Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013
PERTUMBUHAN BIBIT MENGKUDU (Morinda citrifolia Linn.) ASAL BENIH YANG DISKARIFIKASI DAN DIRENDAM URINE SAPI DENGAN PEMUPUKAN ORGANIK Oleh : Ruli Joko Purwanto dan Yursida Dosen pada fakultas Pertanian Universitas IBA Palembang Abstrak Tanaman mengkudu mengandung berbagai vitamin, mineral, enzim alkaloid, kofaktor dan sterol tumbuhan yang terbentuk secara alamiah. Senyawa-senyawa penting pada tanaman mengkudu yaitu sebagai berikut: pepagan atau kulit akar dan batang diekstrak menghasilkan zat pewarna alami yaitu morindin (Lemmens dan Buyapraphatsara, 2003). Pada daun mengandung senyawa karoten lebih tinggi (Aalbersberg et al., 1993). Pada bunganya mengandung senyawa glikosida, antrakinon, asam kapron dan asam kaprilat (Bushnel et al., 1950). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas IBA Palembang dari bulan Mei sampai September 2012. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) benih mengkudu (Morinda citrifolia Linn.), 2) KNO3 1% dan 2 %, 3) pasir, 4) air hangat 47 ºC, 5) fermentasi urine sapi, 6) pupuk kandang kotoran ayam, 7) kain tipis, dan 8) kertas merang. Perlakuan S3 (pemberian pupuk kandang sebanyak 15 g / tanaman) memberikan hasil pertumbuhan bibit mengkudu tertinggi, meliputi tinggi tanaman, jumlah daun tertinggi, berat basah dan berat kering tertinggi. Perlakuan skarifikasi dengan perendaman dalam larutan KNO3 1 % selama 24 jam + urine sapi 30 % selama 24 jam, memberikan pertumbuhan terbaik pada bibit mengkudu. Kombinasi perlakuan S3P3 (perlakuan skarifikasi benih dengan perendaman dalam larutan KNO3 1 % selama 24 jam + urine sapi 30 % selama 24 jam dan perlakuan pemberian pupuk kandang 15 g/ tanaman) memberikan hasil pertumbuhan tanaman mengkudu tertinggi dibanding perlakuan lainnya. Kata Kunci: Tanaman Mengkudu, KNO3 1% dan 2 %, fermentasi urine sapi, pupuk kandang kotoran ayam.
melancarkan kencing, radang ginjal, radang empedu, radang usus, sembelit, limpa, lever, kencing manis, cacingan, cacar air, sakit pinggang, sakit perut, masuk angin, dan kegemukan (Wijayakusuma et al., 1992). Hasil penelitian akhir-akhir ini mengungkapkan bahwa mengkudu dapat
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengkudu merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang sudah lama dikenal, baik di Indonesia maupun di luar negeri Mengkudu digunakan untuk obat batuk, radang amandel, sariawan, tekanan darah tinggi, beri-beri, 108
ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013
digunakan sebagai obat tumor dan kanker (Hirazumi et al., 1999).
dibudidayakan di 15 provinsi seluas 275 hektar dengan produksi sekitar 16.267 ton atau hasil rata-ratanya 59,15 ton per hektar (Badan Pusat Statistik, 2011).
Tanaman mengkudu mengandung berbagai vitamin, mineral, enzim alkaloid, ko-faktor dan sterol tumbuhan yang terbentuk secara alamiah. Senyawa-senyawa penting pada tanaman mengkudu yaitu sebagai berikut: pepagan atau kulit akar dan batang diekstrak menghasilkan zat pewarna alami yaitu morindin (Lemmens dan Buyapraphatsara, 2003). Pada daun mengandung senyawa karoten lebih tinggi (Aalbersberg et al., 1993). Pada bunganya mengandung senyawa glikosida, antrakinon, asam kapron dan asam kaprilat (Bushnel et al., 1950).
Tanaman mengkudu dapat diperbanyak baik dengan setek, cangkok maupun benih. Benih mengkudu merupakan benih yang dalam perkecambahannya bermasalah, karena selain lamanya benih dapat berkecambah juga persentasenya rendah (Prosea, 1992). Biji mengkudu dibungkus oleh suatu lapisan atau kantong biji, sehingga benih mengkudu memiliki kulit yang keras (Djauhariya dan Rosman, 2003). Benih seperti itu biasanya bersifat dorman. Usaha untuk mengatasi dormansi benih tersebut dapat dilakukan dengan perlakuan mekanis (skarifikasi) pada kulit biji lebih efektif untuk mengatasi dormansi fisik. Dengan merendam benih dalam air panas sampai air mendingin dan skarifikasi kimiawi menggunakan asam keras guna melunakkan kulit biji (Sutopo, 1993).
Menurut Solomon (1998), pada buah mengkudu mengandung senyawa asam kaprilat, asam askorbat yang cukup tinggi dan merupakan sumber vitamin C yang luar biasa, dan senyawa selenium berkhasiat sebagai anti oksidan yang dapat menetralisir partikel berbahaya dari hasil sampingan dalam proses metabolisme. Buah juga mengandung zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral-mineral esensial, zat anti kanker yaitu damnacantha efektif melawan sel-sel abnormal, zat scopoletin dapat memperlebar saluran pembuluh darah yang menyempit dan melancarkan peredaran darah, zat proxeronin dalam jumlah besar dapat mengatur bentuk dan kekerasan (rigiditas) protein spesifik di dalam sel. Senyawa terpenoid yang terkandung berfungsi membantu sintesa organik dan pemulihan sel-sel dalam tubuh (Hiramatsu et al., 1993).
Berdasarkan percobaan pendahuluan pembibitan mengkudu tanpa perlakuan membutuhkan waktu 1 – 2 bulan. Untuk merangsang perkecambahan biji salah satunya dengan menggunakan kalium nitrat (KNO3). Menurut Kartasapoetra (1986) bahwa pada dasarnya kalium nitrat dapat melunakkan kulit biji sehingga mempermudah air masuk ke dalam biji, mempercepat proses metabolisme. KNO3 berfungsi menipiskan kulit benih agar lebih mudah melakukan imbibisi, KNO3 berperan untuk mengaktifkan metabolisme sel dan mempercepat perkecambahan. Jika kulit biji telah lunak oleh zat kimia tersebut maka dengan mudah udara dan air dapat masuk sehingga benih dapat tumbuh.
Perkembangan mengkudu di Indonesia, menurut data statistik tahun 2009 areal tanaman mengkudu 109
ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013
Menurut Murniati dan Suminar (2006), perlakuan pra perkecambahan benih mengkudu dengan perendaman KNO3 1 % selama 24 jam pada media pasir hasilnya 70 %, dan perlakuan dengan perendaman air hangat (47 ºC) selama 15 menit hasilnya 90 %.
C. Hipotesis
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mempercepat pembentukan akar adalah dengan menambahkan zat perangsang tumbuh. Urine sapi mengandung IAA (Indole Acetic Acid) seperti auksin. IAA yang terdapat dalam urine sapi merupakan hormon tumbuh alami auksin yang fungsinya merangsang pertumbuhan akar tanaman (Abdurrani, 1990).
1.
Diduga perlakuan pemberian pupuk kandang dosis 15 g/tanaman memberikan pertumbuhan bibit mengkudu yang terbaik.
2.
Diduga perlakuan perendaman benih mengkudu dalam KNO3 1 % selama 24 jam + urine sapi 30 % selama 24 jam memberikan pertumbuhan bibit mengkudu yang terbaik. Diduga interaksi perlakuan perendaman benih mengkudu dalam KNO3 1 % selama 24 jam + urine sapi 30 % selama 24 jam dengan pemberian pupuk kandang dosis 15 g/tanaman memberikan pertumbuhan bibit mengkudu yang terbaik.
3.
Dari hasil analisis Laboratorium kandungan unsur hara urine sapi sebelum dan sesudah difermentasi yaitu urine sapi mengandung unsur N 1,0 %, unsur P 0,5 %, unsur K 1,5 % dan airnya 92 % dan fermentasi urine sapi mengandung unsur hara N 2,7 %, unsur P 2,4 %, dan unsur K 3,8 % (Sumber Pengamatan Balai Pembibitan Ternak Unggul Sembawa, 2011). Berdasarkan pernyataan diatas, maka penulis mencoba untuk meneliti pengaruh skarifikasi dan urine sapi terhadap pertumbuhan benih mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) yang diberi pupuk organik..
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas IBA Palembang dari bulan Mei sampai September 2012. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) benih mengkudu (Morinda citrifolia Linn.), 2) KNO3 1% dan 2 %, 3) pasir, 4) air hangat 47 ºC, 5) fermentasi urine sapi, 6) pupuk kandang kotoran ayam, 7) kain tipis, dan 8) kertas merang.
B. Tujuan
Penelitian ini mengggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dan terdiri dari 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah skarifikasi benih mengkudu, terdiri dari :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan bibit mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) yang berasal dari benih yang skarifikasi dan direndam dalam urine sapi dengan pemupukan organik.
S0 = Kontrol S1 = Perendaman KNO 3 1 % selama 24 jam + urine sapi 10 % selama 24 jam
110 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013
S2 = Perendaman KNO 3 1 % selama 24 jam + urine sapi 20 % selama 24 jam S3 = Perendaman KNO 3 1 % selama 24 jam + urine sapi 30 % selama 24 jam S4 = Perendaman air hangat (47 ºC) 15 menit + urine sapi 10 % selama 24 jam S5 = Perendaman air hangat (47 ºC) 15 menit + urine sapi 20 % selama 24 jam S6 = Perendaman air hangat (47 ºC) 15 menit + urine sapi 30 % selama 24 jam S7 = Perendaman KNO3 1 % 24 jam + perendaman air hangat (47 ºC) 15 menit S8 = Perendaman KNO3 2 % 24 jam + perendaman air hangat (47 ºC) 15 menit
sampai tertinggal ampasnya menggunakan kain tipis, bersihkan lendirnya menggunakan abu dapur, dan dicuci bersih dengan air. Untuk memperoleh benih yang seragam menggunakan berat 100 biji yaitu ± 4 g. 2.
Persiapan media kecambah Media yang digunakan adalah pasiryang sudah dibersihkan dan diisi kedalam bak pengecambah sampai ¾ bagian dari tinggi bak, kemudian siram media dengan air sampai lembab.
Faktor kedua . adalah dosis pupuk kandang, terdiri dari: P1 = dosis pupuk kandang 5 g/tanaman P2 = dosis pupuk kandang 10 g/tanaman P3 = dosis pupuk kandang 15 g/tanaman Pemberian perlakuan dosis pupuk kandang dilakukan setelah benih mengkudu hasil skarifikasi berkecambah dan tumbuh menjadi bibit.
3.
Perlakuan Benih Sebelum disemaikan benih mengkudu terlebih dahulu diberikan perlakuan skarifikasi sebagaimana faktor perlakuan dalam penelitian ini, mulai dari perlakuan S0 sebagai kontrol, hingga perlakuan S8, yaitu perendaman benih mengkudu dalam larutan KNO3 2 % 24 jam ditambah perendaman air hangat (47 ºC) 15 menit.
Data pengamatan dianalisis secara statistik dengan analisis sidik ragam. Untuk melihat pengaruh perlakuan dilakukan dengan membandingkan F-hitung dan F-tabel pada taraf Uji 0,05. Apabila hasil analisis keragaman menunjukan pengaruh nyata, maka pengujian dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %.
4.
Persiapan Fermentasi Urine Sapi Fermentasi urine sapi diperoleh dari Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sembawa. Urine sapi diperoleh dari sapi betina. Cara pembuatannya yaitu menampung secara langsung urine sapi pada ember plastik sebanyak 10 liter, tambahkan EM 4 100 ml, bubuk oralit sebanyak 2 bugkus dan tetes tebu sebanyak 500 ml lalu diaduk agar bahan tercampur. Kemudian masukkan kedalam drum dan tutup rapat, agar tidak ada udara yang masuk maka terlebih dahulu drum ditutup dengan plastik. Fermentsi urine sapi membutuhkan waktu selama 3 minggu. Pada minggu pertama dan kedua dilakukan pengadukan secara terus menerus supaya gas amonia menguap. Setelah 3 minggu
Cara Kerja 1.
Persiapan benih Benih mengkudu diperoleh dari pohon induk yang berumur ± 10 tahun, diambil dari buah masak berwarna putih kekuningan, beratnya ± 200 gram dan diperam selama dua hari. Kemudian dibuang bagian ujung buah ¾ bagian dari buah tersebut, lalu peras buah 111
ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013
hasil fermentasi urine sapi sudah dapat digunakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Hasil pengamatan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1 sampai Tabel 8 di bawah ini.
Urine sapi konsentrasi 10 % dibuat dengan mencampur 100 ml urine sapi diencerkan dengan 900 ml air bersih, urine sapi kosentrasi 20 % dibuat dengan mencampur 200 ml urine sapi diencerkan dengan 800 ml air bersih, dan urine sapi kosentrasi 30 % dibuat dengan mencampur 300 ml urine sapi diencerkan dengan 700 ml air bersih.
1. Tinggi tanaman umur 3 minggu
Perl
P1
P2
P3
Jumlah
Rata-rata
S0
10,25
11,25
12,75
34,25
11,42 a
S1
11,75
14,25
11,75
37,75
12,58 bcd
S2
11,75
14,50
12,75
39,00
13,00 cd
S3
10,50
14,00
12,25
36,75
12,25 abc
S4
11,25
12,50
12,25
36,00
12,00 ab
S5
13,00
16,00
14,00
43,00
14,33
S6
11,75
14,75
13,00
39,50
13,17
S7
10,25
14,50
12,50
37,25
12,42 bcd
S8
10,50
14,25
11,75
36,50
12,17 abc
JLH Ratarata
101,00
126,00
113,00
11,22 a
14,00 c
12,56 b
e
Hasil pengamatan tinggi tanaman mengkudu pada umur 3 minggu menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang 10 g/tanaman (perlakuan P2) menghasilkan tinggi tanaman tertinggi, dan berbeda nyata dengan perlakuan P1 dan P3 Perlakuan S5 (skarifikasi benih dengan perendaman dalam air hangat (47 ºC) 15 menit + urine sapi 20 % selama 24 jam) menunjukkan tinggi tanaman tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
d
Tabel 1.Pengaruh skarifikasi dan dosis pupuk kandang terhadap tinggi tanaman mengkudu umur 3 minggu (cm)
BNJ S = 0,84; BNJ P = 0,48; BNJ Interaksi = 1,45
5.
2. Tinggi tanaman umur 9 minggu
Penanaman bibit mengkudu
Hasil pengamatan tinggi tanaman mengkudu pada umur 9 minggu menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang 10 g/tanaman (perlakuan P2) menghasilkan tinggi tanaman tertinggi, dan berbeda nyata dengan perlakuan P1 dan P3. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Untuk mengetahui pertumbuhan bibit mengkudu, setelah benih berkecambah sampai berumur 2 minggu, bibit dipindah ke polybag. Penanaman mengkudu dilakukan pada media tanah yang ditambah pupuk organik sesuai perlakuan; yaitu 5 g pupuk kandang/tanaman, 10 g pupuk kandang/tanaman, dan 15 g pupuk kandang/tanaman. Peubah yang diamati meliputi Tinggi bibit Jumlah daun, Berat Basah Tanaman dan Berat Kering Tanaman
112 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013
Tabel 2. Pengaruh skarifikasi dan dosis pupuk kandang terhadap tinggi tanaman mengkudu umur 9 minggu (cm)
Tabel 3. Pengaruh skarifikasi dan dosis pupuk kandang terhadap tinggi tanaman mengkudu umur 15 minggu (cm) Jlh
Rata-rata
71,00
207,75
69,25 abc
65,50
63,50
196,50
65,50 a
70,50
70,00
61,50
202,00
67,33 ab
S3
67,50
77,50
74,50
219,50
73,17 c
44,92 a
S4
68,00
70,00
70,50
208,50
69,50 abc
45,42 a
S5
68,25
71,00
72,50
211,75
70,58 bc
61,00
69,50
77,00
207,50
69,17 abc
Perl
P1
P2
P3
Jlh
Rata-rata
S0
45,75
50,50
49,75
146,00
48,67 d
S1
44,25
49,25
44,25
137,75
S2
44,75
49,00
44,00
S3
43,25
49,50
S4
41,75
S5
44,00
Perl
P1
P2
P3
S0
66,00
70,75
45,92 ab
S1
67,50
137,75
45,92 ab
S2
44,25
137,00
45,67 ab
49,50
43,50
134,75
47,00
45,25
136,25
S6
41,75
52,25
42,75
136,75
45,58 a
S6
S7
46,50
50,75
45,75
143,00
47,67 c
S7
61,00
65,50
78,00
204,50
68,17 ab
S8
44,50
50,25
46,00
140,75
46,92 bc
S8
58,50
72,50
66,00
197,00
65,67 a
JLH Ratarata
396,5
448 49,78 c
405,5 45,06 b
JLH Ratarata
588,25
632,25
634,50
65,36 a
70,25 b
70,50 b
44,06 a
BNJ S = 4,62; BNJ P = 2,67; BNJ Interaksi = 8,00
BNJ S = 1,31; BNJ P = 0,75; BNJ Interaksi = 2,26
3. Tinggi tanaman umur 15 minggu
4. Jumlah daun umur 3 minggu
Hasil pengamatan tinggi tanaman mengkudu pada umur 15 minggu menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang 15 g/tanaman (perlakuan P3) menghasilkan tinggi tanaman tertinggi, yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan P2, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan P1.Perlakuan S3 (Skarifikasi benih dengan perendaman dalam larutan KNO3 1 % selama 24 jam + urine sapi 30 % selama 24 jam) menunjukkan tinggi tanaman tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan S1, S2, S7 dan S8, tetapi berbada tidak nyata dengan perlakuan S0, S4, S5 dan S6. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Hasil pengamatan jumlah daun tanaman mengkudu pada umur 3 minggu menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk kandang 10 g/tanaman (perlakuan P2) menghasilkan jumlah daun terbanyak, dan berbeda nyata dengan perlakuan P1 dan P3. Perlakuan S4 (skarifikasi benih dengan Perendaman dalam air hangat (47 ºC) 15 menit + urine sapi 10 % selama 24 jam) memberikan hasil jumlah daun terbanyak, tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya, kecuali terhadap perlakuan S0 dan S2. Hasil selengkapnya dari pengamatan pengaruh skarifikasi benih mengkudu dan dosis pupuk kandang terhadap jumlah daun dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.
113 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013
Tabel 4. Pengaruh skarifikasi dan dosis pupuk kandang terhadap jumlah daun mengkudu umur 3 minggu (helai)
Tabel 5. Pengaruh skarifikasi dan dosis pupuk kandang terhadap jumlah daun mengkudu umur 9 minggu (helai)
Rata-rata
Rata-rata
Perl
P1
P2
P3
Jlh
S0
32,00
37,00
36,00
105,00
35,00 a
15,67 c
S1
33,00
40,00
38,00
111,00
37,00 b
43,00
14,33 ab
S2
37,00
39,00
35,00
111,00
37,00 b
14,00
45,00
15,00 abc
S3
36,00
42,00
37,00
115,00
38,33 bc
17,00
16,00
48,00
16,00 c
S4
39,00
41,00
39,00
119,00
39,67 c
16,00
15,00
46,00
15,33 bc
S5
39,00
40,00
36,00
115,00
38,33 bc
37,00
42,00
35,00
114,00
38,00 bc
Perl
P1
P2
P3
Jlh
S0
13,00
15,00
14,00
42,00
14,00 a
S1
14,00
18,00
15,00
47,00
S2
14,00
16,00
13,00
S3
13,00
18,00
S4
15,00
S5
15,00
S6
15,00
18,00
14,00
47,00
15,67 c
S6
S7
13,00
18,00
16,00
47,00
15,67 c
S7
33,00
38,00
39,00
110,00
36,67 ab
S8
13,00
18,00
14,00
45,00
15,00 abc
S8
34,00
40,00
38,00
112,00
37,33 b
JLH Ratarata
125,00
154,00
131,00
320,00
359,00
333,00
13,89 a
17,11 c
14,56 b
JLH Ratarata
35,56 a
39,89 c
37,00 b
BNJ S = 1,81; BNJ P = 1,04; BNJ Interaksi = 3,13
BNJ S = 1,09; BNJ P = 0,63; BNJ Interaksi = 1,90
5. Jumlah daun umur 9 minggu
6. Jumlah daun umur 15 minggu
Hasil pengamatan jumlah daun tanaman mengkudu pada umur 9 minggu menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk kandang 10 g/tanaman (perlakuan P2) menghasilkan jumlah daun terbanyak, dan berbeda nyata dengan perlakuan P1 dan P3 . Perlakuan S4 (skarifikasi benih dengan Perendaman dalam air hangat (47 ºC) 15 menit + urine sapi 10 % selama 24 jam) memberikan hasil jumlah daun terbanyak, tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan S3, S5 dan S6, serta berbeda nyata terhadap perlakuan S0, S1, S2, S7 dan S8. Hasil selengkapnya dari pengamatan pengaruh skarifikasi benih mengkudu dan dosis pupuk kandang terhadap jumlah daun dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.
Hasil pengamatan jumlah daun tanaman mengkudu pada umur 15 minggu menunjukkan bahwa perlakuan S3 (skarifikasi benih dengan perendaman dalam larutan KNO3 1 % selama 24 jam + urine sapi 30 % selama 24 jam) memberikan hasil jumlah daun terbanyak, tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan S4, S6 dan S7, serta berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya. Hasil selengkapnya dari pengamatan pengaruh skarifikasi benih mengkudu dan dosis pupuk kandang terhadap jumlah daun dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.
114 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013
Tabel 6. Pengaruh skarifikasi dan dosis pupuk kandang terhadap jumlah daun mengkudu umur 15 minggu (helai)
Tabel 7. Pengaruh skarifikasi dan dosis pupuk kandang terhadap berat basah tanaman mengkudu g)
Perl
Perl
P1
S0
Jlh
Rata-rata
P2
P3
40,00
42,00
42,00
124,00
41,33 bc
S1
42,00
40,00
39,00
121,00
40,33 ab
S2
43,00
41,00
39,00
123,00
41,00 abc
S3
43,00
45,00
44,00
132,00
44,00
S4
42,00
43,00
43,00
128,00
42,67 cde
S5
41,00
42,00
42,00
125,00
41,67 bcd
S6
42,00
42,00
46,00
130,00
43,33
de
S7
44,00
42,00
44,00
130,00
43,33
de
S8
37,00
41,00
40,00
118,00
39,33 a
JLH Ratarata
374,00
378,00
41,56
42,00
P1
P2
P3
Jlh
Rata-rata
S0
29,16AB
54,99 H
51,03 EFH
135,18
45,06 cd
S1
41,61 CD
48,77 DEFGH
42,57 CDE
132,95
44,32 cd
S2
51,61 FGH
52,05 GH
43,25 CDEF
146,91
48,97 de
S3
35,92AB
44,98 CDEFG
76,13 I
157,03
52,34
S4
36,15AB
38,36 C
40,37 CD
114,88
38,29 ab
S5
35,10AB
37,73B
56,03 H
128,86
42,95 bc
S6
40,61 CD
40,13 C
39,94 C
120,68
40,23 abc
S7
34,89AB
37,23AB
43,47CDEFG
115,59
38,53 ab
S8
28,99A
38,05 C
39,20 C
106,24
35,41 a
JLH Ratarata
334,04
392,29
431,99
379,00
37,12 a
43,59 b
48,00 c
42,11
BNJ S = 4,95; BNJ P = 2,86; BNJ Interaksi = 8,58
e
BNJ S = 1,84; BNJ P = 1,06; BNJ Interaksi = 3,19
7. Berat Basah Tanaman
8. Berat Kering Tanaman
Hasil pengamatan berat basah tanaman mengkudu menunjukkan bahwa perlakuan S3P3 (kombinasi perlakuan skarifikasi benih dengan perendaman dalam larutan KNO3 1 % selama 24 jam + urine sapi 30 % selama 24 jam dan perlakuan pemberian pupuk kandang 15 g/ tanaman) memberikan hasil berat basah tanaman tertinggi, dan berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya. Perlakuan P3 (pemberian pupuk kandang 15 g/ tanaman) memberikan hasil berat basah tanaman mengkudu tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan P1 maupun P2. Perlakuan S3 memberikan hasil berat basah tanaman mengkudu tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, tetapi berbeda tidak nyata terhadap perlakuan S2. Hasil selengkapnya dari pengamatan pengaruh skarifikasi benih mengkudu dan dosis pupuk kandang terhadap jumlah daun.
Hasil pengamatan berat kering tanaman mengkudu menunjukkan bahwa perlakuan S3P3 (kombinasi perlakuan skarifikasi benih dengan perendaman dalam larutan KNO3 1 % selama 24 jam + urine sapi 30 % selama 24 jam dan perlakuan pemberian pupuk kandang 15 g/ tanaman) memberikan hasil berat basah tanaman tertinggi, dan berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya. Perlakuan S2 () memberikan hasil berat kering tanaman mengkudu tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hasil selengkapnya dari pengamatan pengaruh skarifikasi benih mengkudu dan dosis pupuk kandang terhadap jumlah daun dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.
115 ISSN : 2303 - 1158
e
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013
Tabel 8. Pengaruh skarifikasi dan dosis pupuk kandang terhadap jumlah daun berat kering tanaman mengkudu (g) P1 P2 P3 Perlakuan S0 17,19 ABC 25,78 IJ 21,73EF S1 21,34 DEF 24,71GHI 21,22DEF S2 25,17 HI 26,86 IJ 28,03 J S3 15,98 A 22,11F 29,76 K S4 19,51CD 20,23DEF 19,00BCD S5 17,04 ABC 19,08BCDE 22,80FGH S6 20,69 DEF 21,76 F 26,26 IJ S7 17,03 ABC 19,46CD 22,27FG S8 16,70 AB 16,76AB 15,54A JUMLAH 170,67 196,74 206,59 Rata-rata 18,96 a 21,86 b 22,95 c BNJ S = 1,54; BNJ P = 0,89; BNJ Interaksi = 2,66
Jumlah 64,70 67,27 80,06 67,85 58,74 58,92 68,71 58,76 49,00
Rata-rata 21,57 c 22,42 d 26,69 e 22,62 d 19,58 b 19,64 b 22,90 d 19,59 b 16,33 a
Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa perlakuan skarifikasi yang menggunakan KNO3 1 % dapat mendorong percepatan pertumbuhan tanaman mengkudu yang dikarenakan kemampuan KNO3 sebagai bahan yang bersifat korosif, sehingga menipiskan kulit benih mengkudu, akibatnya benih akan lebih cepat dalam mengabsorbsi air dan mengimbibisikannya ke dalam benih, selanjutnya benih akan berkecambah dan tumbuh lebih baik. Hal ini sesuai yang dikemukan oleh Hess (1958), bahwa KNO3 bersifat korosif, dengan sifat tersebut akan melunakkan kulit biji yang akan mengakibatkan perentangan sel-sel kulit sehingga terdapat celah antar endosperm. Hal ini juga sejalan dengan yang dikemukakan Copeland (1976), bahwa KNO3 sangat bernilai guna membantu perkecambahan benih beberapa jenis tanaman dalam kisaran 0,1 hingga 1,0 %.
B. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan di atas dapat dilihat bahwa perlakuan skarifikasi S3 (dengan perendaman dalam larutan KNO3 1 % selama 24 jam + urine sapi 30 % selama 24 jam), memberikan pertumbuhan terbaik pada bibit mengkudu, hal ini dapat dilihat pada peubah jumlah daun dan tinggi tanaman. Sedangkan pengamatan pengaruh perlakuan S3 terhadap peubah tersebut pada umur 3 minggu dan 9 minggu yang menunjukkan hasil yang masih lebih rendah dibanding perlakuan lainnya, hal ini dikarenakan masih dalam pertumbuhan, tetapi hasil pengamatan pada umur 15 minggu menunjukkan bahwa perlakuan S3 memberikan hasil tertinggi pada semua peubah. Perlakuan S3 ini juga memberikan hasil berat basah tanaman tertinggi.
116 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013
Kandungan hara yang terkandung dalam urine sapi, seperti nitrogen dan sebagainya, yang ikut terabsorbsi ke dalam benih selama perendaman dalam proses pemberian perlakuan juga membantu proses pertumbuhan bibit mengkudu. Berdasarkan pengamatan oleh Balai Pembibitan Ternak Unggul Sembawa tahun 2011, menyebutkan bahwa hasil fermentasi urine sapi mengandung unsur hara N 2,7 %, unsur P 2,4 %, dan unsur K 3,8 % . Selain itu, di dalam urine sapi juga mengandung zat pengatur tumbuh, sebagaimana disebutkan dalam hasil penelitian Suprijadji dan Prawoto (1992), bahwa kadar auksin pada urine sapi jantan sekitar 1.042 ppm sedangkan pada urine sapi betina 1.852 ppm. Kadar asam Gibberellin pada urine sapi jantan 55 ppm sedangkan pada urine sapi betina 291 ppm. Kedua zat pengatur tumbuh ini, baik auksin maupun asam gibberelin, setelah terabsorbsi dan masuk ke dalam benih, akan merangsang proses pertumbuhan bibit tanaman selanjutnya.
dari bahan organik yang terdapat pada pupuk kandang, yang hasilnya berupa unsur hara, telah dapat dimanfaatkan tanaman sehingga menunjukkan hasilnya berupa pertumbuhan tanaman yang lebih baik. Penelitian yang dilakukan Fatkur et al. (2010) yang menggunakan dosis pupuk kandang ayam antara 10 – 20 ton/ha (setara dengan 10 – 20 g /kg tanah) pada tanaman kentang menunjukkan hasil bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap berat basah pucuk, berat kering pucuk, berat total dan volume tuber kentang. Sedangkan penelitian ini menggunakan dosis hingga 15 g pupuk kandang per tanaman (dalam satu polybag dengan isi tanah 5 kg) atau dosis pupuk kandang 15 g/5 kg tanah, sehingga masih diperlukan dosis pupuk kandang yang lebih tinggi lagi agar diperoleh pertumbuhan bibit mengkudu yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Imbaraga (2012) yang menunjukkan bahwa pemberian dosis pupuk kandang ayam berpengaruh terhadap peningkatan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar tanaman dan bobot kering tanaman. Dosis pupuk kandang ayam yang terbaik untuk semua variable pengamatan adalah 30 ton/ha.
Pemberian pupuk kandang sebanyak 10 g/tanaman menghasilkan pertumbuhan bibit tanaman mengkudu tertinggi hingga sampai umur 9 minggu, tetapi pengamatan pemberian pupuk kandang pada umur 15 minggu, menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk kandang 15 g / tanaman menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman tertinggi. Hal ini terjadi karena pengaruh pupuk kandang yang lebih banyak atau 15 g/tanaman itu, baru menampakkan pengaruhnya lebih banyak seiring dengan waktu dekomposisi bahan organik yang dikandung pupuk kandang tersebut. Dengan kata lain, setelah memasuki umur 15 minggu proses dekomposisi
Bahan organik yang terkandung dalam pupuk kandang sangat penting untuk meningkatkan kesuburan tanah, sebagaimana yang disebutkan oleh Hardjowigeno (1987), bahwa bahan organik memiliki peran penting di tanah karena : 1) membantu menahan air, sehingga ketersediaan air tanah lebih terjaga, 2) membantu memegang ion sehingga meningkatkan kapasitas tukar ion atau ketersediaan hara. 3) menambah hara terutama N, P, dan K setelah bahan organik terdekomposisi 117 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013
sempurna, 4) membantu granulasi tanah sehingga tanah menjadi lebih gembur atau remah, yang akan memperbaiki aerasi tanah dan perkembangan sistem perakaran, serta 5) memacu pertumbuhan mikroba dan hewan tanah lainnya yang sangat membantu proses dekomposisi bahan organik tanah.
B. Saran Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan di atas, maka disarankan sebagai berikut: yaitu melakukan penelitian penggunaan media tanam yang diberi pupuk kandang lebih banyak dari 15 g/tanaman, untuk mencari dosis pupuk kandang yang optimal yang dapat membantu meningkatkan pertumbuhan bibit mengkudu.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa: 1.
Perlakuan S3 (pemberian pupuk kandang sebanyak 15 g / tanaman) memberikan hasil pertumbuhan bibit mengkudu tertinggi, meliputi tinggi tanaman, jumlah daun tertinggi, berat basah dan berat kering tertinggi.
2.
Perlakuan skarifikasi dengan perendaman dalam larutan KNO3 1 % selama 24 jam + urine sapi 30 % selama 24 jam, memberikan pertumbuhan terbaik pada bibit mengkudu.
3.
Kombinasi perlakuan S3P3 (perlakuan skarifikasi benih dengan perendaman dalam larutan KNO3 1 % selama 24 jam + urine sapi 30 % selama 24 jam dan perlakuan pemberian pupuk kandang 15 g/ tanaman) memberikan hasil pertumbuhan tanaman mengkudu tertinggi dibanding perlakuan lainnya.
118 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013
Hirazumi, A., E. Furusawa, S.C. Chou, and Y. Hokama. 1999. An immunomodulatory olysacchariderich substance from the fruit of Morinda citrifolia (noni) with antitumor activity. Phytochem.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrani. 1990. Peningkatan Produksi Tanaman. Yogyakarta. Anonim. 2009. Dormansi Biji. http://agrica.wordpress.com/2009/ 01/03/ dormansi-biji/. Di akses 25 Desember 2011. Anty,
Lemmens, R.H.M.J. and Buyapraphatsara. 2003. Medicinal and Poisoneous Plants. Plant Resources of South East Asia (PROSEA), Bogor 12(3): 302−305.
K. 1980. Urine Sapi. http///kompas-cetak, barisan, diunduh pada tanggal 2 Januari 2012.
Murniati, E dan M. Suminar. 2006. Pengaruh jenis media perkecambahan dan perlakuan pra perkecambahan terhadap viabilitas benih mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan hubungannya dengan sifat dormansi benih. Bul. Agron.
Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik tanaman obat-obatan dan hias, Jakarta. Copeland, L., O. 1976. Principles of Seed Science and Technology. Burgess Publishing Company. Minneapolis, Minnesota.
Prosea. 1992. Dye and tannin-producing plants. In: R.H.M.J. Lemmens and N. Wulijarni Soetjipto (eds). Plant Resources of South East Asia 3. Bogor. Indonesia.
Fatkur Fatkur, Teguh Supriyadi, Haryuni 2010. Pengaruh jarak tanam dan dosis pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kentang ( Solanum tuberosum L.) varietas Granola. Jurnal Agrineça Vol 10 No. 2 (2010). ISSN 08542818. FP Univ. Tunas Pembangunan, Surakarta. Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta : PT Mediatama Sarana Perkasa
Solomon, N. 1998. Natur’s Amazing Healer NONI, a 2000 year old Tropical secret that helps the body heal itself woodland fubl. Pleaswn Grove Utah. Tadjoedin, H.T. dan H. Iswanto. 2002. Mengebunkan Mengkudu Secara Intensif. Agro Media, Bogor.
Hiramatsu, Tomonori, Imoto, Masaya, Koyano, Takashi, Umezawa, Kazuo. 1993. Induction of normal Phenotypes in Ras-Transformed cel by Damnacanthal from Morinda citrifolia. Cancer Letters.
Widyawati, N., Tohari, P. Yudono, dan I. Soemardi. 2009. Permeabilitas dan perkecambahan benih aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). Jurnal Agronomi Indonesia.
119 ISSN : 2303 - 1158