0
PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI TOLERAN ASAM-ASAM ORGANIK PADA SAWAH GAMBUT
JURNAL
OLEH : SRI FADHILLAH WINATA NPM. 0910005301065
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TAMANSISWA PADANG 2015
1
PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI TOLERAN ASAM-ASAM ORGANIK PADA SAWAH GAMBUT
Sri Fadhillah Winata Alumnus Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Tamansiswa Padang, 2015
ABSTRAK Percobaan telah dilaksanakan di lahan gambut Koto Gadang, Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan. Percobaan ini untuk mengetahui Pertumbuhan dan Hasil Padi Toleran Asamasam Organik pada Sawah Gambut. Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan 4 varietas yaitu Rangga Godok, Cibogo, Semeru Tinggi, dan Bawan. Varietas padi tersebut merupakan varietas padi toleran asam-asam organik pada sawah gambut. Parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif, umur berbunga, jumlah gabah per malai, bobot 1000 butir, bobot gabah kering per plot. Hasil percobaan diperoleh varietas toleran asam-asam organik pada sawah gambut adalah Varietas Cibogo dengan produksi 4,6 ton per hektar. Kata kunci : padi, toleran, asam-asam organik, gambut PENDAHULUAN Padi merupakan komoditi pangan utama di Indonesia, hampir seluruh penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai kebutuhan makanan pokok. Kebutuhan beras terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, sehingga perlu upaya menjaga stabilitas produksi secara nasional. Produksi padi secara nasional masih berfluktuasi.
Produksi padi secara nasional
berturut-turut adalah tahun 2010 adalah 66.47 juta ton, tahun 2011 turun menjadi 65,75 juta ton, tahun 2012 naik 69,06 juta ton, tahun 2013 mengalami peningkatan 71,27 juta ton, dan tahun 2014 turun menjadi 70,60 juta ton gabah kering giling (Anonim, 2014). Stabilitas produksi yang dicapai untuk memenuhi kebutuhan beras nasional dapat dilakukan dengan tetap menjaga keseimbangan antara kebutuhan dengan peningkatan produksi beras nasional. Jurnal Online Agroteknologi, April 2015
Produksi beras secara nasional dapat ditingkatkan melalui inovasi perakitan varietasvarietas Padi Tipe Baru (PTB) berdaya hasil tinggi, tahan terhadap cekaman biotik dan abiotik, serta memiliki kualitas beras yang baik yang dikembangkan pada lahan-lahan marginal seperti gambut. Lahan gambut memiliki potensi dikembangkan bagi tanaman padi.
Lahan gambut
merupakan lahan marginal untuk pertanian yang memiliki kesuburan tanah dengan pH rendah dan fisik tanah yang kurang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Luas lahan gambut Indonesia
diperkirakan berkisar antara 17-21 juta ha (Ridho, Sarifuddin, dan Lubis, 2014). Tanah gambut dikenal sebagai organosol atau histosols yang memiliki lapisan bahan organik. Menurut Agus dan Subiksa (2008) lahan gambut untuk padi sawah memiliki berbagai kendala secara fisik, kimia, dan
2
biologi. Sifat kimia dapat dilihat dari pH 3-5, basa-basa dapat dipertukarkan yang sangat rendah, dan unsur mikro seperti Cu, Zn, Mo yang sangat rendah dan terikat dengan bahan organik sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Proses terbentuknya tanah gambut akibat dekomposisi an aerobik, dengan laju penambahan bahan organik lebih tinggi dari pembentukan tanahnya, sehingga terjadi akumulasi bahan organik yang membentuk tanah gambut. Menurut Hardjowigeno (1996) dan Noor (2001), kesuburan tanah gambut sangat bervariasi. Gambut pantai yang tipis umumnya cukup subur, tetapi gambut pedalaman kurang subur.
Menurut Soil Survey Staff (1998)
bahwa tingkat
kematangan atau pelapukan tanah gambut dibedakan berdasarkan tingkat dekomposisi dari bahan atau serat. Gambut hemik yaitu gambut memiliki tingkat pelapukan sedang, sebagian bahan telah mengalami pelapukan dan sebagian lagi berupa serat. Gambut hemik mengandung asam-asam organik yang dapat meracun seperti asam fenolat, asam siringat, asam kumarat. Produktivitas padi di lahan gambut masih sangat rendah bila dibandingkan dengan padi di lahan sawah.
Hal ini disebabkan kendala sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang kurang
mendukung terhadap pertumbuhan padi. Upaya peningkatan produksi padi pada sawah gambut, selain memperbaiki kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah, juga dapat dilakukan dengan pengembangkan varietas- varietas toleran. Utama dan Haryoko (2007) melaporkan, hasil pengujian dengan daya hasil tinggi pada sawah gambut. Beberapa varietas yang memiliki tingkat toleran yang cukup baik yakni Batang Piaman, IR 42, Cisadane, dan Ciherang toleran di tanah gambut. Munir, Abdullah dan Maizir (2004) juga melaporkan bahwa, varietas PB 42 juga memiliki daya hasil yang cukup baik di lahan gambut dengan produksi 5,8 ton per hektar. . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil varietas padi yang toleran asam-asam organik pada sawah gambut.
III. BAHAN DAN METODA Penelitian dilakukan di sawah gambut di Kampung Koto Gadang, Nagari Sungai Tunu Utara, Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan yang berlangsung dari September sampai Desember 2012. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah 4 varietas padi toleran asam-asam organik (Rangga Godok, Cibogo, Semeru Tinggi, dan Bawan), Pupuk SP36, KCl, Urea, dan isektisida. Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, bajak, timbangan, parang, garu, air, meteran, waring, sabit, dan seperangkat alat tulis. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan pengujian varietas padi toleran asam-asam organik yang terdiri 4 varietas, yaitu : Rangga Godok (V1), Cibogo (V2), Semeru Tinggi (V3), Bawan (V4) Jurnal Online Agroteknologi, April 2015 (hasil seleksi Haryoko et al., 2008) dengan 4 ulangan. Data pengamatan disidik ragam dan jika F hitung besar dari F tabel 5%, dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT).
3
Persemaian dilakukan dengan melumpurkan plot persemaian dari masing-masing varietas berukuran 40 x 35 cm dan diratakan permukaannya dan dibuat plot berukuran 3 x 3 m, dengan jarak antar plot 100 cm. Label dipasang pada setiap plot percobaan yang ditempatkan secara acak berdasarkan denah penempatan setiap varietas sebagai perlakuan disajikan pada Lampiran 2. Ajir dipasang setelah tanam pada setiap sampel yang telah ditetapkan. Ajir dipasang setinggi setinggi 10 cm di atas permukaan tanah sebagai dasar untuk pengukuran tinggi tanaman. Bibit yang telah berumur 25 hari setelah semai ditanam ke sawah gambut dengan jarak tanam 30 x 30 cm dengan jumlah bibit 3 batang per rumpun. Sawah gambut saat penanaman digenangi air dengan kondisi air dalam keadaan macak-macak. Kegiatan pemeliharaan selama penelitian ini berlangsung antara lain adalah pengairan, penyulaman, penyiangan, pemupukan, pengendalian hama. Pupuk yang diberikan adalah pupuk Urea 150 kg per hektar atau setara dengan 135 gram per plot yang diberikan 2 kali, yaitu saat tanam dan 4 minggu setelah tanam (setelah penyiangan), pupuk SP 36 100 kg per hektar atau setara dengan 90 gram per plot dan pupuk KCl 175 kg per hektar atau setara dengan 157,5 gram per plot. Pupuk diaduk rata dan ditebarkan pada setiap plot percobaan secara merata. Tinggi tanaman diukur mulai dari ajir sampai keujung daun bendera terpanjang dengan jalan meluruskan terlebih dahulu. Pengukuran dilakukan 2 minggu setelah tanam sampai 10 minggu setelah tanam. Angka pengamatan terakhir ditambah 10 cm.
Pengamatan yang dilakukan yaitu Tinggi Tanaman (cm), Jumlah anakan perrumpun (batang), Jumlah anakan produktif (batang). Umur Berbunga (hari), Panjang malai (cm),. Jumlah gabah permalai (buitr), Jumlah gabah bernas permalai (butir), Jumlah gabah hampa permalai (butir), Bobot 1000 biji (g), Bobot gabah kering per plot (kg) dan per hktar (t). HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengamatan dilapangan diperoleh data sebagai berikut : Tabel 1. Tinggi varietas padi toleran asam-asam organik pada sawah gambut. Varitas padi
Tinggi tanaman (cm)
Semeru Tinggi
144.13
a
Bawan
135.03
a
Cibogo
104.13
b
Rangga Godok
102,33
b
KK = 11,08 % Angka pada lajur tinggi tanaman diikuti huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf nyata 5%.
4
Tabel 1 memperlihatkan pertumbuhan tinggi tanaman varietas padi toleran asam-asam organik pada sawah gambut memiliki pertumbuhan yang berbeda.
Varietas Semeru Tinggi
menghasilkan pertumbuhan tertinggi 144,13 cm relatif sama dengan Bawan dengan tinggi 135,03 cm, tetapi berbeda nyata dengan Cibogo 104,13 cm
dan varietas Rangga Godok
dengan
menghasilkan pertumbuhan yang lebih rendah yaitu 102,33 cm. Tinggi tanaman padi yang diuji pada sawah gambut yang berbeda dipengaruhi oleh varietas yang digunakan. Varietas Semeru Tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik baik pada sawah gambut dibandingkan dengan varietas lain. Fenotip dari varietas yang diuji merupakan respon dari genetik dengan lingkungan. Varietas yang memiliki interaksi dengan lingkungan yang baik menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik, dengan adanya faktor pembatas pada sawah gambut seperti asam-asam organik. Tanaman yang memiliki respon pada kondisi tanah yang terbatas dapat beradaptasi dalam pertumbuhannya. Pertumbuhan tinggi tanaman sebagai salah satu respon tanaman terhadap keberadaan asam-asam organik. Tabel 2.
Jumlah anakan varietas padi toleran asam-asam organik pada sawah gambut
Varitas padi
Jumlah anakan/rumpun (batang)
Cibogo
30,50
a
Rangga Godok
29,68
a
Bawan
27,88
b
Semeru Tinggi
26,88
b
KK = 2,67 % Angka pada lajur jumlah anakan perrumpun diikuti huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT taraf 5%. Tabel 2 memperlihatkan bahwa, jumlah anakan varietas padi toleran asam-asam organik pada sawah gambut menghasilkan jumlah anakan yang berbeda. Varietas Cibogo menghasilkan anakan lebih banyak 30,50 batang diikuti vaietas Rangga Godok 29,68 batang, varietas Bawan 27,88 batang dan varietas Semeru Tinggi menghasilkan anakan yang lebih sedikit 26,88 batang. Menurut Somaatmaja (1995) suatu varietas dapat dikatakan adaptif, apabila tumbuh baik pada wilayah penyebarannya. Menurut Suparyono dan Agus (1993) masing-masing varietas padi mempunyai ciri khas tersendiri dan terganutng pada sifat genetik dan kemampuan tumbuh dan dapat memiliki toleransi pada berbagai kondisi lingkungan tumbuhnya.
Jumlah anakan bila
dikaitkan dengan tinggi tanaman, ada kecenderungan tanaman yang tinggi menghasilkan jumlah anakan yang lebih sedikit.
5
Tabel 3. Jumlah anakan produktif varietas padi toleran asam-asam organik pada sawah gambut Varitas padi
Jumlah anakan produktif (batang)
Cibogo
23,56 a
Rangga Godok
23,00 a b
Semeru Tinggi
21,25
bc
Bawan
20,38
c
KK =
3,64 %
Angka pada lajur jumlah anakan profuktif diikuti huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf nyata 5%. Tabel 3 memperlihatkan bahwa, jumlah anakan produktif varietas padi toleran asam-asam organik pada sawah gambut menghasilkan jumlah anakan produktif yang berbeda. Varietas Cibogo mampu menghasilkan anakan produktif yang lebih banyak 23,56 batang relatif sama dengan varietas Rangga Godok dengan 23,00 batang, dan selanjutnya jumlah anakan produktif varietas Semeru Tinggi sebanyak 21,25 batang relatif sama dengan varietas Bawan dengan anakan produktif 20,38 batang. Jumlah anakan produktif dihasilkan dari varietas yang diuji menunjukkan bahwa setiap varietas memiliki respon yang berbeda terhadap asam-asam organik yang dikandung oleh sawah gambut. Asam-asam organik merupakan bagian aktif dari tanah yang menentukan kemampuan gambut untuk menahan unsur hara. Varietas toleran akan mampu mengurangi pengaruh negatf dari asam-asam organik melalui mekanisme yang dikendalikan secara genetik. Krismawati dan Arifin (2011), menyatakan bahwa jumlah anakan berbeda dari setiap varietas dan daya adaptasi dari varietas yang berbeda dimana ditentukan oleh interaksi antara genotipe dan lingkungan. Varietas Cibogo lebih toleran yang mampu tumbuh dan menghasilkan anakan yang lebih banyak, sedangkan varietas Bawan memiliki toleransi yang rendah yang mengakibatkan anakan yang dihasilkan juga sedikit. Tabel 4.
Umur berbunga varietas padi toleran asam-asam organik pada sawah gambut. Varietas Padi
Umur berbunga (hst)
Semeru Tinggi
72,06
a
Cibogo
68,13
b
Bawan
66,00
b
Rangga Godok
65,25
b
KK = 2,10 % Angka pada lajur umur berbunga diikuti huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf 5%. Tabel 4 memperlihatkan, keragaman umur berbunga varietas padi toleran asam-asam organik pada sawah gambut. Varietas Semeru Tinggi umur berbunga lebih lama (72,06 hst),
6
dibandingkan dengan varietas Cibogo, Bawan, dan Rangga Godok secara berturu-turut dengan umur berbunga 68,13 hst; 66,00 hst; 65,25 hst. Umur berbunga menunjukkan peralihan dari fase vegetatif ke generatif.
Varietas Semeru Tinggi memiliki fase vegetatif yanag lebih lambat,
sehingga umur muncul bunga yang lebih lambat juga dibandingkan dengan varietas lain. Perbedaan umur berbunga disebabkan oleh perbedaan secara genetik.
Varietas Semeru
Tinggi memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi diikuti dengan umur berbunganya juga lebih lambat, sedangkan pertumbuhan batang yang pendek umur berbunga juga lebih cepat. Hal ini disebabkan adanya interaksi antara faktor genetik dengan lingkungan. Tabel 5. Panjang malai varietas padi toleran asam-asam organik pada sawah gambut Varietas Padi
Panjang malai (cm)
Rangga Godok
23,83
Semeru Tinggi
23,11
Cibogo
22,89
Bawan
22,52
KK = 5,54 % Angka pada lajur panjang malai berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%.
Tabel 5 memperlihatkan panjang malai varietas padi toleran asam-asam organik sawah gambut relatif sama. Varietas yang diuji menghasilkan panjang malai berkisar 22,52 cm sampai 23,83 cm. Menurut Anonim (2009), panjang malai digolongkan atas 3 yaitu malai pendek < 20 cm, malai sedang 20-30 cm, dan malai panjang lebih dari 30 cm. Bila dilihat dari kategori panjang malai, keempat varietas termasuk golongan bermalai sedang. Panjang malai dari varietas yang diuji memiliki respon yang rendah terhadap asam-asam organik yang menjadi salah satu penghambat pertumbuhan malai. Menurut Taslim et al, (1993), panjang malai dipengaruhi oleh sifat genetik dan lingkungan. Sifat genetik akan muncul melalui pertumbuhan organ tanaman yang didukung oleh lingkungan yang sesuai.
Oleh karena itu
panjang malai yang dihasilkan relatif sama, dengan kondisi lingkungan yang kurang mendukung bagi pertumbuhan malai yang optimal. Tabel 6. Jumlah gabah varietas padi toleran asam-asam organik pada sawah gambut Varietas Padi
Jumlah gabah permalai (butir)
Rangga Godok
160,30 a
Semeru Tinggi
148,94 a b
Cibogo
146,63 a b
Bawan
142,00
b
KK = 4,77 % Angka pada lajur jumlah gabah permalai diikuti huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%.
7
Tabel 6 memperlihatkan jumlah gabah/ malai beberapa varietas padi pada sawah gambut berbeda. Jumlah gabah yang paling tinggi dihasilkan varietas Rangga Godok, yaitu 160,00 butir, diikuti oleh Cibogo sebanyak 148,94 butir, Semeru Tinggi sebanyak 146,63, sedangkan varietas Bawan menghasilkan gabah yang paling sedikit yaitu 142,00 butir. Menurut Taslim, Partohatdjono dan Djunainah (1993) bahwa jumlah anakan perrumpun, jumlah anakan produkif dan panjang malai sangat dipengaruhi oleh sifat genetika dan lingkungan tumbuhnya. Sifat genetika akan muncul melalui pertumbuhan organ apabila faktor lingkungan sesuai. Masing-masing varietas padi mempunyai cirri-ciri khas tersendiri dan tergantung pada sifat genetik
yang
dikandung masing-masing varietas serta
kemampuan dan daya adaptasinya
terhadap lingkungan tumbuhnya.
Tabel 7.
Jumlah gabah bernas permalai varietas padi toleran asam-asam organik pada sawah gambut. Varietas Padi
Jumlah gabah bernas permalai (malai)
Cibogo
130,31
Bawan
127,25
Rangga Godok
123,63
Semeru Tinggi
117,81
KK = 8,46% Angka pada lajur jumlah gabah bernas permalai berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%. Tabel 7 memperlihatkan jumlah gabah bernas varietas padi toleran asam- asam organik sawah gambut relatif sama. Jumlah gabah bernas yang dihasilkan oleh varietas padi berkisar 117,81 sampai 130,31 butir.
Jumlah gabah bernas yang dihasilkan dilihat dari kemampuan
menghasilkan gabah dan pengisian gabah. Menurut Lautt et al., (2000), pengisian bulir berkaitan dengan distribusi karbon yang dipengaruhi oleh perimbangan pati-sukrosa. Varietas yang diuji memiliki respon yang sama, sehingga jumlah gabah bernas yang dihasilkan relatif sama.
Tabel 8. Jumlah gabah hampa permalai varietas padi toleran asam-asam organik pada sawah gam but. Varietas Padi
Jumlah gabah hampa/malai (butir)
Semeru Tinggi
32,13
Rangga Godok
26,31
Cibogo
15,50
Bawan
14,87
KK = 53,33% Angka pada lajur jumlah gabah hampa permalai berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%.
8
Tabel 8 memperlihatkan bahwa, jumlah gabah hampa/malai varietas padi toleran asam– asam organik pada sawah gambut menghasilkan gabah hampa yang relatif sama. Jumlah gabah hampa/malai berkisar 14,87 sampai 32,13 biji. Jumlah gabah hampa yang dihasilkan berkorelasi dengan jumlah gabahobernas yang disajikan pada Tabel 7. Jumlah gabah hampa yang tidak diuji menunjukkan bahwa varietas padi memiliki respon yang sama terhadap kondisi lahan gambut yang memiliki kondisi yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman terutama dalam pembentukan gabah. Menurut Nelvia, Rosmimi, dan Sinaga (2010), lahan gambut mengandung asam-asam organik yang sangat tinggi terutama asam fenolat yang bersifat racun bagi tanaman dan menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Hal ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah gabah hampa yang dihasilkan. Tabel 9.
Bobot 1000 biji gabah varietas padi toleran asam-asam organik pada sawah gambut Bobot 1000 biji
Varietas Padi
(gram)
Cibogo
23,19 a
Semeru Tinggi
22,18 a
Bawan
21,75 b
Rangga Godok
21,63 b
KK = 3,09% Angka pada lajur bobot 1000 biji diikuti huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf 5 %. Tabel 9 memperlihatkan bahwa, bobot 1000 biji gabah dari varietas padi toleran asamasam organik menghasilkan bobot 1000 biji yang berbeda. Varietas Cibogo menghasilkan bobot 1000 biji yang lebih berat 23,19 gram, diikuti dengan varietas Semeru Tinggi (22,18 gram) dan Bawan (21.75 gram). Bobot 1000 biji yang teringan dihasilkan varietas Rangga Godok (21,63 gram). Biji akan terbentuk dengan baik jika kebutuhan hara yang diperlukan tersedia bagi tanaman, tetapi kondisi lahan gambut yang terbatasnya hara yang tersedia bagi dan akibat adanya kandungan asam-asam organik seperti fenolat. Menurut Salisbury dan Ross (1992) asam fenolat sulit larut dalam cairan organik, dan tidak diperlukan dalam metabolisme tanaman. Tabel 10.
Bobot gabah kering varietas padi toleran asam-asam organik pada sawah gambut Varietas Padi
Bobot gabah kering perplot
Bobot gabah kering per
(kg)
hektar (t)
Cibogo
4,14
a
4,6
Rangga Godok
3,69
a
4,1
Semeru Tinggi
3,33
b
3,7
Bawan
3,06
b
3,4
KK = 6,47%
9
Angka pada lajur bobot gabah kering diikuti huruf sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf 5 %. Tabel 10 menunjukkan bahwa, bobot gabah kering yang dihasilkan dari varietas padi toleran asam-asam organik pada sawah gambut berbeda nyata. Varietas Cibogo menghasilkan bobot gabah kering yang tertinggi, yaitu 4,14 kg/plot atau 4,6 ton per hektar berbeda tidak nyata dengan varietas Rangga Godok dan Semeru Tinggi, sedangkan varietas Bawan menghasilkan bobot gabah kering yang terendah, yaitu 3,06 kg per plot atau 3,4 ton per hektar. Varietas Cibogo memiliki komponen agronomi yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa varietas Cibogo memiliki respon yang lebih baik terhadap sawah gambut dibandingkan dengan varietas.
Bobot gabah kering yang dihasilkan
merupakan komponen penting yang menentukan produktifitas tanaman yang dipengaruhi oleh komponen agronomi seperti jumlah anakan, jumlah anakan produktif, jumlah gabah dan bobot 1000. Menurut Suryatna (1990), produksi per satuan luas sangat dipengaruhi oleh varietas, umur, kesuburan tanah, dan keadaan air. Beberapa varietas unggul padi sawah pada lahan gambut memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi gabah kering yang mencapai 4,6 ton per hektar untuk varietas Cibogo. Varietas Bawan menunjukkan respon yang paling rendah pada sawah gambut yang dapat dilihat dari bobot gabah kering yang cukup rendah. Menurut Dahlan et al., (2004), sifat yang nampak dari masing-masing varietas dikendalikan oleh gen yang mengatur karakter tersebut. Varietas yang memiliki daya hasil luas mampu tumbuh dan berproduksi tinggi di sawah gambut dibandingkan varietas yang memiliki daya hasil rendah. Varietas Cibogo memiliki daya hasil yang lebih baik dibandingkan dengan varietas Rangga Godok, Semeru Tinggi dan Bawan. Hal ini dapat dilihat dari karakter jumlah anakan, jumlah gabah permalai, dan jumlah gabah hampa permalai yang rendah dan bobot 1000 biji. Komponen pertumbuhan dan hasil yang baik sebagai indicator bahwa varietas Cibogo lebih baik pertumbuhannya pada sawah gambut. Meskipun demikian kemampuan produktifitas dari hasil yang dicapai masih rendah. Adanya perbedaan bobot gabah yang dicapai, karena setiap varietas memiliki karakter berbeda, terutama dari sifat yang nampak. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa varietas Cibogo merupakan salah satu varietas yang memiliki pertumbuhan dan hasil baik dengan hasil kering 4,14 kg per plot atau 4,6ton per hektar.
10
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Aksi Agraris Kanisius. Yogyakarta. Anonim. 1995. Pengelolaan Tanaman Terpadu. Jakarta. Anonim. 2006. Uji Varietas Unggul Baru. http//jatim.litbang deptan.go.id. Agus. 2007. Budidaya Tanaman Padi. Penebar Swadaya. Jakarta. Agus dan Subiksa. 2008. Perangkat Uji Tanah Sawah. IGM. Balai Penelitian Tanah. Bogor. Alihamsyah, T, M. Syarwani; A. Jumberi.,I. Ar-riza, I. Hamsyah. 2003. Lahan Rawa Pasang Surut. Balai Litbang Pertanian. Anonim.
2014. Badan Pusat Statistik. http://bps.go.id. Diakses tanggal 22 Januari 2015. No.68/11/Th.XIII, 1 November 2010.
Harjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta. Haryoko, W; Kasli; I. Suliansyah; A. Syarif, dan T.B. Prasetyo. 2008. Seleksi Varietas Padi Berbiji Bernas pada Sawah Gambut Saprik Kenagarian Ketaping, Lembah Anai. Padang Pariaman. Jurnal Ilmu Terapan. 4 (1) Haryoko, W; Kasli; I. Suliansyah; A. Syarif, dan T.B. Prasetyo. 2009. Hubungan Aktivitas Sucrosephosphatesynthase Dengan Toleransi Tanaman Padi pada Sawah Gambut. Dalam Marwanto, Hermansyah, Hasanudin, N. Setyiowati (Eds) Prosiding Seminar Nasional Bidang Ilmu-ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat. Bengkulu, 23-25 Mei 2010. Krismawati, A., dan Z. Arifin. 2011. Stabilitas Hasil Beberapa Varietas Padi Lahan Sawah. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 14(2). Lautt, B.S, M.A. chozin, D.Soepandi, dan L.K. Darusman. 2000. Perimbangan Pati, Sukrosa, dan Aktifitas Enzim Sukrosa Fosfat Sintesa pada padi Gogo yang Toleran dan Peka terhadap Naungan Maas, A. 1993. Perbaikan Kualitas Gambut dan Sematan Posfat. Proseding Seminar Nasional Gambut II. 290-304
Munir, R., S. Abdullah, dan Maizir. 2004. Formulasi Alternatif Teknik Produksi Padi Pada Usaha Tani Padi Sawah. Jurnal Stigma. 12(2). Mangoendidjojo, W. 2000. Analisis Interaksi Genotif Lingkungan Tanaman Perkebunan. Nelvia. 1997. Pemupukan Pospat Alam dan Ameliorasi pada Tanah Gambut dan Serapan P, K, Ca, dan Mg oleh Tanaman Jagung. p. 132 – 138. Dalam Pros. Seminar Identifikasi Masalah Pupuk Nasional dan Standarisasi Mutu yang efektif. Kerjasama UNILA-HITI, Bandar Lampung. Noor, M. 2007. Pertanian Lahan Gambut: Potensi dan Kendala. Kanisius. Jakarta. Ridho. M.F, Sarifuddin, A. Lubis. 2014. Pemberian Amelioran Terhadap Status Hara, Pertumbuhan dan Produksi Padi di Lahan Gambut Dataran Tinggi. Jurnal Agroekoeknologi. Vol.2, No.4 Robin, S, Purnomo, A , Sugito dan Moenir. 1995. Pendugaan Parameter Genetik Hasil dan Komoponen Hasil Anggur (Vitis sp.). Hortikultura Vol.1 Salisbury, F. B. C.W. Ross. 1992. Plant Physiology. 4 th Edition. Wadsworth Publ. Co. California.
11
Setiadi, B. 1990. Masalah Gambut Indonesia. Editor Himpunan Gambut. Somaatmaja, S. 1995. Peningkatan Produksi Kedelai Melalui Parakitan Varietas.Dalam Susilawati, M. Sabran dan Rukayah, Uji Multi Lokasi Galur Harapan dan Varietas Padi Terpilih di Lahan Pasang Surut. Soil Survey Staff. 1998. Key to Soil Taxonomy, United States Departemen of Agriculture (USDA). National Resources Conservation Service Soemartono, S. Bahrin, Harjono, dan Iskandar. 1992. Bercocok Tanam Padi. Yasaguna, Jakarta. Suparyono dan Agus. 1993. Budidaya Tanaman Padi. Penebar Swadaya, Jakarta. Taslim, Partohardjono dan Djunainah. 1993. Bercocok Tanam Padi Sawah.Puslitbangtan. Bogor. Utama, M., W. Haryoko. 2007. Pengujian Empat Varietas Padi Unggul Pada Sawah Gambut Bukaan Baru di Padang Pariaman. J. Akta Agrosia. Bengkulu.