PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DESA LINGKAR KAMPUS SEBAGAI DAMPAK KEBERADAAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SRI WULAN RAHMAWATI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Lingkar Kampus sebagai Dampak Keberadaan Institut Pertanian Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2014
Sri Wulan Rahmawati NIM I34100127
ABSTRAK SRI WULAN RAHMAWATI. Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Lingkar Kampus sebagai Dampak Keberadaan Institut Pertanian Bogor. Dibimbing oleh RILUS A KINSENG Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji gelombang perubahan sosial yang terjadi di Desa Babakan sejak kehadiran kampus IPB Dramaga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh yang ditimbulkan adalah pengaruh pada aspekaspek kehidupan masyarakat yakni aspek struktural dan kultural masyarakat Desa Babakan. Perubahan pada aspek struktural adalah meningkatnya keberagaman mata pencaharian, perubahan pola stratifikasi sosial, terbentuknya kelompokkelompok sosial yang baru, interaksi antar masyarakat yang semakin memudar dan perubahan populasi kependudukan. Di samping itu, perubahan pada aspek kultural masyarakat adalah perubahan unsur-unsur kebudayaan masyarakat desa, pergeseran nilai dan norma dan perubahan gaya hidup. Sikap masyarakat terhadap keberadaan kampus IPB sebagian besar bernilai positif. Sikap masyarakat terhadap keberadaan kampus IPB memiliki hubungan yang negatif dengan karakteristik masyarakat meliputi usia, tingkat pendapatan dan lama bermukim masyarakat di Desa Babakan dan hubungan yang positif ditunjukkan oleh variabel tingkat pendidikan. Selain itu, juga tidak terdapat perbedaan nyata karakteristik jenis kelamin masyarakat dalam pembentukan sikap terhadap keberadaan kampus IPB. Kata kunci: perubahan sosial, perubahan struktural dan kultural dan sikap masyarakat ABSTRACT SRI WULAN RAHMAWATI. Social-Cultural Change of Rural Community in Villages Around the Campus as the Impact of Bogor Agricultural University Existences. Supervised by RILUS A KINSENG The objectives of this research is to analyze the waves of social change that occurred in Babakan Village since the presence campus of IPB. The result showed that the impact that caused is impact on community life aspects that is structural aspects and cultural aspects of Babakan village community. The changes on structural aspects are the increase of livelihoods diversity, the patterns of stratification changes, the establishment of new social groups, increasingly fading of social interaction and demographic pattern changes. Besides that, the changes on cultural aspects of community are the elements of rural culture changes, the shift of values and norms that exist in the society and also life style change of the rural community. Public attitudes towards the existence of campus of IPB mostly positive value. Public attitudes towards the presence of IPB’s campus has a negative relationship with society characteristics including age, income level and period of resided in Babakan village. Education level have positive relationship with public attitudes. There is also no significant differences in gender characteristic in the formation of attitudes towards the existence campus of IPB. Keyword: Social change, structural and cultural change, public attitudes
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DESA LINGKAR KAMPUS SEBAGAI DAMPAK KEBERADAAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SRI WULAN RAHMAWATI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Nama NIM
: Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Lingkar Kampus sebagai Dampak Keberadaan Institut Pertanian Bogor : Sri Wulan Rahmawati : I34100127
Disetujui oleh
Dr Ir Rilus A. Kinseng, MA Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Nama NIM
Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Lingkar Kampus sebagai Dampak Keberadaan Institut Pertanian Bogor Sli Wulan Rahmawati 134100127
Disetujui oleh
Dr Ir ilus A. Kinseng, MA Pembimbing
Tanggal Lulus:
2 1 JA N 201 4
PRAKATA Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih, rahmat dan anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Lingkar Kampus sebagai Dampak Keberadaan Institut Pertanian Bogor (Kasus Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa barat)”. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana komunikasi dan pengembangan masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penelitian yang ditulis dalam skripsi ini bertujuan untuk mengkaji perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat Desa Babakan sebagai dampak keberadaan kampus Institut Pertanian Bogor (IPB). Tujuan lainnya adalah untuk menjadi referensi bagi semua pihak yang terkait. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan moral dan material dari berbagai pihak yang mendukung penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing, Bapak Dr Ir Rilus A Kinseng, MA selaku dosen pembimbing yang telah memberi banyak inspirasi dan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada Orang tua Ayahanda Tr. Siallagan dan Ibunda Rustina, serta kakak dan adik, Rahmat Immanuel dan Christ Van Dier, atas doa dan segala bentuk dukungan juga dorongan semangat yang sangat besar kepada penulis. Penulis juga berterima kasih kepada dosen beserta staf SKPM atas ilmu yang diberikan selama masa perkuliahan. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Desa Babakan yang telah meluangkan waktu untuk berbagi ilmu dan pengetahuan kepada penulis. Penulis juga berterima kasih kepada rekan-rekan Departemen SKPM angkatan 47 atas kebersamaannya selama kurang lebih 5 semester dan masukan serta dorongan semangat yang diberikan selama penelitian. Terima kasih juga kepada rekan-rekan program akselerasi SKPM 47 serta sahabat-sahabat lain yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan yang membacanya. Bogor, Januari 2014 Sri Wulan Rahmawati
vii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Perubahan Sosial dan Budaya Sumber dan Proses Perubahan Sosial Level Perubahan Sosial Perkembangan Perguruan Tinggi dan Perubahan sosial Pengertian Sikap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Definisi Konseptual Definisi Operasional METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengolahan dan Analisis Data GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Geografis Desa Babakan Kondisi Demografis Infrastruktur Desa Babakan Gambaran Aktivitas Ekonomi PERUBAHAN STRUKTURAL MASYARAKAT DESA BABAKAN SEJAK KEHADIRAN KAMPUS IPB Sejarah Singkat Desa dan Dinamikanya Dinamika Pemerintahan Desa Ragam Mata Pencaharian Stratifikasi Sosial
ix ix x 1 1 3 4 5 7 7 8 8 9 10 11 11 13 14 15 17 17 17 18 18 21 21 22 24 25 27 27 31 31 36
viii
Interaksi sosial Pola Kependudukan Kelompok-kelompok Sosial PERUBAHAN KULTURAL MASYARAKAT DESA BABAKAN SEJAK KEHADIRAN KAMPUS IPB Masyarakat Lokal Desa Babakan Perubahan Sistem Budaya Masyarakat Desa Babakan Nilai dan Norma yang ada di Masyarakat Perubahan Gaya Hidup Masyarakat Desa SIKAP MASYARAKAT DESA BABAKAN TERHADAP KEBERADAAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR (IPB) Karakteristik Responden Sikap Masyarakat terhadap Keberadaan kampus IPB Hubungan antar sikap terhadap perubahan sosial dengan karakteristik individu Usia Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan Lama bermukim Pengabdian Masyarakat oleh Kampus IPB SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
39 45 49 51 51 52 56 58 61 61 64 65 65 66 68 69 70 72 75 75 76 79 81 105
ix
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ranah identitas Perubahan berdasarkan Level perubahan sosial Definisi Operasional Luas dan persentase pemanfaatan lahan di Desa Babakan tahun 2013 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Babakan tahun 2013 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Babakan tahun 2013 Jumlah sarana pendidikan berdasarkan jenjang tingkat pendidikan di Desa Babakan tahun 2013 Sarana Perhubungan Desa Babakan tahun 2013 Perubahan mata pencaharian penduduk Desa Babakan Jumlah dan persentase responden menurut tingkat usia responden Jumlah responden menurut jenis kelamin responden Jumlah responden menurut tingkat pendidikan responden Jumlah responden menurut tingkat pendapatan responden Jumlah responden menurut jenis mata pencaharian Jumlah responden menurut lama bermukim responden di Desa Babakan Jumlah responden menurut sikap terhadap keberadaan kampus IPB Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara usia dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB. Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara jenis kelamin dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara tingkat pendapatan dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara lama bermukim dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB
9 15 22 22 23 24 25 36 61 62 62 62 63 64 65 65 67 68 69 71
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4
Kerangka pemikiran Periodisasi perubahan yang terjadi di Desa Babakan Perubahan lapisan stratifikasi sosial Komposisi masyarakat Desa Babakan berdasarkan agama yang dianut
13 30 39 45
x
5 6
Ragam status kependudukan Masyarakat Desa Babakan Perubahan aspek budaya masyarakat
49 59
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6
Peta Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Kuesioner Waktu Pelaksanaan Penelitian Hasil Uji Analisis Statistik Menggunakan SPSS 16 for windows Daftar Kerangka Sampling Dokumentasi Penelitian
81 82 84 85 90 101
PENDAHULUAN Bagian pendahuluan membahas landasan pemikiran dari penulisan skripsi ini. Landasan pemikiran tersebut dipaparkan melalui latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian. Latar belakang menggambarkan permasalahan umum dalam penelitian disertai dengan fakta-fakta yang mendukung terhadap perubahan sosial masyarakat desa. Kemudian permasalahan-permasalahan yang menjadi fokus penelitian dipaparkan dalam perumusan masalah. Tujuan penelitian merupakan jawaban yang diharapkan terhadap permasalahan-permasalahan penelitian. Sementara kegunaan penelitian merupakan manfaat yang diharapkan oleh peneliti setelah penelitian ini dilakukan.
Latar Belakang Layaknya sebuah organisme yang selalu mengalami perkembangan fisik dan mental secara bertahap, masyarakat sebagai gabungan dari individu-individu yang membentuk suatu kelompok juga mengalami perkembangan demi perkembangan seiring berjalannya waktu. Perkembangan yang terjadi dalam masyarakat ini merupakan bentuk dari perubahan sosial. Perubahan dan perkembangan ini tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan terdapat faktor-faktor yang menjadi penyebab yang merupakan akibat dari interaksi dan aktivitas masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Berbicara tentang perubahan sosial merupakan hal yang lazim terjadi dalam sebuah masyarakat. Dengan kata lain, hal yang patut dipertanyakan bukan mengenai ada tidaknya suatu perubahan dalam suatu masyarakat melainkan komponen-komponen dalam perubahan tersebut. Perubahan sosial menurut Gillin dan Gillin (1954) dalam Soekanto (1990) merupakan suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, yang disebabkan baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi maupun penemuanpenemuan baru dalam masyarakat tersebut. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat juga terbagi menjadi dua yaitu perubahan yang direncanakan (planned change) dan perubahan yang tidak direncanakan (unplanned change). Perubahan berencana sering diidentikkan dengan pembangunan yakni perubahan yang direncanakan untuk mencapai suatu kondisi yang diinginkan atau yang dianggap lebih baik. Menurut Tjokroamidjojo (1996) pembangunan adalah upaya masyarakat bangsa yang merupakan perubahan sosial yang besar dalam berbagai bidang kehidupan untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih maju dan baik sesuai dengan pandangan masyarakat pada masa itu. Tujuan pembangunan menurut UU nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) tahun 2000-2004 adalah untuk mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
2
Koentjaraningrat (1997), mendefinisikan pembangunan sebagai serangkaian upaya yang direncanakan dan dilaksanakan oleh pemerintah, badan-badan atau lembaga-lembaga internasional, nasional atau lokal yang terwujud dalam bentukbentuk kebijaksanaan, program, atau proyek, yang secara terencana mengubah cara-cara hidup atau kebudayaan dari sesuatu masyarakat sehingga warga masyarakat tersebut dapat hidup lebih baik atau lebih sejahtera daripada sebelum adanya pembangunan tersebut. Departemen pendidikan dan kebudayaan misalnya, dalam rangka membangun dan meningkatkan kualitas pendidikan ke arah yang lebih baik disusun dalam suatu rencana strategis (RENSTRA). Salah satu dari Rencana strategis tersebut penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan yang merata di seluruh provinsi guna mewujudkan misi meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas layanan pendidikan. Pembangunan infrastruktur pendidikan seperti perguruan tinggi tidak bisa dipisahkan dari proses pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya infrastruktur dan juga aktivitas yang menyertainya tentu juga akan menggerakkan aktivitas ekonomi dan dinamika kependudukan yakni menjadi daya tarik bagi para migran. Terbentuknya suatu aktivitas baru pada gilirannya akan berpengaruh terhadap kehidupan dan aktivitas kawasan di sekitarnya. Masyarakat yang berada di kawasan pembangunan infrastruktur tersebut secara sadar atau tidak harus menyesuaikan diri dengan aktivitas baru yang akan terpola hingga mendorong munculnya kegiatan baru yang dilakukan masyarakat. Dengan kata lain, pembangunan infrastruktur pendidikan atau fasilitas publik lain di suatu daerah tentu membawa perubahan baik secara sosial, ekonomi, dan budaya bagi masyarakat di wilayah sekitarnya. Keberadaan instansi pendidikan terutama perguruan tinggi, dalam kaitannya dengan dinamika pergerakan penduduk, di sebagian besar kota di Indonesia telah menjadi magnet dalam menarik penduduk baik pelajar, tenaga kependidikan ataupun penduduk lainnya untuk bermukim di wilayah pendidikan tersebut. Institusi pendidikan juga turut menjadi “simbol” dari suatu kota/wilayah, misalnya saja Kota Depok dengan Universitas Indonesia, Bandung dengan Institut Teknologi Bandung, Yogyakarta dengan Universitas Gajah Mada dan lain sebagainya. Hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung menjadi salah satu faktor penarik gerak penduduk dan bahkan sebagai aktor penggerak perekonomian masyarakat. Di Jawa Barat, terkhusus Kota dan Kabupaten Bogor, terdapat kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) yang merupakan salah satu institusi pendidikan tinggi yang terpandang di Indonesia. Setiap tahunnya Institusi ini menerima kurang lebih 3 700 mahasiswa baru untuk tingkat strata satu yang berasal dari kota, provinsi dan bahkan kecamatan-kecamatan terpencil di Indonesia. Data sekunder menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk Kota Bogor selama sepuluh tahun terakhir sebesar 3.9 persen1 per tahun atau 20 000 jiwa per tahun, ditambah lagi masuknya penduduk yang berstatus tinggal sementara di desa-desa di sekitar kampus yang berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa. Kampus utama IPB secara administratif terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Desa Babakan merupakan desa lingkar kampus IPB yang berada dan bersinggungan paling dekat dengan aktivitas Kampus IPB. 1
Sumber: Bogor-Kita.com. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor 3,9% per tahun, tertinggi di Indonesia.
3
Sebelum berdirinya Kampus IPB, wilayah desa tersebut merupakan wilayah bekas perkebunan karet. Kini lahan perkebunan atau tegalan di Desa Babakan sudah sangat langka untuk ditemui dan telah digantikan dengan bangunan berupa perumahan, kios-kios dagang, dan pemondokan mahasiswa. Untuk dapat bertahan di wilayahnya, masyarakat Desa Babakan harus dapat beradaptasi terhadap gempuran perubahan yang terjadi akibat keberadaan kampus IPB ini. Selain membawa dampak positif, tentu keberadaan kampus IPB juga memberikan dampak yang negatif baik bagi masyarakat yang lebih dulu tinggal dan menetap di Desa Babakan maupun bagi tata ruang pemukiman dan juga lingkungan. Di satu pihak, keberadaan institusi pendidikan tinggi ini membuka kesempatan bagi masyarakat untuk menunjang peningkatan kesejahteraan salah satunya dengan ikut andil dalam aktivitas ekonomi dengan mendirikan berbagai usaha yang berkaitan dengan kebutuhan dan fasilitas para pelajar, karyawan, dan juga tenaga kependidikan. Di lain pihak, perkembangan Kampus IPB juga menghilangkan akses masyarakat Desa Babakan terhadap lahan tegalan atau perkebunan. Dalam artian menghilangkan akses masyarakat yang sebelumnya berprofesi sebagi petani serta timbulnya tantangan persaingan ekonomi antara masyarakat lokal dengan pengusaha pendatang yang melihat keberadaan kampus IPB sebagai lahan ekonomi yang menguntungkan. Hasil penelitian Suharyanto (2007) menyatakan bahwa secara ekonomi keberadaan IPB memberikan kontribusi yang positif dalam meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitarnya. Secara formal, IPB membuka lapangan pekerjaan dengan status PNS maupun pegawai biasa yang bekerja di bawah naungan institusi IPB. Sedangkan secara informal, keberadaan kampus IPB menumbuhsuburkan usaha-usaha seperti wiraswasta/pedagang maupun jasa. Tentunya dampak keberadaan kampus IPB ini tidak hanya terbatas pada dampak ekonomi saja namun juga berdampak dalam kehidupan sosial atau struktur masyarakat yang lebih menarik untuk dikaji lebih dalam. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menganalisis perubahan sosial dan budaya yang terjadi di Desa Babakan sebagai dampak keberadaan kampus IPB. Masalah Penelitian Kehadiran IPB di Desa Babakan yang mencakup aktivitas akademisi dan perkembangan kampus IPB secara fisik tentu akan membawa dampak bagi masyarakat setempat, baik berupa dampak yang positif maupun dampak yang negatif. Keberadaan kampus IPB mempengaruhi cara masyarakat asli mempertahankan keeksistensiannya di lingkungan yang berubah dari keadaan sebelum adanya kampus IPB. Berbicara tentang masyarakat yang merupakan satu kesatuan unit dapat dilihat melalui dua dimensi yakni dimensi struktural dan kultural. Dimensi kehidupan struktural masyarakat dapat terlihat dari cara berinteraksinya masyarakat, kelompok-kelompok sosial yang ada, pola lapisan dalam masyarakat, pola kependudukan, kepemimpinan dan juga mata pencaharian penduduk. Oleh karena itu, menjadi penting untuk meneliti bagaimana dampak keberadaan kampus IPB terhadap dimensi struktural masyarakat Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor? Perubahan sosial juga erat kaitannya dengan perubahan kebudayaan. Davis (1960) menyatakan bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan
4
kebudayaan. Dimensi lain selain dimensi struktural dalam masyarakat adalah dimensi kultural. Tidak hanya pada dimensi struktural, keberadaan kampus IPB ini juga akan berdampak terhadap kehidupan kultural atau budaya masyarakat desa lingkar kampus terkhusus Desa Babakan. Beberapa literatur menyatakan bahwa sebelum masuknya pembangunan kampus IPB, desa lingkar kampus termasuk Desa Babakan merupakan desa yang homogen dengan mayoritas penduduk bersuku Sunda. Seiring dengan perkembangan kampus IPB masyarakat desa menjadi heterogen dengan masuknya pendatang-pendatang baik yang berprofesi sebagai tenaga kependidikan, mahasiswa dan juga penduduk yang sengaja masuk untuk mencari peluang-peluang sumber ekonomi. Oleh karena itu, menjadi penting untuk meneliti bagaimana dampak keberadaan kampus IPB terhadap dimensi kultural masyarakat Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor? Keberadaan kampus IPB dapat diartikan sebagai perkembangan pembangunan dalam arti fisik dan juga aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan institusi tersebut. Aktivitas-aktivitas institusi tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh pula dengan aktivitas masyarakat desa tersebut. Dampak positif dan negatif keberadaan kampus IPB ini tentu dirasakan oleh masing-masing individu, rumah tangga, maupun kelompok yang juga memiliki beragam aktivitas dan kepentingan. Unit analisis perubahan sosial juga mencakup perubahan yang terjadi dalam diri individu. Perubahan yang terjadi pada diri individu tersebut dapat berupa perubahan sikap. Baron (2004) menyatakan bahwa sikap merupakan evaluasi individu terhadap berbagai aspek dunia sosial. Setiap individu dengan berbagai karakteristik yang berbeda tentu memiliki sikap atau evaluasi terhadap lingkungan sosial mereka. Dapat diartikan bahwa setiap individu di Desa Babakan memiliki respon yang berbeda-beda terhadap kehadiran kampus IPB beserta aktivitas-aktivitas dan perkembangannya. Oleh karena itu, menjadi penting untuk meneliti bagaimana sikap masyarakat terhadap keberadaan kampus IPB dengan karakteristik individu yang berbeda?
Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak keberadaan kampus IPB terhadap kehidupan sosial-budaya masyarakat Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Adapun tujuan penelitian secara lebih rinci dirumuskan sebagai berikut: 1. Menganalisis dampak keberadaan kampus IPB terhadap dimensi struktural masyarakat Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. 2. Menganalisis dampak keberadaan kampus IPB terhadap dimensi kultural masyarakat Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. 3. Menganalisis sikap masyarakat terhadap keberadaan Kampus IPB dengan karakteristik individu yang berbeda.
5
Kegunaan Penelitian Mengacu kepada tujuan penelitian, maka kegunaan dilaksanakannya penelitian ini terbagi menjadi kegunaan penelitian bagi akademisi, pemerintah dan masyarakat, sebagai berikut: 1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan kajian untuk penelitian selanjutnya mengenai dampak pembangunan khususnya pembangunan infrastruktur terhadap kehidupan sosial-budaya masyarakat pedesaan. 2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pemahaman kepada masyarakat mengenai dampak-dampak keberadaan kampus IPB terhadap kehidupan sosial-budaya masyarakat yang telah terjadi. 3. Bagi pemerintah dan Institut Pertanian Bogor, penelitian ini dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran kepada pemerintah dan juga Civitas Akademika dan pengelola IPB sebagai pembuat kebijakan agar lebih teliti dalam menetapkan kebijakan yang terkait dengan pembangunan sebagai perubahan yang direncanakan.
TINJAUAN PUSTAKA Bagian ini menjelaskan acuan-acuan yang melandasi pemikiran terhadap permasalahan dalam penelitian. Beberapa acuan diperoleh dari laporan hasil penelitian, baik cetak maupun elektronik. Acuan tersebut memuat antara lain perubahan sosial dan budaya, sumber dan proses perubahan sosial, level perubahan sosial, perkembangan perguruan tinggi dan perubahan sosial, pengertian sikap dan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap. Di samping itu, bagian ini juga memaparkan kerangka pemikiran dari penelitian ini, hipotesis penelitian, dan definisi operasional. Perubahan Sosial dan Budaya Beberapa ahli memandang masyarakat sebagai suatu yang “life” oleh karena itu masyarakat pastilah berkembang dan kemudian berubah, maka kajian utama perubahan sosial selalu menyangkut keseluruhan aspek kehidupan masyarakat atau harus meliputi semua fenomena sosial yang menjadi kajian sosiologi (Narwoko dan Suyanto 2011). Beragam pengertian dan batasan perubahan sosial yang dikemukakan oleh para ahli sesuai dengan sudut pandang, bidang keilmuan dan konteks penelitian masing-masing. Terlepas dari beragam pengertian tersebut, terdapat persamaan aspek perubahan sosial yaitu perubahan sosial selalu terkait dengan masyarakat dan kebudayaan serta dinamika keduanya. Menurut C.W Mills dalam Vago (1989), perbedaan aktivitas dalam kelompok sudah termasuk dalam perubahan sosial. Koening dalam Marius (2006) juga mengutarakan hal yang serupa bahwa perubahan sosial merupakan modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam kehidupan manusia. Pengertian yang tidak jauh berbeda juga dinyatakan oleh Gillin dan Gillin dalam Soekanto (1982), Perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, yang disebabkan baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi maupun penemuanpenemuan baru dalam masyarakat tersebut. Perubahan sosial juga dapat dianalisis dengan melihat perubahan struktur dalam masyarakat. Davis (1960) mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat (Soekanto 1982). Davis (1960) memberikan sebuah contoh, yakni timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dan majikan yang kemudian menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi politik. Soemardjan (1981) juga menyoroti perubahan sosial dari kaca mata lembaga-lembaga di dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial merupakan segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilainilai, sikap-sikap, dan pola-pola peri kelakuan di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat (Soemardjan 1981). Dengan kata lain, perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga masyarakat tersebut akan mempengaruhi segi-segi struktur masyarakat lainnya.
8
Ogburn (1922) dalam Soekanto (1982) melihat perubahan sosial dalam ruang lingkup unsur-unsur kebudayaan baik yang bersifat material maupun yang immaterial. Pengertian ini tidak jauh berbeda dengan pengertian perubahan sosial menurut Davis dalam Soekanto (1982) yang menyatakan bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan ini mencakup: kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan seterusnya bahkan perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial. Sebagai contoh dalam suatu masyarakat terjadi perubahan logat bahasa akan tetapi perubahan ini tidak mempengaruhi organisasi sosialnya. Keadaan tersebut lebih merupakan perubahan kebudayaan dibandingkan dengan perubahan sosial. Davis juga menyatakan bahwa perubahan dalam kebudayaan tidak mempengaruhi sistem sosialnya. Sumber dan Proses Perubahan Sosial Perubahan sosial merupakan fungsi dari banyak faktor. Lauer (2001) menyebut faktor-faktor penyebab perubahan sosial tersebut sebagai mekanisme yang mendorong perubahan. Beberapa ahli menjelaskan mekanisme ujung pangkal penyebab perubahan sosial melalui beberapa teori-teori perubahan sosial seperti mekanisme konflik, keberadaan elit kreatif, faktor kekuatan eksternal dan penyebab-penyebab lain (Narwoko dan Suyanto 2011). Untuk menjelaskan mekanisme perubahan sosial sebaiknya dengan memahami 3 perspektif penting yaitu Perspektif materialistik, perspektif idealistis, dan perspektif mekanisme interaksionalis (Lauer 2001). Namun dalam sub bab ini perspektif yang akan dibahas dalam menjelaskan sumber perubahan sosial adalah perspektif meterialistik dan perspektif idealistis. Argumentasi perspektif materialistik menyatakan bahwa teknologi atau moda produksi ekonomi merupakan penyebab perubahan sosial. Lauer (2001) menjelaskan bahwa terdapat 3 cara teknologi mempengaruhi atau menyebabkan suatu perubahan, yaitu: (1) inovasi teknologi meningkatkan alternatif-alternatif baru bagi masyarakat. Ketika masyarakat memilih alternatif baru tersebut maka ia telah memulai perubahan di segala bidang, (2) teknologi mempengaruhi perubahan dengan mengubah pola-pola interaksi, dan (3) teknologi baru menimbulkan berbagai permasalahan sosial baru bagi masyarakat. Perspektif yang kedua, yaitu perspektif idealistis yang menjelaskan bahwa ideologi atau ide merupakan penyebab perubahan sosial. Budaya idealistis dapat berupa ide, nilai-nilai dan ideologi. Terdapat 3 cara ide, nilai dan ideologi menyebabkan perubahan (Lauer 2001): (1) ideologi melegitimasi arah perubahan yang diinginkan, (2) ideologi menyediakan dasar solidaritas sosial, dan (3) ideologi menghadapkan masyarakat pada suatu kontradiksi dan masalah. Level Perubahan Sosial Perubahan dapat terjadi pada tingkatan atau level-level tertentu sesuai dengan bentuk dan proses perubahan yang terjadi. Seperti yang dikemukakan oleh Lauer (2001), perubahan sosial merupakan perubahan fenomena sosial di berbagai tingkat kehidupan manusia mulai dari tingkat individu hingga tingkat dunia. Lauer
9
membagi level analisis ke dalam 9 tingkatan, yaitu berturut-turut sebagai berikut: individu, interaksi, organisasi, institusi, komunitas, masyarakat, kebudayaan, peradaban, dan global. Di sisi lain, Vago (1989) menganalisis perubahan sosial melalui komponen-komponen perubahan sosial yang dapat dilihat dari identitas perubahan, level atau tingkatan, arah, kecepatan, dan besar perubahan. Lebih ringkas lagi, Vago (1989) membagi level terjadinya perubahan sosial ke dalam 5 level yaitu seperti yang akan dipaparkan dalam tabel berikut: Tabel 1 Ranah identitas Perubahan berdasarkan Level perubahan sosial Tingkatan (level) Ranah Identitas Perubahan Individu Sikap, kepercayaan, aspirasi dan motivasi Kelompok Pola interaksi, metode resolusi konflik, kohesi dan kesatuan, serta kompetisi. Organisasi Struktur dan fungsi, hierarki, komunikasi, relasi peran, produktivitas, rekrutmen, pola sosialisasi. Institusi Hubungan pernikahan dan keluarga, pendidikan, praktek agama. Masyarakat Stratifikasi, ekonomi politik. Sumber: Vago (1989)
Perkembangan Perguruan Tinggi dan Perubahan sosial Konsep Pembangunan selalu diartikan sebagai suatu proses transformasi yang bersifat linear yakni menuju tahap yang lebih baik dari kondisi yang ada sebelumnya. Perubahan sosial tidak selalu berarti kemajuan, tetapi dapat pula membentuk pola siklikal atau kemunduran. Dari sisi pengertian tersebut perubahan sosial terlihat berbeda dengan pembangunan. Beberapa pengertian menyebutkan bahwa pembangunan mengandung makna sebagai perubahan sosial yang positif karena merupakan proses perubahan yang disengaja, direncanakan dan terarah. Dengan kata lain, pembangunan berarti perubahan yang bertujuan mengubah keadaan yang tidak di kehendaki ke arah yang dikehendaki. Pembangunan juga dipandang sebagai proses penerapan pengetahuan dan teknologi modern pada pelbagai segi atau bidang kehidupan masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Koentjaraningrat (1997), mendefinisikan pembangunan sebagai serangkaian upaya yang direncanakan dan dilaksanakan oleh pemerintah, badan-badan atau lembaga-lembaga internasional, nasional atau lokal yang terwujud dalam bentuk-bentuk kebijaksanaan, program, atau proyek, yang secara terencana mengubah cara-cara hidup atau kebudayaan dari sesuatu masyarakat sehingga warga masyarakat tersebut dapat hidup lebih baik atau lebih sejahtera dari pada sebelum adanya pembangunan tersebut. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan misalnya, dalam rangka membangun dan meningkatkan kualitas pendidikan ke arah yang lebih baik disusun dalam suatu rencana strategis (RENSTRA). Salah satu dari rencana strategis tersebut penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan yang merata di seluruh provinsi guna mewujudkan misi meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas layanan pendidikan.
10
Di bidang pendidikan, hasil penelitian Suharyanto (2007) menyimpulkan bahwa keberadaan kampus IPB (Institut Pertanian Bogor) memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat di sekitarnya. Secara formal IPB membuka lapangan pekerjaan dengan status PNS maupun pegawai biasa yang bekerja di bawah naungan institusi IPB. Sedangkan secara informal, keberadaan kampus IPB menumbuhsuburkan usaha-usaha seperti wiraswasta/pedagang maupun jasa. Berkembangnya sektor informal sebagai alternatif lapangan usaha yang dapat menyerap mereka yang tidak memiliki kualifikasi untuk masuk ke dalam sektor formal, telah mampu menyerap tenaga kerja baik masyarakat lokal maupun masyarakat pendatang yang menetap di daerah tersebut. Dengan kata lain, keberadaan atau pembangunan fasilitas pendidikan yaitu kampus IPB mampu menciptakan peningkatan pendapatan bagi masyarakat kabupaten Bogor. Hasil penelitian Sabarudin (2007) memaparkan adanya perubahan harga lahan di sekitar wilayah Universitas Katholik Parahyangan (UNPAR), Bandung, sebagai respon dari pembangunan dan perkembangan yang terjadi di wilayah studi tersebut yaitu keberadaan fasilitas sosial. Hasil studi ini menemukan bahwa pada tahun 1965-1975 yakni sebelum pembangunan dan perkembangan UNPAR, faktor penentu harga lahan adalah seberapa jauh lahan tersebut dari infrastruktur jalan utama. Perubahan pun terjadi setelah keberadaan UNPAR, faktor penentu harga lahan adalah keberadaan akses atau jalan utama, ketersediaan dan jumlah fasilitas publik yang bersifat ekonomi. Pembangunan kamar sewa juga mempengaruhi harga lahan dan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan fasilitas publik lainnya seperti rumah makan, toko/warung, dan warnet. Lase (2010) juga meneliti dampak keberadaan fasilitas pendidikan terhadap wilayah di sekitarnya yaitu keberadaan Universitas Sumatera Utara (USU). Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan kampus USU adalah sebagai salah satu penyebab kemacetan di ruas jalan besar pada jam-jam tertentu. Di bidang ekonomi, keberadaan USU juga mempengaruhi pendapatan usaha kecil di sekitar kampus. Hasil perhitungan membuktikan bahwa pendapatan usaha kecil dan warung pada saat masa perkuliahan lebih tinggi dibandingkan dengan saat masa liburan semester. Hal ini berarti keberadaan kampus USU memberikan dampak positif terhadap peningkatan pendapatan usaha kecil dan warung di sekitarnya. Pengertian Sikap Baron (2004) menyatakan bahwa sikap merupakan evaluasi terhadap berbagai aspek dalam dunia sosial. Sikap merupakan hal yang penting untuk dikaji karena sikap sulit untuk diubah dan sangat mempengaruhi pemikiran sosial seseorang terhadap sesuatu hal, meskipun sikap tidak selalu direfleksikan dalam tingkah laku yang tampak. Selain itu sikap mewakili aspek kognisi sosial yang sangat mendasar. Eagly dan Chaicken (1993) dalam Baron (2004) menyatakan bahwa sikap sungguh merefleksikan sebuah fondasi yang penting dan awal dari pemikiran sosial. Sikap sering kali mempengaruhi tingkah laku individu hal tersebut terjadi ketika sikap yang dimiliki kuat dan mantap (Petty dan Krosnick dalam Baron 2004). Azwar (2007) menyatakan bahwa sikap merupakan suatu respon evaluatif. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk interaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu
11
timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap. Secara umum pendapat para ahli menyatakan sikap terdiri dari komponen-komponen yang dibagi menjadi komponen afektif, konatif dan kognitif. Salah satunya adalah Eagly dan Chaiken (Ramdhani 2008) menyatakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap objek sikap yang diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif, dan perilaku. Sikap dalam bentuk kognitif merupakan representasi yang dipercayai oleh individu pemilik sikap yang umumnya dalam bentuk persepsi dan kepercayaan. Fishbein dan Ajzen (1975) dalam Ramdhani (2008) menyatakan bahwa respon evaluatif dalam bentuk kognitif meliputi beliefs yang dimiliki individu terhadap objek sikap dengan berbagai atributnya. Sikap atau respon evaluatif dalam bentuk afektif berupa perasaan individu terhadap objek sikap. Perasaan tersebut dapat berbentuk perasaan senang dan tidak senang terhadap objek sikap. Sedangkan respon evaluatif atau sikap dalam bentuk konatif adalah komponen sikap yang berhubungan dengan kecendrungan untuk bertindak terhadap objek sikap. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Baron (2004) menyatakan bahwa sikap terbentuk melalui proses pembelajaran sosial dan dipengaruhi oleh faktor genetik. Individu mengadopsi prilaku orang melalui proses pembelajaran sosial saat berinteraksi dan mengobservasi tingkah laku orang lain. Penelitian yang dilakukan terhadap kembar identik menunjukkan bahwa sikap juga dipengaruhi oleh faktor genetik, walaupun besarnya pengaruh sangat bervariasi untuk sikap yang berbeda. Dengan kata lain, sikap dipengaruhi oleh faktor genetik adalah benar dalam batas-batas tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Oskamp (1991) dalam Ramdhani (2008) adalah faktor genetik dan fisiologik, pengalaman personal, pengaruh orang tua, pengaruh kelompok sebaya atau kelompok masyarakat, dan pengaruh dari akses terhadap media massa. Purwanto (1998) juga memaparkan faktor pembentukan sikap dengan membaginya ke dalam dua kategori yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor intern yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri. Kita tidak dapat menangkap seluruh rangsangan dari luar melalui persepsi, oleh karena itu kita harus memilih rangsanganrangsangan mana yang akan kita teliti dan mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan kecenderungan-kecenderungan dalam diri kita. Faktor ekstern merupakan faktor di luar diri individu, di antaranya sifat objek yang dijadikan sasaran sikap, kewibawaan orang yang mengemukakan sikap tersebut, sifat kelompok yang mendukung sikap tersebut, media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap dan situasi pada saat sikap dibentuk. Kerangka Pemikiran Keberadaan kampus IPB menjadi motor penggerak terjadinya perubahan bagi wilayah dan masyarakat desa lingkar kampus IPB. Aktivitas dan
12
perkembangan Kampus IPB tentu akan mempengaruhi kehidupan sosial dan budaya masyarakat setempat. Sztompka (2011) menyatakan bahwa salah satu konsep dasar dari sebuah perubahan adalah dimensi waktu yang berbeda. Perubahan yang akan dikaji adalah perubahan yang terjadi dalam rentang waktu tahun 1980 hingga tahun 2013. Alasan pemilihan waktu yaitu pada tahun 1980 merupakan tahun perkembangan kampus IPB dengan dimulainya pembangunan fakultas-fakultas baru setelah fakultas kehutanan terlebih dahulu dibangun di wilayah Dramaga yaitu sekitar tahun 1980. Selain itu, tahun inilah mulai masuknya fasilitas listrik bagi masyarakat desa di sekitar kampus termasuk Desa Babakan. Masyarakat yang merupakan kumpulan dari individu-individu dan kelompok, terdiri dari dimensi struktural dan juga kultural. Masuknya mahasiswa dan para pendatang ke dalam sistem sosial masyarakat Desa Babakan dengan latar belakang yang berbeda tentu akan menyebabkan perubahan-perubahan dalam kehidupan bermasyarakat desa setempat. Penelitian ini melihat perubahan yang terjadi dalam dimensi struktural dan kultural masyarakat sebagai dampak dari keberadaan kampus IPB tersebut. Dalam dimensi struktural, analisis perubahan yang terjadi adalah perubahan dalam stratifikasi sosial, interaksi sosial, pola kependudukan, kelompok-kelompok sosial dan juga perekonomian masyarakat. Dalam dimensi kultural, perubahan dilihat dari perubahan nilai, norma dan sistem budaya masyarakat setempat. Vago (1989) menyatakan bahwa level analisis perubahan sosial juga mencakup level individu yang dapat berupa sikap, aspirasi dan motivasi. Baron (2004) menyatakan bahwa sikap merupakan evaluasi individu terhadap berbagai aspek dunia sosial. Oleh karena itu, penelitian ini juga akan mengukur sikap masyarakat terhadap keberadaan kampus IPB dan aktivitasaktivitas yang menyertainya. Pengukuran sikap ini pun hendak melihat perbedaan sikap individu berdasarkan karakteristik usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan lama bermukim.
13
Keterangan: Diuji secara kuantitatif
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini meliputi hipotesis pengarah dan hipotesis penguji. Berikut hipotesis uji dan hipotesis pengarah secara terperinci. Hipotesis Uji: Hipotesis uji merupakan dugaan terhadap hasil penelitian meliputi variabel yang akan diuji secara kuantitatif. Hipotesis yang dapat ditarik dari penelitian ini di antaranya: 1. Terdapat hubungan nyata antara sikap terhadap dengan usia individu. 2. Terdapat perbedaan nyata antara jenis kelamin dalam sikap terhadap keberadaan kampus IPB. 3. Terdapat hubungan nyata antara sikap terhadap dengan tingkat pendidikan individu. 4. Terdapat hubungan nyata antara sikap terhadap dengan tingkat pendapatan individu.
keberadaan kampus IPB laki-laki dan perempuan keberadaan kampus IPB keberadaan kampus IPB
14
5. Terdapat hubungan nyata antara sikap terhadap keberadaan kampus IPB dengan lama bermukim individu. Hipotesis Pengarah: Hipotesis pengarah merupakan dugaan hasil penelitian meliputi variabel penelitian yang akan digali secara kualitatif. Berdasarkan kerangka pemikiran, maka hipotesis pengarah yang dapat disusun ialah: 1. Diduga keberadaan kampus IPB menyebabkan perubahan dalam dimensi struktural masyarakat setempat seperti dalam hal ragam mata pencaharian penduduk, stratifikasi sosial, interaksi sosial, pola kependudukan, dan kelompok-kelompok sosial. 2. Diduga keberadaan kampus IPB menyebabkan perubahan dalam dimensi kultural masyarakat setempat seperti nilai, norma, gaya hidup dan sistem budaya masyarakat Desa Babakan. Definisi konseptual Adapun definisi konseptual dalam penelitian ini antara lain: 1. Perubahan sosial-budaya masyarakat adalah perubahan dalam kehidupan dimensi struktural dan kultur masyarakat Desa Babakan sejak keberadaan kampus IPB Dramaga yang bersinggungan langsung dengan Desa Babakan. 2. Perubahan struktural adalah perubahan dalam bidang mata pencaharian, stratifikasi sosial, interaksi sosial, pola kependudukan dan kelompokkelompok sosial. 3. Perubahan kultural masyarakat adalah perubahan dalam bidang sistem budaya masyarakat, nilai dan norma serta gaya hidup masyarakat. 4. Mata pencaharian adalah pekerjaan yang saat ini dominan dilakukan oleh masyarakat desa penelitian. 5. Stratifikasi sosial adalah pembedaan masyarakat dalam lapisan-lapisan secara bertingkat. Dasar kriteria yang umumnya dipakai untuk menggolongkan masyarakat adalah kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ilmu pengetahuan 6. Sistem pemerintahan adalah tata aturan dalam mengatur dan menjalankan kebijakan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 7. Interaksi sosial adalah komunikasi dan hubungan-hubungan yang terjadi sedikitnya di antara dua individu atau lebih. 8. Populasi kependudukan adalah susunan struktur dan karakteristik penduduk yang bertempat tinggal di Desa setempat 9. Kelompok-kelompok sosial gabungan sejumlah individu dengan sejumlah aturan untuk mencapai tujuan bersama 10. Sistem budaya adalah unsur-unsur kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat, yang terdiri dari sistem religi, sistem organisasi dan sosial kemasyarakatan, sistem ilmu pengetahuan, sistem bahasa, sistem kesenian, sistem pola mata pencaharian, dan sistem teknologi peralatan.
15
11. Nilai adalah konsepsi-konsepsi yang terdapat dalam pikiran sebagian besar warga yang dijadikan orientasi bertindak sedangkan norma adalah seperangkat peraturan yang disertai sanksi sebagai faktor pendorong untuk mencapai ukuran nilai-nilai sosial tertentu.
Definisi Operasional Definisi operasional untuk masing-masing variabel dijelaskan dalam Tabel 2 berikut:
Kategori Sikap
Karakteristik individu
Tabel 2 Definisi operasional Variabel Uraian Sikap terhadap Kecendrungan individu dalam memberikan keberadaan respons atau menanggapi keberadaan kampus kampus IPB di IPB baik keberadaan secara fisik maupun Desa Babakan dampak-dampak yang ditimbulkan di wilayah Desa Babakan. Sikap ini diukur dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari empat tingkatan jawaban yaitu: a. sangat setuju (Skor 4) b. setuju (skor 3) c. tidak setuju (skor 2) d. sangat tidak setuju (skor 1) dalam mengukur indikator sikap, responden diminta untuk memilih pilihan pada setiap pernyataan tentang sikap masyarakat terhadap keberadaan kampus IPB. Pilihan jawaban tersebut mempresentasikan suatu skala yang mempunyai nilai positif sampai negatif. Hasil dari pengambilan data kemudian dilakukan pemberian skor sebagai berikut: Skor minimum = 20 Skor maksimum = 80 Sikap negatif jika nilai skor berada pada interval 20-50 Sikap positif jika nilai skor berada pada interval 51-80 Usia Selisih antara tahun responden dilahirkan dengan tahun pada saat penelitian diadakan. Faktor internal individu (usia) ini diberi skor berdasarkan data yang didapat di lapangan, usia dibagi menjadi tiga kategori yaitu: a. Muda: jika umur responden 18-30 (diberi skor 1) b. Menengah: jika umur responden 31-50
16
(diberi skor 2) Tua : jika umur responden ≥ 51 (diberi skor 3) Pembedaan responden secara biologis. Jenis kelamin digolongkan menjadi dua kategori, yaitu: a. Laki-laki: diberi kode 1 b. Perempuan: diberi kode 2 Jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti oleh responden. Tingkat pendidikan digolongkan menjadi: a. Rendah: jika tidak tamat SD dan tamat SD (diberi skor 1) b. Menengah: jika tamat SMP dan SMA (diberi skor 2) c. Tinggi: jika D3-sarjana (diberi skor 3) Ukuran taraf hidup yang dilihat dari jumlah penghasilan seseorang dalam satu bulan terakhir. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, tingkat pendapatan digolongkan menjadi: a. Pendapatan rendah jika ≤ x – ½ sd atau ≤ Rp. 346 000 (diberi skor 1) b. Pendapatan menengah jika x – ½ sd x < x + ½ sd atau Rp. 346 000 < x < Rp. 1 387 000 (diberi skor 2) c. Pendapatan Tinggi jika ≥ x + ½ sd atau ≥ Rp. 1 387 000 (diberi skor 3) Selisih antara waktu responden mulai menetap dan berempat tinggal di Desa Babakan dengan tahun penelitian diadakan. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, lama bermukim digolongkan menjadi: a. Lama bermukim baru/rendah jika waktu bermukim di Desa Babakan ≤ 29 tahun (diberi skor 1) b. Lama bermukim sedang/menengah jika waktu bermukim di Desa Babakan 29 tahun < x > 45 tahun (diberi skor 2) c. Lama bermukim lama/tinggi jika waktu bermukim sudah ≥ 45 tahun (diberi skor 3) c.
Jenis kelamin
Tingkat pendidikan
Tingkat pendapatan
Lama bermukim
METODE PENELITIAN Metode penelitian menggambarkan pendekatan penelitian yang diterapkan di lapangan. Pendekatan lapangan meliputi pendekatan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan, dan analisis data. Pendekatan penelitian merupakan pendekatan yang dilakukan dalam melakukan penelitian, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lokasi dan waktu penelitian menggambarkan mengenai pemilihan lokasi dan waktu yang diperlukan untuk penelitian, dimulai dari penyusunan proposal hingga laporan penelitian. Teknik pengumpulan data memaparkan cara yang digunakan dalam menggali data dan informasi dari responden dan informan. Teknik pengolahan dan analisis data merupakan pemaparan cara mengolah data yang diperoleh dari hasil pengambilan data dan informasi yang kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan dan hipotesis yang diajukan. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif untuk pengambilan data yang bersifat deskriptif berupa gejala-gejala yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya seperti foto, dokumen, dan catatan-catatan lapang pada saat penelitian. Tujuan pendekatan ini adalah untuk mengetahui informasi yang lebih dalam mengenai proses perubahan sosial yang terjadi sejak awal kehadiran kampus IPB hingga penelitian dilakukan, faktor-faktor atau sumber perubahannya, serta aspek-aspek yang mengalami perubahan maupun yang tidak mengalami perubahan. Data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi lapang secara partisipatif, dan penelusuran dokumen. Pendekatan kuantitatif diperlukan untuk pengambilan data berupa angka. Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap keberadaan kampus IPB berdasarkan karakteristik individu, meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan lama bermukim. Data kuantitatif diperoleh melalui metode survei, yaitu pengambilan data dari responden yang merupakan sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang lengkap (Singarimbun dan Effendi 1987). Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai perubahan sosial masyarakat desa lingkar kampus IPB ini dilakukan di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor (Lampiran 1). Penelitian difokuskan di Desa Babakan secara keseluruhan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) karena Desa Babakan merupakan salah satu dari 17 desa lingkar kampus yang bersentuhan langsung dengan aktivitas kampus IPB. Pengumpulan data primer dan data sekunder dilakukan selama dua bulan dimulai dari bulan Oktober hingga bulan November 2013. Dalam kurun waktu tersebut peneliti mengumpulkan semua data
18
dan informasi yang dibutuhkan dan digunakan dalam penyusunan skripsi. Waktu penelitian secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3. Teknik Pengumpulan Data Penentuan responden dilakukan dengan populasi seluruh masyarakat Desa Babakan. Unit analisis penelitian ini adalah individu untuk memperoleh data kuantitatif mengenai sikap terhadap keberadaan kampus IPB dan unit analisis masyarakat untuk melihat perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat asli Desa Babakan. Teknik pengambilan sampel pada pendekatan kuantitatif dilakukan melalui teknik pengambilan cluster sampling dengan membuat kerangka sampling terlebih dahulu. Pemilihan teknik ini dikarenakan jumlah penduduk Desa Babakan yang terlalu banyak dan batas administratif desa yang luas. Oleh karena itu, Desa Babakan dibagi menjadi 3 kategori yaitu Rukun warga (RW) yang letaknya jauh, sedang dan dekat dari Kampus IPB. Dari pengkategorian wilayah tersebut sampel diambil secara acak. Sampel yang diambil secara acak berjumlah 50 responden dengan masing-masing 25 responden laki-laki dan 25 responden perempuan. Pembuatan kerangka sampling dilakukan di awal sebelum memilih responden. Sehubungan dengan pemilihan walikota Bogor yang baru saja berlangsung maka nama-nama Daftar Pemilih Tetap (DPT) Desa Babakan menjadi acuan dalam pembuatan kerangka sampling. Namun dalam penerapannya di lapang, responden yang terpilih dalam kerangka sampling sulit untuk ditemui, digantikan oleh responden yang ditemui di lapang. Responden ini bertindak sebagai bagian penting dalam mengumpulkan data melalui pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dengan menggunakan kuesioner yang berisi sejumlah pernyataan terkait dengan sikap individu terhadap keberadaan Kampus IPB (Lampiran 2). Skala pengukuran yang digunakan dalam mengukur sikap masyarakat terhadap keberadaan kampus IPB menggunakan skala likert. Informasi terkait aspek-aspek yang mengalami perubahan dan yang tidak mengalami perubahan dihimpun melalui pendekatan kualitatif dengan observasi dan wawancara mendalam kepada informan. Informan dipilih dengan teknik nonprobability sampling. Informan yang dipilih adalah pihak-pihak yang dianggap memiliki informasi mengenai dinamika kehidupan sosial dan budaya masyarakat setempat seperti kepala desa, tokoh agama, ketua RW/RT, dan pihak lainnya yang mengetahui informasi penting terkait dengan perubahan sosial di Desa Babakan yang meliputi aspek mata pencaharian, interaksi sosial, stratifikasi sosial, kelompok sosial, pola kependudukan, budaya serta sistem nilai dan norma. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh melalui berbagai metode pengumpulan data, baik data kualitatif maupun data kuantitatif, selanjutnya akan diproses guna menguraikan informasi dan jawaban dari tujuan penelitian ini. Data hasil kuesioner kemudian diolah dengan menggunakan program Microsoft excel dan SPSS 16 for windows. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan beberapa teknik, antara lain dengan
19
tabel frekuensi, uji korelasi Rank spearman dan uji beda Chi square. Adapun langkah dalam pengolahan data meliputi: 1. Editing kuesioner 2. Pengkodean data 3. Pemindahan data ke penyimpanan data (perangkat lunak yang digunakan adalah Microsoft excel 2007) 4. Mengubah data dari Microsoft excel 2007 ke SPSS 16 for windows untuk memudahkan pengolahan data 5. Perapihan data 6. Pengolahan data sesuai rencana analisis Teknik pengolahan data kualitatif dilakukan dengan empat tahap meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dalam bentuk deskriptif dan penarikan kesimpulan. Tahap pengumpulan data yaitu proses beradaptasi dengan masyarakat dan melakukan pengumpulan data penelitian. Tahap reduksi data yaitu proses menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif, antara lain: 1. Teks naratif berbentuk catatan lapang. 2. Matriks, grafik, jaringan dan bagan. Bentuk-bentuk ini menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga memudahkan untuk melihat keadaan yang terjadi.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Bagian ini membahas lokasi penelitian yang terdiri atas gambaran umum kondisi geografis, kondisi demografis, kondisi infrastruktur desa, dan kondisi aktivitas ekonomi masyarakat desa. Gambaran umum tersebut penting untuk diketahui sebagai pengantar terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan. Gambaran umum mengenai kondisi geografis merupakan gambaran mengenai lokasi penelitian yang dilihat berdasarkan keadaan bentang alam. Kondisi demografis digunakan sebagai bahan acuan untuk mengetahui karakteristik penduduk di lokasi penelitian yang dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, tingkat usia, data pergerakan penduduk, dan mata pencaharian. Kondisi infrastruktur desa menggambarkan keadaan sarana dan prasarana desa. Kondisi Geografis Desa Babakan Desa Babakan merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini terletak 2.5 km dari kantor Kecamatan Dramaga, 25 km dari Ibu kota Kabupaten Bogor, 129 km dari Ibu Kota Provinsi Jawa Barat, serta 60 km dari Ibu kota Negara RI. Desa Dramaga dapat ditempuh dengan segala jenis kendaraan transportasi, baik kendaraan roda dua maupun roda empat dengan kondisi jalan yang sudah memadai atau jalan aspal/beton. Desa Babakan terdiri dari empat dusun, sembilan Rukun Warga (RW), dan 35 Rukun Tetangga (RT). Keempat dusun tersebut dinamakan berdasarkan nomor urut yakni dusun satu yang terdiri dari dua RW dan delapan RT meliputi kampung Babakan raya dan jalan raya Dramaga, dusun kedua yang terdiri dari dua RW dan enam RT meliputi Babakan Doneng dan kampung Leuwi Kopo, dusun ketiga yang terdiri dari dua RW dan empat RT meliputi Babakan Tengah dan Babakan Lebak serta dusun keempat yang terdiri dari tiga RW dan 17 RT meliputi Kampung Cangkurawok dan Kampung Sengked. Secara geografis letak Desa Babakan memiliki batas-batas administratif yakni Desa Cikarawang di sebelah utara, Desa Dramaga di sebelah selatan, Desa Cibanteng di sebelah barat dan Kelurahan Balumbang Jaya di sebelah timur. Luas wilayah Desa Babakan ini ialah 334 384 ha yang terdiri dari 334 374 tanah darat dan 10 ha tanah sawah. Melalui pengamatan secara langsung terlihat bahwa sebagian besar wilayah Desa Babakan merupakan ruang terbuka berupa bangunan kios-kios dagang dan pemukiman, jarang sekali ditemukan lahan garapan pertanian. Adapun lahan persawahan seluas 10 ha yang tercatat dalam profil desa (Tabel 3) merupakan lahan laboratorium sawah milik IPB yang berada di pinggir jalan raya, yang dikenal dengan sebutan sawah baru. Pemanfaatan lahan atau penggunaan lahan di Desa Babakan berdasarkan profil desa tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
22
Tabel 3 Luas dan persentase pemanfaatan lahan di Desa Babakan tahun 2013 No Pemanfaatan Lahan Luas (ha) Persentase (%) 1 Tanah Pemukiman 214 384.0 64.110 2 Tanah Pekuburan 2.5 0.001 3 Lahan Persawahan 10.0 0.003 4 Lahan Perkebunan 50.0 0.015 5 Prasarana Umum 20.0 0.006 6 Perkantoran 120.0 0.036 7 Lahan Pekarangan 5.0 0.001 8 Luas Taman 5.0 0.001 Sumber: Data profil Desa Babakan, 2013
Kondisi topografi Desa Babakan terletak pada ketinggian 196 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 25-32 ºC. Curah hujan rata-rata di Desa Babakan ialah sebesar 250-450 mm/th. Menurut profil desa, kondisi air di desa ini masih tergolong bersih yang bersumber dari air tanah, sumur gali, sumur pompa, sungai dan juga PDAM, namun hasil observasi dan hasil wawancara mendalam membuktikan bahwa kualitas air bersih di desa tersebut sudah mengalami penurunan dikarenakan pemukiman yang semakin padat. Kondisi Demografis Jumlah penduduk Desa Babakan yang tercatat sampai dengan akhir November 2012 adalah 10 986 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 5 260 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 5 726 jiwa. Jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 1 998 KK yang tersebar di 35 Rukun Tetangga (RT). Tingkat pendidikan penduduk Desa Babakan sudah mencapai tingkat pendidikan atas bahkan hingga perguruan tinggi. Berikut jumlah penduduk Desa Babakan menurut tingkat pendidikan. Tabel 4 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Babakan tahun 2013 No Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Tidak tamat SD 748 7.14 2 SD 2 477 22.55 3 SLTP 2 753 25.06 4 SLTA 2 943 26.79 5 Diploma 710 6.46 6 Sarjana 399 3.63 Sumber: Data profil Desa Babakan, 2013
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebesar 26.79 persen penduduk Desa Babakan telah mengecap pendidikan menengah atas (SLTA), sebesar 25.06 persen berpendidikan menengah pertama (SLTP). Di samping itu, masih terdapat sebesar 22.55 penduduk yang berpendidikan sekolah dasar dan 7.14 persen tidak tamat sekolah dasar. Terdapat pula sebesar 6.46 persen penduduk Desa yang
23
sudah mengecap pendidikan tinggi Diploma dan sebesar 3.63 persen berpendidikan Sarjana. Data yang tercatat di profil desa tersebut sesungguhnya tidak menggambarkan jumlah dan keadaan kependudukan di Desa Babakan secara nyata. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk pendatang yang bertempat tinggal di Desa Babakan tidak melapor dan mendaftarkan diri sebagai penduduk. Penduduk yang tinggal di Desa Babakan diperkirakan lebih dari 15 000 jiwa, selaras dengan penjelasan pihak aparat desa bahwa sebagain besar mahasiswa yang masuk ke desa sebagian besar tidak mendaftarkan atau melaporkan diri ke kantor desa. Mahasiswa atau tenaga kependidikan biasanya mulai mendaftarkan diri jika membutuhkan identitas kependudukan seperti kartu keluarga atau Kartu Tanda Penduduk (KTP). Mata pencaharian penduduk Desa Babakan sangat beragam. Jika melihat dari data profil desa sebagian penduduk Desa Babakan merupakan pensiunan dari badan usaha yakni BUMN dan juga pensiunan PNS. Berikut data demografi ekonomi atau jenis mata pencaharian penduduk Desa Babakan. Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Babakan tahun 2013 No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%) 1 PNS UMUM 795 14.12 2 PNS Guru 49 0.87 3 Guru Honor/GTY/GTT 30 0.53 4 TNI 7 0.12 5 POLRI 5 0.09 6 Pensiunan TNI/POLRI 165 2.93 7 Pensiunan PNS 790 14.03 8 Pensiunan BUMN 1 955 34.71 9 Karyawan Swasta 855 15.18 10 Buruh/Swasta 358 6.36 11 Tukang 38 0.68 12 Wiraswasta 1 0.02 13 Pedagang Keliling 382 6.78 14 Pedagang 23 0.41 15 Pengemudi Ojeg 20 0.36 16 Ustadz 9 0.16 17 Dokter 9 0.16 18 Bidan 2 0.04 19 Politikus 3 0.05 21 Tidak Bekerja 136 2.42 Total 5 632 100.00 Sumber: Data profil Desa Babakan tahun 2013
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa sebesar 34.71 persen penduduk Desa Babakan merupakan pensiunan dari BUMN, sebesar 15.18 persen bekerja sebagai karyawan swasta, sebesar 14.12 persen merupakan PNS umum dan sebesar 14.03 merupakan pensiunan PNS. Selanjutnya sebesar 6.78 persen penduduk bekerja
24
sebagai pedagang keliling dan sebesar 6.36 merupakan buruh. Dapat dilihat pula masih terdapat sebesar 2.42 penduduk desa yang tidak bekerja. Penduduk Desa Babakan berdasarkan agama yang dianut juga sangat beragam. Begitu pula dengan suku, tidak ada data yang sah mengenai suku yang terdapat di Desa ini, namun jika dilihat melalui observasi, suku-suku yang terdapat di Desa Babakan sudah sangat beragam. Hal ini selaras dengan penjelasan pihak aparat desa yang mengatakan bahwa saat ini Desa Babakan bisa dikatakan sebagai miniatur dari Indonesia. Keberagaman suku ini merupakan akibat dari keberadaan kampus IPB yang mahasiswanya merupakan pelajar dari berbagai penjuru tanah air serta ditambah lagi penduduk pendatang yang mencari nafkah atau membuka usaha di Desa Babakan. Infrastruktur Desa Babakan Sarana dan prasarana desa merupakan hal yang penting untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap berbagai bidang dan pelayanan umum. Sarana dan prasarana di Desa Babakan saat ini sudah relatif memadai meliputi sarana pendidikan, sarana kesehatan, dan fasilitas publik lainnya. Tingkat pendidikan merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Berdasarkan profil desa, fasilitas pendidikan berupa sekolah sudah tergolong memadai yakni sudah terdapat fasilitas pendidikan mulai dari tingkat PAUD hingga SMK dan bahkan Perguruan Tinggi. Berikut data sarana dan prasarana pendidikan berdasarkan data monografi desa. Tabel 6 Jumlah sarana pendidikan berdasarkan jenjang tingkat pendidikan di Desa Babakan tahun 2013 No Jenjang sekolah Status Jumlah 1 PAUD Swasta 3 2 TK Swasta 2 3 SD Negeri 4 4 SMP Negeri 2 5 SMP Swasta 1 6 SMA/SMK Negeri 1 7 SMA/SMK Swasta 3 8 Tempat-tempat Kursus Swasta 2 9 Balai Latihan Kerja (BLK) 2 8 Institusi Perguruan Tinggi Negeri 1 Sumber: Data profil Desa Babakan, 2013
Selain fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan di Desa Babakan juga sudah memiliki pilihan dan dengan akses yang mudah. Berdasarkan profil desa terdapat posyandu sebanyak 10 buah, poliklinik umum sebanyak empat buah, BKIA/Rumah bersalin sebanyak dua buah dan apotik sebanyak empat buah. Sedangkan untuk tenaga medis yang ada dan melakukan praktek secara umum di Desa Babakan terdapat satu orang Dokter puskesmas, lima klinik dokter praktek swasta dan dua orang bidan Desa Babakan. Selain itu, akses Desa Babakan ke rumah sakit besar juga tergolong mudah dengan jarak tempuh yang tidak jauh dan pilihan transportasi yang beragam.
25
Dalam hal keagamaan, sarana peribadatan di Desa Babakan terdapat 10 buah Masjid dan 14 buah Mushala. Mushala tersebar hampir di setiap RT dan masjid tersebar hampir di setiap RW. Akses antar dusun di Desa Babakan cukup mudah untuk memungkinkan warga bermobilisasi terbukti dengan adanya jalan aspal atau jalan beton yang menghubungkan setiap dusun dan juga menghubungkan dengan desa lain di sekitarnya. Berikut Tabel 7 memaparkan data sarana perhubungan di Desa Babakan.
No 1 2 3 4 5
Tabel 7 Sarana Perhubungan Desa Babakan tahun 2013 Sarana Perhubungan Jumlah Jalan beton 5 Km Jalan hotmix 2 Km Jalan aspal 3 Km Gang 5 Km Jembatan 6 Buah
Sumber: Data profil Desa Babakan, 2013
Sarana dan prasarana baik kesehatan, pendidikan, dan fasilitas perekonomian yang sudah tersebar di setiap dusun dapat dengan relatif mudah di akses oleh warga. Di samping itu, semua dusun di Desa Babakan sudah dilalui oleh angkutan umum seperti Angkot dan Ojeg. Begitu pula dengan sarana penerangan listrik di desa ini telah menjangkau hampir seluruh wilayah Kecamatan Dramaga yang dikelola oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Jaringan telepon rumah dan telepon seluler juga telah tersedia, terlihat dari banyaknya jumlah usaha penjual pulsa telepon selular. Letak yang secara fisik bersentuhan langsung dengan kampus IPB Dramaga juga menjadi faktor yang menjadikan Desa Babakan memiliki aksesibilitas yang tergolong mudah terhadap fasilitas-fasilitas sosial dan ekonomi seperti halnya kantor pos, bank, telepon, pasar dan pertokoan. Data potensi Desa Babakan menunjukkan terdapat sembilan unit minimarket1, empat buah fasilitas perbankan berupa bank umum dan satu bank perkreditan rakyat serta terdapat 11 unit akomodasi penginapan2 berupa hotel, wisma dan losmen. Gambaran Aktivitas Ekonomi Ekonomi merupakan salah satu pilar penting dalam menopang kehidupan suatu masyarakat. Ketika aktivitas ekonomi desa meningkat, harapannya pendapatan masyarakat desa pun dapat meningkat. Bidang ekonomi berkaitan erat dengan bidang atau sektor pembangunan yang lain, seperti pendidikan, keamanan, infrastruktur, keagamaan dan sosial budaya. Aktivitas ekonomi masyarakat Desa Babakan seperti yang digambarkan pada Tabel 5 di atas tergolong sangat beragam. Jika melihat kembali tabel jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian terlihat bahwa penduduk Desa Babakan sebesar 34.712 persen merupakan pensiunan BUMN, 15.181 persen karyawan swasta dan 14.027 persen 1
Sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran dengan label harga dengan luas lantai < 400m2) 2 Akomodasi penginapan dengan izin usaha bukan sebagai hotel
26
merupakan pensiunan PNS. Keadaan ini menggambarkan bahwa profesi masyarakat Desa Babakan merupakan masyarakat perdagangan yakni kurang lebih 50 persen penduduknya bekerja di bidang industri dan jasa. Fakta ini sejalan dengan data potensi Desa Babakan 2011 yang menyebutkan bahwa sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk adalah bidang jasa. Uniknya melalui hasil pengamatan secara langsung dapat digambarkan keberagaman aktivitas ekonomi yang berbeda berdasarkan lokasi tempat tinggal yang berkaitan dengan jarak letak kampung atau dusun dari kampus IPB. Pedagang, pengusaha kamar sewa dan wiraswasta banyak ditemui di wilayah Kampung Babakan Raya, Babakan Tengah, Babakan Lebak dan Babakan Doneng. Hal ini dikarenakan kampung ini terletak sangat dekat atau bersinggungan langsung dengan aktivitas kampus IPB yang berkorelasi pada nilai ekonomi dari lahan yang tinggi dan tingginya permintaan akan jasa perdagangan untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa. Pekerjaan penduduk di daerah ini meliputi: pemilik toko, pemilik kos-kosan, pedagang kaki lima, buruh cuci, tukang bangunan, pengrajin, tukang ojek, penjahit, dan karyawan. Usaha koskosan dan pedagang sebagian besar yakni 90 persen sudah dikuasai oleh pendatang. Pegawai Negeri Sipil (PNS), karyawan IPB dan karyawan swasta banyak ditemui di wilayah Kampung Cangkurawok dan Kampung Sengket, karena daerah ini terletak relatif lebih jauh dari kampus dan tidak terpengaruh langsung dengan riuh aktivitas kampus IPB, nilai ekonomi dari lahan dan permintaan akan kamar sewa dan perdagangan tidak tinggi. Kampung Cangkurawok memiliki tipe masyarakat yang sedikit berbeda dengan kampung atau dusun lainnya di Desa Babakan. Kampung ini merupakan sentral penduduk pribumi atau penduduk lokal, 95 persen penduduk merupakan penduduk asli Desa Babakan. Penduduk pendatang di kampung ini hanya merupakan orang-orang terkait ikatan perkawinan dengan orang luar desa dan beberapa (dalam jumlah yang sedikit) mahasiswa atau siswa yang menyewa rumah atau kamar. Mayoritas pekerjaan warga kampung Cangkurawok ini adalah sebagai pegawai atau karyawan di IPB seperti pegawai tata usaha, satpam, petugas kebersihan dan juga karyawan swasta. Selain itu, terdapat pula peran-peran dalam aktivitas ekonomi yang berhubungan dengan karakteristik desa yang sudah tergolong sub-urban terkait keberadaan kampus IPB yakni keberadaan buruh cuci, buruh kebersihan koskosan mahasiswa, penjaga kos-kosan, juru parkir, tukang ojek, dan pedagang asongan. Peran-peran ini banyak dijumpai di wilayah Desa Babakan karena tingginya permintaan akan peran tersebut terkait keberadaan mahasiswa. Peranperan ini dipegang oleh penduduk lokal maupun penduduk desa lain di sekitar kampus IPB yang berbatasan dengan Desa Babakan.
PERUBAHAN STRUKTURAL MASYARAKAT DESA BABAKAN SEJAK KEHADIRAN KAMPUS IPB Bagian ini membahas perubahan dalam bidang struktural masyarakat Desa Babakan setelah kehadiran kampus IPB. Pembahasan melingkupi sejarah singkat desa, dinamika pemerintahan desa, ragam aktivitas perekonomian, stratifikasi sosial, interaksi sosial, pola kependudukan dan kelompok-kelompok sosial. Sejarah singkat desa merupakan pengantar untuk mengenal perubahan-perubahan yang telah terjadi selama kurun waktu 50 tahun kehadiran kampus IPB di Desa Babakan. Dinamika pemerintah merupakan penjabaran sejarah pemerintahan dan pemimpin di pemerintahan Desa Babakan. Ragam aktivitas perekonomian menjabarkan perubahan aktivitas-aktivitas ekonomi dan terbentuknya peran-peran pelaku ekonomi baru setelah kehadiran kampus IPB. Selanjutnya stratifikasi sosial membahas mengenai pola-pola pembagian lapisan-lapisan serta perubahanperubahan yang terjadi dalam masyarakat desa setempat. Begitu pula dengan interaksi sosial yang membahas bentuk-bentuk interaksi serta kecendrungan perubahan yang terjadi. Berikutnya perubahan pola kependudukan yang cukup signifikan dan terbentuknya kelompok-kelompok sosial yang beragam dalam lingkup Desa Babakan. Sejarah Singkat Desa dan Dinamikanya Kurang lebih 50 tahun yang lalu tepatnya sebelum kehadiran pembangunan kampus IPB di Kecamatan Dramaga, wilayah Desa Babakan dan juga areal kampus serta desa-desa di sekitar kampus merupakan wilayah perkebunan karet yang dikelola oleh kuasa usaha kolonial (Onderneming). Salah satu bukti yang paling diingat oleh informan adalah gedung kantor dan pabrik pengolahan karet milik Onderneming tersebut merupakan gedung yang paling besar dan megah pada masa itu. Pabrik tersebut merupakan satu-satunya pabrik pengolahan karet di Dramaga dan sekitarnya yang berada di tengah areal kebun yang saat ini merupakan lokasi masjid Al huriyah. Pada masa itu, masyarakat Desa Babakan mayoritas bekerja sebagai buruh di pabrik penggilingan karet tersebut dan sebagian lainnya bercocok tanam di kebun atau tegalan. Menurut beberapa informan terdapat juga warga yang berprofesi sebagai petani dengan lokasi sawah terletak di luar Desa Babakan yakni daerah Bubulak dan Laladon. Setelah proses nasionalisasi perkebunan karet milik kolonial Belanda menjadi milik negara, pabrik karet tersebut ditutup dan sebagai besar warga yang bekerja sebagai buruh pabrik kehilangan mata pencaharian mereka. Warga kemudian beralih pekerjaan menjadi pencari kayu bakar di areal bekas perkebunan karet tersebut. Pada gilirannya, kayu bakar tersebut akan dijual oleh pengumpul dengan tujuan pemasaran adalah ke daerah Jakarta. Sementara dalam kondisi vacuum kepemilikan lahan bekas perkebunan karet tersebut, sejumlah warga mulai memanfaatkannya menjadi tegalan. Tegalan-tegalan yang digarap oleh rumah tangga-rumah tangga tersebut yang nantinya diklaim menjadi hak milik oleh warga.
28
Hingga tahun 1961 ketika pembangunan kampus IPB di Dramaga dimulai, bekas lahan perkebunan karet tersebut telah berubah menjadi hutan karet. Dengan ditandai penanaman pohon pinus dan peletakan batu pertama oleh presiden Soekarno menjadi penanda dimulainya pembangunan kampus yang berbasis pertanian di tanah milik negara tersebut. Informan sangat mengingat inti dari pidato yang disampaikan oleh Presiden Sukarno saat itu yakni “pertanian adalah soal hidup dan mati” yang disambut dengan riuh tepuk tangan para hadirin yang menyaksikannya. Menurut informan, daerah tersebut masih dapat dilihat saat ini yakni daerah perkuliahan pinus yang terdapat di Fakultas Pertanian. Periode pembangunan selanjutnya yakni pada tahun 1963 dibangunlah fakultas pertama di kampus IPB Dramaga yakni kampus Fakultas Kehutanan atau yang dikenal dengan sebutan kampus universal. Menurut Lurah setempat, pembangunan kampus IPB di Dramaga merupakan pengembangan kampus IPB di Baranang Siang terkait keterbatasan lahan. Hingga pada gilirannya, tahun 1968 IPB membangun asrama Sylviasari dan Sylvialestari. Keberadaan asrama ini membuka peluang bagi beberapa ibu rumah tangga memperoleh pekerjaan baru yaitu sebagai tukang cuci dan masak di kampus IPB. Tahun 1975, IPB membangun fasilitas kampus lainnya seperti jalan lingkar dalam kampus, GOR, dan lapangan bola. Pada masa inilah dimulainya perubahan yang cukup signifikan di desa-desa lingkar kampus IPB yang ditandai dengan masuknya penerangan atau listrik yakni pada tahun 1978. Tak lama setelah itu dilakukan juga pembangunan fasilitas jalan di Desa Babakan. Kemudian pada tahun 1980 dimulai pembangunan gedung-gedung kampus lainnya seperti Fakultas Pertanian, gedung Grawida, Fakultas Peternakan dan Fakultas Kedokteran Hewan. Pada masa ini, peranan penduduk Babakan semakin surut dalam perkembangan kampus IPB. Kondisi desa setelah adanya kampus IPB berubah dalam banyak hal termasuk dalam jam aktivitas warga. Sebelum pembangunan jalan dan masuknya penerangan listrik, aktivitas warga di malam hari sangat jarang sekali ditemukan, seperti yang dikemukakan oleh salah seorang informan: “Dulu Desa Babakan sangat sepi, jam tujuh malam saja sudah tidak ada orang yang berani melewati jalanan karena kondisi jalan yang tidak sebaik sekarang. Berbeda dengan sekarang sudah tidak ada batasan waktu karena kondisi jalan yang sudah bagus ditambah lagi penerangan yang sudah cukup memadai” (MUH, Ketua RW) Perubahan-perubahan yang terjadi menurut penduduk Desa Babakan tergolong pada perubahan yang positif karena menurut mereka kehadiran IPB pada masa itu membuat kehidupan di desa mereka semakin membaik. Masyarakat juga percaya bahwa keberadaan IPB tersebut bukanlah suatu kebetulan melainkan sudah diperkirakan atau diketahui oleh orang tua terdahulu/buyut mereka. Menurut informan, hal tersebut sesuai dengan cerita turun temurun dari buyut mereka yang mengartikan arti nama Desa Dramaga yang secara harfiah berarti pelabuhan. Desa Dramaga dan sekitarnya akan menjadi tempat berlabuh umat manusia dari berbagai penjuru daerah di Indonesia untuk menimba ilmu. “Desa Dramaga secara arti kata berarti pelabuhan bukan berarti pelabuhan kapal seperti dramaga-dramaga pada umumnya, tapi lebih
29
dari pada itu. Dramaga menjadi tempat berlabuhnya orang-orang pintar dari seluruh daerah di Indonesia yang menimba ilmu di IPB. Buyut saya juga pernah bercerita bahwa di Desa Dramaga ini akan ada kendaraan roda empat di atas atap-atap rumah yang artinya akan banyak jalan-jalan layang yang akan dibangun untuk sampai ke Desa Dramaga” (MUH, Ketua RW) Selain itu masyarakat Desa Babakan juga mengenal istilah palalangon yang sering diceritakan secara turun temurun oleh orang-orang terdahulu. Secara harfiah palalangon berasalah dari kata pala dan langon, yang diartikan pala sebagai kepala dan langon yang berarti bermacam-macam ilmu. Lengkapnya, istilah palalangon diartikan sebagai “kepala yang diisi dengan berbagai disiplin ilmu”. Menurut salah satu informan istilah tersebut sudah cukup sering didengar oleh warga desa, namun hanya orang-orang yang memiliki keingintahuan lebih mengenai desa mereka saja yang pada akhirnya mengetahui arti dari sebutan palalangon tersebut. Terlepas dari kepercayaan warga tersebut, tahun 1980-an adalah masa perkembangan kampus IPB yang sangat pesat serta diikuti dengan semakin ramainya pendatang baik yang berprofesi sebagai mahasiswa maupun pengusaha dan penduduk yang ingin mengadu nasib di sekitar kampus IPB. Pada masa inilah penduduk desa mulai melakukan transaksi penjualan lahan perumahan dan pekarangan yang mereka tempati. Nilai ekonomis lahan yang meningkat berkorelasi pada harga jual tanah yang tinggi pada masa itu dan membuat warga asli mulai tergiur menjual lahan milik mereka dengan rasional dapat membeli lahan yang lebih luas di desa lain. Sebagian penduduk yang menjual lahan milik mereka pindah ke desa pinggiran dengan harga beli lahan yang lebih rendah dan sebagian masih bertahan di Desa Babakan dengan luas perumahan dan pekarangan yang sempit. Di sisa luas lahan yang masih mereka miliki inilah beberapa penduduk asli Desa Babakan membangun rumah dengan kondisi pekarangan yang sangat minim. Namun terdapat pula warga yang memang tidak menjual lahan pekarangan dan perumahan mereka. Penduduk yang masih menetap di Desa Babakan ini tidak menjual lahan karena lokasi yang tidak strategis dan tidak bernilai ekonomi tinggi serta memang secara sengaja berniat untuk mempertahankan tanah kelahiran mereka. “Mulai ramainya desa ini sekitar tahun 1980an, mahasiswa semakin banyak dan pendatang juga semakin banyak yang menawar lahan dan rumah-rumah warga untuk dijadikan kos-kosan. Karena harganya tinggi, warga mau saja. Dengan uang segitu mereka bisa membeli tanah yang lebih luas di desa-desa lingkar kampus seperti Cibanteng, Cibereum dan Ciampea” (PAP, Pedagang) Pemisahan secara tegas antara areal kampus dan ruang hidup masyarakat Babakan dimulai dengan dibangunnya tembok pembatas atau yang dikenal sebagai tembok berlin. Tujuan dibangunnya tembok ini adalah untuk memberikan batas yang jelas antara wilayah administrasi kampus IPB dengan desa di sekitarnya. Namun, sebagian masyarakat bahkan menganggap dengan dibangunnya tembok pemisah ini IPB berupaya untuk membatasi interaksi
30
masyarakat dengan kampus IPB. Pendapat ini didasari oleh kenyataan bahwa sebelum dibangunnya tembok pemisah tersebut penduduk masih memiliki akses yang bebas untuk keluar masuk kampus IPB, namun saat ini akses masyarakat sangat terbatas untuk masuk ke dalam kampus IPB. Hingga, terciptalah dua bagian kelompok yang terpisah yaitu kampus IPB dan Desa Babakan sehingga dinamai dengan tembok berlin. Tidak ada informasi yang jelas mengenai siapa yang memberikan sebutan tersebut. “Dulu masyarakat dengan IPB masih bersatu tidak ada batas. Dulu mahasiswa Fahutan masih berbaur dengan masyarakat apa lagi dengan rektornya Pak Andi Hakim. Mereka masih sering berkunjung ke masyarakat. Tidak seperti sekarang sudah dibatasi dengan tembok berlin, kalau menurut kami sebagai masyarakat awam, ini artinya bahwa masyarakat dengan IPB sudah tidak boleh bergaul.” (JSA, Ketua RT) Kini secara kasat mata Desa Babakan sudah sangat berbeda jika dibandingkan dengan keadaan dan penampakan fisik sebelum kehadiran kampus IPB. Desa Babakan sudah tergolong sangat padat baik secara fisik bangunan maupun berdasarkan jumlah jiwa yang beraktivitas di dalamnya. Kehadiran ribuan mahasiswa setiap tahun ajaran baru setidaknya menuntut Desa Babakan untuk menyediakan akses terhadap fasilitas tempat tinggal dan kebutuhan hidup lainnya. Desa Babakan kini dijuluki sebagai “Miniatur Indonesia” karena pendatang yang bermukim di desa berasal dari berbagai daerah, suku, dan agama yang tersebar di seluruh Indonesia. Keadaan ini menjadi tantangan sekaligus dilema bagi pemerintah desa, terkait dengan penataan pembangunan desa, seperti penuturan dari lurah setempat berikut ini: “Desa Babakan ini sendiri sudah seperti miniatur-nya Indonesia karena semua suku, agama dan ras ada di Desa Babakan ini. Baik itu mahasiswa, pedagang, pendatang dan lainnya di lahan yang hanya seluas 334 384 ha ini. Keadaan ini sekaligus menjadi permasalahan yang cukup rumit bagi kami, bagaimana agar perkembangan desa ini tidak menyingkirkan penduduk lokal” (SYA, Lurah)
31
< 1961
1961
• Desa Babakan merupakan daerah bekas perkebunan milik onderneming Belanda • Dimulai pembangunan kampus IPB ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Presiden Soekarno
19631975
• Pembangunan Fakultas Kehutanan sebagai fakultas pertama di wilayah kampus IPB Dramagga • Pembagunan jalan lingkar kampus dan fasilitas kampus lainnya
19781980
• Masuknya fasilitas listrik di Desa-desa lingkar kampus • Merupakan puncak ramainya pembangunan dan pemindahan fakultas-fakultas di IPB
Gambar 2 Periodisasi perubahan yang terjadi di Desa Babakan Dinamika Pemerintahan Desa Setelah ditetapkan menjadi wilayah administratif sebagai desa, pemerintahan Desa Babakan sudah mengalami pergantian lurah sebanyak tujuh kali dengan masa jabatan yang beragam. Sebelum diresmikannya peraturan mengenai batas masa pemerintahan desa yakni selama 5 tahun dan dapat terpilih kembali untuk satu kali masa jabatan, lurah di Desa Babakan dapat menjabat hingga 15-20 tahun masa pemerintahan. Pemilihan lurah masih berupa penunjukan terhadap orang yang dituakan atau dipercaya warga sebagai pemimpin. Namun lambat laun seiring dengan perkembangan peraturan pemerintah terkait masa jabatan kepala desa/lurah dan mekanisme pemilihan calon kepala pemerintahan termasuk desa, pemilihan kepala lurah sudah dilakukan dengan cara yang demokratis, yakni dengan pemilihan langsung oleh penduduk desa terhadap calon-calon lurah yang ada. Walaupun mekanisme pemilihan sudah tergolong demokratis, yakni dipilih langsung oleh masyarakat namun pemahaman mengenai sosok yang pantas menjadi pemimpin masih termasuk dalam tipe kepemimpinan tradisional dalam artian berdasarkan “keturunan”. Menurut penuturan aparat desa, pihak-pihak yang mencalonkan dan terpilih sebagai lurah masih terkait dengan unsur keturunan pejabat lurah. Penduduk Desa Babakan masih memiliki pemahaman bahwasanya yang berhak menyandang dan dapat diterima sebagai pemimpin adalah mereka yang merupakan keturunan dari lurah sebelumnya atau mewarisi sifat kepemimpinan leluhurnya. Namun paham ini sudah dipatahkan dengan terpilihnya lurah yang menjabat saat ini yang tidak memiliki riwayat keturunan dari lurah-lurah yang sebelumnya yang pernah menjabat. Kriteria pemimpin sudah lebih secara rasional dalam arti memenuhi persyaratan formal untuk diangkat dan didudukkan sebagai pemimpin. Hal ini menjadi penanda bahwa pandangan dan pengetahuan penduduk Desa Babakan sudah mulai berkembang, bahwasanya
32
siapa pun dapat menjadi pemimpin jika memiliki potensi dan mampu memimpin masyarakat Desa Babakan. Selama tujuh kali pergantian lurah, keseluruhan masa pemerintahan masih di jabat oleh warga pribumi atau warga asli Desa Babakan. Menurut salah satu informan, lurah yang menjabat pada umumnya dapat membangun hubungan dan memiliki hubungan yang baik dengan kampus IPB. Bahkan beberapa dari lurah yang pernah menjabat merupakan pensiunan karyawan IPB sehingga mampu menciptakan dan menjembatani hubungan baik antara Desa Babakan dengan Kampus IPB. Ragam Mata Pencaharian Pada dasarnya perkembangan demi perkembangan yang terjadi di Desa Babakan bukan dipicu atau disebabkan peran serta dari pemerintah yang umumnya berupa intervensi pembangunan. Desa Babakan dengan sendirinya berubah melalui proses penyesuaian diri dengan mengikuti jejak perkembangan kampus IPB. Desa Babakan mencoba beradaptasi dan berbenah diri dengan perubahan-perubahan besar yang terjadi akibat keberadaan kampus IPB. “Desa Babakan berkembang dengan sendirinya, berbenah untuk menyesuaikan diri sesuai dengan tuntutan perkembangan atau pembangunan dan mengikuti jejak perkembangan IPB, keberadaan mahasiswalah yang menjadi pemicu berkembangnya desa ini” (SYA, Lurah) Dalam menyesuaikan dengan tuntutan perubahan yang terjadi akibat keberadaan kampus, perubahan mata pencaharian pun terjadi di Desa Babakan. Setelah proses nasionalisasi perkebunan karet milik Onderneming Belanda, penduduk Desa Babakan yang merupakan buruh dan sebagian berprofesi sebagai pegawai rendah di perkebunan karet tersebut beralih menjadi petani yang menggarap kebun/tegalan yang mereka buka di lahan-lahan sisa perkebunan. Selain berkebun, terdapat juga warga desa yang membuka lahan sawah. Sawah yang dimaksud sebagian besar berada di luar Desa Babakan dan beberapa berada di pinggiran desa atau perbatasan dengan desa lain. “Dulu penduduk asli banyak yang bekerja sebagai buruh dan petani berkebun dan ada beberapa pedagang tapi sedikit.” (CUC, Buruh kebersihan kosan) “Dulu banyak petani, saya juga dulu bertani nyawah di daerah belakang perwira. Tapi karena sekarang sawahnya terpaksa dijual, ya saya berdagang.” (SUH, Pedagang) Saat ini secara kasat mata dapat dilihat bahwa lahan-lahan kebun/tegalan milik penduduk sangat sulit ditemukan. Hal ini menjadi penguat bahwa telah terjadi perubahan mata pencaharian asli penduduk lokal desa dan berubah menjadi bentuk-bentuk yang baru. Petani yang berkebun dan mengolah lahan sawah sangat sulit ditemukan atau bahkan tidak ada lagi yang berprofesi sebagai petani. Melalui
33
observasi dapat dengan jelas dilihat bahwa saat ini mata pencaharian penduduk Desa Babakan sangat beragam terkait dengan keberadaan kampus IPB. Hal ini didukung pula dengan data profil desa yang memuat daftar mata pencaharian penduduk Desa Babakan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya. Masyarakat desa setempat sudah memiliki tingkat diferensiasi mata pencaharian yang tinggi karena semakin banyaknya pendatang dan terciptanya peran-peran baru yang dimainkan oleh penduduk terkait keberadaan kampus IPB. Pemusatan kegiatan aktivitas pendidikan di kampus Dramaga berarti pemusatan kegiatan ekonomi di desa-desa lingkar kampus. Terkait dengan tingginya permintaan pasar, perekonomian di Desa Babakan saat ini bercorak perdagangan barang dan jasa. Keberadaan kampus IPB dengan ribuan mahasiswa sebagai pendatang di Desa Babakan membuat semakin banyaknya pemukiman warga yang disulap menjadi bangunan kos-kosan dan kios-kios dagang untuk memenuhi kebutuhan kelompok mahasiswa tersebut. Jenis-jenis usaha yang berkembang pun sangat beragam dengan target pasarnya adalah mahasiswa, seperti halnya pedagang makanan, toko alat tulis, toko kelontong, jasa cuci kiloan (laundry), usaha fotocopy, warung internet (warnet), juru parkir, toserba serta usaha lainnya yang berhubungan dengan kebutuhan mahasiswa. Desa Babakan bukan lagi merupakan desa bekas perkebunan yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai buruh dan petani berkebun. Desa Babakan sudah menjadi desa dengan corak ekonomi perdagangan barang dan jasa. Namun terciptanya peran-peran dan kesempatan berusaha yang baru ini tidak sepenuhnya menguntungkan penduduk desa. Penduduk pribumi justru tersisihkan dari persaingan ekonomi dengan hadirnya pemilik modal dari kelompok pendatang. Dalam bidang perdagangan misalnya, pendatanglah yang lebih menguasai bidang tersebut dibandingkan dengan penduduk pribumi. Para pedagang yang termasuk pendatang menempati kios-kios yang disediakan dengan sistem sewa ataupun hak milik dengan kondisi yang relatif tertata rapi, sementara warga asli menempati sisa-sisa lahan di pinggir jalan sebagai pedagang kaki lima. Tersingkirnya penduduk lokal dalam persaingan usaha ini dikarenakan penduduk asli yang tergusur dari tanah milik mereka sendiri dengan menjual lahan tersebut dengan harga yang relatif mahal. Selain itu, ketidakmampuan membeli dan menyewa kios-kios dagang menjadi salah satu penyebab banyaknya penduduk pribumi yang justru hanya menjadi pedagang kaki lima di sekitar wilayah Babakan raya dan Babakan tengah yang menjadi sentral aktivitas perdagangan. Ditambah lagi, banyak dari keluarga-keluarga penduduk lokal yang tidak memiliki pengalaman dalam usaha atau perdagangan yang menyebabkan hilangnya kesempatan untuk menikmati peluang perkembangan dalam usaha dan perekonomian di Desa Babakan. Usaha lain di samping bertumbuh suburnya usaha perdagangan, usaha kamar sewa atau kos-kosan mahasiswa juga berkembang pesat dan memainkan peran penting dalam perekonomian di Desa Babakan. Bangunan-bangunan berlantai jamak yang merupakan kos-kosan mahasiswa menjadi primadona dan dapat ditemui dalam jumlah yang banyak di Desa Babakan. Tingginya permintaan akomodasi untuk menampung mahasiswa membuat usaha ini semakin marak, baik dengan skala kecil maupun besar. Penyewaan akomodasi ini dapat berbentuk penyewaan ruangan berupa kamar dan juga penyewaan rumah kontrakan.
34
Corak perekonomian yang ditandai dengan maraknya usaha kamar sewa atau kos-kosan sendiri tidak sepenuhnya dinikmati oleh penduduk lokal. Seperti yang sudah disebutkan bahwa penduduk dalam banyak kasus lebih memilih menjual lahan pekarangan atau lahan perumahan milik mereka kepada pengusaha dari luar karena tergiur dengan harga yang relatif mahal pada saat itu. Alhasil mereka pindah ke luar dari Desa Babakan dan beberapa di antaranya hanya memiliki pekarangan yang sempit dan kondisi rumah yang sederhana. Penduduk lokal tidak memiliki modal untuk memperbaiki rumah mereka guna bersaing dengan para pengusaha kosan yang membangun bangunan berlantai jamak untuk menampung permintaan kamar sewa atau kos-kosan. Kelemahan ini membuat mereka tidak menikmati peluang memperoleh pendapatan dari usaha penyewaan rumah atau kamar sewa. “Sangat disayangkan penduduk pribumi pemilik kosan dan toko-toko di Desa Babakan ini hanya 10 persen. Itu terjadi karena banyak dan mayoritas mereka menjual lahan dan silau dengan harga yang tinggi. Selain itu alasan mereka juga tidak berbakat dan tidak punya keahlian untuk berbisnis” (SYA, Lurah) Para pemilik modal besar pun sudah mulai merambah bidang usaha penyewaan kamar sewa dan kontrakan di Desa Babakan. Pembangunan pemukiman berskala besar memang sudah banyak ditemui dan ditambah lagi dengan masuknya pengusaha property profesional. Tampaknya para pengusaha property juga tidak melewatkan peluang ekonomi yang sangat berpotensi bahkan untuk investasi jangka panjang tersebut. Pembangunan apartemen kini sedang berlangsung di wilayah desa setempat yakni di wilayah Babakan Doneng. Perkembangan usaha yang semakin penuh dengan persaingan ini kelak diduga akan mengeliminasi masyarakat lokal dalam bidang usaha penyediaan akomodasi untuk mahasiswa/pelajar. Selain dalam bidang perdagangan barang dan penyewaan kamar-kamar kosan, terbuka pula kesempatan-kesempatan bekerja seperti jasa buruh cuci, buruh masak, juru parkir, security gedung kos-kosan, pengelola (karyawan yang dipercaya oleh pemilik usaha kamar sewa) kos-kosan dan buruh kebersihan koskosan kelompok mahasiswa. Umumnya peran-peran buruh cuci, buruh masak, dan buruh kebersihan dimainkan oleh ibu rumah tangga atau perempuan. Sedangkan peran-peran sebagai juru parkir dan security gedung kos-kosan dan pengelola koskosan ditempati oleh laki-laki. Penduduk yang menjual tanah dan pindah ke desa lain juga banyak yang akhirnya kembali lagi ke Desa Babakan atau areal kampus IPB untuk mencari nafkah. Keadaan ini dikarenakan di desa baru yang mereka tinggali tidak terdapat lapangan pekerjaan yang dapat menampung mereka dan tidak terdapat pula kerabat atau sanak saudara yang mengarahkan mereka untuk mencari pekerjaan yang sesuai. Mereka kembali mencari nafkah di areal kampus IPB dan Desa Babakan sebagai buruh cuci atau Pedagang Kaki Lima (PKL). “Walaupun sudah pindah ke Ciampea atau Cibanteng, tapi masih banyak juga yang akhirnya datang lagi ke kampus cari makan. Ada yang dagang atau jadi buruh cuci atau kerjaan-kerjaan lain. Soalnya ya memang di sini banyak kesempatan cari uang” (SUH, pedagang)
35
Selain terdiferensiasi ke dalam bentuk yang beragam, tipe mata pencaharian di Desa Babakan ini ternyata memiliki pola-pola khusus terkait wilayah tempat tinggal. Pola mata pencaharian terbagi atas dasar perbedaan lokasi tempat tinggal, yakni masing-masing lokasi memiliki kriteria khas mata pencaharian yang terbagi menjadi dua pola yakni pemukiman para pegawai/karyawan kampus IPB dan pemukiman para pedagang dan pebisnis. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga administratif, IPB juga memberi kesempatan prioritas bagi warga Desa Babakan dan desa lingkar kampus lainnya. Kampung Cangkurawok dan Kampung Sengked yang letaknya tidak bersinggungan langsung dengan hiruk pikuk aktivitas mahasiswa merupakan bagian Desa Babakan yang masih 90 persen warganya adalah penduduk pribumi. Di dusun inilah banyak ditemui warga yang bekerja sebagai pegawai/karyawan IPB, seperti yang dikemukakan oleh informan berikut: “Kalau di daerah sini (Kampung Cangkurawok dan Kampung Sengked) kebanyakan yang kerja di IPB, hampir 70 persen. Ada yang jadi satpam, pegawai kebersihan, pegawai Tata Usaha (TU) dan ada juga yang bantu-bantu mahasiswa atau dosen di laboratorium” (DDH, karyawan swasta) Secara geografis Kampung Cangkurawok dan Kampung Sengked tersebut memiliki letak yang relatif jauh dari aktivitas dan hiruk pikuk kegiatan mahasiswa sehingga tidak memungkinkan untuk membuka usaha-usaha seperti yang ditemui di wilayah Babakan Tengah, Babakan Raya, Babakan Lebak dan Babakan Doneng. Lahan di wilayah tersebut memiliki nilai ekonomis tidak tinggi jika dibandingkan dengan wilayah Babakan. Jumlah mahasiswa yang menjangkau kampung tersebut sangat sedikit. “Mahasiswa di daerah sini ada tapi sangat sedikit. Biasanya mahasiswa yang mencari kos-kosan di sini adalah mahasiswa tingkat atas, semester tujuh ke atas karena mereka sudah tahu daerah-daerah di sekitar kampus. Ditambah lagi di sini kosan juga tidak semahal di daerah Babakan dan Perwira.” (MAR, pedagang) Jika usahawan-usahawan seperti pedagang, pebisnis dan pemilik kos-kosan banyak muncul di Daerah Babakan, yakni Babakan Raya, Babakan Tengah, Babakan Lebak dan Babakan Doneng, maka kaum pegawai dan karyawan yang bekerja di IPB justru lebih banyak dijumpai di daerah Kampung Cangkurawok dan Kampung Sengked. Walaupun pada kenyataannya penduduk pribumi terutama di daerah Babakan Raya, Babakan Tengah, Babakan Lebak dan Babakan Doneng sudah tersisihkan dari persaingan ekonomi. Penduduk pendatang yang justru banyak dijumpai di daerah tersebut sekaligus berjaya dan menikmati perkembangan, sementara penduduk asli hanya berprofesi sebagai pedagang kaki lima dan usaha-usaha makanan kecil-kecilan. Keberadaan kampus IPB dalam derajat tertentu juga menyediakan kesempatan kerja bagi warga Desa Babakan. Seperti yang telah disebutkan, kebutuhan akan tenaga administrasi dan non-administrasi menjadi peluang bekerja bagi warga Desa Babakan. Namun tidak mudah untuk dapat bekerja di kampus IPB, dikarenakan adanya syarat tingkat pendidikan yang lagi-lagi membuat warga
36
Desa Babakan tidak dapat dengan mudah menikmati kesempatan kerja tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh informal berikut: “Dalam hal membuka lapangan kerja bisa jadi dikatakan ya, bisa juga tidak, karena standar IPB mencari pekerja adalah pendidikan. Kebanyakan minimal tamat SLTA, sementara orang Babakan hanya sedikit yang lulusan SLTA dulunya” (MUH, ketua RW) Selain tingkat pendidikan, pemuda-pemudi desa tidak dengan mudah juga dapat bekerja sebagai karyawan di IPB sebagai satpam dan peran-peran lainnya. Kepemilikan jaringan atau koneksi dengan pihak yang mereka sebut sebagai “orang dalam” di IPB menjadi faktor yang sangat menentukan. Sebagian besar warga menganggapi hal tersebut sebagai perekrutan yang tidak transparan dikarenakan jaringan atau „orang dalam‟ sangat berperan besar sehingga yang dapat bekerja di IPB adalah keluarga dari pensiunan karyawan IPB pula. Bagi sebagian besar warga desa, dapat bekerja di kampus IPB merupakan suatu kebanggaan dan memiliki nilai sosial yang tinggi bagi masyarakat Desa Babakan. Perubahan mata pencaharian telah terjadi dengan sangat signifikan di Desa Babakan. Telah terjadi pengeliminasian peran-peran atau mata pencaharian asli penduduk sebelum kehadiran kampus IPB. Timbulnya peran-peran baru di masyarakat membuat mata pencaharian di Desa Babakan semakin beragam. Tabel 8 merupakan gambaran perubahan atas pencaharian di Desa Babakan sebelum dan setelah adanya kampus IPB. Tabel 8 Perubahan mata pencaharian penduduk Desa Babakan Sebelum kehadiran kampus IPB Setelah adanya kampus IPB Petani Buruh Buruh Karyawan dan Pegawai IPB Pedagang Karyawan swasta Wirausaha Pedagang Pemilik kos-kosan PNS Juru Parkir Buruh Cuci dan kebersihan Kos-kosan Pedagang Kaki Lima Security gedung kos-kosan Pengelola kos-kosan
Stratifikasi Sosial Stratifikasi sosial menunjukkan adanya suatu hierarki sistematis yang terkait dengan kedudukan/status serta peranan. Mengutip Nasikun (1995) struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua ciri yang bersifat unik yakni struktur masyarakat secara horizontal dan vertikal. Stratifikasi masyarakat ini lebih melihat struktur masyarakat secara vertikal antar lapisan yang sering dikategorikan menjadi lapisan atas, menengah dan lapisan bawah. Mengutip
37
Schoorl (1974) terdapat hubungan timbal balik antara gejala perbesaran skala dan diferensiasi dengan gejala stratifikasi sosial. Menurut hemat penulis dapat diartikan bahwa terjadinya perubahan stratifikasi sosial dalam masyarakat merupakan akibat dari adanya pengintegrasian masyarakat lokal ke dalam masyarakat dengan skala yang lebih besar dan terjadi proses diferensiasi atau pembedaan peran-peran yang ada dalam masyarakat. Demikian halnya yang terjadi di Desa Babakan, masyarakat Desa Babakan sebagai kelompok pribumi mengintegrasikan diri dengan masyarakat yang lebih luas yakni para pendatang baik yang mencari nafkah maupun yang berstatus sebagai mahasiswa. Juga telah menyebabkan terjadinya perubahan pola stratifikasi atau pelapisan dalam masyarakat Desa Babakan. Bentuk stratifikasi masyarakat yang ada saat ini bukan merupakan pola stratifikasi yang ada dalam masyarakat sebelum kehadiran kampus IPB. Sebelum mengalami dinamika kependudukan yang demikian pesat, tinggi atau rendahnya penilaian secara sosial terhadap individu dilihat dari peran dan status orang tersebut dalam masyarakat. Orang-orang yang dianggap lapisan atas merupakan orang-orang yang memiliki pengaruh dan pengetahuan yang lebih dari masyarakat umum. Nilai sosial seseorang yang bekerja di pemerintahan seperti halnya lurah dan sekretaris desa relatif tinggi begitu pula dengan guru mengaji, ustad dan kepala dusun dan ketua RW/RT. “Dulu orang-orang yang disegani itu adalah guru ngaji dan pak ustad, karena seperti dalam ajaran agama Islam kita harus menghormati mereka. Selain itu juga pak lurah, karena pak lurah kan pemimpin kita warga desa babakan.” (JSA, Ketua RT) Lurah, kepala dusun dan para ketua RW/RT dianggap berkedudukan lebih tinggi karena mereka merupakan pemimpin dan memiliki pengaruh di masyarakat. Lurah dan ketua RW/RT merupakan orang yang dituakan dan menjadi tempat masyarakat untuk memperoleh informasi. Tingginya penilaian masyarakat terhadap peran-peran tersebut didasari oleh rasa hormat dan pengaruh orang tersebut dalam masyarakat (power). Seorang yang menjabat sebagai ketua RT/RW tidak lagi dipanggil seperti orang kebanyakan dengan sebutan nama, melainkan dengan sebutan Pak RT x, atau pak RW x yang menunjukkan sebuah penghormatan atas jabatan yang dimiliki seseorang tersebut. “Begitu juga dengan Pak RW atau Pak RT, Kami dianggap dituakan dan dipercaya oleh masyarakat di tempat masing-masing. Contohnya, Saya sebagai RW, setelah menjabat jadi RT baik orang yang lebih tua atau anak-anak semuanya memanggil Pak RT bukan dengan sebutan nama lagi,” (JSA, Ketua RT) Selain itu beberapa informan juga mengatakan bahwa sebelum kehadiran kampus IPB, peran-peran yang dinilai lebih tinggi secara sosial adalah pemilik lahan yang luas dan beberapa juragan pengumpul kayu bakar yang memasarkan kayu bakar yang dikumpulkan oleh warga ke daerah Jakarta.
38
“Orang yang dihormati dan disegani itu orang-orang yang punya tanah yang luas, juga pengumpul kayu bakar, yang punya mobil untuk diangkut ke Jakarta” (RHM, Ibu rumah tangga) Selain peran-peran yang dianggap lapisan atas tersebut pada golongan berikutnya adalah masyarakat desa secara umum tanpa membeda-bedakan lagi lapisan di antara mereka. Informasi ini mengindikasikan bahwa pola stratifikasi dalam masyarakat pada saat itu hanya membagi masyarakat ke dalam dua lapisan yakni lapisan atas yang ditempati oleh lurah, guru gaji (ustad), ketua dusun, dan juragan pengumpul kayu bakar serta lapisan bawah yang ditempati oleh masyarakat Desa Babakan yang mayoritas berprofesi sebagai buruh, petani dan pedagang kecil. Stratifikasi sosial muncul karena adanya kedudukan yang berbeda mengakses atau memiliki sesuatu yang dihargai oleh masyarakat. Ukuran atau dasar yang umumnya dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan. Sebelum mengalami perkembangan yang demikian signifikan, ukuran yang dijadikan dasar dalam stratifikasi sosial pada masyarakat Desa Babakan adalah ukuran ilmu pengetahuan dan ukuran kekuasaan. Kepemilikan ilmu pengetahuan mengenai pendidikan agama dan pengetahuan pendidikan formal yang dimiliki oleh guru gaji (ustad) serta ukuran kekuasaan yang dapat dilihat dari pengaruhnya dalam masyarakat seperti halnya lurah, ketua dusun dan ketua RT/RW. Seiring perkembangan Desa Babakan dan masuknya penduduk pendatang dari luar desa, masyarakat lokal terintegrasi ke dalam masyarakat yang lebih besar, baik yang tercatat sebagai penduduk maupun bukan penduduk di Desa Babakan. Keadaan ini telah mengubah pola stratifikasi masyarakat desa. Perubahan tersebut terletak pada pergeseran ukuran atau dasar dari pelapisan masyarakat dan timbulnya lapisan baru dalam pola stratifikasi tersebut yakni lapisan menengah. Lapisan atas memang masih ditempati oleh para pemuka agama seperti ustad, dan guru ngaji dan selanjutnya pejabat pemerintahan desa serta munculnya peran-peran baru yang berkecimpung dalam bidang perekonomian di wilayah sentral ekonomi Babakan yakni para pedagang dan pengusaha kamar sewa atau kos-kosan. Kepala desa/Lurah dan sekretaris desa masih memiliki nilai sosial yang tinggi di mata masyarakat. Peran ini masih menduduki lapisan atas karena kedudukannya penting dalam administrasi pemerintahan desa. Selain itu kedua pejabat desa ini yang banyak berperan menentukan keputusan-keputusan desa. Sama halnya dengan kepala dusun, ketua RW dan RT. Pengaruh mereka masih tetap kuat dalam kelompok-kelompok masyarakat pribumi dan juga pendatang karena mereka memiliki hak dan tanggung jawab mengatur wilayah cakupan kepemimpinannya baik untuk urusan administratif maupun untuk urusan-urusan sosial. “Orang yang disegani adalah orang yang bisa bergaul dengan masyarakat, membina masyarakat, dan bisa menyatukan masyarakat, bukan berdasarkan jabatan. Saya sudah menjabat selama 33 tahun sebagai RT, orang desa segan sama saya. Kalau di desa ada yang
39
menyimpang langsung saya gebrak, karena peraturan-peraturan pemerintah itu saya sudah tahu” (JSA, Ketua RT) “Kesenjangan tidak begitu terlihat kalau di antara masyarakat pribumi sendiri karena memang umumnya masih orang-orang ekonomi menengah dan bawah, tidak ada yang menonjol. Golongan kelas atas itu justru pada pengusaha dan pedagang pendatang yang ada di daerah Babakan” (MUH, Ketua RW) Pedagang dengan skala usaha besar, pengusaha atau wiraswasta, dan juga pemilik kos-kosan secara ekonomi menempati lapisan atas karena menurut warga usaha tersebut merupakan usaha yang sangat menguntungkan dan mampu menghasilkan pendapatan yang tinggi setiap bulan/tahun. Begitu pula dengan para pedagang skala menengah dan besar yang menempati kios-kios dagang di daerah sentral perekonomian yaitu Babakan Raya dan Babakan Tengah. Di sisi lain, beberapa informan beranggapan walaupun pendatang dapat digolongkan sebagai lapisan atas karena mayoritas memiliki harta dan aset ekonomi yang jauh lebih banyak dari pada masyarakat pribumi. Selain para pengusaha dan pedagang di Desa Babakan, peran baru dengan penilaian sosial yang tinggi bagi masyarakat lokal adalah penduduk yang bekerja sebagai pegawai administrasi di kampus IPB. Hal ini dikarenakan pekerjaan sebagai karyawan IPB merupakan profesi yang banyak diminati dan diinginkan oleh masyarakat Desa Babakan. Seperti yang sudah disebutkan pada sub bab sebelumnya, tidak banyak yang dengan mudah dapat bekerja di IPB. Selain dikarenakan faktor syarat pendidikan yang menjadi penghalang bagi sebagian besar calon pelamar juga perekrutan karyawan IPB yang dinilai masih mengandung unsur nepotisme. Artinya, hanya orang-orang yang memiliki kerabat yang dapat dengan mudah lolos seleksi bekerja di kampus IPB baik sebagai pegawai maupun security (satpam). Perubahan pola stratifikasi Desa Babakan sebelum adanya kampus IPB dengan setelah adanya kampus IPB dapat digambarkan oleh Gambar 3 berikut:
Lurah Desa Babakan; Guru ngaji, Ustad, Kepala RT/RW dan kepala dusun
Lurah Desa Babakan,Guru ngaji/Ustad, dan Pengusaha Kepala RW/RT, Karyawan IPB (Satpam) dan pedagang
Buruh, Petani dan Pedagang kecil
Pola stratifikasi masyarakat sebelum kehadiran kampus IPB (sebelum tahun 1963)
Buruh bangunan, buruh cuci, buruh kebersihan kosan, juru parkir, pedagang kecil dan PKL Pola stratifikasi masyarakat setelah adanya Kampus IPB (Tahun 2013)
40
Gambar 3 Perubahan pola stratifikasi masyarakat Desa Babakan Interaksi sosial Menurut Gilin dan Gilin dalam Soekanto (2012) interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia. Gelombang perubahan yang terjadi di Desa Babakan sejak berdirinya kampus IPB berdampak pula pada perubahan dalam hal interaksi dan hubungan-hubungan dalam masyarakat. Masyarakat Desa Babakan yang awalnya merupakan masyarakat yang relatif homogen baik berdasarkan suku, agama dan status ekonomi dan dengan jumlah yang tidak besar kini berjumlah hampir sekitar 10 000 jiwa yang tinggal di dalamnya. Interaksi terjadi karena adanya kontak sosial dan komunikasi sedikitnya antara dua individu. Terjadinya perubahan pola interaksi tidak hanya antar penduduk lokal, perubahan interaksi pun terjadi antara penduduk lokal dengan penduduk pendatang atau mahasiswa. Sebelum kehadiran IPB interaksi antar masyarakat desa masih sangat erat dikarenakan masyarakat masih memiliki kekuatan ikatan persaudaraan dan nilai kekeluargaan yang kuat. Selain karena kehomogenan baik secara suku dan keturunan, pola pemukiman warga masih sangat mungkin dijangkau dengan jarak yang tidak berjauhan. Masyarakat masih mengenal tetangga satu sama lain yang ada di lingkungan pemukiman. Keadaan berbeda ditemui saat ini, yakni menurut beberapa informan pola interaksi semakin jarang dan sulit antar sesama masyarakat lokal. Keadaan ini disebabkan jumlah penduduk asli yang tinggal di wilayah pemukiman sangat sedikit. Keadaan ini terutama terjadi di daerah yang padat pendatang yakni daerah Babakan Raya, Babakan Tengah, dan Babakan Lebak. Penduduk asli sudah banyak yang tidak lagi bermukim di desa digantikan dengan semakin banyaknya bangunan-bangunan berlantai jamak yang merupakan tempat tinggal atau koskosan mahasiswa. Penduduk asli yang tersisa di pemukiman-pemukiman lama hanya bersosialisasi dengan beberapa rumah tangga yang juga masih merupakan sanak keluarga mereka yang masih bertahan di daerah tempat tinggal mereka tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh salah satu informan berikut: “Untuk berinteraksi hanya dengan keluarga. Tidak ada tetangga, hanya ngobrol ke keluarga di sebelah rumah. Dulu warga masih ramai sebelum tahun 1980-an.” (PAP, Pedagang) “Hubungan dengan tetangga semakin sulit, sudah banyak kos-kosan. Kalau berhubungan dengan mahasiswa jarang, karena mahasiswa enggan juga untuk menyapa warga. Jadi di sini hubungannya hanya dengan tetangga di sini saja, ini juga masih keluarga besar, kakak, adik atau sepupu” (CUC, Buruh kebersihan kosan) Perbedaan aktivitas antar warga merupakan salah satu penyebab berkurangnya sifat keguyuban dalam masyarakat itu sendiri. Tingkat kesibukan
41
dan rutinitas yang berbeda-beda telah mengikis aktivitas yang dilakukan secara bersama-sama oleh penduduk. Terutama penduduk yang berprofesi sebagai karyawan atau pegawai di kampus IPB yang sudah memiliki kepentingan dan aktivitas yang berbeda yang berhubungan dengan aktivitas kampus IPB. Sepertinya yang dikemukakan salah satu responden berikut: “Kekompakan dan gotong royong warga berkurang karena mereka punya kegiatan di luar yang berbeda yang berhubungan dengan mahasiswa. Mereka punya kegiatan lain di luar yang berhubungan dengan kampus.”(END, Buruh serabutan) “Dulu mayoritas sebagai petani, tingkat kebersamaan dan gotong royongnya masih tinggi. Sekarang kehidupannya sudah seperti masyarakat perkotaan. Sudah sulit mengumpulkan warga. Ada kegiatan bahkan kematian aja sudah sulit untuk saling membantu” (SYA, Lurah) Adapun wadah berupa ruang publik yang dapat mempertemukan warga untuk bertatap muka adalah berupa gotong royong kebersihan, pengajian tingkat RW dan pengajian desa. Selain dalam bentuk kegiatan seperti yang telah disebutkan, bentuk interaksi masyarakat desa juga terlihat dari rasa saling membantu warga dalam mengadakan hajatan. Perkembangan zaman dan semakin majunya bidang ternyata juga telah menggerus keberadaan ruang publik masyarakat. Sebagai contoh di Desa Babakan, hajatan yang sebelumnya juga merupakan wadah untuk mempertemukan warga dengan saling bahu-membahu mempersiapkannya, kini sudah jarang ditemui dan pemilik hajatan lebih memilih cara yang efisien dan praktis. Warga pemilik hajatan lebih memilih menggunakan jasa pemilik catering, seperti yang dikemukakan oleh informan berikut ini: “Dalam hal interaksi terdapat perbedaan antara dulu dengan sekarang. Dulu warga masih saling membantu dalam hajatan-hajatan namun saat ini lebih memilih mengupah orang lain misalnya dengan jasa katering untuk pernikahan atau menggunakan teknologi yang ada saat ini”(MUH, Ketua RW) Bentuk gotong royong warga dapat dilihat dari kerja bakti yang diadakan, kerja bakti di Desa Babakan saat ini sudah berbeda dari nilai-nilai gotong royong lazimnya. Gotong royong warga tidak mengikutsertakan seluruh warga melainkan dengan membayar jasa bagi warga yang dapat ikut membersihkan lingkungan desa. Mereka yang ikut bergotong royong adalah warga yang tidak memiliki kegiatan dan jasanya akan dibayar dari iuran warga. Kegiatan tersebut dinamakan kerja bakti yang dilakukan dalam kurun waktu yang beragam di setiap RW. Intensitas kerja bakti ini pun sudah sangat jarang karena kesadaran tanggung jawab masyarakat akan kebersihan lingkungan sudah semakin terkikis. Di satu sisi penduduk lokal mengalami penurunan semangat gotong royong dan di sisi lain, pemilik bangunan kos-kosan mahasiswa dan pengusaha di sekitar Desa Babakan memilih untuk membayar jasa kebersihan yang dikelola di masing-masing RW atau RT. Hal ini dikarenakan sebagian besar para pemilik usaha kamar sewa
42
mahasiswa tersebut pada umumnya tidak berdomisili di Desa Babakan. Bahkan pengelolaan kebersihan menggunakan sistem iuran dari tiap-tiap gedung/bangunan yang dikelola oleh masing-masing RT. “Kerja bakti ada tapi kondisinya tergantung dan tetap dibayar oleh RT/RW, biasanya dua bulan atau 3 bulan sekali kerja bakti. Pemilik kosan hanya mengandalkan RT/RW untuk membersihkan selokan di pinggir jalan. Padahal penghasilan kosan jutaan per tahun. Tapi tidak ada kepedulian terhadap kebersihan limbah yang di buang ke selokan.”(PAP, Ketua RT) Dalam hal gotong royong ternyata keberadaan IPB membawa pengaruh yang positif. Saat kebiasaan dan nilai-nilai gotong royong dalam kerja bakti sudah mulai tergerus dalam kehidupan masyarakat lokal, IPB relatif sering mengadakan kegiatan kerja bakti dengan masyarakat. Terdapat kecendrungan warga lebih banyak terlibat ketika gotong royong atau kerja bakti tersebut merupakan kerja bakti bersama pihak atau oknum kampus IPB. Biasanya kegiatan ini diselenggarakan oleh organisasi kemahasiswaan seperti BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa), UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa), Himpunan Mahasiswa maupun kepanitiaan-kepanitiaan acara tertentu dalam kampus IPB. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh salah satu informan berikut. “Gotong royong memang sudah sangat jarang tapi tidak hilang begitu saja justru sering ada kegiatan kerja bakti bersama IPB” (HRA, Pedagang kelontong) Perubahan interaksi ini juga dapat dilihat dari perubahan rasa kepercayaan dalam lingkungan pemukiman masyarakat. Kepercayaan antar sesama warga dan juga dengan warga di lingkungannya sudah sangat kritis. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan masyarakat pada masa sebelumnya yang tidak terlalu mempermasalahkan keamanan rumah dan barang milik mereka dengan lazim membiarkan pintu rumah yang terbuka kini telah berubah. Saat ini masyarakat justru semakin siaga akan tindak kejahatan yang terjadi di sekitar mereka. Pintu rumah yang selalu terbuka menurut warga adalah simbol bahwa mereka terbuka untuk berinteraksi dengan warga di sekitarnya kini semakin siaga dengan menutup rapat-rapat rumah mereka dan seolah membatasi interaksi dengan warga lain. Rasa saling percaya semakin berkurang. Seperti yang dikemukakan oleh salah satu responden berikut: “Kalau dulu rumah terbuka saja tidak ada rasa khawatir beda dengan sekarang rumah harus ditutup dan dijaga benar-benar. Rasa percaya sesama warga berkurang, harus ada rasa waswas.” (SKR, Ibu rumah tangga) Memudarnya Hubungan Antar Dusun Selain dalam lingkup dusun, interaksi antar dusun atau kampung sedikit banyak juga mengalami perubahan. Saat ini terdapat kecendrungan pemisahan antar daerah dalam desa, dikarenakan perbedaan karakteristik dari berbagai segi seperti perbedaan mata pencaharian dan perbedaan nilai-nilai ekonomi antar
43
dusun atau kampung tersebut. Daerah sentral ekonomi atau yang sering disebut sebagai daerah “dollar” merupakan sebutan untuk dusun atau kampung yang bersinggungan langsung dengan kampus IPB, yakni Babakan Raya, Babakan Tengah, Babakan Doneng dan Babakan Lebak. Sementara itu daerah yang terletak agak jauh seperti Kampung Sengked, Kampung Cangkurawok dan Leuwi Kopo memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah. Terdapat tipe karakteristik yang berbeda antar tiap dusun yang mendorong masing-masing dusun memiliki rasa kecemburuan sosial akan kelebihan dusun masing-masing. Misalnya saja penduduk lokal di wilayah yang terletak agak jauh dari kampus IPB, yaitu Kampung Cangkurawok dan Kampung Sengked yang menganggap daerah Babakan Raya, Babakan tengah, Babakan Lebak dan Babakan Doneng merupakan daerah yang lebih unggul karena peluang berusaha dan berdagang lebih tinggi di daerah tersebut. Keadaan ini membuat rasa keguyuban antar dusun semakin berkurang. Adapun ruang publik yang mempertemukan penduduk lingkup desa dalam satu wadah pertemuan salah satunya adalah pengajian desa yang diadakan di kantor Desa Babakan setiap bulan. Menurut Lurah desa warga yang hadir sangat sedikit, jumlah masyarakat yang hadir setiap pertemuannya maksimal hanya 100 orang. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, jumlah tersebut hanya 10 persen dari penduduk Desa Babakan yang tercatat secara administratif. Keadaan ini berbeda jika dibandingkan dengan keguyuban masyarakat Desa Babakan sebelumnya dengan masih ditemuinya kelompok formal dan informal yang menyatukan aktivitas warga. Rasa antusias untuk berpartisipasi dalam acaraacara desa tersebut pun masih tergolong tinggi. Seperti yang dikemukakan oleh salah satu informan berikut: “Dulu desa masih memiliki organisasi kepemudaan tingkat desa, Desa Babakan masih bersatu, masih sering adanya pertandinganpertandingan persahabatan. Kalau sekarang kurang terasa karena pengaruh lingkungan. memang masih ada karang taruna tapi kegiatannya sangat jarang”(JSA, Ketua RT) Kecendrungan berkurangnya interaksi antar kampung atau dusun ini tidak serta-merta menjadi pemisah atau bahkan menjadi pemicu terjadinya konflik. Di Desa Babakan sendiri belum pernah terjadi konflik yang mencuat antar masyarakat lokal dalam dusun-dusun tertentu. Konflik biasanya terjadi dengan pendatang atau kelompok mahasiswa yang terkadang melakukan penyimpangan dan membuat keresahan di lingkungan pemukiman warga. “Konflik di masyarakat tidak ada, karena kita di sini masih satu darah atau satu buyut, dan tali persaudaraan masih kuat. Pernah ada keresahan yang biasanya dengan mahasiswa yang terkadang menyimpang”(DAO, Karyawan IPB) Secara teritorial penduduk Desa Babakan akan berinteraksi dengan penduduk lain yang berdekatan dengan rumahnya. Sebelum kehadiran IPB masyarakat masih sering berinteraksi dan membangun hubungan dengan tetangga dan warga di sekitarnya karena rasa keguyuban masih tergolong tinggi. Namun perubahan pun terjadi setelah banyaknya bangunan kos-kosan di lingkungan
44
pemukiman mereka. Penduduk lokal lebih sering berinteraksi di antara keluarga mereka saja sementara untuk menjangkau penduduk asli yang lainnya relatif sulit karena sudah berjauhan. Adapun interaksi dengan pemilik gedung-gedung berlantai jamak yang merupakan kos-kosan mahasiswa sangatlah jarang begitu pula interaksi dengan mahasiswa. Hal ini juga dikarenakan adanya perbedaan latar belakang budaya dan kepentingan di antara kedua kelompok. Memudarnya Hubungan Masyarakat dengan Mahasiswa Selain memudarnya hubungan dengan sesama warga, ternyata hubungan dan interaksi masyarakat lokal dengan mahasiswa pun juga semakin renggang. Terdapat perbedaan interaksi antara mahasiswa sekarang dengan mahasiswa pada masa baru berdirinya kampus IPB Dramaga. Terdapat kecendrungan mahasiswa dan akademisi semakin apatis dan memisahkan diri dari masyarakat setempat. Pada era tahun 80-90an mahasiswa dan akademisi masih sangat erat berbaur dengan masyarakat. Bahkan sering ditemui mahasiswa yang tinggal tanpa membayar biaya sewa kamar di rumah-rumah warga dikarenakan keterbatasan keuangan. Mahasiswa dan masyarakat masih saling membantu dan masih memiliki kepedulian. Begitu pula dengan mahasiswa dan akademisi terhadap masyarakat desa setempat. Ketika masyarakat desa menghadapi kesulitan maka mahasiswa siap membantu masyarakat. “Pada zaman dulu masih ada penduduk yang memberikan kos atau tempat tinggal gratis untuk mahasiswa tidak mampu yang berasal dari daerah.” (PAP, Ketua RT) “Sekarang interaksi masyarakat sudah sangat berbeda dengan dulu. Mahasiswa yang dulu dengan yang sekarang juga berbeda. Jangankan pemimpinnya, mahasiswanya saja sudah sangat tidak berbaur dengan masyarakat” (CUC, Pedagang) Ternyata perubahan keeratan hubungan masyarakat asli desa dengan mahasiswa ini semakin pudar seiring dengan masuknya perubahan-perubahan moralitas dan rasionalitas yang terjadi. Penyebabnya dapat dirumuskan menjadi beberapa faktor yakni semakin senjangnya perbedaan antara kehidupan masyarakat dengan mahasiswa, orientasi ekonomi masyarakat lokal yang semakin tinggi dan juga dikarenakan mahasiswa kurang berbaur dengan penduduk lokal yang menganggap mereka secara inferior. Dalam kehidupan sehari-hari pun sering kali ditemui riak-riak potensi konflik antara mahasiswa dengan masyarakat lokal. Tingginya tingkat kriminalitas yang terjadi di sekitar pemukiman mahasiswa cenderung hanya menempatkan mahasiswa sebagai korban pencurian. Keadaan ini menimbulkan kecurigaan di antara dua belah pihak kelompok. Seperti yang dikemukakan oleh salah seorang informan berikut: “Banyak kehilangan atau pencurian yang terjadi dan mahasiswa sering sekali seakan menyalahkan penduduk Desa Babakan, padahal seharusnya kita harus sama-sama saling waspada” (PPG, Ketua RT)
45
Hubungan masyarakat dengan mahasiswa pun menunjukkan data yang variatif dari hasil wawancara dengan beberapa informan. Di satu sisi keberadaan mahasiswa yang masuk dalam sistem sosial masyarakat membawa dampak yang positif. Dengan adanya mahasiswa yang dianggap berpengetahuan dan berpengalaman lebih menurut masyarakat, membuat masyarakat memperoleh pengetahuan tentang hal-hal yang baru yang tidak diperoleh di luar lingkungan desa lingkar kampus yang didominasi oleh mahasiswa. Mahasiswa juga sering membantu warga misalnya dengan mengajar ngaji di masjid atau mushala terdekat. Seperti yang dikemukakan oleh informan berikut: “Mahasiswa masuk ke desa terkadang juga ada yang membantu masyarakat, ada yang ngajar gaji dan aktif di masjid. Karena adanya kampus juga ada kursus baca tulis untuk orang-orang tua.” (RAH, pedagang makanan) Di sisi lain, keberadaan mahasiswa juga kerap kali menyebabkan keresahan. Kurangnya tenggang rasa mahasiswa terhadap penduduk setempat sering membuat warga terganggu akan keberadaan mahasiswa. Keadaan ini juga dikarenakan adanya perbedaan kebudayaan antara masyarakat lokal dengan mahasiswa yang menjadi pemicu potensi konflik di antara kedua kelompok. seperti yang dikemukakan oleh informan berikut: “Ada juga mahasiswa yang terkadang seenaknya sampai malam masih berisik, dan terkadang ditegur sama warga. Tapi besoknya berisik lagi, ya namanya mahasiswa. Pernah ada konflik dengan warga tapi sudah lama karena ada saja mahasiswa yang suka bikin masalah” (PAP, Ketua RT) Bentuk interaksi antara masyarakat lokal dengan pendatang yang berstatus mahasiswa dapat dikatakan sebagai bentuk persaingan (competition). Terlihat bahwa telah terjadinya perubahan dari bentuk interaksi yang awalnya merupakan kerja sama (cooperation) antara masyarakat dengan mahasiswa yang kini lebih cenderung menjadi hubungan yang berpotensi konflik. Bentuk persaingan yang dimaksud adalah persaingan memperoleh ruang hidup dan ruang sosial. Kelompok mahasiswa yang semakin memadati wilayah pemukiman masyarakat lokal cenderung tidak lagi memiliki tenggang rasa dan menghargai keberadaan masyarakat lokal yang semakin lama semakin menjadi minoritas di tempat hidup asli mereka secara turun-temurun. Keadaan ini seolah menjadi bom waktu dan menjadi pemicu terjadinya konflik di Desa Babakan. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh lurah setempat: “Dengan semakin beragamnya suku, ras, dan agama dapat menjadi bom waktu pemicu konflik. Misalnya adanya warga yang melapor mengenai pemakaian perumahan dosen menjadi tempat ibadah tanpa izin, ada juga asrama-asrama mahasiswa yang berbasis suku yang sering kali kurang bertoleransi dengan keberadaan penduduk pribumi, dan sering kali dilaporkan melakukan pesta atau acara adat yang tidak mengenal waktu. ” (SYA, Lurah)
46
Pola Kependudukan Masyarakat Desa Babakan mengalami dinamika kependudukan yang cukup signifikan sejak dimulainya pembangunan kampus IPB Dramaga. Hal ini dikarenakan banyaknya pendatang yang masuk ke daerah-daerah di sekitar kampus IPB. Perubahan pola kependudukan ditandai dengan masuknya mahasiswa dan akademisi IPB dari berbagai daerah membuat Desa Babakan dapat disebut sebagai miniatur Indonesia. Mahasiswa, akademisi dan pendatang lainnya masuk ke dalam sistem sosial masyarakat Desa Babakan. Komposisi suku, agama, dan ras yang ada di Desa Babakan semakin beragam, seperti yang terlihat pada Gambar 4 berikut:
[VALUE] [VALUE]
[VALUE] [VALUE]
92% Islam
Kristen Katholik
Kristen protestan
Hindu
budha
Sumber: diolah dari data profil Desa Babakan, 2013
Gambar 4 Komposisi masyarakat Desa Babakan berdasarkan agama yang dianut Selain pendatang yang berstatus sebagai mahasiswa, peningkatan jumlah penduduk yang sangat signifikan ini disebabkan oleh banyaknya para pendatang yang mengadu nasib menjadi karyawan atau mencoba berusaha di Desa Babakan. Keadaan ini membuat masyarakat lokal menjadi minoritas secara demografis. Menurut wawancara mendalam, komposisi penduduk Desa Babakan sebelum kehadiran kampus IPB masih relatif homogen, baik dalam suku dan agama. Hal tersebut senada dengan penuturan salah satu responden berikut: “Dua puluh tahun yang lalu masih 80 persen di Desa Babakan penduduk asli kalau sekarang 80 persen pendatang dan mungkin hanya tinggal 20 persen yang pribumi. Orang pribuminya banyak yang pindah. Kalau suku yang ada 20 tahun lalu mayoritas Sunda. Sekarang segala suku sudah ada, karena mahasiswa dari manapun ada.” (MUH, ketua RW) Berbeda dengan kondisi kependudukan saat ini, keberagaman penduduk yang tinggal di Desa Babakan sangat tinggi. Suku-suku yang tinggal menetap maupun sementara di Desa Babakan yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia ada di Desa Babakan. Hal ini dikarenakan mahasiswa yang mengenyam pendidikan di kampus IPB merupakan mahasiswa yang direkrut dan diterima dari berbagai daerah bahkan hingga kecamatan-kecamatan terpencil di Indonesia.
47
Seperti halnya pepatah “di mana ada gula, di situ ada semut” kesempatan memperoleh laba yang besar di pasar aktivitas kampus juga menjadi faktor penarik penduduk pendatang untuk mengadu nasib dan berusaha di Desa Babakan. Mereka berprofesi sebagai pengusaha dan pedagang di sekitar sentral aktivitas perekonomian kampus IPB. Tidak dapat dipungkiri sebutan “miniatur Indonesia” untuk Desa Babakan memang benar adanya terkait dengan keberagaman penduduk yang tinggal di Desa Babakan. Perubahan kondisi fisik tempat tinggal Selain di lihat dari komposisi penduduk, perubahan yang terjadi dalam kependudukan Desa Babakan juga ternyata mempengaruhi penampakan kondisi fisik tempat tinggal masyarakat. Pola pemukiman sudah banyak berubah, seperti yang dituturkan oleh salah satu informan bahwa perubahan yang paling terlihat adalah kondisi fisik perumahan atau pemukiman warga. Tingginya permintaan akan lahan telah mengubah bentuk-bentuk penggunaan lahan di Desa Babakan. Sebelum berbagai gelombang perubahan masuk akibat keberadaan kampus IPB, perumahan warga identik dengan pekarangan yang luas. Berikut penuturan dari salah seorang informan: “Dulunya pola perumahan warga masih memiliki lahan pekarangan yang luas. Malah bisa dikatakan lebih luas pekarangan dari pada luas rumahnya. Dulunya jarak dari rumah ke rumah itu jauh.” (SYA, Lurah) Saat ini keadaan seperti itu sudah sangat jarang terlihat, pemukiman terlihat sangat padat. Tingginya nilai ekonomis tanah/lahan merupakan faktor utama penyebabnya. Pekarangan warga telah disulap menjadi gedung-gedung berlantai jamak dan kios-kios dagang. Kondisi jalan dan gang pun sangat tidak memadai. Bangunan-bangunan perumahan warga, kos-kosan, dan kios-kios dagang tersebut hanya dipisahkan dan terhubung oleh gang-gang kecil dan sempit. Keadaan ini mengindikasikan adanya pengaturan tata ruang Desa Babakan yang sudah sangat tidak tertata dengan baik. Bangunan-bangunan yang hanya dihubungkan oleh gang-gang kecil dan ruang terbuka yang semakin sulit di temukan. Penduduk lokal dan penduduk pendatang menempati luas pemukiman dengan luas sekitar 214 384 ha. Hanya saja kepadatan geografis Desa Babakan tidak di tampilkan dalam bentuk angka rasio manusia dan lahan dikarenakan tidak adanya jumlah penduduk akurat yang tinggal di Desa Babakan. Kepadatan manusia dan bangunan ini mempengaruhi pula nilai estetika dan pengaturan tata ruang pemukiman di Desa Babakan. Pola Penyebaran Tempat tinggal Pola persebaran pemukiman penduduk lokal memiliki tipe yang unik. Penduduk lokal di daerah sentral perekonomian yang cenderung hanya tersisa dalam jumlah yang sedikit dan memiliki pola yang berkelompok. Pendudukpenduduk lokal dapat ditemui berkelompok di wilayah-wilayah tertentu. Keluarga Bapak P misalnya, dalam wilayah lingkup RT keluarga beliau menempati
48
pemukiman yang berdekatan dan masih memiliki ikatan saudara kandung. Dalam lingkup lahan yang mereka tempati di dalamnya terdapat oleh tujuh keluarga inti yang masih saudara kandung. Selain keluarga besar tersebut mereka tidak memiliki tetangga yang merupakan penduduk asli. Pemukiman ini bertetangga dengan gedung-gedung kos-kosan mahasiswa. “Yang tinggal di daerah sini masih keluarga semua, masih kakakberadik jadi kalau untuk berinteraksi hanya dengan keluarga di sekitar sini, karena sudah tidak ada tetangga”(PAP, Ketua RT) Perubahan sosiodemografi ini menempatkan penduduk asli/pribumi menjadi kaum minoritas di tanah sendiri. Lahan-lahan pekarangan dan bahkan perumahan warga kini telah disulap menjadi bangunan-bangunan bernilai ekonomis yang tinggi. Tingginya permintaan akan lahan menyebabkan maraknya penjualan lahan oleh penduduk lokal dan membuat mereka harus pindah keluar dari lahan yang secara historis milik mereka. Sementara penduduk asli yang masih bertahan di Desa Babakan menempati sisa-sisa lahan dan tinggal berkelompok di lahan-lahan yang relatif sempit. Pemukiman penduduk asli semakin tergeser menempati bagian belakang, sedangkan bangunan-bangunan kos serta toko-toko yang ramai berjajar di daerah yang langsung berbatasan dengan aktivitas kampus IPB merupakan milik kaum pendatang. Kondisi Fisik Tempat Tinggal Kondisi tempat tempat tinggal penduduk lokal pun memiliki corak yang sedikit unik yang secara kasa mata dapat kita bedakan dengan bangunan koskosan atau tempat tinggal mahasiswa. Melalui pengamatan secara langsung, dengan mudah dapat dilihat perbedaan yang cukup terlihat. Ketika menjumpai kondisi rumah yang buruk dan sempit di sebagian wilayah padat Babakan, maka dapat di pastikan rumah tersebut adalah milik penduduk Desa Babakan. Ganggang senggol yang sangat sempit membatasi antara bangunan-bangunan kosan dan perumahan warga. Kesenjangan sangat terlihat dengan kondisi bangunanbangunan kos-kosan dan perumahan pendatang yang cenderung lebih luas dan megah dan berlantai jamak sementara pemukiman warga terlihat relatif sangat kecil jika dibandingkan dengan bangunan-bangunan kos mahasiswa. Namun jika dilihat dari status kepemilikan rumah dan lahan, peneliti menemui informasi yang beragam. Sebagian besar lahan dan perumahan tersebut masih merupakan hak milik warga. Beberapa kasus ditemui bahwa ketika menjual lahan perumahan kepada pendatang, penduduk lokal tidak menjual seluruh tanah milik mereka melainkan masih menyisakan sebidang tanah untuk tempat tinggal. Terdapat pula penduduk lokal yang mengontrak, yang merupakan keluargakeluarga baru atau keluarga muda keturunan penduduk asli Desa Babakan yang menyewa rumah milik sanak saudara atau penduduk asli yang lain. Melihat kondisi pemukiman Desa Babakan setelah mengalami perkembangan demi perkembangan dalam menyesuaikan diri dengan kehadiran kampus IPB, dapat dikemukakan bahwa kampus IPB bukan mengurangi lahan pertanian produktif warga tetapi justru memaksimalkan pemanfaatan lahan perumahan dan pekarangan yang ada hingga saat ini semakin sempit dan terbatas.
49
Wilayah Desa Babakan bukanlah wilayah dengan basis pertanian produktif melainkan wilayah bekas perkebunan yang dimanfaatkan oleh warga yang tinggal di sekitarnya untuk berkebun. Di sebagian wilayah yang lain di Desa Babakan, kehadiran kampus IPB secara tidak langsung membuat warga secara terpaksa harus menjual lahan persawahan mereka karena terdapat pembangunan apartemen milik pemodal besar yang melihat potensi ekonomi besar di wilayah tersebut. Bangunan apartemen ini masih dalam proses pembangunan di daerah kampung Babakan Doneng wilayah RW 6. Beberapa lahan kebun dan sawah milik warga secara terpaksa harus juga menjual lahan mereka karena tidak mungkin tetap mempertahankan lahan tersebut di saat lahan kebun dan sawah milik warga lain di sekitarnya sudah dipindah tangankan. Rasionalisasi kesulitan memperoleh irigasi dan akses membuat beberapa warga sebagai informan akhirnya juga ikut menjual lahan tersebut kepada pemilik modal besar tersebut dengan harga yang juga relatif tinggi. Seperti yang dikemukakan oleh informan berikut: “Katanya dulu kalau nyawah nanti tidak dikasih air atau tidak dikasih jalan. Misalnya kita punya tanah disini yang lain udah pada ngejual, terpaksa kita juga harus ngejual. Tidak mungkin kita sendiri yang tetap bertahan.”(SKR, pedagang) Selain berdampak pada pemukiman penduduk yang semakin padat dan mengurangi estetika dan kerapihan bangunan di Desa Babakan, kehadiran kampus IPB juga turut sebagai andil sebagai penyebab kemacetan di beberapa rusa jalan terutama di sepanjang jalan raya Dramaga pada waktu-waktu sibuk seperti jamjam puncak aktivitas seperti di siang dan sore hari. Keberagaman tipe penduduk yang tinggal di Desa Babakan jika digambarkan dalam diagram dapat rumuskan seperti pada Gambar 5 berikut ini. Gambar 5 Ragam status kependudukan masyarakat Desa Babakan Kelompok-kelompok Sosial Kelompok sosial merupakan kehidupan bersama manusia dalam himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup secara guyub (Bungin 2006).
50
Kelompok-kelompok sosial yang terdapat di Desa Babakan cukup beragam, karena selain kelompok-kelompok sosial yang terbentuk dalam masyarakat lokal desa, terdapat pula kelompok-kelompok yang beranggotakan mahasiswa atau akademisi. Kelompok yang ada berbeda dari kelompok yang sering ditemui di desa pada umumnya, dikarenakan keberadaan Desa Babakan yang merupakan desa lingkar kampus yang di dalamnya terdapat berbagai macam karakteristik masyarakat yang berbeda kepentingan. Dalam pandangan pendekatan konflik dalam memahami perubahan sosial maka kelompok-kelompok yang terbentuk ini dapat disebut sebagai kelompok semu (quasi-groups) yaitu pola-pola hubungan sosial yang berkembang di antara para anggotanya terbentuk melalui proses yang tidak mereka sadari. Kelompok ini tidak memiliki struktur hubungan-hubungan sosial yang disadari, akan tetapi para anggotanya memiliki kepentingan-kepentingan dan mode-mode tingkah laku yang sama (Nasikun 1995). Dalam masyarakat Desa Babakan, kelompok-kelompok ini dapat dibagi menjadi kelompok masyarakat dan kelompok pendatang. Kelompok pendatang ini mencakup kelompok para pengusaha, pedagang dan juga mahasiswa. Masing-masing kelompok ini memiliki aktivitas, kepentingan dan mode-mode tingkah laku yang berbeda-beda. Kelompok masyarakat lokal identik dengan profesi pedagang kecil, karyawan swasta dan karyawan IPB. Selain memiliki motif ekonomi untuk kelangsungan hidup kelompok ini juga memiliki kesadaran lingkungan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya. Hal ini dikarenakan wilayah desa merupakan milik masyarakat lokal Desa Babakan secara turun temurun. Kelompok mahasiswa memiliki pola tingkah laku dan motif yang sama yaitu mengikuti pendidikan di kampus IPB dan mayoritas sebagai konsumen di wilayah perekonomian Desa Babakan. Sementara kelompok pendatang berprofesi sebagai pengusaha dan pelaku bisnis di wilayah kampus IPB. Bungin (2006) mengemukakan bahwa kelompok sosial dalam suatu masyarakat dapat berbentuk kelompok formal dan juga kelompok nonformal. Selain kelompok-kelompok yang terbentuk secara alami dalam struktur masyarakat Desa Babakan, terdapat pula beberapa kelompok formal dan informal. Kelompok formal berupa kelompok-kelompok yang terbentuk dengan izin dari pemerintah desa dan juga kelompok yang dibentuk oleh pemerintahan desa setempat. Kelompok-kelompok ini di antaranya ibu-ibu kader posyandu yang merangkap kelompok PKK dan kelompok karang taruna. Kelompok formal lainnya berupa kelompok-kelompok bentukan program pemberdayaan kampus IPB yang beragam salah satunya adalah kelompok wanita tani (KWT). Kelompok wanita tani merupakan salah satu kelompok bentukan dari program-program pemberdayaan kampus IPB yaitu pertanian hidroponik di bawah binaan LPPM1 IPB. Selain kelompok wanita tani terdapat pula kelompok tani yang walaupun wilayah persawahan sudah sangat jarang ditemui di wilayah desa setempat. Kelompok tani tersebut merupakan kelompok tani yang dibentuk dan inisiasi oleh masyarakat desa sendiri yang kemudian disahkan keberadaannya oleh lurah setempat. Kelompok tani ini memanfaatkan lahan sawah baru yang merupakan lahan praktek pertanian IPB yang dipekerjakan kepada mereka.
1
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
51
Kelompok lainnya yang relatif tersebar di masing-masing RW adalah kelompok Majelis Ta‟lim, yaitu kelompok keagamaan yang memberikan tambahan ilmu tentang agama Islam. Kegiatan keagamaan ini rutin diadakan satu kali setiap minggu dengan waktu yang berbeda-beda di setiap majelis. Kegiatan yang diadakan berupa pengajian untuk para ibu dan bapak dengan waktu dan intensitas yang berbeda-beda. Partisipasi para ibu dan bapak untuk menghadiri pengajian ini cukup tinggi. Majelis Ta‟lim sudah ada dalam masyarakat sejak masuknya agama Islam di masyarakat Desa Babakan dan hingga kini masih terus aktif. Menurut beberapa responden kegiatan pengajian atau keagamaan justru lebih membaik setelah berkembangnya Desa Babakan karena infrastruktur seperti masjid dan mushala yang semakin banyak dan mudah untuk diakses serta intensitas guru gaji juga lebih sering datang berkunjung ke masjid-masjid di sekitar pemukiman warga. Hal ini senada dengan pemaparan salah satu informan berikut: “Kalau agama saya rasa malah semakin baik karena selain masjidnya makin banyak dan dekat dengan rumah, ustad juga lebih sering datang, dan pengajian lebih sering diadakan”(RHN, ibu rumah tangga)
PERUBAHAN KULTURAL MASYARAKAT DESA BABAKAN SEJAK KEHADIRAN KAMPUS IPB Bagian ini membahas mengenai perubahan budaya masyarakat Desa Babakan yang terdiri dari penjelasan mengenai masyarakat lokal Desa Babakan, perubahan sistem budaya, nilai dan norma masyarakat serta perubahan gaya hidup masyarakat Desa Babakan. Bagian penjelasan masyarakat lokal Desa Babakan membahas mengenai asal-usul orang Babakan serta sistem budaya yang berlaku di dalamnya. Sedangkan bagian lainnya membahas mengenai perubahan-perubahan yang terjadi dengan membandingkannya pada waktu sebelum kehadiran kampus IPB yang mencakup perubahan sistem budaya, perubahan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat serta perubahan gaya hidup masyarakat Desa Babakan. Masyarakat Lokal Desa Babakan Masyarakat desa yang menjadi informan dan responden secara sadar ataupun tidak dalam berkomunikasi cenderung membedakan antara masyarakat lokal dengan pendatang dengan sebutan “orang Babakan”. Sebutan “orang Babakan” bukan karena berasal dari nama Desa Babakan belaka. Orang Babakan memiliki arti bahwa terdapat ikatan kekerabatan dan keturunan di antara komunitas orang Babakan tersebut. Para pendahulu yang tinggal di daerah Babakan pada awalnya masih merupakan saudara yang memiliki hubungan genealogis. Namun silsilah ini sudah sangat kabur dan sebagian besar Orang Babakan saat ini sudah tidak mengetahui silsilah kekerabatan tersebut. Penduduk asli Desa Babakan adalah bersuku Sunda, sama halnya dengan suku-suku yang merupakan suku asli di daerah Jawa barat. Menurut informan, Orang Babakan adalah suku asli Sunda yang masih identik dengan agama Islam walaupun menurut sejarahnya suku Sunda juga mengalami pengaruh HinduBudha. Sistem nilai dan norma dalam kehidupan sehari-hari diatur dalam hukum agama. Kebudayaan-kebudayaan yang ada pada orang asli Babakan ini umumnya sama dengan kebudayaan mayoritas suku Sunda yang hidup di Jawa barat. Hasil wawancara mendalam dengan informan tidak ditemukan kekhasan tersendiri dari sistem kebudayaan masyarakat Sunda di Desa Babakan maupun wilayah di sekitarnya. Bahasa yang digunakan oleh orang asli Babakan adalah bahasa Sunda yang hingga saat ini masih tetap digunakan oleh suku Sunda pada umumnya, hanya saja terdapat perubahan-perubahan penggunaan tingkat kebahasaan dikarenakan sudah mengalami akulturasi dengan bahasa dari budaya luar dan bahasa Indonesia sendiri. Keberadaan orang Babakan secara kasat mata memang semakin sulit untuk diidentifikasi karena sudah mengalami perbauran budaya baik akulturasi maupun asimilasi dengan orang luar dari komunitas tersebut. Namun keberadaan orang asli Babakan masih dapat dijumpai terutama di daerah-daerah kantung penduduk asli yakni wilayah Kampung Cangkurawok dan Kampung Sengked. Menurut informan, sekitar 80-90 persen penduduk di wilayah tersebut masih merupakan orang asli Babakan. Selain dikarenakan tidak bersinggungan langsung dengan pengaruh dan hiruk pikuk aktivitas kampus IPB, daerah ini juga masih memiliki rasa kekerabatan yang relatif lebih kuat dan rasa memiliki tanah nenek moyang
52
yang masih terpelihara. Nilai ekonomi lahan juga tidak semahal seperti halnya di wilayah sentral aktivitas ekonomi yang menjadi tempat bertumbuhnya usaha perdagangan barang dan jasa. Perubahan Sistem Budaya Masyarakat Desa Babakan Periode masuknya berbagai gelombang perubahan akibat keberadaan kampus IPB tidak hanya mengubah tatanan sosial masyarakat desa secara struktur. Aktivitas kampus yang membawa para pendatang masuk ke desa juga memicu terjadinya perubahan dalam hal budaya. Interaksi pendatang dengan latar belakang budaya, agama, dan suku yang berbeda dengan orang-orang asli Babakan menciptakan terjadinya pergeseran nilai-nilai dan norma yang sebelumnya mengakar kuat di masyarakat. Perubahan sistem budaya akan dilihat melalui tujuh unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1992) yakni sistem religi, sistem organisasi dan sosial kemasyarakatan, sistem ilmu pengetahuan, sistem bahasa, sistem kesenian, sistem pola mata pencaharian, dan sistem teknologi peralatan. Sistem keagamaan atau religi masyarakat asli Babakan dibagi menjadi dua yakni masa pra-Islam dan Islam. Pembagian ini memudahkan menggambarkan keadaan keagamaan masyarakat Desa Babakan yang sebelum masuknya pengaruh Islam juga pernah mengalami dinamika pengaruh kepercayaan animisme, pengaruh Hindu-Budha dan juga pengaruh Islam. Namun informan lebih mudah menggolongkannya dengan sebutan masa pra-Islam dan masa setelah penduduk Babakan menganut agama Islam. Bukti dari pengaruh masa pra-Islam terlihat dari tradisi-tradisi yang pernah dilakukan oleh orang Babakan seperti pembakaran kemenyan atau pemberian seserahan dalam jangka waktu tertentu sebagai wujud ucapan terimakasih terhadap roh-roh leluhur, seperti yang dikemukakan oleh informan berikut: “Pernah ada dulu tradisi bakar kemenyan atau sajen di sudut-sudut kampung untuk roh-roh leluhur, semacam adat yang biasanya dilakukan oleh warga misalnya sekali sebulan, tapi itu dulu sekarang sudah tidak ada lagi. Alhamdulillah semua sudah Islam” (PAP, Ketua RT) Perkembangan sistem kepercayaan masyarakat desa juga terlihat dari sudah ditinggalkannya beberapa tradisi-tradisi yang menurut masyarakat setempat tidak lagi sesuai dengan kepercayaan yang mereka anut. Tradisi tersebut salah satunya adalah sedekah bumi atau ngaruwat yang menurut informan tidak lagi eksis hingga saat ini dikarenakan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya bertentangan dengan nilai agama Islam yang mayoritas dianut oleh masyarakat Babakan dewasa ini. “Ada juga acara adat seperti sedekah bumi. Sedekah bumi atau ngaruwat dulu dilakukan oleh tokoh-tokoh adat tapi sekarang sudah tidak ada lagi karena diangap bertentangan dengan agama.”(SYA, Lurah)
53
Sistem kepercayaan yang ada di masyarakat Desa Babakan saat ini telah beraneka ragam. Menurut data profil desa setempat, masyarakat sudah sangat majemuk yang terdiri dari agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan juga Budha. Data ini belum menggambarkan keadaan keagamaan penduduk secara riil, karena terdapat pula penduduk sementara yang tidak tercatat secara administratif sebagai penduduk yang berstatus sebagai mahasiswa. Sistem kepercayaan dan prilaku budaya penduduk sudah sangat beragam dan kompleks. Hal ini menjadi potensi sekaligus tantangan jika masing-masing kelompok baik masyarakat lokal dan pendatang tidak memiliki rasa tenggang rasa, maka keberagaman ini seolah akan menjadi bom waktu yang memicu terjadinya konflik antara kelompok lokal dan pendatang. Unsur kebudayaan masyarakat selanjutnya dapat dilihat dari sistem organisasi dan sosial kemasyarakatan. Sistem organisasi dan sosial kemasyarakatan di Desa Babakan sudah cenderung menjadi kelompok-kelompok yang lebih formal. Tidak ditemui lembaga-lembaga adat nonformal yang mengelola kegiatan-kegiatan bersama dalam masyarakat. Seperti yang sudah disebutkan pada bab sebelumnya, kelompok-kelompok ini pun merupakan kelompok-kelompok yang dibentuk sebagai kaderisasi program-program pengembangan atau pemberdayaan masyarakat baik dari kampus maupun lembaga-lembaga swadaya. Pengganti kelembagaan adat, di Desa Babakan masih ditemui kelompok-kelompok keagamaan seperti kelompok pengajian untuk para ibu dan bapak. Walaupun tidak terdapat wadah kelembagaan adat yang sering ditemui di wilayah pedesaan namun untuk urusan sosial kemanusiaan umumnya menjadi tanggung jawab Dewan Kerohanian Masjid (DKM) setempat. Selanjutnya, unsur sistem ilmu pengetahuan pun sudah cenderung maju di Desa Babakan. Logikanya, keberadaan kampus IPB sebagai institusi perguruan tinggi akan membawa peningkatan taraf pendidikan masyarakat di sekitarnya. Perebutan kesempatan kerja yang mensyaratkan pendidikan menengah atas untuk dapat bekerja di institusi IPB menjadi pemacu untuk meningkatkan pendidikan masyarakat Desa Babakan. Selain itu menjadi suatu kebanggaan pula bagi penduduk lokal Desa Babakan apabila dapat melanjutkan pendidikan di Kampus IPB yang awalnya mereka anggap sulit untuk dicapai. Fasilitas pendidikan dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat menengah atas tidak sulit untuk ditemui di wilayah desa setempat maupun wilayah desa lainnya dengan akses yang tidak sulit. Pengetahuan akan hal-hal ilmiah yang mereka peroleh dari programprogram pemberdayaan yang diadakan baik oleh institusi IPB maupun dari kelompok mahasiswa membuat warga lebih kaya pengetahuan, seperti yang dikemukakan oleh informan berikut: “Karena disekitarnya mahasiswa sedikit banyak lebih banyak tahu istilah-istilah anak kuliahan, lagi pula suka banyak pelatihanpelatihan juga dari IPB atau dari mahasiswa” (SUH, Pedagang) “Zaman sekarang orang sudah tidak percaya tahayul, sudah banyak orang pintar di sini (RHN, Ibu rumah tangga)” Unsur kebudayaan lainnya dapat pula dilihat dari sistem bahasa atau penggunaan bahasa dalam masyarakatnya. Bahasa yang digunakan terbagi menjadi dua, yakni bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Masyarakat lokal masih
54
menggunakan bahasa Sunda ketika berkomunikasi dengan sesama masyarakat lokal atau masyarakat pendatang yang bersuku Sunda. Sementara penggunaan bahasa Indonesia digunakan ketika berinteraksi dengan pendatang atau mahasiswa. Hampir sebagian besar atau boleh dikatakan seluruh masyarakat lokal Desa Babakan fasih menggunakan Bahasa Indonesia. Begitu pula dengan sistem kesenian yang ada pada masyarakat Desa Babakan, telah terjadi pemudaran sistem kesenian yang cukup signifikan. Kesenian asli masyarakat Desa Babakan yang merupakan masyarakat bersuku Sunda sudah sangat jarang ditemukan. Beberapa kesenian yang masih diingat oleh informan adalah kesenian wayang golek, karawitan, jaipongan dan tanji sudah jarang atau bahkan tidak ditemui lagi di Desa Babakan. Seperti yang dikemukakan oleh beberapa informan berikut: “Dulu masih sering ada pertunjukan wayang golek, perkembangan agama juga dibawanya pake kesenian itu. Tapi buat anak sekarang yang begituan udah kuno.” (JSA, Ketua RT) “Untuk kesenian misalnya ada kesenian karawitan tapi sekarang sudah tidak ada” (MAR, Pensiunan) “Budaya yang ada berupa hiburan misalnya wayang golek, jaipongan, tanji (ngamen) tapi kalau sekarang semuanya diganti dengan dangdut” (UMR, Warga) Pertunjukan-pertunjukan kesenian tradisional yang dulu pernah melekat dalam kehidupan dan sifatnya berfungsi sebagai hiburan di masyarakat kini telah digeser dengan kesenian dan hiburan-hiburan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini dapat terlihat dari hajatan warga yang sudah tidak lagi dijumpai berbagai hiburan kesenian tradisional seperti yang disebutkan di atas. Hiburanhiburan yang umumnya dijumpai dalam hajatan warga adalah hiburan yang identik dengan musik dangdut yang merupakan budaya dari luar masyarakat Sunda pada umumnya. Kebudayaan suatu masyarakat juga dapat dilihat dari sistem pola mata pencaharian masyarakatnya. Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, pola mata pencaharian masyarakat Desa Babakan sudah sangat terdiferensiasi. Masyarakat di Desa Babakan tergolong masyarakat yang sudah mendekati tipe masyarakat perkotaan. Jika dibandingkan sebelum keberadaan kampus IPB pola mata pencaharian penduduk masih merupakan masyarakat agraris dengan mengelola lahan tegalan bekas perkebunan karet. Saat ini pola perekonomian Desa Babakan yang dominan adalah sektor perdagangan dan jasa. Aktivitas ekonomi yang dominan menyesuaikan dengan tingginya permintaan kebutuhan mahasiswa akan barang dan jasa. Unsur kebudayaan selanjutnya adalah sistem teknologi peralatan. Penggunaan teknologi di Desa Babakan mengalami perubahan yang sangat signifikan. Hal ini didukung pula dengan lengkapnya fasilitas publik yang memenuhi kebutuhan civitas kampus IPB. Penggunaan teknologi seperti telepon genggam dan sepeda motor bukan merupakan hal yang langka lagi ditemukan di Desa Babakan. Selain karena kebutuhan akan produk teknologi tersebut,
55
mudahnya akses masyarakat terhadap produk-produk teknologi tersebut juga menjadi salah satu pendukung. Perubahan aspek kultural yang terjadi di Desa Babakan karena adanya upaya adaptasi budaya yang dilakukan oleh komunitas orang Babakan untuk dapat menyesuaikan diri dengan dengan segala keadaan yang berubah di desa mereka. Aktivitas-aktivitas budaya yang pernah eksis dan menjadi tradisi bagi orang Babakan sangat beragam. Salah satu tradisi yang paling diingat oleh informan adalah dalam tata acara peringatan Maulid nabi atau yang disebut acara Mauludan. Terdapat beberapa unsur khas tradisi yang hilang dalam perayaan maulud tersebut seperti halnya keberadaan ambeng atau nasi tumpeng yang kini sudah sangat jarang ditemui. Dalam perayaan maulid nabi dewasa ini sudah beragam cara yang berbeda dilakukan oleh warga karena segala sesuatu yang semakin mudah diakses dan praktis. Sementara keberadaan ciri khas ambeng tersebut sudah semakin terpinggirkan. “Ciri khas kalau memeringati maulid nabi dulu pakai ambeng atau nasi tumpeng sekarang masih ada yang pakai dan ada yang tidak. Sekarang sistemnya udah praktis saja karena segala sesuatu udah gampang ditemui, apa aja bisa beli” (JSA, Ketua RT) Beberapa informan memberi perhatian yang besar terhadap perayaan maulid nabi ketika membicarakan aspek budaya karena peringatan tersebut biasanya melibatkan seluruh warga desa tanpa terkecuali. Unsur lain selain tradisi nasi tumpeng, dalam peringatan maulud nabi tersebut juga terdapat tradisi membaca rawi atau shalawatan nabi. Menurut informan, hal ini sudah sangat jarang dijumpai pada masa sekarang. Kebiasaan-kebiasaan tersebut mulai tergerus seiring masuknya budaya-budaya yang dibawa oleh budaya luar. “Salah satu tradisi yang paling saya ingat itu kalau maulud-an ada acara dengan baca rawi (semacam shalawatan nabi), sekarang sudah hampir jarang ditemui”(MAR, Pedagang) Tradisi yang pernah ada di Desa Babakan yang masih diingat oleh informan yang kini sudah tidak ditemui lagi di masyarakat Babakan, beberapa diantara adalah aturan-aturan dalam menentukan waktu untuk mengadakan hajatan, kebiasaan atau tradisi unik dalam upacara pernikahan dan pentas-pentas tradisional yang dilakukan oleh tokoh-tokoh adat. Dalam merencanakan hajatan, orang Babakan harus mengikuti aturan-aturan tertentu dengan pertimbangan hari baik dan hari buruk untuk mengadakan hajatan. Selain itu ada pula tradisi dalam adat perkawinan berupa pengarakan pengantin dengan menggunakan bambu dan dibawa berkeliling desa. Seperti yang dikemukakan oleh informan berikut: “Dulu kalau mau ngadain hajatan masih ada aturan penentuan tanggal dan larang-larangan, kalau sekarang sudah enggak berlaku lagi”(PAP, Ketua RT) “Dulu ada tradisi kalo mau jadi pengantenan harus di gotong-gotong pakai bambu atau diarak keliling kampung. Sekarang udah engga ada sama sekali.” (JSA, Ketua RT)
56
Nilai dan Norma yang ada di Masyarakat Kehidupan kultural suatu masyarakat juga dapat lihat dari nilai dan norma yang masih terpelihara dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai dan norma menjadi hal yang penting sebagai kontrol sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut informan perubahan yang paling besar yang dirasakan oleh warga adalah perubahan nilai dan norma yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan keadaan masyarakat sebelum mengalami berbagai gelombang perubahan yang masuk ke Desa Babakan. Seperti yang dikemukakan oleh informan berikut: “Norma dan nilai memudar, jauh sekali dengan sekarang. Dulu masyarakat masih peduli dengan kegiatan-kegiatan di lingkungan dan pengajian-pengajian. Setelah banyaknya budaya dari luar membuat adat-istiadat berkurang. Masyarakat semakin tidak peduli dengan lingkungan disekitarnya” (JSA, Ketua RT) Pada dasarnya nilai merupakan hal yang tidak mudah berubah dalam suatu masyarakat. Namun seiring dengan perubahan yang terjadi terdapat nilai dan norma yang mulai ditinggalkan dan mulai digantikan dengan nilai dan norma yang baru. Menurut sudut pandang teori interaksi-simbolik dalam (Lauer 2001) perubahan nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat dimungkinkan karena adanya interaksi dalam masyarakat itu sendiri. Sama halnya dengan nilai-nilai dan norma yang mulai tergerus di dalam masyarakat Babakan. Nilai kesopanan berupa tata krama dalam kehidupan sosial sudah semakin kabur. Penghormatan orang yang lebih muda terhadap orang tua sudah tergerus dan menjadi hal yang lumrah. Tidak sedikit dari warga yang sama sekali tidak mengenal tetangga di lingkungan perumahan warga misalnya yang berprofesi sebagai mahasiswa maupun pedagang. Adapun aturan bahwa tamu yang masuk ke desa harus segera melapor kepada pengurus di lingkungan RT, jarang dilakukan oleh para pendatang. Penduduk yang tidak mengenal satu sama lain ini cenderung kurang berinteraksi atau berkomunikasi hingga seakan saling tidak bertegur sapa dan tidak memiliki rasa hormat. Kehidupan penduduk yang semakin individualis membuat penduduk seakan tidak memiliki tata krama dan sopan santun satu terhadap yang lain. Seperti yang dikemukakan oleh informan berikut: “Perubahan yang paling sangat dirasakan adalah perubahan tentang tata krama dan sopan santun, atau prilaku orang disini. Orang-orang yang sekarang sudah jauh sangat beda dengan tata krama orangorang dulu”(CUM, Pedagang) Perubahan nilai akibat interaksi dengan budaya luar juga menggerus nilainilai kemanusiaan seperti nilai tolong-menolong antar sesama warga desa. Kemajuan zaman dan perubahan pola pikir masyarakat juga turut menjadi penyebab memudarnya rasa kekeluargaan dan nilai-nilai kemanusiaan di dalamnya. Segala sesuatu dapat diperoleh dengan menggunakan uang dan membuat intensitas untuk meminta bantuan kepada penduduk semakin berkurang. Begitupula dengan derajat tingkat aktivitas warga yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya, membuat kontrol sosial yang ada semakin kabur.
57
“Nilai kemanusiannya berkurang saya rasa, tolong-menolong sudah jarang. Segala sesuatunya sudah dibisniskan sekarang. Apapun bisa jadi uang”(MAR, Pedagang) Terdapat pula kecendrungan perubahan dasar dari nilai dan norma yang berdasarkan adat istiadat tradisional berubah menjadi nilai dan norma yang berlandaskan agama. Kebiasaan dan aturan-aturan yang didasarkan pada tradisi adat kini sudah tidak lagi dipegang oleh penduduk karena tidak sesuai dengan norma-norma agama. Sebagai contoh adalah pantangan untuk beraktivitas di jamjam tertentu yang tidak lagi berlaku di masyarakat desa setempat, seperti yang dikemukakan oleh informan berikut: “Ada pantangan untuk tidak beraktvitas di jam-jam 12 atau magrib. Semua orang yang diluar rumah harus pulang kerumah. Sekarang tidak lagi seperti itu, mau jam berapapun bebas beraktivitas” (PPG, Ketua RT) Semakin berkembangnya paham keagamaan dengan akses masyarakat yang semakin mudah, maka nilai yang dipelihara oleh masyarakat Desa Babakan saat ini adalah nilai keagamaan. Nilai-nilai agama dirasa justru semakin baik pada saat ini. Walaupun perbedaan budaya dan latar belakang penduduk desa yang semakin majemuk namun sebagian besar penduduk baik penduduk lokal maupun penduduk pendatang menganut agama Islam. Oleh karena itu, nilai-nilai keagamaanlah yang dapat menjadi kontrol sosial bagi sebagian besar penduduk Desa Babakan. “Nilai-nilai keagamaan dirasa justru lebih baik sekarang karena pendidikan agama sudah semakin banyak”(RHN, Pedagang) Keberadaan mahasiswa juga membuat kualitas moral kemanusiaan sudah semakin buruk karena tidak adanya kontrol sosial berupa tradisi yang mengikat dan mengatur tata pergaulan masyarakat. Sebagai contoh, dalam pergaulan dengan lawan jenis dalam kalangan mahasiswa yang tidak sesuai dengan budaya masyarakat setempat dan kerap kali menjadi masalah menurut pandangan warga setempat. Tidak jarang terjadi tindakan asusila yang melibatkan mahasiswa dan kejadian tersebut membuat citra mahasiswa buruk di mata masyarakat lokal. Dalam menangani kasus hal tersebut tidak lagi berdasarkan norma-norma tradisi setempat melainkan norma atau peraturan hukum positif yang menjadi tanggung jawab pihak keamanan yang berwajib di daerah setempat. “Mahasiswa terkadang banyak yang tidak menghargai masyarakat di sekitarnya, prilaku dalam bergaul dengan lawan jenis terkadang sangat menggangu” (NDA, Ibu rumah tangga) Kehidupan Desa Babakan yang cenderung dinamis juga telah merubah cara pandang masyarakat terhadap tenaga, barang dan jasa. Dengan kata lain, pola pikir masyarakat Desa Babakan pun sudah mulai berubah. Desa Babakan yang merupakan desa yang berbasis perdagangan baik perdagangan barang dan jasa telah merubah pola pikir masyarakatnya ke arah yang lebih komersil. Segala
58
sesuatu dapat bernilai ekonomi dan menghasilkan uang. Seperti yang dikemukakan oleh informan berikut: “Warga sekarang cenderung lebih materialistis, ini karena pengaruh lingkungan. Misalnya Bara yang sering disebut daerah dollar, segala sesuatu dibisniskan, apalagi dengan banyak pendatang” (JSA, Ketua RT) “Dalam acara-acara hajatan dulunya masih saling membantu misalnya masak, menghias dan yang lain-lain yang bisa dibantu. Berbeda dengan sekarang yang lebih praktis” (MUH, Ketua RW) Nilai kekeluargaan dan rasa tolong menolong telah banyak tergerus perkembangan demi perkembangan Desa Babakan. Masyarakat cenderung lebih materialistis dan menjadikan segala sesuatu menjadi komoditas yang dapat diperjualbelikan. Hal tersebut menjadi lazim karena pengaruh dari para pendatang yang juga sebagian besar sebagai pelaku ekonomi dan juga adanya faktor kesempatan berupa permintaan pasar. Perubahan Gaya Hidup Masyarakat Desa Perkembangan teknologi telah banyak berperan mengubah gaya hidup masyarakat Desa Babakan. Tren kepemilikan barang-barang mewah seolah mewabah di tengah-tengah masyarakat. Kini sudah tidak asing lagi ditemui sepeda motor di rumah-rumah warga desa, yang pada masa dulu merupakan hal yang jarang dimiliki oleh warga. Begitu pula dengan kepemilikan alat komunikasi seperti telepon genggam (handphone), saat ini hampir seluruh rumah tangga memiliki handphone baik milik orang tua maupun kelompok umur remaja dan anak-anak. Berbicara mengenai anak-anak, telah banyak gaya hidup pada kelompok usia muda ini yang jauh berubah jika dibandingkan masa kehidupan anak-anak generasi informan. Anak-anak pada zaman dulu masih memiliki arena bermain di ruang terbuka wilayah desa atau dengan kata lain anak-anak masih leluasa bermain di kebun-kebun dan tegalan garapan penduduk desa. Berbeda dengan saat ini, ruang bermain anak-anak desa adalah warung internet (warnet) dan rental Playstation (Ps) yang banyak dijumpai di Desa Babakan. Masuknya berbagai macam produk teknologi ini telah mengubah kehidupan kelompok umur muda yang semakin konsumtif dan cenderung kurang produktif. Kehidupan mahasiswa yang cenderung menjadi panutan bagi anak-anak dan pemuda-pemudi Desa Babakan juga membawa dua sisi dampak. Di satu sisi, kehidupan mahasiswa yang mencerminkan kebiasaan hidup yang teratur dan berpendidikan menjadi pemacu para anak-anak untuk dapat seperti kelompokkelompok mahasiswa. Banyak juga mahasiswa yang berperan langsung mendidik anak-anak dan pemuda di desa setempat dalam bidang pendidikan maupun keagamaan. Keberadaan IPB juga mendorong penduduk pribumi semakin sadar pentingnya meningkatkan pendidikan. Adanya keinginan untuk dapat berkuliah di kampus IPB dan kehidupan yang lebih sukses seperti yang banyak mereka lihat
59
dan temui di kehidupan para pendatang di desanya, telah menjadi pemicu bagi sebagian besar masyarakat untuk meningkatkan pendidikan anak-anak mereka. Terdapat kecemburuan sosial dari masyarakat lokal akan hidup mahasiswa yang serba berkecukupan dan cenderung lebih mampu. Kesenjangan sosial membuat para pemuda desa juga hendak memiliki hal atau benda yang dimiliki dan digunakan oleh para mahasiswa yang menjadi panutan atau role model mereka. Dalam kasus ini terdapat kecendrungan terjadinya gejala cultural lag, dimana kebudayaan yang bersifat material lebih cepat berubah dibandingkan dengan nilai yang terkandung di dalamnya. Masyarakat mengadopsi hasil budaya yang berupa material namun buta akan nilai-nilai dan kegunaan yang ada dari benda (material) tersebut. Gaya hidup masyarakat pribumi yang mengalami perubahan dengan banyaknya pendatang yang masuk ke desa juga dapat dilihat dari cara berkomunikasi. Gaya komunikasi langsung dan tatap muka telah digantikan dengan menggunakan alat komunikasi seperti telepon genggam. Seperti yang telah disebutkan, hampir semua penduduk lokal, baik orang tua maupun muda kini memiliki alat komunikasi seperti handphone. Dalam penggunaan Bahasa, sebelumnya penduduk lokal hanya menggunakan bahasa sunda dan beberapa bahasa serapan dari bahasa Belanda. Kini tidak sedikit warga yang fasih menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan para mahasiswa maupun orang luar lainnya.
Gambar 6 Perubahan aspek kultural pada masyarakat Desa Babakan
SIKAP MASYARAKAT DESA BABAKAN TERHADAP KEBERADAAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR (IPB) Bagian ini menjelaskan jumlah responden menurut karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan lama bermukim. Bagian ini juga memaparkan hasil analisis uji korelasi/hubungan dan uji beda antara karakteristik individu dengan sikap masyarakat terhadap kehadiran kampus IPB di Desa Babakan. Sikap terhadap kehadiran kampus IPB yang dimaksud adalah penilaian positif dan negatif yang diberikan oleh responden terhadap kehadiran kampus IPB serta aktivitas civitas akademika yang menyertainya yang masuk dalam kehidupan masyarakat. Karakteristik Responden Sampel dalam penelitian ini adalah hasil acak dari penduduk Desa Babakan yang dikategorikan berdasarkan daerah yang letaknya jauh, sedang, dan dekat dari pengaruh langsung kampus IPB baik secara fisik maupun riuh aktivitas kampus. Sampel selanjutnya disebut sebagai masyarakat Desa Babakan. Penelitian ini mengambil 50 responden yang terdiri dari 25 responden berjenis kelamin laki-laki dan 25 responden berjenis kelamin perempuan. Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi: usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan lama bermukim. Usia digolongkan menjadi tiga kategori yaitu muda (kelompok 19-30 tahun), menengah (kelompok umur 31-50) dan tua (kelompok umur >51 tahun). Tabel 9 menunjukkan jumlah responden berdasarkan tingkatan usia responden. Tabel 9 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat usia responden Tingkatan usia Jumlah (orang) Persentase (%) Muda 11 22 Menengah 25 50 Tua 14 28 Total 50 100 Sumber: Analisis data primer, 2013
Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa setengah dari jumlah responden yakni sebesar 50 persen atau sebanyak 25 responden merupakan tingkatan umur dewasa menengah yang berusia 30-50 tahun. Disusul pada tingkatan umur tua sebanyak 14 responden dengan persentase 28 persen dan sisanya kelompok umur muda sebanyak 11 orang dengan persentase 22 persen. Penggolongan kelompok umur ini berdasarkan pengelompokan usia dewasa menurut Havigurst. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dibagi menjadi dua kategori, yaitu laki-laki dan perempuan. Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dari Tabel 10.
62
Tabel 10 Jumlah responden menurut jenis kelamin responden Jenis kelamin Jumlah (orang) Persentase (%) Laki-laki 25 50 Perempuan 25 50 Total 50 100 Sumber: Analisis data primer, 2013
Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa jumlah responden terdistribusi merata antara laki-laki dan perempuan, yakni sebanyak 25 responden laki-laki dan 25 responden perempuan. Jumlah masing-masing jenis kelamin sudah ditetapkan dalam rancangan penelitian. Apabila ditinjau dari segi pendidikan, mayoritas responden di Desa Babakan pernah mengecap pendidikan formal. Jenjang tingkat pendidikan dikategorikan menjadi rendah (tidak tamat SD-tamat SD), menengah (SMP-SMA), dan tinggi (D3-Sarjana). Berikut tabel yang menunjukkan tingkat pendidikan responden penelitian. Tabel 11 Jumlah responden menurut tingkat pendidikan responden Tingkatan pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah Menengah Tinggi Total
22 23 5 50
44 46 10 100
Sumber: Analisis data primer, 2013
Berdasarkan Tabel 11, tingkat pendidikan responden sebesar 46 persen berpendidikan menengah (SMP-SMA) yaitu sebanyak 23 responden. Disusul kemudian sebesar 44 persen berpendidikan rendah (tidak tamat SD-tamat SD) yaitu sebanyak 22 responden. Terakhir, sebesar 10 persen berpendidikan tinggi yaitu sebanyak 5 responden. Tingkat pendidikan merupakan hal yang penting bagi masyarakat Desa Babakan untuk dapat menikmati peluang bekerja di kampus IPB yang mensyaratkan pendidikan minimal Sekolah Menengah Atas (SMA). Responden memiliki tingkat pendapatan yang beragam yakni mulai responden yang tidak memiliki pendapatan atau berpendapatan Rp. 0 hingga berpendapatan Rp. 5 000 000. Tingkat pendapatan digolongkan menjadi rendah (x < Rp 346 000), menengah (Rp 346 000 < x < Rp 1 387 000) dan tinggi (x >Rp 1 387 000 ). Tabel 12 menunjukkan tingkat pendapatan responden penelitian. Tabel 12 Jumlah responden menurut tingkat pendapatan responden Tingkat pendapatan Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah 21 42 Menengah 17 34 Tinggi 12 24 Total 50 100 Sumber: Analisis data primer, 2013
63
Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa 42 persen atau sebanyak 21 responden berpenghasilan rendah yaitu kurang dari Rp346 000. Disusul kemudian 34 persen atau sebanyak 17 responden berpenghasilan menengah yaitu responden yang memiliki penghasilan lebih dari Rp346 000 dan kurang dari Rp1 387 000. Sisanya, 24 persen atau sebanyak 12 responden berpenghasilan tinggi yaitu lebih dari Rp1 387 000. Penggolongan tingkat pendapatan berikut menggunakan standar deviasi dari data di lapangan. Mata pencaharian responden juga cukup beragam. Tabel 13 menunjukkan jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan. Tabel 13 Jumlah responden menurut jenis mata pencaharian Mata pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%) Pedagang kelontong/Sembako 1 2 Pensiunan karyawan 4 8 Buruh 7 14 Karyawan swasta 3 6 Staf kantor desa 2 4 Honorer 3 6 Guru 1 2 Tutor PAUD 1 2 Supir angkot 1 2 Ibu rumah tangga 14 28 Usaha kamar sewa 1 2 Penjahit 1 2 Pedagang makanan 6 12 PNS 2 4 Office Boy 1 2 Staf ADM IPB 2 4 Total 50 100 Sumber: Analisis data primer, 2013
Berdasarkan Tabel 13 jumlah responden berdasarkan mata pencaharian responden sebagian besar yakni 28 persen atau sebanyak 14 responden merupakan ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan. Disusul kemudian sebanyak 14 persen atau sebanyak delapan responden bekerja sebagai buruh. Kategori buruh sangat beragam yaitu buruh bangunan, buruh kebersihan kosan, dan buruh cuci mahasiswa. Terdapat delapan persen atau sebanyak empat responden merupakan pensiunan karyawan baik swasta maupun negeri serta terdapat enam persen atau tiga responden bekerja sebagai honorer. Selanjutnya, sebesar empat persen atau masing-masing dua responden bekerja sebagai staf kantor desa dan staf administrasi di kampus IPB. Di samping itu, sebanyak 12 persen atau enam responden merupakan pedagang makanan dalam skala kecil. Terakhir, sebesar dua persen atau sebanyak masing-masing satu orang responden bekerja sebagai pedagang sembako, guru, tutor PAUD, supir angkot, usaha kamar sewa, penjahit, dan Office Boy. Lama bermukim responden di Desa Babakan menjadi hal yang penting untuk dilihat pengaruhnya terhadap sikap masyarakat akan kehadiran kampus IPB Dramaga. Responden memiliki beragam kategori lama bermukim di Desa
64
Babakan. Lama bermukim digolongkan menjadi rendah (jika sudah bermukim di Desa Babakan kurang dari 30 tahun), sedang (jika sudah bermukim di Desa Babakan lebih dari 30 tahun dan kurang dari 45 tahun) dan lama (jika sudah bermukim di Desa 45 tahun) Tabel 14 menampilkan tingkatan lama bermukim responden di Desa Babakan. Tabel 14 Jumlah responden menurut lama bermukim responden di Desa Babakan Tingkatan lama Jumlah responden (orang) Persentase (%) bermukim Rendah 16 32 Sedang/Menengah 19 38 Lama 15 30 Total 50 100 Sumber: Analisis data primer, 2013
Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa sebanyak 32 persen atau 16 responden sudah tinggal di Desa Babakan selama kurang dari 30 tahun yang dikategorikan sebagai kategori rendah. Sebanyak 38 persen atau 19 responden sudah tinggal di Desa Babakan selama lebih dari 30 tahun dan kurang dari 45 tahun atau yang dikategorikan menengah/sedang. Selanjutnya sebanyak 30 persen responden atau 15 responden merupakan warga yang sudah lama tinggal di Desa Babakan yakni lebih dari 45 tahun. Penggolongan tingkatan lama bermukim menggunakan standar deviasi agar responden tersebar dengan merata pada kategori lama bermukim. Sikap Masyarakat terhadap Keberadaan kampus IPB Kehadiran kampus IPB di Kecamatan Dramaga berdampak pada perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat desa lingkar kampus, salah satunya adalah masyarakat Desa Babakan. Perubahan terjadi pada aspek-aspek kehidupan masyarakat meliputi aspek struktural dan kultural dan juga perubahan baik secara fisik dan non-fisik wilayah Desa Babakan. Berdasarkan pada pembahasan bab-bab sebelumnya perubahan yang terjadi meliputi stratifikasi sosial, interaksi sosial, pola kependudukan, kelompok-kelompok sosial dan perubahan dalam aspek kultural yang meliputi sistem budaya, nilai dan norma serta gaya hidup masyarakat desa setempat. Perubahan-perubahan terjadi pada tingkat signifikansi yang berbeda-beda. Perubahan yang secara langsung maupun tidak langsung sebagai dampak kehadiran kampus IPB Dramaga tersebut berimplikasi pada masyarakat sebagai aktor utama yang berada dalam dinamika kehidupan Desa Babakan yang ditunjukkan dalam pernyataan yang diberikan terkait perubahan sosial yang terjadi. Bagian ini menganalisis sikap masyarakat terhadap keberadaan kampus IPB Dramaga tersebut. Sikap masyarakat yang dimaksud adalah respon masyarakat yang bersifat positif dan negatif. Sikap masyarakat Desa Babakan terhadap keberadaan kampus IPB merupakan hal yang penting untuk diteliti. Keberadaan kampus sebagai lembaga pendidikan negeri telah menjadi motor penggerak utama perubahan sosial dan kebudayaan di Desa Babakan. Berbagai
65
gelombang perubahan telah terjadi dan membawa dampak baik positif maupun negatif bagi desa setempat. Sikap masyarakat terhadap kehadiran kampus IPB di Desa Babakan merupakan kecendrungan bertindak, berpresepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi dan nilai. Manifestasi sikap terlihat dari tanggapan seseorang yang menerima atau menolak, setuju atau tidak setuju terhadap objek atau subjek. Sikap masyarakat ini berisi evaluasi positif dan negatif yang dikategorikan menjadi sikap negatif dan positif dengan akumulasi skor negatif (20-50) dan akumulasi skor positif (51-80). Hasil survei menggunakan kuesioner dari 50 orang responden dapat dilihat pada Tabel 15/ Tabel 15 Jumlah responden menurut sikap terhadap keberadaan kampus IPB Sikap Jumlah responden (orang) Persentase (%) Positif 35 70 Negatif 15 30 Total 50 100 Sumber: Analisis data primer, 2013
Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa sebesar 70 persen memiliki sikap positif terhadap keberadaan kampus IPB dan 30 persen memiliki sikap negatif terhadap keberadaan kampus IPB. Hal ini mengindikasikan bahwa kehadiran kampus IPB Dramaga berada pada dua sisi yakni membawa perubahan yang menguntungkan bagi masyarakat desa setempat dan sisi lain juga membawa dampak yang moderat atau negatif bagi kehidupan masyarakat Desa Babakan. Hubungan Antara Sikap terhadap Keberadaan Kampus IPB dengan Karakteristik Individu Usia Bagian ini merupakan pemaparan analisis hubungan antara usia individu dengan sikap masyarakat terhadap keberadaan kampus IPB baik secara fisik maupun aktivitas dari kampus IPB. Tabel 16 menunjukkan jumlah dan persentase sikap masyarakat terhadap perubahan sosial menurut tingkat usia responden. Tabel 16 Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara usia dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB. Jumlah dan persentase sikap terhadap keberadaan kampus IPB Usia Total Positif Negatif n % n % Tua 10 71.43% 4 28.57% 14 (100%) Menengah 15 60.00% 10 40.00% 25 (100%) Muda 10 90.90% 1 9.10% 11 (100%) Total 35 70.00% 15 30.00% 50 (100%) Sumber: Analisis data primer, 2013
66
Tabel 16 menunjukkan bahwa responden dengan kategori usia tua (>50 tahun) yang bersikap positif terhadap keberadaan kampus IPB adalah sebesar 71.43 persen dan yang bersikap negatif sebesar 28.57 persen. Pada kategori usia dewasa menengah (31-50 tahun), responden yang bersikap positif terhadap keberadaan kampus IPB adalah sebesar 60 persen dan yang bersikap negatif sebesar 40 persen. Selanjutnya, pada kategori usia dewasa muda (18-30 tahun), responden yang bersikap positif terhadap keberadaan kampus IPB adalah sebesar 90.9 persen dan yang bersikap negatif sebesar 9.10 persen. Tidak terdapat kecendrungan responden menentukan sikap terhadap keberadaan kampus IPB berdasarkan tingkat umur. Pada Lampiran 4 terdapat hasil pengolahan data secara statistik menggunakan SPSS dengan uji korelasi Rank Spearman yang menguji hubungan antara variabel usia responden dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB. Hasil perhitungan dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa angka korelasi antara variabel sikap terhadap keberadaan kampus IPB dengan variabel usia sebesar 0.393. Nilai p value Sig.(2-tailed) > alpa (0.10 = 10%) maka terima H0 dan tolak H1 serta nilai korelasi yang bernilai negatif (r=-0.124), dapat disimpulkan bahwa ada korelasi yang negatif antara variabel sikap terhadap keberadaan kampus IPB dengan variabel usia. Sikap positif dan negatif terhadap keberadaan kampus IPB memiliki hubungan yang tidak searah dengan karakteristik usia responden. Semakin rendah usia responden maka cenderung semakin positif sikap responden terhadap keberadaan kampus IPB dengan tingkat signifikansi yang rendah. Dengan kata lain, responden yang memiliki usia tergolong tua (>50 tahun) cenderung memiliki sikap yang negatif terhadap keberadaan kampus IPB di Desa Babakan. Begitu pun dengan masyarakat yang memiliki usia tergolong muda (18-30 tahun) cenderung memiliki sikap yang positif terhadap keberadaan kampus IPB. Hasil perhitungan korelasi antara variabel sikap dan usia dapat pula di jelaskan secara kualitatif. Hasil ini menggambarkan bahwa masyarakat Desa Babakan yang sudah tergolong usia tua kurang merasakan manfaat yang positif dari keberadaan kampus IPB. Masyarakat golongan tua inilah yang mengetahui dan merasakan periodisasi masuknya berbagai gelombang perubahan di Desa Babakan baik sebelum adanya kampus IPB maupun setelah adanya kampus IPB. Golongan umur tua mengetahui sisi positif dan negatif baik secara sosial maupun ekonomi Desa Babakan. Golong umur muda cenderung bersikap positif dikarenakan golongan umur muda dan juga menengah kurang mengetahui dampak-dampak secara sosial dari kampus IPB. Masyarakat golongan umur muda dan menengah lebih merasakan dampak yang positif dalam aspek ekonomi seperti halnya kesempatan kerja dan kemajuan ekonomi di Desa Babakan. Jenis Kelamin Bagian ini menjelaskan pemaparan analisis hubungan antara jenis kelamin dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB. Pada Tabel 17 berikut menunjukkan jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara jenis kelamin dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB.
67
Tabel 17 Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara jenis kelamin dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB Jumlah dan persentase sikap terhadap keberadaan kampus IPB Jenis Total Kelamin Positif Negatif n % n % Laki-laki 16 64% 9 36% 25 (100%) Perempuan 19 76% 6 24% 25 (100%) Total 35 70% 15 30% 50 (100%) Sumber: Analisis data primer, 2013
Tabel 17 menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin laki-laki yang memiliki sikap positif terhadap keberadaan kampus IPB sebesar 64 persen dan responden yang bersikap negatif sebesar 36 persen. Sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan, terdapat sebesar 76 persen responden yang memiliki sikap yang positif terhadap keberadaan kampus IPB dan 24 persen responden yang memiliki sikap yang negatif terhadap keberadaan kampus IPB. Tidak terdapat kecendrungan responden menentukan sikap terhadap keberadaan kampus IPB berdasarkan jenis kelamin. Pada Lampiran 4 terdapat hasil pengolahan data secara statistik menggunakan SPSS dengan uji Chi Square yang menguji hubungan antara variabel sikap terhadap keberadaan kampus IPB dengan jenis kelamin. Hasil perhitungan dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa angka korelasi antara variabel jenis kelamin dengan variabel sikap terhadap keberadaan kampus IPB adalah sebesar 0.355. Nilai p value Asymp. Sig.(2-sided) > alpa (0.10 = 10%) maka terima H0 dan tolak H1, artinya tidak ada perbedaan nyata antar variabel jenis kelamin dengan variabel sikap responden terhadap keberadaan kampus IPB. Dengan kata lain, tidak ada perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam pembentukan variabel sikap terhadap keberadaan kampus IPB. Responden yang berjenis kelamin laki-laki tidak selalu memiliki sikap yang positif terhadap keberadaan kampus IPB di Desa Babakan. Begitu pun dengan responden berjenis kelamin perempuan tidak selalu memiliki sikap yang negatif terhadap keberadaan kampus IPB. Hasil analisis secara kuantitatif tersebut menggambarkan bahwa baik jenis kelamin laki-laki maupun jenis kelamin perempuan tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam menanggapi keberadaan kampus IPB dan perubahan yang terjadi di Desa Babakan. Perubahan yang terjadi di Desa Babakan tidak menguntungkan dan menyingkirkan gender atau jenis kelamin tertentu. Perubahan yang terjadi di Desa Babakan dalam hal kesempatan kerja misalnya, tidak menguntungkan perempuan atau pun laki-laki saja. Kesempatan kerja dan berusaha terbuka bagi jenis kelamin perempuan maupun laki-laki seperti halnya berdagang, bisnis usaha laundry, usaha sewa kamar kos-kosan mahasiswa, hingga menjadi karyawan kampus IPB yakni satpam, petugas kebersihan dan pegawai administrasi.
68
Tingkat Pendidikan Bagian ini menjelaskan pemaparan analisis hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB. Tabel 18 berikut menunjukkan jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB. Tabel 18 Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB Jumlah dan persentase sikap terhadap keberadaan kampus IPB Tingkat Total Pendidikan Positif Negatif n % n % Tinggi 3 60.00% 2 40.00% 5 (100%) Menengah 17 73.91% 6 26.09% 23 (100%) Rendah 15 68.18% 7 31.82% 22 (100%) Total 35 70.00% 15 30.00% 50 (100%) Sumber: Analisis data primer, 2013
Tabel 18 menunjukkan bahwa pada tingkat pendidikan yang tergolong tinggi (D3-Sarjana), responden yang bersikap positif terhadap keberadaan kampus IPB sebesar 60 persen dan responden yang bersikap negatif sebesar 40 persen. Pada responden dengan tingkat pendidikan menengah (SMP-SMA) terdapat 73.91 persen yang memiliki sikap yang positif terhadap keberadaan kampus IPB dan 26.09 persen responden yang memiliki sikap yang negatif terhadap keberadaan kampus IPB. Selanjutnya, pada responden yang tingkat pendidikan tergolong rendah (tidak tamat SD-tamat SD), responden yang memiliki sikap yang positif terhadap keberadaan kampus IPB sebesar 68.18 persen dan responden yang memiliki sikap yang negatif sebesar 31.82 persen. Tidak terdapat kecendrungan responden menentukan sikap berdasarkan tingkat pendidikan. Pada Lampiran 4 terdapat hasil pengolahan data secara statistik menggunakan SPSS dengan uji korelasi Rank Spearman yang menguji hubungan antara variabel sikap responden terhadap keberadaan kampus IPB dengan variabel tingkat pendidikan. Hasil perhitungan dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa angka korelasi antara variabel tingkat pendidikan dengan variabel sikap terhadap keberadaan kampus IPB adalah sebesar 0.963. Nilai p value Sig.(2-tailed) > alpa (0.10 = 10%) maka terima H0 dan tolak H1 dan nilai korelasi bernilai negatif (r=0.007), artinya ada korelasi yang positif antara variabel sikap terhadap keberadaan kampus IPB dengan variabel tingkat pendidikan. Sikap positif dan negatif terhadap keberadaan kampus IPB memiliki hubungan yang searah dengan karakteristik tingkat pendidikan responden. Semakin rendah tingkat pendidikan responden maka cenderung semakin positif sikap responden terhadap keberadaan kampus IPB dengan tingkat signifikansi yang rendah. Responden yang memiliki tingkat pendidikan yang tergolong tinggi (D3-Sarjana) cenderung memiliki sikap yang positif terhadap keberadaan kampus IPB di Desa Babakan. Begitu pun dengan responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah (tidak tamat SD-SD) cenderung memiliki sikap yang negatif terhadap keberadaan kampus IPB.
69
Hasil analisis secara kuantitatif ini dapat juga dijelaskan secara kualitatif. Masyarakat Desa Babakan yang berpendidikan tinggi cenderung lebih bersikap positif terhadap keberadaan kampus IPB dikarenakan masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi lebih merasakan dampak yang positif dari kehadiran kampus IPB. Salah satunya dikarenakan kesempatan kerja yang terbuka di kampus IPB mensyaratkan tingkat pendidikan minimal sekolah menengah atas sederajat. Kesempatan kerja yang terbuka bagi masyarakat lingkar kampus di kampus IPB meliputi petugas kebersihan, petugas keamanan kampus, karyawan operasional dan laboratorium hingga pegawai administrasi mensyaratkan pendidikan formal SMA sederajat. Selain itu syarat pendidikan juga diperlukan untuk bekerja sebagai karyawan dan pegawai swasta di sekitar kampus. Masyarakat berpendidikan rendah secara otomatis tidak dapat menikmati kesempatan kerja tersebut. Masyarakat berpendidikan rendah memanfaatkan kesempatan berusaha seperti halnya berbisnis dan berdagang di wilayah kampus yang tidak mensyaratkan pendidikan formal. Hal ini sejalan dengan informasi yang diperoleh dari beberapa responden yang menyatakan bahwa bekerja di kampus IPB merupakan pekerjaan yang diinginkan oleh warga Desa Babakan. Tingkat pendidikan menjadi sangat penting untuk dapat bersaing menempati kesempatan kerja di wilayah sekitar kampus IPB. Tingkat Pendapatan Bagian ini menjelaskan pemaparan analisis hubungan antara jenis kelamin dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB. Pada Tabel 19 berikut menunjukkan jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara tingkat pendapatan dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB. Tabel 19 Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara tingkat pendapatan dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB Jumlah dan persentase sikap terhadap keberadaan kampus IPB Tingkat Total Pendapatan Positif Negatif n % n % Tinggi 8 66.67% 4 33.33% 12 (100%) Menengah 12 70.59% 5 29.42% 17 (100%) Rendah 15 71.43% 6 28.57% 21 (100%) Total 35 70.00% 15 30.00% 50 (100%) Sumber: Analisis data primer, 2013
Tabel 19 menunjukkan bahwa pada tingkat pendapatan dengan kategori tinggi, responden yang memiliki sikap yang positif terhadap keberadaan kampus IPB sebesar 66.67 persen dan responden yang memiliki sikap negatif terhadap keberadaan kampus IPB sebesar 33.33 persen. Pada responden yang tergolong tingkat pendapatan dengan kategori menengah, responden yang memiliki sikap yang positif terhadap keberadaan kampus IPB sebesar 70.59 persen dan responden yang memiliki sikap yang negatif sebesar 29.42 persen. Selanjutnya pada tingkat pendapatan dengan kategori rendah, responden yang memiliki sikap yang positif
70
terhadap keberadaan kampus IPB sebesar 71.43 persen dan responden yang memiliki sikap yang negatif sebesar 28.57 persen. Terdapat kecendrungan responden menentukan sikap berdasarkan tingkat pendapatan. Pada Lampiran 4 terdapat hasil pengolahan data secara statistik menggunakan SPSS dengan uji korelasi Rank Spearman yang menguji hubungan antara variabel sikap responden terhadap keberadaan kampus IPB dengan variabel tingkat pendapatan. Hasil perhitungan dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa angka korelasi antara variabel sikap terhadap keberadaan kampus IPB dengan variabel usia sebesar 0.797. Nilai p value Sig.(2-tailed) > alpa (0.10 = 10%) maka terima H0 dan nilai korelasi yang bernilai negatif (r = -0.037), artinya ada korelasi yang negatif antara variabel sikap terhadap keberadaan kampus IPB dengan variabel tingkat pendapatan. Sikap positif dan negatif terhadap keberadaan kampus IPB memiliki hubungan yang tidak searah dengan karakteristik tingkat pendapatan. Dapat dikatakan bahwa semakin rendah tingkat pendapatan responden maka semakin positif sikap responden terhadap keberadaan kampus IPB dengan signifikansi yang rendah. Responden yang memiliki tingkat pendapatan yang tergolong tinggi cenderung memiliki sikap yang negatif terhadap keberadaan kampus IPB di Desa Babakan. Begitu pun dengan responden yang memiliki tingkat pendapatan rendah cenderung memiliki sikap yang positif terhadap keberadaan kampus IPB. Secara kualitatif masyarakat Desa Babakan yang tergolong berpendapatan rendah cenderung memandang negatif dampak yang kehadiran kampus IPB. Namun, masyarakat Desa Babakan yang berpendapatan rendah juga mengemukakan bahwa dengan adanya kampus IPB, kehidupan masyarakat desa setempat lebih membaik dari sebelumnya. Kehidupan yang lebih membaik yang dimaksud adalah akses terhadap fasilitas sosial, ekonomi dan infrastruktur yang lebih mudah dan ketersediaan kesempatan berusaha seperti halnya berdagang di wilayah kampus. Selain itu, menurut responden, kampus IPB juga ikut serta dalam memberikan bantuan dan santunan bagi warga miskin di Desa setempat. Pandangan ini yang memungkinkan sebagian masyarakat Desa Babakan yang tergolong berpendapatan rendah cenderung bersikap positif terhadap keberadaan kampus IPB walaupun pada dasarnya keberadaan masyarakat asli semakin tersingkirkan dari persaingan, baik secara ekonomi maupun akses terhadap ruang hidup di Desa Babakan. Lama bermukim Bagian ini menjelaskan pemaparan analisis hubungan antara jenis kelamin dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB. Pada Tabel 20 berikut menunjukkan jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara tingkat pendapatan dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB.
71
Tabel 20 Jumlah dan persentase responden menurut hubungan antara lama bermukim dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB Jumlah dan persentase sikap terhadap keberadaan kampus IPB Lama Total Bermukim Positif Negatif n % n % Tinggi 9 60.00% 6 40.00% 15 (100%) Menengah 13 68.42% 6 31.58% 19 (100%) Rendah 13 81.25% 3 18.75% 16 (100%) Total 35 70.00% 15 30.00% 50 (100%) Sumber: Analisis data primer, 2013
Tabel 20 menunjukkan bahwa pada responden yang lama bermukim di Desa Babakan tergolong tinggi, responden yang memiliki sikap yang positif terhadap keberadaan kampus IPB sebesar 60 persen dan responden yang memiliki sikap yang negatif sebesar 40 persen. Sedangkan pada responden yang lama bermukim di Desa Babakan tergolong menengah, responden yang memiliki sikap yang positif terhadap keberadaan kampus IPB sebesar 68.42 persen dan responden yang memiliki sikap yang negatif sebesar 31.58 persen. Selanjutnya, pada tingkat lama bermukim di Desa Babakan yang tergolong rendah, responden yang memiliki sikap yang positif terhadap keberadaan kampus IPB sebesar 81.25 persen dan responden yang memiliki sikap yang negatif sebesar 18.75 persen. Terdapat kecendrungan responden menentukan sikap berdasarkan tingkat lama bermukim responden di Desa Babakan. Pada Lampiran 4 terdapat hasil pengolahan data secara statistik menggunakan SPSS dengan uji korelasi Rank Spearman yang menguji hubungan antara variabel sikap responden terhadap keberadaan kampus IPB dengan variabel lama bermukim. Hasil perhitungan dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa angka korelasi antara variabel sikap terhadap keberadaan kampus IPB dengan variabel lama bermukim sebesar 0.203. Nilai p value Sig.(2-tailed) > alpa (0.10 = 10%) maka terima H0 dan nilai korelasi yang bernilai negatif (r = -0,183), artinya ada korelasi yang negatif antara variabel sikap terhadap keberadaan kampus IPB dengan variabel lama bermukim. Sikap positif dan negatif terhadap keberadaan kampus IPB memiliki hubungan yang negatif (tidak searah) dengan karakteristik lama bermukim responden. Dapat dikatakan bahwa semakin rendah kategori lama bermukim responden di Desa Babakan maka semakin positif sikap responden terhadap keberadaan kampus IPB dengan signifikansi yang rendah. Responden yang sudah tinggal lama (>45 tahun) cenderung memiliki sikap yang negatif terhadap keberadaan kampus IPB di Desa Babakan. Begitu pun dengan responden yang tergolong masih baru tinggal di Desa Babakan ( x<30 tahun) cenderung memiliki sikap yang positif terhadap keberadaan kampus IPB. Hasil analisis secara statistik di atas didukung pula dengan pengamatan secara kualitatif. Masyarakat Desa Babakan yang tergolong sudah lama tinggal di Desa Babakan mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi di desa setempat secara keseluruhan mulai dari hadirnya kampus IPB di Kecamatan Dramaga. Golongan masyarakat dengan lama bermukim tergolong tinggi ini cenderung bersikap negatif karena masyarakat melihat banyak dampak negatif yang terjadi di Desa Babakan sejak kehadiran kampus IPB. Dampak negatif menurut kelompok
72
masyarakat yang telah lama bermukim ini meliputi dampak terhadap kepadatan pemukiman, maraknya kriminalitas dan pencurian, prilaku usia muda yang menyimpang, dan semakin sedikitnya warga asli yang tinggal di Desa Babakan. Sedangkan kelompok masyarakat yang tergolong lama bermukim rendah cenderung tidak mengetahui secara keseluruhan perubahan-perubahan yang terjadi di Desa Babakan. Kelompok masyarakat ini lebih melihat dampak positif yang terjadi akibat keberadaan kampus IPB seperti halnya semakin banyaknya kesempatan kerja yang terbuka, mudahnya akses warga terhadap fasilitas ekonomi, sosial, dan infrastruktur. Pengabdian Masyarakat oleh Kampus IPB Institut Pertanian Bogor adalah institusi pendidikan tinggi negeri yang berbasiskan Badan Hukum Milik Negara (BHMN) yang berdiri secara otonom dalam menyelenggarakan kegiatan tri dharma. Adapun visi kampus yang merupakan 5 besar perguruan tinggi terbaik di Indonesia ini adalah menjadikan IPB sebagai Perguruan Tinggi bertaraf internasional dalam pengembangan sumberdaya manusia dan IPTEKS dengan kompetensi utama di bidang pertanian. Selain mengemban tanggung jawab meningkatkan kualitas pendidikan dan mencerdaskan warga Indonesia, perguruan tinggi di Indonesia juga mengemban Tri Dharma perguruan tinggi yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian. Dalam hal ini, kampus IPB telah melebarkan sayap dalam mengembangkan penelitian dan pengabdian masyarakat yang telah dibuktikan dengan ribuan inovasi-inovasi temuan IPB. Inovasi-inovasi tepat guna ini tentu membutuhkan tempat untuk mengaplikasikannya yakni dengan menyalurkannya melalui pengabdian kepada masyarakat. IPB memiliki lembaga yang berfokus pada bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yaitu LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat). Selain menghasilkan riset, pengabdian masyarakat yang difasilitasi LPPM IPB ini memiliki banyak bentuk program yakni terdapat program-program yang langsung di bawah binaan LPPM IPB, program Himpunan program studi mahasiswa yang difasilitasi oleh LPPM dan juga program pengabdian yang dilakukan oleh kelompok Dosen. Program yang dilakukan oleh LPPM dalam rangka pengabdian terhadap masyarakat di antaranya adalah Kuliah Kerja Profesi (KKP) mahasiswa, IPB Goes To Field (IGTF), dan program Jum‟at keliling (Jumling) untuk Desa Lingkar Kampus.1 Program pengabdian masyarakat di bawah binaan LPPM IPB ini sudah tersebar luar hampir di Indonesia. Mayoritas adalah desa-desa di pulau Jawa dan juga beberapa desa di bagian selatan Sumatera hingga pulau Kalimantan dengan bekerja sama dengan perusahaan. Program-program pengabdian tersebut pun sangat beragam disesuaikan dengan potensi daerah dari desa setempat. Selain dana khusus dari institusi kampus IPB, program pengabdian masyarakat ini juga turut didanai oleh Dikti (Direktorat Perguruan Tinggi). Program Jumling yang merupakan program pengabdian terhadap 17 desa lingkar kampus mencakup 17 desa di tiga kecamatan terdekat dengan kampus IPB yakni 10 desa di Kecamatan Dramaga, empat desa Kecamatan Ciampea dan tiga 1
Informasi merupakan hasil wawancara langsung dengan pegawai LPPM IPB
73
desa Kecamatan Bogor Barat. Program ini sudah berlangsung sudah cukup lama namun mulai intensif pada tahun 2009. Berbeda dengan dengan program tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan, Endang (pegawai LPPM IPB) menjelaskan bahwa pengabdian masyarakat ini merupakan bentuk silaturahmi dan menjaga komunikasi yang baik antara pihak kampus IPB dengan masyarakat di sekitarnya. Kampus IPB adalah lembaga riset dan pendidikan. Oleh karena itu, jenis pengabdian masyarakat yang akan dilakukan adalah pengaplikasian riset tepat guna dalam kehidupan masyarakat yang disesuaikan dengan potensi desa setempat. Untuk Desa Babakan sendiri terdapat tiga program pengembangan masyarakat binaan LPPM yang di pimpin oleh wakil rektor bidang riset dan kerja sama IPB. Program tersebut di antaranya: 1. PAUD dan Posyandu. Mencakup pemberdayaan PKK, pelatihan guru-guru PAUD, Tour IPB cinta pertanian, Mapping PAUD lingkar kampus, Penataan fisik halaman dan sekretariat 2. Pengolahan sampah Kampung Sengked, yang mencakup kegiatan kampung bersih, pertamanan dan tempat sampah Jika dibandingkan dengan desa lain bagian dari program Jumling ini, program pengembangan masyarakat di Desa Babakan memang terbilang sedikit. Menurut Bapak Endang, selaku pegawai LPPM, kendalanya adalah Desa Babakan merupakan desa yang didominasi oleh para mahasiswa dibandingkan dengan masyarakat lokalnya berbeda dengan desa-desa lingkar kampus lainnya. Namun program-program yang diusung oleh kampus IPB masih berbentuk formalitas. Hal ini berkorelasi dengan pendapat sebagian besar responden dan informan dari masyarakat desa Babakan yang merasa tidak mendapat bantuan langsung dari IPB. Program-program pembangunan tersebut tidak dirasakan oleh seluruh kalangan masyarakat Desa Babakan khususnya warga asli yang seharusnya menjadi prioritas khususnya di Desa Babakan. Niatan untuk berkontribusi pada pembangunan Indonesia secara keseluruhan tentunya merupakan niat yang sangat mulia. Hal tersebut sudah berusaha dibuktikan oleh kampus IPB dengan kontribusi yang dimulai dari hal-hal yang paling dekat dengan wilayah kampus IPB sendiri. Menjalin komunikasi yang baik antara pihak universitas dan masyarakat tentu suatu hal yang mutlak untuk dilakukan agar keberadaan kampus IPB juga berdampak bagi kemajuan masyarakat di sekitarnya. Perguruan tinggi di Indonesia sering kali di sebut-sebut sebagai „Mercusuar‟ yang dominan menyoroti permasalahan di wilayah-wilayah yang jauh sementara wilayah terdekat cenderung luput dari perhatian. Selain dampak ekonomi, kampus IPB seharusnya juga memperhatikan dampak sosial kehadiran kampus bagi masyarakat di Desa-desa sekitarnya sehingga sebutan sebagai institusi perguruan tinggi layaknya “Mercusuar” tidak ditudingkan pada kampus IPB.
SIMPULAN DAN SARAN Bagian ini memaparkan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Babakan sebagai salah satu desa lingkar kampus IPB. Kesimpulan akan menjelaskan mengenai sumber perubahan sosial, aspekaspek perubahan sosial-budaya masyarakat yang mengalami perubahan dan yang tidak mengalami perubahan serta hubungan antara karakteristik individu dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB. Bagian ini juga memaparkan saran yang menurut penulis penting sebagai bahan pertimbangan untuk seluruh stakeholder yang berperan dalam peningkatan pembangunan dan kualitas hidup masyarakat Desa Babakan.
Simpulan Keberadaan kampus IPB Dramaga merupakan faktor pendorong utama terjadinya perubahan sosial-budaya yang terjadi pada masyarakat Desa Babakan. Kehadiran IPB yang membawa masuk budaya, teknologi serta pendatang yang menuntut Desa Babakan untuk berbenah diri dan beradaptasi sesuai dengan perkembangan wilayah lingkar kampus. Di samping itu, masuknya para pengusaha dan pemilik modal menjadi saingan masyarakat lokal baik dalam ekonomi maupun wilayah tempat tinggal dan tempat usaha. Identitas perubahan terdiri atas aspek-aspek struktural dan aspek kultural. Perubahan pada aspek struktural masyarakat meliputi (1) perubahan dinamika pemerintahan, masyarakat semakin memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam pemilihan pemimpin dan peningkatan kesadaran demokrasi bahwa setiap warga desa memiliki kesempatan yang sama untuk dapat menjadi pemimpin. Dengan kata lain, individu yang memiliki visi yang maju untuk Desa Babakan dapat menjadi pemimpin, bukan hanya penduduk yang memiliki silsilah keturunan lurah. (2) Perubahan ragam mata pencaharian, adanya peralihan dari masyarakat yang bercorak agraris menjadi masyarakat perdagangan. Terciptanya ragam mata pencaharian yang kompleks dan sangat terdiferensiasi sesuai dengan tingginya permintaan pasar. (3) Perubahan stratifikasi sosial, perubahan ditandai dengan bertambahnya lapisan menengah dalam masyarakat desa dan bertambahnya lapisan atas yang dominan diisi oleh pengusaha dan pedagang yang sukses berusaha di Desa Babakan. Dasar pelapisan yang ada di masyarakat desa setempat cenderung berdasarkan kepemilikan materi seperti halnya usaha skala besar mencakup perdagangan dan penyedia akomodasi mahasiswa yang menjadi primadona usaha di wilayah lingkar kampus. (4) Perubahan pola kependudukan, semakin majemuknya komunitas di Desa Babakan membuat penduduk di desa ini dapat dibagi-bagi menjadi penduduk asli, pendatang dan penduduk yang berstatus sebagai komuter dan sirkuler. Penduduk Desa Babakan kini sudah sangat beragam dalam hal suku dan agama yang ada di dalamnya, yang membuat desa ini dapat disebut sebagai “miniatur Indonesia”. (5) Perubahan interaksi sosial masyarakat yang sudah semakin memudar yang ditandai dengan kurangnya keguyuban baik antar masyarakat lokal maupun antara masyarakat lokal dengan pendatang yang berstatus mahasiswa. Rasa kekeluargaan, saling menghormati dan saling percaya
76
antar penduduk digantikan dengan rasa curiga, asing dan semakin apatis terhadap sesamanya. (6) Terbentuknya kelompok-kelompok sosial baru yang ada dalam masyarakat. Selain kelompok keagamaan dan kelompok formal yang dibentuk oleh pengurus desa, terdapat pula kelompok-kelompok fungsional yang dibentuk karena adanya program-program pemberdayaan dan pendampingan dari kampus IPB. Perubahan pada aspek struktural ini kemudian diikuti dengan perubahan pada aspek kultural yakni perubahan pada sistem budaya, nilai dan norma serta gaya hidup masyarakat desa. Masyarakat Desa Babakan sudah bergeser dari budaya masyarakat tradisional ke arah masyarakat semi urban yang bercirikan perdagangan barang dan jasa. Pergeseran nilai dan norma yang berlaku di masyarakat ditandai dengan pudarnya nilai-nilai tradisional dan digantikan dengan nilai keagamaan. Norma yang berlaku tidak lagi norma tradisional digantikan dengan hukum positif yang berlaku untuk seluruh penduduk di desa setempat. Mengikuti perubahan yang terjadi seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian, gaya hidup baik kelompok umur muda dan tua pun juga mengalami perubahan. Selain perubahan prilaku, masyarakat lebih mencerminkan sifat yang semakin konsumtif dan materialistis. Sikap masyarakat terhadap keberadaan kampus IPB umumnya bersifat positif namun secara spesifik memiliki ragam yang berbeda berdasarkan karakteristik individu. Hasil uji Rank spearman menunjukkan karakteristik individu meliputi usia, tingkat pendapatan, dan lama bermukim berkorelasi negatif dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB. Sedangkan karakteristik tingkat pendidikan berkorelasi positif dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB. Hasil uji Chi Square menunjukkan hubungan yang negatif antara karakteristik jenis kelamin dengan sikap terhadap keberadaan kampus IPB. Dengan kata lain, tidak terdapat perbedaan nyata antara jenis kelamin dalam pembentukan sikap terhadap keberadaan kampus IPB. Perubahan sosial pada aspek-aspek kehidupan masyarakat Desa Babakan menunjukkan perubahan yang cepat. Kurang lebih 50 tahun sejak kehadiran kampus IPB Dramaga telah menyebabkan perubahan-perubahan yang sangat signifikan dalam segala bidang kehidupan masyarakat desa. Kondisi geografis, akses perjalanan menuju pusat kota yang mudah, infrastruktur pendidikan, kesehatan dan transportasi yang memadai membuat mudahnya faktor-faktor pendorong perubahan lainnya masuk ke Desa Babakan. Keadaan ini sekaligus menjadi dilema bagi masyarakat Desa Babakan untuk menghadapi gelombang perubahan yang terjadi. Persaingan ekonomi dan ruang hidup semakin menyingkirkan masyarakat lokal dan menjadikan mereka bukan sebagai penikmat kemajuan dan pelaku ekonomi melainkan hanya sebagai penonton. Hal ini dikarenakan kurangnya pengalaman bisnis dan pengetahuan masyarakat Desa. Saran Hal yang dapat dijadikan masukan bagi para stakeholder yang berperan dalam kesejahteraan masyarakat Desa Babakan dalam menerima gelombang perubahan modernisasi antara lain: 1. Aparat pemerintah desa dituntut untuk lihai dalam mengatur sistem kependudukan dan perekonomian yang berlangsung Desa Babakan agar
77
2.
3.
4.
masyarakat lokal juga ikut terlibat dalam aktivitas ekonomi di Desa Babakan. Pemerintah Desa juga harus siap mengakomodasi kepentingan berbagai pihak dan dapat meredam potensi konflik karena adanya perbedaan budaya antara masyarakat lokal dan pendatang. Masyarakat Desa Babakan juga harus lebih berperan aktif dalam menanggapi perubahan yang terjadi baik di dalam maupun di luar lingkungan desa. Masyarakat Babakan harus bisa memilih mana yang baik dan dibutuhkan dan mana yang baik namun tidak dibutuhkan serta turut menjadi pelaku ekonomi dan menikmati perkembangan juga kesempatan yang tercipta akibat keberadaan kampus, bukan hanya menjadi penonton. Kelompok mahasiswa seharusnya lebih aktif menjalin komunikasi dan interaksi dengan masyarakat lokal Desa Babakan. Ada baiknya kehadiran mahasiswa lebih dirasakan membawa dampak yang positif bagi masyarakat lokal misalnya dengan cara aktif dalam kerohanian desa, membuka jasa-jasa pendidikan gratis bagi anak-anak desa lingkar kampus dan menghargai nilai dan norma serta budaya masyarakat, bukan bersikap apatis dengan masyarakat lokal di sekitarnya. Kampus IPB sebagai institusi perguruan tinggi juga harus meningkatkan perhatian dan komunikasi terutama bagi masyarakat lokal di Desa Babakan yang semakin terpinggirkan. Perlunya mempersiapkan baik secara materi dan mentalitas masyarakat Desa Babakan untuk menghadapi perubahan dan modernisasi yang lebih dahsyat lagi di waktu-waktu yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA Agusta I. 2003. Teknik Pengumpulan dan analisis data kualitatif. Makalah. Dapat diunduh di: http://ivanagusta.files.wordpress.com/2009/04/ivanpengumpulan-analisis-data-kualitatif.pdf Azwar S. 2007. Sikap manusia: teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Belajar Baron RA, Byrne D. 2004. Psikologi sosial. Penerjemah Ratna Djuwita dkk. Jakarta [ID]: Erlangga Bungin B.2006. Sosiologi komunikasi: Teori, Paradigma, dan diskursus teknologi komunikasi di Masyarakat. Edisi pertama cetakan ketiga. Jakarta [ID]: Kencana Prenada Media Group Davis K.1960. Human Society. Cetakan ke-13. New York [US]: The Macmillan Company. KEMENDIKBUD [Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan]. 2010. Rencana Strategis Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2010-2014. Koentjaraningrat (1992). Kebudayaan, mentalitas dan pembangunan. Jakarta [ID]: PT Gramedia Lase JE. 2010. Dampak keberadaan kampus Universitas Sumatra Utara terhadap pendapatan usaha kecil dan warung serta pola ruang di wilayah Sekitarnya. [Tesis]. Sumatera Utara [ID] : Universitas Sumatera Utara. 104 hal. Dapat diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/219 91 Lauer RH. 2001. Perspectives on social change. Perspektif tentang perubahan sosial. Penerjemah Alimandan SU. Jakarta [ID]: PT Rineka Cipta. Marius JA. 2006. Perubahan sosial. Jurnal Penyuluhan. 2(2) : 125-132. Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/42870/ Jelamu.pdf Narwoko JD, Suyanto B. 2011. Sosiologi teks pengantar dan terapan. Jakarta [ID]: Kencana Prenada Media Group. Nasikun. 1995. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta [ID]: PT Raja Grafindo Persada Ramdhani N. 2008. Sikap dan prilaku: Dinamika psikologi mengenai perubahan sikap dan perilaku. Artikel. Dapat diunduh di: http://neila.staff.ugm.ac.id/wordpress/wpcontent/uploads/2009/09/bab2a1att itude.pdf Purwanto H. 1998. Pengertian dan sifat sikap. Sikap vol 62-63. Sabarudin SF. 2007. Pengaruh keberadaan universitas parahyangan terhadap perubahan harga lahan di sekitarnya. [Tesis]. Bandung [ID]: Institut Teknologi Bandung. 202 hal. Dapat diunduh dari: http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/545/jbptitbpp-gdl-saldyfitri-27204-62007ts-5.pdf Schrool JW. 1980. Modernisasi: Pengantar sosiologi pembangunan negara-negara sedang berkembang. Jakarta [ID]: Gramedia Singarimbun M, Efendi S. 1987. Metode penelitan survai. Jakarta [ID]: LP3ES So AY, Suwarsono. 2006. Perubahan sosial dan pembangunan. Jakarta [ID]: LP3ES Soekanto S. 1990. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta [ID]: PT. Raja Grafindo Persada
80
Soemardjan S. 1981. Perubahan sosial di Yogyakarta. Yogyakarta [ID]: Gadjah Mada University Press Suharyanto A. 2007. Dampak keberadaan IPB terhadap ekonomi masyarakat sekitar kampus dan kontribusinya terhadap perekonomian Kabupaten Bogor. [Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Sztompka P. 2011. Sosiologi perubahan sosial. Jakarta: Prenada Media Group. Tjokroamidjojo B. 1996. Perencanaan pembangunan. Jakarta [ID]: PT Gunung Agung. Vago S. 1989. Social change. New-Jersey: Prentice-Hall. 419 hal.
LAMPIRAN
81
Lampiran 1 Peta Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor
82
Lampiran 2 Kuesioner KUESIONER PENELITIAN PERUBAHAN SOSIAL-BUDAYA MASYARAKAT DESA LINGKAR KAMPUS SEBAGAI DAMPAK KEBERADAAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR (IPB)
No:
Tanggal:
Salam sejahtera bagi kita semua, semoga selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Perkenankan saya: Sri Wulan Rahmawati (I34100127), mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat – Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor untuk mengajukan beberapa pertanyaan yang tercantum dalam lembar kuesioner ini. Kuesioner ini dibutuhkan untuk menggali data yang bermanfaat untuk kepentingan penelitian dan penyelesaian tugas akhir saya. Untuk itu saya mohon Bapak/Ibu dan saudara dapat bekerja sama dalam menjawab pertanyaan yang terlampir pada kuesioner ini. Data yang saudara berikan terjamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Terimakasih.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama responden Umur Jenis kelamin Alamat Pendidikan terakhir Pendapatan per bulan Mata pencaharian Lama bermukim
: : : : : : : :
B. Sikap Masyarakat terhadap Keberadaan Kampus IPB Pilihlah jawaban dari pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda checklist (√) sesuai dengan keyakinan Anda. Pilihan dibedakan menjadi: SS : Sangat setuju S : Setuju TS : Tidak setuju STS : Sangat tidak setuju No 1 2
3 4
Pernyataan Peluang untuk bekerja masyarakat desa semakin beragam dengan adanya Kampus IPB. Semakin padatnya pemukiman di Desa Babakan membuat masyarakat asli Desa Babakan pindah keluar dari desa. Penggunaan teknologi di Desa Babakan meningkat dengan adanya kampus IPB. Masyarakat Desa Babakan menjadi lebih
SS
S
0
TS
STS
83
5 6 7 8 9 10
11 12 13
14
15
16 17 18
19 20
individualis sejak adanya Kampus IPB. Desa Babakan selalu dikutsertakan dalam programprogram kerja kampus IPB. Aktivitas kampus dan mahasiswa sering kali menghambat aktivitas warga desa. Tingkat pendidikan dan kesadaran pentingnya sekolah meningkat semenjak adanya kampus IPB. Dengan adanya Kampus IPB, kekompakan dan gotong royong masyarakat desa semakin berkurang. Pendapatan masyarakat Desa Babakan semakin meningkat dengan adanya kampus IPB. Keberadaan kampus IPB dan pembangunannya membuat warga kehilangan lahan dan sumber penghidupan. IPB berperan serta dalam memberdayakan masyarakat Desa Babakan. Pemukiman di Desa Babakan menjadi kumuh sejak adanya kampus IPB Meningkatnya kebutuhan akan pemondokan atau kamar sewa mahasiswa menguntungkan masyarakat Desa Babakan. Dengan masuknya mahasiswa dan pendatang membuat nilai dan norma yang ada di masyarakat semakin pudar. Saat ini di Desa Babakan, kesenjangan antara warga yang kaya dan yang kurang mampu tidak terlalu mencolok. Keberadaan IPB juga menyebabkan meningkatnya kriminalitas di Desa Babakan. Keberadaan kampus IPB membuka kesempatan bekerja bagi pemuda-pemudi Desa Babakan. Keberadaan IPB hanya menguntungkan pendatang, sementara penduduk Desa Babakan tidak mengalami peningkatan perekonomian. Kegiatan pemberdayaan dan bantuan program dari kampus IPB merata untuk semua warga. Saat ini masyarakat Desa Babakan cenderung lebih materialistis.
84
Lampiran 3 Waktu Pelaksanaan Penelitian N o
Kegiatan
2013 Juni 1
1
Menyusun proposal skripsi
2
Kolokium
3
Revisi proposal
4
Pengambilan data lapang
5
Pengolahan dan analisis data
6
Penyusunan draft skripsi
7
Sidang skripsi
8
Perbaikan skripsi
Sep
2 3 4 1 2 3 4 1
2014
Okt 2 3 4
Nov 1
Des
Jan
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
85
Lampiran 4 Hasil Uji Analisis Statistik Menggunakan SPSS 16 for windows Tabel frekuensi karakteristik responden dan sikap terhadap keberadaan kampus IPB Usia Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid rendah
11
22.0
22.0
22.0
sedang
25
50.0
50.0
72.0
tinggi
14
28.0
28.0
100.0
Total
50
100.0
100.0
jenis kelamin Frequency Percent Valid laki-laki
Valid Percent
Cumulative Percent
25
50.0
50.0
50.0
perempuan
25
50.0
50.0
100.0
Total
50
100.0
100.0
tingkat pendidikan Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid rendah
22
44.0
44.0
44.0
sedang
23
46.0
46.0
90.0
tinggi
5
10.0
10.0
100.0
Total
50
100.0
100.0
tingkat pendapatan Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid rendah
21
42.0
42.0
42.0
sedang
17
34.0
34.0
76.0
tinggi
12
24.0
24.0
100.0
Total
50
100.0
100.0
86
lama bermukim Valid Percent
Frequency Percent
Cumulative Percent
Valid rendah
16
32.0
32.0
32.0
sedang
19
38.0
38.0
70.0
tinggi
15
30.0
30.0
100.0
Total
50
100.0
100.0
sikap Valid Percent
Frequency Percent
Cumulative Percent
Valid negatif
15
30.0
30.0
30.0
positif
35
70.0
70.0
100.0
Total
50
100.0
100.0
Tabulasi silang dan Uji korelasi Rank Spearman Variabel usia dengan variabel sikap responden terhadap keberadaan kampus IPB. usia * sikap Crosstabulation Count sikap negatif usia
muda dewasa tua
Total
positif
Total
1
10
11
10
15
25
4
10
14
15
35
50
87
Correlations usia Spearman's rho
usia
Correlation Coefficient
1.000
-.124
.
.393
50
50
-.124
1.000
.393
.
50
50
Sig. (2-tailed) N sikap
Correlation Coefficient
sikap
Sig. (2-tailed) N
Tabulasi silang dan Uji korelasi Rank Spearman Variabel tingkat pendidikan dengan variabel sikap responden terhadap keberadaan kampus IPB.
tingkat pendidikan * sikap Crosstabulation Count sikap negatif tingkat pendidikan
positif
Total
rendah
7
15
22
sedang
6
17
23
tinggi
2
3
5
15
35
50
Total
Correlations tingkat sikap Spearman's rho
sikap
Correlation Coefficient
1.000
.007
.
.963
50
50
Correlation Coefficient
.007
1.000
Sig. (2-tailed)
.963
.
50
50
Sig. (2-tailed) N tingkat pendidikan
pendidikan
N
88
Tabulasi silang dan Uji korelasi Rank Spearman Variabel tingkat pendapatan dengan variabel sikap responden terhadap keberadaan kampus IPB. tingkat pendapatan * sikap Crosstabulation Count sikap negatif tingkat pendapatan
positif
Total
rendah
6
15
21
sedang
5
12
17
tinggi
4
8
12
15
35
50
Total
Correlations tingkat sikap Spearman's rho
sikap
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
tingkat pendapatan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
pendapatan
1.000
-.037
.
.797
50
50
-.037
1.000
.797
.
50
50
Tabulasi silang dan Uji korelasi Rank Spearman Variabel lama bermukim dengan variabel sikap responden terhadap keberadaan kampus IPB. lama bermukim * sikap Crosstabulation Count sikap negatif
positif
Total
lama bermukim rendah
3
13
16
sedang
6
13
19
tinggi
6
9
15
15
35
50
Total
89
Correlations sikap Spearman's rho
sikap
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
lama bermukim
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
lama bermukim
1.000
-.183
.
.203
50
50
-.183
1.000
.203
.
50
50
Tabulasi silang dan Uji Beda Chi Square antara variabel jenis kelamin dengan variabel sikap responden terhadap keberadaan kampus IPB. jenis kelamin * sikap Crosstabulation Count sikap negatif jenis kelamin laki-laki perempuan Total
positif
Total
9
16
25
6
19
25
15
35
50
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
b
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided)
df
.857a
1
.355
.381
1
.537
.862
1
.353
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.538 .840
1
.269
.359
50
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,50. b. Computed only for a 2x2 table
90
Lampiran 4 Kerangka Sampling 1. Responden Jenis Kelamin Laki-laki NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
NAMA KHR MOCH ENDANG SAPUTRA PARMA M DARMA SETIAWAN M MULYANA TATANG SUPANDI SYAIPUL HIDAYAT LUKMAN NULHAKIM SUKARNA BIN TAMIM ABDUL GOFAR PIRMANSYAH ERIK ERLANGGA BAESUNI DEDI SUHENDI RACHMAT DIRMAN AMING APRIADI DAI DEKY SETIAWAN OMA S. M YUSUP KHAERUDDIN USMAN HAMIM IWAN IRWAN M THOYYIB ANWAR SANUSI IRPAN SANUSI BASTIAN A PERMANA AHMAD FAHRI TOPIK HIDAYAT MUH AMIRUDIN FACHRUDIN SN, BA TURMUDI A. MALIK DODI SETIAWAN SONY SUTARSA ADINDA WIPUTRA SAA ANDRIYANSYAH MUH INDRA ARDIANSYAH YUSUP SUPRIYADI EKA SENTOSA M. NASIR SARIFUDIN HIDAYAT ROHMAT SAEPULOH M. MUSLIM M. PAUZI M. YAMIN
Jenis kelamin L L L L L L L L L
ALAMAT RT/RW 01/ 03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03
53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112
M. SYAPEI EKA ERDIANSYAH JAMALUDIN DICKI ZULKARNAEN ENDANG SUMANTA ABDUL ROHIM RIKAZ HAFIUDIN M BADRUN TAUPIK HIDAYAT REZA FADILLAH AGUS DARMAJI M RAZI ERFIAN PRANA YOGA BUANA AHMAD EFENDI HENDRA HIKMAWAN UANG HERMAWAN M MAHPUD AHMAD AGUNG NUGRAHA BUDI LAKSONO SOLEH BIN USIN TEGUH SANTOSA AHMAD SUJANA HAIDEL FACHMI MTD ADRIAN SHOLAHUDDIN ABDUL BASYIT ENDI BIN MURSAIP ISWANDI AGUS SUDRAJAT HIDAYAT DENNY ZULKIFLI M SUKRON IWAN SETIYAWAN DESUWANTO INANG BUDI SETIAWAN M YAKUB HENDI SAFEI ANDIKA HARYADI MAMAN HARUN APASIT RIDHO ERYADHI AMARUDIN USMAN END HERDI HERMAWAN MARJUKI BIN ARI SAHRONI ISWANDI SAID SAMSUDIN MUHAMAD EDI ISMAIL ENJAT SUDRAJAT JAENAL ARIPIN BUDI YANTO OBAY SOBARI RIDWAN FIRDAUS AHMAD FAUJI
L L L L
01/03 01/03 01/03 01/03
L L L L L L L L L L L
01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03
L L L L L L L L L L
01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/ 03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03
L L L L L L L L L L L L L
02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03
91
113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171
JAJAT SUDRAJAT SUHERMAN RIDWAN DAMADIL UMR SUHENDI SAARTA YUSMANSAH DEDI WAHYUDI SUGIH HERIAWAN UHID BIN ARI MUCHTAR DURORI AGUS SUPRIYADI M. KAMALUDIN SYAHPUTRA M. ICHWAN SYAHPUTRA SUMYANI USEP IKAT BIN ARI SUGIH HENDRIAN UNUS JUNAEDI LUKY ADITIA KOMARUDIN M. ALDIANSYAH AJI SUPARJI ISKANDARSYAH ADE SUPRIATNA IRP HERU UJANG ADANG ADE HIDAYAT TOPIK HIDAYAT KARNITA ADE HENDRA SUWANDI ERIK LESMANA ENJANG LESMANA KEMAN DEDEN FIRMANSYAH WAHYU SUKARNA SOPIAN SUKANDAR MAHRUP SANUSI ENANG S. MFH AHMAD YUSUP TALIB HERI SURYADI MUHAMAD HASANUDIN ALEK KAPISA ABDUL BAHRI TOPIK HIDAYAT AYUB M. YUNUS EMAD INDRA PURNAMA UCU SUPRIATNA SUPARTA
L L L
02/03 02/03 02/03
L L L L L L L L
02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03
L L
02/03 02/03
L
02/03
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03
L L L L L L L L L L L L
02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03
L L L L L L L L L
02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03
172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231
HRA ADE IRWIN MAULANA ADE NURTAMAN HAERUL MUKHLIS JUMIANTO SUPARMAN USMAN SALIM DUDI ADIANSYAH SUPARDI YUDA PERMANA AHMAD SYARIEF SUHENDAR SUDRAJAT TOPAN SAPRI YUSUP CHAERUL AMRI NURHUDAYA JAENAL YUSUP DUDI HARYADI SOFYAN HADI CECEP MAD KHOER UCENG BIN MADI HERMANSYAH NAHYUDIN GALIH IKRAR KUSUMA AGIL PRASETIO AHMAD SULAEMAN CECEP SUHERMAN JULYUS SANGAJI MRD RONI BASKORO HAMIT FANNY ISKANDAR RUYANI ERWINSYAH BENNY SYAHBANI ADI SUPRIATNA IWAN SETIAWAN ACEP WAWI DEDI HARIYADI ATJENG NOPAN KURNIAWAN ATMA WIDJAJA DEDE SUPRIYATNA EMED EPANDI FERI FEBRIAN SUKARNA AGUS AHMAD AWALUDIN JAENUDIN JSA MULYADI AGUNG SETIADI IWAN SETIAWAN (35) AFIF ALFARIZAN ADANG SUPANDI MAMAT
L L
02/03 02/03
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03
92
232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289
MIRJAN HIDAYAT SUPRIYADI SAPUTRA EDI JUNAEDI MUHAMAD RIDWAN RUDI G SOEPARDI KOSASIH EKO PRASETYO RIYANTO MUHAMAD FARID DAF DHI TRI PRASETYA RIAN FIRMANSYAH ANA EPENDI ENUR RAMDHAN ALWAHDI SUPRIADI AHMAD PAUJI HAERUDIN SUGANDI HENDRA AGUSTIAN DEDEN FITRI SUHENDAR ADE MAULANA SAPRI TATANG SURYANA MUH HOTAB AFRIATNA RAZIB MARDIAN HADI WIKANTA MAKSUM DAO ERWIN HANZAHNI NURHIDAYAT M. YULIANSYAH APENDI ASEP SOPIAN ALPATAH DADANG SUPRIATIN MARYADI ILYAS SAMSUDIN ABDUL ROHMAN M. BAEHAKI IRFAN JUHARI KAMAHADI ROSYID SUEB M. HAMAMI SARNATA CECEP EFENDI ASEP SAPRUDIN HANIFTAH IBNU NURUL FURQON M. MAHIRUDDIN M DASUKI M MUNIR PAHIM M ROYOM SUUD
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03
L L L L
03/03 03/03 03/03
L L L L L L L L L L L L L
03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 01/06 01/06 01/06 01/06 01/06 01/06 01/06 01/06 01/06
L L L L L L L L L L L L L L L
01/06 01/06 01/06 01/06 01/06 01/06 01/06 01/06 01/06 01/06 01/06 01/06 01/06 01/06 01/06
L L L L
01/06 01/06 01/06 01/06
290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351
KUSMAWIJAYA KOMARUDIN MOH NURDIN ASA M. FADILLAH HUDORI HIDAYAT M. SAEFULLAH YUSUP TOJIRI SUHERI ABDUL KOSIM JUNAEDI AGUS SUTISNA M SUMANTRI SULAEMAN DJUMHARI M SUPRI M YUNUS IWAN SUMARWAN SUPAHMI ARYADI AHMAD HAPID SYAMSUL RIZAL MOH HATTA ARPAI ACANG MAMI ARI KURNIAWAN NURUL FALAH KURNIAWAN MAULANA IKHSAN AGUSMAN M. ACE AGUS SUDRAJAT AMIR HAMZAH HUDRI HORI ANDRI NOVIANDRI AANG HAERUDIN TABRONI ASMUDIN ASFIAN SAEFULAH WAHYUDIN RACHMAT MOH. YULIANSYAH DSI ARI HARDIKA DAMRAWI DAMA DENIS SETIAWAN DIAN PRATAMA DIDI TURADI AMSARI AGUS SULAEMAN UPEN PRAYOGA DARMA JAJANG EDY BUDIONO EFN FERI A SYAFEI HAMBALI HERI SAEPUDIN SAEPUL BAHRI M. JUFNI LAMERI ADY RACHMADI
L L L L L L L L L L L L L L
01/06 01/06 01/06 01/06 01/06 01/06 01/06 01/06 01/06 01/06 01/06 01/06 01/06 01/06
L L L L L L L
01/06 01/06 01/06 01/06 01/06 01/06
L L L L
01/06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06
93
352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 411
HOTIB M. DARSO MASYUDI LUKMAN NURHAKIM ILHAM HAYADI IWAN RIDWAN IYAS EKO ISMANTO M. ROZIKIN MAD ENOH WAHYUDIN M. ANWAR WAHYUDIN M. FAJAR M. MAHMUD EFENDI M. YUNUS MAR MOH. HATTA ARPAI M. ZAENUDIN PARTA JOKO SARI ASMORO SANTA DYNAR SAPUTRA SARDI SOBIRIN SUPANDI ACHMAD DARUSMAN SYARIF HIDAYAT WAHYUDIN TEDAVIT TEDY PEBRIANI TEDDY MULYADI MAHYUDIN YUDISTIRA M. USMUNI ASEP WIHARJA UYAN YAHYA AMSORI WAHYUDI AHMAD NADHIF ISLAMY NUR HIDAYAT A. M. JON GUNAWAN WIJAKSANA IRSAN KUSWANDI DODI FIRMANSYAH M. DAENURI DARMA BAHTIAR BARNAS SONKUS MAIDA FERDIANSYAH M LUTHFI KURDI A M ALFIKAR DIDI JUNAEDI M UDIN ZAENUDIN DJUNEB ROHMAN RULLI RUSLI M ILHAM FAUZI SAMSUDIN M IRLAN MALIKI
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 02/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06
412 413 414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468 469 470 471 472 473 474 475
RAHMAT DADANG HARYADI AMIR SUHARI IBRAHIM USA MAMAN ROHMAN SUHADA JADWALLUDIN UKAR S HAFIZ IMANUDIN AGUS SETAWAN YOPI JARKASIH ARMAN SUPRIATNA IRPAN PRIANSYAH ANGGA PERMANA PARTA KUSUMA HUSEN SUHERI SUKARI AHMAD ROMLI SUHENDRI HAERUDIN ACHMAD DARUS SUHANDA ENDUNG LUKMAN HAKIM PEPEN MEDI KURNIAWAN M DEDEN YUDI HIDAYAT OBAY SOBARI LAMSANI ERIK DEDEM JAKIANSYAH SUHANDA AJID SUJANA ALIYAS FIRMANSYAH ANDA DENI APRIADI DERI SUNANDAR ASEP IRAWAN ASNADI DEDE SUPRIADI NHH DENI WIJAYA DRS ROMLI ENDANG RIVAL RIANSYAH UTORO MH FIKRI JAKA IRMANA HAERI PRIBADI HAMDARI HASANUDIN HERMAN RISDI RIANTO HERI KUSWANTO ARU SYAHRU SYARIEF AHMAD NAZIB HUSEIN IDAY
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 03/ 06 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09
94
476 477 478 479 480 481 482 483 484 485 486 487 488 489 490 491 492 493 494 495 496 497 498 499 500 501 502 503 504 505 506 507 508 509 510 511 512 513 514 515 516 517 518 519 520 521 522 523 524 525 526 527 528 529 530 531 532 533 534 535
IRPANDI HALDI HARIYADI IDAS INDRA GUNAWAN IR. DADI KURNIA M. BILDAN KARTA PRAWIRA IR. UTOYO DENIS PRATAMA JAJAT SUDRAJAT JNT LATIF M. ARNAT SUTISNA CHAERUL SALEH M. RUYANI M. LULUS OMAN ROHMAN RAHDIANTO SAHI BIN IJA SANIIN SAPRUDIN SALAM SUBANDI SUBARNA SUHERMAN SUPARMAN SUPRIADI AYI SUWANTA SAEFUDIN TATANG ENDANG JARKASIH ANDRI TRIYANA AMIRUDIN DIDI JUMADI YAHYA PRAWOTO YUDISTIRA YURIAL ALI ASEP SUPARMAN BUDI DANI BAKRI ANDI JUANA JUNAEDI M ABDUL ROHMAT MAMAT ACEP SUHERMAN MAHFUD MUHIDIN ABDULLAH MUSTAR M ALWI OHAD M AZI SYAHWAL OZI PPG SAKRI TAUFIQ IBRAHIM JUHARA UCI SANUSI UDIN SETIAWAN WAHYUDI WAWAN DARMAWAN
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09
L L L L L L L L L L L L L L
01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09
L
02/09
L L
02/09 02/09
L L L L L L L L
02/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09
L L L L
02/09 02/09 02/09 02/09
536
AMB H.M SALAM ARDITA RIO MAULANA DEDI DERI SYARIF H ENDANG SETIAWAN UGAN SUGANDA TAUFIK HIDAYAT SULAEMAN IMAM SUHENDRA M ASEP RINALDI YAYAT SUPRIYATNA ALI ENCEP SUPRIYADI SOFIAN HADI HM SALAM IFZAN AKBAR MAHPUD ANDRIANSYAH
537 538 539 540 541 542 543 544 545 546 547 548 549 550 551 552 553 554 555
2.
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
L L
02/09 02/09
L L L L
02/09 02/09 02/09 02/09
L L L L L L L
02/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09
L L L L L L L
02/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09
Responden Jenis Kelamin Perempuan NAMA MSN SITI AISAH ATIKAH ATIK SURASIH FATMAH BUDIWATI SUSILAWATI S YANI SURIATI SITI RUKOYAH SITI WASILAH TOYAH ANAH ANIH SITI SUMARNI YENI ROHAYANI ATI DEDEH KURNIASIH SITI NURILAH RAHMAWATI YUNIARTI MINTARSIH ACAH SITI SOPAH SITI NURAENI YAYAH KARTIKAWATI MAYA SRIMARYATI SCH SITI MARWAH
Jenis kela min P P P P P P P P P P P P P P P P P
ALA MAT 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03
P P P P P P P P P P
01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03
P P
01/03 01/03
95
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77
DEDE SUDIANTI DIAN ANDRIANI JUMIATI SYAMSIAH NURUL MAULIDIAH UMI ROLITA AINA ROSWANDI ROFIOH RATNAWATI ICIH SITI HINDUN TATI HARYATI ETI NURHAYATI ANAH NURSIAH SITI HOLIYAH MARIAH ASTUTI WENAH DWI NANDA SAPITRI EJH MUJI NURLILAH MAIMUNAH IFTI HIDAYAH SITI HAPSAH NURAENI WINDA DEWI ANDINI SISKA ADITYA LARASATI INDAH PERMATASARI TUTI ALAWIYAH KUSMIATI SNH ACIH NOVI HARYANI WIDANINGSIH NY. SITI MASITOH SRI ENDANG LESTARI EVI KURNIAWATI ASIH KARWATI SUMARNI SUMARIAH YOYOH WILDANUR ADAWIYAH ERLI YUNEKANTARI SITI NURMALA IIS SITI MARIAM HILDA SOPIANTI
P P P P P
01/03 01/03 01/03 01/03 01/03
P P
01/03 01/03
P P P P P P P P P P P P
01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03
P P P P P P P
01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03
P P
01/03 01/03
P P P P P P P
01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03
P
01/03
P
01/03
P P P P P P
01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03
P
01/03
P P P P
01/03 01/03 01/03 01/03
78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130
DEWI SULISTIANI LILIS SUHAERI ILAH SUSWATI MURTININGSIH SUKARNI HANDAYANI SITI HOLISOH IYUM RANI NURANI RINI HANA FITRIANA HALIMAH SARNAH YANTI WIDA PURWANTI ISMI APRILIANA ANI ARIYANI HASANAH LILIS ATJIH AISAH ENCAH SITI ERNAWATI LILIS ENTIN KARTINI ANDRIANI SUMIATI UNARCIH WIGUNA ERNA NRN FATIMAH YUNINGSIH MARIANUR SANTI AMALIA SITI YANTI NSI RML RISA NUR APRIANI YUYUN IRMAWATI RIZKI SABANIA SAIAH SITI MAEMUNAH MARDIAH SANTI DINA EFRIANA SYAHPUTRI ENI HARYANI RACIH HUSNUL KARMILAH MARLINA FENI ASTRIANI NYAI SUSWATI ILAH SETIAWATI
P
01/03
P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P
01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 01/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03
P P P P P P P P P P
02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03
P P P P P P P P
02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03
P P P
02/03 02/03 02/03
P P P P
02/03 02/03 02/03 02/03
96
131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145
146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163
164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178
ACIH SULASTRI SITI YANAH NUR AENI ENAH HADIJAH AGUSTINAH KOKOY RUKOYAH ASH SITI SAWIYAH WAWAT MILA RIKMAWATI INA MARLINA YATI HARYATI CHOLISOH ICIH NETI JD MITJANG BIN ITJANG SITI MANIROH IIN INAYATI SITI UNAY SUSANTI PURNAWATI EDAH SUHAENDAH HADIJAH SITI YANIH YENI RAMLAN NY. TARSIH JAMILAH MIRNAH NANI RUSTINI LELI DUMIATI SUMIATI SATI NURHAYATI SITI MAESAROH SUPIYAH M. MELIANAWATI M. SUMIARSIH SISKA PRATIWI KOMARIAH RHM IRNA CAHYANI TENTI YULIANAH URNI NURMIANTI ZULFA HALIMAH SITI HODIJAH EMAY TETI RAHAYU EVA SUSANTI YAYA
P P P P P P P
02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03
P P P P
02/03 02/03 02/03 02/03
P P P P P
02/03 02/03 02/03 02/03 02/03
P P P P
02/03 02/03 02/03 02/03
P
02/03
P P P P P P P P P P
02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03
P P P
02/03 02/03 02/03
P P P P P P
02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03
P
02/03
P P P P P P P
02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03
179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229
WIDIAWATI RIKA SUSANTI SUMIATI NYI DJUNAH FITRIA YULIA SITI ROSDIANA SITI KULSUM HENNY NUR MALASARI SARI YUNINGSIH DEDE ROHANI KAMILAH DEVI ADRIATI MARIAM JUNAH NINA MARLIANA KUSMIATI SITI SOFIAH SITI HIKMAWATI NANI WIWIN WINTARSIH VICTOR SIMAMORA NDA IKA YUSTIKA SITI ISAH SITI ROMLAH MIFTAH FAHRIA SITI CHAERIAH YULIANI MEY FITRIA SE SITI NURLELA HLM SITI MARIAM AENAB BT ABA SANTI YOYOH AMINAH WINDA ZUNANI TATI S. PUTRI SEPTIANI ASNA ONAY AAM HARMANI ENUNG HESTI PUJIASTUTI SITI WAHYUNI NURJANAH SITI MARIAH INTAN RATNA KOMALA MIMIN SUMINARSIH CICIH SSN HINDUN
P P P P P P P P
02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03
P P P P P P P P P P P P
02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03 02/03
P
02/03
P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P
02/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03
P P P P
03/03 03/03 03/03 03/03
P
03/03
P P P
03/03 03/03 03/03
97
230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278
MUNAH EUIS SUMIATI SITI SULASTRI IKMAWATI GINA SUSANTI SE ANIS SHINTA SURYANTI MANDASARI WIDI ASTUTI MUMUN NUNIK SUNDARI YATI MARYATI AYU MURTI NURUL FUADAH SUSANTI (28) YAYAN MULYANI EMIN DDI DIAN DARMAWANTI SITI AISAH SELVIA NURHAMIDAH SITI MARIAM NOVI SULASTRI YULIANTI HAPRAH YATI KURNIAWATI DEWI SRI HARTATI HJ ASYIAH TITI HADIJAH NUNUNG WASILAH NURMANAH MAE RICKA RACHMAWATI SOPIAH SHT MIMIH AAM MASANAH YAYAN ARYANI WASRI SKR YANIH SITI QONAAH HALIMAH LUSIANA OMYATI IDA MARYANIH EMAH MINTARSIH SITI FARLINA
P P P P P
03/03 03/03 03/03 03/03 03/03
P P P
03/03 03/03 03/03
P P P P P P P P
03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03 03/03
P P P
03/03 03/03 03/03
P P
03/03 03/03
P P P
03/03 03/03 03/03
P
03/03
P
03/03
P P P
03/03 03/03
P P P
01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06
P P P P P P P P P P P P P P P P P
01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06
279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332
NURHAYATI SRI DAMAIYANTI UMDAH NY ENIH UWEN ENAH AAN HALIMAH (62) NUNUNG APIAH ANAH ACAH ENENG ROSIDAH SITI GUMAESOH NRL NURBAETI PATIMAH WWH ERNA AMELIA FITRI LUSIANA ONI ONIAWATI YULIANINGSIH SACI SITI JUARIAH ENCIH MIMIN TETI SAFARI RUKOYAH NURHAYATI (40) RUKMINI IIS HARYATI NENENG ROSNANI ACAH SITI AISYAH AI NURMILA ADAH ROCHAYATI MARLINA SITI ROIDAH NENGSIH ICAH JUARIAH SYAMSIAH ANISAH SITI HAWIAH ASNAH AWIL SARINAYA ELAH HASANAH WAWAT ROSNAWATI AISAH RINA MARIANA SARI WAHYUNI ERLY AMALIA DESI HANDAYANI
P P
01/ 06 01/ 06
P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P
01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06 01/ 06
P P P P P P P P P P P P P P P P P
02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06
P P P P P
02/06 02/06 02/06 02/06 02/06
98
333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382
MARIANA HENI NURAENI EVA BUDIASTUTI NURIATI MARIYANA ISMIYANTI FAUZIAH FITRIA HJ. A. FATIMAH HJ. MARIAH ISWANTI IMAS IIN DEWI SARTIKA YENI NURAENI MNS KOMARIAH SITI MARIPAH ELIH AMALIAH MAMAY MARLINAH TRIAWATI NURMA YUNINGSIH AISYAH KURNIAWATI SITI MINTARSIH HARYATI YUSI HERLIANTI SHOLIPAH MULYASIH EGA ISMAYANTI NANIK SOPIAH TUTI ALAWIAH LAELA MUSTIKA DEWI AMINAH WINARSIH IDAH REZEKI SUMARTINAH SITI FATIMAH NANA JUHANA SITI NURJANAH TELENAH HEPIANAH SITI JUBAEDAH SANTI PURNAMASARI MAMAH UMASIH ENCUM NURYANAH YAYAN SURYANI MARYAMAH NURYATI
P P P
02/06 02/06 02/06
P P P
02/06 02/06 02/06
P P P P P P P P P P P P P P P P
02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06
P
02/06
P P P P P P P P P P
02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06
P P P P P P P P
02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06
P P
02/06 02/06
P P P P P
02/06 02/06 02/06 02/06 02/06
P P
02/06 02/06
383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434
IKA KURNIASIH ERMA YUNITA MARLINA SUARNI SITI MARPUAH SRI AMANIATI NANI NENENG SITI SALMAH EUIS AISYAH ANDRIANTI MASROPAH MAMAY HERIYAH ATIKAH SALBIAH NIA NIRMALASARI YAYAH SITI YULIANA ARENA YULIA ROSITA KARTIKA UYAN JUARIAH YANTI ROHMI YANI APRIANTI RAMSIH SITI PERIAWATI PRY MASTURI SUNINGSIH NINING SOPIAH LINA NURLINA DARSIH TATI SUMIATI NENENG RUKMINI SITI EVIH SOPIAH NURLINA ITOH JUHAERIAH JUBAEDAH SAID NENENG NURMASITO HARYANI RINI ANDRIANI S LINA FARLINA BEDAH NUNUNG SITI MAESAROH ERNIYATI ENDEH UTI IPAH LATIPAH RUKIAH
P P P P P P P P P P P P P P P P P
02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06 02/06
P P
02/06 02/06
P
02/06
P P P P P P P P P P P P P P P
02/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06
P
03/06
P P P P P
03/06 03/06 03/06 03/06 03/06
P P P P P P P P P P P
03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06
99
435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468 469 470 471 472 473 474 475 476 477 478 479 480 481 482 483 484 485 486
SITI NURMILA NANA JUNARSIH ASMAWATI SRI HAYATI NINA YUNINGSIH ROHIMI ROCHANI SUTINI ATI SUMIATI SUHA SUKARSIH HALIMAH ERUM DAHLIA RUMINAH KESIH SUGIARSIH NENIH RHN YANI SITI AULAWIYAH MARDIYANAH ITOH (59) LELA NURLELA SITI ROSADAH MIMIN MINTARSIH WIDA NENGSIH SUWARSIH ARSIH ELPAH MARPUAH RUMSIH ATI SUTINAH IDA NURYANI EPI SUPIANTI ICIH SARAH LASTRIA NENGSIH SITI ZUBAEDAH UNARSIH SITI SUKARSIH NURIATI SRI SURYANI NURAENI ATI ANEN SARIFUDIN ONASIH UUN DEWI UTARI AISATUL MUNAWAROH NITA
P P P P P P
03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06
487
P P P P P P P P P P P P P P P P
03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06
491 492 493
P P P P P
03/06 03/06 03/06 03/06 03/06
P P P P P P P P P P P P
03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 03/06 01/09 01/09 01/09 01/09
P P P P P P P P
01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09
P P P P
01/09 01/09 01/09 01/09
P
01/09
488 489 490
494 495 496 497 498 499 500 501 502 503 504 505 506 507 508 509 510 511 512 513 514 515 516 517 518 519 520 521 522 523 524 525 526 527 528 529 530 531 532 533 534 535 536 537
ENUNG YULIANA YAHYA YOSITA DWIJAYANTI NANAH DIANAH HERLINA WIDYANTI IOS ROSDIANA NUNIK RIANTINI HJ. SITI RUKAYAH TENNY ATIAH ICAH PARTI OJAH IYAR SITI HAJAR KEN SRI HARINI SARI LESTARI MIMIH MARIANA EKA PUTRI RANI SALAM MASITOH ERNAH RUKIAH LISNAWATI NYAI ANIH UPIH SOPIAH NILA INDRIANI TANTI AULIA ANAH Bt SARIF MEMEN TARI RESTI EKAWATI IIN RANI S ILAH DEDEH NENGSIH KARTINI YANI SURYANI FANI FUJI LESTARI SISKANIA DESRA FIRANA NANI LUSYIANA ESIH UMIATI UKIT SUMIYATI SARI MANAH RIEKE HANDAYANI SITI SEPTIATI ATI NENIH SITI MARYAM
P P
01/09 01/09
P
01/09
P P
01/09 01/09
P P P
01/09 01/09 01/09
P P P P P P P P P
01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09
P P P P P P P P P P P P P P P P P P
01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09
P P
01/09 01/09
P P P P P P P P P P
01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09 01/09
P P P P
02/09 02/09 02/09 02/09
100
538 539 540 541 542 543 544 545 546 547 548 549 550 551 552 553 554 555 556 557 558 559 560 561 562 563 564 565 566 567 568 569 570 571 572 573 574 575 576 577 578 579 580 581
ERNAH MIMIN SUMINAR SILFA LISTINA NENIH RAHMAWATI ALIYAH DIAN SEPTIANI OMI MERIAMI ISMAYANTI MAYLANI WINDA PEBRIANTI NURUL AYU S HJ SUKARSIH ARTI SEPTIANI RIA AGUSTIN ARI NOVITA SATI CCM AISAH RATNA SAPRIO AMAS ASNAWATI ICH NURHALIMAH SOFIAH WIDAWIDIN CUCU TETI MULYASARI SARI JJU YANTI RESTI PURNAMA SSI MLY CUCUM SUMARNI KNI MUMUN SUGIARTI ERLINA MEINAR A SRI HANDAYANI RATNASARI O SAMSIAH EKA SUSANTI SUPRIYANTI DIAN RACHMAWATI
P P P P
02/09 02/09 02/09 02/09
P P P P P P
02/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09
P P P P P P P P P P
02/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09
P P P P P P
02/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09
P P P P P P P
02/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09
P P P P P P P P P P P
02/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09 02/09
101
Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian
Gambar 1 Kantor Desa Babakan
Gambar 2 Jalan raya Dramaga
Gambar 3 Rumah penduduk
Gambar 4 Sentral ekonomi kampung Babakan raya
Gambar 5 Perumahan penduduk lokal di wilayah Babakan Raya
Gambar 6 Salah satu bangunan berlantai jamak yang merupakan koskosan mahasiswa
102
Gambar 7 Salah satu jalan masuk kampus IP yang berbatasan langsung dengan wilayah Babakan raya
Gambar 8 Gang-gang kecil yang menjadi batas antar rumah penduduk
Gambar 9 Pemukiman penduduk
Gambar 10 Kios-kios dagang yang bersinggungan langsung dengan jalan utama
Gambar 11 Warung penduduk lokal
Gambar 12 Penampakan kampus IPB dari sudut Desa Babakan
103
Gambar 13 Tembok Berlin
Gambar 14 Pedagang kaki lima di wilayah Babakan raya
Gambar 15 Ruang terbuka tempat anak-anak bermain di wilayah kampung Sengked
Gambar 16 Tempat bermain anak di wilayah Babakan raya yang padat bangunan
Gambar 17 Maraknya bangunan dan lahan yang dijual
Gambar 18 Usaha laundry, salah satu usaha yang berkembang di Desa Babakan
105
RIWAYAT HIDUP Sri Wulan Rahmawati dilahirkan di kota kecil Siak Sri Inderapura, Kabupaten Siak, Riau pada tanggal 06 maret 1992 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Tr. Siallagan dan Ibu Rustina Nainggolan. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah SD Negeri 001 Lubuk Dalam, Siak (1998-2004), SMP Negeri 11 Siak (2004-2007), SMA Negeri 1 Siak (2007-2010), dan pada tahun 2010 penulis menjadi salah satu penerima Beasiswa Utusan Daerah untuk melanjutkan pendidikan sebagai mahasiswa di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan. Penulis aktif sebagai pengurus di salah satu Komisi dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen) IPB sebagai sekretaris komisi periode 2012/2013. Penulis juga aktif mengikuti berbagai kepanitiaan dalam beberapa event di IPB seperti kepanitiaan Retreat mahasiswa baru PMK IPB tahun 2012, kepanitiaan Kebaktian Awal Tahun Ajaran (KATA) 2011 PMK IPB, kepanitiaan Retreat Komisi Pelayanan Khusus (Kopelkhu) PMK IPB tahun 2012, kepanitiaan Masa Perkenalan Departemen (MPD) angkatan 48 SKPM FEMA IPB 2012, kepanitian Keakraban PMK IPB tahun 2011 dan tahun 2012 serta kepanitiaan retreat Komisi Pelayanan Khusus (Kopelkhu) PMK IPB tahun 2013. Selain itu penulis juga berkesempatan menjadi asisten Praktikum Mata kuliah Agama Kristen tahun akademik 2011-2012, asisten praktikum Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kependudukan tahun akademik 2013 serta asisten praktikum Mata Kuliah Komunikasi Massa. Penulis merupakan salah satu mahasiswa program akselerasi departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Prestasi yang pernah diraih oleh penulis yaitu usulan program kreativitas mahasiswa (PKM) bidang kewirausahaan yang didanai oleh Dikti pada tahun 2012. Penulis juga berkesempatan menjadi delegasi Institut Pertanian Bogor dalam konferensi ilmiah 2nd ASEAN Academic Society International di Kasetsart University, Bangkok, Thailand pada tahun 2013. Penulis memiliki ketertarikan dalam isu-isu pengembangan masyarakat, lingkungan, politik, social studies, dan development studies.