREN MAHASISWI AR ROYAN Dengan Penerapan Teori dalam Paper ‘Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan Al Qur’an dan Sunnah’ oleh Nangkula Utaberta ST, M.Arch.’ sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan upaya penulis dalam memberikan nuansa islami pada bangunan pesantren mahasiswi yang tentu saja bertujuan untuk membina para muslimah intelektual dari sisi dieniyah. Mengapa arsitektur islam? Tentu karena bangunan akan mempengaruhi psikologi penghuninya. Sehingga optimalisasi nuansa islami pada bangunan menjadi langkah awal upaya pembinaan. Penyusun sangat menyadari bahwa Tugas Akhir ini banyak sekali memiliki kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu, kritik saran demi perbaikan sangat diharapkan. Penyusun menyadari kesalahan dan kekeliruan yang terdapat dalam Tugas Akhir ini berasal dari Penyusun dan segala sesuatu yang benar dari penyusunan datangnya dari Allah SWT. Dengan kerendahan hati pula, atas terwujudnya Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ir. Noegroho Djarwanti, MT, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ir. Hardiyati, MT, selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ir. Agoes Soediamhadi, selaku dosen Pembimbing I 4. Ir. Leny Pramesti, MT, selaku dosen Pembimbing II 5. Ir. MDE Purnomo, MT, selaku dosen pembimbing akademik 6. Panitia Tugas Akhir 7. Pesantren Mahasiswa/i Ar Royan dan JN UKMI UNS 8. Semua pihak yang telah banyak membantu terselesaikannya Tugas Akhir ini.
iii
Semoga Tugas akhir yang jauh dari sempurna ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Surakarta,
Januari 2010
Penyusun Nur laili yustika I0203083
iv
PERSEMBAHAN Karya kecil ini kupersembahkan untuk Allah SWT.. Dia, tempat curahan hatiku, Yang selalu menghapus air mataku dan membuatku tersenyum kembali, Yang Memberiku kekuatan yang tak kusangka sama sekali, Yang memilihkanku segala sesuatu yang terbaik bukan sekedar yang kusukai, Yang tak memberi kesempatan kepadaku untuk bergantung pada makhluk-Nya hingga kini, Yang menjewerku ketika timbul ujub dan rasa tak bersyukur di hati Rasulullah saw, tak ada alasan untuk tak mencintaimu, ummul mukminin, putra-putri dan para sahabat.. Saudara-saudaraku umat islam di seluruh penjuru dunia sejak awal hingga akhir zaman, kuberharap bisa selalu mencintai sudara-saudaraku sekalian karena Allah Ta’ala, semoga kita dipertemukan di surga-Nya kelak. Babeh Bapa, mamih ibu, maru-maru kecil: Reza ‘Ibon’ Maulana, ‘Inda’ Dzil Arsyi Dewi, M.’Faid’tullah Akbar, Fathonah Mifta ‘Ipa’ Hussifa. Seluruh leluhur dan moyangku jawa dan cina yang telah mewariskanku rupa unik, karakter, dan agama terindah sehingga aku harus bertanya ketika sedang bersedih, bagian manakah dalam diri dan hidupku yang membuatku tak bersyukur pada-Nya? Mimpi adalah nilai diri Punya mimpi berarti sumber energi Mendayung di lautan darah dan api Hingga duka lara pergi Tuk rengkuh asa yang dinanti Kepada diri Meski darah tumpah dan hangus oleh api Takkan membuatmu mati Kecuali restu Tuhan yang dinanti Maka milikilah mimpi Karena tak punya mimpi Itulah harga mati THANK’S TO Allah SWT, untuk bantuan langsung ataupun tak langsung-Mu Keluarga tercinta di rumah yang memberikan dukungan selama ini. Pesma Ar Royan dan JN UKMI UNS yang telah memberikan data dan info yang berharga Ina, sohibku yang berkat-Nya lah kita bersahabat. Terimakasih atas ketulusanmu selama ini. EG’ers: Use-Q, Lina, de2, Nurul, Mu2nk, Pika, Irma, Rina, Diah, ‘anak-anakku’ Nisa’Bo Jong’ & Bibah ‘Ha Jong’ Almira’ers : Mba Ti2,mba Mel, Mba Candra, cey Yoed, Oha, Dessy& Tipuk. Teman2 seangkatan yang menyaksikan prosesku menyelesaikan TA: Tery, V3, Ocha, Yeni, Sugeng, Desta Cah-cah studio 116 Semua yang pernah berbuat kebaikan padaku selama kuliah, semoga Allah membalas dengan balasan terbaik Semua yang pernah kuzhalimi, terimakasih karena telah memberi pelajaran berharga. Semoga aku termasuk orang-orang yang bertaubat..
DAFTAR ISI
v
Halaman Judul
i
Lembar Pengesahan
ii
Kata Pengantar
iii
Persembahan
v
Daftar isi
vi
Daftar Gambar
x
Daftar Tabel
xiii
BAB I PENDAHULUAN I.1
Judul
1
I.2
Pengertian Judul
I.3
Latar Belakang
I.4
Permasalahan
I.5
Tujuan dan Sasaran
I.6
Batasan dan Lingkup Pembahasan
6
I.7
Metode Pengumpulan Data dan Pembahasan
6
I.8
Sistematika Pembahasan
7
1 1 Makro dan Mikro
5 5
BAB II TINJAUAN TEORI ‘Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan Al-Qur’an dan Sunnah’ oleh Nangkula Utaberta ST, M.Arch. II.1
Pendahuluan
9
II.2
Prinsip Pengingatan Kepada Tuhan
9
II.3
Prinsip pengingatan pada ibadah dan perjuangan.
11
II.4
Prinsip Pengingatan pada Kehidupan Setelah Kematian
II.5
Prinsip Pengingatan Akan Kerendahan hati
14
II.6
Prinsip Pengingatan Akan Wakaf dan Kesejahteraan Publik
16
II.7
Prinsip Pengingatan Terhadap Toleransi Kultural
II.8
Prinsip Pengingatan Akan Kehidupan yang Berkelanjutan
19
II.9
Prinsip Pengingatan Tentang Keterbukaan
21
II.10
Kesimpulan
13
18
23
BAB III TINJAUAN OBJEK III.1
III.2
Tinjauan Pesantren Mahasiswa Ar Royan
24
III.1.1 Lokasi Pesantren Mahasiswa Ar Royan
24
III.1.2 Profil Pesantren Mahasiswa Ar Royan
25
Tinjauan JN UKMI UNS
30
vi
BAB IV PROSES PENENTUAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PESANTREN MAHASISWI AR ROYAN IV.1
IV.2
PROSES PENENTUAN KONSEP PERUANGAN
32
V.1.1
Pelaku dan Kegiatan
32
V.1.2
Kebutuhan Ruang
32
V.1.3
Pola Hubungan Ruang
35
V.1.4
Pengelompokan Kegiatan
37
V.1.5
Perhitungan santriwati pengguna pesmi Ar Royan
37
V.1.6
Perhitungan Daya Tampung
38
V.1.7
Besaran ruang
41
PROSES PENENTUAN KONSEP LOKASI DAN SITE V.2.1. Proses Penentuan Konsep Lokasi
44 44
V.2.2. Proses Penentuan Konsep Site
46
IV.3
PROSES PENENTUAN KONSEP PELETAKAN ME DAN SE
48
IV.4
PROSES PENENTUAN ZONE BERDASARKAN KEBISINGAN
50
IV.5
PROSES PENENTUAN KONSEP PENZONINGAN
51
IV.6
PROSES PENENTUAN KONSEP MASSA
52
IV.6.1
Proses Penentuan Konsep Bentuk Dasar Massa
53
IV.6.2
Proses Penentuan Konsep Pola Massa
53
IV.6.3
Proses Penentuan Konsep Sirkulasi
54
IV.7
PROSES PENENTUAN KONSEP ORIENTASI BANGUNAN
55
IV.8
PROSES PENENTUAN KONSEP PEMILIHAN BAHAN BANGUNAN
57
IV.9
V.8.1
Proses Penentuan konsep Material
57
V.8.2
Proses Penentuan Konsep Warna
58
PROSES PENENTUAN KONSEP TATA RUANG LUAR BANGUNAN
58
IV.9.1
Proses Penentuan Konsep Tampilan Bangunan
58
IV.9.2
Proses penentuan Konsep Lansekap
IV.10
PROSES PENENTUAN KONSEP TATA RUANG DALAM BANGUNAN
IV.11
PROSES PENENTUAN KONSEP STRUKTUR DAN KONSTRUKSI YANG
IV.12
61 66
DIGUNAKAN
67
IV.11.1
Super Struktur
68
IV.11.2
Sub Struktur
69
IV.11.3
Upper Struktur
69
PROSES PENENTUAN KONSEP UTILITAS
70
IV.12.1 Jaringan Air Bersih
70
IV.12.2 Sanitasi
71
IV.12.3 Jaringan Listrik
72
vii
IV.12.4 Pemadam Kebakaran
74
IV.12.5 Sistem Komunikasi
75
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PESANTREN MAHASISWI AR ROYAN V.1.
V.2.
KONSEP PERUANGAN
76
V.1.1
Pelaku dan Kegiatan
76
V.1.2
Kebutuhan Ruang
76
V.1.3
Pola Hubungan Ruang
77
V.1.4
Pengelompokan Kegiatan
V.1.5
Santriwati pengguna pesmi Ar Royan
79
V.1.6
Daya Tampung
79
V.1.7
Besaran ruang
80
KONSEP LOKASI DAN SITE
82
V.2.1. Konsep Lokasi
82
V.2.2. Konsep Site
82
78
V.3.
KONSEP PELETAKAN ME DAN SE
V.4.
KONSEP ZONE BERDASARKAN KEBISINGAN
V.5.
KONSEP PENZONINGAN
V.6.
PROSES PENENTUAN KONSEP MASSA
V.7.
KONSEP ORIENTASI BANGUNAN
85
V.8.
KONSEP PEMILIHAN BAHAN BANGUNAN
85
V.9.
V.8.1.
Konsep Material
V.8.2.
Konsep Warna
83 83 84 84
85 85
KONSEP TATA RUANG LUAR BANGUNAN
85
V.9.1.
Konsep Tampilan Bangunan
85
V.9.2.
Konsep Lansekap
86
V.10.
KONSEP TATA RUANG DALAM BANGUNAN
86
V.11.
KONSEP STRUKTUR DAN KONSTRUKSI YANG DIGUNAKAN
87
V.11.1. Super Struktur
87
V.11.2. Sub Struktur
87
V.11.3. Upper Struktur
87
KONSEP UTILITAS
88
V.12.1.
Jaringan Air Bersih
88
V.12.2.
Sanitasi
88
V.12.3.
Jaringan Listrik
V.12.4.
Pemadam Kebakaran
90
V.12.5.
Sistem Komunikasi
90
V.12.
89
viii
Daftar Pustaka
xiv
Lampiran
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 2.1 Contoh beberapa bangunan yang dirancang oleh Frank Lloyd Wright Gambar 2.2 Beberapa contoh bangunan yang dibangun secara monumental
11 16
Gambar 2.3 Tipologi bangunan masjid
19
Gambar 3.1 Peta lokasi Pesma/i Ar Royan
25
Gambar 3.2 Kamar Pesmi
27
Gambar 3.3 Musolla Pesmi
27
Gambar 3.4 Area Parkir Pesmi
27
Gambar 3.5 Ruang Tamu Pesmi
27
Gambar 4.1 skema pola hubungan ruang kegiatan pengajaran
35
Gambar 4.2 skema pola hubungan ruang kegiatan pembinaan
35
Gambar 4.3 skema pola hubungan ruang kegiatan pengembangan skill dan wawasan
36
Gambar 4.4 skema pola hubungan ruang kegiatan asrama
36
Gambar 4.5 skema pola hubungan ruang kegiatan pengelola
36
Gambar 4.6 skema pola hubungan ruang makro
36
Gambar 4.7 Peta area fasilitas perkuliahan dan alternatif blok lokasi
45
Gambar 4.8 Peta area fasilitas perkuliahan dan alternatif blok lokasi
45
Gambar 4.9 Lokasi terpilih (Blok A)
46
Gambar 4.10 Radius site dari blok A
47
Gambar 4.11 Blok site di lokasi A
47
Gambar 4.12 Site yang memenuhi kriteria
48
Gambar 4.13 Site terpilih
48
Gambar 4.14 Letak ME & SE
50
Gambar 4.15 kebisingan di sekitar site
50
Gambar 4.16 Zone berdasarkan kebisingan
51
Gambar 4.17 Penentuan zoning
52
Gambar 4.18 Bentuk gubahan massa berdasarkan bentuk dasar massa dan pola massa
55
Gambar 4.19 Pola sirkulasi bangunan
55
Gambar 4.20 Analisa Orientasi Site
56
Gambar 4.21 kayu berpola
58
Gambar 4.22 sketsa potongan masjid Gambar 4.23 tampilan bangunan
60 61
Gambar 4.24 jendela belajar
61
Gambar 4.25 arah matahari
63
Gambar 4.26 tempat wudlu
65
Gambar 4.27 rencana lansekap
65
Gambar 4.28 interior, lorong gelap untuk entrance
67
x
Gambar 4.29 interior, plafond
67
Gambar 4.30 interior, balok lantai dasar masjid
67
Gambar 4.31 grid struktur bangunan masjid
68
Gambar 4.32 Rangka bentang 6 m
68
Gambar 4.33 Skema Analisa Sistem down feed distribution
70
Gambar 4.34 Skema Analisa Sistem sanitasi (air kotor)
71
Gambar 4.35 Skema Analisa Sistem sanitasi (air hujan)
72
Gambar 4.36 Skema Analisa Penyediaan Listrik
72
Gambar 4.37 Skema Analisa Jaringan telekomunikasi
75
Gambar 5.1 skema pola hubungan ruang kegiatan pengajaran
77
Gambar 5.2 skema pola hubungan ruang kegiatan pembinaan
77
Gambar 5.3 skema pola hubungan ruang kegiatan pengembangan skill dan wawasan
78
Gambar 5.4 skema pola hubungan ruang kegiatan asrama
78
Gambar 5.5 skema pola hubungan ruang kegiatan pengelola
78
Gambar 5.6 skema pola hubungan ruang makro
78
Gambar 5.7 Lokasi terpilih (Blok A)
82
Gambar 5.8 Blok site di lokasi A
82
Gambar 5.9 Site terpilih
83
Gambar 5.10 Letak ME & SE
83
Gambar 5.11 Zone berdasarkan kebisingan
83
Gambar 5.12 Penentuan zoning
84
Gambar 5.13 Bentuk gubahan massa berdasarkan bentuk dasar massa dan pola massa
84
Gambar 5.14 Pola sirkulasi bangunan
84
Gambar 5.15 Jendela Belajar
85
Gambar 5.16 Tampilan Bangunan
86
Gambar 5.17 rencana lansekap Gambar 5.18 interior, lorong gelap untuk entrance
86 86
Gambar 5.19 interior, plafond
87
Gambar 5.20 interior, balok lantai dasar masjid
87
Gambar 5.21 grid struktur bangunan masjid
87
Gambar 5.22 Rangka bentang 6 m
87
Gambar 5.23 Skema Analisa Sistem down feed distribution
88
Gambar 5.24 Skema Analisa Sistem sanitasi (air kotor)
88
Gambar 5.25 Skema Analisa Sistem sanitasi (air hujan)
89
Gambar 5.26 Skema Analisa Penyediaan Listrik
89
Gambar 5.27 Skema Analisa Jaringan telekomunikasi
90
xi
DAFTAR TABEL
xii
Tabel 1.1 kegiatan dakwah untuk mahasiswa muslim UNS
4
Tabel 1.2 Rata-rata Jumlah peserta kajian setiap pekan
4
Tabel 3.1 Daftar Madah Dirasoh Persemester Pesma Ar-Royan Surakarta
28
Tabel 3.2 Prosentase jumlah mahasiswa S1 muslim UNS 2004-2008
30
Tabel 3.3 Prosentase jumlah mahasiswa S1 muslim laki-laki dan perempuan UNS 2004-2008
30
Tabel 3.4 Jumlah pengurus JN UKMI UNS
32
Tabel 4.2 Pengelompokkan kegiatan pada zona Tabel 4.3 Perhitungan Kebutuhan Ruang
37 41
Tabel 4.4 Analisa pemilihan lokasi
46
Tabel 4.5 Analisa pemilihan site
48
Tabel 4.6 Alternatif Bentuk Pola Tata Massa/ Organisasi Ruang
54
Tabel 4.7 Jenis struktur
68
Tabel 4.8 Jenis pondasi
69
Tabel 4.9 Jenis struktur atap
69
Tabel 4.10 Analisa luas septic tank
71
Tabel 4.11 Pipa pembuangan air hujan dan sumur resapan
71
Tabel 4.12 Analisa kebutuhan listrik untuk penerangan
73
Table 5.1 Kelompok Kegiatan
76
Tabel 5.2 Kebutuhan Ruang
80
Tabel 5.3 Luas septic tank
88
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Judul
xiii
Pesantren Mahasiswi Ar Royan dengan penerapan teori dalam paper ’Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi Dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan Al-Qur’an Dan Sunnah’ oleh Nangkula Utaberta, ST, M.Arch.
I.2 Pengertian Judul §
Pesantren : asrama tempat santri atau tempat murid-murid belajar mengaji dsb; pondok1
§
Mahasiswi : wanita yang belajar di Perguruan tinggi
§
Pesantren mahasiswi : asrama tempat belajar mengaji dsb untuk mahasiswi
§
Pesantren Mahasiswi Ar Royan : Sebuah pesantren mahasiswi yang terletak di JL. Kartika 01 No.01, RT 01 RW 18, Ngoresan, Jebres, Surakarta 57126.
’Pesantren Mahasiswi Ar Royan dengan penerapan teori dalam paper ’Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi Dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan Al-Qur’an Dan Sunnah’ oleh Nangkula Utaberta, ST, M.Arch adalah sebuah fasilitas tempat mahasiswi sebagai santri untuk menuntut ilmu agama islam dengan menerapkan teori dalam paper Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi Dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan Al-Qur’an Dan Sunnah oleh Nangkula Utaberta, ST, M.Arch.
I.3 Latar Belakang I.3.1
Menuntut ilmu untuk dunia dan akherat Allah SWT telah menciptakan dan menjadikan alam ini seluruhnya lengkap dengan
sistem yang menyeluruh. Antara satu sama lain ada perakitan dan manfaatnya sendiri. Allah SWT yang menjadikan semua isi alam ini dari yang sekecil-kecilnya hingga yang paling besar, yang nyata dan yang ghaib. Dari sifat pengetahuan Allah SWT yang Maha Mengetahui inilah, sehingga Allah SWT menjadi sumber ilmu. Dengan ilmu Allah SWT tersebut, kemudian Dia mengajar manusia terhadap apa-apa yang tidak diketahui menjadi diketahuinya. Ada ilmu Allah SWT yang diturunkan secara resmi kepada Rasul-Nya dan ini kemudian menjadi pedoman hidup (minhajul hayah). Ada ilmu Allah SWT yang diturunkan secara tidak resmi dan ini menjadi sarana hidup (wasailul hayah). Kedua ilmu tersebut sangat bermanfaat untuk memeproleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Islam mendorong kaumnya untuk menguasai ilmu dunia dan ilmu akhirat. "Barangsiapa menginginkan dunia maka ada ilmunya. Barangsiapa menginginkan akhirat maka ada ilmunya. Barangsiapa menginginkan keduanya, maka diperlukan ilmu keduanya." (Al Hadits).2 Sebagai seorang mukmin, orientasi kehidupan sepatutnya ditujukan terutama untuk akherat. Dunia beserta segala apa yang ada di dalamnya diraih untuk memudahkan jalan menuju kebaikan dan ibadah. Allah swt berfirman : 1 2
KBBI Daring, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Republik Indonesia. ‘Ilmu Allah’ artikel DPP PK Sejahtera
xiv
“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” (Q.S An Nur :37) Ilmu Allah sebagai wasaiul hayah (sarana hidup) ditempuh dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengikuti pendidikan formal (sekolah) yang ada. Dari mulai Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi sudah bayak didirikan. Sedangkan ilmu Allah sebagai minhajul hayah (pedoman hidup) nampaknya kurang mendapat perhatian. Pendidikan formal umum yang ada saat ini begitu diprioritaskan oleh pemerintah dibandingkan dengan ilmu agama. Ketika seseorang masih menginjak bangku SD sampai SMU, pendidikan agama islam masih menjadi salah satu mata pelajaran penting yang diadakan minimal satu pekan sekali. Namun ketika seorang sudah menduduki bangku kuliah (untuk jurusan umum selain yang berkaitan dengan agama islam) pendidikan agama islam hanya diadakan selama satu semester. Jika pelajaran agama islam yang diadakan satu pekan sekali di bangku sekolah belum dapat menjamin pengamalannya maka bagaimanakah apabila tidak ada sama sekali? Oleh karenanya penting bagi seorang mahasiswa untuk aktif mencari ilmu agamanya di luar bangku kuliah. I.3.2
Penerapan nilai-nilai Al Qur’an dan sunnah dalam kehidupan Islam adalah agama yang sempurna. Allah swt berfirman:
”...Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu menjadi agama bagimu.” (Q.S. AlMaidah:3). Risalah islam merupakan risalah bagi manusia untuk semua sektor kehidupan dan segala aktifitas kemanusiaannya. Maka islam tidak pernah meninggalkan satu aspekpun dari aspek-aspek kehidupan manusia, kecuali Allah telah mengaturnya. Risalah islam tidak akan membiarkan manusia berjalan sendiri tanpa hidayah Allah. Kemanapun dia melangkah dan dalam aktivitas apapun yang dilakukan, baik yang bersifat materi maupun spiritual, individu maupun kelompok, gagasan dan operasional, politik, sosial, ekonomi, maupun kebudayaan. Pasti telah ada aturan yang membimbing manusia untuk berbuat yang terbaik.3 Al Qur’an dan sunnah sebagai pedoman risalah islam seharusnya dijadikan tuntunan hidup umat islam. Dalam segala sisi kehidupan, kelengkapan tuntunan hidup tidak diragukan lagi. Dari mulai seorang manusia bangun tidur sampai ia tertidur lagi, semuanya telah ada tuntunannya dalam islam. Oleh karenanya sebagai tempat pembinaan akhlak dan tempat menuntut ilmu dien, pesantren berpedoman pada penerapan Al Qur’an dan sunnah dalam segala aspek.
3
Tim BPA, Di Bawah Naungan Cahaya Ilahi, 2003, Surakarta, Nurulhuda Press
xv
I.3.3
Pesantren untuk mahasiswi Menurut Dewan Asatidz dalam artikelnya yang berjudul ’Mengkaji Ulang Pondok
Pesantren Mahasiswa’, Ada dua jenis pesantren mahasiswa, pertama "menawarkan" kepada para mahasiswa untuk jadi santri, atau para santri yang berdomisili di pesantren untuk jadi mahasiswa. Sehingga pesantren mahasiswa berfungsi sebagai wahana kajian dan pengembangan ilmiah. Kedua, "menekan" para mahasiswa untuk jadi santri, sehingga lebih menitik beratkan pesantren mahasiswa tersebut berfungsi sebagai benteng moral. Pesantren mahasiswi cenderung pada jenis yang kedua, yaitu menjadikan mahasiswi sebagai santri, namun bukan untuk menekan atau memaksakan. Tujuannya adalah agar kekeringan ruh yang dialami oleh mahasiswa diharapkan dapat dilembabkan kembali dengan turut menyertakan pembinaan dan pengkajian ilmu agama di pesantren. Mahasiswi sebagai kaum wanita intelektual penerus bangsa selain memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi juga harus disokong dengan kecerdasan spiritual. Perbaikan moral dan akhlak juga harus menjadi prioritas. Dengan kecenderungan prioritas mahasiswi yaitu menuntut ilmu secara optimal di kampus, maka mahasiswi membutuhkan yang dapat membantu pembinaan ilmu dieniyah namun juga memiliki dukungan baik terhadap segala aktifitas di kampus. Dukungan yang baik dalam hal ini berupa lokasi pesantren mahasiswi yang mudah dijangkau serta segala fasilitas yang diberikan. I.3.4
Proyek Pengembangan Pesantren Mahasiswi (Pesmi) Ar Royan4 Pesantren Mahasiswi (Pesmi) Ar Royan didirikan sejak tahun 2005, yang merupakan
pengembangan pesantren mahasiswa (Pesma) Ar Royan. Diawali dari minat mahasiswi yang cukup besar pada saat diadakannya program nonmukim untuk mahasiswa/i yang ingin mengikuti program-program pesantren namun tidak bermukim di pesantren. Dibandingkan dengan Pesma, Pesmi memiliki fasilitas dan sarana prasarana yang belum memadai. Bahkan ada fasilitas-fasilitas penting seperti aula dan ruang kelas yang dipakai bersama. Sedangkan dari sisi kuantitas, mahasiswi yang berminat mendalami ilmu agama lebih banyak daripada mahasiswa. Hal ini mendorong keinginan pengelola untuk mengembangkan pesmi. Selama ini, letak pesma/pesmi Ar Royan yang berdekatan dengan UNS menyebabkan santriwan/wati hampir semua berasal dari UNS. Dan hampir semua pula adalah aktifis kegiatan keislaman baik di UNS maupun luar UNS. Dan karena kedekatan jarak tersebut dan besarnya minat dari mahasiswa/i UNS, hingga saat ini fokus sasaran Pesma/pesmi Ar Royan adalah mahasiswa/i UNS. Keterkaitan dan hubungan antara pesma/pesmi Ar Royan dengan UNS tidak hanya secara personal santriwan/wati yang berasal dari UNS namun juga bentuk-bentuk kerjasama formal dan non formal antara pesma/pesmi Ar Royan dengan lembaga-lembaga keislaman di 4
Wawancara dengan Imam Mas Arum, S.Pd, M.Pd. sekretaris Pengelola Pesma Ar Royan periode 200820013 pada tanggal 24 Juli 2009
xvi
UNS. Kerjasama tersebut berupa sosialisasi pesantren di kalangan mahasiswa oleh lembaga keislaman di UNS serta pengadaan ustadz/ah pembicara dari Ar Royan untuk kegiatan lembaga. I.3.5
Aktifitas Keislaman di UNS5 Aktifitas keislaman di UNS dalam tataran universitas dinaungi oleh Jamaah Nurulhuda
Unit Kegiatan Mahasiswa UNS (JN UKMI UNS). Potensi ketertarikan pada nilai-nilai keislaman di UNS dapat dilihat dari aktifitas pergerakan JN UKMI UNS. Selama 5 tahun ini dapat dilihat dinamisasi kegiatan yang telah dinaungi oleh JN UKMI UNS pada tabel kegiatan berikut: Tabel 1.1 kegiatan dakwah untuk mahasiswa muslim UNS No
Tahun
Jenis kegiatan
kepengurusan 1
2005
Kajian rutin pagi, Malam bina ruhiyah, Kajian kontemporer
2
2006
Kajian rutin pagi, kajian kontemporer, Malam Bina Ruhiyah
3
2007
Kajian rutin pagi, malam bina ruhiyah (mabiru), kajian kontemporer, gema ramadhan, gerakan peduli masjid
4
2008
5
2009
Dusun Binaan, Malam Bina Ruhiyah (Mabiru), Baksos, Pembuatan buletin PIJAR JN UKMI UNS, Web Site Develoement, UKMI Goes to Radio, Mading JN UKMI UNS,Paket UKMI Kajian rutin NH, Pengelolaan perpustakaan, Musabaqoh tilawatil Qur’an (MTQ), Bedah Buku Solo Islamic Book Fair, Forsy Dusun binaan, Pembekalan Pelatihan Pengajar TPA (P3T), Bina Remaja Muslim (BRM), Lomba Kreatifitas Anak-anak TPA (Lokananta), Bakti sosial, Pusidas, Kajian Rutin Pagi, Malam Bina Ruhiyah (Mabiru), Jikodays (Jilbab, Koko days), Kegiatan sambut Ramadhan, Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) Sumber : LPJ Musum JN UKMI UNS periode2005-2009
Tabel 1.2 Rata-rata Jumlah peserta kajian setiap pekan Tahun kepengurusan 2005 2006 2007 2008 2009
Rata-rata jumlah peserta kajian setiap pekan (orang) Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des 381 388 526 492 406 389 485 Maret april Mei Juni juli agust set 478 462 455 422 441 476 464 Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt 273 415 340 360 363 421 404 data tidak didapatkan Agust sept Okt Nov Des Jan Feb Maret 131 153 194 254 209 166 231 172 Sumber : LPJ Musum JN UKMI UNS periode2005-2009
Nov 306
Tabel tersebut menunjukkan bahwa kegiatan keislaman di UNS cukup dinamis dan diminati oleh mahasiswa muslim UNS. Dengan kata lain, potensi ketertarikan pada kegiatan 5
LPJ Musum UKMI periode 2005-2009
xvii
keislaman mahasiswa UNS cukup besar. Selama ini JN UKMI UNS melakukan berbagai kegiatan tersebut di masjid Nurul Huda dan ruangan-ruangan di beberapa fakultas. Dilihat dari dinamisasi kegiatan yang berlangsung serta tempat yang disediakan, maka adanya pesantren mahasiswa/i akan sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa/i UNS dalam mencari ilmu keislaman.
I.4 Permasalahan Makro dan Mikro I.4.1 Permasalahan Makro §
Bagaimana rumusan konsep perencanaan dan perancangan ‘Pesantren Mahasiswi Ar Royan’ yang menerapkan teori Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi Dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan Al-Qur’an Dan Sunnah oleh Nangkula Utaberta, ST, M.Arch.
I.4.2 Permasalahan Mikro §
Bagaimana rumusan konsep rancangan bangunan pesantren mahasiswi yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna baik dari sisi peruangan maupun nuansa pengingatan terhadap agama islam
§
Bagaimana rumusan konsep perencanaan dan pesantren mahasiswi yang dapat memfasilitasi kegiatan menuntut ilmu dan pembinaan akhlak muslimah
§
Bagaimana rumusan konsep site yang dapat mendukung perwujudan pesantren mahasiswi yang ideal.
§
Bagaimana rumusan konsep rancangan bangunan pesantren mahasiswi dari sisi interior maupun eksterior beserta sarana dan prasarananya dalam konteks perwujudan penerapan nilai-nilai Al Quran dan sunnah dalam paper Nangkula Utaberta, ST, M.Arch.
§
Bagaimana rumusan konsep sistem struktur dan utilitas yang sesuai pada bangunan pesantren mahasiswi.
I.5 Tujuan dan Sasaran I.5.1 Tujuan §
Membuat rumusan konsep perencanaan dan perancangan ‘Pesantren Mahasiswi Ar Royan’ yang menerapkan teori Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi Dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan Al-Qur’an Dan Sunnah oleh Nangkula Utaberta, ST, M.Arch.
I.5.2 Sasaran §
Merumuskan konsep rancangan bangunan pesantren mahasiswi yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna baik dari sisi peruangan maupun nuansa pengingatan terhadap agama islam
§
Merumuskan konsep perencanaan dan pesantren mahasiswi yang dapat memfasilitasi kegiatan menuntut ilmu dan pembinaan akhlak muslimah.
xviii
§
Merumuskan konsep site yang dapat mendukung perwujudan pesantren mahasiswi yang ideal.
§
Merumuskan konsep rancangan bangunan pesantren mahasiswi dari sisi interior maupun eksterior beserta sarana dan prasarananya dalam konteks perwujudan penerapan nilainilai Al Quran dan sunnah dalam paper Nangkula Utaberta, ST, M.Arch.
§
Merumuskan konsep sistem struktur dan utilitas yang sesuai pada bangunan pesantren mahasiswi.
I.6 Batasan dan Lingkup Pembahasan I.6.1 Batasan Batasan pembahasan diorientasikan untuk menjawab permasalahan dalam perencanaan dan perancangan desain fisik Pesantren Mahasiswi UNS dengan penerapan teori Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi Dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan Al-Qur’an Dan Sunnah oleh Nangkula Utaberta, ST, M.Arch berdasarkan : §
Wilayah kota Surakarta dengan aspek budaya lokal yaitu budaya jawa terkait dengan penyesuaian pada prinsip-prinsip Al Qur’an dan sunnah yang akan digunakan pada bangunan.
§
Studi yang dilakukan terkait dengan pemilihan lokasi dan site
§
Data-data hasil studi literatur dan observasi yang cukup valid.
§
Tidak menyangkut tentang pendanaan dan perhitungan ekonomi bangunan.
I.6.2 Lingkup Pembahasan §
Pembahasan ditekankan pada disiplin ilmu arsitektur, sedangkan disiplin ilmu lain akan ikut dibahas selama mendukung pembahasan.
§
Pembahasan dilakukan berdasarkan teori yang digunakan terhadap aplikasinya pada bangunan.
I.7 Metode Pengumpulan Data dan Pembahasan I.7.1 Metode Pengumpulan Data Data-data diperoleh dengan beberapa cara, yaitu: §
Studi literatur Studi literatur berkaitan dengan pesantren pelajar/mahasiswa serta prinsip-prinsip Al
Qur’an dan sunnah yang digunakan dengan bersumber dari buku, artikel di internet, dan teori arsitektural yang berorientasi pada obyek observasi untuk mendapatkan data sekunder yang tidak dapat diperoleh dari observasi.
§
Wawancara
xix
Melakukan wawancara dan diskusi dengan mahasiswi muslim UNS, santri pesantren mahasiswi sebagai pengguna fasilitas pesantren serta ustadz terkait idealitas sebuah pesantren mahasiswi. §
Observasi -
Mengamati kondisi lokasi dan tapak pada site yang akan digunakan
-
Mengamati kondisi masyarakat sekitar dalam kaitannya kepentingan masyarakat akan fasilitas publik
§
Mengamati kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat (sekitar lokasi).
Studi perbandingan Dengan mengambil sampel pesantren mahasiswi & pesantren pelajar yang ada di
Surakarta untuk dapat mengamati pola kegiatan perusahaan secara umum beserta kebutuhankebutuhan lainnya. §
Survey Mengamati berbagai bentuk kegiatan keislaman yang ada pada wadah-wadah aktifitas
keislaman di Solo secara umum dan sekitar lokasi secara khusus.
I.7.2 Metode Pembahasan Secara umum metode yang digunakan pada pembahasan adalah metode analisa dan sintesa, menganalisa permasalahan yang kemudian disimpulkan sebagai titik tolak penyusunan konsep perencanaan dan perancangan.
I.8 Sistematika Pembahasan Adapun sistematika yang digunakan dalam pembahasan konsep perencanaan dan perancangan Pesantren Mahasiswi Ar Royan dengan penerapan teori dalam paper Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi Dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan AlQur’an Dan Sunnah oleh Nangkula Utaberta, ST, M.Arch adalah sebagai berikut : §
Tahap I
Membahas mengenai pengertian Pesantren Mahasiswi Ar Royan dengan penerapan teori dalam paper Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi Dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan Al-Qur’an Dan Sunnah oleh Nangkula Utaberta, ST, M.Arch. Latar belakang berupa pentingnya menuntut ilmu agama sebagai pedoman hidup disamping ilmu dunia sebagai sarana hidup. Ilmu agama dipelajari untuk pembinaan akhlak sebagai bekal pengamalan ilmu dunia kelak. Pesantren mahasiswi yang ideal serta seuai dengan tuntunan Al Qur’an dan sunnah; permasalahan dan persoalan; tujuan dan sasaran; batasan dan lingkup pembahasan; metode pengumpulan data dan pembahasan; dan sistematika pembahasan. §
Tahap II
Melakukan peninjauan teori tentang nilai-nilai Al Qur’an dan sunnah yang diterapkan dalam desain. Diambil dari sebuah paper yang ditulis oleh Nangkula Utaberta ST. M.Arch yang
xx
berjudul ’Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi Dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan Al-Qur’an Dan Sunnah’. Pendekatan yang digunakan dalam teori ini adalah melalui studi nilai-nilai asasi dari islam seperti Al-Qur’an dan sunnah. §
Tahap III
Meninjau pesantren mahasiswa Ar Royan sebagai objek pengembangan terkait dengan organisasi pengelola serta fungsi dan kebutuhan ruang. §
Tahap IV
Meninjau UNS beserta aktifitas keislaman di dalamnya sebagai objek pengguna fasilitas pesantren. §
Tahap V
Mendalami, membahas, serta menyimpulkan poin-poin prinsip teori penerapan Al Qur’an dan sunnah terkait dengan aplikasinya di dalam Pesantren Mahasiswi. §
Tahap VI
Meninjau Pesantren Mahasiswi Ar Royan dengan penerapan teori dalam paper Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi Dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan AlQur’an Dan Sunnah oleh Nangkula Utaberta, ST, M.Arch yang direncanakan meliputi peran, fungsi, tinjauan keorganisasian pesantren dan skala pelayanan, kegiatan, fasilitas, pelaku kegiatan, pola kegiatan dan kriteria desain makro dan mikro . §
Tahap VII
Melakukan analisa konsep perencanaan dan perancangan makro dan mikro Pesantren Mahasiswi Ar Royan dengan penerapan teori dalam paper Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi Dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan Al-Qur’an Dan Sunnah oleh Nangkula Utaberta, ST, M.Arch §
Tahap VIII
Merumuskan konsep perencanaan dan perancangan Pesantren Mahasiswi Ar Royan dengan penerapan teori dalam paper Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi Dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan Al-Qur’an Dan Sunnah oleh Nangkula Utaberta, ST, M.Arch. Meliputi kawasan sekitar UNS sebagai lokasi terpilih, besaran ruang, bangunan dan tapak, sistem struktur, modul dan utilitas, konsep arsitektur Islam yang mempengaruhi bentuk dan penampilan bangunan, dan persyaratan ruang yang juga sesuai dengan ide aplikasi desain yang sesuai dengan Al Qur’an dan sunnah.
xxi
BAB II TINJAUAN TEORI Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi Dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan AlQur’an Dan Sunnah oleh Nangkula Utaberta6 Abstrak Banyak perancangan dan pemikiran Arsitektur Islam lahir dari sebuah duplikasi dan peniruan terhadap bentuk-bentuk, elemen dan ornamentasi dari bangunan yang dianggap sebagai produk dari Masyarakat Muslim. Pendekatan ini seringkali terbatasi dengan penggunaan simbol-simbol atau bentuk fisik yang dianggap merepresentasikan Islam dan biasanya berasal dari Timur Tengah. Pada perancangan masjid misalnya, pendekatan yang berorientasi pada fisik biasanya menekankan perlunya kubah, menara atau mihrab sebagai elemen yang wajib ada pada sebuah masjid. Paper ini akan berusaha menggali pemikiran, filosofi dan perancangan yang berasal dari nilai dan prinsip dasar dari Islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah untuk kemudian diinterpretasikan dan diterapkan dalam perancangan Arsitektur Islam yang sesuai dengan semangat zaman, tempat dan kondisi sosial masyarakat. Diharapkan kajian ini akan membuka diskusi yang lebih luas bagi pengembangan berbagai perancangan dan pemikiran Arsitektur Islam khususnya di Aceh yang lebih ber-nilai, progresif dan integratif di masa depan.
II.1 Pendahuluan Tujuan utama dari paper ini adalah menjelaskan beberapa prinsip dan nilai-nilai yang dapat menjadi dasar bagi pembentukan kerangka pemikiran,ide-ide dan filosofi Arsitektur Islam. Pembahasannya sendiri akan terbagi atas prinsip pengingatan padaTuhan, prinsip pengingatan pada ibadah dan perjuangan, prinsip pengingatan pada kehidupan setelah mati, prinsip pengingatan akan kerendahan hati, prinsip pengingatan akan wakaf dan kesejahteraan publik, prinsip
6
Nangkula Utaberta ST. M. Arch, adalah staf pengajar di Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia Jakarta, saat ini sedang menyelesaikan PhD di Jabatan Seni Bina, Fakulti Alam Bina, Universiti Teknologi Malaysia.
xxii
pengingatan terhadap toleransi kultural, prinsip pengingatan kehidupan yang berkelanjutan dan prinsip pengingatan tentang keterbukaan. Pada bagian akhir akan dilampirkan beberapa artikel yang penulis tulis bagi Aceh Institute sebagai contoh aplikasi dari nilai-nilai yang dibahas pada paper ini. Diharapkan kajian ini dapat menjadi dasar bagi pembahasan dan pengembangan pemikiran,ide-ide dan kerangka filosofi Arsitektur Islam di masa depan.
II.2 Prinsip Pengingatan kepada Tuhan Melalui berbagai firmannya Allah banyak mengingatkan kita untuk lebih banyak berkontemplasi merenungi ciptaan-Nya di alam ini. Melalui berbagai ayat Al-Qur’an, Ia banyak mengajak kita untuk merenungi penciptaan alam dan mengambil pelajaran dari makhluk ciptaan-Nya tersebut. Sebagaimana terlihat pada beberapa ayat berikut ini: And is He Who spread out the Earth, and set thereon mountains standing firm, and (flowing) rivers: and fruit of every kind He made in pairs, two and two: He drawled the night as a veil o’er Day. Behold, verily in these things there are Signs for those who consider! And in the earth are tracts (diverse though) neighboring, and gardens of vines and fields sown with corn, and palm trees-grown out of single roots o otherwise: watered with same water, yet some of them We make more excellent others to eat. Behold, verily in these things.7 Alam merupakan bukti dari kebesaran dan ke-Maha Agungan-Nya, dengan memperhatikan alam maka akan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada-Nya. Hal ini telah ditegaskan oleh Frank Lloyd Wright8 melalui berbagai tulisan beliau, sebagaimana terlihat berikut ini: “True education is a matter of seeing in, not merely seeing at. Seeing in means seeing nature. Now when popular education uses the world nature, it may mean the elements; it may mean animal life; it means pretty much from the; waist down. Whereas nature with a capital “N”- I am talking about the inner meaning of the word Nature-is all the body of god we’re ever going to see. It is practically the body of God for us. By studying that nature we learn who we are, what we are, and how we are to be.”9 Karenanya sangat penting bagi kita untuk memperlihatkan kebesaran alam sebagai ciptaan langsung dari Allah jika dibandingkan dengan bangunan atau produk ciptaan manusia. Perancangan bangunan dan perkotaan haruslah berusaha mendekatkan penghuninya dengan suasana yang lebih alami dan dekat dengan alam. Makhluk ciptaan Allah seperti pepohonan, rumput dan bunga-bungaan haruslah mendominasi sebuah perancangan bangunan,perumahan atau perkotaan yang Islami. Pada perancangan bangunan dan perancangan perkotaan dewasa ini, prinsip yang lebih mengutamakan penjagaan
7
QS Ar-Rad 3-4 Salah satu arsitek terbesar di dunia, yang banyak mempropagandakan sebuah arsitek yang dekat dengan alamnya, contoh bangunan dan pemikiran beliau akan banyak menjadi rujukan dalam paper ini. 9 Wright, Frank Lloyd, Truth Against the World, hal 269 8
xxiii
terhadap alam seringkali ditinggalkan. Para pengembang dan arsitek lebih memilih untuk meratakan lahan, menghancurkan alamnya, baru kemudian mendirikan bangunan sesuai keinginannya. Bagian yang alami kemudian dibuat terpisah dalam bentuk taman buatan di sekitar bangunan. Kita akan melihat bagaimana manusia menjajah alam melalui usaha pengasingan elemen-elemen alam tersebut dari produk ciptaan manusia. Suatu contoh yang cukup baik dari segi pengintegrasian alam dengan bangunan dapat dilihat pada perancangan bangunan yang dilakukan oleh Frank Lloyd Wright. Pada perancangan bangunannya, Wright tidak serta-merta meratakan tanah dan lahan yang akan dibangunnya namun beliau secara hati-hati memilih pohon atau elemen alami yang dapat digunakan sebagai elemen utama dari bangunannya. Setelah itu beliau akan secara hati-hati juga menyusun massa bangunan diantara elemen alam tersebut. Dalam memilih bahan bangunan dan ornamentasi pun beliau secara hati-hati mengambil elemen dengan karakter yang sesuai dengan kondisi alam sekitarnya. Berbeda dengan perancangan bangunan besar seperti istana atau bangunan klasik yang mementingkan aspek simetrifitas dan tampak bangunan,bangunan karya Wright lebih bergerak secara organik, asimetri dan berorientasi pada ruang di bagian dalam bangunannya. Sebagaimana terlihat pada beberapa contoh bangunan beliau berikut ini:
Gambar 2.1 Contoh beberapa bangunan yang dirancang oleh Frank Lloyd Wright
Hasil dari pendekatan perancangan ini sungguh luar biasa, bangunan akan menyatu dengan alam sekitarnya. Elemen alam akan terlihat mendominasi sementara bangunan akan terlihat merendah dan berdiri serasi dengan lingkungannya. Walaupun Frank Lloyd Wright bukanlah seorang Muslim namun metode dan pendekatan perancangan beliau terlihat lebih islami dibandingkan banyak arsitek Muslim yang hanya mengutamakan simbol-simbol Islam dibandingkan substansi ajarannya. Selain perancangan dan pembentukan masa bangunan, elemen alam seperti cahaya matahari, aliran udara, suara-suara alam dan gemericik air perlu diintegrasikan ke dalam bangunan. Bangunan sedapat mungkin harus menggunakan sumber energi yang ramah dengan lingkungannya. Penggunaan pencahayaan dan pengudaraan buatan yang dapat merusak lingkungan perlu dihindari dan efek negatifnya perlu diminimalisir sehingga tercipta hubungan yang serasi antara manusia dengan alam sekitarnya sebagai sarana pembentukan kecintaan kita kepada Tuhan.
xxiv
II.3 Prinsip Pengingatan pada Ibadah dan Perjuangan Islam merupakan agama yang sangat berbeda dengan agama lain karena tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur bagaimana hubungan sesama manusia dalam konteks hubungan dengan Tuhannya. Secara teoritis dan praktis prinsip ini cukup kompleks karena ia tidak hanya berbicara tentang aspek ibadah saja namunjuga berbicara mengenai muamalat dan perjuangan perbaikan kehidupan manusia. Hal ini terjadi karena konsep ibadah dalam Islam menyatu dengan keseharian kehidupan Muslim itu sendiri. Hal ini terlihat dari Firman Allah berikut ini: Alif, Lam, Mim. This is the Book; in it is guidance sure, without doubt, to those who fear Allah; Who believe in the Unseen, are steadfast in prayer, and spend out of what We have provided for them; And who believe in the Revelation sent to thee, and sent before thy time, and (in their hearts) have the assurance of the Hereafter. They are on (true) guidance, from their Lord, and it is these who will prosper.10 The believers must (eventually) win through,- Those who humble themselves in their prayers; Who avoid vain talk; Who are active in deeds of charity; Who abstain from sex, Except with those joined to them in the marriage bond,or (the captives) whom their right hands possess,- for (in their case) they are free from blame, But those whose desires exceed those limits are transgressors;Those who faithfully observe their trusts and their covenants; And who (strictly) guard their prayers;- These will be the heirs.11 Rasulullah sendiri melalui berbagai hadith beliau secara tegas menjelaskan bahwa seorang Muslim bukanlah seorang individu yang berdiri sendiri dan mencari keimanan dan ketakwaan untuk dirinya sendiri. Seorang Muslim adalah bagian dari masyarakatnya karenanya ia perlu berjuang demi kebaikan dan kesejahteraan masyarakatnya, sebagaimana terlihat pada beberapa hadith berikut: Abu al-Darda’ reported the Apostle of Allah (may peace be upon him) as saying: Shall I not inform you of something more excellent in degree than fasting, prayer and almsgiving (sadaqah)? The people replied: Yes, Prophet of Allah! He said: it is putting things rights between people, spoiling them isthe shaver (destructive).12 Abu Dhar reported the Apostle of Allah (may peace be upon him) as saying: He who separates the community within a span takes off the noose of Islam from his neck.13 Dalam dunia arsitektur, hal merupakan suatu prinsip yang membawa implikasi sangat besar. Dalam perancangan masjid misalnya, ide tentang prinsip ibadah dan perjuangan menjadikan masjid bukan hanya sekedar tempat sholat dan ibadah ritual saja. Namun juga berperan sebagai
10
QS Al Baqarah 1-5.
11
QS Al Mu’minun 1-10.
12 13
Sunan Abu Dawud Vol.III, hal 1370 Sunan Abu Dawud Vol.III, hal 1332
xxv
pusat kegiatan sehari-hari dan pusat interaksi serta aktivitas dari komunitas Muslim di kawasan tersebut. Hal ini berarti perancangan ruang-ruang suatu masjid haruslah dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan aktivitas di luar aktivitas ritual seperti sholat atau i’tikaf memungkinkan untuk dijalankan. Aktivitas seperti olah-raga, seminar, diskusi keagamaan, sekolah dan pusat pendidikan, perpustakaan, aktivitas perniagaan dan kegiatan yang dapat memperkuat ukhuwah dan silaturahmi seharusnya mendapat porsi perhatian yang cukup sebagaimana aktivitas ritual tadi. Karenanya masjid seharusnya dirancang agar mampu menarik perhatian dan mengundang jama’ah untuk bergabung dan beraktivitas di dalamnya. Masjid bukanlah monument atau bangunan suci yang justru diletakkan terpisah dan terasing dari masyarakatnya. Ia haruslah menjadi pusat aktivitas yang menyatukan dan menjadi sarana dari berbagai kegaiatan masyarakat karenanya elemen-elemen seperti pagar dan dinding bangunan seharusnya lebih terbuka dan memberi kesan mengundang daripada melarang orang untuk masuk ke dalamnya. Karakter masjid sebagaimana disebutkan di atas cukup unik dibandingkan bangunan peribadatan yang lain seperti gereja atau kuil. Pada bangunan gereja atau kuil, ruang dalam bangunan haruslah sedapat mungkin dibuat setenang dan sekhidmat mungkin sehingga orang dapat khusyuk beribadah, sementara pada bangunan masjid harus dipisahkan antara bagian yang memungkinkan ibadah secara khusyuk dengan bagian yang memungkinkan pergerakan dan aktivitas yang lebih bebas. Karenanya diperlukan perancangan dan zoning yang lebih jelas dan dinamis.
II.4 Prinsip Pengingatan pada Kehidupan Setelah Kematian Prinsip ini adalah prinsip yang sangat penting namun sering dilupakan oleh banyak orang. Kematian dankehidupan setelah mati menjadi salah satu pilar penting dari prinsip hidup, filosofi, dan keimanan dalam Islam. Seringkali sebagai seorang manusia kita dilenakan dengan kesibukkan di dunia ini, lalu melupakan bahwa kita akan mati. Dalam prinsip keimanan Islam dinyatakan bahwa setelah kematian setiap orang akan mendapatkan balasan dari perbuatannya di dunia.Dalam berbagai ayat-Nya Allah SWT banyak mengingatkan manusia untuk mempersiapkan bekal bagi menghadapi kehidupan setelah mati dengan memperbanyakkan amalan di dunia ini. Hal ini terlihat pada beberapa ayat berikut: It is not righteousness that ye turn your faces Towards east or West; but it is righteousness- to believe in Allah and the Last Day, and the Angels, and the Book, and the Messengers; to spend of your substance, out of love for Him, for your kin, for orphans, for the needy, for the wayfarer, for those who ask, and for the ransom of slaves; to be steadfast in prayer, and practice regular charity; to fulfil the contracts which ye have made; and to be firm and patient, in pain (or suffering) and adversity, and throughout all periods of panic. Such are the people of truth, the Allah-fearing.14
14
QS Al-Baqarah: 177
xxvi
Those who leave their homes in the cause of Allah, and are then slain or die,-On them will Allah bestow verily a goodly Provision: Truly Allah is He Who bestows the best provision.15 Rasulullah sendiri juga banyak mengingatkan kita akan pentingnya bagi kita untuk berhati-hati dalam kehidupan kita bagi mempersiapkan kehidupan yang akan kita lalui setelah mati sebagaimana terlihat pada hadith berikut ini: Anas b. Malik reported: There passed a bier (being carried by people) and It was lauded in good terms. Upon this the Apostle of Allah (may peace be upon him) said: It has become certain, it has become certain, it has become certain. And there passed a bier and it was condemned in bad words. Upon this the Apostle of Allah (may peace be upon him) said: It has become certain, it has become certain, it has become certain. ‘Umar said: May my father and mother be ransom for you! There passed a bier and it was condemned in bad words, and you said: It has become certain, it has become certain, it has become certain. Upon this the Messenger of Allah (may peace be upon him) said: He whom you praised in good terms, Paradise has become certain for him, and he whom you condemned in bad words, Hell has become certain for him. You are Allah’s witnesses in the earth, you are Allah’s witnesses in the earth, you are Allah’s witnesses in the earth.16 Pemakaman merupakan salah satu bentuk arsitektur dari prinsip ini. Agak sulit menemukan literatur berkenaan dengan teori dan konsep pemakaman dalam konteks Arsitektur Islam karena biasanya dianggap tabu atau tidak penting. Namun kalau kita lihat berbagai hadith Rasulullah berikut ini, kita akan mendapati bahwa pemakaman merupakan elemen yang sangat penting dan perlu mendapatkan perhatian yang cukup serius. It is narrated on the authority of ‘Amir ibn Rabi’a (may Allah be pleased with him) that the Prophet (may peace be upon him) said: Whenever you see a funeral procession, stand up for that until it moves away or is lowered on the ground.17 It is reported on the authority of Ibn Juraij that the Holy Prophet (may peace be upon him)said: Should anyone amongst you see a bier he must stand up so long as it is within sight in case he does not intend to follow it.18 Pemakaman merupakan suatu bangunan yang penting,karena ia dibangun bukan untuk orang yang sudah mati namun sebagai pengingatan bagi orang yang masih hidup. Karenanya perletakkan pemakaman haruslah diletakkan di tempat yang mudah terlihat dari kehidupan sehari-hari. Manusia perlu untuk senantiasa diingatkan bahwa mereka akan mati sehingga lebih berhati-hati dan lebih tenggang rasa dengan masyarakat sekitarnya. Apabila lahan yang mahal menjadi alasan dari pemilihan lokasi untuk perletakkan pemakaman maka mungkin dapat digunakan simbol atau monumen untuk mengindikasikan bahwa di tempat tersebut terdapat pemakaman.
15
16 17 18
QS Al-Hajj: 58 Sahih Muslim Vol. II, hal 451 Sahih Muslim Vol. II, hal 454 Sahih Muslim Vol. II, hal 454
xxvii
Mengingat pentingnya pemakaman bagi kehidupan keseharian sebagaimana dijelaskan diatas. Pemakaman perlu dirancang dan didesain sehinggamemudahkan orang untuk datang dan berziarah disana. Perlu juga disediakan fasilitas yang mendukung fungsi utama ini seperti toilet dan ruangruang untuk bersitirahat. Perlu juga disediakan ruang-ruang yang dapat digunakan secara khusyuk bagi orang-orang untuk mengingat kematian dan meningkatkan ketaqwaan.
II.5 Prinsip Pengingatan akan Kerendahan Hati Islam mengajarkan seorang Muslim untuk merendahkan diri di hadapan Tuhannya. Seorang pemimpin haruslah merendahkan dirinya di hadapan orang yang dia pimpin. Seorang panglima harus merendahkan diri dari tentara yang dipimpinnya. Pelajaran akhlak ini terlihat dengan jelas dari keseharian Rasulullah SAW, sebagaimana terlihat pada hadith berikut: Narrated Anas bin Malik: While we were sitting aith the Prophet in the mosque, a man came riding on camel. He made his camel kneel down in the mosque, tied its foreleg and then said: “Who amongst us you is Muhammad?” At that time the Prophet was sitting amongst us (his Companions) leaning on his arm. We replied, “This white man reclining on his arm. The man then addressed him, “O Son of ‘Abdul Muttalib.” The Prophet said , “I am here to the Prophet “I want to ask you something and will be hard in questioning. So do not angry want.” The man said, “I ask you by your Lord, and the Lord of those who came before, has Allah sent you as an Apostle to all the mankind?” The Prophet 1 replied, “By Allah, yes.” The man further said, “I ask you by Allah. Has ordered you to observed fasts during this month of the year (i.e Ramadan)?” He replied. “By Allah, yes.” The man further said, “I ask you by Allah/ has Allah ordered you to Zakat from from our rich people and distribute it to amongst our poor people?”The Prophet replied, “By Allah, yes.” There upon that man said, “I believe in all that with which you have been sent by my people as a messenger, and I am Dimam bin Tha’laba from the brothers of Bani Sa’ad bin Bakr.”19 Dari hadith ini terlihat bahwa orang yang ingin bertemu dengan Rasulullah tersebut tidak dapat mengenali Rasulullah diantara para sahabatnya. Dari sini dapat kita asumsikan bahwa rasulullah pasti tidak berbeda dengan sahabat yang lain. Ia tidak mengenakan mahkota, tidak mengenakan baju kebesaran, tidak duduk di tempat yang khusus melainkan bercampur dan berpenampilan sebagaimana sahabat yang lain. Dari sini terlihat akhlak kerendahan hati Rasulullah dan bagaimana ia menghormati para sahabatnya sebagai saudara se-iman. Pada beberapa kisah dibawah ini diceritakan beberapa kisah tentang kerendahan hati Rasulullah yang walaupun menjadi seorang pemimpin tetap memperhatikan dan mengasihi orang-orang yang dipimpinnya. It is narrated on the authority of Abu Huraira that a dark-complexioned woman (or a youth) used to sweep the mosque. The Messenger of Allah (may peace be upon him) missed her (or him) and inquired about her (or him). The people told him that she (or he) had died. He asked why they did not inform him, and it appears as if they had treated her (or him) or her (or his) affairs as of little
19
Sahih Muslim Vol. II, hal 453
xxviii
account. He (the Holy Prophet) said: Lead me to her (or his) grave. Their led him to that place and he said prayer over her (or him) and then remarked: Verily, these graves are full of darkness for their dwellers. Verily, the Mighty and Glorious Allah illuminates them for their occupants by reason of my prayer over them.20 Narrated Ibn ‘Abbas A person died and Allah’s Apostle used to visit him. He died at night and (the people) buried him at night. In the morning they informed the Prophet (about his death). He said, “What prevented you from informing me?” They replied, “It was night and it was a dark night and so we dislike to trouble you” The Prophet went to his grave and offered the (funeral) prayer.21 Dalam dunia arsitektur prinsip ini membawa implikasi yang sangat besar. Ia berbicara tentang bagaimana seharusnya kita meletakkan dan menyusun massa bangunan dalam konteks lingkungannya. Ukuran bangunan sebagaimana kita belajar dari penampilan Rasulullah tadi tidak seharusnya berdiri terlalu besar secara kontras dibandingkan bangunan sekitarnya. Pemilihan bahan dan material bangunan pun harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terkesan terlalu mewah yang akhirnya akan banyak menghabiskan uang untuk perawatannya. Kesan monumental pada bangunan (biasanya terjadi pada Masjid atau bangunan pemerintahan) yang seringkali justru menyebabkan pemborosan lahan dan menghabiskan banyak biaya harus dihindari karena ia akan memberikan imej yang negatif terhadap Islam (sebagai agama yang feudal, penuh dengan pemborosan, haus kekuasaan dan terbelakang),namun kita harus berusaha memberikan imej Islam sebagai agama yang demokratis, progresif dan siap menerima berbagai perubahan. Bangunan pun tidak seharusnya mengacaukan komposisi alami dari lingkungan alaminya dengan memaksakan komposisi simetri yang seringkali justru dipaksakan demi alas an simbolik atau formalitas saja.
Gambar 2.2 Beberapa contoh bangunan yang dibangun secara monumental (dari kiri ke kanan):Taj Mahal di India, Versailles di Prancis. Bawah: Perancangan Kota Berlin oleh Hitler dan Kota Forbidden City di Cina.
Dalam perancangan rumah sendiri, hadith berikut ini secara tergas menjelaskan tentang prinsip kerendahan hati ini: 20 21
Sahih Muslim Vol. II, hal 453 Sunan Abu Dawud Vol.2, hal 192
xxix
Anas bin Malik said: the Apostle of Allah (may peace be upon him) came out and seeing a highdomed building and said: What is it? His companions replied to him: It belongs to so and so, one of the Ansar. He said: He said nothing but kept the matter in mind. When its owner came and gave him a salutation among the people, he turned away from him. When he had done several times, the man realized that anger was connected with him and the turning away was because of him. So he complained of that to his companions, saying: T swear by Allah that I cannot understand the Apostle of Allah (may peace be upon him). They said: He, went out and saw your domed building, so the man returned to it and demolished it, leveling it to the ground. One day the Apostle of Allah (may peace be upon him) came out and did not see it. He asked: What has happened to the domed building? They replied: Its owner complained to us of your turning away, and when we informed him about it, he demolished it. He said: Every building is a misfortune for its owner, except what cannot, meaning except what cannot be done without.22
II.6 Prinsip Pengingatan akan Wakaf dan Kesejahteraan Publik Sebagaimana semangat dan prinsip yang telah disebutkan sebelumnya, Islam mengajarkan agar umatnya berinteraksi dan saling menolong dalam masyarakat. Islam tidak pernah memerintahkan umatnya untuk menyendiri dan mencari keshalehan untuk dirinya sendiri. Dalam Islam terdapat beberapa amalan pribadi seperti I’tikaf dan sholat sunnah namun kesemuanya dibingkai oleh kerangka kehidupan bermasyarakat. Karenanya aktivitas dan fasilitas sosial merupakan suatu elemen penting dalam kehidupan masyarakat Muslim. Hal ini dapat dilihat pada beberapa hadith berikut: Abu Shuraih att-Ka’bi reported the Apostle of Allah (may peace be upon him) as saying: He who believes in Allah and the last Day should honour his guest. Provisions for the road are what will serve for a day and night hospitality extends for three days; what goes after that is sadaqah (charity). And it is not allowable that a guest should stay till he makes himself an encumbrance.23 Narrated Abu Huraira: Allah’s Apostle (may peace be upon him) said, “The poor person’s is not the one who goes round the people and ask them for a mouthful or two (meals) o a date or two but the poor is that who has not enough (money) to satisfy his needs and whose condition is not know to others that others may give him something in charity, and who does not beg of people.24 Dari hadith ini terlihat bahwa Rasulullah sangat memperhatikan kehidupan sosial dari umatnya. Pada hadith yang pertama rasulullah mengajarkan kita untuk menghormati tamu dan menjaga fasilitas umum, ini menunjukkan bagaimana Islam sangat menggalakkan kegiatan dan aktivitas sosial. Hadith yang kedua menyuruh kita agar memperbanyak sedekah dan kontribusi kepada masyarakat melalui sebuah perumpamaan yang unik. Dari sini kembali terlihat bagaimana
22
Sunan Abu Dawud, Vol. III, hal 1444-1445 Sunan Abu Dawud, Vol.III, hal 1058 24 Sahih Al Bukhari, Vol.II, hal 324 23
xxx
perhatian Islam terhadap kehidupan bermasyarakat umatnya. Pentingnya menjaga fasilitas sosial dan anjuran untuk melakukan kegiatan sosial juga dapat dilihat pada beberapa hadith berikut ini: Abu Sa’id al-Khudri reported the Apostle of Allah (may peace be upon him) as saying: Avoid sitting in the roads. The people said: Apostle of Allah I must have meeting places in which to converse. The Apostle of Allah (may peace be upon him) said: If you insist on meeting, give the road its due. They asked: What it the due of roads, Apostle of Allah? He replied: Lowering the eyes, removing anything offensive, returning salutations, commanding what is reputable and forbidding what is disreputable.25 ‘Umar b. al-Khattab quoted the Prophet (may peace be upon him) as saying on the same occasion: Help the oppressed (sorrowful) and guide those who have lost their way.26 Dalam dunia arsitektur prinsip ini membawa implikasi yang sangat besar. Yang pertama, bahwa fasilitas umum dan fasilitas sosial perlu mendapatkan prioritas yang utama. Berbeda dengan perancangan bangunan dewasa ini yang seringkali mengutamakan aspek komersial dari suatu bangunan dengan mengetepikan fasilitas dan kebutuhan umum untuk masyarakat. Dalam sebuah mall seringkali fasilitas umum seperti tempat bermain anak, tempat duduk, taman atau masjid menjadi bagian dari bangunan yang terpinggirkan karena dianggap tidak memiliki nilai komersial. Hal ini tentu bertentangan dengan prinsip dan hadith diatas, sehingga kita perlu merekonstruksi pola pikir dan pemahaman kita dari sebuah pola perancangan yang berorientasi kepada materialistik ke pemikiran yang lebih sosial dan mengutamakan kepentingan publik. Bangunan-bangunan yang merupakan institusi sosial seperti rumah jompo, rumah orang cacat dan orang-orang yang miskin perlu ditingkatkan fasilitasnya. Masyarakat digalakkan untuk saling membantu tanpa kecuali termasuk terhadap orang-orang di luar Islam. Islam menggalakkan tanggung jawab komunitas bukan hanya perseorangan.
II.7 Prinsip Pengingatan terhadap Toleransi Kultural Sejarah telah mencatat Islam sebagai satu-satunya agama yang memiliki toleransi yang luar biasa. Di negara-negara dimana Islam menjadi umat mayoritas, toleransi dan kerjasama antara satu agama dengan agama yang lain berjalan dengan baik dan berkembang. Hal ini membuktikan bagaimana Islam sebagai sebuah sistem hidup menjadi rahmat bagi seluruh alam sebagaimana dinyatakan oleh Allah berikut ini: We sent thee not, but as a Mercy for all creatures.27 We have not sent thee but as a universal (Messenger) to men, giving them glad tidings, and warning them (against sin), but most men understand not.28 Sikap toleransi Rasulullah terlihat jelas pada hadith berikut:
25
Sunan Abu Dawud, Vol. III, hal 1346 Sunan Abu Dawud, Vol.IV, hal 1347 27 QS Al-Anbiya: 107 28 QS Saba: 28 26
xxxi
It is narrated on the authority of Ibn Abu Laila that while Qais b. Sa’d and Sahl b. Hunaif weer both in Qadisiyya a bier passed by them and they both stood up. They were told that it was the bier of one of the people of the land (non_Muslim). They said that a bier passed before the Holy Prophet (may peace be upon him) and he stood up. He was told that he (the dead man) was a Jew. Upon this he remarked: Was he not a human being or did he not have a soul? And in the hadith transmitted by ‘Amr b. Murra with the same chain of transmitters, (the words) are: “There passed a bier before us”.29 Sejarah telah mencatat bagaimana bencinya umat Yahudi kepada Rasulullah dan umatnya hingga hari ini. Namun pada hadith diatas terlihat bagaimana penghormatan dan penghargaan Rasulullah kepada mereka. Bahkan kepada orang yang sudah mati sekalipun. Allah telah menciptakan manusia terdiri dari berbagai bangsa dan ras, namun hal ini tidak menjadi sumber perpecahan karena dalam Islam ukuran derajat seseorang di mata Allah terletak pada ketaqwaan dan keimanannya sebagaimana terlihat pada ayat berikut: O mankind! We created you from a single (pair) of a male and a female, and made you into nations and tribes, that ye may know each other (not that ye may despise (each other). Verily the most honoured of you in the sight of Allah is (he who is) the most righteous of you. And Allah has full knowledge and is well acquainted (with all things)30 Ayat tersebut juga mengajarkan kita untuk saling mengenal satu sama lain dan bekerja sama bagi kesejahteraan bersama. Dalam Arsitektur, hal ini menegaskan akan kewajiban kita untuk menghormati budaya dan kehidupan sosial masyarakat dimana bangunan tersebut berdiri. Selama tidak bertentangan dengan Islam kita diperbolehkan mempergunakan bahasa arsitektur masyarakat setempat dengan memanfaatkan potensi dan material yang ada di tempat tersebut. Hal ini tentu menjadi prinsip yang menjamin flesibilitas perancangan bangunan dalam Islam. Dalam perancangan masjid misalnya, dari hasil kajian yang luas di berbagai negara terhadap perancangan sebuah masjid, kita akan mendapati berbagai variasi dan kreasi yang sungguh luar biasa. Masjid dibuat dengan teknologi, biaya dan sumber daya yang disesuaikan dengan kondisi regional dimana ia berdiri, tanpa sebuah keharusan untuk meletakkan elemen tertentu. Dari sini perancangan masjid yang bercorak Timur Tengah di negara yang beriklim tropis seperti Indonesia dan Malaysia tentu harus dikaji kesesuainnya.
29 30
Sahih Muslim Vol. II, hal 454 QS Al Hujurat: 13
xxxii
Berbagai bentuk tipologi masjid di berbagai negara (dari kiri ke kanan), atas: tipologi Gambar 2.3 Tipologi bangunan masjid Atas : masjid di tanah Arab, tipologi masjid di Afrika, Tipologi Masjid di Turki dan Anatolia, Tipologi Masjid di Iran Bawah : Tipologi masjid di India, Tipologi masjid di Cina, Tipologi masjid di Asia Tenggara
Pada aspek yang lain seperti perancangan sebuah rumah tinggal, aspek budaya dan pola kehidupan sosial masyarakat perlu diperhatikan ketika kita akan menyusun perletakkan dan program ruangnya. Sensivitas hubungan antara lelaki dan perempuan atau penghormatan antara orang muda dan orang tua perlu mendapat perhatian dan pertimbangan yang serius dalam proses perancangan sebuah bangunan tinggal.
II.8 Prinsip Pengingatan akan Kehidupan yang Berkelanjutan Allah menciptakan manusia sebagai Kahlifah di muka bumi ini. Khalifah berarti pemimpin sekaligus pemelihara dan penjaga. Karenanya manusia memiliki kewajiban untuk menjaga, memelihara dan melestarikan alam ini bagi kepentingan generasi yang akan datang. Dewasa ini kita melihat banyak sekali kerusakan yang terjadi di muka bumi ini yang disebabkan oleh tingkah laku manusia sebagaimana dinyatakan oleh Allah berikut ini: Mischief has appeared on land and sea because of (the meed) that the hands of men have earned, that (Allah) may give them a taste of some of their deeds: in order that they may turn back (from Evil). Say: "Travel through the earth and see what was the end of those before (you): Most of them worshipped others besides Allah."31 Islam sebagaimana terlihat pada hadith dibawah ini melihat seluruh alam sebagai tempat sholat yang harus dijaga kebersihan dan kesuciannya. Karenanya sebagai seorang Muslim kita perlu menjaga kelestarian alam ini sebagaimana kita menjaga tempat sholat kita. Dari sini terlihatlah bagaimana konsepsi Islam yang tinggi dalam menjaga lingkungannya. Hudhaifa reported: The Messenger of Allah (may peace be upon him) said: I have been made to excel (other) people in three (things)Our rows have been made like the rows of the angels and the whole earth has been made a mosque for us, and its dust has been made a purifier for us in case water is not available. And he mentioned another characteristic too.32 Kehidupan berkelanjutan dalam penulisan ini setidaknya memiliki dua konteks yaitu konteks alami dan konteks sosial. Konteks alami artinya bahwa pembangunan yang kita lakukan hendaknya 31 32
QS Ar-Rum:41-42 Sahih Muslim Vol. I, hal 265
xxxiii
memperhatikan kebutuhan generasi penerus. Kita harus berusaha melestarikan alam demi kepentingan generasi yang akan datang karenanya diperlukan sebuah perencanaan dampak lingkungan hidup dari setiap pembangunan dan pembinaan yang kita lakukan. Hal ini terlihat dari sikap Rasulullah yang ketika perang pun melarang tentara Islam dari merusak lingkungan. Dari beberapa hadithnya Rasulullah pun menggalakkan umatnya untuk menanam pohon sebagai bentuk sedekahnya kepada lingkungannya, sebagaimana terlihat pada hadith berikut: Jabir (Allah be pleased with him) reported Allah’s Messenger (may peace be upon him) as saying: Never a Muslim plants a tree, but he has the reward of charity for him, for what is eaten out of that is charity; what is stolen of that, what the beast eat out of that, what the birds eat out of that is charity for him. (In short) none incurs a loss to him but it becomes a charity on his part.33 Kehidupan berkelanjutan dalam konteks sosial berarti bahwa kita harus menyiapkan suatu sistem pemerintahan dan politik yang berkelanjutan. Penggantian pemimpin merupakan suatu hal yang wajar, yang kita perlu lakukan adalah mempersiapkan calon pemimpin masa depan sebanyakbanyaknya sehingga jika terjadi pergantian kepemimpinan, proses transisinya tidak mengganggu kehidupan rakyat banyak. Kepemimpinan bukanlah posisi yang perlu diperebutkan oleh sekelompok elit dalam masyarakatuntuk mendapatkan keuntungan materil, namun ia merupakan suatu tanggung jawab yang harus siap dipikul oleh setiap warga negara sebagai bentuk tanggung jawab dan kontribusinya kepada masyarakat. Dalam dunia Arsitektur kedua prinsip ini memiliki implikasi yang sangat besar. Kelestarian secara alami mengajarkan kepada kita untuk memperhatikan betul-betul kondisi lahan dan lingkungan sekitar kita sebelum merancang sebuah bangunan. Pemilihan bahan dan penggunaan teknologi perlu betul-betul diperhatikan sebelum kita melakukan suatu perubahan terhadap tapak dan mengolahnya. Sementara Kelestarian secara sosial memberikan pengajaran kepada kita agar lebih memperhatikan bahasa arsitektur yang kita gunakan dalam merancang sebuah bangunan. Bahasa arsitektur feodal dalam perancangan bangunan pemerintahan atau bangunan umum seperti simetri dan skala raksasa dengan set back yang berlebihan perlu dihindari demi menciptakan sebuah bangunan pemerintahan atau bangunan umum yang lebih demokratis dan akrab dengan masyarakat.
II.9 Prinsip Pengingatan tentang Keterbukaan Prinsip akuntabilitas publik berbicara tentang proses tranparansi atau keterbukaan dari suatu pemerintahan kepada rakyat yang dipimpinnya. Prinsip ini juga berbicara tentang kewajiban pemerintah untuk menghilangkan dan menghindari apa-apa yang dapat mengganggu serta mengancam keselamatan umum demi kesejahteraan bersama. Dalam upaya memenuhi ide akuntabilitas yang pertama diperlukan kritik terhadap penguasa dalam upaya meluruskan jalannya pemerintahan oleh rakyat. Sejarah telah mencatat bahwa Islam telah membuktikan suatu sistem 33
Sahih Muslim, Vol. III, hal 818
xxxiv
demokrasi yang begitu baik dimana seorang rakyat dapat dengan mudah mengkritik pemimpinnya sebagaimana terlihat pada kisah berikut ini: One night Sa;id Al-Musayyab heard Umar Abdul Aziz reciting aloud the Quran in the Mosque of the Prophet. Sa’id ordered his son to go to the person who was praying and tell him to lower his voice n recitation. His son replied that the mosque is a public place and that they had not a single right to it and furthermore, the man who was reciting was the Governor of Medinah. Sa’id then called onto the reciter and said, “O you who is praying. If you desire that Allah The most High to accept your prayer, then lower your voice. If you desire that people accept you, the people are only in need of Allah.” When Umar, the Governor of Medinah heard, this advice, he shortened his supererogatory prayer and lowered his voice in recitation.34 Kerangka dan dasar dari kritikan terhadap pemerintah atau usaha untuk memperbaiki keadaan ini terlihat jelas dari hadith Rasulullah berikut ini: It is narrated on the authority of Tariq b. Shihab:…….Abu Sa’id said: I heard the Messenger of Allah (may peace be upon him) saying, “Who amongst you should see something abominable should modify it with the help of his hand; and if he has not strength enough to do it, then he should do it with his tongue, and if he has not enough strength to do it even then he should abhor it from his heart, and that is the least of faith.”35 Dalam dunia arsitektur prinsip ini memberikan sebuah implikasi yang luar biasa terutama dalam perancangan bangunan pemerintahan. Bangunan parlemen Jerman yang telah diperbaharui dari bangunan lamanya yang berarsitek klasik dapat menjadi kasus yang menarik. Pada bangunan ini masyarakat dapat berjalan di bagian atapnya dan dapat melihat bagaimana wakil rakyatnya bersidang. Perancangan ini menunjukkan supremasi sekaligus pengawasan dari masyarakat kepada pemimpinnya. Ide akuntabilitas yang kedua berhubungan dengan usaha pemerintah dan masyarakat untuk bersama-sama menghilangkan hal-hal yang dapat membahayakan kepentingan bersama. Dari hadith yang disebutkan sebelumnya bahwa kita dituntut untuk secara aktif merespon kemungkaran atau hal-hal yang negatif dalam masyarakat dengan segala potensi yang ada pada diri kita. Mengenai kewajiban kita untuk menyingkirkan bahaya dari masyarakat secara tegas dijelaskan oleh Rasulullah pada beberapa hadith berikut: It is narrated on the authority of Abu Huraira that the Messenger of Allah (may peace and blessings be upon him) said: Faith has over seventy branches or over sixty branches, the most excellent of which is the declaration that there in no God but Allah, and the humblest of which is the removal of what is injurious from the path: and modesty is the branch of faith.36 Abu Dharr reported: The Apostle of Allah (may peace and blessing be upon him) said: The deeds of the people, good and bad, were presented before me, and I found the removal of something
34
Khan, hal 195-196 Siddiqui., Vol.1, hadith no. 79, hal. 33 36 Sahih Muslim, Vol. I, hal 27 35
xxxv
objectionable from the road among their goog deeds, and the sputum mucus left unburied in the mosque among their evil deeds.37 Abu Huraira reported Allah’s Messenger (may peace and blessing be upon him) saying: A person while walking along the path saw the branches of the tree lying there. He said: By Allah, I shall remove these from this so that these may not do harm to the Muslims, and he was admitted to Paradise.38 Dalam dunia arsitektur ide kedua dari prinsip keterbukaan ini berimplikasi terhadap perancangan minimum dari bangunan untuk keselamatan anak. Pada bangunan tinggi seperti apartemen dan rumah susun aspek keamanan bagi anak-anak seringkali diabaikan, padahal berdasarkan hadith diatas ketika kita dapat menghilangkan bahaya dari masyarakat yang lain maka kita akan mendapatkan pahala selama usaha yang kita lakukan tersebut masih dapat melindungi orang lain. Penggunaan ornamentasi pada bangunan-bangunan umum apalagi bangunan pemerintahan yang pada akhirnya menghabiskan banyak uang untuk pembuatan dan pemeliharaannya perlu dihindari, dana yang ada sebaiknya disalurkan untuk kesejahteraan orang banyak dan usaha-usaha perlindungan di masa depan. Ornamen dapat digunakan untuk membahasakan slogan atau ide-ide yang membangun kepada masyarakat namun hendaknya tidak keluar dari koridor diatas. Mengenai penggunaan ornamentasi ini pun harus diperhatikan dalam perancangan dalam perancangan bangunan termasuk masjid sebagaimana secara tegas dinyatakan dalam hadith berikut ini:
The construction of the mosque. Abu Sa’id said, “The roof of the mosque was made of the leaves of date palms.” ‘Umar ordered a mosque to be built and said, “Protect the people from rain. Beware of red and yellow decorations for they put the people to trial.” Anas reciting a part of a Hadith said, “They will boast of them (mosques) rather than coming frequently to them for offering prayers.” Ibn ‘Abbas said, “You (Muslims) will surely decorate your mosques as the Jews and Cristians decorated (their churches and temples).39 Ibn ‘Abbas reported the Apostle of Allah (may peace be upon him) as saying: I was not commanded to build high mosques. Ibn ‘Abbas said: You will certainly adorn them as the Jews and Christians did.40 Dari uraian diatas terlihatlah bagaimana Islam mengatur aspek akuntabilitas atau keterbukaan secara jelas dalam perancangan bangunan dan kehidupan bermasyarakat.
II.10 Kesimpulan Pembahasan diatas berusaha mengeluarkan berbagai ide dan kerangka teori Arsitektur Islam yang lahir dari prinsip-prinsip dasar Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadith. Berbeda dengan kajian tipologi
37
Sahih Muslim, Vol. I, hal 277 Sahih Muslim, Vol. IV, hal 1380 39 Sahih Al Bukhari, Vol. I, hal 260 40 Sunan Abu Dawud, vol. I, hal 116 38
xxxvi
yang biasa dilakukan pada berbagai kajian tentang Arsitektur Islam, pendekatan ini berusaha melihat ke dalam sistem nilai yang ada dalam Islam untuk kemudian diimplementasikan dalam perancangan bangunan. Dari kajian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam usaha memahami dan membentuk kerangka teori Arsitektur Islam diperlukan pemahaman terhadap nilai-nilai internal Islam, pemahaman terhadap teori-teori dasar arsitektur, kondisi sosial-politik masyarakat, pemahaman terhadap nilai-nilai modern awal, pemahaman terhadap aspek kelestarian lingkungan dan pemahaman terhadap fungsi kontemporer bangunan. Prinsip-prinsip perancangan sebagaimana dibahas diatas yang meliputi prinsip pengingatan pada Tuhan, prinsip pengingatan pada ibadah dan perjuangan, prinsip pengingatan pada kehidupan setelah mati, prinsip pengingatan akan kerendahan hati, prinsip pengingatan akan wakaf dan kesejahteraan publik, prinsip pengingatan terhadap toleransi kultural, prinsip pengingatan kehidupan yang berkelanjutan dan prinsip pengingatan tentang keterbukaan, mungkin hanya sebagian kecil dari nilai-nilai moral yang ada pada Islam yang memungkinkan kajian ini untuk dikembangkan secara lebih luas dan mendalam di masa depan.
BAB III TINJAUAN OBJEK
III.1
TINJAUAN PESANTREN MAHASISWA AR-ROYAN41 Pesantren Mahasiswa Ar Royan merupakan sebuah lembaga pendidikan islam yang
khusus menyiapkan dan mengelola mahasiswa untuk dididik menjadi pribadi-pribadi yang memiliki keimanan yang mantap, akhlak mulia, ibadah yang benar, keterampilan hidup, pemahaman dkawah yang berdasarkan dengan metode Nabi Muhammad saw. 41
Laporan Pertanggungjawaban semester 1 2008-2009 Pengurus Pesma Ar Royan Surakarta
xxxvii
Selain itu, para mahasiswa juga sedang menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi, belajar ilmu pengetahuan sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing sebagai kompetensi keilmuan baik eksak maupun sosial. Sehingga antara ilmu diniyah dan ilmu kauniyah yang diterima oleh mahasiswa terinternalisasi dan membentuk keteraduan ilmu pada diri mereka. Dengan demikian, alumni Pesma Ar-Royan diharapkan memiliki pemahaman tsaqofah dan keislaman yang komprehensif dan integral, berkeribadian utuh, dan siap untuk menjadi kader dakwah. Untuk mencapai cita-cita tersebut diatas, dibutuhkan proses pengolahan bahan dasar yang benar dengan mempersiapkan berbagai macam sarana, alat, metode, sistem evaluasi pembelajaran yang kondusif. Oleh karena itu, keberadaan kurikulum dalam proses pendidikan menempati kedudukan yang sentral. Kurikulum itulah yang kemudian enjadi rujukan danarahan proses pembelajaran. Maka untuk mencapai keberhasilan dalam proses pendidikan sangat perlu agar mempersiapkan kurikulum yang sesuai dengan visi dan misi dari pendidikan tersebut.
III.1.1 Lokasi Pesantren Mahasiswa Ar-Royan Pesantren Mahasiswa Ar Royan terletak di JL. Kartika 01 No.01, RT 01 RW 18, Ngoresan, Jebres, Surakarta 57126.
PEMUKIMAN
Pesma/i Ar Royan
STSI / ISI
PEMUKIMAN PEMUKIMAN
xxxviii Gambar 3.1 Peta lokasi Pesma/i Ar Royan Sumber: Dok.Pribadi
III.1.2 Profil Pesantren Mahasiswa Ar-Royan III.1.2.1 Visi Membentuk generasi mahasiswa Qur’ani yang berintelektual tinggi dan peduli ada dakwah III.1.2.2 Misi 1. Menginternalisasikan nilai-nilai Al Qur’an dalam jiwa dan aktifitas santri dan ummat. 2. Memupuk pemahaman yang kritis terhadap permasalahan ummat 3. Memberikan tanggungjawab kepada santri pada suatu kegiatan dakwah. 4. sikap tawazun (seimbang) antara pemahaman ilmu kuliah dan ilmu Memahamkan agama III.1.2.3 Input santri 1. Muslim/mah 2. Mahasiswa aktif semester 1 sampai semester 3 3. Berakhlakul karimah 4. Menyatakan surat ijin/pernyataan dari orang tua 5. Siap mengikuti segala aturan dan ketentuan yang berlaku di esantren dibuktikan dengan surat pernyataan. III.1.2.4 Output santri 1. Memiliki hafalan Al Qur’an minimal sebanyak 3 juz 2. Fasih dalam ber-tilawatil Qur’an 3. Hafal Hadist Ar Bain Nawawi (20 Hadist pilihan) 4. Memiliki tsaqofah islamiyah yang baik 5. Siap menjadi da’i, khatib, dan pembimbing majlis ta’lim. 6. Berakhlakul karimah
III.1.2.5 Struktur Menejemen STRUKTUR MANAJEMEN PESMA AR-ROYAN PERIODE 2008-2013
xxxix
III.1.2.6 Fasilitas 1. Putra: 32 kamar, 16 km/wc, 2 dapur, musholla, tempat cucian dan jemuran, telepon, air sumur (jetpam), listrik (11.000 watt), ruang kuliah (dirasah), tempat parker, lapangan bulutangkis, lapangan futsal. Satu kamar ditempati 2 orang dengan fasilitas masingmasing kamar antara lain : 2 lemari, 2 set meja kursi belajar, dan 2 ranjang tidur disertai dengan 2 kasur busa dan bantal. 2. Putri: 15 kamar, 4 km/wc, dapur, mushola, tempat cucian dan jemuran, telepon, air sumur (jetpam), listrik (1.200 watt), ruang kuliah (dirasah), tempat parkir, Satu kamar ditempati 2 orang dengan fasilitas masing-masing kamar antara lain : 2 almari, 2 set meja kursi belajar, dan 2 ranjang tidur disertai dengan 2 kasur busa dan bantal. 3. Fasilitas umum Minimarket Assgross Ar-Royyan, Musholla dan gedung kantor dan dirasah (perkuliahan)
Gambar 3.2 Kamar Pesmi Sumber: Dok. Pribadi
Gambar 3.3 Musholla Pesmi Sumber: Dok. Pribadi
xl
Gambar 3.4 Area parkir Pesmi Sumber: Dok. Pribadi
Gambar 3.5 Ruang tamu Pesmi Sumber: Dok. Pribadi
III.1.2.7 Madah Dirasoh (materi Utama Perkuliahan) Dirasoh diberikan setiap pagi setelah shalat subuh dan malam hari setelah shalat isya. Materi dirasah yang harus ditempuh oleh santri selama tiga tahun (6 semester) meliputi: 1.
Al Qur’an
2.
Bahasa Arab
3.
Hadist (1-2)
4.
Fiqh
5.
Tafsir ayat Ahkam
6.
Sirah (Makiyyah-Nabawiyah)
7.
Tarbiyatul aulad
8.
Aqidah/tauhid
9.
Tarikh islam
10.
Minhajul muslim Tabel 3.1 Daftar Madah Dirasoh Persemester Pesma Ar-Royan Surakarta
SEMESTER I (SATU) NO MADAH DIRASAH 1. Ulumul Qur’an I
SKS 2
KETERANGAN Jumlah SKS = 8
xli
2. Ulumul Hadist 2 3. Nahwu/ sharaf I 2 4. Akidah 2 SEMESTER II (DUA) NO MADAH DIRASAH SKS KETERANGAN 1. Ulumul Qur’an II 2 Jumlah SKS = 8 2. Shirah Nabawiyah I 2 3. Nahwu/ sharaf II 2 4. Ushul Fiqh 2 SEMESTER III (TIGA) NO MADAH DIRASAH SKS KETERANGAN 1. Tafsir ayat Ahkam I 2 Jumlah SKS = 8 2. Shirah Nabawiyah II 2 3. Muhadatsah I 2 4. Fiqh I 2 SEMESTER IV (EMPAT) NO MADAH DIRASAH SKS KETERANGAN 1. Tafsir ayat Ahkam II 2 Jumlah SKS = 8 2. Muhadatsah II 2 3. Fiqh II 2 4. Fiqh Dakwah I 2 SEMESTER V (LIMA) NO MADAH DIRASAH SKS KETERANGAN 1. Fiqh munakahat 2 Jumlah SKS = 8 2. Fiqh pergerakan kontemporer I 2 3. Hadist Arbain I 2 4. Fiqh Dakwah II 2 SEMESTER VI (ENAM) NO MADAH DIRASAH SKS KETERANGAN 1. Tarbiyah aulad 2 Jumlah SKS = 8 2. Fiqh pergerakan kontemporer II 2 3. Tarikh islam 2 4. Hadist arbain II 2 Sumber : LPJ Semester 1 2008/2009 Pesantren Mahasiswa Ar-Royan Surakarta
III.1.2.8 Kegiatan Penunjang 1.
Kuliah umum (setiap hari jumat pekan kelima)
2.
Pekan Olahraga Santri
3.
Rihlah dan mukhoyam (out bond-training)
4.
Musabaqah hifzhil wa tilawatil Qur’an wal hadist ( Lomba menghafal dan membaca Al Qur’an dan hadist)
5.
Tasmi’ Al Qur’an (menyimak hafalan sesama santri)
6.
Silaturahim kelembagaan (studi banding)
7.
Ta’lim Mudir (Tausiyah dari Mudir)
8.
Olahraga dan bersih-bersih pesantren
III.1.2.9 Pengampu Dirasoh
xlii
Selama periode 2008 – 2013 pengampu yang akan dilibatkan dalam proses dirasah islamiyah-Quraniyah dan pengasuhan santri antara lain: 1.
Ust. Abdul Hakim, S.HI.
2.
Ust. Muhtarom, A.Ag
3.
Ust. Imam Mas Arum, M.Pd
4.
Ust. Fakhrudin Nursyam, L.c
5.
Ust. Hatta Syamsuddin, L.c.
6.
Ust. Kasori Mujahid, S. Ag
7.
Ust. Isa Anshari, L.c.
8.
Ust. Mukhlis Khalid
9.
Ust. Junaedi, S.H.
10. Ust. Triyadi, M. Pd. 11. Ustz. Herni Sukaesi 12. Ustz. Tri Handayani 13. Ustaz/ah tamu. III.1.2.10 1.
Program Layanan
Program Nonreguler (untuk mahasiswa) Program nonreguler ini diselenggarakan khusus untuk mahasiswa di luar pondok yang ingin menambah wawasan keagamaan yang lebih baik. Program ini diselenggarakan selama 1 (satu) tahun. Waktu belajar seekan 2(dua) kali tatap muka, dengan mengambil waktu sore hari. Adapun materi dirasah yang diberikan adalah bahasa arab dan Al Quran.
2.
Program Kemasyarakatan Program ini dirancang untuk lebih mendekatkan pesantren dan memberikan manfaat yang lebih kepada masyarakat. Adapun kegiatan yang akan diselenggarakan meliputi, kajian umum bersama, ngaji Quran gratis bersama, pengiriman da’I atau khatib ke masjidmasjid atau lingkungan masyarakat secara bertahap dan berkelanjutan, mengadakan privat difasilitasi oleh Dewan Santri (DESA), dan mengajar TPA di lingkungan Pesma Ar-Royan.
3.
Program Nonmukim Program ini sengaja digulirkan untuk memfsilitasi mahasiswa/I yang berkeinginan menjadi santri Pesma Ar-Royan tanpa harus tionggal di lingkungan esantren. Mereka bisa mengikuti seluruh kegiatan dirasah islamiyah maupun dirasah Quraniyah yang diselenggarakan oleh Pesma Ar-Royan. Beban biaya yang harus dibayarkan ke Pesma ArRoyan hanya biaya syahriyah bulanan sebagaimana santri regular.
xliii
III.2
TINJAUAN JN UKMI UNS42 Sebagai kampus Negeri yang tidak berasaskan islam, UNS memiliki jumlah
mahasiswa muslim yang cukup besar. Dari prosentase jumlah mahasiswa muslim, sekitar 59 %nya adalah wanita. Tabel 3.2 Prosentase jumlah mahasiswa S1 muslim UNS 2004-2008 No
Tahun
Jumlah mahasiswa 2217
Jumlah mahasiswa muslim 2012
Prosentase jumlah mahasiswa muslim 90.75%
1.
2004
2.
2005
2587
2298
88.83%
3. 4.
2006
3065
2770
90.38%
2007
3201
2835
88.57%
5.
2008
5068
4581
90.39%
Sumber : Data server Puskom UNS
Tabel 3.3 Prosentase jumlah mahasiswa S1 muslim laki-laki dan perempuan UNS 2004-2008 No
Tahun Masuk
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
2008
1890
2691
4581
2
2007
1282
1830
3112
3
2006
1311
1778
3089
4
2005
991
1423
2414
5
2004
*
*
*
* data tidak didapatkan Sumber : Data server Puskom UNS
Aktifitas keislaman mahasiswa UNS dapat dilihat dari aktifitas organisasi kemahasiswaan muslim UNS. Dalam skala universitas, di UNS terdapat unit-unit kegiatan mahasiswa, salah satunya adalah JN UKMI (Jamaah Nurulhuda Unit Kegiatan Mahasiswa Islam). Dan dalam skala fakultas, tiap-tiap fakultas juga memiliki UKM. Dan semua fakultas memiliki UKM islam sendiri. UKM islam di fakultas adalah SKI FKIP, SKI MIPA, BPPI FE, LKI FISIP, Fosmi FH, SKI FK, FUSI FP, SKI FT, SKI FSSR. Seluruh mahasiswa muslim UNS adalah anggota JN UKMI UNS. Hak dari keanggotaan tersebut adalah dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh JN UKMI serta turut mengevaluasi dalam pertanggungjawaban akhir kepengurusan. Selain itu, siapapun yang berminat dapat ikut andil dalam kepengurusan (menjadi pengurus) apabila memenuhi kualifikasi. Selama ini berdasarkan minat dan kualifikasi, jumlah pengurus JN UKMI UNS terbilang cukup besar. Mencapai 4-9% dari total mahasiswa muslim UNS.
42
LPJ Musum JN UKMI UNS periode 2005-2009
xliv
Tabel 3.4 Jumlah pengurus JN UKMI UNS NO 1. 2. 3. 4. 5.
Tahun Kepengurusan
Jumlah pengurus Putra Putri 2005 92 111 2006 68 94 2007 74 79 2008 44 57 2009 71 107 Sumber: LPJ Musum UKMI periode 2005-2009
Jumlah tersebut menunjukkan ketertarikan yang cukup besar terhadap lembaga ini meskipun banyak berdiri UKM lain di UNS. Dengan kuantitas tersebut, berbagai aktifitas keislaman yang dilaksanakan cukup berjalan dengan baik. JN UKMI UNS adalah satu-satunya UKM berasaskan islam dalam tataran universitas di UNS. JN UKMI beranggotakan seluruh mahasiswa muslim UNS dan berjalan atas kepengurusan mahasiswa dan mahasiswi muslim yang terpilih. Selama ini di universitas, JN UKMI menjadi sarana mahasiswa dalam beraktifitas keislaman di kampus meskipun di setiap fakultas juga memiliki UKM yang berasaskan islam. Meskipun UKM tiap fakultas berdiri sendiri, namun terdapat koordinasi antar fakultas yang difasilitasi oleh JN UKMI. Sehingga tetap ada koordinasi untuk penyelarasan agenda agar setiap kegiatan dapat berjalan dengan efektif. Selama ini JN UKMI sendiri bukan hanya eksis di internal UNS saja, namun juga di tataran daerah Solo Raya dan juga nasional.
xlv
BAB IV PROSES PENENTUAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PESANTREN MAHASISWI AR ROYAN
IV.1
PROSES PENENTUAN KONSEP PERUANGAN
Pertimbangan dalam menentukan konsep peruangan : 1.
Data hasil survey ke Pesantren Mahasiswa/i Ar Royan dan lembaga lain yang terkait
2.
Standar Data Arsitek, Neufertz.
3.
Standar Dimensi Manusia dan Ruang Interior.
IV.1.1 Pelaku dan Kegiatan 1.
Pengajar dan pembina a. Mengajar dirosah b. Mengisi kuliah umum dan kajian umum c. Membina santri
2.
Santri a. Santri Reguler 1) Santri mukim 2) Santri non mukim b. Santri non reguler
3.
Pengelola a. Pengelola administrasi umum b. Pengelola kesantrian c. Pengelola pendidikan dan pengajaran d. Pengelola teknologi informasi
xlvi
e. Pengelola sarana prasarana dan kebersihan pesantren 4.
Masyarakat umum a. Kajian umum b. TPQ
5.
Pengunjung a. Mengunjungi santri b. Berkepentingan terhadap pesantren mahasiswi.
IV.1.2
Kebutuhan Ruang
Kel. Kegiatan
KEGIATAN PENGAJARAN
Pelaku
Tabel 4.1 Kelompok Kegiatan Bentuk Kegiatan
Kegiatan Dirosah Ustadz/ah (pengajar) Santri Reguler/ non Reguler Pengelola -
Mempersiapkan materi dirosah Memberikan materi dirosah Menunggu Menerima materi dirosah Mempersiapkan ruang dan peralatan untuk dirosah - Menyimpan peralatan dirosah Semua - istirahat - Makan/minum - Keg. KM/WC Kegiatan kuliah umum Pemateri - Transit - Mempersiapkan materi kuliah umum - Mengisi kuliah umum Santri Reguler/ - Menunggu kuliah umum non Reguler - Mengikuti kuliah mum Masyarakat - Menunggu kuliah umum umum - Mengikuti kuliah mum Pengelola - Mempersiapkan ruang dan peralatan untuk kuliah umum - Menyimpan peralatan kuliah umum Semua - istirahat - Makan/minum - Keg. KM/WC Kegiatan Diskusi Kelompok Ustadz/ah - Mengawasi jalannya diskusi (Pengajar) - Memberi masukan pada diskusi - Menyaksikan presentasi hasil diskusi Santri Reguler/ - Mempersiapkan bahan diskusi non Reguler - Diskusi kelompok - Presentasi hasil diskusi Pengelola - Mempersiapkan ruang dan peralatan untuk diskusi - Menyimpan peralatan diskusi Semua - istirahat - Makan/minum - Keg. KM/WC Kegiatan pembinaan ruhiyah (ibadah)
Keb. Ruang -
Ruang kelas (dirosah)
-
Ruang kelas (dirosah)
-
Lavatory Kantin
-
Ruang audiovisual
-
Ruang audiovisual
-
Ruang audiovisual
-
Ruang peralatan
-
Lavatory Kantin
-
Ruang diskusi terbuka
-
Ruang diskusi terbuka
-
Ruang peralatan
-
Lavatory Kantin
Ruang peralatan
xlvii
KEGIATAN PENGASUHAN DAN KESANTRIAN
Pembina pesantren
-
Masjid Aula santri
-
Masjid Aula santri
-
Lavatory
Kegiatan Pendampingan Pembina - Pendampingan santri bermasalah pesantren - Mengontrol ketertiban santri
-
Ruang konsultasi santri
Santri Reguler
-
Ruang konsultasi santri
-
Lavatory
-
Lapangan olah raga khusus putri
Santri Reguler
Semua
-
-
Sholat berjamaah Dzikir Al Ma’tsurat Tilawah Al Qur’an Muhasabah Sholat berjamaah Dzikir Al Ma’tsurat Tilawah Al Qur’an Muhasabah Ke toilet Istirahat
Konsultasi Pembina
permasalahan
pada
- Ke toilet - Istirahat Kegiatan Pembinaan Jasadiyah Pembina - Olah raga pesantren Semua
Santri Reguler Semua
KEGIATAN PENUNJANG
-
Olah raga
- istirahat - Makan/minum - Keg. KM/WC Kegiatan Pengembangan skill dan Wawasan Santri Reguler/ - Peningkatan skill bahasa non Reguler - Mencari buku - Membaca buku - Meminjam dan mengembalikan buku - Menggunakan internet Pengelola - Menunggu Lab bahasa - Administrasi lab bahasa - Menunggu perpustakaan - Administrasi perpustakaan - Memberikan informasi - Server internet semua - istirahat - Makan/minum - Keg. KM/WC Kegiatan Penerimaan Ustadz/ah, - Parkir pemateri - Transit - Menerima tamu Pembina - Parkir - Menerima tamu Pengelola - Parkir - Menerima tamu Santri - Parkir - Menerima tamu Tamu - parkir - Transit - Bertamu Masyarakat - Parkir umum - Transit Semua - Istirahat/refreshing - Keg KM/WC
-
Lapangan olah raga khusus putri Lavatory Kantin
-
Lab Bahasa Perpustakaan Ruang internet
-
Lab Bahasa Perpustakaan Ruang internet
-
Lavatory Kantin
-
Tempat parkir Ruang transit
-
Tempat parkir
-
Tempat parkir
-
Tempat parkir
-
Tempat parkir
-
Taman Lavatory
Tempat parkir
xlviii
KEGIATAN KEMASYARAKA TAN
Kegiatan Asrama Pembina santri Kajian Umum Ustadz/ah pemateri Masyarakat sekitar Pengelola Semua TPQ Santri
Peserta TPQ
semua
Kegiatan pengelolaan
Pengelola administrasi umum Pengelola kesantrian
Pengelola pendidikan & pengajaran Pengelola Information technology Pengelola sarana prasarana dan kebersihan pesantren Semua
-
Tidur Mengawasi santri Mencuci & menjemur pakaian MCK Memasak ringan Makan & minum Berinteraksi Refreshing, nonton TV Tidur, belajar, istirahat Mengerjakan tugas kuliah Mencuci & menjemur pakaian MCK Memasak ringan Makan & Minum Berinteraksi Refreshing, nonton TV
-
Kamar Pembina Tempat cuci Tempat jemur Pantry Aula santri Ruang santai Taman
-
kamar santri Tempat cuci Tempat jemur Pantry Aula santri Ruang santai Taman
Mempersiapkan materi kajian Menunggu Memberi materi kajian Menunggu kajian Menerima materi kajian Mempersiapkan peralatan perlengkapan kajian Menyimpan peralatan perlengkapan kajian Istirahat Keg KM/WC
- Masjid
- Masjid dan
- Ruang peralatan
dan - Lavatory
Menunggu peserta TPQ Mengatur dan mengkondisikan peserta TPQ Mengajar TPQ Menunggu Bermain Aktifitas TPQ Istirahat Keg. makan-minum Keg. km/wc Pengarsipan Mengelola administrasi Menyimpan data Koordinasi Melayani konsultasi santri Melakukan pengarsipan data-data santri Koordinasi Mengatur berlangsungnya proses pendidikan dan pengajaran Koordinasi kontrol sistem informasi pesantren Koordinasi
-
Ruang TPQ Masjid
-
Ruang TPQ Taman Masjid Kantin Lavatory
-
R. Administrasi R. Rapat
-
R. bimbingan & konsultasi R. rapat
-
R. Pendidikan R. Rapat
-
Ruang IT R. Rapat
-
Ruang kontrol Ruang rapat
-
Mengatur dan mengontrol fasilitas pesantren Koordinasi
-
Istirahat Keg. Makan-minum Keg. KM/WC
-
Lavatory Kantin
-
xlix
Sumber: Analisa pribadi
IV.1.3 1.
Pola Hubungan Ruang
Pola hubungan ruang mikro a.
Pola hubungan Ruang kegiatan pengajaran
Gambar 4.1 skema pola hubungan ruang kegiatan pengajaran Sumber : analisa pribadi
b.
Pola hubungan ruang kegiatan pengasuhan dan kesantrian
-
Pola hubungan ruang kegiatan pembinaan
-
Gambar 4.2 skema pola hubungan ruang kegiatan pembinaan Sumber : analisa pribadi
Pola hubungan ruang kegiatan pengembangan skill dan wawasan
Gambar 4.3 skema pola hubungan ruang kegiatan pengembangan skill dan wawasan Sumber : analisa pribadi
c.
Pola hubungan ruang kegiatan asrama
Gambar 4.4 skema pola hubungan ruang kegiatan asrama Sumber : analisa pribadi
d.
Pola hubungan ruang kegiatan pengelola
Gambar 4.5 skema pola hubungan ruang kegiatan pengelola Sumber : analisa pribadi
l