PERSPEKTIF SOSIAL EKONOMI TERHADAP APLIKASI TEKNOLOGI RUMAH RISHA Dimas Hastama Nugraha Balai Litbang Sosek Bidang Permukiman Puslitbang Sebranmas Balitbang Kementerian PU Jl. Sapta Taruna Raya No.26 Komplek PU Pasar Jumat - Jaksel ABSTRACT As a newest technology, RISHA has technical advantages. The application of this technology is particularly for non receiving reconstruction program area post disaster, seem not optimum yet. From the social economic aspect, the application of RISHA is well known by the community, but not yet find good market mechanism. This is due to the fact that RISHA has been selected as an alternative rather than as a main purposes. This study is aimed to review the application of RISHA from the socio economic aspect in 3 (three) provinces West Java, South Sumatera and West Nusa Tenggara. The Important founding conclusion is that alternative problem solution to low cost housing for low income RISHA is visible but still not yet bankable and thus need socialitazion to disseminate the perception of RISHA development because most respondents did not get complete information. Keywords : RISHA,Rumah, Sosial, Ekonomi, Teknologi Abstrak RISHA sebagai hasil penemuan teknologi permukiman memiliki banyak keunggulan teknis . Tetapi penerapan RISHA di daerah, khususnya di daerah yang tidak menerima program rekonstruksi pasca bencana, dinilai belum optimal. Dari aspek sosial ekonomi, penerapan RISHA, telah dikenal oleh masyarakat akan tetapi belum menemukan mekanisme pasar yang baik. Hal ini dikarenakan masih banyaknya masyarakat yang menganggap RISHA sebagai varian alternatif, bukan sebagai tujuan utama rumah. Penelitian ini ditujukan untuk menerangkan bagaimana aplikasi RISHA sejauh ini dari aspek sosial ekonomi di 3 (tiga) daerah yaitu Jawa Barat, Sumatera Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.Temuan penting menunjukkan bahwa RISHA bersifat visible tetapi belum bankable, maka diperlukan sosialisasi untuk penyebarluasan persepsi pengembangan RISHA mengingat sebagian responden belum mengetahui informasi secara lengkap Kata Kunci : RISHA,Rumah, Sosial, Ekonomi, Teknologi PENDAHULUAN Latar Belakang RISHA berangkat dari pemikiran bahwa masih terdapat backlog dalam penyediaan rumah secara nasional dimana 7,2 juta keluarga di Indonesia yang belum memiliki rumah dan 14 juta unit rumah berada dalam kondisi yang kurang layak huni yang pada umumnya dihuni oleh masyarakat berpenghasilan rendah (Sabaruddin, 2005). Kebutuhan rumah dibarengi juga dengan harga rumah yang tinggi, sehingga ke depan perlu dicarikan solusi rumah layak huni dan terjangkau bagi MBR. Sehingga dari RISHA ini dapat menjadi alternatif solusi. Namun demikian RISHA selama ini bersifat
acceptable hanya untuk daerah bencana. Hal ini disimpulkan pada riset tahun 2007 yang dilakukan Balai Sosial Ekonomi Bidang Permukiman Puslitbang Sebranmas Badan Litbang Departemen Pekerjaan Umum, dimana telah melakukan penelitian sosial ekonomi terhadap aplikasi RISHA. Penelitian tersebut dilakukan dengan lebih ditekankan kepada daerah yang terkena bencana alam, dan menerima bantuan program rekonstruksi. Pada kegiatan rekonstruksi, penghuni memiliki keterbatasan dalam memilih teknologi hunian yang ditawarkan,sehingga RISHA menjadi acceptable. Sementara itu, pada daerah yang non bencana alam di mana tidak terdapat nota kesepakatan yang mengikat antara pihak pembangun dengan penemu atau pemi-
57
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.2 No.1, April 2010 hal 57-64
lik legal teknologi RISHA, maka pengembangan RISHA belum dapat terlihat secara nyata. Oleh karena itu, untuk pengembangan RISHA ke depan, faktor faktor yang mempengaruhi khususnya aspek sosial dan ekonomi, perlu diidentifikasi melalui serangkaian kegiatan penelitian. Dari latar belakang di atas perumusan masalah dalam tulisan ini adalah : • • •
Bagaimana dinamika pengembangan RISHA di wilayah penelitian? Bagaimana perspektif stakeholders terhadap teknologi RISHA? Bagaimana efektifitas strategi pemasaran dan pengembangan yang sudah dilakukan?
Keaslian Penelitian Penelitian tentang tentang aspek sosial ekonomi terhadap aplikasi teknologi rumah RISHA belum pernah dilakukan sebelumnya pada penelitian- penelitian sebelumnya. Penelitian ini akan melihat perspektif sosial ekonomi terhadap aplikasi rumah RISHA yang sudah ada.
Tujuan Penelitian Tujuan Umum penelitian ini adalah menerangkan perspektif aplikasi teknologi rumah RISHA ditinjau dari aspek sosial ekonomi. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah : a. Membahas dinamika pengembangan RISHA di wilayah penelitian b. Menemukenali (mengidentifikasi) persepsi stakeholders terhadap teknologi rumah Risha c. Mengkaji efektifitas strategi pemasaran dan pengembangan industri teknologi rumah Risha yang telah dilakukan
KAJIAN PUSTAKA METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-November 2008, Lokasi penelitian ini dilakukan di 3 (tiga) wilayah yang tidak menerima program rekonstruksi pasca bencana yaitu di kota Mataram (Nusa Tenggara Barat), kota Palembang (Sumatera Selatan), dan kota Bandung (Jawa Barat). Ketiga lokasi tersebut mewakili daerah-daerah yang pembangunan perumahannya tidak termasuk kategori penerima program rekonstruksi pasca bencana. Karakteristik penelitian juga mewakili daerah regional barat (Palembang), regional tengah (Bandung), dan regional timur (Mataram). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif terutama untuk menggali data dan informasi untuk dikembangkan menjadi konsep – konsep variabel dan indikator sosial ekonomi pengembangan RISHA. Na-
58
mun penelitian ini didukung oleh metode kuantitatif sehingga kombinasi pendekatan kualitatif dan kuantitatif dapat mengolah data lapangan secara komprehensif baik yang besifat numeric maupun eksplanatif. Data diperoleh dengan cara wawancara dengan para stakeholder sebagai informan dan yang dipandu serangkaian pertanyaan dalam interview guide dengan dukungan metode kuantitatif. Sampel data penelitian dibagi menjadi empat cluster responden; yaitu (i) pengguna RISHA dari perusahaan swasta, (ii) perseorangan, (iii) pemerintah dan (iv) non konsumen. Penarikan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling. Data yang diperoleh dapat mewakili isu-isu penting dari stakeholder RISHA di ketiga daerah terkait dengan pengembangan sosial ekonomi RISHA. Analisis terhadap sikap dan perilaku masyarakat dalam memilih RISHA, menggunakan analisis statistik deskriptif berupa tabulasi silang, grafik, rata-rata dan frekuensi. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam memilih RISHA digunakan analisis faktor. Selanjutnya, untuk mengidentifikasi hubungan antara berbagai faktor perilaku konsumen di dalam memilih RISHA, digunakan crosstab analysis. Hasil FGD dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan analisis SWOT, sedangkan olah data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 12. Selanjutnya, metoda sintesis hasil penelitian menggabungkan analisis dengan mempertimbangkan proporsi hasil kuantitatif maupun kualitatif, secara khusus analisis utama kuantitatif merujuk pada kegiatan survei dengan alat kuesioner. Sedangkan analisis utama kualitatif merujuk pada pendekatan triangulasi yang dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap informan di lapangan, maupun FGD (Focussed Group Discussion). Disamping pengambilan data dengan kuisener dilakukan FGD, dengan data jumlah responden berjumlah 33 responden.
Kerangka Konseptual
Perspektif Sosial Ekonomi Terhadap Aplikasi Teknologi Rumah Risha Dimas Hastama Nugraha*
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Dinamika Pengembangan RISHA di Wilayah Penelitian Matriks -1 Dinamika Pengembangan RISHA di 3 (tiga) wilayah penelitian
Sumber : Hasil Survey, 2008
59
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.2 No.1, April 2010 hal 57-64
Pertimbangan minat konsumen terhadap ketiga aspek tersebut dibandingkan dengan pertimbangan terhadap faktor desain yang dipengaruhi oleh trend pasar perumahan dan asumsi membuat rumah harus mahal serta membutuhkan waktu yang lama. Penelitian ini juga berusaha mengidentifikasi kecenderungan pilihan RISHA, baik untuk produk permukiman dan fungsi lainnya, apakah didasarkan pada alasan alasan 1) sosial ekonomis-pemasaran, 2) kesesuaian dengan kebutuhan dan 3) persepsi kemudahan. Hasil analisis pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pertimbangan responden di dalam memilih hunian yang layak (RISHA) yang mencerminkan Rumah yang Instan, Sehat dan Sederhana. Pertimbangan minat konsumen terhadap ketiga aspek tersebut dibandingkan dengan pertimbangan terhadap faktor desain yang dipengaruhi oleh trend pasar perumahan dan asumsi membuat rumah harus mahal serta membutuhkan waktu yang lama. Penelitian ini juga berusaha mengidentifikasi kecenderungan pilihan RISHA, baik untuk produk permukiman dan fungsi lainnya, apakah didasarkan pada alasan alasan 1) sosial ekonomis-pemasaran, 2) kesesuaian dengan kebutuhan dan 3) persepsi kemudahan.
perilaku konsumen yang positif. Hasil penelitian dalam Tabel-1 di atas merangkum dinamika kegiatan pengembangan RISHA yang direpresentasikan dengan menggunakan 12 indikator sosial ekonomi, yang terdiri dari 6 (enam) indikator sosial dan 6 (enam) indikator ekonomi serta 1 (satu) indikator ekonomi tambahan yaitu gambaran secara global peluang sistem kredit di masing- masing daerah. Indikator Sosial 1. Latar belakang penghuni 2. Alasan dibangun 3. Peruntukan 4. Alasan memilih 5. Pengambil keputusan 6. Respon penggunaan masyarakat sekitar Indikator ekonomi 1. Biaya 2. Pelaksana, 3. Mekanisme Penjualan 4. Jumlah unit yang terbangun, 5. Keluhan (Ekonomi) 6. Asal info RISHA 7. Kredit
2. Perspektif Stakeholders terhadap Teknologi RISHA
Gambar 1. Model Kuadran untuk Analisis Dimensi Kebutuhan Sosial Ekonomi Permukiman
Gambar-1 menjelaskan kondisi saat ini dan kondisi ideal RISHA di lapangan. Terkait dengan kondisi terkini RISHA terjelaskan dalam Kwadran I yang dipengaruhi tuntutan trend pasar permukiman dan dinamika kebutuhan sosial ekonomi permukiman. Dalam kwadran 1 ini RISHA masih belum menjadi pilihan masyarakat. Idealnya (kwadran IV) RISHA dapat menjadi pilihan permukiman masyarakat, hal ini sangat beralasan karena teknologi RISHA mempunyai jaminan mutu kekuatan, sesuai dengan kaidah teknis permukiman internasional. Dalam kwadran ini pula sisi ideal juga terlihat ketika masyarakat akan merespon baik dengan
60
Setidaknya terdapat indikasi perbedaan dan persamaan di ketiga daerah kajian. Asek aspek yang samai bisa dijadikan pijakan pengembangan RISHA ke depan. Ada empat persamaan yang menonjol. Pertama, alasan memilih. Isu ini menjadi sensitif ketika akan melihat RISHA dari perspektif konsumen. Dari ketiga daerah tersebut alasan memilih RISHA karena ekonomis-efisien-sosial. Ekonomis menjadi kata kunci untuk mendorong pengembangan RISHA. Kedua, respon masyarakat sekitar. Sebagian besar masyarakat merespon tertarik dengan RISHA apapun alasannya. Kondisi sebenarnya menjadi modal pengembangan pemasaran RISHA. Ketiga, mekanisme penjualan. Sampai riset ini berlangsung belum terlihat mekanisme penjualan yang jelas dalam mendorong produksi RISHA. Karena memang RISHA masih melekat dengan produk pemerintah, sehingga mengesampingkan orientasi keuntungan. Oleh sebab itu, RISHA terkesan pasif hanya menunggu permintaan. Selain itu persamaan yang lain adalah secara individu harga RISHA lebih mahal dan mekanisme penjualan yang pasif. Kedua hal tersebut disadari atau tidak memiliki satu mata rantai yang saling berhubungan. RISHA dalam arti sebenarnya dapat diartikan sebagai rumah sederhana tetapi sehat dan dibangun secara instan. Apabila dirunut dari berbagai kasus dan perkembangan di lapangan, telah terjadi beberapa
Perspektif Sosial Ekonomi Terhadap Aplikasi Teknologi Rumah Risha Dimas Hastama Nugraha* pergeseran makna. Hal tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan metoda kwadran. di ketiga daerah tersebut, terdapat perbedaan respon terhadap aplikasi RISHA. Ketika RISHA tidak direspon secara utuh sebenarnya RISHA belum bisa diwacanakan sebagai rumah dalam kondisi ideal. Hal inilah yang kemudian mendorong munculnya RISHA dalam Kwadran II dan III. Bisa jadi RISHA hanya bisa menjadi pengetahuan bagi masyarakat atau alternative permukiman. Selain yang utama adalah rumah konvensional. Dalam FGD telah dibahas sebanyak 31 topik bahasan yang terdiri dari 19 (sembilan belas) aspek teknis, 7 (tujuh) aspek ekonomi dan 5 (lima) aspek sosial. Dengan analisis SWOT dari ke-19 aspek teknis tersebut, 10 aspek teknis berhubungan dengan masalah masalah ekonomi dan sisanya 8 (delapan) aspek berhubungan dengan masalah masalah sosial. Aspek teknis yang dibahas antara lain meliputi masalah masalah bahan baku (semen dan alternatifnya termasuk daur ulang limbah), peralatan cetak, konstruksi, ukuran, disain arsitektur, system panel, penyediaan lokasi, tenaga ahli, penyediaan dll. Aspek aspek ekonomi yang terpengaruh oleh aspek teknis antara lain adalah waktu pelaksanaan, biaya, kemampuan calon pembeli, efisiensi . Aspek aspek sosial yang terpengaruh oleh aspek teknis antara lain adalah sosialisasi teknologi Risha,pasar RISHA, pengetahuan masyarakat, modifikasi ukuran maupun fungsi Risha terkait dengan kearifan local. FGD yang membahas 31 (tigapuluh satu) topik, telah mengidentifikasikan 8 (delapan) isu isu penting terkait dengan pengembangan RISHA. Isu isu tersebut adalah (i) Risha untuk rumah sementara, (ii) kecepatan pemasangan, (iii) kredit pemilikan, (iv) pemilihan RISHA karena banyak orang yang membeli, (v) Pemilihan RISHA karena disain, (vi) Material RISHA yang dibuat sendiri, (vii) anggapan harga RISHA yang murah, (viii) persepsi masyarakat terhadap RISHA. Hasil olah data terhadap ke-8 (delapan) isu tersebut diuraikan sebagai berikut.
Gambar 2. Anggapan Untuk Rumah Sementara Diagram di atas memperlihatkan bahwa ada anggapan terhadap RISHA, bahwa RISHA tepat untuk rumah
sementara. Terlihat sebanyak 13 orang menyatakan sangat setuju dan setuju. Pendapat ini tidak mengherankan sebab RISHA sudah dikenal dalam membantu masyarakat korban bencana. Meskipun terdapat opini tersebut sebenarnya sifat RISHA bukanlah rumah sementara. Terlihat sebanyak 13 responden menyatakan sangat tidak setuju dan tidak setuju 5 orang dan raguragu 3 orang. Hal ini dapat dilihat pada gambar di atas. Kemudian isu penting lainnya terkait dengan waktu pasang RISHA, isu ini sangat penting mengingat salah satu keunggulan RISHA adalah waktu pembangunan yang cepat. Pada perakitan RISHA tanpa modifikasi dapat dipasang selama 2 sampai 3 hari. Maka tidak heran jika 12 responden menyatakan setuju dan 13 responden menyatakan sangat setuju terhadap cepatnya waktu pasang/rakit. Tetapi ada juga responden yang masih menyangsikan atau ragu-ragu dengan cepatnya waktu pasang sebanyak 6 responden. Ini dapat dilihat dalam Gambar 4 berikut ini.
Gambar 3. Kecepatan Pemasangan RISHA Isu penting lainnya masyarakat yakin akan nilai ekonomis RISHA, dalam hal ini RISHA oleh sebagian besar responden dianggap bisa dikreditkan. Pendapat ini diperoleh dari 9 responden yang menyatakan Sangat setuju dan 12 responden menyatakan setuju, jika RISHA dapat dikreditkan. Sedangkan responden yang menyatakan tidak setuju sebanyak 3 responden, raguragu 7 responden, tidak tahu 2 responden. Hal tersebut terlihat dalam Gambar-4 berikut ini.
Gambar 4. Nilai Ekonomis RISHA (Kredit) Isu lainnya masyarakat yakin bahwa alasan responden membeli rumah RISHA, karena banyak orang yang membelinya. Hasil olah data memperlihatkan 6
61
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.2 No.1, April 2010 hal 57-64
responden menyatakan setuju dan 5 responden menyatakan sangat setuju, Sedangkan responden yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 5, tidak setuju 3, sangat tidak setuju 5 responden dan tidak tahu 2 responden. Yang menarik adalah ada 12 responden yang menyatakan ragu-ragu beralasan memilih RISHA. Hal ini mengindikasikan banyak responden rasional dalam memilih rumah huniannya. Hal tersebut terlihat dalam gambar 5. berikut ini.
Gambar 5. Memilih RISHA karena banyak orang membelinya
Gambar 7. Material dapat di buat sendiri Gambar 8 di bawah memperlihatkan salah satu isu sosial penting, mengenai persepsi masyarakat dalam bermukim dengan RISHA. Setidaknya ada 4 responden menyatakan sangat setuju dan 9 responden menyatakan setuju, jika RISHA memberi gengsi tersendiri. Sedangkan responden yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 6, tidak setuju 5, ragu-ragu 7 responden dan tidak tahu 2 responden.
Isu penting lainnya yakni terkait dengan desain rumah, setidaknya 7 responden menyatakan sangat setuju dan 11 responden menyatakan sangat setuju,. Sedangkan responden yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 2, tidak setuju 7, yang menyatakan ragu-ragu terdapat 8 responden dan tidak tahu 2 responden. Hal tersebut terlihat dalam gambar 6 berikut ini. Gambar 8. Persepsi Masyarakat terhadap RISHA
3. Efektifitas Pemasaran dan Pengembangan RISHA Hasl analisi SWOT dan analisis strategi pemasaran dan pengembangan RISHA dirangkum pada table matrik berikut: Gambar 6. Memilih RISHA karena Desain Rumah Isu penting lainnya ada pendapat bahwa material RISHA dapat dibuat sendiri. Setidaknya ada 7 responden menyatakan sangat setuju dan 5 responden menyatakan sangat setuju bahwa material RISHA dapat dibuat sendiri, yang menarik adalah ada pendapat responden lainnya yang berpendapat sebaliknya. Sedangkan responden yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 5, tidak setuju 7, ragu-ragu 7 responden dan tidak tahu 2 responden. Ini mengindikasikan ada kebimbangan responden terhadap isu material yang dibuat sendiri. Hal tersebut terlihat dalam gambar 7 berikut ini.
62
Perspektif Sosial Ekonomi Terhadap Aplikasi Teknologi Rumah Risha Dimas Hastama Nugraha* Matriks-2 Analisis SWOT FGD tentang Pengembangan RISHA
Sumber: Hasil Analisis dan Sintesis, 2008
Analisis Peluang Kemampuan dan Kredit Masyarakat Terhadap RISHA Salah satu aspek yang dapat dijadikan sebagai strategi adalah peluang Kredit Masyarakat Terhadap RISHA. Ini dapat menjadi strategi mengatasi keluhan masyarakat akan harganya yang mahal bila individu, disamping strategi marketing secara kontinu. Keluhan dari hasil di atas yaitu harga yang dirasakan oleh masyarakat adalah relatif mahal sebenarnya ini adalah tidak sepenuhnya beralasan. Dari hasil data sekunder, rata- rata harga bangunan per-m2 (diluar tanah) adalah sebesar Rp 1.145.000,- (Bandung), Rp. 668151,- (Palembang), dan Rp.400.000,- (Mataram) . Dari data tersebut dan berdasarkan data yang sudah disampaikan sebelumnya, didapatkan hasil bahwa harga bangunan per m2 di Palembang dan Mataram lebih kecil daripada harga RISHA. Hal ini disebabkan karena untuk di Mataram pada saat menginisiasi adanya RISHA harus didatangkan dari Bali dan Palembang diinisiasi dari Bandung. Dari gambaran dari masing-
masing daerah (Nusa Tenggara, Jawa Barat, dan Sumatera Selatan) dapat digambarkan peluang kemampuan masyarakat dan kredit masyarakat secara global adalah sebagai berikut : Untuk Kota Bandung dari angka didapat hasil bahwa pendapatan per- kepala keluarga adalah sebesar Rp. 2.000.000,- (asumsi keluarga terdiri bapak, ibu, dan dua orang anak) (BPS, 2006). Dari hasil keluaran tersebut dapat ditaksir seberapa kemampuan masyarakat Bandung dalam pembelian RISHA. Skema peluang pembiayaan adalah adalah dengan sebagai berikut : • Pendapatan : Rp. 2.000.000,• Konsumsi / living cost : 65 % • Debt service ratio : 35 % • Interest rate KPR : 9,9 % ( asumsi : rata- rata interest of bank)
63
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.2 No.1, April 2010 hal 57-64
Dari hasil hitungan tersebut berarti kemampuan masyarakat untuk bisa mengangsur adalah sebesar Rp.2.000.000,- * 35 % (debt service ratio) adalah sebesar Rp. 700.000,- . Sehingga dengan hal tersebut skema adalah sebagai berikut (Bandung), untuk angsuran : Maks pinjaman KPR Angsuran Berjenjang • Angsuran tahun 1 • Angsuran tahun 2 • Angsuran tahun 3 • Angsuran tahun 4 dst • Pinjaman
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
78,563,411.90 700,000.00 756,000.00 816,480.00 783,294.24 78,563,411.90
Untuk Kota Palembang dari angka didapat hasil bahwa pendapatan per- kepala keluarga adalah sebesar Rp. 2.600.000,- (asumsi keluarga terdiri bapak, ibu, dan dua orang anak) (BPS, 2006). Dari hasil keluaran tersebut dapat ditaksir seberapa kemampuan masyarakat Bandung dalam pembelian RISHA. Skema peluang pembiayaan adalah prinsip future of value (Kodoatie, 2005) sebagai berikut : • • • • •
Pendapatan : Rp. 2.600.000,Konsumsi / living cost : 65 % Debt service ratio : 35 % Interest rate KPR : 9,9 % ( asumsi : rata- rata interest of bank)
Dari hasil hitungan tersebut berarti kemampuan masyarakat untuk bisa mengangsur adalah sebesar Rp.2.000.000,- * 35 % (debt service ratio) adalah sebesar Rp. 910000. Sehingga dengan hal tersebut skema adalah sebagai berikut (Bandung) : Maks pinjaman KPR Angsuran Berjenjang Rp. 98,484,848.48 • Angsuran tahun 1 Rp. 910,000.00 • Angsuran tahun 2 Rp. 1,019,200.00 • Angsuran tahun 3 Rp. 1,141,504.00 • Angsuran tahun 4 dst Rp. 1,054,177.65 • Pinjaman Rp. 98,484,848.48 Maks pinjaman KPR Angsuran Berjenjang Rp. • Angsuran tahun 1 Rp. • Angsuran tahun 2 Rp. • Angsuran tahun 3 Rp. • Angsuran tahun 4 dst Rp. • Pinjaman Rp.
78,563,411.90 700,000.00 756,000.00 816,480.00 783,294.24 78,563,411.90
Kesimpulan 1. Dari aspek dinamika pengembangan RISHA di masing lokasi terdapat persamaan karakteristik dinamika yang ada baik di Mataram, Bandung, dan Palembang, yaitu mekanisme penjualan yang menunggu permintaan (pasif) dan keluhan harga dimana harga RISHA secara individu lebih mahal daripada rumah biasa. Sedangkan terkait harga secara tipe relatif sama di semua lokasi penelitian 2. Dari aspek persepsi stakeholders masing- masing lokasi terhadap teknologi RISHA, Responden menempatkan RISHA sebagai varian Rumah hunian alternatif, bukan sebagai varian hunian utama, responden juga melihat nilai tambah dari RISHA yaitu kecepatan pemasangan, nilai ekonomis (yang dianggap bisa dikreditkan), memilih karena banyak orang membelinya dan design (arsitektural)RISHA yang ada, material dapat di buat sendiri dan persepsi masyarakat terhadap RISHA yang positif. Sehingga dengan kata lain sebenarnya RISHA sudah visible, akan tetapi belum adanya dukungan pembiayaan perbankan sehingga belum bankable . 3. Dari segi efektifitas pemasaran dan pengembangan RISHA, yang sebenarnya terkait dengan dinamika pengembangan RISHA dan persepsi stakeholders maka dari hasil analisis SWOT efektifitas pemasaran dan pengembangan RISHA, RISHA yang masih relatif mahal, cetakan langka, dan pengetahuan kompleks/ “rumit” tentang RISHA menjadi kelemahan yang “mengganggu” efektifitas pengembangan RISHA.
DAFTAR PUSTAKA Biro Pusat Statistik. 2006. Bandung dalam Angka. Jakarta: Badan Pusat Statistik Biro Pusat Statistik. 2006. Sumatera Selatan dalam Angka. Jakarta: Badan Pusat Statistik Kajian Sosek pengembangan RISHA. 2008. Laporan Akhir, Balai Litbang Sosekkim, Puslitbang Sebranmas Badan Litbang Departemen PU. Kodoatie, Robert. 2005. Analisis Ekonomi Teknik. Yogyakarta. Sabaruddin. 2005. Membangun RISHA. Jakarta: Griya Kreasi.
1 Data diambil dari property-leader.net.Harga yang diambil adalah rata- rata minimal harga rumah di 3 (tiga) daerah kajian, dengan spesifikasi dan lokasi relative sepadan dengan RISHA
64