ISSN 2356-4113
Jurnal Kajian Veteriner, Volume 4
Perubahan Patologis Hepar Akibat Cemaran Aflatoksin B1 Pada Pakan Ayam Pedaging Komersial Di Kota Kupang (The Most Common Pathological Lesion In The Liver Of Commercial Broiler After Consumption Of Aflatoxin Contaminated Feed) Devi Y.J.A. Moenek1*, Aris Haryanto2, dan Charles Rangga Tabbu2 1 Politeknik Pertanian Negeri Kupang, Nusa Tenggara Timur 2 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta * korespondensi:
[email protected]
ABSTRACT Aflatoxin B1 is a secondary metabolite of Aspergillus flavus, Aspergillus parasiticus, and Penicillium puberulum fungus, which is frequently found as contaminants of feed/raw materials of poultry feed. Such compounds have toxic and carcinogenic effects that can cause damage to various tissues/organs, which can further decrease the performance of broiler and cause various degrees of immunosuppressive effects. This study was designed to evaluate the most common pathological lesion in the liver of commercial broiler after consumption of aflatoxin contamination feed in Kupang City of East Nusa Tenggara Province. The research was conducted on 10 broiler farms in Kupang City. Samples of liver were taken for further processing according to the staining method of haematoxylin and eosin (H&E). The results of pathological examination of tissues were analyzed descriptively. Based on the results of this experiment, it can be concluded that pathological examination on the liver showed an early-stage of liver cirrhosis, atrophy of bursa fabricius, thymus and lien due to the necrosis and depletion of lymphocytes. Keywords: aflatoxin, liver, commercial broiler diberikan pada ayam tetap terjaga
PENDAHULUAN Pakan bagi industri peternakan
kualitasnya. Penanganan bahan baku
ayam memegang peranan yang sangat
pakan dan pakan jadi yang kurang baik
penting untuk mendukung pertumbuhan
kerapkali menimbulkan masalah bagi
dan produksi ayam yang dibudidayakan,
ternak ayam, salah satunya berkaitan
oleh karena itu pakan yang diberikan
dengan
harus
(Wiryawan, 2008).
tetap
terjaga
kualitasnya.
Manajemen pengadaan, penanganan dan
masalah
mikotoksikosis
Kejadian mikotoksikosis pada
penyimpanan bahan baku dan pakan
ternak
lebih
disebabkan
jadi serta cara pemberian pakan di
penyimpanan
lapangan memegang peranan sangat
memenuhi standar sanitasi dan higiene,
penting untuk memastikan pakan yang
terutama banyak dijumpai di peternakan
pakan
yang
oleh tidak
5
ISSN 2356-4113
Jurnal Kajian Veteriner, Volume 4
kecil. Pada proses penyimpanan yang
yang
baik, munculnya kasus mikotoksikosis
rendahnya
dapat dikurangi. Kasus mikotoksikosis
aflatoksin.
sebetulnya relatif jarang terjadi, namun
penyebab, umumnya para peternak
kalau
kurang
sampai
terjadi
kasus
berpengaruh
pada
tingkat Karena
tinggi
kontaminasi berbagai
memperhatikan pakan
faktor
kondisi
mikotoksikosis, maka akan sulit untuk
penyimpanan
yang
mereka
ditangani (Rasa, 2008).
berikan kepada ternaknya. Kemampuan
Mikotosikosis disebabkan oleh
teknis peternak dalam hal pemeliharaan
mikotoksin yang merupakan metabolit
ayam di Kota Kupang masih rendah.
sekunder dari fungi yang disintesis dan
Hal
dikeluarkan selama pertumbuhan fungi
pemeliharaan yang belum sempurna,
tertentu yang umum tumbuh dalam
baik itu
bahan baku atau pakan jadi. Di dalam
perkandangan,
bahan baku atau pakan tersebut jarang
sistem gudang pakan, sistem pemberian
ditemukan satu mikotoksin. Biasanya
pakan, dan program kesehatan yang
ditemukan
dua
atau
lebih
jenis
belum optimal, sehingga membuka
mikotoksin
per
jenis
tanaman/biji-
peluang timbulnya pencemaran oleh
bijian.
itu
terlihat
dari
manajemen
yang menyangkut sistem
sistem
pemeliharaan,
Satu
spesies
fungus
dapat
mikotoksin khususnya aflatoksin dan
menghasilkan
lebih
dari
satu
efeknya terhadap kinerja dan kesehatan
mikotoksin dan beberapa jenis fungi
ayam. Pengetahuan peternak tentang
dapat mencemari sekumpulan bahan
aflatoksin
baku atau pakan. Terdapat dua jenis
masih sedikit atau bahkan belum pernah
mikotoksin
toxins
ada keluhan tentang aflatoksikosis.
mikotoksin
Masalah yang sering dihadapi oleh
(trikotesen) yang
paling
yaitu
field
merupakan sering
ditemukan
dan
aflatoksikosis
yang
di
peternak unggas di kota Kupang adalah
lapangan dan storage toxins (aflatoksin)
gangguan pertumbuhan dan letupan
merupakan
penyakit khususnya penyakit ND. Data
mikotoksin
yang
muncul/ditemukan pada bahan baku
dari
Dinas
Pertanian
atau pakan yang disimpan (Tabbu,
Perkebunan
2009).
Kupang menunjukkan bahwa kejadian
dan
Peternakan
Kehutanan
Kota
Penyimpanan pakan merupakan
penyakit ND di Kota Kupang pada
salah satu tahapan penanganan pakan
tahun 2007 sebanyak 9981 kasus dan
10
ISSN 2356-4113
Jurnal Kajian Veteriner, Volume 4
pada tahun 2009 menurun menjadi 4275
Timur. Pemeriksaan sampel dilakukan
kasus. Hal ini dapat menimbulkan
di Bagian Patologi Fakultas Kedokteran
pertanyaan apakah masalah yang sering
Hewan
dihadapi oleh peternak unggas di Kota
Yogyakarta. Sampel yang digunakan
Kupang
dalam penelitian ini adalah hepar yang
tersebut
ada
hubungannya
dengan aflatoksikosis. Pakan ayam
Universitas
adalah
Mada
diambil dari ayam pedaging berumur 21 pedaging
yang
– 30 hari.
diberikan oleh peternak ayam di Kota Kupang
Gadjah
pakan
yang
penelitian ini antara lain sampel organ
didatangkan dari pulau Jawa dengan
target berupa hepar, dari masing-masing
menggunakan transportasi laut. Hal ini
peternakan
bisa
ketika
histopatologi, formalin 10% dan NaCl
pakan tersebut berada didalam gudang
fisiologis. Alat yang digunakan dalam
penyimpanan di pelabuhan, selama
penelitian ini adalah: cawan petri,
pengangkutan,
kapal,
kamera digital, pisau, nampan, pot
penyimpanan di tempat tujuan, dan
sampel, mikroskop, gelas objek, serta
penyimpanan di gudang peternakan.
alat-alat pendukung lainnya.
menimbulkan
jadi
Bahan yang digunakan dalam
masalah
transportasi
untuk
pemeriksaan
Proses yang cukup panjang yang harus dilalui oleh pakan dari pabrik sampai ke
Preparasi Sampel
peternak
terjadinya
Pemeriksaan Sampel Ayam
khususnya
Nekropsi pada sampel ayam dilakukan
memungkinkan
pencemaran
mikotoksin,
aflatoksin.
untuk
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek cemaran aflatoksin B1 yang ditemukan pada pakan terhadap hepar ayam.
pengambilan
Pemeriksaan Organ (Hepar) Ayam
ditidurkan
dengan
membuat emboli udara pada jantung,
Penelitian ini dilaksanakan selama Sampel
dinekropsi
dan
diambil
sampel organ target berupa hepar.
MATERI DAN METODE
bulan.
organ
(hepar).
kemudian
tiga
contoh
dari
untuk diproses lebih lanjut sesuai
sepuluh peternakan ayam di Kota
dengan metode pewarnaan hematoksilin
Kupang,
dan eosin (HE). Selanjutnya sampel
Propinsi
dikoleksi
Hepar dimasukkan dalam formalin 10%
Nusa
Tenggara
7
ISSN 2356-4113
Jurnal Kajian Veteriner, Volume 4
hepar yang telah diwarnai dengan
yang
metode H&E akan diperiksa dengan
kenyal (Hoerr, 2008).
mikroskop cahaya.
mengakibatkan
Menurut perubahan
hati
menjadi
Tabbu
(2002),
makroskopik
yang
Analisis Hasil
disebabkan oleh aflatoksikosis akut
Hasil pemeriksaan histopatologik akan
pada
dianalisis secara deskriptif.
pembesaran hepar, perubahan warna yang
hepar
ditandai
menjadi
lebih
oleh
adanya
pucat
atau
HASIL DAN PEMBAHASAN
kekuning-kuningan, konsistensi lebih
Pemeriksaan Patologis Hepar
rapuh
Pemeriksaan Makroskopik
berminyak.
Pemeriksaan
dan
bidang
irisan
Aflatoksikosis
yang bentuk
makroskopik
kronik dapat menimbulkan perubahan
terhadap hepar menunjukkan adanya
pada hepar seperti atrofi, menumpulnya
perubahan warna coklat kekuningan,
tepi lobus dan dapat juga berbentuk
tepi lobus tumpul, konsistensi kenyal,
nodular, perubahan konsistensi menjadi
dan bidang irisan rata (Gambar 1.).
lebih kenyal, dan terkadang disertai perdarahan
multifokal
dan
distensi
Pemeriksaan Mikroskopik
vesica fellea. Atrofi pada organ-organ
Pemeriksaan
limfoid merupakan faktor pendukung
terhadap
hepar
histopatologik dilakukan
jaringan-jaringan
tersebut
dengan
HE.
metode
setelah diwarnai
timbulnya efek imunosupresif pada ayam.
Pemeriksaan
Beberapa penelitian melaporkan
histopatologik terhadap hepar ayam
bahwa
yang berasal dari kandang yang positif
ditimbulkan oleh aflatoksikosis bentuk
cemaran aflatoksin B1 menunjukkan
akut pada hepar meliputi pembentukan
adanya
makro dan mikrovakuole di dalam
hiperplasia
epitel
duktus
lesi
mikroskopik
biliverus ukuran kecil dengan bentuk
sitoplasma
lumen
melemak), nekrosis yang ekstensif,
tidak
teratur,
proliferasi
(indikasi
yang
dan
degenerasi
fibroblast dan peningkatan jaringan ikat
perdarahan,
di daerah trigonum Kiernan (Gambar
biliverus ukuran kecil. Aflatoksikosis
2.). Perubahan-perubahan tersebut mirip
bentuk
dengan sirosis hepatis stadium awal
degenerasi
kronik
proliferasi
dapat
melemak,
duktus
menimbulkan nekrosis
dan
10
ISSN 2356-4113
Jurnal Kajian Veteriner, Volume 4
nodular hiperplasia hepatosit, proliferasi
ternak, dosis, dan lamanya terpapar.
duktus biliverus ukuran kecil, dan
Toksin
fibroplasia (proliferasi fibroblas) yang
kerusakan
ekstensif (Ortatatly et al., 2005, dan
(Jacques, 1988).
Espada et al., 2011).
ini
dapat
dan
Espada
menyebabkan
kanker
et
pada
al.,
hati
(2011)
Pada penelitian ini, perubahan
melaporkan bahwa, vakuolisasi sel-sel
makroskopik maupun mikroskopik pada
hepar terjadi selama hari-hari pertama
hepar, sesuai dengan laporan para
intoksikasi
peneliti sebelumnya (Ortatatly et al.,
dalam folikel medulla bursa Fabrisius
2005). Perubahan-perubahan tersebut
tempat dimana lesi muncul pertama
merupakan
kali dan berlangsung selama fase
faktor-faktor
utama
dan
penurunan
timbulnya gangguan pertumbuhan pada
penyembuhan.
ayam pedaging di berbagai peternakan
keberlangsungan lesi ini berhubungan
di wilayah Kota Kupang. Demikian
erat dengan dosis aflatoksin yang
juga
terpapar. Penurunan yang signifikan
sebagai
faktor
pendukung
timbulnya kondisi imunosupresif.
Intensitas
sel-sel
dan
dari berat badan dan berat absolute
Aflatoksin merupakan toksin
hepar, bursa Fabrisius, lien, dan thymus
yang paling luas penyebarannya dan
dapat
paling
unggas yang terpapar dengan dosis
berbahaya
peternakan.
Pengaruh
pada
bidang
toksin
ditemukan
pada
kelompok
ini
yang tinggi. Foto makroskopik hepar
bervariasi, tergantung pada spesies
yang normal dapat dilihat pada Gambar
hewan atau unggas, status fisiologi
3.
Gambar 1. Fotomakroskopik hepar ayam pedaging umur 24 hari dari kelompok peternakan A.
9
ISSN 2356-4113
Jurnal Kajian Veteriner, Volume 4
Gambar 2. Foto histopatologik hepar ayam pedaging umur 21 hari yang menderita aflatoksikosis. Terlihat hiperplasia epitel duktus biliverus ukuran kecil, bentuk lumen tidak teratur, proliferasi fibroblas dan peningkatan jaringan ikat. (H.E., 400x)
Gambar 3. Fotomakroskopik hepar ayam pedaging yang normal. (H.E., 400x)
10
ISSN 2356-4113
Jurnal Kajian Veteriner, Volume 4
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa cemaran aflatoksin B1 pada pakan dapat menyebabkan terjadinya sirosis hepatis stadium
awal
mencegah
pada
ayam.
timbulnya
Untuk cemaran
aflatoksin B1 pada peternakan ayam pedaging komersial di Kota Kupang, maka perlu dioptimalkan manajemen
Tabbu, C.R. 2002, Penyakit Ayam dan Penanggulangannya, Penyakit Asal Parasit, Noninfeksius, dan Etiologi Kompleks, Volume II, Penerbit Kanisius, Yogyakarta Tabbu, C.R. 2009, Pemeriksaan Serologik pada Ayam, Yogyakarta Wiryawan, W., 2008, Problem Mikotoksikosis dan Dampaknya Bagi Kesehatan dan Produktivitas Ayam, Infovet Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan, Edisi 164
pemeliharaan ayam yang baik, terutama sistem
pemeliharaan,
penyimpanan
pakan,
serta
sistem sistem
pemberian pakan pada ayam.
DAFTAR PUSTAKA Espada, Y., M. Domingo, J. Gomes, and M.A. Calvo, 2011, Pathological Lession Following an Experimental Intoxication With Aflatoxin B1 in Broiler Chickens, Elsevier, Spain Hoerr, F.J., 2008, Mycotoxicoses, In : Disesase of Poultry, 12th ed, Blackwell Publishing, Iowa Jacques, K.A. 1988. Molds : the hidden killer in feeds. Large Animal Veterinarian. July/ August 1988. pp : 43-47. Ortatatly, M., H. Oguz, F. Hatipaglu, and M. Karaman, 2005, Evaluation of Pathological Changes in Broiler during Chronic Aflatoxin (50 and 100 ppb) and Clinoptilolite Exposure, Turkey Rasa, F.S.T., 2008, Racun Jamur dan Uji Mutu Produk Ternak, Infovet Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan, Edisi 164
11