PERUMUSAN DAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI UNTUK MENGEVALUASI KINERJA KEUANGAN (STUDI KASUS UKM A BOGOR)
Oleh NORA PURBO UTAMI H24103060
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
ABSTRAK Nora Purbo Utami. H24103060. Perumusan dan Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Untuk Mengevaluasi Kinerja Keuangan (Studi Kasus UKM A Bogor). Di bawah bimbingan Beatrice Mantoroadi dan M. Syamsun
UKM A merupakan usaha yang bergerak dalam bidang penjualan dan jasa pemeliharaan dan dekorasi tanaman.Visi usaha ini adalah profit oriented dan kepercayaan konsumen yang dicapai melalui misi usaha yang mengedepankan produk-produk yang berkualitas dengan pola-pola kerja yang profesional, kreatif, inovatif dan bersahabat dalam melayani semua kalangan serta berupaya menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dalam pengembangan usaha. Sehingga UKM A memerlukan Sistem Informasi Akuntansi untuk menjalankan misi usahanya tersebut. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Data Primer dan Data Sekunder. Data Primer tentang perusahaan diperoleh dengan metode wawancara. Proses wawancara ini dilakukan dalam rangka mengidentifikasi dengan lebih jelas permasalahan UKM A dan untuk melaksanakan proses pendekatan awal sistem, yaitu identifikasi kebutuhan akan Sistem Informasi Akuntansi. Data Sekunder diperoleh dengan metode studi literatur, dan analisis transaksi bisnis UKM A. Pencatatan keuangan UKM A dilakukan dengan sederhana dengan metode Cash Basis. Data yang ada terdiri dari data transaksi, data penjualan, daftar harga dasar produk, daftar harga jual produk, dan daftar pelanggan UKM A. Setelah melalui proses pendekatan sistem dan perencanaan sistem, maka diputuskan untuk membuat Sistem Informasi Akuntansi UKM A dengan menggunakan Microsoft Excel yang dapat menghasilkan laporan keuangan, dengan buku pembantu persediaan dan subsistem tambahan yang dapat menghasilkan analisis rasio keuangan yang menjadi dasar Evaluasi kinerja keuangan yang menjadi salah satu tujuan akhir penelitian ini. Dari hasil analisis Rasio keuangan, Analisis Rasio Likuiditas menunjukkan secara umum, nilai Rasio-rasio likuiditas menunjukkan peningkatan pada Bulan Juli 2006 sampai September 2006, kemudian menurun dan nilainya mengalami kenaikan kembali pada Bulan Februari 2007. Analisis Rasio Leverage menunjukkan kecilnya bagian modal yang menjadi jaminan hutang. Perkembangannya menunjukkan bahwa secara umum menunjukkan penurunan nilai rasio pada Agustus 2006, September 2006, dan Oktober 2006, nilainya naik kembali pada bulan Januari 2007. Analisis Rasio Aktivitas menunjukkan perputaran dana yang cukup aktif dan perkembangannya secara umum,nilai-nilai rasio Aktivitas menunjukkan kinerja operasional yang baik pada UKM A, nilainya berfluktuasi setiap periode. Analisis Rasio Profitabilitas menunjukkan kemampuan UKM A menghasilkan laba cukup baik, kecuali pada Bulan Januari 2007 dan Maret 2007, dimana UKM A mengalami kerugian
PERUMUSAN DAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI UNTUK MENGEVALUASI KINERJA KEUANGAN (STUDI KASUS UKM A BOGOR)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh NORA PURBO UTAMI H24103060
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
INSTITUT PERTANIAN BOGOR DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN PERUMUSAN DAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI UNTUK MENGEVALUASI KINERJA KEUANGAN (STUDI KASUS UKM A BOGOR)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh NORA PURBO UTAMI H24103060
Menyetujui, Juli 2007
Beatrice Mantoroadi, SE. Ak, MM Dosen Pembimbing I
Dr. Ir. M. Syamsun, M.Sc. Dosen Pembimbing II
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. Ketua Departemen
Tanggal Ujian : 9 Juli 2007
Tanggal Lulus : 3 Agustus 2007
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Temanggung pada tanggal 27 November 1984. penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Supriyanto dan Nurul Isviyah, S.Pd. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Dharma Wanita Tuban pada tahun 1991, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Bogorejo. Pada Tahun 1997, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 01 Tuban dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Umum Negeri 01 Temanggung pada tahun 2000. Pada tahun 2003, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam tahun ajaran 2004/2005 dan 2006/2007. Selain itu, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan, sebagai Bendahara Dewan Perwakilan Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama pada Tahun 2003/2004, sebagai Bendahara Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada Tahun 2004/2005, dan sebagai pengurus dan pengajar tahsin pada Lembaga Pengajaran Quran DKM Al Hurriyyah pada Tahun 2005-2007. Kepanitiaan yang pernah diikuti penulis yaitu kegiatan penyambutan mahasiswa baru angkatan 41 sebagai Bendahara Umum, dan Kegiatan Masa Perkenalan Fakultas sebagai PJAK.
KATA PENGANTAR
Segala puji hanyalah bagi Allah SWT, hanya dengan Rahmat dan KaruniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Salah satu masalah UKM adalah pengelolaan keuangan dan permodalan dimana UKM masih menghadapi kendala yang cukup serius. Fenomena yang terjadi adalah UKM menghadapi kendala permodalan dan sedikitnya investor yang bersedia meminjamkan atau menanamkan modalnya pada UKM walaupun usaha tersebut menghasilkan laba yang cukup besar. Alasan yang mendasar adalah UKM tersebut tidak dapat menunjukkan bukti operasional dan keuntungan perusahaan dalam bentuk laporan keuangan, sehingga Sistem Informasi Akuntansi sangat diperlukan oleh UKM. Penulisan skripsi berjudul ”Perumusan dan Penerapan Sistem Informasi Akuntansi untuk Mengevaluasi Kinerja Keuangan (Studi Kasus UKM A Bogor)” dapat memberikan solusi untuk permasalahan tersebut. Penulisan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada : 1.
Uda Adityawarman Adil, S.Si., suami tercinta, atas segenap cinta, dukungan, motivasi dan doa yang diberikan kepada penulis.
2.
Ibu Beatrice Mantoroadi, S.E.Ak, MM. dan Bapak Dr. Ir. M. Syamsun M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran, dan masukan dalam pembuatan skripsi ini.
3.
Ibu Wita Juwita Ermawati, S.T.P. MM. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini.
4.
Pengelola UKM A yang telah memberikan informasi dalam skripsi ini.
5.
Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen FEM IPB.
6.
Ibu, Bapak, De’ Sari dan De’ Bayu yang telah memberikan curahan kasih sayang, dan doa yang tulus.
7.
Saudara-saudara tercinta Mba Ima, Ukhti Iin, Linda, Tika, Uli, Lina, Ani, Rina, Sarmah, Dwi, dan Yudha, atas segenap kebersamaan kita yang penuh arti.
8.
Adik-adik tercinta, Ukhti Itut, Ela, Khurum, Neni, Irma, Monda, Wina, Tri, Poo, Diana, Ety, Uty, Murti, Fitri, Tyas, dan Ucy, atas kebersamaan dan doa tulusnya.
9.
Saudara seperjuangan di Kaffah. Perjuangan ini masih panjang, teruskan langkah berbekal iman.
10. Rekan-rekan di Departemen Manajemen Angkatan 40. 11. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah memberikan pahala atas kebaikannya. Skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif diperlukan untuk hal yang lebih baik kedepannya. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan ummat dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT. Amin.
Bogor, Juli 2007
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP ...................................................................................
iii
KATA PENGANTAR...............................................................................
iv
DAFTAR ISI..............................................................................................
vi
DAFTAR TABEL .....................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xii
I. PENDAHULUAN................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ...............................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah .......................................................................
3
1.3. Tujuan Penelitian ...........................................................................
3
1.4. Manfaat Penelitian .........................................................................
3
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................
5
2.1. Definisi Usaha Kecil Menengah ....................................................
5
2.2. Akuntansi .......................................................................................
6
2.2.1. Fungsi Akuntansi ...............................................................
7
2.2.2. Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (GAAP)..............
7
2.2.3. Persamaan Dasar Akuntansi...............................................
8
2.2.4. Akun ..................................................................................
9
2.2.5. Siklus Akuntansi ................................................................
9
2.2.6. Akuntansi Berbasis Komputer ...........................................
12
2.3. Sistem Informasi ............................................................................
13
2.3.1. Sistem Informasi Akuntansi...............................................
13
2.4. Siklus Hidup Sistem (System Life Cycle).......................................
23
2.3. Evaluasi Kinerja Keuangan............................................................
24
2.4. Penelitian Terdahulu ......................................................................
25
III. METODOLOGI ..................................................................................
27
3.1. Kerangka Pemikiran.......................................................................
27
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ........................................................
28
3.3. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ...................................
29
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ..........................................
29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................
34
4.1. Gambaran Umum Usaha Kecil Menengah A.................................
34
4.2. Pencatatan Keuangan Pada Usaha Kecil Menengah A ..................
34
4.3. Pendekatan Sistem .........................................................................
35
4.4. Fase Perencanaan Sistem ...............................................................
36
4.5. Mekanisme Kerja Sistem ...............................................................
43
4.5.1. Mekanisme Kerja Sistem A ...............................................
43
4.5.2. Mekanisme Kerja Sistem B................................................
46
4.5.3. Mekanisme Kerja Sistem ...................................................
47
4.5.4. Keterkaitan Sistem A, B, dan C .......................................
47
4.6. Sistem Pengolahan Data................................................................
48
4.6.1. Sistem Pengolahan Data Daur Pendapatan ........................
49
4.6.2. Sistem Pengolahan Data Pembelian...................................
50
4.6.3. Sistem Pengolahan Data Daur Akuntansi Keuangan .........
52
4.7. Penerapan Sistem ..........................................................................
56
4.8. Evaluasi Kinerja Keuangan...........................................................
58
4.9. Aplikasi Manajerial.......................................................................
72
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................
75
1. Kesimpulan ........................................................................................
75
2. Saran...................................................................................................
76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
78
LAMPIRAN...............................................................................................
80
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1
Jumlah unit usaha di Indonesia .....................................................
1
2
Nilai PDB sektor non migas Usaha Kecil Menengah .................
2
3
Pengelompokan kegiatan usaha ditinjau dari jumlah pekerja …...
6
4
Jenis rasio keuangan ...................................................................
24
5
Klasifikasi jenis akun ..................................................................
38
6
Pengkodean akun ........................................................................
38
7
Kode barang persediaan ..............................................................
42
8
Perkembangan nilai rasio likuiditas UKM A ...........................
58
9
Perkembangan nilai rasio leverage UKM A ………………….
62
10
Perkembangan nilai rasio aktivitas UKM A .............................
64
11
Perkembangan nilai rasio profitabilitas UKM A ………………
69
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1.
Simbol dasar bagan alir sistem........................................................
16
2.
Model Sistem Informasi Akuntansi.................................................
18
3.
Diagram alir sistem distribusi .........................................................
19
4.
Data Flow Diagram level 0 sistem distribusi.................................
20
5.
Data Flow Diagram level 1 sistem distribusi (DFD Mikro sistem pemenuhan pesanan konsumen)......................
6.
Data Flow Diagram (DFD) level 2 sistem distribusi (DFD Mikro sistem pengisian kembali barang di gudang)..............
7.
21
22
Data Flow Diagram (DFD) level 3 sistem distribusi (DFD Mikro sistem pengisian jurnal umum)....................................
23
8.
Kerangka pemikiran penelitian..........................................................
28
9.
Diagram alir pendekatan sistem.........................................................
35
10. Diagram alir fase perencanaan pembuatan Sistem Informasi Akuntansi untuk UKM A...................................................................
37
11. Siklus kerja sistem...............................................................................
44
12. Diagram alir input-proses-output.........................................................
44
13. Diagram alir mikro dari input – data transaksi.....................................
45
14. Diagram alir mikro dari proses.............................................................
45
15. Diagram alir mikro dari proses-output................................................
46
16. Diagram alir sistem data persediaan.....................................................
47
17. Diagram alir mekanisme kerja sistem C...............................................
47
18. Hubungan antara sistem A, sistem B, dan sistem C.............................
48
19. Keterkaitan antara sistem pengolahan data daur pendapatan, sistem pengolahan data pembelian, dan sistem pengolahan data daur keuangan...............................................................................
49
20. Data Flow Diagram daur pendapatan.................................................
50
21. Data Flow Diagram sistem pengolahan data pembelian.....................
52
22. Prosedur penerimaan kas......................................................................
54
23. Data Flow Diagram prosedur pengeluaran kas....................................
55
24. Perkembangan (trend) current ratio UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007…………………………………………………..
59
25. Perkembangan (trend) cash ratio UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007…………………………………………………..
60
26. Perkembangan (trend) quick ratio UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007..............................................................................
60
27. Perkembangan (trend) working capital to assets ratio UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007................................................
61
28. Perkembangan (trend) total debt to equity ratio UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007...................................................
63
29. Perkembangan (trend) total debt to total capital assets UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007................................................
63
30. Perkembangan (trend) total assets turn over UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007....................................................
65
31. Perkembangan (trend) receivable turn over UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007....................................................
66
32. Perkembangan (trend) average collection perriod UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007......................................
66
33. Perkembangan (trend) inventory turn over UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007....................................................
67
34. Perkembangan (trend) average days inventory UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 20007..................................................
68
35. Perkembangan (trend) working capital turn over UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007....................................................
68
36. Perkembangan (trend) gross profit margin UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007....................................................
69
37. Perkembangan (trend) operating income ratio UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007....................................................
70
38. Perkembangan (trend) operating ratio UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007....................................................
70
39. Perkembangan (trend) earning power of total investment UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007………………………..
71
40. Perkembangan (trend) net earning power ratio UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007....................................................
72
41. Perkembangan (trend) rate of return for the owners UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007......................................
72
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman 1
Daftar pertanyaan wawancara …………………………………..
81
2
Pencatatan keuangan awal UKM A ……………………………
82
3
Model sistem …………………………………………………...
83
4
Penerapan sistem ……………………………………………….
100
5
Laporan keuangan UKM A …………………………………….
116
6
Hasil perhitungan rasio keuangan ………………………………
134
7
Modul penggunaan sistem ………………………………………. 135
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Usaha Kecil Menengah atau yang disingkat UKM banyak memiliki kelebihan, selain unit usaha ini bergerak dalam pengelolaan untuk memaksimalkan potensi kekayaan Sumber Daya Alam, UKM juga merupakan Unit Usaha yang sesuai untuk menjadi cikal bakal pembangkit perekonomian Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh UKM merupakan Unit Usaha yang terbukti mampu bertahan dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil karena dalam teknis usahanya, kebanyakan UKM menggunakan bahan baku yang berasal dari dalam negeri sehingga kondisi inflasi tidak terlalu mempengaruhi
biaya usaha. Selain itu, UKM juga
merupakan unit usaha yang cocok berkembang pada kondisi negara Indonesia sekarang, dimana sebagian besar penduduknya bergerak pada sektor agraris. Sebagai gambaran, dalam kondisi krisis ekonomi, jumlah UKM mengalami peningkatan yang cukup berarti. Menurut catatan Kementrian Koperasi dan UKM bekerjasama dengan Biro Pusat Statistik (2004 - 2005) jumlah UKM sangatlah besar. Jumlah UKM pada tahun 2004 adalah 43.707.412 dan meningkat pada tahun 2005 menjadi 44.698.588. Jumlah Usaha Kecil, Menengah, dan perkembangannya dari tahun 2004 sampai tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah unit usaha di Indonesia Tahun
Jenis Usaha
Perkembangan (%)
2004 43.641.094
2005 44.621.823
66.318
67.765
2,1819
UKM (Unit)
43.707.412
44.689.588
2,2472
Usaha Besar
4.068
4.171
2,5320
Usaha Kecil (Unit) Usaha Menengah (Unit)
2,2473
Sumber : Data Perkembangan UKM, Departemen KUKM, 2005 Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara, termasuk di Indonesia. Hal ini
dapat dilihat dari jumlah PDB (Produk Domestik Bruto) Non Migas yang cukup tinggi dari UKM. Jumlah PDB Non migas ini pun mengalami peningkatan dari tahun 2004 ke tahun 2005. Nilai Produk Domestik Bruto Sektor Non Migas UKM menurut catatan Kementrian Koperasi dan UKM bekerjasama dengan Biro Pusat Statistik (2004-2005) dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai PDB Sektor Non Migas Usaha Kecil Menengah (Dalam Jutaan Rupiah) Jenis Usaha
Tahun
Perkembangan (%) 6,14
Usaha Kecil
2004 648.867.200
2005 688.687.600
Usaha Menengah
279.639.300
298.011.400
6,57
Usaha Kecil Menengah
928.506.500
986.699.000
6,355
Sumber : Data Perkembangan UKM, Departemen KUKM, 2005 Besarnya potensi dan jumlah UKM yang ada ini ternyata belum sebanding dengan tingkat kemajuan UKM. Dalam melakukan kegiatan teknisnya UKM masih menghadapi beberapa masalah. Masalah yang mempunyai bagian cukup besar yaitu masalah modal, teknologi, dan keahlian manajerial Salah satu masalah UKM adalah pengelolaan keuangan dan permodalan dimana UKM masih menghadapi kendala yang cukup serius. Fenomena yang terjadi adalah UKM menghadapi kendala permodalan dan sedikitnya investor yang bersedia meminjamkan atau menanamkan modalnya pada UKM walaupun usaha tersebut menghasilkan laba yang cukup besar. Alasan yang mendasar adalah UKM tersebut tidak dapat menunjukkan bukti operasional dan keuntungan perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Fenomena kurangnya kemampuan manajerial dalam bidang keuangan tidak hanya berdampak pada sisi eksternal saja, dalam hal ini untuk menarik investor, namun pelaporan keuangan yang dibuat juga sebagai acuan perusahaan untuk mengetahui secara pasti keadaan keuangan
perusahaan, dan bagaimana kinerjanya secara pasti, sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk perencanaan perusahaan ke depan. Usaha Kecil Menengah A mempunyai potensi yang cukup besar dalam perkembangan bisnis bidang usaha pertanian, sehingga UKM A membutuhkan penambahan modal untuk perkembangan usaha kedepannya. Namun UKM A mempunyai sistem pencatatan keuangan yang masih sangat sederhana, hanya berupa pencatatan penerimaan dan pengeluaran uang dalam kas, sehingga catatan keuangan yang ada hanya menunjukkan saldo kas yang dimiliki UKM A. Padahal dalam kenyataannya, pihak yang menanamkan modal pada UKM A membutuhkan laporan keuangan yang dapat menggambarkan keadaan keuangan UKM A. 1.2. Perumusan Masalah Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi pencatatan keuangan dalam UKM A ? 2. Bagaimana bentuk sistem Informasi Akuntansi yang dibutuhkan oleh UKM A ? 3. Bagaimana model Sistem Informasi Akuntansi yang sesuai diterapkan pada UKM A ? 4. Bagaimana hasil evaluasi kinerja keuangan UKM A yang dihasilkan oleh sistem? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kondisi pencatatan keuangan dalam UKM A 2. Mengetahui bentuk Sistem Informasi Akuntansi yang dibutuhkan UKM A 3. Membuat model Sistem Informasi Akuntans yang sesuai diterapkan pada UKM A 4. Mengetahui hasil evaluasi kinerja keuangan UKM A 1.4. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, penulis mengharapkan adanya manfaat langsung maupun tidak langsung yang dapat dirasakan oleh pihakpihak yang terkait yaitu :
1. Penulis Dengan adanya penelitian ini, penulis mengharapkan untuk dapat mempelajari lebih dalam mengenai Sistem Informasi Akuntansi dan evaluasi kinerja keuangan serta menerapkan dalam praktek nyata apa yang telah penulis pelajari di bangku kuliah 2. Pihak UKM A Manfaat yang dapat dirasakan oleh pihak UKM A yaitu adanya pencatatan keuangan yang rapi dan detail dalam menggambarkan posisi keuangan perusahaan dengan Neraca dan Laporan Rugi Laba. Dengan adanya evaluasi kinerja keuangan, maka UKM A dapat secara jelas mengetahui kinerja keuangan perusahaan yang bermanfaat untuk perencanaan usaha pada waktu yang akan datang 3. Umum Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pentingnya pencatatan keuangan usaha yang rapi dan terpola sesuai dengan standar, sehingga mendorong para pemilik usaha untuk menggunakan Sistem Informasi Akuntansi yang sesuai dengan struktur usaha.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Usaha Kecil Menengah Mengacu pada Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995, kriteria usaha kecil dilihat dari segi keuangan dan modal yang dimilikinya adalah: 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), atau 2. Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 1 miliar/tahun. Untuk kriteria usaha menengah : 1. Untuk sektor industri, memiliki total aset paling banyak Rp. 5 miliar, dan 2. Untuk sektor non-industri, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 600 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 3 miliar. Partomo dan Soejoedono (2002) menyatakan INPRES No.l0 Tahun 1999 mendefinisikan usaha menengah adalah unit kegiatan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 200 juta sampai maksimal Rp. 10 miliar (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha). Pengertian UKM dilihat dari kriteria jumlah pekerja yang dimiliki berbeda antara negara yang satu dengan yang lainnya. Di negara yang satu mungkin diklasifikasikan sebagai UKM bagi negara lain bisa termasuk usaha besar. Di Indonesia, Himpunan Statistik mempunyai kriteria usaha kecil jika karyawannya 5-19 orang; jika kurang dari 5 karyawan digolongkan usaha rumah tangga, dan usaha menengah terdiri atas 20-99 karyawan. Anderson dalam Partomo dan Soejoedono (2002) mengemukakan definisi pengelompokkan kegiatan usaha ditinjau dari jumlah pekerja dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengelompokan kegiatan usaha ditinjau dari jumlah pekerja Usaha Kecil Usaha Menengah
Usaha Besar
Kecil I – kecil Kecil II - kecil Besar - kecil
1-9 pekerja 10-99 pekerja 100-199 pekerja
Kecil -menengah Menengah menengah Besar - menengah …………………….
200-299 pekerja 500-999 pekerja 1000-1999 pekerja >= 2000 pekerja
Sumber : Anderson, Tommy D. (1987), Profit in Small Firm, School of Economic University of Gothenberg, Sweden 2.2. Akuntansi Menurut
Kieso,
et
al.
(2002)
definisi
Akuntansi
yaitu
pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi keuangan tentang entitas ekonomi kepada pemakai yang berkepentingan. Sedangkan Akuntansi Keuangan adalah sebuah proses yang berakhir pada pembuatan laporan keuangan menyangkut perusahaan secara keseluruhan untuk digunakan baik oleh pihak-pihak internal maupun pihak eksternal. Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter. Laporan keuangan yang sering disajikan adalah neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham. Selain itu, catatan atas laporan keuangan atau pengungkapan juga merupakan bagian integral dari setiap laporan keuangan (Kieso et al., 2002) Menurut Arif dan Wibowo (2004), Akuntansi (accounting) adalah merupakan proses identifikasi, pencatatan dan komunikasi terhadap transaksi ekonomi dari suatu entitas (perusahaan). Jadi secara umum terdapat tiga aktivitas dalam akuntansi yaitu: 1. Aktivitas identifikasi (identifying), dalam aktivitas ini akan dilakukan identifikasi terhadap transaksi yang terjadi dalam suatu entitas (perusahaan). 2. Aktivitas pencatatan (recording), dalam aktivitas ini semua transaksi ekonomi atau transaksi keuangan yang telah diidentifikasi pada tahap pertama akan dicatat secara kronologis dan sistematis dengan ukuran
nilai moneter tertentu. 3. Aktivitas komunikasi (communication), dalam aktivitas ini akan dilakukan pelaporan dan distribusi terhadap informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan kepada para pemakai laporan keuangan atau pihak yang berkepentingan. Pemakai laporan keuangan terdiri atas pemakai di dalam perusahaan (internal user) misalnya manajemen dan karyawan, serta pemakai di luar perusahaan (external user), misalnya kreditur, investor dan fiskus. 2.2.1. Fungsi Akuntansi Menurut Arif dan Wibowo (2004) secara umum dapat dijelaskan bahwa fungsi akuntansi adalah membantu pelaku bisnis dan masyarakat pada umumnya dalam hal penanganan masalahmasalah keuangan. Jadi seorang akuntan mempunyai peranan seperti tersebut dibawah ini: 1. Menentukan besarnya laba rugi yang diperoleh perusahaan sebagai dasar untuk menilai kinerja keuangan perusahaan tersebut. 2. Membantu mengamankan dan mengawasi aset yang dimiliki oleh perusahaan melalui penyusunan sistem akuntansi yang dapat menciptakan pengendalian internal yang memadai. 3. Membantu menentukan besarnya hak (klaim) dari pihak ketiga kepada perusahan misalnya kreditur, karyawan, fiskus, dan sebagainya. 4. Menetapkan standar pengukuran atas prestasi perusahaan guna menilai efisiensi perusahaan tersebut. 2.2.2. Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (GAAP) Menurut Kieso, et al. (2002) terdapat empat prinsip dasar akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi, yaitu: 1. Prinsip Biaya Historis GAAP mewajibkan sebagian besar aktiva dan kewajiban diperlakukan dan dilaporkan berdasarkan harga akuisisi. Hal ini sering disebut dengan prinsip biaya historis.
2. Prinsip Pengakuan Pendapatan Persoalan penting yang dihadapi perusahaan adalah kapan pendapatan harus diakui. Pendapatan umumnya diakui jika telah direalisasi atau dapat direalisasi dan telah dihasilkan. Pendekatan ini sering dipandang sebagai prinsip pengakuan pendapatan. Pendapatan dikatakan telah direalisasi jika produk, barang dagang, atau aktiva lainnya telah dipertukarkan dengan kas atau adanya klaim atas kas. Pendapatan dikatakan dapat direalisasi apabila aktiva yang diterima atau dipegang dapat segera dikonversikan menjadi kas atau klaim atas kas. 3. Prinsip Penandingan Dalam mengakui beban, pendapatan yang dipakai adalah beban bertambah seiring dengan bertambahnya pendapatan. Beban diakui bukan pada saat upah dibayarkan, saat pekerjaan dilakukan, atau saat produk diproduksi tetapi ketika pekerjaan (jasa) atau produk secara aktual memberikan kontribusi terhadap pendapatan. 4. Prinsip Pengungkapan Penuh Dalam memutuskan informasi apa yang akan dilaporkan, praktek yang umum adalah menyediakan informasi yang mencukupi untuk penilaian dan keputusan pemakai. Prinsip ini mengakui bahwa sifat dan jumlah informasi yang dimasukkan dalam laporan keuangan mencerminkan serangkaian trade-off penilaian. Trade-off ini terjadi antara kebutuhan kebutuhan untuk menyampaikan secara terperinci hal-hal yang mempengaruhi keputusan pemakai dengan kebutuhan untuk memadatkan penyajian agar informasi dapat dipahami dengan baik. 2.2.3. Persamaan Dasar Akuntansi Menurut Kieso, et al. (2002), dalam system akuntansi berpasangan, untuk setiap debet harus ada kredit dan sebaliknya. Sehingga dapat digambarkan persamaan dasar akuntansi yaitu : Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemilik
Setiap kali transaksi terjadi, unsur-unsur dalam persamaan akuntansi mungkin berubh, tetapi persamaan dasarnya tetap. Menurut Niswonger (1999), hal-hal yang berlaku dalam setiap transaksi bisnis antara lain: 1. Dampak dari setiap transaksi adalah berupa peningkatan atau penurunan satu atau lebih unsur dalam persamaan akuntansi. 2. Kedua sisi persamaan akuntansi harus selalu sama jumlahnya. 3. Ekuitas pemilik bertambah sebesar investasi oleh pemilik dan berkurang sebesar penarikan oleh pemilik. Selain itu, ekuitas pemilik bertambah karena pendapatan dan berkurang karena beban. 2.2.4. Akun Menurut Arifin dan Wicaksono (2006) akun merupakan suatu alat untuk mencatat transaksi keuangan yang bersangkutan dengan aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan beban atau biaya. Tujuan penggunaan akun untuk mencatat data transaksi yang menjadi dasar dalam menyusun laporan keuangan. Akun memberikan informasi tentang aktivitas perusahaan dari hari ke hari, misalnya dari akun dapat diketahui dana suatu perusahaan dalam sebuah bank. Dengan penggunaan akun, transaksi keuangan yang terjadi di suatu organisasi atau perusahaan dapat dicatat secara tepat dan lengkap. Sesuai dengan jenis laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi, akun secara garis besar digolongkan menjadi dua, yaitu akun neraca dan akun laba rugi. Akun neraca atau yang sering disebut sebagai akun riil adalah akun yang digunakan untuk menyusun neraca. Akun neraca terdiri dari klasifikasi aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Akun laba rugi atau disebut juga akun nominal, merupakan akun yang digunakan untuk menyusun laporan laba rugi. Akun laba rugi terdiri dari klasifikasi pendapatan dan beban/biaya (Arifin dan Wicaksono, 2006). 2.2.5. Siklus Akuntansi Menurut Kieso, et al. (2002), siklus akuntansi meliputi
beberapa langkah yang
merupakan prosedur akuntansi yang
digunakan perusahaan untuk mencatat transaksi dan membuat laporan keuangan. Berikut tahapan yang ada dalam siklus akuntansi : 1. Tahap pertama dalam siklus akuntansi adalah analisis transaksi dan kejadian tertentu lainnya. Yang perlu diperhatikan adalah menentukan apa yang harus dicatat. Transaksi sebagai salah satu jenis kejadian eksternal, bisa berupa pertukaran dimana kedua entitas saling menerima dan menyerahkan sesuatu yang memiliki nilai, seperti pembelian atau penjualan barang atau jasa. Sehingga dari pengertian transaksi yang ada maka dapat ditentukan bahwa yang dicatat adalah semua kejadian yang mempengaruhi posisi keuangan perusahaan. 2. Tahap kedua adalah pembuatan jurnal. Berbagai transaksi dan kejadian yang mempengaruhi unsur-unsur bisnis dasar (aktiva, kewajiban, dan ekuitas) dikategorikan dan dikumpulkan dalam akun. Buku besar umum atau jurnal umum adalah kumpulan dari semua akun aktiva, kewajiban, ekuitas pemegang saham, pendapatan, dan beban. Jurnal umum bentuk akun T merupakan metode sederhana yang biasanya dipakai untuk mengilustrasikan pengaruh transaksi terhadap pos-pos aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan beban tertentu. 3. Tahap ketiga adalah pemindahbukuan (posting). Item-item yang dimasukkan dalam jurnal umum harus ditransfer ke buku besar. Prosedur ini merupakan bagian dari proses pengikhtisaran dan pengklasifikasian. 4. Tahap selanjutnya adalah pembuatan neraca saldo, yang merupakan daftar akun beserta saldonya pada suatu waktu tertentu. Biasanya neraca saldo dibuat pada akhir periode akuntansi. Urutan akun yang dicantumkan pada neraca saldo sesuai dengan urutan akun pada buku besar. Saldo debet dittampilkan pada kolom sebelah kiri dan saldo kredit ditampilkan pada kolom sebelah kanan. Total dari kedua kolom
itu harus sama. Tujuan utama dari neraca saldo adalah untuk membuktikan kesamaan matematis dari debet dan kredit setelah posting dilakukan. Berdasarkan sistem berpasangan, kesamaan ini akan terjadi apabila jumlah saldo debet sama dengan saldo kredit. 5. Tahap kelima adalah pembuatan ayat jurnal penyesuaian. Agar pendapatan dicatat pada periode dimana pendapatan itu dihasilkan dan beban dicatat pada periode terjadinya, maka ayat jurnal penyesuian harus dibuat pada akhir periode akuntansi. Yaitu, penyesuaian diperlukan untuk memastikan bahwa prinsipprinsip pengakuan pendapatan dan penandingan sebagai prinsip dasar akuntansi tidak dilanggar. 6. Tahap keenam adalah membuat neraca saldo setelah disesuaikan. Setelah semua ayat jurnal penyesuaian dibuat dan dilakukan pemindahbukuan, neraca saldo selanjutnya dibuat dari akun-akun buku besar.neraca saldo ini dinamakn neraca saldo yang telah disesuaikan. 7. Tahap selanjutnya adalah pembuatan laporan keuangan. Akun akun neraca menjadi dasar penyusunan neraca perusahaan dan akun laba rugi menjadi komponen penyusun laporan laba rugi. 8. Tahap kedelapan adalah penutupan. Proses penutupan ini dilakukan dengan mengurangi saldo akun-akun laba rugi sehingga menjadi nol. Hal ini dilakukan untuk menyiapkan akun akun tersebut untuk periode akuntansi selanjutya. Dalam proses penutupan, semua saldo akun pendapatan dan beban ditransfer ke akun kliring atau akun temporer yang disebut akun Ikhtisar Laba Rugi yang digunakan hanya setiap akhir periode akuntansi. 9. Ayat jurnal pembalik adalah ayat jurnal yang dibuat setelah laporan keuangan selesai dibuat dan pembukuan ditutup, hal ini dilakukan untuk membalik sebagian ayat jurnal penyesuaian sebelum mencatat transaksi reguler pada periode akuntansi selanjutnya. Ayat jurnal pembalik dibuat pada awal periode
akuntansi berikutnya dan merupakan kebalikan dari ayat jurnal penyesuaian terkait yang telah dibuat pada periode sebelumnya. 2.2.6. Akuntansi Berbasis Komputer Maraknya penggunaan komputer baik untuk keperluan pribadi dan instansi berpengaruh dalam terciptanya aplikasi akuntansi berbasis komputer. Awal tahun 1990-an, pengguna komputer di Indonesia mulai mengenal aplikasi akuntansi berbasis sistem operasi DOS (disk operating system) . Menurut Arifin dan Wicaksono (2006) hingga saat ini sudah banyak aplikasi akuntansi berbasis komputer seperti DEA (Dac Easy Accounting), MYOB, Peachtree, Accpacc, Simply
Accounting, Platinum, Accounting Professional, dan Quick Book yang merupakan produk luar negeri. Dan Accurate 2000, Zahir
Accounting, dan Jamparing yang merupakan produk dalam negeri (Arifin dan Wicaksono, 2006). Menurut
Arifin
dan
Wicaksono
(2006),
prosedur
pengoperasian aplikasi akuntansi komputer tidak jauh berbeda dengan akuntansi
manual
seperti
pengaturan
awal
periode
akuntansi,
menyiapkan nama akun, nama pemasok, nama pelanggan, pencatatan data barang, mengatur akun penghubung dan saldo awal. Setelah pencatatan data awal selesai, pengguna sudah dapat mencatat transaksi dan hanya sebagian kecil transaksi yang dicatat dalam jurnal seperti akuntansi manual. Hanya dengan sekali input data, pengguna sudah dapat memperoleh laporan keuangan berupa neraca, laporan rugi laba, rincian piutang maupun hutang, mutasi barang dan sebagainya setiap saat diperlukan (Arifin dan Wicaksono, 2006).
Menurut Arifin dan Wicaksono (2006), mengolah akuntansi dengan Microsoft Excel tetap mengikuti siklus akuntansi seperti akuntansi manual, namun tidak sama persis seperti akuntansi manual. Otomatisasi siklus akuntansi dengan Microsoft Excel berawal dari jurnal transaksi, dengan hanya mencatat transaksi pada jurnal transaksi, laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta buku besar otomatis sudah terisi. Dengan demikian, setiap
ransaksi secara otomatis dapat mempengaruhi neraca atau laporan laba rugi. Dalam program akuntansi dalam Microsoft Excel yang dapat dibuat tidak lagi memerlukan proses pemindahbukuan, pembuatan neraca lajur, jurnal penyesuaian dan sejenisnya untuk membuat neraca dan laporan rugi laba setelah pajak. 2.3. Sistem Informasi Sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan (McLeod, 2001). Sistem Informasi merupakan kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan untuk mengintegrasikan data, memproses dan menyimpan, serta mendistribusikan informasi yang akan mendukung pembuatan keputusan (Jogiyanto, 1999). Sistem menerima input data, mengolah data tersebut dan kemudian mengeluarkan hasilnya. Model dasar sistem informasi adalah input, proses, dan output. Perlakuan yang dilakukan terhadap data agar dapat menghasilkan informasi yang berguna, terdiri atas lima tahap yang disebut siklus pengolahan data yaitu pengumpulan, penghalusan, pengolahan, pemeliharaan, dan pengeluaran output data (Cushing, 1992). Dalam Sistem Informasi Organisasi (SIO) terbagi atas dua sistem informasi berdasarkan pengelompokan pemakai yaitu Sistem Informasi Fungsional (SIF) dan Sistem Informasi Eksekutif (SIE). SIO menggunakan lima subsistem yaitu Sistem Informasi Akuntansi (SIA), Sistem Informasi Manajemen
(SIM),
Sistem
Pendukung
Keputusan
(SPK),
Sistem
Otomatisasi Kantor (SOK), dan Sistem Pakar (SP) (McLeod, 2001). 2.3.1. Sistem Informasi Akuntansi Menurut Widjajanto (2001), Sistem Informasi Akuntansi adalah susunan berbagai formulir catatan, peralatan, termasuk komputer
dan
peralatannya
serta
alat
komunikasi,
tenaga
pelaksananya, dan laporan yang terkoordinasi secara eratyang didesain
untuk
mentransformasikan
data
keuangan
menjadi
informasi yang dibutuhkan manajemen. Sistem Informasi Akuntansi juga berperan sebagai pengaman harta kekayaan perusahaan. Dengan
adanya unsur-unsur pengendalian atau pengecekan dalam sistem akuntansi. Berbagai kecurangan, penyimpangan, dan kesalahan dapat dihindarkan atau dilacak sehingga dapat diperbaiki. Karena bentuk perusahaan beragam, sasaran Sistem Informasi Akuntansi juga beragam, meskipun intinya tetap sama, yaitu menyajikan informasi. Tanpa memandang bentuk perusahaan, Sistem Informasi Akuntansi selalu terbentuk dari : 1. Serangkaian formulir yang tercetak, seperti faktur, nota, cek, dan laporan-laporan yang digunakan untuk membangun sistem akuntansi dan administrasi perkantoran, termasuk prosedur dasar pembuatan ayat-ayat akuntansi. 2. Serangkaian buku, baik dalam bentuk fisik berupa kartu-kartu dan buku-buku dalam pengertian harfiah, maupun dalam bentuk format yang hanya terbaca oleh mesin. Buku-buku ini meliputi jurnal maupun buku besar. 3. Serangkaian laporan atau pernyataan, seperti misalnya neraca saldo, abstraksi buku besar, perhitungan rugi laba, dan neraca. 4. Serangkaian kegiatan klerikal, termasuk operasi pengolahan data elektronik, yang harus dilaksanakan untuk mencatat berbagai informasi akuntansi pada formulir, buku, jurnal, dan buku besar, serta dalam penyusunan laporan atau surat pernyataan. 5. Penggunaan peralatan klerikal, khususnya komputer, mesin ketik, sarana komunikasi untuk mentransfer data yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan sistem (Widjajanto, 2001). Beberapa hal yang perlu dijelaskan mengenai Sistem Informasi Akuntansi ini yaitu : a. Teknik Bagan Alir Menurut Widjajanto (2001), dalam menganalisis dan merancang suatu Sistem Informasi Akuntansi, analisis sistem akan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kebutuhan informasi oleh berbagai pihak dan juga pada berbagai alternatif sumber daya yang dapat dipergunakan untuk
memenuhi kebutuhan itu. Apabila kebutuhan manajemen untuk mengembangkan, memperluas, atau menyesuaikan sistem telah ditentukan, analisis sistem dapat melakukan studi sistem. Studi dapat dilakukan dengan mempergunakan teknik-teknik sistem. Teknik sistem adalah piranti yang dipergunakan dalam analisis, desain, dan dokumentasi sistem serta hubungan-hubungan subsistem. Piranti yang banyak digunakan dalam analisis sistem adalah bagan alir (flowchart). Bagan alir adalah suatu diagram simbol yang menampilkan aliran data dan rangkaian tahapan operasi dalam suatu sistem (Widjajanto, 2001). Menurut Widjajanto (2001), dalam teknik bagan alir, terdapat simbol-simbol yang dipergunakan. Simbol dasar terdiri dari simbol dasar bagan alir terdiri dari simbol input/output, simbol proses, simbol garis alir, dan simbol anotasi atau komentar. Simbol input/output menyatakan fungsi input/output, yaitu data yang disediakan yaitu data yang disediakan untuk diproses (input) dan laporan yang dihasilkan dari proses (output). Simbol proses menyatakan suatu fungsi proses, misalnya melaksanakan suatu kegiatan atau kelompok kegiatan yang menghasilkan perubahan nilai, bentuk, atau lokasi informasi. Simbol garis alir digunakan sebagai penghubung simbol-simbol lainnya. Dengan digunakannya garis alir, rangkaian dan tahapan informasi dan operasi menjadi jelas. Simbol anotasi atau komentar merupakn simbol yang digunakan untuk memberi tambahan komentar sebagai tambahan penjelasan terhadap suatu simbol tertentu. Simbol dasar bagan alir dapat dilihat pada Gambar 1. Diagram alir data atau Data Flow Diagram (DFD) merupakan bagian dari Teknik Bagan Alir. DFD merupakan diagram yang menggambarkan suatu sistem dengan sangat sederhana. Pembuatan DFD bisa dilakukan dengan bertingkattingkat mulai dari tingkat makro sampai tingkat mikro,
tergantung pada kebutuhan kerinciannya. DFD sangat diandalkan oleh analis sistem pada saat membuat gambaran kasar mengenai sistem (Widjajanto, 2001). No
Nama simbol
1.
Input/output
2.
Proses
3.
Garis Alir
4.
Garis Bersilang
Alir
6.
Garis Bersimpang
Alir
7.
Anotasi/komentar
8.
Konektor
9.
Dokumen
10.
Multi Dokumen
11.
Keputusan
12.
Magnetic Disk
Gambar simbol
Gambar 1. Simbol Dasar Bagan Alir Sistem b. Proses Pembuatan Sistem Menurut Mc Leod (1993) proses pembuatan sistem dapat digambarkan dalam beberapa diagram alir yang terdiri dari :
1. Diagram Alir Pendekatan Sistem Diagram alir pendekatan sistem merupakan penggambaran proses pengenalan kebutuhan sistem. 2. Diagram Alir Fase Perencanaan Sistem Diagram
Alir
Fase
Perencanaan
Sistem
merupakan
penggambaran sistem mulai dari perencanaan sistem, peninjauan teknis dan manajemen, sampai pengembangan sistem. Dalam perencanaan sistem, akan ditentukan perangkat lunak
yang
digunakan
dalam
sistem,
dilakukan
pendeskripsian ruang lingkup dalam sistem, dan dilakukan peninjauan secara manajemen apakah Sistem Informasi yang dibuat tersebut telah layak untuk diaplikasikan atau tidak. Jika permodelan sistem telah layak atau dapat diterima, maka dilakukan aplikasi sistem, namun jika setelah peninjauan manajemen, dinilai terdapat kekurangan, maka dilakukan perbaikan.
Setelah
sistem
diaplikasikan,
dilakukan
peninjauan teknis terhadap rancangan model sistem yang telah dibuat. Jika setelah peninjauan teknis, sistem dinyatakan diterima, maka sistem akan dioperasikan, namun jika setelah peninjauan teknis, dinilai terdapat kekurangan, maka dilakukan perbaikan. c. Model Sistem Informasi Akuntansi Model Sistem Informasi Akuntansi menerangkan hubungan antara database sistem, lingkungan sistem, dan sumber data yang akan diolah menjadi informasi (Mc. Leod, Jr., 1998). Model Sistem Informasi Akuntansi dapat dilihat pada Gambar 2.
Lingkungan
Manajemen
Software Pengolah Data
Database Sistem Informasi Akuntansi
Sumber Input Fisik
Transformasi
Sumber Output Fisik
Lingkungan
Keterangan : = Informasi = Data Gambar 2. Model Sistem Informasi Akuntansi d. Sistem Distribusi Sistem Distribusi merupakan bagian dari Sistem Informasi Akuntansi yang meliputi proses pembelian barang dan proses penjualan barang, dalam hubungannya dengan bagian-bagian perusahaan (Mc. Leod, Jr.,1998). Diagram alir Sistem Distribusi dapat dilihat pada Gambar 3.
Order Penjualan
Komitmen untuk Memenuhi Pesanan
Konsumen Order Pesanan
Pengapalan
Sistem Distribusi
Pernyataan
Pemasok Pernyataan Pemasok
Pembayaran oleh Konsumen
Pembayaran kepada Pemasok Laporan Laba Rugi
Neraca Laporan Pendapatan
Persediaan Manajemen
Gudang Laporan Lain
Gambar 3. Diagram Alir Sistem Distribusi Sistem distribusi dalam Sistem Informasi Akuntansi tersebut dijelaskan dengan Data Flow Diagram level 0. DFD level 0 ini memberikan penjelasan awal mengenai alur sistem distribusi pembelian barang dagangan. Selanjutnya sistem distribusi ini dijelaskan secara lebih rinci pada DFD level 1, DFD level 2, dan DFD level 3. Data Flow Diagram level 0 ini dapat dilihat pada Gambar 4.
Order Penjualan Konsumen
Catatan Penolakan Order Penjualan
Faktur Pernyataan
1. Pemenuhan Pesanan
Pembayaran oleh Konsumen Data Piutang
Data Persediaan
Data Pembelian Komitmen
Barang Diterima
Pemasok 3. Pengisisan Jurnal Umum
Data Pembayaran Laporan Lain Laporan Budget
Order Pembelian 2. Pesanan Persediaan
Pengapalan Faktur Pernyataan Pemasok
Neraca Pembayaran kepada Pemasok
Laporan Rugi Laba
Persediaan Manajemen
Gudang
Gambar 4. Data Flow Diagram Level 0 Sistem distribusi Proses pemenuhan pesanan konsumen oleh perusahaan meliputi pencatatan pesanan dalam hubungannya dengan persediaan, dan pencatatan keuangan. Data Flow Diagram (DFD) Level 1 Sistem Distribusi (DFD Mikro sistem pemenuhan pesanan konsumen) dapat dilihat pada Gambar 5 (Mc. Leod, Jr., 1998)
Order Penjualan Konsumen
Pembatalan Order Penjualan
Pesanan Diterima 1.1. Order Masuk
Faktur
1.2. Persediaan Pemenuhan Pesanan
Pengisian Barang 1.3. Penagihan
Pembayaran Oleh Konsumen
Data Pembelian Pernyataan
Order Penagihan 1.4. Akun Piutang
Data Buku Besar Persediaan
2 Penerimaan Barang
Data Piutang 3
3
2
Gambar 5. Data Flow Diagram Level 1Sistem distribusi (DFD Mikro sistem pemenuhan pesanan konsumen) Hal yang perlu dijelaskan selanjutnya mengenai bagian dari Sistem distribusi adalah mengenai pengisian kembali persediaan di gudang. Pengisian kembali barang di gudang berkaitan dengan proses pembelian, penerimaan barang, dan akun hutang (Mc. Leod, Jr., 1998). Data Flow Diagram (DFD) Level 2 Sistem Distribusi (DFD Mikro sistem pengisian kembali barang di gudang) dapat dilihat pada Gambar 6.
Komitmen Data Pembelian 1 2.1. Order Pembelian Pembelian Pemasok Pengisian Pesanan Pembelian
Pemberitahuan Pesanan Pembelian
Pengapalan
Penerimaan Barang 2.2. Penerimaan
1 Persediaan Gudang
Penerimaan Pembelian
Pengeluaran Obligasi
Buku Besar Hutang
Faktur 2.3. Hutang
Pernyataan Pemasok
Pembayaran Kepada Pemasok
3
Gambar 6. Data Flow Diagram (DFD) Level 2 Sistem Distribusi (DFD Mikro sistem pengisian kembali barang di gudang) Penjelasan terakhir tentang sistem distribusi adalah mengenai proses masuknya data ke dalam Jurnal Umum. Prosesnya meliputi pengisian Jurnal umum dan persiapan laporan manajemen (Mc. Leod, Jr., 1998). Data Flow Diagram (DFD) Level 3 Sistem Distribusi (DFD Mikro sistem pengisian jurnal umum) dapat dilihat pada Gambar 7.
Data Buku Besar Piutang 1 Data Buku Besar Persediaan 1
Catatan Jurnal Umum 3.1. Pengisian Jurnal Umum
Memperbaharui Catatan Jurnal Umum
Data Buku Besar Hutang 2
Data Laporan Manajemen
Jurnal Umum
Laporan Lain 3.2. Persiapan Laporan Manajemen
Laporan Anggaran
Neraca
Manajemen Laporan Rugi Laba
Gambar 7. Data Flow Diagram (DFD) Level 3 Sistem Distribusi (DFD Mikro sistem pengisian jurnal umum) 2.4. Siklus Hidup Sistem (System Life Cycle) Setiap subsistem dalam Sistem Informasi Berbasis Komputer menyerupai organisme hidup, lahir, tumbuh, menjadi matang, berfungsi dan akhirnya mati. Proses evolusi ini disebut Siklus Hidup Sistem. Tahapan Siklus Hidup Sistem terdiri dari Perencanaan, Analisis, Rancangan, Penerapan, dan Penggunaan Sistem (Mc. Leod, Jr., 2001). Siklus Hidup Sistem berbasis komputer mungkin hanya berlangsung beberapa bulan, atau mungkin beberapa tahun. Cepat atau lambat, sifat dinamis bisnis akan melampaui kemampuan sistem informasi, dan sistem itu harus diperbaharui (Mc. Leod, Jr., 2001).
2.4. Evaluasi Kinerja Keuangan Menurut Keown (2001), Evaluasi kinerja keuangan suatu perusahaan dilakukan dengan menganalisis rasio keuangan. Rasio keuangan membantu mengidentifikasi beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. Beberapa manfaat analisa rasio keuangan perusahaan yaitu : 1. Untuk mengetahui liquiditas perusahaan 2. Mengukur kecukupan laba operasi atas aktiva perusahaan 3. Mengetahui pendanaan aktiva perusahaan 4. Menetapkan standar pengukuran atas prestasi perusahaan Beberapa jenis rasio keuangan yang dipergunakan dan rumus untuk menghitungnya dapat dilihat dalam Tabel 4. Tabel 4. Jenis Rasio Keuangan Rasio Keuangan Rasio Rasio Lancar Likuiditas
Rumus Aktiva Lancar Kewajiban Lancar
Rasio Cepat
Aktiva Lancar – Persediaan Kewajiban Lancar
Rasio Modal Kerja
Aktiva lancarLancar Jumlah Aktiva Total Hutang Total Aktiva
Kewajiban
Rasio Leverage
Rasio utang
Rasio Provitabilitas
Margin Laba Operasi Perputaran Total Aktiva
Laba Operasi Penjualan
Perputaran Piutang Dagang
Penjualan Piutang Dagang
Perputaran Persediaan
Harga Pokok Penjualan Persediaan
Penjualan Total Aktiva
Interpretasi Kemampuan untuk membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar Kemampuan untuk membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih liquid Mengukur liquiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja Bagian Aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang Menunjukkan laba bersih yang dihasilkan per rupiah penjualan Menunjukkan efisiensi penggunaan Total Aktiva dalam aktivitas operasi penjualan Menunjukkan efisiensi penggunaan piutang dagang dalam aktivitas operasi penjualan Menunjukkan efisiensi perputaran persediaan
Sumber : Keown, J. (2001). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Jilid 1. Salemba Empat. Yogyakarta
1. Rasio Likuiditas Analisis likuiditas digunakan untuk mengetahui gambaran tentang kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (hutang) jangka pendeknya yang sudah jatuh tempo maupun yang belum. Selain itu, analisis rasio ini dapat juga menunjukkan bagaimana posisi keuangan dalam jangka pendek. Nilai rasio likuiditas dipengaruhi oleh komponenkomponen dalam aktiva lancar dan kewajiban lancar perusahaan. 2. Rasio Hutang (Leverage) Rasio Hutang digunakan untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang atau dibiayai oleh pihak luar. Data yang digunakan untuk menghitung Rasio Hutang adalah Neraca dan Laporan Rugi Laba. 3. Rasio Aktivitas Analisis Aktivitas digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan
dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki untuk
melaksanakan kegiatan operasional perusahaan. Pengukuran tingkat aktivitas perusahaan dilakukan dengan menilai tingkat perputaran piutang, tingkat perputaran persediaan, tingkat perputaran total aktiva dan tingkat perputaran aktiva tetap. 4. Rasio Profitabilitas Analisis Rasio Profitabilitas adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama
periode
meningkatkan
tertentu. posisi
Profitabilitas
keuangan
yang
baik
perusahaan
dan
akan
dapat
mengurangi
kemungkinan terjadinya kebangkrutan. (Arifin dan Wicaksono, 2006). 2.5. Penelitian Terdahulu Surya (2006) mengadakan penelitian tentang sistem informasi. Dalam skripsi yang berjudul Sistem Informasi Usaha Penangkapan Ikan Layur di Pelabuhan Ratu, perancangan sistem informasi dimulai dengan penerapan pendekatan sistem yaitu metode yang memperhatikan sistem informasi sebagai sebuah kesatuan terintegrasi untuk masing-masing kegiatan atau aplikasinya. Kemudian dilanjutkan dengan analisa kebutuan
sistem yang diperoleh dari pihak-pihak yang terlibat dengan sistem baik secara langsung maupun tidak langsung. Pembuatan desain Sistem Informasi Usaha penangkapan ikan dimulai dari input data, yaitu data informasi organisasi, info dinas perikanan, info perikanan layur, cetak laporan, dan data info statistik perikanan layur. Sistem Informasi yang dihasilkan merupakan sitem Informasi terkomputerisasi yang dapat dipergunakan untuk mempermudah layanan data dan informasi usaha. Penelitian tentang perumusan dan penerapan Sistem Akuntansi pernah dilakukan oleh Fansuri (2006). Pada penelitian ini dilakukan perancangan sampai penerapan model Sistem Akuntansi pada unit usaha yang bergerak di bidang manufaktur. Kemudian penelitian ini diakhiri dengan penilaian efisiensi dan efektifitas penerapan model Sistem Akuntansi tersebut dengan Metode Analisa Deskriptif. Dalam penelitian kali ini, penulis
ingin
mengembangkan
konsep
penelitian
tersebut
dengan
menyempurnakan konsep Sistem Informasi Akuntansi yang ada dan menerapkannya pada UKM A, dan kemudian melakukan analisis terhadap kinerja keuangan menggunakan rasio keuangan. Nurcahyono (1999) dalam skripsinya yang berjudul Rekayasa Sistem Informasi Akuntansi Untuk Menilai Efisiensi Agroindustri Orientasi Ekspor membahas pengembangan sistem informasi akuntansi untuk menilai efisiensi penggunaan dana bagi agroindustri dengan orientasi produksi untuk ekspor. Tujuan dari pengembangan sistem ini adalah untuk mengetahui tingkat kebocoran pendanaan sejak dini dari agroindustri dengan orientasi produksi untuk ekspor. Keluaran dari model Sistem Informasi Akuntansi Agroindustri Orientasi Ekspor (SIAGRO) ini adalah laporan keuangan dan analisa posisi keuangan.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penerapan Sistem Informasi Akuntansi sangat diperlukan oleh Unit Usaha. Dengan pencatatan keuangan yang jelas dan rapi dalam Sistem Informasi Akuntansi, perusahaan dapat mengetahui secara terperinci besarnya laba perusahaan, dan dapat pula ditetapkan standar pengukuran atas prestasi perusahaan guna menilai efisiensi perusahaan tersebut, melalui penilaian pendapatan usaha dan evaluasi kinerja keuangan perusahaan. Langkah pertama yang dilakukan adalah menganalisis transaksi keuangan perusahaan, kemudian dirancang suatu model Sistem Informasi Akuntasi yang sesuai. Setelah dirancang model sistem akuntansi kemudian dilakukan simulasi penerapan dengan data transaksi fiktif yang relevan, selanjutnya model sistem akuntansi akan diterapkan untuk mencatat transaksi perusahaan dalam satu bulan periode akuntansi dan proses penutupan pembukuan pada akhir periode akuntansi. Dengan dilatarbelakangi adanya permasalahan yang dihadapi UKM A berupa permasalahan manajemen, dimana salah satunya adalah kebutuhan akan Sistem Informasi Akuntansi, dilakukan pendekatan sistem yaitu identifikasi sistem dan analisa kebutuhan pengguna. Selanjutnya dilakukan perancangan sistem yaitu pendeskripsian kebutuhan informasi pengguna sistem sehingga diperoleh suatu model sistem yang mengakomodasi semua kebutuhan pengguna. Output model Sistem Informasi Akuntansi adalah laporan keuangan yang sesuai dengan kebutuhan usaha. Kemudian dari laporan
keuangan
tersebut
dilakukan
evaluasi
kinerja
keuangan
menggunakan analisis rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas. Kerangka pemikiran ini dapat digambarkan melalui bagan pada Gambar 8.
Kebutuhan UKM A terhadap sistem informasi akuntansi Pendekatan Sistem
Perancangan Sistem
Model Sistem Informasi UKM
Laporan Keuangan
Buku Pembantu Persediaan
Analisis Rasio Keuangan
Rasio Likuiditas
Rasio Leverage
Rasio Aktivitas
Rasio Profitabilitas
Evaluasi Kinerja Keuangan Gambar 8. Kerangka Pemikiran Penelitian 3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada unit usaha kecil yang bergerak pada bidang usaha perdagangan tanaman pertanian, yang berlokasi di daerah Desa Babakan Kecamatan Dramaga, Bogor. Kegiatan Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – Mei 2007.
3.3. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Data Primer Yaitu
data tentang perusahaan yang diperoleh dengan metode
wawancara. Proses wawancara dilakukan dengan Direktur Utama UKM A sebagai orang yang paling mengetahui seluk beluk UKM A. Proses wawancara ini dilakukan dalam rangka mengidentifikasi dengan lebih jelas permasalahan UKM A dan untuk melaksanakan proses pendekatan awal sistem, yaitu identifikasi kebutuhan akan Sistem Informasi Akuntansi. 2. Data Sekunder Yaitu data yang diperoleh dengan metode studi literatur, dan analisis transaksi bisnis UKM A. Analisis transaksi bisnis ini dilakukan pada semua kejadian yang mempengaruhi posisi keuangan perusahaan. Hal ini merupakan bagian dari tahap pendekatan sistem untuk dapat merancang Sistem Informasi Akuntansi yang sesuai untuk UKM A. 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Setelah memperoleh data yang dibutuhkan, maka dilakukan proses pengolahan data hasil wawancara dan data hasil analisis transaksi bisnis. Pengolahan data ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu : 3. Diagram Alir Pendekatan Sistem Diagram alir pendekatan sistem merupakan bahasa sistem dari hasil wawancara yang dilakukan, dimana dari diagram alir tersebut akan dapat dibaca, kebutuhan pengguna akan bagaimana bentuk dan seberapa rinci sistem yang dibutuhkan. 4. Diagram Alir Fase Perencanaan Sistem Diagram Alir Fase Perencanaan Sistem merupakan penggambaran sistem mulai dari perencanaan sistem, peninjauan teknis dan manajemen, sampai pengembangan sistem.
5. Diagram Alir Mekanisme Kerja Sistem Diagram Alir Mekanisme Kerja Sistem merupakan kumpulan beberapa diagram alir yang menggambarkan tentang bagaimana Sistem Informasi Akuntansi tersebut bekerja. 4. Evaluasi Kinerja Keuangan Untuk mengevaluasi kinerja keuangan, penulis menggunakan metode analisis rasio keuangan. Sehingga dari laporan keuangan yang telah dihasilkan dari Sistem Informasi Akuntansi dapat dihitung rasio-rasio keuangan yang dapat menggambarkan kinerja keuangan UKM A Rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja keuangan UKM adalah sebagai berikut : 1. Rasio Likuiditas Rasio Likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Rasio likuiditas dapat dihitung berdasarkan informasi modal kerja dari pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Beberapa jenis rasio likuiditas dan rumus perhitungannya dijelaskan sebagai berikut : a. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio Lancar digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang dimiliki. Rumus untuk menghitung current ratio yaitu : Rasio Lancar = Aktiva Lancar / Kewajiban Lancar b. Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio Kas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban yang harus segera dipenuhidengan kas yang tersedia. Rumus untuk menghitung Cash Ratio yaitu : Rasio Kas = Kas / Kewajiban Lancar c. Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio Cepat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid (Liquid Assets). Rumus untuk menghitung Rasio Cepat yaitu :
Rasio Cepat = Kas + Piutang Kewajiban Lancar d. Working Capital to Total Assets Ratio Working Capital to Total Assets Ratio digunakan untuk mengukur likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (netto). Rumus untuk menghitungnya yaitu : Working Capital to Total Assets Ratio = Aktiva Lancar – Kewaiban Lancar Jumlah Aktiva
2. Rasio Hutang Rasio Hutang digunakan untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang atau dibiayai pihak luar. Data yang digunakan untuk analisis rasio utang adalah neraca dan laporan laba rugi. Rasio Hutang diantaranya sebagai berikut : a.Rasio Total Hutang terhadap Modal (Total Debt to Equity Ratio) Rasio Total Hutang terhadap Modal digunakan untuk mengukur bagian setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan kewajiban atau hutang. Rumus untuk menghitung Rasio Total Hutang terhadap Modal yaitu : Rasio Total Hutang terhadap Modal =
Total Kewajiban : Jumlah Modal Sendiri
b. Total Hutang terhadap Total Aktiva (Total Debt to Total Capital Assets) Total Hutang terhadap Total Aktiva digunakan untuk mengukur bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin seluruh kewajiban atau hutang. Rumus untuk menghitung Total Hutang terhadap Total Aktiva yaitu : Rasio Total Hutang terhadap Modal =
Total Kewajiban : Jumlah Aktiva
3. Rasio Aktivitas Rasio Aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber daya yang dimiliki. Jenis-jenis rasio aktivitas diantaranya adalah :
a. Perputaran Total Aset (Total Assets Turn Over) Perputaran Total Aset digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar pada suatu periode
atau
kemampuan
modal
yang
diinvestasikan
untuk
menghasilkan pendapatan. Rumus untuk menghitungnya yaitu : Perputaran Total Aset = Penjualan Bersih : Total Aktiva b. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over) Perputaran Modal Kerja digunakan untuk mengukur kemampuan modal kerja (neto) yang berputar pada suatu periode siklus kas yang terdapat pada perusahaan, dihitung dengan rumus sebagai berikut : Perputaran Modal Kerja = Penjualan Bersih : (Aktiva LancarKewajiban Lancar ) 4. Rasio Profitabilitas Rasio Profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, aktiva maupun laba dan modal sendiri. Jenis-jenis rasio profitabilitas yang akan digunakan yaitu : a. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Gross Profit Margin digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba bruto per rupiah penjuaan, dihitung dengan rumus : Margin Laba Kotor = (Penjualan Bersih – HPP) : Penjualan Bersih b. Margin Laba Operasi (Operating Profit Margin) Margin Laba Operasi digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan. Rumus untuk menhitungnya yaitu: Margin Laba Operasi = (Penjualan Bersih- HPP- Biaya Total) : Penjualan Bersih c. Rasio Operasi (Operating Ratio) Operating Ratio digunakan untuk mengukur biaya operasi per rupiah penjualan, semakin kecil angka rasio menunjukkan kinerja yang semakin baik. Rumus untuk menghitungnya yaitu :
Rasio Operasi = (HPP + Biaya Administrasi dan Penjualan ) : Penjualan Bersih d. Pengembalian Investasi (Return On Investment) Pengembalian Investasi digunakan untuk mengukur kemampuan modal
yang
diinvestasikan
dalam
keseluruhan
aktiva
untuk
menghasilkan keuntungan bersih. Rumus untuk menghitungnya yaitu : Pengembalian Investasi = Laba Bersih : Jumlah Aktiva e. Pengembalian Modal Pemilik (Rate of Return For The Owners) Pengembalian Modal Pemilik digunakan untuk mengukur kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan bagi penanam modal. Rumus untuk menghitungnya yaitu : Pengembalian Modal Pemilik = Laba Bersih : Jumlah Modal Sendiri
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran umum Usaha Kecil Menengah A Usaha ini merupakan usaha bersama yang dipelopori oleh Febrian Miandy, SP., dan beranggotakan 11 orang personil dari berbagai keahlian. Tepatnya pada bulan Juni 2005, usaha ini mulai mempersiapkan strategi untuk melangkah ke depan, baik kesiapan komitmen personil, kelengkapan administrasi, strategi pemasaran dan produksi, kerjasama dengan berbagai pihak maupun keuangan melalui investor dan investasi anggota. Tepatnya pada hari Rabu, tanggal 15 Juni 2005, di Kampus Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, UKM A didirikan dengan motto “high quality flora products”. Motto UKM A yaitu “Menghasilkan Produk Flora Berkualitas Tinggi”, menggambarkan suatu usaha dengan spesialisasi dibidang flora/tanaman yang mengedepankan produk-produk berkualitas tinggi. UKM A merupakan usaha yang bergerak dalam bidang penjualan dan jasa pemeliharaan dan dekorasi tanaman. Visi usaha ini adalah profit oriented dan kepercayaan konsumen yang dicapai melalui misi usaha yang mengedepankan produk-produk yang berkualitas dengan pola-pola kerja yang profesional, kreatif, inovatif dan bersahabat dalam melayani semua kalangan serta berupaya menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dalam pengembangan usaha. Usaha Kecil Menengah A beralamat di Jalan Babakan Tengah, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Di lokasi tersebut semua kegiatan UKM A dipusatkan, mulai dari penyimpanan contoh tanaman yang akan dijual sampai menerima pelanggan yang akan membeli atau memesan tanaman. 4.2. Pencatatan Keuangan Pada Usaha Kecil Menengah A Melalui pengamatan terhadap data keuangan UKM A, dapat diketahui bahwa pencatatan keuangan UKM A masih sederhana karena catatan keuangan yang ada hanya memperlihatkan catatan uang yang masuk dan keluar kas, sehingga informasi yang didapat dari catatan keuangan ini hanya saldo kas saja. Pencatatan keuangan yang ada menggunakan metode
berdasar kas (Cash Basis). Pencatatan keuangan menggunakan sheet pada Microsoft Excel. Data keuangan yang dimiliki terdiri dari data transaksi, data penjualan, daftar harga dasar produk, daftar harga jual produk, dan daftar pelanggan. Contoh pencatatan keuangan awal dapat dilihat pada Lampiran 2. 4.3. Pendekatan Sistem Dari hasil wawancara yang dilakukan, dapat diketahui bahwa pengguna output sistem adalah kelompok internal UKM A sendiri, yaitu investor dan pengelola. Kebutuhan para pengguna sistem dapat diketahui melalui hasil wawancara yang telah dilakukan. Gambaran pendekatan sistem ini dapat dibaca pada Gambar 9.
PERBAIKAN
Kebutuhan akan Laporan Keuangan
TIDAK Sesuai ?
YA Analisis Transaksi bisnis
Permodelan Sistem
Sesuai ?
PERBAIKAN
TIDAK
YA Model Sistem Informasi Akuntansi yang Menghasilkan Laporan Keuangan
Gambar 9. Diagram Alir Pendekatan Sistem Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa pihak UKM A membutuhkan Laporan Keuangan berupa Neraca dan Laporan Rugi Laba, yang menjadi output suatu Sistem Informasi Akuntansi. Setelah mengetahui
kebutuhan UKM A tersebut, proses pendekatan sistem dilanjutkan dengan melakukan analisis terhadap transaksi bisnis yang telah dilakukan UKM A, sehingga dapat diketahui bentuk Sistem Informasi Akuntansi yang dibutuhkan. Dari proses analisis transaksi bisnis yang dilakukan, diketahui bahwa UKM A melakukan bisnis usaha skala kecil yang tidak banyak terdapat variasi dalam transaksi bisnis yang dilakukan. Sehingga dalam proses permodelan sistem, diputuskan untuk membuat model Sistem Informasi Akuntansi sederhana yang mampu memenuhi kebutuhan pengguna terhadap Laporan Keuangan, tetapi tidak menimbulkan kerumitan dengan sistem pendukung yang kurang diperlukan. Setelah dihasilkan rancangan model Sistem Informasi Akuntansi sederhana, dilakukan kembali proses penyesuaian dengan kebutuhan pengguna. Jika model Sistem Informasi Akuntansi yang ada telah cukup sesuai dengan kebutuhan pengguna, maka telah selesai proses pendekatan sistem yang digambarkan melalui diagram alir pendekatan sistem dan dihasilkan sebuah model Sistem Informasi Akuntansi. 4.4. Fase Perencanaan Sistem Fase perencanaan pembuatan sistem dimulai dengan pendefinisian subsistem perangkat lunak yang akan digunakan. Sesuai dengan kebutuhan UKM A yang merupakan usaha dagang semi jasa terhadap Sistem Informasi Akuntansi sederhana yang dapat menghasilkan laporan keuangan, maka subsistem perangkat lunak yang digunakan adalah Microsoft Excel yang telah diformat sedemikian rupa sehingga dapat secara otomatis memproses transaksi bisnis yang ada dan menghasilkan laporan keuangan yang dibutuhkan. Pada dasarnya, Sistem Informasi Akuntansi ini menggunakan metode Akrual, yang membebankan biaya dan mencatat pendapatan pada waktu terjadinya. Untuk dapat melengkapi laporan keuangan yang dibutuhkan, maka sistem yang menghasilkan laporan keuangan tersebut didampingi oleh beberapa mekanisme sistem lain, yaitu sistem yang dapat menampilkan data persediaan dan sistem yang dapat menampilkan analisis rasio keuangan dari laporan keuangan yang dihasilkan.
Diagram alir fase perencanan sistem ini dapat dilihat pada Gambar 10.
Mulai
Pendefinisian Sub Sistem Perangkat Lunak
Penentuan Ruang Lingkup Sistem dan Permodelan Sistem Perbaikan Tinjauan Manajemen Tidak Diterima Diterima Aplikasi Sistem
Perbaikan Tinjauan Teknis Tidak Diterima Diterima Operasi Sistem
SELESAI Gambar 10. Diagram alir fase perencanaan pembuatan Sistem Informasi Akuntansi untuk UKM A Penentuan Sistem Perangkat lunak dan Ruang lingkup sistem dilanjutkan dengan peninjauan secara manajemen terhadap Sistem Informasi Akuntansi yang dilakukan oleh ahli akuntansi. Apabila Ruang lingkup sistem yang telah ditentukan dapat diterima, maka proses dilanjutkan dengan Aplikasi sistem, namun apabila tidak diterima, maka dilakukan perbaikan. Aplikasi sistem dilanjutkan dengan tinjauan teknis oleh pengguna yang telah
terlebih dahulu diberikan instruksi penggunaan. Apabila tinjauan manajemen diterima maka dilanjutkan dengan Operasi Sistem, dan Proses Perencanaan sistem selesai. Ruang lingkup dari sistem yang dibuat adalah : a. Sistem Informasi Akuntansi sederhana yang dapat menghasilkan laporan keuangan yang dibutuhkan (Sistem A). Ruang lingkup sistem ini terdiri dari seperangkat file yang memuat file pencatat transaksi bisnis dan file Laporan Keuangan. Dari ruang lingkup sistem yang ada, maka akan dibuat permodelan sistem yang terdiri dari : 1. Pengkodean Akun Untuk memudahkan dalam mengolah data transaksi keuangan menjadi sebuah bentuk laporan keuangan, maka dibutuhkan pengelompokan dan pengkodean akun. Pengkodean akun didasarkan atas jenis akunnya. Klasifikasi jenis akun dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Klasifikasi Jenis Akun Kode Akun 1-xxxx 2-xxxx 3-xxxx 4-xxxx 5-xxxx
Klasifikasi Akun Aktiva Kewajiban Ekuitas Pendapatan Beban
Dengan adanya klasifikasi akun seperti diatas, maka akun-akun dapat diberi kode dalam Tabel 6. Tabel 6. Pengkodean Akun No. Akun 1-0000 1-1000 1-1110 1-1120 1-1121 1-1122 1-1130 1-1140 1-1200 1-1201 1-1202 1-1203 1-1204 1-1205 1-1300
Kelompok Akun Aktiva Aktiva Lancar
Sub Kelompok Akun
Nama Akun
Kas Bank Bank A Bank B Piutang Karyawan Uang Muka Pemasok Piutang Usaha Piutang A Piutang B Piutang C Piutang D Piutang E Persediaan Barang Dagang
Tipe Harta Harta Harta Harta Harta Harta Harta Harta Harta Harta Harta Harta Harta Harta Harta
Saldo Normal Debet Debet Debet Debet Debet Debet Debet Debet Debet Debet Debet Debet Debet Debet Debet
Lanjutan Tabel 6. No. Akun 1-2000 1-2100 1-2110 1-2120
Kelompok Akun Aktiva Tetap
HP Peralatan Kantor Akumulasi Penyusutan Peralatan Kantor Kendaraan HP Kendaraan Akumulasi Penyusutan Kendaraan Kewajiban Kewajiban Lancar
2-1100 2-1200 2-1300 2-1301 2-1302 2-1303 2-1304 2-1305 2-2000
Hutang Gaji Pendapatan Diterima Di Muka Hutang Usaha Hutang Usaha A Hutang Usaha B Hutang Usaha C Hutang Usaha D Hutang Usaha E Kewajiban Jangka Panjang
2-2100 2-2110 2-2120 2-2200 3-0000 3-1000 3-1110 3-1115 3-1120 3-1125 3-1130 3-1135 3-1140 3-1145 3-1150 3-1155 3-2000 4-0000 4-1000 4-2000 5-0000 6-0000 6-0010 6-0020 6-0030 6-0040 6-0040 6-0050 6-0060 6-0070 6-0080 6-0090 6-0100 7-0000 8-0000
Nama Akun
Peralatan Kantor
1-2200 1-2210 1-2220 2-0000 2-1000
Sub Kelompok Akun
Hutang Bank
Tipe Harta Harta Harta Harta
Saldo Normal Debet Debet Debet Debet
Harta Harta Harta
Debet Debet Debet
Kewajiban Kewajiban
Kredit Kredit
Kewajiban Kewajiban
Kredit Kredit
Kewajiban Kewajiban Kewajiban Kewajiban Kewajiban Kewajiban Kewajiban
Kredit Kredit Kredit Kredit Kredit Kredit Kredit
Kewajiban
Kredit
Kewajiban
Kredit
Modal Modal
Kredit Kredit
Modal Pendapatan Pendapatan Pendapatan
Kredit Kredit Kredit Kredit
Hutang Bank A Hutang Bank B Hutang Jangka Panjang Lain Ekuitas Modal Saham Modal Saham A Penarikan Modal Saham A Modal Saham B Penarikan Modal Saham B Modal Saham C Penarikan Modal Saham C Modal Saham D Penarikan Modal Saham D Modal Saham E Penarikan Modal Saham E Laba Ditahan Pendapatan Pendapatan Penjualan Pendapatan Jasa Dekorasi Tanaman Harga Pokok Penjualan Biaya
HPP
Gaji Karyawan Biaya Pemasaran Biaya Transportasi Perawatan Aktiva Penyusutan Aktiva Potongan Pembelian Potongan Penjualan Biaya Listrik Biaya Telepon Biaya Sewa Ruangan Perlengkapan Kantor Pendapatan Lain-Lain Biaya LainLain
Biaya Biaya Biaya Biaya Biaya Biaya Biaya Biaya Biaya Biaya Biaya Biaya Pendapatan Lainnya Biaya Lainnya
Debet Debet Debet Debet Debet Debet Debet Debet Debet Debet Debet Debet Debet Kredit Debet
2. Saldo Awal Akun Saldo awal akun merupakan tabel yang memuat saldo nominal dari akun-akun dari periode akuntansi sebelumnya. Tabel Saldo Awal Akun berisi nomor akun, nama akun, dan saldo awal akun 3. Jurnal Transaksi Jurnal Transaksi merupakan catatan akuntansi pertama yang
digunakan
untuk
mencatat,
mengklasifikasikan,
dan
meringkas data keuangan dan data lainnya oleh UKM dalam Sistem ini. Sumber informasi pencatatan ini adalah data transaksi. Jurnal transaksi ini memuat kode transaksi, tanggal transaksi, keterangan tentang transaksi, nomor dan nama akun yang berubah karena transaksi baik debet maupun kredit, serta jumlah. 4. Pemindahbukuan (Posting) Pemindahbukuan
atau
posting
adalah
proses
pengelompokan data transaksi yang ada pada jurnal transaksi ke dalam buku besar sesuai dengan akunnya masing-masing. Tabel buku besar berisi Nomor Bukti Transaksi, Uraian Transaksi, Kolom Debet, Kolom Kredit, dan Saldo. 5. Neraca Saldo Neraca saldo adalah daftar akun beserta saldomya pada suatu waktu tertentu, biasanya, neraca saldo dibuat pada akhir periode akuntansi. Urutan akun yang dicantumkan pada neraca saldo sesuai dengan urutan akun pada buku besar, di mana saldo debet ditunjukkan pada kolom sebelah kiri dan saldo kredit pada kolom sebelah kanan. Total dari kedua kolom itu harus sama. Neraca Saldo memuat Nomor Akun, Nama Akun, dan Saldo Akun. 6. Ayat Jurnal Penyesuaian Mekanisme Ayat Jurnal Penyesuaian dibuat dengan tujuan agar pendapatan dicatat pada periode dimana pendapatan itu dihasilkan dan beban dicatat pada periode terjadinya. Mekanisme Ayat Jurnal Penyesuaian ini biasanya dilakukan pada akhir periode akuntansi.
7. Laporan Laba Rugi Laporan Laba Rugi adalah laporan yang menggambarkan keadaan perusahaan pada akhir suatu periode akuntansi, apakah perusahaan mengalami laba atau rugi. Akun-akun yang masuk ke dalam Laporan Laba Rugi adalah akun-akun Nominal. 8. Neraca Akhir Neraca akhir memuat saldo dari akun-akun riil pada akhir periode akuntansi. Dalam Neraca Akhir terdapat kolom Nama Akun dan saldo akun baik debet maupun kredit. Saldo ini terdiri dari Saldo Awal Akun, Saldo Periode Berjalan, dan Saldo Akhir. 9. Penutupan Pembukuan Tutup buku atau penutupan pembukuan merupakan istilah yang digunakan untuk proses akhir dalam sebuah periode akuntansi sebelum memasuki periode akuntansi berikutnya. Proses tutup buku pada file yang dibuat dengan Microsoft Excel pada dasarnya adalah memindahkan saldo akun dalam kolom akhir periode dari satu file ke file lain dan ditempatkan di kolom awal periode dalam neraca. Selanjutnya akun Laba Periode Berjalan ditambahkan pada akun Laba Ditahan, sehingga saldonya menjadi nol. Model sistem yang dihasilkan dapat dilihat pada Lampiran 3. b. Sistem Persediaan Barang Dagang (Sistem B) Sistem ini dapat mengolah data pembelian dan penjualan barang dagangan sehingga dapat menampilkan data persediaan barang dengan lengkap. Ruang lingkup sistem ini adalah file yang memuat data barang, data pembelian, data penjualan, dan data stok barang. Dari ruang lingkup yang ada maka akan dibuat permodelan sistem yang terdiri dari : 1. Kode Barang Pemberian kode barang persediaan dilakukan dengan kode Harga Pokok (HP). Pengkodean Barang Persediaan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Kode Barang Persediaan KODE HP-001 HP-002 HP-003 HP-004 HP-005 HP-006 HP-007 HP-008 HP-009 HP-010 HP-011 HP-012 HP-013 HP-014 HP-015 HP-016 HP-017 HP-018 HP-019 HP-020
NAMA BARANG Hidrogel Aquarium bulat ukuran 1,5 lt Aquarium ubur-ubur ukuran 2,5 lt Aquarium apel/bulat ukuran 3,5 lt Aquarium bulat ukuran 7 lt Toples tertutup #1 Toples tertutup #2 Cryptantus Sansiviera Ivy Palem Kaktus Sirih Belanda Kerikil Spagnum moss Arang sekam Kompos Zeolit Kerang pantai Pasir Bali
2. Data Pembelian Merupakan tabel data yang berisi bukti pembelian barang, tanggal pembelian barang, nama pemasok barang, harga dan jumlah barang. 3. Data Penjualan Merupakan tabel data yang berisi tanggal transaksi penjualan barang, nama pelanggan, jumlah barang, dan harga barang. 4. Data Stok Barang Merupakan tabel data yang berisi jumlah persediaan awal, jumlah barang yang dibeli, jumlah barang yang dijual, stok barang yang ada, harga pokok barang, dan komentar terhadap jumlah persediaan yang ada. Model sistem yang dihasilkan dapat dilihat pada Lampiran 3. c. Sistem Analisis Laporan Keuangan (Sistem C) Sistem ini mengolah Laporan Keuangan yang telah dihasilkan pada
Sistem A untuk dapat menghasilkan analisis rasio keuangan. Ruang lingkup sistem ini adalah file yang berisi perhitungan otomatis nilai rasio keuangan yang telah dimasukkan. Dari ruang lingkup sistem maka dibuat permodelan sistem yang terdiri dari: 1. Laporan keuangan Laporan keuangan disini diposisikan sebagai data yang dimasukkan ke dalam sistem untuk dapat dihasilkan nilai-nilai rasio keuangan dari bagian-bagian di dalamnya. 2. Analisis Rasio Keuangan Analisis Rasio keuangan disini meliputi empat jenis analisa Rasio Keuangan, yaitu : 5.
Rasio Likuiditas
6.
Rasio Hutang
7.
Rasio Aktivitas
8.
Rasio Provitabilitas
4.5. Mekanisme Kerja Sistem 4.5.1. Mekanisme Kerja Sistem A Mekanisme kerja Sistem A ini merupakan suatu siklus yang menggambarkan proses yang terjadi dari pencatatan transaksi sampai dihasilkannya laporan keuangan pada akhir periode akuntansi dan dilakukannya penutupan pembukuan pada akhir tahun buku akuntansi. Diagram alir siklus kerja sistem ini dapat dilihat pada Gambar 11. Penggunaan sistem ini dimulai dengan pengidentifikasian transaksi bisnis, kemudian transaksi bisnis tersebut dicatat dalam jurnal transaksi. Setelah dilakukan pencatatan dalam jurnal transaksi maka secara otomatis proses posting sampai dengan pembuatan laporan keuangan akan dikerjakan oleh sistem. Kemudian pada akhir tahun pembukuan dilakukan penutupan pembukuan, dan Sistem Informasi Akuntansi siap digunakan untuk mengolah data keuangan pada periode berikutnya.
1. Pengidentifikasian dan Pengukuran Transaksi Bisnis
10. Ayat Jurnal Pembalik
2. Pencatatan Dalam Jurnal Transaksi
9.Neraca Saldo Pasca Penutupan
3. Posting
8. Penutupan
4. Pembuatan Neraca Saldo
7. Pembuatan Laporan Keuangan : Laporan Laba Rugi N
6. Neraca Saldo Disesuaikan
5. Penyesuaian
Gambar 11. Siklus kerja sistem Secara rinci, proses berjalannya Sistem ini dapat digambarkan dalam beberapa Data Flow Diagram pada Gambar 12.
Proses Data Transaksi
Laporan Keuangan
Gambar 12. Diagram Alir Input-Proses-Output Input dari sistem ini adalah data transaksi yang telah dilakukan UKM pada periode waktu tertentu. Data transaksi ini kemudian diproses sehingga dapat menghasilkan output berupa laporan keuangan.
Bukti Pembelian Barang Dagang
Bukti Penjualan Barang Dagang Proses
Laporan Keuangan
Bukti Kas Masuk
Bukti Kas Keluar
Gambar 13. Diagram Alir Mikro dari input – Data Transaksi Data transaksi UKM yang menjadi input dari sistem ini meliputi beberapa jenis dokumen, yaitu Bukti Pembelian Barang Dagang, Bukti Penjualan Barang Dagang, Bukti Kas Masuk dan Bukti Kas keluar. Untuk dapat menjadikan data transaksi tersebut sebagai input pada sistem, maka data transaksi tersebut harus dianalisis dan dimasukkan dalam golongan akun tertentu yang telah tersedia, atau dapat pula menjadi akun baru bila data tersebut merupakan jenis data transaksi yang belum pernah ada. Data Transaksi
Memasukkan data Transaksi dalam Jurnal Umum
Posting ke Buku Besar
Laporan Keuangan
Gambar 14. Diagram Alir Mikro dari Proses
Setelah data transaksi dikelompokkan menurut jenis akunnya, maka data-data tersebut dimasukkan ke dalam Jurnal Transaksi. Cara memasukkan data dalam jurnal transaksi menggunakan prinsip keseimbangan antara debet dan kredit yang ada dalam akuntansi, sehingga ketika sebuah transaksi mendebet sebuah akun pada Jurnal Transaksi maka dikredit pula jenis akun lain yang bersesuaian. Setelah data dimasukkan dalam Jurnal Transaksi, maka secara otomatis sistem akan melakukan mekanisme posting, atau pemindahbukuan.
Proses
posting
ini
adalah
mekanisme
penjumlahan atau pengurangan jumlah saldo pada masing-masing Buku Besar Akun yang mengalami perubahan karena masuknya Data Transaksi. Setelah proses pemindahbukuan, maka secara otomatis saldo Buku Besar yang ada akan mengisi kolom-kolom saldo akun dalam Neraca dan Laporan Laba Rugi. Dengan distribusi, akun-akun riil yaitu akun dengan nomor 1-xxxx sampai 3-xxxx akan masuk pada Neraca, dan akun-akun nominal yaitu akun dengan nomor 4-xxxx sampai 8-xxxx akan masuk pada Laporan Laba Rugi.
Akun No. 1-xxxx sampai 3-xxxx Data Transaksi
Memasukkan data Transaksi dalam Jurnal Umum
Neraca
Posting ke Buku Besar Akun No. 4-xxxx sampai 8-xxxx
Laporan Laba Rugi
Gambar 15. Diagram Alir Mikro dari Proses-Output 4.5.2. Mekanisme Kerja Sistem B Mekanisme kerja Sistem Persediaan ini adalah memasukkan data pembelian barang dan penjualan barang, sehingga dapat dihasilkan data tentang persediaan dan keadaan persediaan tersebut. Mekanisme sistem ini dapat dilihat dengan lebih jelas pada Gambar 16.
Memasukkan data pembelian
Bukti Pembelian Barang Dagangan
Laporan Stok Barang Memasukkan data Penjualan
Bukti Penjualan Barang Dagangan
Gambar 16. Diagram Alir Sistem Data Persediaan 4.5.3. Mekanisme Kerja Sistem C Mekanisme kerja sistem ini adalah mengolah data Laporan Keuangan yang telah dimasukkan dan menghitung nilai Rasio Likuiditas, Rasio Hutang, Rasio Aktifitas, dan Rasio Profitabilitas. Mekanisme kerja sistem dapat dilihat pada Gambar 17.
Rasio Likuiditas dan imterpretasi
Neraca
Laporan Laba Rugi
Rasio Hutang dan imterpretasi
Proses Penghitungan dan analisis Rasio oleh sistem
Rasio Aktivitas dan imterpretasi
Rasio Provitabilitas dan imterpretasi
Gambar 17. Diagram Alir Mekanisme Kerja Sistem C 4.5.4. Keterkaitan Sistem A, B, dan C Sistem A dan B saling terkait, karena Sistem B merupakan buku pembantu persediaan bagi sistem A, antara sistem A dan sistem B terdapat arus, saling pertukaran dan penyesuaian informasi persediaan yang selalu berubah karena adanya proses pembelian dan penjualan barang dagang. Laporan keuangan yang menjadi output
Sistem A menjadi input pada Sistem C. Sedangkan antara Sistem B dan Sistem C tidak terdapat hubungan secara langsung. Hubungan antar sistem ini dapat dilihat pada Gambar 18.
Laporan Keuangan
Sistem A
Sistem C
Arus Informasi Persediaan Sistem B
Gambar 18. Hubungan antara Sistem A, Sistem B, dan Sistem C 4.6. Sistem Pengolahan Data Agar masing-masing bagian dari Sistem Informasi Akuntansi ini dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan sistem pengolahan data transaksi yang memuat beberapa dokumen prosedur. Untuk dapat menjelaskan sistem pengolahan data transaksi, digunakan Data Flow Diagram (Diagram Alir Data) yang memuat proses-proses inti transaksi bisnis yang dilakukan oleh UKM. Beberapa Sistem Pengolahan Data yang dibutuhkan yaitu Sistem Pengolahan Data Daur Pendapatan dan Sistem Pengolahan Data Pembelian. Titik persambungan antara Sistem Pengolahan Data Daur Pendapatan/Penjualan dan Sistem Pengolahan Data Pembelian dengan Sistem Informasi Akuntansi yaitu pada Sistem Pengolahan Data Daur Keuangan yang memuat Prosedur Penerimaan Kas dan Prosedur Pengeluaran Kas. Masing-masing sistem pengolahan data ini dijalankan oleh pihak terkait yang tercantum pada gambar diagram alir. Pada UKM A, Sumber Daya Manusia yang ada belum dapat memenuhi kebutuhan pembagian peran dalam pelaksanaan fungsi yang ada dalam sistem, sehingga untuk dua bagian atau lebih fungsi dapat dikerjakan oleh satu orang. Keterkaitan antara Sistem Pengolahan Data Daur Pendapatan, Sistem Pengolahan Data Pembelian, dan Sistem Pengolahan Data Daur Keuangan dapat dilihat pada diagram alir pada Gambar 19.
Sistem Pengolahan Data Daur Pendapatan
Sistem Pengolahan Data Pembelian
Bukti Setoran
Faktur
Sistem Pengolahan Data Daur Akuntansi Keuangan
Gambar 19. Keterkaitan antara Sistem Pengolahan Data Daur Pendapatan, Sistem Pengolahan Data Pembelian, dan Sistem Pengolahan Data Daur Kas 4.6.1. Sistem Pengolahan Data Daur Pendapatan Daur pendapatan merupakan proses yang diperlukan untuk menjual produk yang dipasarkan UKM, sehingga dengan demikian merupakan proses untuk menarik pelanggan, memberikan bantuan kepada pelanggan untuk memilih produk yang dibutuhkan, menyerahkan barang, dan menagih biaya. Untuk memperjelas sistem pengolahan data daur pendapatan, maka dibuat dokumen prosedur penjualan. Prosedur penjualan diawali dengan diterimanya pesanan pelanggan. Dokumen tersebut diterima dari pelanggan yang mencantumkan jenis, jumlah, kualitas, serta harga barang yang dipesan. Dokumen diterima dalam rangkap dua. Apabila bagian penjualan sanggup memenuhi pesanan tersebut, satu lembar pesanan pelanggan dikembalikan dengan catatan bahwa pesanan tersebut dapat dipenuhi. Pesanan tidak hanya dapat dilakukan dengan mengirimkan dokumen pesanan, pelanggan atau calon pelanggan dapat memesan melalui telepon. Bukti pesanan dapat dikirimkan melalui facsimile. Apabila pesanan pelanggan sudah siap diproses, Bagian Penjualan harus membuat order penjualan. Fungsinya adalah sebagai perintah kepada bagian gudang dan bagian pengiriman untuk memenuhi pesanan pelanggan. Sebelum order penjualan diberikan kepada bagian gudang, maka dilakukan pencatatan, pengelompokan (termasuk transaksi tunai atau kredit), dan penilaian transaksi oleh
bagian keuangan. Setelah transaksi dicatat, dikelompokkan dan dinilai kelayakannya, pengiriman barang akan dilakukan oleh bagian pengiriman jika transaksi dinyatakan layak oleh bagian keuangan. Selanjutnya, bagian gudang akan mengeluarkan barang, dan mencatat barang keluar dalam buku persediaan. Kemudian bagian pengiriman akan mengirim barang kepada pelanggan. Pelanggan akan menerima barang beserta faktur yang telah dibuat bagian keuangan. Faktur yang dibuat menjadi dasar pencatatan dalam jurnal yang kemudian akan dicatat dalam buku besar. Data Flow Diagram dari Daur Pendapatan ini dapat dilihat pada Gambar 20. Pelanggan
Pesanan Pelanggan
Bagian Penjualan
Pesanan Pelanggan
Bagian Keuangan
Buku Besar
Order Penjualan
Order Penjualan
Order Penjualan
Faktur
Voucher Jurnal
Barang
Pengiriman
Dicatat di buku persediaan
Order Penjualan
Faktur
Bagian Gudang
Voucher Jurnal
Barang
Barang
Gambar 20. Data Flow Diagram Daur Pendapatan
4.6.2. Sistem Pengolahan Data Pembelian Prosedur Pembelian diawali dari pembuatan Dokumen permintaan pembelian yang dibuat oleh pencatat kartu persediaan. Permintaan Pembelian ini memberikan
informasi bahwa jumlah
persediaan barang di gudang sudah menipis sehingga perlu diisi kembali dengan mengadakan pembelian barang. Jumlah pembelian yang harus dilakukan juga tercantum dalam dokumen permintaan pembelian. Satu lembar dokumen itu dikirim pada bagian pembelian dan lembar kedua dijadikan arsip. Dengan menggunakan dokumen permintaan pembelian, bagian pembelian menyiapkan dokumen pesanan pembelian. Pesanan pembelian adalah dokumen yang digunakan pembeli untuk memesan barang kepada penjual. Dokumen pesanan pembelian dibuat dalam beberapa rangkap, lembar pertama dan kedua dikirim kepada pemasok yang menjual barang, dengan catatan lembar kedua dikembalikan kembali ke bagian pembelian dengan disertai catatan bahwa pemasok benar-benar menyanggupi permintaan pesanan. Satu lembar diarsipkan pada bagian pembelian, lembar ketiga dikirim ke bagian pencatat kartu persediaan, lembar lainnya dikirim ke Bagian Keuangan dan Bagian Penerimaan. Ketika barang sudah diterima oleh bagian penerimaan, kemudian dilakukan pemeriksaan kondisi barang, apakah barang yang diterima sesuai dengan data yang tercantum dalam dokumen pesanan pembelian. Selanjutnya Bagian Penerimaan menyiapkan dokumen laporan penerimaan barang. Laporan penerimaan barang dibuat dalam beberapa rangkap, lembar pertama dikirimkan kepada bagian pembelian, lembar kedua dikirimkan pada bagian pencatat kartu persediaan, lembar ketiga dikirimkan kepada bagian Gudang bersama barang yang diterima. Lembar terakhir dikirimkan pada bagian keuangan. Bersamaan dengan pengiriman barang, pemasok akan membuat faktur yang akan dikirimkan pada bagian keuangan, setelah menerima faktur, bagian keuangan akan mencocokkan data tagihan pada faktur dengan data laporan penerimaan barang, setelah dinilai sesuai, maka bagian keuangan membuat voucher bayar yang merupakan tanda kesediaan mengeluarkan uang atau sebagai catatan
hutang.Data Flow Diagram dari Pengolahan Data Pembelian ini dapat dilihat pada Gambar 21. Pemasok
Pesanan Pembelian
Bagian Pembelian
Pencatat Persediaan
Permintaan Pembelian
Permintaan Pembelian
Pesanan Pembelian
Penerimaan
Bagian Gudang
Bagian Keuangan
Pesanan Pembelian
Order Pembelian
Pesanan Pembelian
Barang
Barang
Laporan Penerimaan Barang
Laporan Penerimaan Barang
Barang
Laporan Penerimaan Barang
Laporan Penerimaan Barang
Laporan Penerimaan Barang Faktur Faktur
Voucher Bayar
D
Gambar 21. Data Flow Diagram Sistem Pengolahan Data Pembelian 4.6.3. Sistem Pengolahan Data Daur Akuntansi Keuangan Sistem pengolahan data daur akuntansi keuangan terdiri dari :
a. Prosedur Penerimaan Kas Penerimaan kas terjadi ketika debitur membayar piutang atau terjadi penjualan tunai. Disini digambarkan bahwa UKM menerima pembayaran dari debitur atau pembeli dalam bentuk tunai. Pembayaran piutang biasanya disertai dengan Surat Pengantar
Pembayaran,
pembayaran
sehingga
yang
akan
dapat
menjelaskan
diperoleh
kejelasan
maksud dalam
melakukan pengkreditan akun-akun piutang yang bersangkutan. Dana tunai diterima oleh kasir, kemudian dana akan disimpan, dan kasir mempersiapkan voucher jurnal yang akan diberikan kepada bagian keuangan untuk mendebet kas dan mengkredit akun yang bersangkutan, kredit akun piutang jika merupakan transaksi pembayaran piutang, dan mengkredit akun pendapatan penjualan jika merupakan penjualan tunai. Apabila uang yang diterima akan disimpan di bank, maka sebelum membuat voucher jurnal, uang akan disetorkan ke bank dan slip setoran uang yang diterima dari bank akan disimpan sebagai
arsip.
Perusahaan
yang
menggunakan
sistem
penyimpanan dana tunai di bank, biasanya mempunyai petugas khusus yang mengawasi ketelitian pengarsipan bank dengan catatan kas yang dibuat oleh bagian keuangan. Bila terdapat halhal yang perlu disesuaikan terkait dengan adanya saldo kas yang tidak seimbang antara keduanya, maka pengawas intern akan membuat rekonsiliasi bank. Untuk saat ini, UKM A belum menggunakan sistem penyimpanan dana kas di bank. Namun memang sistem ini diharapkan tidak hanya relevan diterapkan untuk kondisi saat ini saja, namun juga menyiapkan apa yang diperlukan bagi perkembangan usaha ke depannya. Untuk lebih jelasnya tentang prosedur penerimaan kas ini, dapat dilihat pada Gambar 22.
Pelanggan
Uang Tunai
Kasir
Bagian Keuangan
Jurnal Transaksi
Pengawas Intern Bank
Uang Tunai
Uang Tunai
Slip Keterangan Slip Keterangan
Slip Keterangan
Bukti Setoran Voucher Jurnal
Voucher Jurnal
Bukti Setoran
Bukti Setoran
Rekening Koran
Rekening Koran
Rekonsiliasi Bank
Gambar 22. Prosedur Penerimaan Kas b. Prosedur Pengeluaran Kas Penyebab keluarnya dana dari kas bermacam macam, untuk penjelasan ini dicontohkan pengeluaran kas yang disebabkan oleh pelunasan hutang jatuh tempo. Setiap hari Bagian Keuangan akan memeriksa Voucher Bayar, untuk melihat Voucher Bayar yang telah jatuh tempo, kemudian Voucher Bayar yang telah jatuh tempo dan dokumen pendukungnya ini di berikan kepada Bagian Kasir. Kemudian Bagian Kasir menyiapkan uang tunai untuk pembayaran dan Kasir memeriksa kembali Voucher Bayar
dan dokumen pendukungnya tersebut. Selain Kasir sebaiknya ada lagi pihak kedua yang turut memeriksa yaitu pihak Eksekutif Keuangan Semua dokumen pendukung hutang yang telah dilunasi harus diberi tanda lunas, biasanya dengan cap, agar tidak dapat digunakan sebagai alat untuk meminta pembayaran kembali. Voucher Bayar yang telah dilunasi diarsipkan oleh bagian keuangan. Selanjutnya bagian kasir menyiapkan Voucher Jurnal yang mendebet akun hutang dan mengkredit akun kas. Bila perusahaan menggunakan bank sebagai tempat penyimpanan kas, maka fungsi uang tunai disini biasanya digantikan oleh cek. Pada akhir bulan, dibuat rekonsiliasi bank oleh pengawas intern berdasarkan Rekening Koran dan cek yang telah diuangkan (cancelled check) yang diperoleh dari bank. Data Flow Diagram prosedur pengeluaran kas ini, dapat dilihat pada Gambar 23. Penerima Dana Pemasok
Kasir
Dokumen Pendukung
Bagian Keuangan
Jurnal Transaksi
Pengawas Intern
Bank
Voucher Bayar Rekening Koran
Voucher Bayar Voucher Bayar
Dana Tunai Voucher Jurnal
Gambar
Voucher Jurnal
Voucher Jurnal Cancelled check
Rekonsiliasi Bank
23. Data Flow Diagram prosedur pengeluaran kas
Rekening Koran
4.7. Penerapan Sistem Penerapan sistem adalah penggunaan sistem untuk mengolah data UKM. Data yang digunakan adalah data UKM selama sembilan bulan, yaitu Bulan Juli sampai Desember 2006 dan bulan Januari sampai Maret 2007. Hasil aplikasi sistem ini dapat dilihat pada Lampiran 4, dengan data contoh yaitu Bulan Desember 2006. Dari hasil penerapan sistem yang telah dilakukan dapat diberikan gambaran tentang beberapa komponen Laporan Keuangan hasil penerapan sistem untuk data Bulan Desember 2006 sebagai berikut : 1. Aktiva Lancar Dari Laporan Neraca per 31 Desember 2006, saldo Aktiva Lancar yaitu Rp.3.206.600,-. Dari aktiva lancar yang ada, saldo Bank kosong, karena UKM tidak menggunakan metode penyimpanan kas di Bank. Kas disimpan dalam bentuk uang tunai oleh Bagian Keuangan / Kasir UKM sendiri, begitu pula untuk proses pembelian dan penjualan Barang Dagangan, pembayaran tidak dilakukan melalui bank, namun secara tunai atau kredit oleh UKM sendiri. Pada periode Desember 2006 saldo Persediaan Barang Dagang pada Neraca menunjukkan angka Rp.6.500,-, karena UKM A meminimalkan jumlah persediaan barang dagang,dan pada bulan Desember tersebut tidak dilakukan pembelian barang dagangan. 2. Aktiva Tetap Pada periode Desember 2006, saldo Aktiva Tetap menunjukkan angka nol, karena UKM memang tidak mempunyai harta dalam bentuk Aktiva Tetap. Tempat Usaha yang digunakan UKM diperoleh dengan sewa, dan peralatan yang ada di dalamnya bukanlah termasuk harta UKM. 3. Kewajiban Lancar Pada Bulan Desember 2006, saldo Kewajiban Lancar adalah nol. UKM A tidak mempunyai Hutang Usaha, Hutang Gaji, maupun Pendapatan Diterima di Muka pada Bulan Desember 2006.
4. Kewajiban Jangka Panjang Saldo Kewajiban Jangka Panjang dalam neraca sembilan periode adalah nol, karena UKM tidak mempunyai Kewajiban Jangka Panjang. Selama ini UKM membiayai usahanya dengan modal dan laba ditahan yang dimiliki. 5. Ekuitas Berdasarkan Neraca, Saldo Ekuitas terdiri dari Modal saham dan Laba Ditahan. Saldo Modal Saham menunjukkan angka Rp.100.000,dari Modal Saham A hal ini mengindikasikan bahwa hanya satu orang yang menanamkan modal pada UKM A. Komponen saldo terbesar dari ekuitas adalah Laba Ditahan, saldo Laba Ditahan Bulan Desember 2006 adalah Rp. 2.353.600,-. 6. Pendapatan Dari Laporan Rugi Laba, jumlah Pendapatan bulan Desember 2006
adalah
Rp.912.000,-
untuk
Pendapatan
Penjualan,
dan
Rp.280.000,- untuk pendapatan lainnya yang terdiri dari Pendapatan Jasa Dekorasi Taman dan Pendapatan Lain-lain. Pada Bulan Desember ini, UKM meghhasilkan laba yang cukup besar. 7. Harga Pokok Penjualan Komponen Harga Pokok Penjualan dalam Laporan Laba Rugi berjumlah Rp.34.500,-. Dari Laporan Laba Rugi Bulan Desember 2006 ini, komponen Harga Pokok Penjualan merupakan satu-satunya komponen biaya penjualan, karena pada bulan tersebut UKM A tidak mengeluarkan Biaya Administrasi dan Umum. Dari penerapan sistem yang dilakukan pada sembilan bulan periode akuntansi UKM, yaitu bulan Juli 2006 sampai Maret 2007, dihasilkan laporan keuangan berupa Laporan Neraca dan Laba Rugi yang menjadi input dalam proses Analisis Rasio Keuangan yang dilakukan. Hasil Laporan Keuangan bulan Juli 2006 sampai Maret 2007 dapat dilihat pada Lampiran 5.
4.8. Evaluasi Kinerja Keuangan Salah satu hasil dari sistem yang dibuat adalah Analisis Rasio Keuangan dari Laporan Keuangan yang juga merupakan hasil dari sistem yang telah dibuat. Hasil penghitungan rasio keuangan yang telah didapatkan dapat dilihat pada Lampiran 6. Perhitungan rasio yang telah dihasilkan dapat diinterpretasikan sebagai berikut : 1. Rasio Likuiditas Pengukuran tingkat likuiditas UKM A menggunakan Current Ratio (Rasio Lancar), Cash Ratio (Rasio Kas), Quick Ratio (Rasio Cepat), dan Working Capital to Assets Ratio. Secara umum, nilai Rasio-rasio likuiditas menunjukkan peningkatan pada Bulan Juli 2006 sampai September 2006, kemudian menurun dan nilainya mengalami kenaikan kembali pada Bulan Februari 2007. Perkembangan nilai rasio-rasio likuiditas dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Perkembangan Nilai Rasio Likuiditas UKM A Periode Current Ratio
Cash Ratio
2,54 5,49 11,81 23,53 3,44 4,34 5,96
1,06 3,98 11,08 22,78 2,44 3,57 5,31
Juli 2006 Agustus 2006 September 2006 Oktober 2006 November 2006 Desember 2006 Januari 2007 Februari 2007 Maret 2007
Komponen Rasio Quick Ratio Working Capital to Assets Ratio 1,06 0,61 3,98 0,82 11,08 0,92 22,78 0,96 1 1 2,69 0,71 3,63 0,77 5,4 0,83
a. Current Ratio (Rasio Lancar) Dari hasil analisis Laporan Keuangan UKM Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007, rata-rata Rasio Lancar UKM A adalah 8,16, yang
berarti bahwa setiap Rp.1,- hutang lancar dijamin dengan
Rp.8,16 aktiva lancar. Rata-rata nilai Rasio Lancar tersebut tidak termasuk Rasio Lancar bulan November 2006 dan Desember 2006, karena pada dua bulan tersebut, UKM tidak mempunyai Kewajiban Lancar, sehingga tidak dapat dihitung nilai Rasio Lancarnya. Perkembangan nilai rasio ini dapat dilihat pada gambar 16. Dapat dilihat peningkatan nilai yang cukup tinggi dari bulan Juli 2006
sampai Oktober 2006, kemudian nilainya menurun secara drastis pada bulan Januari 2007. Hal ini disebabkan karena pada Bulan Januari 2007 tersebut, UKM A mempunyai jumlah Hutang Usaha yang cukup banyak. Perkembangan nilai rasio ini dapat dilihat pada Gambar 24. Current Ratio 25
23.53
20 15
11.81
10 5
2.54
0 J ul i 06
5.49
A gus t 06
0 Sept 06
Ok t 06
N ov 06
D es 06
4.34
3.44
0 J an07
Feb07
5.96 M ar 07
B ul an
Gambar 24. Perkembangan (trend) Current Rasio UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007 b. Cash Ratio (Rasio Kas) Rasio Kas merupakan indikator rasio yang paling likuid dalam mengukur kemampuan UKM untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Nilai rata-rata Rasio Kas UKM A adalah 7,20. Ini menunjukkan setiapRp.1,- hutang lancar dijamin dengan Rp.7,20 uang kas. Situasi ini memberikan gambaran bahwa kemampuan UKM cukup baik dalam memenuhi kewajiban lancarnya dengan menggunakan komponen aktiva yang sangat likuid. Rata-rata nilai Rasio Kas tersebut tidak termasuk Rasio Kas bulan November 2006 dan Desember 2006, karena pada dua bulan tersebut, UKM tidak mempunyai Kewajiban Lancar, sehingga tidak dapat dihitung nilai Rasio Kasnya. Jika dilihat pada Gambar 17, terjadi peningkatan nilai Rasio Kas yang tinggi pada bulan Juli 2006 sampai bulan Oktober 2006 dikarenakan semakin meningkatnya jumlah Aktiva Lancar Kas yang dimiliki, dengan jumlah Kewajiban Lancar yang relatif stabil dalam jumlah yang kecil. Nilai Rasio Kas pada bulan Januari 2007 turun drastis, hal ini disebabkan karena pada bulan Januari jumlah Hutang Usaha UKM A meningkat. Perkembangan nilai rasio ini dapat dilihat pada Gambar 25.
Cash Ratio 25
22.78
20 15
11.08
10
3.98
5
1.06
0 Jul i 06
A gust 06
0 Sept 06
Okt 06
Nov06
Des06
Jan07
5.31
3.57
2.64
0
Feb07
M ar 07
B ulan
Gambar 25. Perkembangan (trend) Cash Ratio UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007 c. Quick Ratio (Rasio Cepat) Rasio cepat digunakan untuk menilai kemampuan UKM dalam
memenuhi
kewajiban
jangka
pendeknya
tanpa
memperhitungkan persediaan. Dari hasil analisis, rata-rata Rasio Cepat UKM A adalah 7,23 yang berarti bahwa setiap Rp.1,- hutang lancar dijamin dengan Rp.7,23 aktiva lancar tanpa persediaan. Rata-rata nilai Rasio Cepat tersebut tidak termasuk Rasio Cepat bulan November 2006 dan Desember 2006, karena pada dua bulan tersebut, UKM tidak mempunyai Kewajiban Lancar, sehingga tidak dapat dihitung nilai Rasio cepat. Peningkatan nilai yang cukup tinggi terjadi dari bulan Juli 2006 sampai Oktober 2006, kemudian
nilainya
menurun
pada
bulan
Januari
2007.
Perkembangan nilai rasio ini dapat dilihat pada Gambar 26. Quick Ratio 25
22.78
20 15
11.08
10 5
1.06
0 J ul i 06
3.98
A gus t 06
0 Sept 06
Ok t 06
Nov 06
Des 06
Jan07
5.4
3.63
2.69
0
Feb07
M ar 07
B ul an
Gambar 26. Perkembangan (trend) Quick Ratio UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007
d.
Rasio Modal Kerja (Working Capital to Assets Ratio) Dari hasil analisis, nilai rata rata Rasio Modal Kerja
(Working Capital to Assets Ratio) adalah 0,85, hal ini berarti menunjukkan nilai total aktiva yang cukup likuid, karena nilai ratarata rasio modal kerjanya mendekati nilai satu. Sedangkan pada bulan November 2006 dan Desember 2006 nilai total aktiva sangat likuid, dengan nilai Rasio Modal Kerja satu. Perkembangan nilai Rasio Modal Kerja dapat dilihat pada Gambar 27.
Working Capital to Assets Ratio 1.2 1
1
0.96
0.92
0.82
0.8
1 0.77
0.71
0.61
0.6
0.83
0.4 0.2 0 Jul i 06
A gust 06
Sept 06
Okt 06
Nov06
Des06
Jan07
Feb07
M ar 07
B ulan
Gambar 27. Perkembangan (trend) Rasio Modal Kerja (Working Capital to Assets Ratio) UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007 2. Rasio Hutang. Pengukuran Rasio Hutang UKM A menggunakan Total Debt to Equity Ratio, Total Debt to Total Capital Assets, Long Term Debt to Equity Ratio, Tangible Assets Debt Coverage, dan Time Interest Earned Ratio. Perkembangan nilai Rasio Hutang pada UKM A secara umum menunjukkan penurunan nilai rasio pada Agustus 2006, September 2006, dan Oktober 2006, nilainya naik kembali pada bulan Januari 2007. Untuk nilai Long Term Debt to Equity Ratio nilainya nol, Tangible Assets Debt Coverage, dan Time Interest Earned Ratio tidak dapat dihitung nilainya karena UKM tidak mempunyai Kewajiban Jangka Panjang. Perkembangan nilai rasio-rasio hutang dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Perkembangan Nilai Rasio Leverage UKM A Periode
Juli 2006 Agustus 2006 September 2006 Oktober 2006 November 2006 Desember 2006 Januari 2007 Februari 2007 Maret 2007
Total Debt to Equity Ratio 0,65 0,22 0,09 0,004 0 0 0,41 0,3 0,2
Komponen Rasio Total debt to Long Term Total Capital debt to Equity Assets Ratio 0,39 0 0,18 0 0,08 0 0,004 0 0 0 0 0 0,29 0 0,23 0 0,17 0
a. Rasio Total Hutang terhadap Modal (Total Debt to Equity Ratio) Dari hasil analisis, nilai rata-rata Rasio Total Hutang terhadap Modal adalah 0,27 atau 27%. Artinya adalah Rp.27,- dari setiap Rp.100,-
modal
sendiri
menjadi
jaminan
hutang.
Pada
perkembangannya, nilai Total Debt to Equity Ratio menunjukkan penurunan yang sangat besar pada bulan September 2006 dan Oktober 2006, ini merupakan indikasi yang baik karena semakin kecil bagian modal sendiri yang menjadi jaminan hutang. Pada bulan November 2006 dan Desember 2006, nilai Rasio Total Hutang terhadap Modal adalah nol, karena pada kedua bulan tersebut perusahaan tidak mempunyai Kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Nilai Rasio Total Hutang terhadap Modal mengalami kenaikan besar pada bulan Januari 2007, seiring dengan naiknya jumlah Hutang Lancar UKM, kemudian nilainya turun pada bulan-bulan berikutnya. Perkembangan nilai Rasio Total Hutang terhadap Modal dapat dilihat pada Gambar 28.
Total Debt to Equity Ratio 0.7
0.65
0.6 0.5
0.41
0.4 0.3
0.3
0.22
0.2
0.09
0.1
0.004 0
0 Jul i 06
A gust 06
Sept 06
Okt 06
Nov06
0.2
0 Des06
Jan07
Feb07
M ar 07
B ulan
Gambar 28. Perkembangan (trend) Rasio Total Hutang terhadap Modal UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007 b. Rasio Total Hutang terhadap Total Aktiva (Total Debt to Total Capital Assets) Dari hasil analisis, nilai rata-rata Rasio Total Hutang terhadap Total Aktiva adalah 0,192 atau 19,2%, ini berarti bahwa Rp19,2 dari setiap Rp.100,- aktiva menjadi jaminan hutang. Pada bulan September 2006 dan Oktober 2006, nilai Rasio Total Hutang terhadap Total Aktiva mengalami penurunan yang cukup besar. Pada bulan November 2006 dan Desember 2006, nilai Rasio Total Hutang terhadap Total Aktiva adalah nol, karena pada kedua bulan tersebut perusahaan tidak mempunyai hutang. Nilai Rasio Total Hutang terhadap Total Aktiva mengalami kenaikan pada bulan Januari 2007, kemudian nilainya turun pada bulan-bulan berikutnya. Perkembangan nilai Rasio Total Hutang terhadap Total Aktiva dapat dilihat pada Gambar 29. Total Debt to Total Capital Assets 0.5
0.39
0.4
0.29
0.3
0.23
0.18
0.2
0.08
0.1
0.004
0 J ul i 06
A gus t 06
Sept 06
Ok t 06
0
Nov 06
0.17
0 Des 06
J an07
Feb07
M ar 07
B ul an
Gambar 29. Perkembangan (trend) Rasio Total Hutang terhadap Total Aktiva UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007
c. Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Modal (Long Term Debt to Equity Ratio) UKM A tidak mempunyai hutang jangka panjang. Hal ini menyebabkan hasil perhitungan Rasio Hutang Jangka Panjang Terhadap Modal menghasilkan nilai nol. d. Tangible Assets Debt Coverage Tangible Assets Debt Coverage merupakan hasil pembagian Aktiva dikurangi intangible assets dikurangi Kewajiban Jangka Pendek, dibagi dengan Kewajiban Jangka panjang. UKM A tidak mempunyai Intangible Assets dan Kewajiban Jangka Panjang. Karena UKM A tidak mempunyai Kewajiban Jangka Panjang, maka Tangible Assets Debt Coverage UKM A tidak dapat dihitung. e. Time Interest Earned Ratio Time Interest Earned Ratio menujukkan besarnya jaminan keuntungan (EBIT) untuk membayar bunga Kewajiban Jangka Panjang. UKM A tidak mempunyai hutang jangka panjang, sehingga Time Interest Earned Ratio UKM A tidak dapat dihitung. 3. Rasio Aktivitas Pengukuran Rasio Aktivitas UKM A menggunakan
Perputaran
Total Aset, Perputaran Piutang, Rata-rata Umur Piutang, Perputaran Persediaan, Rata-Rata Umur Persediaan, dan Perputaran Modal Kerja. Secara umum nilai-nilai rasio Aktivitas menunjukkan kinerja operasional yang baik pada UKM, nilainya berfluktuasi setiap periode. Perkembangan nilai rasio-rasio aktivitas dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Perkembangan Nilai Rasio Aktivitas UKM A Periode
Juli 2006 Agustus 2006 September 2006 Oktober 2006 November 2006 Desember 2006 Januari 2007 Februari 2007 Maret 2007
Total Assets Turnover 0,42 0,6 0,33 0,1 0,06 0,28 0,46 0,15 0,15
Receivable Turnover 32,88 11,36 10,22
Komponen Rasio Inventory Average Collected Turnover Period 0 0,36 0 0,96 0 3,13 0 1,29 0 0,84 0 5,31 11 1,49 32 0,64 36 0,96
Average Days Inventory 1012 374 116 279 428 68 242 560 377
Working Capital Turnover 0,69 0,73 0,37 0,1 0,06 0,28 0,65 0,2 0,19
a. Perputaran Total Aset (Total Assets Turn Over) Dari hasil analisis, nilai rata-rata Perputaran Total Aset UKM A adalah 0,28 kali. Rasio ini menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode atau kemampuan modal yang diinvestasikan menghasilkan pendapatan. Dalam satu periode akuntansi, seluruh dana aktiva mengalami perputaran
rata-rata
0,28 kali, dan
setiap
Rp.100,-
aktiva
menghasilkan pendapatan sebesar Rp.28,-. Perkembangan nilai Perputaran Total Aset dapat dilihat pada Gambar 30. Total Assets Turnover 0.7 0.6
0.6
0.5 0.4 0.3 0.2
0.46
0.42
0.33
0.28 0.1
0.1 0 J ul i 06
A gus t 06
Sept 06
Okt 06
0.15
0.06 Nov 06
Des 06
J an07
Feb07
0.15 M ar 07
B ulan
Gambar 30. Perkembangan (trend) Perputaran Total Aset UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007 b. Perputaran Persediaan (Receivable Turn Over) Menurut hasil analisis, rata-rata dalam satu periode akuntansi, dana yang tertanam pada piutang berputar 18,15 kali. Hal ini berarti , dalam satu periode, UKM mampu melakukan kegiatan penagihan piutang sebanyak kurang lebih 18 kali. Terlihat pada gambar 22, nilai Perputaran Persediaan tidak ada pada bulan Juli 2006 sampai Desember 2006 hal ini disebabkan karena tidak UKM tidak mempunyai nilai piutang. Pada bulan Januari 2007 sampai Maret 2007, nilai Perputaran Persediaan naik turun. Perkembangan nilai Perputaran Persediaan dapat dilihat pada Gambar 31.
Receivable Turnover 35
32.88
30 25 20 15
11.36 10.22
10 5 0
0 Jul i 06
0 A gust 06
0 Sept 06
0 Okt 06
0 Nov06
0 Des06
J an07
Feb07
M ar 07
B ulan
Gambar 31. Perkembangan (trend) Perputaran PersediaanUKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007 c. Umur Rata-rata Piutang (Average Collection Perriod) Dari hasil analisis, nilai rata-rata Umur Rata-rata Piutang adalah 26,33 hari, rata-rata ini tidak termasuk perhitungan bulan Juli 2006 sampai Desember 2006 karena pada periode-periode tersebut, UKM A tidak mempunyai piutang sehingga tidak dapat dihitung nilai Umur Rata-rata Piutang. Nilai rata-rata ini menunjukkan periode rata-rata yang dibutuhkan UKM untuk mengumpulkan piutang, yaitu kurang lebih 27 hari. Semakin kecil angka Umur Ratarata Piutang semakin baik. Perkembangan nilai Umur Rata-rata Piutang dapat dilihat pada Gambar 32. Average Collected Period 40
36
32
30 20
11
10
0
0 Jul i 06
0 A gust 06
0 Sept 06
0 Okt 06
0 Nov06
0 Des06
Jan07
Feb07
M ar 07
B ulan
Gambar 32. Perkembangan (trend) Umur Rata-rata Piutang UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007 d. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over) Dari hasil analisis, nilai rata-rata Perputaran Persediaan bulan Juli 2006 sampai Maret 2007 adalah 1,67 kali, ini berarti bahwa ratarata dalam satu periode, persediaan berputar dua kali. Perkembangan
nilai Perputaran Persediaan UKM A menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi pada bulan September 2006 dan Desember 2006, namun terlihat penurunan nilai Perputaran Persediaan pada bulan berikutnya. Peningkatan Perputaran Persediaan mengindikasikan kenaikan efisiensi kegiatan operasi perusahaan, karena hal tersebut menyebabkan kecilnya angka lama hari penyimpanan persediaan. Perkembangan nilai Perputaran Persediaan dapat dilihat pada Gambar 33. Inventory Turnover 6
5.31
5 4
3.13
3 2 1
0.36
0 Jul i 06
1.29
0.96
A gust 06
Sept 06
Okt 06
1.49
0.84 Nov06
Des06
Jan07
0.64 Feb07
0.96 M ar 07
B ulan
Gambar 33. Perkembangan (trend) Perputaran Persediaan UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007 e. Umur Rata-rata Persediaan (Average Days Inventory) Dari hasil analisis, nilai rata-rata Umur Rata-rata Persediaan bulan Juli 2006 sampai Maret 2007 adalah 384, hal ini menunjukkan lama rata-rata persediaan disimpan, yaitu 384 hari. Perkembangan nilai Umur Rata-rata Persediaan menunjukkan penurunan pada Bulan Agustus 2006, September 2006, dan Desember 2006, hal ini menunjukkan peningkatan efisiensi perusahaan dalam kegiatan operasionalnya, karena modal kerja yang tertanam dalam persediaan semakin sedikit. Perkembangan nilai Umur Rata-rata Persediaan dapat dilihat pada Gambar 34.
Average Day's Inventory 1200
1012
1000 800
560
600
374
400 200
279
116
0 J ul i 06
A gus t 06
Sept 06
428 68
Ok t 06
Nov 06
Des 06
377
242 J an07
Feb07
M ar 07
B ulan
Gambar 34. Perkembangan (trend) Average Days Inventory UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007 f. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over) Dari hasil analisis, rata-rata nilai Perputaran Modal Kerja UKM A adalah 0,17 kali. Ini berarti bahwa rata-rata dana yang tertanam dalam modal kerja berputar 0,17 kali dalam satu kali periode siklus kas. Perkembangan nilai Perputaran Modal Kerja UKM A menunjukkan penurunan yang cukup besar pada Bulan November 2006 kemudian naik lagi pada Bulan Desember 2006. Perkembangan nilai Perputaran Modal Kerja dapat dilihat pada Gambar 35.
Working Capital Turnover 0.8
0.69
0.6
0.73
0.65 0.37
0.4
0.28
0.2
0.1
0 Jul i 06
A gust 06
Sept 06
Okt 06
0.2
0.06 Nov06
Des06
Jan07
Feb07
0.19 M ar 07
B ulan
Gambar 35. Perkembangan (trend) Perputaran Modal Kerja UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007 4. Rasio Profitabilitas Pengukuran Rasio Profitabilitas UKM A menggunakan Margin Laba Kotor, Margin Laba Operasi, Rasio Operasi, Earning Power of Total Investment, Net Earning Power Ratio, dan Rate of Return for The Owners. Secara umum, kemampuan UKM dalam menghasilkan laba cukup baik,
kecuali pada Bulan Januari 2007 dan Maret 2007, dimana UKM mengalami kerugian.Perkembangan nilai rasio-rasio aktivitas dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Perkembangan Nilai Rasio Profitabilitas UKM A Periode
Komponen Rasio
Juli 2006 Agustus 2006 September 2006 Oktober 2006 November 2006 Desember 2006 Januari 2007 Februari 2007 Maret 2007
Margin Laba Kotor
Margin Laba Operasi
50,50% 55,80% 42,20% 58,00% 77,00% 96,20% 28,90% 31,80% 42,40%
50,50% 55,80% 29,50% 58,00% 77,00% 96,20% -17,10% 13,60% -12,30%
Rasio Operasi
49,50% 44,20% 70,50% 42,00% 23,00% 3,80% 117,10% 86,40% 112,30%
Earning Power of Total Investment
Net Earning Power Ratio
Rate of Return For The owners
35,30% 62,70% 111,90% 353,80% 93,60% 58,30% -6,50% 36,70% -10,30%
21,10% 53,80% 53,50% 49,80% 8,20% 23,60% -4,30% 8,10% -2,30%
14,80% 37,70% 37,40% 34,90% 5,70% 16,50% -3,00% 5,70% -1,60%
a. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Dari hasil analisis, nilai Margin Laba Kotor rata-rata UKM A adalah 53,64%. Ini berarti bahwa rata-rata setiap Rp.100,- penjualan menghasilkan laba bruto sebesar Rp.55,-. Perkembangan nilai Gross Profit Margin UKM A menunjukkan kenaikan tertinggi pada bulan Desember 2006, kemudian mengalami penurunan yang cukup besar pada Bulan Januari 2007. Perkembangan nilai Gross Profit Margin dapat dilihat pada Gambar 36.
Gross Profit Margin 120.00% 100.00%
77.00%
80.00%
96.20%
50.50%55.80%42.20% 58.00%
60.00% 40.00%
42.40% 28.90%31.80%
20.00% 0.00% Jul i 06
A gust 06
Sept06
Okt 06
Nov06
Des06
Jan07
Feb07
M ar 07
B ulan
Gambar 36. Perkembangan (trend) Gross Profit Margin UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007 b. Rasio Operasi (Operating Income Ratio) Menurut hasil analisis, rata-rata nilai Rasio Operasi adalah 39,22%. Ini berarti bahwa setiap Rp.100,- penjualan rata-rata
menghasilkan Laba Operasi sebesar Rp.39,22. Nilai Rasio Operasi ini mengalami penurunan sampai pada nilai negatif pada bulan Januari 2007 dan Maret 2007 karena pada bulan tersebut, UKM A mengalami kerugian. Perkembangan nilai Rasio Operasi dapat dilihat pada Gambar 37. Operating Income Ratio 120.00% 100.00% 80.00%
50.50%55.80%
60.00% 40.00% 20.00%
58.00%
77.00%
96.20%
29.50%
0.00% -20.00%
J ul i 06
A gus t 06
Sept 06
Ok t 06
Nov 06
Des 06
J an07
13.60% -12.30% -17.10% Feb07 M ar 07
-40.00%
B ul an
Gambar 37. Perkembangan (trend) Operating Income Ratio UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007 c. Rasio Operasi (Operating Ratio) Dari hasil analisis, nilai Rasio Operasi rata-rata UKM A adalah 60,98%. Ini berarti setiap Rp.100,- penjualan mengandung biaya operasi sebesar Rp.60,97. Semakin besar mendekati 100% nilai Rasio Operasi ini mengindikasikan semakin tingginya biaya operasi yang
dikeluarkan.
Nilai
Rasio
Operasi
melebihi
100%
mengindisikasikan UKM mengalami kerugian, seperti yang terjadi pada Bulan Januari 2007 dan Maret 2007. Perkembangan nilai Rasio Operasi dapat dilihat pada Gambar 38. Operating Ratio 140.00%
117.10% 112.30% 86.40%
120.00% 100.00% 80.00% 60.00%
49.50%44.20%
40.00%
70.50% 42.00%
20.00% 0.00% Jul i 06
A gust 06
Sept 06
Okt 06
23.00%
Nov06
Des06
3.80% Jan07
Feb07
M ar 07
B ulan
Gambar 38. Perkembangan (trend) Operating Ratio UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007
d. Earning Power of Total Investment Dari hasil analisis Laporan Keuangan UKM Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007, rata-rata Earning Power of Total Investment UKM A adalah 81,7%. Hal ini berarti setiap Rp.100,- modal menghasilkan keuntungan Rp.81,7 untuk investor. Nilai Earning Power of Total Investment menunjukkan nilai yang tinggi, lebih dari 100% pada Bulan September 2006 dan Oktober 2006, sedangkan pada Bulan Januari 2007 dan Maret 2007 nilai Earning Power of Total Investment menunjukkan nilai negatif karena UKM mengalami kerugian. Perkembangan nilai Earning Power of Total Investment dapat dilihat pada Gambar 39. Earning Pow er of Total Investment 400.00%
353.80%
300.00% 200.00% 100.00%
35.30%62.70%
0.00% Jul i 06
A gust06
111.90%
Sept 06
Okt06
93.60%58.30% Nov06
Des06
-6.50%
Jan07
Feb07
36.70% -10.30% M ar 07
-100.00%
B ulan
Gambar 39. Perkembangan (trend) Earning Power of Total Investment UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007 e. Net Earning Power Ratio Dari hasil analisis, nilai Net Earning Power Ratio rata-rata UKM A adalah 23,5%. Ini berarti bahwa setiap Rp.100,- aktiva menghasilkan keuntungan bersih Rp.23,5. Perkembangan nilai rasio ini mengalami penurunan yang cukup besar pada bulan Januari 2007 dan Maret 2007 sampai pada angka negatif karena pada bulan tersebut UKM mengalami kerugian. Perkembangan nilai Net Earning Power Ratio dapat dilihat pada Gambar 40.
Net Earning Pow er Ratio 60.00%
53.80% 53.50%49.80%
50.00% 40.00% 30.00%
23.60%
21.10%
20.00%
8.20%
10.00% 0.00% -10.00%
Jul i 06
A gust 06
Sept 06
Okt 06
Nov06
Des06
-4.30% Jan07 Feb07
8.10% -2.30% M ar 07
B ulan
Gambar 40. Perkembangan (trend) Net Earning Power Ratio UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007 f. Rate of Return for Owners Dari hasil analisis, nilai Rate of Return for The Owners rata-rata UKM A adalah 16,45%. Ini berarti bahwa setiap Rp.100,modal sendiri menghasilkan keuntungan bersih Rp.16,45 yang tersedia untuk pemegang saham preferen dan saham biasa. Perkembangan nilai rasio ini mengalami penurunan yang cukup besar pada bulan Januari 2007 dan Maret 2007 sampai pada angka negatif karena pada bulan tersebut UKM mengalami kerugian. Perkembangan nilai Rate of Return for The Owners dapat dilihat pada Gambar 41. Rate of Return for Ow ners 37.70% 37.40%34.90%
40.00% 30.00% 20.00%
16.50%
14.80%
10.00%
5.70%
0.00% Jul i 06
A gust06
Sept06
Okt06
Nov06
Des06
-3% Feb07 Jan07
5.70% -1.60% M ar 07
-10.00%
B ulan
Gambar 41. Perkembangan (trend) Rate of Return for The Owners UKM A Bulan Juli 2006 sampai Maret 2007 4.9. Aplikasi Manajerial Dari pembahasan yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diperbaiki untuk perkembangan yang lebih baik bagi
pihak UKM A. Hal ini terkait dengan berbagai prinsip teoritis yang menjadi dasar sistem, kelengkapan sistem dan hasil penerapan sistem bagi UKM A. Sistem Pengolahan data yang dibutuhkan bagi sistem memerlukan adanya pembagian tugas dan wewenang dalam menjalankan fungsi sistem. Terdapat fungsi sebagai bagian kasir, bagian keuangan, bagian pencatat pembelian dan penjualan, bagian pencatat persediaan, dan bagian pengawas intern yang masing-masing mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda. Untuk dapat berjalannya sistem dengan baik sesuai norma yang ada, dan berlakunya fungsi kepengawasan dalam sistem, maka bagian-bagian tersebut memang seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang berbeda. Namun di UKM A, untuk bagian kasir, bagian keuangan, bagian pencatat pembelian dan penjualan, dan bagian pencatat persediaan dilakukan oleh orang yang sama, terkait adanya keterbatasan Sumber Daya Manusia. Untuk ketelitian proses, dan berjalannya fungsi pengawasan dalam sistem, maka diharapkan kepada pihak UKM A untuk dapat menambah Sumber Daya Manusia, yang akan menjalankan fungsi-fungsi yang telah disebutkan secara independen. Berdasarkan analisis Rasio Keuangan UKM A selama sembilan bulan periode pengamatan ( Juli 2006 – Maret 2007), untuk analisis rasio likuditas, dapat diketahui bahwa UKM A sangat likuid, artinya UKM A mempunyai kemampuan baik untuk memenuhi kewajiban lancarnya dengan aktiva lancar yang dimiliki. Nilai Rasio Lancar yang lebih tinggi dibandingkan dengan Rasio Cepat membutuhkan kemampuan UKM A untuk menjual dalam waktu yang cepat, karena mengindikasikan juga terjadinya penumpukan persediaan. Hal ini dapat dilihat pula pada perkembangan nilai perputaran persediaan pada analisis rasio aktivitas. Untuk Pihak UKM A sebaiknya mempertahankan nilai likuiditasnya dengan mengimbangi jumlah hutang lancar yang dimiliki dengan jumlah nilai Kas atau aktiva lancar lainnya. Pada awal masa operasinya, UKM A tidak banyak mempunyai Hutang, bahkan UKM A tidak mempunyai jumlah Hutang pada beberapa bulan. Hal ini yang membuat kecilnya nilai Rasio Hutang UKM A, namun ini tidak selalu berarti baik, karena dengan Hutang, UKM A dapat
mengembangkan usahanya, tidak sebatas pada modal yang dimiliki saja. Disarankan
kepada
UKM
A
menggunakan
kesempatan
untuk
mengembangkan usaha melalui hutang, apalagi UKM A dapat memperoleh hutang tanpa bunga seperti yang terlihat pada keterangan pencatatan keuangan UKM A sebelumnya. Pada analisis rasio aktivitas, nilai-nilai yang ada menunjukkan bahwa tingkat aktivitas UKM A baik. Sebagian besar rata-rata nilai rasio-rasio aktivitas menunjukkan angka yang lebih baik dari pada angka rasio aktivitas industri pada umumnya. Namun seperti yang telah diungkapkan bahwa UKM harus meningkatkan kemampuan penjualan barangnya, karena ratarata
nilai
umur
rata-rata
persediaan
(Average
Days
Inventory)
mengindikasikan adanya penumpukan persediaan. Rata-rata nilai rasio profitabilitas UKM menunjukkan kemampuan menghasilkan laba yang baik. Pada bulan Januari dan Maret 2007 dimana UKM A mengalami kerugian, sebenarnya UKM memiliki nilai perputaran aset yang tinggi dan umur persediaan yang cukup baik, menunjukkan efektifnya kegiatan operasional tersebut, namun laba yang dihasilkan tidak sebanding dengan pengeluaran biaya pemasaran yang terjadi pada bulanbulan tersebut, dimana UKM sedang melakukan aktivitas pemasaran yang cukup
tinggi.
UKM
A
sebaiknya
terus
meningkatkan
kegiatan
pemasarannya, namun mengimbangi pengeluaran yang dilakukan untuk pemasaran dengan peningkatan pendapatan penjualan yang sebanding.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu : 1. Pencatatan keuangan pada UKM A yang dilakukan masih sangat sederhana, data keuangan hanya dalam bentuk catatan penerimaan dan pengeluaran kas. Metode pencatatan keuangannya menggunakan metode berdasar kas (Cash Basis). 2. Bentuk Sistem Informasi Akuntansi yang dibutuhkan UKM A adalah Sistem Informasi Akuntansi sederhana yang dapat menghasilkan output berupa Laporan Keuangan yaitu Neraca dan Laporan Rugi Laba dengan Buku Pembantu Persediaan. Melihat dari kebutuhan sebuah bidang usaha di masa yang akan datang, UKM A pun membutuhkan Sistem yang dapat menghasilkan tampilan evaluasi terhadap kinerja keuangan perusahaan, sehingga dapat diketahui kondisi keuangan usaha dengan lebih jelas. 3. Menurut hasil pendekatan sistem yang telah dilakukan, model Sistem Informasi Akuntansi yang sesuai diterapkan pada UKM A adalah Sistem Informasi Akuntansi yang menggunakan Microsoft Excel, menggunakan metode pencatatan akrual yang dapat menghasilkan Laporan Keuangan Neraca dan Laba Rugi, buku pembantu persediaan, serta evaluasi Kinerja Keuangan UKM, yang akan memenuhi kebutuhan penanam modal di UKM A. 4. Hasil Evaluasi Kinerja Keuangan Perusahaan menunjukkan : a.
Analisis Rasio Likuiditas menunjukkan secara umum, nilai Rasiorasio likuiditas menunjukkan peningkatan pada Bulan Juli 2006 sampai September 2006, kemudian menurun dan nilainya mengalami kenaikan kembali pada Bulan Februari 2007.
b.
Analisis Rasio Leverage menunjukkan kecilnya bagian modal yang menjadi jaminan hutang. Perkembangannya menunjukkan bahwa secara umum menunjukkan penurunan nilai rasio pada Agustus
2006, September 2006, dan Oktober 2006, nilainya naik kembali pada bulan Januari 2007. c.
Analisis Rasio Aktivitas menunjukkan perputaran dana yang cukup aktif dan perkembangannya secara umum,nilai-nilai rasio Aktivitas menunjukkan kinerja operasional yang baik pada UKM, nilainya berfluktuasi setiap periode.
d. Analisis Rasio Profitabilitas
menunjukkan kemampuan UKM
menghasilkan laba cukup baik, kecuali pada Bulan Januari 2007 dan Maret 2007, dimana UKM mengalami kerugian 2. Saran Setelah
merumuskan
masalah,
meneliti,
membahas
dan
menyimpulkan berbagai hal dalam penelitian ini, maka disarankan kepada pihak UKM A untuk menggunakan Sistem Informasi Akuntansi yang telah dibuat agar dapat melihat posisi keuangan perusahaan secara lebih jelas melalui Laporan Neraca dan Laba Rugi yang dihasilkan sistem, dapat menampilkan daftar persediaan barang yang lebih rinci dan sistematis melalui buku pembantu persediaan, dan dapat melihat kinerja keuangan perusahaan melalui hasil analisis rasio keuangan. Setelah menyelesaikan penelitian mengenai Sistem Informasi Akuntansi ini, masih banyak permasalahan dalam UKM yang memerlukan penelitian lebih lanjut, yaitu : 1. Perluasan sistem yang telah dibuat meliputi sistem yang memuat hasil berupa Laporan Arus Kas, dan Laporan Ekuitas. 2. Pembuatan Sistem Perhitungan Pajak UKM, yang merupakan kebutuhan UKM A dalam perkembangan kedepannya. 3. Penggunaan Data Base Management System untuk mengelola file Sistem untuk semakin memudahkan penggunaan sistem oleh UKM. 4. Perbaikan sistem untuk penggunaan sistem pada UKM yang lain dengan menggunakan program komputer akuntansi yang lain seperti MYOB dan DEA. 5. Penghitungan biaya UKM dengan metode pengalokasian biaya yang terdapat pada teori akuntansi.
6. Pembuatan Analisis Penilaian Keefektifan Sistem dengan subjek pengguna sistem (pihak UKM). 7. Perbaikan sistem yang menghasilkan analisis rasio keuangan dengan memasukkan norma industri yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Arif dan Wibowo. 2004. Akuntansi Untuk Bisnis Usaha Kecil dan Menengah. Grasindo, Jakarta Arifin, J dan Wicaksono. 2006. Komputer Akuntansi dengan Microsoft Excel. Elex Media Computindo, Jakarta. Cushing, B. E. 1992. Sistem Informasi Akuntansi dan Organisasi Perusahaan, Edisi ketiga. Erlangga, Jakarta. Edwards. 1985. System Analysis, Design, and Development. College Publishing, USA Fansuri. 2006. Analisis Perumusan dan Penerapan Sistem Akuntansi pada UKM, Studi Kasus UKM Ozi Aircraft Bogor. Skripsi pada Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor Jogiyanto, H. M. 1999. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Andi Offset, Yogyakarta Keown, J. (2001). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Jilid 1. Salemba Empat, Jakarta Kieso, et al. 2002. Akuntansi Intermediate. Erlangga, Jakarta McLeod, R. 1993. Sistem Informasi Manajemen; Studi Sistem Informasi Berbasis Komputer . Prehallindo, Jakarta. McLeod, Jr, R. 1998. Information Management System. Prentice Hall, New Jersey McLeod, Jr, R. 2001. Sistem Informasi Manajemen (Versi Bahasa Indonesia), Jilid 1. Prehallindo, Jakarta. Niswonger, R. C., dkk. 1999. Prinsip-Prinsip Akuntansi (Terjemahan, Edisi 19). Erlangga, Jakarta Nurcahyono. 1999. Rekayasa Sistem Informasi Akuntansi Untuk Menilai Efisisensi Agroindustri Orientasi Ekspor. Skripsi pada Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor Partomo, T.S. dan Soejoedono. 2002. Ekonomi Skala Kecil / Menengah dan Koperasi. Ghalia, Indonesia.
Surya. 2006. Sistem Informasi Usaha Penangkapan Ikan Layur di Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Skripsi pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Undang-Undang RI No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil, Penerbit Handayani, Jakarta. Widjajanto, N. 2001. Sistem Informasi Akuntansi. Erlangga, Jakarta