PERTUMBUHAN TEKNOLOGI INFORMASI INDIA PASCA BERGABUNG DENGAN SAFTA (2006-2009) OLEH : IIN MAILINA MARTHA Pembimbing : Saiman Pakpahan, S.IP, M.Si Bibliografi : Buku 19, Jurnal 4, Website 11 Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau Kampus Bina Widya Jl. H.R Soebrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 28293 Telp/Fax. 076163277 ABSTRACT This research explains about the growth of the Information Technlology in India after merged into SAFTA, a free trade area organization for South Asia, since 2006. India exceeded Information Technology want to bring excellence to the global world market. The data sources that is used on this research is which was collected from books, journals, magazines, reports mass media and internet websites. To analyze the case, researcher used the theory of economic integration by Ernest B. Haas the concept on this research is a process where political actors in several national territory compelled different for loyalty, hope and their political activity to a new state center the institute. This research shows that, India became a member of SAFTA, make India is growing rapidly, generating up more than 2,5 million peoples sent to the Information Technology Companies to several America and Europe, than works on India Software Companies in America and Asia. Keywords : India, Technology Information, SAFTA, Economic Integration, National Interest
PENDAHULUAN Penelitian ini akan membahas tentang “Pertumbuhan Teknologi Informasi India Pasca Bergabung dengan SAFTA tahun 2006-2009”. India adalah sebuah negara yang memiliki penduduk 1,2 milyar jiwa. Jumlah penduduk India sedikit di bawah Cina yang mencapai 3,2 Milyar jiwa. Gabungan dari kedua negara ini mencapai 40 persen dari total penduduk di dunia dan setengah penduduk dari negara berkembang. Luas wilayah terbuka India tidak jauh dari Jom FISIP Volume 2 No.1 Februari 2015
pertumbuhan penduduknya, yang menyebabkan tingkat kesejahteraannya atau pendapatan perkapitanya mengalami stagnasi. Pertumbuhan ekonomi India mulai meningkat sejak dikenalkannya kebijakan yang pro-bisnis pada pertengahan tahun 1980-an. Sepanjang tahun 1980-an, pertumbuhan perekonomian India sekitar 5,5 persen pertahun dan pada tahun 1990-an perekonomian India meningkat menjadi 6 persen pertahun. Pada dekade ini, ekonomi India mulai terbuka dengan dunia luar, 1
khususnya perdagangan internasional dan penanaman modal asing. Tahun 2004-2006 pertumbuhan ekonomi India melebihi 7 persen dan diperkirakan mencapai 9 persen pada tahun 2007. Ekonomi India adalah terbesar keempat di dunia, sehingga merupakan salah satu Negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Sehingga kelas menengah kaya India bermunculan karena cepatnya pertumbuhan ekonomi terutama dalam industri teknologi informasi. Ekonomi India memang tergantung dengan pertanian, namun hanya menyumbang kurang dari 25 persen dari PDB. industri penting lainnya termasuk pertambangan, petroleum, pengasahan berlian, film, tekstil, teknologi informasi, dan kerajinan tangan. Umumnya industri terpusat di kota-kota besar. Beberapa tahun belakangan ini India telah muncul sebagai pemain besar peranti lunak dan business outsourcing. Secara umum, India sering diwarnai dengan konflik internal ataupun eksternal. Dimana sejarah membuktikan seperti pemisahan Pakistan dari India, pecahnya Pakistan Timur menjadi Bangladesh, permusuhan India dengan Pakistan. Dan sering mengakibatkan hilangnya nyawa penduduk dan masyarakat dan kemudian memperburuk keadaan ekonomi. Karena dari konflik-konfik itulah dibutuhkannya suatu organisasi regional untuk mewadahi tiap-tiap negara di Asia Selatan demi mewujudkan kawasan yang terintregasi dan kawasan perekonomian yang maksimal, kesejahteraan rakyat dan perdamaian di setiap negara-negara di Asia Selatan. Maka pada 8 Desember 1985 dibentuklah The Jom FISIP Volume 2 No.1 Februari 2015
South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC), demi untuk mempercepat investasi perbatasan di wilayah Asia Selatan yang akan memacu perkembangan ekonomi semua negaranegara anggotanya kemudian muncullah “Kawasan Perdagangan Bebas Asia Selatan” atau South Asian Free Trade Area (SAFTA). Pada tanggal 6 Januari 2004 SAFTA berhasil diratifikasi oleh seluruh negara Asia Selatan melalui penandatanganan seluruh menteri luar negeri di ibukota IslamabadPakistan.pembentukan SAFTA adalah untuk mendukung keuntungan timbal-balik. Perdagangan bebas regional Asia Selatan telah menyebabkan munculnya persoalan dilematis, yaitu kesenjangan perdagangan (gap of trade) negara-negara berperekonomian kuat, seperti halnya India dan Pakistan memiliki infrastruktur yang lebih maju yang memungkinkan untuk mengolah produk mentah menjadi barang jadi dan setengah jadi. Perdagangan bebas yang bertujuan meningkatkan kerjasama perdagangan dan ekonomi antar-negara di Asia Selatan diberlakukan pada awal tahun 2006 tersebut dan negara-negara anggota telah melakukan apa yang dinamakan perdagangan bebas itu. Tetapi masih ada beberapa kawasan yang masih dalam keadaan kemiskinan yang buruk dan pertumbuhan ekonomi yang sangat minim. Pada awal 1990-an India mengikuti Amerika Serikat melakukan usaha rumahan bermodal ventura dan melokalisasi kegiatan industri Teknologi Informasi yang sangat popular yaitu yg disebut Lembah Silikon. Membangun kekuatan dibidang TI yang 2
diyakini sebagai kekuatan ekonomi masa depan, India bisa segera memetik hasilnya. Dengan kebijakan yang tepat pada saat yang pas telah membawa negara ini Berjaya dibidang Industri TI sejak dekade terakhir. Dari pedapatan ekspornya, penjualan dari produk TI tercatat yang terbesar sejak awal tahun 1990-an hingga saat sekarang. Ekspor perangkat lunak (software) dari India pada tahun 1991-1992 sudah tumbuh hingga 35 persen dan menyumbang 70 persen dari 73 persen perusahaan spftware nasional yang berada dikawasan itu. Keuntungan ekspor peranti lunak TI dan layanan jasanya (business process outsourcing), menurut Kiran Karnik, Presiden Nascom (National Association of Software and Services Company), melampaui 100.000 crore rupee atau sekitar 22,43 milliar dollar AS pada tahun 20052006. Pertmbuhan ini sebagian besar karena meningkatnya pekerjaan dengan tingkat keahlian tinggi seperti riset, analisis, dan permodelan. Kombinasi antara pengetahuan domain dan kemampuan TI menciptakan peluang dengan nilai tambah tinggi seperti jasa teknik, animasi, dan penemuan program antivirus. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini mengarah kepada pertanyaan “Bagaimana pertumbuhan teknologi informasi India setelah bergabung ke dalam SAFTA pada tahun 2006-2009?” Tujuan dan Manfaat Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana dampak Jom FISIP Volume 2 No.1 Februari 2015
pertumbuhan teknologi informasi India setelah bergabung ke dalam SAFTA. dan juga sebagai sumbangan pemikiran dalam kajian ekonomi politik internasional dan menjelaskan tentang meningkat atau menurunnya perekonomian negara India melalui teknologi informasi. Penelitian diharapkan dapat memberi informasi, menambah bahan referensi dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu hubungan internasional yang mengenai masalah yang berkaitan dengan perekonomian dan politik di India dalam perdagangan bebas di Asia Selatan. Juga untuk menambah wawasan serta sebagai bahan penelitian selanjutnya bagi peneliti yang tertarik mengkaji mengenai perekonomian India melalui teknologi informasi dan perdagangan bebas di Asia Selatan. Teori Perdagangan ekonomi merupakan sumber kedamaian antara negara-negara karena keuntungan timbal-balik dari perdagangan dan perluasan interdepensi antara negara akan cenderung untuk memelihara hubungan kerjasama. Dimana politik cenderung untuk membagikan sedangkan ekonomi cenderung untuk mempersatukan masyarakat. Hubungan antara ekonomi dan politik tidak bisa dipisahkan. Hal ini merupakan hubungan yang sangat kompleks dalam konteks internasional, antara negara dan pasar yang merupakan inti dari ekonomi politik internasional. Ekonomi politik internasional telah menggeser perhatian penstudi ilmu HI kepada isu-isu tentang kekayaan dan kemiskinan, tentang siapa yang 3
mendapatkan apa dalam sistem 1 internasional. Mohtar Mas’oed menyatakan bahwa Ekonomi Politik Internasional adalah ilmu yang mempelajari tentang saling keterkaitan dan interaksi dan interaksi antara fenomena politik dan ekonomi, antara negara dan pasar, antara lingkungan domestik dengan lingkungan internasional dan antara pemerinitah dan masyarakat.2 Ekonomi Politik Internasional adalah hasil dari interaksi antara kajian ekonomi dan politik yang mempertimbangkan serta dipengaruhi oleh kondisi mekanisme pasar dan kondisi sosial masyarakat serta pola kebijakan pemerintah yang satu sama lainnnya berinteraksi. Menurut Karen Mings negara diasumsikan bahwa: “The state is assumes to be a unitary actor with estabilished goals, a set of opstons, and an aligorihm for deciding which option best meets its goals”.3 Kebijakan yang diambil suatu pemerintah negara memepengaruhi berbagai aspek ekonomi, seperti kebijaksanaan pemerintah dalam perdagangan internasional, pajak, bunga uang, subsidi, intensif ekspor, dan sebagainya yang merupakan kebijaksanaan pemerintah yang berpengaruh sangat besar terhadap bekerjanya mekanisme pasar. Kebijakan politik pemerintahan suatu negara seringkali didasarkan pada 1
Robert Jackson, George Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal. 228. 2 Mohtar Mas’oed, Ekonomi Politik Internasional, Yogyakarta: UGM, 1992. 3 Karen Mings, Essentilas of International Relations (Second Edition), 2003, Hal. 120.
Jom FISIP Volume 2 No.1 Februari 2015
masalah ekonomi, dan sebaliknya kebijaksanaan ekonomi seringkali didasarkan pada masalah politik. Hal ini memperlihatkan adanya pengaruh timbal balik antara ekonomi dan politik. Dalam penelitian ini penulis menggunakan konsep keamanan nasional. konsep keamanan nasional mengacu pada situasi atau keadaan dimana unsur-unsur pokok yang membentuk seperti kedaulatan, wilayah, penduduk atau warga negara, basis ekonomi, pemerintah dan sistem konstitusi serta nilai-nilai hakiki yang dianut terjamin eksistensinya dan dapat menjalankan fungsi dan tujuannya tanpa ada gangguan darimanapun. Teori integrasi ekonomi juga menjelaskan bahwa negara-negara akan diuntungkan dengan pemberlakuan perdagangan bebas yang mengarah kepada pembebasan tarif-barries atau non-tariff barriers. Tetapi perdagangan bebas yang dilandasi oleh sebuah keinginan bersama tidak serta merta mengeliminasi kesempatan negara-negara yang lemah secara perekonomian untuk ikut berkompetisi dan meraih keuntungan dari proses perdagangan (Gains From Trade). Karena proses tersebut akan disiringi dengan penerapan aturan dan kesepakatan antar negara-negara 4 pesertanya. Untuk mewujudkan suatu bentuk integrasi ekonomi maka peran negara semakin berkurang, dimana kebebasan individu untuk saling bekerjasama akan semakin luas. Menurut pandangan Ernest B. 4
Fred Bergsten, Open Regionalism http://www.iie.com/publications/wp/wp.cfm?research id=152
4
Haas (1971) bahwa yang diartikan dengan konsep integrasi ekonomi adalah sebagai : “proses dengan mana aktor-aktor politik di beberapa wilayah nasional yang bebeda terdorong untuk memindahkan kesetiaan, harapan, dan kegiatan politik mereka ke suatu pusat baru yang lembaga-lembaganya memiliki atau menuntut jurisdiksi atas negara-negara nasional yang ada ”.5 sebelumnya
Indikator: 1. Bertambahnya produksi peranti lunak (software) di India;
Menurut Dominick Salvatore, tingkat integrasi ekonomi bervariasi mulai dari pengaturan perdagangan prefensial (mengistimewakan hubungan dengan negara-negara tertentu) yang dapat ditingkatkan menjadi pembentukan kawasan perdagangan bebas (seperti SAFTA), kemudian menajdi persekutuan pabean, pasar bersama, dan pada akhirnya menjurus pada penyatuan ekonomi secara 6 menyeluruh.
Metode Penelitian
Hipotesa Berdasarkan pada rumusan masalah yaitu “Bagaimana pertumbuhan teknologi informasi India setelah bergabung dengan SAFTA?” dan menaggcu pada teori yang penulis ajukan, penulis menhgajukan hipotesa bahwa pertumbuhan teknologi informasi India setelah bergabung dengan SAFTA semakin meningkat”.
5
Ernest B. Haas dikutip dalam Joseph Nye, Peace in PartsI (Little Brown, 1971) hal. 25 dan dikutipkembali dari Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi LP3ES 6 Dochak Latief, Pembangunan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Global, Muhammadiyah University Press, 2002, Hal. 217
Jom FISIP Volume 2 No.1 Februari 2015
2. Semaikin banyaknya perusahaan software di India hingga melebihi perushaan software di China; 3. Meningkatnya kapasitas SDM di India yang dipekerjakan ke Eropa hingga Amerika.
Metode penelitian yang digunakan dalam peneltian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandangan teoritis maupun praktis.7 Dengan kata lain data-data yang didapatkan pada penelitaian kualitatif tidak didapat dari perhitungan-perhitungan statistika aaupun berbagai hal yang menggunakan perhitungan angka, melainkan dengan menggunakan penjelasan ataupun alasan-alasan teretntu yang berkaitan dengan masalah yang terdapat dalam penelitian ini. Serta metode pengumpulan data akan dilakukan dengan pengumpulan data dalam literatur seperti buku cetak, jurnal, paper, koran online atau website yang relevan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Gambaran Umum Tentang Teknologi Informasi di India
7
Hadari Nawawi, dkk, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995. Hal. 209
5
Dominasi Amerika Serikat dibidangg Teknologi Informasi lambat laut mulai tergusur oleh hadirnya industry teknologi informasi dan komputerisasi dari Asia, salah satunya dari India. Negeri Paman Sam merintis pembangunan industry teknologi informasi pada tahun 1940-an dari usaha rumahan bermodal ventura dan melokalisasi kegiatan produksi itu di kawasan industry California yang popular dengan sebutan Lembah Silikon. India pun pada awal 1990an mulai mengikuti AS melakukan hal yang sama. Membangun kekuatan dibidang TI yang diyakini sebagai kekuatan ekonomi masa depan, India bisa segera merasakan hasilnya. Dengan kebijakan yang tepat pada saat yang tepat telah membawa India berhasil di industry TI ekspor perangkat lunak atau software dari India pada tahun 1991-1992 sudah tumbuh hingga 35% dan menyumbang 70% dari 73% perusahaan software nasional yang berada di kawasan itu. Keuntungan ekspor perangkat lunak TI dan layanan jasanya (termasuk business process outsearching), menurut Kiran Karnik, President Nassacom (National Association of Software & Service Company), melampaui 100.000 crore rupee (sekitar 22,43 miliar dollar AS) pada tahun 2005-2006. Pertumbuhan ini sebagian besar karena meningkatnya pekerjaan dengan tingkat keahlian tinggi (sophisticated) seperti riset, analisis dan permodelan. Kombinasi antara pengetahuan domain dan kemampuan TI menciptakan peluang dan nilai tambah seperti jasa teknik, animasi dan penemuan program antivirus. Olah karena itu, dalam laporan Nassom-Mc Jom FISIP Volume 2 No.1 Februari 2015
Kinsey di proyeksikan ekspor proyek BPO ini akan meningkatkan menjadi 25 miliar dollar AS pada tahun 2010 dan melibatkan satu juta tenaga kerja langsung atau meningkat dua kali lipat disbanding saat ini. Bila dihitung termasuk tenaga kerja tak langsung yang terlibat di industry ini, maka jumlahnya mencapai 9 juta orang. Kebangkitan India ke posisi terhormat dalam industry perangkat lunak dunia, merupakan sebuah kisah campuran antara keberuntungan, kesempatan, kerja keras dan berada di tempat dan waktu yang tepat pula.Keberhasilan ini sebenarnya kehilangan berbagai kesempatan dalam revolusi pembangunan dan perkembangan industry sejak PD II karena gagalnya berbagai kebijakan pemerintahnya.Industry perangkat lunak di India dimulai sejak tahun 1974, ketika konglomerasi ternama Tata Group mendirikan sebuah perusahaan teknologi informasi yang disebut Tata Consultancy Service (TCS). Perusahaan TCS adalah sebuah proyek percobaan untuk membantu usaha yang tergabung dalam konglomerasi Tata Group yang sangat besar ini untuk menggunakan teknologi informasi bagi pengembangan fungsi internal kelompoknya.Sampai dengan akhir tahun 1970-an, hanya sekelompok kecil orang di India yang memahami nilai teknologi informasi, walaupun berbagai lembaga pendidikan tinggi eksakta menawarkan berbagai pelajaran ilmu computer bersamasama dalam alur pendidikan popular dibidang elektronika kedalam kurikulum mereka.Para pelajar terpintar di India biasanya memilih jurusan elektro dan sedikit 6
sekali diantara mereka memilih subjek ilmu computer yang ketika itu dianggap sebagai sesuatu yang kurang menarik. Simpulan Kegagalan India di iringi dengan terjadinya kekacauan politik. Program ekonomi lewat repelita tak bisa dijalankan. Persoalan muncul pada Agustus 1990 ketika Irak menginvasi Kuwait dan harga minyak tiba-tiba naik.Banyak pekerja India di teluk Persia kehilangan pekerjaan dan kemudian kembali ke India. Akibatnya mengurangi devisa Negara. Di tambahnya kekacauan domestic yang semakin memburuk, seperti konflik Hindu dan Islam di Ayodhya.Vishwanath pratap singh yang memerintah pada 1989-1990, jatuh pada tahun 1990.Hal ini menyebabkan terjadinya krisis neraca pembayaran pada tahun 1990. Cadangan devisa untuk kebutuhan impor hanya memadai selama dua minggu saja. Karena pemerintah tidak bisa menyediakan kebutuhan sehari-hari secara memadai dan dengan harga subsidi kaum miskin yang menderita.Kemudian pemerintahan jatuh ke tangan Chandra Shekar Singh, namun akar persoalan tidak selesai dan bahkan semakin memburuk. Pemerintah India tidak punya pilihan lain kecuali menyetujui liberalisasi ekonomi. Secara umum, sering diwarnai dengan konflik internal ataupun eksternal. Dimana sejarah membuktikan seperti pemisahan Pakistan dari India, pecahnya Pakistan Timur menjadi Bangladesh, permusuhan India dengan Pakistan. Dan sering mengakibatkan hilangnya nyawa penduduk dan masyarakat dan kemudian memperburuk keadaan ekonomi. Karena Jom FISIP Volume 2 No.1 Februari 2015
dari konflik-konfik itulah dibutuhkannya suatu organisasi regional untuk mewadahi tiap-tiap Negara di Asia Selatan demi mewujudkan kawasan yang terintregasi dan kawasan perekonomian yang maksimal, kesejahteraan rakyat dan perdamaian di setiap Negara-negara di Asia Selatan. Maka pada 8 Desember 1985 dibentuklah The South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC), demi untuk mempercepat investasi perbatasan di wilayah Asia Selatan yang akan memacu perkembangan ekonomi semua Negaranegara anggotanya kemudian muncullah “Kawasan Perdagangan Bebas Asia Selatan” atau South Asian Free Trade Area (SAFTA). Pada tanggal 6 Januari 2004 SAFTA berhasil diratifikasi oleh seluruh negara Asia Selatan melalui penandatanganan seluruh menteri luar negeri di ibukota IslamabadPakistan.pembentukan SAFTA adalah untuk mendukung keuntungan timbal-balik. Perdagangan bebas regional Asia Selatan telah menyebabkan munculnya persoalan dilematis, yaitu kesenjangan perdagangan (gap of trade) negara-negara berperekonomian kuat, seperti halnya India dan Pakistan memiliki infrastruktur yang lebih maju yang memungkinkan untuk mengolah produk mentah menjadi barang jadi dan setengah jadi. Perdagangan bebas yang bertujuan meningkatkan kerjasama perdagangan dan ekonomi antar-negara di asia Selatan diberlakukan pada awal tahun 2006 tersebut dan Negara-negara anggota telah melakukan apa yang dinamakan perdagangan bebas itu. Tetapi masih ada beberapa kawasan yang masih dalam keadaan kemiskinan yang 7
buruk dan pertumbuhan ekonomi yang sangat minim. Keuntungan ekspor peranti lunak TI dan layanan jasanya (business process outsourcing), menurut Kiran Karnik, Presiden Nascom (National Association of Software and Services Company), melampaui 100.000 crore rupee atau sekitar 22,43 milliar dollar AS pada tahun 20052006. Pertmbuhan ini sebagian besar karena meningkatnya pekerjaan dengan tingkat keahlian tinggi seperti riset, analisis, dan permodelan.Kombinasi antara pengetahuan domain dan kemampuan TI menciptakan peluang dengan nilai tambah tinggi seperti jasa teknik, animasi, dan penemuan program antivirus. Membangun kekuatan ekonomi berbasis industry TI, India tentu memulainya dari dunia pendidikan dengan mencetak tenaga ahli dibidang ini.Upaya yang dirintis India tidak berbeda dengan yang dilakukan Taiwan dan Jepang terhadap Amerika Serikat.Untuk menguasai teknologi khususnya TI yang dikuasai oleh Amerika Serikat, pemerintah India mengirim ribuan Pemuda yang berotak brilian untuk memperdalam TI di AS dan juga di Eropa. Perekrutan tenaga ahli dari India antara lain selain keahlian mereka dan penguasaan bahasa Inggris yang baik juga didasari pada nilai upah mereka yang relative rendah. Di lembah Silikon AS yang terbentang dari San Francisco hingga San Yose itu dari sekitar 150.000 pekerja asing yang bekerja disana sebanyak 60.000 di antaranya adalah pakar software dari India.
menunjukkan terintegrasinya system pendidikan tinggi India dengan laju perkembangan industrinya. Kondisi ini lah yang membuat India menghaslkan tenaga kerja yang terdidik dan terampil untuk merespon globalisasi. Setiap tahunnya India menghasilkan 350,000 orang insinyur, angka tersebut dua kali lipat lebih besar di bandingkan Amerika Serikat. dan kemudian India juga berhasil memproduksi 2,5 juta tenaga kerja dalam setahun. Hanya sedikit dibawah Amerika Serikat dan China. Jadi, bergabungnya india menjadi anggota dalam organisasi perdagangan bebas di kawasan Asia Selatan yang disebut SAFTA adalah salah satu motif India agar perusahaan-perusahaan dibidang teknologi informasi di India bisa mencapai tingkat global dan juga untuk bisa merebut pangsa pasar industry berbasis ilmu pengetahuan yang lebih besar secara global. Ambisi India untuk menjadikan perusahaan-perusaahaan teknologi informasi menjadi perusahaan Multinasional (MNCs) dan merebut pangsa pasar lebh besar di pasar industry global berbasis pengetahuan antara lain telah ditunjukkan oleh banykanya perusahaan India yang sudah mendirikan kantor pemasaran atau pusat riset di Amerika Serikat, sekitar 170 perusahaan di India sudah melakukan hal tersebut. Dan kemudian di Singapura juga sama, lebih dari 450 perusahaan teknologi informasi yang ada di Singapura berasal dari perusahaanperusahaan teknologi informasi di India.
Kesadaran penuh pemerintah India untuk berkolaborasi dengan dunia industry Jom FISIP Volume 2 No.1 Februari 2015
8
DAFTAR PUSTAKA
Mohtar Mas’oed, Ekonomi Politik Internasional, Pusat antar Universitas Studi Sosial Universitas Gajah Mada, 1989/1990.
Alan C. Isaak, Scope and Methods of Political Science, An Introduction to The Methodology of Political Inquiry, The Dorsey Press, Illinois, 1981.
John Naisbitt, Megatrends Asia: Delapan Megatrend Asia yang Mengubah Dunia, Gramedia Pustaka, Jakarta, 2007.
Buku:
Bella Bellasa, The Theory Economic Integration, New York: Praeger, 1961 dalam M. Sabir, ASEAN: Harapan dan Kenyataan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1992. Dwijendra Tripathi, The Oxford History of Indian Business, Oxford University Press, 2004. Ernest B. Haas dikutip dalam Joseph Nye, Peace in Part I, Little Brown, 1971. Dikutip kembali dari Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi LP3ES Hadari Nawawi, dkk, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995. Hadi Soesastro, Integrasi Ekonomi Internasional, Regional dan Nasional, CSIS, No. 1, Jakarta, 1992. Haris Priyatna, Rahasaia Sukses Wipro Menjadi Perusahaan TI Papan Atas Dunia, Mizania, 2007. Harukiko Kuroda, Kebangkitan Regionalisme Asia, Metro Manila: ADB, 2008. Kompas, India, Bangkitnya Raksasa Baru Asia, PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2007.
Jom FISIP Volume 2 No.1 Februari 2015
Scoot Burchill and Andrew LinkLater, Theories of Internasional relations, St. martin’s Press. Inc, the United States of America, 1996. Paul R. Viotti and Mark V. Kauppi, Internasional Relations Theory Realism, Pluralism, Globalism, Macmillan Publishing Company, New York 1990. Nuraeni S., dkk. Regionalisme dalam Studi Hubungan Internasional, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010. Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, PT. Pustaka LP3ES, Jakarta, 1990. Robert Jackson, George Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005. Mohtar Mas’ed, Ekonomi Politik Internasional, Yogyakarta: UGM, 1992 Yuni Ekawati. Membangun Kekuatan Ekonomi dari Lembah Silikon, Kompas, 6 Desember 2006. Ramlan Subakti, Metodologi Ilmu Politik, Fisip-Unair Press. Surabaya. 1987. Paul Krugman, The Return of Depression Economics, Penguin Books, 1999.
9
Sri Hartati Hambadi, Tata dan Ambisi Tiga Besar India, Kompas, Desember, 2006.
India, dikutip dari http://younkhendra.wordpress.com/200 9/01/26/profil-india
Dochak Latief, Pembangunan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Global, Muhammadiyah University Press, 2002.
GAAT dan WTO, dikutip dari http://one.indoskripsi.com/node/6085
Scoot Burchill and Andrew LinkLater, Theories of Internasional relations, St. martin’s Press. Inc, the United States of America, 1996.
Jurnal: Joseph S.Nye, Jr, Uderstanding Internasional conflict “An Introduction to Theory and History” fifth editon, Person Education, inc. Weldison, Albert. Membangun Lembah Silikon Cara India, SWA Edisi No. 24 Desember Karen Mings, Essentials of Internasional Relations, Second Edition, 2003. Pas Mohamad Faiz, Visi Bangsa Analisa Kritis Visi Indonesia 2030 vis-à-vis Visi India 2020.
Website: Fred Bergsten, Open Regionalism dikutip dari http://www.iie.com/publications/wp/w p.cfm?researchid=152
Jom FISIP Volume 2 No.1 Februari 2015
Yahoo Answer! SAFTA, dikutip dari http://id.answers.yahoo.com/question/i ndex?qid=20080730231628AA1C2oM Perjanjan Perdagangan Asia Selatan Rampung, dikutip dari http://www.kapanlagi.com/h/00000931 43.html Agreement on South Asia Free Trade Area Article 7, diikutip dari http://www.saarcsec.org/data/agenda/economic/safta/S AFTA%20AGREEMENT.pdf India Pakistan Hadiri Pertemuan SAARC, dikutip dari http://www.sinarharapan.co.id/berita/0 201/02/lua01.html SAFTA, dikutip dari http://saarc-sec.org/?t=2.1.6 Indeks Institusi Pendidikan India, dikutip dari www.ristek.go.id. Gunawan, Sumber Daya Manusia India, 2008, dikutip dari www.manpowerinda.net Fani, Pendidikan di India Pusat Keunggulan Menuju Negara Maju, 2008, dikutip dari, www.f4ni.wordpress.com
10