perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KALI CODE TAHUN 1980-1992
SKRIPSI
Oleh : MUJIYANTI K4408037
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama
: Mujiyanti
NIM
: K4408037
Jurusan/ Program Studi
: P.IPS/ Pendidikan Sejarah
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT
KALI
CODE
TAHUN
1980-
ini
benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya. Surakarta, 09 Oktober 2012 Yang membuat pernyataan
Mujiyanti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KALI CODE TAHUN 1980-1992
Oleh: MUJIYANTI K4408037
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta,
Oktober 2012
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Herimanto, M. Pd, M.Si
Isawati, S.Pd
NIP.19661029 199112 1 001
NIP. 19830401 200604 2 001
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari Tanggal
: Selasa : 9 Oktober 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Dra. Sri Wahyuni, M.Pd
Sekretaris
: Dra. Sutiyah, M.Pd, M.Hum
Anggota I
: Drs. Herimanto, M. Pd,M.Si
Anggota II
: Isawati, S.Pd, M.A
Disahkan Oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19621126 198103 1 001
commit to user
......................
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Mujiyanti. PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KALI CODE TAHUN 1980-1992. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. September 2012 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Sejarah berdirinya masyarakat perkampungan Kali Code Yogyakarta. (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial budaya masyarakat Kali Code tahun 1980-1992. (3) Perubahan yang terjadi di dalam masyarakat Kali Code tahun 1980-1992. Penelitian ini menggunakan metode historis. Langkah-langkah yang ditempuh dalam metode historis ada empat tahap kegiatan, yaitu: heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sumber data yang digunakan adalah sumber tertulis yang meliputi buku-buku, majalah dan koran. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik studi pustaka. Analisa data yang digunakan adalah analisa historis yaitu analisa yang mengutamakan ketajaman dalam menginterpretasi fakta sejarah Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Sejarah perkampungan Kali Code berawal dari para urban yang datang ke kota Yogyakarta. Masyarakat urban yang tidak memiliki tempat tinggal menempati daerah sekitar Kali Code yang kemudian membentuk sebuah perkampungan yang bernama Kampung Kali Code. (2) Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan sosial budaya masyarakat Kali Code adalah adanya penggusuran Kampung Kali Code oleh Pemerintah Kota Yogyakarta pada tahun 1982. Adanya keinginan untuk mewujudkan tatanan sosial masyarakat yang mandiri. Masyarakat yang tidak tergantung kepada pemberian atau bantuan dari Pemerintah dan instansi atau Lembaga Swadaya Masyarakat tertentu dalam pembangunan perkampungan. Kehadiran dari Yusuf Bilyarta Mangunwijaya yang berperan untuk menggerakan masyarakat Perkampungan Kali Code (3) Perubahan yang terjadi di dalam masyarakat Kali Code meliputi perubahan bangunan rumah, fasilitas kampung, memperoleh penghargaan Aga Khan, adanya realitas sosial baru bahwa perkampungan yang semula dianggap sebagai perkampungan ilegal telah berubah menjadi perkampungan yang legal serta perubahan otoritas baru. Perkampungan Kali Code juga terjadi perubahan mata pencaharian masyarakat, peningkatan di bidang pendidikan, perubahan sikap hidup bersih dan rapi serta masyarakat memiliki pandangan hidup baru tentang keteraturan hidup yang akan mengarah pada perbaikan kehidupan masyarakat Kali Code. Kata Kunci: Perubahan sosial, Masyarakat, Kali Code
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Mujiyanti. THE SOCIAL-CULTURAL CHANGE IN CODE RIVER SOCIETY DURING 1980-1992. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. September 2012. This research aims to find out: (1) the history of Yogyakarta Code River Settlement Society establishment, (2) the factors affecting the social cultural change of Code River society during 1980-1992, and (3) the change occurring in Code River society during 1980-1992. The research using historical method. The method of research was divided into four steps: heuristic, critique, interpretation, and historiography. Data sources used are written sources which include books, magazines and newspapers. Data analysis used was the analysis of historical analysis that prioritizes acuity in interpreting historical facts. Based on the result of research, it could be concluded that: (1) the history of Code river settlement had begun with the new comers or urban coming to the Yogyakarta city. The urban society who had no residence occupied the area around Code river that then formed a settlement named Code River Kampong. (2) The factor affecting the social-cultural changes of Code River society included the Relocation raises Romo Mangun contribution who conducting building in Code river social order that was independent and not apart. Communities that do not depend on gifts or favors from the government and non-governmental agencies or certain people in the township development. Presence Yusuf Bilyarta Mangunwijaya whose role is to mobilize communities river township code (3) The change occurring in Code River society included physical and mental changes. The physical changes occurring in Code River society included house structure change, kampong facility, Aga Khan reward achievement, the presence of new social reality that settlementts were originally regarded as illegal settlements have turned into a legal and new authority change. The mental one included the change of people livelihood, the improvement in education sector, the change of attitude toward clean and tidy living as well as the society with new ideology on the order of life in turn leading to the improvement of Code River
Keywords: Social Change, Society, Code River.
.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Perubahan Sosial budaya di dalam masyarakat akan mengarah pada 2 hal yaitu kemajuan atau kemundurun. Kemajuan adalah hal yang diharapkan masyarakat dalam sebuah perubahan (Penulis) Kehidupan adalah sebuah dinamika menuju perubahan yang lebih baik (Penulis)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada: 1. Ayah dan ibu tercinta 2. Adikku Wisnu tersayang 3. Kekasih Hatiku 4. Almamater
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesai Code Tahun 1980Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.
2.
Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah menyetujui atas permohonan penyusunan skripsi ini.
3.
Ketua Progam Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan pengarahan dan ijin atas penyusunan skripsi ini.
4.
Drs. Herimanto, M.Pd, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5.
Isawati, S.Pd, M.A selaku pembimbing II yang telah memberikan penjelasan dengan sabar hingga saya mengerti dan memahami semuanya.
6.
Dra. Sutiyah, M.Pd, M.Hum selaku pembimbing akademik penulis yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis menempuh masa kuliah.
7.
Bapak dan Ibu Dosen Progam Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial yang secara tulus memberikan ilmu kepada penulis selama ini.
8.
Bapak Drs. Darsam ketua
RT 01 RW 01 Kotabaru Gondokusuman
Yogyakarta atas bantuan yang diberikan selama peneliti melakukan penelitian 9.
Seluruh masyarakat Kampung Code yang telah membantu peneliti selama ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan semangat kepada peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini 11. Keluarga besar Garba Wira Bhuana Mapala UNS yang telah memberikan pengalaman dan persaudaraannya selama ini 12. Keluarga besar Pendidikan Sejarah 2008 terimakasih buat kekompakanya selama ini. 13. Teman-temanku yang selama ini telah memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini ada: Niken, Ratna, Rus, mbak Yani, Elak, Esti, Yunita,Wima terimaksih buat semangat yang telah diberikan 14. Semua pihak yang telah memberi bantuan dan pengarahan kepada penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, 09 Oktober 2012 Penulis
Mujiyanti K4408037
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN .....................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK ..........................................................................
vi
ABSTRACT . ...........................................................................................
vii
HALAMAN MOTTO ..............................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................
ix
KATA PENGANTAR .............................................................................
x
DAFTAR ISI .............. ..............................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
xv
DAFTAR TABEL ....................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .....................................................
1
B. Rumusan Masalah ...............................................................
7
C. Tujuan Penelitian ................................................................
7
D. Manfaat Penelitian ..............................................................
8
LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka .................................................................
9
1. Perubahan Sosial ............................................................
9
2. Perubahan Budaya ..........................................................
18
3. Masyarakat .....................................................................
24
4. Kemiskinan ......................................................................
27
5. Pemukiman Kumuh...........................................................
30
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Berpikir ...............................................................
34
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................
36
B. Metode Penelitian ...............................................................
37
C. Sumber Data .......................................................................
40
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................
42
E. Teknik Analisis Data ........................................................
43
F. Prosedur Penelitian ..............................................................
44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sejarah Berdirinya Perkampungan Kali Code ....................
49
1. Letak Kampung Code ....................................................
49
2. Kedatangan Masyarakat ke Kota Yogyakarta .................
50
3. Sejarah Awal Munculnya ................................................
54
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Kali Code Tahun 1980-1992 ...............
59
1. Penggusuran Oleh Pemerintah Kota Yogyakarta ...........
59
2. Mewujudkan Tatanan Sosial Masyarakat yang Mandiri
60
3. Kehadiran Romo Mangun ...............................................
62
C. Perubahan yang Terjadi di Dalam Masyarakat
BAB V
Kali Code Tahun 1980-1992 ................................................
67
1. Perubahan Bentuk Bangunan Rumah .............................
67
2. Fasilitas Kampung ..........................................................
72
3. Memperoleh Penghargaan Aga Khan ............................
73
4. Realitas Sosial Baru .......................................................
74
5. Pergeseran Otoritas ........................................................
75
6. Sistem Pencaharian Hidup .............................................
76
7. Peningkatan Bidang Pendidikan .....................................
79
8. Perubahan Sikap dan Budaya Hidup Bersih dan Rapi ....
81
9. Pandangan Hidup ...........................................................
82
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan .............................................................................
commit to user
85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Implikasi .............................................................................
86
C. Saran ...................................................................................
87
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
88
LAMPIRAN ....... .....................................................................................
94
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1 Kerangka Pemikiran ..............................................................
34
Gambar 2 Prosedur Penelitian ................................................................
48
Gambar 3 Desain Rumah dari Romo Mangun .........................................
70
Gambar 4 Desain Pemukiman untuk Masyarakat Kali Code .................... 71
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1 Waktu Penelitian .........................................................................
37
Tabel 2 Rata-rata Biaya Hidup Percapita .................................................
50
Tabel 3 Rata-rata Upah Buruh Harian .......................................................
52
Tabel 4 Upah Minimum dan Maximum Buruh Perusahaan ....................... 53 Tabel 5 Transmigrasi Dari Tiap Dating di Provinsi D.I.Y ........................... 53 Tabel 6 Daftar Nama Kelurahan ................................................................... 58 Tabel 7 Pemasukan Swadaya Masyarakat .................................................... 61 Tabel 8 Penerimaan Dana Pembangunan ..................................................... 62 Tabel 9 Gerak Penyuluhan Sosial ................................................................. 65 Tabel 10 Pendapatan Regional ...................................................................... 79 Tabel 11 Jumlah Sekolah .............................................................................. 81
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Peta Administrasi Kota Yogyakarta ...................................
95
Lampiran 2 Peta Lokasi Perkampungan Kali Code ................................
96
Lampiran 3 Daftar Informan ..................................................................
97
Lampiran 4 Hasil Wawancara .................................................................
98
Lampiran 5 Bangunan Rumah Masyarakat Kali Code ........................... 105 Lampiran 6 The Aga Khan Award For Architecture ...............................
107
Lampiran 7 Lampiran 8 The Aga Khan Award untuk Masyarakat Kali Code ...........
153
Lampiran 9 Surat dari Pemerintah Kotapraja Yogyakarta mengenai Penggunaan Tanah Wedi Kangser .......................................
154
Lampiran 10 Keputusan Menteri Dalam Negeri .......................................
159
Lampiran 11 Keputusan Bersama Antara PemerintahProvinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kraton Yogyakarta ....................
163
Lampiran 12 Surat kepada Wakil Gubernur D.I.Y tentang Penanganan Bencana Banjir di Kali Code ................................................ 165 Lampiran 13 Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ..........................
167
Lampiran 14 Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ..........................................................................
commit to user
168
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang hidup berkelompok dalam suatu masyarakat. Dalam kehidupan kelompok manusia saling berinteraksi antar manusia dalam masyarakat dan akan menghasilkan kebudayaan. Masyarakat dan kebudayaan bersifat dinamis yang mengalami perubahan, baik kebiasaan, aturan kesusilaan, hukum, maupun lembaga, akan mengalami perubahan secara terus menerus walaupun kecepatan perubahanya tidak selalu sama. Perubahan terjadi melalui pengenalan unsur-unsur baru kedalam masyarakat melalui dua cara yaitu penemuan baru dan masuknya pengaruh dari masyarakat lain (Nasution,1983) Sikap masyarakat terhadap suatu perubahan yang terjadi tergantung dari faktor psikologis yaitu pandangan individu terhadap segala sesuatu yang bersangkutan dengan perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Reaksi seseorang secara psikologis terhadap suatu hal baru dipengaruhi oleh cara peenyampaian kepada masyarakat. Dari cara yang disampaikan, masyarakat dapat menyeleksi dengan memahami hakikat atau kegunaan dari perubahan yang akan dicapai (Sumadiningrat,1991). Masyarakat sadar dalam suatu perubahan terdapat manfaat meskipun tidak dapat dirasakan secara langsung. Masyarakat tidak mudah untuk menerima suatu unsur baru atau inovasi dan mengubah cara atau tradisi lama. Perubahan kebudayaan yang terencana bersifat ganda yaitu meliputi perubahan lingkungan fisik manusia dan perilaku manusia. Perubahan pada lingkungan fisik manusia berupa penataan atau bangunan-bangunan yang dipandang inti dari suatu usaha modernisasi dan pembangunan nasional. Sedangkan perubahan perilaku berupa perubahan dari manusia yang ikut menyertai perubahan lingkungan (Ibrani,1990).
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Perubahan lingkungan fisik dalam suatu masyarakat akan berpengaruh terhadap perilaku manusia. Perubahan fisik dan perilaku juga terjadi di dalam masyarakat Perkampungan Kali Code. Perkampungan Kali Code merupakan sebuah perkampungan yang terletak di Kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta adalah salah satu dari lima Kabupaten atau Kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan merupakan ibukota Propinsi. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 32,5 km2, terdiri dari 14 kecamatan dan 45 kelurahan (Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta,2002). Perkampungan Kali Code terletak di Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta. Masyarakat Kali Code terbagi dalam dua kelompok masyarakat. Kelompok pertama adalah masyarakat yang menempati di Bantaran Kali Code. Sedangkan kelompok kedua menempati di Perumahan dengan tingkat sosial dan ekonomi lebih baik daripada masyarakat yang tinggal di Bantaran Kali Code. Penulis akan membahas tentang kelompok masyarakat yang pertama yaitu masyarakat yang menempati di bantaran Kali Code. Pada awalnya tanah yang ditempati masyarakat Kali Code adalah tanah Bong yaitu tanah pemakaman untuk orang Tionghoa yang dikelola oleh Paguyuban Urusan Kematian Yogyakarta (PUKY). Pada tahun 1970 PUKY menyerahkan pengelolaan tanah Bong secara lisan kepada Keraton Kasultanan Hadiningkrat Yogyakarta. Masyarakat urban yang rata-rata masih penduduk asli Yogyakarta yang belum memiliki tempat hunian kemudian memanfaatkan sebagai tempat tinggal dengan bangunan seadanya, sehingga orang sering menyebutnya
Agustus 2000 pihak keraton menyerahkan urusan tanah Bong kepada Badan Pertanahan Nasional (Lembaga Penelitian SMERU,2002).
empati masyarakat dari tahun 1959 berdasarkan surat pengajuan dari Pemerintah Kotapraja Yogyakarta nomor 11736/4899/Soc/59 yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
ditujukan kepada kepala Dinas Pengairan Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan surat pengajuan tersebut meminta ijin untuk mendirikan bangunan di
dapat dipergunakan untuk mendirikan suatu bangunan dengan ketentuan lebar dasar kali Code 20 m. Pemukiman Kali Code sebelum tahun 1980 terbuat dari seng bekas, karton, plastik, dan sebagainya. Pada tahun 1975, pemukiman Kali Code terkena penggusuran. Gubuk-gubuk para pendatang dihancurkan dan dibakar, dan pepohonan yang ada di sekitar Kali Code juga ditebang, dengan alasan untuk pelebaran Kali Code selebar 30 meter ke kanan dan kiri dari poros sungai untuk menghindari adanya banjir yang melanda Kota Yogyakarta dan melewati Kali Code. Jumlah penduduk yang digusur untuk pelebaran Kali Code adalah 15.000 penduduk (Tempo, 9 Januari 1982). Perkampungan Kali Code Yogyakarta sebelum tahun 1980 terkenal
orang-orang yang dianggap memiliki pekerjaan menyimpang, seperti pencopet, pencuri, perampok, dan termasuk pelacur. Yusuf Bilyarta Mangunwijaya atau yang biasa disapa dengan nama Romo Mangun dan Willie Prasetya selaku Kepada Desa Terban yang
peduli dengan keberadaan masyarakat Kali Code
melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap masyarakat dan lingkungan Kali Code Yogyakarta (Guinness, 2009). Kegiatan Pembinaan dan Pendampingan yang di pelopori oleh Romo kampung hitam kampung binaan, yang kemudian menjadi bagian dari Kota Yogyakarta, masuk Kelurahan Terban. Pendampingan dan pembinaan yang dilakukan menyangkut semua aspek kehidupan, mulai dari kebersihan tempat tinggal, kebersihan lingkungan sehingga pembinaan hidup bermasyarakat, termasuk pendidikan dan sentuhan rohani. Pembinaan juga diberikan dalam bentuk nyatanya berupa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
pembuatan rumah-rumah layak huni di lingkungan Kali Code. Pembangunan yang berlangsung sejak tahun 1983-1986 telah menjadi kompleks pemukiman di pinggir Sungai Code atau lereng Ledok Gondolayu menjadi tertata bersih dan rapi. Yusuf Bilyarta Mangunwijaya dan Lurah Terban Willie Prasetyo selaku kepala desa mencoba memperjuangkan agar pemerintah mengurungkan niat untuk melakukan penggusuran terhadap perkampungan Kali Code karena dianggap sebagai perkampungan liar yang berada di sepanjang Kali Code (Lembaga Penelitian SMERU,2002). Pemerintah kota Yogyakarta melakukan penggusuran terhadap tanah yang ditempati oleh masyarakat Kali Code karena keberadaannya yang mengganggu tata kota Yogyakarta. Pemukiman Kali Code sebuah pemukiman yang kumuh atau biasa disebut Slum. Pemukiman miskin atau sering disebut dengan istilah slum, keberadaannya di perkotaan dalam dunia ketiga terutama tidak dapat dihindarkan karena erat kaitanya dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi dan perkembangan aspek-aspek kehidupan diperkotaan yang menarik minat penduduk yang tinggal di desa untuk berurbanisasi ke kota. Masyarakat dari desa ke kota untuk mengadu nasib, sehingga timbulnya bangunan-bangunan liar secara tergesa-gesa tanpa memperhatikan aspek sanitasi dan persyaratan lainya secara tidak terkendali berkembang ke arah kehidupan yang kurang layak. Pada dasarnya tidak ada masyarakat yang rela hidup di pinggir kali, masyarakat sadar bahwa daerah-daerah itu bukanlah tempat pemukiman yang lauak bagi kehidupannya. Masyarakat Kali Code terpaksa menerima nasib hidup yang demikian karena tidak ada jalan lain. Masyarakat mengadu nasib dan untuk itulah masyarakat bekerja keras mulai hidup dari bawah, tidak peduli apapun tempat tinggalnya, pekerjaanya dan pergaulan hidupnya sehari-hari. Desakan kesulitan hidup di desanya memaksa masyarakat mengadu untung di kota. Arus penduduk ke kota tidak akan mereda karena adanya berbagai kebutuhan
dan
kepentingan
yang
menyebabkan
masyarakat
harus
mendapatkannya di kota. Meningkatnya masyarakat ke kota juga akan meningkatkan kebutuhan pelayanan dan penyediaan fasilitas yang mendasar bagi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
masyarakat. Ditambah dengan biaya hidup berada di kota yang semakin besar dari pada di desa. Maka dari itu, masyarakat perkampungan Kali Code berusaha untuk meningkatkan kehidupannya. Rasionalisasi yang ditetapkan Pemerintah Kota Yogyakarta yang juga dipelopori oleh Y.B Mangunwijaya meliputi tiga hal yaitu manusia, ekonomi, dan lingkungan. Pertama, Manusia dalam hal ini adalah masyarakat Kali Code sebagai masyarakat yang memiliki kepribadian dan kemandirian dalam kehidupannya. Kedua, ekonomi adalah adanya peningkatan kehidupan ekonomi masyarakat melalui berbagai pembinaan kepda masyarakat Kali Code. Ketiga, lingkungan dengan mewujudkan lingkungan perkampungan Kali Code menjadi rapi dan teratur. Rasionalisasi tersebut telah membuat perubahan di dalam masyarakat Kali Code. Perubahan di perkampungan kali Code tidak hanya pada perubahan fisik, melainkan juga perubahan kehidupan sosial budaya masyarakat. Perubahan itu dapat dilihat dari bangunan rumah masyarakat yang semula terbuat dari seng, dan bambu. Perubahan juga terjadi dalam kehidupan sosial yang awalnya meliputi pola kepemimpinan yang dipimpin oleh seorang yang dituakan dan berkarisma berubah sesuai dengan otoritas pemerintahan yang dipimpin oleh ketua RT. Kehidupan ekonomi masyarakat juga mengalami perubahan yang semula memiliki pekerjaan menyimpang seperti perampok, pencopet, pemulung menjadi pedagang, tukang parkir dan karyawan toko. Masyarakat Kali Code semakin menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi yang diupayakan melalui berbagai program tidak secara langsung dapat menyelesaikan permasalahan sosial ekonomi yang dihadapi. Dibutuhkan suatu proses transformasi dalam hubungan sosial, ekonomi, budaya dan politik masyarakat. Perubahan struktur yang diharapkan adalah proses yang berlangsung secara alamiah, yaitu siapa yang menghasilkan harus menikmati, begitu pula sebaliknya yang menikmati haruslah yang menghasilkan. Proses ini diarahkan agar setiap upaya pemberdayaan masyarakat dapat meningkatkan kapasitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
masyarakat (capacity building), karena proses transformasi harus digerakkan oleh masyarakat sendiri (Sumadiningrat,1999). Yayasan Pondok Rakyat mengembangkan kegiatan sosial ekonomi rakyat Kali Code dengan memprioritaskan kegiatan melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia dan permodalan melalui kegiatan pelatihan. Pendekatan yang dilakukan yaitu dengan pendekatan kelompok dalam usaha bersama, yang dilakukan secara bertahap, terus menerus dan terpadu yang didasarkan pada kemandirian yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong masyarakat Kali Code sendiri. Menerima penghargaaan The Aga Khan Award pada tahun 1992 yaitu sebuah penghargaan arsitektural yang digagas oleh Aga Khan IV pada tahun 1977. Penghargaan Aga Khan ditujukan untuk menandai dan menghargai konsep arsitektural yang mewadahi dalam jalur rancangan kontemporer, pemukiman, pengembangan dan peningkatan lingkungan, restorasi, konservasi area dan pengembangan lingkungan. Aga Khan Award adalah sebuah penghargaan yang menilai dari segi bangunan, masyarakat sekitar, termasuk tim perancang, dan semua pihak yang terlibat di dalam pembangunan tersebut. Aga Khan Award adalah sebuah penghargaan yang berarti untuk masyarakat perkampungan Kali Code, perkampungan yang sebelumnya terkenal dengan sebutan perkampungan kumuh mendapatkan sebuah penghargaan Internasional. Berdasarkan keistimewaan dari perubahan-perubahan yang terjadi di Kali Code, maka perlu adanya penelitian mengenai perubahan kondisi sosial budaya masyarakat perkampungan Kali Code. Perkampungan yang sebelumnya dikenal
sangat baik dari masyarakat sekitarnya, bahkan mendapatkan penghargaan internasional. Masyarakat Kali Code juga dapat merubah sebuah perkampungan kumuh di sebuah bantaran sungai yang biasanya terkenal dengan masyarakat pinggir kali menjadi sebuah perkampungan yang bersih, rapi dan mempunyai nilai artistik dengan berbagai hiasan di setiap dinding rumah. Perubahan kehidupan masyarakat yang meliputi kehidupan sosial budaya masyarakat juga mengalami
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
perubahan mulai dari mata pencaharian, pendidikan, otoritas pemerintahan serta sikap hidup masyarakat juga mengalami perubahan. Hal-hal tersebut diatas pada gilirannya telah menyebabkan terjadinya perubahan di dalam masyarakat Kali Code Yogyakarta, baik dalam bidang Sosial, budaya masyarakat, termasuk perkembangan fisik daerah setempat. Dalam perubahan itu tampak adanya dinamika yang menunjukan aktivitas dan peranan dari masyarakat setempat dan seorang tokoh yang bernama Y.B Mangunwijaya atau Romo Mangun. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai perubahan sosial budaya masyarakat Kali Code Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Kali Code Tahun 1980-
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sejarah berdirinya masyarakat perkampungan Kali Code Yogyakarta? 2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial budaya masyarakat Kali Code tahun 1980-1992 ? 3. Bagaimana perubahan yang terjadi di dalam masyarakat Kali Code tahun 1980-1992?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui sejarah berdirinya masyarakat perkampungan Kali Code Yogyakarta 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial budaya masyarakat Kali Code tahun 1980-1992
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
3. Mengetahui perubahan yang terjadi di dalam masyarakat Kali Code tahun 1980-1992
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian tentang perubahan sosial budaya masyarakat Kali Code adalah: 1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya tentang perubahan sosial budaya masyarakat Kali Code tahun 1980-1992 2. Sebagai salah satu karya ilmiah yang diharapkan dapat melengkapi koleksi penelitian ilmiah di perpustakaan khususnya di lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Berguna bagi generasi muda pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya agar dapat mengambil hikmah dari peristiwa perubahan sosial budaya yang terjadi di dalam masyarakat Kali Code tahun 1980-1992. 4. Memberikan sumbangan bagi dunia ilmu pengetahuan khususnya tentang perubahan sosial budaya masyarakat Kali Code tahun 1980-1992 5. Sebagai bahan referensi bagi pemecahan masalah yang relevan dengan masalah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI
A.Tinjauan Pustaka 1. Perubahan sosial Perubahan masyarakat pada abad ke 20 disebabkan oleh kemajuan teknologi, yaitu kemajuan ilmu pengetahuan manusia. Kemajuan teknologi tidak hanya hasil modifikasi ilmu pengetahuan tetapi mampu mengubah manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. Salah satu bentuk perubahan adalah perubahan pada tataran norma dan proses pembentukan norma-norma baru, yang merupakan inti usaha manusia dalam mempertahankan status sebagai mahkluk sosial. Perubahan dapat menjadi suatu proses perpecahan dalam banyak bidang, sehingga ada usaha untuk mengembalikan tatanan yang telah berubah sebelumnya menjadi sebuah tatanan baru, yang lebih relevan dengan berbagai kebutuhan masyarakat yang terbaru (Susanto,1983). Semua perubahan yang sifatnya multi kompleks akan berakhir dalam kondisi yang mengubah suatu tatanan baru, sebab kemampuan manusia menerima berbagai bentuk perubahan juga berbeda. Perubahan akan mengubah nilai-nilai baru namun tidak menutup kemungkinan ada individu yang tenggelam dalam arus perubahan tanpa mampu melakukan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi (Susanto,1983). a. Diskripsi Perubahan Perubahan didefinisikan sebagai suatu proses yang mengakibatkan keadaan sekarang berbeda dengan keadaan sebelumnya dan perubahan dapat berupa kemunduran dan kemajuan. Masyarakat salah satunya didefinisikan sebagai wadah dimana individu saling berhubungan dengan hukum dan budaya untuk mencapai tujuan tertentu secara bersama-sama. Perubahan dalam masyarakat secara umum menyangkut perubahan pada elemen-elemen yang
commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
terdapat di dalam masyarakat, baik pada sistem nilai, struktur atau sistem perilakunya (Syani,1995). Dalam bahasa lain, proses perubahan masyarakat pada dasarnya merupakan perubahan pola perilaku kehidupan dari seluruh normanorma sosial yang lama menjadi pola perilaku dan norma sosial yang baru secara seimbang, berkemajuan dan berkesinambungan. Konsekuensinya adalah pola-pola kehidupan masyarakat lama yang dianggap sudah usang diganti dengan pola-pola kehidupan baru yang sesuai dengan kebutuhan yang paling kontemporer. Perubahan adalah variasi atau modifikasi dalam setiap aspek proses, pola, bentuk sosial serta setiap modifikasi pola antara hubungan yang mapan dan mempunyai perilaku. Perubahan sosial terjadi pada berbagai tingkat kehidupan manusia, mulai dari tingkat individu hingga kolektivitas individu. Perubahan mencakup berbagai aspek yang terjadi pada setiap tingkat perubahan. Perubahan sosial hanya dapat dipelajari pada satu tingkat tertentu dengan menggunakan berbagai kawasan studi dan berbagai satuan analisis. Pada tingkat analisis perubahan sosial pada masyarakat akan mewakili kawasan studi pada sistem stratifikasi, struktur, demografi dan wakil unit studinya pada pendapatan, kekuasaan, peranan sampai tingkat patologi (Leurer,2001). Ada dua rumusan dalam perubahan sosial yaitu pertama sebagai perbedaan keadaan pada masyarakat. Rumusan yang kedua sebagai proses perkembangan unsur sosial budaya masyarakat dari waktu ke waktu yang membawa perbedaan yang berarti dalam struktur dan fungsi masyarakat. Kedua rumusan tersebut dibangun atas adanya perubahan yang berbeda yang terdapat pada setiap unsur budaya, titik tolak tujuan dan kontinum waktu yang diambil dari titik memulai sampai titik tujuan (Hendropuspito,1989) Soekanto (2006) berpendapat bahwa setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan. Perubahan bagi masyarakat yang bersangkutan maupun bagi orang luar yang menelaahnya dapat berupa perubahan-perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula perubahan-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
perubahan yang lambat sekali, tetapi ada juga yang berjalan cepat. Perubahan bisa berkaitan dengan:1) Nilai-nilai sosial; 2) Pola perilaku; 3) Organisasi; 4) Lembaga Kemasyarakatan; 5) Lapisan masyarakat; 6) Kekuasaan, Wewenang dan lain-lain. Perubahan sosial dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu perubahan yang disengaja dan yang tidak disengaja (intended dan Unintended change). Perubahan sosial yang disengaja adalah perubahan yang telah diketahui dan direncanakan sebelumnya oleh para anggota masyarakat yang berperan sebagai pelopor perubahan. Sedangkan perubahan sosial yang tidak direncanakan adalah perubahan yang terjadi tanpa diketahui atau direncanakan sebelumnya oleh anggota masyarakat (Soemardjan,1991). Perubahan sosial tidak hanya diartikan sebagai suatu kemajuan atau progress tetapi dapat berupa suatu kemunduran (regress). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Soekanto (mengutip simpulan Soemardjan,1991) bahwa perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, termasuk di dalamnya nilai-nilai sikap, pola perilaku antara kelompok dalam masyarakat. Tekanan definisi tersebut terletak pada lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia, yang kemudian mempengaruhi segi struktur masyarakat. Jadi perubahan sosial dapat terjadi karena perbedaan keadaan di antara sistem-sistem sosial dalam sebuah masyarakat (2006: 263). Sedangkan mengenai konsep dasar perubahan sosial, Sztompka
(2007: 34). Sedangkan menurut Soekanto (mengutip Leurer,1989) bahwa perubahan sosial adalah perubahan-perubahan dalam hubungan sosial (social relationships) atau perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) dalam (2006: 263).
commit to user
hubungan sosial
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Setiap perubahan sosial yang ditempatkan sebagai realitas sosial maupun tidak akan menyentuh tiga aspek unsur dasar yaitu manusia, waktu, dan tempat. Dengan kata lain, setiap perubahan digerakkan oleh manusia, dalam unit waktu dan lingkungan tertentu. Konsekuensinya adalah setiap kajian perubahan tidak dapat mengabaikan aspek manusia, waktu dan tempat. b. Proses Perubahan Mengenai proses perubahan sosial, Berthan (1980) menyatakan bahwa
penyebarluasan gagasan, ide-ide, keyakinan maupun hasil-hasil budaya yang
suatu proses yang menyebarluaskan ciri khas suatu kebudayaan. Baik hasil dari suatu perubahan atau menjadi awal dari perubahan. Proses penyebarluasan berbagai perubahan dipengaruhi oleh inovasi, komunikasi, sistem sosial dan waktu. Proses penyebarluasan perubahan terkait dengan hal-hal seperti dibawah ini antara lain: 1). Inovasi yaitu suatu ide baru, yang merupakan hasil ciptaan manusia baik hasil ciptaan baru maupun hasil ciptaan yang sudah lama. 2). Komunikasi yaitu interaksi yang berlangsung sewaktu orang yang satu mengkomunikasikan dan melontarkan suatu ide baru kepada yang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. 3). Sistem sosial yaitu individu bertindak dalam inovasi tertentu. 4). Unsur waktu yaitu berkaitan kemampuan seseorang untuk menerima inovasi baru dengan mudah (Rogers & Shoemacher,1971). Dalam proses perubahan di dalam masyarakat tidak selalu berjalan dengan lancar karena ada hambatan-hambatan yang terjadi dalam masyarakat. Setiap perubahan akan terkait dengan penerimaan masyarakat terhadap ide perubahan itu sendiri. Individu mengalami proses penerimaan yang berupa tahap-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
tahap tertentu yaitu penyadaran saat seseorang mengetahui adanya inovasi dan pemahaman tentang bagaimana inovasi itu berfungsi. Selanjutnya adalah persuasi yaitu tahap seseorang berkenan atau tidak dengan inovasi baru yang membawa pilihan untuk menerima atau menolak inovasi sehingga pada akhirnya individu harus menginformasikan dengan berbagai rasionalisasi keputusan yang diambil dari proses perubahan. c. Faktor- faktor penyebab perubahan Sebuah ide perubahan dalam masyarakat akan memberikan respon yang berbeda. Masyarakat pada umumnya ada yang menentang setiap ide perubahan, menentang tipe-tipe perubahan tertentu saja atau sudah puas dengan keadaan yang ada dengan beranggapan bahwa sumber perubahan tersebut tidak tepat (Taneko,1900). Berbagai respon masyarakat terhadap perubahan disebabkan oleh adanya kekuatan yang bersaing dalam masyarakat yang sudah mapan kondisinya. Perubahan di dalam masyarakat bersifat kompleks sehingga akan sulit dimaknai oleh masyarakat secara luas. Faktor seperti rasa takut terhadap terjadinya kegoyahan pada integritas kebudayaan yang ada, terutama individu-individu yang ada di dalam masyarakat akan mempengaruhi respon masyarakat. Masyarakat yang sudah mempunyai investigasi sosial yang tinggi, baik berupa status, penghargaan atau nilai-nilai yang meletakkan pada posisi terhormat sehingga prasangka yang buruk terhadap hal baru menjadi relevan karena berbagai bentuk kepentingan. Setiap perubahan dalam masyarakat ada penyebabnya, penyebab perubahan menjadi daya gerak dari proses perubahan dalam suatu masyarakat yang datang dari dua sumber yaitu dari dalam dan luar. Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan dari dalam adalah ide, gagasan serta keyakinan, sedangkan faktor yang dari luar seperti usaha yang dilakukan masyarakat sendiri karena tidak puas dengan apa yang terjadi di masyarakat, pengaruh dari masyarakat lain serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Proses perubahan dalam masyarakat dapat menjadi stimulus yaitu adanya daya gerak yang berwujud gagasan, ide, atau keyakinan dan hasil budaya yang bersifat fisik. Menurut Berthan bahwa awal dari perubahan adalah komunikasi, maka proses informasi disampaikan dari individu satu kepada individu yang lain (1980). Komunikasi dan informasi tersebut adalah gagasan, ide-ide, keyakinan maupun hasil budaya yang berupa fisik, sedangkan stimulan yang datang dari luar dipengaruhi oleh perubahan di lingkungan pergaulan dan peradaban yang lain. Menurut Taneko (mengutip pendapat Slamet,2002) bahwa kekuatan yang mempengaruhi perubahan antara lain adalah kekuatan pendorong (motivasional forces), keniscayaan di dalam masyarakat, dan berbagai metode dan teknologi yang baru. Kekuatan pendorong (motivasional forces) adalah sebuah kekuatan yang terdapat dalam masyarakat dan bersifat mendorong manusia untuk berubah. Tanpa adanya kekuatan pendorong manusia akan mempunyai keengganan untuk berubah. Kekuatan pendorong berasal dari segala aspek situasi yang merangsang kemauan untuk melakukan perubahan dan kekuatan. Kekuatan pendorong berasal dari: 1). Ketidakpuasan terhadap situasi yang ada, karena keinginan untuk mendapatkan situasi yang lain. 2). Adanya pengetahuan tentang perbedaan antara yang ada dan yang seharusnya bisa ada 3). Adanya tekanan dari luar seperti kompetisi atau keharusan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar 4). Kebutuhan dari dalam masyarakat untuk mencapai efesiensi dan peningkatan, misalnya produktifitas (1990). Kekuatan dari faktor pendorong perubahan dalam masyarakat dapat berupa usaha dari masyarakat sendiri untuk melakukan perubahan atau perubahan merupakan keniscayaan di dalam masyarakat. Perubahan yang merupakan keniscayaan dalam masyarakat berawal dari situasi dalam masyarakat yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
menghasilkan ketidakpuasan terhadap keadaan yang sekarang. Kondisi tersebut disebabkan nilai-nilai, norma-norma sosial, pengetahuan dan teknologi yang sekarang dianggap tidak sesuai lagi dengan tuntutan kehidupan masyarakat atau karena dianggap tidak mampu memenuhi berbagai kepentingan yang semakin kompleks dan serba tidak terbatas. Dalam kondisi seperti ini, masyarakat cepat atau lambat akan berubah untuk mencari formulasi baru terkait dengan berbagai kebutuhan baru. Kebutuhan baru akan didukung dengan fakta bahwa masyarakat menemukan berbagai metode dan teknologi atau sarana baru yang dianggap sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa yang akan datang. Berbagai hal yang sifatnya baru pada akhirnya menjadi penyebab terganggunya keseimbangan atau tidak adanya sinkronisasi. Terganggunya keseimbangan dengan sendirinya akan mengakibatkan ketegangan dalam tubuh masyarakat. Secara umum, ketegangan yang terjadi di masyarakat karena perpaduan antara penemuan baru (invention) dengan pertumbuhan penduduk (population) dan kebudayaan (culture). Faktor penemuan baru adalah hasil gagasan baru yang merupakan rangkaian penciptaan individu dalam masyarakat dengan bersandar pada tujuan dan kehendak tertentu. Sedangkan penemuan terbaru merupakan hasil ciptaan dari sebuah proses sebelumnya yaitu penemuan dari suatu unsur baru, yang diciptakan oleh individu dalam masyarakat (discovery). Penemuan baru dalam bentuk immaterial yaitu berupa pola ekonomi baru, yang dihasilkan dari proses interaksi dengan budaya lain atau karakter budaya yang berbeda dengan karakter budaya pada waktu sebelum terjadi perubahan. Sedangkan bentuk material yang termanifestasi dalam bentuk benda, akan terkait dengan nilai guna dalam kehidupan masyarakat. Beberapa faktor pendorong terhadap individu dalam usaha mencari penemuan baru yaitu: a) Kesadaran
dari
orang
perorangan
akan
kekurangan
kebudayaanya b) Kualitas dari para ahli dalam suatu kebudayaan c) Adanya perangsang bagi aktivitas penciptaan dalam masyarakat.
commit to user
dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Perubahan masyarakat yang disebabkan oleh faktor pertumbuhan penduduk yaitu perubahan masyarakat yang disebabkan oleh pertumbuhan dan berkurangnya penduduk daerah tertentu. Pertumbuhan penduduk disebabkan oleh adanya faktor yang membuat suatu wilayah mempunyai daya tarik secara ekonomis dan geografis yang berdampak pada masuknya individu ke dalam suatu lingkup masyarakat yang mempunyai suatu karakter kebudayaan. Konsekuensi adanya proses tarik ulur antar karakter kebudayaan pada individu dalam masyarakat maka berdampak pada kompleksnya masyarakat dengan berbagai latar belakang sosial budaya yang berbeda-beda yang dapat merubah masyarakat pada perilaku dan pola hubungan sosial yang individualis. Perubahan pada akhirnya mampu meluas ke berbagai fragmen dalam masyarakat, baik fragmen hukum, sosial dan politik. Perubahan yang diakibatkan oleh pertumbuhan masyarakat, dapat mendorong perubahan pada bentuk dan hubungan sosial-kemasyarakatan (Sumodiningrat,1999). d. Tipe-tipe perubahan Studi mengenai perubahan fungsi sosial dalam masyarakat, tidak dapat mengabaikan tentang perubahan pada dimensi struktur masyarakat yang bersangkutan karena masyarakat menjalankan fungsi selalu dalam struktur yang sudah ada. Struktur sosial memilih aspek yang statis, hendaknya struktur sosial tidak digambarkan sebagai sesuatu yang kaku. Struktur sosial merupakan suatu komposisi dari semua unsur kemasyarakatan yang dikoordinasikan sehingga seluruh unsur dapat menjalankan fungsinya yang telah ditentukan dan menghasilkan jasa yang diinginkan. Unsur dalam struktur sosial adalah sistem yang menempatkan warga masyarakat menurut status sosial dan peranan yang sesuai, pola-pola kelakuan sosial, sistem nilai budaya yang menuntut jenjang hirarki nilai yang berlaku bagi satuan budaya. Pada dasarnya berbagai tuntutan perubahan diusahakan untuk berjalan relatif stabil walaupun perubahan itu bersifat dinamis. Perubahan yang terjadi di dalam masyarakat yaitu perubahan struktur. Perubahan tersebut meliputi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
pergeseran cara pandang individu terhadap struktur yang ada dalam masyarakat. Di samping juga menurunya kemampuan struktur untuk mempertahankan nilai guna pada masa silam karena harus dihadapkan pada dinamika tuntutan dan dinamika masyarakat. Perubahan pada pola kelakuan ketika struktur mengalami pergeseran maka berbagai bentuk aktivitas yang menyertainya mengalami perubahan sesuai dengan berbagai kelakuan baru dan relevan dengan perubahan yang terjadi. Perubahan pada pola kelakuan juga akan menimpa nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Struktur, pola kelakuan dan nilai adalah unsur yang mutlak ada dalam suatu masyarakat. Dinamika yang dialami oleh nilai-nilai sosial akan menghasilkan pola kelakuan yang berbeda dan pada akhirnya dinamika akan mampu mendinamisir struktur yang ada, selama struktur tidak mampu mengadopsi berbagai hal yang dinamis (Hendropuspito,1989). Ada beberapa jenis perubahan sosial, menurut Susanto jenis perubahan sosial berupa evolusi sosial, mobilitas sosial, dan revolusi sosial. Pertama, yaitu evolusi sosial merupakan perkembangan gradual karena adanya kerjasama harmonis antar manusia dengan lingkunganya, dalam bentuk evolusi kosmis, evolusi organis dan evolusi mental. Evolusi mental merupakan akibat dari adanya perubahan teknologi (technical change) dan (culture change)
perubahan
kebudayaan (1999). Perubahan mempunyai kecepatan tidak sama karena interdependensi dan relasi antara bagian yang berubah dengan yang tidak berubah. Kecepatan dari perubahan akan menyinggung kemampuan masyarakat dalam mengelaborasi perubahan dalam sistem (adaptif) atau kemudian melakukan penolakan terhadap perubahan yang sedang berjalan (non adaptif) dan kemampuan untuk mengadaptasi perubahan tergantung pada elemen-elemen tertentu, yang terdapat di dalam masyarakat. Menurut Bogardus (2004) bahwa kemampuan untuk beradabtasi dicapai melalui:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
1). Perubahan dari teknologi yang ada dan punya nilai guna dalam masyarakat. 2). Pengisian waktu luang yang dilakukan oleh individu- individu. 3). Derajat pendidikan yang diperoleh anggota-anggota masyarakat. 4). Aktivitas dalam masyarakat. 5). Suasana rumah tangga. 6). Agama. Mobilitas sosial adalah penyesuaian diri dengan keadaan yang disebabkan adanya dorongan oleh keinginan manusia yang hidup dalam keadaan lebih baik, serta pemanfaatan dari penemuan-penemuan baru. Pada umumnya gerakan sosial terbentuk apabila ada konsep dalam mobilitas sosial tetapi tidak mempunyai strategi yang jelas. Hal ini akan sangat terasa pada prosesi mobilitas yang berlangsung dalam waktu yang relatif lama dan membawa implikasi pada perubahan kepribadian di tingkat individu yang parah, ketidakstabilan dalam masyarakat, adanya rangsangan dari pada perubahan yang nyata yang disebabkan oleh perubahan yang menjadi slogan atau rangsangan yang tidak diwujudkan. Perubahan secara cepat (revolusi) dalam suatu masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor disorganisasi dan reorganisasi. Faktor disorganisasi lebih besar daripada faktor reorganisasi atau faktor-faktor adaptif lebih kecil daripada faktor nonadaptif. Revolusi sosial terjadi apabila terdapat suatu kegagalan dalam proses evolusi, tahapan puncak revolusi berangkat dari kebutuhan akan harapan-harapan yang berubah. Pada revolusi sosial, terdapat beberapa gejala yang digunakan sebagai indikator untuk melihat kemungkinan terjadinya revolusi. Indikatornya antara lain, berupa frustasi sosial dan peningkatan aktivitas politik (Susanto,1999). Perubahan sosial adalah proses perkembangan unsur sosial budaya masyarakat dari waktu ke waktu yang membawa perbedaan yang berarti dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
struktur dan fungsi masyaraka. Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan dari dalam adalah ide, gagasan serta keyakinan, sedangkan faktor yang dari luar seperti usaha yang dilakukan masyarakat sendiri karena tidak puas dengan apa yang terjadi di masyarakat, pengaruh dari masyarakat lain serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Awal dari perubahan adalah komunikasi, maka proses informasi disampaikan dari individu satu kepada individu yang lain. Suatu perubahan dapat berupa kemajuan dan dapat pula suatu kemunduran. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Kali Code adalah perubahan yang mencakup tiga unsur dasar yaitu manusia, waktu dan tempat. Perubahan yang dapat mengubah suatu tatanan baru yaitu pada perilaku masyarakat, pendidikan dan mata pencaharian masyarakat yang berubah secara seimbang, berkemajuan dan berkesinambungan. Bentuk perubahan yang terjadi adalah perbahan yang disengaja karena telah diketahui dan direncanakan oleh para anggota masyarakat yang berperan sebagai pelopor.
2. Perubahan Budaya Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang berarti sebagai hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Akal adalah kemampuan pikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki manusia. Berpikir adalah perbuatan operasional yang mendorong untuk aktif berbuat demi kepentingan. Fungsi akal adalah untuk berfikir, kemampuan berfikir manusia mempunyai fungsi mengingat kembali apa yang telah diketahui sebagai tugas dasarnya untuk memecahkan masalah dan akhirnya membentuk tingkah laku. Budi adalah akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan. Budi diartikan sebagai batin manusia, panduan akal dan perasaan yang dapat menimbang baik dan buruknya segala sesuatu. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yang berarti mengolah atau mengerjakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Kebudayaan diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture dalam bahasa Indonesia. Menurut Koentjaraningrat (2002), ada dua katagori pengertian budaya yaitu (a) dalam arti sempit yaitu merupakan karya dan hasil karya manusia yang memenuhi hasrat akan keindahan, (b) dalam arti universal yaitu semua kegiatan manusia atau seluruh total pikiran hasil karya manusia yang tidak berakar pada nalurinya sehingga hanya bisa dicetuskan melalui proses belajar. Jadi budaya dapat diartikan sebagai ide-ide, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari hasil karya manusia. Sistem kebudayaan meliputi religi atau agama, orang atau kemasyarakatan, pengetahuan, bahasa, kesenian, mata pencaharian hidup serta teknologi dan peralatan. Berdasarkan konsep di atas, dapat disimpulkan karya manusia yang memenuhi hasrat keindahan adalah kelestarian budaya suatu komunitas sangat tergantung pada usaha individu membawa atau mengembangkan suatu kebudayaan. Budaya dapat ditularkan melalui komunikasi antara bahasa satu dengan bahasa yang lain oleh orang atau masyarakat penggunanya. Budaya dapat dilestarikan melalui pembelajaran bahasa karena bahasa merupakan satu kesatuan sistem dalam budaya. Masyarakat adalah individu yang hidup bersama-sama dan menghasilkan kebudayaan. Dalam masyarakat selalu memiliki kebudayaan dan sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa adanya masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya. Dalam masyarakat kebudayaan akan dikonstruksikan secara terus menerus, dengan mencari relevansinya dengan berbagai kebutuhan yang ada dan berkembang dalam masyarakat. Gambaran tentang arti pentingnya kebudayaan dalam masyarakat ditegaskan oleh Melville J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski yang merumuskan pengertian Cultural determinism sebagai segala sesuatu yang terdapat didalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
dimiliki
oleh
masyarakat
tersebut
(http://duniabaca.com/definisi-budaya-
pengertian-kebudayaa.html#definisi.12 Januari 2012) Sedangkan Taylor mengartikan kebudayaan sebagai sesuatu hal yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kebiasaan yang didapatkan oleh individu sebagai anggota masyarakat. Jadi, kebudayaan mencakup keseluruhan dari apa yang didapatkan dan dipelajari oleh individu-individu dalam masyarakat (1974). Kebudayaan diletakkan di atas unsur-unsur pokok dari kebudayaan yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan sistem politik. Malinowski bahkan menambahkan unsur-unsur pokok dalam setiap keadaan, yang berupa: a. Sistem norma yang memungkinkan kerjasama antara para anggota masyarakat agar masyarakat menguasai alam sekelilingnya. b. Organisasi ekonomi c. Alat-alat dan lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan, lembaga-lembaga keluarga menjadi salah satu yang utama. d. Organisasi kekuasaan Sedangkan Kluckhon (1952) menambahkan konsepsi kebudayaan dengan mengajukan kajian tentang Universal Catagories of Culture sebagai unsur kebudayaan yang mutlak ada pada setiap bingkai kebudayaan masyarakat. Tujuh unsur kebudayaan yang ada dan dianggap sebagai Cultural Universal, yaitu: 1). Peralatan dan perlengkapan hidup manusia 2). Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi 3). Sistem kemasyarakatan 4). Bahasa 5). Kesenian 6). Sistem pengetahuan 7). Sistem kepercayaan Unsur-unsur kebudayaan tetap dipertahankan oleh masyarakat selama unsur-unsur tersebut masih mempunyai kegunaan untuk masyarakat dan mampu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
memenuhi berbagai kebutuhan yang ada dan berkembang di masyarakat. Apabila kemampuan unsur-unsur yang ada sudah tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat maka sistem dalam masyarakat akan menciptakan hal baru untuk memenuhi kebutuhan yang ada (Soekanto,1986). Setiap masyarakat mempunyai identitas kebudayaan, dan kebudayaan sesuai dengan karakter masyarakat sehingga ada kejelasan bahwa setiap masyarakat pada kurun waktu tertentu akan melahirkan berbagai bentuk kebudayaan yang berbeda-beda. Setiap bingkai masyarakat akan mempunyai kerangka nilai yang berbeda. Titik tolak dari pembahasan ini adalah tentang pola dan proses perubahan yang menempatkan subyek sebagai pengambil keputusan dalam berbagai interaksi. Pengambilan keputusan merupakan proses memilih suatu rangkaian tindakan dari dua atau lebih alternatif. Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan faktafakta dan data, penentuan dari alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang paling tepat dan cepat. Tindakan untuk melakukan perubahan diambil melalui suatu keputusan dan keputusan diambil untuk dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan yang ditentukan. Oleh karena itu terdapat kekuatan yang selalu mempengaruhi suatu keputusan yang diambil yaitu: 1). Dinamika Individu Dinamika individu berkaitan dengan sikap dan tingkah laku yang dilakukan seseorang dalam keadaan tertentu. Sikap dan tingkah laku dapat diketahui melalui pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri. Pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri biasanya merupakan sintesis dari aspirasi, pendidikan, pengalaman dan penilaian orang sekelilingnya terhadap dirinya sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
2). Dinamika Lingkungan Semua kondisi dan pengaruh yang mengelilingi dan memengaruhi suatu keputusan termasuk ke dalam kategori lingkungan. Setiap keputusan mempunyai lingkungan sendiri yang khas. Dalam arti semua keputusan harus taat pada tekanan-tekanan yang bersumber dari lingkungan. Suatu harapan bahwa keputusan yang diambil dapat merubah lingkungan sebagai sebuah kekuatan yang memengaruhi proses dan teknik pengambilan keputusan yang ada di masyarakat. Pengambilan keputusan didasarkan pada satu skala prioritas yang rapi dan berencana. Keputusan yang penting merupakan suatu sumber yang menimbulkan reaksi berantai dan diikuti oleh keputusan-keputusan lain. Dengan perkataan lain bahwa suatu keputusan merupakan suatu titik dalam mata rantai waktu. Sekali keputusan diambil, segera timbul perubahan dalam lingkungan keputusan tersebut. Tindakan mempunyai arti atau bermakna, tindakan yang bermakna dan penuh arti dapat ditemukan dalam paradigma definisi sosial (Sosial Definition Paradigm). Tindakan individu yang mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya sendiri dan bisa diarahkan kepada orang lain. Tindakan dapat bersifat membatin atau bersifat subjektif yang terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu. Dapat juga merupakan tindakan perulangan dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa. Berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu. Dalam mempelajari tindakan sosial adalah dengan metode penafsiran dan pemahaman, yang menurut terminologi Weber adalah verstehen, yaitu suatu upaya untuk menginsterprestasikan tindakan si aktor dengan memahami motif dan tindakan yang dilakukanya. Salah satu teori yang sepenuhnya berawal dari karya Weber adalah teori aksi (Action Teory). Asumsi-asumsi fundamental dari teori ini sebagaimana dikemukakan oleh Hinkle dengan merujuk pada karya Mac Iver, Znaniecki dan Parsons sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
a). Tindakan manusia muncul dari kesadaranya sendiri sebagai subjek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai objek. b). Sebagai objek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan tertentu. c). Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur,metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut d). Kelangsungan tindakan manusia hanya dapat diubah dengan sendirinya e). Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan, sedang dan yang telah dilakukan. f). Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan timbul pada saat pengambilan keputusan g). Studi mengenai hubungan sosial memerlukan pemakaian teknik penemuan yang bersifat subyektif seperti metode verstehen, imajinasi, (vivarious experience) seakan-akan mengalami sendiri (Ritzer, 1992). Menurut Cooley, sesuatu yang mempunyai arti penting dalam kehidupan
ini merupakan pengakuan terhadap sikap aktif dan kreatif individu. Selain kesadaran
subjektif,
perasaan-perasaan
individual,
sentimen
dan
ide-ide
merupakan faktor-faktor yang mendorong manusia untuk berinisiatif atau mengakhiri tindakanya terhadap orang lain (Mulyana,2001). Sedangkan
menurut
Parsons
(seorang
pengikut
Weber
yang
mengembangkan teori aksi) dijelaskan bahwa teori aksi tidak dapat menerangkan keseluruhan aspek kehidupan sosial. Parsons menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut: a). Adanya individu sebagai aktor b). Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan- tujuan tertentu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
c). Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuan d). Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh individu e). Aktor berada di bawah kendala dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan (Ritzer,1992). Aktor mengejar tujuan dalam situasi saat norma-norma mengarahkan dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan. Norma-norma tidak menetapkan pilihan terhadap cara atau alat tetapi ditentukan oleh kemampuan voluntarism Volunterism adalah kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang bersedia dalam rangka mencapai tujuan. Berbagai tujuan yang hendak dicapai, kondisi serta norma serta situasi penting yang semua membatasi kebebasan aktor. Dalam hal ini, aktor adalah manusia yang aktif, kreatif dan evaluatif. Perubahan budaya adalah suatu proses yang mengakibatkan keadaan sekarang berbeda dengan keadaan sebelumnya dan perubahan ini berupa ide-ide, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari hasil karya manusia. Sistem kebudayaan meliputi religi atau agama, orang atau kemasyarakatan, pengetahuan, bahasa, kesenian, mata pencaharian hidup serta teknologi dan peralatan yang dapat kearah kemunduran maupun kemajuan. Perubahan budaya pada masyarakat Kali Code adalah perubahan yang ditunjukan dari tindakan individu yang mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya sendiri dan bisa diarahkan kepada orang lain munuju ke arah yang lebih baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
3. Masyarakat
sistematis antara lembaga-lembaga, kesopanan sosial dengan cita-cita, semuanya merupakan kesatuan dari prosesSummer berpendapat masyarakat merupakan proses saling mempengaruhi antara kebutuhan-kebutuhan
pribadi
dengan
unsur-unsur
kehidupan
bersama.
Masyarakat merupakan suatu realitas sosial yang terdiri dari in-group dan outgroup atau we-group dan other-group (Nasution, 1983 : 52). Menurut Soekanto (2
community adalah masyarakat yang
tinggal di suatu wilayah (geografis) dengan batas-batas tertentu, faktor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar di antara anggota dibandingkan dengan interaksi dengan penduduk di luar bata Masyarakat merupakan obyek studi dari disiplin ilmu sosiologi, oleh karena itu masyarakat tidak hanya dipandang sebagai suatu kumpulan individuindividu, melainkan suatu pergaulan hidup karena mereka cenderung hidup bersama-sama dalam jangka waktu yang cukup lama. Beberapa ahli sependapat
dipandang sebagai suatu kumpulan individu atau penjumlahan dari individuindividu. Masyarakat merupakan suatu sistem yang terbentuk karena hubungan dari anggotanya. Dengan perkataan lain, masyarakat adalah suatu sistem yang terwujud dari kehidupan bersama manusia, yang biasa disebut dengan sistem
Suatu pergaulan hidup manusia dalam masyarakat akan membentuk ciriciri masyarakat. Masyarakat mempunyai ciri-ciri pokok yang akan menegaskan
kedua, bergaul selama jangka waktu cukup lama; ketiga adanya kesadaran, bahwa setiap manusia m Sedangkan menurut pernyataan Ahmadi (mengutip simpulan L. Gillin & P.Gillin, 1990) bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang tersebar dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama (1990: 220). Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil. Masyarakat adalah kelompok manusia yang telah hidup dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan mengaggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu (Ahmadi,1990). Masyarakat timbul dari setiap kumpulan individu, yang telah lama hidup dan bekerja sama dalam waktu yang cukup lama. Kelompok manusia yang belum terorganisasi mengalami proses yang fundamental yaitu: (1) adaptasi dan organisasi dari tingkah laku dari para anggota, dan (2) timbul perasaan berkelompok secara lambat laun. Adanya sarana untuk berinteraksi menyebabkan suatu kolektif manusia akan berinteraksi. Tidak semua kesatuan manusia yang bergaul dan berinteraksi merupakan masyarakat, karena suatu masyarakat harus mempunyai satu ikatan lain yang khusus, yaitu tingkah laku yang khas. Ikatan khusus yang membuat satu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat yaitu: 1). Pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupanya dalam batas kesatuan, 2). Pola itu harus bersifat mantap dan kontinyu, atau dengan kata lain pola khas itu sudah menjadi adat-istiadat yang khas 3). Adanya rasa satu identitas di antara para warga atau anggotanya bahwa mereka memang merupakan satu kesatuan khusus yang berbeda dari kesatuankesatuan yang lain (Koentjaraningkrat,1983) Masyarakat adalah suatu perwujudan kehidupan bersama manusia dan berlangsung proses kehidupan sosial. Masyarakat dapat diartikan sebagai wadah atau medan tempat berlangsung kehidupan warga masyarakat. Pendapat Richey Planning for Teaching an Introduction to Education mengartikan masyarakat sebagai suatu kelompok manusia yang hidup bersama di suatu wilayah dengan tata cara berpikir dan bertindak yang relatif. Ada bermacam-macam faktor yang menyebabkan terbentuknya masyarakat yaitu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
mempunyai tempat tinggal tertentu, kumpulan dari beberapa individu. Terjadilah pembedaan-
Koentjaraningrat & Emerson,1982). Penamaan atau penggolongan berdasarkan pada penempatanya.
Kota
besar yang warganya jauh lebih banyak jumlahnya daripada di desa, antar warga masyarakat dan lebih banyak variasinya. Dengan kata lain, lebih heterogen. Kenyataan menunjukkan bahwa di kota-kota besar hidup manusia dari segala tingkat. Dari pejabat-pejabat tinggi negara, pengusaha-pengusaha besar, kaum cerdik pandai, sampai buruh-buruh kecil. Jarak sosial diantara mereka sedemikian rupa, sehingga terbentuklah kelas sosial. Secara umum kelas sosial di dalam masyarakat ini terbagi atas : kelas atas (upper class), kelas menengah (middle class) dan kelas bawah (lower class). Sejarah perkembangan masyarakat adalah sejarah adanya manusia dan peradaban. Jadi, manusia adalah subyek di dalam masyarakat dan masyarakat yang dihubungkan dengan fungsi dan kedudukan manusia di dalam masyarakat. Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup bersama di suatu wilayah dan berlangsung proses kehidupan sosial. Berdasarkan penempatanya masyarakat Kali Code adalah masyarakat kota kelas bawah yang hidup di pinggir Kali Code.
4. Kemiskinan Menurut pendapat Valentina, mengartikan kemiskinan dari segi terpenuhi atau tidaknya dari kebutuhan manusia, kemiskinan dapat dibatasi dari adanya kebutuhan yang terpenuhi (1972). Dengan batasan seperti ini, kemiskinan menjadi relatif maknanya, karena kebutuhan setiap orang tidak sama. Nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat juga menyebabkan perbedaan makna hakiki kemiskinan yang dibatasi dari adanya kebutuhan yang terpenuhi. Miskin di Amerika Serikat tidak sama dengan miskin di India. Meskipun demikian, ada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
pedoman yang mendasar tentang kemiskinan yaitu ketika seorang yang mati karena kebutuhan makanan tidak terpenuhi. Dengan demikian kemiskinan adalah suatu kontinum yang kadarnya dapat diukur dari masing-masing masyarakat. Miskin menurut De Vos adalah suatu keadaan seseorang mengalami kekurangan atau tidak mampu memenuhi tingkat kebutuhan hidup yang paling rendah (1991). Selanjutnya menurut Arsyad, bahwa kemiskinan itu meliputi aspek primer dan aspek sekunder. Aspek primer berupa miskin aset-aset pengetahuan dan keterampilan (1988). Sedangkan aspek sekunder adalah miskin jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi. Dengan demikian menurut Arsyad kemiskinan akan terwujud antara lain dalam bentuk kekurangan gizi dan pendidikan yang relatif rendah. Secara umum Salim, mengemukakan lima karakteristik kemiskinan, kelima karakteristik tersebut yaitu: a. penduduk miskin tidak memiliki faktor produksi sendiri b. tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri c. tingkat pendidikan pada umumnya rendah d. banyak diantara mereka yang tidak memiliki fasilitas apapun e. banyak diantara mereka relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan yang memadai (1997). Kemiskinan sebagai keadaan tidak terjaminya pendapatan, kurangnya kualitas kebutuhan dasar, rendahnya kualitas perumahan dan aset-aset produktif, ketidakmampuan memelihara kesehatan yang baik, ketergantungan dan ketiadaan bantuan, adanya perilaku anti sosial (anti-social behavior), kurangnya dukungan jaringan untuk mendapatkan kehidupan yang baik, kurangnya infrastruktur dan keterpencilan, serta ketidakmampuan dan keterpisahan (Poli,1993). Bapennnas
dalam
dokumen
Strategi
Nasional
Penaggulangan
Kemiskinan mendefinisikan masalah kemiskinan bukan hanya diukur dari pendapatan, tetapi juga masalah kerentanan dan kerawanan orang atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
sekelompok orang, baik laki-laki maupun perempuan untuk menjadi miskin. Masalah kemiskinan menyangkut tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat miskin untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan bermartabat. Pemecahan kemiskinan perlu didasarkan kepada pemahaman masyarakat miskin dan adanya penghematan, perlindungan dan pemenuhan hak orang miskin, yaitu hak sosial, budaya, ekonomi dan politik. Oleh karena itu, strategi dan kebijakan yang dirumuskan dalam strategi nasional pengentasan kemiskinan didasarkan atas pendekatan berbasis hak (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,2005). Menurut Silalang (1986) bahwa kemiskinan adalah ketidakcukupan penerimaan pendapatan dan pemilikan kekayaan materi tanpa mengabaikan standar atau ukuran-ukuran fisiologis, psikologi dan sosial. Menurut Esmara (1986) mengartikan kemiskinan ekonomi sebagai keterbatasan sumber-sumber ekonomi untuk mempertahankan kehidupan yang layak. Fenomena kemiskinan umumnya dikaitkan dengan kekurangan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan yang layak. Menurut Basri (1995) bahwa kemiskinan pada dasarnya mengacu pada keadaan serba kekurangan dalam pemenuhan sejumlah kebutuhan dalam arti sandang, papan, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan dan lain sebagainya. Sementara menurut Badan Pusat Statistik (2000) kemiskinan didefinisikan sebagai pola konsumsi yang setara dengan beras 320 kg/kapita/tahun dipedesaan dari 480 kg/kapita/tahun di daerah perkotaan. Jadi jika seorang yang hidup di pedesaan mengkonsumsi kurang dari 320 kg/kapita/tahun maka dapat dkatakna bahwa orang
tersebut
disebut
miskin,
sedangkan
diperkotaan
seorang
yang
mengkonsumsi kurang dari 480 kg/kapita/tahun maka oarang tersebut sudah dikatakan miskin.
adalah pertama, rendahnya taraf pendidikan; kedua, rendahnya taraf kesehatan; ketiga
n pertama,
sumber daya alam yang rendah; kedua, teknologi dan unsur penduduknya yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
rendah; ketiga, sumber daya manusia yang rendah; keempat, sarana dan prasarana termasuk kelembagaan yang
-237).
Secara garis besar persepsi mengenai kemiskinan baik di kalangan akademis, birokrat, dan politisi dapat dikelompokan dalam 3 mazhab. Mazhab pertama disebut mazhab magical, berpandangan bahwa kemiskinan adalah suatu takdir yang harus diterima seperti adanya, bentuk refleksi dari mazhab maginal ini adalah bahwa orang miskin karena ditakdirkan oleh Pencipta. Adanya orang miskin dan orang kaya adalah sesuatu yang wajar. Argumentasi mazhab ini, tidak mungkin semua orang menjadi kaya dan sebaliknya juga tidak mungkin semua orang menjadi miskin semua. Mahzab kedua disebut sebagai mahzab naise. Mazhab naise berpandangan bahwa kemiskinan terjadi karena faktor-faktor internal yang dimiliki atau melekat pada orang miskin sendiri. Sebutan lain dari pandangan ini antara lain kemiskinan kultural dan kemiskinan mentalitas. Mazhab ketiga disebut sebagai mazhab critical. Mazhab critical berpandangan bahwa kemiskinan terjadi karena dimiskinkan oleh sistem atau struktur. Struktur yang dimaksud bukan saja struktur ekonomi, tetapi juga struktur politik dan struktur sosial budaya. Efektifitas strategi penanggulangan kemiskinan akhirnya akan ditentukan oleh kebenaran asumsi yang digunakan. Apabila asumsi mazhab maginal memang benar, maka pendekatan transformis adalah pendekatan yang efektif dan tepat dalam rangka penanggulanagn kemiskinan. Apabila asumsi yang digunakan oleh mazhab naise memang benar, maka pendekatan reformis adalah pendekatan yang tepat dalam menanggulangi masalah kemiskinan. Sebaliknya, bila asumsi dari mazhab critical memang benar, maka pendekatan transformis adalah pendekatan yang efektif dalam pemecahan masalah kemiskinan (Admiral,1997: 45-50). Sedangkan menurut Samuelson dan Nordhaus bahwa penyebab terjadinya penduduk miskin di negara yang berpenghasilan rendah adalah karena dua hal pokok yaitu rendahnya tingkat kesehatan dan gizi, dan lambatnya perbaikan mutu pendidikan. Oleh karena itu upaya pertama yang dilakukan oleh pemerintah adalah pemberantasan penyakit, perbaikan kesehatan dan gizi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
perbaikan mutu pendidikan, pemberantasan butu huruf, dan peningkatan keterampilan penduduknya. Kelima hal tersebut adalah suatu upaya untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia (1997). Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemiskinan adalah keadaan tidak terjaminya pendapatan, kurangnya kualitas kebutuhan dasar, rendahnya kualitas perumahan dan aset-aset produktif, ketidakmampuan memelihara kesehatan yang baik, ketergantungan dan ketiadaan bantuan, adanya perilaku anti sosial (anti-social behavior), kurangnya dukungan jaringan untuk mendapatkan kehidupan yang baik, kurangnya infrastruktur dan keterpencilan, serta ketidakmampuan dan keterpisahan. Kemiskinan yang dialami masyarakat Kali Code tercermin dari kurangnya kualitas kebutuhan dasar, rendahnya kualitas perumahan yang masyarakatnya bermukim di sepanjang Kali Code.
5. Pemukiman Kumuh Istilah slum seringkali digunakan oleh para ahli penelitian sosial untuk menggambarkan pemukiman miskin. Menurut Bergel (1970), slum diartikan sebagai suatu kawasan pemukiman yang diatasnya terletak bangunan-bangunan yang berkondisi sub-standart. Pendapat Lubis (1985), mengartikan sebagai suatu daerah pemukiman dimana rumah-rumah yang tidak memenuhi syarat jumlahnya dominan. Menurut Salvato (1982), mengidentifikasi slum adalah suatu lingkungan pemukiman yang mana tempat tersebut tidak mempunyai fasilitas kamar mandi dan toilet secara khusus, saluran air, pencahayaan kurang, kepengapan, ventilasi, ketenangan, air bersih, tempat bermain. Perumahan tersebut kepadatan penduduknya tinggi dan kondisi lingkungan ekstrim miskin. Hal-hal berikut ini yang
sering
diidentifikasi
sebagai
karakteristik
pemukiman
miskin
(Laquaian,1980), pertama pemukiman tersebut dihuni oleh penduduk yang padat dan berjubel, karena adanya pertumbuhan penduduk alamiah, maupun migrasi yang tinggi dari pedesaan. Kedua, pemukiman tersebut dihuni oleh warga yang berpenghasilan relatif rendah atau berproduksi sub-sistem yang hidup dibawah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
garis kemiskinan. Ketiga, perumahan di pemukiman tersebut berkualitas rendah atau masuk dalam katagori kondisi rumah darurat, yaitu banguna rumah yang terbuat dari bahan-bahan tradisional seperti: bambu, kayu, alang-alang, dan bahan-bahan cepat hancur lainya. Keempat, kondisi kesehatan dan sanitasi
yang rendah, pemukiman
miskin ini memang selalu ditandai oleh tersebarnya penyakit menular dan lingkungan fisik yang jorok. Kelima, langkanya pelayanan kota, seperti air minum, fasilitas mandi cuci kakus (MCK), listrik, sistem pembuangan kotoran dan sampah serta perlindungan terhadap kebakaran. Keenam, pertumbuhanya tidak terencana sehingga penampilan fisiknya tidak teratur dan terurus dalam hal pembangunan, halaman dan jalan-jalan dan selanjutnya ruang antar bangunan dan tidak ada ruang terbuka sama sekali. Ketujuh, penghuni pemukiman miskin ini mempunyai gaya hidup pedesaan yang masih suka menghidupkan pola-pola tradisional, gotong royong dan sebagainya. Kedelapan, secra sosial terisolasi dari pemukiman lapisan masyarakat lainya. Kesembilan, pemukiman miskin ini pada umumnya berlokasi di sekitar pusat kota dan sering kali tidak jelas pula status hukum tanah yang ditempati. Commattee on the Hygeine of Housing the American public Health Association (APHA), menjabarkan kreteria kekurangan dasar slum dan ekstrim slum, kreteria kekurangan dasar tersebut pada umumnya dapat digambarkan sebagai berikut: pertama, sumber air minum tercemar. Kedua, sumber air minum terletak diluar daerah perumahan. Ketiga, jamban digunakan oleh beberapa keluargga dan terletak diluar daerah perumahan. Keempat, kamar mandi terletak diluar daerah perumahan dan digunakan oleh beberpa keluarga. Kelima, rumah dihuni satu setengah kali dari yang seharusnya. Keenam, kamar digunakan melebihi semestinya (over ctowding). Ketujuh, pintu darurat pada rumah tingkat umumnya hanya ada dua buah. Kedelapan, belum ada aliran listrik. Kesembilan, tidak ada jendela. Kesepuluh, kerusakan bangunan serius. Kesebelas, alat pemanas tidak mengenai tiga per empat ruangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Apabila terdapat empat atau lebih dari kreteria kekurangan dasar diatas disebut ekstrim slum. Banyak aspek yang mendorong timbulnya slum atau pemukiman miskin, menurut pendapat Lubis (1985), aspek yang mendorong timbulnya slum adalah karena tumbuhnya daerah-daerah industri yang biasanya terletak tidak jauh dari pinggiran sungai, sehingga para tenaga kerja atau karyawan berusaha dekat dengan tempat kerja maka dengan tergesa-gesa masyarakat
membangun
rumah
dengan
bahan-bahan
seadanya
tanpa
memperhatikan fasilitas-fasilitas pelayanan bagi dirinya. Sanitasi, kerahasiaan pribadi, kesopanan dan keindahan akibatnya pemukiman di dekat sungai ini cepat berkembang sebagai slum. Timbulnya slum erat kaitanya dengan masalah kependudukan (Batubara, 1985). Masalah kependudukan tersebut adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi di Indonesia 2,3% per tahun dan juga urbanisasi ke kota dari penduduk yang tidak merata, masyarakat memerlukan rumah sebagai kebutuhan. Di desa karena ekonomi dan pendidikn masih rendah sehingga rumah-rumah yang masyarakat dirikan tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan. Di kota karena tanah sulit dicari dan jika ada harganya relatif mahal juga kedatangan masyarkat di kota tanpa di dukung keterampilan dan pengetahuan yang memadai, bekerja di sektor informal, masyarakat mencari tempat untuk mendirikan rumah tanpa melalui prosedur di tanah-tanah yang masyarakat tidak perlu memebeli atau menempati bangunan-bangunan yang tua yang sudah tidak terpakai. Hal ini semua sebagai penyebab atau pendorong timbulnya pemukiman miskin atau slum. Beberapa ahli berusaha mencari jalan keluar untuk memecahkan masalah slum, diantaranya adalah pendapat Lubis (1985), yaitu dengan memindahkan masyarakat ke perumahan-perumahan yang memenuhi syarat, dengan harapan setelah masyarakat dipindahkan dapat merubah pola tingkah laku penghuni ke arah kehidupan yang lebih baik. Reksosubroto (1978), memberikan jalan keluar yang lain yaitu dengan melalui perencanaan kota yang matang menyediakan mess atau perumahan bagi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
pegawai, perumahan rakyat, perbaikan kampung, serta usaha-usaha kebersihan dan keindahan kota. Hal itu ditujukan untuk mencegah sebanyak mungkin timbulnya gangguan penyakit dan menekan serendah mungkin mortalitas dan morbiditas. Sedangkan Bara (1985), berpendapat bahwa dalam memecahkan masalah perumahan harus beracu pada garis-garis Besar Haluan Negara, dengan menyebut tiga hal yang harus dilaksanakan. Pertama, membuat rumah yang sebanyak-banyaknya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Kedua, bahanbahan bangunan yang dipakai produksi dalam negeri. Ketiga, kondisi perumahan kumuh yang harus diperbaiki. Mengingat kemajuan desa dengan mengembangkan pembangunan desa dan kota dalam hubungan fungsional yang mendukung secara serasi (Ismanik, 1986), merupakan penangkal arus masuknya urbanisasi ke kota. Masyarakat menggambarkan efektivitas pembangunan desa sebagai penangkal arus masuknya para urban ke kota.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
B. Kerangka Berpikir
Urbanisasi
Pemerintah Kota
Pemukiman
Rencana Penggusuran
Reorganisasi Kali Code
Perubahan sosial budaya masyarakat Kali Code
commit to user
Y.B Mangunwijaya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Keterangan: Urbanisasi berpengaruh terhadap daya tampung kota menerima masyarakat yang berpindah dari desa ke kota untuk memperbaiki taraf kehidupannya sehingga untuk memenuhi kebutuhan papan yang semakin sempit, banyak masyarakat yang bermukim di Bantaran kali, khususnya disepanjang kali Code yang melintasi kota Yogyakarta. Masyarakat yang tinggal di sepanjang kali tersebut akhirnya mendapat sebutan sebagai masyarakat kali Code. Tanah yang ditempati oleh masyarakat yang bermukin di sepanjang Kali Code adalah tanah yang tidak bertuan yang terdiri dari tanah bong dan tanah wedi kanser. Masyarakat urban yang belum mempunyai tempat hunian memanfaatkan sebagai tempat tinggal dengan bangunan seadanya. Masyarakat yang tinggal di sepanjang Kali Code mendapat sebutan sebagai masyarakat pinggir kali, yang disingkat
Pemerintah
kota
Yogyakarta
merencanakan
untuk
mengadakan
penggusuran terhadap perkampungan di kawasan Kali Code. Rencana dari Pemerintah Kota Yogyakarta membuat resah masyarakat karena tidak memiliki tempat tinggal. Penggusuran tersebut akhirnya dapat digagalkan oleh warga bersama Romo Mangun yang membantu masyarakat Kali Code dari ancaman penggusuran. Kegagalann dari penggusuran tersebut akhirnya memunculkan ide untuk membangun masyarakat Kali Code dengan mengadakan reorganisasi di Kali Code yang bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat yang meliputi tiga hal yaitu perbaikan manusia atau masyarakatnya, perbaikan ekonomi masyarakat dan perbaikan di bidang lingkungan tempat tinggal masyarakat. Dengan perbaikan tersebut sehingga mayarakt kali Code mengalami perubahan dalam kehidupan sosial dan budaya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian merupakan hal yang penting dalam kegiatan penelitian. Hal ini karena tempat penelitian dapat dijadikan pusat kegiatan penelitian guna mengumpulkan sumber sehingga diperoleh data penelitian. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil tempat di wilayah Surakarta dan Yogyakarta khususnya Masyarakat Kali Code. Untuk memperoleh data-data sebagai sumber penulisan, peneliti melakukan studi tentang buku-buku literatur, ensiklopedia, majalah, dan surat kabar yang tersimpan di berbagai perpustakaan. Adapun perpustakaan yang digunakan sebagai objek untuk penelitian adalah sebagai berikut: a. Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta b. Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta c. Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta d. Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret e. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta f. Perpustakaan Monumen Pers Nasional Surakarta g. Pepustakaan Daerah Surakarta h. Perpustakaan Daerah Yogyakarta i.
Perpustakaan Institut Seni Indonesia Surakarta
commit to user 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
j.
Perpustakaan Institut Seni Indonesia Yogyakarta
k. Perpustakaan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta l.
Masyarakat Perkampungan Kali Code Yogyakarta
2. Waktu Penelitian Rencana waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejak pengajuan judul skripsi yaitu bulan Januari 2012 sampai dengan Agustus 2012. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu penelitian tersebut di antaranya adalah pengajuan judul, penyusunan proposal, melakukan perijinan, mengumpulkan sumber, melakukan kritik untuk menyelidiki keabsahan sumber, menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh dan menganalisis data yang telah diperoleh serta yang terakhir menyusun laporan hasil penelitian. Adapun jadwal penelitianya adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Tabel 1. Jadwal kegiatan Penelitian tentang Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Kali Code tahun 1980-1992
NO
Kegiatan Penelitian
1.
Pengajuan judul
2.
Penyusunan
Bulan Jan
Feb
Mar
Apr Mei
Juni
Juli
Agu
proposal 3.
Perijinan
4.
Pengumpulan data
5.
Analisis data
6.
Penulisan laporan
B. Metode Penelitian Dalam penelitian ilmiah diperlukan suatu metode tertentu sesuai dengan objek dan tujuan penelitian. Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu Methodos yang berarti cara atau jalan. Metode adalah sesuatu yang berhubungan dengan hal ilmiah, jadi yang dimaksud metode yaitu cara kerja yang sistematis yang mengacu pada aturan atau pedoman yang sesuai dengan permasalahan ilmiah yang bersangkutan dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
(Koentjaraningrat,1977).
Menurut
kamus
International Dictionary of the English Language, yang dimaksud dengan metode adalah :
commit to user
Sept
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
1. Suatu prosedur atau proses mendapatkan suatu objek. 2. Suatu disiplin atau sistem yang dianggap sebagai cabang logika yang berhubungan dengan prinsip-prinsip yang dapat diterapkan untuk penyelidikan ke dalam atau eksposisi dari beberapa subjek. 3. Suatu prosedur, teknik, dan cara melakukan penyelidikan sistematis (Sjamsuddin,2007). Metode dapat diartikan jalan, cara, atau petunjuk pelaksanaan atau merupakan petunjuk teknis (Abdurrahman,1999). Sedangkan Hasan, mengartikan metode adalah tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan, yang melingkupi prosedur penelitian dan teknik penelitian (2002). Dari beberapa pengertian di atas, maka metode dapat didefinisikan sebagai cara, jalan, dan teknik yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, dan memliki langkah-langkah yang sistematis. Berdasarkan permasalahan yang hendak dikaji serta tujuan yang akan dicapai, maka metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis. Pemilihan metode historis digunakan berdasarkan permasalahan yang dikaji yaitu peristiwa masa lampau, untuk direkronstruksikan menjadi cerita sejarah melalui langkah atau metode historis. Menurut Gottschalk, metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau, rekonstruksi yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses yang disebut historiografi (1975). Menurut Nawawi, bahwa metode sejarah adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data peninggalan masa lampau (1985). Metode penelitian historis menurut Nazir, adalah suatu usaha untuk memberikan interpretasi dari bagian trend yang naik turun dari suatu status keadaan di masa yang lampau untuk memperoleh suatu generalisasi yang berguna untuk memahami kenyataan sejarah. Tujuan dari penelitian dengan metode sejarah adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara objektif dan sistematis dengan mengumpulkan, mengevaluasi,
serta menjelaskan dan
mensintesis bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan menarik kesimpulan secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
tepat. Metode historis bertujuan merekonstruksi masa lalu secara sistematis dan objektif dengan mengumpulkan, menilai, memverifikasi dan mensintesiskan bukti untuk menemukan fakta sejarah (1988). Menurut Notosusanto (1978), menjelaskan bahwa metode sejarah dibagi atas empat langkah yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Selanjutnya Kuntowijoyo (1994) menjelaskan bahwa metode sejarah adalah petunjuk pelaksanaan dari petunjuk teknis tentang bahan, kritik, interpretasi dan penyajian sejarah. Kartodirjo (1975), mengungkapkan bahwa metode sejarah adalah suatu tulisan yang tidak terlalu bebas dalam mengekspresikan diri karena terkait pada fakta-fakta. Dalam fakta-fakta diperlukan kemampuan yang logis dan imajinatif. Selanjutnya Alfian (1984) mendefinisikan metode sejarah sebagai prosedurprosedur penyelesaian masalah dengan menggunakan data masa lampau. Dengan kata lain metode sejarah merupakan seperangkat asas dan kaidah yang sistematis untuk mambantu secara selektif dalam mengumpulkan bukti dan sumber sejarah, menilainya secara kritis dan mengujinya dalam bentuk historiografi. Dalam kaitannya dengan metode sejarah tersebut, dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan mencari sumber primer dan sumber sekunder dari berbagai perpustakaan dan hasil wawancara. Sumber-sumber ini kemudian di kritik, yaitu dengan menguji keaslian dan kredibilitasnya. Setelah melakukan kritik kemudian sumber tersebut diinterpretasikan dengan cara membandingkan dengan data lain. Langkah terakhir adalah penulisan laporan secara sistematis dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Dalam hal ini imajinasi penulis diperlukan guna menghasilkan karya sejarah yang menarik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
C. Sumber data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sumber data tertulis dan lisan. Data dapat diartikan sebagai suatu fakta atau prinsip yang diberikan atau ditampilkan, sesuatu yang menjadi dasar suatu argumen dalam setiap susunan sistem intelektual, materi yang menjadi dasar untuk diskusi, penetapan suatu kebijakan (Sjamsuddin,1996). Menurut Nazir, data sejarah adalah sumber-sumber sejarah yang digunakan dalam penelitian dengan metode sejarah (1988). Sedangkan Nawawi (1987) mengelompokkan sumber data dalam metode penelitian historis sebagai berikut: 1. Peninggalan material antara lain candi, monumen-monumen, bangunanbangunan tempat tinggal, peralatan, benda-benda budaya, dan lain-lain, 2. Peninggalan tertulis antara lain berupa prasasti, relief, arsip negara dan lainlain, 3.
Peninggalan tidak tertulis atau budaya antara lain berupa cerita, adat istiadat, kepercayaan dan lain-lain. Sumber sejarah merupakan data yang digunakan dalam penelitian dengan
metode sejarah. Sumber sejarah dapat diklasifikasikan menjadi empat hal seperti di bawah ini : a) Remain yaitu peninggalan-peninggalan tulisan yang mempunyai nilainilai sejarah yang ada tanpa suatu kesadaran menghasilkannya untuk suatu keperluan pembuktian sejarah b) Dokumen, yaitu laporan dari kejadian-kejadian yang berisi pandangan serta pemikiran-pemikiran manusia di masa yang lalu c) Sumber primer, yaitu sumber-sumber dasar yang merupakan bukti atau saksi utama dari kejadian yang lalu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
d) Sumber sekunder, adalah catatan tentang adanya suatu peristiwa, ataupun catatanorisinilnya (Nazir,1988). Sumber sejarah merupakan peninggalan masa lampau yang kejadiannya telah terjadi, maka terdapat keterbatasan dalam pengungkapan peristiwa karena tidak semua peristiwa sejarah mendapatkan perhatian secara menyeluruh. Hanya sebagian peristiwa sejarah yang mampu direkam dalam ingatan manusia, maka informasi yang diperoleh dari sumber sejarah serba kurang lengkap sehingga sumber sejarah perlu dihimpun untuk mendapatkan kebenaran fakta sejarah. Sumber sejarah yang asli atau saksi disebut sumber primer. Sumber berupa pencitraan atau gagasan terhadap sumber asli dinamakan sumber sekunder (Sjamsuddin,1996). Seperti yang dikemukakan Gottschlak, sumber data terdiri dari sumber tertulis dan sumber tidak tertulis. Sumber data tertulis dan sumber data tidak tertulis ada yang berupa sumber primer dan sumber sekunder (1986). Sumber primer adalah kesaksian seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau panca indera yang lain, atau dengan mekanik yang lain berupa orang atau alat yang ada pada peristiwa tersebut dan kemudian menceritakan peristiwa yang diketahuinya. Sedangkan sumber sekunder merupakan kesaksian dari siapapun yang bukan merupakan saksi mata. Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber primer maupun sekunder. Sumber primer yang digunakan penulis antara lain berbagai surat kabar yang terbit pada tahun 1980-1992 antara lain koran Tempo yang terbit pada November 1981 dan 9 Januari 1992 serta wawancara dengan masyarakat setempat yang pada tahun 1980-1992 menjadi ketua RT 1 Kelurahan Terban serta ketua RT 1 Kelurahan Kota Baru yang masih menjabat sekarang dan beberapa masyarakat Kali Code Yogyakarta. Sedangkan sumber sekunder yang digunakan antara lain : buku, majalah dan sebagainya. Buku-buku, majalah, maupun surat kabar ini membahas mengenai perkembangan masyarakat Kali Code Yogyakarta pada tahun 1980-1992. Pembahasan yang diurutkan secara kronologis memberikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
gambaran yang jelas tentang sejarah Perubahan sosial masyarakat Kali Code Yogyakarta tahun 1980-1992. D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian historis, pengumpulan data dinamakan heuristik. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan, yaitu memberi arah tentang tehnik pengumpulan data yang dilakukan dan memengaruhi metode pengumpulan data (Nazir,1988). Berdasarkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, maka teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan studi pustaka, yaitu melakukan pengumpulan data tertulis dengan membaca buku-buku literatur, majalah, surat kabar, dan bentuk pustaka lainnya serta dengan melakukan wawancara terhadap masyarakat yang bersangkutan. Menurut Koentjaraningrat (1977), keuntungan dari studi pustaka ada empat hal, antara lain : 1. Memperdalam kerangka teoritis yang digunakan sebagai landasan pemikiran, 2.
Memperdalam pengetahuan akan masalah yang diteliti,
3.
Mempertajam konsep yang digunakan sehingga mempermudah dalam perumusan,
4.
Menghindari terjadinya pengulangan suatu penelitian. Adapun kegiatan studi pustaka yang dilakukan untuk memperoleh data
antara lain dengan mengumpulkan sumber-sumber baik primer maupun sekunder yang berupa buku-buku literatur, ensiklopedia, maupun majalah yang berkaitan dengan
perubahan sosial budaya masyarakat Kali Code tahun 1980-1992.
Kegiatan pengumpulan sumber tersebut dilakukan antara lain di berbagai perpustakaan di lingkup Universitas Sebelas Maret Surakarta, Monumen Pers Surakarta, Perpustakaan Daerah Yogyakarta, Perpustakaan ISI Yogyakarta, Perpustakaan Universitas Gajah Mada dan Perpustakaan-perpustakaan lainnya. Untuk mencarinya, peneliti terlebih dahulu membaca katalog, mencatat nomor
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
kode
buku
maupun
arsip
dan
menyerahkan
kepada petugas.
Dengan
membandingkan sumber yang satu dengan yang lain peneliti berusaha untuk memahami isi dan peristiwa sebenarnya yang terjadi di dalam objek penelitian. Kegiatan berikutnya yaitu dengan membaca, mencatat, meminjam, maupun memfotokopi sumber-sumber tertulis yang dianggap penting dan relevan dengan tema penelitian. Dengan demikian dapat diperoleh data-data yang akan digunakan dalam penulisan skripsi. Selain itu pengumpulan sumber juga dilakukan dengan mencari sumber-sumber referensi di berbagai toko buku yang tersebar di kota Solo dan Yogyakarta. Selain itu peneliti juga mengumpulkan sumber dengan melakukan wawancara terhadap masyarakat Kali Code dan masyarakat sekitar yang tinggal di kawasan Kali Code untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk menunjang penelitian tentang perubahan sosial budaya masyarakat Kali Code sehingga peneliti mempunyai data yang jelas untuk menyusun skripsi. E. Teknik Analisis Data Data yang dikumpulkan oleh peneliti tidak akan berguna jika tidak dianalisis. Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah karena dengan analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian (Nazir,1988). Berdasarkan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode historis, maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data historis. Teknik analisis historis merupakan analisis yang mengutamakan pada ketajaman dalam melakukan interpretasi data sejarah. Interpretasi dilakukan karena fakta-fakta tidak dapat berdiri sendiri, fakta mempunyai sifat yang kompleks sehingga tidak dapat dimengerti atau dilukiskan oleh fakta itu sendiri (Kartodirjo,1992). Adapun kegiatan yang dilakukan dalam menganalisis data sejarah di dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengumpulan data yang kemudian diklasifikasikan sesuai tema penelitian. Dalam menganalisis sebuah sumber diperlukan adanya kritik ekstern dan kritik intern untuk menentukan kredibilitas dan otentisitas sumber yang didapatkan. Langkah ini berguna untuk mengetahui
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
sumber yang benar-benar diperlukan dan relevan dengan permasalahan yang diteliti. Menurut Sjamsuddin, kritik ekstern yaitu cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sejarah (1996). Seperti dikemukakan oleh Sjamsuddin (1996) bahwa ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab untuk meyakinkan peneliti dalam menggunakan sumber sejarah, yakni antara lain, siapa yang mengatakan, kesaksianya dapat berubah atau tidak. Maksud dari saksi tersebut, dan kesaksian itu diberikan dari seorang yang berkompeten atau tidak serta mengatakan yang sebenarnya disertai fakta yang telah diketahui. Dalam kegiatan selanjutnya yaitu melakukan kritik intern, yaitu menganalisis isi sumber data sejarah untuk mendapatkan data yang reliable. Kritik intern merupakan penekanan terhadap aspek isi dari sebuah sumber sejarah yang merupakan evaluasi dari kesaksian sejarah (Sjamsuddin,1996). Data-data yang telah dikumpulkan tersebut kemudian diseleksi atau dibandingkan satu dengan yang lainnya sehingga diperoleh fakta sejarah yang benar-benar relevan. Langkah selanjutnya adalah merangkaikan fakta-fakta tersebut, untuk mengetahui hubungan sebab-akibat antar peristiwa satu dengan peristiwa lainnya. Kegiatan merangkaikan fakta-fakta sejarah untuk mengetahui sebab akibat dari peristiwa satu dengan peristiwa yang lain dalam sejarah disebut kegiatan interpretasi. Setelah melakukan interpretasi, maka peneliti mendapatkan fakta-fakta yang dibutuhkan. Fakta-fakta yang didapatkan kemudian dihubungkan untuk menyusun sebuah karya atau tulisan sejarah secara menyeluruh yang disebut dengan historiografi. F. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seorang peneliti secara keseluruhan, dimulai dari persiapan pembuatan proposal sampai dengan penulisan hasil penelitian, sehingga didapatkan hasil penelitian yang diharapkan. Prosedur penelitian sangat penting dalam penulisan ilmiah, karena dapat mempermudah cara kerja dan memperlancar jalanya penelitian,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
sesuai dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode historis, maka prosedur penelitian dilakukan meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pengajuan Judul Penelitian
Masyarakat Kali Code Tahun 1980kepada Ketua Program Pendidikan Sejarah untuk mendapatkan persetujuan dan mendapatkan pembimbing guna membimbing peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian. 2. Penyusunan Proposal Setelah judul penelitian disetujui oleh Ketua Program adalah mengajukan proposal penelitian yang berisi: (1) latar belakang masalah, rumusan masalah dan tujuan penulisan; (2) kajian teori, kerangka berfikir, dan (3) metodologi penelitian. Setelah proposal penelitian disetujui pembimbing dan disahkan oleh Ketua Program, maka langkah selanjutnya adalah mencari ijin penelitian. 3. Perijinan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti meminta ijin kepada Pembimbing, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah, Ketua Jurusan serta Pembantu Dekan I. Setelah mendapat ijin tersebut peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan tema dan judul penelitian. 4. Pelaksanaan Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian masa lampau, oleh karena itu metode yang digunakan adalah metode historis. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian dengan metode historis adalah sebagai berikut: a. Heuristik Heuristik berasal dari kata Yunani Heruishein yang artinya memperoleh. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Helius Sjamsudin bahwa heuristik adalah Notosusanto, heuristik adalah kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
yang merupakan peristiwa-peristiwa sejarah dengan cara melakukan pengumpulan bahan-bahan tertulis, tercetak dan sumber-sumber yang relevan (1971). Dalam penulisan ini penulis berusaha mencari dan menemukan data yang relevan melalui teknik studi pustaka dan ditambah dengan wawancara terhadap masyarakat sekitar Kali Code Yogyakarta. Melalui studi pustaka, penulis mencari dan mengumpulkan data-data tentang sejarah awal mula perkampungan Kali Code, faktor-faktor yang memengaruhi perubahan sosial budaya masyarakat Kali Code serta perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat Kali Code. b. Kritik Setelah mengumpulkan data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, tahap selanjutnya yaitu langkah verifikasi atau kritik. Kritik ini dimaksudkan untuk menentukan sumber-sumber yang dipilih yaitu keabsahan tentang otentitas dan kredibilitas sumber (kesahihan sumber). Kritik terhadap sumber dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern adalah kritik yang berkaitan dengan isi pernyataan yang disampaikan oleh sejarawan. Kritik intern bertujuan untuk menguji kredibilitas dari sumber sejarah, apakah isi, fakta, dan ceritanya dapat dipercaya dan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. Dalam kritik intern dapat memastikan kebenaran isi sumber yang dapat ditempuh dengan cara membandingkan sumber sejarah yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan kritik ekstern adalah kritik yang kritik yang mengkaji data itu otentik atau tidak, yaitu kenyataan identitasnya, bukan tiruan, turunan, palsu. Kesemuanya dilakukan dengan meneliti bahan yang dipakai, ejaan tahun terbit, jabatan penulis (Abdurrahman,1999). Kritik intern dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan antara sumber yang satu dengan sumber yang lain (surat kabar, majalah, dan buku-buku). Sumber tersebut sesuai dengan yang ada atau banyak dipengaruhi oleh subjektifitas pengarang, dan apakah sumber tersebut sesuai dengan tema penelitian atau tidak. Misalnya majalah dan surat kabar yang terbit antara periode 1980-1992 dipilih, didasarkan pada kronologis peristiwanya dan surat kabar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
lainnya yang relevan. Hasil dari kritik sumber adalah fakta yang merupakan unsur-unsur bagi penyusunan atau rekonstruksi sejarah. Setelah dilakukan kritik maka data sejarah tersebut adalah fakta, maka langkah selanjutnya adalah melakukan interpretasi. Selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah melakukan kritik ekstern yaitu peneliti melakukan penyelidikan pada bentuk sumber, yaitu dilakukan dengan melihat tanggal, bulan, dan tahun sumber. Selain itu penulis juga memandang pengarang, pihak yang membuat dan pihak yang mengeluarkan sumber tersebut sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan apakah sumber itu dapat dipercaya atau tidak. c. Interpretasi Interpretasi merupakan kegiatan menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh dari data yang telah diseleksi pada tahap sebelumnya untuk selanjutnya dilakukan analisis data. Interpretasai harus didasarkan pada objektifitas yang besar dan menekan subjektifitas semaksimal mungkin. Interpretasi yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah membaca buku-buku yang berisi tentang peristiwa yang berkaitan dengan penelitian, membandingkan dengan sumber yang lain sehingga penulis dapat memilih faktafakta yang relevan dan menyingkirkan fakta-fakta yang tidak relevan. Kemudian penulis menghubungkan fakta yang satu dengan yang lain, sehingga dapat diketahui hubungan sebab akibat antara peristiwa satu dengan lainnya, dan yang terakhir penulis melakukan penafsiran semua hasil data yang telah dibuat untuk dihubungkan antara data yang satu dengan yang lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh kemudian menjadi suatu fakta sejarah. d. Historiografi Historiografi merupakan langkah terakhir di dalam prosedur penelitian historis untuk menyatakan fakta sejarah dalam bentuk penulisan sejarah berdasarkan bukti berupa sumber-sumber sejarah yang telah dikumpulkan, dikritik dan diinterpretasi. Dalam historiografi seorang penulis tidak hanya menggunakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
keterampilan teknis, penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan tetapi penulis juga dituntut menggunakan pikiran kritis dan analisis (Sjamsudin,1992). Kegiatan
historiografi
dalam
penelitian
ini
dilakukan
dengan
memaparkan hasil interpretasi penulis terhadap sumber-sumber sejarah yang telah dikumpulkan pada tahap heruistik dan telah diverifikasi pada tahap kritik. Dalam penelitian ini penulis berusaha memaparkan hasil penelitian yang objektif berdasarkan sumber-sumber sejarah yang telah melalui tahap heuristik, kritik, interpretasi, sehingga apa yang dituliskan merupakan data yang dapat dipertanggungjawabkan validitasnya sesuai dengan permasalahan yang dikaji. Dalam penelitian ini tempo atau waktu masalah yang dikaji adalah masa lalu, maka dalam kegiatan historiografinya penelitian ini lebih berdasarkan fakta sejarah masa lalu. Pada tahap historiografi ini diwujudkan dalam bentuk karya
Code Tahun 1980-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Berdasarkan prosedur penelitian di atas, maka dapat digambarkan ke dalam bagan atau skema sebagai berikut: Pengajuan Judul
Pengajuan Proposal
Ijin Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Heuristik
Kritik
Interpretasi
(Intern, ekstern)
Peristiwa Sejarah
Fakta Sejarah
commit to user
Historiografi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Gambar 2: Bagan Prosedur Penelitian Sejarah Tentang Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Kali Code Tahun 1980-1992.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Perkampungan Kali Code Yogyakarta 1. Letak Kampung Code
tengah wilayah kota Yogyakarta mengalir tiga buah sungai dari arah utara ke selatan, yaitu Sungai Winongo yang terletak di bagian barat kota, Sungai Code terletak di bagian tengah dan Sungai Gadjah Wong terletak di bagian timur. Secara keseluruhan kota Yogyakarta berada di daerah dataran lereng gunung Merapi, dengan kemiringan yang relatif datar (antara 0-3 % kemiringan lahannya) dan pada ketinggian 114 meter di atas permukaan air laut. Adapun wilayah kota yang luasnya 32,50 km2 di sebelah utara dibatasi oleh Kabupaten Sleman, di sebelah timur dibatasi oleh Kabupaten Sleman dan Bantul, di sebelah selatan oleh Kabupaten Bantul dan sebelah barat oleh Kabupaten Bantul dan Sleman (Pemerintah Kota Yogyakarta, 2002). Kedudukan kota Yogyakarta sejak kemerdekaan sampai saat ini menjadi Ibu Kota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang dipimpin oleh Gubernur, dan masa sekarang dijabat oleh Sultan Hamengku Buwono X. Selain itu kota Yogyakarta pada masa sekarang juga menjadi Ibu Kota Pemerintah Kota Yogyakarta yang dipimpin oleh seorang Walikota. Wilayah Pemerintah Kota Yogyakarta terbagi atas 14 wilayah Kecamatan, 45 Kelurahan, 617 RW (Rukun Warga) dan 2.532 RT (Rukun Tangga) (Pemerintah Kota Yogyakarta, 1998). Salah satu dari 14 kecamatan di Kota Yogyakarta adalah Kecamatan Gondokusuman dengan luas wilayah 3,99 km2 yang dibentuk berdasarkan Keputusan Mendagri No: 140-263 tahun 1981, tentang Pembentukan KelurahanKelurahan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Gondokusuman merupakan salah satu pusat perdagangan dan pendidikan di Propinsi DIY. Jumlah penduduk Kecamatan Gondokusuman pada akhir tahun 1999 tercatat 71.442 jiwa,
commit to user 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
terdiri dari 37.833 laki-laki dan 33.609 perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk 17.905 jiwa/km2. Kampung Kali Code secara administratif masuk RT 01 RW I Kelurahan Kotabaru, Kecamatan Gondokusuman.
2. Kedatangan Masyarakat ke Kota Yogyakarta Pemukiman
miskin
atau
sering
disebut
dengan
istilah
slum,
keberadaannya di perkotaan dalam dunia ketiga terutama tidak dapat dihindarkan karena erat kaitanya dengan pertumbuhan
penduduk
yang tinggi dan
perkembangan aspek-aspek kehidupan diperkotaan yang menarik minat penduduk yang tinggal di desa untuk berurbanisasi ke kota. Masyarakat dari desa ke kota untuk mengadu nasib, sehingga timbulnya bangunan-bangunan liar secara tergesagesa tanpa memperhatikan aspek sanitasi dan persyaratan lainya secara tidak terkendali berkembang ke arah kehidupan yang kurang layak. Arus penduduk ke kota tidak akan mereda karena adanya berbagai kebutuhan
dan
kepentingan
yang
menyebabkan
masyarakat
harus
mendapatkannya di kota. Meningkatnya masyarakat ke kota juga akan meningkatkan kebutuhan pelayanan dan penyediaan fasilitas yang mendasar bagi masyarakat. Ditambah dengan biaya hidup berada di kota yang semakin besar dari pada di desa. Di bawah ini adalah rata-rata biaya hidup sebulan untuk semua golongan rumah tangga di Povinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun 1977 sampai tahun 1981.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Tabel. 2. Rata-rata Biaya Hidup Per Capita Sebulan Untuk Semua Golongan Rumah Tangga di Provinsi D.I .Y Tahun 1977 Sampai Dengan 1981.
Uraian
1977
Makanan Perumahan
3. 651,19 407,27
1978
1979
1980
2.886,84 4.223,52 4.157,63
1981 4.609,52
442,65
539,65
565,79
617,09
351,23
428,20
448,73
489,43
Pakaian
322,56
Lain-lain
1. 038,39
1.130,73 1.378,44 1.444,75
1.575,83
4.419,41
4.811,45 6.569,81 6.616,90
7.291,87
Rata-rata pengeluaran
Untuk seluruhnya
410
446
609
614
676
Index ( th 1969)
Keterangan : Tahun 1980 dan 1981 angka Tred. Sumber : Dinas Perekonomian D.I.Y, 1980. Dengan meningkatnya biaya hidup dari tahun ke tahun yaitu dari tahun 1977 sampai tahun 1981, memaksa penduduk untuk mencari penghasilan yang seimbang dengan jumlah pengeluaran supaya kebutuhan dapat tercukupi. Salah satunya adalah dengan pergi atau pindah ke kota yang menyediakan lapangan pekerjaan yang lebih besar daripada di desa. Desakan kesulitan hidup di desa tersebut yang memaksa masyarakat untuk mengadu hidup di kota. Bagi masyarakat harapan satu-satunya adalah pergi ke kota, karena desa- desa lain juga dilanda kesulitan kehidupan yang serupa, mencari pekerjaan ke desa lain sama saja menggerogoti sebagian penghasilan-penghasilan penduduk setempat yang sesungguhnya juga dilanda kesulitan hidup yang sama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Kehidupan di desa akan identik dengan pertanian sehingga lapangan pekerjaan yang terbuka itu juga dalam bidang pertanian. Upah yang diterima bagi masyarakat yang bekerja di bidang pertanian tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari apalagi untuk buruh biasa yang tidak memilki tanah dan hanya mengandalkan upah yang diterima karena pekerjaanya. Pertanian di daerah
pengerjaan untuk pertanian tidak setiap saat hanya pada saat musim tanam saja. Seperti dibawah ini adalah rata-rata upah harian lapangan pertanian di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun 1977 sampai dengan tahun 1981.
Tabel. 3. Rata-Rata Upah Harian Lapangan Pertanian di Propinsi D.I.Y Tahun 1977 Sampai Dengan 1981 (Dalam Rp)
No
Jenis Kegiatan
1977
1978
1979
1980
1981
1
Babat Jerani
146,4
181,05
208,-
233,20
260,55
2
Mencangkul
147,75
181,05
208,-
263,61
305,95
3
Membajak
719,65
804,72
968,-
1024,71
1121,67
4
Menggaru/ Menyisir
719,65
810,83
968,-
1028,79
1126,77
5
Menabur benih
147,12
175,35
208,-
259,60
300,99
6
Mencabut bibit
146,49
181,61
208,-
264,24
307,01
7
Menanam
103,09
124,57
125,-
149,07
164,83
8
Menyiang
147,13
181,05
208,-
241,75
273,26
9
Memupuk
148,24
181,05
208,-
233,80
261,15
10
Mengairi
148,24
182,34
208,-
234,65
262,21
Keterangan: Tahun 1980 dan 1981 adalan angka Trend Sumber: Dinas pertanian dan perikanan Provinsi D.I.Y, 1980.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
Pendapatan yang dihasilkan masyarakat di bidang pertanian tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masyarakat memilih alternatif lain dengan pindah ke kota dengan harapan dapat meningkatkan tingkat kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Kota besar seperti Daerah Istimewa Yogyakarta menawarkan banyak pekerjaan di perusahaan atau di bidang jasa dan lainnya yang memiliki upah lebih besar daripada bekerja di desa dalam bidang pertanian. Perbandingan antara lapangan pekerjaan di desa yang identik dengan bidang pertanian dengan buruh di sebuah perusaan di Daerah Istimewa Yogyakarta akan terlihat seperti tabel di bawah ini.
Tabel. 4. Upah Minimum dan Maximum Buruh Perusahaan di Provinsi D.I.Y Tahun 1977 Sampai Dengan 1981 (dalam Rp).
Tahun
Upah harian
Upah Bulanan
Minimum Index Maksimum Index Minimum Index Maksimum Index 1977
125,-
100
660,-
100
3.700,-
100
89.292,-
100
1978
175,98
141
605,56
92
5282,86
143
41.861,73
47
1979
235,-
188
308,-
47
6.800,-
184
10.600,-
12
1980
232,20
186
435,70
66
6.988,57
189
35.665,14
40
207
391,29
59
7.852,38
212
29.872,09
33
1981
258,97
Keterangan: Tahun 1980 dan 1981 angka Tred Sumber: Dinas Tenaga Kerja Propinsi D.I.Y, 1980. Berdasarkan data diatas bahwa upah bekerja di kota sebagai buruh lebih besar daripada bekerja buruh di pedesaan di bidang pertanian. Maka dari itu banyak masyarakat yang pindah dari desa ke kota. Terjadi peningkatan penduduk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
yang datang dari tiap Daerah Tingkat II (Dating) di Propinsi D.I.Y Tahun 1977 sampai dengan 1981. Tabel. 5. Transmigrasi Dari Tiap Dating II di Provinsi D.I.Y Tahun 1977 Sampai Dengan 1981.
Kabupaten/Kodya Banyaknya 1 Yogyakarta
Sleman
Bantul
Kulon Progo
Gunung Kidul
D.I.Y
1977
1978
1979
1980
1981
2
3
4
5
6
7
KK
59
36
64
66
67
Jiwa
252
158
239
260
281
KK
193
205
255
280
305
Jiwa
768
782
1000
1131
1262
KK
211
246
210
230
250
Jiwa
885
996
861
961
1061
KK
217
213
125
126
126
Jiwa
941
868
543
558
573
KK
176
250
297
306
315
Jiwa
778
1035
1044
1040
1036
KK
856
950
951
1006
1561
Jiwa
3624
3839
3687
3951
4215
Sumber: Kantor Ditjen Binaguna Yogyakarta, 1980. Masyarakat yang melakukan
perpindahan
paling besar
adalah
masyarakat di sebuah kota besar dalam hal ini adalah kota di daerah Istimewa Yogyakarta yang setiap tahun selalu ada peningkatan sampai 200 jiwa/tahun. Kemiskinan mendorong perpindahan penduduk secara besar-besaran dari desa ke kota, dengan harapan mencari kehidupan yang lebih baik. Seperti halnya kotakota besar yang lainnya, Yogyakarta juga menjadi kota tujuan utama penduduk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
untuk melakukan urbanisasi. Alasan pindah ke kota sebagian besar ingin mencari kerja karena industri-industri sebagian besar tumbuh di kota, dan peluang usaha di bidang jasa di kota dianggap lebih besar daripada di desa. Iming-iming seperti itulah yang memicu terjadinya urbanisasi besar-besaran. Dengan harapan meningkatkan tingkat kehidupan yang lebih baik, maka banyak penduduk bermigrasi ke kota besar termasuk Yogyakarta.
3.Sejarah Awal Perkampungan Kali Code Penggunaan istilah kampung dipakai oleh Pemerintah Republik Indonesia, dengan program perbaikan kampung atau Kampung Impronement Program yang diperkenalkan sejak awal tahun 1960-an. Meskipun istilah Kampung Impronement Program sudah dipakai secara formal, penggunaan istilah Kampung Impronement Program masih mengandung sindiran, merendahkan dan meremahkan. Kampung dikontraskan dengan perumahan gedongan atau sekarang disebut sebagai perumahan real estat. Kampung adalah untuk masyarakat yang real estate untuk masyarakat yang kaya dan mapan. Secara fisik sebagian kampung dicirikan dengan tidak teratur dan kumuh. Dalam banyak hal, kekhasan kampung terletak pada pola-pola fisik dari masyarakat yang menempati kampung tersebut, perilaku dan budaya dari masyarakat yang menempati sebuah kampung. Setiap kampung adalah unik karena setiap kampung mempresentasikan kekhasan sejarah, kemampuan, usaha, perjuangan dan bahkan jiwa merdeka warganya. Kalau ada seribu kampung di suatu kota, dapat dipastikan ada seribu ragam wajah kampung dan jiwa yang berbeda. Istilah atau pandangan miring dan negatif tentang kampung ternyata bertentangan dengan fakta-fakta akan peran, potensi, keistimewaan dan kekhasan kampung. Sebuah kampung tidak hanya mendominasi lahan di kota-kota di Indonesia (sekitar 70%) bahkan kampung menjadi tumpuan perumahan 70 sampai 85% penduduk kota (Kementrian Perumahan Rakyat, 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Urbanisasi mempercepat pertambahan penduduk di kota Yogyakarta. Semakin bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan sumber daya lahan untuk pemukiman meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan ini, lokasi yang dianggap strategis adalah daerah pinggir sungai. Daerah pinggir sungai selain dapat memanfaatkan lahan, penduduk juga dapat memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, bantaran Sungai Code menjadi pilihan utama penduduk yang datang dari desa dengan uang pas-pasan dan untuk mendirikan permukiman ilegal di kota Yogyakarta. Perkampungan Kali Code merupakan sebuah perkampungan yang terletak di Kota Yogyakarta dan terbagi menjadi dua kelompok masyarakat. Kelompok pertama adalah masyarakat Kali Code yang menempati di bantaran kali Code. Sedangkan kelompok kedua menempati di perumahan dengan tingkat sosial dan ekonomi lebih baik daripada masyarakat yang tinggal di bantaran sungai Code. Perkampungan yang akan dibahas peneliti disini adalah termasuk yang pertama yang terletak di Kampung Code atau yang biasa dikenal masyarakat dengan nama Kampung Romo Mangun. Perkampungan Kali Code adalah sebuah komplek pemukiman kecil yang eksotik, yang dikenal sebagai tempat tinggal yang nyaman dan asri oleh masyarakat Yogyakarta. Kampung Kali Code terkenal unik dan artistik yang terletak bukan di kawasan elit, akan tetapi di bantaran sungai kumuh yang membelah kota Yogyakarta. Bangunan rumah kampung Kali Code yang dirancang oleh Romo Mangun dengan arsitek yang menarik ditambah dengan banyak hiasan sehingga terlihat eksotik dan menawan karena terletak di pinggir Kali. Lingkungan kampung yang bersih menambah kesan perkampungan Kali Code menjadi sebuah perkampungan yang nyaman untuk dihuni oleh masyarakat yang tidak kalah dengan perumahan real estate (http://regional.kompasiana.com, 11 Januari 2012). Pemukiman Kali Code yang terdapat di pinggiran Kali Code merupakan pemukiman yang telah dibangun oleh warga sejak 1960-an dan diwariskan dari generasi ke generasi tanpa memiliki sertifikat atas tanah yang didudukinya. Tanah
commit to user
Wedi Kanser
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
dulunya merupakan tegalan yang penuh dengan tanaman pisang dan ketela rambat (Wawancara dengan Agus P,15 Juni 2012). Berdasarkan surat permohonan yang dilayangkan Pemerintah kotapraja Yogyakarta nomor 11736/4899/Soc/59 tentang tanah wedi kangser yang memohon kepada Dinas Pengairan Daerah Istimewa Yogyakarta supaya tanah wedi kangser dapat digunakan untuk mendirikan bangunan. Dinas Pengairan Daerah Istimewa Yogyakarta akhirnya menyetujui untuk mendirikan bangunan di atas tanah wedi kangser dengan melayangkan surat balasan kepada Pemerintah Kotapraja Yogyakarta tertera nomor 0.3/69/B.slt. Tanah wedi kangser tersebut dapat digunakan untuk mendirikan banguna dengan syarat lebar kali yang ditempati tidak boleh kurang dari 20 m. nah Bong adalah tanah pemakaman untuk orang Tionghoa yang dikelola oleh Paguyuban Urusan Kematian Yogyakarta (PUKY). Pada tahun 1970 PUKY menyerahkan pengelolaan tanah Bong secara lisan kepada Keraton Kasultanan Yogyakarta Hadiningkrat. Masyarakat urban yang rata-rata masih penduduk asli Yogyakarta yang belum memiliki tempat hunian kemudian memanfaatkan sebagai tempat tinggal dengan bangunan seadanya, sehingga sering mendapat sebutan 20 Agustus 2000 pihak keraton menyerahkan urusan tanah Bong kepada Badan Pertanahan Nasional (Lembaga Penelitian SMERU,2002). Masyarakat urban yang berasal dari daerah Yogyakarta, Solo, Klaten, Boyolali, Kulonprogo dan sebagainya akhirnya memanfaatkan tanah yang tidak bertuan tersebut sebagai tempat tinggal sementara karena tidak memiliki tempat tinggal selama berada di Yogyakarta. Masyarakat urban tersebut mendirikan keterbatasan dana yang dimiliki serta sukarnya mencari pekerjaan yang sesuai ditambah keterbatasan mencari tempat tinggal di kota (Wawancara dengan Darmi, 15 Juni 2012).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Peningkatan jumlah penduduk di kota Yogyakarta menyebabkan kebutuhan akan ruang di kota meningkat. Keterbatasan ruang di kota, menyebabkan penduduk memanfaatkan lahan-lahan illegal, seperti Ruang Terbuka Hijau (RTH) di sepanjang sempadan Kali Code (Gunawan, 2007). Penduduk kelas ekonomi bawah dan kurang berpendidikan banyak yang mendirikan gubug-gubug liar dan kumuh di tanah kosong di daerah bantaran Kali Code yang menjadi milik Pemerintah Daerah. Masyarakat tersebut umumnya tidak mengetahui bahwa Peraturan Daerah menetapkan daerah bantaran sungai itu sebagai lahan yang berstatus kawasan lindung sempadan sungai dan direncanakan sebagai jalur hijau kota (Wardhanie, 2002). Awalnya belum banyak masyarakat yang membuat rumah dari kardus tetapi seiring dengan berjalannya waktu dan semakin banyaknya masyarakat pendatang maka Kali Code menjadi alternatif tempat tinggal untuk para pendatang. Pendatang atau para migran tersebut akhirnya membangun rumahrumah yang berasal dari kardus dan sebagian lagi sudah ada yang terbuat dari seng dan bambu. Para pendatang tersebut membuat sebuah kampung yang semakin lama semakin luas, sehingga lebar Kali Code berkurang karena dijadikan pemukiman oleh masyarakat (Gagasan,Agustus 2011). Dengan semakin banyaknya masyarakat pendatang yang menempati areal tanah di sekitar Kali Code maka sejak tahun 1960-an di areal tersebut terbentuklah sebuah perkampungan yang bernama Kampung Kali Code dan masuk dalam kelurahan Kota Baru Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta yang mulai berdiri sejak tahun 1960-an.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Tabel. 6. Daftar Nama Kelurahan di Kotamadya Yogyakarta Dati II Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 140-363 Tanggal 7 April 1981
Kecamatan*)
1 Tegalrejo
Jetis
Gondokusuman
Danurejan
Gedongtengen
Ngampilan
Nomor Urut
Kelurahan
Nomor Kode
2
3
4
1
Kricak
34.71.01.1001
2
Karangwaru
34.71.01.1002
3
Tegalrejo
34.71.01.1003
4
Bener
34.71.01.1004
5
Bumijo
34.71.02.1001
6
Cokrodiningkrat
34.71.02.1002
7
Gowongan
34.71.02.1003
8
Demangan
34.71.03.1001
9
Kotabaru
34.71.03.1002
10
Klitren
34.71.03.1003
11
Banciro
34.71.03.1004
12
Terban
34.71.03.1005
13
Suryatmajan
34.71.04.1001
14
Tegalpanggung
34.71.04.1002
15
Bausasran
34.71.04.1003
16
Sosromenduran
34.71.04.1004
17
Pringgokusuman 34.71.04.1005
18
Ngampilan
34.71.05.1001
19
Notoprajan
34.71.05.1002
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Wirobrajan
Mantrijeron
Kraton
Gondomanan
Pakualaman
Mergangsan
Umbulharjo
Kotagede
20
Pakuncen
34.71.06.1001
21
Wirobrajan
34.71.06.1002
22
Patangpuluhan
34.71.06.1003
23
Gedongkiwo
34.71.07.1001
24
Surodiningratan
34.71.07.1002
25
Mantrijeron
34.71.07.1003
26
Patehan
34.71.08.1001
27
Panembahan
34.71.08.1002
28
Kadipaten
34.71.08.1003
29
Ngupasan
34.71.09.1001
30
Prawiridirjan
34.71.09.1002
31
Purwokinanti
34.71.10.1001
32
Gunungketur
34.71.10.1002
33
Keparakan
34.71.11.1001
34
Wirogunan
34.71.11.1002
35
Brotokusuman
34.71.11.1003
36
Semaki
34.71.12.1001
37
Muja-muju
34.71.12.1002
38
Tahunan
34.71.12.1003
39
Warungboto
34.71.12.1004
40
Pandeyan
34.71.12.1005
41
Sorosutan
34.71.12.1006
42
Giwangan
34.71.12.1007
43
Rejowinangun
34.71.13.1001
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
44
Prenggan
34.71.13.1002
45
Purbayan
34.71.13.1003
*) Keterangan: Yang dimaksud dengan kecamatan dalam kolom I adalah kecamatan kemantren pamongpraja sebagaimana dimaksud dalam surat keputusan Gubernur Kepala Dearah Istimewa Yogyakarta Nomor 72 Tahun 1968. Sumber: Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 140-263 tanggal 7 April 1981. Berdasarkan keputusan di atas Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari 14 kecamatan dan 45 Kelurahan atau desa. Masyarakat Kali Code disini masuk kedalam kelurahan Kotabaru Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta.
B. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Kali Code Tahun 1980-1992 1.
Penggusuran oleh Pemerintah Kota Yogyakarta Pada tahun 1980 Pemerintah Kota Yogyakarta mengadakan rencana
penggusuran terhadap masyarakat di Kampung Kali Code sedangkan jumlah masyarakat yang tinggal di Kampung Kali Code hanya berjumlah 37 kepala keluarga. Pemerintah merencanakan untuk mengganti area pemukiman tersebut menjadi area hijau dengan taman-taman. Alih fungsi terhadap area pemukiman menjadi area hijau mengakibatkan masyarakat Kampung Kali Code harus bertransmigrasi ke tempat lain tetapi masyarakat yang sudah menempati daerah tersebut selama berpuluh-puluh tahun tidak mau untuk bertransmigrasi atau direlokasi ke daerah lain. Pemerintah Daerah Yogyakarta sebenarnya merancang daerah di sekitar Kali Code sebagai area hijau dengan dilengkapi taman-taman. Kenyataannya daerah di sekitar Kali Code dijadikan tempat bermukim masyarakat urban. Perkampungan di sekitar Kali Code terlihat sebagai perkampungan yang kumuh. Perkampungan Code yang rumah penduduknya terbuat dari kardus terkesan kurang indah untuk dipandang. Apalagi pada saat Pemerintah mendapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
kunjungan tamu dari pejabat daerah lain atau yang berasal dari negara lain yang melintasi sepanjang jalan Sudirman. Kondisi tersebut memaksa Pemerintah Kota Yogyakarta
menggusur
pemukiman
Kali
Code
supaya
tidak
menjadi
perkampungan yang kumuh (Wawancara dengan Darmi, 15 Juni 2012). Masyarakat perkampungan Kali Code akhirnya tergerak hatinya untuk memperbaiki perkampungan yang sudah lama ditempati supaya tidak digusur oleh pemerintah. Upaya yang dilakukan dengan mengadakan kebersihan kampung serta menata ulang Perkampungan. Bangunan yang semula hanya menggunakan kardus dan seng-seng bekas mulai menggunakan bahan bambu dan kayu. Bukan hanya bahan bangunan yang dirubah tetapi kebersihan dan kerapian kampung juga diperhatikan oleh masyarakat. Akhirnya pada tahun 1984 Pemerintah Daerah secara resmi menyetujui untuk dilaksanakan program rasionalisasi Kali Code. Program utamanya meliputi pembangunan secara fisik yaitu proyek pembuatan talud dan yang non fisik yaitu program TRIBINA, yang terdiri dari Bina Manusia, Bina Ekonomi atau Usaha dan Bina Lingkungan (Wardhanie, 2002). Secara tidak langsung, program itu dianggap oleh sebagian masyarakat sebagai suatu bentuk legalisasi terhadap keberadaan pemukiman di daerah bantaran Kali Code, sehingga masyarakat yang telah tinggal lama di permukimam tersebut tidak bersedia untuk di relokasi ke kawasan di luar daerah jalur hijau kota. Pemerintah akhirnya mengakui perkampungan Kali Code dan masuk Kelurahan Terban. Perkampungan yang dianggap sebagai kampung liar telah menjadi sebuah kampung binaan.
2. Mewujudkan Tatanan Sosial Masyarakat yang Mandiri Masyarakat miskin akan selalu tergantung kepada pemberian atau bantuan dari Pemerintah dan instansi atau LSM tertentu dalam pembangunan perkampungannya. Masyarakat yang mandiri terlihat dari kehidupan sosial ekonomi dari masyarakat yang menempati daerah tersebut. Tatanan sosial ekonominya semakin maju dan baik maka maka untuk mewujudkan masyarakat mandiri akan semakin dekat. Di bawah ini adalah masyarakat dari kecamatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Gondokusuman yang melakukan iuran swadaya masyarakat sendiri untuk menunjang pembangunan di setiap desanya. Tabel. 7. Pemasukan Swadaya Masyarakat Untuk Menunjang Proyek Pembangunan Dirinci Per Desa di Kecamatan Gondokusuman
No
Desa
Nilai (Rp. 000,00) 1987
1988
1989
1990
1991
1992
1
Baciro
1.381
1.281
796
3.500
1.393
5.158
2
Demangan
1.250
1.200
1.835
1.700
4.440
24.108
3
Klitren
624
599
660
3.418
4.180
4.624
4
Kotabaru
1.137
1.087
915
262
500
5.350
5
Terban
1.020
920
1.010
600
977
6.425
Jumlah
5.412
5.087
5.216
9.480
11.490 45.665
Sumber: Pusat Pengolahan data statistik D.I.Y,1988. Pemasukan
dari
swadaya
masyarakat
Gondokusuman
tersebut
menunjukan peningkatan dari tahun 1988 sampai dengan tahun 1992. Dari data diatas bahwa pemasukan untuk proyek pembangunan desa secara swadaya mengalami peningkatan yang disesuaikan dengan jumlah penduduk dan penghasilan dari penduduk desa tersebut. Selain dana yang swadaya juga ada dana pembangunan dari Pemerintah yang diberikan tiap kelurahan untuk membangun desa yang masih memerlukan dana untuk memperbaiki desa. Dana yang diterima tersebut sama antara satu kelurahan satu dengan kelurahan yang lain dalam satu kecamatan. Setiap tahun dana tersebut semakin meningkat.Dengan adanya iuran swadaya masyarakat dan penerimaan uang pembangunan dari pemerintah maka pembangunan desa akan tetap bisa dilaksanakan. Dibawah ini adalah penerimaan dana pembangunan untu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
desa yang berada di kecamatan Gondokusuman Yogyakarta dari tahun 1987 sampai dengan tahun 1992.
Tabel. 8. Penerimaan Dana Pembangunan Diperinci Per Kelurahan Tahun 1987 Sampai Dengan 1992.
Kelurahan
Bandes
1987
1988
(dalam ribuan) 1989
1990
1991
1992
Baciro
1350
1350
1500
2500
3500
5500
Demangan
1350
1350
1500
2500
3500
5500
Klitren
1350
1350
1500
2500
3500
5500
Kotabaru
1350
1350
1500
2500
3500
5500
Terban
1350
1350
1500
2500
3500
5500
Jumlah
6750
6750
7500
12500 17500 27.500
Sumber: Pusat Pengolahan data statistik D.IY,1988. Masyarakat kali Code yang masuk di kelurahan Kotabaru Yogyakarta yang setiap tahun ada anggaran untuk dana pembangunan. Dana bantuan desa setiap tahun mengalami peningkatan. Dana bantuan desa(bandes) ini digunakan untuk memperbaiki sarana umum dari desa yang memperoleh bantuan dana, seperti untuk memperbaiki jalan desa, dana pembangunan masjid, dan lain sebagainya.
3. Kehadiran Romo Mangun a. Biografi Romo Mangun Nama Lengkap Romo mangun adalah Yusuf Bilyarta Mangunwijaya. Romo mangun lahir pada 6 Mei 1929 di Ambarawa, Jawa Tengah. Romo Mangun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
ialah anak sulung dengan sebelas adik, tujuh diantaranya perempuan. Dalam riwayat pendidikan, Romo Mangun pada tahun 1936, memulai memasuki sekolah di HIS Fransiscus Xaverius, Muntilan Magelang. Pada tahun 1943 Romo Mangun meneruskan studinya ke STM Jetis Yogyakarta. Ketika di STM ini, Romo Mangun mengikuti kegiatan yang diadakan tentara Jepang di lapangan Balapan Yogyakarta dan mulai tertarik mempelajari sejarah dunia dan filsafat. Romo Mangun dikenal teman-temanya sebagai seorang yang kreatif dan piawai dalam menulis. Terkait bakat sastranya memang sudah berkembang sejak di Sekolah Dasar ketika Romo Mangun dididik untuk mampu terampil berbicara di depan umum dan menulis gagasan yang runtut dan argumentatif. Pada tahun 1959, Romo Mangun melanjutkan pendidikannya di Teknik Arsitektur ITB. Setelah lulus pendidikan di ITB, pada tahun 1960 Romo Mangun melanjutkan
studi
arsitekturnya
di
Rheinisch
Westfaelische
Technische
Hochschule di Aachen Jerman dan lulus pada tahun 1966. Setelah kembali ke Indonesia, Romo Mangun menjadi Pastor Paroki di Gereja Santa Theresia, Desa Salam Magelang. Pada tahun antara 1967 sampai 1980 Romo Mangun menjadi dosen luar biasa jurusan Arsitektur di UGM. Setelah selesai mengikuti kuliah singkat tentang masalah kemanusiaan sebagai Fellow of Apsen Institute for Humanistic Studies di Aspen Colorado Amerika Serikat karena dorongan dari Dr.Soedjatmoko, Romo Mangun melakukan pendampingan pada warga Kali Code yang terancam penggusuran.
b. Peran Romo Mangun Dalam mengadakan pembinaan pada warga Kali Code yang terancam penggusuran, Romo Mangun sampai rela mogok makan demi mempertahankan daerah pemukiman Kali Code yang dianggap kumuh oleh Pemerintah kota Yogyakarta, karena jasanya untuk kampung Kali Code, masyarakat di kampung tersebut menganggapnya sebagai tokoh yang tidak terlupakan dalam sejarah kampung Kali Code. Masyarakat Kali Code percaya tanpa kehadiran Romo Mangun, pemukiman Kali Code pasti sudah dapat digusur oleh Pemerintah Kota
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Yogyakarta. Berdasarkan jasa Romo Mangun terhadap masyarakat Kali Code maka Romo Mangun disegani oleh semua orang, bahkan preman yang ada di pemukiman Kali Code juga patuh dengan Romo Mangun. Romo Mangun menjadi sosok yang sangat dipercaya oleh masyarakat Kali Code. Romo Mangun menjadi tokoh panutan sehingga apapun yang diperintah dan dilakukan Romo Mangun akan diikuti oleh masyarakat Kali Code. Berbagai pembinaan yang dilakukan oleh Romo Mangun diikuti dan dilaksanakan oleh masyarakat. Termasuk dalam pembuatan pemukiman untuk masyarakat Kali Code. Romo Mangun dalam mendesain dan merancang suatu bangunan selalu turun tangan di lapangan bahkan dalam menyusun material dengan tangannya sendiri, mengukur sendiri, memasang sendiri seperti layaknya tukang. Romo Mangun lebih memilih penataan kembali area permukiman Kali Code supaya bebas banjir, menarik dan hijau sehingga selain mampu menjawab solusi juga tetap memperhatikan masyarakat setempat. Tujuan Romo Mangun memperbaiki kawasan kali Code adalah : a. Menyelamatkan masyarakat miskin di area tersebut dari penggusuran b. Memunculkan paradigma desain atau solusi desain yang berbeda dari sebelumnya c. Setelah terorganisir dengan baik masyarakat Kali Code dapat mandiri. Menurut Romo Mangunwijaya
artinya
arsitektur for survival. Romo Mangun menekankan apapun material yang digunakan dalam sebuah karya arsitektur yang terpenting adalah bukan mahal atau tidaknya material tersebut melainkan estetika dan fungsi yang dihasilkan oleh material tersebut. Romo Mangun adalah seorang yang humanis yang membela kaum miskin, terlantar, pinggiran dan tertindas. Mengedepankan kemanusiaan dengan lebih memilih jalan damai daripada kekerasan, karena kekerasan akan berlawanan dengan kemanusiaan (Wahid dkk, 1999). Sebelum Romo Mangun datang untuk mengubah perkampungan Kali Code, masyarakat Kali Code masih dianggap penghuni liar. Dengan kepemimpinan Romo Mangun yang kharismatik religius
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
dapat menggerakan modal sosial yang berupa tenaga, semangat kebersamaan, kemandirian dan guyub maka komunitas Kali Code dapat dibangun. Selama mengadakan pembinaan terhadap masyarakat Kali Code, Romo Mangun tinggal bersama-sama masyarakat Kali Code. Romo Mangun menempati rumah yang terletak di samping balai warga. Balai warga adalah tempat pertemuan yang dirancang khusus oleh Romo Mangun untuk tempat pertemuan warga. Pembinaan dan pendampingan yang dilakukan oleh Romo Mangun kepada masyarakat Kali Code dilakukan dengan cara mengumpulkan warga di balai warga. Pembinaan yang dilakukan Romo Mangun dengan cara mengajak warga berkumpul dan Romo Mangun memberi berbagai bekal ilmu tentang agama, pendidikan, kebersihan lingkungan dan lain-lain. Romo Mangun memberikan pembinaan kepada warga masyarakat Kali Code setiap hari menjelang sore hari sampai malam hari. Romo Mangun berhasil melakukan pembinaan dan pendampingan
menjadi
kampung
binaan.
Romo
Mangun
melakukan
pembinaan
dan
pendampingan terhadap masyarakat yang meliputi:
Tabel. 9. Gerak Penyuluhan Sosial di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1982 sampai dengan 1986
Uraian
1982
1983
1984
1985
1986
Pengunjung Penyuluhan Sosial Lisan
2800
3100
6640
6513
7682
Jumlah exemplar penyuluhan Sosial tertulis
5000
5500
-
5100
5900
Sumber: Dinas Sosial Provinsi D.I.Y,1986.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
a. Kebersihan tempat tinggal. Kampung Code terkenal sebagai kampung kumuh yang berada di bantaran kali, yang masyarakatnya tidak memperhatikan akan kebersihan tempat tinggalnya.
Masyarakat
Kali
Code
hanya
berfikir
bagaimana
cara
mempertahankan hidup. Tempat tinggal hanya dijadikan sebagai tempat persinggahan sementara untuk melepas rasa lelah setelah seharian mencari nafkah. Tempat tinggal seadanya yang cukup sebagai pelindung dari panas matahari dan hujan. Dengan adanya pembinaan dari Romo Mangun, bangunan rumah mulai diperbaiki. Dari perbaikan rumah yang baru tersebut masyarakat mulai menyadari tentang kebersihan tempat tinggalnya. Bangunan rumah terbuat dari bambu yang dibuat semi panggung, berbentuk limas yang tanpa meninggalkan desain asli rumah khas Jawa.
b. Kebersihan lingkungan. Masyarakat selalu membelakangi sungai dan selalu membuang sampah apapun ke sungai. Setelah Romo Mangun melakukan pembinaan terhadap masyarakat secara langsung tentang kebersihan lingkungan dan menjaga lingkungan supaya tetap terlihat indah dan menarik. Masyarakat sadar bahwa kebersihan lingkungan
sangat berguna bagi kesehatan masyarakat dan
menyadarkan masyarakat bahwa sungai tidak selamanya berada di belakang rumah. Kali yang letaknya berada di belakang pasti identik dengan kotor karena sampah dibuang ke belakang rumah. Masyarakat mulai menyadari tentang pentingnya sungai bagi kehidupan, maka dari itu masyarakat mulai sadar tentang menjaga kebersihan. Dalam membangun rumah, masyarakat juga sudah mulai menghadap ke sungai. Kali yang berada di depan rumah pasti akan selalu dijaga kebersihanya karena tidak mungkin masyarakat akan membuang sampah ke depan rumah. c. Pendidikan. Masyarakat Kali Code adalah masyarakat pinggiran yang buta huruf dan angka. Romo Mangun melakukan pembinaan dengan mengajari masyarakat secara langsung membaca dan menulis sehingga masyarakat sadar tentang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
pendidikan. Tidak hanya pendidikan tentang baca dan tulis masyarakat juga diajari pendidikan tentang moral, etika dan agama. d. Rohani. Romo Mangun selain terkenal sebagai seorang arsitek juga dikenal sebagai seorang pastur. Masyarakat Kali Code sebagian besar beragama Islam tetapi Romo Mangun tidak memaksakan agama yang dianutnya kepada masyarakat. Masyarakat Kali Code bebas untuk memeluk dan menyakini agama yang telah dianut oleh masyarakat sendiri. Romo Mangun mengajari bagi masyarakat yang seagama saja. Pada tahun 1984 mulai ada yayasan dan perguruan tinggi yang memperhatikan masyarakat Kali Code, salah satunya adalah yayasan pondok rakyat dan Universitas Gajah Mada. Yayasan pondok rakyat sebuah yayasan yang bergerak dibidang sosial untuk membangun kampung-kampung yang masih terpinggirkan. Yayasan ini terdiri dari Romo Mangun serta penggiat sosial juga membimbing masyarakat Kali Code mengelola pendapatan ekonomi masyarakat dengan memberikan keterampilan kepada masyarakat sehingga nantinya masyarakat Kali Code akan menjadi masyarakat yang mandiri. Tahun 1990 Yayasan Pondok Rakyat sudah tidak aktif lagi karena ketatnya pengawasan Orde Baru terhadap organisasi sosial. Yayasan ini kembali dibangun tahun 2000. Setelah Romo Mangun wafat pada tahun 1999 sejumlah aktivis kembali membangun gerakan sosial lewat yayasan ini. Yayasan ini juga aktif membangun kampung permagangan Badran, Tungkak, Kricak, dan Sidomulyo yang kondisinya sama dengan perkampungan Kali Code. Para mahasiswa khususnya mahasiswa Universitas Gajah Mada juga banyak membantu pembangunan masyarakat Kali Code. Para mahasiswa banyak memberikan les privat kepada anak-anak secara gratis. Selain itu juga banyak mahasiswa yang Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang melakukan perbaikan di perkampungan Kali Code (Wawancara dengan Darmi, 15 Juni 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
C. Perubahan yang Terjadi di Dalam Masyarakat Kali Code Tahun 1980-1992 a. Perubahan Bentuk Bangunan Rumah Menurut Undang-undang RI No. 4 Tahun 1992, rumah adalah struktur fisik yang terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga. World Health Organization (WHO) merumuskan definisi rumah sebagai struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung yang berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya, baik untuk kesehatan keluarga dan individu (Komisi WHO Mengenai Kesehatan Lingkungan, 2001) Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa rumah bukan hanya bangunan fisik yang merupakan tempat berlindung dan beristirahat untuk memenuhi kebutuhan fisiologis manusia. Rumah adalah sebuah tempat untuk memenuhi kebutuhan dasar pada hirarki yang lebih tinggi. Rumah merupakan sarana pembinaan keluarga untuk menumbuhkan kehidupan yang sehat secara fisik, mental dan sosial seperti yang diungkapkan oleh Hayward (1987) yang dikutip Budihardjo (1998) mengenai konsep tentang rumah, yaitu: (a) Rumah sebagai pengejawantahan diri yaitu rumah sebagai simbol dan pencerminan tata nilai selera pribadi penghuni, (b) Rumah sebagai wadah keakraban, rasa memiliki, kebersamaan, kehangatan, kasih sayang dan rasa aman, (c) Rumah sebagai tempat menyendiri dan menyepi yaitu melepaskan diri dari dunia luar, tekanan dan ketegangan kegiatan rutin, (d) Rumah sebagai akar dan kesinambungan yaitu rumah atau kampung halaman dilihat sebagai tempat untuk kembali pada akar dan menumbuhkan rasa kesinambungan dalam untaian proses ke masa depan, (e) Rumah sebagai wadah kegiatan utama sehari-hari, (f) Rumah sebagai pusat jaringan sosial dan (g) Rumah sebagai struktur fisik. Di samping harus dapat memenuhi berbagai fungsi tersebut di atas, rumah juga menjadi tempat berlindung dan sebagai tempat berlangsungnya proses sosialisasi, yaitu proses seseorang diperkenalkan kepada nilai dan adat kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Dalam eksistensi manusia rumah memiliki tiga kenyataan dasar yaitu: keterbukaan, kesatuan struktural dalam dunia dan kesatuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
struktural dalam masyarakat. Ketiga hal di atas harus nampak dan terwujud dalam rumah untuk lebih mengungkapkan arti dan makna rumah dalam kehidupan manusia. Rumah bukan sekedar benda untuk dilihat sebagai sarana hidup, tetapi lebih merupakan proses bermukim, yaitu kehadiran aktif manusia. Kehadiran manusia adalah menciptakan ruang hidup dalam lingkungan sekitarnya dengan menjadikan rumah seakan-akan menjadi hidup. Dengan eksploitasi kesatuan struk\tural terungkap bahwa rumah merupakan pusat realisasi kehidupan manusia. Manusia bukan sebagai mahkluk hidup yang sudah lengkap dan sempurna, tetapi sebagai potensi dengan berbagai bakat dan kemampuannya. Potensi itu pada dasarnya diaktualisasikan dalam lingkungan rumah, dalam rumah manusia dididik, dibentuk dan berkembang menjadi seorang pribadi. Rumah dalam arti luas yaitu dunia, manusia harus mengembangkan diri dengan merealisasikan kemampuan serta memenuhi kebutuhannya. Dari konteks pemikiran di atas dapat dikatakan bahwa rumah tidak dapat dipisahkan dari dunia. Manusia, rumah, dunia merupakan tahapan yang harus dilalui menuju kepada pemenuhan eksistensi manusia. Orientasi objektif yaitu manusia, rumah dan dunia sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Rumah juga diartikan sebagai alat, objek dan sasaran hidup, dan akhirnya rumah merupakan unsur ekstrinsik yang mempunyai arti karena manfaatnya dalam kehidupan manusia. Rumah dilihat sebagai bagian struktural eksistensi manusia, yang harus mampu menampung dinamika manusia. Rumah dalam pengertian dan makna yang sepenuhnya bersifat multidimensional. Rumah harus mampu membuka jalan dan memberikan saluran terhadap kecenderungan, kebutuhan, aspirasi dan keinginan manusia dengan sepenuhnya (Bharuna, 2004). Rumah juga dapat dilihat sebagai pusat kegiatan budaya. Rumah merupakan proses bermukim, yaitu kehadiran aktif manusia, maka gerak-gerik dan tingkah laku manusia merupakan proses dan dinamika budaya. Manusia adalah pelaku yang berproses dan menjalani perubahan suatu budaya. Jadi rumah juga merupakan institusi budaya, karena tidak hanya sebagai hasil kegiatan manusia tetapi juga karena peranannya sebagai tempat dalam menampung,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
menyalurkan dan mengembangkan usaha serta langkah menuju kepada perbaikan taraf hidup manusia sebagai manusia yang memilki banyak kebutuhan termasuk kebutuhan akan rumah sebagai tempat pengembangan budaya. Rumah untuk masyarakat Kali Code yang dirancang oleh seorang arsitek yang bernama Y.B Mangunwijaya atau yang biasa disapa dengan nama Romo tektur Jawa serta bangunan yang terbuat dari kayu dan bambu. Desain rumah yang dibuat warna warni menambah keindahan perkampungan. Di bawah ini adalah konsep desain rumah masyarakat Kali Code yang didesain oleh Romo Mangun.
Gambar 4 Desain Rumah dari Romo Mangun untuk Perkampungan Kali Code (Sumber: Laporan untuk
Kampung Kali Cho-
Desain rumah masyarakat Kali Code yang dirancang oleh Romo Mangun disesuaikan dengan keadaan medan. Tempat atau tanah yang ditempati adalah tanah di samping sungai yang rawan longsor dan tidak rata. Bangunan yang akan didirikan harus sesuai dengan lahannya. Rumah masyarakat Kali Code adalah rumah panggung yang bahan dasar rumahnya adalah kayu dan bambu. Penggunaan bambu dan kayu karena disesuaikan dengan kondisi ekonomi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
masyarakat dan juga bahan kayu dan bambu yang mudah didapat dan harganya terjangkau. Tata letak bangunan rumah dengan sungai dan jalan raya sudah didesain dengan sangat detail oleh Romo Mangun. Pembangunan yang dilakukan untuk rumah-rumah yang nantinya akan dibangun hanya tinggal menyesuaikan dengan desain yang sudah ada. Gambar di bawah ini adalah desain tata letak rumah terhadap sungai dan jalan raya yang dirancang Romo Mangun untuk bangunan atau perumahan di Kali Code Yogyakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Gambar 5. Desain Pemukiman untuk Masyarakat Kali Code (Sumber: Laporan untuk
Kampung Kali Cho-
Berdasarkan desain perkampungan Kali Code di atas, peneliti melihat sebuah desain yang sangat berbeda dari perkampungan lainnya. Desain yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
digunakan sangat unik karena pemanfaatan kontur sungai yaitu tinggi rendahnya tanah terhadap sungai juga diperhatikan. Perkampungan Kali Code yang berada di pinggir sungai yang mempunyai kontur miring bisa dijadikan sebuah perkampungan
yang tidak
merusak
ekosistem
sungai.
Walaupun
pada
kenyataannya kampung Kali Code sebelum diadakan perombakan adalah sebuah kampung yang bisa merusak ekosistem sungai, karena penduduk menggunakan lahan yang sebenarnya dimanfaatkan sebagai daerah penahan longsor. Dengan desain tersebut meskipun kontur lahannya miring tetap aman untuk dijadikan areal pemukiman ditambah dengan masyarakat Kali Code yang memperhatikan aspek lingkungan dengan memperbanyak penghijauan. Selain bisa menahan longsor, penghijauan juga bisa meningkatkan kadar oksigen. Ditambah adanya kesadaran kebersihan kali tetap dijaga oleh masyarakat Kali Code.
b. Fasilitas Kampung Kampung Kali Code mulai diakui keberadaannya setelah adanya pendampingan yang dilakukan oleh Romo Mangun sejak tahun 1983. Sejak itu Kampung Kali Code mulai menunjukkan sebagai sebuah kampung yang mulai diakui keberadaannya oleh pemerintah dan dimasukkan ke wilayah administrasi Desa Terban yang kemudian berubah menjadi Kelurahan Kotabaru Kecamatan Gondokusuman. Fasilitas kampung juga mulai dipikirkan oleh masyarakat atas dasar motivasi dari Romo Mangun. Kampung Kali Code memiliki fasilitas antara lain: a. Tempat bermain anak-anak b.
Balai Warga, yaitu aula untuk pertemuan warga. Di balai warga, masyarakat membicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan Kampung Kali Code.
c. WC umum, karena masyarakat Kali Code tidak semua memiliki fasilitas mandi cuci kakus (MCK) jadi masyarakat memanfaatkan WC umum tersebut. d.
Masjid. Masjid Kampung Kali Code tepat berada di tengah-tengah perkampungan yang memiliki dua lantai, lantai bawah untuk kegiatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
Taman Pendidikan Alquran (TPA) sedangkan lantai atas untuk aktivitas ibadah masyarakat Kali Code.
c. Memperoleh Penghargaan Aga Khan Penghargaan adalah sebuah nilai tertinggi untuk sebuah hasil karya. Kampung Kali Code mendapatkan sebuah penghargaan pada tahun 1992, yaitu penghargaan The Aga Khan. Penghargaan The Aga Khan yaitu sebuah penghargaan arsitektural yang digagas oleh Aga Khan IV dari Jenewa Swis pada tahun 1977. Penghargaan Aga Khan ditujukan untuk menandai dan menghargai konsep arsitektural yang mewadahi rancangan kontemporer, pemukiman, pengembangan dan peningkatan lingkungan, restorasi, konservasi area dan pengembangan lingkungan. Aga Khan Award diumumkan setiap tiga tahun sekali untuk beberapa proyek sekaligus dan memberikan penghargaan keuangan, dengan total hadiah sampai US$ 500.000. Aga Khan Award adalah sebuah penghargaan yang menilai dari segi bangunan, masyarakat sekitar, tim perancang, dan semua pihak yang terlibat di dalamnya. Aga Kha Award diprakarsai Pangeran Aga Khan yaitu salah seorang imam kaum muslim shiah ismaili. Selain perkampungan Kali Code, terpilih pula delapan proyek lainnya di Tunisia, Turki, Mesir, Jordania, Suriah,
Burkima
Faso
(sebuah
negara
kecil
di
Afrika)
dan
India
(http://id.wikipedia.org. 27 November 2011). Penghargaan Aga Khan adalah sebuah penghargaan yang berada di bawah panji-panji Islam tetapi memberikan penghargaan kepada Romo Mangun yang beragama Katholik. Meskipun Romo Mangun beragama Katholik tetapi Romo Mangun telah berkarya untuk bangsa yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Karya yang dihasilkan Romo Mangun merupakan sebuah karya yang sangat membanggakan untuk masyarakat Kali Code. Pembangunan yang membela rakyat kecil dan kaum terpinggirkan ( Tempo,19 September 1992). Aga Khan Award adalah sebuah penghargaan yang berarti bagi masyarakat perkampungan Kali Code, perkampungan yang sebelumnya adalah perkampungan kumuh. Dengan penghargaan itu membuktikan bahwa Kampung Kali Code tidak lagi dipandang sebagai perkampungan kumuh. Namun menjadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
sebuah kampung yang bisa menjadi daya tarik wisatawan karena melihat bangunan rumahnya yang khas dan eksotik ditambah hiasan-hiasan yang berada di dinding rumah yang dapat menambah keindahan kampung Kali Code. Kampung Kali Code akan tampak sangat indah dan menawan bagi masyarakat yang melintasi jembatan Soedirman sehingga menimbulkan penasaran masyarakat terhadap Kampung Kali Code.
d. Realitas Sosial Baru Dalam konteks realitas sosial ini, peneliti melihatnya dalam beberapa dimensi yang akan menunjukkan beberapa perubahan yang terjadi pada realitas struktur kekuasaan yang terdapat di dalam masyarakat Kali Code. Kaitannya dengan struktur sosial, pemukiman Kali Code dalam konstruksi awalnya mempunyai fungsi yang sangat penting untuk lingkungan, yang dalam prosesnya dikondisikan untuk tetap stabil. Kestabilan tidak bisa lepas dari kondisi yang menguntungkan bagi masyarakat yang ada di dalamnya. Realitas sosial yang terbangun merupakan sebuah realitas yang hadir oleh proses kebudayaan yang ada pada masa itu. Begitu pula, terminologi perubahan juga bagian dari sebuah proses kebudayaan yang sedang dan akan berjalan terus menerus. Relevansinya dengan Masyarakat Kali Code adalah adanya perubahan yang memang tidak bisa diabaikan. Perubahan terhadap kebutuhan masyarakat yang mengalami kemajuan dan berbagai perangkat kebudayaan yang ada. Seperti mata pencaharian, sistem sosial, organisasi kemasyarakatan, dan lain-lain. Masyarakat akan melakukan penyesuaian atas berbagai tuntutan yang sesuai dengan perkembangan jaman, jika tidak mampu dalam memenuhi tuntutan yang ada berarti akan menghasilkan proses pergantian berbagai perangkat kebudayaan tersebut dengan yang lain. Begitu juga dengan realitas sosial yang ada, yang akan terus berubah karena perubahan itu sendiri dalam konteks sosial adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Tanah Kali Code yang semula adalah tanah yang berada di pinggir sungai yang ditujukan untuk daerah resapan air dan sebagai tanggul telah berubah fungsi sebagai tempat hunian yang legal. Realitas tersebut membuat perubahan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
semula pada tahun 1980-an merupakan pemukiman yang ilegal menjadi pemukiman yang legal. Pemerintah sudah mengakui Kampung Code sebagai sebuah pemukiman resmi yang masuk ke dalam Kelurahan Terban dan kemudian menjadi Kelurahan Kota Baru. Sekarang perkampungan Kali Code termasuk dalam wilayah RT 01 RW 01 Kelurahan Kota Baru Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta.
e. Pergeseran Otoritas Masyarakat Kali Code sebagai salah satu bagian dari masyarakat pinggiran juga tidak lepas pengaruh perubahan otoritas. Kampung Kali Code yang dulu pola kepemimpinannya terletak pada pola kepemimpinan yang tradisional dan agamis, dengan menempatkan pimpinan kelompok adalah orang yang paling tua dan berpengaruh terhadap masyarakat. Setelah kedatangan Romo Mangun, secara otomatis merubah pola-pola yang sudah ada sebelumnya. Kedatangan Romo Mangun memberi dampak dengan menghasilkan bentuk dan pola kepemimpinan baru. Romo Mangun yang dipercaya masyarakat setempat karena kharisma yang dimilikinya sebagai seorang pemimpin. Selain itu Romo Mangun juga memiliki jasa besar terhadap perkampungan Kali Code saat akan ada penggusuran dari pemerintah kota Yogyakarta. Pada saat pemerintah kota Yogyakarta berencana melakukan penggusuran terhadap pemukiman kumuh Kali Code, Romo Mangun bersama-sama warga menentang rencana dari pemerintah kota Yogyakarta tersebut. Maka dari itu masyarakat selalu memperhatikan dan menjalankan apa yang diperintah oleh Romo Mangun. Romo Mangun menjadi sosok panutan bagi masyarakat Kali Code. Setelah Romo Mangun berhasil membangun perkampungan Kali Code dan masyarakat sudah mulai mandiri akhirnya Romo Mangun perlahan-lahan melepas masyarakat Kali Code untuk mandiri. Akhirnya setelah masyarakat Kali Code diakui secara resmi oleh pemerintah sebagai sebuah perkampungan yang legal pola kepemimpinan juga berubah. Perubahan tersebut terlihat pada era Romo Mangun masyarakat Kali Code masih dianggap penghuni liar. Dengan kepemimpinan Romo Mangun yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
kharismatik dan religius dapat menggerakkan semua potensi masyarakat yang berupa tenaga, semangat kebersamaan, kemandirian, maka masyarakat Kali Code dapat dibangun dan dibina untuk menjadi masyarakat yang mandiri. Selanjutnya model kepemimpinan Romo Mangun diteruskan oleh pimpinan Rukun Tetangga (RT), yang dipilih warga karena dianggap kharismatik dan memiliki kewibawaan dalam memimpin. Kharisma yang diperoleh datang dari kepribadian pemimpin baru yang mampu mengayomi, dapat diteladani dan siap melayani warganya. Warga Kali Code patuh pada pemimpinnya dan dengan rela berpartisipasi dalam membangun masyarakat Kali Code menuju masyarakat yang memiliki kemandirian diri. Letak dasar kepemimpinannya didasarkan pada aspek adminstratif. Peran ketua Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW) dan perangkat Kelurahan sampai pimpinan kelurahan menggeser apa yang sebelumnya menjadi sandaran dalam masalah kepemimpinan di dalam masyarakat Kali Code. Masyarakat Kali Code menempatkan berbagai masalah yang dihadapkan masyarakat dengan menyelesaikannya dengan semua perangkat desa yang dimiliki Kampung Code, melalui musyawarah di Rukun Tetangga sampai dengan kelurahan yang bertempat di balai warga. Balai warga sudah dirancang oleh Romo Mangun untuk dijadikan tempat warga Kali Code bermusyawarah.
f. Sistem Pencaharian hidup Perubahan sistem pencaharian hidup adalah bagaimana cara manusia memenuhi kebutuhan hidupnya secara berkesinambungan. Dalam hal ini peneliti mencari dan menemukan bagaimana penduduk pada masyarakat Kali Code memenuhi kelangsungan hidupnya. Untuk itu beberapa jenis pekerjaan telah diinventarisir guna melihat perubahan pada sistem pencaharian hidup masyarakat Kali Code. Telah diketahui bahwa masyarakat Kali Code adalah masyarakat urban yang datang dari beberapa daerah seperti Boyolali, Klaten, Solo, Kulonprogo dan lain-lain. Tingkat pendidikan suatu masyarakat akan memengaruhi pula sistem pencaharian hidup dari masyarakat itu sendiri. Masyarakat dengan tingkat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
pendidikan tinggi dan dengan cara kehidupan modern, mempunyai sistem mata pencaharian yang berbeda dengan masyarakat yang taraf pendidikannya rendah yang cara hidupnya sederhana. Selain itu lingkungan tempat tinggal juga memengaruhi pola dan sistematika dalam aktivitas hidupnya. Masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan berbeda dengan masyarakat urban yang tinggal di perkotaan. Urbanisasi menyebabkan jumlah penduduk meningkat
dengan
cepat.
Tekanan
jumlah
di
penduduk
kota Yogyakarta secara
otomatis
meningkatkan kebutuhan akan ruang untuk permukiman. Penduduk yang melakukan urbanisasi sebagian besar berasal dari golongan ekonomi lemah, maka sebagian besar dari penduduk tidak mampu membeli tanah dan membangun rumah di daerah yang semestinya. Hal itu disebabkan harga tanah dan biaya pembangunan rumah yang relatif tinggi di kota besar. Akibatnya sebagian penduduk memilih untuk mendirikan permukiman di bantaran sungai Code secara ilegal. Alasan yang mendasari hal tersebut adalah selain dekat dengan sumber air, penduduk tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli tanah, kerena sepengetahuan masyarakat tanah tersebut tidak ada yang memiliki. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat bekerja serabutan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Pada tahun 1980 penduduk mulai bekerja serabutan dan mayoritas sebagai pencari rongsok atau barang-barang bekas. Masyarakat Kali Code biasanya mengumpulkan dahulu rongsokan tersebut sampai 2-3 hari. Setelah itu akan ada pemborong yang datang untuk membeli rongsokan tersebut dengan mengunakan truk. Rongsokan pada tahun 1970-an dihargai hanya Rp. 75,00/ kg. Pendapatan untuk seorang pencari rongsokan yang dihasilkan oleh masyarakat Kali Code pada tahun 1980 adalah sebesar Rp. 1000/minggu dan sebesar Rp.4.000/bulan. Pada tahun 1991 pendapatan untuk pengumpul rongsokan adalah kira-kira Rp. 150.000/bulan (Wawancara dengan Setu Tarmin, 15 Juni 2012). Masyarakat yang umurnya sudah tergolong berusia tua mencari nafkah dengan meminta-minta di sepanjang jalan di kota Yogyakarta terutama di jalan Sudirman dan jalan Malioboro Yogyakarta. Alasan mencari nafkah dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
meminta-minta adalah untuk memenuhi kehidupan sehari-hari yang semakin banyak keterbatasan lapangan pekerjaan serta kurangnya keterampilan yang dimiliki. Dengan adanya pendampingan dan pembinaan yang dilakukan oleh Romo Mangun kehidupan warga sudah mulai berubah. Perubahan tersebut sebenarnya tidak terlalu signifikan tetapi terjadi perubahan yang membuat kehidupan masyarakat menjadi semakin baik. Masyarakat dibekali dengan kemampuan untuk memanfaatkan segala potensi yang dimiliki dan yang berada di sekitar mereka. Segala potensi tersebut jika dimanfaatkan secara optimal maka segala permasalahan yang selama ini dihadapi akan sedikit berkurang. Masyarakat Kali Code mulai mencari nafkah dengan mencari pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan masyarakat. Perubahan di perkampungan kali Code tidak hanya pada perubahan fisik, melainkan juga perubahan mental masyarakat yang semula hanya berprofesi sebagai pemulung menjadi pedagang yang berjualan di Pasar Beringharjo, tukang parkir dan karyawan toko. Sikap mental yang ditanamkan oleh Yusuf Bilyarta Mangunwijaya kepada masyarakat perkampungan Code bertujuan untuk membentuk masyarakat yang mandiri dan bisa menyesuaikan dengan perkembangan kota untuk memperbaiki dan meningkatkan taraf kehidupannya dalam bidang ekonomi. Kegiatan yang dilakukan oleh Yusuf Bilyarta Mangunwijaya juga melibatkan para tokoh-tokoh sosial yang terhimpun dalam Yayasan Pondok Rakyat. Yayasan Pondok Rakyat adalah sebuah yayasan yang berdiri pada tanggal 5 Maret 1985. Pendirinya adalah para arsitek, pekerja sosial, intelektual, agamawan, penulis dan seniman yang ikut membantu masyarakat Kali Code untuk mengelola pendapatan ekonomi masyarakat serta membantu masyarakat dalam menangani penggusuran yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta pada tahun 1980 (Khudori, 2002). Dibawah ini pendapatan regional dan pendapatan perkapita di kota madya Yogyakarta dari tahun 1981-1986. Pendapatan perkapita masyarakat yang mengalami peningkatan dari tahun 1981 sampai tahun 1986.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
Tabel. 10. Pendapatan Regional dan Pendapatan Per Kapita di Kota Madya Yogyakarta (Rp. 1000,-)
Uraian
1981
1982
2
3
1. Nilai Tambah Brotu
130 678 582
156 516 248
187 547 682
208 654 535
240 474 352
2. Jumlah penduduk
390 180
396 286
403 155
411 766
415 436
3. Pendapatan perkapita
334,91
394,96
465,20
506,7 3
578,85
1
1983
1984
1985
4
5
6
A. Harga Berlaku
B. Harga Konstan 1.
Nilai tambah Bruto
52 084 315
57 464 925
59 982 259
63 248 504
64 3886 977
2.
Jumlah Penduduk
390 180
396 286
403 155
411 765
415 436
3.
Pendapatan Perkapita
133,48
145,01
148,78
153,6 0
154,99
Sumber: Pusat Pengolahan data statistik D.IY,1988.
g. Peningkatan dalam bidang Pendidikan Setiap bangsa di dunia baik di negara maju maupun bangsa yang masih hidup dengan budaya sederhana, semuanya mempunyai sistem pengetahuan (Koentjaraningrat, 1990). Jadi sistem pengetahuan itu sangat penting dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
sebuah kebudayaan masyarakat. Termasuk masyarakat Kali Code yang berusaha untuk meningkatkan kehidupanya melalui peningkatan dalam bidang pendidikan. Pendidikan adalah salah satu cara untuk memperbaiki kehidupan masyarakat untuk menjadi lebih meningkat dari keadaan sebelumnya. Model yang diperkenalkan Etzioni (1968) yang dikutip dari M. Poloma (1984) bahwa untuk menjawab berbagai masalah atau isu-isu sosial masyarakat modern, pengendalian terhadap masa depan dengan merubah pola pikir bahwa masa depan itu ditentukan oleh tindakan rasional bukan ditentukan oleh nasib. Pengarahan untuk individu yang menjadi aktor dalam kehidupanya sendiri serta kekuatan selfkontrol terhadap diri pribadi masing-masing. Lebih
jauh
Etzioni
mengungkapkan
tentang
masyarakat
aktif.
Masyarakat aktif adalah masyarakat yang menguasai dunia sosial masyarakat itu sendiri. Masyarakat aktif sangat berbeda dengan masyarakat pasif di mana para anggotanya dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan luar atau kekuatan aktif lainnya. Orientasi masyarakat aktif memiliki tiga komponen, yaitu kesadaran pribadi, pengetahuan para aktor, dan komitmen pada satu atau lebih tujuan yang harus dicapai serta fasilitas sosial untuk mengubah tatanan sosial (Etzioni, 1968). Menjadikan
masyarakat
yang
mampu
mengendalikan
diri
atau
masyarakat aktif harus dibarengi dengan pendidikan atau pengetahuan karena pengetahuan merupakan kunci untuk mewujudkan masyarakat yang dapat mengendalikan diri untuk mencapai kemajuan. Masyarakat Kali Code termasuk dalam masyarakat aktif karena masyarakat mampu membuat perubahan, mengenali dirinya sendiri, menentukan masa depannya sendiri dengan kesadaran untuk berubah menjadi lebih baik. Hal tersebut yang dilakukan oleh masyarakat Kali Code yang semula kurang mengetahui tentang pendidikan menjadi masyarakat yang sadar terhadap pendidikan. Masyarakat Kali Code berpendapat pada saat itu pendidikan adalah hal langka dan susah didapatkan oleh masyarakat Kali Code. Romo Mangun berusaha untuk memberikan pendidikan bagi masyarakat mulai dari belajar membaca dan menulis sampai pendidikan rohani. Masyarakat Kali Code antusias dalam menerima pembinaan yang dilakukan Romo Mangun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
Pada tahun 1980-1983 masyarakat hanya sekolah sampai Sekolah Dasar (SD) dan bahkan banyak yang tidak sampai lulus. Dengan adanya pembinaan dan pendampingan masyarakat mulai menyadari tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak. Anak-anak mulai disekolahkan oleh orang tuanya sampai jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Selain itu sebagian dana dari hadiah Penghargaan Aga Khan juga dialokasikan untuk dana pendidikan pada anak-anak Kali Code. Anak-anak Kali Code mendapat kesempatan lebih lagi untuk memperoleh pendidikan. Diharapkan melalui pendidikan masyarakat dapat memperbaiki kehidupannya.
Dengan kehidupan
yang baik maka dapat
memungkinkan untuk memiliki pekerjaan yang baik pula.
Tabel. 11. Jumlah Sekolah TK, SD, SMP, SMA di Kelurahan Kotabaru Kecamatan GondokusumaYogyakarta dari Tahun 1987-1992
Murid
1987
1988
1989
1990
1991
1992
TK
4
4
4
4
4
5
SD
8
8
9
9
9
5
SMP
2
2
2
2
2
6
SMA
5
5
5
5
5
6
Sumber: Badan Pusat Statistik, 1988.
h. Perubahan Sikap dan Budaya Hidup Bersih dan Rapi Kebudayaan adalah hasil proses belajar dari lingkungan. Pengetahuan sebagai
bagian
dari
kebudayaan
digunakan
oleh
manusia
untuk
menginterpretasikan dan memahami lingkungan hidupnya sehingga lahir suatu sistem kategorisasi tentang lingkungan hidup. Salah satu kategori mencakup halhal yang berkaitan dengan pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup (Depdikbud,1996). Kebudayaan suatu masyarakat pada intinya berfungsi menghubungkan manusia dengan alam sekitar (lingkungan). Dengan teknologi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
yang dimiliki oleh masyarakat, maka manusia dapat menyesuaikan diri dengan alam, atau dapat memanfaatkan alam untuk keperluan hidupnya. Sikap masyarakat terhadap lingkungan akan berpengaruh terhadap budaya masyarakat yang akan terbentuk. Budaya dimulai dari setiap kebiasaan yang akan dimulai dari diri masyarakat. Termasuk kebudayaan untuk menjaga kebersihan dan kerapian dalam lingkungan tempat tinggal masyarakat Kali Code. Perubahan kampung Kali Code sangat terlihat jelas dari kebersihan dan kerapian lingkungannya. Sebuah kampung yang semula adalah kampung kumuh yang identik dengan perkampungan yang berada di perkotaan menjadi sebuah pemukiman yang memiliki tata ruang yang teratur. Masyarakat Kali Code mulai menjaga kebersihan lingkungan rumah dan tempat tinggalnya. Pada tahun 1986 masyarakat mulai sadar akan kebersihan dan kerapian sebuah hunian. Dengan kesadaran masyarakat tersebut maka lingkungan yang sebelumnya kotor mulai ada peningkatan kebersihan dan kerapiannya. Setiap perubahan dalam masyarakat tentu mempunyai penyebab. Penyebab perubahan tersebut menjadi daya gerak dari proses perubahan dalam suatu masyarakat yang datang dari dua sumber (dari dalam dan dari luar). Faktor dari dalam adalah keinginan untuk hidup sehat yang dimulai dari menjaga kebersihan dan kerapian serta untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik daripada sebelumnya. Sedangkan faktor dari luar adalah untuk membuktikan bahwa perkampungan Kali Code adalah sebuah pemukiman yang layak huni dan tidak kalah nyaman dengan perumahan mewah yang berada di sekitar Perkampungan Kali Code.
i. Pandangan Hidup Suatu masyarakat hukum, baik lingkup besar maupun dalam lingkup kecil dalam tata kehidupan sehari-hari memiliki suatu pandangan hidup. Dengan pandangan hidup tersebut masyarakat memiliki pedoman atau pegangan bagaimana
masyarakat
memecahkan
persoalan
atau
masalah
dalam
lingkungannya. Dalam pandangan hidup terdapat konsepsi dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan, pokok-pokok pikiran dan gagasan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
berkehidupan yang lebih baik. Seperti nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia. Dengan pengamalan nilai-nilai Pancasila persoalan atau masalah dipecahkan demi kehidupan yang lebih baik yang dicitacitakan yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Keseluruhan nilai dan tata nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila adalah menjadi pedoman dan pegangan hidup dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari pemecahan masalah dan pengamalan suatu keputusan untuk menyelesaikan perselisihan, perencanaan pembangunan serta maslah- maslah yang dihadapi oleh masyarakat. Pandangan hidup dalam masyarakat Kali Code berawal dari perasaan senasib seperjuangan yang merantau ke kota untuk memperbaiki hidupnya. Hal ini sesuai juga dengan pepatah yang mengatakan orang hidup dikandung adat, orang mati dikandung tanah, mati anak gempar serumah, mati adat gempar sebangsa keteraturan, baik dalam bergaul maupun dalam hal bertindak. Dalam pergaulan hidup dengan berbagai masyarakat dari beberapa di mana tembilang tacacak, di situ tanaman tumbuh, di mana bumi diinjak disitu langit dijunjung bahwa barang siapa yang bertempat tinggal di kampung Kali Code harus menghormati adat-istiadat yang telah diciptakan oleh masyarakat yang sudah turun-temurun. Masyarakat yang baru menempati Kampung Kali Code tidak boleh sewenang-wenang dan jika terjadi suatu sengketa maka akan diselesaikan dengan musyawarah dan mufakat. Selain hidup dalam keteraturan, ada pula pandangan hidup tentang hidup sesudah mati. Bahwa sesudah kehidupan dunia ada kehidupan yang lebih kekal atau abadi. Kehidupan tersebut adalah kehidupan akhirat. Barang siapa yang beramal baik akan mendapatkan kehidupan yang baik, dan barang siapa yang beramal buruk maka akan mendapatkan kehidupan yang buruk. Kehidupan baik adalah surga dan kehidupan buruk adalah neraka. Oleh sebab itu dalam hidup di dunia harus baik, baik hubungan dengan Sang Khalik pencipta alam semesta, maupun dengan sesama manusia dan alam lingkungan sekitar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Hal yang menarik adalah semangat hidup masyarakat Kali Code untuk terus bertahan. Walaupun penggusuran tempat tinggal yang dilakukan oleh pemerintah kota kerap dilakukan, tetapi masyarakat tetap kembali berusaha dan tinggal di tempat yang sama. Hal ini dapat membentuk kesamaan kemampuan adaptasi terhadap tempat tinggal (Wiryomartono, 1999), artinya masyarakat kampung Kali Code memiliki kemampuan adaptasi yang lebih tinggi terhadap segala bentuk dan struktur ruang hidup. Hal ini dapat menjadi inspirasi bagi para arsitek dan perencana kota untuk mengembangkan program-program pada perancangan lingkungan binaan pada permukiman masyarakat kampung Kali Code dengan bentuk yang bebas sesuai dengan kebutuhan. Karena sangat sulit untuk menerapkan rasionalisasi terhadap ruang dan bentuk dalam kawasan kampung kota. Perkampungan Kali Code yang merupakan lingkungan binaan merupakan suatu kesatuan dalam ketidakteraturan yang dapat dirubah menjadi perkampungan yang teratur. Masyarakat Kali Code merupakan potensi bagi kehidupan kota. Kehidupan kota akan timpang jika salah satu sub sistem dari kota ini hilang. Oleh sebab itu pola kebijakan dan perencanaan kota harus menjadikan kehidupan kota yang modern dan serba formal serta terorganisir menjadi semakin teratur dan terarah. Perencanaan kota yang matang dan berdasarkan tata kota yang baik serta diimbangi dengan kebijakan yang baik dari pemerintah maka akan tercipta harmonisasi dalam kehidupan kota yang akan meningkatkan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan dari uraian hasil penelitian dalam bab sebelumnya, maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut : 1) Sejarah berdirinya Kampung Kali Code Yogyakarta dimulai dari masyarakat yang melakukan urbanisasi ke kota Yogyakarta. Yogyakarta yang menjadi ibu kota dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang menjadi pusat Pemerintahan dan industri dapat mendorong masyarakat yang berasal dari berbagai daerah untuk mendatangi kota tersebut. Masyarakat pendatang datang ke kota Yogyakarta awalnya tidak memiliki tempat tinggal selama berada di Yogyakarta mendirikan rumah yang terbuat dari kardus dan -
n sungai Code. Masyarakat mulai datang pada
tahun 1960-an yang datang secara bertahap untuk menempati daerah bantaran sungai tersebut. Masyarakat pendatang rata-rata masih penduduk asli
Yogyakarta
yang
belum
memiliki
tempat
hunian
kemudian
memanfaatkan sebagai tempat tinggal dengan bangunan seadanya, sehingga orang sering menyebutnya sebagai masyarakat pinggir kali, yang disingkat
2) Kampung Kali Code awalnya masuk Kelurahan Kota Baru RT 01 RW 01 Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta. Kampung Kali Code mengalami perubahan antara tahun 1980-1992. Banyak faktor yang mampu merubah masyarakat Kali Code antara lain Pemerintah Kota Yogyakarta yang melakukan penggusuran terhadap Perkampungan Kali Code, kehadiran seorang arsitek ternama yang bernama Y.B Mangunwijaya atau yang biasa disapa dengan sebutan Romo Mangun yang melakukan pembinaan terhadap masyarakat Kali Code baik secara fisik maupun mental yang menjadikan kehidupan masyarakat Kali Code lebih baik seperti sekarang ini. 3) Perubahan yang terjadi dalam masyarakat Kali Code meliputi perubahan bentuk bangunan rumah yang semula hanya rumah yang terbuat dari kardus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
menjadi rumah yang layak huni dan unik karena bentuknya yang khas yaitu
akhirnya menerima penghargaaan The Aga Khan Award pada tahun 1992. Selain itu juga pendidikan dari masyarakat yang mengalami peningkatan, adanya realitas sosial yang baru berupa pengalihan lahan yang semula ditujukan untuk daerah hijau menjadi areal perkampungan yang legal. Dengan adanya sebuah perkampungan yang legal dan telah diakui oleh Pemerintah maka dari itu terbentuklah sistem otoritas yang baru yang berdasarkan administratif. Munculnya ketua RT, Ketua RW dan perangkat Pemerintahan lainnya yang dipercaya warga Kali Code untuk memimpin Kampung Kali Code.
B. Implikasi Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan muncul implikasi yang dapat dipandang dari berbagai segi sebagai berikut : 1. Teoritis Masyarakat adalah suatu sistem yang terwujud dari kehidupan bersama manusia. Suatu pergaulan hidup manusia dalam masyarakat akan membentuk ciriciri masyarakat. Ciri-ciri masyarakat yang melekat akan sulit bertahan jika sudah tidak sesui dengan perkembangan dunia yang modern ini. Perubahan diharapkan oleh masyarakat untuk kehidupan yang lebih baik. Perubahan adalah suatu cara masyarakat untuk mencapai
dan mengembalikan tatanan yang telah berubah
sebelumnya menjadi sebuah tatanan baru, yang lebih relevan dengan berbagai kebutuhan masyarakat yang terbaru. Perubahan sosial budaya yang terjadi di dalam masyarakat Kali Code merupakan
akumulasi dari keinginan masyarakat karena dianggap tidak sesuai
lagi dalam kehidupannya. Perubahan yang mencakup banyak aspek masyarakat yang akan membangkitkan kemajuan masyarakat Indonesia. Masyarakat mampu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
untuk membuka wawasan dan pendalaman materi tentang perubahan sosial budaya masyarakat. 2. Praktis Masyarakat Kali Code menginginkan perubahan yang dapat membawa masyarakat yang sejahtera lahir dan batin. Implikasi praktis dari penelitian ini juga sebagai referensi untuk memacu penelitian yang lain yang sejenis, sekaligus dapat dijadikan bahan acuan peneliti lain untuk melakukan penelitian yang lebih kreatif dan inovatif. Implikasi praktis dari penelitian ini terhadap pendidikan adalah sebagai wacana baru bagi perkembangan masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Kali Code pada khususnya, sehingga mampu menilai, bahwa suatu masyarakat akan berusaha untuk mengubah dan memperjuangkan kehidupan menuju masyarakat yang sejahtera.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka penulis memberikan saran sebagai berikut : 1. Kepada para mahasiswa dan generasi muda hendaknya belajar dari keteladanan masyarakat Kali Code yang tidak puas akan kehidupan yang dijalani sehingga terdorong untuk melakukan perubahan demi kehidupan yang lebih baik. Mahasiswa dan generasi muda juga hendaknya mempunyai
cita-cita untuk membangun bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang besar dan maju, disamping juga memiliki kepribadian yang baik. 2. Bagi para peneliti dan para penulis bahwa masih banyak perubahan sosial budaya masyarakat yang memiliki arti penting bagi sejarah masyarakat Indonesia yang belum dimunculkan dalam karya ilmiah. Dengan demikian dapat dilakukan penelitian dengan tematema tersebut dan hendaknya dikaji lebih lanjut.
commit to user